BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Pisang Pisang (musa parasidiaca) adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Pisang sebagai bahan konsumsi adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagai pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia. Secara radisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun (Suyanti, 2008). Kandungan gizi pisang terdiri dari air, karbohidrat protein, lemak dan vitamin A, B1, B2 dan C. Komposisi kandungan gizi pisang dapat dilihat pada tabel 2.1. 6 7 Tabel 2.1 Komposisi Kandungan Gizi Pisang (Per 100g) Kandungan Kalori (kkal) Karbohidrat (g) Gula (g) Serat (g) Lemak (g) Protein (g) Vit. B5 (mg) Vit. B6 (mg) Kalsium (mg) Besi (mg) Vit. C (mg) Magnesium (mg) Potasium (mg) Sumber: Suyanti, 2008 % 90 22,84 12,23 2,26 0,33 1,09 0,334 0,367 8,7 5 0,26 27 358 2.2 Fungsi Permintaan Jumlah permintaan dari suatu barang adalah jumlah barang yang rela dan mampu dibayar oleh pembeli. Banyak hal yang menentukan jumlah permintaan barang, salah satu penentunya adalah harga dari barang itu. Jumlah permintaan jatuh seiring naiknya harga dan meningkat seiring turunnya harga, dapat kita katakan bahwa jumlah permintaan berhubungan secara negative terhadap harga. Hubungan antara harga dan jumlah permintaan ini berlaku untuk kebanyakan jenis barang dalam perekonomian, dan faktanya hal ini begitu umum sehingga para ekonom menyebutnya sebagai hukum permintaan: jika semua hal dibiarkan sama, ketika harga suatu barang meningkat, maka jumlah permintaannya akan menurun, dan ketika harganya turun, maka jumlah permintaannya akan naik (Mankiw, 2011). Kurva permintaan menunjukkan banyaknya barang yang dibeli pada suatu harga, dengan asumsi bahwa semua faktor lain diluar harga yang mempengaruhi 8 keinginan membeli tidak berubah. Kurva permintaan dapat dilihat pada Gambar 2.1. Jika sesuatu terjadi dan mengubah jumlah permintaan pada suatu harga, maka kurva permintaan akan bergeser. Peningkatan permintaan merupakan perubahan apapun yang meningkatkan jumlah yang ingin dibeli oleh pembeli pada harga berapapun menggeser kurva permintaan kekanan. Sedangkan penurunan permintaan merupakan perubahan apapun yang menurunkan jumlah yang ingin dibeli oleh pembeli pada harga berapapun menggeser kurva permintaan kekiri. Gambar 2.2 menunjukkan bagaimana pergeseran kurva permintaan itu terjadi. P P1 P2 Q Q1 Q2 Gambar 2.1 Kurva Permintaan (Mankiw, 2011) P Peningkatan permintaan D2 Penurunan permintaan D1 D3 Q Gambar 2.2 Pergeseran kurva permintaan (Mankiw, 2011) 9 Mankiw (2011) menyebutkan variabel yang dapat menggeser kurva permintaan. Berikut adalah beberapa yang penting, yaitu: 1. Pendapatan Pendapatan yang lebih rendah berarti memiliki sedikit uang untuk dibelanjakan secara keseluruhan, sehingga akan mengurangi belanja beberapa barang. Jika permintaan terhadap suatu barang berkurang ketika pendapatn berkurang, maka barang itu disebut dengan barang normal. Tidak semua barang adalah barang normal. Jika permintaan suatu barang bertambah ketika pendapatan berkurang, barang itu disebut barang inferior. 2. Harga barang-barang terkait Ketika penurunan pada harga suatu barang mengurangi permintaan barang lain, kedua barang tersebut disebut barang substitusi. Barang substitusi seringkali berupa pasangan-pasangan barang yang digunakan sebagai pengganti satu sama lain. Sedangkan ketika penurunan yang terjadi pada harga suatu barang meningkatkan permintaan barang lain, keduanya disebut barang komplementer. Barang komplementer seringkali berupa pasangan-pasangan barang yang saling melengkapi dan digunakan secara bersamaan. 