PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI

advertisement
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAME
TOURNAMEN (TGT) PADA SISWA KELAS III SD NEGERI PELEM 2
NGAWI
Oleh : Bambang Sumantri
Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI Ngawi
Abstrak : Teams Games Tournament merupakan salah satu metode pembelajaran
kooperatif yang menekankan peserta didik pada aktivitas intelektual maupun fisik
dalam memecahkan problema yang dihadapi dengan cara kerja kelompok kecil dan
turnamen. Metode ini sabagai salah satu solusi dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran dan hasil capaian belajar..
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kualitas
pembelajaran dan hasil belajar dari implementasi model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
diterapkan pada siswa kelas tiga SD N 2 Pelem Ngawi. Instrument penelitian berupa
observasi untuk mengetahui suasana proses pembelajaran pada saat tindakan, tes,
digunakan untuk mengetahui tingkat capaian prestasi belajar siswa, dokumentasi dan
wawancara digunakan sebagai teknik pelengkap, sehingga data menjadi akurat dan
lengkap.
Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil
belajar pada mata pelajaran PKn.
Berdasarkan temuan tersebut,maka peneliti menyarankan agar para guru untuk
senantiasa menyelenggarakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat
pada siswa (student center learning) yang salah satunya adalah tipe Teams Games
Tournament.
Kata kunci : pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament, kualitas
pembelajaran, hasil belajar
dasar maupun menengah wajib memuat
pendidikan
agama,
pendidikan
kewarganegaraan, bahasa, matematika,
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
sosial, seni budaya, pendidikan jasmani
dan olahraga, keterampilan kejuruan, dan
muatan
lokal.
Pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebanggaan dan cinta
tanah air.
Mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai
A. PENDAHULUAN
Penurunan nilai-nilai moral, etika
dan budaya sedang mewabah dalam dunia
pendidikan kita. Akibatnya banyak
perbuatan yang melanggar norma hukum,
susila, agama dan budaya bangsa Indonesia
yang dilakukan kaum pelajar dan juga
mahasiswa. Penanaman nilai moral, etika
agama dan budaya menjadi harga mutlak
bagi pendidikan sejak dari pendidikan
dasar. Dikemukakan secara tegas pada
pasal 37 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003
menetapkan bahwa kurikulum pendidikan
20
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan
berikut: (1) Berpikir secara kritis, rasional,
dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan, (2) Berpartisipasi secara
aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara
cerdas
dalam
kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
serta anti-korupsi, (3) Berkembang secara
positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya,
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain
dalam percaturan dunia secaralangsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dankomunikasi. Ruang
lingkup mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek
sebagai berikut: (1) Persatuan dan
Kesatuan bangsa, (2) Norma, hukum dan
peraturan, (3) Hak asasi manusia
(Depdiknas, 2007).
Berdasarkan Naskah Akademik
Kajian Kebijakan Kurikulum Mata
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
yang dilakukan Depdiknas (2007), dari
hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa masih banyak permasalahan
pelaksanaan standar isi mata pelajaran
PKn. Pemahaman guru terhadap SK-KD
sangat beragam, karena latar belakang
pendidikan, daerah, kapasitas, dan
kompetensi yang juga sangat beragam.
Sehingga terkadang mengalami kesulitan
untuk memahami dan memaknai SK-KD
dalam
implementasi
pembelajaran.
Kebiasaan guru yang ”taken for granted”
dari pusat memperlemah kreativitas dan
inovasi mereka dalam mengembangkan
pembelajaran.
Hal demikian juga dirasakan di
beberapa Sekolah Dasar di kabupaten
Ngawi.salah satunya di SD Pelemm 02
Ngawi dalam pelaksanaaan pembelajaran
PKn. Berdasarkan hasil yang diperoleh
selama pengamatan pembelajaran PKn di
kelas III SDN Pelem 02 Ngawi
menunjukkan
bahwa
kegiatan
pembelajaran belum berjalan optimal.
