BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Kehamilan a

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung
dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, Pembentukan
plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.
(Manuaba, 2010; h. 75)
Menurut Saifudin (2009; h. 89) Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya hamil normal adalah 280
hari (40 minggu 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi implantasi. (
Prawirohardjo S, 2008; h. 213)
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung
sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan
sejati, yang menandai awal periode antepartum. (Varney, 2006; h.
492). Sedangkan menurut Mochtar (2011; h. 16) Proses kehamilan di
definisikan sebagai proses bersatunya sel mani dan sel telur
(fertilisasi). Kemudian ovum yang telah dibuahi tersebut membelah
diri dan bergerak (dengan bantuan rambut getar tuba) menuju ruang
rahim, melekat atau disebut dengan nidasi (implantasi), setelah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
berhasilnya proses implantasi maka dalam tubuh wanita hamil akan
mempersiapkan
suplai
makanan
bagi
mudigah
dengan
mempersiapkan plasenta.
Dari beberapa pengertian kehamilan diatas dapat disimpulkan
bahwa kehamilan merupakan proses bertemunya sperma dengan sel
telur (fertilisasi) di tuba fallopi dan dilanjutkan dengan adanya
implantasi dan berkembang didalamnya.
b. Proses permulaan kehamilan
1) Sel telur (ovum)
Menurut umur wanita jumlah oogonium adalah selama
siklus hidup adalah Pada bayi baru lahir jumlah oogonium adalah
750.000, pada wanita umur 6 – 15 tahun sebanyak 439.000, pada
wanita usia 16 – 25 tahun adalah 159.000, pada wanita usia 26 –
35 tahun sebanyak 59.000, pada wanita usia 35 – 45 tahun
sebanyak 34.000 dan pada masa menopause maka jumlah
oogonium akan habis. (Mochtar, 2011; h. 16). Ovulasi adalah
proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh system hormonal
yang kompleks dimana proses pertumbuhan ovum dimulai dari
epitel germinal, oogonium, folikel primer, dan terjadilah proses
pematangan pertama. (Manuaba, 2010; h. 75)
2) Spermatozoa
Sperma berbentuk seperti kecebong, terdiri atas kepala,
yang berbentuk lonjong atau gepeng berisi inti (nukleus), leher,
yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah, dan ekor
yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
cepat. Panjang ekor kira – kira 10 kali bagian kepala. (Mochtar,
2011; h. 16). Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3
cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa
setiap cc (Manuaba, 2010; h. 76)
3) Pembuahan (Konsepsi = fertilisasi)
Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan sel mani
dengan sel telur di tuba uterine. Dalam pembuahan satu sperma
yang telah mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi
zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu zona
pelusida akan mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui
oleh sperma lain. (Mohtar, 2011; h. 17). Setelah ovum matang
maka siap dibuahioleh sperma setelah 12 jam dan hidup selama
48 jam, sedangkan spermatozoa hidup selama tiga hari didalam
genetalia interna. (Manuaba, 2010;h. 79)
4) Nidasi atau Implantasi
Menurut Mochtar (2011; h. 17) Nidasi adalah masuknya
atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Hasil
konsepsi yang telah tertanam tersebut menurut Manuaba (2010;
h. 80) memiliki kromosom dimana pada manusia terdapat 46
kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk “autosom” sedangkan
dua kromosom sisanya sebagai pembawa tanda seks. Kromosom
seks yaitu X dan Y. Ababila kromosom X bertemu dengan ovum
maka akan terjadi jenis kelamin perempuan sedangkan kromosom
Y bertemu dengan ovum maka akan terjadi jenis kelamin laki –
laki.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
5) Pembentukan plasenta
Terjadinya nidasi mendorong sel blastula mengadakan
diferensiasi.
Sel
yang
dekat
dengan
ruangan
eksoselom
membentuk entoderm dan yolk sac ( kantong kuning telur)
sedangkan sel lain membentuk ectoderm dan ruangan amnion.
(Manuaba, 2010; h. 82). Ruangamnion inilah akan bertumbuh
pesat mendesak eksoselom sehingga dinding ruang amnion
mendekati korion. Mesoblas diantara ruang amnion dan mudigah
menjadi padat yang disebut dengan body stalk dan nantinya akan
menjadi tali pusat. Pada tali pusat ini terdapat pertama jelly
Wharton yaitu jaringan lembek yang berfungsi untuk melindungi
pembuluh darah, kedua adalah 2 arteri umbilikalis dan 1 vena
umbilikalis. Kedua arteri dan satu vena ini berfungsi untuk
menghubungkan sistem kardiovaskuler janin dengan plasenta.
Sistem kardiovaskular akan terbentuk kira –kira pada kehamilan
minggu ke sepuluh. (Mochtar, 2011; h. 19)
c. Tanda – Tanda Kehamilan
1) Tanda Kemungkinan kehamilan
a) Amenorhea ( terlambat datang bulan ). Konsepsi dan nidasi
menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan
ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir
dengan perhitungan rumus naegle, dpat di tentukan
perkiraan persalinan.
b) Mual dan muntah ( emesis ). Pengaruh estrogen dan
progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang
berlebihan. Mual dan muntah pada pagi hari disebut morning
sickness. Dalam batas yang fisiologis
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
c) Ngidam yaitu keinginan wanita hamil terhadap makanan
tertentu.
d) Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke
daerah kepala ( sentral ) menyebabkan iskemia susunan
saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan.
e) Payudara tegang. Pengaruh estrogen-progesteron dan
somatomamotrofin menimbulkan deposiit lemak, air dan
garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang.
Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada
hamil pertama.
(Manuaba, 2010; h.107-109)
f)
Sering miksi karena kandung kemih tertekan oleh rahim
yang membesar. Gejala tersebut akan menghilang pada
tiwulan kedua kehamilan, gejala tersebut muncul kembali
karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
g) Konstipasi atau Obstipasi. Pengaruh progesteron dapat
menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk
buang air besar
h) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormone kortikosteroid
plasenta, dijumpai di muka (chloasma gravidarum), areola
payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra= grisea)
i)
Epulis
j)
Varises atau penampakan pembuluh darah vena dapat
terjadi pada kaki, betis, dan vulva, biasanya dijumpai pada
triwulan akhir.
(Mochtar, 2011; h. 35)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
2) Tanda tidak pasti kehamilan
a) Rahim
membesar
sesuai
dengan
tuanya
kehamilan
(Manuaba, 2010; h. 108). Pembesaran tersebut terjadi
perubahan dalam bentuk , besar dan konsistensi rahim
(Mochtar, 2011; h. 35). Pembesaran uterus merupakan
perubahan anatomic yang paling nyata pada ibu hamil.
Peningkatan
konsentrasi
hormone
estrogen
dan
progesterone pada awal kehamilan akan menyebabkan
hipertrofi miometrium. Hipertrofi tersebut dibarengi dengan
peningkatan yang nyata dari jaringan elastin dan akumulasi
dari jaringan fibrosa sehingga struktur dinding uterus
menjadi lebih kuat terhadap regangan dan distensi.
(Prawirohardjo, 2008; h. 217)
b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda hegar, tanda
Chadwick, tanda piscacek, kontraksi Braxton hicks dan
teraba ballottement. (Manuaba, 2010; h. 108). Yang
dimaksud dengan tanda – tanda tersebut adalah
(1) Tanda hegar adalah ditemukannya serviks dan isthmus
uteri yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia
kehamilan 4 sampai 6 minggu.
(2) Tanda Chadwick adalah perubahan warna menjadi
kebiruan yang terlihat di porsio vagina dan labia. Tanda
tersebut
timbul
akibat
pelebaran
vena
karena
peningkatan kadar estrogen.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(3) Tanda piscacek adalah pembesaran dan perlunakan
rahim ke salah satu sisi rahim yang berdekatan dengan
tuba uterine biasanya tanda ini ditemukan di usia
kehamilan 7 sampai 8 minggu.
(4) Kontraksi – kontraksi kecil uterus jika dirangsang =
Braxton hicks
(5) Pada palpasi teraba ballottement
c) Reaksi kehamilan positif
(1) Reaksi biologik yang meliputi: pertama reaksi galli
mainini yaitu penyuntikan 5 cc urin ibu hamil ke bawah
kulit perut kodok jantan selama tiga jam apabila dijumpai
sperma dalam urin kodok maka positif. Kedua reaksi
Friedman yaitu penyuntikan urine ibu hamil sebanyak 5
cc ke vena telinga kelinci betina selama 2 hari berturut –
turut, setelah 24 jam laparotomi dan lihat ovariumnya
apabila ada korpus rubra dan lutea maka hasilnya positif.
(2) Reaksi Imunologik Yaitu reaksi antigen – antibodi
dengan
HCG
bertindak
sebagai
antigen
dengan
memeriksa kadar HCG di dalam urin ibu hamil.
(Mochtar, 2011; h. 35 – 36, 44 – 45)
3) Tanda Pasti Kehamilan
Indikator pasti hamil adalah penemuan – penemuan
keberadaan janin secara jelas dan hal ini tidak dapat dijelaskan
dengan kondisi kesehatan yang lain.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
a) Denyut Jantung Janin ( DJJ )
Dapat di dengar dengan menggunakan stetoskop
laenec, alat kardiotografi, alat Doppler.
b) Gerakan janin dalam rahim
c) Terlihat / teraba gerakan janin dan teraba bagian – bagian
janin.
( Manuaba, 2010; h. 109 )
d. Pembagian kehamilan
Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu:
1) Trimester I : 0 minggu – 12 minggu ( prawirohardjo, 2008;
h.213 )
Dimulai dari minggu pertama yaitu masa pembelahan
sel, sejak terjadinya pembuahan antara ovum oleh sperma, zigot
yang terbentuk membelah diri sampai fase morula dan blastula.
Menjelang
akhir
minggu
pertama
terjadi
implantasi
di
endometrium kavum uteri. Sampai pada akhir trimester pertama
pertumbuhan dan diferensiasi janin terjadi begitu cepat, disertai
dengan perkembangan berbagai karakteristik fisik lainnya.
Beberapa sistem organ melanjutkan pembentukan awalnya
sampai dengan akhir minggu ke 12 ( trimester pertama). (
Sukarni, 2013; h.81-82)
a) Minggu ke 0 : sperma membuahi ovum kemudian hasil
konsepsi membagi menjadi dua, empat, delapan setelah
morulla masuk untuk menempel ±11 hari setelah konsepsi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
b) Minggu ke-4/ bulan ke-1 : dari embrio, bagian tubuh yang
pertama muncul adalah : tulang belakang, otak dan syaraf,
jantung sirkulasi darah dan pencernaan terbentuk.
c) Minggu ke-8 / bulan ke-2 : perkembangan embrio lebih
cepat, jantung mulai memompa darah.
d) Minggu ke-12 / bulan ke-3 : embrio berubah menjadi janin
dapat dilihat dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG),
berbentuk manusia, gerakan pertama dimulai, jenis kelamin
sudah bisa ditentukan, ginjal sudah memproduksi urin.
(Yeyeh, 2008; h. 25)
2) Trimester II : 13 minggu – 27 minggu ( prawirohardjo, 2008;
h.213 )
Karakteristik utama perkembangan intrauterin pada
trimester kedua adalah penyempurnaan sruktur organ umum
dan mulai berfungsinya berbagai sistem organ. Sistem sirkulasi
janin mulai menunjukkan adanya aktifitas denyut jantung dan
aliran darah.( Sukarni,2013; h.82 )
a) Minggu ke-16 / bulan ke-4 : system musculoskeletal matang,
system saraf terkontrol, pembuluh darah berkembang cepat,
denyut jantug janin terdengar lewat Dopler, pancreas
memproduksi insulin.
b) Minggu ke-20 / bulan ke-5 : vernikas melindungi tubuh,
lanugo menutupi tubuh, janin membuat jadwal untuk tidur,
menelan dan menendang.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
c) Minggu ke-24 / bulan ke-6 : kerangka berkembang cepat,
perkembangan pernafasan dimulai.