3. Selera Hal yang paling menentukan permintaan tentunya adalah selera. Para ekonom biasanya tidak mencoba menjelaskan selera masyarakat karena selera didasarkan atas kekuatan-kekuatan historis sekaligus psikologis yang berada diluar ranah ilmu ekonomi. 10 4. Harapan Harapan mengenai masa depan tentunya mempengaruhi tingkat permintaan terhadap suatu barang atau jasa pada masa kini. 5. Jumlah pembeli Karena permintaan pasar diperoleh dari permintaan masing-masing individu, maka permintaan pasar bergantung pada semua faktor yang menentukan permintaan individu, termasuk penghasilan, selera ,dan harapan individu, serta harga dari barang-barang yang terkait. Sebagai tambahan, permintaan pasar juga bergantung pada jumlah pembeli. 2.3 Konsep Elastisitas Elastisitas adalah ukuran kuantitatif yang menunjukkan seberapa besar pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan dan penawaran dari suatu komoditas. Elastisitas mengukur dan menjelaskan hingga seberapa jauh reaksi perubahan kuantitas terhadap perubahan harga dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan lainnya (Lipsey RG et al. 1995). Ada tiga macam elastisitas yang berhubungan dengan permintaan yaitu elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas pendapatan (Boediono 2000). Apabila terdapat fungsi permintaan sebagai berikut (Baye and Prince, 2016) : = 11 Dimana : = Permintaan C = Konstanta = Harga barang itu sendiri = Harga barang substitusi = Pendapatan = Variabel lain Dengan mentransformasikan model tersebut dalam bentuk logaritma natural, sehingga menjadi lebih sederhana sebagai berikut : = + + + + Nilai elastisitas harga, elastisitas pendapatan, dan elastisitas silang bisa didapatkan melalui penurunan rumus sebagai berikut : , = = = Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai elastisitas harga adalah sebesar elastisitas pendapatan adalah , dan nilai elastisitas silang adalah , nilai . 2.3.1 Elastisitas Permintaan Menurut Lipsey RG et al. (1995) elastisitas permintaan juga disebut elastisitas permintaan terhadap harga merupakan ukuran besarnya respon (tanggapan) jumlah yang diminta dari suatu komoditas tertentu, terhadap perubahan harga. Nicholson W (2002) menyatakan bahwa untuk mengukur responsi perubahan harga terhadap jumlah permintaan bisa digunakan konsep elastisitas permintaan harga. 12 2.3.1.1 Elastisitas harga Elastisitas harga atau elastisitas permintaan adalah persentse perubahan jumlah yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut sebesar satu persen. Oleh karena kurva permintaan berlereng menurun, maka kenaikan harga akan mengakibatkan penurunan jumlah yang diminta, dan sebaliknya, karena persentase perubahan harga dan kuantitas memiliki tanda yang berlawanan, elastisitas permintaan merupakan angka yang negatif. Dalam prakteknya dapat diabaikan tanda negatif tersebut dan menyatakan ukuran itu dengan angka positif (nilai absolut). Besarnya elastisitas dapat bervariasi antara nol hingga tak terhingga. Elastisitas sama dengan nol jika jumlah yang diminta tidak tanggap sama sekali terhadap perubahan harga. Sepanjang persentase perubahan kuantitas lebih kecil dari pada persentase perubahan harga, besarnya elastisitas permintaannya akan lebih kecil daripada satu. Jika kedua persentase perubahan kuantitas melampai persentase perubahan harga, nilai elastisitas permintaannya lebih besar daripada satu. Apabila persentase perubahan kuantitas lebih kecil daripada persentase perubahan harga (elastisitas kurang dari satu), permintaannya disebut inelastis. Apabila persentase perubahan kuantitas lebih besar daripada persentase perubahan harganya (elastisitas lebih besar dari satu), permintaannya disebut bersifat elastis (Lipsey RG et al. 1995). 