Masih banyak siswa kurang terlibat dalam
pembelajaran, siswa cenderung belajar
sendiri dalam pembelajaran, siswa tidak
memiliki motivasi dalam belajar Pkn, dan
siswa
sering
tidak
mendengarkan
penjelasan guru. Hal tersebut dikarenakan
guru menggunakan metode pembelajaran
konvensional, yaitu ceramah dan diselingi
Tanya jawab terpimpin, dan juga guru
belum menggunakan media pembelajaran
secara optimal. Pembelajaran seperti ini
mengakibatkan interaksi antara guru dan
siswa menjadi berkurang. Kondisi
demikian
mmengindikasikan
bahwa
kualitas pembelajaran belum maksimal.
Untuk memberi solusi terhadap
permasalahan tersebut peneliti bersama
guru berkolaborasi menetapkan alternatif
tindakan untuk meningkatakan kualitas
pembelajaran
PKn.
Maka
peneliti
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) Dengan menggunakan model
pembelajaran ini siswa akan berperan aktif
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
dan pembimbing yang menunjang kegiatan
siswa. Menurut Hamdani (2011: 31) dalam
pembelajaran kooperatif, siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil
yang saling membantu satu sama lain.
Kelas disusun dalam kelompok yang
terdiri atas empat sampai enam orang
siswa, dengan kemampuan heterogen. Hal
ini bermanfaat untuk melatih siswa
menerima perbedaan cara bekerja dengan
teman yang berbeda latar belakangnya.
Pembelajan kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT) adalah salah
satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang melibatkan aktivitas
21
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan
seluruh siswa tanpa ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya, dan mengandung unsur permainan
dan reinforcement. Aktivitas belajar
dengan model TGT memungkinkan siswa
dapat belajar lebih rileks, terfokus, kreatif
dan menyenangkan.
Berdasarkan
uraian
di
atas
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Apakah dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran PKn pada siswa
kelas III SDN Pelem 02 Ngawi?
dengan tugas yang diberikan, maka
anggota kelompok yang lain bertanggung
jawab untuk memberikan jawaban atau
menjelaskannya, sebelum mengajukan
pertanyaan tersebut kepada guru. Huda
(2011:
117)
menyatakan
teknis
pelaksanaan dari TGT adalah setiap siswa
ditempatkan dalam satu kelompok yang
terdiri dari 3 orang yang berkemampuan
rendah, sedang, dan tinggi. Dengan
demikian,
masing-masing
kelompok
memiliki
komposisi
anggota
yang
comparable. Setiap anggota ditugaskan
untuk ditugaskan untuk mempelajari
materi terlabih dahulu bersama dengan
anggota-anggota yang lain, lalu mereka
diuji secara individual melalui game
akademik. Nilai yang mereka peroleh dari
game ini akan menentukan skor kelompok
mereka masing-masing.
Pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament memiliki ciri-ciri: (1)
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil; (2) games tournament; (3)
penghargaan kelompok. Menurut Trianto
(2011: 84) implementasi Team Games
Tournnament (TGT) terdiri dari empat
komponen utama, antara lain: (1)
Presentasi guru; (2) Kelompok belajar; (3)
Turnamen; dan (4) Penghargaan kelompok
(Rusman, 2012: 225).
Mata
Pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
merupakan
mata
pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan
warga
negara
yang
memahami dan mampu melaksanakan hakhak dan kewajibannya untuk menjadi
warganegara Indonesia yang cerdas,
terampil,
dan
berkarakter
yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945 (Depdiknas, 2007). Oleh karena itu
pengembangan
pembelajaran
ini
memerlukan kreatifitas guru untuk
menciptakan pembelajaran yang lebih
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT)
Team Games Tornament adalah salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya, dan mengandung unsur permainan
dan reinforcement. Aktivitas belajar
dengan model TGT memungkinkan siswa
dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhan tanggung jawab, kerja sama,
persaingan sehat, dan keterlibatan belajar
(Hamdani, 2011: 92).
Menurut Rusman (2012: 224) TGT
adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok
belajar
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa
yang memiliki kemampuan, jenis kelamin
dan suku atau ras yang berbeda. Guru
menyajikan materi, dan siswa bekerja
dalam kelompok mereka masing-masing.
