PENGARUH PENGGUNAAN BAKTERI Zymomonas mobilis DAN RAGI TAPE UNTUK FERMENTASI DALAM PEMBUATAN BIOETANOL DARI SAMPAH BUAH TOMAT THE EFFECTS OF THE USAGE OF Zymomonas mobilis BACTERIA AND TAPAI YEAST FOR FERMENTATION IN THE PRODUCTION OF BIOETHANOL FROM TOMATO WASTE Nurul Faizah1) dan Wahyono Hadi2) Teknik Lingkungan, ITS Gedung Teknik Lingkungan Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email: 1)[email protected]; 2)[email protected] ABSTRAK Buah tomat dapat digunakan sebagai bahan baku bioetanol karena mengandung karbohidrat. Bioetanol sendiri dapat digunakan sebagai bahan pengganti minyak bumi dalam memenuhi kebutuhan energi dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji kadar bioetanol yang dihasilkan dari fermentasi sampah buah tomat dan menentukan kondisi terbaik untuk menghasilkan kadar bioetanol tertinggi dalam pembuatan bioetanol dari sampah buah tomat. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi asam sulfat yang digunakan dalam proses hidrolisis (0%; 0,5%; 1% dan1,5%). Untuk proses fermentasi dilakukan dengan variasi mikroba fermentasi (Zymomonas mobilis dan ragi tape) dan lama fermentasi yaitu 0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9 hari. Hasil dari penelitian ini didapatkan kadar bioetanol pada proses fermentasi dengan inokulum Zymomonas mobilis berkisar antara 0,07-9,98%. Sedangkan untuk inokulum ragi tape berkisar antara 0,13-6,30%. Sedangkan kondisi terbaik didapatkan dari perlakuan penambahan asam sulfat konsentrasi 1%, menggunakan inokulum Zymomonas mobilis dan lama fermentasi 6 hari yaitu dengan kadar bioetanol yang dihasilkan sebesar 9,68%. Kata Kunci: Sampah buah tomat, bioetanol, Zymomonas mobilis, ragi tape ABSTRACT Tomatoes can be used as a raw material of bioethanol because it contains carbohydrates. Ethanol itself can be used as a substitute for petroleum in the world's energy needs. The purpose of this study was to test the levels of bioethanol produced from the fermentation of waste tomatoes and determine the best conditions to produce the highest levels of bioethanol in the manufacture of bioethanol from waste tomato fruit. The research was conducted by varying the concentration of sulfuric acid used in the process of hydrolysis (0%, 0,5%, 1% dan 1, 5%). For the fermentation carried out with variation of microbial fermentation (Zymomonas mobilis and tapai yeast) and a long fermentation is 0 days, 3 days, 6 days and 9 days. The results of this study found levels of ethanol in the fermentation with Zymomonas mobilis inoculum ranged from 0,07 to 9,98%. As for the tapai yeast inoculum ranged from 0,13 to 6,30%. While the best conditions obtained from the addition of sulfuric acid treatment concentration of 1%, using Zymomonas mobilis inoculum and duration of fermentation is 6 days with high levels of ethanol that is produced by 9,68%. Keyword: Rubbish tomatoes, bioethanol, Zymomonas mobilis, tapai yeast PENDAHULUAN Sampai saat ini permasalahan energi menjadi salah satu permasalahan utama di dunia. Hal ini dikarenakan sumber utama energi dunia umumnya berasal dari energi-energi tak terbarukan seperti minyak bumi dan gas alam. Pada tahun 2005, minyak memegang kendali sebesar 39,2% dari total kebutuhan energi dunia. Proporsi ini jauh di atas gas (23,0%), bahan padat (27,6%), bahkan energi terbarukan (10,2%) (Negara, 2011). 