(Yeyeh, 2008; h. 25)
3) Trimester III : 28 minggu – 40 minggu ( prawirohardjo, 2008;
h.213 )
Karakteristik utama perkembangan intrauterin pada
trimester ketiga adalah penyempurnaan struktur organ dan
penyempurnaan fungsi berbagai sistem organ. (Sukarni,2013;
h.86)
a) Minggu ke-28 / bulan ke-7 : janin bernafas, menelan dan
mengatur suhu, surfactant mulai terbentuk diparu-paru, mata
mulai buka dan tutup, bentuk janin 2/3 bentuk saat lahir.
b) Minggu ke-23 / bulan ke-8 : lemak coklat berkembang
dibawah kulit, mulai simpan zat besi, kalsium dan fosfor.
c) Minggu ke-38 / bulan ke-9 : seluruh uterus digunakan bayi
sehingga tidak bisa bergerak banyak, antybodi ibu ditransfer
kebayi untuk mencapai kekebalan untuk 6 bulan pertama
sampai kekebalan bekerja bayi bekerja sendiri . (Yeyeh,
2008; h. 25)
e. Perubahan fisiologi pada kehamilan
1) Perubahan pada sistem reproduksi
a) Uterus
Selama kehamilan
uterus akan beradaptasi untuk
menerima dan melindungi hasil konsepsi ( janin, plasenta,
amnion ) sampai persalinan. Pembesaran uterus meliputi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
peregangan dan penebalan sel – sel otot yang dipengaruhi
oleh esterogen dan sedikit progesteron ( Prawirohardjo S,
2008; h. 175 ). Sedangkan Menurut Mochtar (2011; h. 29)
perubahan pada uterus terkait dengan pertama ukuran
uterus pada kehamilan cukup bulan mencapai 30 x 25 x 20
cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. Kedua berat uterus
akan bertambah dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir
kehamilan (40 minggu). Ketiga bentuk dan konsistensi rahim
dimulai dari bentuk seperti buah alpukat, bulat sampai
dengan bujur telur. Keempat adalah posisi rahim pada awal
kehamilan
dalam
antefleksi,
pada
4
bulan
pertama
kehamilan rahim tetap berada dalam rongga pelvis, setelah
itu
dapat
memasuki
rongga
perut
yang
dalam
pembesarannya dapat mencapai batas hati.
b) Serviks
Menurut Prawirohardjo (2008; h. 177) bahwa pada satu
bulan setelah terjadinya konsepsi serviks akan menjadi lebih
lunak
dan
kebiruan.
Perubahan
ini
terjadi
akibat
penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada
seluruh serviks, bersama dengan terjadinya hipertrofi, dan
hyperplasia pada kelenjar – kelenjar serviks.
c) Vagina dan Vulva
Pada bagian ini akan mengalami perubahan warna
menjadi keunguan atau yang dikenal dengan nama tanda
Chadwick. Dinding vagina akan bertambah panjang sebagai
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
proses mempersiapkan peregangan saat persalinan serta
terjadi peningkatan sekresi berupa keputihan.( Prawirohardjo
S, 2008; h. 178-179 ). Vagina dan vulva yang mengalami
perubahan
warna
menjadi
keunguan
akibat
adanya
peningkatan pada pembuluh darah karena pengaruh hormon
esterogen. (Manuaba, 2010; h. 92)
d) Ovarium
Berawal dari proses terhentinya ovulasi, organ ini
berfungsi maksimal selama 6 – 7 minggu awal kehamilan
dan setelah itu berperan sebagai penghasil progesteron
dalam jumlah yang minimal. ( Prawirohardjo S, 2008; h.
178). Sedangkan menurut Mochtar (2011; h. 30) perubahan
pada ovarium dimulai dari terhentinya ovulasi sebagai siklus
hidup wanita dn didalamnya masih terdapat korpus luteum
graviditas sampai terbentuknya uri yang mengambil alih
pengeluaran esterogen dan progesteron.
e) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan mengalami
payudaranya menjadi lebih lunak, puting susu akan lebih
besar dan menonjol,menghitam dan tegak. ( Prawirohardjo
S, 2008; h. 179 ). Proses pigmentasi kulit dipengaruhi oleh
estrogen dan progesteron yang memiliki efek menstimulasi
melanosit. Sehingga menimbulkan warna gelap disekitar
putting susu. (Varney, 2006; h. 493). Payudara mengalami
pertumbuhan dan perkembangan
sebagai persiapan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara
tidak
dapat
dilepaskan
kehamilan,
yaitu
somatomamotrofin
dari
estrogen,
fungsi
pengaruh
hormon
progesterone
hormone
tersebut
saat
dan
adalah
Estrogen yang berpengaruh terhadap hipertrofi sistem
saluran payudara, menimbulkan penimbunan lemak dan air
serta garam yang membuat payudara semakin besar dan
terdapat adanya tekanan serat saraf yang menyebabkan
terjadinya rasa nyeri. Hormon Progesteron berfungsi untuk
mempersiapkan asinus dan meningkatkan jumlah dari sel
asinus tersebut. Sedangkan hormon somatomamotrofin
berfungsi untuk mempengaruhi sel asinus untuk membuat
kasein,
laktalbumin,
dan
laktoglobulin,
menyebabkan
penimbunan lemak pada sekitar alveolus payudara dan
merangsang
pengeluaran
kolostrum
pada
kehamilan.
(Manuaba, 2010; h. 92)
f)
Dinding perut
Pembesaran
rahim
menimbulkan
peregangan
dan
menyebabkan robeknya serabut elastic di bawah kulit
sehingga timbul strie gravidarum. Jika terjadi peregangan
yang hebat, misalnya pada hidramnion dan kehamilan
ganda. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya
dan disebut linea nigra. (Mochtar, 2011; h. 30)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
f.
Perubahan dan adaptasi psikologi dalam masa kehamilan
1) Trimester 1
Trimester pertama dalam kehamilan digolongkan kedalam
masa penyesuaian, penyesuaian yang dilakukan oleh wanita
adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung dan
ibu harus menerima tentang kenyataan yang ada sehingga
keadaan psikologis ibu pada trimester 1 merupakan tugas yang
paling penting. Perasaan yang biasanya timbul pada ibu hamil
adalah merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa
sedang
hamil,
dimana
wanita
mengalami
penolakan,
kekecewaan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Munculnya
ambivalensi ini dikarenakan ibu berfikir focus hanya terhadap
dirinya sendiri. Hasrat seksual pada trimester pertama sangat
bervariasi antara wanita yang satu dengan yang lain, sebagian
wanita hamil mengalami peningkatan hasrat seksual tetapi
secara umum pada trimester pertama merupakan waktu
terjadinya penurunan libido sehingga memerlukan komunikasi
dengan pasangan untuk saling mengerti. Libido pada wanita
hamil trimester 1 sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea,
depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan,
kekawatiran, dan masalah – masalah lain yang merupakan hal
yang normal terjaadi pada trimester pertama. (Varney, 2006; h.
501 – 502 )
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
2) Trimester II
Trimester
kedua
disebut
sebagai
periode
pancaran
kesehatan, saat ibu merasa sehat. Disebabkan umumnya wanita
sudah merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan
kehamilan. Perut ibu belum terlalu besar, belum dirasakan
sebagai beban, sudan mulai menerima kehamilannya, sudah
dapat merasakan gerakan bayi dan merasakan kehadiran
bayinya. Merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak
nyaman. Hubungan sosial wanita meningkat denagn yang
lainnya, ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan,
kelahiran dan persiapan untuk peran yang baru. Quickening
menyerang wanita untuk memikirkan bayinya sebagai individu
yang merupakan bagian dirinya, mulai perubahan dalam
memusatkan
dirinya
ke
bayi.
Perhatian
ditujukan
pada
kesehatan bayi dan kehadiran dalam keluarga. Denyut jantung
janin semakin jelas, kecemasan orang tua ialah kemungkinan
cacat pada anaknya.
3) Trimester III
Sering disebut dengan periode penantian. Periode ini, wanita
menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya.
Trimester ketiga adalah waktu untuk mempersiapkan kehadiran
dan kedudukannya sebagai orang tua, terpusatnya perhatian
pada kehadiran bayi. Sejumlah ketakutan terlihat selama
trimester ketiga, khawatir terhadap hidupnya dan bayinya. Mulai
merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman timbul karena
perubahan body image, yaitu merasa dirinya jelek dan aneh,
mengalami proses berduka seperti kehilangan perhatian dan
hak istimewa selama kehamilan, terpisahnya bayi dari bagian
tubuhnya, dan merasa kehilangan kandungan menjadi kosong,
perasaan canggung, jelek, tidak rapih, membutuhkan perhatian
yang besar dari pasangannya, hasrat seksual tidak setinggi
pada trimester kedua karena abdomen manjadi sebuah
penghalang. ( Yuni Kusmiyati, 2008 ; h. 71-74 )
g. Asuhan kehamilan
Asuhan kehamilan kunjungan awal.
1) Pengkajian data subjektif ibu hamil
Anamnesa adalah mendeteksi komplikasi-komplikasi dan
menyiapkan kelahiran dengan mempelajari keadaan kehamilan
dan kelahiran terdahulu, kesehatan umum dan kondisi sosial
ekonomi. Pemeriksaan fisik:
a) Pemeriksaan fisik umum : tinggi badan, berat badan, tandatanda vital.
b) Kepala dan leher : edeme diwajah, ikterus pada mata, bibir
pucat, leher meliputi pembengkakan saluran limfe atau
kelenjar tiroid.
c) Payudara : ukuran, simetris, puting payudara : menonjol /
masuk, keluar kolostrum / cairan lain, retraksi massa, nodul
axilla.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
d) Abdomen : luka bekas operasi, TFU ( jika > 12 minggu ),
letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala ( jika > 36
minggu ), DJJ.
e) Tangan dan kaki : edema dijari tangan, kuku jari pucat,
varices, refleks.
f)
Genetalia luar : varices, perdarahan, luka, cairan yang
keluar, kelenjar barholin.
g) Genetalia dalam : servick meliputi cairan yang keluar, luka,
kelunakan, posisi, mobilisasi, tertutup / membuka
;
vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah, ukuran
adneksa, bentuk, posisi, mobilitasi, kelunakan.
2) Pemeriksaan haemoglobin
Pemeriksaan Hb secara rutin selama kehamilan merupakan
kegiatan rutin untuk mendeteksi anemia. Hasil pemeriksaan Hb
sahli dapat diklasifikasikan : (a) Hb 11 gr % ( tidak anemia ), (b)
Hb 9 - 10 gr % ( anemia ringan ), (c) Hb 7 - 8 gr % ( anemia
sedang ), (d) Hb 7 % ( anemia berat ).
3) Pemeriksaan protein urine
Mengetahui komplikasi adanya pre eklamsi pada ibu hamil
yang sering kali menyebabkan masalah dalam kehamilan
mapupun
persalinan,
bisa
menyebabkan
kesakitan
dan
kematian ibu dan bayi bila tidak segera diantisipasi.
4) Pemeriksaan urine reduksi
Melihat adanya glugosa dalam urine.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Asuhan kehamilan kunjungan ulang
1) Pengkajian data focus : riwayat
Riwayat kehamilan sekarang menanyakan perasaan ibu
saat
ini,
menanyakan
masalah
yang
mungkin
timbul,
pemeriksaan keadaan umum, emosi dan tanda-tanda vital,
riwayat kehamilan sekarang, menanyakan pada ibu perasaan
kunjungan ini.
2) Deteksi komplikasi
Beberapa hal yang perlu ditanyakan terkait ada tidaknya
komplikasi pada kehamilan sepeti perdarahan dari vagina,
pengeluaran cairan (yang baunya berbeda dengan bau urin)
dari vagina, setiaprasa nyeri hebat, setiap nyeri perut yang
nyata atau nyeri seperti mau haid, gerakan janin yang
berlebihan atau yang cepat dan abnormal, tidak adanya
gerakan janin, suhu tubuh yang tinggi, demam, menggigil,
vomitus yang berlebih (sehingga tidak kemasukan makanan)
sakit kepala yang hebat didaerah frontal (dahi), penglihatan
kabur, urin yang keluar sedikit ketika buang air kecil,
pembengkakan pada tangan, kaki dan muka.