2.3.1.1 Elastisitas pendapatan Elastisitas pendapatan adalah derajat reaksi permintaan terhadap perubahan pendapatan. Untuk kebanyakan jenis barang, kenaikan pendapatan berakibat kenaikan permintaan dan elastisitas terhadap permintaan akan positif. Barang-barang demikian disebut barang normal. Barang-barang yang 13 konsumsinya menurun sebagai tanggapan terhadap kenaikan pendapatan memiliki elastisitas pendapatan yang negatif dan disebut barang inferior. Elastisitas barang normal terhadap pendapatan bisa lebih besar daripada satu (elastis) atau lebih kecil daripada satu (inelastis), tergantung pada apakah persentase perubahan jumlah yang diminta lebih besar atau lebih kecil daripada persentase perubahan pendapatan yang menyebabkannya (Lipsey RG et al. 1995). 2.3.1.1 Elastisitas silang Elastisitas silang adalah besarnya reaksi permintaan terhadap perubahan harga-harga dari komoditas lain. Elastisitas silang dapat bervariasi mulai dari minus tak terhingga sampai positif tak terhingga. Komoditas-komoditas yang tergolong komplementer mempunyai elastisitas silang yang negatif, sedangkan komoditas-komoditas yang tergolong substitusi mempunyai elastisitas silang yang positif (Lipsey RG et al. 1995). 2.3.2 Faktor-faktor yang memengaruhi Elastisitas Permintaan Jika kita mengambil keputusan dari uraian di atas, ternyata barang/ jasa tertentu tidak memiliki elastisitas yang sama (Baye and Prince, 2016). Faktor yang memengaruhinya adalah sebagai berikut: 1. Ketersediaan barang subtitusi atas suatu barang dan juga semakin tinggi tingkat kemampuannya mensubtitusi maka permintaan barang tersebut semakin elastis. 2. Intensitas kebutuhan (desakan kebutuhan) Kebutuhan pokok bersifat inelastis, artinya semakin penting kebutuhan pokok itu semakin inelastis permintaannya. Artinya, meskipun harga naik, masyarakat tetap membutuhkan dan tetap membelinya. Sebaliknya, barang 14 mewah lebih bersifat elastis karena tidak mesti diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pembelinya dapat ditunda dan jumlah pembeli banyak seandainya harga turun. 3. Pendapatan konsumen Jika pendapatan konsumen relatif besar dibandingkan dengan harga barang, permintaan akan inelastis. Sebaliknya, konsumen yang berpendapatan kecil dengan terjadinya perubahan harga sedikit saja akan memengaruhi permintannya terhadap barang sehingga permintaan bersifat elastis. 4. Tradisi Barang yang sudah menjadi kebiasaan (tradisi) untuk dipergunakan, barang tersebut harganya akan naik. Orang akan tetap membelinya sehingga untuk barang ini permintaannya cenderung inelastis. 2.4. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah kecenderungan konsumen dalam melakukan konsumsi untuk memaksimumkan kepuasannya. Perilaku konsumen akan mempengaruhi konsumsi konsumen, permintaan barang dan jasa, dan pendapatan serta laba perusahaan dalam yang memproduksi barang dan jasa tersebut (Noor, 2007). Kepuasan dan perilaku konsumen dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut: a. Nilai guna (utility) barang dan jasayang dikonsumsi. Kemampuan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. b. Kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa. Daya Beli dari income konsumen dan ketersediaan abarang di pasar. 15 c. Kecenderungan konsumen dalam menentukan pilihan konsumsi. Menyangkut pengalaman masa lalu, budaya, selera serta nilai-nilai yang dianut seperti: agama, adat istiadat, kebiasan, dan sebagainya. 