pendahuluan tinjauan pustaka

advertisement
PENDAHULUAN
Tujuan Tugas Akhir
Tujuan Umum
Latar Belakang
Kapasitor
merupakan
komponen
elektronika yang berfungsi untuk menyimpan
muatan listrik atau energi listrik. Kapasitor
yang banyak digunakan sekarang merupakan
perkembangan dari kapasitor primitif yang
kemudian menjadi cikal bakal kapasitor yang
ada sekarang. Kapasitor ini dikenal dengan
istilah Leyden Jar. Kemampuan kapasitor
untuk menyimpan muatan (kapasitansi)
bergantung pada ukuran, bentuk dan posisi
relatif dari dua plat konduktor serta bahan
penyekat antara dua plat konduktor tersebut
yang disebut sebagai bahan dielektrik. Bahan
dielektrik ini dapat berupa padatan atau
cairan yang memiliki fungsi mampu
menyimpan muatan listrik.
Sebagian besar bahan biologis merupakan
dielektrik dan memiliki nilai konstanta
dielektrik tersendiri yang ditentukan oleh
banyak
variabel,
seperti
frekuensi,
kelembaban bahan, temperatur, dimensi dari
bahan, kerapatan, berat jenis bahan, faktor
loss dielektrik dan komposisi bahan
Pengetahuan mengenai nilai konstanta
dielektrik suatu bahan organik juga sangat
berguna terutama untuk analisis kandungan
ionik dan komposisi kimia yang umumnya
dipakai untuk menentukan mutu bahan
pangan organik.(Stuart O Nelson,1982)
Pengetahuan nilai kapasitansi penting
untuk diketahui oleh seorang peneliti,
misalnya bidang kedokteran. Salah satunya
yaitu kondisi konsentrasi larutan garam yang
terkandung dalam darah akan menunjukkan
kondisi kesehatan seseorang. Konsentrasi
larutan garam tersebut dapat diketahui
dengan melakukan pengukuran kapasitansinya.(R. Harry Arjadi, 2003)
Mengacu pada hal tersebut, maka
dilakukan penelitian awal tentang sistem
pengukuran kapasitansi larutan garam. Sejauh
ini metode yang digunakan dalam
pengukuran kapasitansi biasanya masih
terbatas baik pada prinsip yang digunakan
dalam pengukuran maupun peralatan yang
digunakan. Oleh karena itu pada tugas akhir
ini dibuat suatu sistem pengukuran
kapasitansi dari suatu larutan garam
menggunakan mikrokontroler ATmega8535
sebagai pengendali utama sistem, dimana
nilai kapasitansi yang diukur dapat
ditampilkan melalui layar LCD.
Tujuan umum yang ingin dicapai dari
tugas akhir ini adalah membuat alat ukur
kapasitansi kapasitor Leyden Jar dengan
bahan dielektrik larutan garam berbasis
mikrokontroler dan tampilan LCD.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dari
tugas akhir
ini adalah menentukan
hubungan antara konsentrasi larutan
garam NaCl dengan nilai kapasitansi
untuk variasi konsentrasi tertentu.
Hipotesa
Bahan dielektrik dapat meningkatkan
kapasitansi kapasitor Leyden Jar. Larutan
garam NaCl dalam hal ini berfungsi sebagai
bahan dielektrik. Variasi konsentrasi larutan
garam NaCl yang diberikan akan mengubah
nilai kapasitansi kapasitor Leyden Jar.
Setelah data pengukuran diekstrapolasi,
diperoleh grafik hubungan antara konsentrasi
larutan gram NaCl terhadap nilai kapasitansi.
Grafik yang diperoleh berbeda untuk setiap
pelarut yang digunakan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prinsip
Dasar
Karakterisasinya
Kapasitor
dan
Kapasitas Kapasitor (Kapasitansi)
Kemampuan kapasitor untuk memperoleh
dan menyimpan muatan listrik disebut
kapasitas kapasitor atau kapasitansi. Satuan
kapasitansi adalah farad (F). Pada
kenyataannya, kapasitansi bernilai 1 F terlalu
besar bagi kapasitor-kapasitor pada umumnya
sehingga digunakan beberapa faktor pengali
dengan nilai yang kecil seperti milifarad(mF),
mikrofarad(μF),nanofarad(nF), dan pikofarad
(pF).
Pada aplikasinya kapasitansi didefinisikan
sebagai perbandingan tetap antara muatan
yang tersimpan dalam kapasitor Q dan beda
potensial antara kedua plat konduktornya V.
Secara matematis persamaannya dapat
dinyatakan,
C=
Q
V
(1)
dengan
C = kapasitansi (F)
Q = muatan dalam kapasitor (C)
V = beda potensial (V)
Kapasitor Leyden Jar
Kapasitor
merupakan
komponen
elektronika yang berfungsi untuk menyimpan
muatan listrik atau energi listrik. Kapasitor
yang banyak digunakan sekarang merupakan
perkembangan dari kapasitor primitif yang
kemudian menjadi cikal bakal kapasitor yang
ada sekarang. Kapasitor ini dikenal dengan
istilah Leyden, yang diditemukan kali
pertama oleh Pieter van Musschenbroek di
Leyden, Belanda pada tahun 1745. Pada saat
itu satuan yang digunakan adalah Jar, dimana
1 mikrofarad = 900 Jar atau 1 Jar = 1/9
nanofarad. Sehingga kapasitor ini lebih
dikenal dengan nama Leyden Jar.
(http://en.wikipedia.org, 2009). Berikut ini
adalah gambar dari Leyden Jar.
Pada prakteknya ke dalam kapasitor
Leyden Jar ini dimasukkan bahan dielektrik
berupa cairan, misalnya air, larutan garam,
dan larutan elektrolit yang merupakan cikal
bakal elektrolit kapasitor (elco). Untuk lebih
jelas mengenai cara pembuatan Leyden Jar
dapat dilihat pada bagian pembahasan.
Kapasitansi Kapasitor Leyden Jar
Berikut gambar skema sebuah kapasitor
Leyden Jar
permukaan Gauss
-Q
+Q
b
a
L
Gambar 2 Penampang melintang kapasitor
Leyden Jar
ƒ Menentukan medan listrik diantara kedua
plat kapasitor Leyden Jar.
