HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA, DAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR OLEH DOKTER GIGI DI POLIKLINIK GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT KOTA MANADO RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE, AVAILABILITY MEANS, AND MOTIVATION WITH APPLICATION COMPLIANCE STANDARD PRECAUTION BY DENTIST AT THE DENTAL POLYCLINIC HOSPITAL IN MANADO CITY Ratulangi Angel Lesly Rotinsulu*, Jootje. M. L. Umboh**, Jantje Pongoh* *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Kewaspadaan Standar adalah seperangkat pedoman yang direkomendasikan untuk diterapkan dalam setiap praktek kerja untuk melindungi petugas kesehatan dari pajanan penyakit infeksi yang menular lewat darah (blood-borne pathogen). Pedoman tersebut meliputi kebersihan tangan, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), pengelolaan benda tajam, dan lain-lain. Namun pada kenyataannya, penerapan kepatuhan masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, ketersediaan sarana, dan motivasi dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada 9 Rumah Sakit Kota Manado yang aktif menyelenggarakan pelayanan poliklinik gigi dan mulut pada bulan Juni 2016–Januari 2017. Teknik penentuan sampel digunakan teknik sampling jenuh yang berjumlah 35 orang yang sesuai kriteria inklusi. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu pengetahuan, ketersediaan sarana, dan motivasi; dan variabel terikat yaitu kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Data diperoleh melalui kuesioner yang telah divalidasi. Sebagai kesimpulan, terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan sarana dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Disarankan agar pihak Manajemen Rumah Sakit perlu mengikutsertakan dokter gigi dalam pelatihan penerapan kewaspadaan standar untuk peningkatan pengetahuan dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut, selanjutnya perlu dilakukan penelitian yang serupa terkait dengan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi dengan meneliti variabel –variabel yang mungkin berkaitan dengan perilaku dokter gigi untuk patuh dalam menerapkan kewaspadaan standar saat melakukan pelayanan kepada pasien. Kata Kunci: Pengetahuan, Ketersediaan Sarana, Motivasi, Kepatuhan Penerapan Kewaspadaan Standar ABSTRACT Standard Precautions is a set of recommended guidelines to be applied in any working practices to protect healthcare workers from exposure to infectious diseases spread by blood (blood-borne pathogen). These guidelines include hand hygiene, use of Personal Protective Equipment (PPE), management of sharps, and others. But in fact, the implementation of compliance is still low. The purpose of this study to analyze the factors associated with compliance of the application of Standard Precaution by dentists in the Dental Polyclinic Hospital of the city of Manado. This study uses a quantitative approach. Descriptive research with cross sectional design. The study was conducted on 9th Hospital Manado City actively organizing service dental clinic in the month of June 2016 to January 2017. The sampling technique used saturated sampling technique which totaled 35 people who fit the inclusion criteria. The research variables consist of independent variables such as knowledge, availability of facilities, and motivation; and the dependent variable is the application of standard precautions compliance by dentists in the Dental Polyclinic Hospital of the city of Manado. Data obtained through questionnaires that have been validated. In conclusion, there is a significant correlation between the availability of the compliance of the 64 application of standard precaution by a dentist in the Dental Polyclinic Hospital of the city of Manado. It is recommended that the Hospital Management need to include dentists in training the application of standard precautions for the improvement of knowledge in dental and oral health services, further to increase compliance with the application of standard precautions need for the availability of which is always continuous. Key Words: Knowledge, Availability Means, Motivation, Application Compliance Standard Precaution PENDAHULUAN Associated Infections (HAIs). Tingkat Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas infeksi nosokomial yang terjadi di pelayanan kesehatan merupakan bagian negara-negara Asia, Amerika Latin dan dari sumber daya kesehatan yang sangat Sub-Sahara Afrika termasuk tinggi yaitu diperlukan mencapai lebih dari 40% (Anonimous, dalam penyelenggaraan mendukung upaya kesehatan. 2011). Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan Infeksi pada dasarnya merupakan perangkat keilmuannya masing-masing interaksi antara agen penyakit dengan berinteraksi Ilmu pejamu yang rentan terjadi melalui pengetahuan dan teknologi kedokteran transmisi kuman tertentu. Cara transmisi yang berkembang sangat pesat yang agen penyakit terutama mikroorganisme harus diikuti oleh tenaga kesehatan penyebab infeksi dapat terjadi melalui dalam rangka pemberian pelayanan yang darah, udara baik droplet maupun bermutu, semakin airbone, dan kontak langsung. Interaksi dalam yang menyebabkan infeksi dapat terjadi satu sama lain. membuat kompleksnya permasalahan a rumah sakit (Anonimous, 2010 ). Rumah sakit untuk petugas ke petugas, dari petugas ke tetapi pasien dan antar petugas. Infeksi di rumah sakit juga dapat menjadi sumber rumah sakit lebih umum disebut infeksi infeksi. nosokomial. menyembuhkan bertujuan antar pasien, dari pasien ke petugas, dari orang Ditinjau sakit, dari asal atau Data Kesehatan didapatnya infeksi dapat berasal dari menunjukkan komunitas acquired penduduk dunia terinfeksi virus hepatitis infection) atau berasal dari lingkungan B, dan sekitar 130-170 juta merupakan rumah acquired pengidap virus hepatitis C, dengan infection) yang sebelumnya dikenal angka kematian lebih dari 350.000 per dengan istilah infeksi nosokomial atau tahun. yang sekarang disebut sebagai infeksi kumulatif sakit (Community (Hospital Kasus lebih HIV (Anonimous, 2010 ). pelayanan kesehatan atau Healthcare 65 2 positif, berjumlah a berkaitan dengan pelayanan di fasilitas dari Dunia milyar secara 44.292 Petugas kesehatan berisiko terpajan penularan penyakit seperti terjadinya infeksi. Kontrol infeksi pada HIV, kedokteran gigi bertujuan Hepatitis B dan Hepatitis C yang berasal meningkatkan dari sumber infeksi yang diketahui atau kerentanan terjadinya infeksi dan untuk yang tidak diketahui seperti benda megurangi resiko transmisi penyakit terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai serta dan benda tajam lainnya (Efstathiou, operator, pasien dan staf dari paparan et.al., objek 2011). Salah satu tindakan kewaspadaan untuk mencegah dan infeksius terhadap melindungi selama perawatan beresiko tinggi menyebabkan terjadinya (Matthews, 2012). Di Indonesia di RSU infeksi silang pada dokter gigi yaitu Pendidikan, infeksi silang cukup tinggi ekstraksi dan yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8% sangat terdapat risiko yang sangat tinggi bagi dibutuhkan pada tindakan ekstraksi gigi dokter gigi untuk terkena infeksi silang karena bidang kerja kedokteran gigi dalam melakukan tindakan ekstraksi gigi berhubungan langsung dengan darah dan karena dapat berkontak langsung dengan saliva (Suleh, 2015). Riset Kesehatan darah, Dasar terkontaminasi (Saleh, et.al., 2015). gigi. pengendalian Pencegahan infeksi silang (RISKESDAS) menunjukkan bahwa tahun 2010 dan alat-alat yang di Surat Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia yang mendapat pelayanan Nomor 382/Menkes/SK/III/2007 tentang ekstraksi gigi yaitu sebesar 79,6% Pelaksanaan (Anonimous, 2010c). Di Sulawesi Utara Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit gigi yang diekstraksi maupun indikasi maupun fasilitas pelayanan kesehatan ekstraksi lain sebagai upaya untuk memutuskan gigi masyarakat saliva sebesar 4,34% d (Anonimous, 2007 ). siklus Sumber infeksi pada praktek dokter Pencegahan penularan penyakit dan dan melindungi pasien, petugas kesehatan, gigi meliputi tangan, saliva, darah, pengunjung, sekresi hidung dan sekresi paru. Udara, menerima pelayanan kesehatan, baik di air, debu, aerosol, percikan atau tetesan, rumah sakit atau fasilitas pelayanan plak, kalkulus, bahan tumpatan gigi dan kesehatan lainnya (Anonimous, 2007a). debris dari rongga mulut atau luka Salah satu strategi untuk melindungi dan terbuka dapat juga menjadi sumber mengurangi infeksi atau kontaminasi. Oleh karena tersebut adalah melakukan tindakan itu, instrumen dan perlengkapan praktek kewaspadaan harus senantiasa dijaga sterilitas dan kesehatan. kebersihannya pengaturan penyelenggaraan rumah sakit untuk mencegah 66 dan masyarakat pengendalian standar Hal ini yang infeksi oleh petugas sesuai tujuan yang tertuang dalam UU Nomor 44 Bab tubuh yang lain. Prinsip kewaspadaan II Pasal 3 Ayat 1b Tahun 2009 yaitu standar di pelayanan kesehatan adalah memberikan menjaga perlindungan keselamatan pasien, terhadap hygiene sanitasi individu, masyarakat, hygiene sanitasi ruangan, serta sterilisasi lingkungan rumah sakit, dan sumber peralatan. Dalam praktek kedokteran daya gigi, ketiga prinsip tersebut dijabarkan manusia di rumah sakit (Anonimous, 2009). Prosedur menjadi enam bagian penting yaitu: penatalaksanaan infeksi evaluasi pasien, perlindungan silang yang umum digunakan adalah pemrosesan berdasarkan aturan yang dikeluarkan asepsis oleh Centers for Diseases Control and penggunaan Prevention (CDC). Pada awalnya, aturan pembuangan sampah medis (Anonim, ini 2010a). dikenal sebagai kewaspadaan universal/ universal precaution. Sejalan dengan perkembangan dalam bidang dan (sterilisasi), desinfeksi alat permukaan, sekali pakai dan Kewaspadaan standar diterapkan di pengetahuan pelayanan kesehatan dengan tujuan dan untuk mengendalikan