komunikasi penyuluhan dan adopsi inovasi

advertisement
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
ISSN : 2085 – 0328
KOMUNIKASI PENYULUHAN DAN ADOPSI INOVASI
Dayana dan Flora K. Sinurat
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara
Email :[email protected]
ABSTRACT
The Title of this research is Counseling Communication and Adoption of Innovation
(Correlational Studies of Counseling Communication of Cervical Cancer by PKBI
Sumatera Utara Concerning the Level Woman’s Adoption of Innovation at Kelurahan
Belawan II). The aim of this study is to determine the effect of conceling cervical cancer
that conducted by PKBI Sumatera Utara concerning the level of woman adoption of
innovation at Kelurahan Belawan II in form of pap smear test. This study uses total
sampling with the total population are 17 people. The data are gotten from questioner
with number of questions are 34 questions. Data obtained were analyzed by using
analysis of single table and cross table. Processing analysis data using SPSS for
windows version 15.0. Hypothesis results showed there was significant correlation
between counceling communication of cervical cancer by PKBI Sumatera Utara
concerning the level of woman’s adoption of innovation at Kelurahan Belawan II.
Keywords: Conceling communication and Adoption innovation
PENDAHULUAN
Kanker adalah penyakit yang
menakutkan bagi semua orang, terutama
karena penyakit ini menimbulkan angka
kematian yang cukup tinggi. Hal ini
terjadi tidak hanya di Indonesia
melainkan juga di berbagai negara maju
lain. Salah satu penyebab kematian yang
sering terjadi pada perempuan di
Indonesia adalah kanker serviks, namun
informasi mengenai hal ini belum banyak
diketahui karena kanker serviks sering
tidak menimbulkan gejala atau keluhan
sehingga wanita datang ke dokter dalam
kondisi yang sudah terlambat. Kanker
serviks akan terjadi setelah wanita
terinfeksi HPV (Human Papilloma
Virus), yang mana sebenarnya virus ini
sudah ada dalam tubuh wanita sejak di
atas umur 10 tahun. Cara penyebaran
kanker ini yakni melalui hubungan
seksual. Yayasan Kanker Indonesia
memaparkan: diperkirakan, 52 juta
perempuan Indonesia berisiko terkena
kanker serviks, sementara 36 persen
perempuan dari seluruh penderita kanker
adalah pasien kanker serviks. Ada 15.000
kasus baru per tahun dengan kematian
8.000 orang per tahun. Salah satu cara
yang
dapat
dilakukan
untuk
mensosialisasikan
informasi
kanker
serviks ini adalah melalui penyuluhan
kepada masyarakat. Penyuluhan pada
hakekatnya merupakan suatu kegiatan
pendidikan non-formal dalam rangka
mengubah masyarakat menuju keadaan
yang lebih baik seperti yang dicitacitakan. Penyuluhan juga mengandung
usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru
(paling tidak, dianggap atau dirasakan
baru) agar masyarakat berminat dan
bersedia
melaksanakannya
dalam
kehidupan nyata sehari-hari. (Nasution.
1990: 8)
Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia Sumatera Utara (PKBI
SUMUT) adalah sebuah Lembaga
Swadaya
Masyarakat
yang
aktif
memberikan
penyuluhan
mengenai
kesehatan reproduksi kepada masyarakat
di Kecamatan Medan-Belawan. Faktor
tingginya usia menikah muda, tingginya
angka kelahiran, rendahnya tingkat
pendidikan, dan rendahnya tingkat
ekonomi pada sebagian besar masyarakat
di daerah ini menjadi alasan kuat bagi
PKBI SUMUT untuk melakukan
penyuluhan.
Berdasarkan uraian di atas,
peneliti
tertarik
untuk
meneliti
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
111
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
sejauhmanakah komunikasi penyuluhan
kanker serviks oleh PKBI Sumatera Utara
berpengaruh terhadap tingkat adopsi
inovasi para
wanita di Kelurahan
Belawan II.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metode penelitian korelasional yaitu
metode yang bertujuan meneliti sejauh
mana variasi pada satu faktor berkaitan
dengan variasi pada satu faktor lain
(Rakhmat, 2004:27). Dalam penelitian
ini, metode korelasional digunakan untuk
meneliti hubungan antara komunikasi
penyuluhan kanker serviks oleh PKBI
SUMUT terhadap tingkat adopsi inovasi
wanita di Kelurahan Belawan II.
Penelitian ini dilakukan di
Kelurahan Belawan II, Kecamatan
Medan-Belawan. Dalam penelitian ini,
yang menjadi populasi adalah seluruh
wanita di Kelurahan Belawan II yang
telah mengikuti penyuluhan kanker
serviks oleh PKBI Sumatera Utara, yang
berjumlah 17 orang. Karena penelitian ini
menggunakan total sampling, jadi seluruh
populasi dengan jumlah 17 orang tersebut
menjadi sampel pada penelitian.