1 Di Indonesia, pasokan energi nasional juga sangat tergantung pada minyak bumi. Presentase konsumsinya terhadap total pemakaian energi merupakan yang terbesar dan terus mengalami peningkatan. Laju konsumsi bahan bakar minyak nasional cukup tinggi yaitu sekitar 6-7% per tahun (Broto dan Richana, 2006). Padahal cadangan energi minyak bumi semakin menipis dan produksi minyak bumi pun semakin menurun. Pada tahun 2000 produksi minyak bumi sebesar 517. 415.696 barel dan angka ini terus menurun hingga pada tahun 2007 produksi minyak bumi sebesar 347.493.172 barel. Sedangkan konsumsi rata-rata per tahun dari tahun 2000 sampai 2007 yaitu sebesar 361. 969. 842,9 barel. Diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan kurang dari 15 tahun (Indomigas, 2009). Untuk mengatasi masalah itu, diperlukan suatu sumber energi alternatif terbarukan yang dapat menggantikan peranan minyak bumi saat ini. Salah satu energi alternatif yang menjanjikan adalah bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses farmentasi. Etanol atau ethyl alkohol C2H5OH berupa cairan bening tak berwarna, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara yan besar bila bocor. Etanol yang terbakar menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air. Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar minyak mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan energi alternatif lain. Etanol merupakan bahan bakar beroktan tinggi dan dapat menggantikan timbal sebagai peningkat nilai oktan dalam bensin. Selain itu etanol memilki kandungan oksigen yang tinggi sehingga proses pembakaran yang terjadi lebih sempurna yang menyebabkan emisi akibat karbonmonoksida pun berkurang (Rikana dan Risky, 2009). Pada penelitian ini akan menggunakan sampah pertanian berupa tomat sebagai bahan baku pembuatan bioetanol karena selama ini sampah pertanian tomat kurang begitu dimanfaatkan. Sampah pertanian ini dihasilkan dari tanaman-tanaman yang terserang hama. Sehingga diharapkan setelah dikonversi menjadi bioetanol memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Salah satu metode pembuatan etanol yang paling terkenal adalah fermentasi. Untuk proses fermentasi ini akan menggunakan bakteri Zymomonas mobilis dan ragi tape. Digunakan ragi tape karena sangat mudah ditemukan dipasaran. Sedangkan penggunaan bakteri Zymomonas mobilis karena mikroba tersebut mampu menghasilkan bioetanol lebih tinggi (5-10%) dari mikroba perfermentasi lain (Riyanti, 2009). RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Berapa kadar bioetanol yang dihasilkan dari fermentasi sampah buah tomat baik yang menggunakan inokulum Zymomonas mobilis maupun ragi tape. 2. Kondisi manakah yang dapat menghasilkan kadar bioetanol tertinggi. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari tugas akhir ini adalah: 1. Menguji kadar bioetanol yang dihasilkan dari fermentasi sampah buah tomat baik yang menggunakan inokulum Zymomonas mobilis maupun ragi tape. 2. Menentukan kondisi terbaik untuk menghasilkan kadar bioetanol tertinggi dalam pembuatan bioetanol dari sampah buah tomat. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari tugas akhir ini yaitu: 1. Memberikan informasi mengenai kadar bioetanol yang dapat dihasilkan dari sampah buah tomat baik yang menggunakan inokulum Zymomonas mobilis maupun ragi tape. 2. Memberikan informasi mengenai kondisi yang paling efektif dalam pembuatan bioetanol berbahan baku sampah buah tomat. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat yang Digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah buah tomat, asam sulfat dengan konsentrasi 0%, 0,5%, 1% dan 1,5%, bakteri Zymomonas mobilis dan ragi tape. Alat yang digunakan adalah reaktor fermentasi, blender, jarum ose, bunsen. 