infeksi secara universal konsisten serta mencegah penularan bagi precaution diganti menjadi kewaspadaan petugas kesehatan dan pasien. Studi standar/ precaution. menunjukkan bahwa kepatuhan pada Standard penerapan kewaspadaan standar diantara tindakan petugas kesehatan untuk menghindari pengendalian infeksi yang dilakukan paparan mikroorganisme masih rendah oleh seluruh tenaga kesehatan untuk (Mehta, et.al., 2011). Faktor-faktor yang mengurangi risiko penyebaran infeksi berkontribusi pada rendahnya kepatuhan dengan didasarkan pada prinsip bahwa tersebut darah dan cairan tubuh dapat berpotensi pengetahuan, menularkan penyakit, baik berasal dari kelupaan, pasien ketidaknyamanan, kedokteran kedokteran instrumen diri, gigi, istilah standard Kewaspadaan precaution standar/ adalah maupun Kewaspadaan suatu petugas standar kesehatan. dikembangkan dari kewaspadaan universal yang dirancang karena kurangnya kurangnya kurangnya iritasi waktu, keterampilan, kulit, dan kurangnya pelatihan (Efstathiou, et.al., dengan 2011). menggabungkan dan menambah tahapan pencegahan adalah Ketidakpatuhan petugas kesehatan untuk untuk melakukan prosedur kewaspadaan melindungi petugas kesehatan gigi dan standar pasien dapat merepotkan dan tidak nyaman. Tugas menyebar melalui darah dan cairan tenaga kesehatan yang banyak juga dari patogen yang 67 karena dianggap terlalu menjadi faktor lain menyebabkan dokter baik 55% dan perilaku mahasiswa cukup sulit untuk menerapkan kewaspadaan (46,25%). Hal ini mungkin disebabkan standar. Tenaga kesehatan yang mampu kurangnya pengetahuan mahasiswa menjelaskan secara mengenai pentingnya mengetahui kewaspadaan standar kesehatan juga benar tentang maka mampu tenaga kewaspadaan standar yang mana materi melakukan tersebut tidak diberikan dalam justifikasi atau penilaian terhadap suatu perkuliahan. materi tentang kewaspadaan standar, dan termasuk cukup baik hal ini mungkin diaplikasikan melalui tindakan. disebabkan karena tidak didukung oleh Viska (2012), mahasiswa hasil ketersediaan sarana di RSGMP FKG penelitian tentang pengetahuan, sikap USU Medan, tidak adanya pengawasan dan dari pihak dosen pembimbing yang tindakan mendapat Perilaku di dokter gigi terhadap kewaspadaan standar di praktek pribadi mungkin disebabkan tidak adanya kota Medan didapat hasil pengetahuan peraturan tentang kewaspadaan standar dokter gigi kategori baik (56,67%), di rumah sakit gigi dan mulut ini. sikap dokter gigi baik (92%) dan Hasil pengamatan yang dilakukan tindakan dokter gigi termasuk kategori terhadap dokter gigi di salah satu rumah baik (78,67%). Dari hasil ini terlihat sakit di Kota Manado yaitu di Poliklinik bahwa dokter gigi yang berpraktek Gigi dan Mulut RSUP Prof. Dr. R. D. pribadi mempunyai pengetahuan, sikap Kandou Manado, sebanyak 4 orang dan tindakan yang baik terhadap (50%) dokter gigi belum melaksanakan standar ini mungkin prosedur kewaspadaan standar yang disebabkan dokter gigi percaya akan menyangkut penggunaan alat pelindung terkena infeksi dari pasien sehingga diri dokter gigi melaksanakan kewaspadaan mengantisipasi paparan cairan dan darah standar yang dianjurkan di praktek pasien pada saat terlibat dalam prosedur pribadi. tindakan gigi dan mulut. Selain itu, kewaspadaan Navissha (2011), meneliti tentang pengetahuan, sikap dan terutama kacamata untuk dokter gigi dalam menerapkan prosedur perilaku kewaspadaan standar khususnya dalam mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap pemakaian alat pelindung diri selama kewaspadaan standar di Rumah Sakit proses tindakan masih belum sesuai Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU dengan pedoman pengendalian infeksi Medan didapat hasil sebanyak 48,75% nosokomial. Selama tahun 2015 data mahasiswa cukup, dari Poliklinik Gigi dan Mulut RSUP sedangkan sikap mahasiswa tergolong Prof. Dr. R. D. Kandou Manado telah 7 berpengetahuan 68 kali melakukan tindakan infeksius, 5 HASIL DAN PEMBAHASAN pasien dengan HBsAg (+) dan 2 pasien Karakteristik Responden di Poliklinik dengan HIV (+). Hal ini menunjukkan Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota bahwa resiko tertular Hepatitis dan HIV Manado juga terjadi pada dokter gigi yang a. Umur melakukan tindakan perawatan. Bahaya Hasil distribusi responden serupa juga berlaku di rumah sakit lain berdasarkan umur menunjukkan bahwa di Kota Manado. Hal ini menjadi alasan 18 kebutuhan suatu kepatuhan tindakan berumur < 31 tahun dan 17 responden kewaspadaan standar bagi petugas yang (48,6%) terdistribusi pada kelompok bekerja di Poliklinik Gigi dan Mulut. umur Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk memperlihatkan bahwa dokter gigi yang meneliti hubungan antara pengetahuan, tersebar di Poliklinik Gigi dan Mulut ketersediaan Rumah Sakit di Kota Manado mayoritas dengan sarana, kepatuhan dan motivasi penerapan responden ≥ (51,4%) 31 tahun. mayoritas Data tersebut dokter gigi berusia muda. kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Yuliana (2012) dalam penelitiannya Poliklinik Gigi dan Mulut di Rumah mengenai kepatuhan penerapan terhadap Sakit Kota Manado. kewaspadaan standar di RSKO Jakarta tahun 2012 dimana dari 39 responden METODE diperoleh sebesar Penelitian ini menggunakan metode responden dari kelompok usia 31-40 pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian tahun. Penelitian Yuniarta (2011) yang deskriptif dengan desain cross sectional. dilaksanakan di Bagian Bedah RSUP Penelitian ini dilaksanakan di Sembilan Dr. Kariadi Kota Semarang menyatakan Rumah Sakit Kota Manado yang aktif bahwa menyelenggarakan pelayanan poliklinik berhubungan erat dengan tingkat kinerja gigi dan mulut pada bulan Juni 2016 – dalam penerapan standar prosedur yang Januari 2017. populasi dalam penelitian benar dalam melaksanakan tugasnya, ini yaitu seluruh dokter gigi yang dimana tersebar di Poliklinik Gigi dan Mulut cenderung lebih dapat bekerja dengan Rumah Sakit di Kota Manado. Jumlah baik dibandingkan dengan yang lebih sampel pada penelitian ini 35 orang. muda. Hal ini kemungkinan disebabkan Penelitian ini menggunakan analisis karena responden merasa yang lebih tua univariat, bivariate, dan multivariate. mempunyai faktor responden dipercaya. 69 78% merupakan umur responden yang harapan lebih kerja tua lebih b. Jenis Kelamin Hasil spesialis yang melanjutkan studi S2 penelitian sebagian besar kelamin perempuan menunjukkan responden sebanyak 2 responden (5,7%). Data ini berjenis sebaran tenaga 23 pelayanan kesehatan gigi dan mulut di laki-laki Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit sebanyak 12 responden (34,3%). Dari Kota Manado didominasi oleh dokter hasil tersebut memperlihatkan bahwa gigi umum dan untuk pelayanan tenaga tenaga dokter gigi banyak diminati oleh dokter gigi ahli/ spesialis masih sangat wanita. Hal ini juga memperlihatkan kurang. responden bahwa sebanyak menggambarkan (65,7%) dokter dan gigi perempuan Orang-orang yang memiliki mempunyi kemauan lebih banyak untuk pendidikan yang lebih tinggi akan bekerja layanan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi kesehatan gigi dan mulut di Poliklinik pula jika dibandingkan dengan orang- Rumah Sakit daripada dokter gigi laki- orang yang kurang berpendidikan dan laki. melalui pendidikan seseorang dapat sebagai pemberi Berbeda dengan hasil penelitian meningkatkan kematangan intelektual tentang kepatuhan perawat terhadap sehingga dapat membuat keputusan kewaspadaan standar di RSKO Jakarta dalam bertindak. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2012) ini, peneliti berpendapat bahwa salah bahwa satu faktor yang berpengaruh pada jenis kelamin terbanyak didapatkan pada laki-laki sebesar 65% kepatuhan dari standar 39 responden. Penelitian ini penerapan ialah kewaspadaan tingkatan pendidikan. mengungkapkan bahwa laki-laki dan Pendidikan memberikan pengetahuan perempuan tidak mempunyai perbedaan bukan hanya dalam pelaksanaan tugas secara signifikan mengenai responden pelayanan, mereka mengembangkan diri serta kemampuan terhadap kinerja tenaga tetapi juga untuk kesehatan di rumah sakit. memanfaatkan fasilitas sarana yang ada c. Pendidikan disekitar Hasil penelitian menunjukkan lingkungan kerja kelancaran tugas tanpa mengabaikan sebagian besar responden berpendidikan penerapan kewaspadaan standar. dokter gigi yaitu 26 responden (74,3%), d. Masa Kerja dokter gigi spesialis sebanyak untuk 3 Data menunjukkan bahwa 24 responden (8,6%), dokter gigi yang responden (68,6%) memiliki masa kerja melanjutkan jenjang studi S2 sebanyak 4 selama 1-5 tahun, sedangkan responden responden (11,4%), dan dokter gigi yang bekerja > 5 tahun sebanyak 11 70 responden (31,4%). Peneliti berpendapat Gambaran pengalaman bekerja yang lebih lama Ketersediaan Sarana, Motivasi dan akan cenderung memberikan pelayanan Kepatuhan Penerapan Kewaspadaan sesuai standar lebih baik lagi karena Standar oleh Dokter Gigi di Poliklinik sudah berpengalaman dan kompetensi Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota yang dimiliki sudah terlatih sehingga Manado dalam memberikan pelayanan kesehatan a. Variabel Pengetahuan gigi dan mulut hendaknya tetap patuh Hasil pada penerapan kewaspadaan standar sebagian tanpa ada yang diabaikan. berpengetahuan Penelitian menunjukkan besar responden baik sebanyak 20 responden (57,1%) dan yang kurang PKU baik sebanyak 15 responden (42,9%). Muhammaddiyah Yogyakarta diperoleh Penelitian ini sejalan dengan yang bahwa lama waktu dokter bekerja dilakukan terbanyak pada waktu kurang dari 10 menunjukkan (sepuluh) tahun sebanyak 73,5%. Lama responden, 58,9% waktu bekerja ini termasuk golongan pengetahuan pada perawat di RSKO waktu yang sangat Jakarta. Yuniarta tingkat di (2015) penelitian yang dilakukan Marnita Pengetahuan, RSU singkat sekali. (2011) yang menganalisis pendidikan pasien Yuliana (2012) bahwa dari yang total menilai Sembiring 39 baik (2012) juga melakukan