pemerintah kabupaten cirebon perusahaan daerah air

advertisement
PEMERI NTAH KABUPATEN CI REBON
PERUSAHAANDAERAHAIRMINUM KABUPATENCIREBON
RA
M
E
IN G
RIH
GAW E UCI IN G
S
PAM
Jalan Sunan Drajat No 12 Komplek Perkantoran - Sumber TIRTADHARMA
TANTANGAN DAN SOLUSI:
PENGELOLAAN HULU-KE-HILIR DAN PEMANFAATAN
SUMBER DAYA AIR DALAM PELAYANAN AIR MINUM
Disusun Oleh :
Ir. H.M. Nasija Warnadi, MM.
Studi Kasus :
Pembelajaran dan Pengalaman Praktisi Manajemen
PDAM Kabupaten Cirebon
0
TANTANGAN DAN SOLUSI:
PENGELOLAAN HULU-KE-HILIR DAN PEMANFAATAN SUMBER
DAYA AIR DALAM MANAJEMEN PDAM
---------------------------------------------------------------------------------------------STUDI KASUS : PEMBELAJARAN DAN PENGALAMAN PRAKTISI MANAJEMEN
PDAM KABUPATEN CIREBON
I. PENDAHULUAN
Kertas kerja ini mencoba mengetengahkan proses manajemen PDAM
Kabupaten Cirebon; khususnya berkaitan dengan pengelolaan hulu-kehilir dan pemanfaatan sumber daya air ditinjau dari aspek fisik DAS dan
sumber air, aspek perilaku sosial masyarakat pengguna air dan aspek
Tatakelola.
Pengelolaan Sumber Air Baku di PDAM merupakan bagian terpenting
dari lingkup manajemen pengembangan SPAM termasuk manajemen
hulu-ke-hilir. Kata kunci dalam manajemen pengembangan SPAM
termasuk manajemen hulu-ke-hilir adalah pentingnya pemahaman
terhadap aspek teknis, aspek lingkungan dan aspek tatakelola, sehingga
setiap penanggung jawab mampu mengantisipasi setiap tantangan,
memanfaatkan peluang dan menentukan prioritas penanganan secara
obyektif dan efisien.
Penelusuran terhadap unsur tantangan dan solusi pengelolaan hulu-kehilir dan pemanfaatan sumber daya air dalam manajemen PDAM
Kabupaten Cirebon dilatar belakangi oleh isu-isu strategis sebagai berikut:
1.1. Republik Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan
jumlah penduduk terbesar nomor 4 di dunia, secara konsisten terus
berupaya mempertahankan komitmennya dalam meningkatkan
akses masyarakat terhadap air minum yang layak sesuai target
pelayanan air minum yang secara internasional telah disepakati
dalam MDG’s 2015 dengan target cakupan 68,87%. Kendala utama
yang dihadapi PDAM Kabupaten Cirebon karena saat ini cakupan
pelayanan baru mencapai 21,79%, sehingga harus mengejar
ketinggalan cakupan pelayanan tersebut dengan melakukan
mobilisasi terhadap ketersediaan air baku yang sebagian besar
berada diluar wilayah administrasi.
PDAM Kabupaten Cirebon telah dan akan memanfaatkan berbagai
sumber daya air baku yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
MA Bojong, Desa Cikahalang Kabupaten Cirebon, Q = 100 L/det.
