tesis representasi spirit sufistik-profetik dalam syair dan musik

advertisement
TESIS
REPRESENTASI SPIRIT SUFISTIK-PROFETIK
DALAM SYAIR DAN MUSIK
KELOMPOK SUARASAMA MEDAN
AHMAD ARIEF TARIGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
TESIS
REPRESENTASI SPIRIT SUFISTIK-PROFETIK
DALAM SYAIR DAN MUSIK
KELOMPOK SUARASAMA MEDAN
AHMAD ARIEF TARIGAN
NIM 1190261017
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
REPRESENTASI SPIRIT SUFISTIK-PROFETIK
DALAM SYAIR DAN MUSIK KELOMPOK
SUARASAMA MEDAN
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister,
Program Studi Kajian Budaya,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
AHMAD ARIEF TARIGAN
NIM 1190261017
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 19 NOVEMBER 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.
NIP. 196112051986031004
Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si.
NIP. 195208151981031004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Kajian Budaya
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si.
NIP. 195208151981031004
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP. 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Tanggal 19 November 2015
Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana
Nomor
: 3916/UN.14.4./HK/2015
Tanggal
: 16 November 2015
Ketua
: Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.
Anggota
:
1. Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.
2. Prof. Dr. Emiliana Mariyah, M.S.
3. Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si.
4. Dr. I Gede Mudana, M.Si.
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
NAMA
: AHMAD ARIEF TARIGAN
NIM
: 1190261017
Jurusan/Program Studi
: S2 KAJIAN BUDAYA
Menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas dari plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam tesis
ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lainnya yang dianggap
melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai pertaturan
Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan-Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 19 November 2015
Yang membuat pernyataan,
Ahmad Arief Tarigan
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Sang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang karena berkat tuntunan-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis
berjudul “Representasi Spirit Sufistik-Profetik dalam Syair dan Musik Kelompok
Suarasama Medan” pada Program Magister Program Studi Kajian Budaya Program
Pascasarjana Universitas Udayana.
Dalam proses penyelesaian studi tingkat magister, penelitian dan pengerjaan
tesis ini penulis mendapat banyak bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD;
Direktur Program Pascasarjana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K); Ketua
Program Studi Magister Kajian Budaya, Dr.I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si yang
telah mengelola birokrasi kampus dan memberi kesempatan kepada penulis untuk
menjalani studi di Universitas Udayana.
Pembimbing I tesis, Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., dan
Pembimbing II tesis, Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si, yang dengan penuh
perhatian, kesabaran, dan kecermatan membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penggarapan tesis. Para staf pengajar di Program Studi Magister Kajian Budaya,
yaitu: Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.; Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si;
Prof. Dr. Emiliana Mariyah, S.U; Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A; Dr. I Gede
Mudana, M.Si; Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U; Prof. Dr. I Gde Semadi Astra;
Prof. Dr. Aron Meko Mbete, S.U; Prof. Dr. I Gede Parimartha, Prof. Dr. I Wayan
Widja; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A; Prof. Dr. I Made Suastika, S.U; Prof.
Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U; Prof. Dr. I Wayan Dibia; dan Prof. Dr. I Nyoman
Sirtha, SH. yang telah membekali keilmuan penulis selama mengikuti perkuliahan.
Para staf administrasi Program Studi Kajian Budaya yang selama ini
membantu kemudahan dan kelancaran administrasi perkuliahan penulis, yaitu: I
Wayan Sukaryawan, S.T; Dra. Ni Luh Witari; Cok Istri Murniati, S.E; Ni Wayan
Aryati, S.E; I Putu Hendrawan; I Nyoman Candra; dan I Ketut Budiarsa.
Narasumber penelitian ini, duo Suarasama, Drs. Irwansyah Harahap, M.A
dan Dra. Rithaony Hutajulu, M.A, Drs. Sainul Irwan, M.Si., Dr. Pulumun Ginting,
S.Sn., M.Sn., dan Muhammad Amin, S.Sn.
Keluarga inti: ayah penulis, Armansyah Putra Tarigan; ibu penulis tercinta,
Arbaiyah Perangin-angin, S,Ag; Surya Darma Tarigan; anak-anak penulis, Chika
Damayanti Tarigan, Cindy Dwi Kania Tarigan, dan Ali Hamid Simeteguh Tarigan.
Keluarga spiritual penulis: Ramli Aziz Meliala; Hujan Tarigan; Leonardo
Rimba, Dharma Sani Siregar; Indi Sujawe, Eyang Ratih; Kristina Natazia; Jhony
Bangun; juga seluruh komunitas Spiritual Indonesia, Spiritual Indonesia Medan dan
Medan Bagus.
