BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN

advertisement
BAB IV
ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN
VARIOGRAM
Tujuan utama analisis variogram yang merupakan salah satu metode
geostatistik dalam penentuan hubungan spasial terutama pada pemodelan
karakterisasi reservoir adalah untuk melihat geometri dan kontinuitas dari properti
reservoir yang nantinya sangat penting dalam memperkirakan pola aliran fluida.
Variogram mengukur variasi data geologi (geological variability) terhadap jarak
data. Jika jarak semakin besar maka
variasi data
semakin besar. Sehingga
informasi geologi pada karakterisasi reservoir sangat menentukan proses analisis
variogram. Oleh sebab itu
informasi geologi yang berhubungan dengan
geostatistik seharusnya telah diinterpretasi atau dianalisis terlebih dahulu sebelum
masuk pada analisis variogram.
Informasi geologi yang digunakan sebagai panduan pada analisis
hubungan spasial mencakup hampir semua aspek proses geologi. Hasil dari
analisis variogram akan digunakan sebagai input untuk mempopulasikan atau
menyebarkan semua properti reservoir seperti fasies, kandungan serpih, porositas,
dan permeabilitas dengan menggunakan teknik penyebaran estimasi dan simulasi.
IV.1. Sensitivitas Blok Grid
Pemodelan karakterisasi reservoir yang menggunakan program berbasis
geostatistik pada umumnya dilakukan pada blok grid terutama pada saat
penyebaran data dan simulasi reservoir. Semua implementasi persamaan
matematis bekerja (running) di dalam blok grid tersebut. Arah dan ukuran blok
grid sangat mempengaruhi hasil karakterisasi reservoir.
Arah blok grid umumnya sangat ditentukan oleh kondisi geologi yaitu
geometri reservoir dan azimuth patahan utama. Pada penelitian ini, terutama untuk
batupasir Telisa lapangan KS, arah blok grid lebih ditentukan oleh geometri
reservoir (Gambar IV.1) sedangkan patahan utama tidak memberikan kontribusi
yang bearti dikarenakan jenis patahannnya
23
leaking. Berdasarkan geometri
reservoir batupasir Telisa yang salah satunya adalah data arah sebaran onlap
batupasir Telisa maka arah blok grid secara umum berarah NW-SE.
ARAH BLOK GRID
(NW-SE)
TELISA ONLAP
BATAS
LAPANGAN KS
Gambar IV.1.: Ilustrasi arah blok grid NW-SE pada peta struktur kedalaman
batupasir Telisa yang sejajar dengan pola arah onlap batupasir
Telisa.
Ukuran blok grid terbagi dalam dua bagian yaitu grid horizontal dan grid
vertikal. Semakin kecil ukuran grid horizontal semakin mendekati keadaan
sebenarnya di alam namun ukuran grid horizontal yang kecil umumnya sering
memperlambat proses kerja (running) penyebaran data dan simulasi reservoir.
Ukuran grid horizontal ditentukan oleh distribusi data dan geometri reservoir.
Pada penelitian ini ukuran grid horizontal lebih ditentukan oleh distribusi data
karena jumlah data sumur yang banyak serta jarak antar data sumur yang cukup
dekat. Rata-rata jarak antar sumur batupasir Telisa adalah 350 meter. Jumlah
minimal
grid diantara
dua data sumur sebaiknya 2-3
grid sehingga untuk
lapangan KS ukuran grid horizontal pada dua sisinya berkisar pada ukuran 70 – 90
meter.
24
Penentuan secara lebih akurat berapa ukuran
grid horizontal adalah
dengan membuat distribusi sensitivitas blok grid (Gambar IV.2). Distribusi ini
mengkorelasikan setiap nilai ukuran blok grid terhadap persentasi isi reservoir
grid terkecil. Isi reservoir yang umum digunakan adalah isi kotor reservoir (gross
volume)
Pada gambar IV.2, ukuran blok grid terbesar yang belum mengalami
perubahan besar terhadap blok grid terkecil (10 x 10 meter) adalah pada saat
ukuran grid 75 x 75 meter sehingga dalam penelitian ini grid tersebut digunakan
Persentasi Perbedaan Isi Reservoir
dalam pemodelan.
