ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL ANIMASI DI KELAS XI IPA 5 SMANEGERI 2 KOTA JAMBI OLEH: 1. ELDA NENGSIH 2. Dra. ASTALINI, M.Si 3. Drs. DARMAJI, M.Si FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI MARET, 2015 LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Artikel Ilmiah berjudul Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dengan Media Audio Visual Animasi di Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Kota Jambi yang disusun oleh Elda Nengsih RRA1C310012 telah diperiksa dan disetujui. Jambi, Maret 2015 Pembimbing I Dra. Astalini M,Si NIP 19630126 198609 2 001 Jambi, Maret 2015 Pembimbing II Drs. Darmaji, M.Si NIP 19630208 199102 1 001 ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 2 Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dengan Media Audio Visual Animasi di Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Kota Jambi Elda Nengsih, Dra. Astalini, M.Si, Drs. Darmaji, M.Si ABSTRAK Kata Kunci: Model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick, Media Audio Visual Animasi, Aktivitas, Hasil Belajar. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya aktivitas dan rendahnya hasil belajar fisika siswa di kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Kota Jambi, yang antara lain disebabkan oleh anggapan siswa bahwa pelajaran fisika itu sulit sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar dan kurangnya penggunaan media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Akibatnya siswa menjadi kurang aktif selama proses pembelajaran dan kreativitas siswa menjadi kurang berkembang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick menggunakan media Audio visual Animasi dimana masalah dapat diperoleh dari lapangan atau pengalaman dari siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga siklus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick menggunakan media Audio visual Animasi dalam proses belajar mengajar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Kota Jambi, dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 13 perempuan. Waktu pelaksanaan semester I tahun ajaran 2014/2015 pada materi usaha dan energi. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah observasi dan evaluasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa pada tiap siklus. Peningkatan aktivitas siswa terlihat dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I adalah 48,72%, meningkat pada siklus II menjadi 65,45%, dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 87,72%. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I 59,5 dengan jumlah yang berhasil 9 orang (45%), meningkat pada siklus II menjadi 67,5 dengan jumlah yang berhasil 13 orang (65%) kemudian meningkat lagi pada siklus III menjadi 75,79 dengan jumlah siswa yang berhasil 17 orang (85%). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick menggunakan media Audio visual simulasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika pada materi suhu dan kalor di kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Kota Jambi. ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 3 PENDAHULUAN Latar Belakang SMA Negeri 2 Kota Jambi merupakansalah satu sekolah yan telah menerapkan Kurikulum 2013 dengan strategi pendekatan pembelajaran saintifik (ilmiah) dalam proses pembelajarannya. Adapun tujuan diterapkannya pendekatan saintifik ini yaitu meningkatkan kemampuan siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan demikian, diharapkan dapat terbentuk manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan serta pengetahuan (hard skills). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi fisika SMAN 2 Kota Jambi, Aktivitas belajar siswa kelas XI IPA 5 dalam mengikuti pelajaran fisika masih tergolong rendah begitupun untuk hasil belajar siswa yang masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 75. rendahnya hasil belajar siswa kelas XI IPA 5 disebabkan oleh siswa yang kurang termotivasi dalam pembelajaran fisika. Karena sebagian siswa menganggap bahwa pelajaran fisika itu sulit dipahami baik dalam konsep maupun rumus yang terlalu banyak untuk dipahami dan pembelajaran fisika sudah tidak sepenuhnya berpusat pada guru lagi, dimana guru hanya memberikan tugas-tugas maupun latihan kepada siswanya. Sehingga dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, siswa mengalami kesulitan dan hanya menunggu penyelesaian soal tersebut dari guru tanpa mau berusaha sendiri. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas XI IPA 5 yaitu hasil observasi ke siswa, juga tampak kalau pada proses pembelajaran fisika jarang menggunakan media pembelajaran apapun seperti dalam bentuk power point maupun audio visual animasi, padahal guru dituntut menyampaikan materi yang menarik, agar siswa lebih termotivasi dalam belajar fisika. Disini terlihat bahwa kurangnya kreatifitas guru dalam memanfaatkan segala fasilitas sekolah yang ada serta kurangnya guru dalam memperlihatkan bahwa fisika merupakan pelajaran yang menyenangkan dan bisa mempelajarinya dengan menggunakan berbagai media. Hal ini mengakibatkan aktivitas siswa dan interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru tidak berjalan dengan baik. Begitu pula antara siswa dengan siswa. Salah satu model yang dapat meningkatkan keaktifan, motivasi serta meningkatkan aktovitas siswa dalam menerima mata pelajaran fisika adalah dengan pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dengan mengggunakan media audio visual animasi. Model pembelajaran koperatif tipe talking stick adalah model pembelajaran yang mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat dengan menggunakan tongkat sebagai media untuk menjawab pertanyaan dari guru. Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berisi pertanyaan-pertanyaan yang memotivasi siswa, dimana di dalam pertanyaan tersebut siswa akan diajak untuk berfikir kreatif mengenai kejadian alam maupun kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan usaha dan energi. Media audio visual animasi adalah suatu media dalam bentuk video yang berisi tentang pembelajaran-pembelajaran yang disajikan menggunakan LCD biasanya dapat dalam bentuk materi, pembahasan soal dan contoh animasi penerapan dalam kehidupan sehari-hari yang berdurasi singkat, demi terciptanya suatu pembelajaran yang menyenangkan. Dengan penerapan model pembelajaran tipe ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 4 talking stick dengan media audio visual animasi ini, guru dituntut agar untuk mampu menyajikan proses pembelajaran yang aktif dan mandiri agar siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran fisika. Atas dasar pemaparan di atas maka dirasa perlu diterapkannya Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick di SMA Negeri 2 Kota Jambi. Sehingga pada skripsi ini peneliti mengambil judul: “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dengan Media Audio Visual Animasi Di Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Kota Jambi”. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu: “Apakah model pembelajaran talking stick menggunakan media audio visual animasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa pada materi Usaha dan energi di kelas XI IPA 5 di SMA Negeri 2 Kota Jambi ?”. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah,” Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe talking stick dengan media audio visual animasi pada materi usaha dan energi di kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Kota Jambi”. . Ruang Lingkup Keterbatasan Masalah Ruang Lingkup Penelitian sebagai berikut: Dalam penelitian ini penulis meneliti kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Kota Jambi pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015. Keterbatasan Penelitian ini adalah: 1. Materi yang diajar di SMA Negeri 2 Kota Jambi kelas XI IPA 5 semester I adalah usaha dan energi menggunakan penerapan model pembelajaran tipe talking stick dengan media audio visual animasi. 2. Hasil belajar yang dinilai adalah penilaian hasil berupa aspek kognitif yaitu tes hasil belajar yang dilakukan setiap akhir siklus dengan menggunakan tes objektif, aspek afektif yaitu menggunakan instrumen penilaian pengamatan sikap sosial dan spiritual dan aspek keterampilan yaitu dengan menggunakan instrumen penilaian pengamatan keterampilan. 3. Aktivitas yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dan guru selama proses belajar mengajar. 4. Media audio visual animasi menggunakan media milik guru fisika@education. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 5 1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru khususnya guru bidang studi fisika untuk menemukan model dan media yang tepat dalam rangka meningkatkan mutu belajar fisika siswa kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Kota Jambi. 2. Sebagai informasi tambahan bagi sekolah tentang model dan media yang tepat dalam pembelajaran. 3. Membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pembelajaran fisika khususnya pada siswa kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Kota Jambi. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu pengetahuan maupun keterampilan baru yang belum pernah diketahui. Belajar biasanya tidak hanya dilakukan di sekolah saja, bahkan dizaman serba modern ini sudah banyak lembaga-lembaga yang menyediakan berbagai jenis tempat belajar. Belajar menurut pendapat Hamalik (2010) yaitu: Belajar adalah modifikasi atau mempertengah kelakuan melalui pengalaman. Belajar dapat juga diartikan sebagai perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang baik itu perubahan tingkah laku maupun penambahan ilmu pengetahuan. Hal ini senada dengan pendapat Slameto (2010) yaitu, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Fisika Menurut Sardiman (2010),“Prinsip aktivitas belajar dari sudut pandangan ilmu jiwa secara garis besar dibagi menjadi dua pandangan yakni ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. 1. Menurut pandangan ilmu jiwa lama John Locke dengan konsepnya Tabularasa, mengibaratkan jiwa (phsyce) seseorang bagaikan kertas putih yang tidak bertulis.Kemudian kertas putih ini mendapatkan coretan atau tulisan dari luar.Siswa yang diibaratkan kertas putih sedangkan guru unsur luar yang menulisinya.Dengan demikian aktivitas didominasi oleh guru, sedang anak didik bersifat pasif dan menerima begitu saja. Guru menjadi seorang adikuasa didalam kelas. Selanjutnya Herbert memberikan rumusan bahwa jiwa adalah keseluruhan tanggapan yang secara mekanis dikuasai oleh hukum-hukum asosiasi, atau dengan kata lain dipengaruhi oleh unsur-unsur dari luar. Relevansinya dengan konsep John Locke, bahwa guru yang aktif, yakni menyampaikan tanggapan-tanggapan.Siswa dalam hal ini pasif, jadi siswa kurang memiliki aktivitas dan kreativitas. 