Pendukung dan pemberi semangat penulis saat penelitian tesis, yakni Riri
Tegar ‘bolu’ Lubis, Ajeng Devira Lubis, Yasmine Sophia Lubis, Maya Karo-karo,
Soraya Karo-karo, Arya Karo-karo, Zulaikha Benaya Karo-karo, Rasmin Peranginangin, dan Jakson Silalahi. Juga kepada Ibu Dr. Asmyta Surbakti, M.Si yang
mengarahkan penulis untuk mendalami keilmuan kajian budaya.
Muda-mudi Karo Bali yang banyak membantu penulis saat tinggal di
Denpasar: Fernando Brahmana, Hanter Barata Sembiring, Edika Ginting, Prima
Tarigan, Mhd. Rizky Surbakti, Pio Salvator Ginting, Elkana Sembiring, Enoz
Kembaren, dan lain-lain.
Di akhir kata, penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
dunia ilmu pengetahuan dan dapat berkontribusi positif bagi praktik sosial
kemasyarakatan kita. Penulis mengharapkan pula masukan, kritik, dan saran dan
majelis pembaca kepada tesis ini demi perbaikan ke depannya. Sekali lagi, penulis
mengucapkan terima kasih juga kepada orang-orang yang namanya belum
disebutkan di atas meski penulis menyadari tanpa dukungan yang diberikan tesis ini
belum tentu dapat diselesaikan dengan baik.
Denpasar, 19 November 2015
Penulis,
Ahmad Arief Tarigan
ABSTRAK
Wacana spiritualisme dewasa ini kian terasa semakin dibutuhkan sebagai
akibat kekakuan wilayah eksoterisme (lahiriah) agama dan massifnya praktik
industrialisasi di segala ini. Spiritualisme berkaitan erat dengan kesenian karena
keduanya menyediakan ruang autentik kebudayaan yang memungkinkan manusia
untuk menjadi dirinya sendiri dan meningkatkan kualitas kemanusiawiannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menginterpretasi, dan memahami
bentuk representasi spirit sufistik-profetik dalam syair dan musik kelompok
Suarasama di Medan. Suarasama adalah sebuah kelompok musik yang berkarya
dengan berlandaskan semangat pencerahan yang terinspirasi dari spiritualisme Islam,
yaitu tasawuf (sufisme) yang berakar dari gerakan pembebasan ala kenabian
(profetisme) Muhammad. Pewacanaan yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan
bisa menjadi tema alternatif atau penyeimbang dari massifnya kampanye formalisasi
wacana eksoterisme (lahiriah) agama dan wacana industrialisasi kontemporer.
Pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada tiga permasalahan pokok,
yaitu (1) Bagaimana bentuk representasi spirit sufistik-profetik dalam syair dan
musik karya kelompok Suarasama di Medan; (2) Apa yang melatarbelakangi
representasi spirit sufistik-profetik dalam syair dan musik karya kelompok
Suarasama di Medan; (3) Bagaimana makna dari representasi spirit sufistik-profetik
dalam syair dan musik karya kelompok Suarasama di Medan. Penelitian ini
menggunakan teori intertekstual, teori praktik sosial, dan teori representasi untuk
membedah dan mengungkapkan spirit sufistik-profetik dalam syair dan musik
kelompok Suarasama di Medan.. Penelitian ini diarahkan sebagai sebuah karya
ilmiah yang menggunakan pendekatan kajian budaya yang bersifat kritis,
interdisipliner, dan multidimensional. Metode analisis yang dipakai adalah kritiskualitatif dan interpretatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
wawancara mendalam, studi dokumentasi dan kepustakaan.
Penelitian ini menyimpulkan tiga poin, yaitu (1) Bentuk representasi spirit
sufistik-profetik dalam syair dan musik Suarasama mengacu kepada esensi mendasar
dari spiritualisme (tasawuf) Islam, yakni ketauhidan atau Keesaan Sang Pencipta,
mistisisme cinta Ketuhanan (‘isqy), transendentalitas seni, pengekpresian pluralisme
dan multikulturalisme dalam world music, dan posisionalitas kesadaran ‘jalan
tengah’ dalam aplikasi kehidupan; (2) Representasi spirit sufistik-profetik dalam
syair dan musik Suarasama adalah sebuah praktik sosial. Praktik sosial yang hadir
dari habitus, modal, dan ranah Irwansyah Harahap sebagai pendiri, penggubah syair,
komposer musik sekaligus musisi utama dalam Suarasama. Dialektika kehidupan,
modal yang diperoleh, dan ranah aktualisasi diri Irwansyah Harahap adalah kondisi
yang melatarbelakangi representasi spirit sufistik-profetik dalam syair dan musik
karya Suarasama; (3) Representasi spirit sufistik-profetik dalam syair dan musik
Suarasama mengandung makna manusia autentik, kesenian autentik, dan
spiritualisme humanistik.
Kata kunci: representasi, spirit sufistik-profetik, Suarasama.
