JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISSN : 2085 – 0328 KOMUNIKASI PENYULUHAN DAN ADOPSI INOVASI Dayana dan Flora K. Sinurat Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara Email :[email protected] ABSTRACT The Title of this research is Counseling Communication and Adoption of Innovation (Correlational Studies of Counseling Communication of Cervical Cancer by PKBI Sumatera Utara Concerning the Level Woman’s Adoption of Innovation at Kelurahan Belawan II). The aim of this study is to determine the effect of conceling cervical cancer that conducted by PKBI Sumatera Utara concerning the level of woman adoption of innovation at Kelurahan Belawan II in form of pap smear test. This study uses total sampling with the total population are 17 people. The data are gotten from questioner with number of questions are 34 questions. Data obtained were analyzed by using analysis of single table and cross table. Processing analysis data using SPSS for windows version 15.0. Hypothesis results showed there was significant correlation between counceling communication of cervical cancer by PKBI Sumatera Utara concerning the level of woman’s adoption of innovation at Kelurahan Belawan II. Keywords: Conceling communication and Adoption innovation PENDAHULUAN Kanker adalah penyakit yang menakutkan bagi semua orang, terutama karena penyakit ini menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi. Hal ini terjadi tidak hanya di Indonesia melainkan juga di berbagai negara maju lain. Salah satu penyebab kematian yang sering terjadi pada perempuan di Indonesia adalah kanker serviks, namun informasi mengenai hal ini belum banyak diketahui karena kanker serviks sering tidak menimbulkan gejala atau keluhan sehingga wanita datang ke dokter dalam kondisi yang sudah terlambat. Kanker serviks akan terjadi setelah wanita terinfeksi HPV (Human Papilloma Virus), yang mana sebenarnya virus ini sudah ada dalam tubuh wanita sejak di atas umur 10 tahun. Cara penyebaran kanker ini yakni melalui hubungan seksual. Yayasan Kanker Indonesia memaparkan: diperkirakan, 52 juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker serviks, sementara 36 persen perempuan dari seluruh penderita kanker adalah pasien kanker serviks. Ada 15.000 kasus baru per tahun dengan kematian 8.000 orang per tahun. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mensosialisasikan informasi kanker serviks ini adalah melalui penyuluhan kepada masyarakat. Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan pendidikan non-formal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicitacitakan. Penyuluhan juga mengandung usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru (paling tidak, dianggap atau dirasakan baru) agar masyarakat berminat dan bersedia melaksanakannya dalam kehidupan nyata sehari-hari. (Nasution. 1990: 8) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Sumatera Utara (PKBI SUMUT) adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang aktif memberikan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi kepada masyarakat di Kecamatan Medan-Belawan. Faktor tingginya usia menikah muda, tingginya angka kelahiran, rendahnya tingkat pendidikan, dan rendahnya tingkat ekonomi pada sebagian besar masyarakat di daerah ini menjadi alasan kuat bagi PKBI SUMUT untuk melakukan penyuluhan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011 111 JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA sejauhmanakah komunikasi penyuluhan kanker serviks oleh PKBI Sumatera Utara berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi para wanita di Kelurahan Belawan II. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional yaitu metode yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada satu faktor lain (Rakhmat, 2004:27). Dalam penelitian ini, metode korelasional digunakan untuk meneliti hubungan antara komunikasi penyuluhan kanker serviks oleh PKBI SUMUT terhadap tingkat adopsi inovasi wanita di Kelurahan Belawan II. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Belawan II, Kecamatan Medan-Belawan. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh wanita di Kelurahan Belawan II yang telah mengikuti penyuluhan kanker serviks oleh PKBI Sumatera Utara, yang berjumlah 17 orang. Karena penelitian ini menggunakan total sampling, jadi seluruh populasi dengan jumlah 17 orang tersebut menjadi sampel pada penelitian. Untuk mendukung pemecahan masalah, peneliti menggunakan teori Komunikasi Penyuluhan dan Adopsi Inovasi. Komunikasi Penyuluhan Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, meminati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata adalah suatu proses komunikator yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Seperti mana suatu komunikasi baru berhasil bila kedua belah pihak sama-sama siap untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan, suatu perencanaan yang matang dan bukan dilakukan secara asal-asalan saja. Persiapan dan perencanaan inilah yang hendak dipenuhi dengan menyusun lebih ISSN : 2085 – 0328 dahulu suatu desain komunikasi penyuluhan. Dengan demikian, dalam proses penyuluhan, banyak faktor yang mesti diperhatikan oleh penyuluh. (Nasution, 1990:10). Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu, penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini: 1) Masalah yang dihadapi 2) Siapa yang akan disuluh 3) Apa tujuan (objectivites) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan. 4) Pengembangan pesan 5) Metoda atau saluran yang digunakan 6) Sistem evaluasi “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud. (Nasution, 1990:10). Berikut adalah faktor pendukung efektivitas penyuluhan (Setiana, 2005: 48-56): Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni: a. Pendekatan Perorangan Dalam metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan seperti kunjungan ke rumah, lokasi, atau lahan usaha tani, hubungan telepon dan lain sebagainya. b. Pendekatan Kelompok Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. c. Pendekatan Massal Metode yang menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak dan dapat mempercepat PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011 112 ISSN : 2085 – 0328 JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunalkan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi. Media Penyuluhan Media penyuluhan merupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sample, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, filmstrip, video, movie-film) dan lambing grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta). Materi Penyuluhan Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi-informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya Lasswell (Mulyana, 2005:63) mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna (gagasan, ide, dan nilai), simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata) dan bentuk pesan (verbal dan nonverbal). Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapai oleh sasaran penyuluhan. Waktu dan Tempat Penyuluhan Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu sasaran. dan merugikan Teori Adopsi Inovasi Adopsi di dalam penyuluhan sering kali diartikan sebagai suatu proses mentalitas pada diri seseorang atau individu, dari mulai seseorang tersebut menerima ide-ide baru sampai memutuskan menerima atau menolak ideide tersebut. Proses adopsi, menurut Samsudin (1984), adalah proses dimulai dari keluarnya ide-ide dari satu pihak kemudian disampaikan pada pihak lain sampai ide tersebut diterima pihak masyarakat sebagai pihak yang kedua. Menurut Suriatna (1987), karena proses adopsi merupakan proses mentalitas yang bertahap mulai dari kesadaran (awareness), minat (interest), menilai (evaluation), mencoba (trial), dan akhirnya menerapkan (adoption) maka kita perlu benar-benar memahami setiap tahapan yang berlangsung pada diri seseorang tersebut agar berbagai faktor penghambat akan diketahui dan dipelajari sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penyuluhan. Dalam