Untuk mendukung pemecahan
masalah, peneliti menggunakan teori
Komunikasi Penyuluhan dan Adopsi
Inovasi.
Komunikasi Penyuluhan
Pada hakikatnya penyuluhan adalah
suatu kegiatan komunikasi. Proses yang
dialami mereka yang disuluh sejak
mengetahui, memahami, meminati, dan
kemudian
menerapkannya
dalam
kehidupan yang nyata adalah suatu proses
komunikator yang baik untuk tercapainya
hasil penyuluhan yang baik. Seperti mana
suatu komunikasi baru berhasil bila
kedua belah pihak sama-sama siap untuk
itu, demikian pula dengan penyuluhan,
suatu perencanaan yang matang dan
bukan dilakukan secara asal-asalan saja.
Persiapan dan perencanaan inilah yang
hendak dipenuhi dengan menyusun lebih
ISSN : 2085 – 0328
dahulu
suatu
desain
komunikasi
penyuluhan. Dengan demikian, dalam
proses penyuluhan, banyak faktor yang
mesti diperhatikan oleh penyuluh.
(Nasution, 1990:10).
Dalam melakukan penyuluhan,
faktor penyampaian hal-hal yang
disuluhkan adalah amat penting. Karena
itu,
penyuluhan
menuntut
dipersiapkannya lebih dahulu suatu
desain, yang secara terperinci dan
spesifik menggambarkan hal-hal pokok
berikut ini:
1) Masalah yang dihadapi
2) Siapa yang akan disuluh
3) Apa tujuan (objectivites) yang
hendak dicapai dari setiap kegiatan
penyuluhan.
4) Pengembangan pesan
5) Metoda atau saluran yang digunakan
6) Sistem evaluasi “telah terpasang”
atau “built-in” di dalam rencana
keseluruhan kegiatan dimaksud.
(Nasution, 1990:10).
Berikut
adalah
faktor
pendukung
efektivitas
penyuluhan
(Setiana,
2005:
48-56):
Metode
Penyuluhan, berdasarkan pendekatan
sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni:
a. Pendekatan Perorangan
Dalam metode ini, penyuluh
berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan sasarannya secara
perorangan seperti kunjungan ke
rumah, lokasi, atau lahan usaha tani,
hubungan
telepon
dan
lain
sebagainya.
b. Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan kelompok
banyak manfaat yang dapat diambil,
disamping dari transfer teknologi
informasi juga terjadinya tukar
pendapat dan pengalaman antar
sasaran penyuluhan dalam kelompok
yang bersangkutan.
c. Pendekatan Massal
Metode
yang
menjangkau
sasaran dengan jumlah yang cukup
banyak dan dapat mempercepat
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
112
ISSN : 2085 – 0328
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
proses perubahan, tetapi jarang dapat
mewujudkan
perubahan
dalam
perilaku. Hal ini disebabkan karena
pemberi dan penerima pesan
cenderung mengalami proses selektif
saat menggunalkan media massa
sehingga pesan yang disampaikan
mengalami distorsi.
Media Penyuluhan
Media penyuluhan merupakan alat
bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai
perantara
yang
dapat
dipercaya
menghubungkan antara penyuluh dengan
sasaran sehingga pesan atau informasi
akan lebih jelas dan nyata. Dalam
penyuluhan dikenal beragam media atau
alat bantu penyuluhan, seperti benda
(sample, model tiruan), barang cetakan
(brosur, poster, photo, leaflet, sheet),
gambar diproyeksikan (slide, film, filmstrip, video, movie-film) dan lambing
grafika (grafik batang dan garis, diagram,
skema, peta).
Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan adalah segala
sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan
penyuluhan berupa informasi-informasi
atau pesan. Pesan merupakan seperangkat
simbol verbal dan nonverbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan atau
maksud. Selanjutnya Lasswell (Mulyana,
2005:63) mengatakan pesan mempunyai
tiga komponen yaitu makna (gagasan,
ide, dan nilai), simbol yang digunakan
(bahasa atau kata-kata) dan bentuk pesan
(verbal dan nonverbal). Materi dalam
penyuluhan adalah yang sesuai dengan
kebutuhan
sasaran
dan
dapat
memecahkan masalah yang sedang
dihadapai oleh sasaran penyuluhan.
Waktu dan Tempat Penyuluhan
Dalam penyuluhan, waktu dan tempat
yang tepat harus sesuai situasi dan
kondisi masyarakat sasaran penting dan
saling berkaitan dalam mencapai tujuan
penyuluhan.
Kapan
dan
dimana
dilaksanakan penyuluhan harus terkesan
tidak mengganggu
sasaran.
dan
merugikan
Teori Adopsi Inovasi
Adopsi di dalam penyuluhan sering
kali diartikan sebagai suatu proses
mentalitas pada diri seseorang atau
individu, dari mulai seseorang tersebut
menerima
ide-ide
baru
sampai
memutuskan menerima atau menolak ideide tersebut.