2. Menurut pandangan ilmu jiwa modern Aliran ilmu jiwa yang tergolong modern akan menerjemahkan jiwa manusia sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena itu, secara alami anak didik itu juga bias aktif, karena adanya motivasi dan didorong oleh macam-macam kebutuhan.Anak didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang.Oleh sebab itu, tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkat ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 6 bakat dan potensinya.Dalam hal ini, anaklah yang beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri. Salah satu hal yang sangat diperlukan dalam belajar fisika adalah aktivitas. Tanpa adanya aktivitas maka proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Terlepas dari kegiatan mendengar, mencatat dan mengerjakan latihan masih banyak lagi aktivitas yang harus diterapkan dalam proses pembelajaran. Paul (dalam Sardiman, 2010) menyatakan bahwa ada beberapa aktivitas yang dapat dilakukan siswa selama proses pembelajaran yaitu: 1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, pidato. 4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Menurut Nasution (2006),“Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”. Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau keterampilan. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat juga diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan member petunjuk kepada guru di kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Menurut Isjoni (2009),”Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktis, strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 7 Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah pembelajaran yang sering digunakan guru-guru pada kurikulum 2013 ini, karena tuntutan dari kurikulum 2013 ini siswa belajar sendiri menemukan jawaban atas pertanyaanpertanyaan, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator apabila terjadi miskonsep terhadap siswa. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah pembelajaran berkelompok, di dalam kelompok ini siswa dibentuk secara kelompok heterogen dimana kemampuan siswa satu dengan yang lainnya berbeda. Di dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa harus bekerja sama dan saling membantu anggota kelompok lainnya untuk memahami materi pelajaran. Pembelajaran cooperative atau cooperative learning dikatakan selesai jika semua teman dalam kelompok menguasai materi pelajaran yang ditugaskan untuk dibahas secara berkelompok. Hal ini senada dengan menurut Slavin (2010),“Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen”. Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick Menurut Sugiyono (2009), model pembelajaran talking stick dapat mendorong siswa dalam pembelajaran dengan mengaktifkan siswa untuk mengemukakan pendapat. Pembelajaran talking stick diawali dengan guru memberikan sedikit penjelasan pembelajaran mengenai materi pokok yang akan dipelajari, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari sendiri materi yang sekilas telah diajarkan. Kegiatan selanjutnya guru meminta kepada siswa agar mereka menutup bukunya. Guru selanjutnya mengeluarkan tongkat talking stick yang telah dipersiapkannya lalu tongkat tersebut itu dijalankan kepara siswa dengan diiringi musik. Apabila musik telah berhenti, maka siswa itulah yang diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dari guru dan demikian seterusnya. Langkah akhir dari pembelajaran talking stick ini adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan atas materi yang telah dipelajarinya dan guru menyapaikan sedikit ulasan tentang jawaban dari siswa, lalu tahap akhir adalah menyimpulkan hasil pembelajaran dengan peserta didik bersama. Menurut Taniredja (2013) langkah-langkah pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan sebuah tongkat. 2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepda siswa untuk membaca dan mempelajari materi. 3. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya. 4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 5. Guru memberikan kesimpulan. 6. Evaluasi. 7. Penutup. ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 8 Media Audio Visual Animasi Menurut Asyhar (2010), Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkan pendengaran peserta didik dan media visual adalah jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata, sehingga pengalaman belajar yang diterima peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya sedangkan media audio visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam suatu proses. Animasi adalah peniruan situasi atau proses yang sengaja dirancang untuk mendekati/menyerupai kejadian atau keadaan sebenarnya. Media audio visual dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio). Teknologi audio visual adalah suatu cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan dan elektronik menyajikan pesan audio dan visual. Peralatan media audio visual memugkinkan pemroyeksian gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang berukuran besar. Media audio visual mempunyai potensi tinggi dalam penyampaian pesan maupun kemampuannya dalam menarik minat dan perhatian peserta didik. Usaha dan Energi Usaha Penertian Usaha Di dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita sering mendengar kata usaha. Pengertian usaha dalam kehidupan sehari-hari adalah mengerahkankemampuan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan atau kerja yangdilakukan orang atau mesin.Apapun hasil kerja itu, berhasil atau tidak,asalkan orang atau mesin itu melakukan sesuatu, dikatakan orang atau mesintersebut melakukan usaha. Pengertian usaha dalam fisika didefinisikan sebagai perkalian antara besar gaya yang menyebabkan benda berpindahdengan besar perpindahan benda yang searah dengan arah gaya tersebut. Perhatikan gambar 1.1 di bawah. Jika sebuah gaya ⃗ bekerja pada suatu benda sehingga benda berpindah sejauh , gaya ⃗ tersebut dikatakan melakukan usaha sebesar . Usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya konstan didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya dan besarnya