II. TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Untuk keperluan penyediaan listrik bagi pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan ini dihubungkan satu sama lain mempunyai inter relasi dan secara keseluruhan membentuk suatu sistem tenaga listrik. Yang dimaksud dengan sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat pembangkit tenaga listrik dan gardu induk (GI) yang satu sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi sehingga menjadi sebuah kesatuan interkoneksi[1]. Karena berbagai persoalan teknis tenaga listrik hanya dibangkitkan pada tempat – tempat tertentu. Sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan tenaga listrik tersebar diberbagai tempat. Tenaga listrik yang dibangkitkan dalam pusat – pusat pembangkitan kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan. Saluran transmisi tegangan tinggi di PLN kebanyakan mempunyai tegangan 66KV, 150KV, dan 500KV. Setiap GI sesungguhnya merupakan pusat beban untuk suatu daerah pelanggan tertentu, bebannya berubah – ubah sepanjang waktu sehingga daya yang [1] Dikutip dari “Operasi Sistem Tenaga Listrik” oleh Djiteng Marsudi. 7 dibangkitkan pada pusat – pusat pmbangkit juga selalu berubah. Perubahan beban dan prubahan pembangkitan daya ini juga menyebabkan aliran daya dalam saluran transmisi juga berubah sepanjang waktu. Dalam proses penyediaan tenaga listrik bagi para pelanggan tidak dapat dihindarkan timbulnya rugi – rugi dalamjaringan. Proses pembangkitan tenaga listrik termis memerlukan biaya bahan bakar yang tidak sedikit. Biaya bahan bakar serta rugi – rugi jaringan merupakan faktor – faktor yang harus ditekan agar menjadi sekecil mungkin dengan tetap memerhatikan mutu dan keandalan. B. Aliran Daya[2][3] Aliran daya adalah solusi dari kondisi operasi sistem tenaga listrik pada keadaan steady-state, yang memberikan gambaran dan dapat dijadikan batasan mengenai operasi sistem tenaga listrik yang dinamis. Studi aliran daya pada sistem tenaga listrik akan memberikan informasi tentang daya nyata (real power), daya reaktif (reactive power), tegangan dan sudut fasa pada sistem. Dalam sistem tenaga bus dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Bus PQ [2] Dikutip dari “Power System Analysis” Oleh Hadi saadat. Dikutip dari“Modern Power Systems Analysis” Oleh Xi Pan Wang, Yong Hua Song, Malcolm Irving. [3] 8 Tipe bus ini digunakan untuk bus beban, pada bus ini daya aktif(P) dan reaktif(Q) diketahui dan besaran yang dapat dihitung pada bus ini adalah tegangan(V) dan sudut(δ) 2. Bus PV pada bus ini daya aktip (P) dan tegangan (V) ditentukan sebagai variabel yang diketahui. Secara umum bus dari pembangkit listrik dapat disebut sebagai bus PV, karena tegangan pada bus ini dapat dikontrol dengan kapasitas daya reaktif yang dibangkitkan. Besaran yang dihitung pada bus ini adalah daya reaktif (Q) dan sudut tegangan (δ). 