3) Ketidaknyamanan
Pada saat mengkaji ketidaknyamanan harus dibedakan
antara ketidaknyamanan dan masalah, ketidaknyamanan yang
biasa ditemukan pada ibu dengan kehamilan pada trimester ll
antara lain:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
a) Edema, dapat menyarankan pada ibu untuk tidak terlalu
lama berjalan dan berdiri, meninggikan kaki denggan
mengganjal kaki menggunakan bantal ketika tidur, juga
menyarankan ibu untuk tidak memakai sandal/sepatu yang
berhak tinggi.
b) Tampak garis diperut biasanya terasa gatal, menjelaskan
pada ibu bahwa hal ini adalah normal pada waktu hamil, da
ibu tidak disarankan untuk menggaruk karena akan
berbekas.
c) Konstipasi (sembelit), menganjurkan pada ibu untuk
mengkonsumsi
mengandung
makanan
serat.
yang
bergizi
Sepertisayur-sayuran
dan
dan
banyak
buah-
buahan. Membiasakan BAB secara teratur, dan BAB
segera setelah ada dorongan.
d) Kram pada kaki, menganjurkan pada ibu untuk merendam
kaki dalam air hangat, mengurangi kegiatan ibu yang
membuat ibu berdiri terlalu lama.
e) Perut terkadang terasa kembunng, menjelaskan pada ibu
bahwa hal ini disebabkan kareba perut ibu yang mulai
membesar.
4) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
fisik
yang
focus
dilakukan
adalah
pemeriksaan keadaan umum, emosi dan tanda-tanda vital,
mengukur tinggi fundus uteri, palpasi abdomen, menghitung
denyut jantung janin.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
5) Pemeriksaan laboratorium
Pada kunjungan ulang yang perlu diperiksa tergantung
dari hasil data subyektif dan obyektif, jika ibu mempunyai
salah
satu
tanda
bahaya
pada
kehamilan,,
misalnya
preeklamsi berat, maka ibu dilakukan pemeriksaan ulang
terhadap kadar protein, pada pemeriksaan kadar Hb dalam
darah sama
jika ibu didapatkan ada tanda ibu mengalami
anemia maka ibu dilakukan pemeriksaan kadar Hb dalam
darah, pemeriksaan reduksi urin dilakukan hanya sekali jika
ibu tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga terhadap
penyakit Diabetus militus atau ibu hamilnya tersebut apakah
mempunyai riwayat penyakit diabetes militus. (yeyeh, 2009)
6)
Kebutuhan gizi ibu hamil
Pada kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme
energi, peningkatan energi dan zat gizi diperlukan untuk
pertumbuhan
besarnya
dan
organ
perkembangan
kandungan,
janin,
perubahan
bertambahnya
komposisi
dan
metabolisme tubuh.
h. Hal – hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan diantaranya:
1) Kebutuhan energi
Tambahan energi / kalori untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, plasenta, jaringan payudara dan cadangan
lemak. Kebutuhan kalori sekitar 15 % dari kalori normal. Energi
yang di perlukan selama hamil yaitu 27.000-80.000 Kkal atau
100 Kkal/hari. Sedangkan energi yang dibutuhkan janin untuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
tumbuh dan berkembang 50-95 Kkal/kg/hari. Trimester pertama
kebutuhan energi masih sedikit dan terjadi sedikit peningkatan
pada trimester dua. Trimester dua, energi yang digunakan untuk
penambah darah, perkembangan uterus, pertumbuhan jaringan
mamae,
dan
penimbunan
lemak.
Pada trimester
ketiga
digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
2) Karbohidrat
40 gram glukosa/hari
yang akan digunakan sebagai
sumber energi. Glukosa sangat dibutuhkan karena membantu
dalam sintesis lemak, glikogen, dan struktur polisakarida.
Karbohidrat merupakan sumber utama tambahan kalori yang
dibutuhkan
selama
kehamilan,
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan janin selama dalam kandungan, karohidrat
kompleks meningkatkan asupan serat yang dianjurkan selama
hamil untuk mencegah konstipasi atau sulit buang air besar.
3) Protein dan asam amino
Protein digunakan untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan janin, pembentukan plasenta dan cairan amnion,
pembentukan jaringan maternal seperti pertumbuhan mamae
pada ibu dan jaringan uterus, dan penambahan volume darah.
Pada trimester pertama kurang dari 6 gram, trimester kedua,
protein yang diperlukan dan asam animo yang esensial.
Trimester ketiga perlu protein dalam jumlah yang besar yaitu 10
gram perhari.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
4) Lemak
Lemak
dibutuhkan
oleh
tubuh
terutama
untuk
membentuk energi dan perkembangan sistem syaraf janin.
5) Vitamin
a) Vitamin yang larut dalam lemak
Vitamin yang tergolong ke dalam lemak diantaranya :
(1)Vitamin
A
berfungsi
untuk
membantu
proses
pertumbuhan sel dan jaringan tulang, mata, rambut, kulit,
organ dalam, dan fungsi rahim. (2) Vitamin D Kebutuhan
vitamin D selama kehamilan belum diketahui secara pasti,
tetapi di perkirakan 10mg/hari. (3) Vitamin E mulai
diakumulasikan oleh fetus pada ahir minggu 8-10, ketika
terjadi
peningkatan
akumulasi
lemak.
(4)
Vitamin
K
Fungsinya belum optimal pada masa kehamilan.
b) Vitamin yang larut dalam air
(1) Vitamin C
Kebutuhan vitamin C sebanyak 70mg perhari.
Asupan vitamin C dapat mencegah terjadinya anemia,
berperan
dalam
proses
pembentukan
kolagen
interseluler dan proses penyembuhan luka.
(2) Niasin dan riboflavin
Niasin
yang
diperlukan
selama
kehamilan
2mg/hari dan 0,3 mg/haridari riboflavin.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(3) Vitamin B6
Pada masa kehamilan diperlukan intake protein
yang tinggi, B6 diperlukan oleh tubuh membantu
mengatasi mual dan muntal.
(4) Asam folat
Asam folat merupakan kelompok vitamin B paling
utama selama masa kehamilan karena dapat mencegah
terjadinya cacat tabung syaraf seperti spina bifida.
(5) Kalsium
Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang
dan bakal gigi janin yang dimulai sejak usia kehamilan 8
minggu.
(6) Magnesium
Magnesium
dibutuhkan
untuk
mendukung
pertunbuhan dari jaringan lunak.
(7) Seng
Di perlukan untuk mengembangkan jaringan tisu,
terutama otak dan jenis kelamin.
( Icesmi Sukarni, 2013 ; h. 100-110 )
i.
Ketidaknyamanan yang timbul saat hamil dan cara mengatasinya
Menurut Varney (2006; h. 536 – 544) ketidaknyamanan pada wanita
hamil meliputi:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
1) Nausea
Merupakan masalah umum yang biasa dialami oleh
wanita hamil.Puncak terjadinya nausea pada wanita hamil
adalah pada umur kehamilan 11 minggu dengan permulaan
antara lima hingga 6 minggu. Kondisi ini disebabkan karena
faktor biologis, psikologis dan sosiokultural. Cara mengatasi
Nausea adalah : (a) makan porsi kecil tetapi sering bahkan
setiap dua jam karena mudah dipertahankan daripada makan
porsi besar tiga kali sehari, (b) Makan biscuit kering atau roti
sebelum beranjak dari tempat tidur, (c) jangan menyikat gigi
dahulu setelah makan supaya tidak ada reflek mual, (d) Hindari
makan- makanan yang berbau tajam, (e) beristirahat dan
mengkonsumsi obat yang diberikan sesuai dengan anjuran.
2) Ptialisme (Salivasi berlebihan)
Disebabkan karena peningkatan keasaman di dalam
mulut atau peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi
kelenjar saliva pada wanita yang mengalami sekresi berlebihan.
Karena salvias berlebihan ini dapat menimbulkan nausea dan
muntah sehingga cara mengatasinya adalah dengan mengatasi
Nausea dan muntah sehingga asupan makanan banyak yang
masuk dan menghalangi produksi saliva yang berlebihan.
3) Keletihan
Ketidaknyamanan ini biasanya dialami pada trimester
pertama,
keletihan
sendiri
diakibatkan
karena
adanya
penurunan drastis laju metabolism dasar dan peningkatan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
progesterone. Cara mengatasinya adalah dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada ibu akan pentingnya beristirahat
untuk mengatasi rasa letih misalnya dengan tidur siang karena
ketidaknyamanan ini akan menghilang pada trimester kedua.
4) Nyeri punggung bagian atas (non patologis)
Terjadi selama trimester pertama akibat peningkatan
ukuran payudara yang membuat payudara menjadi berat.
Pembesaran ini dapat mengakibatkan tarikan otot apabila
payudara tidak disokong. Untuk mengurangi rasa nyeri yaitu
dengan cara menggunakan bra yang sesuai dengan ukuran
payudara.
5) Leukorea
Merupakan sekresi vagina dalam jumlah besar dengan
konsistensi kental atau cair yang dimulai pada trimester
pertama. Sekresi ini bersifat asam akibat pengubahan sejumlah
besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam lactate oleh
basil dorderein, basil ini berfungsi sebagai medium yang
digunakan untuk mempercepat pertumbuhan organism. Untuk
mengatasi
leukorea adalah
dengan
cara memperhatikan
kebersihan tubuh pada area tersebut dan mengganti celana
dalam dengan berbahan katun sesering mungkin.
6) Peningkatan Frekuensi untuk berkemih (non patologis)
Peningkatan frekuensi berkemih pada trimester pertama
terjadi
akibat
peningkatan
berat
pada
fundus
uterus,
peningkatan ini membuat istmus menjadi lunak ( tanda hegar)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
menyebabkan antefleksi pada uterus yang membesar. Hal ini
menyebabkan
tekanan
langsung
pada
kandung
kemih.
Frekuensi berkemih pada trimester ketiga meningkat karena
disebabkan oleh bagian presentasi terbawah akan turun dan
masuk kedalam panggul dan menimbulkan tekanan langsung
pada kandung kemih. Cara mengatasinya adalah memberikan
pengetahuan kepada ibu hamil tantang kondisi yang dialami dan
kurangi asupan caiaran pada saat akan tidur supaya frekuensi
berkemih yang banyak tidak mengganggu kenyamanan ibu
dalam tidur.
7) Nyeri Ulu Hati
Timbul menjelang akhir trimester kedua dan bertahan
hingga trimester ketiga hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan keasaman pada lambung yang dapat berakibat
membakar tenggorokan dan menimbulkan rasa tidak enak. Cara
mengatasinya adalah dengan makan porsi kecil tetapi sering,
kurangi posisi membungkuk, meregangkan lengan melebihi
kepala untuk member tuang kepada perut, hindari makanan
berlemak, hindari minum bersamaan dengan makan, hindari
makanan yang dingin dan terlalu pedas, upayakan untuk minum
susu murni daripada susu manis, dan hindari makanan berat
sebelum tidur.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
8) Flatulen
Disebabkan karena penurunan motilitas gastrointestinal
karena adanya peningkatan progesterone yang merelaksasi otot
halus karena pembesaran uterus. Cara mengatasinya adalah
dengan membiasakan defekasi teratur setiap hari.
9) Konstipasi
Terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan
relaksasi otot polos pada uterus besar ketika terjadi peningkatan
jumlah progestero. Pergeseran dan tekanan pada usus akibat
pembesaran
uterus
atau
bagian
presentasi
juga
dapat
menurunkan motilitas pada saluran gastrointestinal sehingga
menyebabkan konstipasi. Cara mengatasinya adalah konsumsi
asupan cairan yang adekuat, konsumsi makanan yang banyak
mengandung serat seperti buah dan sayur, istirahat, minum air
hangat, pola defekasi yang baik.
10) Hemoroid
Biasanya
didahului
dengan
konstipasi.
Peningkatan
progesteron juga menyebabkan relaksasi dan dinding vena dan
usus besar. Cara mengatasinya adalah menghindari konstipasi,
hindari mengejan saat BAB, mandi berendam, kopres es,
kompres garam, dan tirah baring.
11) Kram tungkai
Disebabkan karena gangguan asupan kalsium yang
kurang adekuat, cara mengatasinya adalah meluruskan kaki,
anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung
kalsium.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
12) Edema dependen
Terjadi akibat adanya gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.