0.6
Batas sensitivitas ukuran grid
terhadap isi reservoir
0.4
0.2
0.0
10
20
30
40
50
75
100
125
150
200
Ukuran Grid (meter x meter)
Gambar IV.2.: Grafik distribusi sensitivitas blok grid pada pemodelan
karakterisasi batupasir Telisa yang menunjukkan efek ukuran
blok grid terhadap isi kotor reservoir (gross volume). Persentasi
perbedaan isi reservoir diambil dari grid terkecil (10 x 10
meter)
Penentuan ukuran grid vertikal secara umum lebih mudah dibandingkan
dengan grid horizontal. Grid vertikal atau di dalam program pemodelan
karakterisasi reservoir disebut sebagai Layer ditentukan berdasarkan kerapatan
data log sumur. Ukuran grid vertikal sebaiknya sama dengan atau lebih besar
sedikit dari ukuran kerapatan data log sumur. Pada umumnya kerapatan data log
sumur di lapangan KS terdiri dari dua kerapatan yaitu 0.5 kaki dan 1.0 kaki
sehingga berdasarkan data tersebut ukuran maksimum grid vertikal adalah 2 kaki.
25
IV.2. Korelasi Informasi Data Geologi Terhadap Variogram
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab Landasan Teori pada pemodelan
karakterisasi reservoir diperlukan suatu analisis hubungan spasial (spatial
relationship) antara pasangan atau beberapa pasangan data geologi untuk
mengetahui geometri dan kontinuitas properti reservoir. Salah satu analisis
tersebut adalah analisis variogram. Parameter utama variogram terdiri dari empat
bagian, yaitu; Major dan minor trend , sill, range dan nugget. Analisis variogram
yang baik adalah analisis yang memasukkan atau menggabungkan data geologi
pada setiap penentuan parameter variogram.
Pada sub-bab berikut
akan
dijelaskan setiap data geologi yang mengontrol penentuan parameter variogram.
IV.2.1. Penentuan Arah Variasi Data (Major dan Minor Trend)
Pola arah distribusi geometri reservoir dalam pemodelan karakterisasi
reservoir dengan menggunakan variogram
sangat dikontrol oleh penentuan
parameter arah major dan minor trend atau dengan kata lain pola arah distribusi
geometri reservoir merefleksikan arah major dan minor trend.
Pada awal pemodelan karakterisasi reservoir, geometri reservoir batupasir
Telisa ditentukan dari peta ketebalan kotor
batupasir. Peta ketebalan kotor
ditentukan dari korelasi detail lebih dari seratus data log sumur yang umumnya
terdiri dari dua unit batupasir (Gambar IV.3).
Top unit 2
Resistivity
Serpih
2
GR
Top unit 1
1
Top Baturaja
Gambar IV.3.:
Tipikal batupasir Telisa sumur KS-224 dari data log dan batuan
inti yang menunjukkan dua unit batupasir yang dipisahkan
oleh lapisan serpih yang tipis.
26
Tipikal batupasir Telisa di lapangan KS yang terdiri dari dua unit batupasir
yaitu unit batupasir 1 dan unit batupasir 2 merupakan titik awal penentuan
parameter
arah
major dan minor
variogram. Penentuan parameter arah
variogram harus dilakukan dalam satu unit batupasir. Setiap unit batupasir akan
mempunyai arah variogram sendiri.
Unit batupasir 1 dan unit batupasir 2 berdasarkan data batuan inti dan data
log sumur KS-224 dipisahkan oleh lapisan serpih yang tipis sebesar -/+ 3 kaki.
Pada batuan inti sumur KS-224 ini, tekstur batuannya mengasar ke atas dengan
ketebalan kotor 40 kaki. Unit batupasir 2 lebih tebal dibanding unit batupasir 1.
