cover dll - Repository Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

advertisement
i
INVENTARISASI JENIS BURUNG DI HUTAN KOTA BALAI KOTA
SAMARINDA
Oleh :
ALI AKBAR KAIMUDIN
NIM. 110500117
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2014
ii
INVENTARISASI JENIS BURUNG DI HUTAN KOTA BALAI KOTA
SAMARINDA
Oleh :
ALI AKBAR KAIMUDIN
NIM. 110500117
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2014
iii
INVENTARISASI JENIS BURUNG DI HUTAN KOTA BALAI KOTA
SAMARINDA
Oleh :
ALI AKBAR KAIMUDIN
NIM. 110500117
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2014
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
:
Inventarisasi Jenis Burung Di Hutan Kota Balai
Kota Samarinda
Nama
:
Ali Akbar Kaimudin
Nim
:
110500117
Program Studi
:
Manajemen Lingkungan
Jurusan
:
Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Ir. M. Masrudy, MP
NIP. 19600805 198803 1 003
Fachruddin Azwari ST., M.Si
NIP. 19750521 200812 1 001
Adi Supriadi S. Hut., M.Si
NIP. 19751007 200812 1 001
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Manajemen Lingkungan
Mengesahkan,
Ketua Jurusan
Manajemen Pertanian
Ir. Dadang Suprapto, MP
NIP.19620101 198803 1 003
Ir. Hasanudin, MP
NIP.19630805 198903 1 005
Lulus ujian pada tanggal : ...........................
v
ABSTRAK
Ali Akbar Kaimudin. INVENTARISASI JENIS BURUNG di HUTAN KOTA
BALAI KOTA SAMARINDA (di bawah bimbingan M. Masrudy).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman jenis burung
di Hutan Kota Balai Kota Samarinda dan mengetahui hubungan antara keragaman
jenis burung dengan keragaman vegetasi yang menyusun habitat utama.
Penelitian ini telah dilaksanakan oleh penulis selama kurang lebih dua bulan
terhitung sejak bulan Mei sampai Juli 2014. Metode yang digunakan untuk
pengamatan terhadap satwa burung adalah metode secara langsung, dimana
pengamatan dilakukan pada blok penelitian dengan ukuran 100 m x 100 m. dalam
blok ini dibuat jalur-jalur pengamatan dengan panjang 100 meter dan lebar 50 meter.
Pada setiap jalur dibuat titik pengamatan dengan jarak 50 meter(± 60 langkah kaki).
Pada setiap jalur diadakan pengamatan pagi hari yakni pukul 06.00-09.00 dan sore
hari pada pukul 16.00-18.00 WITA. Pengamatan dilakukan di tengah plot dengan
mengamati 25 meter ke kanan dan 25 meter ke kiri selama ± 20 menit.
Hasil pengamatan dan perhitungan menunjukkan, bahwa pada lokasi
penelitian di temukan sebanyak 8 jenis burung dari 6 suku. Jenis burung yang
dominan selama penelitian adalah burung Gereja (Passer montanus), dan Cucak
Kutilang (Phynonotus aurigaster).
Kata kunci : Hutan , Inventarisasi, Burung, Kota Samarinda
vi
RIWAYAT HIDUP
Ali Akbar Kaimudin, lahir pada tanggal 01 Mei 1993 di Dusun
Lalan Matlean, Desa Amar Sikaru, Kec. Pualau Gorom, Kab.
Seram Bagian Timur, Prov. Maluku merupakan putra pertama
dari sembilan bersaudara dari pasangan suami istri Bapak
Abidin Kaimudin dan Ibu Nur Asia Kaimudin.
Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Lalan
Matlean
Desa
Amar
Sikaru
Kecamatan
Pulau
Gorom
Kabupaten Seram Bagian Timur pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2004,
kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pulau.
Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku pada tahun 2004 dan lulus
pada tahun 2008. Melanjutkan pendidikan kembali di Sekolah Menengah Atas
Negeri 2. Pulau Gorom. Kabupaten Seram Bagian Timur Provinsi Maluku
pada
tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011.
Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian pada Program Studi Manajemen
Lingkungan. Selama menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Manajemen Pertanian
Penulis telah mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) selama kurang lebih 2
bulan terhitung sejak tanggal 01 Maret sampai 30 April 2014 di Instalasi Pengolahan
Air (IPA) PDAM Samarinda Jalan Cipto Mangkusumo Gunung Lipan Samarinda
Seberang Kalimantan Timur, selain itu selama 3 tahun menempuh pendidikan tinggi
di kampus Politani Samarinda Penulis di percayakan menjabat sebagai ketua Badan
Eksekutif Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda periode 2013/2014.
Penulisan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
dengan sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penulis menyusun Karya Ilmiah yang
berjudul Inventarisasi Jenis Burung Di Hutan Kota Balai Kota Samarinda.
Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan
tambahan bagi para pembaca. Amin.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Innalhamdulillahi
wabiihinasta’iinu
wa’alaa
umuuriddunya waddiin wasshalatu wassalamu’alaa asyrofil anbiaya’iwal mursalin
sayyidinaa Muhammadin wa’alaa aalihi waashabihi ajma’in.
Segala puji bagi Allah SWT, karena hanya Dialah dzat yang pantas dipuji,
Rabb semesta alam, Dialah maha pencipta, maha melihat dan maha pemberi rezeki.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada pimpinan Nabi dan
Rasul, Muhammad SAW yang diutus oleh Allah Azza wajallah sebagai rahmat bagi
alam semesta. Atas ijin-Nya pula karya ilmiah ini dapat diselesaikan oleh Penulis
dengan judul Inventarisasi Jenis Burung di Hutan Kota Balai Kota Samarinda.
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Penulis selama kurang lebih dua bulan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. M. Masrudy, MP., selaku Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan
Penulis.