Gangguan sirkulasi ini disebabkan karena pembesaran uterus
pada tekanan vena – vana panggul saat wanita duduk maupun
berdiri. Cara penanganannya adalah hindari penggunaan
pakaian ketat, posisi menghadap ke samping saat berbaring,dan
penggunaan korset.
13) Varises
Diakibatkan karena adanya gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.
Cara mengatasinya adalah kenakan kaos kaki penyokong,
hindari pakaian ketat, hindari berdiri lama, sediakan waktu untuk
istirahat, lakukan senam kegel untuk mengurangi varises vulva,
mandi air hangat yang menenangkan.
14) Dispareunia
Adalah
nyeri
pada
saat
berhubungan
seksual
disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang dikarenakan tekanan
uterus yang membesar atau tekanan bagian presentasi. Cara
mengatasinya perubahan posisi, kompres es, komunikasi untuk
pemenuhan kebutuhan seksual.
15) Insomnia
Merupakan keadaan sulit tidur yang disebabkan oleh
kekhawatiran, kecemasan, terlalu gembira menyambut suatu
acara untuk keesokan hariny, uterus yang membesar, dan
pergerakan janin.Cara mengatasinya dengan mandi air hangat,
minum air hangat ( susu, teh) sebelum tidur, lakukan teknik
relaksasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
16) Nyeri punggung bawah (non patologis)
Akan meningkat sesuai dengan makin tuanya usia
kehamilan diakibatkan karena pergeseran pusat gravitasi wanita
tersebut dan postur tubuhnya.
j.
Tanda bahaya kehamilan
Dalam masa kehamilan terdapat beberapa tanda bahaya
yang perlu diwaspadai. Tanda bahaya tersebut meliputi:
1) Perdarahan pada kehamilan muda
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda biasanya
terjadi pada usia kehamilan sebelum 24 minggu. Perdarahan
tersebut bisa disebabkan oleh:
a) Implantation bleeding. Perdarahan saat trophoblas melekat
pada endometrium,
biasanya terjadi saat implantasi 8
sampai 12 hari setelah fertilisasi.
b) Abortion. 15% terjadi pada abortus spontan sebelum usia
kehamilan 12 minggu dan sering terjadi pada primigravida
c) Hydatidiform molae. Akibat dari degenerasi chorionic vili
pada awal kehamilan. Embrio mati dan di reabsorbsi/ mola
terjadi di dekat fetus.
d) Ectopic pregnancy. Ovum dan sperma yang berfertilisasi
kemudian berimplantasi diluar dari uteri cavity.
e) Cervical lesion. Lesi di cervik
f)
Vaginitis. Infeksi pada vagina
(Sumarni, 2011; h.190)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
2) Perdarahan pada kehamilan lanjut
Biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah 24 minggu.
Perdarahan pada kehamilan lanjut dibagi menjadi 2 yaitu
plasenta previa dan abrupsio plasenta. (Sumarni, 2011; h.190)
3) Hipertensi gravidarum
Merupakan keadaan dengan tekanan darah sisitoloik dan
diastolic lebih dari 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah
dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selang 4 jam. Kenaikan
tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan kenaikan
diastolic lebih dari 15 mmHg. (Prawirohardjo, 2009; h.535)
4) Nyeri perut bagian bawah
Nyeri perut yang bersifat menetap dan tidak hilang
setelah beristirahat. Hal ini bisa berhubungan dengan apendiciti,
kehamilan ekopik, aborsi, radang panggul, penyakit kantung
empedu, uterus yang irritable, ISK atau abrupsio plasenta.
(Sumarni, 2011; h.191)
5) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala hebat, menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat disertai dengan pandangan kabur merupakan gejala
preeklamsia. (Sumarni, 2011; h.192)
6) Pandangan kabur
Pengaruh hormonal bisa mengacaukan pandangan pada
ibu hamil. Gangguan visual yang dapat mengancam jiwa adalah
beersifat mendadak, dan berbayang/ double vision. (Sumarni,
2011; h.192)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
7) Bengkak wajah dan jari-jari tangan
Merupakan masalah yang serius apabila muncul pada
muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai
dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini bisa merupakan tandatanda anemia, gagal jantung dan pre eklamsi. (Sumarni, 2011;
h.192)
8) Gerakan janin tidak terasa
Secara normal ibu merasakan gerakan janin pada
bulan ke 5 atau ke 6 usia kehamilan. Jika bayi tidur gerakan
janin melemah. Gerakan bayi sangat terasa pada saat ibu
istirahat, makan, minum dan berbaring. Biasanya bayi bergerak
paling sedikit 3X dalam periode 3 jam. (Sumarni, 2011; h.193)
k. Faktor Risiko pada kehamilan
1) Usia ibu
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20
tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor resiko
terjadinya
perdarahan
pasca
persalinan
yang
dapat
mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada
usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum
berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35
tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami
penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga
kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan
terutama
perdarahan
akan
lebih
besar.
Perdarahan
pascapersalinan yang mengakibatkan kematian maternal pada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
wanita hamil yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5
kali lebih tinggi daripada perdarahan pascapersalinan meningkat
kembali setelah usia 30-35 tahun.
2) Gravida
Ibu-ibu dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau termasuk
multigravida mempunyai faktor resiko lebih tinggi terhadap
terjadinya perdarahan pascapersalinan dibandingkan dengan
ibu-ibu yang termasuk golongan primigravida (hamil pertama
kali). Hal ini dikarenakan pada mltigravida, fungsi reproduksi
mengalami
penurunan
sehingga
kemungkinan
terjadinya
perdarahan pasca persalinan menjadi lebih besar.
3) Paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditunjau dari
sudut perdarahan pascapersalinan yang dapat mengakibatkan
kematian maternal.Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga)
mempunyai angka kejadian perdarahan pascapersalinan lebih
tinggi. Pada paritas yang rendah (paritas satu), ketidaksiapan
ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan
faktor penyebab ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani
komplikasi yang terjadi selama kehmilan, persalinan dan nifas.
4) Antenatal Care
Tujuan
umum
antenatal
care
adalah
menyiapkan
seoptimal mungkin fisik dan mental ibu serta anak selama dalam
kehamilan, persalinan dan nifas sehingga angka morbiditas dan
mortalitas ibu serta a diturunkan. Pemeriksaan antenatal yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus resiko tinggi
terutama perdarahan yang selalu mungkin terjadi setelah
persalinan yang mengakibatkan kematian maternal dapat
diturunkan.Hal ini disebabkan karena adanya antenatal care
tanda-tanda dini perdarahan yang berlebihan dapat dideteksi
dan ditanggulangi dengan cepat. (Marsha Khumaira, 2012; h.
34-35)
l.
Komplikasi pada Kehamilan
1) Hiperemesis gravidarum (mual dan muntah)
Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering di
dapatkan pada kehamilan trimester I. Gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Perasaan mual
disebabkan karena meningkatnya kadar estrogen dan HCG
dalam serum. Beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya
hyperemesis gravidarum yaitu:
a) Factor predisposisi yang sering dikemukankan adalah
primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda.
b) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan merupakan
factor organik.
c) Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap
anak, juga disebut sebagai salah satu factor organic.
(Wiknjosastro, 2007; h.275-276)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Pencegahan terhadap hyperemesis gravidarum perlu
dilaksanakan dengan memberikan keyakinan bahwa mual dan
muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda
dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tetapi lebih sering. (Wiknjosastro, 2007; h.278)
2) Preeklamsi dan eklamsi
Preeklamsia
merupakan
penyakit
dengan
gejala
hiertensi, oedem, dan proteinuria karena kehamilan.Secara
umum Penyakit ini muncul pada triwulan ke 3 kehamilan.Untuk
menegakkan diagnosa preeklamsi, kenaikan tekanan sistolik
harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan biasanya atau
mencapai 140 mmHg atau lebih.(Wiknjosastro, 2007; h.282)
Pengobatan
preklamsi
yang
tepat
yaitu
dengan
pengakhiran kehamilan karena tindakan dapat mencegah
terjadinya
eklamsi
penundaan
dengan
pengakhiran
bayi
yang
kehamilan
masih
prematur,
mungkin
dapat
menyebabkan eklamsi atau kematian janin.
(Wiknjosastro, 2007; h.281-282, h.290-292)
3) Perdarahan antepartum
Merupakan
perdarahan
yang
terjadi
pada
masa
kehamilan.Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada
perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu.Perdarahan
antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelaina
plasenta.Klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi menjadi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
3 yaitu Plasenta previa, Solusio plasenta, dan Perdarahan yang
belum jelas sumbernya. (Wiknjosastro, 2007; h.362-363)
4) Anemia
Merupakan keadaan dengan masa eritrosit dan masa
hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.(I Made Bakta,
2007; h.12)
Anemia yang terjadi pada masa kehamilan biasanya
disebabkan karena adanya peningkatan zat besi akibat
peningkatan kebutuhan maternal dan janin.Kebanyakan wanita
yang
mengalami
defisiensi
besi
tidak
disertai
dengan
gejala.Untuk mencegah anemia pada masa kehamilan maka ibu
hamil perlu diberikan pendidikan dan konseling tentang nutrisi
untuk memenuhi peningkatan kebutuhan zat besi selama
kehamilan.
(Linda V Wals, 2007; h.410-412)
2. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun ke jalan lahir. Sedangkan persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. ( Sukarni I,
2013; h. 185 )
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Persalinan adalah rangkaian Peristiwa mulai dari kenceng –
kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi ( janin,
plasenta, ketuban dan cairan ketuban ) dari uterus ke dunia luar
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau
kekuatan sendiri. ( Sumarah, 2009; h. 1 )
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir
atau dengan jalan lain. ( Mochtar R,2011; h.69)
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,
dan janin turun ke jalan lahir dimana ketuban dan janin di dorong
keluar melalui jalan lahir. ( Saifuddin, 2009; h.100)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
persalinan merupakan proses pengeluaran janin dan plasenta dari
dalam rahim ke dunia luar melalui jalan lahir.
Untuk menuju persalinan ada beberapa tanda – tanda akan
dimulainya persalinan. Tanda – tanda persalinan ada dua macam yaitu
tanda persalinan sesungguhnya dan tanda persalinan semu atau
palsu. Tanda persalinan semu terjadi beberapa hari atau beberapa
minggu
sebelum
karakteristik
atau
permulaan
persalinan
ciri
tertentu
–
ciri
sesungguhnya.
yang
digunakan
Ada
untuk
membedakan antara tanda – tanda persalinan sesungguhnya dengan
tanda – tanda persalinan semu yaitu sebagai berikut :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Tabel 2. 1 Perbedaan Antara persalinan semu dengan persalinan sesungguhnya
PERSALINAN
SESUNGGUHNYA
PERSALINAN SEMU
Serviks menipis dan membuka
Tidak ada perubahan pada serviks
Rasa nyeri dan interval teratur
Rasa nyeri tidak teratur
Interval antara rasa nyeri yang
secara
perlahan
semakin
pendek
Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri
yang satu dengan yang lain
Waktu dan kekuatan kontraksi
semakin bertambah
Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan
kontraksi
Rasa nyeri teras di bagian
belakang dan menyebar ke
depan
Kebanyakan rasa nyeri di bagian depan
Dengan berjalan
intensitas
Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
bertambah
Ada hubungan antara tingkat
kekuatan kontraksi dengan
intensitas nyeri
Tidak ada hubungan antar tingkat kekuatan
kontraksi uterus dengan intensitas rasa nyeri
Lendir darah sangat nampak
Tidak ada lendir darah
Ada penurunan bagian kepala
janin
Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah
janin
Kepala janin sudah terfiksasi di
PAP diantara kontraksi
Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
Pemberian obat penenang
tidak menghentikan proses
persalinan sesungguhnya
Pemberian
obat
penenang
yang
efisien
menghentikan rasa nyeri pada persalinan semu
(Sumarah, 2009; h. 22 )
b. Fakto – faktor yang mempengaruhi persalinan
1) Passage
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang
padat (2 tulang pangkal paha,1 tulang kelangkang dan 1 tlang
tungging), dasar panggul,vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh
lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relativ kaku. Oleh
karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum
persalinan dimulai. ( Sumarah, 2009; h. 23 )
2) Passager / fetus
Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan
lahir dari faktor passager adalah :
a) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian
depan jalan lahir, seperti presentasi kepala (verteks, muka,
dahi), presentasi bokong (bokong murni/Frank Breech ),
bokong kaki (complete Beech), letak lutut atau letak kaki
(incomplete breech), presentasi bahu (letak lintang)
b) Sikap janin
Hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin
lainnya (badan), misalnya fleksi, defleksi,dll.
c) Posisi janin
Hubungan bagian / point penentu dari bagian terendah
janin dengan panggul ibu yang dapat dibagi dalam 3 unsur :
Sisi panggul ibu (kiri, kanan, melintang), bagian terendah janin
(oksiput, sacrum, dagu dan scapula), bagian panggul ibu
(depan, belakang )
d) Bentuk atau ukuran kepala janin menentukan kemampuan
kepala untuk melewati jalan lahir
e) Hubungan janin dan panggul
Terdapat beberapa hal untuk memahami keadaan janin
di dalam uterus dan panggul
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
c. Tahapan persalinan
1) Persalinan Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Proses ini
berlangsung kurang lebih 18 – 24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase:
a) Fase Laten ( 8 jam ) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan
3 cm
b) Fase aktif ( 7 jam ) yaitu dari pembukaan 3 cm menjadi 10 cm.
