1 pelaksanaan strategi pembelajaran seni tari

advertisement
PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN SENI TARI
KOMPETENSI EKSPRESI (BERKARYA TARI)
KELAS XI DI SMA NEGERI 1 GEGER
KABUPATEN MADIUN
Dina Agustiani Suryaningrum1
Hariyanto2
Tri Wahyuningtyas3
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang
Email: [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan strategi
pengorganisasian, penyampaian, dan evaluasi pada pembelajaran seni tari
kompetensi ekspresi (berkarya tari) kelas XI di SMA Negeri 1 Geger. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. 1) Pelaksanaan strategi
pengorganisasian berupa Prota, Promes, Silabus, dan RPP; 2) Pelaksanaan strategi
penyampaian dimulai dari kegiatan awal hingga kegiatan akhir. Adapun materi
mengarah ke berkarya tari Nusantara (Jawa Timur) yang terintegrasi pada program
adiwiyata; 3) Pelaksanaan evaluasi proses meliputi penilaian psikomotor dan
afektif, evaluasi hasil belajar meliputi penilaian ulangan harian, UTS, dan UAS.
Penampilan karya dinilai dari beberapa aspek yaitu wiraga, wirama, dan wirasa,
serta kesesuaian tema, properti, tata rias busana, dan pola lantai.
.
Kata kunci: strategi pembelajaran seni tari, kompetensi ekspresi, berkarya tari
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat
berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang
(Umar,2005:263). Pendidikan lebih menekankan pada pembentukan manusiannya
(penanaman nilai dan sikap). Untuk itu pendidikan memberikan peranan yang
penting karena dapat meningkatkan dan mengembangkan kelangsungan hidup
negara dan bangsa khususnya memperbaiki kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) generasi masa kini dan masa depan sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional, menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003, Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan cara
memperbaiki proses belajar mengajar. Belajar mengajar pada dasarnya adalah
interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa
(Roestiyah,2008:5). Oleh karena itu, Untuk mencapai hasil pembelajaran yang
optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai
keinginan terus mengajar di kelas. Guru dapat memilih dan menggunakan strategi
yang tepat guna mencapai tujuan pembelajaran
Menurut Sanjaya (dalam Jazuli, 2008:167), strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini akan dikaji
strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan evaluasi pada pembelajaran
seni tari kompetensi ekspresi (berkarya tari) di SMA Negeri 1 Geger.
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni tari dan Musik, Jurusan Seni dan Desain, Fakultas
Sastra Universitas Negeri Malang 2013
23
, Dosen Program Studi Seni Rupa dan Tari, Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang
1
2
Adapun menurut Degeng (2005:75-142), strategi pengorganisasian yang mengacu
kepada cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing)
fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan, dan strategi penyampaian
yang mengacu kepada cara-cara yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran
kepada siswa dan sekaligus untuk menerima dan merespon masukan dari siswa.
Sedangkan Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:221) Penilaian atau evaluasi
pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai atau manfaat
kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran.
Oleh karena itu, strategi yang diterapkan seorang guru, baru mendapat
suatu hasil yang optimal jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Dalam suatu pendidikan seni tujuan yang ingin dicapai adalah
pemberian pengalaman estetik. Adapun pengalaman estetik merupakan
pengalaman menghayati nilai keindahan, bagaimanapun keindahan itu dimaknai
(Jazuli,2008:37). Sesuai dengan Kurikulum KTSP yang ada di mana kelompok
mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensivitas, kemampuan
mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni.
Kehadiran pendidikan seni memberikan pengaruh yang sangat besar bagi
siswa seperti yang ada di SMA Negeri 1 Geger. SMA ini menerapkan
pembelajaran seni tari dalam mata pelajaran seni budaya, Pembelajaran seni tari
disini memberikan pengaruh pada perkembangan peserta didik baik dari jurusan
IPA maupun IPS untuk kelas XI. Kompetensi Dasar pada KTSP untuk sajian
mata pelajaran kelas XI semester genap yaitu Mempertunjukkan karya seni tari
kelompok dan kreasi orang lain di sekolah. Hal ini didukung dengan kreativitas
keunikan gerak yang beragam program Adiwiyata Mandiri yang memanfaatkan
tema lingkungan hidup, dan property dari daur ulang sampah memberikan
pengalaman berkesenian yang tinggi kepada siswa. Adapun tujuan program
Adiwiyata itu sendiri adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab
dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola
sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Program Adiwiyata Mandiri di SMA Negeri 1 Geger juga memberikan
pengaruh dalam pembuatan perangkat pembelajaran yang ada, dimana harus
terintegrasi dengan lingkungan hidup seperti yang terdapat pada kompetensi
ekspresi di SMA Negeri 1 Geger tujuan pembelajarannya adalah mengutamakan
pemberian kesempatan ekspresi dan kreatifitas siswa dalam menguasai tarian
melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen dan kreativitas dengan tema lingkungan
hidup.
Materi ekspresi seni pada dasarnya adalah proses pengungkapan kreasi
yang berupa karya seni. Kreasi pada hakekatnya adalah melahirkan sesuatu,
menciptakan sesuatu yang belum ada. Untuk dapat melahirkan sesuatu dibutuhkan
kemampuan kreasi atau daya kreatif, yaitu suatu kualitas yang berhubungan
dengan sensivitas, kelancaran, fleksibelitas, originalitas, pengaturan, analisis, dan
sintesis serta elaborasi (Jazuli,2008:93). Tujuan kegiatan berkreasi dalam
pendidikan seni adalah untuk memberi kemampuan pada siswa dalam mencipta
produk (karya seni) baru. Proses kreasi seni terjadi karena adannya impresi (kesan
mendalam) dari luar lewat penginderaan dan ungkapan (ekspresi) yang keluar dari
diri penciptannya.