proses penyuluhan, dimana salah satu tujuannya adalah agar terjadi perubahan sikap perilaku yang mengarah pada tindakan maka proses terjadinya adopsi inovasi yang bertahap sering kali tidak sama pada setiap individu. Kecepatan dalam mengadopsi suatu inovasi kadang antara satu individu dengan individu yang lain berbeda, ini sangat tergantung bagaimana karakter individu yang bersangkutan. Sifat Sasaran Berdasarkan tingkat kecepatan dalam mengadopsi inovasi, sasaran penyuluhan di pedesaan dapat digolongkan dalam beberapa kelompok sasaran, antara lain: a. Kelompok Perintis (innovator), yaitu mereka yang pada dasarnya sudah menyenangi hal-hal yang baru dan sering melakukan percobaan. PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011 113 JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA b. c. d. e. Kelompok Pelopor (early adopter), yaitu orang-orang yang berpengaruh di sekelilingnya dan merupakan orang yang lebih maju dibandingkan dengan orang-orang di sekitarnya. Kelompok Penganut Dini (early majority),yaitu orang-orang yang menerima suatu inovasi selangkah lebih dahulu dari orang lain. Kelompok Penganut Lambat (late majority), yaitu orang-orang yang baru bersedia menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang di sekelilingnya sudah menerimanya. Kelompok Kolot (laggard). Yaitu lapisan yang paling akhir dalam menerima suatu inovasi. (Dilla, 2007: 190) Tahapan Putusan Inovasi Everett M. Rogers dan Floyd Shoemaker memperkenalkan sebuah formula baru dalam proses adopsi ISSN : 2085 – 0328 inovasi. Teori adopsi tersebut diformulasikan menjadi 4 tahap, yakni: 1. Pengetahuan : mengetahui adanya inovasi dan memiliki pengertian bagaimana inovasi tersebut berfungsi. 2. Persuasi : menentukan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut. 3. Keputusan : terlibat dalam kegiatan yang membawa seseorang pada situasi memilih apakah menerima atau menolak. 4. Konfirmasi : mencari penguat bagi keputusan yang telah diambil sebelumnya. Jika informasi yang diperoleh bertentangan maka seseorang dapat merubah keputusan tersebut. (Purba, 2006: 57-58) Adapun variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini, dapat dioperasionalisasikan dalam indikatorindikator berikut: Operasionalisasi Variabel Penelitian Variable Teoritis 1. Variabel Bebas (X) Komunikasi Penyuluhan 2. Variabel Terikat (Y) Tingkat Adopsi Inovasi Variabel Operasional a. Penyuluh: – Kredibilitas – Daya Tarik – Kekuatan b. Metode Penyuluhan – Pendekatan Perorangan: – Dialog langsung, – Kemampuan empati, – Menciptakan suasana homophily. – Pendekatan Kelompok: – Diskusi kelompok. c. Media Penyuluhan – Gambar atau slide. d. Materi Penyuluhan – Pesan (verbal dan nonverbal) – Makna (gagasan atau ide) – Simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata) e. Waktu dan Tempat Penyuluhan – Waktu – Tempat a. Pengetahuan b. Persuasi – Keuntungan-keuntungan relatif PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011 114 ISSN : 2085 – 0328 JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA c. d. a. b. c. d. 3. Karakteristik Responden – Keserasian – Kerumitan Keputusan Konfirmasi Usia Pendidikan Terakhir Pekerjaan Suku Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data primer dan data sekunder. Pada pengumpulan data primer yang bertujuan untuk mengukur variable bebas dilakukan dengan teknik wawancara dengan instrument kuesioner yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dari pustaka, internet, dari kantor PKBI SUMUT dan kantor Kelurahan Belawan II. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Program SPSS. PEMBAHASAN Berdasarkan dari hasil pengumpulan data yang bersumber dari 17 orang responden, diperoleh beberapa karakter yang menjadi pembatas dari keikutsertaan responden. Karakteristik responden yang didapat, dirincikan pada tabel berikut: Karakteristik Responden No 1 2 3 4 5 Usia 21-26 tahun 27-32 tahun 33-38 tahun 39-44 tahun 45-50 tahun Pendidikan Terakhir Responden SD 1 SMP 2 SMA 3 Pekerjaan Responden Ibu rumah tangga 1 Pegawai swasta 2 Lain-lain 3 Suku Responden Jawa 1 Batak 2 Melayu 3 Minang 4 Total Dari tabel usia di atas,dapat kita lihat terdapat masing-masing 5 responden (29.4%) pada usia 21-26 tahun dan 27-32 tahun. Kemudian ada 4 responden yang berusia 39-44 tahun (23.5%), selanjutnya ada 2 responden pada usia 33-38 tahun (11.8), dan 1 responden yang berusia 4550 tahun (5.9%), dimana kisaran usia 45- Frekuensi (F) 5 5 2 4 1 Persentase (%) 29.4 29.4 11.8 23.5 5.9 3 7 7 17.6 41.2 41.2 13 1 3 76.5 5.9 17.6 9 4 2 2 17 52.9 23.5 11.8 11.8 100.0 50 tahun merupakan usia yang sangat rentan terkena kanker serviks. Dari tabel pendidikan, dapat kita lihat pendidikan terakhir responden pada tingkat SMP dan SMA masing-masing ada 7 orang (41.2%), sedangkan responden yang pendidikan terakhirnya di tingkat SD terdapat 3 orang (17.6%). PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011 115 ISSN : 2085 – 0328 JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata responden yang datang pada kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh PKBI Sumatera Utara adalah yang pendidikan terakhirnya antara SMP sampai SMA. Terhadap pekerjaan responden, terdapat 1 responden (5.9%) bekerja sebagai pegawai swasta, tepatnya bekerja di perusahaan triplek yang berlokasi di Tanjung Mulya, kemudian 3 responden (17.6%) bekerja di luar kategori yang dituliskan pada kuesioner, dapat dijelaskan bahwa salah satu pekerjaan yang dimaksud adalah mencuci pakaian. Pekerjaan responden yang paling dominan adalah sebagai ibu rumah tangga yakni 13 responden (76,5%). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa responden yang hadir pada saat penyuluhan sebagian besar adalah ibu rumah rumah tangga. Data mengenai suku responden menunjukkan bahwa suku Jawa adalah suku yang paling dominant mengikuti penyuluhan ini, yakni 9 responden (52.9%), diikuti dengan suku Batak 4 responden (23.5%), kemudian pada suku Minang dan Melayu, masing-masing ada 2 responden (11.8%). Dengan demikian maka responden yang hadir pada saat penyuluhan sebagian besar berasal dari suku Jawa. Komunikasi Penyuluhan Penyuluh mampu (menguasai materi) ketika penyuluhan No. 1 2 3 4 Jawaban Responden Sangat mampu Mampu Kurang Mampu Tidak Mampu Total Dari data di atas, dapat dilihat bahwa 1 orang responden (5.9%) menjawab penyuluh sangat mampu (menguasai materi) ketika penyuluhan, 16 responden (94.1%) mengatakan bahwa penyuluh mampu (menguasai materi) ketika penyuluhan, sementara itu pada pilihan jawaban kurang mampu dan tidak Frekuensi (F) 1 16 0 0 17 Persentase (%) 5.9 94.1 0 0 100.0 mampu, terdapat 0 responden. Dengan demikian, berdasarkan data jawaban responden di atas, terlihat bahwa penyuluh dari PKBI Sumatera Utara yang memberikan penyuluhan mendapat nilai positif dari para responden ketika memberikan penyuluhan. Tanggapan responden tentang informasi penyuluhan No. 1 2 3 4 Informasi Penyuluhan Sangat menarik Menarik Kurang menarik Tidak Menarik Total Dari data di atas, dapat dijelaskan ada 14 responden (82.4%) yang mengatakan bahwa informasi penyuluhan menarik, 2 responden (11.8%) mengatakan informasi penyuluhan tersebut sangat menarik, ada 1 responden Frekuensi (F) 2 14 1 0 17 Persentase (%) 11.8 82.4 5.9 0 100.0 (5.9%) yang mengatakan informasi yang disampaikan dalam penyuluhan kurang menarik, dan 0 responden mengatakan bahwa informasi penyuluhan tidak menarik. PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011 116 ISSN : 2085 – 0328 JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA Jawaban yang diberikan terkait dengan kredibilitas penyuluh mulai bervariasi, hal ini agaknya tidak seirama dengan jawaban responden pada pertanyaan sebelumnya dimana terdapat penilaian positif terhadap maksud atau tujuan penelitian. Hal ini tentu saja perlu diperhatikan oleh pihak penyuluh sebagai bahan pertimbangan untuk penyuluhan selanjutnya, namun dari banyaknya persentase responden yang mengatakan bahwa informasi penyuluhan yang disampaikan