JURNAL SOSIAL NUSANTARA (JSN) Volume 1 No.1 Januari 2017 ISSN-p 2549-466X ISSN-e 2549-4767 Email: [email protected] Online Journal : http://perdekiisptn.xyz/ojsperdekiisptn/index.php/JSN/ “NETULA” SIMBOL DAN MAKNA DALAM PERSPEKTIF BUDAYA KOMUNITAS KAILI LEDO DI KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Nurhayati Mansyur, M. Munir Salham dan Sardin FISIP Universitas Tadulako Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mendalami ungkapan “netula” sebagai simbol budaya dalam komunitas Kaili Ledo. Informan dipilih secara purposive, dengan subjek penelitiannya keluarga pasutri (pasangan suami isteri), dukun bayi, dan tokoh masyarakat. Teknik pegumpulan datanya pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ungkapan “netula” merupakan simbol budaya yang mengandung makna terkait dengan pesan dan nasehat yang mengandung nilai etik dan moral. Pesan dan nasehat untuk berbuat mematuhi norma-norma, nilai-nilai, adat istiadat dan amanat yang berimplikasi terhadap individu, keluarga dan kelompok. Setiap ungkapan “netula” mengandung arti tertentu dan mengandung banyak konotasi lainnya ketimbang hanya arti harafiahnya, suatu konstruksi budaya yang memiliki ruang lingkup semantik yang lebih luas dengan kejadian atau peristiwa mengenai ketidakberuntungan dan keberutungan dalam berumah tangga, usaha ekonomi, dan aktivitas sosial lainnya. Selain itu, merupakan media pengendalian yang berperan untuk memperingatkan atau menyadarkan warga komunitas yang berbuat bertentangan dengan kepercayaan relegi, komunikasi, psychologi, dan aspek sosiobudaya lainnya Kata Kunci : komunitas Kaili Ledo, Netula, Simbol Budaya. Abstract This study aims to describe and deepen the expression "Netula" as a cultural symbol in the community Kaili Ledo. The informants were chosen purposively, with the research subjects of couples (couples), shamans, and community leaders. Data collection techniques of observation, interview and documentation. The results show that the phrase "netula" is a cultural symbol that contains the meaning associated with messages and advice that contains ethical and moral values. Messages and advice to comply with norms, values, customs and mandates that have implications for individuals, families and groups. Each "netula" phrase contains a certain meaning and contains many other connotations rather than just a literal meaning, a cultural construction that has a broader semantic scope with events or events about misfortune and resentment in marriage, economic endeavor and other social activities. In addition, it is a controlling medium that plays a role to alert or alert the citizens of the community who do contrary to the belief relegi, communication, psychology, and other aspects of sociocultural Keywords: Kaili Ledo community, Netula, Cultural Symbol. 29 Jurnal Sosial Nusantara Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna …. A. tersebar diplosok pedesaan dengan Pendahuluan kelompok sasaran yang amat luas dan Latar Belakang terpencil. Pembangunan kesehatan dalam Kondisi seperti itu, perspektif global masih menghadapi mengakibatkan terjadinya kesenjangan sejumlah dalam pelayanan kesehatan. masalah kurusial. Salah satunya yang nampak dalam kegiatan Oleh karena itu, setiap warga sektor kesehatan adalah masyarakat komunitas dalam memelihara kesehatan masih diskriminasi mereka memiliki cara-cara yang berbeda kesehatan antara warga yang satu dengan lainnya, merasakan mengakses diberbagai pelayanan pelayanan oleh terutama tenaga yang berkaitan dengan kesehatan (dokter, perawat dan bidan), respons-respons terhadap penyakit dan terutama penyembuhannya pada masyarakat yang serta terorganisir kehidupan sosial ekonominya masih secara sosial budaya dalam setiap rendah yang tinggal dan menetap di masyarakat. Artinya respons-respons pedesaan, yang dimaksud itu dikenal sebagai termasuk didalamnya sistem perawatan kesehatan. Sistem masyarakat adat terpencil. perawatan kesehatan menurut Kalangie Selain itu, masih ditemukan adanya sarana pelayanan (1986:26) yang yaitu mengintegrasikan jumlahnya masih terbatas, serta kurang komponen-komponen didukung oleh tenaga kesehatan yang berhubungan profesional, baik di Puskesmas, PUSTU, mencakup sistem pengetahuan dan maupun Poskesdes. Di samping itu kepercayaan tentang peralatan teknologi medis juga kurang keidaksehatan, aturan memadai untuk mendukung layanan pemilihan dan penilaian perawatan, kesehatan secara optimal. Demikian juga kedudukan dan peranan, kekuasaan, jarak dari pemukiman dengan sarana latar interaksi, pranata-pranata dan kesehatan, praktisi perawatan tersedia. ternyata masih ada yang dengan kesehatan, kausalitas dan alasan dikalangan warga komunitas terbatas Pandangan Kalangie tersebut, mengakses tempat tersebut, serta tenaga lebih jelas sistem perawatan kesehatan kesehatan mencakup masih terkendala dalam aspek-aspek yang dapat memahami bagaimana para praktisi, menjangkau wilayah kerjanya yang seperti praktisi medis modern (dokter, 29 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 perawat dan bidan) dan praktisi medis kebudayaan tradisional, mpoana, kerangka tersebut Kleinman (1980) (dukun bayi), sando mpeonju (dukun menyusun suatu kerangka konsepnya urut) dan dukun lainnya yang ahli mengikuti model struktural yaitu 1) menyembuhkan macam Sistem perawatan umum, 2) Sistem penyakit dan perawatannya. Dalam hal perawatan kedukunan (Folks Medicien), ini cara-cara bertindak mereka dalam dan 3) Sistem perawatan profesional sistem perawatan kesehatan secara (Medis Modern). seperti terorganisasi sando berbagai atas dasar kenyataan Dari yang homogen. sistem-sistem Dalam tersebut, interaksi antara