Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAME TOURNAMEN (TGT) PADA SISWA KELAS III SD NEGERI PELEM 2 NGAWI Oleh : Bambang Sumantri Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI Ngawi Abstrak : Teams Games Tournament merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang menekankan peserta didik pada aktivitas intelektual maupun fisik dalam memecahkan problema yang dihadapi dengan cara kerja kelompok kecil dan turnamen. Metode ini sabagai salah satu solusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil capaian belajar.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar dari implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diterapkan pada siswa kelas tiga SD N 2 Pelem Ngawi. Instrument penelitian berupa observasi untuk mengetahui suasana proses pembelajaran pada saat tindakan, tes, digunakan untuk mengetahui tingkat capaian prestasi belajar siswa, dokumentasi dan wawancara digunakan sebagai teknik pelengkap, sehingga data menjadi akurat dan lengkap. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar pada mata pelajaran PKn. Berdasarkan temuan tersebut,maka peneliti menyarankan agar para guru untuk senantiasa menyelenggarakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada siswa (student center learning) yang salah satunya adalah tipe Teams Games Tournament. Kata kunci : pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament, kualitas pembelajaran, hasil belajar dasar maupun menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan kejuruan, dan muatan lokal. Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebanggaan dan cinta tanah air. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai A. PENDAHULUAN Penurunan nilai-nilai moral, etika dan budaya sedang mewabah dalam dunia pendidikan kita. Akibatnya banyak perbuatan yang melanggar norma hukum, susila, agama dan budaya bangsa Indonesia yang dilakukan kaum pelajar dan juga mahasiswa. Penanaman nilai moral, etika agama dan budaya menjadi harga mutlak bagi pendidikan sejak dari pendidikan dasar. Dikemukakan secara tegas pada pasal 37 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menetapkan bahwa kurikulum pendidikan 20 Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan berikut: (1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi, (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secaralangsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dankomunikasi. Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, (2) Norma, hukum dan peraturan, (3) Hak asasi manusia (Depdiknas, 2007). Berdasarkan Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilakukan Depdiknas (2007), dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran PKn. Pemahaman guru terhadap SK-KD sangat beragam, karena latar belakang pendidikan, daerah, kapasitas, dan kompetensi yang juga sangat beragam. Sehingga terkadang mengalami kesulitan untuk memahami dan memaknai SK-KD dalam implementasi pembelajaran. Kebiasaan guru yang ”taken for granted” dari pusat memperlemah kreativitas dan inovasi mereka dalam mengembangkan pembelajaran. Hal demikian juga dirasakan di beberapa Sekolah Dasar di kabupaten Ngawi.salah satunya di SD Pelemm 02 Ngawi dalam pelaksanaaan pembelajaran PKn. Berdasarkan hasil yang diperoleh selama pengamatan pembelajaran PKn di kelas III SDN Pelem 02 Ngawi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran belum berjalan optimal. Masih banyak siswa kurang terlibat dalam pembelajaran, siswa cenderung belajar sendiri dalam pembelajaran, siswa tidak memiliki motivasi dalam belajar Pkn, dan siswa sering tidak mendengarkan penjelasan guru. Hal tersebut dikarenakan guru menggunakan metode pembelajaran konvensional, yaitu ceramah dan diselingi Tanya jawab terpimpin, dan juga guru belum menggunakan media pembelajaran secara optimal. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan interaksi antara guru dan siswa menjadi berkurang. Kondisi demikian mmengindikasikan bahwa kualitas pembelajaran belum maksimal. Untuk memberi solusi terhadap permasalahan tersebut peneliti bersama guru berkolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatakan kualitas pembelajaran PKn. Maka peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) Dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa akan berperan aktif sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing yang menunjang kegiatan siswa. Menurut Hamdani (2011: 31) dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas empat sampai enam orang siswa, dengan kemampuan heterogen. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan cara bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pembelajan kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas 21 Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks, terfokus, kreatif dan menyenangkan. Berdasarkan uraian di atas dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn pada siswa kelas III SDN Pelem 02 Ngawi? dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Huda (2011: 117) menyatakan teknis pelaksanaan dari TGT adalah setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dengan demikian, masing-masing kelompok memiliki komposisi anggota yang comparable. Setiap anggota ditugaskan untuk ditugaskan untuk mempelajari materi terlabih dahulu bersama dengan anggota-anggota yang lain, lalu mereka diuji secara individual melalui game akademik. Nilai yang mereka peroleh dari game ini akan menentukan skor kelompok mereka masing-masing. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament memiliki ciri-ciri: (1) siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil; (2) games tournament; (3) penghargaan kelompok. Menurut Trianto (2011: 84) implementasi Team Games Tournnament (TGT) terdiri dari empat komponen utama, antara lain: (1) Presentasi guru; (2) Kelompok belajar; (3) Turnamen; dan (4) Penghargaan kelompok (Rusman, 2012: 225). Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hakhak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2007). Oleh karena itu pengembangan pembelajaran ini memerlukan kreatifitas guru untuk menciptakan pembelajaran yang lebih B. KAJIAN PUSTAKA 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Team Games Tornament adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar (Hamdani, 2011: 92). Menurut Rusman (2012: 224) TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti 22 Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan, dan berkualitas. Sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal. Tugas guru hanya memfalitasi, memotivasi,mendidik, membimbing, dan melatih Implementasi pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pelajaran PKn dalam penelitian ini dirumuskan dalam langkahlangkah sebagai berikut : a. Guru membuka pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, model pembelajaran yang akan dilakukan. b. Guru membagi siswa dalam kelompok terdiri 4-5 orang secara heterogen. c. Guru membagikan LKS pada tiap kelompok d. Siswa secara berkelompok siswa mengerjakan LKS, sehingga semua anggota menguasai materi. e. Guru bersama siswa menilai hasil diskusi. f. Guru menempatkan siswa pada meja turnamen (kemampuan setara). g. Siswa melakukan pertandingan (turnamen) sesuai dengan prosedur pelaksanaan. h. Guru memberikan penghargaan individu maupun kelompok. i. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran dan tindak lanjut. Selama proses pembelajaran PKn tersebut guru akan menyajikan materi pada awal pembelajaran dengan menampilakan slide PowerPoint. Pembagian kelompok dalam pelaksanaan pertandingan (turnamen) dilakukan secara homogen, dalam pembagian kelompok peneliti dibantu oleh guru kelas sehingga dapat lebih teliti dalam membagi kelompok. Aturan permainan TGT pada kelas III dalam penelitian ini yaitu: (1) setiap kelompok terdiri dari empat atau lima orang dengan kemampuan/ prestasi yang sama; (2) setiap siswa mengambil kartu bernomor dan mencari pertanyaan dengan nomor yang sama pada lembar permainan; (3) siswa menjawab pertanyaan urut sesuai nomor yang diperoleh; (4) siswa mencek lembar jawaban apabila jawaban benar maka siswa mendapat poin 20 apabila salah maka poin dikurangi 5. 2. Kualitas Pembelajaran Mulyasa (2010: 256) mengemukakan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan. Menurut Lovitt dan Clarke (Suherman, 2007: 79) menambahkan bahwa kualitas pembelajaran ditandai dengan berapa luas dalam lingkungan belajar; mulai dari mana siswa ini berada, mengenali bahwa siswa belajar dengan kecepatan yang berbeda, melibatkan siswa secara fisik dalam proses belajar, meminta siswa untuk memvisualkan yang imajiner (dalam Abidin, 2012). 23 Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dapat dilihat dari segi proses dan hasil pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan. Sejalan dengan adanya arus utama peningkatan pengelolaan pendidikan yang mencakup peningkatan relevansi, iklim akademik (academic atmosphere), komitmen kelembagaan (institutional commitment) , efisiensi, dan keberlanjutan (sustainability) (Depdiknas, 2007), maka peningkatan kualitas pembelajaran memperoleh tempat yang amat penting. Peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah merupakan perwujudan yang mendukung upaya perbaikan pengelolaan pendidikan. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari kualitas perilaku pembelajaran guru (teacher’s behavior), perilaku belajar siswa (student’s behavior) , iklim pembelajaran (learning climate), materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran di sekolah (Depdiknas, 2007). Kualitas perilaku pembelajaran guru dapat dilihat dari kinerjanya. Menurut Depdiknas (2007), beberapa indikator kualitas perilaku pembelajaran guru dapat dicermati antara lain pada: (1) Kemampuan guru dalam membangun perspepsi dan sikap positif siswa terhadap belajar; (2) Penguasaan ilmu yang luas dan mendalam serta mampu memilih, menata, mengemas, dan menyajikan materi sesuai kebutuhan siswa; (3) Kemampuan memahami keunikan setiap siswa dengan segenap kelebihan dan kekurangannya; (4) Kemampuan memahami lingkungan