Proses adopsi, menurut Samsudin
(1984), adalah proses dimulai dari
keluarnya ide-ide dari satu pihak
kemudian disampaikan pada pihak lain
sampai ide tersebut diterima pihak
masyarakat sebagai pihak yang kedua.
Menurut Suriatna (1987), karena proses
adopsi merupakan proses mentalitas yang
bertahap
mulai
dari
kesadaran
(awareness), minat (interest), menilai
(evaluation), mencoba (trial), dan
akhirnya menerapkan (adoption) maka
kita perlu benar-benar memahami setiap
tahapan yang berlangsung pada diri
seseorang tersebut agar berbagai faktor
penghambat akan diketahui dan dipelajari
sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan penyuluhan.
Dalam proses penyuluhan, dimana
salah satu tujuannya adalah agar terjadi
perubahan sikap perilaku yang mengarah
pada tindakan maka proses terjadinya
adopsi inovasi yang bertahap sering kali
tidak sama pada setiap individu.
Kecepatan dalam mengadopsi suatu
inovasi kadang antara satu individu
dengan individu yang lain berbeda, ini
sangat tergantung bagaimana karakter
individu yang bersangkutan.
Sifat Sasaran
Berdasarkan tingkat kecepatan dalam
mengadopsi inovasi, sasaran penyuluhan
di pedesaan dapat digolongkan dalam
beberapa kelompok sasaran, antara lain:
a. Kelompok Perintis (innovator), yaitu
mereka yang pada dasarnya sudah
menyenangi hal-hal yang baru dan
sering melakukan percobaan.
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
113
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
b.
c.
d.
e.
Kelompok Pelopor (early adopter),
yaitu orang-orang yang berpengaruh
di sekelilingnya dan merupakan
orang yang lebih maju dibandingkan
dengan orang-orang di sekitarnya.
Kelompok Penganut Dini (early
majority),yaitu orang-orang yang
menerima suatu inovasi selangkah
lebih dahulu dari orang lain.
Kelompok Penganut Lambat (late
majority), yaitu orang-orang yang
baru bersedia menerima suatu
inovasi apabila menurut penilaiannya
semua orang di sekelilingnya sudah
menerimanya.
Kelompok Kolot (laggard). Yaitu
lapisan yang paling akhir dalam
menerima suatu inovasi. (Dilla,
2007: 190)
Tahapan Putusan Inovasi
Everett M. Rogers dan Floyd
Shoemaker memperkenalkan sebuah
formula baru dalam proses adopsi
ISSN : 2085 – 0328
inovasi.
Teori
adopsi
tersebut
diformulasikan menjadi 4 tahap, yakni:
1. Pengetahuan
:
mengetahui
adanya inovasi dan memiliki
pengertian
bagaimana
inovasi
tersebut berfungsi.
2. Persuasi : menentukan sikap suka
atau tidak suka terhadap inovasi
tersebut.
3. Keputusan
: terlibat dalam
kegiatan yang membawa seseorang
pada situasi memilih apakah
menerima atau menolak.
4. Konfirmasi
: mencari penguat
bagi keputusan yang telah diambil
sebelumnya. Jika informasi yang
diperoleh
bertentangan
maka
seseorang dapat merubah keputusan
tersebut.
(Purba, 2006: 57-58)
Adapun variabel-variabel yang
terlibat dalam penelitian ini, dapat
dioperasionalisasikan dalam indikatorindikator berikut:
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variable Teoritis
1. Variabel Bebas (X)
Komunikasi Penyuluhan
2. Variabel Terikat (Y)
Tingkat Adopsi Inovasi
Variabel Operasional
a. Penyuluh:
– Kredibilitas
– Daya Tarik
– Kekuatan
b. Metode Penyuluhan
– Pendekatan Perorangan:
– Dialog langsung,
–
Kemampuan empati,
–
Menciptakan suasana homophily.
– Pendekatan Kelompok:
– Diskusi kelompok.
c. Media Penyuluhan
– Gambar atau slide.
d. Materi Penyuluhan
– Pesan (verbal dan nonverbal)
– Makna (gagasan atau ide)
– Simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata)
e. Waktu dan Tempat Penyuluhan
– Waktu
– Tempat
a. Pengetahuan
b. Persuasi
– Keuntungan-keuntungan relatif
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
114
ISSN : 2085 – 0328
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
c.
d.
a.
b.
c.
d.
3. Karakteristik Responden
– Keserasian
– Kerumitan
Keputusan
Konfirmasi
Usia
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Suku
Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pengumpulan data primer dan data
sekunder. Pada pengumpulan data primer
yang bertujuan untuk mengukur variable
bebas
dilakukan
dengan
teknik
wawancara dengan instrument kuesioner
yang telah disediakan. Data sekunder
diperoleh dari pustaka, internet, dari
kantor PKBI SUMUT dan kantor
Kelurahan Belawan II. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan
Program SPSS.