ABSTRACT
Spiritualism discourse today is felt increasingly necessary as a result of
stiffness in exoterism (outward) region of religion and the massive practice of
industrialization in all of this. Spiritualism is closely related to the arts as both
provide a cultural authentic space that allows people to be themselves and improve
the quality of humanity. This study aimed to describe, interpret, and understand the
forms of representation in the sufistic-prophetic spirit in poetry and music of
Suarasama group in Medan. Suarasama is an musical group that works on the basis
of the spirit of enlightenment inspired from Islamic spiritualism, i.e. mysticism
(Sufism) which is rooted in the prophetic liberation movement in the style of
prophetism of Muhammad. The discourse generated from this study is expected to be
an alternative or counterweight theme of the massivity of formalization campaign of
exoterism (outward) discourse of religion and the discourse of contemporary
industrialization.
The discussion in this study was focused on three key issues, namely (1)
What is the form of representation of sufistic-prophetic spirit in poetry and musical
work by Suarasama group in Medan; (2) What is the background of the sufisticprophetic representation of the spirit of the poetry and musical work of Suarasama
group in Medan; (3) What is the meaning of the representation of sufistic-prophetic
spirit in poetry and musical work by Suarasama group in Medan. This study used
intertextual theory, the theory of social practice, and theory of representation to
dissect and reveal the sufistic-prophetic spirit in poetry and music of Suarasama
group in Medan. This research was directed as a scientific work using approach of
cultural studies which is critical, interdisciplinary, and multidimensional. The
analytical method used was critical-qualitative and interpretative. The data were
collected through observation, interview, documentation and literature studies.
This research concludes three points, namely (1) The form of representation
of the spirit of sufistic-prophetic in Suarasama poetry and music referred to the
essence of the fundamental spiritualism (Sufism) of Islam, ie, monotheism or the
Oneness of the Creator, the mysticism of love of God ('isqy), transendentality of art,
expression of pluralism and multiculturalism in the world of music, and the
positionality of awareness 'middle way' in the application of life; (2) Representation
of sufistic-prophetic spirit in Suarasama poetry and music is a social practice. Social
practices that were present at habitus, capital, and the realm of Irwansyah Harahap as
founder, composer of poetry, music composer and main musician in Suarasama.
Dialectics of life, capital raised, and the realm of self-actualization of Irwansyah
Harahap is a condition serving as the background of sufistic-prophetic representation
of the spirit of the poetry and music of Suarasama; (3) Representation of sufisticprophetic spirit in poetry and music of Suarasama contained the meaning of authentic
man, authentic arts, and humanistic spiritualism.
Keywords: representation, sufistic-prophetic spirit, Suarasama
RINGKASAN
Tesis ini adalah hasil kajian terhadap syair dan musik kelompok Suarasama di
Medan, yaitu sebuah kelompok kesenian yang merepresentasikan spirit sufistikprofetik di dalam karyanya. Syair dan musik yang dihasilkan oleh Suarasama
terinspirasi dari spirit sufistik-profetik yang mengandung semangat pembebasan
spiritualisme dan kesenian. Terinspirasi dari ajaran spiritual Islam (tasawuf) yang
dibawakan oleh nabi Muhammad, Suarasama kemudian mewacanakan pesan
perdamaian, toleransi, dan pembebasan kesadaran dari keterkungkungan ideologis
dan konstruksi sosial. Suarasama memanifestasikan keberagaman sebagai rahmat
Sang Pencipta dengan meramu komposisi musik dari berbagi tradisi di dunia atau
dikenal dengan istilah world music.
Suarasama didirikan oleh Irwansyah Harahap dan istrinya, Rithaony
Hutajulu, pada tahun 1995. Irwansyah Harahap adalah penggubah syair, komposer
musik, sekaligus musisi utama di dalam kelompok Suarasama sedangkan Rithaony
Hutajulu adalah manajer sekaligus vokalis utama. Suarasama telah merilis album
rekaman sebanyak empat buah, yaitu: (1) Fajar di Atas Awan di tahun 2000; (2) Rites
of Passages di tahun 2002; (3) Lebah di tahun 2008; dan (4) Timeline di tahun 2013.
Album–album tersebut dproduksi secara swadaya dan beberapa di antaranya
bekerjasama dengan pihak lain meskipun Suarasama tetap menjadi faktor utamanya.
Selain merilis album, Suarasama juga sering mengadakan pementasan di banyak
tempat, dalam dan luar negeri, dan beragam level kegiatan, nasional dan
internasional. Suarasama dikelola secara mandiri, baik dari sisi manajerial maupun
keuangan.