penelitian di Rumah Sakit terhadap Umum Pusat H. Adam Malik Medan kepuasaan layanan di bagian bedah dan RSUP Dr. Kariadi Kota Semarang responden ternyata yang berpartisipasi menyatakan bahwa lama waktu bekerja sebanyak mempengaruhi pengetahuan pada perawat baik lebih mempersepsikan responden dalam harapan dan menemukan 69 bahwa dari responden 100 menilai banyak. memotivasi responden akan melayani b. Ketersediaan Sarana pasien. Dokter yang bekerja dengan Hasil waktu lebih dari 10 tahun, berpengaruh sebanyak terhadap wawasan dan pola pemanfaatan menjawab ketersediaan sarananya baik pelayanan juga dan 12 responden (34,3%) menjawab mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan ketersediaan sarana kurang baik. Hasil motivasi responden terhadap kesehatan penelitian Maliyawati (2015) tentang dan tindakan kewaspadaan universal sebagai kebutuhan kesehatan, serta keinginan pelayanan kesehatan yang bermutu. upaya penelitian 23 untuk menunjukkan responden mengurangi (65,7%) risiko penyebaran infeksi didapat bahwa dari 71 total 85 responden menjawab Dr. Moewardi Surakarta ditemukan ketersediaan sarana tidak baik sebesar 73,2% responden menilai motivasi baik. 64,7%. Penelitian oleh Yulianti (2012) d. Kepatuhan Penerapan di bangsal rawat inap Rumah Sakit PKU Hasil penelitian yang diperoleh Muhammaddiyah Yogyakarta tentang sebanyak 15 responden (42,9%) patuh hubungan ketersediaan sarana dengan menerapkan kewaspadaan standar dan penerapan universal precaution pada responden yang tidak patuh menerapkan perawat kewaspadaan diperoleh kebanyakan standar 20 Penelitian ini ketersediaan sarana baik sebesar 76,5% responden dari 34 responden. sejalan c. (2012) yang meneliti kepatuhan perawat Motivasi (57,1%). sebanyak dengan penelitian Yuliana Hasil penelitian variabel motivasi terhadap kewaspadaan standar di RSKO menunjukkan bahwa dari 35 responden, Jakarta menunjukkan bahwa sebesar 54,3% (19 responden) memiliki motivasi 58,9% dari total 39 responden menilai baik kepatuhan perawat RSKO Jakarta tidak dan 45,7% (16 responden) memiliki motivasi kurang baik. baik. Penelitian yang dilakukan Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sembiring (2012) di RSUP H. Adam yang dilakukan oleh Sembiring (2012) Malik Medan menemukan bahwa dari terhadap responden di Rumah Sakit 100 responden ternyata 69 responden Umum Pusat H. Adam Malik Medan, menilai tidak ada kepatuhan dokter yang menilai motivasi baik sebesar 67% dalam menerapkan kewaspadaan standar dari total 100 responden. Penelitian dalam mitigasi bencana HIV/AIDS. Yulianti (2012) yang dilakukan di rumah sakit PKU Muhammaddiyah Yogyakarta Hubungan menyangkut motivasi dengan penerapan dengan universal precaution pada perawat di kewaspadaan standar oleh Dokter rawat inap menemukan bahwa jumlah Gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut responden yang menilai motivasi baik Rumah Sakit Kota Manado sebesar 76,5% dari 34 responden. Hasil penelitian diperoleh data bahwa Penelitian Mahardini (2011) tentang jumlah faktor-faktor mempengaruhi pengetahuan baik sebesar 57,1% dan menerapkan pengetahuan yang kurang baik sebesar universal precaution ketika melakukan 42,9%. Penilaian pada pengetahuan baik kemoterapi pada pasien kanker di RSUD diperoleh kepatuhan yang perawat antara pengetahuan kepatuhan responden yang kepatuhan penerapan menjawab penerapan kewaspadaan standar sebanyak 40% dan 72 yang tidak sedangkan patuh sebanyak penilaian 60%, infeksi pengetahuan nosokomial frekuensi yang terjadi dengan sangat sering, kurang baik dengan kepatuhan dalam menyebabkan penerapan standar penyakit dan kematian pada pasien sebanyak 46,7% dan yang tidak patuh maupun tenaga kesehatan. Berdasarkan sebanyak 53,3%. Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan oleh Luo analisis uji chi-square didapatkan hasil et al., (2011) didapatkan hasil bahwa dengan nilai p=0,693>α=0,05. pada tahun 2002 di Amerika Serikat kewaspadaan Penelitian Marnita (2015) di RSU PKU Muhammadiyah ditemukan timbulnya 57 penyakit- tenaga kesehatan Yogyakarta terinfeksi HIV yang disebabkan oleh menemukan adanya pengaruh paparan rumah sakit, 24 diantaranya pengetahuan terhadap penerapan adalah perawat, kemudian 48 tenaga kewaspadaan standar pada dokter, terkena infeksi karena tertusuk alat-alat dimana hal ini dibuktikan dengan nilai kesehatan. Masih berdasarkan studi signifikan pengetahuan pustaka yang sama, pada tahun 2003 Penelitian dilaporkan tingkat kecelakaan karena variabel diperoleh sebesar 0,028. Yulianti (2012) di Bangsal Rawat Inap jarum RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebanyak 80,6% di China. Menyikapi menemukan bahwa terdapat hubungan banyaknya infeksi nosokomial yang antara pengetahuan dengan penerapan terjadi dan untuk melindungi pasien kewaspadaan maupun tenaga kesehatan, Centers for standar dengan nilai signifikan sebesar 0,019. adanya sangat tinggi yaitu Disease Control and Prevention (CDC) Hasil penelitian ini menunjukkan tidak suntik tahun 1996 menetapkan antara kewaspadaan standar sebagai petunjuk penerapan atau acuan dalam usaha mengurangi kewaspadaan standar oleh dokter gigi di resiko infeksi dari darah yang terpecik Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit dan patogen lain di rumah sakit (Luo et Kota Manado, yaitu pengetahuan yang al., baik tidak mempengaruhi kepatuhan pengendalian infeksi untuk melindungi dokter tenaga pengetahuan gigi kewaspadaan hubungan pada dengan untuk standar menerapkan dalam 2011). Peningkatkan kesehatan, pasien upaya dan pengunjung juga menjadi perhatian di melaksanakan pelayanan kesehatan gigi Indonesia (Anonimous, 2008). dan mulut. Demikian World Health Organization (WHO) juga penelitian yang dilakukan oleh Askarian dan Assadian pada tahun 2009 melaporkan bahwa tahun 73 2011 untuk menilai tingkat pengetahuan, terhadap sikap dan Universal perilaku Precautions keberhasilan di perubahan perilaku penerapan kewaspadaan standar. kalangan dokter gigi dan mahasiswa kepaniteraan klinik, menunjukkan Hubungan Antara Ketersediaan Kepatuhan bahwa skor pengetahuan responden 6,71 Sarana Dengan ± 0,99 dari skor maksimal sembilan. Hal Penerapan Kewaspadaan ini oleh Dokter Gigi Di Poliklinik Gigi menunjukkan pengetahuan bahwa, responden tingkat memuaskan, dan Mulut Standar Rumah Sakit Kota tabulasi silang yang tetapi perilaku penerapan Universal Manado Precautions mereka tidak mencapai Berdasarkan tahap yang diharapkan. Di samping itu, dilakukan antara faktor ketersediaan dijumpai suatu hubungan linear positif sarana dengan kepatuhan penerapan antara perilaku kewaspadaan standar oleh dokter gigi di (r=0,394, p<0,001). Ini berarti walaupun Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit pengetahuan Kota Manado, diperoleh data bahwa pengetahuan berpengaruh dan responden terhadap baik perilaku jumlah responden. responden yang menjawab ketersediaan sarana baik sebanyak 23 Pengetahuan penerapan responden (65,7%) dengan penerapan kewaspadaan standar merupakan hasil kewaspadaan dari tahu, dan ini terjadi setelah orang sebanyak 7 responden (30,4%) dan yang melakukan penginderaan terhadap objek tidak patuh sebanyak 16 responden tertentu. Penginderaan terjadi melalui (69,6%); sedangkan jumlah responden panca indera manusia, yakni indera yang menjawab ketersediaan sarana penglihatan, pendengaran, penciuman, kurang baik sebanyak 12 responden rasa dan raba. Menurut teori perubahan (34,3%) dengan penerapan kewaspadaan perilaku kesehatan, penyebab terjadinya standar perubahan perilaku tergantung kepada responden (66,7%) dan yang tidak patuh kualitas sebanyak rangsang berkomunikasi (stimulus) dengan yang organisme. standar yang yang patuh 4 patuh sebanyak responden 8 (33,3%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square Perilaku dapat berubah hanya apabila didapatkan hasil stimulus yang diberikan benar-benar p=0,040<α=0,05 melebihi dari stimulus semula (mampu terdapat meyakinkan). Karena itu kualitas dari antara sumber komunikasi sangat menentukan kepatuhan dengan yang hubungan menunjukkan yang ketersediaan penerapan nilai sarana bermakna dengan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik 74 Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Hubungan Hasil penelitian ini sejalan dengan Dengan yang dilakukan Yuliana (2012) di RSKO Berdasarkan standar pada dokter dalam penelitian ini, kepatuhan signifikan pada variabel ketersediaan sebanyak 19 responden (54,3%) dengan perawat penerapan kewaspadaan standar yang dimana hal ini ditunjukkan dengan nilai patuh sebanyak 9 responden (47,4%) p = 0,006; sehingga ditarik kesimpulan dan yang tidak patuh sebanyak 10 bahwa ada hubungan antara ketersediaan responden (52,6%); sedangkan jumlah sarana dengan penerapan kewaspadaan responden yang menjawab motivasi standar pada perawat dan ada atau menyebabkan tinggi kewaspadaan melaksanakan tugas kurang baik sebanyak 16 responden akan (45,7%) dengan penerapan kewaspadaan rendahnya perawat standar dalam dan sebanyak dokter gigi terhadap dalam didapatkan kepatuhan peralatan pasien rumah di rumah sakit, sakit yang 10 sebanyak responden hasil p=0,557>α=0,05 menerapkan 6 (62,5%). dengan yang nilai menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna kewaspadaan standar, terutama dalam melayani patuh Berdasarkan hasil analisis uji chi-square APD merupakan faktor pendukung yang penting yang responden (37,5%) dan yang tidak patuh tanggung jawabnya. Ketersediaan sarana terutama sangat kewaspadaan responden yang menjawab motivasi baik penerapan sarana penerapan Manado, diperoleh data bahwa jumlah hubungan antara ketersediaan sarana ketersediaan yang Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota penelitian Yulianti (2012), bahwa ada tidaknya silang standar oleh dokter gigi di Poliklinik sarana sebesar 0,017. Begitu juga dalam pada tabulasi dilakukan antara faktor motivasi dengan dimana