2. Bapak Fachruddin Azwari ST., M.Si. selaku Dosen Penguji I
3. Bapak Adi Supriadi, S. Hut., M.Si. selaku Dosen Penguji II
4. Bapak Budi Harsono, A.Md . selaku Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) pada
Laboratorium Kualitas Udara dan Cuaca Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
5. Ibu Rosida, SP., selaku Pranata Laboratorium Pendidikan pada Laboratorium
Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
6. Seluruh Dosen dan staf pengajar di Program Studi Manajemen Lingkungan
Jurusan Manajemen Pertanian.
7. Bapak Ir.Dadang Suprapto, MP., selaku Ketua Program Studi Manajemen
Lingkungan.
8. Bapak Ir. Hasanudin, MP., selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
viii
9. Bapak Ir.Wartomo, MP., selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
10. Keluarga tercinta, Ayah dan Ibu untuk do’a dan kesabarannya serta adik-adikku
yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril kepada Penulis.
11. Paman Said Keliwar yang telah memfasilitasi penulis selama tiga tahun ini.
12. Terima kasih kepada saudaraku Abu Rizal Keliwar yang telah membantu Penulis
dalam penyusunan Karya Ilmiah ini.
13. Terima kasih sepesial kepada adikku tercinta Raudia Boinauw untuk Do’a dan
dukungannya yang senantiasa menyertai penulis.
14. Rekan–rekan mahasiswa/mahasiswi, Firman, Andika, Devid, Kastlani, Juliana,
Fatur, yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta inspirasi
bagi Penulis hingga Karya Ilmiah ini selesai.
15. Seluruh pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan tugas akhir
ini.
Sebaik apapun penulis menyusun karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa
karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi lebih baiknya karya ilmiah
ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca sehingga
dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca. Amiin.
Penulis
Sei Keledang, Agustus 2014.
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vii
DAFTAR ISI................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................
3
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian.......................................
B. Gambaran Umum Burung....................................................
C. Pengamatan Burung di Hutan..............................................
D. Inventarisasi Satwa..............................................................
E. Identifikasi Jenis Burung.......................................................
3
5
13
14
15
METODA PENELITIAN ............................................................
16
A. Waktu dan Tempat Penelitian..............................................
B. Alat dan Bahan Penelitian....................................................
C. Metode Penelitian.................................................................
D. Pelaksanaan Penelitian dan Pengumpulan Data.................
16
16
17
18
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
19
Hasil..........................................................................................
Pembahasan.............................................................................
19
19
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
33
Kesimpulan...............................................................................
Saran........................................................................................
33
33
BAB III
BAB IV
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1.
Tipe Kaki Burung………………………………………….………....
7
2.
Tipe Paruh Burung……………………………………….................
9
3.
Jenis-jenis Burung yang Terdapat di Hutan Kota Balai Kota
Samarinda.…….……………………………………………………...
19
iii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1.
Morfologi Burung Secara umum……………………………….......
7
2.
Sayap Burung Secara Umum………………………………….......
10
3.
Burung Pipit Benggala Lonchura fuscan)……………………........
21
4.
Burung Gereja (Passer montanus)…………………………….......
23
5.
Burung Tekukut (Streptopelia chinensis)……………………........
24
6.
Burung Murai Batu (Monticola solitaries)……………………........
26
7.
Burung Cucak Kutilang. (Phynonotus aurigaster)………….........
27
8.
Burung Bubut (Centropus sinensis)…………..……………….......
29
9.
Burung Kucica (Copsychus saularis)………………………….......
31
10.
Burung Perling Mata Mera (Moluccan starling)……………..........
32
11.
Kamera (Dokomentasi)………………………………………..........
38
12.
Teropong (pengamatan Burung)……………………….................
38
13.
Papan Nama Hutan Kota Balai Kota Samarinda…………….......
39
14.
Titik Pertama Pengamatan Burung (Samping Jalan Raya
Bhayangkara……………………………………………………........
39
15.
Titik Kedua Pengamatan Burung (Samping Plaza Mulia)…….....
40
16.
Titik Ketiga Pengamatan Burung (Belakan Kantor Balai
Kota)……………………………………………………………..........
40
17.
Pengamatan Burung Menggunakan Teropong……………….......
41
18.
Sumber Pakan Burung (Buah Pohon Beringin)……………..........
41
19.
Mencatat Jenis Vegetasi (Pohon)…………………………….........
42
20.
Mencatat Ciri-ciri Jenis Burung……………………………….........
42
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1.
Sketsa Letak Penelitian ……………...…………………………......
36
2.
Sketsa Lebih Rinci Lebih Penelitian …………………………........
37
3.
Gambar Kamera dan Teropong…………………………………....
38
4.
Papan Nama Hutan Kota Balai Kota Samarinda dan Titik
Pertama Penelitian………………………………………………......
39
5.
Titik Kedua dan Titik Ketiga Penelitian………………………….....
40
6.
Pengamatan Burung Menggunakan Teropong dan Sumber
Pakan Jenis Burung………………………………………………....
41
7.
Mencatat Jenis Vegetasi (Pohon) dan Ciri-ciri Jenis Burung…...
42
8.
Rekomendasi Penelitian………………………………………….....
43
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Burung merupakan salah satu dari kekayaan dan keanekaragaman hayati
yang sangat bermanfaat bagi kehidupan dan lingkungan manusia serta mendukung
proses ekologi di dalam ekosistem hutan. Disamping memiliki nilai ekonomis dan
mempunyai nilai bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan, burung juga dapat
merupakan kebanggaan nasional. Sebagai salah satu komponen dari ekosistem
hutan, burung memegang peranan yang penting dalam proses regenerasi baik dalam
penyebaran biji, penyerbukan bunga tumbuhan, maupun sebagai control terhadap
populasi hama serangga.