praktisi dan pasiennya intinya adalah latar interaksi keluarga. untuk memecahkan masalah-masalah Dalam keluarga batih warga komunitas yang berkaitan dengan penyembuhan. Kaili Ledo dikenal adanya hubungan Jawaban dan tindakan individu dan kekerabatan yang sangat kental antara kelompok masyarakat dalam upaya praktisi mengatasi masalah-masalah kesehatan kerabat dan anggota keluarga terutama yang menunjukkan proses-proses dan dalam pengambilan keputusan medis mekanisme pengambilan keputusan. berlangsung Akhir-akhir ini, perkembangan antropologi adanya kesehatan suatu tradisional dalam dengan jaringan sosial tertentu untuk menentukan keputusa menunjukkan akhir atas praktik perawatan kesehatan. dalam Sebagai contoh, seorang perempuan mengembangkan suatu model yang yang sudah berkeluarga (bersuami), berdasarkan suatu konsep inti yang tetapi selama kawin tidak berketurunan, dikemukakan oleh Kleinman (dalam anaknya Kalangie, 1986: 25), yaitu perawatan meninggal, kesehatan (health care) yang disebutnya “netula”, dengan tanda-tanda tertentu sistem perawatan kesehatan. Seperti yang hanya diketahui oleh seorang sando diketahui Kleinmen menyusun kerangka (dukun) Untuk itu agar kehidupannya teoritisnya, terutama atas dasar hasil memperoleh rasa nyaman dan aman, penelitian yang pernah dilakukan pada adanya syarat yang harus dijalani masyarakat di tiga distrik di Taipei, sebagai Taiwan membuang tanda-tanda itu, seperti yang pendirian medis menunjukkan ciri-ciri 30 Jurnal Sosial Nusantara meninggal dalam upaya atau suaminya bahasa melepaskan mereka atau Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna …. tailalat yang melekat pada dirinya atau diketahui asal, penyebab datangnya tubuhnya melalui upacara adat. Bentuk berbagai peristiwa dan kejadian lainnya. upacara adat diantaranya ada yang Meskipun demikian upaya lain yang menggunakan tumbuh- dapat dilakukan adalah mengsinergikan tumbuhan seperti buah pohon sirih, cara-cara tradisional yang diyakini dapat dikemas dengan darah ayam, ada juga menyembuhkan dan menangkal bahaya cukup dengan jarum emas, dipakai untuk atas mengeluarkan darahnya yang melekat di menelusuri masalah-masalah tersebut tailalat. secara holistik, mengenai upaya-upaya bahan Kepercayaan dari terhadap relegi musibah itu. Penelitian ini yang dilakukan warganya dengan cara- secara turun temurun dari leluhurnya cara oleh sebagian besar orang-orang Kaili pengetahuan dan keahlian seseorang diterima yang sebagai suatu proses tradisional, dapat bersumber menolong keluar pembudayaan (inkulturasi), terutama ungkapan resiko yang berkaitan dengan pengobatan dan demikian “netula” penyembuhan. Sebagian diantara warga masyarakat bukan sekedar peristiwa komunitas Kaili Ledo, masih memahami medis, kepercayaan berbagai macam ungkapan dikonstruksi dengan cara-cara budaya sebagai menjadi simbol budaya yang tetapi “netula”. dari dipandang sebagai suatu Dengan ritual kesatuan oleh yang yang mengandung makna, seperti ungkapan terstruktur, tersosialisasi dari generasi “netula” ke generasi dalam bentuk personalistik musibah, yang dapat kecelakaan menimbulkan atau penyakit atau naturalistik. lainnya, biasa diistilahkan “balaa” kalau Dalam menelusuri upaya-upaya diterjemahkan secara luas berarti “ujian yang dilakukan oleh warga komunitas mental” karena dalam kehidupan ini untuk pada kenyataannya dipenuhi dengan “netula” masalah, tetapi tidak berarti semua dirumuskanlah beberapa pertanyaan balaa adalah netula, seperti tulak bala sebagai berikut: (Bugis, artinya menolak bala). Oleh sebagai simbol budaya dapat mengubah karena itu, ungkapan “balaa” jika tidak pandangan hidup dan pola perilaku diupayakan diminilisasi, maka dapat warga komunitas Kaili Ledo? Bagaimana menimbulkan makna dibalik dari ungkapan itu yang resiko yang tidak 31 Jurnal Sosial Nusantara menginterpretasi sebagai simbol ungkapan budaya, Bagaimana “netula” Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 dapat berpengaruh pada aktivitas bersumber komunitas Kaili Ledo? Tujuan penelitian Perbedaan ini sebagai berikut: Pertama. Untuk dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma mendeskripsikan budaya “netula” simbol dari ungkapan persepsi yang “netula” ini sangat berlaku dalam budaya yang mengandung makna dalam komunitasnya, antara lain, pengambilan menyertai keputusan dinamika kehidupan dan pilihan untuk komunitas Kaili Ledo. Kedua, Untuk penanganan berbagai peristiwa atau memahami secara mendalam “netula” kejadian dengan multitafsir dibalik makna itu ketahanan mental yang teruji ketika dapat mempengaruhi perilakunya dalam menghadapai menata kehidupan mereka sehari-hari. dalam agar memiliki ketidakberuntungan menjalani kehidupannya. Meskipun dalam penentuan adanya Kegunaan penelitian ini secara akademik, memberikan konstribusi bagi tanda-tanda pengembangan diputuskan ilmu-ilmu seseorang sosial, tersebut, oleh dominan orang-orang yang khususnya berkenaan dengan kajian dituakan “to tua ngata” (berlaku dalam antropologi simbolik. Secara praktis, lingkup diharapkan dapat menjadi reference mempunyai status sosial yang tinggi “to bagi pengambil tua ada” tokoh adat yang memiliki keputusan dalam upaya memahami jabatan dalam struktur pengadatan. simbol-simbol budaya dari pengetahuan Namun, tidak menutup kemungkinan lokal yang bersumber dari bahasa lisan pesan dapat diberikan perencana dan berdampak pada perubahan keluarga dan dan kerabat), nasehat-nasehat oleh yang kawan-kawan dan perilaku masyarakat yang tersandung tetangga, dapat juga mempengaruhi dengan pengambilan keputusan. resiko kegagalan, ketidakberuntungan, tetapi juga Beberapa daerah di Indonesia, membawa terutama di daerah pedesaan dan