Dalam kerja kelompok guru memberikan
LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang
diberikan dikerjakan bersama-sama dengan
anggota kelompoknya. Apabila ada dari
anggota kelompok yang tidak mengerti
22
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan
aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan, dan
berkualitas.
Sehingga
siswa
dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang
maksimal. Tugas guru hanya memfalitasi,
memotivasi,mendidik, membimbing, dan
melatih
Implementasi pembelajaran kooperatif
tipe TGT dalam pelajaran PKn dalam
penelitian ini dirumuskan dalam langkahlangkah sebagai berikut :
a. Guru membuka pelajaran dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran,
model pembelajaran yang akan
dilakukan.
b. Guru membagi siswa dalam kelompok
terdiri 4-5 orang secara heterogen.
c. Guru membagikan LKS pada tiap
kelompok
d. Siswa secara berkelompok siswa
mengerjakan LKS, sehingga semua
anggota menguasai materi.
e. Guru bersama siswa menilai hasil
diskusi.
f. Guru menempatkan siswa pada meja
turnamen (kemampuan setara).
g. Siswa
melakukan
pertandingan
(turnamen) sesuai dengan prosedur
pelaksanaan.
h. Guru
memberikan
penghargaan
individu maupun kelompok.
i. Guru bersama siswa menyimpulkan
materi pembelajaran dan tindak lanjut.
Selama proses pembelajaran PKn
tersebut guru akan menyajikan materi pada
awal pembelajaran dengan menampilakan
slide PowerPoint. Pembagian kelompok
dalam
pelaksanaan
pertandingan
(turnamen) dilakukan secara homogen,
dalam pembagian kelompok peneliti
dibantu oleh guru kelas sehingga dapat
lebih teliti dalam membagi kelompok.
Aturan permainan TGT pada kelas III
dalam penelitian ini yaitu: (1) setiap
kelompok terdiri dari empat atau lima
orang dengan kemampuan/ prestasi yang
sama; (2) setiap siswa mengambil kartu
bernomor dan mencari pertanyaan dengan
nomor yang sama pada lembar permainan;
(3) siswa menjawab pertanyaan urut sesuai
nomor yang diperoleh; (4) siswa mencek
lembar jawaban apabila jawaban benar
maka siswa mendapat poin 20 apabila
salah maka poin dikurangi 5.
2. Kualitas Pembelajaran
Mulyasa (2010: 256) mengemukakan
bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat
dari segi proses dan dari segi hasil. Dari
segi proses, pembelajaran dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruh
atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%)
peserta didik terlibat aktif, baik fisik,
mental, maupun social dalam proses
pembelajaran, disamping menunjukkan
kegairahan belajar yang tinggi, semangat
belajar yang besar, dan rasa percaya diri
sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan perilaku yang positif
pada diri peserta didik seluruhnya atau
setidak-tidaknya sebagian besar (75%).
Lebih
lanjut
proses
pembelajaran
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
masukan merata menghasilkan output yang
banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai
dengan
kebutuhan,
perkembangan
masyarakat dan pembangunan.
Menurut
Lovitt
dan
Clarke
(Suherman, 2007: 79) menambahkan
bahwa kualitas pembelajaran ditandai
dengan berapa luas dalam lingkungan
belajar; mulai dari mana siswa ini berada,
mengenali bahwa siswa belajar dengan
kecepatan yang berbeda, melibatkan siswa
secara fisik dalam proses belajar, meminta
siswa untuk memvisualkan yang imajiner
(dalam Abidin, 2012).
23
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan
Dari penjelasan-penjelasan di atas
dapat
disimpulkan
bahwa
kualitas
pembelajaran adalah tingkat keberhasilan
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
dapat dilihat dari segi proses dan hasil
pembelajaran
tersebut.
Proses
pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila masukan merata
menghasilkan output yang banyak dan
bermutu tinggi, serta sesuai dengan
kebutuhan, perkembangan masyarakat dan
pembangunan.