PEMBAHASAN
Berdasarkan
dari
hasil
pengumpulan data yang bersumber dari
17 orang responden, diperoleh beberapa
karakter yang menjadi pembatas dari
keikutsertaan responden. Karakteristik
responden yang didapat, dirincikan pada
tabel berikut:
Karakteristik Responden
No
1
2
3
4
5
Usia
21-26 tahun
27-32 tahun
33-38 tahun
39-44 tahun
45-50 tahun
Pendidikan Terakhir Responden
SD
1
SMP
2
SMA
3
Pekerjaan Responden
Ibu rumah tangga
1
Pegawai swasta
2
Lain-lain
3
Suku Responden
Jawa
1
Batak
2
Melayu
3
Minang
4
Total
Dari tabel usia di atas,dapat kita lihat
terdapat masing-masing 5 responden
(29.4%) pada usia 21-26 tahun dan 27-32
tahun. Kemudian ada 4 responden yang
berusia 39-44 tahun (23.5%), selanjutnya
ada 2 responden pada usia 33-38 tahun
(11.8), dan 1 responden yang berusia 4550 tahun (5.9%), dimana kisaran usia 45-
Frekuensi (F)
5
5
2
4
1
Persentase (%)
29.4
29.4
11.8
23.5
5.9
3
7
7
17.6
41.2
41.2
13
1
3
76.5
5.9
17.6
9
4
2
2
17
52.9
23.5
11.8
11.8
100.0
50 tahun merupakan usia yang sangat
rentan terkena kanker serviks.
Dari tabel pendidikan, dapat kita
lihat pendidikan terakhir responden pada
tingkat SMP dan SMA masing-masing
ada 7 orang (41.2%), sedangkan
responden yang pendidikan terakhirnya
di tingkat SD terdapat 3 orang (17.6%).
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
115
ISSN : 2085 – 0328
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata responden yang datang pada
kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh
PKBI Sumatera Utara adalah yang
pendidikan terakhirnya antara SMP
sampai SMA.
Terhadap pekerjaan responden,
terdapat 1 responden (5.9%) bekerja
sebagai pegawai swasta, tepatnya bekerja
di perusahaan triplek yang berlokasi di
Tanjung Mulya, kemudian 3 responden
(17.6%) bekerja di luar kategori yang
dituliskan
pada
kuesioner,
dapat
dijelaskan bahwa salah satu pekerjaan
yang dimaksud adalah mencuci pakaian.
Pekerjaan responden yang paling
dominan adalah sebagai ibu rumah
tangga yakni 13 responden (76,5%).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
responden yang hadir pada saat
penyuluhan sebagian besar adalah ibu
rumah rumah tangga.
Data mengenai suku responden
menunjukkan bahwa suku Jawa adalah
suku yang paling dominant mengikuti
penyuluhan ini, yakni 9 responden
(52.9%), diikuti dengan suku Batak 4
responden (23.5%), kemudian pada suku
Minang dan Melayu, masing-masing ada
2 responden (11.8%). Dengan demikian
maka responden yang hadir pada saat
penyuluhan sebagian besar berasal dari
suku Jawa.
Komunikasi Penyuluhan
Penyuluh mampu (menguasai materi) ketika penyuluhan
No.
1
2
3
4
Jawaban Responden
Sangat mampu
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
Total
Dari data di atas, dapat dilihat
bahwa 1 orang responden (5.9%)
menjawab penyuluh sangat mampu
(menguasai materi) ketika penyuluhan,
16 responden (94.1%) mengatakan bahwa
penyuluh mampu (menguasai materi)
ketika penyuluhan, sementara itu pada
pilihan jawaban kurang mampu dan tidak
Frekuensi (F)
1
16
0
0
17
Persentase (%)
5.9
94.1
0
0
100.0
mampu, terdapat 0 responden. Dengan
demikian, berdasarkan data jawaban
responden di atas, terlihat bahwa
penyuluh dari PKBI Sumatera Utara yang
memberikan penyuluhan mendapat nilai
positif dari para responden ketika
memberikan penyuluhan.
Tanggapan responden tentang informasi penyuluhan
No.
1
2
3
4
Informasi Penyuluhan
Sangat menarik
Menarik
Kurang menarik
Tidak Menarik
Total
Dari data di atas, dapat dijelaskan
ada 14 responden (82.4%) yang
mengatakan bahwa informasi penyuluhan
menarik,
2
responden
(11.8%)
mengatakan
informasi
penyuluhan
tersebut sangat menarik, ada 1 responden
Frekuensi (F)
2
14
1
0
17
Persentase (%)
11.8
82.4
5.9
0
100.0
(5.9%) yang mengatakan informasi yang
disampaikan dalam penyuluhan kurang
menarik, dan 0 responden mengatakan
bahwa informasi penyuluhan tidak
menarik.