MA Cibodas, Desa Kaduela Kabupaten Kuningan Q = 100 L/det
MA Bebelan, Desa Kaduela Kabupaten Kuningan Q = 24 L/det
MA Cigusti, Desa Padamatang Kabupaten Kuningan Q = 70 L/det
MA Cipujangga, Desa Padabeunghar Kabupaten Kuningan
Q = 50 L/det
f. MA Cipaniis, Desa Paniis Kabupaten Kuningan Q = 18 L/det
1
g. MA Cibulakan Desa Linggarjati Kabupaten Kuningan
Q = 12 L/det
h. Bendung
Karet
Sungai
Kumpulkuista
DAS
Cimanuk
Q = 100 L/det
i. Bendung Karet Tawangsari DAS Cisanggarung Q = 70 L/det
j. Bendung Walahar DAS Ciwaringin Q = 20 L/det
k. Air Permukaan (AP) DAS Cimanuk Desa Kertasmaya Kabupaten
Indramayu Q = 10 L/det
1.2. Kabupaten Cirebon yang terletak di bagian paling timur Provinsi
Jawa Barat saat ini baru dapat melayani sistem perpipaan sebanyak
28.016 pelanggan yang tersebar di 8 Unit Pelayanan Cabang PDAM
dengan rincian sebagai berikut :
a. Cabang Sumber dengan jumlah pelanggan
: 3.642 SL
b. Cabang Palimanan dengan jumlah pelanggan
: 3.318 SL
c. Cabang Arjawinangun dengan jumlah pelanggan : 6.543 SL
d. Cabang Gegesik dengan jumlah pelanggan
: 4.047 SL
e. Cabang Kapetakan dengan jumlah pelanggan
: 2.909 SL
f. Cabang Suranenggala dengan jumlah pelanggan : 5.074 SL
g. Cabang Beber dengan jumlah pelanggan
: 1.864 SL
h. Cabang Losari dengan jumlah pelanggan
:
622 SL
Jumlah : 28.016 SL
Peta Pelayanan PDAM Kabupaten Cirebon
2
Kabupaten Cirebon memiliki cukup banyak daerah rawan air bersih
mengingat kondisi geografisnya, lokasi daerah rawan air di
Kabupaten Cirebon umumnya terletak di daerah perbatasan wilayah
administrasi serta di pesisir pantai utara Jawa Barat. Karakteristik
penduduknya secara spesifik sangat berbeda antara kelompok
penduduk yang bermukim di pesisir pantai yang pada umumnya
adalah nelayan dengan mereka yang bermukim di daerah
perbatasan wilayah administrasi bagian selatan yang umumnya
terdiri dari kelompok petani.
Perbedaan ini berdampak terhadap perbedaan perilaku sosial yang
tentunya akan membutuhkan metode pendekatan serta solusi
penanganan yang berbeda pula. Walaupun bila ditinjau dari aspek
kebutuhan dasar, konsumsi air minum kedua kelompok masyarakat
ini relatif sama; namun dari sisi demand cluster kebutuhan terhadap
sumber daya air dari kelompok petani praktis jauh lebih besar
terutama untuk menunjang kegiatan pengairan dan irigasi. Namun
demikian tingkat sensitivitas kebutuhan prasarana air bersih dari
kelompok nelayan selalu akan lebih kritis mengingat permukiman
mereka umumnya berjauhan dari lokasi sumber air baku dan
masyarakat nelayan umumnya lebih rentan terhadap setiap kasus
hambatan pengaliran distribusi. Pemahaman terhadap kondisi
seperti ini tentunya diniliai cukup penting bagi PDAM karena
berpotensi memicu terjadinya berbagai kasus Non Revenue Water
(NRW).
1.3
Mengingat Potensi Sumber Daya Air sebagian besar berada di luar
wilayah administrasi Kabupaten Cirebon, maka untuk mendapatkan
sumber air baku tersebut selain memerlukan regulasi yang
memudahkan dalam memperoleh sumber air baku dimaksud juga
diperlukan kemampuan dan kecerdikan manajemen PDAM.
II. TUJUAN
Memaparkan kondisi pengelolaan hulu ke hilir dan pemanfaatan sumber
daya air ditinjau dari aspek fisik DAS dan sumber daya air, aspek perilaku
sosial masyarakat pengguna air dan aspek tatakelola, sehingga dapat
mendorong terjadinya interaksi positif antara praktisi, ilmuwan, kaum
profesional dan penentu kebijakan sehingga dapat dihimpun berbagai
masukan positif untuk pengembangan lebih lanjut.
III. METODE
Dalam penyelenggaraan pengelolaan hulu-ke-hilir dan pemanfaatan
Sumber Daya Air PDAM Kabupaten Cirebon menerapkan beberapa
metode sesuai regulasi serta ketentuan yang berlaku yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Pendekatan Umum
Pendekatan Kelembagaan
Pendekatan Teknis
Pendekatan Aspek Lingkungan
Pendekatan Aspek Tatakelola
3
3.1. Pendekatan Umum
Pendekatan umum yang dimaksud mencakup:
a. Mengetahui/memahami Neraca Air di setiap lokasi Sumber Daya
Air.
b. Mengetahui lokasi Sumber Daya Air yang digunakan sebagai air
baku, baik kualitas dan kuantitasnya.
c. Menguasai sistem transmisi-distribusi.
d. Mengetahui secara pasti kondisi masyarakat pelanggan.