hal ini dibuktikan dengan nilai standar Penerapan Rumah Sakit Kota Manado sarana terhadap penerapan kewaspadaan kewaspadaan Kepatuhan Gigi Di Poliklinik Gigi dan Mulut menghasilkan ada pengaruh ketersediaan kepatuhan Motivasi Kewaspadaan Standar oleh Dokter Jakarta terhadap kewaspadaan standar dengan Antara antara motivasi dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut terkontaminasi tanpa sengaja maupun Rumah Sakit Kota Manado. disengaja, dimana kontaminasi peralatan Tidak sejalan dengan penelitian yang berbahaya seperti disebabkan oleh Sembiring (2012) di Rumah Sakit virus HIV/AIDS (Nurkhasanah, 2013). Umum Pusat H. Adam Malik Medan, 75 dalam rangka penerapan kewaspadaan kategori motivasi rendah 31,7%. Hal ini standar oleh tenaga kesehatan dalam dirasakan mitigasi bencana khusus menemukan bahwa HIV/AIDS ada motivasi dengan kewaspadaan standar perlu menjadi perhatian karena tingkat motivasi hubungan responden yang tinggi perlu dikelola dan penerapan dimanfaatkan lagi sehingga motivasi pada tenaga tersebut dapat diaplikasikan ke perilaku kesehatan dimana hal ini ditunjukkan menjadi maksimal. dengan nilai signifikan sebesar 0,001. Hasil penelitian tidak sejalan karena KESIMPULAN lokasi penelitian berbeda, penelitian 1. Tidak terdapat hubungan Sembiring berlokasi di rumah sakit pengetahuan umum bagian Unit Gawat Darurat penerapan kewaspadaan standar oleh (UGD), ruang Hemodialisis Darah (HD) dokter gigi di Poliklinik Gigi dan dan Voluntary Counselling and Testing, Mulut Rumah Sakit Kota Manado. dimana ruangan ini sering dikunjungi 2. Terdapat dengan antara kepatuhan hubungan antara sarana dengan oleh pasien yang dicurigai mengidap ketersediaan HIV/AIDS. Sedangkan penelitian ini kepatuhan penerapan kewaspadaan hanya berlokasi di bagian Poliklinik standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut. Selain itu, objek Gigi dan Mulut di Rumah Sakit Kota penelitian berbeda dimana Sembiring Manado. melakukan penelitian pada tenaga 3. Tidak terdapat hubungan kesehatan yang kemungkinan terkena motivasi infeksi sesuai penerapan kewaspadaan standar oleh lokasinya pasien dicurigai mengidap dokter gigi di Poliklinik Gigi dan HIV/AIDS. Sedangkan, objek penelitian Mulut di Rumah Sakit Kota Manado. ini hanya pada tenaga dokter gigi yang 4. Hasil analisis multivariate adalah berpraktek di Poliklinik Gigi dan Mulut. ketersediaan sarana yang merupakan Berbeda yang satu-satunya dilakukan Shara, et.al., (2014) studi berhubungan terhadap dokter gigi muda di Rumah kewaspadaan standar oleh dokter gigi Sakit Islam Gigi dan Mulut Sultan di Poliklinik Gigi dan Mulut di Agung Semarang didapatkan bahwa Rumah Sakit Kota Manado. nosokomial dengan yang penelitian motivasi dokter gigi muda dalam upaya kontrol infeksi kategori motivasi tinggi 68,3% lebih banyak SARAN dibandingkan 76 dengan antara kepatuhan variabel dengan yang penerapan 1. Pengetahuan dokter gigi tentang dalam pelayanan kesehatan gigi dan penerapan kewaspadaan standar di mulut oleh dokter gigi bisa terkontrol Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah dengan baik. Sakit Kota Manado perlu ditingkatkan 5. Perlu dilakukan penelitian yang melalui serupa terkait dengan penerapan mengikutsertakan dokter gigi dalam kewaspadaan standar oleh dokter gigi pelatihan dengan penerapan kewaspadaan meneliti standar agar pengetahuan para tenaga yang dokter gigi sesuai dengan penerapan berhubungan dengan perilaku dokter kewaspadaan standar. gigi untuk patuh dalam menerapkan 2. Ketersediaan sarana dalam mungkin variabel-variabel berkaitan atau kewaspadaan standar saat melakukan mendukung penerapan kewaspadaan pelayanan kepada pasien. standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota DAFTAR PUSTAKA Manado dan Anonimous. 2016. Profil Poliklinik Gigi pengadaan sarana selalu kontinu, dan Mulut Rumah Sakit Kota misalnya Manado. perlu dilengkapi ketersediaan sabun, handscoon, dan sarana penunjang pelaksanaan pelayanan Dinas Kesehatan Kotamadya Manado. kesehatan _________. 2012. Standar Pencegahan gigi dan mulut. dan Pengendalian Infeksi 3. Pihak Manajemen Rumah Sakit perlu Pelayanan Kesehatan Gigi dan meningkatkan motivasi dokter gigi Mulut di Fasilitas Pelayanan dalam Kesehatan. menerapkan kewaspadaan melalui pemberian standar Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. penghargaan (reward), peningkatan _________. 2011. Pedoman Pencegahan karier bahkan membuka peluang dan Pengendalian Infeksi di untuk Rumah studi lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sakit pengawasan penerapan perlu melakukan terhadap kepatuhan kewaspadaan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. 4. Secara umum pihak Manajemen Rumah Sakit Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. _________. 2010a. Profil Kesehatan standar Indonesia sekaligus melakukan evaluasi rutin Kementerian sehingga kepatuhan Jakarta. penerapan kewaspadaan terhadap standar 77 Tahun Kesehatan 2009. RI. 2010b. _________. dengan-benar.html”, diakses 12 Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Mei 2016. Cipta. Jakarta. Askarian, M. dan O. Assadian. 