178 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS V SD NEGERI 1 GEMAHARJO KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK Oleh: Sudarti SD Negeri 1 Gemaharjo, Watulimo, Trenggalek Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui cara meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas V SDN 1 Gemaharjo Tahun 2013/2014 terhadap materi pembelajaran yang disampaikan guru. (2) Mengetahui peranan strategi belajar kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran IPS yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas V SDN 1 Gemaharjo Tahun 2013/2014. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN 1 Gemaharjo Kabupaten Tulungagung yang berjumlah 19 siswa. Ada 5 jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yakni pedoman observasi, pedoman wawancara, catatan lapangan, dan dokumen. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun yang bersifat sirkuler. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar kooperatif tipe team game tournament: (1) Dalam pembelajaran kooperatif tipe team games tournament cukup mampu memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. (2) Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe team gate tournament dapat meningkatkan motivasi belajar bidang studi IPS pada siswa Kelas V Semester II SDN 1 Gemaharjo Tahun 2013/2014. Kata kunci: team games tournament, prestasi belajar, IPS Tanpa disadari, sering diucapkan kata “prestasi” baik itu dalam kegiatan maupun dalam pendidikan. Dalam kenyataannya prestasi yang diperoleh tiap-tiap orang tidak sama, karena kemampuan seseorang itu tidak sama. Sehingga pada hakikatnya belajar dalam aktifitas yang menghasilkan perubahan individu yang belajar yang mana perubahan itu pada pokoknya diperoleh kemampuan yang baru dan berlaku dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha perubahan tingkah laku tersebut. Bentuk prestasi belajar itu tidak bisa dipandang dari nilai yang diperoleh dari hasil ulangan saja, tetapi prestasi dapat dilihat dari segi yang lain. Simon Bloom dalam buku "Supervisi Pendidikan " menjelaskan bahwa bentuk prestasi belajar mencakup tiga mantra, yaitu: kognifikan, afektif dan psikomotorik (Akhmad, 1986:68). Prestasi belajar siswa dicerminkan oleh nilai yang diperoleh dalam evaluasi. Cara penilaian pada umumnya dipergunakan dengan cara kuantitatif, artinya hasil evaluasi itu diberikan dalam bentuk angka-angka. Dalam kegiatan prestasi belajar dan mengajar tentu saja akan dipengaruhi oleh beberapa hal dalam pencapaian tujuannya. Terlebih bagi seorang pelajar, banyak faktor yang akan mempengaruhi hasil belajarnya tersebut. Menurut Sumadi Suryabrata, hasil prestasi belajar akan dipengaruhi oleh faktor luar yang terdiri dari lingkungan dan instrumental, dan faktor dalam yang terdiri dari atas fisiologis dan psikologis. (Sumadi Suryabrata, 1984:7). Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar mengajar (Syah, 2001:150). Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya ranah rasa murid sangat sulit. Sudarti, Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Team Gate Tournament... Untuk ukuran dan data hasil belajar sistem adalah mengetahui garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dihubungkan dengan jenis prestasi yang hendak diukur. Menurut Syah (2001:152), setelah mengetahui indikator prestasi belajar (ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik) perlu mengetahui bagaimana menetapkan batas minimum keberhasilan belajar pada siswa/ menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Di antara norma-norma pengukuran tersebut adalah: (a) Normal skala angka dari 0 sampai 10. angka terendah yang menyatakan kelulusan/ keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6. (b) Normal skala angka dari 0 sampai 100. angka terendah yang menyatakan kelulusan/ keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-100 adalah 55 atau 60 (Syah, 2001:153). Sehingga dapat dikatakan bahwa target minimum keberhasilan belajar siswa jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan benar. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied 179 Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams Games Tournament (TGT) hampir sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur & Wikandari (2000) menjelaskan bahwa Teams Games tournament TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dan paling cocok digunakan untuk mengajar tujuan pembelajaranyang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar, seperti perhitungan dan penerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta konsep IPA. Pendekatan yang digunakan dalam Teams Games Tournament adalah pendekatan secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran. Pembentukan kelompok kecil akan membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Ciri dari pendekatan secara berkelompok dapat ditinjau dari segi. Tujuan pembelajaran dalam kelompok kecil yaitu; (a) member kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, (b) mengembangkan sikap social dan semangat bergotong royong (c) mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap kelompok merasa memiliki tanggung jawab, dan (d) mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam kelompok tersebut (Dimyati dan Mundjiono, 2006). 