3. Slack Bus Slack Bus sering juga disebut dengan swing bus. Besaran yang diketahui dari bus ini adalah tegangan (V) dan sudut (δ). Suatu sistem tenaga biasanya didesain memiliki bus ini yang dijadikan sebagai referensi, secara umum besaran dari sudut ini adalah nol (δ= ). Besaran yang dapat dihitung dari bus ini adalah daya aktip dan reaktif. Pada saluran transmisi tiga fasa dalam keadaan seimbang yang menghubungkan bus I dan j seperti gambar 1,dengan mengasumsikan bahwa tegangan bus adalah dan , dan impedansi saluran adalah tiap fasa. 9 Bus i Bus j Z = R + jX I S ij Sji + - Vi Vi i + V j V j j - Gambar 1. Diagram satu garis saluran transmisi. Daya komplek tiap fasa yang dikirim dari bus j ke bus i dapat dinyatakan sebagai (2.1) (2.2) dimana (2.3) Dengan mensubtitusi persamaan (2.1) dan (2.2) dengan (2.3) diperoleh | | dan | || | (2.4) 10 | | | || | (2.5) Sudut fasa antara tegangan dua bus adalah (2.6) Maka daya aktif dan reaktif dapat dituliskan sebagai berikut | | | || | | || | (2.7) | | | || | | || | (2.8) | | | || | | || | (2.9) | | | || | | || | (2.10) untuk Pada umumnya impedansi pada saluran jauh lebih besar daripada reaktansi sehingga reaktansi dapat diabaikan, maka persamaan menjadi | || | | | (2.11) | || | (2.12) dan | || | | | (2.13) | || | (2.14) 11 Pada sistem multi-bus, ada beberapa metode yang umum digunakan, yaitu metode Gauss-Seidel, Fast Decoupled dan Newton-Raphson. pada tugas akhir ini yang akan dibahas adalah menggunakan metode Newton-Raphson. Metode Newton-Raphson secara luas digunakan untuk persamanan non-linear pada sistm tenaga yang lebih besar karena lebih praktis. Jumlah iterasi yang dibutuhkan sedikit untuk memperoleh pemecahan berdasarkan ukuran sistem. Metode ini lebih disukai karena konvergensinya lebih cepat dan persamaan aliran dayanya dirumuskan dalam bentuk polar. Untuk persamaan non-linier yang diasumsikan memiliki sebuah variable sperti persamaan (2.15) Dengan menggunakan deret Taylor persamaan tersbut dapat dijabarkan menjadi (2.16) turunan pertama dari persamaan tersebut diabaikan, untuk pendekatan linear menghasilkan persamaan (2.17) Dari (2.18) 12 Untuk mengatasi kesalahan notasi, maka persamaan menjadi (2.19) Dimana: pendekatan perkiraan = pendekatan pertama Oleh karena itu, rumus dapat dikembangkan sampai iterasi terakhir (k+1) menjadi (2.20) (2.21) (2.22) (2.23) Pada sistem multi bus persamaan daya aktif dan reaktif adalah ∑ ∑ | || | || || || | ( | ) ( (2.24) ) (2.25) Kedua persamaan diatas merupakan langkah awal perhitungan aliran daya menggunakan metode Newton Raphson. Penyelesaian aliran daya menggunakan proses iterasi (k+1). Untuk iterasi pertama (1) nilai k = 0, merupakan nilai perkiraan awal (initial estimate) yang ditetapkan sebelum dimulai perhitungan 13 aliran daya. Hasil perhitungan aliran daya menggunakan persamaan (2.24) dan (2.25) dengan nilai Pi(k) dan Qi(k). hasil nilai ini digunakan untuk menghitung nilai (2.26) Pi(k) dan Hasil perhitungan Qi(k) digunakan untuk matrik jacobian pada persamaan: | | | | | | | | * | [ | | [ * | | | (2.27) | ] [ + +] |] Persamaan (2.27), dapat dilihat bahwa perubahan daya berhubungan dengan perubahan besar tegangan dan sudut fasa. Secara umum persamaan (2.27) dapat disederhanakan menjadi [ ] [ ][ ] [ ] (2.28) Besaran elemen matriks Jacobian Element matrix jacobian ∑ | | || || || || | | ( ( ) ) (2.29) (2.30) 14 Element matrix jacobian | | | | | ∑ | || | | || | ( || | ( ) ) (2.31) (2.32) Element matrix jacobian ∑ | | || || || || | | ( ) ( (2.33) ) (2.34) Element matrix jacobian | | | | | || | | || | ∑ | || | ( – ) (2.35) (2.36) Setelah nilai matrik Jacobian dimasukkan kedalam persamaan (2.28) maka nilai dan | | [ | | ] Setelah nilai [ dapat dicari dengan menginversikan matrik Jacobian menjadi ] [ dan | | dicari dengan menggunakan nilai ] (2.37) diketahui maka nilai dan | | dan | | kedalam persamaan dapat 15 (2.38) | | | | Nilai dari | | dan | | (2.39) adalah hasil perhitungan pada iterasi pertama dan selanjutnya digunakan kembali untuk perhitungan sampai iterasi ke- n. C. Dampak Dari Pemasangan Kapasitor Seri dan shunt[4] Fungsi utama dari pemasangan kapasitor seri dan shunt adalah untuk mengurangi rugi – rugi daya pada saluran, dan jatuh tegangan pada titik dimana dipasang kapasitor. Pada dasarnya kapasitor shunt digunakan untuk merubah power factor (pf) beban, sedangkan kapasitor seri digunakan untuk mengkonpensasi reaktansi induktif saluran. 1. Penggunaan Kapasitor Seri. Ketika menggunakan kapasitor seri, maka kapasitor dihubungkan secara seri dengan saluran. Kapasitor seri digunakan secara terbatas pada jaringan. Hal ini karena kapasitor seri memiliki masalah tentang batas/range peralatan yang dapat digunakan. Oleh karena itu pada umumnya pemasangan kapasitor seri ini [4] Dikutip dari “Alokasi Kompensasi Daya Reaktif pada Saluran Distribusi 20 KV Untuk Mengurangi Rugi-Rugi Daya Menggunakan Metode Logika Fuzzy.pdf” Oleh Bakti Suprihadi. 16 biasanya digunakan untuk saluran yang tidak terlalu luas, sehingga kapasitansi kapasitor yang dihasilkanpun akan kecil. Akan tetapi pemasangan kapasitor seri ini juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan kapasitor shunt yaitu kapasitor seri akan lebih banyak menghasilkan kenaikan tegangan dari kapasitor shunt pada faktor daya (pf) yang kecil. Berikut ini adalah gambar rangkaian ekivalen saluran dan gambar diagram fasor ketika saluran dikompensasi oleh kapasitor seri. R L C VR Vs IX C Vs I Vz VR IX L IR Gambar 2. Rangkaian ekivalen dan diagram fasor kapasitor seri. Gambar diatas menunjukkan diagram fasor kompensasi kapasitor seri pada saat pf lagging ( beban Iinduktif ). Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa setelah dikompensasi seri impedansi saluran menjadi; (2.40) 17 Drop tegangan dapat dinyatakan dengan rumus (2.41) Sedangkan drop tegangan setelah dipasang kapasitor seri menjadi (2.42) dengan pemasangan kapasitor seri maka besarnya jatuh tegangan yang diakibatkan oleh reaktansi induktif pada saluran dapat ditekan. 2. Penggunaan Kapasitor Shunt / Paralel Sama halnya seperti kapasitor seri shunt menghasilkan daya reaktif untuk memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran. Pemasangan kapasitor shunt pada saluran akan mengakibatkan magnitude dari arus sumber dapat dikurangi, sehingga besarnya faktor daya ( pf ) dapat diperbaiki. Perbaikan faktor daya ini akan mengakibatkan besarnya jatuh tegangan antara sisi kirim dan sisi terima dapat dikurangi. Berikut ini gambar rangkaian ekivelen saluran dan gambar diagram fasor ketika saluran dikompensasi oleh kapasitor shunt. 18 L R Vs VR C Vs I I 'z C I' I VR I 'X L I 'R Gambar 3. Rangkaian ekivalen dan diagram fasor kapasitor shunt. Pada factor daya lagging drop tegangan dapat dinyatakan (2.43) Setelah kapasitor terpasang drop tegangan menjadi (2.44) dengan mengkompensasi kapasitor shunt pada saluran, maka magnitude arus sumber dapat dikurangi, sehingga besarnya faktor daya dan jatuh tegangan pada saluran dapat dikurangi. 