Soehardjo (2008:42) menjelaskan bahwa proses penciptaan dalam kegiatan
seni diawali dengan eksplorasi atau penjelajahan, dilanjutkan ekspresi atau
3
percobaan dan diakhiri dengan invensi atau temuan. Kegiatan berkarya
mempunyai rentang mulai menggubah sampai dengan berkarya inovatif.
Menggubah artinya mengadakan perubahan-perubahan dari tari yang sudah ada,
baik gerak maupun pola lantainya.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk :
1) Mendeskripsikan pelaksanaan strategi pengorganisasian pembelajaran seni tari
kompetensi ekspresi (berkarya tari) kelas XI SMA Negeri 1 Geger; 2)
Mendeskripsikan pelaksanaan strategi penyampaian pembelajaran seni tari
kompetensi ekspresi (berkarya tari) kelas XI di SMA Negeri 1 Geger; 3)
Pelaksanaan evaluasi. Penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan ilmu
pengetahuan tentang Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Seni Tari Kompetensi
Ekspresi (Berkarya Tari) pada kelas XI di SMA Negeri 1 Geger diharapan dapat
menambah wawasan peneliti dalam melaksanakan pembelajaran seni tari di
sekolah, pegangan guru yang nantinya dapat dijadikan reflektor untuk kegiatan
pembelajaran selanjutnya, menjadi panutan bagi seluruh sekolah yang ada di
Kabupaten Madiun dalam menerapkan pembelajaran seni tari dimana
pembelajaran berkarya tari dan diharapkan menjadi tambahan khasanah ilmu
pengetahuan dan dapat memberikan informasi tentang strategi pembelajaran seni
tari dalam upaya pengembangan dan pengayaan sehingga bermanfaat bagi
mahasiswa Pendidikan Seni Tari dan Musik.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian
deskriptif kualitatif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta
hubungan-hubungan antar fenomena yang diteliti (Sugiyono, 2011:19). Dalam
penelitian deskriptif kualitatif, peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Di
samping itu kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh guru seni
tari di SMA Negeri 1 Geger Kabupaten Madiun. Penelitian ini dilaksanakan di
SMA Negeri 1 Geger Kabupaten Madun. Sekolah ini berada di jalan Raya Uteran
Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun. Sumber data penelitian ini adalah sumber
data primer dan sekunder.
Prosedur pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi, dan
wawancara. Prosedur yang ditempuh untuk menganalisis data dalam penelitian ini
Menurut Sugiyono (2011:247) adalah pendekatan analisis data model interaktif
yaitu: 1) reduksi data; 2) penyajian data; 3) penarikan kesimpulan. Pengecekan
keabsahan data berupa perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan
triangulasi teknik dan sumber. Tahap penelitian dilakukan melalui tiga tahap
yakni, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.
HASIL
Pelaksanaan Strategi Pengorganisasian Pembelajaran Seni Tari Kompetensi
Ekspresi (Berkarya Tari) Kelas XI di SMA Negeri 1 Geger
Berdasarkan analisis pengorganisasian sebelum proses belajar
pembelajaran dimulai terlebih dahulu guru membuat perangkat pembelajaran,
dimana perangkat pembelajaran di dalamnya terdapat seperti Prota (Program
Tahunan), Promes (Program Semester), Silabus dengan menggunakan Standar
Kompetensi (mengekspresikan diri melalui karya seni tari) dan Kompetensi Dasar
4
(mempertunjukkan karya seni tari kelompok dan kreasi orang lain di sekolah),
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sebagai pegangan guru dalam
mengajar, serta jurnal kegiatan belajar mengajar, daftar hadir tatap muka saat
proses belajar mengajar (KBM) atau absensi, materi pembelajaran, dan media
yang dibutuhkan pada saat materi pembelajaran berlangsung berupa laptop, tape,
CD pembelajaran. Jadi dalam pelaksanaan pembelajaran tugas yang dilakukan
oleh guru adalah merencanakan pembelajaran.
Tujuan
Tujuan pembelajaran dalam berkarya tari ini yang pertama 1) untuk
melestarikan dan mengenal budaya Nusantara; 2) dapat mengidentifikasi gagasan
berkreasi tari dan langkah-langkah tentang: gerak, pola lantai, level, iringan,
kostum, tata rias, busana, property tari sehingga dapat menumbuhkan nilai estetik
dan cinta budaya; 3) untuk memberikan ketrampilan siswa dalam mengeksplor
kreatifitas dalam gerak, musik, dan ekspresi; 4) menumbuhkan tanggung jawab
dan kerjasama siswa dalam satu kelompok; 5) mengembangkan sikap dan
kreativitas siswa serta mengembangkan kualitas kepenarian.
Materi
Dalam pembuatan karya tari siswa dibekali pengetahuan tentang
komposisi tari dan eksplorasi gerak, cara menyusun naskah yang memuat isi tema
tari, sinopsis, gerak tari, pola lantai, kostum, iringan dan properti tari, serta
pustaka yang menunjang dalam pembuatan koreografi tari berupa karya-karya
kreasi orang lain. Pembuatan karya tari diarahkan pada kurikulum yang dipakai
mengacu pada program adiwiyata yaitu lingkungan hidup, yang nantinya tema
tari, judul tari, properti yang dipakai diarahkan pada lingkungan hidup.
Metode
Metode yang digunakan yaitu metode ceramah, diskusi, demonstrasi,
praktek, penugasan, serta metode tutor sebaya dan eksplorasi.
Media
Media pembelajaran berupa media elektronik berupa: CD pembelajaran,
tape recorder, laptop, dan media yang menunjang pembelajaran tari berupa;
gamelan, properti, busana tari, ruang praktek berupa ruangan terbuka berbentuk
pendopo, serta sumber penunjang lain dalam proses pembelajaran di kelas berupa
media cetak yaitu buku seni tari.