Dalam perspektif kajian budaya, penelitian ini mengungkap bentuk dan
makna representasi spirit sufistik-profetik dalam syair dan musik kelompok
Suarasama
sebagai
kontradiskursus
industri
budaya
dan
institusionalisasi
spiritualisme kemanusiaan. Fenomena komodifikasi kesenian yang berorientasi pada
orientasi bisnis dan penciptaan budaya massa semakin menjauhkan esensi kesenian
sebagai ekspresi kebatinan manusia. Dalam tradisi spiritualisme Islam, tasawuf,
kesenian merupakan medium untuk menemukan pencerahan dan kesejatian diri.
Apabila kesenian terdegradasi pada arena bisnis dan keuntungan material maka
kemuliaan dan keautentikan yang sejatinya terendap di kesadaran terdalam manusia
terabaikan oleh manusia itu sendiri. Dalam praktik kehidupan beragama sehari-hari,
kebekuan dimensi eksoterisme (lahiriah) agama telah mewujud dalam pelbagai
bentuk formalisasi. Alih-alih mencerahkan dan mendamaikan kehidupan manusia,
agama justru sering menjadi alasan dari berbagai pergesekan sosial dan pemicu
sentimen satu kelompok dengan kelompok lainnya, begitu pula sebaliknya. Kesenian
dan spiritualitas adalah ruang autentik kebudayaan dan semestinya pula terbebas dari
jeratan kuasa yang berorientasi kepentingan sempit dan sesaat. Oleh sebab itu,
wacana kebudayaan sebaiknya direfilosofi dalam paradigma metabudaya, yaitu
diskursus budaya yang mewacanakan dirinya dalam kerangka berpikir, konseptual,
dan bertujuan pada eksistensi bentuk dan nilai budaya itu sendiri.
Berdasarkan hal di atas, penelitian ini dilakukan karena syair dan musik
Suarasama mengandung spirit sufistik-profetik yang dapat menjadi kontradiskursus
dari industri budaya dan formalisasi ekstorisme agama. Dalam praktik berkesenian,
Suarasama tidak mengikuti pola industri budaya, baik secara filosofis maupun teknis.
Syair dan musik Suarasama tidak terpengaruh oleh selera pasar konsumen
sebagaimana lazim di ranah musik populer melainkan pengekspresian batin murni
dari senimannya. Album yang dirilis diproduksi swadaya dan tak dipromosikan dan
dipasarkan selayaknya dilakukan industri musik populer. Suarasama pun tidak
mendirikan komunitas penggemar (fans club) seperti grup musik populer. Makna di
dalam syair dan musik Suarasama mengandung nilai spiritualisme berisi perenungan
tentang Sang Pencipta. Sang Pencipta dan makhluk ciptaan-Nya dikemas secara
simbolik sehingga para penikmatnya bisa secara bebas dan mandiri menafsirkan.
Kebebasan untuk mendalami khazanah spiritualisme yang mencerahkan sehingga
menimbulkan kesadaran asali (fitrah) tentang keautentikan dan kesejatian diri yang
terdapat di dalam diri setiap manusia.
Penelitian ini difokuskan dalam tiga rumusan masalah sebagai berikut:
Pertama, bagaimana bentuk representasi spirit sufistik-profetik dalam syair dan
musik karya kelompok Suarasama di Medan; Kedua, apa yang melatarbelakangi
representasi spirit sufistik-profetik dalam syair dan musik kelompok Suarasama di
Medan; Ketiga, Bagaimana makna dari representasi spirit sufistik-profetik dalam
syair dan musik karya kelompok Suarasama di Medan.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan
mendapatkan pemahaman tentang hubungan spirit sufistik-profetik dengan aktivitas
kesenian sehingga dapat diwacanakan ke tengah wacana kesenian dan formalisasi
keagamaan. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk spirit
sufistik-profetik dalam syair dan musik karya Suarasama, memahami latar belakang
spirit
sufistik-profetik
dalam
syair
dan
musik
karya
Suarasama,
serta
menginterpretasi makna representasi spirit sufistik-profetik dalam syair dan musik
karya Suarasama di Medan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoretis dan praktis.
Manfaat teoretis penelitian ini sebagai sumbangan informasi bagi pengembangan
khazanah keilmuan, khususnya penelitian selanjutnya tentang kesenian, industri
budaya, dan spiritualisme. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan berkontribusi
pada model berkesenian bagi siapa saja yang berkeinginan membebaskan diri dari
hegemoni industri budaya. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi bahan rujukan
evaluasi kritis sekaligus kreatif bagi kehidupan spiritual dan kesenian di era
kontemporer.
Untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian yang ingin dicapai,
digunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian budaya yang bersifat kritis,
interdisipliner, dan multidimensional. Selama penelitian berlangsung, data diperoleh
melalui studi kepustakaan, studi dokumentasi, observasi lapangan, dan wawancara.