19 D. Voltage Source Converter ( VSC )[5]. Fungsi utama dari VSC adalah untuk menghasilkan tegangan AC ke DC ataupun sebaliknya. VSC yang ditunjukkan pada Gambar 5 terdiri dari enam IGBTs, dengan dua IGBTs ditempatkan pada setiap kaki. Selain itu, masing – masing IGBT dilengkapi dengan dioda yang terhubung antiparalel yang berpungsi untuk pembalikan tegangan. Meskipun tidak diperlihatkan, tetapi dalam VSC terdapat modul kontrol switching yang digunakan untuk mengontrol urutan switching perangkat semikonduktor VSC, ini bertujuan untuk menghasilkan gelombang tegangan output yang sedekat mungkin dengan gelombang sinusoidal, dengan pengendalian daya tinggi dan loss switching sekecil mungkin. Gambar 4. Voltage Source Converter 3 fasa dengan IGBT. [5] “FACTS Modeling and Simulation in Power Networks”. oleh Enrique A., Claudio R., Hugo A., Cesar A. Wiley. 20 E. Unified Power Flow Control(UPFC)[6][7] Peralatan yang dapat digunakan dalam mengatur aliran daya listrik pada saluran transmisi adalah peralatan Flexibel Automatic Current Transmission System (FACTS), UPFC adalah salah satu peralatan FACTS yang paling kompleks. konsep dari UPFC pertama kali diusulkan oleh Gyugi pada tahun 1991.Dalam konsep aliran daya, UPFC mampu mengontrol secara bersamaan atau secara selektif semua parameter-parameter yang mempengaruhi aliran daya pada saluran transmisi yaitu; tegangan, impedansi, dan sudut fasa. Sebanding dengan kelebihan tersebut, UPFC merupakan alat pngendali yang paling mahal. Sama halnya dengan perangkat FACTS yang lainnya, efektivitas UPFC juga tergantung dengan letak pemasangannya pada sistem tenaga listrik. Secara keseluruhan UPFC memiliki lima kelebihan dibanding perangkat lainnya. 1. Meningkatkan kapasitas saluran. 2. Dapat mengalirkan daya secara langsung pada saluran transmisi. 3. Kemampuan meredam osilasi. 4. Kemudahan mengatur tegangan. 5. Dapat mengontrol daya aktip dan reaktip. UPFC terdiri dari dua konverter sumber tegangan dengan menggunakan GTO (Gate Turn-Off) thyristor dengan rangkaian DC yang terdiri dari kapasitor penyimpan tegangan. UPFC dapat digambarkan sebagai alat yang terdiri dari rangkaian seri dan rangkaian paralel. Setiap konverter secara independen [6] [7] “Understanding FACTS”. Oleh Narain G. Hingorain, Laszlo Gyugi. IEEE Press. “Mathematical modeling and analysis of a unified power flow controller” . Oleh A. Mete Vural, Mehmet Tumay. ScientDirect. 21 menghasilkan atau menyerap daya reaktif. Pengaturan ini dapat menghasilkan aliran bebas dari daya aktif pada masing-masing arah antara terminal AC dari dua konverter. Pi i Pj j Bus j Bus k Bus i Transformator Vi Vj Transformator 1 Konventer Vk 2 Konverter Gambar 5. Skema dasar UPFC. Fungsi dari konverter paralel adalah untuk menyuplai daya aktif yang dibutuhkan oleh rangkaian seri konverter tersebut yang terhubung dengan terminal AC melalui transformator yang terhubung paralel. Konverter paralel juga dapat menghasilkan atau menyerap daya reaktif, sehingga dapat menyediakan konpensasi paralel reaktif pada jaringan. Konverter yang terhubung seri berfungsi untuk menginjeksikan tegangan AC dengan magnitud dan sudut phasa yang terkontrol. Bentuk dari kontrol dasar menandakan suatu sistem kontrol yang memungkinkan peralatan itu untuk menyesuaikan perubahan pada nilai referensi dari suplay daya aktif dan reaktif dari kontrol loop luar pada sistem transmisi. 22 1. Prinsip kerja UPFC UPFC memakai dua converter sumber tegangan yang dioperasikan bersama-sama dengan kapasitor DC seperti gambar6. Gambar 6. Diagram UPFC. Gambar 7. Model converter UPFC. Susunan ini sebenarnya merupakan bentuk praktis dari sebuah konverter AC ke AC dengan parameter masukan dan keluaran yang berdiri sendiri (terpisah). 