Dinamika Interaksi Komunikasi dalam Keluarga

advertisement
Dinamika Interaksi Komunikasi dalam Keluarga
Oleh : Ika Yuliasari
Sabtu, 11 Mei 2013 16:25
KOPI - Keluarga sebagai kelompok sosial pertama merupakan wadah dimana individu tumbuh,
berkembang, dan belajar bersosialisasi. Disamping itu eksistensi keluarga sangat dibutuhkan
dalam pembentukan kepribadian anggota keluarga. Berawal dari proses komunikasi
interpersonal, interaksi komunikasi dalam keluarga berlangsung dan membentuk intensitas dan
kualitas komunikasi serta bertujuan untuk mencapai pemahaman makna pesan, (De Vito,
2011). Komunikasi antara anggota keluarga dapat berjalan secara efektif atau justru berjalan
tidak efektif tergantung pada beberapa aspek, yakni :
Pertama, faktor internal, faktor internal merupakan faktor dalam lingkungan internal keluarga
yang berpengaruh terhadap interaksi komunikasi. Beberapa faktor internal diantaranya adalah :
iklim komunikasi, budaya komunikasi, pola komunikasi, interaksi komunikasi, dan faktor psikis.
Iklim komunikasi, iklim komunikasi keluarga menyediakan atmosfer komunikasi yang
mendukung interaksi timbal balik antar anggota keluarga. Jika iklim yang terbentuk tidak
kondusif, tidak nyaman, dan tidak menunjukkan kedamaian maka komunikasi interpersonal
akan terhambat. Budaya komunikasi, terdiri atas aturan komunikasi, pendidikan, nilai-nilai
budaya, dan norma sosial serta nilai religius yang menjadi pranata budaya komunikasi. Jika
tidak terbentuk budaya komunikasi yang mendukung proses pembelajaran sosial maka
komunikasi akan terputus dan pelanggengan nilai-nilai dan norma budaya, sosial, serta agama
terhambat. Pola komunikasi, pola komunikasi merupakan patron berkomunikasi yang terbentuk
karena interaksi antarpersona dalam keluarga. Jika terjadi ketidakseimbangan pola komunikasi
antara orangtua dan anak, maka komunikasi sirkuler tidak berjalan dengan baik.
Interaksi komunikasi, berlangsung semenjak lembaga sosial terkecil terbentuk. Interaksi
komunikasi mengacu pada proses transaksi pesan bermuatan simbol untuk mencapai
kesepahaman makna. Proses self disclosure individu dalam keluarga seperti ayah, ibu,
anak-anak, dan anggota keluarga inti lain turut mempengaruhi intensitas dan kualitas
komunikasi. Proses keterbukaan diri akan berkembang dalam kondisi komunikasi dan faktor
psikis individu tertentu. Dimana simbol–simbol semiotis akan berpengaruh dalam komunikasi
verbal-non verbal sehingga mendukung pemahaman makna (Littlejohn, 2009) Faktor psikis,
merupakan kondisi pisikis anggota keluarga yang melatarbelakangi pemberian stimulus pesan
kepada komunikan dan sekaligus memberikan respon balik dalam komunikasi. Latarbelakang
kepribadian, pengalaman hidup, dan nilai-nilai yang dianut mempengaruhi intensitas
komunikasi keluarga. Misal orangtua yang memiliki hubungan harmonis tidak memiliki bingkai
pendidikan anak yang sama dengan pengalaman orangtua yang mengalami perceraian atau
‘broken home’.
1/3
Dinamika Interaksi Komunikasi dalam Keluarga
Oleh : Ika Yuliasari
Sabtu, 11 Mei 2013 16:25
Kedua, Faktor eksternal, faktor eksternal merupakan faktor di luar lingkungan keluarga seperti:
dinamika sosial, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan pergaulan sosial.
Dinamika sosial merupakan fenomena dalam sistem sosial yang telah digempur oleh budaya
popular, globalisasi, kosmopolitan, individualistik, sehingga membentuk ‘life style’ kontemporer
masa kini. Perkembangan teknologi komunikasi, turut memberikan kontribusi dalam interaksi
komunikasi. Pemanfaatan mobile phone, internet, media sosial, dan media massa dalam akses
informasi adalah indikasi dari terbukanya proses komunikasi dan literasi media yang sangat
kompleks bagi perkembangan individu.
Kegagalan dalam komunikasi keluarga muncul jika disharmonisasi faktor internal-eksternal
terjadi. Gagalnya proses belajar sosial dalam keluarga mengakibatkan penyimpangan
kepribadian remaja. Sebagai contoh adalah timbulnya kasus kenakalan remaja yang tersangkut
kasus pemakaian narkotika dan obat-obatan terlarang. Terputusnya mata rantai pembelajaran
sosial terjadi karena faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi komunikasi dalam
keluarga tidak mendukung komunikasi keluarga yang kondusif. Terjerumusnya anak dalam
kehidupan malam dan dunia hiburan tidak memberikan nilai tambah dalam proses belajar
sepanjang hidupnya.
Hal tersebut didukung dengan tidak adanya kesepahaman makna, ketidaktaatan pada norma,
persepsi yang bias, lunturnya penghargaan terhadap hak kewajiban anak dan orangtua
berpadu dengan faktor eksternal seperti pergaulan, gaya hidup, dan pengaruh media global
saat ini. Dengan demikian kepribadian remaja dalam proses pembentukan identitas diri tidak
berada dalam tuntunan keluarga, namun berada dalam pendewasaan lingkungan luar yang
cenderung negatif. Kompensasi positif dapat terjadi, namun kompensasi negatif pada umumnya
lebih banyak dijumpai.
Kompensasi tidak akan menyelesaikan masalah karena itu hanyalah peredaman sesaat yang
bersifat palsu atau artifisial. Sejenak individu dapat melepaskan diri dari jerat kemelut
komunikasi keluarga (konflik keluarga dan disharmonisasi keluarga), tetapi pada masa
selanjutnya kepribadian remaja dapat mengalami disorientasi dan penyimpangan, termasuk
ketergantungan pada kehidupan dunia malam, konsumsi narkotika dan obat terlarang, perilaku
kriminalitas, dan sebagainya.
Komunikasi yang hangat, efektif, dan saling menghargai dapat berlangsung berkesinambungan
jika terdapat beberapa kriteria yang dipenuhi oleh orang tua dan anak-anak, yakni:
2/3
Dinamika Interaksi Komunikasi dalam Keluarga
Oleh : Ika Yuliasari
Sabtu, 11 Mei 2013 16:25
Pertama, Mampu menciptakan faktor internal (iklim komunikasi, budaya komunikasi, pola
komunikasi, interaksi komunikasi, dan faktor psikis) yang kondusif dan mengantisipasi faktor
eksternal (dinamika sosial, teknologi komunikasi, dan lingkungan diluar keluarga).
Kedua, Selain upaya tersebut, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap
orangtua, anak-anak, dan anggota keluarga untuk mendukung interaksi komunikasi yang
berkualitas yakni: mewujudkan independensi dan keterbukaan dalam komunikasi, memahami
dan menghargai terhadap hak, kewajiban, dan keinginan masing-masing anggota keluarga,
memiliki alokasi waktu komunikasi bersama, menghindari debat saat muncul permasalahan,
dan memberi contoh perilaku,bukan sekedar kata-kata dan sikap saja. (*)
Penulis: Ika Yuliasari -- Mahasiswa Doktoral (S3) Komunikasi - IPB
3/3
Download