kesuksesan dan keberuntungan. terpencil di mana kondisi rumah tangga dan lingkungan sosial, masih ditemukan Konsep Persepsi Setiap persepsi yang masyarakat berbeda adanya memiliki dalam kepercayaan dikalangan hal ucapan penanganan proses pengobatan yang 32 Jurnal Sosial Nusantara yang yang masyarakat merupakan berlaku mengenai preposisi Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna …. sebagai suatu proses simbolik yang Dinasehatkan sebelum kawin dengan mengandung makna dapat berpengaruh suami kedua, terlebih dahulu harus pada menghilangkan tanda-tanda yang ada pola Demikian tingkah mereka. yang pada tubuhnya (bentuk tailalat) dengan itu mengobatinya dari orang pintar, sesuai mampu mengobati dan menghilangkan bahan ramuan yang ditentukan oleh dengan cara-cara tradisional, termasuk penyembuhnya. Secara adat samasekali orang pintar (dukun) yang terampil tidak bertentangan, karena semuanya mengetahui bahwa itu dapat difahami dan diyakini obyek yang ditubuhnya ada “netula”, menjadi sasaran penyembuhan dengan memiliki juga laku orang-orang pengetahuan seperti seseorang tanda meskipun secara emik diungkapkan biaya dengan ucapan, tetapi secara etik bahan- penyembuh tersebut memiliki hubungan bahan ramuan tradisional yang dapat geneologis yang masih terikat dengan menghilangkan kekerabatannya. tanda itu atau mengobatinya tanpa menyentuh orang yang bersangkutan. lebih khusus lagi Bahkan masih ada diantara warga itu, komunitas yang beranggapan bahwa memahami suatu obyek yang sederhana, dalam suatu ungkapan secara logika bisa tetapi tepat bisa juga meleset, karena untuk berhubungan Karena murah, dengan proses makna yang melibatkan konstruksi menyesuaikan pernyataan yang tersebut, pernyataan tersebut benar, kemudian struktur sebagaimana ungkapan dinyatakan diperluas dan sebelumnya “hidup” bukan merupakan kebenaran itu suatu yang metafisis, tetapi “pengalaman sebagai pernyataan proporsional sesuai hidup”, karena iu, makna tidaklah kegunaannya. bersifat objektif, bukan merupakan mengapressiasikan Alasan yang sangat mendasar proyeksi pemikiran ke dalam obyek, ia untuk melakukan penyembuhan dengan merupakan persepsi hubungan nyata cara-cara dapat dalam suatu mata rantai awal terhadap menguntungkan sparasi subyek-subyek dalam pemikiran bersangkutan, seperti, keluarga pasutri, (Palmer, 2005:136). Sebagai contoh, dalam waktu yang tidak lama suaminya membeli meninggal dunia. dimaknai istrinya diungkapkan “netula” berarti barang itu menjadi penyebab suaminya meninggal. lebih lama pakainya daripada pemilik berdampak tradisional, karena 33 Jurnal Sosial Nusantara barang mewah, lalu Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 benda tersebut, karena menjadi objek berwirausaha dengan jujur dan kegiatan pernyataan sektor pekerjaan lainnya. sebagai suatu bentuk peralihan kepemilikan. Dengan kata lain Dalam Komunitas Kaili Ledo, pengungkapan tersebut sebagai objek khususnya bagi seseorang yang memiliki diwarnai dengan konteks hidupnya yang tanda-tanda “netula” secara fisik mereka esessinya sebagai sebuah benda yang dapat menghilangkan atau membuang dapat diungkap dengan kosa kata yang tanda kesialan itu agar tidak berisiko dapat memberikan pemahaman agar dalam yang bersangkutan lebih berhati-hati, tangganya. Pandangan budaya mereka termasuk ketidak beruntungan dalam mengenai tanda-tanda itu merupakan menjalani hidup atau bentuk lainnya. simbol Penggunaan jasa seorang dukun menjalani yang mempengaruhi kehidupan rumah diyakini, dapat pengetahuan dan penyembuh yang terampil mengetahui perilaku mereka, sehingga secara emik adanya tanda-tanda netula, jelasnya berkewajiban untuk mengupayakan agar dapat pada tanda-tanda tersebut dapat dihilangkan persepsi dengan upacara adat tradisional yang masyarakat bahwa netula yang melekat berlaku dikalangan warga komunitas. pada tubuh seseorang, sebagai simbol Tujuan upacara tersebut agar yang yang berpengaruh pada kepercayaan bersangkutan selamat dan terhindar dari releginya, yang gangguan-gangguan psychologis yang pernah mengalami kejadian itu secara dapat berisiko secara fisik dan non fisik. berkesinambungan. Konsep Simbol dan Makna berpengaruh tingkahlakunya, karena khususnya pasien Secara emperik bahwa netula bukan sebagai sumpah Konsep ungkapan “netula” dalam sarapah, bukan juga penolakan terhadap penelitian ini adalah menekankan pada perilakunya, tetapi suatu konstruksi makna dan mengklasifikasikan dalam ungkapan yang mengandung makna dan praktik simbol yang sudah melekat dalam tradisi individu, karena itu sangat dibutuhkan mereka dari dulu sampai sekarang. dalam Maksudnya agar mereka itu lebih kebudayaan dan etiologi penyakit yang berhati-hati dalam menjalani kehidupan bersumber berumah tangga, hidup lebih sederhana, naturalistik 34 Jurnal Sosial Nusantara dinamika kehidupan menyamakan dari setiap pandangan personalistik serta dan metodo Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna …. penyembuhannya. Sedangkan dimensi lokal setempat, maka ditemukanlah lain berbagai dalam pandangan mengenai metode antropologi berfikir kritis makna keanekaragaman komunitas. Antropologi menunjukkan kepercayaan variabilitas dinamika kebudayaan simbol yang menghasilkan pemahaman, empati, dan bersumber dari kategori lokal warga silang dan dari nilai-nilai dan cara kehidupan budaya, menjalani ini (Eriksen, penyakit dan klasifikasinya. Perbedaan 2001:24-39). Selanjutnya penelitian ini tersebut karena munculnya berbagai akan penyakit, diagnosa dan gejala, serta dalam situasional dapat memperkuat gejala responsif. Sebagai contoh Susto simbol-simbol, merupakan suatu kondisi di mana gejala dibandingkan penyakit pada komunitas lainnya. ini