3.2. Pendekatan Kelembagaan
Khususnya terkait dengan rencana implementasi pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya air, PDAM secara aktif telah melakukan
berbagai langkah koordinasi dan membangun kerjasama yang baik
dengan seluruh stakeholder terkait. Pendekatan kelembagaan
diselenggarakan dalam konteks
untuk merencanakan sistem
komunikasi yang efektif dan terorganisir antara PDAM dengan
seluruh stakeholder ditingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten sampai
ketingkat desa.
3.2.1 Dit. Jend. Cipta Karya / Dit. Jend. SDA
PDAM Kabupaten Cirebon selalu berupaya melakukan koordinasi
dengan Direktorat Pengembangan Air Minum (Dit. PAM) dan
Direktorat Bina Pengelolaan Sumber Daya Air (Dit. BPSDA),
BPPSPAM, BBWS Cimanuk-Cisanggarung dan Taman Nasional
Gunung Ceremai (TNGC) terutama dalam pengembangan SPAM
termasuk memperoleh air baku.
3.2.2 Organisasi Perangkat Daerah Provinsi
Langkah koordinasi dengan OPD Provinsi dalam hal ini dengan
Dinas SDAP, Dinas Permukiman dan Perumahan, Dinas ESDM
termasuk Satker PK PAM Provinsi dinilai amat penting dalam
merencanakan pengembangan SPAM dan pemanfaatan air baku
jangka pendek dan jangka menengah.
3.2.3 OPD Kabupaten
Untuk menyelaraskan program pengembangan sistem penyediaan
air minum dengan program pengembangan sarana-prasarana
perkotaan, dalam hal ini PDAM melakukan koordinasi dengan
BAPPEDA, DCKTR, Dinas SDAP, Dinas Bina Marga, Dinkes
(Lapkesda) disamping juga berkonsultasi dengan DPRD Komisi-2.
.
4
3.2.4 Kabupaten/Kota Tetangga dan PDAM Tetangga
Untuk kelancaran dalam pelaksanaan pengembangan SPAM dan
memperoleh air baku/ air produksi PDAM Kabupaten Cirebon juga
melakukan koordinasi dengan OPD Kabupaten/Kota tetangga dan
PDAM tetangga
3.2.5 Badan Usaha Swasta dan Perbankan
Dalam mengembangkan pelayanan air minum sekaligus usaha
untuk mencapai target MDG’s PDAM Kabupaten Cirebon juga
memanfaatkan Badan Usaha Swasta (BUS) dan Perbankan dengan
tetap menjaga prinsip-prinsip kemitraan yang setara dan regulasi
yang berlaku. Khusus kemitraan dengan Perbankan Pemerintah
telah mengeluarkan Perpres No. 29/2009 tentang pemberian
jaminan dan subsidi bunga oleh Pemerintah Pusat dalam rangka
percepatan pencapaian cakupan pelayanan Air Minum.
3.2.6 LSM; Elemen Mahasiswa dan Massmedia
Hubungan koordinasi dengan LSM Lingkungan Hidup, Elemen
Mahasiswa dan Massmedia perlu dijalin untuk kepentingan politis
dan kepentingan sosial lainnya.
3.2.7 Aparat Desa, Tokoh Masyarakat, Penjaga Pintu Air dan
Bendung Karet serta Informal Leader
Koordinasi PDAM dengan kelima unsur masyarakat ini cukup
penting dan bervariasi guna mencapai berbagai sasaran yang
dikehendaki PDAM.
3.3 Pendekatan Teknis
Pendekatan teknis dilakukan agar pelaksanaan kegiatan
manajemen operasi dan pemeliharaan serta pengelolaan unit-unit
pelayanan PDAM dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Beberapa langkah pendekatan teknis dimaksud adalah :
a. Mengetahui kondisi teknis terakhir dan performa kinerja dari
setiap unit SPAM yang ada.
b. Mengoperasikan dan memelihara seluruh unit SPAM yang ada.
c. Melakukan monitoring dan mengevaluasi kinerja SPAM.
5
3.4. Pendekatan Aspek Lingkungan
Pendekatan Aspek Lingkungan dimaksud meliputi upaya konservasi
Catchment Area mata air; Perlindungan Bron Captering dan
keamanan lingkungan Sumber Air Baku.
3.5. Pendekatan Aspek Tatakelola (Governance)
a. Memahami bahwa hulu dan hilir adalah satu sistem yang tidak
bisa dipisahkan dan masing-masing mempunyai hak dan
kewajiban.
b. Memahami pentingnya hulu dan hilir tetap berfungsi dengan
baik
IV. HASIL
4.1 Aspek Fisik DAS dan Sumber Air
4.1.1 Tantangan
a. Degradasi debit sumber air di saat musim kemarau
mengalami penurunan drastis.
b. Debit sumber air baku belum mampu untuk memenuhi
target MDG’s.
c. Konflik kepentingan air baku dengan pihak lain terutama
pada musim kemarau.