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
116
ISSN : 2085 – 0328
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
Jawaban yang diberikan terkait
dengan kredibilitas penyuluh mulai
bervariasi, hal ini agaknya tidak seirama
dengan
jawaban
responden
pada
pertanyaan sebelumnya dimana terdapat
penilaian positif terhadap maksud atau
tujuan penelitian. Hal ini tentu saja perlu
diperhatikan oleh pihak penyuluh sebagai
bahan pertimbangan untuk penyuluhan
selanjutnya, namun dari banyaknya
persentase responden yang mengatakan
bahwa informasi penyuluhan yang
disampaikan menarik, menunjukkan
bahwa penyuluh mampu menarik minat
peserta
penyuluhan
yang
hadir
mendengarkan penyuluhan tersebut.
Adapun alasan ketertarikan responden
terhadap informasi penyuluhan adalah
karena responden jadi mengetahui
bagaimana
cara
menjaga
daerah
kewanitaannya. Sementara itu alasan
mengapa kurang menarik adalah karena
penyuluhan terlalu lama dan banyak
anak-anak.
Penyuluh melibatkan responden ketika memberi informasi penyuluhan
No.
1
2
3
4
Jawaban Responden
Sangat melibatkan
Melibatkan
Kurang melibatkan
Tidak melibatkan
Total
Dari data di atas, dapat dijelaskan,
terdapat 0 responden yang mengatakan
bahwa penyuluh sangat melibatkan
peserta penyuluhan ketika memberi
informasi penyuluhan, terdapat 9
responden (52.9%) yang merasa dirinya
dilibatkan
oleh
penyuluh
ketika
penyuluhan berlangsung, terdapat 4
responden (23.5%) yang mengatakan
penyuluh kurang melibatkan responden,
dan terdapat 4 responden pula (23.5%)
Frekuensi (F)
0
9
4
4
17
Persentase (%)
0
52.9
23.5
23.5
100.0
yang mengatakan bahwa penyuluh tidak
melibatkan responden ketika memberikan
informasi penyuluhan.
Dengan demikian terlihat adanya
interaksi yang lebih kuat lagi antara
penyuluh dan peserta penyuluhan, dalam
hal ini, tentunya peserta yang merasa
dilibatkan saat penyuluh memberikan
informasi penyuluhan ikut aktif selama
proses penyuluhan berlangsung.
Responden mengerti dengan pesan gambar yang ditampilkan
No. Jawaban Responden Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Sangat mengerti
1
5.9
2
Mengerti
12
70.6
3
Kurang mengerti
4
23.5
4
Tidak mengerti
0
0
17
100.0
Total
Dari data di atas, dapat dijelaskan
terdapat 1 responden (5.9%) yang
mengatakan sangat mengerti dengan
pesan gambar yang ditampilkan pada saat
penyuluhan. Terdapat 12 responden
(70.6%) responden yang mengerti dengan
makna pesan gambar yang ditampilkan,
selanjutnya terdapat 4 responden (23.5%)
yang mengatakan kurang mengerti dan 0
responden yang mengatakan tidak
mengerti dengan pesan gambar yang
ditampilkan oleh penyuluh.
Berdasarkan jawaban responden
tersebut,
sebagian
besar
peserta
penyuluhan mengatakan mereka mengerti
dengan pesan gambar yang ditampilkan.
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
117
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
ISSN : 2085 – 0328
Hal ini berarti penyuluh telah berhasil
menerangkan informasi penyuluhan yang
ada pada gambar dimaksud.
Responden mengerti dengan informasi yang disampaikan dalam penyuluhan
No. Jawaban Responden Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Sangat mengerti
1
5.9
2
Mengerti
8
47.1
3
Kurang mengerti
8
47.1
4
Tidak mengerti
0
0
17
100.0
Total
Dari data di atas, dapat dijelaskan
terdapat 1 responden (5.9%) mengatakan
sangat mengerti dengan informasi yang
disampaikan oleh penyuluh, selanjutnya
terdapat 8 responden (47.1%) yang
mengatakan mengerti, terdapat pula 8
responden (47.1%) yang mengatakan
kurang mengerti dan 0 responden
mengatakan tidak mengerti dengan
informasi yang disampaikan.
Persentase peserta penyuluhan
yang kurang mengerti dengan informasi
yang disampaikan sama banyak dengan
peserta yang mengerti dengan informasi
penyuluhan yang disampaikan oleh
penyuluh PKBI Sumatera Utara. Hal ini
tentu saja dapat dijadikan sebagai bahan
koreksi bagi pihak penyuluh untuk
penyuluhan selanjutnya. Namun, dari
hasil wawancara terhadap responden,
penyebab responden kurang mengerti
dengan informasi penyuluhan adalah
karena responden kurang memberikan
perhatian atau fokus terhadap informasi
penyuluhan yang di berikan oleh
penyuluh.