menarik, menunjukkan bahwa penyuluh mampu menarik minat peserta penyuluhan yang hadir mendengarkan penyuluhan tersebut. Adapun alasan ketertarikan responden terhadap informasi penyuluhan adalah karena responden jadi mengetahui bagaimana cara menjaga daerah kewanitaannya. Sementara itu alasan mengapa kurang menarik adalah karena penyuluhan terlalu lama dan banyak anak-anak. Penyuluh melibatkan responden ketika memberi informasi penyuluhan No. 1 2 3 4 Jawaban Responden Sangat melibatkan Melibatkan Kurang melibatkan Tidak melibatkan Total Dari data di atas, dapat dijelaskan, terdapat 0 responden yang mengatakan bahwa penyuluh sangat melibatkan peserta penyuluhan ketika memberi informasi penyuluhan, terdapat 9 responden (52.9%) yang merasa dirinya dilibatkan oleh penyuluh ketika penyuluhan berlangsung, terdapat 4 responden (23.5%) yang mengatakan penyuluh kurang melibatkan responden, dan terdapat 4 responden pula (23.5%) Frekuensi (F) 0 9 4 4 17 Persentase (%) 0 52.9 23.5 23.5 100.0 yang mengatakan bahwa penyuluh tidak melibatkan responden ketika memberikan informasi penyuluhan. Dengan demikian terlihat adanya interaksi yang lebih kuat lagi antara penyuluh dan peserta penyuluhan, dalam hal ini, tentunya peserta yang merasa dilibatkan saat penyuluh memberikan informasi penyuluhan ikut aktif selama proses penyuluhan berlangsung. Responden mengerti dengan pesan gambar yang ditampilkan No. Jawaban Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat mengerti 1 5.9 2 Mengerti 12 70.6 3 Kurang mengerti 4 23.5 4 Tidak mengerti 0 0 17 100.0 Total Dari data di atas, dapat dijelaskan terdapat 1 responden (5.9%) yang mengatakan sangat mengerti dengan pesan gambar yang ditampilkan pada saat penyuluhan. Terdapat 12 responden (70.6%) responden yang mengerti dengan makna pesan gambar yang ditampilkan, selanjutnya terdapat 4 responden (23.5%) yang mengatakan kurang mengerti dan 0 responden yang mengatakan tidak mengerti dengan pesan gambar yang ditampilkan oleh penyuluh. Berdasarkan jawaban responden tersebut, sebagian besar peserta penyuluhan mengatakan mereka mengerti dengan pesan gambar yang ditampilkan. PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011 117 JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISSN : 2085 – 0328 Hal ini berarti penyuluh telah berhasil menerangkan informasi penyuluhan yang ada pada gambar dimaksud. Responden mengerti dengan informasi yang disampaikan dalam penyuluhan No. Jawaban Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat mengerti 1 5.9 2 Mengerti 8 47.1 3 Kurang mengerti 8 47.1 4 Tidak mengerti 0 0 17 100.0 Total Dari data di atas, dapat dijelaskan terdapat 1 responden (5.9%) mengatakan sangat mengerti dengan informasi yang disampaikan oleh penyuluh, selanjutnya terdapat 8 responden (47.1%) yang mengatakan mengerti, terdapat pula 8 responden (47.1%) yang mengatakan kurang mengerti dan 0 responden mengatakan tidak mengerti dengan informasi yang disampaikan. Persentase peserta penyuluhan yang kurang mengerti dengan informasi yang disampaikan sama banyak dengan peserta yang mengerti dengan informasi penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh PKBI Sumatera Utara. Hal ini tentu saja dapat dijadikan sebagai bahan koreksi bagi pihak penyuluh untuk penyuluhan selanjutnya. Namun, dari hasil wawancara terhadap responden, penyebab responden kurang mengerti dengan informasi penyuluhan adalah karena responden kurang memberikan perhatian atau fokus terhadap informasi penyuluhan yang di berikan oleh penyuluh. Tingkat Adopsi Inovasi Responden mengetahui informasi tentang kanker serviks sebelumnya No. Jawaban Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat mengetahui 0 0 2 Mengetahui 3 17.6 3 Kurang mengetahui 4 23.5 4 Tidak mengetahui 10 58.8 17 100.0 Total Dari data di atas, dapat dijelaskan terdapat 3 responden (17.6%) yang mengetahui informasi tentang kanker serviks sebelum diadakan penyuluhan, kemudian terdapat 4 responden (23.5%) yang mengatakan kurang mengetahui informasi