Dalam fase aktif dibagi lagi kedalam 3 fase :
(1) Fase akselerasi
Dalam fase ini terjadi pembukaan serviks dari 3 cm
menjadi 4 cm. Fase ini membutuhkan waktu 2 jam.
(2) Fase Dilatasi Maksimal
Dalam fase ini terjadi pembukaan serviks dari 4 cm
menjadi 9 cm dan berlangsung sangat cepat dalam waktu 2
jam
(3) Fase Deselerasi
Dalam fase ini pembukaan menjadi lambat kembali
yaitu dalam waktu 2 jam serviks akan mengalami
pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm atau lengkap.
Pada multigravida fase laten, fase aktif dan fase
deselerasi
terjadi
lebih
pendek.
Berdasarkan
kurve
Fridman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1
cm / jam dan pembukaan pada multigravida 2 cm / jam.
Sehingga waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
2) Persalinan Kala II ( Pengeluaran )
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida.
3) Kala III (Pelepasan Uri )
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.( Sumarah, 2009; h.5-7)
Pengawasan pada kala pelepasan merupakan suatu hal yang amat
penting karena kelalaian dapat menyebabkan risiko perdarahan
yang dapat membawa kematian. Kala III berlangsung mulai dari
bayi lahir sampai uri keluar lengkap.Uri akan lahir spontan dalam
15 – 30 menit, dapat ditunggu sapai 1 jam, dan tidak boleh
ditunggu apabila terjadi banyak perdarahan. (Oxorn H, 2010; h.79)
4) Kala IV (Observasi)
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
post partum. Observasi yang harus dilakukan pada Kala IV adalah :
Tingkat kesadaran penderita, Pemeriksaan tanda – tanda vital,
kontraksi uterus, Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap
normal apabila tidak melebihi 500 cc.( Sumarah, 2009; h.5-7)
d.
Asuhan Persalinan Normal
Asuhan persalinan normal merupakan standar asuhan yang
harus dimliki oleh seorang bidan dalam menjalankan peran dan
wewenangnya sebagai tenaga kesehatan :
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung
suntik steril sekali pakai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
3) Mengenakan baju penutup.
4) Melepaskan semua perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan
air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk
satu kali pakai.
5) Memakai satu sarung tangan DTT unruk pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik, dan meletakan
kembali di partus set.
7) Membersihkan vulva dan perinium , menyeka dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang sudah di
basahi air disinfeksi tingkat tinggi. Membuang sampah yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar.
8) Menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan servick sudah lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangakan pembukaaa sudah
lengkap maka lakukan amniotomi
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin.
10) Memeriksa DJJ.
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan untuk
meneran.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, dibawah bokong
ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18) Saat kepala bayi membuka diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang
lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahanlahan, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya dengan lembut menariknya
kearah bawah arcus pubis dan kemudian menarik ke arah atas dan
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior untuk mengendalikan siku dan
tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hatihati membantu kelahiran kaki.
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan
bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi ditemat
yang memungkinkan). Bila bayi engalami asfiksia, lakukan
resusitasi.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/ i.m.
27) Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat antara dua klem tersebut.
29) Mengeringkan
bayi,
mengganti
handuk
yang
basah
dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang kering atau bersih,
menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat tetap terbuka. Jika
bayi mengalami kesulitan nafas, ambil tindakan yang sesuai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
30) Memberikan bayi kepaada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk
bayinya
dan
memulai
pemberian
ASI
jika
ibu
menghendaki.
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi ke dua.
32) Member tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian
luar, setelah mngaspirasinya terlebih dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat
diatas tulangg pubis, dan mennggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontrakksi dan menstabilkan uterus. Memegang
tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36) Menunggu
uterus
berkontraksi
dan
kemudian
melakukan
peregangan kearah bawahh pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian baawah
uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang
(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi
berikut mulai. (Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau
seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting
susu).
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian kearah atas,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
mengikuti
kurva
jalan
lahirr
sambil
meneruskan
tekanan
berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10cm dari vulva.
b) Jika plasenta tidak terlepas setelah melakukan penegangan
talipusat selama 15 menit.
(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
(2) Menilai
kandung
kemih
dan
dilakukan
keteterisasi
kandunng kemih dengan menggunakan teknik asptik jika
perlu.
(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya. (Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam
waktu 30 menit sejak kelahirkan bayi).
38) Jika plasenta terlihat diintroitus vagina, melanjutnya kelahiran
plasenta
dengan
menggunakan
kedua
tangan.
Memegang
plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban trpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut. (Jika selaput ketuban robek,
memakai sarung tangan disinfektan tingkat tinggi atau steril dan
memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan
jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau
steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal).
39) Segera setelah plasenta dan ketuban lahir, lakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan difundus dan melakukan masase
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
dengan
gerakan
melingkar
dengan
lembut
hingga
uterus
berkontraksi (fundus menjadi keras).
40) Memeriksa kedua isi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin da selaput ketubann untuk memastikan bahwa plasenta dan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta didalam
kantung plastic atau tempat khusus. (Jika uterus tidak berkontraksi
setelah melakukan masase selama 25 detik mengambil tindakan
yang sesuai).
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yng masih
bersarung tngan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkan kedalam larutan klorin 0,5
%.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
49) Melanjutkan
pemantuan
kontraksi
uterusdan
perdarahan
pervaginam :
a) 2-3 kali dalm 15 menit pertama pascapersalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c) Setiap20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
50) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.
51) Jika ditemukan laserasi yang memrlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anastesi local dan menggunakan teknik yang
sesuai.
52) Mengajarkan pada ibu /keluuarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
53) Mengevaluasi kehilangan darah.
54) Memeriksa tekanann darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan
setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.
a) Memeriksa temperature tubuh ibu setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang normal.
55) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan
setelah
dekontaminasi
dan
membuang
bahan-bahan
yang
terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
56) Membersihkan ibu dengan menggubakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu
ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
57) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI
.menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan serta mendekontaminasikan daerah
yang digunakan untu melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan
membilas dengan air bersih serta mencuci tangan.
58) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
(Sarwono, 2010; h. 335- 347)
3. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Yang dimaksud dengan bayi baru lahir normal adalah: Bayi yang
lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai
alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42
minggu, dengan berat badan 2500 – 4000 gram, nilai Apgar > 7 dan
tanpa Cacat Bawaan.( Rukiyah dan Yulianti,2012; h.2)
Bayi Baru Lahir Normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (
Sondakh J, 2013; h. 150).
Dari Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Bayi baru lahir
adalah bayi yang lahir pada usia 37 – 42 minggu dan berat lahir 2500 –
4000 gram
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Tabel 2.2 Penilaian APGAR pada Bayi Baru Lahir
Skor
Appearence color
(Warna Kulit)
Pucat
0
1
Badan
merah,
ekstremitas biru
Pulse ( heart rate )
atau
frekuensi
jantung
Tidak ada
< 100 x / menit
>100 x / menit
Grimace(reaksi
terhadap
rangsangan
Activity
(tonus
otot)
Tidak ada
Sedikit
mimik
Menangis, batuk/
bersin
Lumpuh
Respiration
usaha nafas )
Tidak ada
Ekstremitas
dalam
fleksi
sedikit
Lemah,
tidak
teratur
(
gerakan
2
Seluruh
kemerah
merahan
tubuh
–
Gerakan aktif
Menangis kuat
( Rukiyah dan Yulianti,2012; h.7)
b. Mekanisme kehilangan panas
Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui : (1) Evaporasi,
yaitu penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan diselimuti; (2)
Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin; (3) Konveksi, Yaitu pada saat bayi terpapar
udara yang lebih dingin (misalnya melalui kipas angin, hembusan
udara, atau pendingin ruangan); (4) Radiasi, yaitu ketika bayi
ditempatkan di dekat benda- benda yang mempunyai suhu lebih
rendah dari suhu tubuh bayi (Walaupun tidak bersentuhan secara
langsung). ( Rukiyah dan Yulianti,2012; h.9)
c. Mencegah Kehilangan Panas
Agar tidak terjadi Kehilangan panas maka harus dilakukan cara
untuk mencegah Kehilangan panas terhadap Bayi Yaitu:
1) Keringkan bayi segera setelah lahir untuk mencegah terjadinya
evaporasi dengan menggunakan handuk atau kain (menyeka
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
tubuh bayi juga termasuk rangsang taktil untuk membantu
memulai pernapasan)
2) Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat segera setelah
mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat. Sebelumnya
ganti handuk atau kain yang telah digunakan untuk mengeringkan
tubuh bayi. Kain basah di dekat bayi dapat menyerap panas tubuh
bayi melalui radiasi.
3) Selimut bagian kepala karena kepala merupakan permukaan
tubuh yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika tidak ditutupi
4) Anjurkan Ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Sebaiknya
pemberian ASI harus dalam waktu 1 jam pertama kelahiran
5) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat, yang paling ideal
adalah bersama dengan ibunya agar menjaga kehangatan tubuh
bayi, mendorong ibu agar segara menyusui bayinya, dan
mencegah paparan infeksi pada bayi
6) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Sebelum melakukan penimbangan, terlebiih dahulu selimuti bayi
dengan kain yang kering dan bersih. Berat badan bayi dapat
dinilai dari selisih berat bayi dikurangi dengan kain selimut bayi
yang digunakan. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam
setelah lahir. Sebelum dimandikan periksa bahwa suhu tubuh bayi
stabil (Suhu Aksila antara 36,50C – 37,50C), Jika suhu tubuh bayi
masih di bawah batas normal maka selimuti tubuh bayi dengan
longgar, tutupi bagian kepala, tempatkan bersama ibunya (skin to
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
skin), tunda memandikan bayi sampai suhu tubuhnya stabil dalam
waktu 1 jam. Tunda juga untuk memandikan bayi apabila ada
gangguan pernafasan. Ruangan untuk memandikan bayi harus
hangat dan tidak ada tiupan angin. Mandikan bayi secara cepat
dengan air bersih dan hangat. Setelah bayi dimandikan, segera
keringkan dan selimuti kembali bayi, kemudian berikan kepada
ibunya untuk mendapatkan ASI. (Rukiyah dan Yulianti, 2012; h.10
– 11)
d. Merawat dan mengikat tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil maka lakukan
pengikatan puntung tali pusat. Yang pertama dilakukan adalah
mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan
kedalam klorin 0,5 % Untuk membersihkan dari darah dan sekret
lainya. Kemudian bilas dengan air DTT, lalu keringkan dengan handuk
bersih dan kering. Ikat puntung tali pusat dengan jarak 1 cm dari
dinding perut bayi (pusat). Gunakan benang atau klem plastik DTT/
steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan
penjepit plastik tali pusat. Jika pengikatan dilakukan dengan
menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling
puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di
bagian berlawanan. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan
dalam klorin 0,5 %. Kemudian selimuti bayi kembali dengan
menggunakan kain yang bersih dan kering. (Rukiyah dan Yulianti,
2012; h.11)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
e. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong
persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
f.
Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan di luar uterus
Konsep mengenai adaptasi bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
1) Memulai segera pernapasan dan perubahan dalam pola sirkulasi,
Konsep ini merupakan hal yang esensial pada kehidupan
ekstrauterin
2) Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal,
hematologi, metabolik, dan sistem neurologis bayi baru lahir harus
berfungsi secara memadai untuk mempertahankan kehidupan
ekstrauteri.
Setiap bayi baru lahir akan mengalami periode transisi :
1) Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6 – 8 jam pertama
kehidupan,
yang
akan
dilalui
oleh
seluruh
bayi
dengan
mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan atau melahirkan
2) Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir) akan
terjadi pernapasan cepat (dapat mencapai 80 kali/menit) dan
pernapasan cuping hidung yang berlangsung sementara, serta
suara seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapat
mencapai 180 kali / menit selama beberapa menit kehidupan.
3) Setelah adanya respon awal , bayi baru lahir akan merasa tenang,
rileks dan tertidur. Tidur pertama ini disebut dengan fase tuidur
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
terjadi dalam 2 jam setelah kelahiran dan erlangsung beberapa
menit sampai beberapa jam.
4) Periode kedua reaktivitas dilmulai ketika bayi bangun, ditandai
dengan respons berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna
kulit dari merah muda menjadi agak sianosis dan denyut jantung
cepat.
5) Lendir mulut dapat menyebabkan masalah yang bermakna,
misalnya tersedak / aspirasi, tercekik dan batuk. (Sondakh JS,
2013; h.150-151)
g. Adaptasi Pernafasan pada Bayi baru lahir
1) Penapisan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik dan kimia
a) Faktor – faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk
mengembangkan paru –pasru dan mengisi alveolus yang
kolaps (misalnya perubahan dalam gradien tekanan)
b) Faktor – fakktor sensorik, meliputi suhu bayi, bunyi, cahaya,
suara, dan penurunan suhu.
c) Faktor – faktor kimia, meliputi perubahan dalam darah
(misalnya penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar
karbon dioksida, dan penurunan pH) sebagai akibat asfiksiasementara selama kelahiran
d) Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30 – 60 kali /
menit.
e) Sekresi lendir mulut dapat menyrbabkan bayi batuk dan
muntah terutama selama 12 – 18 jam pertama.
f)
Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Respons
refleks terhadap obstruksi nasal dan membuka mulut untuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
mempertahankan jalan napas tidak ada pada sebagian besar
bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu
30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat
aktivitas normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh
beberapa
rangsangan
lainnya.
Semua
ini
menyebabkan
perangsangan pusat pernapasan dalam otak yeng melanjutkan
rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma, serta otot- otot
pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui
jalan lahir per vaginam mengakibatkan paru – paru kehilangan 1/3
dari cairan yang terdapat didalamnya, sehingga tersisa 80 – 100 mL.
Setelah bayi lahir, cairan yang hilang tersebut akan diganti dengan
udara. (Sondakh JS, 2013; h.151-152)
h. Adaptasi Kardiovaskular
1) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir. Beberapa
perubahan terjadi dengan cepat, dan sebagian lagi terjadi seiring
dengan waktu, seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.3 Perubahan Sirkulasi Janin Ketika Lahir
Struktur
Vena umbilikalis
Arteri umbilikalis
Duktus Venosus
Foramen ovale
Paru – paru
Arteri pulmonalis
Aorta
Vena cava inferior
Sebelum Lahir
Membawa darah arteri ke
hati dan jantung
Membawa
darah
arteriovenosa ke plasenta
Pirau darah arteri kedalam
vena cava inferior
Menghubungkan
atrium
kanan dan kiri
Tidak mengandung udara
dan
sangat
sedikit
mengandung darah berisi
cairan
Membawa sedikit darah ke
paru
Menerima darah dari kedua
ventrikel
Membawa darah vena dari
tubuh dan darah arteri dari
plasenta
Setelah Lahir
Menutup;
menjadi
ligamentum teres hepatis
Menutup;
menjadi
ligamentum venosum
Menutup;
menjadi
ligamentum venosum
Biasanya menutup; kadang
– kadang terbuka
Berisi dan disupali darah
dengan baik
Membawa banyak darah
ke paru
Menerima darah hanya dari
ventrikel kiri
Membawa darah hanya
dari atrium kanan
Sumber : Sondakh JS, 2013; h.152
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
2) Sirkulasi perifer lambat yang menyebabkan akrosianosis (pada
tangan, kaki, dan sekitar mulut).
3) Denyut nadi berkisar 120 – 160 kali / menit saat bangun dan 100
kali / menit saat tidur.
4) Rata – rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi
sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.
5) Nilai hematologi normal pada bayi
Dengan berkembangnya paru – paru, pada alveoli akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida
akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya
penurunan resistensi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir
ke paru – paru dan ductus arteriosus tertutup. Setelah tali pusat
dipotong, aliran darah dari plsenta terhenti dan foramen ovale
tertutup.
i.
Perubahan Termoregulasi dan Metabolik
1) Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena
lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan pada uterus
2) Suplai lemak subkuntan yang terbatas dan area permukaan kulit
yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi
mudahmenghantarkan panas pada lingkungan
3) Kehilangan panas yang panas dalam lingkungan yang dingin
terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
4) Trauma
dingin
hubungannya
(hipotermi)
dengan
pada
asidosis
bayi
baru
metabolik
lahir
dapat
dalam
bersifat
mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
5) Suhu lingkungan yang tidak baik akan membuat bayi hipotermi
dan
trauma
dingin
(cold
injury).
Bayi
baru
lahir
dapat
mempertahankan suhu tubuhnya dengan mengurangi konsumsi
energi, serta merawatnya didalam Natural Thermal Environment
(NTE) yaitu suhu lingkungan rata – rata dimana produksi panas,
pemakaian oksigen, dan kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan
adalah minimal agar suhu tubuh menjadi normal.
j.
Adaptasi neurologis
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan –
gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot
yang buruk, mudah terkejut, dan tremor ekstremitas.
Penilaian
perkembangan normal pada bayi yaitu dengan adanya refleks pada
bayi baru lahir, seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 2.4 Refleks Pada Bayi Baru Lahir
Refleks
Rooting dan menghisap
Menelan
Respons Normal
Bayi baru lahir menolehkan
kepala kearah stimulus, membuka
mulut, dan mulai mengisap bila
pipi, bibir, atau sudut mulut bayi
disentuh dengan jari atau puting
Bayi
baru
lahir
menelan
berkoordinasi dengan mengisap
bila cairan ditaruh dibelakang
lidah
Ekstrusi
Bayi baru lahir menjulurkan lidah
keluar bila ujung lidah di sentuh
oleh jari atau puting
Moro
Ekstremitas simetris bilateral dan
abduksi
seluruh
ekstremitas,
dengan ibu jari dan telunjuk
membentuk huruf ‘c’, diikuti
dengan adduksi ekstremitas dan
kembali ke fleksi relaks jika posisi
bayi berubah tiba – tiba atau jika
bayi diletakkan terlentang pada
permukaan yang datar
Respons Abnormal
Respons yang lemah atau
tidak ada respons terjadi pada
prematuritas, penurunan atau
cidera neurologis, atau depresi
sistem saraf pusat (SSP)
Muntah, batuk atau regugitasi
cairan
dapay
terjadi;
kemungkinan
berhubungan
dengan sianosis sekunder
karena
sianosis
sekunder
karena prematuritas, defisit
neurologis,
atau
cidera;
terutama
terlihat
setelah
laringoskopi
Ekstruksi lidah secara kontinu
atau menjulurkan lidah yang
berulang – ulang terjadi pada
kelainan SSp dan kejang
Respons asimetris terlihat pda
cidera saraf perifer (pleksus
brakialis ) atau fraktur klavikula
atau fraktur tulang panjang
lengan atau kaki
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Melangkah
Bayi akan melangkah dengan
satu kaki dan kemudian kaki
lainnya dengan gerakan berjalan
bila satu kaki disentuh pada
permukaan rata
Merangkak
Bayi
akan
berusaha
untuk
merangkak ke depan dengan
kedua tangan dan kaki bila
diletakkan
telungkup
pada
permukaan datar
Ekstremitas pada satu sisi dimana
saat kepala ditolehkan akan
ekstensi dan ekstremitas yang
berlawanan akan fleksi bila kepala
bayi ditolehkan ke satu sisi selagi
beristirahat
Bayi melakukan abduksi dam
fleksi seluruh ekstremitas dan
dapat mulai menangis
bila
mendapat gerakan mendadak
atau suara keras
Tonik leher atau fencing
Terkejut
Ekstensi silang
Glabellar “blink”
Kaki bayi yang berlawanan akan
fleksi dan kemudian akstensi
dengan cepat seolah – olah
berusaha untuk memindahkan
stimulus ke kaki yang lain bila
diletakkan telentang, bayi akan
mengekstensikan
satu
kaki
sebagai respon terhadap stimulus
pada telapak kaki
Bayi akan berkedip bila dilakukan
4 atau 5 ketuk pertama pada
batangbhidung saat mata terbuka
Palmar grasp
Jari
bayi
akan
melekuk
disekeliling
benda
dan
menggenggamnya seketika bila
jari diletakkan di tangan bayi
Plantar grasp
Jari
bayi
akan
melekuk
disekeliling
benda
dan
menggenggamnya seketika bila
jari diletakkan di tangan bayi
Jari – jari bayi akan hiperekstensi
dan terpisah seperti kipas dari
dorsofleksi ibu jari kaki bila satu
sisi kaki digosok dari tumit keatas
melintasi bantalan kaki
Tanda Babinski
Respons asimetris terlihat
pada cedera saraf SSP atau
perifer atau fraktur tulang
panjang kaki
Respons asimetris terlihat
pada cedera saraf SSP dan
gangguan neurologis
Respons persisten setelah
bulan
keempat
dapat
menandakan
cedera
neurologis. Respons menetap
tampak pada cidera SSP dan
gangguan neurologis
Tidak adanya respon dapat
menandakan defisit neurologis
atau cedera. Tidak adanya
respon secara lengkap dan
konsisten
terhadap
bunyi
keras
dapat
menandakan
ketulian.
Respons yang lemah atau
tidak ada respons yang terlihat
pada cedera saraf perifer atau
fraktur tulang panjang
Terus berkedip dan gagal
untuk berkedip menandakan
kemungkinan
gangguan
neurologis
Respons ini berkurang pada
prematuritas. Asimetris terjadi
pada kerusakan saraf perifer
(pleksus brakialis) atau fraktur
humerus. Tidak ada respons
yang terjadi pada defisit
neurologis yang berat
Respons ini berkurang pada
prematuritas.
Tidak
ada
respons yang terjadi pada
defisit neurologis yang berat.
Tidak ada respons yang terjadi
pada defisit SSP
Sumber : (Sondakh JS, 2013; h.150-151)
k. Adaptasi Gastrointestinal
Adanya enzim – enzim digestif yang aktif saat lahir dan dapat
menyokong kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36 – 38 minggu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk menghantarkan
makanan sudah terbentuk saat lahir. Pencernaan protein dan
karbohidrat telah tercapai; pencernaan dan absorpsi lemak kurang
baik karena tidak adekuatnya enzim – enzim pankreas dan lipase.
Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi
berusia 3 bulan. Pengeluaran mekonium yaitu feses yang berwarna
hitam
kehijauan,
lengket,
dan
mengandung
darah
samar
diekskresikan dalam 24 jam setelah lahir. Inisiasi menyusui dini yang
dilakukan segera setelah bayi lahir memerlukan waktu 60 menit
bahkan lebih untuk menyusu secara efektif.
l.
Adaptasi ginjal
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam
pertama setelah lahir dan 2 – 6 kali sehari pada 1 – 2 hari pertama.
Frekuensi berkemih 5 sampai 20 kali dalam 24 jam. Konsistensi
warna urin dapat keruh dan adanya noda kemerahan karena lendir
dan garam asam urat.
m. Adaptasi hati
Selama periode neonatus hati memproduksi zat yang esensial
untuk pembekuan darah. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai
bagi bayi sampai 5 bulan kehidupa ekstrauterin, sehingga bayi baru
lahir menjadi rentan terhadap defisiensi zat besi. Selain itu hati juga
mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi, apabila
p1ada keadaan stress dingin yang lama, asam
lemak yang
berlebihan dapat menggeser bilirubin dari pengikatan albumin.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Sehingga meningkatkan resiko kern ikterus bahkan pada kadar
bilirubin serum 10 mg/dL atau kurang.
n. Adaptasi Imun
Bayi baru lahir belum bisa membatasi organisme penyerang
yang masuk dalam tubuh. Karena respon inflamasi berkurang baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Amaturitas jumlah sistem
pelindung secara signifikan meningkatkan risiko infeksi pad periode
bayi baru lahir. Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas selama periode neonatus.