Keberadaan akan jenis-jenis burung sangat tergantung sekali pada vegetasi
sebagai penyedia makanan. Populasi satwa pada suatu habitat akan membentuk
suatu ekosistem yang kompleks, dimana antara jenis satwa saling berhubungan dan
saling mempengaruhi satu sama lainnya. Ekosistem ini akan membentuk suatu
kesatuan yang kurang lebih stabil, namun keadaan ini sering terganggu oleh aktifitas
manusia yang mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman flora dan fauna yang
menempati ekosistem ala mini. Kerusakan hutan pada era dewasa ini masih terus
saja berlangsung. Kegiatan eksploitasi hutan, perburuan, pencemaran dan kebakaran
hutan masih sering terjadi hingga menyebabkan populasi satwa cenderung menurun,
(Boer Soeyamto 1989).
Suatu kawasan tertentu dapat saja memiliki keanekaragaman yang tinggi akan
jenis burung, tetapi ada populasi kawasan lain yang rendah, misalnya pada kawasan
hutan keragaman jenisnya akan lebih besar dibandingkan dengan kawasan
perkotaan. Begitu pula dengan areal hutan yang masih murni memiliki jenis burung
lebih yang beragam dari pada areal hutan yang sudah memiliki perubahan akibat
beberapa sebab seperti penebangan pohon dan kebakaran hutan, (Kuspriyanti, E.
1990).
Pada saat ini populasi burung sangat menurun, karena mengalami gangguan
dari berbagai faktor antara lain kerusakan habitat, perburuan liar, dan kurangnya
kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kelestarian alam dan lingkungan. Akibat
dari adanya gangguan-gangguan tersebut maka burung akan berpindah tempat untuk
mencari habitat yang cocok untuknya, (Boer, Soeyamto. 1994).
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung
yang berada di Hutan Kota Balai Kota Samarinda.
C. Hasil yang Diharapkan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk studi atau
penelitian-penelitian selanjutnya dan bahan acuan agar kita dapat membedakan
antara jenis burung yang satu dengan yang lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Hutan Kota Balai Kota Samarinda yang
terletak di kawasan Kota Samarinda Jalan Bhayangkara. Pada kawasan tersebut
terdapat berbagai jenis tanaman kehutanan baik yang tumbuh secara alami maupun
yang sengaja ditanam. Selain Hutan Kota Balai Kota Samarinda, berdasarkan
keputusan Wali Kota Samarinda Nomor 178/HK-KS/2005 bahwa di Samarinda secara
umum terdepat 25 hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Hutan Kota SMU 10 Melati dengan luas 5 Ha.
b.
Hutan Kota Kebun Raya UNMUL Samarinda dengan luas 300 Ha.
c.
Hutan kota Tanah Pemkot dengan luas 5 Ha.
d.
Hutan Kota Asih Manuntung dengan luas 0,25 Ha.
e.
Hutan Kota Pasantren Hidayattullah dengan luas 1 Ha.
f.
Hutan Kota Tanah Pemkot di Makroman dengan luas 167 Ha.
g.
Hutan Kota Tanah Pertanian Terpadu dengan luas 20 Ha.
h.
Hutan Kota Kas Desa Lempake dengan luas 3,5 Ha.
i.
Hutan Kota Fakultas Pertanian UNMUL dengan luas 6,5 Ha.
j.
Hutan Kota Pasantren Nabil Husein dengan luas 1,75 Ha.
k.
Hutan Kota Pasantren Syachona Cholil dengan Luas 0,25 Ha.
l.
Hutan Kota Rumah Potong Hewan dengan luas 2 Ha.
m. Hutan Kota Hotel Mesra dengan luas 2,3 Ha.
n.
Hutan Kota Jalan Pembangunan Voorfo dengan luas 0,48 Ha.
o.
Hutan Kota Lingkuangan Balai Kota dengan luas 7,64 Ha.
p.
Hutan Kota Lingkungan Lapangan Softball GOR Segiri dengan Luas 0,5 Ha.
q.
Hutan Kota Perpustakaan Samarinda dengan luas 0,6 Ha.
r.
Hutan Kota Ujung Jembatan Mahakam dengan luas 1,5 Ha.
s.
Hutan Kota PT. HARTATY dengan luas 60 Ha.
t.
Hutan Kota PT. Gani Mulya dengan luas 0,097 Ha.
u.
Hutan Kota PT Sumber Mas dengan luas 85 Ha.
v.
Hutan Kota PT Sumalindo dengan luas 3,6 Ha.
w. Hutan Kota Taman Makam Pahlawan dengan luas 0,25 Ha.
x.
Hutan Kota PT Kiani (Teluk Cinta di Selili) dengan luas 6 Ha.
y.
Hutan Kota Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
B. Luas dan letak batas
Luas Hutan Taman Kota Balai Kota Samarinda berdasarkan keputusan Wali
Kota Samarinda Nomor 178/HK-KS/2005 adalah 1,75 Ha, dengan batasan-batasan
wilayah sebagai berikut :
Batas sebelah barat adalah Jalan Raya Bhayangkara Samarinda
Batas sebelah timur adalah Stadion Segiri Samarinda
Batas sebelah selatan adalah Gedung Balai Kota Samarinda
Batas sebelah utara adalah Jalan Kusuma Bangsa
C. Vegetasi
Vegetasi yang terdapat dalam Hutan Kota Balai Kota Samarinda adalah
mahoni
(Swietinia
mahagoni),
sungkai
(Peronema
canescen),
Sengon
(Paraserianthes falcataria), durian (Durio zibethinus), cempedak (Artocarpus integer),
Kemiri (Candlenut, candleberry), trimbesi (Albizia saman), tanjung (Mimusops),
bungur (Lagerstroemia). pohon beringin (Ficus benjamina) serta jenis tanaman
lainnya seperti bambu, aren dan ketapang (Terminalia catappa).
D. Jenis tanah
Jenis tanah berdasarkan monografi kota Samarinda adalah berbukit-bukit
mengandung jenis tanah podsolik merah kuning dan dataran rendah.
E. Iklim
Tipe iklim berdasarkan penggolongan tipe iklim Schmidt dan Ferguson,
wilayah Samarinda termasuk tipe iklim A artinya iklim Tropis dengan jumlah rata-rata
curah hujan 2000 mm/tahun.