4.1.2
Solusi
a. 1) Degradasi debit MA Cikalahang dari debit 100 L/det
pada musim kemarau turun menjadi 72 L/det
bahkan pernah turun sampai 53 L/det akan diatasi
melalui suplesi dari MA Cipujangga Kapasitas 50
L/det yang terletak di Kabupaten Kuningan.
2) Degradasi AP Kumpulkuista dari debit 100 L/det
turun menjadi 28 L/det bahkan pernah turun
menjadi 0 L/det, direncanakan akan diatasi melalui :
 Memasang pipa transmisi dari Sungai Induk
Cimanuk sampai ke bangunan intake IPA
Kapetakan dia. 400 mm sepanjang + 12.000 m.
 Melalui peningkatan kerjasama dengan BBWS
Cimanuk-Cisanggarung, yang secara teknis di
9 (sembilan) pintu air dengan melibatkan
informal leader.
 Penambahan kapasitas debit dari pemanfaatan
Waduk Jatigede.
6
b. Meningkatkan koordinasi dan konsultasi untuk
mendapat tambahan debit sesuai dengan kebutuhan
target MDG’s.
c. 1) Memanfaatkan forum rapat koordinasi dengan
menjelaskan
untuk
tetap
diperhatikannya
pemenuhan kebutuhan air baku bagi kepentingan
air minum, walaupun harus dilakukan sistim gilir
namun tetap harus konsisten terkendali.
2) Melakukan pendekatan dengan informal leader
untuk mendapatkan kapasitas debit air baku sesuai
dengan kesepakatan tata gilir air.
IV.2 Aspek Perilaku Sosial Masyarakat Pengguna Air
4.2.1 Tantangan
a. Masih dijumpai adanya pencurian air dan sambungan
ilegal.
b. Penggunaan pompa air yang disambungkan ke instalasi
PDAM pada musim kemarau.
4.2.2 Solusi
a. PDAM melakukan pendekatan persuasif dan edukatif
bersama tokoh masyarakat untuk menangani pencurian
air dan sambungan ilegal, apabila terdapat oknum yang
terbukti melakukan pencurian air atau penyambungan
ilegal akan dikenakan sanksi.
b. Mengadakan penyuluhan bersama aparat penegak
hukum untuk melakukan tindakan terhadap pelanggaran
pelanggan yang menggunakan pompa air.
IV.3 Aspek Tatakelola (Governance)
4.3.1 Tantangan
a. Dalam pengelolaan sumber daya air masih dijumpai
ketidakjelasan Penentu Kebijakan, sehingga masih
mengacu kepada produk regulasi masing-masing
berakibat tidak jelasnya aturan prosedur dan mekanisme
yang
seharusnya.
Hal ini dapat menghambat
terlaksananya pemanfaatan sumber daya air.
b. Belum adanya konsistensi terhadap alokasi pemanfaatan
dari hasil retribusi dan kompensasi konservasi bagi
kegiatan pelestarian sumber daya air.
7
4.3.2 Solusi
a. Perlu adanya deregulasi terhadap Penentu Kebijakan
mengenai pemanfaatan sumber daya air, sehingga
prosedur untuk mendapatkan sumber daya air ada
kepastian yang jelas.
b. Perlu adanya ketentuan yang mengatur penggunaan
hasil retribusi dan kompensasi konservasi dari
Pemangku Kebijakan.
V. KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
5.
Pentingnya mempertahankan kelestarian fungsi sumber daya air
secara berkelanjutan supaya tetap terpenuhinya kebutuhan air baku
untuk kepentingan air minum bagi masyarakat.
Perlunya upaya terus menerus untuk mendapatkan tambahan debit
sumber daya air untuk memenuhi target MDG’s.
Perlu tetap dijalin hubungan yang baik dengan stakeholder termasuk
informal leader dalam mengatasi kendala sumber daya air.
Pentingnya penyuluhan bersama tokoh masyarakat dan aparat
penegak hukum dalam mengatasi kasus pencurian air, sambungan
ilegal dan larangan penggunaan pompa air.
Pentingnya deregulasi pengambilan dan pemanfaatan sumber daya
air serta alokasi pemanfaatan hasil retribusi dan kompensasi
konservasi bagi kelestarian fungsi sumber daya air.
8
9
Download