180 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 Agar kelompok kecil dapat berperan konstruktif dan produktif dalam pembelajaran diharapkan; (a) anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok, (b) siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab, (c) setiap anggota kelompok membina hubungan yang baik dan mendorong timbulnya semangat tim, dan (d) kelompok mewujudkan suatu kerja yang kompak (Dimyati dan Mundjiono, 2006). Peranan guru dalam pembelajaran kelompok yaitu; (a) pembentukan kelompok (c) perencanaan tugas kelompok, (d) pelaksanaan, dan (d) evalusi hasil belajar kelompok. Ada lima komponen utama dalam TGT, yaitu: (a) Penyajian kelas, pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok; (b) Kelompok (team), biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game; (c) Game, terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor; (d) Turnamen, untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader 2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Challenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader 1, challenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban. Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader 1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, challenger 3 menjadi challenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader 2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru; (e) Penghargaan kelom-pok (team recognise), guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Tabel 1 Kriteria Predikat Kriteria ( Rerata Kelompok ) ≥ 45 40 – 45 30 – 40 Predikat Super Team Great Team Good Team Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan, yaitu (a) Pembelajaran terpusat pada siswa; (b) Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi; (c) Pembelajaran bersifat aktif (siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan Sudarti, Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Team Gate Tournament... persoalan); (d) Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim; (e) Dalam kompetisi diterapkan sistem point; (f) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik; (g) Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan; (h) Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal; (i) Adanya sistem penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak. Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif. Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal. Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Syah (2001) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif 181 menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain. Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa. Syah (2001), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut. (a) Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional. (b) Meningkatkan perasaan/ persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. (c) TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka. (d) TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit). (e) Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak. (f) TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan 182 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain. Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain: (a) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas; (b) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu; (c) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam; (d) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa; (e) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain; (f) Motivasi belajar lebih tinggi; (g) Hasil belajar lebih baik; (h) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sedangkan kelemahan TGT adalah: (1) Bagi Guru, sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh. (2) Bagi Siswa, masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut, (a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (b) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, inkuiri. (c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan. (d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (a) Manusia, tempat, dan