keluarga, sosial budaya, dan kemajemukan masyarakat tempat kehidupan siswa; (5) Kemampuan mengelola pembelajaran yang mendidik berorientasi pada siswa yang tercermin dalam kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembalajaran secara dinamis untuk membentuk kompetensi siswa; (6) Kemampuan mengembangkan kepribadian dan keprofesionalan secara berkelanjutan. Kualitas perilaku dan dampak belajar siswa dapat dilihat dari kemampuan mereka. Antara lain: (1) Kemampuan memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar; (2) Kemampuan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan; (3) Kemampuan memperluas dan memperdalam pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh; (4) Kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikapnya secara bermakna; (5) Kemampuan membangun kebiasaan berfikir, bersikap, dan bekerja produktif. Kualitas Iklim belajar mencakup: (1) Kondisi suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan pembelajaran yang produktif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; (2) Adanya keteladanan, prakarsa, dan kreativitas yang dilakukan guru sebagai model. Kualitas materi pembela jaran dapat diketahui dengan indicator antara lain: (1) Adanya kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai siswa; (2) Adanya keseimbangan keluasan dan kedalaman materi dengan jumlah waktu yang dirancang; (3) Penyajian dilaksanakan secara sistematis dan kontekstual; (4) Mampu memberikan peluang bagi siswa untuk belajar aktif secara maksimal. 24 Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan Kualitas media pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri antara lain: (1) Mampu mewujudkan pengalaman belajar bermakna bagi siswa; (2) Mampu menfasilitasi terjadinya interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, dan guru dengan guru; (3) Mampu memperkaya pengalaman belajar bagi siswa; (5) Mampu mengubah suasana belajar dari pasif menjadi aktif. Kualitas pembelajaran di sekolah ditandai dengan ciri-ciri antara lain: (1) Sekolah mampu menonjolkan ciri khasnya sebagai sekolah yang memiliki keunggulan; (2) Sekolah selalu responsif terhadap berbagai tantangan internal dan eksternal; (3) Memiliki perencanaan yang matang dan strategis dakam bentuk rencana strategis dan rencana operasional sekolah; (4) Adanya semangat perubahan dari warga sekolah melalui berbagai aktivitas pengembangan; (5) Adanya mekanisme pengendalian mutu dan penjaminan mutu sekolah, (Depdiknas, 2007). hasil instruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru. Rancangan dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklus meliputi empat langkah yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Skema langkah-langkah penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2009: 16) dapat di lihat pada gambar 1 di bawah ini: Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan C. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan dalam kelas (Calssroom Action Research) yang bertujuan untuk mencari solusi atas situasi permasalahan pembelajaran yang dialami guru di dalam kelas PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Adapun tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan (Aqib, 2009:18). Penelitian Tindakan Kelas ini mempunyai tujuan meningkatkan mutu Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamat an ? Gambar 1 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas a. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung (Arikunto, 2009: 18). 25 Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan Dalam penelitian tahap perencanaan yang dilakukan peneliti bersama guru mempersiapkan hal-hal sebagai berikut : 1. Menelaah materi pembelajaran PKn serta mengkaji indikatornya. 2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) 3. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). 4. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran. 5. Menyiapkan alat evaluasi berupa test tertulis. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan rancangan yang telah ditetapkan yaitu mengenai tindakan kelas (Arikunto, 2009: 18). Dalam pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam dua siklus. Dalam setiap siklus dilakukan satu tindakan yang diwujudkan dalam skenario pembelajaran. Setiap pertemuan dalam pembelajaran menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) sesuai perencanaan. c. Observasi/ pengamatan Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan secara mendalam terhadap pelaksanaan pembelajaran, yang meliputi aktivitas yang dilakukan guru maupun siswa. Kegiatan observasi dilaksanakan secara kalaboratif dengan guru untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa dengan implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PKn pada siswa kelas III SDN Pelem 2 Ngawi. d. Refleksi Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi dan sudah dilakukan (Arikunto, 2009: 19). Setelah mengkaji proses pembelajaran pada siklus pertama yaitu keterampilan guru dan aktivitas siswa, serta hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn, apakah pembelajaran tersebut sudah efektif, dengan melihat ketercapaian dalam indikator kinerja pada siklus pertama, serta mengkaji kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus pertama, kemudian bersama tim kolaborasi membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya. 2. Sumber Data Penelitian Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri Pelem 2 Ngawi.yang berjumlah 22 orang.dan guru PKn. 3. Instrument Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi, angket, tes, wawancara dan dokumentasi. 4. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data hasil belajar siswa dan data hasil observasi. Data hasil belajar siswa dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistic deskriptif yaitu dengan menentukan nilai rata-rata tes setiap akhir siklus serta menghitung persentase keberhasilan belajar siswa. Data kualitatif berupa data hasil observasi keterampilan guru dan aktifitas siswa dalam pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), serta hasil catatan lapangan dianalisis dengan analisis deskriptif 26 Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan kualitatif. Data kualitatif dipaparkan dalam kalimat menurut kriteria untuk memperoleh kesimpulan. Dalam penelitian ini data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap aktifitas guru dan siswa serta hasil wawancara siswa sebagai bentuk respon terhadap pembelajaran yang dilakukan guru. 5. Indikator Keberhasilan Indicator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah : a. Keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada pembelajaran PKn meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik (skor ≥ 21) b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) meningkat dengan kriteria sekurangkurangnya baik (skor ≥ 21) c. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) meningkat dengan ketuntasan belajar individual sebesar ≥ 65 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar ≥ 75% dengan kriteria sekurangkurangnya baik (rata-rata ≥ 75). D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Keberhasilan dalam penelitian ini dilihat dari dua segi, yaitu kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran. Kualitas pembelajaran terdiri dari dua indicator, yaitu keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dan aktivitas siswa dalam pembelajaran tersebut. Menurut Rusman (2012: 80) keterampilan dasar mengajar pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan profesional. Pada penelitian ini terdapat 9 indikator keterampilan guru yang diamati dalam pembelajaran PKn menggunakan model Team Games Tournament. yang dapat dikemukakan sebagai berikut.: Tabel 4.1 Keterampilan Guru dalam pembelajaran PKn dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) Indikator 1 2 3 4 Membuka Pelajaran Memberi penguatan/motivasi Menyampaikan materi Bertanya/Merspon 5 6 7 8 9 10 Rata-rata Perolehan Skor Siklus I Ket Siklus II Ket 3 Baik 3 Baik 2 Cukup 3 Baik 2 3 Cukup Baik 3 4 Membentuk kelompok 3 Baik 4 Membimbing kelompok diskusi Mengadakan variasi Membimbing tournament Memberi penghargaan Menutup Pembelajaran Jumlah Rata-rata % 3 Baik 4 2 3 Cukup Baik 3 3 3 2 26 2,6 65% Baik Cukup 3 3 33 3,3 82,5% Baik Baik Sekali Baik Sekali Baik Sekali Baik Baik Baik Baik Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada siklus I terdapat 4 (empat) indicator yang memperoleh rata-rata skor 2 (dua) dengan kategori cukup, yaitu keterampilan dalam memberi penguatan/motivasi, keterampilan dalam menyampaikan materi, keterampilan dalam mengadakan variasi dan keterampilan dalam menutup pembelajaran. Skor ratarata diperoleh pada sklus I sebear 2,6 dengan prosentase capaian kualitas pembelajaran sebesar 65%., masih dibawah kriteria keberhasilan sebear 75%. Ada beberapa catatan temuan kekurangan pada siklus I ini yang dijadikan dasar 27 Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan Tabel 4.2 Aktivitas Siswa dalam pembelajaran PKn dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam merefleksi pada siklus II. Kekurangan tersebut diantaranya keterampilan guru dalam memberi motivasi/penguatan di awal pembelajaran, keterampilan guru dalam memberi penjelasan materi dan keterampilan guru dalam menutup pembelajaran. Berdasar dari kekurangan tersebut maka pada siklus II dilakukan refleksi dengan menyusun rencana tindakan menekankan pada aspekaspek tersebut. Hasil dari siklus II menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada aspek-aspek tersebut. Terdapat 7 (tujuh) indicator yang memperoleh skor 3 (tiga) dengan kategori baik dan 3 (tiga) indicator memperoleh nilai 4 (empat) dengan kategori sangat baik.capaian keberhasilan dalam siklus II sebesar 82,5 % yang lebih bessar dari kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebesar 75%. Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa pada siklus I terdapat 5 (lima) indicator yang memperoleh rata-rata skor 2 (dua) dengan kategori cukup, yaitu aktivitas siswa dalam memberi memperhatikan penjelasan, motivasi belajar, bertanya atau menjawab, melaksanakan diskusi kelompok sikap dalam pembelajaran. Skor rata-rata diperoleh pada sklus I sebear 2,5 dengan prosentase capaian kualitas pembelajaran sebesar 62,5%., masih dibawah kriteria keberhasilan sebesar 75%. Ada beberapa catatan temuan kekurangan pada siklus I ini yang dijadikan dasar dalam merefleksi pada siklus II. Kekurangan tersebut menjadi catatn penting bagi peneliti untuk melakukan refleksi pada siklus II, dilakukan refleksi dengan menyusun rencana tindakan menekankan pada aspek-aspek tersebut. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Indikator Persiapan awal siswa Memperhatikan Penjelasan Motivasi Belajar Bertanya/Menjawab Melaksanakan diskusi Kerja Kelompok Melaksanakan turnamen Menerima Penghargaan Melakukan refleksi Sikap dalam Pembelajaran Jumlah Rata-rata % Rata-rata Perolehan Skor Siklus Siklus I Ket Ket II 3 Baik 3 Baik 2 Cukup 3 Baik 2 2 2 Cukup Cukup Cukup 3 3 3 Baik Baik Baik 3 3 Baik Baik 3 3 Baik Baik 3 Baik 3 Baik 3 2 Baik Cukup 3 4 Baik Baik Sekali 25 2,5 62,5% 31 3,1 77,5% Hasil dari siklus II menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada aspek-aspek tersebut. Terdapat 9 (sembilan) indicator yang memperoleh skor 3 (tiga) dengan kategori baik dan 1 (satu) indicator memperoleh nilai 4 (empat) dengan kategori sangat baik. Capaian keberhasilan dalam siklus II sebesar 77,5 % yang lebih besar dari kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebesar 75%. Sedangkan data hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat dikemukakan sebagai berikut : 28 Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PKn dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Siklus I Sikluas II Kategori Keterangan F % Kategori Keterangan 85 - 100 Sangat Tuntas 5 22,72% Sangat Tuntas baik baik 75 - 84 5 22,72% Baik Tuntas 1 54,54% Baik Tuntas 2 65 - 74 9 41% Cukup Tuntas 3 13,64% Cukup Tuntas 0 - 64 7 31,8% Kurang Tidak Tuntas 2 9,1% Kurang Tidak Tuntas Jumlah 2 100% 2 100% 2 2 Nilai Terendah 55 70 Nilai Tertinggi 86 90 Jumlah siswa tuntas 17 22 Jumlah siswa tidak 7 2 tuntas Rata-rata 71,6 81,6 Kriteria Cukup Baik Nilai F % 1 4,5% Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I terlihat ada 7 (tujuh) atau 31,8% siswa belum tuntas (kategori kurang), 9 (Sembilan) siswa atau 41% termasuk tuntas (kategori Cukup), 5 (lima) siswa atau 22,72% termasuk tuntas (kategori baik) dan seorang siswa atau 4,5% termasuk tuntas (kategori sangat baik). Pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan, dimana siswa tidak tuntas (kategori kurang) sebanyak 2 (dua) atau 9,1%, dengan kategori cukup sebanyak 3 (tiga) siswa atau sebesar 13,64%, baik sebanyak 12 (dua belas) siswa atau sebesar 54,54% dan sangat baik sebanyak 5 (lima) siswa atau sebesar 22,72%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan pada hasil belajar siswa kelas III SD N 2 Pelem Ngawi, yang berarti bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran PKn. Peningkatan tersebut dapat dilihat bahwa nilai terendah dari 55 meningkat menjadi 70, nilai tertinggi dari 86 meningkat menjadi 90 dan jumlah siswa yang tuntas dari 15 siswa menjadi 20 siswa. 29 E. Simpulan dan Saran Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran pada mata pelajaran PKn. Kualitas pembelajaran dari aspek keterampilan guru terlihat dari descriptor pemberian motivasi di awal pembelajaran untuk meningkatkan minat dan konsentrasi belajar, penyampaian atau penjelasan materi, variasi dalam pembelajaran baik suara, gerak, mimik maupun gaya mengajar dan aspek menutup pembelajaran dengan membuat resume bersama siswa, penilaian serta adanya tindak lanjut. Peningkatan kualitas pembelajaran dari aspek aktivitas belajar siswa terutama terlihat pada aspek keseriusan dalam memperhatikan penjelasan guru, meningkatnya motivasi belajar, keberanian dalam bertanya /menjawab, kemampuan dalam berdiskui/kerja kelompok serta sikap dalam pembelajaran. Dari segi hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang berarti, dari nilai terendah 55 menajdi 70 (sesuai kriteria keberhasilan), dan prosentase keberhasilan kelas dari 68,2% menjadi 90,9% lebih besar dari kriteria ketuntasan 75%. Berdasarkan hasil tersebut, maka disarankan agar guru mata pelajaran PKn untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams games Tournamanet (TGT) agar pembelajaran menjadi menyenangkan, siswa aktif, motivasi belajar meningkat dan tercipta suasana yang kondusif. Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p20 – p30 Pendidikan Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia F. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2007. Peningkatan Kualitas Pembelajaran . Jakarta: Direktorat Ketenagaan Dikti. Huda, Miftakhul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Abidin, Muhammad Zaenal. 2012. Cara meningkatkan kualitas Pembelajaran. Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Aqib, Zaenal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara ----------. 2011. Sisdiknas. Grafika 30 Undang-Undang Jakarta: Sinar