23 konverter 2 yang dipakai pada skema diatas menunjukkan pembentukan tegangan pada frekuensi dasar antara dan sudut fasa ditambahkan ke terminal tegangan dari sistem AC dengan amplitudo bervariasi yang kemudian melalui transformator yang terkopling (diinjeksikan) seri. Dengan ketentuan ini, keluaran konverter yaitu tegangan yang diinjeksikan secara seri dengan jaringan transmisi dapat digunakan untuk mengontrol tegangan secara langsung, kompensasi seri, dan penggeser fasa. Tegangan keluaran konverter yang seri dengan jaringan transmisi bersifat seperti sebuah sumber tegangan AC. Arus yang mengalir melewati sumber tegangan AC adalah arus jaringan transmisi daya listrik terkirim dan impedansi jaringan transmisi. Rating VA dari sumber tegangan yang diinjeksikan diperoleh dengan mengalikan antara tegangan injeksi maksimum dan arus jaringan maksimum pada daerah yang kontrol aliran dayanya tetap terjaga. Total VA ini terdiri dari dua komponen,pertama adalah daya aktif maksimum yang ditentukan oleh arus jaringan maksimum dan komponen dari tegangan injeksi maksimum yang sefasa dengan arus ini, dan yang kedua adalah daya reaktif maksimum yang ditentukan oleh arus jaringan maksimum dan komponen tegangan injeksi maksimum yang kuadratur dengan arus jaringan. Konverter sumber tegangan yang dipakai pada implementasi diatas dapat secara internal menghasilkan atau menyerap daya reaktif pada terminal AC yang dibutuhkan dengan aplikasi kontrol terhadap tegangan, impedansi, dan sudut-fasa, kebutuhan daya nyata hanya disediakan pada terminal masukan DC. 24 Konverter 1 (terhubung secara shunt/paralel) digunakan terutama untuk menyediakan daya nyata yang dibutuhkan oleh konverter 2 bersama dengan terminal DC link dari sistem tenaga. Konverter 1 juga dapat menghasilkan atau menyerap daya reaktif pada terminal AC, secara independen dari transfer daya nyata dari atau ke terminal DC, hal ini menunjukkan bahwa dengan kontrol yang lebih baik, ini dapat memenuhi fungsi dari sebuah kompensator Var statik, yang memberikan kompensasi daya reaktif untuk jaringan transmisi dan kemudian melakukan sebuah regulasi tegangan secara tak langsung pada terminal masukan dari UPFC. Konverter 1 menyediakan daya nyata ke kapasitor DC link (yang dibutuhkan oleh inverter 2) dan menyediakan kompensasi reaktif shunt pada jaringan transmisi. Aliran daya nyata yang keluar atau masuk ke kapasitor DC link dikontrol oleh pertukaran daya nyata antara konverter dan sistem tenaga AC. Pertukaran daya nyata ini dihasilkan oleh beda fasa antara konverter dan sistem tenaga AC. Sebaliknya, pertukaran daya reaktif, merupakan hasil dari kompensasi jaringan, yang ditentukan oleh perbedan amplitudo antara konverter dan sistem tenaga AC. Jika perbedaan ini nol (tegangan konverter dan tegangan sistem AC mempunyai amplitudo yang sama), perpindahan daya reaktifnya juga nol, jika positif, konvertermenghasilkan daya reaktif untuk sistem AC, dan jika ngatif, konverter menyerap daya reaktif dari sistem AC. Perbedaan tegangan yang diperlukan untuk memenuhi keluaran Var ditentukan secara dominan oleh leakag-impedance dari transformator kopling, yang tidak boleh melibihi ±15% dari tegangan nominal