2.4.1 Nilai Guna (Utility) Nilai guna barang dan jasa adalah kemampuan barang dan jasa tersebut dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Barang dan jasa nilai gunanya berkurang atau meningkat bagi konsumen tergantung dari kondisi yang dihadapi konsumen (Noor. 2007). Terdapat dua pendekatan dalam teori perilaku konsumen, yaitu : a. Pendekatan utiliti (nilai guna) kardinal atau Marginal Utility, bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan (utiliti) setiap konsumen dapat diukur dengan uang atau dengan satuan lain (utiliti yang bersifat kardinal) seperti kita mengukur volume air, panjang jalan, atau berat sekarung beras. b. Pendekatan utiliti ordinal atau kurve kepuasan sama (Indifference Curve), bertitik tolak pada anggapan bahwa tingkat kepuasan konsumen dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa mengatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah (utiliti yang bersifat ordinal). 2.4.2 Kurva Kepuasan Sama (Indifirens Curve) Kurva indiferens merupakan kurva yang mengidentifikasi semua kombinasi barang dan jasa yang memberikan utilitas yang sama (Pappas and Hirschey, 1995). Kurva indiferens dapat dilihat pada Gambar 2.3. Menurut Baye and Prince (2016), asumsi untuk teori indifference-curves adalah : 1. Rasionalitas . Konsumen diasumsikan rasional : ia berusaha memaksimumkan utilitinya, berdasarkan pendapatannya dan harga pasar tertentu. Ia juga 16 diasumsikan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang semua informasi yang relevan. 2. Utiliti adalah ordinal. Konsumen dianggap dapat menyusun secara urut (rank) pilihan-pilihannya terhadap berbagai kelompok barang (basket’s of goods) berdasarkan tingkat kepuasan setiap kelompok. 3). Tingkat substitusi marginal yang menurun (diminishing marginal rate of substitution). Pilihan-pilihan (preferences) disusun dalam bentuk kurve indiferen, yang diasumsikan cembung (convex) pada titik origin. Hal ini menunjukkan bahwa slope kurve indiferen adalah menaik. Slope kurve indiferen ini disebut tingkat substitusi marginal dari suatu komoditi. Teori kurve indiferen didasarkan pada aksioma ini. 4). Total utiliti tergantung pada kuantitas komoditi yang dikonsumsi. Secara matematis ditulis: U =f(q1 ,q2 ,q3, ……, qn). 5). Konsintensi dan transitivitas dalam pilihan. Konsumen diasumsikan dalam pilihannya, yaitu, jika pada suatu waktu ia memilih kelompok barang A dari pada kelompok B, ia tidak akan memilih kelompok barang B dari pada kelompok A pada saat yang lain. Asumsi konsistensi dapat ditulis dengan simbol: Jika A>B, maka B > A. Sifat transitivitas : jika A lebih disukai dari pada B, dan B lebih disukai dari pada C, maka A lebih disuaki dari pada C. Asumsi ini dapat ditulis dengan simbol: Jika A>B, dan B>C, maka A>C. 17 Gambar 2.3 Kurva indiferens 2.4.3 Tingkat Substitusi Marginal (Marjinal Substitution Rate) Tingkat substitusi marginal merupakan besarnya pengurangan jumlah konsumsi barang yang satu untuk menaikkan konsumsi satu satuan barang lainnya, dengan tetap mempertahankan tingkat kepuasannya (Pappas and Hirschey, 1995). Dapat dilihat pada Gambar 2.3, untuk perubahan kombinasi A ke B memiliki tingkat substitusi marginal Y1-Y2, artinya perubahan tersebut memerlukan pengorbanan Y1-Y2 unit Y untuk menaikkan konsumsi X2-X1 unit X. Sebagai akibat dari tingkat substitusi marginal yang semakin kecil tersebut kurve kepuasan sama berbentuk cembung ke titik origin. Secara matematis, tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution) dari X untuk Y (MRSxy) adalah -dY/dX, artinya jumlah komoditi Y yang harus diberikan (dikurangi) jika ditambahkan satu unit komoditi X agar tingkat kepuasan tetap sama. MRSxy tersebut diperoleh dengan cara sebagai berikut. Dari fungsi U = f(X,Y) , diperoleh dU = (dU/dX) dX + (dU/dY) dY = (MUx)dX + (MUY)dY. Untuk kurve kepuasan sama (dU = 0), maka (MUx) dX + (MUy) dY = 0 atau (MUx) dX = - (MUy) dY atau MUx/MUy = - dY/dX. Tingkat substitusi marginal 18 bertanda negatif (slope negatif) menunjukkan bahwa kurve kepuasan sama memiliki ciri turun dari kiri atas ke kanan bawah (Pappas and Hirschey, 1995). 