Setelah dilakukan verifikasi data, kemudian dianalisis dengan beberapa teori yang
relevan, yaitu teori intertekstualitas, teori praktik, dan teori representasi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap representasi spirit
sufistik-profetik dalam syair dan musik kelompok Suarasama di Medan, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Suarasama merepresentasikan
bentuk-bentuk spirit sufistik-profetik dalam karya syair dan musik yang
dimanifestasikan ke dalam album rekaman dan aktivitas pementasan. Penghadiran
spirit sufistik-profetik di dalam syair dan musik karya Suarasama mengambil
inspirasi dari laku spiritual tasawuf (sufisme) dari tradisi spiritualisme Islam.
Tasawuf (sufisme) sendiri berangkat dari ajaran esoterik (kebatinan) yang dibawakan
oleh Nabi Muhammad yang nilai kenabiannya (profetisme) terletak pada semangat
pembebasan kesadaran dalam diri. Pembebasan kesadaran dalam diri, pada
praktiknya, adalah pengendalian diri dari nafsu keburukan serta membebaskan
kesadaran dari segala kungkungan ideologis yang dapat menjerumuskan manusia
pada rasa teralienasi pada diri sendiri dan lingkungan.
Spirit sufistik-profetik yang mengambil bentuk dalam syair dan musik
Suarasama meletakkan fondasinya kepada: (1) Kesadaran tauhid, pemahaman vital
dan mendasar dalam Islam yang mengajarkan keterhubungan seluruh makhluk
ciptaan dengan Sang Penciptanya. Oleh karenanya, setiap pejalan spiritual mesti
terus mendalami kesadaran batinnya (esoterisme) untuk terus merasakan kehadiranNya di dalam diri; (2) Cinta Ketuhanan (‘isyq), yaitu menyadari bahwa wujud di
bumi adalah manifestasi dari rasa cinta yang dianugrahkan oleh Sang Pencipta
sehingga untuk mendekati dan merasakan kehadiran Sang Pencipta adalah dengan
rasa cinta itu sendiri bukan dengan rasa takut dan keterpaksaan lainnya. Mencintai
Sang Pencipta sama artinya dengan mencintai ciptaan-Nya sehingga menjadi wajib
hukumnya untuk mengasihi dan menyayangi sesama manusia, hewan, tumbuhan,
alam dan beserta isinya; (3) Estetika transformatif atau estetika kenaikan, yaitu
kesenian menjadi salah satu sarana para sufi untuk membersihkan kotoran batin.
Kesenian menjadi medium pencerahan karena bunyi musik selaras dengan
kemurnian alam semesta raya dan pada fase tertentu mampu membawa jiwa kepada
pengalaman ekstase. Saat mengalami ekstase inilah, batin mengalami sebuah
pengalaman transendental yang hanya mampu dilukiskan dengan bahasa simbol.
Karya dan praktik seni adalah pengungkapan bahasa simbolik sehingga bagi para
pelaku sufisme sangatlah riskan kesenian menjadi sekedar komoditas bisnis; (4)
Suarasama memilih world music sebagai bentuk komposisi karya musiknya sebagai
bagian dari pengekspresian pemahaman ketakterbatasan Sang Penciptanya. Sang
Pencipta telah menciptakan manusia beserta kebudayaannya yang kaya dan
bermacam-ragam. Kekayaan ini mesti disyukuri, salah satunya adalah dengan
mengapresiasinya dengan menghadirkan idiom dan instrumen musik di dalam karya
Suarasama. World music juga dipilih sebagai wacana alternatif dari hegemoni musik
populer yang cenderung seragam dan massif; (5) Sufisme sebagai ‘jalan tengah’
adalah sebuah pengungkapan simbolik, yang bermakna bahwa individu yang
mendalami spiritualisme tasawuf mesti menjaga dirinya dari stagnasi kesadaran.
Tidak serta merta menghakimi atau terjebak dalam kebekuan pikiran dalam
memandang dan mempelajari sebuah hal atau peristiwa. ‘Jalan tengah’ merupakan
metode untuk mengambil hikmah dalam setiap peristiwa kehidupan. Hikmah adalah
sebuah potensialitas yang terkandung di dalam sebuah penampakan yang selayaknya
terus digali. Pada hakikatnya, perjalanan spiritual adalah proses terus-menerus untuk
terus menyelami dan menyucikan batin selama menjalani kehidupan di bumi ini.
Kedua, bahwa representasi spirit sufistik-profetik dalam syair dan musik
Suarasama adalah sebuah praktik sosial. Kelompok Suarasama didirikan oleh
Irwansyah Harahap, dan karya-karya yang dihasilkan juga tak terlepas dari faktor
dominan dari Irwansyah Harahap sebagai pendiri. Oleh karena itu sebabnya historis,
aktualisasi, dan pencapaian Suarasama tak terlepas dari sosok Irwansyah Harahap.