lingkungan; (b) Waktu, keberlanjutan dan perubahan; (c) Sistem sosial dan budaya; (d) Perilaku Ekonomi dan kesejahteraan Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui cara meningkatkan prestasi belajar sis- Sudarti, Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Team Gate Tournament... wa Kelas V SD Negeri I Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 terhadap materi pembelajaran yang disampaikan guru dan mengetahui peranan strategi belajar kooperatif tipe team Games tournament (TGT) dalam pembelajaran IPS yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas V SD Negeri I Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014. METODE PENELITIAN Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan, meliputi: (1) Refleksi awal. Peneliti bersama dengan kolaborator mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa SD Negeri I Gemaharjo; (2) Peneliti dan mitra guru merumuskan permasalahan secara operasional, relevan dengan rumusan masalah penelitian; (3) Peneliti dan mitra guru merumuskan hipotesis tindakan. Karena penelitian tindakan lebih menitik beratkan pada pendekatan naturalistik, maka hipotesis tindakan yang dirumuskan bersifat tentatif yang mungkin mengalami perubahan sesuai dengan keadaan lapangan; (4) Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan yang di dalamnya meliputi: (a) Menetapkan indikator-indikator tentang pembelajaran dengan menggunakan strategi Team Games Tournament; (b) Menyusun rancangan metode penyampaian dan pengelolaan pembelajaran IPS (rancangan program, bahan, metode belajar mengajar, dan evaluasi); (c) Menyusun metode dan alat perekam data yang berupa angket, catatan lapangan, pedoman wawancara, pedoman analisis dokumen, dan catatan harian; (d) Menyusun rencana pengolahan data, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Kegiatan yang dilakukan dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Peneliti menyusun perencanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament; dan (2) Mitra guru selaku kolaborator penelitian melakukan kegiatan pengamatan sesuai 183 dengan format yang telah dirancang oleh peneliti. Peneliti dan kolaborator penelitian mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh berupa temuan tingkat efektivitas pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe team Games tournament. Pembelajaran kooperatif tipe team Games tournament yang dirancang dan daftar permasalahan yang muncul di lapangan yang selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan ulang. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri I Gemaharjo pada siswa Kelas V Semester II bidang studi PKn materi Lembaga Negara Tahun Pelajaran pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 14 siswa. Ada 4 jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yakni pedoman observasi, pedoman wawancara, catatan lapangan, dan dokumen. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun yang bersifat sirkuler. Secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah berikut: (1) Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilaksanakan sejak awal data dikumpulkan; (2) Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklasifikasian. Hasil yang diperoleh berupa pola-pola dan kecenderungan-kecenderungan yang berlaku dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi Kooperatif, menyimpulkan dan memverifikasi. Dari kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan penyimpulan akhir yang selanjutnya diikuti dengan kegiatan verifikasi atau pengujian terhadap temuan penelitian. JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 Meja pembaca Soal Meja Pembawa Kunci Jawaban HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pembelajaran Siklus I Refleksi Awal Sebelum melakukan kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran di kelas dengan menggunakan format catatan lapangan. Dari hasil kajian ini ditemukan adanya penurunan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa merosotnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh penerapan metode pembelajaran yang tidak tepat serta terkesan monoton. Untuk diperlukan perombakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran di Kelas V. Salah satu metode pembelajaran yang akan digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe team Games tournament. Selanjutnya, peneliti akan menyusun rencana tindakan untuk pembelajaran IPS di Kelas V pada Siklus I. Perencanaan Persiapan yang perlu dilakukan oleh peneliti sebelum pelaksanaan tindakan ini adalah sebagai berikut. (a) Peneliti (kepala sekolah) bersama mitra guru (guru kelas) menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); (b) Peneliti (kepala sekolah) menyusun petunjuk kegiatan siswa; (c) Peneliti (kepala sekolah) menyiapkan instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru dan siswa. (d) Peneliti (kepala sekolah) menyiapkan alat tes. (e) Peneliti (kepala sekolah) membuat perangkat sistem penilaian. (f) Menyusun jadwal penelitian. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti secara kolabortif dengan guru Kelas V. Berikut ini peneliti diskripsikan proses pembelajaran di Kelas V dengan menerapkan metode kooperatif: (a) Kegiatan Awal/ Pendahuluan: Apersepsi, menanyakan tokoh-tokoh proklamator dan menyanyikan lagu Kemerdekaan Indonesia; Motivasi: diajak untuk membaca naskah proklamasi. (b) Kegiatan Inti, siswa membaca buku mengenai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sekitar Proklamasi, siswa mengkomunikasikan kejadian-kejadian tersebut secara klasikal, siswa mendiskusikan materi dan permasalahan dalam LKS, guru meminta kelompok untuk mempersiapkan perwakilan kelompoknya dalam kegiatan tournament. Masing-masing perwakilan terdiri dari pembaca 1, penantang 1, penantang 2, penantang 3 dan pembawa kunci jawaban. Guru meminta siswa untuk menempati meja tournament. Meja Panantang 184 Gambar 1 Meja Tournament Guru meminta siswa untuk memulai tournament; Siswa bersama guru membuat kesimpulan. (c) Kegiatan Akhir / Penutup, siswa bersama guru melakukan refleksi terhadap jalannya pembelajaran; Guru mengumumkan hasil pertandingan; Guru memberikan reward. Observasi Pengamatan dilakukan oleh peneliti terhadap aktivitas pembelajaran di Kelas V baik untuk aktivitas siswa atau guru. Untuk aktivitas guru, tampak guru sudah mampu menerapkan metode pembelajaran dengan baik. Akan tetapi guru dalam memotivasi Sudarti, Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Team Gate Tournament... siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi masih kurang. Guru belum mampu memberikan kesempatan kepada siswa yang berkemampuan rendah untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Untuk aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I memperoleh prosentase sebesar 67,50% dan termasuk dalam kriteria aktivitas yang baik. Sedangkan untuk aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mendapatkan apresiasi sebesar 65,00% dan termasuk dalam criteria aktivitas yang baik. Aktivitas siswa yang masih perlu ditingkatkan adalah keberanian siswa dalam kegiatan tournament Dari aktivitas pembelajaran yang semakin berkembang di Kelas V dalam pembelajaran IPS menunjukkan perkembangan prestasi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa pada tabel berikut ini. Tabel 2 Nilai Siswa Pada Siklus I No Nama Siswa Nilai 1 2 Dwiana Putri Eri Puspitasari Fauzan Harmin K. Fauzul Zahru R. Anisa Tiarawati Erika Silvia M. Fidalin Aljazira Sal Sabila S.P Sinta Faulina Windu Panggia D. Julia Ekna Oresa S. Amelia Kurniasari M. Lazuardi Akbar Ribut Indra W Jumlah Rata-rata 70 80 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 % Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas T T 70 T 80 90 60 80 90 80 T T TT T T T 60 90 TT T 60 TT 70 T 80 1060 75.71 T 11 78.57 3 21.43 Refleksi Dari hasil pengamatan dapat direfleksikan bahwa pembelajaran IPS di Kelas 185 V sudah mengalami peningkatan menuju ke arah yang baik. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas pembelajaran dan perolehan prestasi belajar siswa pada siklus I yang meningkat. Akan tetapi dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe team Games tournament di Kelas V masih ditemui kendala sehingga prestasi belajar siswa tidak maksimal. Hal ini terlihat dari ketuntasan belajar siswa yang hanya mencapai 78,57% dari 85% yang ditentukan. Untuk itu diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Proses Pembelajaran Siklus II Perencanaan Perencanaan tindakan pada siklus II secara garis besar sama dengan siklus I, hanya saja pada siklus II ditambah dengan rencana perbaikan untuk mengatasi kendala pemb-elajaran yang muncul pada siklus I. Penambahan rencana perbaikan tindakan adalah guru akan lebih meningkatkan peran sebagai motivator dalam pembelajaran. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II akan peneliti diskripsikan dalam uraian berikut ini: (a) Kegiatan Awal/ Pendahuluan apersepsi: Menanyakan tokoh-tokoh proklamator dan menyanyikan lagu Kemerdekaan Indonesia, motivasi: Diajak untuk membaca naskah proklamasi. (b) Kegiatan Inti: siswa membaca buku mengenai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sekitar Proklamasi, siswa mengkomunikasikan kejadian-kejadian tersebut secara klasikal, siswa mendiskusikan materi dan permasalahan dalam LKS, guru meminta kelompok untuk mempersiapkan perwakilan kelompoknya dalam kegiatan tournament. Masing-masing perwakilan terdiri dari pembaca 1, penantang 1, penantang 2, penantang 3 dan pembawa kunci jawaban. Guru meminta siswa untuk menempati meja tournament. Guru meminta siswa untuk memulai tournament, siswa bersama guru membuat kesimpulan. (c) Kegiatan Akhir/ Penutup: siswa bersama guru melakukan refleksi terhadap jalannya pem- 186 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 belajaran, guru mengumumkan hasil pertandingan, guru memberikan reward. Pengamatan Pengamatan pada siklus II dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan format yang sama pada siklus I. Pada siklus II ini, guru telah mampu menjadi motivator yang baik dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari siswa berkemampuan rendah sudah berani mengemukakan gagasan dan jawaban dalam kegiatan tournament, sehingga pembelajaran di kelas menjadi aktif. Untuk aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus II memperoleh prosentase sebesar 70,00% dan termasuk dalam criteria aktivitas yang baik. Sedangkan untuk aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mendapatkan apresiasi sebesar 70,00% dan termasuk dalam criteria aktivitas yang baik. Dalam kegiatan diskusi semua siswa mampu terlibat secara aktif dalam kegiatan, sehingga tidak lagi didominasi oleh siswa tertentu saja. Dari aktivitas pembelajaran yang semakin berkembang di Kelas V dalam pembelajaran IPS siklus II menunjukkan perkembangan prestasi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa pada tabel berikut ini: Tabel 3 Nilai Siswa Pada Siklus II No Nama Siswa 1 Erfandu Kurniawan Ibnu Nurul Imani Ricky Ardana Putra Wisnu Prawadhika Ekayani Angga Eka Putra Cahyo Widodo Dian Dwi Wahyu Agustin Dwi Jatmiko Fadilatul Astute Dewi Joko Prasetyo Kamilina Amalia Lely Arianti 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nilai 80 70 70 70 70 70 90 100 100 100 100 90 %Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas T T T T T T T T T T T T No 13 14 15 16 17 18 19 Nama Siswa Mahruf Angga Pratama Sindi Nurul Hidayah Sefia Retno Ayu Wilujeng Yukie Anggia Yuke Indria Romadona Yusuf Baedowi Zahrul Mu’alimin Jumlah Rata-rata Nilai 90 100 70 70 70 70 90 1570 82.63 %Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas T T T T T T T 19 100.00 0 0.00 Refleksi Dari hasil pengamatan pada siklus II dapat direfleksikan bahwa metode pembelajaran dapat diterapkan secara optimal di Kelas V. Hal ini dapat dilihat dari teratasinya kendala yang muncul pada siklus I sehingga prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 100,00% pada akhir siklus II dapat tercapai. Untuk itu tidak diperlukan lagi perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya. Dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk menguasai kelas dan menjadi fasilitator dan motivator secara merata. Dalam pembelajaran kooperatif ini kelas dibagi dalam 4 kelompok. Setiap kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya, dalam artian adanya kebergantungan yang positif dalam diri siswa. Selain itu dalam pembelajaran kelompok, kepala sekolah senantiasa memotivasi guru kelas untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan reward tersendiri kepada siswa yang aktif. Dengan cara ini cukup mampu memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Dengan diterapkannya metode belajar kooperatif aktivitas belajar di kelas menjadi semakin aktif. Hal ini dapat dilihat dari perolehan prosentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 50,00% meningkat menjadi Sudarti, Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Team Gate Tournament... 70,00%. Sehingga rata-rata aktivitas guru adalah 60,00% dan termasuk dalam criteria yang baik. Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus I mendapatkan prosentase sebesar 50,00% meningkat menjadi 70,00% atau rata-rata aktivitas siswa sebesar 60,00% dan termasuk dalam criteria yang baik. Hal ini membuktikan bahwa metode kooperatif mampu diterapkan dan diterima dengan baik di Kelas V dalam pembelajaran IPS. Pada Gambar 2 berikut ini peneliti menampilkan grafik perkembangan aktivitas belajar di Kelas V. AKTIVITAS GURU;AKTIVITAS SISWA; SIKLUS II; 70,00 SIKLUS II; 70,00 AKTIVITAS GURU; AKTIVITAS SISWA; SIKLUS I; 50,00 SIKLUS I; 50,00 AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA Gambar 2 Perkembangan Aktivitas Belajar NILAI RATARATA; SEB. SIKLUS; 61,79 187 %KETUNTASAN NILAI RATA; SIKLU SII; SII; %KETUNTASANRATA; SIKLU100,00 82,63 NILAI RATA- ; SIKLUS I; RATA; SIKLUS I; 73,68 67,37 %KETUNTASAN ; SEB. SIKLUS; 36,84 Gambar 3 Peningkatan