F.
Topografi
Keadaan topografi berbukit-bukit dengan kelerengan rata-rata curam,
mempunyai ketinggian tempat 0 s/d. 50 meter dpl.
G. Gambaran Umum Burung
1.
Morfologi burung secara umum
Tubuh burung itu dibedakan atas kepala (caput), leher (cervix),dan ekor
(caundal). Badan burung ditutupi oleh bulu dan mempunyai sisik pada seluruh
bagian kakinya serta bercakar. Pada mulut burung mempunyai paruh yang
bermacam-macam tergantung pada jenis makanannya.
Burung mempunyai ciri khusus diantaranya sebagai berikut :
a) Seluruh badan dan tubuh ditutupi oleh bulu.
b) Mempunyai dua pasang anggota bagian luar, dan mempunyai sepasang
anggota dibagian belakang disesuaikan untuk hinggap dan berenang.
c) Jantung terdiri dari empat ruangan yaitu dua auricular dan dua vientruculus.
d) Respirasi dengan paru-paru.
e) Suhu tubuh tetap.
f) Fertilisasi terjadi dalam tubuh.
g) Memiliki dua belas sayap kepala.
h) Tidak memiliki vesica uninaria, pada hewan betina biasanya memiliki satu
idung telur kiri saluran telur kanan.
i) Memiliki skeleton yang kecil dan baik.
j) Otak mempunyai serebrum dan lobus optikus dan berkembang baik.
k) Memiliki suara-suara yang berbeda menurut jenisnya.
2.
Adaptasi morfologi
Adaptasi ini ditandai dengan penyesuaian bentuk tubuh terhadap
lingkungannya. Selain morfologi burung, kita ketahui bahwa burung memiliki
bentuk kaki yang bermacam-macam sesuai dengan tempat hidup dan jenis
makanannya, (Anonim, 2013).
Berikut ini adalah tipe kaki burung berdasarkan jenisnya dapat dilihat
dibawah ini :
1. Ayam dan burung unta
Memiliki tiga jari menghadap ke depan dan satu jari bagian belakang tidak
tumbuh sempurna, Jari kaki berselaput
2. Itik dan angsa
Jari kaki pendek, kuku melengkung tajam, dan cakar kuat untuk
mencengkeram
3. Burung elang dan rajawali
Jari terdiri atas empat, dengan dua jari berada di depan dan dua jari lainnya
berada di belakang
4. Burung pelatuk
Jari kaki panjang dan telapak kakinya datar untuk bertengger di ranting pohon
5. Burung kutilang dan kenari
Selain tipe kaki burung yang terlihat pada Tabel 1 diatas, burung juga memiliki
bentuk paruh yang bermacam-macam, sesuai dengan makanannya.
Berikut adalah bentuk tipe paruh burung berdasarkan jenis makanannya
adalah :
Pemakan biji-bijian (burung pipit)
Pemakan ikan (burung pelican)
Pemakan daging (burung elang)
Penghisap madu (burung kolibri)
Pemakan serangga (burung pelatuk)
Penangkap ikan (bebek)
Pada tahun 1889 di Berlin, terbit buku berjudul, ”Der Vogelflug Als
Drunlage Von Der Fliegekunst.“ yang artinya Penerbangan burung sebagai dasar
kepandaian terbang oleh manusia. Oleh: Ir. Otto Lilienthal.
Berikut adalah bentuk sayap burung secara umum adalah :
Bulu kecil penutup
Bulu penutup sayap utama
Bulu sayap kedua
3.
Bulu penutup sayap kedua
Bulu-bulu belikat
Bulu penutup sayap bagian tengah
Keanekaragaman dan penyebaran
Keanekaragaman dapat digambarkan dengan diketahui jumlah jenis yang
teramati pada suatu lokasi penelitian, atau dari kombinasi antara jumlah jenis
dengan kerapatan individunya dan keragaman burung terjadi karena faktor
keturunan atau genetis dan lingkungan atau habitan. (Magurran 1988).
Keanekaragaman avifauna di suatu lokasi dapat dipengaruhi oleh adanya
keanekaragaman jenis tumbuhan yang merupakan sumber pakan,tempat
berlindung, bermain maupun bersarang serta keadaan alam yang cocok untuk
kehidupan mereka. Kehadiran vegetasi dengan segala dimensinya (vertical
maupun horizontal) erat hubungannya dengan kehadiran banyak jenis burung,
(Susilo 1989).
Menurut Alikodra (1980). sebaran satwa dapat ditinjau dari segi ruang dan
waktu, hal ini penting untuk dipelajari dalam kaitannya dengan pembinaan
margasatwa karena penyebaran satwa dapat mencerminkan keadaan populasi
dari satwa tersebut.
Penyebaran satwa yang ada saat ini bukanlah suatu hal yang kebetulan,
melainkan sebagai akibat sejarah geologi bumi. Akibatnya terjadi perbedaan
jumlah jenis antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Selain itu
satwa tertentu bersifat khas pada suatu daerah dapat ditemukan pada daerah
lain. Penyebaran satwa juga dipengaruhi oleh kondisi fisiologinya, (Bismark
1986).
Ada tiga faktor yang menyebabkan pergerakan satwa dari satu tempat ke
tempat lainnya yaitu :
a) Faktor yang secara langsung mematikan satwa seperti pemangsa atau
predator, perburuan penyakit, kelaparan, kecelakaan, umur tua dan
sebagainya.
b) Faktor yang menyangkut kualitas dari pada hidup atau habitat satwa misalnya
keterbatasan air, keterbatasan sumber pakan, perlindung dan ruang.
c) Faktor yang berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas lingkungan hidup
satwa misalnya pemungutan hasil hutan, pembangunan industri, pemukiman,
kebakaran hutan, pembangunan pelabuhan dan sebagainya.
4.