tentang kanker serviks sebelumnya, selanjutnya terdapat 10 responden (58.8%) yang mengatakan tidak mengetahui informasi tentang kanker serviks sebelumnya, dan tidak ada responden yang mengatakan sangat mengetahui informasi tentang kanker serviks sebelumnya. Sebagian besar responden mengaku tidak mengetahui tentang kanker serviks sebelumnya. Adapun responden yang mengetahui tentang kanker serviks sebelumnya, mengetahuinya dari teman/tetangga mereka yang meninggal karena terkena kanker rahim. Selain itu, responden mengetahui kanker serviks sebagai penyakit yang sangat menakutkan karena membuat tidak dapat melahirkan dan disebabkan oleh vagina yang tidak bersih. PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011 118 ISSN : 2085 – 0328 JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA Responden mengetahui informasi tentang tes pap smear sebelumnya No. Jawaban Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat mengetahui 0 0 2 Mengetahui 4 23.5 3 Kurang mengetahui 2 11.8 4 Tidak mengetahui 11 64.7 17 100.0 Total Dari data di atas, dapat dijelaskan terdapat 4 responden (23.5%) yang mengetahui informasi tentang tes pap smear, terdapat 2 responden (11.8%) yang kurang mengetahui informasi tes pap smear, selanjutnya terdapat 11 responden (64.7%) yang tidak mengetahui tentang tes pap smear sebelumnya, dan tidak ada responden yang mengatakan sangat mengetahui informasi tentang tes pap smear. Mayoritas responden tidak mengetahui tentang tes pap smear, sementara responden yang mengetahui tentang tes pap smear sebelumnya adalah dari teman/ tetangga mereka yang kerapkali mengajak mereka untuk ikut pemeriksaan tes pap smear. Mengikuti tes pap smear setelah mendengar penyuluhan No. 1 2 3 4 Keikutsertaan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) Sudah Segera Berencana Tidak Bersedia Total 2 2 9 4 17 11.8 11.8 52.9 23.5 100.0 Data di atas menunjukkan bahwa setelah mengikuti penyuluhan, terdapat 4 responden (23.5%) yang tidak bersedia mengikuti tes pap smear, selanjutnya ada 9 responden (52.9%) yang memutuskan untuk berencana mengikuti tes pap smear, kemudian 2 responden lainnya (11.8%) memberikan jawaban segera melakukan tes pap smear, dan ada 2 responden yang telah melakukan tes pap smear. Dengan demikian, sebagian besar responden berencana untuk mengikuti tes pap smear. Dari hasil wawancara, responden yang mayoritas adalah ibu rumah tangga dan pekerjaan suami mereka yang sebagian besar adalah sebagai nelayan, mengaku terbentur dalam hal biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan tes tersebut. Walaupun diberi keringanan dapat mencicil sampai 3 kali pembayaran, namun biaya Rp. 60.000,- untuk tes pap smear tersebut masih dianggap mahal dan masih ada kebutuhan lain yang lebih prioritas. Sementara responden yang tidak bersedia melakukan tes pap smear, selain karena faktor biaya, juga beranggapan lebih baik tidak memeriksakan kesehatannya agar tidak tahu apa penyakitnya, karena jika penyakitnya diketahui akan membuat banyak pikiran. Alasan responden yang lain adalah karena masih muda, jadi tidak kuatir dengan kesehatan organ reproduksi mereka. PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011 119 ISSN : 2085 – 0328 JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA Melanjutkan pemeriksaan pap smear setelah mendengar informasi tambahan Keputusan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) No. 1 Ya, melanjutkan 3 17.6 2 Berencana melanjutkan 0 0 3 Ragu-ragu 2 11.8 4 Tidak melanjutkan 12 70.6 17 100.0 Total Data di atas menunjukkan bahwa tidak ada responden yang mengatakan berencana melanjutkan pemeriksaan pap smear, 2 responden (11.8%) ragu-ragu untuk melanjutkan pemeriksaan pap smear, selanjutnya terdapat 12 responden (70.6%) yang tidak melanjutkan pemeriksaan pap smear, dan terdapat 3 responden (17.6%) yang memutuskan untuk melanjutkan pemeriksaan pap smear. Banyaknya frekuensi responden yang memutuskan tidak melanjutkan pemeriksaan pap smear dapat disebutkan sebagai salah