Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN 1907 - 0357 PENELITIAN FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI Novita Rudiyanti* Inisiasi menyusu dini adalah melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir selama sedikitnya satu jam dan membantu ibu mengenali kapan bayinya siap menyusu. Pemberian ASI lebih dari satu jam dalam 24 jam pertama kala bayi lahir akan meningkatkan risiko kematian 1,5 kali. Di Indonesia hanya 4 % bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya sedangkan di provinsi Lampung pemberian ASI satu jam pertama setelah lahir hanya 41,81 % dari target yang akan dicapai yaitu sebesar 80 % . Masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya ibu yang mendapat inisiasi menyusui dini yaitu 50,7%. di Wilayah Kerja Puskesmas Titiwangi Kabupaten lampung Selatan Tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD di wilayah kerja Puskesmas Titiwangi kabupaten Lampung Selatan tahun 2012 yang meliputi pengetahuan, proses persalinan, dukungan keluarga dan prilaku bidan. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, dilakukan pada bulan Juli - November 2012, populasi adalah 358 orang ibu post partum, sampel sebanyak 82 yang diambil secara Acidental Sampling , alat pengumpulan data adalah kuesioner dengan tehnik angket. Analisis data adalah univariat, bivariat menggunakan Chi square. Hasil penelitian menyimpulkan dari 82 responden, Pelaksanaan IMD sebesar 57,3%, variabel yang berhubungan yaitu pengetahuan, dukungan keluarga dan prilaku bidan (P- value<0,05) , sedangkan variabel yang tidak berhubungan yaitu proses persalinan (P- value>0,05). Peneliti menyarankan bagi keluarga agar mendampingi ibu dan bagi petugas kesehatan agar meningkatkan ketrampilan tentang IMD agar pelaksanaan IMD dapat berjalan dengan baik. Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Proses Persalinan, IMD LATAR BELAKANG Pada tahun 2007, WHO dan Unicef mengeluarkan protokol baru tentang ASI segera atau IMD yang harus diketahui setiap tenaga kesehatan. Protokol baru tersebut adalah melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir selama sedikitnya satu jam dan membantu ibu mengenali kapan bayinya siap menyusu. ( Mulyono, 2008). Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini (early latch on) sebagai tindakan life saving, karena IMD dapat menyelamatkan 22 % dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan, dan meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif serta meningkatkan lamanya bayi disusui. Periode menghisap awal pada bayi paling kuat adalah dalam beberapa jam pertama setelah lahir. (Krisna, 2007). Data menunjukan bahwa terdapat 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahirannya. ASI adalah asupan gizi yang terbaik untuk melindungi dari infeksi pernafasan, diare, alergi, sakit kulit, asma, obesitas juga membentuk perkembangan intelegensia, rohani, perkembangan emosional. Angka kematian bayi sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup menjadi salah satu dari delapan target MDGs (Millenium Development Goals) yang harus dicapai hingga tahun 2015. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dibanding dengan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand.. Sedangkan untuk skala lokal daerah, tingkat angka kematian bayi di Lampung masih tinggi dibandingkan [63] Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 dengan rata-rata nasional, yakni sebesar 43 per 1.000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Tingginya angka kematian bayi di Indonesia, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya pemberian ASI pada bayi yang baru lahir dan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 hanya 4 % bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya dan delapan persen bayi indonesia yang mendapat ASI ekslusif sampai enam bulan. Sedangkan di provinsi Lampung pemberian ASI satu jam pertama setelah lahir hanya 41,81 % dari target yang akan dicapai yaitu sebesar 80 % (Dinas Kesehatan Lampung, 2010). Dari data tersebut terlihat untuk provinsi Lampung sendiri pemberian inisiasi menyusui dini masih sangat rendah. Hasil pra survey dikabupaten Lampung Selatan pemberian ASI satu jam pertama setelah lahir hanya 32,6 % dari target yang akan dicapai yaitu sebesar 80 % (Dinas Kesehatan lampung Selatan, 2011). Data dari Puskesmas Titiwangi Kec. Candipuro jumlah ibu bersalin yang mendapatkan inisiasi menyusui dini berjumlah 30,7%. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan, sikap, pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal sedangkan fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, keluarga dan orang terdekat serta lingkungan merupakan faktor eksternal (Roesli, 2008). Pemberian ASI secara dini tidak terlepas dari peran tenaga kesehatan khususnya dokter dan bidan. Namun, di Indonesia masih banyak tenaga kesehatan maupun pelayanan kesehatan (termasuk Rumah Sakit) yang belum mendukung pemberian ASI secara dini dengan alasan keadaan ibu masih lemah, masih banyak darah dan lendir yang harus dibersihkan, takut bayi terkena hipotermi, bahkan ada yang mengatakan Inisiasi Menyusu Dini dengan membiarkan bayi merangkak sendiri mencari puting susu . Banyak rumah sakit dan bidan yang langsung ISSN 1907 - 0357 memberikan susu formula begitu bayi lahir jika ASI belum keluar (Soegiarto, 2008). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD di wilayah kerja Puskesmas Titiwangi kabupaten Lampung Selatan tahun 2012. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan gambaran tentang IMD dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaaanya sehingga dapat membantu mencegah kematian ibu dan meningkatkan program ASI. METODE Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Titiwangi kabupaten Lampung Selatan tahun 2012 pada saat penelitian berlangsung yaitu 358 orang. Besar sampel 82 orang, Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling. Sampel diambil di Bidan Praktek Mandiri (BPM) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Titiwangi kabupaten Lampung Selatan tahun 2012. Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data dilakukan secara angket dengan kuisioner Pengukuran pelaksanaan IMD mengunakan 8 item pertanyaan dikategorikan menjadi dilakukan jika seluruh pertanyaan inti dijawab “ya” oleh responden dan tidak dilakukan jika tidak semua pertanyaan inti dijawab “ya” Pengukuran pengetahuan mengunakan 12 item pertanyaan dikategorikan baik jika responden menjawab benar ≥ 56 % dan kurang bila menjawab benar < 56 %.Pengukuran proses persalinan mengunakan 5 item pertanyaan ,dikategorikan normal jika proses persalinan ibu normal dan tidak mengalami komplikasi dan tidak normal jika proses persalinan ibu tidak normal/vakum/forcep/SC dan mengalami komplikasi. [64] Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 Pengukuran dukungan keluarga mengunakan 5 item pertanyaan akan dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu mendukung jika jawaban ya responden > 50% dan kurang bila jawaban ya responden ≤ 50%.Pengukuran prilaku bidan mengunakan 13 item pertanyaan, akan dikategorikan menjadi dua kategori, baik jika responden menjawab ya > 50% dan tidak baik bila responden menjawab ya ≤ 50%. Analisa univariat digunakan persentase, Analisis bivariat dengan mengunakan uji statistik Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%, (α = 0,05). HASIL Analisis Univariat Hasil penelitian disajikan melalui analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square. Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan IMD No 1 2 3 4 5 Variabel Pelaksanaan IMD Dilakukan Tidak dilakukan Total Pengetahuan Baik Tidak baik Total Proses Persalinan Normal Tidak normal Total Dukungan Keluarga Mendukung Tidak Mendukung Total Prilaku Bidan Mendukung Tidak Mendukung Total f % 47 35 82 57,3 42,7 100 58 24 82 70,7 29,3 100 55 27 82 67,1 32,9 100 54 65,9 28 34,1 82 100 50 61 32 39 82 100 ISSN 1907 - 0357 Analisis Bivariat Tabel 2: Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan IMD Pengetahuan Baik Tidak Baik Total Pelaksanaan IMD Tidak Dilakukan dilakukan f % f % 39 67,2 19 32,8 8 33,3 16 66,7 47 57,3 35 42,7 Total f 58 24 82 % 100 100 100 OR = 4,1, p Value = 0,010 Tabel 2 menjelaskan bahwa diantara ibu yang dilakukan inisiasi menyusui dini terdapat 39 (67,2%) responden yang pengetahuannya baik dan 8 (33,3%) responden yang pengetahuannya tidak baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue=0,010, disimpulkan secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Berdasarkan