Habitat burung
Pada prinsipnya untuk kelangsungan hidup satwa memerlukan suatu
kawasan yang dapat menjamin segala keperluan hidupnya baik makanan, air,
udara bersih, garam mineral dan tempat untuk berlindung, tempat bermain, serta
tempat untuk berkembang biak dan tempat untuk mengasuh anak-anaknya.
Jenis-jenis burung sebagaimana satwa liar lainnya memerlukan sebuah
lingkungan alami untuk tinggal dan berkembang biak yang disebut sebagai
habitat. Habitat terdiri dari beberapa komponen baik fisik maupun biotik, yang
merupakan satu kesatuan dan dipergunakan untuk tempat hidup. Habitat yang
sesuai untuk satu jenis belum tentu sesuai untuk jenis lainnya, karena setiap jenis
satwa liar menghendaki kondisi yang berbeda-beda. (Alikodra, 1990).
Secara umum, habitat burung dapat digolongkan menjadi habitat
perairan.
Habitat
tersebut
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
mempengaruhi cara hidup jenis-jenis burung.
Habitat mempunyai beberapa komponen yang sangat dibutuhkan
margawsatwa. Komponen-komponen tersebut adalah air, makanan, dan
pelindung. Air merupakan komponen habitat yang sangat penting, terutama untuk
minum, karena sebagian besar margasatwa tergantung sekali dengan air untuk
kelangsungan hidupnya. Makanan merupakan faktor pembatas bagi kehidupan
satwa, dimana komposisi makanan bagi setiap jenis satwa sangatlah
berbeda-beda, hal ini ditentukan oleh jenis satwa dan lingkungan hidupnya.
Makanan harus tersedia bagi satwa jika tidak ada atau kurang dari jumlah yang
dibutuhkan maka akan terjadi perpindahan satwa untuk mencari daerah baru
yang tersedia sumber pakannya, sedangkan pelindung sangat diperlukan dan
perannya sangat penting bagi kelestarian suatu populasi.
5.
Pengamatan Burung di Hutan
Mengamati burung adalah hobi, tetapi akan jauh lebih lagi jika burung
yang kita lihat bisa dikenali jenisnya. Sebelum melakukan penelitian sedikit
banyak kita harus terlebih dahulu mengetahui gambaran umum tentang sifat-sifat
hidup setiap jenis satwa, antara lain pengenalan habitat yang disukai satwa
burung, waktu aktif dan tingkah laku satwa yang diantaranya :
a. Jenis satwa
Pengenalan jenis satwa penting diketahui yakni dari tanda-tanda
morfologi yang dimiliki oleh setiap jenis satwa, dengan diketahui tanda-tanda
tersebut kita dapat mengenali dan membedakan jenis dalam suatu kelompok
atau golongan satwa. Untuk keperluan pengenalan jenis satwa dipermudah
oleh kamus satwa.
b. Waktu aktif
Yang dimaksud waktu aktif disini ialah waktu yang di pakai oleh setiap
jenis satwa untuk melakukan kegiatan-kegiatannya.
c. Tingkah laku
Tingkah laku satwa adalah kebiasaan- kebiasaan dalam aktifitas
hidupnya, seperti cara makan, membuat sarang dan sebagainya.
6.
Inventarisasi Satwa
Pengamatan burung dilakukan dengan dua cara antara lain sebagai
berikut :
a. Secara langsung
Pada umumnya setiap jenis satwa dapat dihitung populasinya dengan
inventarisasi langsung. Untuk ini diperlukan jenis, habitat, keaktifan maupun
tingkah laku karena inventarisasi dilakukan langsung ke lapangan, maka
dalam hal ini waktu aktif setiap jenis satwa harus diketahui terlebih dahulu.
b. Secara tidak langsung
Inventarisasi secara tidak langsung ialah dengan melalui tanda dari
satwa yakni beberapa jejak, kotoran, bagian-bagian satwa, suara dan bunyi,
tanda di habitat, bau-bauan satwa, dan sarang satwa.
Perhitungan jumlah populasi satwa dengan cara tidak langsung
umumnya sulit menentukan jumlah harga secara pasti. Oleh sebab itu
dilakukan pendugaan jumlah saja, yang dimaksud pendugaan adalah suatu
istilah umum yang berarti perkiraan dari jumlah tertentu tanpa adanya
perhitungan statistik. Teknik perhitungan didasarkan pada penentuan
perbandingan terhadap beberapa tanda-tanda tersebut diatas, (Masrudy,
2008).
7.
Identifikasi Jenis Burung
Untuk identifikasi jenis burung dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri
khas burung dan tanda-tanda yang sudah kita catat, misalnya penampilan tubuh,
suara, warna bulu burung, bentuk dan ukuran sayap, ekor, warna paruh, mata
dan kaki serta ciri-ciri lain yang dilihat mendominasi, dan tempat dimana burung
itu hidup (habitat) dengan buku panduan lapangan pengenalan burung-burung di
Jawa dan Bali maupun Kalimantan dan Sumatera atau kita bisa menggambar
sketsa sederhana burung tersebut dan mencocokannya, (Mackinnon M. 1984).
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Kota Balai kota Samarinda, dan untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 1, 2 dan izin penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 8.
Waktu pelaksanaan penelitian mulai dari tanggal 12 Mei sampai dengan 12
Juni 2014, pengamatan di lapangan dilakukan pada pagi hari sejak pukul 06.00
sampai 09.00, dan untuk sore hari dilakukan mulai pukul 16.00 sampai 18.00 wita.
Selanjutnya diteruskan dengan pengolahan data dan penulisan.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah burung-burung yang
terlihat di lokasi penelitian. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1.
Teropong, digunakan untuk memperjelas penglihatan terhadap burung yang
diamati
2.
Kamera, digunakan untuk dokomentasi.
3.
Alat tulis untuk mencatat pengambilan data.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini meliputi studi pustaka, orientasi lapangan, dan prosedur
penelitian.
a.