Sejalan dengan adanya arus utama
peningkatan pengelolaan pendidikan yang
mencakup peningkatan relevansi, iklim
akademik
(academic
atmosphere),
komitmen kelembagaan (institutional
commitment) , efisiensi, dan keberlanjutan
(sustainability) (Depdiknas, 2007), maka
peningkatan
kualitas
pembelajaran
memperoleh tempat yang amat penting.
Peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah merupakan perwujudan yang
mendukung upaya perbaikan pengelolaan
pendidikan.
Peningkatan
kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari kualitas
perilaku pembelajaran guru (teacher’s
behavior), perilaku belajar siswa (student’s
behavior) , iklim pembelajaran (learning
climate), materi pembelajaran, media
pembelajaran, dan sistem pembelajaran di
sekolah (Depdiknas, 2007).
Kualitas perilaku pembelajaran guru
dapat dilihat dari kinerjanya. Menurut
Depdiknas (2007), beberapa indikator
kualitas perilaku pembelajaran guru dapat
dicermati
antara
lain
pada:
(1)
Kemampuan guru dalam membangun
perspepsi dan sikap positif siswa terhadap
belajar; (2) Penguasaan ilmu yang luas dan
mendalam serta mampu memilih, menata,
mengemas, dan menyajikan materi sesuai
kebutuhan siswa; (3) Kemampuan
memahami keunikan setiap siswa dengan
segenap kelebihan dan kekurangannya; (4)
Kemampuan
memahami
lingkungan
keluarga, sosial budaya, dan kemajemukan
masyarakat tempat kehidupan siswa; (5)
Kemampuan mengelola pembelajaran yang
mendidik berorientasi pada siswa yang
tercermin dalam kegiatan merencanakan,
melaksanakan,
dan
mengevaluasi
pembalajaran secara dinamis untuk
membentuk kompetensi siswa; (6)
Kemampuan mengembangkan kepribadian
dan keprofesionalan secara berkelanjutan.
Kualitas perilaku dan dampak belajar
siswa dapat dilihat dari kemampuan
mereka. Antara lain: (1) Kemampuan
memiliki persepsi dan sikap positif
terhadap
belajar;
(2)
Kemampuan
mengintegrasikan pengetahuan dengan
ketrampilan; (3) Kemampuan memperluas
dan memperdalam pengetahuan dan
ketrampilan yang telah diperoleh; (4)
Kemampuan menerapkan pengetahuan,
ketrampilan,
dan
sikapnya
secara
bermakna; (5) Kemampuan membangun
kebiasaan berfikir, bersikap, dan bekerja
produktif.
Kualitas Iklim belajar mencakup: (1)
Kondisi suasana kelas yang kondusif bagi
tumbuh dan berkembangnya kegiatan
pembelajaran yang produktif, aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan; (2) Adanya
keteladanan, prakarsa, dan kreativitas yang
dilakukan guru sebagai model. Kualitas
materi pembela jaran dapat diketahui
dengan indicator antara lain: (1) Adanya
kesesuaian
materi
dengan
tujuan
pembelajaran dan kompetensi yang harus
dikuasai siswa; (2) Adanya keseimbangan
keluasan dan kedalaman materi dengan
jumlah waktu yang dirancang; (3)
Penyajian dilaksanakan secara sistematis
dan kontekstual; (4) Mampu memberikan
peluang bagi siswa untuk belajar aktif
secara maksimal.
24
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan
Kualitas media pembelajaran ditandai
dengan ciri-ciri antara lain: (1) Mampu
mewujudkan
pengalaman
belajar
bermakna bagi siswa; (2) Mampu
menfasilitasi terjadinya interaksi antara
guru dan siswa, siswa dengan siswa, dan
guru
dengan
guru;
(3)
Mampu
memperkaya pengalaman belajar bagi
siswa; (5) Mampu mengubah suasana
belajar dari pasif menjadi aktif.