hasil analisis diperoleh pula nilai OR=4,105, artinya ibu yang pengetahuannya baik mempunyai peluang 4,105 kali untuk dilakukan inisiasi menyusui dini dibandingkan ibu yang pengetahuannya tidak baik. Tabel 3: Hubungan Proses Pelaksanaan IMD Pelaksanaan IMD Tidak Dilakukan dilakukan f % f % Normal 36 65,5 19 34,5 Tidak normal 11 40,7 16 59,3 Total 47 57,3 35 42,7 Proses persalinan dengan Total f 55 27 82 % 100 100 100 P Value = 0,059 Tabel 3 menjelaskan proses persalinan dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini diperoleh bahwa diantara ibu yang dilakukan inisiasi menyusui dini terdapat 36 (65,5%) responden yang proses persalinannya normal dan 11 (40,7%) responden yang proses persalinannya tidak normal. Hasil uji statistik diperoleh nilai P- value=0,059, [65] Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 disimpulkan secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara proses persalinan dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Tabel 4: Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pelaksanaan IMD Dukungan Keluarga Mendukung Tidak Mendukung Total Pelaksanaan IMD Tidak dilakukan N % n % 38 70,4 16 29,6 9 32,1 19 67,9 47 57,3 35 42,7 Dilakukan Total ISSN 1907 - 0357 ada hubungan yang signifikan antara prilaku bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Berdasarkan hasil analisis diperoleh pula nilai OR=28,350, artinya ibu yang prilaku bidannya mendukung mempunyai peluang 28,350 kali untuk dilakukan inisiasi menyusui dini dibandingkan ibu yang prilaku bidannya tidak mendukung. P OR Value n % 54 100 28 100 0,002 5,01 82 100 PEMBAHASAN Pengetahuan Tabel 4 menjelaskan bahwa diantara ibu yang dilakukan inisiasi menyusui dini terdapat 38 (70,4%) responden yang mendapat dukungan keluarga dan 9 (32,1%) responden yang tidak mendapat dukungan keluarga. Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue=0,002, disimpulkan secara statistik ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Berdasarkan hasil analisis diperoleh pula nilai OR=5,014, artinya ibu yang mendapat dukungan keluarga mempunyai peluang 5,014 kali untuk dilakukan inisiasi menyusui dini dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga. Tabel 5: Hubungan Prilaku Bidan dengan Pelaksanaan IMD Pelaksanaan IMD Prilaku Bidan Mendukung Dilakukan n % 42 84 Total Tidak dilakukan n % n % 8 16 P OR Value 50 100 15,6 27 84,4 32 100 0,000 28,35 Tidak Mendukung 5 Total 47 57,3 35 42,7 82 100 Tabel 5 menjelaskan bahwa diantara ibu yang dilakukan inisiasi menyusui dini terdapat 42 (84%) responden yang mendapat dukungan bidan dan 5 (15,6%) responden yang tidak mendapat dukungan bidan. Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue=0,000, disimpulkan secara statistik Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Ibu yang pengetahuannya baik mempunyai peluang 4,105 kali untuk dilakukan inisiasi menyusui dini dibandingkan ibu yang pengetahuannya tidak baik. Dari hasil penelitian juga didapatkan ada 32,8% responden yang pengetahuannya baik tapi tidak dilakukan IMD. Hal ini disebabkan ada beberapa responden yang mengalami proses persalinan tidak normal sehingga tidak dapat melaksanakan IMD. Pada responden yang pengetahuannya tidak baik yaitu 33,3% tapi tetap dapat dilakukan IMD karena peran dari petugas kesehatan yang membimbing ibu untuk melakukan IMD sehingga dapat berjalan baik. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manisia diperoleh melalui mata dan pendengaran. Pengetahuan atau kognitif merupakan peranan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( over behavior ). Dari pengalaman dan penelitian ternyata prilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak [66] Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan seorang ibu dapat diperoleh melalui mengikuti pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan, informasi dari lingkungan sosial, informasi dari buku/majalah/media. Dengan melihat, mendengar diharapkan ibu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang IMD. Bila ibu pengetahuannya baik tentang IMD maka dengan senang hati ibu akan mau melakukannya sendiri tanpa harus disuruh. Kesadaran untuk melakukan IMD akan membuat proses pelaksanaan IMD akan berjalan dengan lancar sehingga bayi akan dapat mencapai puting susu dengan baik dan proses laktasi juga berjalan dengan baik. Proses Persalinan Hasil analisis hubungan antara proses persalinan dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara proses persalinan dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Dari hasil penelitian juga didapatkan ada 34,5% yang persalinannya normal tapi tidak dilakukan IMD karena pengetahuan ibu kurang baik dan tidak ada dukungan dari petugas kesehatan, dan ada 40,7% persalinannya tidak normal tapi dilakukan IMD karena proses persalinannya tidak mengunakan narkosa dan kondisi bayi dan ibu tetap baik. Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi. Persalinan abnormal adalah ISSN 1907 - 0357 persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat maupun melalui jalan lahir maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea (Manuaba, 2007). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pada persalinan dengan tindakan tanpa narkosa yang kemungkinan mempunyai pengaruh pada bayi, maka bayi tidak dapat menyusui secara aktif , oleh karena itu ASI diberi secara aktif pasif yaitu dengan pipet/sendok. Walaupun demikian bila keadaan bayi memungkinkan untuk diangkat menyusui dini dapat dilakukan seperti biasa. Pada penelitian ini responden mengalami persalinan yang tidak memerlukan narkosa sehingga tidak mempengaruhi bayi (Varney, 2008). Persalinan dengan tindakan narkosa misalnya seksio sesaria menyusui dini perlu ditunda sampai pasien sadar, karena ASI pada ibu dan tindakan ini mempunyai efek terhadap bayi. Misalnya bayi menjadi mengantuk sehingga malas menyusu. Sebaiknya sesudah ibu sadar ditanyakan dahulu untuk menyusui bayinya pada saat tersebut. Pada penelitian ini terdapat 59,3% yang persalinannya tidak normaal dan hanya 10% ibu yang mengalami persalinan dengan seksio sesaria dan mendapatkan narkosa, sehingga pelaksanaan IMD tidak dilakukan Dukungan Keluarga Hasil analisis hubungan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Ibu yang mendapat dukungan keluarga mempunyai peluang 5,014 kali untuk dilakukan inisiasi menyusui dini dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga. Keluarga adalah lingkungan dimana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok social terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan anatar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut. [67] Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 Dukungan mengacu pada dukungan social yang dipandang oleh keluarga sebagai suatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan social keluarga internal seperti dukungan dari suami atau saudara kandung, dukungan social eksternal dapat berupa dukungan keluarga disekitar ibu (Rosnini, 2008). Fungsi dukungan keluarga dapat sebagai dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan emosional dan dukungan instrumental. Dukungan keluarga berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD jika keluarga berfungsi dengan baik maka ibu mempunyai persiapan yang baik secara fisik maupun mental untuk dapat melaksanakan inisiasi menyusui dini. Dalam keluarga bisa mendapatkan informasi tentang inisiasi menyusui dini, didukung secara emosional ketika pelaksanaan IMD dengan cara didampingi selama proses persalinan. Dengan adanya pendamping persalinan akan sangat membantu proses pelaksanaan IMD. Oleh karena itu diharapkan keluarga dekat terutama suami agar selalu mendampingi ibu selama proses persalinan. Prilaku Bidan Hasil analisis hubungan antara prilaku bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara prilaku bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Ibu yang mendapat dukungan bidan mempunyai peluang 28,350 kali untuk dilakukan inisiasi menyusui dini dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan bidan. Sebagaimana halnya pengalaman dibanyak negara didunia bahwa penurunan pemberian ASI ada hubungannya dengan cara-cara yang dilakukan di rumah sakit, sikap dan perhatian para ahli kesehatan yang berkaitan dengan menyusui sangat diperlukan. Posisi strategis dari peranan instansi kesehatan dan para petugas kesehatan di Indonesia terutama di rumah sakit-rumah sakit sangat bermanfaat bagi ISSN 1907 - 0357 pelaksanaan kegiatan operasional pemasyarakatan