seperti terjadinya kehilangan jiwa, kesulitan tidur dan mendengar, serta aktivitas tempat dengan dan manusia ruang, contoh-contoh Proses simbolik pada hakekatnya sekali menembus kehidupan manusia dari teralihkan fikirannya. Namun, penyakit tingkat paling primitif dan juga tingkat susto merespons paling beradab (modern). demikian juga pengobatannya baik medis tradisional simbol-simbol yang digunakan secara maupun turun temurun dalam bentuk ungkapan tidak langsung medis bagaimanapun mudah menjelajah modern. juga karena penyakit susto atau kosa kata. Karena itu, menurut berada diantara penyakit medis dan Thorsten Veblan dalam bukunya “Theory supranatural. of the Leisure Class (1899) (Mulyana, Melalui dalam pendekatan penelitian mempertanyakan ini etnografi 2009:97), mengatakan semua pakaian akan dengan segala modelnya, adalah simbol: mengenai bahan, potongan dan hiasan lainnya pengetahuan, sikap, kepercayaan dan ditentukan praktik yaitu bagian dari kajian “netula” pertimbangan mengenai kehangatan, dalam pandangan budaya Kaili Ledo. kenyamanan, dan kepraktisan. Semakin Karena itu, peneliti memilih konstruksi bagus pakaian kita semakin terbatas dan sirkulasi dari pengetahuan medis kebebasan kita untuk bertindak. Sebagai dan non medis itu sendiri sebagai bagian contoh, sulaman yang rumit, bahan yang dari pembahasan penelitian ini. Wacana mudah rusak, kemeja yang dikanji, bentuk ungkapan netula, dengan bahasa sepatu bermutu tinggi, kuku yang 35 Jurnal Sosial Nusantara oleh pertimbangan- Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 panjang dan bercat, merupakan sarana lewat kosa kata seperti “netula” maka bagi setiap kelas orang melambangkan simbol kaya untuk itu bahwa orang verbalnya berada yang pada dunia diketahuilewat mereka tidak perlu bekerja agar mereka pengalaman diri sendiri disebut dunia dapat hidup. Sebaliknya orang-orang ekstensional, di mana manusia mulai yang tidak kaya dengan meniru simbol- mengenal dirinya sejak masa bayi simbol kekayaan itu, melambangkan sampai menjelang dewasa. pendirian mereka bahwa meskipun Selanjutnya dengan menggunakan mereka bekerja keras untuk hidup, metafora mereka juga sebaik orang lain. Artinya Korzybaki “Science and Sanity (1933) sebuah objek menjadi sebuah simbol (Mulyana, 2009:103), mengatakan dunia takkala simbol itu berdasarkan konversi verbal dan penggunaan maknanya mampu hubungannya dengan dunia ekstensional untuk menunjukkan sesuatu yang lain seperti sebuah peta yang berfungsi (Fiske, 2010:126). terhadap wilayah yang dipetakannya. Uraian-uraian dalam ini harus bukunya Alfred berfungsi dalam tersebut Demikian juga warisan budaya tentang menunjukkan bahwa bahasa merupakan pengetahuan yang telah dihargai secara simbol yang paling rumit, halus dan sosial baik yang ilmiah maupun yang berkembang, bahkan diketahui bahwa manusiawi, terutama warisan yang telah manusia memberikan berdasarkan kesepekatan kepada kita peta bersama dapat menjadikan suatu simbol pengalaman yang akurat sebagai suatu bagi suatu hal lainnya, dan secara konstruksi sistematis mewakili peristiwa-peristiwa konsekuensi yang sangat dalam dan dalam signifikan sesuai sistem-sistem saraf mereka, budaya sesuai yang dengan memiliki konteks kesepekatan-kesepekatan kebudayaannya (Rudyansyah, 2009:26). bersama, mendengar kata itu, maka Menurut pandangan Clifford Geertz mereka akan mengetahui dibalik kata itu (1973) (Saifuddin, 2005:288) Simbol ada peristiwa-peristiwa yang serupa sebagai warisan budaya, suatu sistem dengan kejadian-kejadian yang dapat simbol menunjukkan suatu kebudayaan menghasilkan sesuatu yang sama, juga sebagai wahana dari konsepsi yang sesuatu yang berbeda. Dengan kata lain, memberikan unsur intelektual dalam 36 Jurnal Sosial Nusantara Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna …. proses sosial, pedoman dalam Penelitian ini menggunakan berperilaku, preposisi memasuki ruang pendekatan kualitatif, menekankan pada tindakan sosial. Fungsi simbol itu proses daripada hasil, dan melibatkan universal dan manusia tidak dapat diri secara langsung dalam mempererat memahami kebudayaannya tanpa fungsi hubungan kepercayaan antara Saya yang bekerja sepanjang kode genetik itu sebagai peneliti dengan informan secara sendiri. intens. Selain itu, Saya selalu menjaga Dalam hubungan inilah saya komunikasi interpersonal dengan tertarik untuk menulis tentang netula mereka, terutama dalam memahami sebagai sebuah ungkapan yang memiliki kehidupan sando dengan beaneka ragam nuansa makna-makna kegiatannya, dan melihat segala sesuatu simbolik. Makna-makna ungkapan itu dari sudut pandang masyarakat lokal yang dituturkan secara lisan biasanya (pendekatan emik). atau dalam istilah mempunyai petuah, populer disebut memandang dari sudut nasehat, pesan dan amanat. Makna itu “the natives point of view”. (Spradley, tersimpul unsur-unur edukatif, relegius, 1997: xviii; Syam, 2011:93, dan Marzali, psychologi, dan sosial budaya. Umumnya 2009:38, 2012:32) Karena itu dalam makna-makna tersebut seperti nasehat pandangan budaya komunitas Kaili untuk melakukan sesuatu pekerjaan, Ledo, berbuat dan mematuhi nilai-nilai dan merupakan bahasa norma-norma adat istiadat baik yang tercermin dari bersifat meinggalkan agar tidak tergerus kepercayaan terhadap aspek dinamika ketidakmujuran mupun perbuatan yang kehidupan warga komunitasnya. mitos dan makna berupa bersifat tercela. Dengan demikian, setiap mengenai ungkapan “netula” simbol yang nilai-nilai dan Penelitian ini berupaya memahami ungkapan apapun namanya merupakan dan menafsirkan secara mendalam media pengendali yang sangat berperan berbagai peristiwa dan makna-makna untuk mengingatkan dan menyadarkan yang