angka keberhasilan miringoplasti pada perforasi membrana timpani

advertisement
ANGKA KEBERHASILAN MIRINGOPLASTI PADA PERFORASI
MEMBRANA TIMPANI KECIL, BESAR, DAN SUBTOTAL
PADA BULAN JUNI 2003 SAMPAI JUNI 2004
Shinta Fitri Boesoirie, Thaufiq S. Boesoirie
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok – Bedah Kepala dan Leher
FK Unpad/ Perjan RS Dr. Hasan Sadikin
Bandung
Abstrak
Tujuan : Mengetahui tingkat keberhasilan miringoplasti pada perforasi membran timpani kecil, besar
dan subtotal.
Metode dan Bahan Penelitian : Deskriptif analitik, Retrospektif. Data didapat dari kartu pasien klinik
THT jalan Belitung Bandung,mulai Juni 2003 sampai dengan Juni 2004. Dilakukan evaluasi terhadap
keberhasilan miringoplasti pada perforasi membran timpani kecil, besar dan subtotal.Variabel yang
dinilai adalah usia, jarak saat operasi dari saat Otitis Media dinyatakan sembuh, dan tingkat penigkatan
pendengaran.
Hasil : Didapatkan angka keberhasilan miringoplasti sebesar 92,4%. Tidak ditemukan hubungan yang
bermakna pada usia penderita, dan jarak saat operasi dari saat Otitis Media dinyatakan sembuh
terhadap keberhasilan miringoplasti
Kesimpulan : Didapatkan keberhasilan miringoplasti yang tinggi sebesar 92,4 % dan tidak ditemukan
adanya faktor yang mempengaruhi miringoplasti.
Kata Kunci : Miringoplasti, membran timpani baru, peningkatan pendengaran.
THE SUCCESSFUL RATE OF MYRYNGOPLASTY IN SMALL, LARGE,
AND SUBTOTAL PERFORATION OF THE TYMPANIC MEMBRANE
FROM PERIOD OF JUNE 2003 UNTIL JUNE 2004
Abstract
Objectivities : To know the successful of myringoplasty and the affecting factors.
Materials and Methods : Analytic descriptive, Retrospective. Datas were taken from ENT Clinic at
jalan Belitung Bandung from June 2003 until June 2004. Evaluation was done to see the successful of
myringoplasty at small perforation, big perforation and subtotal perforation. The variable observed
are ages, duration of operation start from Otitis Media recovered, and increased hearing level.
Result : The successful rate of myringoplasty was 92,4%. There were no correlations among ages, and
duration of operation start from Otitis Media recovered.
Conclusion : The successful of myringoplasty was excellent (92,4%) and there were no factors
affecting successful of myringoplasty.
Key Words: Myringoplasty, New membrane tympani, Increased hearing level.
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya sumber daya manusia terdiri dari 3 unsur utama, yaitu unsur
informasi oleh panca indera, unsur pengambilan keputusan oleh sistem otak dan
unsur pelaksana oleh tubuh serta perangkatnya.
Salah satu cara untuk mengatasi ketulian yang timbul akibat OMSK adalah
pembedahan rekonstruksi telinga tengah yang dikenal dengan istilah timpanoplasti,
yaitu suatu prosedur pembedahan untuk menghilangkan proses patologik didalam
kavum timpani yang diikuti oleh rekonstruksi mekanisme konduksi suara, disertai
atau tidak disertai oleh grafting (penanduran) membran timpani. Apabila prosedur
rekonstruksi tersebut dilakukan terbatas untuk memperbaiki perforasi membran
timpani saja, maka prosedur rekonstruksi ini menurut Zollner dan Wulstein disebut
timpanoplasti tipe I atau miringoplasti(2,3).
Kesuksesan miringoplasti di Hospital de Especialides, Mexico periode 1997 –
1999 sebesar 82,1% dari 290 kasus , sisanya sebanyak 17,9% mengalami
kegagalan(9).
Dengan mengetahui angka keberhasilan miringoplasti dan nilai rata-rata
kenaikan hantaran udara pada pasien pasca operasi miringoplasti, diharapkan dapat
menjadi landasan teori untuk pelaksanaan operasi miringoplasti.(2,4)
Tujuan penelitian adalah mengetahui keberhasilan operasi miringoplasti
secara umum dan faktor apa saja yang mempengaruhinya.