sistem. Kemudian, untuk mengontrol daya nyata dan daya reaktif secara 25 independen, tegangan nominal DC link harus cukup tinggi untuk menghasilkan tegangan keluaran AC dari konverter 1 dengan maksimum amplitudo 15% lebih tinggi dari yang ada di sistem tenaga AC pada bagian sekunder dari transformator kopling 2. Operasi Kontrol UPFC[8]. UPFC memiliki beberapa modus operasi kontrol, baik pada konverter shunt maupun konverter seri. Pada konverter shunt mirip dengan kontrol yang terdapat pada Static Synchronous Compensator (STATCOM), sedangkan converter seri mirip dengan Static Synchronous Series Compensator(SSSC). Gambar 8. Struktur kontrol UPFC. Sumber: Understanding FACTS.pdf. IEEE Press, 1999 [8] “Enhancing the Performace of FACTS by Computational Intlligence”. Oleh Ahmed Mohamed Othman. Aalto University publication. 26 Secara Khusus konverter paralel beroperasi untuk menginjeksikan arus kedalam saluran transmisi. Konverter paralel dapat dikontrol dalam dua modus yang berbeda, yaitu: a. Modus Kontrol VAR: adalah masukan referensi berupa induktif atau kapasitif. Konverter paralel akan menerjemahkan referensi var sesuai dengan arus permintaan konverter paralel. Untuk modus ini mewakili sinyal umpan balik tegangan bus Vdc. b. Modus Kontrol Tegangan Otomatis: Arus reaktif konverter paralel secara otomatis diatur untuk menjaga tegangan saluran transmisi pada titik koneksi kenilai referensi. Untuk modus kontrol ini, sinyal umpan balik tegangan diperoleh dari bus akhir pengiriman melalui transformator paralel. Gambar 9. Block diagram kontrol shunt UPFC. kopling 27 Konverter seri mengontrol besar dan sudut tegangan yang disuntikkan secara seri dengan saluran untuk mempengaruhi aliran daya pada saluran transmisi. Nilai aktual dari tegangan yang disuntikkan dapat diperoleh dengan beberapa cara. a. Modus injeksi tegangan secara langsung: Referensi masukan besaran dan sudut fasa secara langsung dari tegangan seri. b. Modus pergeseran sudut pasa: adalah referensi masukan perubahan fasa antara tegangan ujung pengiriman dengan tegangan ujung penerima. c. Modus impedansi saluran: adalah referensi masukan nilai impedansi untuk memasukkan secara seri dengan impedansi saluran transmisi. d. Modus kontrol aliran daya otomatis: referensi masukan adalah nilai-nilai P dan Q untuk dipertahankan pada saluran transmisi meskipun perubahan sistem. Gambar 10. Block diagram kontrol seri UPFC. 28 3. Representasi Matematis dengan UPFC[9] UPFC dapat di representasikan dalam kondisi steady state dengan dua sumber tegangan merepresentasikan komponen pundamental pada gelombang tegangan dari dua konverter impedansi yang melekat pada reaktansi pada dua kopling transformator. Gambar 11 melukiskan model sumber tegangan UPFC. Tegangan pada bus i diasumsikan sebagai vektor referensi sumber tegangan dari r dan dan dan dapat dikontrol magnitud dan sudut pasanya. Nilai ditentukan dengan batasan yang spesifik seperti pada persamaan (2.20) dimana r dan adalah kontrol magnitud dan sudut dari . (2.45) dapat digambarkan sebagai: (2.46) Model matematis UPFC dalam kondisi steady state dapat dikembangkan dengan menambahkan sumber tegangan dengan sumber arus saluran transmisi, dimana . diparalel dengan (2.47) [9] “Mathematical modeling and analysis of a unified power flow controller: A comparison of two approaches in power flow studies and effects of