perpindahan. Secara sistematis dapat dituliskan: ⃗ ⃗ (2.1) Dengan: ⃗ = gaya (N) = perpindahan (m) W = usaha (J) ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 9 Gambar 2.1. Usaha oleh sebuah gaya F untuk menarik sebuah balok Menghasilkan perpindahan sebesar s (Sumber: media belajar online usaha dan Energi) Gaya dan perpindahan merupakan besaran vektor.Besaran vektor dikalikan dengan besaran vektor dapat menghasilkan besaran skalar. Perkalian dua vektor yang menghasilkan bilangan skalar ini disebut perkalian skalar (dot product).Dengan demikian, usaha merupakan besaran skalar. Dalam satuan internasional (SI) yang menggunakansatuan MKS (meterkilogram-sekon), satuan gaya adalah Newton dan satuan perpindahan adalah meter sehingga satuan usaha menjadi newton meter atau disebut joule. Jadi satu joule adalah besarnya usaha yang dilakukan oleh gaya sebesar satu newton untuk memindahkan sebuah benda sejauh satu meter. Jika sebuah gaya bekerja pada benda dengan membentuk sudut terhadap arah perpindahannya, besarnya usaha yang dilakukan oleh anak tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: ⃗ ⃗ (2.2) Dengan: W = usaha ( Joule ) ⃗ = gaya (N) = perpindahan (m) = sudut antara gaya ⃗ dengan perpindahan Jadi, selain bergantung pada besar gaya dan perpindahan, usaha yang diberikan anak tersebut juga bergantung pada besar sudut antara arah gaya dan perpindahan . Gambar 2.2 Usaha yang dilakukan oleh anak pada balok, dengan F adalah gaya tarik dan Usaha gaya F yang membentuk sudut dan menyebabkan perpindahan sejauh s. (Sumber: Belajar rumus fisika.com dan buku fisika SMA/MA) Untuk kasus anak yang membawa buku dan berpindah sejauh s, arah gaya (F) tegak lurus dengan arah perpindahan (s) atau = 0. Jadi W = F cos =F ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 10 (0) s = 0 J. dengan demikian, selama arah gaya tegak lurus terhadap arah perpindahan, besar usaha oleh gaya tersebut sama dengan nol. Gambar 2.3 Tidak ada usaha jika arah gaya tegak lurus (90°). Besar Gaya yang Searah dan Berlawanan Arah dengan Perpindahan Pada balok bekerja gaya luar F dan gaya gesek f. gaya gesek berlawanan arah dengan gaya penarik yang bekerja pada balok sehingga usaha yang dilakukan pada balok adalah sebagai berikut. ⃗ ⃗ . usaha oleh gaya gesek (f): ⃗ ⃗ . jadi Usaha oleh gaya (F): usaha total pada balok: = ⃗ s – fs = (⃗ – f) . (2.3) Arah gaya gesek f berlawanan arah gaya penarik ⃗ sehingga gaya gesek f bertanda negatif. Jadi, usaha akan berharga positif, jika arah gaya searah dengan arah perpindahan dan akan bertanda negatif, jika arah gaya berlawanan dengan arah perpindahan benda. Besarnya usaha total pada sebuah balok pada bidang datar kasar sehingga balok berpindah sejauh oleh gaya ⃗ membentuk sudut tehadap bidang horizontal akan memenuhi persamaan: = ( cos – f ) (2.4) Energi Pengertian Energi Kata energi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang berarti “kerja”.Jadi, energi didefinisikan sebagaikemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. Energi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan di alam ini, terutama bagi kehidupan manusia, karena segala sesuatu yang dilakukan memerlukan energi. Hubungan Usaha dan Energi Kinetik Sebuah balok bermassa m mula-mula dalam keadaan diam. Pada balok bekerja sebuah gaya luar ⃗ sehingga balok berpindah sejauh s. Usaha yang dilakukan ⃗ ⃗ . Jika seluruh usaha oleh gaya ⃗ pada balok memenuhi persamaan yangdiberikan pada balok diubah menjadi energi kinetik , akan berlaku = W. ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 11 Apabila balok mula-mula dalam keadaan diam atau = 0, kecepatan balok pada saat menempuh jarak s menjadi v sesuai dengan persamaan (2.5) Jarak yang ditempuh balok adalah (2.6) Subsitusikan kedua persamaan sehingga diperoleh (2.7) Dengan menggunakan penurunan persamaan gerak lurus berubah beraturan dan perumusan hukum II Newton akan diperoleh ⃗ = Dengan demikian, bentuk persamaan energi kinetik ( (2.8) ) dapat dituliskan menjadi (2.9) Dengan: = energi kinetik = massa benda = kecepatan benda Satuan energi kinetik ( ) adalah Joule. Sebuah gaya⃗⃗ yang besarnya tetap, diberikan pada sebuah benda bermassa . Usaha yang dilakukan oleh gaya ⃗ dapat mengubah energi kinetik benda dapat bertambah ataupun berkurang bergantung pada arah gaya yang bekerja pada benda. Perhatikan gambar 2.4.Sebuah benda bermassa m mula-mula bergerak dengan kecepatan pada bidang datar yang licin. Gambar 2.4 Sebuah gaya yang bekerja pada benda bermassa m. yang bergerak dengan kecepatan v 0. (Sumber: Belajar rumus fisika) Kemudian benda tersebut didorong dengan sebuah gaya ⃗⃗ dalam arah mendatar searah dengan . Setelah gaya bekerja selama waktu t tertentu, benda menempuh jarak . Hubungan antara perubahan energi kinetik benda terhadap usaha yang dilakukan oleh gaya ⃗⃗ dapat diturunkan sebagai berikut. Oleh karena ⃗⃗ searah dengan , maka (2.10) ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 12 ( ) = = Usaha yang dilakukan oleh gaya F adalah ⃗ (2.11) ⃗ (2.12) Subsitusikan nilai pada persamaan 11 dan nilai s pada persamaan 12 kedalam persamaan 13 sehingga diperoleh (2.13) ⃗ ⃗ (2.14) (2.15) (2.16) Jadi, untuk nilai gaya ⃗ yang konstan, usaha (W) yang dilakukan oleh gaya sama dengan perubahan energi kinetik rata-rata ( . Seorang anak menahan sesaat laju sebuah mobil mainan dengan massa m yang memiliki kecepatan awal di atas sebuah lantai mendatar. Ternyata, setelah mobil mainan itu memempuh jarak s, mobil mainan itu berhenti. Hal ini berati, gaya yang dialami oleh mobil mainan tersebut berlawanan arah dengan kecepatan awalnya sehingga mobil mengalami perlambatan dan akhirnya