Pada data batuan inti sumur lainnya yaitu sumur KS-203 juga ditemukan
lapisan serpih tipis yang memisahkan unit batupasir 1 dengan unit batupasir 2
(Gambar IV.4). Ketebalan serpih tersebut -/+ 3 kaki. Serpih tipis didukung oleh
data citra akustik. Pada interval serpih tipis tersebut pengukuran akustik menjadi
rendah yang ditunjukkan oleh warna yang lebih tua. Ketebalan Unit batupasir 2
pada sumur KS-203 mulai mengalami penipisan menjadi 10 kaki dengan pola
tekstur batuannya masih mengasar ke atas sedangkan unit batupasir 1 mengalami
penebalan jika dibandingkan dengan unit batupasir 1 sumur KS-224 dengan pola
tekstur menghalus ke atas sampai dengan blocky.
Citra Akustik
Top unit 2
Serpih tipis
Serpih
2
Serpih
Top unit 1
1
Batupasir
Resistivity
GR
GR
Serpih
Top Baturaja
Batugamping
Gambar IV.4.:
Tipikal batupasir Telisa sumur KS-203 dari data batuan inti,
citra akustik dan log yang menunjukkan dua unit batupasir
yang dipisahkan oleh lapisan serpih yang tipis.
27
Jarak horizontal antara sumur KS-224 dengan KS-203 sekitar 3,2 km
(Gambar IV.5). Pada jarak tersebut terjadi perubahan ketebalan pada unit
batupasir 1 dan juga unit batupasir 2. Untuk mengetahui secara tepat apakah
kedua unit batupasir tersebut masih dalam unit sikuen yang sama atau tidak maka
perlu dilakukan korelasi detail unit batupasir diantara dua sumur tersebut.
KS-203
3,2 km
KS-224
PETA STRUKTUR
BATUPASIR TELISA
Gambar IV.5.:
Peta struktur kedalaman batupasir Telisa digabung dengan
sebaran sumur di lokasi penelitian yang menunjukkan lokasi
jarak dan lokasi dua sumur batuan inti.
Berdasarkan korelasi stratigrafi beberapa sumur sepanjang data batuan inti
KS-224 dan KS-203 (Gambar IV.6) menunjukkan bahwa unit batupasir 1 dan unit
batupasir 2 pada dua sumur tersebut saling berkorelasi. Serpih tipis diantara dua
unit batupasir juga secara konsisten ditemukan diantara dua sumur tersebut
dengan ketebalan yang hampir sama. Unit batupasir 1 menebal dari sumur KS-224
ke arah KS-203 sebaliknya unit batupasir 2 semakin menipis dari sumur KS-224
ke arah KS-203.
28
29
1
Gambar IV.6.: Penampang startigrafi batupasir Telisa melalui beberapa sumur diantara dua sumur batuan inti
yang menunjukkan kedua unit batupasir dan lapisan serpih tipis menerus dari sumur KS-224 ke KS-203
0 ft
25 ft
50 ft
2
Korelasi
stratigrafi detail pada arah N 155o E (Gambar IV.7)
menunjukkan unit batupasir 1 dan unit batupasir 2 menerus dengan ketebalan
kotor yang relatif sama. Pada penampang stratigrafi A-B ketebalan kotor batupasir
2 lebih tipis dibanding unit batupasir 2 di penampang C-D, sebaliknya unit
Gambar IV.7. : Penampang startigrafi batupasir Telisa yang menunjukkan
ketebalan relatif hampir sama untuk kedua unit batupasir dan
lapisan serpih tipis pada arah N 1550 E.
0 ft
50 ft
30
25 ft
batupasir 1 lebih tebal pada penampang A-B.