Penilaian
Terdapat 3 penilaian dalam pembelajaran: 1) Penilaian saat tatap muka
terbagi dua, yang pertama yaitu psikomotor berupa: a) Penguasaan materi gerak,
b) Teknik gerak, c) Harmonisasi. Untuk afektif berupa: a) Kehadiran, b)
Keseriusan, c) Komunikasi, d) Kerjasama. 2) Penilaian penugasan terstruktur
siswa membuat deskripsi ragam gerak tari kelompok, 3) Penilaian tatap muka
tidak terstruktur siswa menyusun karya tari kelompok/berpasangan di sekolah.
Selain itu juga diadakan penilaian ulangan harian, UTS, dan UAS. Penilaian
berupa tugas individu, dan bentuk tagihan berupa praktek / unjuk kerja, lembar
pengamatan, Pada intinnya penilaian yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran ini menggunakan skala huruf dan angka.
5
Pelaksanaan Strategi Penyampaian Pembelajaran Seni Tari Kompetensi
Ekspresi (Berkarya Tari) Kelas XI di SMA Negeri 1 Geger
Berdasarkan analisis data, materi diberikan di awal semester dengan
memberi stimulus kreatifitas mengeksplor gerak melalui property, menentukan
batasan daerah yang digunakan untuk berkarya, mengarahkan untuk mencari
iringan yang sudah ada dan mengunduh di internet, memberi contoh gerak dan
irama menjadi harmonisasi, menjelaskan teknik gerak dan ekspresi karakter tari,
memberi contoh gerak dengan property, menjelaskan alur suasana dalam karya
tari, dan terakhir mendemostrasikan ragam gerak berpasangan kelompok putra
dan putri.
Penyampaian Materi
Materi tari pada semester ini diarahkan menuju penggarapan karya tari
kelompok nusantara (Jawa Timur) yang bertemakan lingkungan hidup sesuai
program adiwiyata mandiri dari sekolah. Kegiatan eskpresi yang tinggi menuntut
siswa berkarya tari dengan suatu pesan moral dan tanggung jawab untuk cinta
lingkungan. Materi disesuaikan potensi siswa dalam satu kelas dari pertimbangan
nilai semester satu. Seperti yang terlihat di kelas XI-S2 diarahkan pada
lingkungan hidup dengan tema kegiatan sehari-hari bertani atau bercocok tanam.
Materi mengambil tarian dari daerah Madura yaitu karapan sape yang nantinya
gerak yang ada distilir untuk dibuat sebuah gerak tari baru, tapi tidak merubah
musik dan etnik daerah yang ada.
Diawali dengan pemberian materi tentang komposisi tari, penggunaan
properti untuk diolah menjadi gerak tari, langkah-langkah dalam pembuatan karya
tari, Proses kreatif dalam berkarya untuk mencari gerak dengan bereksplorasi dan
improvisasi. Untuk tahap pemula terdapat 3 tahap dalam bereksplorasi; (1) dengan
cara siswa diarahkan mengenal frase yaitu mengeja kata dengan menyebutkan
setiap huruf dari nama setelah itu mengidentifikasi tiap huruf untuk dibentuk
dalam gerak; (2) guru memakai cara dengan menggunakan alat, tiap anak
mengeksplor gerak sesuai dengan imajinasi; (3) dari tayangan video tari, siswa
mengapresiasi setelah itu mengekspresikan sesuai dengan musik dan gerak yang
ada menjadi gerak baru.
Metode
Metode yang digunakan yaitu tutor sebaya, eksplorasi, praktek,
demonstrasi, diskusi, dan ceramah. Guru bertindak sebagai fasilitator, motivator,
dan evaluator dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru masih berperan sebagai
penular pikiran dan ketrampilan kepada siswa dan juga menyediakan media
pengajaran untuk membantu terciptanya pengajaran yang efektif dan efisien.
Media
Dapat diketahui dalam prakteknya guru hanya memanfaatkan fasilitas
laptop, CD pembelajaran dan memanfaatkan sarana yang ada berupa ruang
praktek tari.
Pengelolaan Kelas
Guru dapat membimbing siswa dalam pembentukan kelompok , dimana
dalam satu kelas dibagi menjadi satu kelompok besar sejumlah 15 anak yang
nantinya ada yang berperan sebagai perempuan dan laki-laki. Serta siswa dapat
berlatih gerak sesuai peran masing-masing dengan menggunakan properti yang
didukung dengan musik.
6
Pelaksanaan Evaluasi pada Pembelajaran Seni Tari Kompetensi Ekspresi
(Berkarya Tari) Kelas XI di SMA Negeri 1 Geger
Proses belajar
Adanya evaluasi di setiap kali pertemuan yang meliputi aspek psikomotor
dan afektif, adapun untuk penilaian psikomotor yang diamati guru dalam
pembelajaran ini berupa penguasaan materi gerak, teknik gerak , dan harmonisasi
dengan menggunakan skor angka. Dan untuk afektif , guru juga menilai keaktifan
siswa seperti: kehadiran, keseriusan, komunikasi, dan kerjasama dengan
menggunakan skor nilai huruf.
