BENTUK – BENTUK KOMUNIKASI DALAM KONSELING A. KOMUNIKASI VERBAL Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat sehingga komunikasi verbal ini sama artinya dengan komunikasi kebahasaan. Komunikasi kebahasaan dapat dijalin secara lisan atau kata – kata yang diucapkan (vokal), dan ditulis (visual). Bahasa dapat di definisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal. Simbol yang digunakan sebagai alat adalah kata yang digunakan untuk mengekpresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional atau menguraikan objek observasi dan ingatan. Jenis komunikasi yang paling sering digunakan dalam pelayanan kebidanan dan keperawatan di rumah sakit adalah informasi verbal, terutama dalam percakapan tatap muka. Komunikasi ini terkait dengan penggunaan kata-kata atau tulisan. Bahasa dapat efektif jika pengirim pesan dan penerima pesan dapat mengerti pesan secara jelas, penambahan satu kata dapat mengubah arti kalimat. Seorang bidan sering kali menangani klien dari berbagai daerah yang berkomunikasi menggunakan bahasa daerahnya. Perbedaan bahasa ini biasanya dapat menimbulkan salah paham atau salah persepsi. Oleh karena itu, untuk membuat pesan menjadi jelas dan relevan, perawat harus menguasai teknik komunikasi verbal yang efektif. Karakteristik komunikasi verbal yang efektif adalah sebagai berikut. Keterbatasan bahasa : a. Keterbatasaan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk mewakili tertentu : orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Sesuatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Kata – kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kayamiskin, pintar-bodoh, dan sebagainya. b. Kata – kata bersifat ambigu dan konteksstual Kata – kata bersifat ambigu, karena kata – kata mempresentasikan persepsi dan interpretasi orang – orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam. Misalnya : tubuh orang itu berat, kepala saya berat, ujian itu berat, dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang menyontek. c. Kata – kata mengadung bias budaya. Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan sub budaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata – kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu. Komunikasi hanya terjadi bila kita memilki makna yang sama hanya terbentuk bila kita memilki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanaya terbentuk bila kita memiliki pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan – komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama, pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak adaa isomorfisme total. d. Percampuradukkan fakta, penafsiran, dan penilaian. Dalam berbahasa kita sering mencapuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan kekeliruan persepsi. Contohnya : apa yang ada dalam pikiran kita ketika melhat seorang pria dewasa sedangkan membeleh kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi?. Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada : Pertama, apa yang dimaksud bekerja?. Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah?. Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya. Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyajian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman. Jelas dan ringkas. Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek, dan langsung. Penggunaan contoh dapat membuat penjelasan lebih mudah dipahami. Ulangi bagian penting dari pesan yang sedang disampaikan. Penerima pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan di mana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. Penggunaan kalimat “katakan pada saya di mana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang Anda rasakan tidak enak”. Perbendaharaan kata. Komunikasi tidak akan berhasil jika penerima pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan pengirim pesan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam kebidanan, keperawatan, dan kedokteran. Jika istilah teknis ini digunakan oleh bidan, klien menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengertioleh klien. Lebih baik jika bidan menggunakan kalimat “coba ibu tidur telentang, sementara akan saya periksa kehamilan Ibu” daripada menggunakan kalimat “tidurlah, sementarasaya palpasi perut ibu.” Arti denotatif dan konotatif. Suatu kata dapat mengandung beberapa arti. Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan fikiran, perasaan, atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Intonasi. Bunyi suara pembicaraan dapat memengaruhi arti pesan. Kalimat sederhana, seperti “Bagaimana keadaan Ibu?” dapat diekspresikan dengan penuh perhatian, gembira, susah, dan lain-lain. Emosi seseorang secara langsung memengaruhi intonasi suaranya. Kecepatan berbicara. Keberhasaan komunikasi verbal dipengaruhi oleh kecepatan bicara. Bidan sebaiknya tidak bebicara terlalu cepat sehingga kata-kata menjadi tidak jelas. Bidan perlu menanyakan kepada klien apakah ia berbicara terlalu cepat atau terlalu lama. Humor. Dugan (1989) menyatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres serta dapat meningkatkan keberhasilan bidan dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Namun, bidan perlu hati-hati agar tidak menggunakan humor untuk menutupi ketidakmampuannya dalam berkomunikasi dengan klien. Contoh komunikasi verbal : a. b. c. d. Seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon Mendengarkan radio Membaca buku, majalah novel Menulis surat lamaran B. Komunikasi Non verbal Komunikasi non verbal adalah komunikasi yanng tidak menggunakan bahasa lisan maupun tulisan, tidak menggunakan bahasa kial, bahasa gambar dan bahasa singkat. Bahasa