2.5. Konsumen Rumah Tangga Pelaku ekonomi adalah seorang individu, kelompok, atau lembaga yang terlibat dalam kegiatan perekonomian baikkonsumsi, distribusi, maupun produksi. Secara umum, pelaku ekonomi dibagi menjadi lima kelompok besar, yaitu Rumah Tangga Keluarga, Masyarakat, Perusahaan, Pemerintah, dan Negara. Setiap pelaku ekonomi tersebut memiliki peran tersendiri dalam kegiatan konsumsi, distribusi, dan produksi. Konsumen Rumah Tangga merupakan pelaku ekonomi yang memiliki ruang lingkup terkecil. Menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat baik untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali. Engel JF, DB Roger, dan WM Paul (1994) menyatakan rumah tangga adalah semua orang, baik yang berkerabat maupun tidak, yang menempati suatu unit perumahan. Lipsey RG et al. (1995) menyatakan bahwa pengertian rumah tangga adalah semua orang yang bertempat tinggal dalam satu atap dan membuat keputusan keuangan bersama atau menyebabkan pihak lain mengambil keputusan bagi mereka. Anggota rumah tangga seringkali disebut sebagai konsumen karena mereka membeli dan mengkonsumsi sebagian besar barang konsumsi dan jasa. Ciri-ciri rumah tangga antara lain: setiap rumah tangga mengambil keputusan 19 yang konsisten selain itu rumah tangga menjual jasa-jasa faktor produksi pada perusahaan dan menerima penghasilan sebagai imbalannya. 2.6 Penelitian Terdahulu Menurut penelitian yang dilakukan Dhani Perwira Sari (2004) dengan judul Analisis Permintaan Buah Jeruk Tingkat Rumah Tangga di Kabupaten Klaten. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, sedangkan analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendapatan, pendidikan ibu rumah tangga, harga buah pisang dan harga buah pepaya berpengaruh nyata terhadap permintaan buah jeruk. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh adalah pendapatan. Nilai elastisitas harga buah jeruk adalah -0,110 yang menunjukkan buah jeruk sebagai barang inelastis dan elastisitas pendapatnnya adalah 0,762 sehingga buah jeruk dikategorikan barang normal. Nilai elastisitas menunjukkan bahwa buah pisang sebagai barang substitusi dan buah pepaya sebagai barang komplementer. Menurut penelitian Eka Jati Nugroho (2005) yang berjudul Analisis Permintaan Tomat Organik di Supermarket Surakarta. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda untuk mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan tomat organik, serta koefisien elastisitas untuk mengkaji elastisitas permintaan tomat organik. Faktor pembatas yang digunakan dalam penelitian adalah pendapatan rumah tangga konsumen, harga tomat biasa, harga tomat organik, pendidikan konsumen dan jumlah anggota rumah tangga konsumen. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari faktor-faktor pembatas, faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan tomat organik adalah pendapatan rumah 20 tangga konsumen dan harga tomat organik. Elastisitas permintaan harga bernilai -2,53 menunjukkan bahwa tomat organik bersifat elastis. Elastisitas harga silang bernilai 1,04 menunjukkan bahwa tomat biasa merupakan substitusi bagi tomat organik. Dalam Penelitian Sudihastuti (2008) dengan judul Analisis Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Ikan Laut Segar Di Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat. Penelitian ini untuk mengetahui profil konsumen rumah tangga di Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok yang mengkonsumsi ikan laut segar, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan model permintaan ikan laut segar, menentukan nilai elastisitas harga, elastisitas pendapatan, dan elastisitas silang dari permintaan ikan laut segar. Berdasarkan evaluasi model baik secara statistik, ekonometrik, maupun ekonomi, model Coub Douglas layak digunakan untuk memprediksi permintaan ikan laut segar berdasarkan masukkan variabel