SUBJEK DAN METODE
Subjek Penelitian
Semua pasien yang telah dilakukan miringoplasti di Poliklinik THT jl. Belitung
selama bulan juni 2003 – Juni 2004, yaitu sebanyak 52 orang pasien.
Bentuk dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan cara mengolah data dari semua
pasien yang telah dilakukan operasi miringoplasti oleh seorang ahli THT secara
retrospektif selama bulan Juni 2003 – Juni 2004 (1 tahun).
Cara Kerja
a.
Pertama-tama dilakukan perhitungan berapa jumlah
miringoplasti yang memenuhi syarat pada penelitian ini.
semua
operasi
b.
Kemudian dihitung jumlah pasien yang berhasil mengalami pertumbuhan
membran timpani (intak) selama periode 1 tahun dan dihitung persentasenya
terhadap semua pasien yang menjalani miringoplasti.
c.
Dihitung jumlah pasien yang mengalami peningkatan hantaran udara dari pra
operasi sampai 2 bulan pasca operasi miringoplasti untuk setiap telingan yang
dioperasi. Pemeriksaan audiometric dilakukan dengan menggunakan alat
audiometer yang sama (tipe DA –24 Diagnostic Audiometer / 1992) untuk
setiap pemeriksaan. Selanjutnya dihitung persentasenya terhadap jumlah
semua pasien yang mengalami pertumbuhan membran timpani.
d.
Dibuat nilai rata-rata peningkatan intensitas hantaran udara pada frekuensi
500, 1000 dan 2000 Hz untuk masing-masing telinga yang mengalami
peningkatan hantaran udara.
e.
Dihitung nilai rata-rata peningkatan intensitas hantaran udara untuk semua
pasien yang mengalami peningkatan selama periode 1 tahun.
HASIL PENELITIAN
Jumlah Miringoplasti
Selama periode bulan Juni 2003 sampai dengan bulan Juni 2004 pada klinik
THT jalan Belitung didapatkan sebanyak 52 telinga yang dilakukan miringoplasti.
Dari sejumlah miringoplasti tersebut, sebanyak 24 orang dilakukan miringoplasti
pada kedua telinga, dan selebihnya 28 orang penderita menjalani miringoplasti pada
salah satu telinganya.
Usia penderita berkisar antara 12 sampai 64 tahun dengan jumlah kelompok
usia terbanyak adalah kelompok usia11-20 tahun (22 kasus). Dari 52 kasus, sebanyak
41 kasus laki-laki, dan 11 kasus perempuan.
Peningkatan Pendengaran
Pada penelitian ini didapatkan peningkatan hantaran udara yang terendah
sebesar 10 dB dan peningkatan tertinggi sebesar 50 dB, setelah dilakukan
miringoplasti. Jumlah kasus yang mengalami peningkatan pendengaran pasca
miringoplasti adalah :
Tabel 1. Jumlah Kasus Berdasarkan Besarnya Peningkatan Hantaran Udara
Peningkatan Hantaran
Udara
10 - 20 dB
21 - 30 dB
31 - 40 dB
> 40 dB
Total
Frekuensi
N (%)
33 (63,3%)
17 (32,7%)
4 (0,8%)
1 (0,2%)
52
Dari tabel diatas, maka tampak bahwa sebanyak 33 kasus (63,3%) mengalami
peningkatan pendengaran sebesar 10 – 20 dB, 17 kasus (32,7%) meningkat sebesar
21 – 30 dB, 4 kasus (0,8%) 31 – 40 dB dan 1 kasus (0,2%) lebih dari 40 dB.
Pada kasus dengan peningkatan antara 10 - 20 dB, namun pendengaran pra
operasi > 60 dB, maka peningkatan tadi secara subyektif kurang dirasakan penderita,
sehingga pada keadaan ini peningkatan pendengaran cukup berarti bila dibantu
dengan penggunaan alat bantu dengar. Pada kasus dengan pendengaran pra operasi >
40 dB, meskipun terjadi perbaikan pendengaran, perlu dipikirkan untuk penelitian
lebih lanjut, karena pada kasus seperti ini kemungkinan telah terjadi tuli syaraf dan
mungkin telah terjadi gangguan pada tulang pendengaran sehingga sebaiknya
dilakukan timpanoplasti tipe 2 atau lebih (osikulopasti).