Kualitas pembelajaran di sekolah
ditandai dengan ciri-ciri antara lain: (1)
Sekolah mampu menonjolkan ciri khasnya
sebagai
sekolah
yang
memiliki
keunggulan; (2) Sekolah selalu responsif
terhadap berbagai tantangan internal dan
eksternal; (3) Memiliki perencanaan yang
matang dan strategis dakam bentuk
rencana strategis dan rencana operasional
sekolah; (4) Adanya semangat perubahan
dari warga sekolah melalui berbagai
aktivitas pengembangan; (5) Adanya
mekanisme pengendalian mutu dan
penjaminan mutu sekolah, (Depdiknas,
2007).
hasil
instruksional,
mengembangkan
keterampilan guru, meningkatkan efisiensi
pengelolaan
instruksional
serta
menumbuhkan budaya meneliti pada
komunitas guru.
Rancangan dalam penelitian ini terdiri
dari dua siklus yang masing-masing siklus
meliputi empat langkah yaitu: (1)
perencanaan,
(2)
pelaksanaan,
(3)
observasi, dan (4) refleksi.
Skema langkah-langkah penelitian
tindakan kelas menurut Arikunto (2009:
16) dapat di lihat pada gambar 1 di bawah
ini:
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
C. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan yang dilakukan dalam kelas
(Calssroom Action Research) yang
bertujuan untuk mencari solusi atas situasi
permasalahan pembelajaran yang dialami
guru di dalam kelas
PTK merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Adapun tujuan PTK adalah untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas
praktek
pembelajaran
secara
berkesinambungan (Aqib, 2009:18).
Penelitian Tindakan Kelas ini
mempunyai tujuan meningkatkan mutu
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamat
an
?
Gambar 1 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas
a. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menentukan
titik atau fokus peristiwa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk
diamati, kemudian membuat sebuah
instrument pengamatan untuk membantu
peneliti merekam fakta yang terjadi selama
tindakan berlangsung (Arikunto, 2009: 18).
25
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan
Dalam penelitian tahap perencanaan
yang dilakukan peneliti bersama guru
mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Menelaah materi pembelajaran PKn
serta mengkaji indikatornya.
2.
Menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran
sesuai
dengan
indikator yang telah ditetapkan
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT)
3.
Menyiapkan Lembar Kerja Siswa
(LKS).
4.
Menyiapkan lembar observasi untuk
mengamati aktivitas siswa dan guru
dalam pembelajaran.
5.
Menyiapkan alat evaluasi berupa
test tertulis.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan
implementasi atau penerapan rancangan
yang telah ditetapkan yaitu mengenai
tindakan kelas (Arikunto, 2009: 18).
Dalam pelaksanaan PTK ini direncanakan
dalam dua siklus. Dalam setiap siklus
dilakukan satu tindakan yang diwujudkan
dalam skenario pembelajaran. Setiap
pertemuan
dalam
pembelajaran
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) sesuai perencanaan.
c. Observasi/ pengamatan
Pada tahap ini, peneliti melakukan
pengamatan secara mendalam terhadap
pelaksanaan pembelajaran, yang meliputi
aktivitas yang dilakukan guru maupun
siswa. Kegiatan observasi dilaksanakan
secara kalaboratif dengan guru untuk
mengamati keterampilan guru dan aktivitas
siswa dengan implementasi model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran PKn pada siswa
kelas III SDN Pelem 2 Ngawi.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah
terjadi dan sudah dilakukan (Arikunto,
2009: 19). Setelah mengkaji proses
pembelajaran pada siklus pertama yaitu
keterampilan guru dan aktivitas siswa,
serta hasil belajar siswa pada pembelajaran
PKn, apakah pembelajaran tersebut sudah
efektif, dengan melihat ketercapaian dalam
indikator kinerja pada siklus pertama, serta
mengkaji kekurangan dan membuat daftar
permasalahan
yang muncul
dalam
pelaksanaan siklus pertama, kemudian
bersama
tim
kolaborasi
membuat
perencanaan tindak lanjut untuk siklus
berikutnya.
2. Sumber Data Penelitian
Subjek penelitian yang diambil dalam
penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri
Pelem 2 Ngawi.yang berjumlah 22
orang.dan guru PKn.
3. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan
untuk
mengumpulkan
data
adalah
observasi, angket, tes, wawancara dan
dokumentasi.
4. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian
ini dibagi menjadi dua yaitu data hasil
belajar siswa dan data hasil observasi. Data
hasil belajar siswa dalam penelitian ini
akan dianalisis dengan menggunakan
analisis statistic deskriptif yaitu dengan
menentukan nilai rata-rata tes setiap akhir
siklus serta menghitung persentase
keberhasilan belajar siswa.
Data kualitatif berupa data hasil
observasi keterampilan guru dan aktifitas
siswa
dalam
pembelajaran
PKn
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT), serta hasil catatan lapangan
dianalisis dengan analisis deskriptif
26
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan
kualitatif. Data kualitatif dipaparkan dalam
kalimat
menurut
kriteria
untuk
memperoleh kesimpulan. Dalam penelitian
ini data kualitatif diperoleh dari hasil
observasi terhadap aktifitas guru dan siswa
serta hasil wawancara siswa sebagai
bentuk respon terhadap pembelajaran yang
dilakukan guru.
5. Indikator Keberhasilan
Indicator keberhasilan dari penelitian
tindakan kelas ini adalah :
a.
Keterampilan
guru
dalam
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games
Tournament
(TGT)
pada
pembelajaran
PKn
meningkat
dengan kriteria sekurang-kurangnya
baik (skor ≥ 21)
b.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran
PKn dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team
Games
Tournament
(TGT)
meningkat dengan kriteria sekurangkurangnya baik (skor ≥ 21)
c.
Hasil
belajar
siswa
dengan
menggunakan model kooperatif tipe
Team Games Tournament (TGT)
meningkat
dengan
ketuntasan
belajar individual sebesar ≥ 65 dan
ketuntasan belajar klasikal sebesar ≥
75% dengan kriteria sekurangkurangnya baik (rata-rata ≥ 75).
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Keberhasilan dalam penelitian ini
dilihat dari dua segi, yaitu kualitas
pembelajaran dan hasil pembelajaran.
Kualitas pembelajaran terdiri dari dua
indicator, yaitu keterampilan guru dalam
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament
dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
tersebut.
Menurut
Rusman
(2012:
80)
keterampilan dasar mengajar pada
dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk
perilaku bersifat mendasar dan khusus
yang harus dimiliki oleh seorang guru
sebagai modal awal untuk melaksanakan
tugas-tugas
pembelajarannya
secara
terencana dan profesional.
Pada penelitian ini terdapat 9
indikator keterampilan guru yang diamati
dalam pembelajaran PKn menggunakan
model Team Games Tournament. yang
dapat dikemukakan sebagai berikut.:
Tabel 4.1
Keterampilan Guru dalam pembelajaran PKn dengan
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT)
Indikator
1
2
3
4
Membuka Pelajaran
Memberi
penguatan/motivasi
Menyampaikan materi
Bertanya/Merspon
5
6
7
8
9
10
Rata-rata Perolehan Skor
Siklus I Ket
Siklus II
Ket
3
Baik
3
Baik
2
Cukup
3
Baik
2
3
Cukup
Baik
3
4
Membentuk kelompok
3
Baik
4
Membimbing kelompok
diskusi
Mengadakan variasi
Membimbing
tournament
Memberi penghargaan
Menutup Pembelajaran
Jumlah
Rata-rata
%
3
Baik
4
2
3
Cukup
Baik
3
3
3
2
26
2,6
65%
Baik
Cukup
3
3
33
3,3
82,5%
Baik
Baik
Sekali
Baik
Sekali
Baik
Sekali
Baik
Baik
Baik
Baik
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa pada siklus I terdapat 4 (empat)
indicator yang memperoleh rata-rata skor 2
(dua) dengan kategori cukup, yaitu
keterampilan
dalam
memberi
penguatan/motivasi, keterampilan dalam
menyampaikan materi, keterampilan dalam
mengadakan variasi dan keterampilan
dalam menutup pembelajaran. Skor ratarata diperoleh pada sklus I sebear 2,6
dengan prosentase capaian kualitas
pembelajaran sebesar 65%., masih
dibawah kriteria keberhasilan sebear 75%.