Hasil Belajar
Untuk ulangan harian, hal ini dimaksudkan untuk mengukur penguasaan
siswa terhadap gerak tari yang dibuat setelah tiga kali penilaian proses atau setiap
satu bulan sekali. UTS dilakukan setiap tengah semester, hal ini dimaksudkan
untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi gerak yang telah
dilakukan selama setengah semester, dan hasilnya bisa dijadikan rujukan bagi
guru untuk melakukan evalusi pembelajaran yang telah dilakukan, bila hasil UTS
baik maka pembelajaran yang telah dilakukan bisa dipertahankan. Namun bila
hasil UTS kurang baik maka guru perlu memperbaiki pembelajaran yang telah
dilakukan. Sedangkan UAS adalah ujian yang dilakukan di akhir tahun yang
nantinya berupa pagelaran karya tari siswa di sekolah. Penilaian yang dilakukan di
akhir semester atau UAS dalam pembelajaran berkarya tari kelompok Nusantara
(Jawa Timur) adalah menampilkan karya dalam bentuk pagelaran kecil di sekolah
dalam penilaian penampilan karya dinilai dari beberapa aspek meliputi wiraga,
wirama, dan wirasa, serta kesesuaian tema, properti, tata rias busana, dan pola
lantai.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan Strategi Pengorganisasian Pembelajaran Seni Tari Kompetensi
Ekspresi (Berkarya Tari) Kelas XI di SMA Negeri 1 Geger
Sesuai dengan peraturan yang ada dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan bahwa Guru wajib membuat pengorganisasian pengajaran terlebih
dahulu sebelum melakukan pengajaran. Adapun cara yang ada yakni membuat
urutan (Sequencing) terkait dengan cara pembuatan urutan penyajian isi suatu
bidang studi dan mensintesis (Synthesizing) terkait dengan cara untuk
menunjukkan kepada siswa hubungan atau keterkaitan antara fakta, konsep,
prosedur, atau prinsip suatu isi pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan strategi
pengorganisasian menurut Degeng (2005:75) bahwa pengorganisasian
pembelajaran merupakan cara untuk menata isi suatu bidang studi, dan kegiatan
ini berhubungan dengan tindakan pemilihan isi atau materi, panataan isi,
pembuatan diagram, format dan sejenisnya
Tujuan
Tujuan pembelajaran berkarya tari di SMA Negeri 1 Geger sudah sesuai
dengan apa yang di harapkan oleh Dinas Pendidikan, diketahui bahwa tujuan
pembelajaran dalam berkarya tari ini yang pertama (1) untuk melestarikan dan
mengenal budaya Nusantara. Hal ini dapat terlihat dengan siswa dapat
mengidentifikasi gagasan tari, antara lain: ragam gerak tari, iringan, kostum, tata
rias, busana, dan property tari sehingga dapat menumbuhkan nilai estetik dan
cinta budaya; (2) untuk memberikan ketrampilan siswa dalam mengeksplor
7
kreatifitas dalam gerak, musik, dan ekspresi; (3) menumbuhkan tanggung jawab
dan kerjasama siswa dalam satu kelompok; (4) mengembangkan sikap, kreativitas
siswa serta kualitas kepenarian. Berdasarkan pernyataan diatas tujuan
pembelajaran terkait dengan tujuan instruksional (tujuan proses belajar dan
mengajar) menurut Sudjana (2005:58) bahwa tujuan instruksional menyangkut
tujuan yang hendak kita capai dalam kegiatan pendidikan kita sehari-hari. Tujuan
instruksional inilah yang paling kecil dan terlihat dari keseluruhan tujuan yang
ada, dan inilah yang secara nyata dapat dicapai oleh siswa. Pada dasarnya menurut
Hamalik (2001:80) tujuan pendidikan memberikan pedoman atau petunjuk kepada
guru dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau menyediakan
lingkungan belajar bagi siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan
pembelajaran dapat berhasil apabila seorang pengajar tepat dalam memilih dan
menentukan metode yang digunakan atau menyediakan lingkungan belajar bagi
siswa. Serta dapat menyesuaikan dengan kemampuan siswa, karakter siswa dan
sesuai dengan kurikulum yang ada.
Materi
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dalam pembuatan karya tari, siswa
dibekali pengetahuan tentang tentang komposisi tari dan eksplorasi gerak, cara
menyusun naskah yang memuat isi tema tari, sinopsis, gerak tari, pola lantai,
kostum, iringan dan properti tari, serta pustaka yang menunjang dalam pembuatan
koreografi tari berupa karya-karya kreasi orang lain. Pembuatan karya tari
diarahkan pada kurikulum yang dipakai mengacu pada program adiwiyata yaitu
lingkungan hidup, yang nantinya tema tari, judul tari, properti yang dipakai
diarahkan pada lingkungan hidup. Hal tersebut berkaitan dengan pernyataan
Djamarah dan Zain (2006: 43) bahwa bahan pelajaran atau materi adalah substansi
yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar.
Metode
Guru pengajar seni tari di SMA Negeri 1 Geger memilih dan penentukan
metode disesuaikan dengan model pembelajaran yang dipakai adapun model
yang terlihat berdasarkan penelitian yaitu model progresif yang berorentasi pada
pembelajaran seni ekspresi (Soehardjo, 2011:14). Adapun metode yang sesuai
dengan model progresif adalah 1) metode demonstrasi, 2) metode diskusi, 3)
metode analisis dan empatik, 4) metode tanya jawab, dan 5) metode eksperimen.
Sedangkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, metode yang dipakai
dalam pembelajaran ini adalah metode ceramah, diskusi, demonstrasi, praktek,
penugasan, serta metode tutor sebaya dan eksplorasi. Dalam hal ini guru
menggunakan lebih dari satu metode. Guru menetapkan metode sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan karakter materi pembelajaran. Lebih lanjut diungkapkan
Djamarah dan Zain (2006:75), bahwa pemakaian metode yang satu digunakan
untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain, juga
digunakan untuk mencapai tujuan yang lain.
Hal ini berkaitan dengan strategi pembelajaran menunjuk kepada
bagaimana guru mengatur keseluruhan proses belajar-mengajar, meliputi;
mengatur waktu, pemenggalan penyajian, pemilihan metode, pemilihan
pendekatan, dan sebagainya (Arikunto, 2003:299) dengan pengertian ini maka di
dalam memikirkan strategi, sekaligus guru memikirkan metode dan pendekatan
juga.