(Sondakh JS, 2013; h.150-151)
o. Perawatan Bayi Baru Lahir
1) Pengkajian sebelum kelahiran
Menurut Varney (2006; h. 889) pengkajian bayi baru lahir
dimulai jauh sebelum kelahiran. Riwayat persalinan dan kelahiran
memberikan lebih banyak informasi untuk pengkajian terhadap
bayi
baru
karakteristik
lahir.
Pengkajian
frekuensi
denyut
yang
paling
jantung janin
penting
adalah
selama masa
persalinan.
2) Pengkajian pada saat Kelahiran
Pengkajian Bayi Baru lahir dimulai ketika kepala janin
mulai muncul (crowning). Observasi dimulai dari warna kulit dan
pemeriksaan pada kepala. Pada saat proses persalinan observasi
terpenting adanya tanda bahwa bayi mampu membersihkan
mukus dan mengambil nafas pertama. Neonatus diletakan diatas
perut ibu dan segera dibedong dengan selimut yang dihangatkan.
Bayi baru lahir cukup bulan yang sehat harus memiliki nilai Apgar
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
7 hingga 10 baik pada menit pertama maupun pada menit kelima
kehidupannya. Perawatan yang dibutuhkan oleh bayi tersebut
adalah bagaimana cara bidan mempertahankan kehangatan bayi,
memastikan jalan nafas bayi bersih dan kesiapan untuk menyusu.
(Varney, 2006, h. 889-890)
3) Perawatan Selama jam – jam pertama setelah Kelahiran
a) Periode Transisi
Adalah
waktu
ketika
bayi
menjadi
stabil
dan
menyesuaikan diri dengan kemandirian ekstrauteri. Aktivitas
pada periode transisi mencerminkan kombinasi respon
simpatis terhadap stress kelahiran (takipnea, takikardia) dan
respon parasimpatis yang ditandai dengan adanya mukus,
muntah, dan peristaltis. Periode transisi dibagi kedalam 3
tahap pertama yaitu periode Reaktif yang segera dimulai
setelah kelahiran bayi dan berlangsung sekitar 30 menit, tahap
kedua adalah interval yang berlangsung sekitar 30 menit
setelah kelahiran sampai sekitar 2 jam setelah kelahiran
selama bayi baru lahir tidur, Tahap ketiga yaitu periode reaktif
lain yang berlanjut dari 2 jam setelah kelahiran sampai bayi
berusia sekitar 6 jam. Selama keseluruhan periode ini bidan
mengkaji frekuensi jantung, frekuensi pernafasan, suhu,
mukus, fungsi neurologis dan fungsi usus (mencakup
peristaltis dan pengeluaran mekonium) (Varney, 2006; h. 890
– 891)
b) Periode Reaktifitas Pertama
Dimulai pada saat bayi lahir dan berlangsung selama
30 menit. Pada saat itu jantung bayi berdenyut dengan cepat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
dan denyut tali pusat terlihat. Selama periode ini mata bayi
baru lahir terbuka dan bayi memperlihatkan perilaku terjaga.
Perilaku terjaga yang ditunjukan antara lain menangis,
terkejut, mencari puting, peningkatan tonus otot pada
ektremitas atas dan bawah, dan proses menyusui harus
dianjurkan
sebagai
perlindungan
terhadap
hipoglikemia
fisiologis setelah bayi lahir. (Varney, 2006; h. 892)
c) Periode tidur yang berespon
Tahap kedua transisi berlangsung dari sekitar 30 menit
setelah kelahiran bayi sampai 2 jam. Frekuensi jantung bayi
baru lahir menurun selama periode ini hingga kurang dari 140
kai per menit. Frekuensi pernafasan bayi menjadi lebih lambat
dan tenang, Bayi berada dalam tahap tidur nyenyak, bising
usus ada, tetapi kemudian berkurang. (Varney, 2006; h. 892 –
893 )
d) Periode reaktifitas kedua
Selama periode reaktifitas kedua (tahap ketiga
transisi) dari usia sekitar 2 sampai 6 jam, frekuensi jantung
bayi labil dan perubahan warna terjadi dengan cepat yang
dikaitkan dengan stimulus lingkungan. Frekuensi nafas harus
tetap dibawah 60 kali per menit Pengelolaan asuhan dalam
tahap ini adalah mendorong untuk proses menyusui ( Varney,
2006; h. 893)
4) Rencana perawatan untuk beberapa hari pertama kehidupan
Periode transisi kehidupan ekstrauteri berakhir bersama
periode reaktivitas kedua, terjadi sekitar2 sampai 6 jam setelah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
kelahiran, pengkajian usia gestasi dan pemeriksaan fisik lengkap
harus dilakukan kepada bayi baru lahir. Pengkajian usia gestasi
sangat penting karena ketika dimasukan kedalam sebuah bagan
dengan
berat
dan
panjang
badan
lahir,
bagan
tersebut
menunjukan apakah tubuh bayi sesuai masa kehamilan (SMK),
kecil masa kehamilan (KMK), atau besar masa kehamilan (BMK).
Tanda- tanda vital bayi baru lahir (suhu, frekuensi, jantung dan
pernafasan), warna, tonus, pengkajian eliminasi harus dikaji dan
dicatat setiap 4 jam setelah 2 jam pertama pengkajian,
memastikan kebersihan tali pusat (bau, kemerahan, pus). Bayi
baru lahir harus mendapatkan profilaksis mata terhadap infeksi
yang disebabkan oleh gonore atau klamidia.Pemberian vitamin K
secara rutin kepada bayi baru lahir akan mencegah terjadinya
hemoragi. Hal – hal penting yang harus diperhatikan dalam
beberapa hari perkembangan bayi baru lahir yaitu : Pola nutrisi
yang diberikan ASI atau susu formula, Kebutuhan bayi untuk
banyak tidur, defekasi yaitu bayi memilliki feses hitam kehijauan
selama dua hari pertama yang bisa disebut dengan mekonium.
Bayi dapat melakukan defekasi 1 atau 4 kali per hari. (Varney,
2006; h. 893 – 897)
5) Tanda –Tanda bahaya Pada Bayi
a) Bayi menjadi lesu, tidak mau makan (minum ASI) atau
memperlihatkan perilaku yang luar biasa
b) Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama
c) Bayi tidak defekasi selama 48 jam
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
d) Tali
pusat
mulai
mengeluarkan
bau
tidak
enak
atau
mengeluarkan pus
e) Suhu bayi dibawah 36 derajat atau diatas 37 derajat celcius
ketika pengukuran bayi dilakukan di ketiak
f)
Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak
kuning, cokelat atau persik
(Varney, 2007; h. 897)
6) Jadwal imunisasi yang dianjurkan selama dan setelah kehamilan
Bila sebagai besar ibu pada masa reproduksi belum pernah
mendapatkan imunisasi tetanus Toksoid (TT) pada masa anak
ataupun sebelum kehamilan direkomendasikan untuk melakukan
imunisasi pada kunjungan pertama kehamilan (TT1) dan dosis
kedua (TT2) paling sedikit 4 minggu setelah pemberian TT1.
Imunisasi TT3 paling sedikit 6 bulan setelah TT 2. Dua dosis
imunisasi yang terakhir harus diberikan dalam interval minimal 1
tahun, Segera setelah kelahiran, imunisasi BCG pada bayi
direkomendasikan untuk seluruh populasi dengan resiko tinggi
infeksi tuberculosis. Pemberian dosis awal vaksin poliomyelitis
oral segera setelah kelahiran. Dan dosis pertama vaksin Hepatitis
B (HB1) di Negara dengan transmisi perinatal yang tinggi.
Pada usia 6 minggu, diberikan dosis pertama vaksin
kombinasi untuk difteria, pertusis dan tetanus (DPT 1) bersama
dengan dosis polio 2, dan dosis HB 2 di negara dengan transmisi
perinatal yang rendah Hepatitis B, pemberian HB 1 dapat
dilakukan pada usia ini. Pada usia 10 minggu diberikan vaksinasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
DPT 2 dan polio 3, serta Hb 2 di Negara dengan angka transmisi
yang rendah. Pada usia 14 minggu diberikan vaksinasi DPT 3
polio 4 seta HB 3 di semua Negara (Wiknjosastro, 2008; h. 363 –
364)
4. Nifas
a.
Pengertian Masa Nifas
Ada beberapa pengertian tentang masa Nifas :
Masa Nifas (Puerperium) adalah masa pemulihan kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali
seperti prahamil. Lama masa Nifas yaitu 6 – 8 minggu. ( Mochtar R,
2011; h. 87)
Masa Nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. (Saifuddin, 2009; h.122)
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta
dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil bukan
kondisi pra hamil yang sering dikatakan, karena kondisi prahamil
akan hilang untuk selamanya. (Varney, 2006; h. 958)
b.
Pembagian masa Nifas
1) Puerperium dini
Yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.
Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
2) Puerperium Intermediet : Yaitu Kepulihan menyeluruh alat – alat
genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu
3) Puerperium Lanjut : Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
kembali seht sempurna, terutama jika selama hamil atau
persalinan timbul komplikasi.
(Mochtar R, 2011; h. 87)
c.
Perubahan fisiologis masa nifas
1) Uterus
Perubahan pada uterus segera setelah kelahiran bayi,
plasenta, dan selaput janin, beratnya sekitar 1000 gram. Berat
uterus menurun sekitar 500 gram pada akhir minggu pertama
pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat
tidak hamil yaitu 70 gram pada minggu kedelapan pascapartum.
Proses perubahan pada uterus ini dikarenakan adanya involusi
yaitu penurunan uterus dari rongga perut ke rongga panggul.
Segera setelah ibu selesai proses persalinan, tinggi fundus uteri
(TFU) terletak sekitar dua per tiga hingga tiga per empat bagian
atas antara simpisis pubis dan umbilikus. Letak TFU kemudian
naik, sejajar dengan umbilikus dalam beberapa jam, TFU terletak
tetap kira – kira sejajar (satu ruas jari dibawah) umbilikus selama
satu atau dua hari dan secara bertahap selama satu atau dua
hari dan secara bertahap turun kedalam panggul sehingga tidak
dapat dipalpasi kembali diatas simpisis pubis setelah hari
kesepuluh pascapartum. (Varney, 2006; h. 959
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Tabel 2.5S Perubahan Ukuran dan berat uterus
Involusi
Bayi lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
TFU
Setinggi pusat, 2 jari
dibawah pusat
Pertengahan
pusat
simfisis
Tidak
teraba
diatas
simfisis
Normal
Normal tapi sebelum
hamil
Berat uterus
1000 gr
750 gr
500 gr
50 gr
30 R
(sumber, siti saleha; h.54)
2) Lokia
Lokia adalah istilah dari cairan atau sekret dari uterus yang
keluar melalui vagina selama masa puerperium atau masa nifas,
macam – macam lokia tersebut adalah :
(a) Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah dan
desidua. Lokia rubra merupakan lokia yang pertama kali keluar
segera setelah persalinan, lokia rubra mulai keluar hingga dua
sampai tiga hari pertama pascapartum. (Varney, 2006; h. 960)
(b) Lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir yang keluar pada hari ke 3 sampai hari ke 7 pasca
persalinan. (Siti saleha, 2009;h.54 - 58)
(c) Lokia serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat
dari lokia rubra, serosa, dan merah muda. Lokia ini berhenti
sekitar tujuh hingga delapan hari kemudian dengan warna
merah muda, kuning, atau putih hingga transisi menjadi lokia
alba. Pada lokia serosa terutama mengandung cairan serosa,
jaringan desidua, leukosit dan eritrosit. (Varney, 2006; h. 960)
(d) Lokia alba mulai terjadi sekitar hari kesepuluh pascapartum
dan hilang sekitar periode dua hingga empat minggu. Warna
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
lokia alba putih krem dan terutama mengandung leukosit dan
sel desidua.