UPFC location”. Oleh A. Mete Vural, Mehmet Tumay. IEEE. 29 Bus j Bus i I X ij se IL V se Vj Vi Vi ' X sh Vsh Gambar 11. Model dua sumber tegangan UPFC. Sumber arus dapat dimodelkan dengan menginjeksikan daya pada dua bus tambahan i dan j seperti ditunjukkan pada gambar 12. Bus i Vi bse 1/ xse Bus j Vj I se Gambar 12. Penempatan sumber tegangan seri dan arus (2.48) (2.49) Daya injeksi dan dapat disederhanakan dengan mensubtitusikan persamaan (2.46), dan (2.47) kedalam persamaan (2.48) (2.50) 30 Dengan menggunakan metode euler. ( , persamaan (2.50) akan menjadi: (2.51) [ ] (2.52) Dengan menggunakan identitas trigonometri, persamaan (2.52) berkurang menjadi (2.53) Persamaan (2.53) dapat dibagi menjadi komponen real dan imajiner, , dimana (2.54) (2.55) Modifikasi yang sama dapat diterapkan pada persamaan (2.49). Persamaan akhir akan menjadi: (2.56) Persamaan 20 dapat dibagi menjadi komponen real dan imajiner: , dimana (2.57) (2.58) 31 Berdasarkan persamaan (2.54), (2.55), (2.57), dan (2.58). model injeksi daya dari sumber tegangan yang dihubungkan seri dapat terlihat sebagai ketergantungan daya injeksi pada bus – bus tambahan i dan j, seperti yang ditunjukkan pada gambar 13. Bus j Bus i x se Vi Vj P js jQ js Pis jQ is Ekuivalen injeksi daya ekuivalen injeksi daya cabang seri pada bus j Cabang paralel bus i Gambar 13. Ekuivalen injeksi daya pada cabang seri. Pada UPFC, cabang paralel digunakan untuk menyediakan daya nyata, yang diinjeksi ke sistem melalui cabang seri, dan total rugi – rugi dalam UPFC. Total rugi – rugi daya switching pada dua konverter diperkirakan sekitar 2% dari daya yang di transfer, untuk thyristor pada converter PMW. Jika rugi daya dimasukkan kedalam injeksi daya nyata pada sumber tegangan yang dihubungkan paralel pada bus i, sebesar 1.02 kali injeksi daya nyata seri melalui sumber tegangan yang dihubungkan seri pada sistem. (2.59) Suplai daya nyata yang melalui converter seri dapat dihitung sebagai: ( ) (2.60) 32 Suplay daya aktif dan reaktif yang melalui converter seri dapat dihitung dari persamaan (2.60). (( ) ) ( (2.61) ) (2.62) (2.63) (2.64) Bentuk ahir dari persamaan (2.64) dapat ditulis menjadi , dimana (2.65) (2.66) Daya reaktif yang dikirim atau diserap mlalui konverter 1 diabaikan pada model ini, tetapi epeknya dapat dimodelkan sebagai sumber reaktif paralel dengan pengontrol terpisah. Pada kasus ini, fungsi utama dari daya reaktif adalah untuk menjaga level tegangan pada bus i dalam batas yang ditentukan. Berdasarkan penjelasan diatas , dapat diasumsikan 0. Konsekuensinya, model matematis UPFC dalam kondisi steady state dibentuk dari model sumber tegangan yang dihubungkan seri dengan penambahan ekuivalen daya injeksi pada ke bus j, seperti pada gambar 14. 33 . Gambar 14. Ekuivalen daya injeksi pada cabang paralel. Selanjutnya, model matematis stady state UPFC dapat dibentuk dengan mengkombinasi daya injeksi seri dan paralel pada bus i dan j seperti ditunjukkan pada gambar 15. Bus j Bus i Vi Pi ,upfc jQ i ,upfc X se Vj Pj ,upfc jQ j ,upfc Gambar 15. Model matematis steady state UPFC Elemen – elemen ekuivalen injeksi daya pada gambar 15. yaitu: (2.67) (2.68) 34 (2.69) (2.70) Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan pengaruh UPFC terhadap aliran daya aktif disaluran dengan variasi dari 0 sampai dan r dari 0 sampai Gambar 16. Variasi daya aktif ( P ) terhadap r dan . Gambar 17. Variasi daya reaktif ( Q ) terhadap daya aktif ( P ). Sumber: M. Noroozian, L Angquist, M. Ghandari, G. Anderson. “Use of UPFC for Optimal Power Flow Control”. IEEE. 1997. . 