8
Media
Diketahui bahwa media pembelajaran dalam pengorganisasian seni tari
berupa media elektronik yaitu CD pembelajaran, tape recorder, laptop, dan media
yang menunjang pembelajaran seni tari berupa; gamelan, properti, busana tari,
ruang praktek berupa ruangan terbuka berbentuk pendopo, serta sumber
penunjang lain dalam proses pembelajaran di kelas berupa media cetak yaitu buku
seni tari. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Winatapura (dalam Djamarah
dan Zain,2006:122) menjelaskan bahwa mengelompokkan sumber-sumber belajar
menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku, media massa, alam lingkungan, dan
media pendidikan.
Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran
sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut sesuai dengan
Djamarah dan Zain (2006:122) Media mempunyai fungsi melicinkan jalan
menuju tercapainya tujuan pengajaran, dilandasi dengan keyakinan bahwa proses
belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik
dalam tenggang waktu yang cukup lama.
Penilaian
Dalam proses pembelajaran guru seni tari telah menggunakan jenis dan
bentuk penilaian praktek dan pedoman pengamatan. Penilaian pembelajaran yang
bersifat praktek seni tari, sasarannya meliputi segi keterampilan, tes perbuatan
atau peragaan, serta aspek sikap dan inisiatif atau suasana, partisipasi siswa di
dalam kegiatan pembelajaran. Untuk penilaian keterampilan (praktek) tari,
terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek yang akan dinilai. Sasaran pokoknya
dirumuskan terlebih dahulu agar nilai benar-benar terarah, di sini untuk
Kompetensi Dasar (mempertunjukkan karya seni tari kelompok dan kreasi orang
lain di sekolah) terdapat 3 penilaian dalam pembelajaran: 1) Penilaian saat tatap
muka terbagi dua, yang pertama yaitu psikomotor berupa: a) Penguasaan materi
gerak, b) Teknik gerak, c) Harmonisasi. Yang kedua afektif berupa: a)
Kehadiran, b) Keseriusan, c) Komunikasi, d) Kerjasama. 2) Penilaian penugasan
terstruktur siswa membuat deskripsi ragam gerak tari kelompok, 3) Penilaian tatap
muka tidak terstruktur siswa menyusun karya tari kelompok/berpasangan di
sekolah. Selain itu juga diadakan penilaian ulangan harian, UTS, dan UAS.
Penilaian berupa tugas individu, dan bentuk tagihan berupa praktek / unjuk kerja,
dan lembar pengamatan. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Sumarna
Surapranata dan Muhamad Hatta (2004) dalam Zaenal Arifin (2009:190) bahwa
jenis-jenis penilaian yaitu tes tertulis, tes perbuatan, pemberian tugas, penilaian
kinerja (performance assessment), penilaian proyek, penilaian hasil kerja peserta
didik (product assessment), penilaian sikap, dan penilain portofolio.
Pelaksanaan Strategi Penyampaian Pembelajaran Kompetensi Ekspresi
(Berkarya Tari) Kelas XI di SMA Negeri 1 Geger
Penyampaian materi
Penyampaian materi pada semester ini diarahkan menuju penggarapan
karya tari kelompok Nusantara yang bertemakan lingkungan hidup sesuai
program adiwiyata mandiri dari sekolah dengan Standar Kompetensi
(mengekspresikan diri melalui karya seni tari) dan Kompetensi Dasar
(mempertunjukkan karya seni tari kelompok dan kreasi orang lain di sekolah).
Namun pada kenyataanya pembelajaran berbasis budaya lokal yang mengambil
9
tari kreasi daerah dari Jawa Timur (Madura). Dari pernyataan tersebut diketahui
bahwa adiwiyata sebenarnya lebih mengungulkan kearifan budaya lokal. Hal ini
terkait pernyataan tentang program adiwiyata menurut Kementrian Lingkungan
Hidup (2012:3) bahwa adiwiyata merupakan cara-cara yang simpatik, kreatif,
inovatif dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya lokal.
Seperti yang terlihat di kelas XI-S2 dalam pembelajaran berkarya tari
diarahkan menuju penggarapan karya tari kelompok Nusantara (Jawa Timur)
dengan tema lingkungan hidup. Materi mengambil tarian kreasi yang sudah ada
yang nantinya gerak asli distilir untuk dibuat sebuah gerak tari baru, dengan tema
dan judul berbeda, tapi tidak merubah musik dan etnik daerah yang ada. Hal
tersebut sejalan dengan pernyataan Masunah dan Narawati (2003:259) bahwa
dalam pembelajaran tari di sekolah dapat dilakukan kegiatan reproduktif, yaitu
kegiatan yang diarahkan untuk mempelajari hasil karya orang lain, untuk
memperkaya pengetahuan batin dan ketrampilannya, serta menunjang kegiatan
kreatifnya. Misalnya dengan mempelajari tari daerah setempat atau tari daerah
lain.
Adapun bahan ajar atau materi pembelajaran dalam berkarya tari meliputi:
komposisi tari dan eksplorasi gerak, cara berkarya tari, langkah-langkah dalam
pembuatan karya tari, serta pustaka yang menunjang dalam pembuatan koreografi
tari berupa karya-karya kreasi orang lain. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh
Sudjana (2005:67) bahan ajar adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat
berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui bahan ajar siswa diantarkan
kepada tujuan pengajaran.
Dari hasil temuan penelitian diketahui dalam mengeksplor gerak untuk
tahap pemula siswa diarahkan untuk mengenal frase, menggunakan alat, dan
menstilir gerak. Hal ini terkait pernyataan Sumandiyo (dalam Hidajat, 2008:52)
bahwa eksplorasi merupakan sebuah proses kreatif dalam menanggapi rangsangan
(rangsangan awal: idesional, auditif, visual, rabaan, atau kinestetis). Proses ini
merupakan sebuah langkah awal menjajaki berbagai kemungkinan yang dapat
dijadikan langkah awal dalam menentukan teknik, gaya, atau berbagai hal yang
memiliki daya tarik.