terkandung didalamnya, seperti secara individu, kelompok, agar dapat proses perawatan netula, dikonsepsikan terhindar dari “balaa” atau perbuatan oleh ahli antropologi sebagai “verstehen” yang tidak membawa keberuntungan. atau analisis emik, serta ungkapan bermakna yang berlaku pada komunitas B. Metodologi tersebut, diistilahkan “thick description” 37 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 atau deskripsi Huberman, tebal 2009:13; (Miles Kutha dan mendapatkan informan yang benar- Ratna, benar dapat memberi informasi yang 2010:95; Syam, 2011:94). Pendekatan akurat. Selanjutnya peneliti mengecek ini ulang untuk memastikan kebenaran data diperjelas lagi dengan metode etnografi, tersebut, lengkap dengan alamat dan karena tempat tinggalnya. itu, penelitian peneliti memusatkan perhatian pada proses salah satu subjek yang memiliki “netula” Dalam Hasilnya diperoleh 7 orang yang kasus- dapat berpartisipan untuk kasus mikro dapat ditemukan berkaitan diwawancarai, memiliki waktu yang dengan magis relegius, memperjelas cukup, dan tidak keberatan jika direkam keberadaan netula berupa tanda-tanda selama yang melekat pada sesorang atau benda- berulang-ulang. yaitu, sando mpoana 1 benda lainnya, sehingga diperlukan orang, tenaga kesehatan (bidan) 2 orang, suatu ibu. rumah tangga (Pasutri) 2 orang, dan perawatan yang dapat berlangsungnya menghilangkan atau membuang kesialan tokoh yang melekat pada diri bersangkutan, peneitian misalnya tanda hitam melekat dikulit, didesain dengan khasanah etnografi tanda berupa benda-benda bernilai yang menekankan kasus-kasus mikro konsumtif, tanda peralatan yang salah kehidupan keseharian informan yang penempatannya, seperti kaso rumah. kegiatannya dapat Karena itu, upaya yang dilakukan dukun, menjalani dinamika menyelesaikan kasus-kasus seperti itu kesehariannya. melalui relasi komunikasi yang masyarakat, ini Metode 2 wawancara orang. kualitatif deskriptif, diamati dalam kehidupan pengumpulan datanya transparan berisiko dapat membawa melalui kesialan atau ketidakberuntungan. observasi dan dokumentasi. Teknik Penentuan Informan “purposive sampling” yang dipilih analisis merupakan wawancara Tipe datanya mendalam, dari Miles dan Haberman (2009:16). terdiri atas tiga subjek yang dianggap paling mengetahui sub dan memahami permasalahan dalam bersamaan dan saling terkait yaitu 1) penelitisn ini. Kemudian dilanjutkan Reduksi data dimulai pada proses dengan pemilihan, metode snowball, sampai 38 Jurnal Sosial Nusantara proses yang terjadi secara penyederhanaan, Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna …. pengabstrakan dan transpormasi data kata kerja berarti berbuat, netula dalam kasar yang muncul dari catatan-catatan pengertian luas tuturan lisan yang tertulis, rekaman tape, dokumen lokasi mengandung makna sesuatu perbuatan penelitian. b) Penyajian data dilakukan yang dilakukan untuk menolak atau dengan teks menghindari atau mengesampingkan naratif. c) Penarikan kesimpulan, data terhadap sesuatu pekerjaan yang sia-sia, yang tidak bermanfaat, sesuatu pekerjaan menggunakan diperoleh berlangsung bentuk selama penelitian diinterpretasi secara yang tidak memberi keuntungan, mendalam makna-makna yang muncul sehingga perlu introspeksi diri, jangan dari hasil pengamatan dan wawancara sampai ada tanda-tanda yang membawa mendalam, ketidakberuntungan. Biasanya kemudian diuji kebenarannya dan validitasnya menolak tanda-tanda itu untuk diadakan upacara ritual yang bertujuan untuk C. Pembahasan dapat Netula: kemakmuran dan kebahagiaan. Melalui Simbol Budaya Komunitas memberi keuntungan, upacara itu keluarga pasutri yang Kaili semula kurang beruntung, ternyata Ada dua istilah yang sering digunakan dalam antropologi mereka mampu memcehkan persoalan yaitu yang cukup sulit, berubah menjadi tanda dan simbol; tanda adalah bagian kebahagiaan setelah tanda-tanda itu dari dunia fisik dan substansial atau tidak ada lagi dalam tubuhnya (fisiknya). “operator” sedangkan simbol adalah Dengan bagian dari dunia makna manusia yang memiliki nilai “designator” fungsional mengandung atau kata lain, makna netula, simbolik dan filosofis yang melambangkan budaya (Cassirer,1987:48). tradisional sebagai tanda keselamatan Simbolisme dalam tuturan manusia, sifatnya universalitas, validitas dan dari “balaa” (terhindar bahaya) yang kemungkinannya diterapkan tidak memberi keuntungan, kesuburan, secara umum ke dunia budaya manusia dan kemakmuran. Oleh karena itu, yang khas, seperti Netula, berasal dari netula, sebagai ungkapan mengandung bahasa daerah Kaili, asal simbol budaya bagi komunitasnya agar untuk kata “tula” tetap berarti, menolak, ditambah awalan Ne terpelihara sebagai warisan leluhur yang merupakan motivasi agar 39 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 dalam menata hidup dan kehidupannya seterusnya lahir mati. Dalam pandangan agar tidak sia-sia dalam mengangkat relegi adalah cobaan sekaligus menjadi martabat berarti ujian mental, tetapi dalam pandangan ungkapan sebagai bahasa simbol yang budaya warga komunitas Kaili, bahwa berlaku dalam kehidupan sehari-hari cobaan dan ujian itu diungkapkan dalam dulu masih kata “Netula Koumiyu” sebagaimana didapatkan kata ungkapan tersebut. wawancara Saya dengan informan Abd. Karena itu, masa lampau, kini dan akan Kadir datang masyarakat dari Desa Tulo, mengatakan keluarganya. sampai sekarang merupakan Ini ini suatu jaringan peristiwa atau network of ebents (Daeng, 2000:79) Untuk mngetahui (umur 60 tahun) tokoh bahwa: lebih “Istilah netula adalah istilah yang mendalam unsur-unsur yang terkait dipakai dengan netula, sebagaiman temuan komunitas, jika ada sesuatu yang kurang dalam penelitian