Tingkat Adopsi Inovasi
Responden mengetahui informasi tentang kanker serviks sebelumnya
No. Jawaban Responden Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Sangat mengetahui
0
0
2
Mengetahui
3
17.6
3
Kurang mengetahui
4
23.5
4
Tidak mengetahui
10
58.8
17
100.0
Total
Dari data di atas, dapat dijelaskan
terdapat 3 responden (17.6%) yang
mengetahui informasi tentang kanker
serviks sebelum diadakan penyuluhan,
kemudian terdapat 4 responden (23.5%)
yang mengatakan kurang mengetahui
informasi tentang kanker serviks
sebelumnya, selanjutnya terdapat 10
responden (58.8%) yang mengatakan
tidak mengetahui informasi tentang
kanker serviks sebelumnya, dan tidak ada
responden yang mengatakan sangat
mengetahui informasi tentang kanker
serviks sebelumnya.
Sebagian
besar
responden
mengaku tidak mengetahui tentang
kanker serviks sebelumnya. Adapun
responden yang mengetahui tentang
kanker
serviks
sebelumnya,
mengetahuinya
dari
teman/tetangga
mereka yang meninggal karena terkena
kanker rahim. Selain itu, responden
mengetahui kanker serviks sebagai
penyakit yang sangat menakutkan karena
membuat tidak dapat melahirkan dan
disebabkan oleh vagina yang tidak bersih.
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
118
ISSN : 2085 – 0328
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
Responden mengetahui informasi tentang tes pap smear sebelumnya
No.
Jawaban Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Sangat mengetahui
0
0
2
Mengetahui
4
23.5
3
Kurang mengetahui
2
11.8
4
Tidak mengetahui
11
64.7
17
100.0
Total
Dari data di atas, dapat dijelaskan
terdapat 4 responden (23.5%) yang
mengetahui informasi tentang tes pap
smear, terdapat 2 responden (11.8%)
yang kurang mengetahui informasi tes
pap smear, selanjutnya terdapat 11
responden
(64.7%)
yang
tidak
mengetahui tentang tes pap smear
sebelumnya, dan tidak ada responden
yang mengatakan sangat mengetahui
informasi tentang tes pap smear.
Mayoritas
responden
tidak
mengetahui tentang tes pap smear,
sementara responden yang mengetahui
tentang tes pap smear sebelumnya adalah
dari teman/ tetangga mereka yang
kerapkali mengajak mereka untuk ikut
pemeriksaan tes pap smear.
Mengikuti tes pap smear setelah mendengar penyuluhan
No.
1
2
3
4
Keikutsertaan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Sudah
Segera
Berencana
Tidak Bersedia
Total
2
2
9
4
17
11.8
11.8
52.9
23.5
100.0
Data di atas menunjukkan bahwa
setelah mengikuti penyuluhan, terdapat 4
responden (23.5%) yang tidak bersedia
mengikuti tes pap smear, selanjutnya ada
9 responden (52.9%) yang memutuskan
untuk berencana mengikuti tes pap
smear, kemudian 2 responden lainnya
(11.8%) memberikan jawaban segera
melakukan tes pap smear, dan ada 2
responden yang telah melakukan tes pap
smear.
Dengan demikian, sebagian besar
responden berencana untuk mengikuti tes
pap smear. Dari hasil wawancara,
responden yang mayoritas adalah ibu
rumah tangga dan pekerjaan suami
mereka yang sebagian besar adalah
sebagai nelayan, mengaku terbentur
dalam hal biaya yang harus dikeluarkan
untuk melakukan tes tersebut. Walaupun
diberi keringanan dapat mencicil sampai
3 kali pembayaran, namun biaya Rp.
60.000,- untuk tes pap smear tersebut
masih dianggap mahal dan masih ada
kebutuhan lain yang lebih prioritas.
Sementara responden yang tidak bersedia
melakukan tes pap smear, selain karena
faktor biaya, juga beranggapan lebih baik
tidak memeriksakan kesehatannya agar
tidak tahu apa penyakitnya, karena jika
penyakitnya diketahui akan membuat
banyak pikiran. Alasan responden yang
lain adalah karena masih muda, jadi tidak
kuatir dengan kesehatan organ reproduksi
mereka.
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
119
ISSN : 2085 – 0328
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
Melanjutkan pemeriksaan pap smear setelah mendengar informasi tambahan
Keputusan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
No.