Berdasarkan hukum Gauss,
r r
∫ E.dA =
Gambar 1 Kapasitor Leyden Jar
Pada prinsipnya Leyden Jar adalah
silinder yang terbuat dari bahan dielektrik
(yang merupakan isolator, seperti kaca atau
plastik) dengan dilapisi logam foil (misalnya:
alumunium foil). Dimana logam foil ini
nantinya berfungsi sebagai plat negatif,
sementara itu batang logam yang dicelupkan
kedalam bahan dielektrik berfungsi sebagai
plat positif. Untuk membuat kapasitor ini
relatif mudah, karena dapat menggunakan
komponen utama yang mudah ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, seperti botol
dari gelas atau plastik yang disertai dengan
tutupnya, kertas alumunium foil , batang
logam dari alumunium, dan kabel
secukupnya.
qenclose
ε0
(2)
qenclose adalah muatan total yang diselimuti
oleh permukaan Gauss yang besarnya -Q
(tanda – menyatakan muatan negatif dan
tidak dimasukkan kedalam persamaan),
sementara A adalah luas permukaan Gauss
yang besarnya merupakan luas selimut
tabung yaitu A=2πrL. Sehingga persamaan
diatas menjadi,
∫ E.dA =
∫
E dA =
E (2πrL) =
E=
qenclose
ε0
Q
ε0
Q
ε0
Q
2πε 0 rL
(3)
Persamaan (3) diatas adalah persamaan yang
menunjukkan besar kuat medan listrik
diantara kedua plat kapasitor Leyden Jar.
2
ƒ Menentukan beda potensial listrik diantara
kedua plat kapasitor Leyden Jar.
Energi potensial listrik didefinisikan sebagai,
rr
U = − F .r
(4)
dimana
U menyatakan energi potensial
r
listrik, F menyatakan vektor gaya yang
diperlukan untuk memindahkan muatan uji,
r
dan r menyatakan vektor perpindahan
muatan uji q’. Jika dinyatakan dalam bentuk
derivatif persamaannya menjadi,
r r
dU = − F .dr
(5)
r
r
karena F = q '.E maka
r r
dU = −(q'.E ).dr
Sementara potensial listrik V didefinisikan
sebagai,
U
V=
q'
dU
q'
(7)
r r
− (q '.E ).dr
dV =
q'
r r
dV = − E.dr
Jika kedua ruas pada persamaan
diintegralkan maka diperoleh,
r r
dV = − E.dr
∫
V=
∫
∫ dV = −∫ E.dr
⎛ Q ⎞
⎟dr
Vb − Va = − ⎜⎜
⎟
⎝ 2πε 0 rL ⎠
∫
Q
⎛1⎞
⎜ ⎟dr
2πε 0 rL ⎝ r ⎠
∫
Q
⎛b⎞
ln⎜ ⎟
2πε 0 L ⎝ a ⎠
(10)
Persamaan (10) diatas adalah persamaan yang
menunjukkan beda potensial listrik diantara
kedua plat kapasitor Leyden Jar.
ƒ Menentukan kapasitansi Leyden Jar
Berdasarkan definisi, besarnya kapasitansi
kapasiotor dapat dinyatakan sebagai,
C=
Q
V
(11)
Sehingga diperoleh besarnya kapasitansi
Leyden Jar sebesar :
C=
2πε 0 L
⎛b⎞
ln⎜ ⎟
⎝a⎠
(12)
dengan C menyatakan besar kapasitansi
Leyden Jar, L menyatakan panjang dari
Leyden Jar , a dan b menyatakan jari-jari dari
kedua plat yang digunakan.
B. Bahan Dielektrik
(8)
(8)
(9)
dengan
mengambil
skalar-nya
dan
mengambil batas integral dari a ke b
diperoleh,
Vb − V a = −
⎛b⎞
ln⎜ ⎟
2πε 0 L ⎝ a ⎠
Q
(6)
Jika dinyatakan dalam bentuk derivatif
persamaannya menjadi,
dV =
V a − Vb =
Besar kapasitansi suatu kapasitor selain
bergantung pada geometri juga bergantung
pada bahan dielektrik yang digunakan. Secara
umum, bahan dielektrik adalah bahan yang
memisahkan kedua plat dari suatu kapasitor
dan mampu menyimpan muatan listrik.
Kapasitor
yang
menggunakan
bahan
dielektrik kaca, mika atau karet, akan
memiliki kapasitansi yang lebih besar
dibandingkan dengan kapasitor lain yang
berukuran sama, tetapi menggunakan udara
sebagai dielektriknya.
Konstanta
dielektrik
didefinisikan
sebagai perbandingan antara kapasitas
kapasitor setelah disisipkan bahan dielektrik
dengan
kapasitas
kapasitor
sebelum
disisipkan bahan dielektrik. Tabel berikut
menunjukkan nilai konstanta dielektrik untuk
beberapa bahan.
3
Tabel 1 Konstanta Dielektrik untuk beberapa bahan
Bahan Dielektrik
Udara vakum
Udara (1 atm)
Parafin
Polystirene
Karet
Plastik
Kertas
Quartz
Minyak
Kaca
Porselen
Mika
Air
konstanta dielektrik(k)
1.0000
1.0006
2.2
2.6
6.7
2-4
4.7
4.3
4
5
6-8
7
80
( Sumber : Physics for Scientists and Engineers with
Modern Phisics,2000)
Pengaruh Bahan Dielektrik Terhadap
Kapasitansi Kapasitor Leyden Jar
Besar kapasitansi Leyden Jar ketika
kosong (medium udara) biasanya juga
dinyatakan dengan notasi C0. Jika kedalam
Leyden
Jar
(diantara
kedua
plat),
ditambahkan bahan dielektrik maka besar
kapasitansinya dapat dinyatakan sebagai
Cb =
2πε b L
⎛b⎞
ln⎜ ⎟
⎝a⎠
(13)
karena ε b = kε 0 sehingga
C b = kC 0
(14)
dengan Cb menyatakan besar kapasitansi
Leyden Jar setelah ditambahkan bahan
dielektrik. Terlihat bahwa kapasitansi Leyden
Jar akan semakin besar ketika ditambahkan
bahan dielektrik sesuai dengan faktor k. Nilai
k ini dikenal dengan istilah konstanta dari
bahan dielektrik atau kontanta dielektrik.
Tinjauan Molekuler Bahan Dielektrik
Ketika ruang diantara kedua plat
konduktor pada sebuah kapasitor diisi dengan
bahan dielektrik, maka kapasitansi akan naik
sebanding dengan faktor k yang merupakan
karakteristik dielektrik yang kemudian
dikenal dengan nama konstanta dielektrik.