ini sebagai berikut. baik, kurang beruntung, hingga perlu pada umumnya warga dilakukan introspeksi seperti suami istri semula hidupnya bahagia, dikarunia Aspek Religi seorang bayi lahir hidup, kemudian anak Setiap orang dalam menjalani sering ke-2 lahir-mati, demikian juga anak ke-3. dan Berdasar pengalaman saya, salah satu cobaan yang biasanya disebut “balaa” unsur kejadian itu, karena “netula” pada kata balaa ditafsirkan lebih luas yakni tubuh istrinya atau suaminya, memiliki “ujian dalam tanda seperti tailalat, lalu saya suruh kenyataannya masalah mental menjadi periksa dan dibenarkan tanda itu ada penting untuk menghadapi dinamika pada kehidupan, di mana setiap manusia akan menganjurkan untuk lakukan upacara menemui dan adat, menimal untuk membuang tanda kejadian. Namun, dibalik masalah itu kesialan itu, agar hidupnya bahagia berwujud keberhasilan atau kesuksesan, (Hasil wawancara, 3 Maret 2015). kehidupan di diperhadapkan dunia berbagai mental” berbagai ini ujian karena peristiwa istrinya, Dari sebagai contoh, pasutri (pasangan suami hasil selanjutnya wawancara saya dengan istri) memiliki anak pertama lahir hidup, informan, menunjukkan bahwa tanda- tetapi anak kedua dan anak ketiga dan tanda orang yang memiliki netula, 1) ada 40 Jurnal Sosial Nusantara Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna …. tailalat yang melekat salah satu pasutri oleh informan Ibu. Zahima (56 tahun) pada sando tubuhnya terutama berlaku dikalangan perempuan bersuami. 2) mpoana dari Kotarindau, mengatakan bahwa: peristiwa atau kejadian yang dapat “Saya pernah menangani keluarga menjadi tolok ukur seperti kematian, yang pernah dapat musibah berturut meskipun diketahui bahwa kematian itu turut yakni keluarga yang semula ditangan solusi anaknya lahir-hidup, usia 2 tahun melakukan meninggal, taklama sesudah itu anaknya perawatan melalui upacara adat sesuai meninggal, menyusul suaminya hanya tata cara yang berlaku dikalangan warga berselang beberapa bulan. Lalu si ibu komunitas. datang membuang Allah, SWT. sial dengan 3) Dalam pandangan religi aspek yang berkaitan menceritrakan kronologis kejadian yang dialami secara beruntun, langsung saya jawab “netula merupakan proses yang saling terkait koumiyu” coba periksa salah satu bagian satu dengan lainnya. Yakni bahwa tubuhmu, ada itu tanda seperti tailalat, ungkapan “netula” menjadikan dijawab benar. Kalau begitu lakukan seseorang terganggu ketenangan upacara adat.....” (Hasil wawancara, karena istilah saya “netula” hidupnya, dengan sama dianggap tidak tanggal 5 Maret 2015) beruntung dalam menjalani kehidupan Dari hasil wawancara dengan dunianya, seperti musibah anak yang informan menunjukkan bahwa setiap meninggal atau suami yang meninggal, peristiwa atau kejadian yang membawa Meskipun di balik itu ada hikmah berupa sial, ujian atau cobaan, karena itu diupayakan mengandung makna pada sesorang, untuk keluar dari cobaan itu dengan kalau tanda seperti tailalat berada pada sikap pasrah bermunajat kepada Allah, slah satu bagian utbuh yang vital, baik SWT, cenderung istrinya maupun suaminya. Kalaupun menghubungi orang pintar (sando) agar benar tanda itu ada, maka seharusnya peristiwa diadatkan namun, yang lebih dialami itu tidak biasanya ada dengan tata tanda cara yang yang berlanjut lagi, keluar dari cobaan itu sederhana berupa, buah sirih pinang yakni melakukan upacara adat agar bulat berwarna hijau dan satu ekor ayam dapat hidupnya tenang, bahagia dalam betina, lalu ayamnya dipotong dan keluarga. Untuk jelasnya disampaikan 41 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 darahnya diambil, dengan buah dioles bersama sirih, gelombang kehidupan ini pastinya ada kemudian bagi setiap manusia. memahami dirasakan oleh pasutri, karena setelah dengan peristiwa itu si istri kawin lagi suami ke- mengurangi dalam bentuk tindakan, 2, lahir anak pertama, menyusul anak maka dibalik usaha itu ada makna kedua, sampai sekarang lahir anak keberuntungan atau kesuksesan, seperti ketiga, semuanya sehat-sehat, demikian pasutri melakukan proses upacara adat juga suaminya. netula dan diyakininya dapat memberi itu, netula bisa adanya kegagalan itu ditempelkan di tailalatnya. Manfaatnya Selain suatu Karena usaha hidup yang bisa keberuntungan atau kesuksesan. juga ditafsirkan sebagai suatu proses di mana Selain itu netula juga dapat seseorang dalam menjalani kehidupan berkaitan dengan musibah lainnya, bisa ini dimetaforakan dengan benda-benda beruntun atau hanya datang pada waktu atau barang berharga lainnya, jika tertentu dihitung diungkapkan oleh informan Ibu. Ufik, nilai barang itu dengan pendapatannya tidak seimbang atau saja, sebagaimana yang umur 34 tahun, mengatakan bahwa: tidak selaras. Dengan kata lain netula “Waktu musibah kematian anak berlaku bagi seseorang yang dipandang saya yang kedua, karena kecelakaan di memiliki motor, saya hanya pasrah kepada yang gaya hedonisme hidup yang konsumtif, diluar Maha Kuasa, diberi kesabaran dan kemampuan penghasilan sebenarnya, ketenangan jiwa, karena saya tahu sehingga dapat dibalik musibah itu ada hikmah manusia menyalahi tidak tahu, mungkin ujian bagi saya aturan dan ketentuan agama, seperti dengan keluarga agar lebih berhati-hati korupsi. (Hasil wawancara, 5 April 2015) yang berperilaku berlebihan bersangkutan hidup Sejatinya yang ketentuan hidup Pernyataan informan itu seseorang seharusnya dilalui dengan menggambarkan bahwa netula, yang ketahanan mental, melekat menghadapi kegagalam agar hidup dalam atau pada berkaitan diri dengan seseorang musibah juga lainnya menghadapi pilihan yang sulit, tidak seperti kecelakaan berkenderaan, tanpa selamanya diduga berjalan mulus, riak 42 Jurnal Sosial