Keberhasilan Miringoplasti
Keberhasilan miringoplasti dari 52 kasus yang telah diteliti, jumlah kasus
yang mengalami keberhasilan, dapat dilihat pada table 4.3. berikut :
Tabel 2. Jumlah Kasus yang Mengalami Keberhasilan Miringoplasti
Miringoplasti
Berhasil
Tidak berhasil
Total
Frekuensi
N (%)
48 (92,4%)
4 (7,6%)
52
Dari tabel diatas, tampak bahwa yang mengalami keberhasilan miringoplasti
dalam penelitian ini sebanyak 48 kasus (92,4%) sedang sisanya sebanyak 4 kasus
(7,6%), merupakan kelompok yang tidak berhasil. Sehingga secara umum dapat
dikatakan keberhasilan miringoplasti pada penelitian ini adalah sebesar 92,4%.
Usia
Berapa banyak jumlah kasus miringoplasti berdasarkan kelompok usia, dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Jumlah kasus Berdasarkan Kelompok Usia
Usia
11 - 20 thn
21 - 30 thn
31 - 40 thn
41 - 50 thn
51 - 60 thn
>60 thn
Total
Frekuensi
N(%)
22 (42,3%)
16 (30,8%)
7 (13,5%)
5 (1,0%)
1 (0,2%)
4 (12,4%)
52
Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa kasus terbanyak terjadi pada
kelompok usia 11 – 20 tahun, yaitu sebanyak 22 kasus (42,3%) dan diikuti kelompok
usia 21 – 30 tahun sebanyak 16 kasus (30,8%). Sedangkan kasus yang paling sedikit
terjadi yaitu pada kelompok usia 51 – 60 tahun 1 kasus (0,2%), diikuti >60 tahun 4
kasus (12,4%) dan kelompok usia 41 – 50 tahun sebanyak 5 kasus (1,0%).
Jenis Kelamin
Dari seluruh operasi miringoplasti yang didapatkan pada penelitian ini dengan
jumlah 52 kasus, maka berdasarkan pengelompokkan sesuai dengan jenis kelamin
didapatkan jumlah distribusi kasus seperti tampak pada tabel 4.5. dibawah ini :
Tabel 4.Keberhasilan Miringoplasti Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Frekuensi
N(%)
41 (78,8%)
11 (21,2%)
52
Pada penelitian ini, dari 52 kasus, sebanyak 41 kasus (78,8%) dengan jenis kelamin
laki-laki, dan 11 kasus (21,2%) perempuan.
Jenis Perforasi
Menurut jenis perforasi yang terbagi atas kecil, besar, dan subtotal, maka
jumlah kasus miringoplasti yang didapatkan pada penelitian ini dapat dilihat seperti
pada tabel 4.6. dibawah ini :
Tabel 5. Jumlah Kasus Berdasarkan Jenis Perforasi
Jenis Perforasi
Kecil
Besar
Subtotal
Total
Frekuensi
N(%)
8 (15,4%)
25 (48%)
19 (36,5%)
52
Dari tabel diatas tampak bahwa dari seluruh kasus miringoplasti pada
penelitian ini, maka perforasi besar merupakan jumlah yang terbanyak dilakukan
miringoplasti yaitu sebanyak 25 kasus (36,5%), yang diikuti oleh jenis perforasi
subtotal sebanyak 19 kasus (36,5%). Sedangkan jenis perforasi kecil merupakan jenis
perforasi yang paling sedikit dilakukan miringoplasti, yaitu sebanyak 8 kasus
(15,4%).