Korelasi stratigrafi detail pada arah N 65o E (Gambar IV.8) menunjukkan
unit batupasir 1 dan unit batupasir 2 menerus dengan ketebalan kotor yang
bervariasi. Unit batupasir 2 menipis ke arah N 65o E sebaliknya unit batupasir 1
menebal ke arah tersebut. Pada bagian Timur Laut daearah penelitian hanya
Gambar IV.8. : Penampang startigrafi batupasir Telisa yang menunjukkan
ketebalan relatif bervariasi untuk kedua unit batupasir pada
arah N 650 E.
0 ft
50 ft
31
25 ft
terdapat unit batupasir 1.
Hasil korelasi stratigrafi batupasir Telisa menghasilkan dua unit batupasir
yaitu unit batupasir 1 dan unit batupasir 2 yang diantaranya diendapkan lapisan
serpih tipis. Hasil tersebut kemudian menjadi dasar untuk pembuatan pemodelan
geometri ketebalan kotor secara tiga dimensi atau gross volume ( Gambar IV.9)
untuk masing-masing unit batupasir.
A
Unit batupasir 2
120 ft
1.2 km
1.2 km
Peta struktur kedalaman
Unit Batupasir 1
B
Unit batupasir 1
Serpih
Unit batupasir 2
120 ft
1.2 km
1.2 km
Gambar IV.9.:
Pemodelan geometri 3D ketebalan kotor unit batupasir 2 (A)
dan pemodelan ketebalan kotor unit batupair 1 dan 2 (B).
32
Hasil korelasi stratigrafi batupasir Telisa juga menunjukkan penyebaran
serpih tipis antara unit batupasir 1 dan 2 sama dengan penyebaran unit batupasir 2.
Pada skala pemodelan ketebalan kotor batupasir yang lebih diperbesar (Gambar
IV.10) sebaran serpih tipis mempunyai variasi ketebalan yang hampir sama 3-8
kaki.
Serpih
0.5 km
30 ft
Gambar IV.10.:
0.5 km
Pemodelan Ketebalan kotor unit batupasir 1 dan 2 dengan skala
lebih diperbesar yang menunjukkan penyebaran serpih tipis
antara unit batupasir 1 dan 2.
Penentuan penyebaran serpih tipis sangat penting dalam analisis variogram
pada daerah penelitian. Serpih tipis ini sebagai pembatas data yang boleh
diikutsertakan dalam analisis variogram. Analisis variogram harus dilakukan pada
unit batuan yang sama. Unit batuan yang berbeda umumnya akan memberikan
pola variogram yang berbeda pula.
Berdasarkan korelasi detail stratigrafi batupasir Telisa di daerah penelitian,
unit batupasir 2 terpisah dengan unit batupasir 1 sehingga analisis variogramnya
harus dilakukan terpisah. Data produksi sumur Telisa, mendukung adanya dua
unit batupasir di daerah penelitian. Hasil tes sumur KS-177 adalah gas sedangkan
hasil tes sumur Telisa lainnya yang secara struktur kedalaman lebih tinggi adalah
minyak.
33
Peta ketebalan kotor unit batupasir unit 1 dan 2 kemudian dibentuk dari
perataan model geometri ketebalan kotor tiga dimensi.
Pada contoh peta
ketebalan unit batupasir 2 (Gambar IV.11), penyebaran unit batupasir ini hanya di
tengah daerah penelitian yang memanjang dari Barat Laut ke Tenggara. Penipisan
unit batupasir 2 terjadi pada Timur Laut dan Barat Daya daerah penelitian.
KS-203
Unit 2
Unit 1
OWC
UNIT BATUPASIR 2
ARAH
MAJOR TREND
GOC
UNIT BATUPASIR 2
ARAH
MINOR TREND
Unit 2
KS-224
Unit 1
PETA KETEBALAN KOTOR
UNIT BATUPASIR 2
Gambar IV.11.: Peta ketebalan kotor unit batupasir 2 yang menunjukkan
hubungan variasi ketebalan dengan arah variogram.