Praktik sosial Irwansyah Harahap merupakan hasil dari dialektika habitus dengan
modal yang teraktualisasi di dalam ranah: (1) Habitus Irwansyah Harahap dalam
bermusik terbentuk dari lingkungan keluarga sendiri. Meski sempat ditolak ibunya
menekuni dunia musik, ia akhirnya terus melanjutkan studi formal di bidang musik
sampai tingkat strata dua di Amerika Serikat. Sedikit banyaknya, keluasan dan
kedalaman Irwansyah Harahap dalam bidang kebudayaan dan spiritualisme
dipengaruhi oleh pengalamannya menjalani studi serta interaksinya dengan
lingkungan selama studi; (2) Modal yang dimiliki Irwansyah Harahap tetap saja
bermula dari lingkungan selanjutnya oleh perjalanan hidupnya sendiri, baik dari sisi
kesenimanan, intelektual, maupun sebagai seorang spiritualis. Modal Irwansyah
Harahap kemudian terakumulasi dari eksistensinya sebagai seorang seniman
(Suarasama), kerja-kerja ilmiah yang dilakukannya (karya tulis dan penelitian
lapangan), dan juga dari praktik, gagasan, dan keterlibatannya di forum-forum yang
mewacanakan nilai spiritualisme baik di tingkat nasional maupun internasional.
Ketiga, bahwa spirit sufistik-profetik di dalam syair dan musik Suarasama
mengandung nilai keutentikan budaya dimana keautentikan merupakan esensi dari
ruang kebudayaan. Esensi kebudayaan tersebut dikonsepsikan sebagai metabudaya
yang menempatkan dirinya di ranah kebudayaan ideasional. Nilai keutentikan spirit
sufistik-profetik di dalam syair dan musik Suarasama bermanifestasi ke dalam tiga
makna, yaitu: (1) Makna manusia autentik yaitu kesadaran bahwa setiap diri manusia
mempunyai entitas batin terdalam di dirinya. Entitas itu mengandung kemurnian
bersifat Illahiah yang bagi pelaku spiritual diyakini sebagai kesejatian diri. Bilamana
kesejatian diri tersebut telah dikenali, maka keautentikan diri akan diperoleh
sehingga dalam menjalani kehidupan ini si pelaku spiritual dapat menentukan
pandangan dan jalan hidupnya sendiri. Pandangan dan jalan hidup yang merupakan
manifestasi dari Keillahian dalam diri yang membuatnya terbebas dari segala macam
kungkungan ideologis. Dalam konteks sosial, keautentikan diri individu terbukti
ketika ia memahami bahwa di luar kesadaran murni dalam batin adalah konstruksi
sosial sehingga ia mampu menyaring dan menentukan pendapat sendiri saat
berinteraksi dengan faktor eksternal diri; (2) Makna kesenian autentik yaitu
sebagaimana keautentikan dalam diri manusia, kesenian pun memiliki dimensi
autentisitas di dalamnya. Keutentikan seni dapat diperoleh ketika ia diletakkan di
dalam konteks kesenian itu sendiri terbebas dari unsur ideologis dan komoditi bisnis.
Selayaknya manusia, kesenian pun memiliki jiwa terdalam dan bagi pelaku spiritual
dimensi kebatinan seni bisa menjadi medium pencerahan batin. Dimensi kebatinan
seni harus ditemukan dengan cara menempatkan kesenian pada porsinya sehingga
interaksi kebatinan antara manusia (seniman atau penikmat seni) dengan kesenian itu
sendiri bisa terjadi; (3) Makna spiritualisme humanistik yaitu bagi seorang spiritualis
yang telah memahami esensi kemanusiaan yang diperoleh dari hasil pengenalan diri
kepada dirinya sendiri, maka ia akan melihat dan memahami bahwa setiap individu
manusia yang ada di muka bumi ini saling terhubung satu sama lain. Penampakan
luar seperti warna kulit, suku, kebangsaaan, agama, dan sebagainya tidak merubah
esensi jiwa (roh) di dalam diri manusia itu. Oleh karenanya itu sang spiritualis akan
menjadi seorang humanis yang tidak membeda-bedakan manusia satu dengan
lainnya. Memandang kemuliaan manusia dengan kualitas kemanusiawiannya beserta
hak dan kewajiban yang menyertainya.
Dari pembahasan dan kesimpulan penelitian yang diperoleh maka penulis
mengajukan beberapa saran. Adapun saran yang penulis ajukan adalah sebagai
berikut:
Pertama, penelitian terhadap praktik spiritualisme seperti yang penulis
lakukan perlu mendapat perhatian dan dikembangkan karena merefleksikan praktik
keagamaan yang tengah berlangsung dewasa ini dengan kecenderungan dominan
pada aspek eksoterisme (lahiriah) agama yang justru menciptakan keadaan kurang
harmonis antar umat beragama. Penulis menganggap wacana esoterisme (kebatinan)
agama perlu terus digemakan dan menyarankan peneliti lain dan akademisi untuk
terus mengadakan kajian ilmiah terkait hal ini. Penulis juga menyarankan agar hasil
penelitian ini segera diterbitkan dalam bentuk buku.