independennya. Berdasarkan kriteria statistik yaitu terpenuhinya uji – F, berdasarkan kriteria ekonometrika model dugaan telah memenuhi kriteria ekonometrika yaitu telah memenuhi asumsi-asumsi model linear klasik yaitu asumsi normalitas, homoskedastisitas, asumsi tidak adanya multikoliniearitas dan autokorelasi. Berdasarkan kriteria ekonomi dan analisis respon (elastisitas) diketahui elastisitas harga, elastisitas pendapatan, dan elastisitas silang bersifat inelastis. Elastisitas harga sebesar -0,129, elastisitas pendapatan sebesar 0,373, elastisitas silang harga ikan tawar adalah sebesar 0,105, elastisitas silang harga ayam adalah sebesar 0,529 dan elastisitas silang harga daging sapi adalah sebesar -0,873. 21 Penelitian yang dilakukan Yeni Kusuma Dewi (2009) dengan judul Analisis Permintaan Jeruk Lokal (Citrus Sp) Di Kabupaten Sleman. Penelitian tersebut untuk mengkaji faktor harga jeruk, harga salak, harga pisang, jumlah penduduk dan pendapatan penduduk dalam mempengaruhi permintaan jeruk lokal di Kabupaten Sleman dan menganalisis elastisitas permintaan jeruk lokal di Kabupaten Sleman. Metode penelitian dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Dari hasil penelitian ini diketahui persamaan fungsi permintaan Ln Qi= -0,891 – 2,445 Ln XHJ + 2,558 Ln XHS + 0,369 Ln XHP + 0,578 Ln XJP + 0,189 Ln XP. Model ini mempunyai R2 sebesar 81,9% yang berarti bahwa besarnya sumbangan variabel harga jeruk, harga salak, harga pisang, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita terhadap variasi permintaan jeruk di Kabupaten Sleman sebesar 81,9%, sedangkan sisanya 18,1% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar variabel yang diteliti. Pada uji F dikatakan bahwa variabel harga jeruk, harga salak, harga pisang, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan jeruk di Kabupaten Sleman. Pada uji t diperoleh bahwa variabel harga jeruk, harga salak dan pendapatan perkapita berpengaruh secara nyata, sedangkan variabel harga pisang dan jumlah penduduk tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan jeruk di Kabupaten Sleman. Koefisien elastisitas harga mempunyai nilai sebesar -2,445 yang bersifat elastis. Koefisien elastisitas silang untuk salak dan pisang berturut-turut mempunyai nilai sebesar 2,558 dan 0,369 yang menunjukkan bahwa salak dan pisang merupakan barang substitusi. Untuk koefisien elastisitas pendapatan mempunyai nilai sebesar 0,189 yang menunjukkan bahwa jeruk merupakan barang normal. 22 Dalam penelitian Wirawan (2013) dengan judul Permintaan Buah pisang Ambon Oleh Rumah Tangga Di Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Penelitian ini untuk mengetahui fungsi permintaan buah pisang ambon, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan buah pisang ambon, dan elastisitas permintaan buah pisang ambon di Kecamatan Denpasar Barat. Model analisis yang digunakan yaitu fungsi permintaan Cobb-Douglas dan fungsi permintaan linier. Dari hasil penelitian menunjukkan fungsi permintaan buah pisang ambon oleh rumah tangga yang representatif adalah fungsi permintaan linier, yaitu (Y) adalah Y = 0,7285729 – 0,00003636X1 + 0,00014478X2 + 0,00000110X3 + 0,19004321X4 + 0,60582075X5 + 0,04631297D. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah pisang ambon oleh rumah tangga yaitu harga buah lainnya, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga. Elastisitas harga atas permintaan buah pisang ambon oleh rumah tangga adalah inelastisitas, elastisitas pendapatan menunjukkan bahwa buah pisang ambon termasuk dalam kategori barang normal, buah lainnya (buah pepaya, semangka, jeruk, dan buah mangga) dapat dikategorikan sebagai barang substitusi dari buah pisang ambon berdasarkan hasil analisis elastisitas harga silang.