Ada beberapa catatan temuan kekurangan
pada siklus I ini yang dijadikan dasar
27
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan
Tabel 4.2
Aktivitas Siswa dalam pembelajaran PKn dengan
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT)
dalam merefleksi pada siklus II.
Kekurangan
tersebut
diantaranya
keterampilan guru
dalam memberi
motivasi/penguatan di awal pembelajaran,
keterampilan guru
dalam memberi
penjelasan materi dan keterampilan guru
dalam menutup pembelajaran. Berdasar
dari kekurangan tersebut maka pada siklus
II dilakukan refleksi dengan menyusun
rencana tindakan menekankan pada aspekaspek tersebut. Hasil dari siklus II
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
yang signifikan pada aspek-aspek tersebut.
Terdapat 7 (tujuh) indicator yang
memperoleh skor 3 (tiga) dengan kategori
baik dan 3 (tiga) indicator memperoleh
nilai 4 (empat) dengan kategori sangat
baik.capaian keberhasilan dalam siklus II
sebesar 82,5 % yang lebih bessar dari
kriteria keberhasilan yang ditetapkan
sebesar 75%.
Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa
pada siklus I terdapat 5 (lima) indicator
yang memperoleh rata-rata skor 2 (dua)
dengan kategori cukup, yaitu aktivitas
siswa dalam memberi memperhatikan
penjelasan, motivasi belajar, bertanya atau
menjawab,
melaksanakan
diskusi
kelompok sikap dalam pembelajaran. Skor
rata-rata diperoleh pada sklus I sebear 2,5
dengan prosentase capaian kualitas
pembelajaran sebesar 62,5%., masih
dibawah kriteria keberhasilan sebesar 75%.
Ada beberapa catatan temuan kekurangan
pada siklus I ini yang dijadikan dasar
dalam merefleksi pada siklus II.
Kekurangan tersebut menjadi catatn
penting bagi peneliti untuk melakukan
refleksi pada siklus II, dilakukan refleksi
dengan menyusun rencana tindakan
menekankan pada aspek-aspek tersebut.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Indikator
Persiapan
awal
siswa
Memperhatikan
Penjelasan
Motivasi Belajar
Bertanya/Menjawab
Melaksanakan
diskusi
Kerja Kelompok
Melaksanakan
turnamen
Menerima
Penghargaan
Melakukan refleksi
Sikap
dalam
Pembelajaran
Jumlah
Rata-rata
%
Rata-rata Perolehan Skor
Siklus
Siklus I Ket
Ket
II
3
Baik
3
Baik
2
Cukup
3
Baik
2
2
2
Cukup
Cukup
Cukup
3
3
3
Baik
Baik
Baik
3
3
Baik
Baik
3
3
Baik
Baik
3
Baik
3
Baik
3
2
Baik
Cukup
3
4
Baik
Baik
Sekali
25
2,5
62,5%
31
3,1
77,5%
Hasil dari siklus II menunjukkan
bahwa
terdapat
peningkatan
yang
signifikan pada aspek-aspek tersebut.
Terdapat 9 (sembilan) indicator yang
memperoleh skor 3 (tiga) dengan kategori
baik dan 1 (satu) indicator memperoleh
nilai 4 (empat) dengan kategori sangat
baik. Capaian keberhasilan dalam siklus II
sebesar 77,5 % yang lebih besar dari
kriteria keberhasilan yang ditetapkan
sebesar 75%.