Kedua, setelah mendalami teori kritis kajian budaya dan melakukan
penelitian ini, semakin jelas bagi penulis tentang peran vital kebudayaan dalam arena
sosial kehidupan manusia. Namun, di tengah massifnya hegemoni budaya
industrialis, ruang autentisitan kebudayaan kian terhimpit oleh motif bisnis yang
berorientasi pada profit material. Maka untuk itu, penulis menyarankan kepada
pemerintah serta unsur terkait untuk mendorong perkembangan kebudayaan
masyarakat untuk terus mengaktualisasikan dirinya di ruang kebudayaan itu sendiri.
Dorongan tersebut sesuai dengan proporsi masing-masing, baik berupa kajian ilmiah,
suntikan dana, penyediaan fasilitas, dan pengapresiasian yang layak.
Ketiga, khazanah dunia kesenian di Indonesia terbukti telah melahirkan
banyak seniman dengan kualitas karya mumpuni yang bahkan telah diakui sampai
pada tingkat internasional. Pendokumentasian seniman berikut karya yang dihasilkan
mutlak untuk dilakukan sebagai salah satu kontribusi wacana sejarah seni di
Indonesia. Penulisan sejarah seni Indonesia adalah salah satu bagian dari upaya
membangun peradaban masyarakat sebagai implementasi dari masyarakat adil dan
beradab sebagaimana yang diamanatkan oleh dasar negara Pancasila.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ..........................................................................................
i
PRASYARAT GELAR ....................................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN..........................................................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................
vi
ABSTRAK .......................................................................................................
x
ABSTRACT .....................................................................................................
xi
RINGKASAN TESIS ......................................................................................
xii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xviii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xxii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xxiv
GLOSARIUM ..................................................................................................
xxv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
1.1
Latar Belakang Masalah ................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah .........................................................................
12
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................
12
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................
12
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................
13
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................
13
1.4.1 Manfaat Teoretis ..............................................................................
13
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,
DAN MODEL PENELITIAN .............................................................
15
2.1 Kajian Pustaka............................................................................................
15
2.2 Konsep .......................................................................................................
22
2.2.1 Representasi .....................................................................................
22
2.2.2 Spirit Sufistik-Profetik .....................................................................
23
2.2.2.1 Spirit...................................................................................
23
2.2.2.2 Sufistik ...............................................................................
25
2.2.2.3 Profetik...............................................................................
26
2.3 Landasan Teori ...........................................................................................
28
2.3.1 Teori Intertekstualitas ......................................................................
28
2.3.2 Teori Praktik......................................................................................
30
2.3.3 Teori Representasi ...........................................................................
33
2.4 Model Penelitian ........................................................................................
37
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................
38
3.1 Rancangan Penelitian .................................................................................
38
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................
38
3.3 Jenis dan Sumber Data ...............................................................................
39
3.4 Teknik Penentuan Informan .......................................................................
39
3.5 Instrumen Penelitian...................................................................................
40
3.6 Teknik Pengumpulan Data .........................................................................
40
3.6.1 Observasi ..........................................................................................
40
3.6.2 Wawancara ........................................................................................
41
3.6.3 Studi Kepustakaan.............................................................................
42
3.6.4 Studi Dokumen ................................................................................
42
3.7 Teknik Analisis Data ..................................................................................
42
3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data........................................................
43
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN,
SUFISME, DAN KELOMPOK SUARASAMA ...............................
45
4.1 Gambaran Umum Kota Medan ..................................................................
45
4.2 Masuknya Islam dan Sufisme di Sumatera bagian Utara ...........................
47
4.2.1 Masuknya Islam ke Sumatera bagian Utara .........................
47
4.2.2 Sufisme di Sumatera bagian Utara .......................................
52
4.3 Suarasama: Historis, Manajerial, dan Karya ..............................................
60
BAB V BENTUK REPRESENTASI-SPIRIT SUFISTIK-PROFETIK DALAM
SYAIRDAN MUSIK KELOMPOK SUARASAMA ...................................... 80
5.1 Kesadaran Tauhid.......................................................................................
81
5.2 Cinta Ketuhanan (‘Isyq ..............................................................................
88
5.3 Estetika Transformatif atau Estetika Kenaikan ..........................................
97
5.4 World Music: Kontradiskursus Musik Populer ..........................................
105
5.5 Sufisme sebagai ‘Jalan Tengah’ .................................................................
112
BAB VI PROSES TERBENTUKNYA SPIRIT SUFISTIK-PROFETIK
YANG DIREPERESENTASIKAN DALAM SYAIR DAN
MUSIK KELOMPOK SUARA SAMA ..........................................