ASI. Peranan petugas kesehatan khususnya di rumah sakit dimana ibu ditolong dalam melahirkan sangat menentukan tentang cara memberi yang baik. Penerangan mengenai pemberian ASI oleh petugas kesehatan tentang pemberian ASI sedini mungkin sangat diperlukan oleh karena pengalaman yang ditemukan selama ini. Peranan petugas kesehatan sangat diperlukan dalam hal penyuluhan mengenai cara pemberian ASI sedini mungkin dan agar ibu tetap terus menyusui anaknya agar ASI-nya keluar dan memberi penerangan agar ibu tidak memberi susu kaleng kepada bayi/anak serta nasehat tentang gizi, makanan yang bergizi untuk ibu menyusui. Berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter karena merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana IMD dan laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap IMD dan ASI Eksklusif. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya. Betapa pun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut, diharapkan masih dapat meluangkan waktu. untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin untuk melaksanakan IMD dan ASI Eksklusif. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu post partum tentang IMD, dukungan keluarga, prilaku bidan dengan pelaksanaan IMD di wilayah kerja Puskesmas Titiwangi kabupaten Lampung Selatan tahun 2012 dan tidak ada hubungan proses persalinan dengan pelaksanaan IMD di wilayah kerja [68] Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 Puskesmas Titiwangi kabupaten Lampung Selatan tahun 2012 . Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti menyarankan; 1) Bagi Tempat Penelitian (Puskesmas Titiwangi), sosialisasi tentang inisiasi menyusui dini perlu ditingkatkan lagi baik pada masyarakat maupun tenaga kesehatan diwilayah puskesmas Titiwangi melalui penyuluhan, pendidikan kesehatan, pengaktifan kelas ibu dan posyandu, 2) Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan), agar dapat meningkatkan pelaksanaan inisiasi menyusui dini agar semua ibu bersalin dapat melalui masa laktasi dengan baik, bagi yang belum mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan agar mengikuti pelatihan dan seminar agar dapat melaksanakan inisiasi menyusui dini pada kliennya. ISSN 1907 - 0357 Hastono, P. Sutanto., 2007,Modul Analisa Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Indonesia. Depok. Jawa Barat. . Inisiasi Jam pertama,”Model baru” Menyusui, 2007/www. Parentsguide. com JNPK-KR. 2008. Asuhan Bahan Tambahan Persalinan Normal Revisi 2008. Jakarta : JNPK-KR, Perkumpulan Ginekologi Indonesia, dan JHPIEGO corporation Manuaba, Ida Bagus., 1998 Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta. Manuaba, IBG. 2007.Pengantar Kuliah Obstetri. EGC. Jakarta * Dosen pada Prodi Kebidanan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang Mulyono, 2008. Inisiasi Menyusui Dini. http/ww.blogspot.co.id Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 1998,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta. Jakarta. . Budiarto Eko, 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar, Jakarta. EGC. Depkes RI, 2006,Profil Indonesia 2005, Jakarta Kesehatan Dinkes Provinsi Lampung. 2007. ProfilKesehatan Provinsi Lampung.Bandar Lampung. Dinkes Provinsi Lampung,2008,Profil Kesehatan Lampung Tahun 2007, Dinkes Provinsi Lampung, Lampung. . Notoatmodjo , Soekidjo 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta. Paramitha Rahadian, 2008. Efektivitas Inisiasi Menyusui Dini terhadap Perdarahan post partum. /http:www.inisiasimenyusui dini.co.id. Roesli, Utami. 2001. Bayi sehat Berkat Asi Ekslusif. Jakarta : Elek Media Komputindo. Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Ekslusif. Jakarta : Putaka Bunda. [69] Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 Rosmawati, 2008. Keajaiban Menyusui Dini. ww.ibudananak.com Inisiasi http// Rosnini, 2008. Efektivitas Inisiasi Menyusui Dini. http/www. padangekspress.com ISSN 1907 - 0357 Tiara Lestari, 2008. Efektivitas Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Involusi Uterus. http//www.inisiasi-menyusudini-save-one-million.html Varney, Hellen. 2008, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. EGC. Jakarta. Soetjiningsih.. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : EGC cetakan I. [70]