Hal ini ditemukan secara eksperimen oleh
Michael Faraday. Kenaikan kapasitansi ini
disebabkan oleh melemahnya medan listrik
diantara kedua plat konduktor
akibat
kehadiran bahan dielektrik.
Bahan dielektrik dapat memperlemah
medan listrik antar plat konduktor dari suatu
kapasitor, karena dengan hadirnya medan
listrik, molekul-molekul dalam bahan
dielektrik akan menghasilkan medan listrik
tambahan yang arahnya berlawanan dengan
medan listrik luar. Jika molekul-molekul
dalam bahan dielektrik bersifat polar, bahan
dielektrik tersebut akan memiliki momen
dipol permanen. Dalam pengaruh medan
listrik diantara plat konduktor, momen dipol
menerima suatu gaya torka yang memaksa
momen dipol tersebut menyearahkan diri
dengan arah medan listrik. Kemampuan
momen dipol untuk menyearahkan diri
dengan medan listrik bergantung pada kuat
medan dan temperatur. Pada temperatur
tinggi, gerak termal molekul-molekul yang
bersifat acak, cenderung menghambat proses
penyearahan. Jika molekul-molekul bahan
dielektrik bersifat nonpolar maka dalam suatu
pengaruh medan listrik luar, molekul-molekul
bahan dielektrik akan menginduksi momenmomen dipol yang searah dengan arah
medan. Suatu bahan dielektrik dengan
momen-momen dipol yang searah dengan
medan listrik dikatakan terpolarisasi oleh
medan, tidak peduli apakah polarisasi
tersebut disebabkan oleh penyearahan
momen-momen dipol permanen dari suatu
molekul-molekul polar atau akibat terjadinya
momen-momen dipol induksi dalam molekulmolekul nonpolar. Pada kedua kasus, dipoldipol molekuler menghasilkan suatu medan
listrik tambahan yang arahnya berlawanan
dengan medan awal, sehingga dapat
melemahkan medan awal.
Pengaruh total dari polaritas suatu bahan
dielektrik homogen adalah hadirnya muatan
permukaan pada bidang batas antara bahan
dielektrik dan plat konduktor. Muatan
permukaan yang terikat pada bahan dielektrik
ini menghasilkan medan listrik yang
berlawanan dengan arah medan listrik yang
disebabkan oleh muatan-muatan bebas pada
konduktor-konduktor. Akibatnya, medan
listrik diantara plat konduktor menjadi lebih
lemah .
Densitas muatan pada permukaan bahan
dielektrik disebabkan oleh pergeseran
muatan-muatan molekul negatif dan positif
disekitar permukaan akibat medan listrik luar
dari kapasitor. Muatan-muatan pada bahan
dielektrik disebut muatan terikat, karena
muatan-muatan tersebut
terikat pada
molekul-molekul bahan dielektrik, sehingga
tidak dapat bergerak seperti halnya muatanmuatan bebas dalam keping (plat) konduktor
pada suatu kapasitor. Walaupun muatanmuatan terikat tidak ditemukan lagi jika
medan listrik ditiadakan, muatan-muatan
4
terikat juga dapat menghasilkan suatu medan
listrik
seperti
halnya
muatan
lain.
(Tipler,1991)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
manfaat dari bahan dielektrik terhadap suatu
kapasitor antara lain:
ƒ Meningkatkan kapasitansi suatu kapasitor
ƒ Memiliki arti fisis sebagai pemisah dua
buah plat konduktor, yang seharusnya
sangat berdekatan untuk menghasilkan
kapasitansi yang besar karena kapasitansi
berbanding terbalik dengan jarak pemisah.
ƒ Bahan dielektrik dapat meningkatkan kuat
dielektrik dari suatu kapasitor karena kuat
dielektrik suatu dielektrik biasanya lebih
besar dibanding udara.
C. Mikrokontroler
Mikrokontroler
merupakan
sistem
komputer yang seluruh atau sebagian besar
elemennya dikemas dalam satu chip IC,
sehingga sering juga disebut dengan single
chip microcomputer. Mikrokontroler biasa
dikelompokkan dalam satu keluarga, dimana
masing-masing mikrokontroler memiliki
spesifikasi tersendiri namun
masih
kompatibel
dalam
pemrogramannya.
(Totok Budioko, 2005).
CPU
MEMORY
Mikrokontroler
I/O
CLOCK
Gambar 3 Skema sebuah mikrokontroler
Beberapa contoh keluarga mikrokontroler:
¾
¾
¾
¾
¾
¾
¾
Keluarga MCS-48
Keluarga MCS-51
Keluarga MC 68HC05
Keluarga MC 68HC08
Keluarga MC 68HC11
Keluarga PIC 8
Keluarga AVR
Mikrokontroler Keluarga AVR
AVR, kependekan dari Alf and Vegard’s
Risc
Processor,
merupakan
chip
mikrokontroler yang diproduksi oleh Atmel.
AVR dikelompokkan kedalam empat kelas,
yaitu ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga
ATmega, dan keluarga AT86RFxx.
AVR
termasuk
kedalam
jenis
mikrokontroler RISC (Reduced Instruction
Set Computing) 8 bit. Berbeda dengan
mikrokontroler keluarga MCS-51 yang
berteknologi CISC (Complex Instruction Set
Computing). Pada mikrokontroler dengan
teknologi RISC semua instruksi dikemas
dalam kode 16 bit (16 bits words) dan
sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1
clock, sedangkan pada teknologi CISC seperti
yang diterapkan pada mikrokontroler MCS51, untuk menjalankan sebuah instruksi
dibutuhkan waktu sebanyak 12 siklus clock.
Perbedaan yang terdapat pada masingmasing kelas adalah kapasitas memori,
peripheral, dan fungsinya. Dalam hal
arsitektur maupun instruksinya, hampir tidak
ada perbedaan sama sekali. Sebagai contoh,
ATmega8535
dapat
beroperasi
pada
kecepatan maksimal 16MHz serta memiliki 6
pilihan mode sleep untuk menghemat
penggunaan daya listrik. Sementara dari segi
arsitektur dan instruksi yang digunakan
mereka bisa dikatakan hampir sama. Pada
tugas akhir ini dipilih ATmega8535 dengan
berbagai pertimbangan tertentu. Berikut
sekilas tentang spesifikasi ATmega8535.