Sedangkan data hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan
model kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) dapat dikemukakan
sebagai berikut :
28
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan
Tabel 4.3
Data Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PKn
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT)
Siklus I
Sikluas II
Kategori Keterangan F %
Kategori Keterangan
85 - 100
Sangat
Tuntas
5 22,72% Sangat
Tuntas
baik
baik
75 - 84
5 22,72% Baik
Tuntas
1 54,54% Baik
Tuntas
2
65 - 74
9 41%
Cukup
Tuntas
3 13,64% Cukup
Tuntas
0 - 64
7 31,8% Kurang Tidak Tuntas 2 9,1% Kurang Tidak Tuntas
Jumlah
2 100%
2 100%
2
2
Nilai Terendah
55
70
Nilai Tertinggi
86
90
Jumlah siswa tuntas
17
22
Jumlah siswa tidak
7
2
tuntas
Rata-rata
71,6
81,6
Kriteria
Cukup
Baik
Nilai
F %
1 4,5%
Dari
tabel di atas menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa pada siklus I
terlihat ada 7 (tujuh) atau 31,8% siswa
belum tuntas (kategori kurang), 9
(Sembilan) siswa atau 41% termasuk
tuntas (kategori Cukup), 5 (lima) siswa
atau 22,72% termasuk tuntas (kategori
baik) dan seorang siswa atau 4,5%
termasuk tuntas (kategori sangat baik).
Pada siklus II menunjukkan adanya
peningkatan, dimana siswa tidak tuntas
(kategori kurang) sebanyak 2 (dua) atau
9,1%, dengan kategori cukup sebanyak 3
(tiga) siswa atau sebesar 13,64%, baik
sebanyak 12 (dua belas) siswa atau sebesar
54,54% dan sangat baik sebanyak 5 (lima)
siswa atau sebesar 22,72%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
ada peningkatan yang signifikan pada hasil
belajar siswa kelas III SD N 2 Pelem
Ngawi, yang berarti bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT)
dapat
meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran PKn. Peningkatan tersebut dapat
dilihat bahwa nilai terendah dari 55
meningkat menjadi 70, nilai tertinggi dari
86 meningkat menjadi 90 dan jumlah siswa
yang tuntas dari 15 siswa menjadi 20
siswa.
29
E. Simpulan dan Saran
Dari hasil penelitian di atas dapat
disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan
kualitas
pembelajaran
dan
hasil
pembelajaran pada mata pelajaran PKn.
Kualitas
pembelajaran
dari
aspek
keterampilan guru terlihat dari descriptor
pemberian motivasi di awal pembelajaran
untuk
meningkatkan
minat
dan
konsentrasi belajar, penyampaian atau
penjelasan
materi,
variasi
dalam
pembelajaran baik suara, gerak, mimik
maupun gaya mengajar dan aspek menutup
pembelajaran dengan membuat resume
bersama siswa, penilaian serta adanya
tindak lanjut.
Peningkatan kualitas pembelajaran
dari aspek aktivitas belajar siswa terutama
terlihat pada aspek keseriusan dalam
memperhatikan
penjelasan
guru,
meningkatnya motivasi belajar, keberanian
dalam bertanya /menjawab, kemampuan
dalam berdiskui/kerja kelompok serta
sikap dalam pembelajaran.
Dari segi hasil belajar siswa
mengalami peningkatan yang berarti, dari
nilai terendah 55 menajdi 70 (sesuai
kriteria keberhasilan), dan prosentase
keberhasilan kelas dari 68,2% menjadi
90,9% lebih besar dari kriteria ketuntasan
75%.
Berdasarkan hasil tersebut, maka
disarankan agar guru mata pelajaran PKn
untuk menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams games Tournamanet
(TGT) agar pembelajaran menjadi
menyenangkan, siswa aktif, motivasi
belajar meningkat dan tercipta suasana
yang kondusif.
Media Prestasi
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan
Hamdani. 2011. Strategi Belajar
Mengajar. Bandung: Pustaka
Setia
F. DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.
2007.
Peningkatan
Kualitas
Pembelajaran
.
Jakarta:
Direktorat
Ketenagaan Dikti.
Huda, Miftakhul. 2011. Cooperative
Learning.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Abidin, Muhammad Zaenal. 2012.
Cara meningkatkan kualitas
Pembelajaran.
Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Aqib, Zaenal dkk. 2009. Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung:
Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009.
Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rusman.
2011.
Model-Model
Pembelajaran:
Mengembangkan
Profesionalisme
Guru.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Hamalik, Oemar. 2011. Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Bumi Aksara
----------. 2011.
Sisdiknas.
Grafika
30
Undang-Undang
Jakarta: Sinar
Download