1
Ya, melanjutkan
3
17.6
2
Berencana melanjutkan
0
0
3
Ragu-ragu
2
11.8
4
Tidak melanjutkan
12
70.6
17
100.0
Total
Data di atas menunjukkan bahwa
tidak ada responden yang mengatakan
berencana melanjutkan pemeriksaan pap
smear, 2 responden (11.8%) ragu-ragu
untuk melanjutkan pemeriksaan pap
smear, selanjutnya terdapat 12 responden
(70.6%)
yang
tidak
melanjutkan
pemeriksaan pap smear, dan terdapat 3
responden (17.6%) yang memutuskan
untuk melanjutkan pemeriksaan pap
smear. Banyaknya frekuensi responden
yang memutuskan tidak melanjutkan
pemeriksaan pap smear dapat disebutkan
sebagai salah kelanjutan dampak dari
ketidakterlibatan
responden
pada
pemeriksaan pap smear sebelumnya.
Dalam menguji tingkat hubungan
antara kedua variabel yang dikorelasikan
digunakan rumus Koefisien Korelasi Tata
Jenjang (Rank Order) oleh Spearman.
Tetapi karena pengolahan data statistik
dalam penelitian ini menggunakan piranti
lunak SPSS versi 15.0 maka, uji thitung
tidak digunakan lagi, hal ini dikarenakan
SPSS secara otomatis telah menguji
hipotesis tersebut.
Hasil Uji Korelasi Spearman Menggunakan Piranti Lunak SPSS versi 15.0
Correlations
Spearman's rho
Komunikasi Penyuluhan
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
Tingkat Adopsi Inovasi
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed
Komunikasi
Penyuluhan
Tingkat
Adopsi
1.000
.640(**)
.
17
.006
17
.640(**)
1.000
.006
17
.
17
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
120
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
Berdasarkan uji korelasi rank
Sperman di atas diperoleh hasil rs = 0.640
yang menunjukkan
bahwa hubungan
antara vareiabel x dan y pada taraf
hubungan yang cukup berarti. Dapat
diambil kesimpulan bahwa Komunikasi
Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI
Sumatera Utara memiliki pengaruh yang
cukup kuat terhadap tingkat adopsi inovasi
wanita di Kelurahan Belawan II.
Selanjutnya untuk signifikansi variabel x
dan variabel y berada pada level 0,01.
Dengan α = 0,01 pengaruh dinyatakan
signifikan bila mencapai 99% - 100%
dengan suatu arah hubungan yang linier.
Dalam ilmu sosial umumnya tingkat
signifikansi 95 – 99% yaitu dalam angka
0,05-0,01. Sedangkan hasil penelitian ini
menunjukkan angka 0,006 atau 0.6%. Jadi
100% - 0.6% = 99,4% signifikan. Angka
tersebut menunjukkan bahwa Ha diterima,
sehingga Ha : Terdapat Pengaruh antara
Komunikasi Penyuluhan Kanker Serviks
Oleh PKBI Sumatera Utara Terhadap
Tingkat Adopsi Inovasi Wanita di
Kelurahan Belawan II.
Berdasarkan hasil uji hipotesa yang
didapatkan
ternyata
Komunikasi
Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI
Sumatera Utara memengaruhi Tingkat
Adopsi Inovasi Wanita di Kelurahan
Belawan II, yakni dalam bentuk Tes Pap
Smear, dimana hubungan tersebut
memiliki nilai yang cukup berarti.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data tabel tunggal
dan tabel silang sebelumnya, maka peneliti
dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Terdapat hubungan yang cukup berarti
antara komunikasi penyuluhan kanker
serviks oleh PKBI Sumatera Utara
terhadap tingkat adopsi inovasi wanita
di Kelurahan Belawan II.
2. Kredibilitas Penyuluh adalah salah
satu faktor yang paling kuat
mempengaruhi minat peserta yang
hadir dalam penyuluhan. Hal ini
ISSN : 2085 – 0328
terlihat dari adanya tanggapan yang
positif
dari
responden
ketika
ditanyakan
mengenai
pribadi
penyuluh yang baru pertama kali
mereka lihat.
3. Penyuluh dari PKBI Sumatera Utara
sudah cukup berhasil mempengaruhi
peserta yang hadir dalam penyuluhan.
Sekalipun hanya ada 2 orang yang
melanjutkan ke jenjang tes pap smear
akan tetapi terdapat 9 orang lainnya
yang berencana dan 2 orang lainnya
mengatakan segera melakukan tes pap
smear. Jika ke 11 orang tersebut telah
merealisasikan niat mereka, maka
dapat
dikatakan
bahwa
PKBI
Sumatera Utara berhasil menyebarkan
inovasi pemeriksaan pap smear
terhadap wanita yang telah mengikuti
penyuluhan di Kelurahan Belawan II.
Salah satu kendala yang dihadapi
adalah masalah biaya karena seluruh
peserta berasal dari golongan ekonomi
menengah kebawah.