34
Pada peta ketebalan kotor unit batupasir 1 (Gambar IV.12), penyebaran
unit batupasir ini hanya memanjang dari Barat Laut ke Tenggara. Penipisan unit
batupasir 1 terjadi pada Barat Daya dan mengalami penebalan ke arah Timur Laut.
OWC
UNIT BATUPASIR 1
GOC
UNIT BATUPASIR 1
KS-203
Unit 2
Unit 1
ARAH
MAJOR TREND
ARAH
MINOR TREND
KS-224
Unit 2
PETA KETEBALAN KOTOR
UNIT BATUPASIR 1
Unit 1
Gambar IV.12.: Peta ketebalan kotor unit batupasir 1 yang menunjukkan
hubungan variasi ketebalan dengan arah variogram.
Arah variasi ketebalan unit batupasir 2 dan unit batupasir peta ketebalan
kotor kedua batupasir tersebut memiliki arah dominan yang hampir sama. Hal ini
dimungkinkan karena secara umum karakterisasi batuan pada kedua unit batupasir
tersebut juga tidak jauh berbeda.
35
Penentuan parameter variogram dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
berdasarkan jenis datanya yaitu : data lunak (soft data) dan data keras (hard data).
Semua informasi dan proses geologi termasuk data lunak sedangkan semua
numerik seperti data ASCII termasuk data keras (Bahar.et al, 2001).
Penentuan arah variasi variogram dari data lunak geologi dilakukan
dengan melihat variasi ketebalan kotor unit batuan (unit batupasir 1 dan unit
batupasir 2). Proses penentuan geometri 3D ketebalan kotor suatu unit batuan di
dalam program berbasis geostatistik pada umumnya tidak memerlukan
penyebaran atau pendistribusian data sehingga dalam penentuan ketebalan kotor
tidak membutuhkan input variogram. Geometri 3D ketebalan kotor unit batuan
umumnya langsung dari hasil pengurangan korelasi top unit batuan dengan bottom
unit batuan sehingga peta ketebalan kotor unit batuan dapat digunakan sebagai
masukan penentuan parameter variogram.
Variasi ketebalan kotor unit batuan mencerminkan variasi properti
reservoir. Variasi ketebalan kotor yang tinggi akan mencerminkan variasi properti
reservoir yang tinggi begitu pula sebaliknya makin tidak bervariasi ketebalan
kotor maka semakin tidak bervariasi pula properti reservoirnya.
Variasi akhir yang akan digunakan pada analisis variogram dalam
pemodelan karakterisasi reservoir adalah tetap data keras properti resevoir yang
akan di sebarkan atau didistribusikan. Hasil parameter variogram dari data lunak
atau dari proses geologi merupakan data pendukung untuk mengkoreksi parameter
variogram dari data keras. Hasil parameter variogram data lunak baru digunakan
jika parameter variogram data keras diasumsikan tidak benar.
Berdasarkan data lunak ketebalan kotor unit batuan 2 maka didapat arah
major trend adalah N 155o E sedangkan arah minor trend adalah N 65o E (Gambar
IV.11). Hasil arah variogram dari data lunak ini akan digunakan sebagai koreksi
penentuan arah variasi variogram dari data keras.
Pada pemodelan karakterisasi reservoir dengan data keras dan lunak yang
sangat sedikit maka penentuan arah variasi variogram dapat dilakukan dengan
menggunakan interpretasi geologi regional. Arah pengendapan dapat dijadikan
pedoman untuk menentukan arah major dan minor
trend variogram. Pada
lingkungan laut dangkal, arah pengendapan umumnya dijadikan pedoman untuk
36
menentukan arah minor trend arah variasi variogram sedangkan arah tegak lurus
pengendapan sebagai pendoman untuk menentukan arah major trend. Pada
lingkungan laut dangkal, arah utama pengendapan mempunyai variasi data
geologi lebih tinggi dibandingkan dengan arah tegak lurus pengendapan.