Jarak Waktu Operasi
Jarak waktu operasi (jarak antara waktu dinyatakan sembuh secara klinis dari
otitis media sampai waktu dilakukannya miringoplasti), pada penelitian ini dibagi
atas kelompok <1 bulan (miringoplasti dini), 1-3 bulan, dan > 3 bulan. Dari hasil
perhitungan, maka jumlah kasus berdasarkan jarak waktu operasi pada penelitian ini
adalah seperti dalam tabel dibawah ini :
Tabel 6. Jarak Waktu Operasi
Jarak Operasi
< 1 bulan
1 -3 bulan
>3 bulan
Total
Frekuensi
N(%)
35 (67,3%)
14 (26,9%)
3 (5,8%)
52
Dari tabel diatas tampak bahwa miringoplasti paling banyak jumlahnya
dilakukan pada jarak operasi < 1 bulan yang lebih sering disebut dengan
miringoplasti dini (1), yaitu 35 kasus (67,3%). Sedangkan jarak waktu operasi antara 1
-3 bulan menduduki urutan kedua sebanyak 14 kasus (26,9%), dan yang paling
sedikit yaitu jarak operasi > 3 bulan sebanyak 3 kasus (5,8%).
DISKUSI
Telah dilakukan penelitian pada 52 orang pasien di klinik THT Jl. Belitung selama
periode Juni 2003 – Juni 2004. Didapatkan hasil :
1. Keberhasilan miringoplasti pada penelitian ini sebesar 92,4%.
2. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, jenis
perforasi, dan jarak waktu operasi.
Angka keberhasilan peningkatan pendengaran pada penderita pasca operasi
miringoplasti sebesar 92,4%. Hasil ini cukup tinggi apabila dibandingkan dengan
penelitian dari Escobar (2001) sebesar 82,1% (9).
Peningkatan pendengaran yang terjadi terutama berupa peningkatan hantaran
udara sebesar antara 10 – 20 dB yaitu 33 kasus (63,3%), lalu 21 – 30 dB 17 kasus
(32,7%), 31- 40 dB 4 kasus (0,8%) dan terakhir > 40 dB 1 kasus (0,2%).
Miringoplasti dilakukan terutama pada kelompok usia 11 – 20 tahun (42,3%),
lalu kelompok usia 21 – 30 tahun (30,8%). Sedangkan kelompok usia yang paling
sedikit dilakukan miringoplasti adalah kelompok usia 51 – 60 tahun (0,2%). Keadaan
diatas mungkin disebabkan karena pada usia 10 – 20 tahun pendidikan telah
memadai, sehingga masyarakat telah mengerti akan kesehatan serta pada kelompok
usia tersebut mulai banyak yang ingin mendaftarkan diri ke sekolah, yang
memerlukan kesehatan yang baik khususnya telinga.
Baik laki-laki mau pun perempuan mempunyai keinginan untuk sembuh total
dari penyakitnya. Sedangkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak kasusnya,
kemungkinan karena faktor pekerjaan yang membutuhkan perbaikan pendengaran
yang baik.
Miringoplasti terbanyak dilakukan pada perforasi yang besar (48%) diikuti
oleh jenis subtotal (36,5%), dan yang paling sedikit dilakukan miringoplasti adalah
perforasi jenis kecil (15,4%).
Tidak terdapat perbedaan antara angka keberhasilan miringoplasti dini
dibandingkan dengan jarak operasi 1 – 3 bulan dan > 3 bulan.
Miringoplasti dilakukan beberapa bulan setelah peradangan Otitis Media
diatas, untuk memastikan telah terjadinya penyembuhan jaringan pada kavitas
timpani secara histopatologik (jaringan matang) (14,16,20). Perubahan histopatologik
pada jaringan mukoperiosteum kavitas timpani penderita Otitis Media yang mendapat
terapi akan kembali normal setelah 12 minggu (21). Tidak ada korelasi antara lamanya
kering telinga penderita Otitis Media sampai dilakukan miringoplasti terhadap
suksesnya hasil operasi (22). Pendapat ini diperjelas dengan hasil penelitian Boesoirie
(1996) yang menyimpulkan bahwa keberhasilan miringoplasti dini sama baiknya
dengan miringoplasti klasik (1).
Pada pasien yang mengalami pertumbuhan tandur, apabila tidak mengalami
peningkatan pendengaran, mungkin terjadi karena pada saat operasi tidak terjadi
penyatuan antara tandur dengan manubrium malei, atau spongostan dalam kavitas
timpani belum terlarut sehingga menutup aerasi tuba auditiva, serta mungkin
terjadinya anterior sulcus blunting atau lateralization atau adhesi tandur pada
promontorium (1).