Saran
Beberapa saran penting yang
peneliti kemukakan adalah:
1. Metode Penyuluhan yang dilakukan
oleh Penyuluh dari PKBI Sumatera
Utara pada umumnya sudah baik,
yakni disesuaikan dengan kondisi
masyarakat yang menjadi sasaran
menyuluhan, namun agaknya perlu
lebih diperhatikan lagi mengenai
pemilihan tempat, waktu, media
penyuluhan yang digunakan, serta
strategi
pendekatan
kepada
masyarakat agar masyarakat yang
disuluh, khususnya para wanita yang
sebagian besar adalah sebagai ibu
rumah tangga, tidak hanya mengetahui
tentang informasi penyuluhan yang
disampaikan, tetapi juga memahami
bahkan mengadopsi hal-hal yang
menjadi suatu inovasi bagi kehidupan
mereka sehari-hari.
2. Karena penyuluhan kanker serviks
yang dilakukan pihak PKBI Sumatera
Utara tidak memiliki jadwal rutin
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
121
ISSN : 2085 – 0328
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
3.
4.
5.
sehingga perlu menjadi pertimbangan
bagi PBKI Sumatera Utara untuk
membuat jadwal rutin penyuluhan
supaya masyarakat benar-benar dapat
memahami informasi penyuluhan
kanker
serviks
dan
cara
penanganannya melalui tes pap smear.
Mengingat bahwa kanker serviks
adalah penyakit yang menempati
urutan ke dua penyebab kematian para
wanita di dunia setelah penyakit
jantung koroner, maka agar pihak
PKBI
Sumatera
Utara
dalam
memberikan penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi, juga turut
melibatkan para pria, agar setiap
masyarakat, baik pria dan wanita
sama-sama mendapat pengetahuan
sehingga dapat saling menjaga,
mengingatkan,
dan
mendukung
pasangan mereka masing-masing
dalam menjaga kesehatan reproduksi,
khususnya agar terhindar dari kanker
serviks.
Mengingat kanker serviks adalah salah
satu penyakit yang sangat potensial
menghinggapi wanita, khususnya pada
wanita yang berusia 35-50 tahun,
maka agar pihak PKBI Sumatera
Utara memberikan penyuluhan kepada
para wanita dari berbagai usia, baik
yang belum menikah maupun telah
menikah atau wanita yang telah aktif
berhubungan seksual (pada penelitian
ini,
peserta
yang
mengikuti
penyuluhan, didominasi oleh wanita
yang berusia 21-32 tahun).
Mengingat
rendahnya
tingkat
partisipasi wanita yang mengikuti
penyuluhan melanjutkan tindakan
sampai ke jenjang pap smear dengan
salah satu penyebabnya adalah dana
(karena sebagian besar berasal dari
tingkat ekomomi menengah ke
bawah), maka pihak PKBI sebaiknya
membantu masyarakat miskin dengan
membebaskan biaya pemeriksaan
tersebut melalui kerja sama dengan
donatur. Hal ini penting agar upaya
difusi inovasi yang dilaksanakan tidak
sia sia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian:
Suatu
Pendekatan
Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala
Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa
Suatu Pengantar, Bandung: PT
RemajaRosdakarya Offset.
Arredondo, Lani. 2000. Communicating
Effectively, USA: McGraw-Hill.
Bungin
Burhan. 2001. Metodologi
Penelitian Sosial: Format-Format
Kuantitatif dan Kualitatif, Surabaya:
Airlangga University Press
Cangara, H. Hafied. 2007. Pengantar Ilmu
Komunikasi: Edisi Revisi, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Dilla,
Sumadi.
2007.
Komunikasi
Pembangunan Pendekatan Terpadu.
Bandung : Sembiosa Rekatama
Media.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi:
Suatu Pengantar, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Nasution Zulkarimein. 1990. PrinsipPrinsip
Komunikasi
Untuk
Penyuluhan: Edisi Revisi, Jakarta:
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Indonesia.
1996. Komunikasi
Pembangunan,
Jakarta:
Raja
Grafindo Persada.
Purba, Amir, dkk. 2006. Pengantar Ilmu
Komunikasi,
Medan: Pustaka
Bangsa Press.
Rakhmat, Jalaluddin. 1993. Metode
Penelitian Komunikasi: dilengkapi
Contoh Analisis Statistik, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Severin, W.J. dan Tankard, J. W. 2005.
Teori Komunikasi: Sejarah, Metode,
dan Terapan di dalam media Massa,
Jakarta: Kencana.
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
122
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
ISSN : 2085 – 0328
Suprapto, Tommy. 2008. Teknik Jitu
Pesuasi dan Negoisasi. Yogyakarta:
Media Pressindo.
Supratiknya, A. 1995. Komunikasi
Antarpribadi; Tinjauan Psikologis,
Yogyakarta: Kanisus.
Tubbs, Stewart dan Slvya Moss. 1996.
Human Communication: PrinsipPrinsip Dasar, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Internet :
http://niarachmawati.blogspot.com/2007/0
4/analisis-efektivitas-komunikasidalam.html akses 26 oktober 2009
http://pdf-search-engine.com/adopsiinovasi-pdf.html akses 26 Oktober2009
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011
123
Download