Menurut Argakoesoemah. et al (2005), pada peta isokron batupasir Telisa,
arah pengendapan sedimen Telisa di daerah penelitian berasal dari Tinggian KajiSemoga yang berada di bagian Barat Daya lapangan KS (Gambar IV.13). Sumber
sedimen dari tinggian Kaji-Semoga menurut Argakoesoemah. et al (2005),
merupakan sumber sedimen lokal.
Berdasarkan arah pengendapan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
pada arah NW-SE variasi data geologi akan rendah sedangkan pada arah SW-NE
variasi data geologi akan tinggi atau dengan kata lain arah major trend adalah
NW-SE (N 1350 E) sedangkan arah minor trend adalah SW-NE (N 450 E).
BATAS
LAPANGAN KS
ARAH
MAJOR TREND
ARAH
MINOR TREND
Gambar IV.13.: Peta Isokron batupasir Telisa yang menunjukkan arah
pengendapan lokal sediment batupasir Telisa (Modifikasi dari
Argakoesoemah, et al., 2005) dan korelasinya terhadap
penentuan arah variasi variogram.
37
Arah variasi variogram (major dan minor trend) dari data lunak atau
informasi proses geologi akan digunakan sebagai data pendukung dalam
penentuan arah variasi variogram dari data keras. Jika terdapat perbedaan yang
besar antara arah variasi dari data lunak dengan arah variasi dari data keras maka
perlu dilakukan beberapa hal:
a. Pengkombinasian arah variasi variogram dari data lunak dengan arah variasi
dari data keras.
b. Pemilihan salah satu arah variasi variogram jika data lunak ataupun data keras
diasumsikan tidak benar.
Arah variasi variogram dari data keras dilakukan pada setiap properti
reservoir yang akan disebarkan atau didistribusikan, contoh : properti kandungan
lempung, porositas, permeabilitas dan lain lain. Penentuan arah variasi variogram
dari properti reservoir dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
perhitungan
variogram dan peta variogram.
Perhitungan variogram pada dasarnya harus dilakukan untuk setiap arah
yang berbeda. Jika ingin mendapatkan hasil arah yang tepat maka harus dilakukan
perhitungan variogram setiap perbedaan arah 10
atau sebanyak 360 kali
perhitungan. Perhitungan seperti ini akan memakan waktu yang sangat lama. Cara
cepat menentukan arah variasi variogram setiap properti reservoir dari data keras
adalah dengan pembuatan peta variogram.
Pada peta variogram porositas unit batupasir 2 (Gambar IV.14) terdapat
dua arah variasi major trend yang berarah N 1630 E (garis tegas) dan N 1100 E
(garis putus-putus). Hal ini menunjukkan kemungkinan ada kesalahan dalam
pengambilan data porositas unit batupasir 2 atau kesalahan dalam perhitungan
petrofisikanya. Pada kasus arah variogram unit batupasir 2 ini maka hasil arah
variasi dari informasi proses geologi dapat dijadikan sebagai pedoman sehingga
hasil akhir arah variasi variogram untuk unit batupasir 2 adalah mengikuti hasil
variasi dari proses geologi yaitu arah major trend adalah N 1550 E dan arah minor
trend adalah N 650 E
38
ARAH MAJOR TREND
N 1630 E
ARAH MAJOR TREND
N 1100 E
PETA VARIOGRAM POROSITAS
UNIT BATUPASIR 2
ARAH MAJOR TREND
N 1550 E
Gambar IV.14.:
Peta variogram porositas unit batupasir 2 menunjukkan dua
arah variasi major trend (N 1630 E dan N 1100 E) dengan
peta indeks arah variasi major trend dari informasi proses
geologi (N 1550 E )
Peta variogram porositas unit batupasir 1 (Gambar IV.15) menunjukkan
arah variasi data variogram adalah N 1550 E untuk major trend dan N 650 E
untuk minor trend . Arah variasi variogram porositas unit batupasir ini sama
dengan arah variasi variogram dari data lunak atau informasi proses geologi. Hal
ini menunjukkan bahwa informasi proses geologi sangat diperlukan dalam analisis
hubungan spasial semua data properti reservoir terutama pada saat pemodelan
karakterisasi reservoir dengan data geologi yang sangat sedikit.