2 Prosedur Percobaan Sampah buah tomat diblender bersama aquades dengan perbandingan 3:1. Selanjutnya sampah buah tomat yang telah diblender ditambahkan asam sulfat dengan variasi konsentrasi asam sulfat 0%, 0,5%, 1% dan 1,5% dan diautolave pada suhu 121oC selama 15 menit. Sampel-sampel tersebut kemudian dikondisikan pada pH 4,5 dengan penambahan NaOH 1 N. Sampel-sampel tersebut kemudian ditambahkan inokulum sesuai dengan variasi dalam penelitian ini yaitu bakteri Zymomonas mobilis dan ragi tape. Kemudian sampel-sampel tersebut difermentasi yaitu selama 0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9 hari. Analisa kadar etanol menggunakan metode AOAC. Ekstrak Sampah Buat Tomat Penambahan Asam Sulfat 0% Zymomonas mobilis 0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9 hari Penambahan Asam Sulfat 0,5% Ragi Tape Zymomonas mobilis 0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9 hari 0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9 hari Ragi Tape Penambahan Asam Sulfat 1% Zymomonas mobilis 0 hari, 3 hari, 0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9 6 hari dan 9 hari hari Ragi Tape Penambahan Asam Sulfa 1,5% Zymomonas mobilis 0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9 hari 0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9 hari Ragi Tape 0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9 hari Gambar 1 Skema Kerja Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Kadar Etanol Setelah Fermentasi Setelah proses fermentasi selesai, dilakukan uji kadar bioetanol menggunakan metode AOAC (Association of Official Analytical Chemistry). Metode AOAC merupakan metode pengukuran berat jenis dengan menggunakan alat piknometer. Untuk hasil Pengukuran kadar bioetanol disajikan pada Gambar 2 untuk inokulum Zymomonas mobilis dan Gambar 3 untuk inokulum ragi tape. Gambar 2 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Bioetanol Inokulum Zymomonas mobilis Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa kadar bioetanol untuk inokulom Zymomonas mobilis berkisar antara 0,07-9,98%. Kadar bioetanol tertinggi pada perlakuan lama fermentasi 6 hari dengan variasi asam sulfat 1,5%. Dan kadar terendah dengan perlakuan lama fermentasi 0 hari dengan variasi penambahan asam sulfat 0% yaitu sebesar 0,07%. Untuk variasi asam sulfat 0%, kadar bioetanol tertinggi dihasilkan pada t = 9 hari. Sedangkan untuk variasi asam sulfat 0,5%; 1% dan 1,5% menghasilkan kadar bioetanol tertinggi pada t = 6 hari. Selain itu dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa kadar bioetanol yang dihasilkan dari perlakuan dengan penambahan asam sulfat 1% dan 1,5% tidak jauh berbeda. Jika ditinjau dari segi 3 ekonomi, perlakuan sampel dengan variasi penambahan asam sulfat konsentrasi 1% akan memerlukan biaya produksi yang lebih ringan dari pada dengan variasi penambahan asam sulfat 1,5% Oleh karena itu, untuk inokulum yang menggunakan Zymomonas mobilis dipilih kondisi terbaik yaitu dengan perlakuan penambahan asam sulfat dengan konsentrasi 1% dengan lama fermentasi 6 hari. Gambar 3 Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Bioetanol Inokulum Ragi Tape Berdasarkan Gambar 3 untuk fermentasi yang menggunakan ragi tape sebagai inokulumnya menghasilkan kadar bioetanol antara 0,13-6,30%. Kadar bioetanol terendah untuk inokulum ragi tape terjadi pada perlakuan dengan lama fermentasi 0 hari dengan variasi asam sulfat 0,5% dan