Studi pustaka
Studi pustaka merupakan kegiatan awal untuk memperoleh informasi
yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Informasi-informasi
itu berupa data sekunder yang berhubungan dengan judul penelitian.
b.
Orientasi lapangan
Kegiatan ini bertujuan untuk melihat secara langsung dan mendapatkan
gambaran umum tentang lokasi penelitian.
c.
Prosedur penelitian
Prosedur dalam penelitian ini adalah dilakukan pengamatan pada blok
penelitian dengan ukuran 100 m x 100 m. Dalam blok ini dibuat jalur-jalur
pengamatan dengan panjang 100 meter dan lebar 50 meter. Pada setiap jalur
dibuat titik pengamatan dengan jarak 50 meter (± 60 langkah kaki), dan disetiap
jalur diadakan pengamatan pagi hari yakni pukul 06.00-09.00 dan sore hari pada
pukul 16.00-18.00 WITA. Pengamatan dilakukan di tengah stasion (plot) dengan
mengamati 25 meter ke kanan dan 25 meter ke kiri. Untuk lebih jelas dapat di lihat
pada Lampiran 3 sampai dengan 7.
D. Pelaksanaan Penelitian dan Pengumpulan Data
Metode pengamatan dilakukan secara langsung,(Anonim, 1977). Apabila
kurang jelas objek yang di amati maka menggunakan teropong.
Determinasi dilakukan di lapangan yaitu membandingkan dengan literatur
(Mackinnon. J. 1992) dan (Mackinnon, M. 1984), dan apabila ada jenis yang belum
diketahui, maka dicatat ciri-ciri dan dibawa ke Laboratorium Konservasi Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda untuk dicocokkan dengan literatur yang ada di
Laboratorium Konservasi Politani.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil pengamatan dilapangan pada Hutan Kota Balai Kota Samarinda
diperoleh dan diteruskan di laboratorium untuk diidentifikasi jenis-jenis burung seperti
yang ditampilkan pada Tabel 3 di bawawah ini :
Tabel 3. Jenis-jenis Burung yang Terdapat di Hutan Kota Balai
Kota Samarinda.
No
Jenis
Suku
1
Pipit Benggala (Lonchura fuscan)
Oriolidae
2
3
Gereja (Passer montanus)
Terkukur (Streptopelia chinensis)
Ploceidae
Colombidae
4
5
Murai Batu (Monticola solitaries)
Cucak Kutilang (Phynonotus
aurigaster)
Bubut (Centropus sinensis)
Kucica (Copsychus saularis)
Burung perling mata merah
(Moluccan starling)
Turdidae
Pycnonotudae
6
7
8
Cuculidae
Turdidae
Sturnidae
B. Pembahasan
1.
Burung Pipit Benggala (Lonchura fuscan)
Menurut (Linnaeus 1758), dan pengamatan burung ini mempunyai ukuran
tubuh kecil (± 9,5 cm), atas kepala bagian depan dan tenggorokkan berwarna
hitam. Atap kepala bagian belakang punggung dan sayap kecoklat-coklatan abu.
Paruh keabu-abuan gelap. Pada burung yang belum dewasa warna agak puncak.
Sedangkan keterangan yang lain, sebagai berikut :
a. Tanda-tanda khusus :
a) Di bagian dada berwarna putih.
b) Tubuh kecoklat-coklatan berwarna hitam.
c) Suara : Priieet-priieet-priieet.
b. Penyebaran
Jawa, Lombok, Bali, Sumatra dan Kalimantan.
c. Habitat dan Kebiasaan
Umumnya ditemukan di pedesaan, daerah-daerah perkarangan, kebun,
tegalan, talun, hutan serta daerah-daerah sawah. Di kota pada daerah-daerah
taman,dan di pepohonan yang rimbun sepanjang jalan. Hidup berpasangan
atau
berkelompok.
Bentuk
sarang
bulat,
agak
besar,
dibuat
dari
rumput-rumput atau dau kering. Jumlah telur biasanya 5 buah.
d. Kedudukan burung ini dalam hirarki taksonomi, sbb :
2.
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub Filum
: Vertebrata
Kelas
: Aves
Ordo
: Passeriformes
Famili
: Ploceidae
Genius
: Lonchura
Spesies
: Loncura malacca
Burung Gereja (Passer montanus)
Menurut BirdLife International (2012), dan pengamatan burung ini
berwarna coklat, berukuran sedang (14 cm). garis mata dan mahkota coklat
berangan, dagu kerongkongan dan bercak di samping leher warna hitam, bagian
bawah kuning tua agak abu-abu, tubuh bagian atas berbintik coklat dengan
diselingi lurik putih dan hitam. Burung muda lebih cepat dengan bercak yang
kurang jelas dan keterangan yang lain, sebagai berikut :
a. Tanda-tanda khusus
a) Iris coklat, paruh abu-abu dan kaki coklat
b) Suara : Ber-“crip” dengan rebut dan ber-“twit” dengan cepat.
b. Penyebaran
Eurasia, India, Cina, Sulawesi, dan Filiphina, Kalimantan, Sumatra, Jawa, Bali.
c. Habitat dan Kebiasaan
Berhubungan sangat dekat dengan manusia, hidup berkelompok disekitar
rumah, gudang, dan lain-lain. Mencari makan di taman dan daerah garapan di
atas tanah dengan mematuk biji-biji kecil dan padi beras. Kelompok burung ini
menyerang sawah pada waktu panen.
d. Kedudukan burung ini dalam Hirarki taksonomi :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub Filum
3.