39
ARAH MAJOR TREND
N 1550 E
ARAH MINOR TREND
N 650 E
PETA VARIOGRAM POROSITAS
UNIT BATUPASIR 1
Gambar IV.15.:
Peta variogram porositas unit batupasir 1 menunjukkan
kesamaan arah variasi dengan arah variasi dari data proses
geologi yaitu pada arah N 1550 E untuk major trend dan
N 650 E untuk minor trend.
IV.2.2. Penentuan Nilai dan Jarak Variasi Data (Sill dan Range)
Penentuan nilai dan jarak variasi data (sill dan range) sedikit berbeda
dengan penentuan arah variasi data. Jika pada penentuan arah variasi, data proses
geologi atau data lunak mempunyai sifat yang sama dengan data keras yaitu samasama bersifat kuantitatif. Hasil akhir penentuan arah variasi dari data lunak
maupun data keras berupa azimuth, contoh N 1550 E, sehingga hasil arah variasi
dari data proses geologi atau data lunak bisa langsung digunakan dalam analisis
variogram.
40
Pada penentuan nilai dan jarak variasi data, sifat nilai dan jarak variasi dari
data lunak dan data keras berbeda. Nilai dan jarak variasi dari data lunak atau
data proses geologi bersifat kualitatif sedangkan nilai dan jarak variasi dari data
keras bersifat kuantitatif sehingga pada penentuan nilai variasi dari data proses
geologi akan dinyatakan dalam tiga nilai yaitu; besar, sedang dan kecil sedangkan
jarak variasi data dinyatakan dengan jauh dan dekat.
Idealnya penentuan nilai dan jarak variasi dari data lunak atau data proses
geologi dilakukan pada semua jenis batuan reservoir dalam berbagai lingkungan
pengendapan. Hal ini untuk melihat secara jelas perbandingan nilai dan jarak
variasi data untuk setiap jenis batuan reservoir. Pada penelitian ini, hanya
difokuskan pada satu jenis batuan reservoir yaitu batupasir Telisa sehingga nilai
dan jarak variasi dari data proses geologi bersifat sangat relatif.
Menurut Bahar.et al, (2001) tingkat energi tinggi pada mekanisme
sedimentasi mencerminkan variasi data tinggi atau korelasi data kecil sementara
tingkat energi yang rendah mencerminkan variasi data kecil atau korelasi data
tinggi. Pada umumya batuan reservoir diendapkan pada dua tipe pengendapan.
Tipe pengendapan pertama adalah batuan reservoir yang diendapkan pada kondisi
air yang relatif tenang dimana diendapkan batuan reservoir bercampur dengan
batuan bertekstur halus seperti lempung dan serpih. Berikutnya adalah batuan
reservoir yang diendapkan pada kondisi transportasi air energi tinggi dimana
batuan bertekstur sangat halus tidak terendapkan bersama batuan reservoir.
Batuan reservoir dengan kondisi pertama umumnya mempunyai nilai
variasi data yang kecil hingga sedang. Batuan reservoir yang diendapkan pada
kondisi transportasi energi air tinggi mempunyai nilai variasi data sedang hingga
besar.
Tekstur batuan seperti ukuran butir, pemilahan, kebundaran dan lainnya
juga dapat dijadikan acuan dalam penentuan nilai dan jarak variasi data.
Pemilahan butir yang baik mengindikasikan variasi data kecil sedangkan
pemilahan butir yang tidak baik mengindikasikan variasi data yang besar.