Nusantara sebelumnya, demikian juga Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna …. seorang ibu hamil tabu keluar rumah membangun rumah jika ada salah satu tanpa disertai dengan simbol-simbol bahan berupa benda-benda yang dipercaya terbalik seperti kaso rumah untuk tiang dapat mengusir tengah katanya netula bagi penghuni gangguan mahluk jahat, terutama janin rumah. Artinya berakibat bagi pemilik dalam seperti rumah, seperti sering gagal dalam kariango, bawang merah dan jarum, pekerjaan, anak sering sakit, dan lain- sebagaimana dikemukakan oleh lainnya informan Maryam Desa menangkal kandungan Ibu. dan ibunya, dari Karawana, mengatakan bahwa: bangunan pemasangannya Aspek Komunikasi “ waktu saya hamil 7 bulan anak Dalam penelitian ini ada 2 aspek kedua, saya diingatkan orangtua, kalau netula ke luar rumah kenakan di baju, kariango, perilaku seseorang yaitu 1) komunikasi bawang merah dan jarum, agar janinnya merupakan tidak mendapat gangguan dari mahluk komunikasi merupakan jahat, karena saya tidak percaya seperti pertukaran makna. itu, saya kesulitan melahirkan bayinya diartikan atau netula, lalu saya suruh suami interpersonal kemudian berkembang panggil sando mpoana memeriksa dan menjadi komunikasi meraba organisasi, publik gangguan perutku, dikatakan supranatural, diambil ada yang dapat mempengaruhi proses awal simbolis, aktivitas Komunikasi dari dan 2) interaksi kelompok, komunikasi air massa. Bentuk komunikasi yang mejadi digane-gane (mantra-mantra), lalu saya fokus dalam penelitian ini adalah, minum airnya, dalam beberapa menit pertama, komunikasi merupakan proses kemudian lahir anakku dengan selamat. simbolis, (Hasil Wawancara, tanggal 7 April 2015). Nurmiyati (umur 42 tahun) dari Desa Dari hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa dicontohkan oleh Ibu. Karawana, mengatakan: simbol-simbol “Dalam menolong pasiennya ketika penangkal terhadap mahluk jahat masih menghadapi proses persalinan, ada 3 hal dipercaya oleh warga komunitasnya, yang perlu saya perhatikan yaitu bersih karena bagian dari rasa emosional pada cara, bersih alat, dan bersih tempat (3 B). supranatural. ketiga Demikian juga 43 Jurnal Sosial Nusantara komponen tersebut menjadi Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 rujukan dalam menolong persalinan, cara meskipun cara menolong ibu bersalin bersentuhan kulit tangan dengan perut berbeda dengan cara seperti yang pasiennya, tanpa menggunakan sarung dilakukan bidan (Hasil wawancara, tangan. tanggal 23 Maret 2015). simbol-simbol Hasil wawancara menangani Dalam persalinan, pandangan ini untuk yakni mereka mencegah jangan sampai ibu bersalin kena “netula” tersebut, bisa jadi berakibat anaknya lahir mati. menunjukkan bahwa sando mpoana dalam menolong persalinan, agar praktik Selain itu, komunikasi antara sando persalinan berjalan lancar tanpa ada mpoana gangguan diungkapkan tanpa ada kata-kata yang termasuk diutamakan tangan, kebersihan, meskipun tidak dengan pasiennya juga diucapkan dibalik perilaku menolong memakai sarung tangan seperti praktik persalinan, bidan. Kebiasaan informan tidak pernah persalinan samasekali tidak dibenarkan menggunakan sarung tangan, karena adanya sentuhan kulit tangan ketika menolong menyebabkan “netula” bagi pasiennya, persalinan, natural termasuk pantangan orang yang hadir prosesnya tidak boleh kakinya dinaikkan lututnya (alamiah) merupakan lebih dibanding dengan cepat memakai sarung karena perilaku sementara duduk, selama yang karena proses dapat dapat tangan. Tangan menyatu dengan kulit berakibat fatal bagi ibu dan janinnya. ketika bersentuhan dengan kulit yang Artinya bisa menjadi “balaa” musibah ada pada ibu hamil, sehingga proses bagi ibu dan janinnya. persalinannya lebih lancar dan tanpa ada Dengan kata lain aktivitas sando netula sampai anaknya lahir dengan mpoana melakukan praktik persalinan, selamat. secara psikologis tetap memperhatikan Sentuhan tangan seorang sando beragam faktor yang mpoana merupakan proses simbolis, mempengaruhi seperti perabaan pada perut ibu hamil, seperti sikap dan motivasi keluarga, dalam dapat keinginan dan kebutuhannya, sehingga meningkatkan keyakinan dan motivasi dirasa perlu adanya kontak non-verbal pasien melakukan persalinan, cepat dan antara sando mpoana dengan ibu hamil. lancar. Perilaku simbolis memperagakan Meskipun dalam proses persalinan itu pandangan psikologis 44 Jurnal Sosial Nusantara proses dapat persalinan, Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna …. sando mpoana membacakan gane-gane lain yang terlibat, meskipun mereka itu atau doa-doa tanpa harus diketahui oleh terlibat dalam perilaku tanpa pikir dan pasien dan keluarga yang hadir, sampai beradasarkn selesai proses persalinan. wawancara peneliti seorang informan, Aspek Sosio Budaya Abd. Rasyid (umur 52 tahun) dari desa Karawana, Aspek relasi menjaga hubungan kebiasaan. mengemukakan Dalam bahwa dan “netula” yang melekat pada sesorang, masyarakat dalam pergaulan, berumah dapat memberikan dampak pada fisik tangga, berorganisasi dan dan non fisik, karena ketidaksanggupan lainnya yang berisiko antara individu, keluarga aktivitas dan secara mental, dalam menerima cobaan berbahaya bagi seseorang, sehingga dan ujian (Hasil wawancara, tanggal 21 hubungan tersebut bisa menimbulkan Maret 2015). konflik atau dapat pertentangan Dari antara hasil wawancara dengan masyarakat. informan menunjukkan bahwa secara Dalam pandangan Mead (dalam Ritzer fisik setiap orang dapat terkena netula dan Douglas, 2007:293) membedakan bila ditubuhnya itu ada tada-tanda yang antara perilaku lahiriah dan perilaku dapat membawa kesialan, kegagalan tersembunyi. dalam hidupnya. Demikin juga