: Vertebrata
Kelas
: Aves
Family
: Placeidae
Genius
: Passer
Spesies
: Passer montanus
Burung Tekukur (Streptopelia chinensis)
Menurut Scopoli (1786), dan pengamatan burung terkukur ialah merpati
yang tirus, dengan ekor yang panjang. Panjangnya burung ini antara 28 hingga
32 cm (11.2-12.8 inci). Burung jenis ini makan biji-bijian. Bagian belakang, sayap
dan ekornya berwarna perang pucat, dengan banyak bintik kuning pucat, dan
untuk ciri-ciri lainnya adalah sebagai berikut :
a. Tanda-tanda khusus
Saat terbang burung ini menonjolkan bulu hitam yang dibatasi oleh tepi
dalaman yang berwarna kelabu pucat.
b. Suara : Ter-kuk-kuk ter-kuk-kuk.
c. Penyebaran
Di kepulauan Sunda, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi.
d. Habitat dan Kebiasaan
Hidup bersama manusia di sekitar desa dan sawah, mencari makan diatas
permukaan tanah dan sering duduk berpasangan di jalan-jalan yang
terbuka.Bila terganggu terbang rendah di atas tanah dengan kepakan sayap
pelan yang khas.
e. Kedudukan burung ini dalam Hirarki taksonomi :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub Filum
: Vertebrata
Kelas
: Aves
Ordo
: Colombiformes
Family
: Columbidae
Genius
: Streptopelia
Spesies
4.
: Streptopelia chinensis
Murai Batu (Monticola solitaries)
Menurut Scopoli (1788), Panjang burung ini sekitar 10 hingga 12 cm.
burung jantan hitam berkilat dengan dada warna berangan (chestnus) dan bulu
putih pada ekor dan hujung ekor. Burung betina biasanya lebih pendek
dibandingkan burung jantan. Kedua hewan ini mempunyai paruh hitam dan kaki
merah jambu, dan untuk ciri-ciri lainnya sebagai berikut :
a. Tanda-tanda khusus
Burung jantan mempunyai warna keperangan atau kelabu, menyerupai
burung betina, dengan dada bertompok.
b. Suara : Suara kuakan tenang, pekikan paruh menciut dan kicauan siulan
pendek merdu.
c. Penyebaran
Semenanjung Malaysia,Sumatra dan Kalimantan.
d. Habitat dan Penyebaran
Kebiasaan menggunakan tenggeran mencolok seperti batu, rumah, tiang, dan
pohon mati untuk menerkam serangga mangsanya di tanah.
e. Burung Murai Batu dalam hirarki taksonomi, sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub Filum
: Vertebrata
Kelas
: Aves
Ordo
: Passeriformes
5.
Family
: Muscicapidae
Genius
: Monticola
Spesies
: Monticola solitaries
Cucak Kutilang (Phynonotus aurigaster)
Menurut Temminck (1828) dan pengamatan bahwa Cucak kutilang atau
kutilang adalah sejenis burung pengicau dari suku pycnonotidae. Ukuran dari
paruh hingga ujung ekor 20 cm, punggung dan ekor berwarna coklat kelabu.
Tenggorokan, leher, dada, dan perut berwarna putih keabu-abuan,atas kepala
mulai dari dahi, topi dan jambul berwarna hitam.
a. Tanda-tanda khusus
Tungging berwarna putih,penutup pantat berwarna jingga, iris mata berwarna
merah, paruh dan kaki berwarna hitam.
b. Suara : Cuk-cuk
c. Penyebaran
Jawa, Sumatra, Sulawesi Selatan dan Jawa
d. Habitat dan kebiasaan
Kebiasaan hidup dalam kelompok yang aktif dan rebut, sering berbaur sesama
jenis, lebih menyukai pepohonan terbuka atau habitat bersemak di pinggir
hutan, tumbuhan sekunder,tama dan perkarangan bahkan kota besar.
e. Kedudukan Burung Cucak Kutilang dalam hirarki taksonomi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub Filum
: Vertebrata
6.
Kelas
: Aves
Odro
: Passeriformes
Family
: pycnonotudae
Genius
: phynonotus
Spesies
: Phynonotus aurigaster
Burung Bubut (Centropus sinensis)
Burung
bubut
berukuran
besar
(52
cm),
berwarna
coklat
kemerah-merahan dan hitam, berekor panjang. Bulu seluruhnya hitam kecuali
sayap, mantel dan bulu penutup sayap berwarna merah seperti buah berangan
yang jelas.
a. Tanda-tanda khusus : iris merah, paruh hitam, kaki hitam.
b. Suara : Suara rangkaian “bub” yang dalam, dimulai dengan perlahan-lahan
temponya meningkat dan nada menurun, lalu nada meninggi dan
tempo memanjang menjadi serangkaian nada yang tetap atau sert
endek dari tempat bunyi “bub” yang senada, ada juga bunyi “plenk”
yang tiba-tiba.”
c. Penyebaran
India, Cina, Asia Tenggara, Fhilipina, Kalimantan, Sumatera, Jawa dan Bali. Di
Jawa dan Bali kadang-kadang di temui di dataran rendah.
d. Habitat dan Kebiasaan
Sering mengunjungi belukar-belukar sekunder, padang ilalang,tepi sungai
yang bersemak-semak dan hutan bakau.sering hinggap diatas tanah tetapi
juga hinggap di semak-semak kecil dan pohon-pohon.lebih menyukai vegetasi
yang rapatbahkan hutan hebat.
e. Kedudukan burung bubut dalam hirarki :
7.