41
Deskripsi sayatan tipis conto batuan KS-203 dan KS-224 pada unit
batupasir 2 (Gambar IV.16), secara umum memperlihatkan batupasir memiliki
ukuran butir yang hampir sama yaitu halus sampai dengan sangat halus, dengan
pemilahan yang sangat baik serta kebundaran butir menyudut hingga membundar
tanggung. Perbedaan terjadi pada komposisi mineral. Pada sayatan tipis conto
batuan KS-203 di kedalalam 2778 kaki MD, komposisi mineral lempung jauh
lebih besar dari pada mineral lempung sayatan tipis KS-224 di kedalalam 2771.1
kaki MD. Komposisi mineral conto batuan KS-203; kuarsa (47%), lempung
(40%), calcite (6%) dengan porositas sebesar 20% sedangkan conto batuan KS224 terdiri dari kuarsa (33%), lempung (14%) calcite (40%).dengan porositas
sebesar 28%.
UNIT BATUPASIR 2
Gambar IV.16.:
Deskripsi sayatan tipis unit batupasir 2 pada batuan inti sumur
KS-203 dan KS-224 (Modifikasi dari Laporan Geoservices)
42
Deskripsi sayatan tipis conto batuan KS-203 dan KS-224 pada unit
batupasir 1 (Gambar IV.17), secara umum memperlihatkan batupasir memiliki
ukuran butir yang hampir sama yaitu halus sampai dengan sangat halus, dengan
pemilahan yang baik hingga sangat baik serta kebundaran butir menyudut hingga
membundar tanggung. Pada sayatan tipis conto batuan KS-203 di kedalalam 2792
kaki MD, komposisi mineralnya adalah kuarsa (25%), lempung (16%), calcite
(50%) sedangkan conto batuan KS-224 pada kedalalam 2815 kaki MD terdiri dari
kuarsa (30%), lempung (18%) calcite (50%).
UNIT BATUPASIR 1
Gambar IV.17.:
Deskripsi sayatan tipis unit batupasir 1 pada batuan inti sumur
KS-203 dan KS-224 (Modifikasi dari Laporan Geoservices)
43
Berdasarkan data arah variogram porositas unit batupasir 1 yang telah
ditentukan pada penjelasan sebelumnya maka dilakukan modeling variogram dari
sampel data porositas untuk menentukan sill dan range pada arah major dan
minor. Hasil modeling variogram porositas unit batupasir 1 (Gambar IV.18)
menunjukkan pada arah major (N 1550 E) nilai sill data porositasnya adalah 0.98
dengan jarak dimana data porositas tidak mempunyai variasi lagi (range) adalah
pada jarak 980 meter. Pada arah minor (N 650 E) nilai sill adalah 2.2 dengan
range 700 meter. Dari hasil di atas terlihat bahwa pada arah N 1550 E variasi data
porositas unit batupasir 1 jauh lebih kecil dari variasi data porositas arah N 650 E
Gambar IV.18.:
Sampel variogram dan modeling variogram porositas unit
batupasir 1 pada arah major dan minor.
Hasil modeling variogram pada sampel data porositas unit batupasir 2
(Gambar IV.19) menunjukkan hasil yang tidak tepat. Variasi data porositas pada
jari-jari pencarian lebih dari 1500 meter mengalami penurunan hingga mempunyai
nilai variasi sangat kecil. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengambilan
sampel porositas yang kurang tepat atau perhitungan petrofisika yang tidak benar.
Jari-jari Pencarian
Major Trend
Azimuth : N 1550 E
Sill
:?
Range
:?
Jarak (meter)
Gambar IV.19.:
Error pada sampel variogram dan modeling variogram porositas
unit batupasir 2 pada arah major dan minor.
44
Pada kasus modeling variogram porositas unit batupasir 2 ini data sill dan
range tidak dapat digunakan. Nilai sill dan range untuk porositas unit batupasir 2
ini mengacu pada kesamaan karakterisasi tesktur batuan unit batupasir 2 dengan
karakterisasi tekstur batuan unit batupasir 1 seperti penjelasan sebelumnya.
Berdasarkan kesamaan tekstur tersebut maka nilai sill dan range unit batupasir 2
sama dengan nilai sill dan range unit batupasir 1.
45
Download