secara individu, keluarga dan Perilaku tersembunyi adalah proses berfikir yang melibatkan non-fisik simbol dan arti. Perilaku lahiriah adalah kepribadiannya, karena merasa jiwanya perilaku sebenarnya yang dilakukan terganggu, oleh seorang aktor, Simbol dan arti termasuk kebahagiaan bagi keluarga memberikan pada pasutri. yang melakukan upacara-upacara adat yang melibatkan aktor tunggal pada interaksi bersentuhan kehamilan 7 atau 9 bulan, sosial manusia yang melibatkan dua seperti upacara “nombalongga” tindakan ciri-ciri sosial khusus manusia orang aktor atau lebih dalam tindakan tidak Oleh ada karena pada ketenangan, itu, mereka Tradisi “nombalogga” merupakan sosial timbal balik. Dengan berpengaruh adat kebiasaan turun temurun yang demikian, masih dijalankan dikalangan komunitas dalam melakukan tindakan, seorang aktor Kaili Ledo, bertujuan untuk menaksir pengaruhnya terhadap aktor memperlancar kelahiran atau 45 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 kemudahan dalam persalinan. sakit karena kemasukan roh-roh jahat Maksudnya agar anak yang lahir itu dan ilmu-ilmu sihir. Proses memandikan terhindar netula selamat dan hidup ibu hamil dimaksudkan agar ibu hamil tanpa cacat. Meskipun tata cara upacara jangan samapai kena “netula”, sehingga itu sudah disederhanakan waktu dan perlu tempat, peralatan upacara, bahan dan mengeluarkan semua yang menjadi ramuan dari tumbuh-tumbuhan, serta penghalang dari gangguan roh-roh jahat doa-doa dan mantra-mantranya. Dalam yang dapat menyulitkan dalam proses pandangan informan Ibu. Zaimah dan persalinan. Ibu. Nurmiaty, mengungkapkan bahwa tradisi tersebut, merupakan dilakukan pensucian dengan D. Kesimpulan adat Uraian-uraian di atas kebiasaan turun temurun yang berlaku menunjukkan bahwa ungkapan “netula” pada komunitas Kaili Ledo, tidak boleh lebih dinamis darpada istilah “balaa” diabaikan, netula karena mengandung makna yang lebih dapat berisiko ibu dan janinnya. Selain luas dari berbagai aspek kehidupan itu, didalamnya terkandung kearifan manusia, baik aspek relegius, aspek lokal yang memiliki nilai-nilai ritual yang komunikasi dan psikologi, dan aspek dikhususkan bagi ibu hamil pada usia sosial budaya. Aspek-aspek tersebut kehamilan 7 dan 9 bulan. berpengaruh karena ungkapan Upacara adat mandi “nombalogga” secara positif dalam merespons tuturan kata yang diucapkan bermakna simbolis dukungan psikologis, oleh seseorang, dengan fisik dan sosial bagi ibu hamil, yang mengintropeksi diwariskan secara turun temurun. Selain peristiwa atau kejadian yang membawa itu, mengandung nilai-nilai spritual yaitu ketidak beruntungan atau kesialan. agar ibu hamil memiliki rasa percaya Dalam diri, mengubah cara pandang terhadap komunitas, karena dibalik paristiwa atau perubahan tubuhnya selama menjalani kejadian itu dapat memberi kesuksesan. sebelum pandangan budaya cara terjadi warga masa kehamilannya, serta menjaga rasa aman janinnya. Karena itu, memandikan DAFTAR PUSTAKA pasien menjadi syarat dalam proses Cassirer, Ernst, 1987 “Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang Manusia, Gramedia, Jakarta penyembuhan, terutama pasien yang 46 Jurnal Sosial Nusantara Nurhayati Mansyur, Dkk. – “Netula” Simbol Dan Makna …. Daeng, J. Hans, 2000 “Manusia Kebudayaan dan Lingkungan: Tinjauan Antropologis Pustaka Pelajar, Yogyakarta Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, 2009, Komunikasi Antar Budaya, Rosdakarya, Bandung Notoatmodjo, Soekijo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Eriksen, H Thomas, 2009, Antropologi Sosial dan Budaya, Judul asli “Small Laces Large Issues An Introduction to Social and Cultural Antrophology” Yosef Maria Florisan (penerjemah), Ledalero, Maumere. Fiske, Palmer, E Richard, 2005, Hermeneutika, Teori Baru Mengenai Interpretasi, judul asli “Hermeneutics” Interpretation theory in Scheimacher, Dilthey, Heidegger and Gadamer” penerjemah, Mansyur Hery dan Damanhuri Muhammad, Pustaka Pelajar, Yokyakarta. John, 2010, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, Jalasutra, Yokyakarta. Kalangie, S Nico, 1986, Kebudayaan dan Kesehatan, Megapon, Jakarta Pujilaksono, Sugeng, 2006, Petualangan Antropologi, Universitas Muhammadiah Malang. Kertajaya, Hermawan, 2008, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, Pustaka Pelajar, Yokyakarta Rudyansyah, Tony, 2009, Kekuasaan Sejarah dan Tindakan, Rajawali Pers, Jakarta Kleinman, Arthur, 1980, Patient and Healers in The Context of Culture: an Exploration of The Borderland Between Antropology: Medicine and Psychiatry, University of California Press, Barkeley Saifuddin, Azwar. 2005. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Saifuddin, Achmad Fedyani, 2006, Antropologi Kontemporer (Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma), Kencana Prenada Media Group, Jakarta Koentjaraningrat, 1990, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Dian Rakyat, Jakarta. Syam, Kutha Ratna, Nyoman, 2010, Metodologi Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora, Pustaka Pelajar, Yokyakarta Nur, 2011, Madzab-Madzab Antropologi, LkIS, Yokyakarta Soejono, Soekanto, 1970, Sosiologi Suatu Pengantar, UI-Press, Jakarta Spradley, P. James, 1972, Foundation of Cultural Knowledge: dalam Culture Marzali, Amri, 2009, Antropologi Dan Pembangunan Indonesia, Kencana, Jakarta ang Cognition; Rules, Maps and Plans, Chandler Publishing Company San Francisco Miles, B. Metthew dan Michael A. Huberman, 2009, Analisis Data Kualitatif, judul asli “Qualitative Data Analysis” oleh Tjetjep Rohendi Rohidi (penerjemah), UI-Press, Jakarta. ---------------. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya. 47 Jurnal Sosial Nusantara