Hasil Belajar NILAI RATA-RATA %KETUNTASAN 188 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan bahwa hasil penelitian (Classroom Action Research) dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar bidang studi IPS sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 61,79 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa 36,84% , siklus I diperoleh nilai rata-rata: 67,37 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 73,68% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi: 82,63 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 100,00%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament dapat meningkatkan prestasi belajar bidang Sementara Gambar 3 menunjukkan bahwa hasil angket yang diberikan kepada siswa dapat diketahui seberapa jauh respon siswa terhadap pembelajaran. Setelah dilakukan verifikasi terhadap hasil angket, diketahui bahwa siswa merespon sangat positif penerapan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode kooperatif tipe Team Games Tournament. Untuk respon pembelajaran mendapatkan apresiasi sebesar 1,98. PENUTUP Kesimpulan Dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk menguasai kelas dan menjadi fasilitator dan motivator secara merata. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament ini kelas dibagi dalam 4 kelompok. Setiap kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran kooperatif tipe team Games tournament setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya, dalam artian adanya kebergantungan yang positif dalam diri siswa. Selain itu dalam pembelajaran kelompok, guru kelas untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan reward tersendiri kepada siswa yang aktif. Dengan cara ini cukup mampu memotivasi studi IPS pada siswa Kelas V Semester II SD Negeri 1 Gemaharjo Kecamatan Watulimo Peneliti juga menampilkan Gambar 3 tentang perkembangan prestasi belajar siswa. Dari hasil angket yang diberikan kepada siswa dapat diketahui seberapa jauh respon siswa terhadap pembelajaran. Setelah dilakukan verifikasi terhadap hasil angket, diketahui bahwa siswa merespon sangat positif penerapan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode kooperatif tipe Team Games Tournament. Untuk respon pembelajaran mendapatkan apresiasi sebesar 1,98. siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran Untuk mengetahui motivasi belajar siswa, peneliti melakukan serangkaian tes evaluasi. Dari hasil tes evaluasi diketahui bahwa prestasi belajar bidang studi IPS sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 61,79 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa 36,84% , siklus I diperoleh nilai rata rata: 67,37 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 73,68% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi: 82,63 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 100,00%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament dapat meningkatkan motivasi belajar bidang studi IPS pada siswa Kelas V Semester II SD Negeri 2 Sambitan Tahun 2013/2014. Saran Perlu dicoba melakukan kombinasi pola pembelajaran yang menggunakan strategi belajar kooperatif tipe team Games tournament dengan model belajar yang lain. Pembelajaran yang menggunakan strategi belajar kooperatif tipe team Games tournament perlu dikembangkan untuk mata pelajaran yang lain, agar dapat meningkatkan pemahaman siswa. Penggunaan model Pembelajaran yang menggunakan Strategi Sudarti, Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Team Gate Tournament... Belajar Kooperatif tipe team Games tournament perlu terus dilakukan karena pembelajaran ini lebih menyenangkan bagi sisDAFTAR RUJUKAN Akhmadi, Abu. 1986. Teknik Belajar dengan Sistem SKS. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Bambang Doroeso. 1988. Dasar Konsep IPS, Sejarah Nasional Indonesia dan Umum. Semarang: Aneka Ilmu. Dimyati, M. & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Faisal, Sanipiah. 2002. Metodologi Penelitian Pendidikan Gofur, Abdul. 1982. Dwain Instruksional. Solo: Tiga Serangkai. Hadi, Sutrisno. 1987/1989. Metodologi Research II dan III. Yogyakarta. 189 wa, mendorong dan membiasakan siswa untuk belajar mandiri, tidak bergantung kepada guru. Joni, Raka. 1973. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Jakarta: Balai Pustaka. Poerwodarminto, WJS. 1978. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Yayasan Penerbit Fak Psikologi Universitas Gajah Mada. Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Surakhmad, Winarno. 1978. Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar. Bandung: CV. Tarsito. Syah, Muhibbin, M.Ed. 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.