kelanjutan dampak dari ketidakterlibatan responden pada pemeriksaan pap smear sebelumnya. Dalam menguji tingkat hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan digunakan rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Tetapi karena pengolahan data statistik dalam penelitian ini menggunakan piranti lunak SPSS versi 15.0 maka, uji thitung tidak digunakan lagi, hal ini dikarenakan SPSS secara otomatis telah menguji hipotesis tersebut. Hasil Uji Korelasi Spearman Menggunakan Piranti Lunak SPSS versi 15.0 Correlations Spearman's rho Komunikasi Penyuluhan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Tingkat Adopsi Inovasi N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed Komunikasi Penyuluhan Tingkat Adopsi 1.000 .640(**) . 17 .006 17 .640(**) 1.000 .006 17 . 17 PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011 120 JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA Berdasarkan uji korelasi rank Sperman di atas diperoleh hasil rs = 0.640 yang menunjukkan bahwa hubungan antara vareiabel x dan y pada taraf hubungan yang cukup berarti. Dapat diambil kesimpulan bahwa Komunikasi Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI Sumatera Utara memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap tingkat adopsi inovasi wanita di Kelurahan Belawan II. Selanjutnya untuk signifikansi variabel x dan variabel y berada pada level 0,01. Dengan α = 0,01 pengaruh dinyatakan signifikan bila mencapai 99% - 100% dengan suatu arah hubungan yang linier. Dalam ilmu sosial umumnya tingkat signifikansi 95 – 99% yaitu dalam angka 0,05-0,01. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan angka 0,006 atau 0.6%. Jadi 100% - 0.6% = 99,4% signifikan. Angka tersebut menunjukkan bahwa Ha diterima, sehingga Ha : Terdapat Pengaruh antara Komunikasi Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI Sumatera Utara Terhadap Tingkat Adopsi Inovasi Wanita di Kelurahan Belawan II. Berdasarkan hasil uji hipotesa yang didapatkan ternyata Komunikasi Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI Sumatera Utara memengaruhi Tingkat Adopsi Inovasi Wanita di Kelurahan Belawan II, yakni dalam bentuk Tes Pap Smear, dimana hubungan tersebut memiliki nilai yang cukup berarti. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis data tabel tunggal dan tabel silang sebelumnya, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Terdapat hubungan yang cukup berarti antara komunikasi penyuluhan kanker serviks oleh PKBI Sumatera Utara terhadap tingkat adopsi inovasi wanita di Kelurahan Belawan II. 2. Kredibilitas Penyuluh adalah salah satu faktor yang paling kuat mempengaruhi minat peserta yang hadir dalam penyuluhan. Hal ini ISSN : 2085 – 0328 terlihat dari adanya tanggapan yang positif dari responden ketika ditanyakan mengenai pribadi penyuluh yang baru pertama kali mereka lihat. 3. Penyuluh dari PKBI Sumatera Utara sudah cukup berhasil mempengaruhi peserta yang hadir dalam penyuluhan. Sekalipun hanya ada 2 orang yang melanjutkan ke jenjang tes pap smear akan tetapi terdapat 9 orang lainnya yang berencana dan 2 orang lainnya mengatakan segera melakukan tes pap smear. Jika ke 11 orang tersebut telah merealisasikan niat mereka, maka dapat dikatakan bahwa PKBI Sumatera Utara berhasil menyebarkan inovasi pemeriksaan pap smear terhadap wanita yang telah mengikuti penyuluhan di Kelurahan Belawan II. Salah satu kendala yang dihadapi adalah masalah biaya karena seluruh peserta berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah. Saran Beberapa saran penting yang peneliti kemukakan adalah: 1. Metode Penyuluhan yang dilakukan oleh Penyuluh dari PKBI Sumatera Utara pada umumnya sudah baik, yakni disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang menjadi sasaran menyuluhan, namun agaknya perlu lebih diperhatikan lagi mengenai pemilihan tempat, waktu, media penyuluhan yang digunakan, serta strategi pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat yang disuluh, khususnya para wanita yang sebagian besar adalah sebagai ibu rumah tangga, tidak hanya mengetahui tentang informasi penyuluhan yang disampaikan, tetapi juga memahami bahkan mengadopsi hal-hal yang menjadi suatu inovasi bagi kehidupan mereka sehari-hari. 2. Karena penyuluhan kanker serviks yang dilakukan pihak PKBI Sumatera Utara tidak memiliki jadwal rutin PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011 121 ISSN : 2085 – 0328 JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA 3. 