(http://www.scribd.com,2009)
1. Arsitektur ATmega8535
Arsitektur ATmega8535 terdiri dari :
ƒ Saluran IO sebanyak 32 buah, yaitu
Port A, Port B, Port C dan Port D
ƒ ADC 10 bit sebanyak 8 channel
ƒ 3 buah timer (counter)
ƒ 32 buah register
ƒ 6 Sleep Modes : Idle, ADC Noise
Reduction, Power-save, Power-down,
Standby and Extended Standby
ƒ Watchdog Timer dengan oscillator
internal
ƒ Sumber Interrupt internal dan
eksternal
ƒ EEPROM on board sebanyak 512
byte
ƒ SRAM sebanyak 512 byte
ƒ Memori Flash sebesar 8 kilobyte
ƒ Komparator
analog
(Analog
Comparator)
ƒ Port SPI (Serial Pheriperal Interface)
ƒ Port
USART
(Universal
Shynchronous
Ashynchronous
Receiver Transmitter)
ƒ Tegangan operasi 4.5 sampai 5.5V
dan frekuensi operasi 0 sampai
16MHz
5
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
komparator analog dan interrupt
eksternal serta komunikasi serial
RESET
merupakan
pin
yang
digunakan
untuk
mereset
mikrokontroler
XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin
masukan clock eksternal
AVCC merupakan pin masukan untuk
tegangan ADC
AREF merupakan pin masukan
tegangan referensi untuk ADC
Gambar 5 Mikrokontroler ATmega8535
Gambar 4 Arsitektur ATmega8535
ATmega8535
memiliki
ruang
pengalamatan memori data dan memori
program yang terpisah. Memori data terbagi
menjadi 3 bagian yaitu : 32 buah register
umum, 64 buah register I/O, dan 512 byte
SRAM internal. Register untuk keperluan
umum menempati space data pada alamat
terbawah yaitu $00 sampai $1F.
2. Fitur ATmega8535
Fitur ATmega8535 antara lain :
ƒ Sistem processor 8 bit berbasis RISC
dengan kecepatan maksimal 16 MHz.
ƒ Ukuran memori flash 8KB, SRAM
sebesar 512 byte, EEPROM sebesar
512 byte.
ƒ ADC internal dengan resolusi 10 bit
sebanyak 8 channel
ƒ Port komunikasi serial USART
dengan kecepatan maksimal 2.5 Mbps
ƒ Mode Sleep untuk penghematan
penggunaan daya listrik
3. Konfigurasi Pin ATmega8535
Konfigurasi pin ATmega8535 antara lain:
ƒ VCC merupakan pin yang berfungsi
sebagai pin masukan catu daya
ƒ GND merupakan pin ground
ƒ Port A (PA0...PA7) merupakan pin
I/O dan pin masukan ADC
ƒ Port B (PB0...PB7) merupakan pin
I/O dan pin yang mempunyai fungsi
khusus yaitu sebagai Timer (Counter),
komparator analog dan SPI
ƒ Port C (PC0...PC7) merupakan port
I/O dan pin yang mempunyai fungsi
khusus, yaitu komparator analog dan
Timer Oscillator
ƒ Port D (PD0...PD1) merupakan port
I/O dan pin fungsi khusus yaitu
Gambar 6 Pin-pin pada mikrokontroler ATmega8535
Sementara itu register khusus untuk
menangani I/O dan kontrol terhadap
mikrokontroler menempati 64 alamat
berikutnya, yaitu mulai dari $20 sampai
$5F. Register tersebut merupakan register
yang khusus digunakan untuk mengatur
fungsi
terhadap
berbagai
peripheral
mikrokontroler, seperti kontrol register, timer
(counter), fungsi fungsi I/O, dan sebagainya.
Register khusus alamat memori secara
lengkap dapat dilihat Gambar 6. Alamat
memori berikutnya digunakan untuk SRAM
512 byte, yaitu pada lokasi $60 sampai
dengan $25F.
6
4. Peta Memori ATmega8535
Memori program yang terletak pada Flash
PROM tersusun dalam word atau 2 byte
karena setiap instruksi memiliki lebar 16-bit
atau 32bit. ATmega8535 memiliki 4Kb x 16
Bit Flash PROM dengan alamat mulai dari
$000 sampai $FFF. ATmega juga memiliki
12 bit Program Counter (PC) sehingga
mampu mengalamati isi Flash.
Gambar 7 Memori program ATmega8535
Keterangan masing-masing bit adalah sebagai
berikut :
ƒ Bit 7 --> I (Global Interrupt Enable), Bit
harus diset untuk mengenable semua jenis
interupsi.
ƒ Bit 6 --> T (Bit Copy Storage), Instruksi
BLD dan BST menggunakan bit T sebagai
sumber atau tujuan dalam operasi bit.
Suatu bit dalam sebuah register GPR dapat
disalin ke bit T menggunakan instruksi
BST, dan sebaliknya bit T dapat disalin
kembali kesuatu bit dalam register GPR
dengan menggunakan instruksi BLD.
ƒ Bi 5 --> H (Half Carry Flag)
ƒ Bit 4 --> S (Sign Bit) merupakan hasil
operasi EOR antara flag -N (negatif) dan
flag V (komplemen dua overflow).
ƒ Bit 3 --> V (Two's Component Overflow
Flag) Bit ini berfungsi untuk mendukung
operasi matematis.
ƒ Bit 2 --> N (Negative Flag) Flag N akan
menjadi set, jika suatu operasi matematis
menghasilkan bilangan negatif.
ƒ Bit 1 --> Z (Zero Flag) Bit ini akan
menjadi Set apabila hasil operasi
matematis menghasilkan bilangan 0.
ƒ Bit 0 --> C (Carry Flag) Bit ini akan
menjadi set apabila suatu operasi
menghasilkan carry.
6. Pengarah Assembler
Pengarah assembler berguna untuk
mengubah penunjuk kode assembly. Berikut
adalah daftar beberapa sintaks pengarah
assembler yang terdapat pada ATmega8535:
Gambar 8 Memori data ATmega8535
Selain itu ATmega8535 juga memilki
memori data berupa EEPROM 8-bit sebanyak
512 byte. Alamat EEPROM dimulai dari
$000 sampai $1FF.
5. Status Register
Status register adalah register berisi status
yang dihasilkan pada setiap operasi yang
dilakukan ketika suatu instruksi dieksekusi.