35 F. Optimal Power Flow[10][11] Ide dari optimal power flow pertama kali dikembangkan pada tahun 1960an sebagai kelanjutan dari economic dispatch konvensional untuk menentukan pengaturan optimal dari variabel-variabel yang dibatasi berbagai macam konstrain. Pada studi aliran daya konvensional, nilai variabel kontrol telah ditentukan sebelumnya. Namun pada OPF, nilai dari beberapa atau semua variabel kontrol harus dicari terlebih dahulu untuk menemukan nilai maksimum/minimum suatu objective. OPF yang paling umum, biasanya digunakan untuk meminimalkan suatu objective function F(x,u) yang memenuhi batasan-batasan g(x,u)=0 dan h(x,u) ≤ 0, di mana g(x,u) merepresentasikan nonlinear equality constraints (persamaan aliran daya) dan h(x,u) adalah nonlinear inequality constraints. Dimana faktor u meliputi variabel control yang meliputi daya aktif dan magnitude tegangan, dan sudut pasanya serta parameter kontrol UPFC yang terdiri dari variabel control injeksi tegangan r dan sudut pada converter seri. Faktor x meliputi daya aktif dan reaktif pada swingbus, sudut tegangan dan daya reaktif dari generator serta magnitude tegangan dan sudut pada bus beban. Adapun jenis-jenis penggunaan OPF yang sering digunakan dewasa ini, di antaranya [10] “Modelling of Optimal Unified Power Flow Controller (OUPFC) for optimal steady-state performance of power systems”. A. lashkar Ara, A. Kazemi, S.A, Nabavi N. Science Direct [11] “Fuzzy Multi-Objective Optimal Power Flow Considering Upfc”. Jamshid A., Afshin L. A., Misam S. ICIC International 36 OPF untuk meminimalkan biaya pembangkitan OPF untuk meminimalkan losses daya aktif OPF untuk perencanaan daya reaktif (VAr) dan sebagainya 1. OPF Untuk Meminimalkan Biaya Operasi Secara umum bntuk OPF untuk menyelesaikan permasalahan economic dispatch, yaitu meminimalkan biaya pembangkitan dengan menggunakan persamaan berikut: Fungsi Objektif ∑ ∑ (2.71) Persamaan keseimbangan daya: ∑ (2.72) ∑ (2.73) Batasan untuk kapasitas pembangkit: (2.74) (2.75) 37 Batasan Tegangan: (2.76) Batasan termal transmisi: (2.77) Dimana: GC : total biaya pembangkitan : koefisien biaya pembangkitan : biaya pembangkitan unit i : admitansi saluran m-n : magnitude tegangan bus m , : sudut fasa tegangan bus m dan n : besar pembangkitan daya aktif dan reaktif pada bus i : beban daya aktif dan reaktif pada bus i : aliran daya saluran l 2. OPF Untuk Meminimalkan Losis Saluran Fungsi objektif untuk meminimalkan loss daya aktif pada saluran transmisi dapat dituliskan sebagai berikut ∑ (2.78) 38 Dimana adalah losis daya aktif pada saluran, adalah nomor dari saluran transmisi. Berdasarkan persamaan aliran daya losis daya aktif dapat dituliskan sebagai berikut. ∑ ∑ (2.79) Untuk persamaan keseimbangan daya aktif dan reaktif pada bus yang dipasang perangkat UPFC dapat di representasikan sebagai berikut ∑ ∑ Dimana dan dan (2.80) (2.81) adalah daya aktif dan reaktif yang dibangkitkan pada bus i. Adalah beban daya aktif dan reaktif pada bus i. dan adalah daya aktif dan reaktif yang di injeksikan oleh perangkat UPFC pada bus. Adapun batasan dari UPFC adalah sebagai berikut Daiman r dan adalah parameter control dari UPFC.