4. 5. sehingga perlu menjadi pertimbangan bagi PBKI Sumatera Utara untuk membuat jadwal rutin penyuluhan supaya masyarakat benar-benar dapat memahami informasi penyuluhan kanker serviks dan cara penanganannya melalui tes pap smear. Mengingat bahwa kanker serviks adalah penyakit yang menempati urutan ke dua penyebab kematian para wanita di dunia setelah penyakit jantung koroner, maka agar pihak PKBI Sumatera Utara dalam memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi, juga turut melibatkan para pria, agar setiap masyarakat, baik pria dan wanita sama-sama mendapat pengetahuan sehingga dapat saling menjaga, mengingatkan, dan mendukung pasangan mereka masing-masing dalam menjaga kesehatan reproduksi, khususnya agar terhindar dari kanker serviks. Mengingat kanker serviks adalah salah satu penyakit yang sangat potensial menghinggapi wanita, khususnya pada wanita yang berusia 35-50 tahun, maka agar pihak PKBI Sumatera Utara memberikan penyuluhan kepada para wanita dari berbagai usia, baik yang belum menikah maupun telah menikah atau wanita yang telah aktif berhubungan seksual (pada penelitian ini, peserta yang mengikuti penyuluhan, didominasi oleh wanita yang berusia 21-32 tahun). Mengingat rendahnya tingkat partisipasi wanita yang mengikuti penyuluhan melanjutkan tindakan sampai ke jenjang pap smear dengan salah satu penyebabnya adalah dana (karena sebagian besar berasal dari tingkat ekomomi menengah ke bawah), maka pihak PKBI sebaiknya membantu masyarakat miskin dengan membebaskan biaya pemeriksaan tersebut melalui kerja sama dengan donatur. Hal ini penting agar upaya difusi inovasi yang dilaksanakan tidak sia sia. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta. Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung: PT RemajaRosdakarya Offset. Arredondo, Lani. 2000. Communicating Effectively, USA: McGraw-Hill. Bungin Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif, Surabaya: Airlangga University Press Cangara, H. Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi: Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dilla, Sumadi. 2007. Komunikasi Pembangunan Pendekatan Terpadu. Bandung : Sembiosa Rekatama Media. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Nasution Zulkarimein. 1990. PrinsipPrinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan: Edisi Revisi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 1996. Komunikasi Pembangunan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Purba, Amir, dkk. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi, Medan: Pustaka Bangsa Press. Rakhmat, Jalaluddin. 1993. Metode Penelitian Komunikasi: dilengkapi Contoh Analisis Statistik, Bandung: Remaja Rosdakarya. Severin, W.J. dan Tankard, J. W. 2005. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam media Massa, Jakarta: Kencana. PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011 122 JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISSN : 2085 – 0328 Suprapto, Tommy. 2008. Teknik Jitu Pesuasi dan Negoisasi. Yogyakarta: Media Pressindo. Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antarpribadi; Tinjauan Psikologis, Yogyakarta: Kanisus. Tubbs, Stewart dan Slvya Moss. 1996. Human Communication: PrinsipPrinsip Dasar, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Internet : http://niarachmawati.blogspot.com/2007/0 4/analisis-efektivitas-komunikasidalam.html akses 26 oktober 2009 http://pdf-search-engine.com/adopsiinovasi-pdf.html akses 26 Oktober2009 PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011 123