Pada miringoplasti, tandur yang diambil dari fascia temporalis dapat
ditempelkan pada permukaan luar membran timpani (cara onlay), atau pada
permukaan dalam membran timpani (cara underlay), yang telah dilukai lebih dahulu
dan disiapkan kedudukannya. Tandur ini bertindak sebagai media untuk migrasi
epitel skuamosa permukaan luar membran timpani dan mukosa dari permukaan
dalam (3).Dalam waktu 6 sampai 8 minggu, fasia telah dilapisi oleh epitel dari kedua
permukaan(4), sedangkan lapisan fibrosa dari jaringan ikat yang kaya fobroblast di
bagian tengah membran timpani yang baru, terbentuk pada minggu ke 2-5 setelah
penembelan perforasi oleh fasia (5).
Penyembuhan dimulai 2-4 hari setelah operasi, epitel skuamosa pada
pinggiran luka akan mulai berproliferasi dan bermigrasi melintasi pinggiran luka.
Melalui aktivitas fibroblast, limfosit dan kapiler terjadi regenerasi jaringan ikat yang
juga dimulai dari pinggir luka. Nutrisi yang diperlukan untuk regenerasi ini didapat
dari kapiler-kapiler di sekeliling luka (6). Dalam waktu 2 minggu, tandur akan sudah
dilapisi epitel skuamosa (7).Dengan demikian vaskularisasi yang tidak adekuat akan
mengganggu pertumbuhan tandur, bahkan mungkin tidak tumbuh sama sekali, sesuai
dengan pendapat bahwa yang berperan terhadap pertumbuhan tandur serta
penyembuhan luka operasi adalah penguasaan terhadap infeksi serta vaskularisasi
yang memadai.
Berbagai faktor menjadi kendala pada pengobatan OMSK secara tuntas,
antara lain adalah ketidakpastian saat yang tepat dan paling cepat dilakukan
miringoplasti. Hal ini menyebabkan insidensi ketulian tipe konduktif di negaranegara berkembang pada khususnya, tetap tinggi. Ketidak pastian tentang saat yang
optimal untuk melakukan miringoplasti disebabkan tidak terdapat landasan teori
yang mantap yang mendasari saat terbaik dilakukan miringoplasti ini.(1)
Kegagalan miringoplasti sering dihubungkan dengan saat yang terlalu cepat
dilakukan pembedahan tersebut setelah OMSK dinyatakan sembuh secara klinis
(miringoplasti dini). Sebaliknya kelambatan pembedahan miringoplasti akan
memperbesar kemungkinan OMSK yang berulang-ulang akibat perforasi membran
timpani, dengan risiko menimbulkan berbagai komplikasi misalnya pembentukan
jaringan fibrosa, rusaknya tulang-tulang pendengaran dan migrasi epitel kanalis
akustikus eksternus ke dalam kavum timpani, yang selain akan mempersulit prosedur
timpanoplasti, juga dapat membahayakan jiwa penderita apabila telah terjadi
komplikasi intra kranial. Keterlambatan miringoplasti juga akan menyebabkan
penderita lebih lama dalam keadaan tuli sehingga menimbulkan kerugian baik secara
psikologi, perkembangan intelektual, kehidupan bersosial maupun kesempatan
mendapat lapangan kerja. Hal ini apabila dinilai secara nasional, akan menimbulkan
kerugian yang tidak sedikit.(4,6)
Secara medis, kekambuhan OMSK dapat dihinharkan dengan cara
menghilangkan fokal infeksi atau penyebab-penyebab lain di luar telinga, terapi
antibiotik yang adekuat, serta pembedahan miringoplasti untuk mencegah infeksi
berulang melalui perforasi membran timpani.Dapat disimpulkan bahwa miringoplasti
selain memiliki segi kuratif dan rehabilitatif, juga memiliki segi preventif.Makin
cepat dilakukan miringoplasti, makin tinggi nilai preventifnya.(3,7)
Para penderita OMSK umumnya berasal dari golongan masyarakat
berpendidikan menengah kebwah, dan mereka seringkali telah merasa cukup apabila
keadaan telinga telah kering. Apabila mereka harus menunggu terlalu lama untuk
menjalani miringoplasti sejak merasa telinganya telah kering, hanya sedikit sekali
yang kembali untuk menjalani operasi tersebut. Lain halnya bila miringoplasti harus