SREG merupakan bagian dari inti CPU
mikrokontroler.
Gambar 9 Status register ATmega8535
ƒ .cseg (code segment) pengarah ini
berguna sebagai penunjuk bahwa kode
atau ekspresi dibawahnya diletakkan pada
memori program pengarah ini biasanya
diletakkan setelah pengarah .deseg
ƒ .db
(data
byte)
pengarah
ini
memungkinkan
dapat
menyimpan
konstanta seperti serial number, dan
lookup table di memory program pada
alamat tertentu.
ƒ .dw (data word) pengarah ini seperti data
byte, tetapi dalam ukuran word.
ƒ .org digunakan untuk mengeset program
counter pada alamat tertentu
ƒ .byte digunakan untuk inisialisasi besar
byte yang digunakan pada SRAM untuk
label tertentu
ƒ .dseg (data segment) pengarah ini
berguna sebagai penunjuk bahwa kode
dibawahnya berfungsi untuk melakukan
seting SRAM
7
ƒ .def (define) pengarah ini memungkinkan
suatu register dapat didefinisikan.
ƒ .equ berguna untuk memberi nama suatu
konstanta yang tidak dapat berubah.
ƒ .set sama seperti .equ tetapi konstantanya
dapat diubah.
ƒ .endm (end macro) untuk mengakhiri
macro.
ƒ .include untuk mengincludekan sebuah
file kedalam program agar program lebih
cepat dimengerti atau memisahkan kode
dalam dua file terpisah.
ƒ .device sebagai penunjuk jenis AVR yang
digunakan.
ƒ .exit sebagai penunjuk agar berhenti
melakukan assembly pada file saat ini.
ƒ .list berguna membangkitkan file list.
ƒ .listmac berguna agar penambahan macro
ditampilkan
pada
file
list
yang
dibangkitkan.
ƒ .nolist berguna agar suatu runtun instruksi
tidak dimasukkan dalam file list yang
dibangkitkan
Alasan Pemilihan AVR ATmega8535
Kebanyakan kalangan akademisi di
beberapa Universitas masih banyak yang
menggunakan mikrokontroler keluarga MCS51 (AT89S51/52), khususnya bagi mereka
yang baru memulai dan mengenal
mikrokontroler
pada
mata
kuliah
mikrokontrol. Hal ini yang menyebabkan
banyak diantara mahasiswa yang masih
menggunakan keluarga MCS-51 ketika
mengambil tugas akhir. Padahal Atmel telah
memperkenalkan mikrokontroler generasi
baru yaitu tipe AVR sebagai ‘pengganti’ dari
keluarga MCS-51. Berikut adalah beberapa
pertimbangan pemilihan AVR ATmega8535
pada tugas akhir ini:
1. Kecepatan
Untuk mengeksekusi 1 buah instruksi,
mikrokontroler AVR hanya memerlukan 1
clock sedangkan MCS51 dalam hal ini
AT89S51 memerlukan 12 clock. Jadi jelas
AVR lebih cepat dari MCS51.
2. Bahasa Pemrograman
Selain assembly AVR juga mendukung
bahasa pemrograman tingkat tinggi seperti
BASIC dan C. Memang bahasa assembly
lebih dekat ke bahasa mesin sehingga lebih
cepat eksekusinya. Tapi, khususnya untuk
bahasa C, pihak Atmel telah mengoptimasi
bahasa C yang dipakai untuk AVR sehingga
lebih cepat dan efisien.
3. Memory yang lebih besar
Keluarga AVR sudah banyak yang
memiliki memori internal yang relatif besar.
Misal untuk seri ATmega16 : 16 Kb (Flash
memory), 512 Bytes (EEPROM), 1 Kb
(RAM). sedangkan untuk AT89S51 memiliki
4 Kb (Flash memory), 128 bytes (RAM).
Terlihat bahwa kapasitas memori AVR lebih
besar daripada MCS51. AVR juga dilengkapi
dengan EEPROM internal sehingga tidak
diperlukan lagi EEPROM eksternal seperti
halnya jika menggunakan MCS51.
4. Efisiensi Hardware
Pemakaian AVR dapat menghemat
penggunaan komponen pendukung seperti
EEPROM
eksternal,
sehingga
tidak
diperlukan lagi EEPROM eksternal. Untuk
sumber clock AVR telah menyediakannya
secara terintegrasi. Karena didalam AVR
sudah dilengkapi XTAL yang bisa diaktifkan
maka tidak perlu memakai XTAL eksternal.
Sementara untuk nilainya bisa diatur sendiri
misalnya 4 MHz, 1 MHz dan lainnya.
Sebagai catatan untuk kebutuhan akurasi
XTAL eksternal masih perlu dipakai. Tapi
jika akurasi tidak terlalu signifikan penulis
rasa cukup XTAL internal. Bagi yang
memerlukan ADC untuk konversi sinyal
analog ke digital tidak perlu lagi memakai
ADC eksternal (ADC 0804) karena sejak
AVR seri ATmega 16 sudah ada ADC
internal 10 bit.
5. Fitur-fitur tambahan
Seperti
yang
telah
dikemukakan
sebelumnya mikrokontroler AVR memiliki
fitur-fitur tambahan lainnya yang tidak
terdapat di mikrokontroler AT89S51.
Diantaranya
- RTC dengan oscillator terpisah
- PWM (Pulse Width Modulation)
- ADC 10 bit internal
- Master/slave SPI serial interface
- On chip analog comparator
Bahasa Pemrograman Mikrokontroler
Sebuah mikrokontroler tidak
dapat
bekerja bila tidak
ada program yang
diberikan terhadapnya. Program tersebut
memberitahu mikrokontroler apa yang harus
dilakukan. Instruksi-instruksi perangkat lunak
berbeda
untuk
masing-masing
jenis
mikrokontroler, intruksi-instruksi ini hanya
dapat dimengerti oleh jenis mikrokontroler
yang bersangkutan.
8
Pada tugas akhir ini digunakan bahasa
BASIC karena relatif mudah untuk dipahami,
sementara compiler yang digunakan adalah
BASCOM AVR dan Code Vision. Pada
BASCOM AVR sudah ada fungsi-fungsi
penting yang siap digunakan, misalnya untuk
LCD, kendali port, delay dan lain-lain
(www.mcselec.com, 2008). Selain itu
BASCOM AVR juga berfungsi sebagai
software antarmuka untuk mendownload
program yang telah dibuat nantinya ke
mikrokontroler. Sementara Code Vision
hanya penulis gunakan sebagai software
pembanding. Penulis juga menggunakan
Win-AVR Studio sebagai software untuk
simulasi program.