kial adalah bahasa yang menggunakan gerakan tangan atau tubuh sebagai isyarat atau bisa suatu perbuatan, gerakan tersebut mempunyai arti pesan dalam konteks komunikasi. Disebut juga bahasa tubuh, meliputi isyarat, pergerakan tubuh, dan penampilan fisik. Bidan perlu menyadari pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi karena isyarat nonverbal menambah arti terhadap pesan verbal. Bidan yang memersiapkan pesan nonverbal akan lebih mampu memahami dan mendeteksi kondisi klien serta menentukan kebutuhan asuhan yang tepat untuk klien. Komunikasi nonverbal dapat diamati pada karakteristik sebagai berikut. Penampilan fisik. Sikap tubuh dan cara berjalan. Ekspresi wajah. Sentuhan. Fungsi pesan nonverbal. Mark L. Knapp dalam buku psikologi komunikasi oleh jalalludin (2005), menyebut lima fungsi pesan non verbal yang dihubungkan dengan pesan verbal : a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala. b. Substitusi, yaitu menggatikan lambang – lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk – anggukkan kepala. c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda “memuji” prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata “Hebat, kau memang hebat”. d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makana pesan non verbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kat – kata. e. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja. Contoh-contoh komunikasi non verbal antara lain : a. Sentuhan dapat berupa bersalaman, menngenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, pukulan, dan lain-lain b. Gerakan tubuh dapat berupa ekspresi wajah, isyarat, kontak mata dan sikap tubuh c. Vokalik dapat berupa nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara,intonasi, kecepatan berbicara, penggunaan suara-suara pengisi d. Lingkungan dapat berupa penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan dan warna e. Kronemik f. Memahami dan memakai simbol pesan komunikasi verbal dan non verbal. C. IMPLIKASI BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI DALAM KONSELING 1. Simbol pesan verbal dalam komunikasi kesehatan Konsep komunikasi verbal tidak dapat dilepaskan dari ilmu bahasa atau linguistik. Dalam praktiknya, cara manusia berkomunikasi melalui bahasa yang secara formal dilakukan melalui bahasa lisan dan tulisan. a. Penggunaan bahasa secara pragmatis Ketika menggunakan bahasa sebagai “alat komunikasi”, harus disadari bawah ada perbedaan terletak pada aspek “kepraktisan”. Artinya, orang tidak terbiasa berbahasa lisan dengan mengikuti semua aturan tata bahasa indonesia. Bagi kita, berkomunikasi adalah membuat orang lain cepat mengerti, yang dalam istilah komunikasi memberikan makna yang sama atas apa yang kita ucapkan. Itulah aspek paragmatis suatu bahasa. Seseorang komunikator kesehatan harus memperhatikan kebiasaan dan kepraktisan bahasa dikalangan berbagai macam komunikan. b. Variasi bahasa Dalam berkomunikasi kesehatan, apalagi situasi antar budaya, harus memperhatikan beberapa variasi berbahasa yang bersumber pada : 1. Dialek Dialek merupakan variasi penggunaan bahasa di suatu daerah bahasa. 2. Aksen Aksen menunjukkan kekhasan tekanan dalam ucapan bahasa lisan. 3. Jargon Jargon adalah sebuah unit kata – kata atau istilah yang dipertukarkan oleh mereka yang sama profesi atau pengalamannya. Contoh: istilah SKS hanya dapat dimergerti dikalangan dosen dan mahasiswa. 4. Argot Argot adalah “bahasa” khusus yang digunakan oleh suatu kelompok tertentu untuk mendefinisikan batas – batas kelompok mereka dengan orang lain. Di kalangan anak – anak sering menggunakan “bahasa” khusus yang hanya dimengerti di kalangan mereka. Contoh: “kapan saya bisa datang ke rumah kamu?.” ( Kaken saken deken keken ruken kaken?). c. Berbahasa pada saat yang tepat Dalam berkomunikasi, terutama dalam situasi antar budaya, ada beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan. Menurut Oihowutun (1997) anda harus memperhatikan: 1. Kapan orang berbicara Jika kita berkomunikasi antar budaya perlu diperhatikan bahwa ada kebiasaan (habits) budaya yang mengajarkan kepatutan kapan seseorang harus atau boleh berbicara. Orang Tior, Batak, Sulawesi, Amborn, Irian, mewarisi sikapa kapan saja bicara, tanpa membedakan yang tua dan yang muda. Namun orang Jawa dan Sunda mengenal aturan atau kebiasaan kapan orang berbicara. Misalnya: yang lebih muda banyak mendengarkan daripada yang tua, yang tua berbicara lebih banyak dari pada yang muda. 2. Apa yang dikatakan Laporan study Eades (1982) mengungkapkan bahwa orang Aborigin Australia tidak pernah mengajukan pertanyaan “mengapa”?. Suzanne Scolon (1982) mendapati orang Indiaan Athabaska jarang bertanya. Terdapat anggapan pertanyaan dianggap terlalu keras, karena menurut jawaban. 3. Kecepatan dan jedah berbicara Yang dimaksudkan dengan kecepatan dan jedah berbicara adalah peraturan kendali berbicara menyangkut tingkat kecepatan dan “istirahat sejenak” dalam berkomunikasi antara dua pihak. 4. Hal memperhatikan Konsep ini berkaitan erat dengan gaze atau pandangan mata yang diperkenankan waktu berbicara bersama – sama. Orang Batak dan Timor biasanya berbicara sambil menatap mata dan wajah orang lain. Orang Jawa tidak mementingkan melihat, tetapi mendengarkan. 5. Intonasi Masalah intonasi cukup berpengaruh dalam berbagai bahasa yang berbeda budaya. Oarang kadang di Lembata atau Flores memakia kata bua berarti melahirkan. Namun kata yang sama kalau ditekan pada huruf akhiran ‘a’ – bua’ (buaq), berarti berlayar. d. Gaya bahasa Gaya pesan menunjukkan variasi linguistik dalam penyampaian pesan dengan : 1. Pengulangan 2. Mudah dimengerti 3. Perbendaharaan kata 2. Simbol pesan non verbal dalam komunikasi kesehatan Morris (1997) dan Liliweri (2007) membagi pesan non verbal sebagai berikut: a. Kinestik Kinestik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh dan anggota tubuh. 