segera dilakukan begitu keadaan tilinga kering (miringoplasti dini), penderita akan
merasakan sebagai suatu rangkaian pengobatan yang harus ia jalani.keharusan
menjalani miringoplasti yang harus dilakukan segera juga akan menimbulkan suatu
ikatan antara pasien dan dokternya, sehingga diharapkan pasien secara teratur
memeriksakan diri dan dapat dimotivasi lebih baik.(2,4)
Miringoplasti dilakukan pada penderita perforasi membran timpani dengan
tulang-tulang pendengaran yang masih utuh dan mobil, dan pada rongga telinga
tengah tidak terdapat jaringan patologik.(1)
Umumnya miringoplasti dilakukan setelah proses peradangan di dalam
telingan tengah dapat diatasi. Meskipun miringoplasti telah dilakukan juga pada anakanak, tetapi para ahli sependapat bahwa angka kegagalan miringoplasti pada anakanak lebih besar dibandingkan pada orang dewasa. Syarat yang harus dipenuhi untuk
dapat dilakukan miringoplasti adalah fungsi tuba yang baik. Selain sikatriks yang
Terdapat di dalam ismus tuba, maka gangguan fungsi tuba dapat disebabkan oleh
pembesaran adenoid, alergi dan proses peradangan lainnya pada hidung, dan
malformasi kraniofasial. Anemi dan diabetes mellitus dapat mengganggu proses
penyembuhan pasca bedah.(8)
Fungsi pendengaran diperiksa dengan menggunakan audiometer nada murni
di dalam kamar kedap suara. Fungsi ventilasi tuba Eustachii diukur dengan
menggunakan alat impedance-meter, yaotu dengan memberi tekanan kre dalam
kavum timpani sebesar 200 mmH2O dan tekanan -200 mmH2O melalui kanalis
akustikus eksternus yang dikenal sebagai metoda modifikasi inflasi-deflasi Flisberg.
Hasil miringoplasti sebanyak 90% tandur mengalami pertumbuhan(8).
Keberhasilan miringoplasti sebesar 92% dari 96 kasus miringoplasti, dan
mendapatkan hasil yang sama antara miringoplasti dini (miringoplasti yang dilakukan
segera setelah telinga tengah kering / kurang dari 3 bulan) dengan miringoplasti
klasik (miringoplasti yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 bulan sembuh klinis dari
peradangan telinga tengah)(1). Kesuksesan miringoplasti di Hospital de Especialides,
Mexico periode 1997 – 1999 sebesar 82,1% dari 290 kasus , sisanya sebanyak 17,9%
mengalami kegagalan(9).
Keberhasilan peningkatan pendengaran (hantaran udara) sangat bervariasi, hal
ini dapat dilihat dari penelitian Djamaludin pada tahun 1991 yang melaporkan setelah
3 bulan pasca operasi pada 32 penderita, maka pendengaran menjadi baik sebanyak
76,5% dengan kenaikan pendengaran berkisar 10 dB – 30 dB, dan angka rata-rata
kenaikan sebesar 14,6 dB, sedangkan 23,5% penderita tidak mengalami kenaikan
fungsi pendengaran. Dari penderita yang mengalami kenaikan pendengaran, Terdapat
41,1% yang mencapai normal. Pada operasi miringoplasti terhadap seorang penderita
menghasilkan kenaikan 16,4 dB pada hantaran udaranya (10). 81% pendengaran
membaik, dengan rata-rata kenaikan sebesar 14 dB pada pasien anak-anak yang
dilakukan miringoplasti dan diobservasi selama 1 tahun(11). Sebanyak 64% pasien
meningkat pendengarannya, 29% menjadi jelek dan menetap pada 460 kasus
miringoplasti di RS Aranzazu, San Sebastian selama periode 1984-1990 (12). Jika
tulang pendengaran masih sangat baik maka keberhasilan miringoplasti adalah 8590% dan jika tulang pendengaran sudah rusak, maka keberhasilan ini menurun
menjadi 60-70%(13).
Kegagalan operasi miringoplasti akan tinggi pada penderita OMSK yang
sedang aktif (14)dan pada penderita OMSK dengan perforasi membrane timpani yang
besar (15), lokasi perforasi di daerah attic (16) serta Terdapat jaringan patologis antara
lain miringosklerosis (17,18)
Download