kadar bioetanol tertinggi terjadi dengan perlakuan lama fermentasi 6 hari dengan variasi penambahan asam sulfat sebesar 1,5%. Untuk variasi penambahan asam sulfat 0%, kadar bioetanol tertinggi dihasilkan pada hari ke-9. Sedangkan untuk variasi penambahan asam sulfat lain yaitu 0,5%; 1% dan 1,5% kadar bioetanol tertinggi dicapai pada hari ke-6. Selain itu dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa kadar bioetanol yang dihasilkan dari perlakuan dengan penambahan asam sulfat 0,5%, 1% dan 1,5% tidak jauh berbeda. Jika ditinjau dari segi ekonomi, perlakuan sampel dengan variasi penambahan asam sulfat konsentrasi 0,5% akan memerlukan biaya produksi yang lebih ringan dari pada dengan variasi penambahan asam sulfat 1% dan 1,5%. Oleh karena itu, untuk inokulum menggunakan ragi tape dipilih kondisi terbaik yaitu dengan perlakuan penambahan asam sulfat dengan konsentrasi 0,5% . Dari Gambar 2 dan Gambar 3 dapat diketahui bahwa konsentrasi bioetanol yang dihasilkan oleh inokulum Zymomonas mobilis lebih tinggi dari pada yang dihasilkan oleh ragi tape. Menurut Riyanti (2009) Zymomonas mobilis menggunakan siklus Entner-Doudoroft (ED) Pathway dalam menghasilkan bioetanol. Organisme dengan siklus ini menghasilkan produk (bioetanol) yang lebih tinggi sekitar 5-10% dibandingkan dengan organisme yang menggunakan Emden-Meyerhoff-Pamas (EMP) Pathway. Sedangkan ragi tape yang di dalamnya mengandung Saccharomycess cerevisae menggunakan siklus EMP untuk menghasilkan bioetanol. Dari Gambar 4.5 dapat pula disimpulkan bahwa kondisi terbaik untuk mendapatkan bioetanol dengan kadar tertinggi adalah dengan perlakuan penambahan asam sulfat konsentrasi 1% dengan inokulum Zymomonas mobilis dan lama fermentasi 6 hari. Analisa Kadar pH Setelah Fermentasi Pada awal proses fermentasi telah ditetapkan bahwa pH medium awal adalah 4,5. Hal ini didasarkan bahwa pH optimum proses fermentasi berkisar antara 4-5 (Samsuri dkk., 2007). Gambar 4 di bawah ini menunjukkan perubahan pH sebelum proses fermentasi baik untuk t = 0 hari, t = 3 hari, t = 6 hari maupun t = 9 hari untuk inokulum yang menggunakan Zymomonas mobilis. 4 Gambar 4 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Penurunan pH Inokulum Zymomonas mobilis Dari Gambar 4 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan pH medium selama proses fermentasi. Penurunan pH berkisar antara 4,49-3,99 dari pH awal fermentasi 4,5. Dari Gambar 4 dapat pula diketahui bahwa semakin lama waktu fermentasi maka penurunan pH semakin signifikan. Penurunan tertinggi terjadi perlakuan penambahan asam sulfat 1% pada t= 9 hari yaitu menjadi 3,99. Penurunan pH selama proses fermentasi mengindikasikan adanya aktivitas mikroorganisme dalam medium karena selama proses fermentasi selain menghasilkan bioetanol sebagai produk utama juga dihasilkan senyawa-senyawa metabolit lain berupa asam organik (Fardiaz, 1998). Proses pemecahan gula menjadi bioetanol sendiri mengalami beberapa tahap reaksi. Dalam prosesnya, proses fermentasi menghasilkan produk-produk intermediat berupa asam. Reaksi pembentukan bioetanol dari gula adalah sebagai berikut: C6H12O6 Gula 2C3H4O3 + 2NADH + 2 ATP...(1) Asam Piruvat 2C3H4O3 Asam Piruvat 2CH3CHO + 2CO2.......................(2) Asetildehide 2CH3CHO + 2NADH Asetildehide 2C2H5OH + 2NAD......................