Penggunaan Metode
Djamarah dan Zain (2006: 46) juga mengemukakan salah satu usaha yang
tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode
sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan
belajar mengajar. Berikut akan dijelaskan masing-masing metode yang dipakai:
a) Metode tutor sebaya
Penggunaan metode tutor sebaya terlihat pada saat siswa membentuk
kelompok besar yang dipimpin salah satu anak dalam berdiskusi membahas
masalah alur cerita atau adegan berkarya tari, tutor di sini ditugaskan mencipta tari
bertema membimbing. Hal ini sejalan dengan pernyataan Winatapura (1999:380)
bahwa seorang teman atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru (sesuai
kriteria menjadi tutor sebaya) dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Pengajaran dengan tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa
dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk
membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu
konsep. Tutor tersebut diambil dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi.
10
Tutor sebaya merupakan bagian dari Cooperative Learning atau belajar bersama,
siswa yang kurang mampu dibantu belajar oleh teman-teman sendiri yang lebih
mampu dalam suatu kelompok. Bentuknya adalah satu tutor membimbing satu teman,
atau satu tutor membimbing beberapa teman dalam kelompok.
b) Metode eksplorasi
Penggunaan metode eksplorasi terlihat pada saat praktek siswa mencari
gerak dan menciptakan gerak tari, dalam menciptakan gerak tari siswa masih
mendapatkan pengarahan dari guru. Hal tersebut terkait pernyataan Iriaji
(2011:27) tentang metode ekspresi terikat bahwa metode ekspresi terikat
merupakan cara pembelajaran kegiatan praktek berkarya seni dalam bentuk
kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa dalam mencipta suatu karya
seni, tetapi yang mendapat pengarahan.
c) Metode demonstrasi
Penggunaan metode demonstrasi terlihat pada saat proses pembelajaran
guru memberi ragam gerak menggunakan properti, kemudian siswa siswa diminta
mendemonstrasikan gerak tari tersebut secara bersama-sama.
d) Metode diskusi
Penggunaan metode diskusi terlihat pada saat siswa membentuk kelompok
besar dan berdiskusi membahas masalah alur cerita atau adegan dalam karya tari.
Hal tersebut terkait pernyataan Sujana (2005:79) bahwa metode diskusi pada
dasarnya tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan
lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan
keputusan bersama.
e) Metode ceramah
Penggunaan metode ceramah terlihat pada saat guru menyampaikan materi
pembelajaran tentang pembelajaran berkarya tari, yang diarahkan pada lingkungan
hidup dengan tema kegiatan sehari-hari bertani atau bercocok tanam, penggunaan
properti diolah menjadi gerak tari. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Nana
Sujana (2005:77) bahwa metode ceramah merupakan cara mengajar dengan
penuturan secara lisan tentang suatu bahan yang telah ditetapkan dan di dukung
dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan
penggunaanya.
Penggunaan Media
Dalam pembelajaran ini media yang digunakan berupa media elektronik
yaitu CD pembelajaran, tape recorder, laptop, dan media yang menunjang
pembelajaran seni tari berupa; gamelan, properti, busana tari, ruang praktek
berupa ruangan terbuka berbentuk pendopo, serta sumber penunjang lain dalam
proses pembelajaran di kelas berupa media cetak yaitu buku seni tari. Tetapi pada
praktenya hanya media laptop dan CD pembelajaran yang digunakan. Laptop
merupakan media audiovisual yang mana merupakan media untuk penglihatan
dan pendengaran. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Arsyad (2010:91)
bahwa media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
kedua jenis media auditif (media untuk pendengaran) dan media visual (media
untuk penglihatan).
Bahwasannya penggunaan media berdampak positif yaitu membangkitkan
minat dan motivasi belajar seperti yang dikatakan menurut Hamalik (dalam
11
Arsyad, 2010:6) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa.
Pengelolaan Kelas
Berdasarkan hasil penelitian proses pembelajaran pada kegiatan awal
sampai pada kegiatan akhir dapat terkondisi dengan baik. Di awal kegiatan guru
memulai pelajaran dengan berdoa terlebih dahulu dan mengabsen siswa. Pada
kegiatan inti guru menjelaskan tentang materi pembelajaran tentang
berkarya,setelah itu siswa berproses bereksplorasi membuat gerak tari dan
memadukannya dengan musik. Dilanjut siswa mempersentasikan gerak tari dan
guru mengambil nilai proses harian. Pada kegiatan akhir guru memberikan
bimbingan siswa yang masih kesulitan dan menutup pelajaran dengan berdoa.
Selain itu Guru juga dapat membimbing siswa dalam pembentukan kelompok.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa guru dapat mengelola kelas dengan
baik, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara kondusif. Hal ini sesuai yang
dikatakan oleh Djamarah dan Zain (2006:173) bahwa pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Untuk ruang praktek juga sudah cukup luas dan kondusif sehingga
siswa dapat belajar dengan maksimal.
Dalam proses pembelajaran suatu masalah pada siswa bisa saja terjadi.
Hal ini bisa saja disebabkan karena pengelolaan kelas yang kurang tepat. Di sini
dapat diketahui bahwa guru seni tari di SMA Negeri 1 Geger hanya satu orang
maka dari itu guru berusaha melakukan pendekatan langsung terhadap siswa,
dengan cara guru menunjuk satu siswa yang sudah dianggap menguasai materi
yang memiliki tingkat terampil menuju mahir di kelas untuk membantu temantemannya yang kurang paham atau yang disebut tutor sebaya, namun guru juga
tetap mengevaluasi hasil karya siswa, dan memberi pengarahan. Hal tersebut
sejalan dengan pernyataan Arikunto (dalam Djamarah dan Zain, 2006:177) bahwa
pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai
kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang
diharapkan.