berhenti. Secara matematis, persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut. ⃗ ⃗ ⃗ ⃗ , dengan = 0 (berhenti) (2.17) Energi Potensial Gambar 2.5 Energi potensial adalah energi yang disebabkan oleh ketinggiannya (Sumber: Belajar fisika) Energi potensial adalah energi yang disebabkan oleh ketinggiannya. Contohnya seperti pada Gambar 2.5 Semua benda dititik A, B, C, dan D bermassa sama, tetapi ketinggiannya berbeda sehingga energi potensialnya berbeda. Massa A ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 13 memiliki energi potensial terbesar dan massa D memiliki energi potensial terkecil. Energi potensial juga dipengaruhi oleh massa benda. Semakin besar massanya maka energinya semakin besar. Dari penjelasan-penjelasan di atas, energi potensial dapat dirumuskan sebagai berikut: (2.18) dengan : Ep = energi potensial (joule) m = massa benda (kg) h = ketinggian (h) g = percepatan gravitasi (10 m/s2) Energi Potensial Gravitasi Energi potensial gravitasi adalah energi yang dimiliki benda karena kedudukan ketinggian dari benda lain. Secara matematis ditulis sebagai berikut. Ep = m g h Keterangan: Ep : energi potensial gravitasi (N) m : massa benda (kg) g : percepatan gravitasi (m/s2) h : ketinggian terhadap acuan (m) Energi potensial gravitasi tersebut adalah energi potensial benda terhadap bidang acuan yang terletak pada jarak h di bawah benda. Energi potensial gravitasi terhadap bidang acuan lain tentu saja berbeda besarnya. Misalnya, terhadap bidang acuan yang jaraknya h1, di bawah kedudukan benda, maka energi potensial gravitasinya adalah m g h1. Bidang acuan tidak harus berada di bawah kedudukan benda.Dapat saja dipilih bidangacuan yang letaknya di atas kedudukan benda. Dalam hal demikian energi potensial gravitasi memiliki nilai negatif. Namun, biasanya bidang acuan dipilih di bawah kedudukan benda. Gambar 2.6 Energi potensial gravitasi pada ketinggian h. (Sumber : Belajar Rumus Fisika) Energi potensial merupakan energi yang masih tersimpan atau tersembunyi pada benda, sehingga mempunyai potensi untuk melakukan usaha. Misalnya, sebuah benda dengan massa m diangkat dari permukaan tanah sampai ketinggian h dari tanah ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 14 (Gambar 2.6).Apabila percepatan gravitasi bumi g, maka gaya yang diperlukan untuk mengangkat benda adalah = W = mg. Jadi, usaha yang diperlukan untuk mengangkat benda setinggi h adalah: W= .h W= m.g.h Dengan demikian, benda yang berada pada ketinggianh mempunyai potensi untuk melakukan usaha sebesar W = m.g.h. Dikatakan benda tersebut mempunyai energy potensial gravitasi, yang besarnya: Ep = m.g.h dengan: Ep = energi potensial gravitasi ( J) m = massa benda (kg) g = percepatan gravitasi (m/s2) h = ketinggian benda (m) Apabila benda mula-mula berada pada ketinggian h1,karena gaya beratnya benda bergerak vertikal ke bawah hingga ketinggian h2 dari bidang acuan (Gambar 2.6). Besarnya usaha yang dilakukan oleh gaya berat adalah: W = m.g.h1 – m.g.h2 W = m.g.(h1 – h2) = -m.g(h2 – h1) W = - Ep (2.19) Sehingga usaha yang dilakukan oleh gaya berat merupakan selisih perubahan energi potensial benda tersebut. Energi Potensial Pegas Untuk menentukan berapa besar usaha yang diberikan untuk menarik atau meregangkan sebuah pegas, tinjau kembali hukum Hooke. Menurut hukum Hooke, ⃑ ⃑ (2.20) Dengan k adalah konstanta pegas. Jika pada awalnya pegas ditarik dengan gaya dan bertambah panjang , kemudian pegas ditarik dengan gaya dan bertambah panjang , dan ditarik kembali dengan gaya dan bertambah panjang , dan seterusnya, total usaha yang dilakukan untuk menarik pegas akan menjadi ⃗⃗⃗⃑ ⃑ ⃗⃗⃗⃗⃑ ⃗⃗⃗⃗⃑ + . . . . (2.21) Hasil kali , , , dan seterusnya masing-masing merupakan luas segiempat dengan tinggi dan seterusnya dengan alas , , , dan seterusnya. Jika , , ,dan seterusnya dibuat cukup kecil, usaha yang dilakukan oleh gaya F untuk menarik pegas hingga bertambah panjang adalah sama dengan luas segitiga dengan tinggi dan alasnya (2.22) ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 15 Usaha yang diberikan pada pegas ini akan tersimpan sebagai energi potensial pegas. Jadi, persamaan energi potensial pegas adalah (2.23) Gaya Konservatif dan Gaya Tidak Konservatif Usaha oleh Gaya Konservatif Amati sebuah pegas yang awalnya dalam keadaan tidak meregang. Kemudian pegas ditarik dengan sebuah gaya F sehingga pegas meregang atau bertambah panjang sebesar x, usaha yang dilakukan oleh pegas untuk melawan gaya F adalah , dengan k adalah konstanta pegas. Usaha berharga negatif karena arah gaya F berlawanan arah dengan arah regangan pegas. Untuk berbalik arah kembali keposisi semula, usaha yang dilakukan oleh gaya pegas adalah . Arah gaya F oleh pegas sekarang searah dengan arah perubahan panjang pegas sehingga usaha total yang dilakukan oleh gaya pegas adalah (2.24) Untuk kembali pada posisi semula sehingga Peristiwa serupa dapat kita amati pada sebuah benda karena pengaruh gaya gravitasi. Sebuah bola mula-mula berada di atas lantai. Kemudian, bola dilemparkan vertikal keatas dengan satu gaya tertentu melawan gaya berat bola sehingga bola mencapai ketinggian h. ketika bola naik, arah gaya berlawanan arah perpindahan bola sehingga usaha oleh gaya berat akan menjadi . Kemudian, bola bergerak kembali kebawah ke dudukan akhir yang sama dengan kedudukan awal. Oleh karena gaya searah dengan perpindahan bola, usaha yang dilakukan oleh gaya berat sekarang adalah . Usatotal yang dilakukan oleh gaya berat adalah = Usaha oleh Gaya Tidak Konservatif Usaha total yang dilakukan oleh gaya gesek adalah = +( (2.25) Tanda negatif (-) menunjukkan arah gaya gesek berlawanan dengan arah perpindahan benda. Jadi, usaha total yang dilakukan oleh gaya tidak konservatif untuk mengembalikan benda ke kedudukannya semula tidak sama dengan nol. Besarnya usaha yang dibutuhkan oleh gaya tidak konservatif bergantung pada lintasan yang dilaluinya. ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 16 Hukum Kekekalan Energi Mekanik Energi Mekanik di Bawah Pengaruh Gaya Gravitasi Energi mekanik sebuah benda adalah jumlah energi potensial dan energi kinetik dari benda tersebut. Besarnya energi mekanik dapat ditulis sebagai berikut. + (2.26) Secara umum, Hukum Kekekalan Energi Mekanik dapat dituliskan sebagai berikut. (2.27) Dengan: = energi potensial awal = energi kinetik awal = energi potensial akhir = energi kinetik akhir Dengan demikian, energi mekanik sebuah benda pada kedudukan (awal) sama dengan energi mekaniknya pada kedudukan (akhir). Seperti telah diuraikan sebelumnya, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.Energi itu kekal adanya. Energi hanya dapat diubah dari suatu bentuk energi kebentuk energi lainnya. Telah diketahui pula bahwa energi mekanik adalah jumlah energi kinetik ditambah energi potensial. Jika tidak ada gaya-gaya luar yang mempengaruhi sebuah benda, energi mekanik dari benda tersebut tetap.Keadaan tersebut disebut Hukum Kekekalan Energi Mekanik. (2.28) Energi Mekanik pada Gerak Roller Coaster Sebuah kelereng dengan massa m dilepaskan dengan kecepatan awal . Kelereng tersebut bergerak mengikuti bidang dalam sebuah lingkaran (seperti gerak pada roller coaster). Jika tidak ada gaya gesek yang menghambat kelereng tersebut, energi mekanik yang dimiliki oleh kelereng pada setiap kedudukannya adalah sama sehingga berlaku persamaan. Perhatikan gambar 2.9, jika di kedudukan terendah, yaitu kedudukan petama, dianggap energi potensial atau g h2 = 2R v1 ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 17 Gambar 2.9 Gerak Kelereng dalam Lintasan Melingkar , kedua ruas dikali 0+ Dengan sehingga √ Kecepatan kelereng minimum dikedudukan 2 Agar minimum, (2.29) harus minimum atau (2.30) √ Dengan mensubsitusikan nilai kedalam persamaan diperoleh √ (2.31) √ Dengan: = percepatan gravitasi bumi (m = jari-jari lingkaran lintasan kelereng (m) Jadi, kecepatan minimum kelereng pada kedudukan terendah atau kedudukan 1 agar dapat melakukan lingkaran penuh adalah √ . Jika kecepatan dikedudukan terendah kurang dari √ , kelereng tidak mampu melakukan lingkaran penuh. Teori ini dapat digunakan dalam melakukan analisis gerak roller coaster menggunakan konsep energi potensial dan hukum kekekalan energi. Jika kecepatan roller coaster pada kedudukan terendah tidak mencapai √ jangan harap roller coaster tersebut mampu mencapai kedudukan tertingginya. Energi Mekanik pada Gerak Parabola Ketika benda hendak bergerak (benda masih diam), Energi Mekanik yang dimiliki benda sama dengan nol. Ketika diberikan kecepatan awal sehingga benda melakukan gerakan parabola, bernilai maksimum (kecepatan benda besar) sedangakn bernilai minimum (jarak vertikal alias kecil). Semakin ke atas, kecepatan benda makin berkurang sehingga makin kecil, tetapi makin besar karena kedudukan benda makin tinggi dari permukaan tanah. Ketika mencapai titik tertinggi, bernilai maksimum ( maksimum), sedangkan bernilai minimum (hanya ada komponen kecepatan pada arah vertikal).Ketika kembali ke permukaan tanah, makin berkurang sedangkan makin besar dan bernilai maksimum ketika benda menyentuh tanah. Ketika menyentuh permukaan tanah, bernilai nol (karena = 0). Jumlah energi mekanik selama benda bergerak bernilai tetap, hanya selama ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 18 gerakan terjadi perubahan energi potensial menjadi energi kinetik dan sebaliknya. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jika dilihat dari masalah yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka adapun jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Rancangan Penelitian 1) Penyusunan perencanaan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi (pengamatan) dan evaluasi, 4) Refleksi. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA 5 SMAN 2 Kota Jambi Semester Ganjil pada pokok materi usaha dan enegi Tahun Ajaran 2014/2015. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 5 SMAN 2 Kota Jambi Tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Pengumpulan Data 1. Data kualitatif Menurut sugiono (2008), data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Adapun data kualitatif dalam penelitian ini adalah data tentang aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. 2. Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang dapat diukur langsung. Adapun data kuantitatif dalam penelitian ini adalah tentang tes hasil belajar siswa setiap akhir siklus. Analisis Data Analisis kualitatif untuk data hasil observasi mengenai keaktifan belajar siswa dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Zuriah (2005), yaitu sebagai berikut. N A = a x 100% (3.1) N dengan: A = aktivitas belajar siswa Na = jumlah siswa yang aktif N = jumlah siswa keseluruhan Kriteria aktivitas siswa antara lain: 0 < A ≤ 20%, tidak aktif ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 19 20 < A ≤ 40%, kurang aktif 40< A ≤ 60%, cukup aktif 60 < A ≤ 80%, aktif 80 < A ≤ 100%, sangat aktif Penilaian sikap dan penilaian keterampilan dilakukan setiap pertemuan setiap dalam setiap siklus saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format penilaian sikap dan keterampilan yang dilengkapi rubrik penilaian dengan menggunakan rating skala 1-4. Nilai akhir untuk penilaian sikap dan keterampilan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Kurniasih (2013), sebagai berikut. (3.2) Tabel 3.1 Konversi Nilai Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Predikat Nilai Kompetensi Pengetahuan Keterampilan A+ 4,00 4,00 A3,66 3,66 B+ 3,33 3,33 B 3,00 3,00 B2,66 2,66 C+ 2,33 2,33 C 2,00 2,00 C1,66 1,66 D+ 1,33 1,33 D 1,00 1,00 Tabel 3.2 Rentang Nilai Skor Hasil Konversi 4,00 3,66 3,33 3,00 2,66 2,33 2,00 1,66 1,33 1,00 Sikap SB B C K Predikat A+ AB+ B BC+ C CD+ D Data kuantitatif yang digunakan untuk mengamati penilaian hasil belajar siswa pada masing-masing siklus digunakan rumus yang dikemukakan oleh Nurkencana (dalam Puspitasari, 2011) dengan menggunakan persamaan berikut. S = ∑R - ( W O 1 ) x Wt (3.3) dengan: S = skor R = jumlah jawaban yang benar ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 20 W = jumlah jawaban yang salah Wt = bobot soal O = banyaknya option Nilai rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Sudjana (1992) sebagai berikut. Na ̅= N (3.4) dengan: ̅ = nilai rata-rata kelas Na= jumlah siswa yang aktif N = jumlah siswa keseluruhan Untuk menghitung presentase tingkat keberhasilan belajar digunakan persamaan yang dikemukakan oleh Arikunto (2009) sebagai berikut. (3.5) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Rincian peningkatan hasil belajar siswa dari aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe talking stick dengan media audio visual animasi mulai dari siklus I, siklus II dan siklus III dapat dilihat pada tabel berikut ini: No 1 2 Tabel 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Aspek Pengetahuan Jumlah atau persentase Variabel yang diamati SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III Nilai rata-rata siswa 2,89 (B-) 3,00 (B) 3,34 (B+) Jumlah siswa yang berhasil 9orang 13orang 17orang 59,5% No. 67,5% 75,79% Tabel 4.2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Aspek Sikap Jumlah atau persentase Variabel yang diamati SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III 1. Nilai rata-rata siswa 2,30 2,66 3,14 2. Jumlah siswa yang bersikap sosial kategori sangat baik (SB) - 2 orang 10% 15 orang 75% 3. Jumlah siswa yang bersikap sosial kategori baik (B) 10 orang 50% 12 orang 60% 5 orang 25% 4. Jumlah siswa yang bersikap 10 orang 6 orang - ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 21 kategori Cukup (C) 50% 30% - 5. Nilai rata-rata siswa untuk sikap spiritual 2,50 - 2,67 - 3,55 16 orang 6. Jumlah siswa yang bersikap spiritual sangat baik (SB) - - 16 orang 80% 7. Jumlah siswa yang bersikap sosial kategori baik (B) 9 orang 12 orang 4 orang 45% 60% 20% Jumlah siswa yang bersikap kategori Cukup (C) 11 orang 55% 8 orang 40 % - 8. No. Tabel 4.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Aspek Keterampilan Jumlah atau persentase Variabel yang diamati SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III 1. Nilai rata-rata siswa 2,44 2,75 3,40 2. Jumlah siswa yang mempunyai nilai keterampilan berpredikat A - - - 3. Jumlah siswa yang mempunyai nilai keterampilan berpredikat A- - - 5 orang 25% 4. Jumlah siswa yang mempunyai nilai keterampilan berpredikat B+ - 2 orang 10% 11 orang 55% 5. Jumlah siswa yang mempunyai nilai keterampilan berpredikat B 2 orang 10% 5 orang 25% 4 orang 20% 6. Jumlah siswa yang mempunyai nilai keterampilan berpredikat B- 8 orang 40% 7 orang 35% - 7. Jumlah siswa yang mempunyai nilai keterampilan berpredikat C+ 1 orang 5% 3 orang 15% - 8. Jumlah siswa yang mempunyai nilai 9 orang 45% 3 orang 15% - ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 22 keterampilan berpredikat C Berdasarkan ketiga tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada penerapan pembelajaran make-a match terjadi peningkatan hasil belajar dinilai dari aspek sikap dan keterampilan pada setiap siklus. Dan sudah dapat dikatakan efektif pada aspek pengetahuan. Hal ini dikarenakan hasil belajar fisika siswa pada aspek pengetahuan sudah mencapai KKM yaitu ≥ 75% dari jumlah siswa. Tabel 4.4 Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran Aktivitas yang diamati Siklus I Siklus II Siklus III jumlah % jumlah % Jumlah % Pendahuluan 1. Siswa menjawab salam guru. 20 100 20 100 20 100 2. Siswa membaca doa bersama20 100 20 100 20 100 sama. 3. Siswa memberitahukan teman 13 65 5 25 20 100 mereka yang tidak hadir 4. Siswa mempersiapkan 13 65 15 75 18 90 perlengkapan belajarnya dan siswa memperhatikan penjelasan guru. Kegiatan Inti 1. Siswa memperhatikan simulasi 8 40 12 60 16 80 dan membuat hasil diskusi sementara. (fase 1) 2. Siswa berusaha membuat 5 25 8 40 15 75 pertanyaan dan berani mengungkapkan rasa ingin tahunya. (fase 2) 3. Siswa menganalisis, 7 35 15 75 18 90 memecahkan masalah dan membuat catatan penting.(fase 3) 4. Siswa menjawab pertanyaan 10 50 11 55 16 80 guru dan menganalisa jawaban dengan benar.(fase 3) 5. Siswa mencatat tugas dan 5 25 13 65 15 75 berusaha menyelesaikan.(fase 4) 6. Siswa mendengar dan 5 25 15 75 20 100 memperhatikan guru. (fase 1) Penutup 1. Siswa memberikan ulasan 6 30 10 50 15 75 yang tepat mengenai konsep usaha dan mencatat kesimpulan kedalam buku catatan.(fase 5) Tabel 4.5 Rata-rata Peningkatan Aktivitas Siswa dalam PelaksanaanPembelajaran Variabel yang diamati Jumlah atau persentase Siklus I Siklus II Siklus III Rata-rata aktivitas belajar siswa 48,72% 65,45% 87,72% ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 23 Secara umum,peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswadapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini: Grafik Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Persentase 100 80 60 Aktivitas siswa 40 Hasil Belajar 20 0 Siklus I Siklus II Siklus III Gambar 4.1 Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa Dari gambar 4.1 di atasdapat dilihat dengan jelas bahwa telahterjadi peningkatan yang signifikan pada aktivitas dan hasil belajar siswa tiap siklusnya.Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa maka hasil belajar siswapun turut meningkat. Hasil ini membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dengan menggunakan media audio visual animasi dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Kota Jambi. . Pembahasan Hasil Penelitian Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa secara individu dapat terlihat seperti tabel hasil di atas. Dari hasil di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan mendapatkan hasil yang efektif pada aspek pengetahuan. Hasil ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada kegiatan latihan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada aspek sosial dan keterampilan di kelas XI IPA 5 SMAN 2 Kota Jambi. PENUTUP Kesimpulan Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dengan menggunakan media audio visual animasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa pada materi usaha dan energi di kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Kota Jambi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase peningkatan aktivitas siswa disetiap siklusnya. Pada siklus I, rata-rata persentase aktivitas adalah 48,72%. Rata-rata persentase aktivitas siswa meningkat menjadi 65,45% pada siklus II dan mengalami peningkatan lagi pada siklus III menjadi 87,72%. Peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga diiringi dengan peningkatan hasil belajar yang didapat ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 24 siswa tiap akhir siklus pembelajaran, di mana siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 59,5 (45%) dengan jumlah siswa sebanyak 9 orang, meningkat pada siklus II menjadi 67,5 (65%) dengan jumlah siswa sebanyak 13 orang, kemudian meningkat lagi pada siklus III menjadi 75,79 (85%) dengan jumlah siswayang berhasil sebanyak 17 orang. Untuk penilaian sikap sosial juga mengalami peningkatan dan berhasil mencapai KKM yaitu ≥ 2,66 pada setiap siklus. Rata-rata sikap sosial siswa pada siklus I yaitu 2,30, siklus II yaitu 2,66 dan siklus III yaitu 3,14. Pada penilaian sikap spiritual juga mengalami peningkatan pada setiap siklus, pada siklus I yaitu 2,50, siklus II yaitu 2,67 dan siklus III yaitu 3,55, hal ini menunjukkan bahwa nilai sikap spiritual pada setiap siklus sudah bersikap kategori baik dan sudah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ≥ 2,66. Dan pada penilaian keterampilan juga mengalami peningkatan padasetiap siklus. Penilaian keterampilan siswa pada siklus I nilai rata-rata siswa yaitu 2,44, siklus II yaitu 2,75 dan siklus III yaitu 3,40 dan sudah tergolong sangat baik. 5.2 Saran 1. Diharapkan kepada guru supaya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dengan menggunakan media audio visual animasi pada materi usaha dan energi, untuk membantu dan melatih siswa untuk belajar mandiri, berdiskusi, berbicara, mengemukakan pendapat, berfikir dan memahami konsep fisika sehingga hasil belajar fisika siswa meningkat. 2. Sebaiknya penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dengan menggunakan media audio visual simulasi dapat dilakukan pada konsep fisika lainnya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Asmani ma’mur jamal. 2013. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Jogjakarta:Diva Press Asyhar , Rayandra.2010.Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakata:Gaung Resada Djamarah Bahri Syaiful,dkk.2002.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta Ekawarna.2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Selatan:REFERENSI(GP Press Grup) Hamalik, Oemar.2010. kurikulum dan pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 25 Handayani, Sri, dkk. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Haryadi, Bambang.2009. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Isjoni .2009. Pembelajaran Cooperative. Bandung:Alfabeta Kamajaya.2004. Fisika untuk SMA Kelas II.Bandung:Grafindo Media Pratama Kanginan, Marthen.2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Erlangga Kurniasih, Imas, dkk.2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Surabaya:Kata Pena Lie,Anita.2000. Cooperative Learning.Jakarta: Grasindo Nasution. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Nurkencana.2008. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Gramesindo Nurrachmadani, setya. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Rooijakkers.2008.Mengajar dengan Sukses.Jakarta: Gramedia Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: ALFABETA Sardiman, A.M.2001. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Sarwono, dkk. Fisika Mudah dan Sederhana untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Slameto.2010.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Slavin.R.E.2005.Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media Subroto, Suryo.1997. Proses Belajar dan mengajar di sekolah. Jakarta Rineka Cipta ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 26 Sudjana.2010. Strategi Belajar dan Mengajar.Yogyakarta:Diva Press Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung:CV Alfabeta Suprijono,Agus.2013. Cooprative Learning:Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya:Pustaka Belajar. Su’ud,Zaki Eng.2009. Fisika SMA/MA kelas X. Jakarta:Bailmu Taniredja, dkk.2013. Model Pembelajaran Inovatif dan Kreatif. Bandung: Alfabeta Warsiti.Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick. Jambi:Universitas Jambi. ELDA NENGSIH: S1 PENDIDIKAN FISIKA 27