(3) Etanol Dari reaksi diatas dapat dilihat bahwa proses fermentasi sendiri menghasilkan produk-produk intermediet berupa asam organik yiatu asam piruvat dan asetildehid. Produk-produk intermediet inilah yang menyebabkan pH medium selama proses fermentasi menjadi asam. Selain itu, penurunan pH ini dapat pula disebabkan karena Zymomonas mobilis selain menghasilkan bioetanol sebagai produk metabolit utamanya, juga menghasilkan asam asetat sebagai produk sampingan (Gunasekaran dan Raj, 1999). Semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak pula gula yang dikonversi menjadi etanol, maka akan semakin banyak pula produk intermediet (asam asam piruvat dan asetildehid) dan produk sampingan (asam astetat) yang dihasilkan. Hal ini mengakibatkan pH medium semakin turun. Gambar 5 menunjukkan penurunan pH untuk inokulum ragi tape selama waktu fermentasi yang telah ditentukan yaitu t = 0 hari, t = 3 hari, t = 6 hari maupun t= 9 hari. 5 Gambar 5 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Penurunan pH Inokulum Ragi Tape Berdasarkan Gambar 5 dapat pula dilihat bahwa semakin lama waktu fermentasi maka semakin turun pula nilai pH.Untuk medium yang menggunakan starter ragi tape penurunan pH berkisar antara 4,21-3,57. Dengan penurunan pH tertinggi terjadi pada perlakuan penambahan asam sulfat 1% pada t= 9 hari dan pada perlakuan penambahan asam sulfat 1,5% pada t=6 hari dan t=9 hari. Penurunan pH selama proses fermentasi mengindikasikan adanya aktivitas mikroorganisme dalam medium karena selama proses fermentasi selain menghasilkan bioetanol sebagai produk utama juga dihasilkan senyawa-senyawa metabolit lain berupa asam organik (Fardiaz, 1998). Seperti dijelaskan pada persamaan reaksi (1), (2) dan (3) bahwa proses fermentasi menghasilkan produk-produk intermediet. Produk-produk intermediet ini berupa asam piruvat dan asetildehid. Produk-produk inilah yang menyebabkan pH medium menurun. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu Kadar bioetanol yang dihasilkaan pada proses fermentasi dengan inokulum Zymomonas mobilis berkisar antara 0,07-9,98%. Sedangkan untuk inokulum ragi tape berkisar antara 0,13-6,30%. Sedangkan kondisi terbaik dalam proses fermentasi menggunakan sampah buah tomat adalah dengan perlakuan penambahan asam sulfat 1%, menggunakan inokulum Zymomonas mobilis dengan lama fermentasi yaitu 6 hari. Kadar bioetanol yang dihasilkan adalah 9,68%. SARAN Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukannya pengvariasian pH medium fermentasi untuk menentukan pH optimum dalam pembuatan bioetanol dari sampah buah tomat. Selain itu, untuk penelitian-penelitian selanjutnya, perlu dilakukan analisa kandungan mikroba untuk mengetahui tingkat pertumbuhan selama proses fermentasi. DAFTAR PUSTAKA Broto W., dan Richana N. 2006. Inovasi Teknologi Proses Industri Bioetanol dari Ubi kayu Skala Pedesaan. Malang: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Indomigas. 2009. Sisa Cadangan Minyak Indonesia 15 Tahun. <URL: http://www.indomigas.com/sisa-cadangan-minyak-indonesia-15-tahun/>, didownload: 2011/08/25, 12:08 Gunasekaren P., dan Raj K. C. 1999. Fermentation Technology-Zymomonas mobilis. Department of Microbial Technology, School of Biological Science Negara A.K. 2011. Kebutuhan akan Minyak Bumi Dunia Meningkat. <URL:http://www.alpensteel.com/article/53-101-energi-terbarukan--renewable-energy/2846-kebutuhan-akan-minnyak-bumi-dunia-meningkat.html>, didownload: 2011/08/20, 16:13 Rikana H., dan Risky A. 2009. Pembuatan Bioetanol dari Singkong Secara Fermentasi Menggunakan Ragi Tape. Universitas Diponegoro Riyanti E.I. 2009. Biomassa Sebagai Bahan Baku Bioetanol. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian 6