1. Gestures Gestures merupakan bahasa isyarat yang ditampilkan oleh gerakan tubuh atau sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna. 2. Ekpresi wajah Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyapaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna, yaitu : kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyampaikan penelitian – penelitian tentang wajah sebagai berikut: a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tak senang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitian baik atau buruk. b. Wajak mengkomunikasikan berminat dan tak berminat pada orang laing atau lingkungan. Wajak mengkomunikasikan c. Wajak mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi. d. Wajak mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri, dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian. 3. Postural Berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu merupakan ungkapan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak berbicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif. b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, postur orang yang merendah. c. Responsiveness, individu dapat beraksi secara emosinal pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif. 4. Kontak mata Kontak mata merupakan simbol non verbal yang sangat penting dalam beberapa kebudayaan namun tidak penting bagi budaya lain. b. Proksemik Proksemik bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh ruang, waktu, dan jarak antara individu dengan orang lain wkatu berkomunikasi atau individu dengan objek. Proksemik dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Proksemik jarak Proksemik jarak merupakan bahasa jarak sebagai simbol komunikasi yang paling sensitif. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakrabaan kita dengan orang lain. 2. Proksemik ruang Dalam kasus proksemik ruang, berikut ini beberapa contoh di mana kita dapat menginterprestasikan maknanya, yakni: a. Ukuran ruang b. Hawa atau udara dalam ruang c. Warna d. Pencahayaan e. Jangkauan ruang 3. Proksemik waktu Meliputi penggunaan waktu untuk berkomunikasi secara non verbal. Waktu menggambarkan suatu peristiwa yang dapat memberikan makna tertentu, maksudnya dan tujuan tertentu. c. Haptik haptik sering disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi. Ahli komunikasi non verbal yang mengatakan haptik sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus, dan mencubit. d. Paralinguistik Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga bermanfaat kalau kita hendak menginterprestasikan simbol verbal. Pesan non verbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Suatu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Coontoh: orang Jawa tidak mengungkapkan kemarahan dnegan suara keras. Mengkritik orang biasanya tidak diungkapkan secara berlangsung, tetapi dnegan anekdot. e. Artifak Artifak dalam komunikasi non verbal dimaksudkan dengan berbagai benda material di sekitar kita, dan bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan pesan tatkala dipergunakaan. Diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Contoh: Sepeda motor, mobil, kulkas, komputer, dan lain-lain mungkin hanya sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu, benda-benda tersebut memberi pesan pada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dari benda-benda yang mereka gunakan. f. Logo dan warna Peran warna mempunyai arti penting karena: warna berkaitan dengan kepribadian, berkaitan dengan faktor-faktor kepribadian, da lain-lain. g. Tampilan fisik tubuh Tipe tubuh merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang tersebut. Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuatif, artinya bagaimana merancang pesan sedemikan rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar dapat mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak informasi dari sumber informasi. Bentuk – bentuk lain dari komunikasi : a. Komunikasi massa Komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media massa. Massa adalah sekumpulan orang-orang yang hubungan antarsosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu. Komunikasi massa sangat efisien karena menjangkau daerah yang luas atau audiensi yang praktis tidak terbatas, namun komunikasi massa kurang efektif dalam pembentukan sifat persona karena komunikasi massa tidak dapat langsung diterima oleh massa,tetapi melalui opinion leader ; ialah yang kemudian menerjemahkan apa yang disampaikan dalam komunikasi massa itu kepada komunikan. b. Komunikasi interpersonal Proses komunikasi yang terjadi dalam diri seorang, berupa pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf. Contoh : berpikir, merenung, menggambarkan, menulis sesuatu dan lain-lain. c. Komunikasi intrapersonal Kegiatan yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya. Contoh : Percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon dan lainlain. d. Komunikasi kelompok Komunikasi yang ditujukan kepada kelompok tertentu. Kelompok tertentu adalah suatu kumpulan manusia yang mempunyai antar dan antara hubungan sosial yang nyata dan memperlihatkan struktur yang nyata pula. Contoh komunikasi kelompok adalah ceramah, briefing, penyuluhan, indoktrinasi dan lai-lain. Komunikasi kelom[ok lebih efektif dalam pembentukan sikap persona daripada komunikasi massa, namun kurang efisien. Sebaliknya kurang efektif bila dibandingkan dengan komunikasi persona, tapi lebih efisien.