Pelaksanaan Evaluasi pada Pembelajaran Kompetensi Ekspresi (Berkarya
Tari) Kelas XI di SMA Negeri 1 Geger
Evaluasi proses
Berdasarkan hasil penelitian dalam pelaksanaan pembelajaran ekspresi
mata pelajaran seni tari dalam kelas guru sering menggunakan jenis dan bentuk
tes perbuatan yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang
memungkinkan terjadinya praktik dan pedoman pengamatan. Evaluasi
pembelajaran yang bersifat praktek berkarya tari, sasaran penilaiannya berupa
psikomotor, meliputi: penguasaan materi gerak, teknik gerak, dan harmonisasi
Dan penilaian afektif, meliputi: a) Kehadiran, b) Keseriusan, c)
Komunikasi, d) Kerjasama. Hal tersebut terkait Masunah dan Narawati
(2003:263) bahwa penilaian proses diarahkan pada pengamatan sikap siswa saat
pembelajaran berlangsung. Cara demikian merupakan bentuk penilaian non-test.
12
Evaluasi hasil
Berdasarkan hasil penelitian evaluasi yang digunakan guru menggunakan
jenis evaluasi presentasi kerja kelompok untuk menilai kerjasama antar kelompok,
sebab dengan cara mengamati siswa dapat mempermudah penilaian individu atau
pun praktek ekspresi kelompok. Adapun evaluasi di SMA Negeri 1 Geger ada
empat tahap, yaitu (1) nilai proses atau evaluasi harian, (2) nilai ulangan harian,
(3) penilaian UTS, dan (4) penilaian UAS. Evaluasi harian atau nilai proses
dilaksanakan setiap proses pembelajaran, evaluasi ini dilakukan untuk mengukur
sejauh mana tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap gerak tari yang
telah dibuat setiap pertemuannya. Sedangkan ulangan harian, hal ini dimaksudkan
untuk mengukur penguasaan siswa terhadap gerak tari yang dibuat setelah tiga
kali penilaian proses atau setiap satu bulan sekali. Sedangkan UTS dilakukan
setiap tengah semester, hal ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi gerak yang telah dilakukan selama setengah
semester, dan hasilnya bisa dijadikan rujukan bagi guru untuk melakukan evalusi
pembelajaran yang telah dilakukan, bila hasil UTS baik maka pembelajaran yang
telah dilakukan bisa dipertahankan. Namun bila hasil UTS kurang baik maka guru
perlu memperbaiki pembelajaran yang telah dilakukan. Sedangkan UAS adalah
ujian yang dilakukan di akhir tahun yang nantinya berupa pagelaran karya tari
siswa di sekolah.
Dari temuan penelitian evaluasi hasil berupa pagelaran karya seni tari
siswa di sekolah yang dijelaskan menurut Jazuli (2008:202) bahwa aspek yang
dinilai berkaitan dengan produk karya seni yang disesuaikan dengan indikator
esensial dalam karya seni tersebut. Dari paparan data tertulis penilaian penampilan
karya dinilai dari beberapa aspek meliputi wiraga, wirama, dan wirasa, serta
kesesuaian tema, properti, tata rias busana, dan pola lantai. Penilaian wirasa,
wiraga, dan wirama sesuai dengan pernyataan Jazuli (2008:116) di dalam dunia
tari terdapat alat (kriteria) sebagai tolak ukur penilaian praktek, yang meliputi tiga
aspek yaitu wiraga, pada dasarnya terkait erat dengan cara penilaian bentuk yang
tampak kasat mata (bentuk fisik) tarian yang dilakukan oleh penari. Dari sudut
pandang ini ketrampilan penari dalam menari diukur dengan ketentuan yang
ditetapkan. Misalnya bagaimana sikap dan bentuk gerakan, keruntutan dan
kesinambungan antara gerak, dan sebaginya. Wirama, untuk menilai kemampuan
penari dalam menguasai irama, baik irama musik ringannya maupun irama gerak
(ritme gerak) yang dilakukan oleh sang penari. dan wirasa, penghayatan yang
prima dari seorang penari, seperti penghayatan terhadap karakter tokoh / peran
yang dibawakan , jenis dan karakter gerak yang harus dilakukan , ekspresi yang
harus dimunculkan.
Penilaian hasil belajar berupa kesesuaian tema, properti, tata rias busana,
dan pola lantai dalam pagelaran karya tari juga terkait dengan pernyataan
Masunah dan Narawati (2003:263) bahwa kriteria penilaian karya, tidak hanya
wiraga, wirama, dan wirasa saja tetapi juga kreativitas (misalnya: kesesuaian
tema dengan perwujudan tari, iringan, serta kostumnya).
Evaluasi hasil yang dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan dan
pemahaman siswa dari materi berkarya tari, dan hasil dari evaluasi ini bisa
dijadikan pedoman bagi guru untuk mengevaluasi pembelajaran yang telah
dilakukan selama setahun, evaluasi pembelajaran ini berkaitan dengan tujuan awal
atau tujuan instruksional (tujuan proses belajar dan mengajar).