2011. c _________. 2010 . Badan Penelitian dan Infection Control Practices Pengembangan Kesehatan RI. among Dental Profesionals in Laporan Hasil Kesehatan Dasar Shiraz Dentistry School. Arc (RISKESDAS). Jakarta. Iranian Med 12(1):48-51. _________. 2009. Standar Kesehatan Efstathiou, G., P. Evridiki., R. Vasilios., dan Keselamatan Rumah Kerja Sakit di and M. Anastasios. 2011. Factor (K3-IFRS). Influencing Nurses Compliance Depkes RI. Jakarta. _________. with Standard Precautions in 2008. Surat Keputusan order to Avoid Occupational Menteri Kesehatan Nomor 129 Exposure to Microorganisms: A tentang Focus Standar Minimal Pelayanan Rumah Sakit. Group Study. BMC Nursing 10(1): 1-12. Keputusan Menteri Kesehatan Luo, Y., H. Guo-Ping., Jijan-Wei, Z and RI. Jakarta. Y. _________. 2007a. Promosi Kesehatan Luo., 2011. Factors Impacting Compliance with dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Standard Precautions in Jakarta. Nursing. China. International _________. 2007b. Guideline Isolation Preventing for Journal of Infections Disease Precautions: Transmission 14: 1106-1114. of Mahardini, R. 2011. Faktor-faktor yang Infections Agents in Healthcare Mempengaruhi Setting, Perawat Menerapkan Universal http://cdc.gov/hicpac/pdf/isolati Precaution Ketika Melakukan on/isolation2007.pdf Kemoterapi pada Pasien kanker (8 Juni 2015). _________. di 2007c. Tangan Cara Mencuci dengan Benar. RSUD Kepatuhan Dr. Moewardi Surakarta. Tesis. Pascasarjana. Universitas HYPERLINK Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. http://kumpulan.info/sehat/artike Maliyawati, E. 2015. Tindakan l-kesehatan/48-artikel- Kewaspadaan Universal Sebagai kesehatan/228-mencuci-tangan- Upaya untuk Mengurangi Risiko Penyebaran 78 Infeksi. Tesis. Pascasarjana. Universitas 2013. Padjadjaran. Bandung. Marnita, M.J. 2015. Jurnal Prosiding Konferensi Nasional II PPNI. Hubungan Semarang. Vol. 6(3): 222-228. Pengetahuan dan Sikap Dokter Saleh, M., S. E. F. Rares., S. Soeliongan. terhadap Penerapan Universal 2015. Precaution Penyebab Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Pola Bakteri Umum PKU Muhammaddiyah pada Yogyakarta. Skripsi. Program Intensive Care Unit (NICU). Studi Bidan. STIKES Aisyiyah. BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Yogyakarta. Kandou Manado. Jurnal e-Bm. Matthews, J. E. 2012. ADA Guidelines Association Neonatal Manado. Vol.3(1). for Infection Control. Australian Dental Ruangan Aerob Shara, A. C., G. Aditya., B. Benyamin. Ink. 2014. Australia. p:9-25. Hubungan Antara Pengetahuan Terhadap Motivasi Mehta, A., C. Rodrigues., T. Singhal., Dokter Gigi Muda dalam N. Lopes., N. D’Souza., K. Kontrol Infeksi. Studi terhadap Sathe., and F. D. Dastur., 2011. Dokter Gigi Muda di Rumah Interventions Reduce Sakit Islam Gigi dan Mulut Needlestick Injuries at a Tertiary Sultan Agung. Medali Jurnal Care Center. Indian Journal of Media Medical Semarang. Vol 2(1):42-47. to Microbiology, 1(28):17-20. Sembiring, Navissha, D. 2011. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Dental R.B. Universal Mahasiswa Intelektual. 2012. Penerapan Precaution Tenaga Kesehatan oleh dalam Kepaniteraan Klinik Terhadap Mitigasi Bencana HIV/AIDS di Penatalaksanaan Infeksi Silang Rumah Sakit Umum Pusat H. di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Adam Malik Medan Tahun Pendidikan Fakultas Kedokteran 2012. Gigi Universitas Universitas Utara. Tesis. Sumatera Fakultas Tesis. Pascasarjana Sumatera Utara. Medan. Kedokteran Gigi USU. Medan. Suleh, M. M., V. N. S. Wowor., C. N. Nurkhasanah. 2013. Kepatuhan Perawat Mintjelungan. 2015. Pencegahan dalam Penerapan Kewaspadaan dan Pengendalian Infeksi Silang Universal Sakit pada Tindakan Ekstraksi Gigi di Dokter Kariadi Semarang Tahun Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Rumah 79 PSPDG Sam Fakultas Universitas Ratulangi. Jurnal GiGi(eG). e- Manado. Vol.3(2):587-594. Viska. 2012. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Dokter Gigi terhadap Pencegahan Penyakit Menular di Praktek Dokter Gigi di Kota Medan. Skripsi. Kedokteran Fakultas Gigi Universitas Sumatera Utara. Medan. Yuliana, C. 2012. Kepatuhan Perawat terhadap Kewaspadaan Standar di RSKO Jakarta Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Depok. Yulianti, R. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Ketersediaan Sarana, dan Motivasi dengan Penerapan Universal Precaution pada Perawat di bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Muhammaddiyah Tesis. Yogyakarta. Pascasarjana. Studi Ilmu PKU Program Kesehatan Masyarakat. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Yuniarta, E. 2011. Analisis Tingkat Pendidikan Pasien Terhadap Kepuasan Layanan Di Bagian Bedah RSUP Dr. Kariadi Kota Semarang. Media Medika Muda. Vol. 1 (1):1-12. 80