D. IC Timer555
IC Timer555 termasuk komponen
elektronika yang paling popular dan serba
guna. IC timer jenis ini sudah dikenal dan
masih populer sampai saat ini sejak puluhan
tahun yang lalu. Tepatnya pada tahun 1971
IC Timer555 kali pertama dibuat oleh
Signetics Corporation. IC timer555
memberi solusi praktis dan relatif murah
untuk berbagai aplikasi elektronik yang
berkenaan dengan pewaktuan (timing).
Terutama dua aplikasinya yang paling
populer adalah rangkaian Timer Monostable
dan Oscillator Astable. Komponen utama
dari IC Timer ini terdiri dari komparator dan
flip-flop yang direalisasikan dengan banyak
transistor.
membuat versi CMOS-nya dengan nama
ICM7555. Walaupun namanya berbeda-beda,
tetapi fungsi dan pin diagramnya saling
kompatibel satu dengan yang lainnya
(functional and pin-to-pin compatible).
Hanya saja ada beberapa karakteristik
spesifik yang berbeda misalnya konsumsi
daya, frekuensi maksimum. Spesifikasi lebih
detail
biasanya
dicantumkan
pada
datasheet
masing-masing
pabrikan.
(http://en.wikipedia.org, 2009)
1. Rangkaian Timer Monostable
IC ini didesain sedemikian rupa sehingga
hanya memerlukan sedikit komponen luar
untuk bekerja. Diantaranya yang utama
adalah resistor dan kapasitor luar (eksternal).
IC
ini
memang
bekerja
dengan
memanfaatkan prinsip pengisian (charging)
dan pengosongan (discharging) dari kapasitor
melalui resistor luar tersebut. Untuk
menjelaskan
prinsip
kerjanya,
coba
perhatikan diagram gambar IC 555 dengan
resistor dan kapasitor luar berikut ini.
Rangkaian ini dikenal dengan rangkaian
timer monostable (Gambar 11). Prinsipnya
rangkaian ini akan menghasilkan pulsa
tunggal dengan lama tertentu pada keluaran
pin 3, jika pin 2 dari komponen ini dipicu.
Perlu diperhatikan bahwa di dalam IC ini
terdapat dua komparator yaitu Comp A
(komparator A) dan Comp B (komparator B).
Terdapat pula tiga resistor internal R yang
besarnya sama. Dengan susunan seri yang
demikian terhadap VCC dan ground,
rangkaian resistor internal ini merupakan
pembagi tegangan. Susunan ini memberikan
tegangan referensi yang masing-masing
besarnya 2/3 VCC pada input negatif
komparator A dan 1/3 VCC pada input positif
komparator B.
Gambar 10 Pin-pin pada IC 555
Prinsip kerja komponen jenis ini tidak
berubah dari dulu hingga sekarang namun
masing-masing pabrik membuatnya dengan
desain IC dan teknologi yang berbeda-beda.
Hampir semua pabrik membuat komponen
jenis ini, walaupun dengan nama yang
berbeda-beda.
Misalnya
National
Semiconductor menyebutnya dengan LM555,
Philips dan Texas Instrument menamakannya
SE/NE555.
Motorola
/
ON-Semi
mendesainnya dengan transistor CMOS
sehingga komsusi powernya cukup kecil dan
menamakannya MC1455. Philips dan Maxim
9
maka persamaan (15) dapat disubstitusi
dengan nilai ini sehingga
= Vcc (1 − e −t / RC )
2V
3 cc
2
3
= (1 − e −t / RC )
e −t / RC =
1
3
In(e −t / RC ) = In 13
−t / RC = -1.0986123
t = 1.0986123RC
t = 1.1RC (dibulatkan) (16)
Inilah persamaan untuk mengitung lamanya
keluaran pulsa tunggal yang dapat dihasilkan
pada rangkaian timer monostable dari IC 555.
Gambar 11 Rangkaian timer monostable
Pada keadaan tanpa input, keluaran pin 3
adalah 0 (ground atau normally low).
Transistor Q1 yang ada di dalam IC ini selalu
ON dan mencegah kapasitor eksternal C dari
proses pengisian (charging). Ketika ada
sinyal trigger dari 1 ke 0 (VCC to ground)
yang diumpankan ke pin 2 dan lebih kecil
dari 1/3 VCC, maka serta merta komparator B
men-set keluaran flip-flop. Ini pada gilirannya
memicu transistor Q1 menjadi OFF. Jika
transistor Q1 OFF akan membuka jalan bagi
resistor eksternal R untuk mulai mengisi
kapasitor C (charging). Pada saat yang sama
output dari pin 3 menjadi high (VCC), dan
terus high sampai satu saat tertentu yang
diinginkan. Sebut saja lamanya adalah t detik,
yaitu waktu yang diperlukan untuk mengisi
kapasitor C mencapai tegangan 2/3 VCC.
Tegangan C ini disambungkan ke pin 6 yang
tidak lain merupakan input positif komparator
A. Maka jika tegangan 2/3 VCC ini tercapai,
komparator A akan me-reset flip-flop dan
serta merta transistor internal Q1 menjadi ON
kembali. Pada saat yang sama keluaran pin 3
dari IC 555 tersebut kembali menjadi 0
(ground).
Berapa lama pulsa yang dihasilkan amat
tergantung dari nilai resitor dan kapasitor
eksternal yang pasangkan. Dari persamaan
ekponensial pengisian kapasitor diberikan
sebagai
Vt = Vcc (1 − e −t / RC )
(15)
Vt adalah tegangan pada saat waktu t. Jika t
adalah waktu eksponensial yang diperlukan
untuk mengisi kapasitor sampai Vt = 2/3 VCC,
Karena frekuensi f =
f =
1
maka
T
1
1,1RC
(17)
2. Rangkaian Oscillator Astable
Sedikit berbeda dengan rangkaian timer
monostable, rangkaian oscillator astable
dibuat dengan mengubah susunan resistor dan
kapasitor
luar
pada
IC
555
Ada dua buah resistor Ra dan Rb serta satu
kapasitor eksternal C yang diperlukan.