13
Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi yang dilakukan dalam
pembelajaran berkarya tari di SMA Negeri 1 Geger dilakukan dengan baik,
sehingga dapat menjadikan proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian, disimpulkan bahwa: 1)
Di dalam pelaksanaan strategi pengorganisasian pembelajaran kompetensi
ekspresi (berkarya tari) pada kelas XI di SMA Negeri 1 Geger dibuat secara
tertulis, terlebih dahulu guru bidang studi menyiapkan beberapa perangkat
pembelajaran antara lain seperti Silabus, RPP, Prota (Program Tahunan), Promes
(Program Semester), jurnal kegiatan belajar mengajar,dan daftar hadir tatap muka
saat proses belajar mengajar (KBM) atau absensi. Secara keseluruhan dari tujuan,
metode, media, bahan ajar atau materi, dan penilaian sudah terperinci dengan
baik, meskipun ada sedikit kendala dalam penyusunan langkah-langkah
pembelajaran yang kurang terperinci. Namun tidak begitu berpengaruh terhadap
kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pelaksanaan strategi penyampaian pembelajaran seni tari
kompetensi ekspresi (berkarya tari) pada kelas XI di SMA Negeri 1 Geger sudah
berjalan dengan baik, terlihat bahwa guru seni tari mampu melakukan
pembelajaran, diantaranya yaitu: a) Guru seni tari memberikan materi sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun atau dibuat
sebelumnya sesuai dengan program adiwiyata mandiri dari sekolah. Karya tari
anak menuju tari tematik yang memberi kesempatan berekspresi dan mempunyai
suatu pesan moral, serta tanggung jawab untuk cinta lingkungan; b) Guru seni tari
menerapkan metode yang tepat sesuai materi yang akan diajarkan kepada siswa
dan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun
atau dibuat sebelumnya,meskipun terlihat beberapa metode yang tidak disertakan
dalam RPP. Adapun metode yang digunakan adalah metode diskusi, ceramah,
praktek, demontrasi, penugasan, eksplorasi dan tutor sebaya; c) Guru seni seni tari
menggunakan media sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang telah disusun atau dibuat sebelumnya, meskipun ada sedikit kendala dari
penggunaan media yang tidak digunakan dalam proses pembelajaran berlangsung;
d) Guru seni tari melaksanakan kegiatan pembelajaran seni tari mulai dari
kegiatan awal (pra instruksional), kegiatan inti (instruksional), hingga kegiatan
akhir (pasca instruksional), dan pengelolaan kelas berjalan dengan baik.
Pelaksanaan Evaluasi pada pembelajaran seni tari kompetensi ekspresi
(berkarya tari) di SMA Negeri 1 Geger menggunakan langsung pada penilaian
praktek mengekspresikan diri melalui karya seni tari dan guru cenderung
menggunakan pedoman pengamatan untuk mengamati cara kerja kelompok siswa
dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Karena Guru di SMA Negeri 1 Geger
cara mengajarannya langsung pada praktek berkarya tari, sekolah lebih
menonjolkan pada psikomotorik dan afektif siswa. Adapun tahapan evaluasi yang
dilakukan di SMA Negeri 1 Geger sebagai berikut: (1) nilai proses atau evaluasi
harian, (2) nilai ulangan harian, (3) penilaian UTS (Ulangan Tengah Semester),
dan (4) penilaian UAS (Ujian Akhir Sekolah) yang dilakukan di akhir tahun yang
nantinya berupa pagelaran karya tari siswa di sekolah dalam penilaian penampilan
karya dinilai dari beberapa aspek meliputi wiraga, wirama, dan wirasa, serta
14
kesesuaian tema, properti, tata rias busana, dan pola lantai. Evaluasi ini dilakukan
untuk mengukur tingkat penguasaan dan pemahaman siswa dari materi berkarya
tari, dan hasil dari evaluasi ini bisa dijadikan pedoman bagi guru untuk
mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan selama setahun, evaluasi
pembelajaran ini berkaitan dengan tujuan awal atau tujuan instruksional (tujuan
proses belajar dan mengajar).
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, disampaikan saran kepada peneliti, guru,
sekolah, dan Lembaga Universitas Negeri Malang khususnya Program Studi
Pendidikan Seni Tari dan Musik. Pertama, untuk peneliti diharapkan agar
dilakukan penelitian lanjutan pada pelaksanaan strategi pembelajaran seni tari
kompetensi ekspresi (berkarya tari) guna memperoleh hasil yang maksimal serta
menambah wawasan peneliti dalam melaksanakan dan menerapkan pembelajaran
seni tari sesuai lingkungan dimana nantinya peneliti terjun langsung. Kedua,untuk
guru pengajar diharapkan merancang dengan baik pengorganisasian pembelajaran
yang nantinya dapat dijadikan pegangan dan reflektor dalam kegiatan
pembelajaran selanjutnya dan diharapkan untuk lebih kreatif membelajarkan
kompetensi dasar seni tari kepada siswa, agar dapat tercapai kompetensi sesuai
dengan kebijakan sekolah. Ketiga,untuk sekolah bahwa untuk kelancaran
pembelajaran seni tari di SMA Negeri 1 Geger hendaknya pihak sekolah
membenahi media (gamelan) yang ada guna untuk mendukung proses
pembelajaran berkarya seni tari, agar pembelajaran berkarya tari ini dapat menjadi
panutan bagi seluruh sekolah yang ada di Kabupaten Madiun dalam memberikan
pemahaman dan pembentukan karakter siswa melalui seni. Keempat, untuk
Lembaga Universitas Negeri Malang khususnya Program Studi Pendidikan Seni
Tari dan Musik diharapkan akan ada penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan
strategi pembelajaran seni tari, dan penelitian ini dapat digunakan sebagai
tambahan referensi.
DAFTAR RUJUKAN
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. 1987. Pengelolaan Materil. Jakarta : Prima Karya
Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada
Degeng, I Nyoman Sudana. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Malang :
Laboratorium Teknologi Pendidikan
Dimyati, Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : PT Asdi Mahasatya
Hamalik,Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Hidajat, Robby. 2008. Seni Tari (Pengantar Teori & dan Praktek Menyusun Tari
Bagi Guru). Malang : Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas
Negeri Malang
Iriaji . 2011. Konsep dan Strategi Pembelajaran Seni Budaya. Malang: Pustaka
Kaiswaran
15
Jazuli, M. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang : Unesa
University Press
Kementrian Lingkungan hidup. 2012. (http://www.menlh.go.id/informasimengenai-adiwiyata) diakses 11 Mei 2013.
Masunah, Juju dan Tati Narawati. 2003. Seni dan Pendidikan Seni. Bandung :
P4ST UPI
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Soehardjo, A.J. 2011. Pendidikan Seni. Malang : Bayumedia Publishing
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Baru Algensindo Offset
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta
Tirtarahardja,Umar dan S. L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,
Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Edisi Keempat.
Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang
Winataputra, Udin S. 1999. Pendekatan Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta:
DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.
Download