121
6.1 Habitus Irwansyah Harahap .......................................................................
122
6.2 Modal Irwansyah Harahap .........................................................................
135
6.3 Ranah Irwansyah Harahap .........................................................................
153
BAB VII MAKNA DARI REPRESENTASI- SPIRIT SUFISTIK-PROFETIK
DALAM SYAIR- MUSIK KELOMPOK SUARASAMA ............. 161
7.1 Makna Polisemi: Manusia Autentik-Generatif .........................................
162
7.2 Makna Posisionalitas Kesenian Suarasama ..............................................
180
7.3 Makna Spiritualitas Humanistik ................................................................
191
7.4 Spirit Sufistik-Profetik Suarasama dalam Model- Pierce ..........................
203
BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................
211
8.1 Simpulan ....................................................................................................
211
8.2 Saran
.......................................................................................................
216
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
218
LAMPIRAN .....................................................................................................
224
Lampiran 1. Daftar Informan...........................................................
224
Lampiran 2. Daftar Foto ..................................................................
226
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 4.1 Daftar karya Suarasama ................................................................
73
Tabel 4.2 Daftar nama personel Suarasama ..................................................
75
Tabel 5.1 Daftar lagu yang merepresentasikan world music ........................
110
Tabel 6.1 Daftar beberapa kegiatan kesenian yang diikutiIrwansyah Harahap dan Suarasama...............................................
141
Tabel 6.2 Modal budaya Irwansyah Harahap dalam bentukalbum musik ..................................................................................
145
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Model penelitian .........................................................................
37
Gambar 4.1 Duo pendiri dan motor utama Suarasama ...................................
70
Gambar 4.2 Pementasan Suarasama di TMII, Jakarta ....................................
72
Gambar 4.3 Pementasan Suarasama di Pekanbaru, Riau ...............................
72
Gambar 4.4 Personel Suarasama di Rumah Musik Suarasam ........................
74
Gambar 4.5 Pementasan Suarasama di Salihara, Jakarta ..............................
75
Gambar 5.1 Transkripsi bunyi perkusi dalam lagu Saz-Sama’.......................
99
Gambar 7.1 Struktur representasi spirit sufistik-profetik dalamModel semiotika Pierca ..............................................................
205
Gambar 7.2 Representasi Homo Symbolicum dan MetabudayaSuarasama dalam Model Semiotika Pierce .................................
206
Gambar 7.3 Praktik sosial Irwansyah Harahap dalam modelsemiotika Pierce ..........................................................................
207
Gambar 7.4 Representasi spirit sufistik-profetik dalam syair-dan musik Suarasama
dalam model trikotomis semiotika Pierce ................................... 210
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1 Daftar informan...........................................................................
224
Lampiran 2 Daftar foto ...................................................................................
226
Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian........................................................
230
GLOSARIUM
‘isyq
dzikir
: cinta Ketuhanan, mencintai Tuhan dan segala ciptaan-Nya.
: praktik mengulang-ulang dan mengingat-ingat Nama dan Sifat Allah
baik secara verbal dan non verbal yang bertujuan untuk
membersihkan jiwa dari kotoran batin.
fana
: secara harfiah berarti ‘hilang’ atau ‘ilusi’.
fasil
: meleburnya kata-kata verbal ke dalam bunyi musik.
fiqh
: satu cabang ilmu sekaligus kumpulan hukum Islam.
fithrah
gementee
: esensi dasar atau kemurnian asali Illahiah yang dimiliki setiap makhluk
ciptaan Tuhan.
: Pemerintahan Kotapraja, bentuk pemerintahan di era Hindia Belanda.
hijriyah
: penanggalan hari dalam Islam.
kasyf
: terbukanya pintu hati dan penglihatan batin akan Kehadiran Tuhan.
kuta
: bahasa daerah Karo yang berarti desa atau kampung.
sama’
: secara harfiah berarti ‘mendengar, praktik bermain dan mendengarkan
musik kerohanian dalam tradisi tasawuf.
silsilah
: rantai keterhubungan rohaniah para pengamal tasawuf dengan para
guru sufi terdahulu.
syahadah
: pengakuan atau kesaksian atas Keesaan Tuhan.
tajalli
: manifestasi Sifat dan Kuasa Tuhan ke dalam setiap ciptaan-Nya.
tarekat
: komunitas yang menjalankan praktik tasawuf dan terdiri dari
berbagai macam aliran spiritual.
tasawuf
: esoterisme Islam, sufisme Islam, ajaran dan praktik kebatinan Islam.
tauhid
: Keesaan Tuhan.
wajd
: kondisi ekstase para sufi.
wujud
: ajaran tasawuf tentang Allah sebagai Zat Esa dan Hakikat satusatunya
Yang
Nyata
Download