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub filum
: vertebrata
Kelas
: Aves
Ordo
: Cuculiformes
Family
: Cuculidae
Genius
: Centropus
Spesies
: Centropus sinensis
Kucica (Copsychus saularis)
Menurut Susilo Ardley (1993), dan pengamatan burung ini berukuran
sedang (20 cm), berwarna hitam dan putih. Jantan, kepala, dada dan punggung
hitam biru berkilat. Sayap dan bulu ekor bagian tengah hitam, bulu ekor bagian
luar dan garis tengah penutup sayap putih, perut dan pantat putih atau pada ras
amoenus hitam. Betina seperti jantan tapi abu-abu suram bukan hitam, yang
belum dewasa mirip dengan betina tetapi berbintik-bintik, dan untuk ciri-ciri
lainnya sebagai berikut :
a. Tanda-tanda khusus : iris coklat, paruh dan kaki hitam
b. Suara : Nyaring penuh gairah, bervariasi menirukan suara burung lainnya,
tetapi tidak mempunyai nada semerdu kucica hitam.
c. Penyebara : India, Cina, Fhilipina, Kalimantan, Sumatera, Jawa dan Bali.
d. Habitat dan Penyebaran
Dikenal secara luas di taman, pedesaan, hutan sekunder, hutan terbuka, dan
hutan bakau. Pada waktu terbang mecolok dan bertengger pada cabang,
bernyanyi atau memperagaan diri. Mencari makan terutama diatas tanah
dimana secara tetap menurunkan dan mengibaskan ekornya, sebelum
menyentak tertutup dan menggerakkannya keatas lagi.
e. Kedudukan burung kucica dalam hirarki taksonomi :
8.
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub filum
: Vertebrata
Kelas
: Aves
Ordo
: Passeriformes
Family
; Turdidae
Genius
: Copsychus
Spesies
: Copsychus saularis
Perling Mata Mera (Moluccan starling)
Menurut G. R. Gray (1862), dan pengamatan burung ini besar (28 – 41
cm.) dengan ekor sangat panjang dan bertingkat-tingkat. Berwarna mengkilap
dan iris mata berwarna coklat. Bulu-bulu leher berbentuk lanset tetapi tidak
memanjang. Mirip Perling ungu, perbedaan terletak pada ukuran yang lebih kecil,
ekor lebih pendek, dan iris mata berwarna merah.
a. Suara : Kicauan tidak lengkap, berupa rangkaian suara keras. Juga teriakan
“cheeuw” melengking, menurun
b. Persebaran dan ras
Burung penetap yang endemik atau hanya diketahui hidup di Pulau Biak dan
Pulau Nunfor. Terdiri dari 2 sub-spesies, dengan daerah persebaran:
a) Brevicauda (van Oort, 1908): Pulau Numfor, di barat laut Teluk
Cendrawasih (Barat laut Pulau Papua).
b) Magna (Schlegel, 1871): Pulau Biak, di utara Teluk Cendrawasih (utara
Pulau Papua).
c. Tempat hidup dan kebiasaan
Mudah dijumpai, hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bersarang di
pohon yang tinggi di tepi hutan atau di kebun-kebun. Aktif di pohon-pohon
yang sedang berbuah di semua tipe habitat sampai ketinggian 650 m dari
permukaan laut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka Penulis menarik kesimpulkan,
sbb:
1. Bahwa selama melakukan penelitian burung di Hutan Kota Balai Kota
Samarinda, ternyata burung lebih aktif pada pagi hari (07.00 - 09.00 wita.) di
bandingkan sore hari (pukul 16.00-18.00 wita). Tingginya kehadiran pada pagi
hari kemungkinan disebabkan pada saat itu burung keluar dari sarangnya
untuk mencari makan. Selain itu, pengamatan pada pagi hari lebih baik karena
dibantu oleh cahaya matahari.
2. Jenis-jenis burung yang ditemukan selama penelitian di Hutan Kota Balai Kota
Samarinda adalah Pipit Benggala (Lonchura fuscan), Gereja (Passer
montanus), Terkukur (Streptopelia chinensis), Murai Batu (Monticola
solitaries), Cucak Kutilang (Phynonotus aurigaster), Bubut (Centropus
sinensis), Kucica (Copsychus saularis), dan Perling Mata Mera (Moluccan
starling).
B. Saran
Mengingat waktu penelitian yang cukup singkat, maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan waktu yang lebih lama untuk mengetahui
keanekaragaman jenis-jenis burung di Hutan Kota Balai Kota Samarinda lebih
akurat lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, 1980. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Direktur Jendral Pendidikan Tinggi
Pusat Antar Universitas. Bogor.
Anonim. 1977. Pedoman Jenis Inventarisasi/Sensus Satwa.
Anonim. 2013. HYPERLINK
http://Balaiedukasi.blogspot.com/2013/11/Penyesuaian-Makhluk-Hidup-den
gan.html
____________http://Balaiedukasi.blogspot.com/2013/11/Penyesuaian-Makhluk-Hidu
p-dengan.html
Ardley, N. 1993. Birds. Grriseewood and Dempsey. London.
Bismark, M. 1987. Keragaman Burung di Hutan Bakau. Taman Nasional Kutai
Kalimantan Timur. Buletin Penelitian. 482 : 11 – 12.
Boer,C. 1989. Keragaman Jenis Burung di Hutan Lindung Bukit Soeharto dan Hutan
Taman Industry. PT ITCI Kenanga, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Boer, C. 1994. Studi Tentang Keanekaragaman Jenis Burung Berdasarkan Tingkat
Pemanfaatan Hutan Hujan Topis di Kalimantan Timur Indonesia.
Mulawarman Foresty Reports Faculty Of Foresty Mulawarman University
Indonesia-German Forest Projeck/GT2. Samarinda.
Mackinnon, J. 1992. Burung-Burung yang ada di Sumatera, Jawa, Bali dan
Kalimantan.
Mackinnon, M. 1984. Burung di Jawa, dan Bali. Gadja Mada University. Press,
Yogyakarta.
Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University
Press. New. Jersey.
Masrudy, M 2008. Modul Kuliah Manajemen Marga Satwa dan Kawasan Konservasi
Hutan.
Kuspriyanti, E. 1990. Studi Keanekaragaman Jenis Burung di Lingkungan Kampus
Universitas Mulawarman, Gunung Kelua Skripsi Fakultas Kehutanan.
Universitas Mulawarman; Samarinda.
Susilo, A. 1989. Keanekaragaman Jenis Burung pada Hutan Bekas Tebangan di
Mentoko Taman Nasional Kutai. Kalimantan Timur. Winatrop Vol. 4. NO. 2.
Download