(Gambar 12). Prinsipnya rangkaian oscillator
astable dibuat agar memicu dirinya sendiri
berulang-ulang sehingga rangkaian ini dapat
menghasilkan
sinyal
osilasi
pada
keluarannya. Pada saat power supply
rangkaian ini dihidupkan, kapasitor C mulai
terisi melalui resistor Ra dan Rb sampai
mencapai tegangan 2/3 VCC. Pada saat
tegangan ini tercapai, dapat dimengerti
komparator A dari IC 555 mulai bekerja
mereset flip-flop dan seterusnya membuat
transistor Q1 ON. Ketika transisor ON, resitor
Rb seolah dihubung singkat ke ground
sehingga kapasitor C membuang muatannya
(discharging) melalui resistor Rb. Pada saat
ini keluaran pin 3 menjadi 0 (ground). Ketika
discharging, tegangan pada pin 2 terus turun
sampai mencapai 1/3 VCC. Ketika tegangan
ini tercapai, bisa dipahami giliran komparator
B yang bekerja dan kembali memicu
transistor Q1 menjadi OFF. Ini menyebabkan
keluaran pin 3 kembali menjadi high (VCC).
Demikian
seterusnya
berulang-ulang
sehingga terbentuk sinyal osilasi pada
keluaran pin 3.
10
duty cycle dari sinyal osilasi yang dihasilkan
dihitung dari persamaan t1/T. Jadi jika
diinginkan duty cycle osilator sebesar
(mendekati) 50%, maka dapat digunakan
resistor Ra yang relatif jauh lebih kecil dari
1
resistor Rb. Karena frekuensi f = maka
T
f =
1
t1 + t 2
=
1
t1 + t 2
=
1
0,693( Ra + Rb )C + 0,693RbC
f =
Gambar 12 Rangkaian oscillator astable
Terlihat di sini sinyal pemicu (trigger)
kedua komparator tersebut bekerja bergantian
pada tegangan antara 1/3 VCC dan 2/3 VCC.
Inilah batasan untuk mengetahui lebar pulsa
dan periode osilasi yang dihasilkan. Misal
diasumsikan t1 adalah waktu proses pengisian
kapasitor yang di isi melalui resistor Ra dan
Rb dari 1/3 VCC sampai 2/3 VCC. Diasumsikan
juga t2 adalah waktu discharging kapasitor
melalui resistor Rb dari tegangan 2/3 VCC
menjadi 1/3 VCC. Dengan perhitungan
eksponensial dengan batasan 1/3 VCC dan 2/3
VCC maka dapat diperoleh :
Vt = Vcc (1 − 23 e −t / Rtotal C )
2V
3 cc
2
3
2 e − t1 /( Ra + Rb )C
3
= Vcc (1 − 23 e −t1 /( Ra + Rb )C )
= 1 − 23 e −t1 /( Ra + Rb )C
= 13
e −t1 /( Ra + Rb )C =
1
2
Ine −t1 /( Ra + Rb )C = In 12
−t1 /( Ra + Rb )C = − In2
t1 = In2( Ra + Rb )C
t1 = 0,693( Ra + Rb )C
(20)
Satu hal yang menarik dari komponen IC
555, baik aplikasi rangkaian timer
monostable maupun rangkaian oscillator
astable, yaitu tidak tergantung dari berapa
nilai tegangan kerja VCC yang diberikan.
Tegangan kerja IC 555 bisa bervariasi antara
5 sampai 15 VDC. Tingkat keakuratan waktu
(timing) yang dihasilkan tergantung dari nilai
dan toleransi dari resistor dan kapasitor
eksternal yang digunakan.Untuk rangkaian
yang tergolong time critical, biasanya
digunakan kapasitor dan resistor yang presisi
dengan toleransi yang kecil. Pada beberapa
aplikasi
elektronik,
biasanya
juga
ditambahkan kapasitor 10 nF pada pin 5 ke
ground untuk menjamin kestabilan tegangan
referensi 2/3 VCC. Banyak aplikasi lain yang
bisa dibuat dngan IC 555, salah satu aplikasi
yang populer lainnya adalah rangkaian PWM
(Pulse Width Modulation). Rangkaian PWM
mudah
direalisasikan
dengan
sedikit
mengubah fungsi dari rangkaian timer
monostable, yaitu dengan memicu pin trigger
(pin 2) secara kontinyu sesuai dengan perioda
clock yang diinginkan, sedangkan lebar pulsa
dapat diatur dengan memberikan tegangan
variabel pada pin control voltage (pin5). Di
pasaran banyak juga jumpai dua timer555
yang dikemas didalam satu IC misalnya IC
LM556 atau MC1456.
(18)
E. LCD (Liquid Crystal Display)
(19)
LCD merupakan salah satu bentuk
tampilan keluaran yang memudahkan
seseorang berkomunikasi. Berbentuk seperti
tujuh segmen namun memiliki keunggulan
dengan tampilan dotmatriknya. LCD pada
dengan cara yang sama diperoleh
t 2 = 0,693Rb C
1
0,693( Ra + 2 Rb )C
Periode osilator adalah dapat diketahui
dengan menghitung T = t1 + t2. Persentasi
11
dasarnya bekerja dari tegangan rendah,
frekuensi rendah dan memerlukan arus yang
sangat kecil Pada LCD terdiri dari sebuah
ROM dan RAM pembangkit karakter di
dalamnya dan RAM tampilan. Semua fungsifungsi tampilan dikendalikan dengan perintah
khusus. (Tirtamihardja, 1996).
LCD yang digunakan pada tugas akhir ini
adalah M1632 yang diproduksi oleh
Seiko Instrument Inc. Alasan pemilihan ini
karena LCD ini relatif banyak digunakan
dikalangan akademisi dan harganya relatif
terjangkau oleh mahasiswa. LCD ini terdiri
dari dua bagian, yang pertama merupakan
panel LCD sebagai media penampil informasi
dalam bentuk huruf atau angka dua baris,
masing-masing baris dapat menampung 16
huruf atau angka. LCD yang digunakan pada
tugas akhir ini terdiri dari tampilan 2x16 (2
baris x 16 kolom) dengan konsumsi daya
rendah.
Gambar 13 Susunan alamat pada LCD
Alamat awal karakter 00H dan alamat
akhir 39H. Jadi, alamat awal di baris kedua
dimulai dari 40H. Jika ingin meletakkan satu
karakter pada baris ke-2 kolom pertama,
maka harus diset pada alamat 40H. Jadi,
meskipun LCD yang digunakan 2x16 , 2x24,
atau 2x40, maka penulisan programnya sama
saja. CGRAM merupakan memori untuk
menggambarkan pola sebuah karakter,
dimana bentuk dari karakter dapat diubahubah sesuai dengan keinginan. Namun,
memori akan hilang saat power supply tidak
aktif sehingga pola karakter akan hilang.
Berikut tabel pin untuk LCD M1632.
Perbedaannya dengan LCD standar adalah
pada kaki 1 VCC, dan kaki 2 ground. Ini
kebalikan dengan LCD standar.
Agar dapat mengaktifkan LCD, proses
inisialisasi harus dilakukan dengan cara
mengatur bit RS dan meng-clear-kan
bit E dengan delay minimal 15 ms. Kemudian
mengirimkan data 30H dan ditunda lagi
selama 5 ms. Proses ini harus dilakukan tiga
kali, lalu mengirim inisial 20H dan interface
data length dengan lebar 4 bit saja (28H).
Setelah itu display dimatikan (08H) dan diclear-kan (01H).
Selanjutnya dilakukan pengaturan display
dan cursor, serta blinking apakah ON atau
OFF. Berikut contoh penggalan kode
program konfigurasi LCD yang dibuat oleh
penulis pada tugas akhir ini,
'###############_config LCD
Config Lcd = 16 * 2
$lib "lcd4busy.Lbx"
Const
Const
Const
Const
Const
Const
_lcdport = Porta
_lcdddr = Ddra
_lcdin = Pina
_lcd_e = 3
_lcd_rw = 2
_lcd_rs = 1
Cls
Cursor Off
‘##########################
Gambar berikut menampilkan contoh
hubungan pin-pin pada LCD dengan pin-pin
pada mikrokontroler ATmega8535, biasa
terdapat potensiometer untuk mengatur
kontras/kecerahan dari LCD tersebut. Pada
input LED, dipasang transistor sebagai
penguat arus, sehingga dapat menampilkan
cahaya LED yang cukup terang.
Tabel 2 Susunan Kaki LCD M1632
Gambar 14 Contoh hubungan pin-pin pada LCD dan
mikrokontroler ATmega8535
(Sumber: Data Sheet LCD M1632, 2009)
12
Ada alternatif yang dapat membantu
dalam
pemrograman
LCD
yaitu
menggunakan software. Pada tugas akhir ini
penulis menggunakan BASCOM AVR, yang
sudah dilengkapi fungsi-fungsi penting yang
siap digunakan, misalnya untuk LCD, kendali
port, delay dan lain-lain (www.mcselec.com),
sehingga dapat membantu memudahkan
penulis dalam memprogram.
METODE PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Perancangan sistem pada tugas akhir ini
dilaksanakan di Lab Mikrokontroler dan Lab
Biofisika Departemen Fisika IPB. Waktu
yang diperlukan penulis untuk menyelesaikan
tugas akhir diperkirakan 4 bulan, meliputi
persiapan (studi literatur, tinjauan lapangan
dan pembuatan proposal), pelaksanaan
(perancangan sistem, pengujian sistem dan
analisis data) dan penyusunan laporan akhir.
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang digunakan pada
tugas akhir ini terdiri atas beberapa tahap,
antara lain :
A. Pembuatan Kapasitor Uji
Pada awalnya penulis menggunakan
kapasitor keping (plat) sejajar sebagai
kapasitor uji, namun dengan alasan
tertentu penulis menggantinya dengan
kapasitor Leyden Jar. Untuk lebih jelas
mengenai cara pembuatan Leyden Jar
dapat dilihat pada bagian pembahasan.
2. Pengujian Kapasitor Uji
(Menggunakan Kapasitansi-meter)
Leyden
Pembuatan Larutan NaCl
Terdapat beberapa konsep untuk
menyatakan ukuran kekentalan suatu
larutan, salah satunya adalah dengan
menyatakannya
dalam
molalitas.
Molalitas
didefinisikan
sebagai
perbandingan antara mol zat terlarut
dengan massa pelarut. Secara matematis
dapat dinyatakan sebagai berikut,
n
M =
(21)
p
dengan M menyatakan molalitas larutan
(molal), n menyatakan jumlah zat terlarut
(mol) dan p menyatakan massa zat
pelarut (kg).
m
maka persamaan tersebut
karena n =
Mr
dapat dinyatakan sebagai,
m × 1000
(22)
Mr × p
dengan m menyatakan massa zat terlarut
(gram) , Mr menyatakan massa molekul
relatif (gram/mol), dan p menyatakan
massa zat pelarut (gram).
M =
Pengujian kapasitansi Leyden Jar
ketika Ditambahkan Garam NaCl
1. Pembuatan Kapasitor Leyden Jar
Pengujian kapasitansi
dengan Pelarut
yaitu nilai kapasitansi dari Leyden Jar
ketika hanya berisi pelarut (tanpa garam
NaCl).
Jar
Pengujian ini dilakukan sebagai
kontrol (pembanding), ketika larutan
belum diberi garam. Pada pengujian ini
digunakan
Kapasitansi-meter
untuk
mengukur nilai kapasitansi-nya (C0).
Pengujian
dilakukan
dengan
menggunakan dua macam pelarut yaitu
aquades dan air biasa. Pengulangan
dilakukan sebanyak sepuluh kali, dengan
tujuan untuk memastikan keakuratan dari
pengukuran untuk kemudian diambil nilai
rata-rata dan hasilnya dibaca sebagai C0,
Ketika pada Leyden Jar ditambahkan
garam NaCl maka kapasitansi-nya akan
bertambah,
kemudian
dengan
menggunakan Kapasitansi-meter dihitung
besarnya kapasitansi Leyden Jar (Cb).
Catatan:
ƒ Pada tugas akhir ini bahan dielektrik
yang digunakan adalah larutan garam
NaCl (sebenarnya memungkinkan
pula untuk larutan lainnya) dengan
variasi konsentrasi.
ƒ Nilai Cb diukur menggunakan
Kapasitansi-meter (dalam satuan nF)
Pada tahap ini diperoleh data
pengukuran yang menghubungkan antara
konsentrasi larutan garam (dalam molal)
dengan kapasitansi. Data yang diperoleh
kemudian diekstrapolasi kedalam bentuk
grafik.
Hasil
pengukuran
kapasitansi
menggunakan Kapasitansi-meter dan
hubungannya dengan variasi konsentrasi
larutan NaCl ini kemudian menjadi
13
Download