Pada lokia yang dikeluarkan oleh ibu selama masa nifas
mempunyai karakteristik khas yaitu baunya, lokia dengan bau
tajam adalah lokia serosa. Pada ibu nifas mengeluarkan lokia
sedikit saat berbaring dan mengeluarkan darah lebih banyak atau
mengeluarkan bekuan darah yang kecil saat bangkit dari tempat
tidur. Terjadinya pengeluaran darah yang banyak karena adanya
penggumpaln darah di forniks vagina atas saat ibu mengambil
posisi rekumben. (Varney, 2006; h. 960)
3) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah tiga
hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut
pada bekas implantasi plasenta.
4) Serviks
Pasca persalinan serviks menjadi sangat lembek, kendur,
dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama
dibagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan
vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil,.
Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti
keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
5) Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara
berangsur – angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali
pada minggu ketiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan
yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi
karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.
6) Payudara atau mammae
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi
secara
alami.
Proses
menyusui
mempunyai
dua
mekanisme fisiologis yaitu produksi susu dan sekresi susu atau let
down. Sampai hari ketiga setelah melahirkan efek prolaktin pada
payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara
menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat,
bengkak, dan rasa sakit. Sel – sel acini yang memproduksi ASI
juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf
merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon
oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down (mengalirkan),
sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus
payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Isapan bayi yang
dilakukan secara teratur dapat merangsang sel sel acini dalam
menghasilkan ASI lebih banyak. (Siti saleha, 2009;h.54 - 58)
7) Sistem endokrin
Selama
proses
kehamilan
dan
persalinan
terdapat
perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon –
hormon yang berperan dalam proses tersebut.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
8) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Isapan bayi saat menyusui dapat merangsang produksi ASI dan
sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali kebentuk
normal.
9) Prolaktin
Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya
kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan
folikel dalam ovarium yang ditekan. (Siti saleha, 2009;h.60)
10) Estrogen dan progesteron. Pada wanita yang menyusui dan tidak
menyusui akan mempengaruhi lama datangnya menstruasi.
Seringkali
menstruasi
pertama
bersifat
anovulasi
yang
dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. ( Eny
Retna, 2008;h.83)
d. Adaptasi Psikologi Ibu masa Nifas
1) Fase taking in
Yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan dimana ibu pasif
terhadap lingkungannya dan hanya fokus pada diinya sendiri.
2) Fase taking hold
Fase ini berlangsung antar hari ke 3 – 10 setelah melahirkan.
Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan
rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
e. Kebutuhan dasar Ibu masa Nifas
1) Gizi
Merupakan zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolisme. Kebutuhan pada masa nifas akan meningkat
terutama saat pemberian ASI sehingga diperlukan menu makanan
yang seimbang yaitu porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin,
pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin serta
bahan pengawet atau pewarna, disamping itu makanan yang
dikonsumsi harus mengandung : a) Sumber tenaga (energi)
seperti beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi, b) Sumber
Pembangun (protein) seperti telur, kepiting, ikan, tahu, tempe,
kacang – kacangan, hati, susu, keju maupun daging ayam. c)
Sumber pengatur dan pelindung (Mineral, vitamin dan air) yaitu
semua jenis buah dan sayur.
2) Ambulasi Dini
Merupakan kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien
keluar dari tempat tidurnya dan membimbing dengan segera untuk
berjalan. Klien diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 –
48 jam post partum.
3) Eliminasi
Termasuk di dalamnya adalah miksi dan defekasi. Miksi atau BAK
pada ibu nifas normalnya dilakukan setiap 3 – 4 jam, termasuk
defekasi dilancarkan dengan cara memakan buah dan sayur yang
banyak mengandung serat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
4) Kebersihan Diri
Kebersihan pada ibu nifas meliputi perawatan perineum yaitu
dibersihkan yaitu sesudah buang air besar maupun buang air
kecil, dan pembalut yang sudah kotor harus diganti minimal 4 kali
dalam sehari. Kebersihan ibu nifas yang kedua adalah perawatan
payudara dengan cara menjaga payudara tetap bersih dan kering,
mengoleskan kolostrum disekitar putting dan areola.
5) Istirahat
Setelah melahirkan ibu memerlukan istirahat supaya tidak
kelelahan. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang di produksi,
memperlambat
proses
involusi
uteri
dan
memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
6) Latihan Senam Nifas
Melakukan senam kegel pada hari pertama postpartum, senam
kegel mempunyai beberapa manfaat antara lain membuat jahitan
– jahitan lebih merapat, mempercepat penyembuhan, meredakan
haemoroid,
meningkatkan
pengendalian
atas
urin
dan
mengencangkan otot – otot abdomen.
7) Keluarga berencana
Memberikan pengetahuan kepada klien tentang
keluarga
berencana yang meliputi bagaimana metode ini dapat mencegah
kehamilan,
kelebihan
dan
keuntungan,
efek
samping,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
kekurangannya, cara pemakaiannya, dan kapan metode ini dapat
digunakan.
f.
Kunjungan Nifas
Kunjungan nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Hal ini
dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk
mencegah terjadinya masalah (Eny, 2008; h. 119):
1) Kunjungan pertama dilakukan 6-8 jam setelah persalinan
Tujuannya :
a) Mencegah perdarahan waktu nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bila terjadi perdarahan banyak.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f)
Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah
terjadinya hipotermia.
2) Kunjungan kedua dilakukan 6 hari setelah persalinan Tujuannya :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, tidak ada
perdarahan, dan tidak berbau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
d) Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak
menunjukkan tanda-tanda penyakit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat, dan merawat bayi
sehari-hari.
3) Kunjungan ketiga dilakukan pada 2-3 minggu setelah persalinan
tujuannya :
a) Memastikan
involusi
uteri
berjalan
normal,
tidak
ada
perdarahan, dan tidak berbau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak
menunjukkan tanda-tanda penyakit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi
supaya tetap hangat dan merawat bayi.
4) Kunjungan
keempat
dilakukan
pada
4-6
minggu
setelah
persalinan Tujuannya :
a) Menanyakan pada ibu tentang penyakit-penyakit yang ibu dan
bayi alami.
b) Memberikan konseling KB secara dini.
c) Tali pusat harus tetap kering, ibu perlu diberitahu bahaya
membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi, misal minyak atau
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
bahan lain. Jika ada kemerahan pada pusat, perdarahan
tercium bau busuk, bayi segera dirujuk.
d) Perhatikan kondisi umum bayi, apakah ada ikterus atau tidak.
e) Bicarakan pemberian ASI dengan ibu dan perhatikan apakah
bayi menetek dengan baik.
f)
Nasehati ibu untuk hanya memberikan ASI kepada bayi
selama 6 bulan dan bahaya pemberian makanan tambahan
selain ASI sebelum usia 6 bulan.
5. Kontrasepsi dan Keluarga Berencana (KB)
a. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi Ialah usaha – usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha – usaha tersebut dapat bersifat sementara maupun
permanen. Kontrasepsi dikatakan ideal apabila memenuhi syarat –
syarat sebagai berikut : 1) dapat dipercaya, 2) Tidak menimbulkan
efek yang mengganggu kesehatan, 3) Daya kerjanya dapat diatur
menurut kebutuhan, 4) Tidak menimbulkan gangguan sewaktu
melakukan koitus, 5) tidak memerlukan motivasi terus- menerus, 6)
Mudah
pelaksanaannya,
7)
Murah
harganya
sehingga
dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat diterima
penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan. (Prawirohardjo S,
2009; h. 534)
b.
Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana (family planning/ planned parenthood)
merupakan suatu usaha manjarangkan atau merencanakan jumlah
dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
tujuan untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan
social ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan tersebut meliputi pengaturan
kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan
dan kesejahteraan keluarga. ( sulistyawati A, 2011; h. 12 – 13)
c. KB Metode Sederhana
1) Kondom
a)
Pengertian Kondom
Dalam
usaha
untuk
meningkatkan
pemeriksaan
gerakan keluarga berencana nasional, peran pria dapat
dikatakan sangat penting dan menentukan. Sebagai kepala
keluarga, pria merupakan tulang punggung keluarga dan selalu
terlibat dalam pengambiilan keputusan tentang kesejahteraan
keluarga, termasuk untuk menentukan jumlah anak yang
diinginkan. (Manuaba, 2010; h. 593)
b)
Prinsip kerja Kondom
Sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus,
dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk
Kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung
yang terbuka, sedangkan ujung yang buntu berfungsi sebagai
penampung sperma. Diameternya biasanya kira – kira 31 –
36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm. Kondom dilapisi
dengan
pelicin
yang
mempunyai
sifat
spermatisid.
(Prawirohardjo, 2009; h.539)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Ada 2 jenis kondom, yaitu :
(1) Kondom untuk laki-laki
Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks
halus dan berbentuk silinder bulat. Kondom ini digunakan
sebelum melakukan senggama, yaitu pada waktu penis
ereksi.
(2) Kondom wanita
Kondom
untuk
wanita
adalah
suatu
sarung
poliuretan dengan panjang 15 cm dan garis tengah 7 cm
yang ujungnya terbuka melekat ke suatu cincin poliuretan
lentur. Kondom wanita mengandung pelumas berbahan
dasar silikon dan tidak memerlukan pelumas berbahan
dasar silikon dan tidak memerlukan pelumas spermisida
serta hanya sekali pakai. Efektifitas dari penggunaan
kondom ini menunjukkan sama dengan efektifitas dari
penggunaan diafragma, yaitu dengan angka kegagalan 5 21%.
c)
Keuntungan dan kerugian kondom
Keuntungan
kontrasepsi
kondom
adalah
murah,
mudah di dapatkan (gratis), tidak memerlukan pengawasan
medis, berfungsi ganda, dan dipakai oleh kalangan yang
berpendidikan. Sedangkan kerugiannya adalah kenikmatan
terganggu, mungkin alergi terhadap karet atau jelinya yang
mengandung spermisid, dan sulit dipasarkan pada kalangan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
masyarakat yang berpendidikan rendah. ( Manuaba, 2010; h.
594)
2) Pantang berkala
Syarat utama metode pantang berkala adalah patrun
menstruasi teratur dan kerjasama dengan suami. Metode pantang
berkala mempnyai kegagalan tinggi apabila patrun menstruasi
tidak teratur. Patrun menstruasi yang teratur penting diketahui
untu menentukan masa subur wanita. Dengan diketahuinya masa
subur wanita pantang berkala dapat digunakan untuk mencegah
proses fertilisasi (pembuahan) antara ovum dan sperma. Metode
pantang berkala dikenal dengan dua sistem yaitu menggunakan
sistem kalender dan menggunakan penilaian suhu basal tubuh. (
Manuaba, 2010; h. 594)
3) Pantang berkala dengan sistem kalender
Sistem ini meneliti terjadinya ovulasi pada wanita yang
biasanya sekitar 12 – 16 hari sebelum menstruasi. Metode ini
memerlukan sistem menstruasi yang teratur sehingga dapat
memperimbangkan masa subur untuk menghindari kehamilan
dengan tidak melakukan hubungan seks. Masa subur wanita
dapat dihitung dengan melakukan perhitungan munggu subur
sebagai berikut : menstruasi wanita teratur antara 26 sampai 30
hari, masa subur dapat diperhitungkan yaitu menstruasi hari
pertama ditambah 12 yang merupakan hari pertama menggu
subur dan akhir minggu subur adalah hari pertama menstruasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
ditambah 19. Puncak minggu subur adalah hari pertama
menstruasi ditambah 14.
4) Suhu Basal
Penurunan suhu basal sebesar 0,5 sampai 1 derajat
celcius pada hari ke 12 sampai ke 13 menstruasi ketika ovulasi
terjadi pada hari ke 14. Setelah menstruasi suhu akan naik lebih
dari suhu basal . kelemahan sistem pantang berkala adalah
pengukuran suhu basal merepotkan dan tidak akurat, dan hanya
berguna pada siklus menstruasi 20 sampai 30 hari. ( Manuaba,
2010; h. 596)
5) Senggama terputus
Metode senggama terputus merupakan etode untuk
menghindari kehamilan dengan konsep metode ini adalah
mengeluarkan
kemaluan
menjelang
terjadinya
ejakulasi.
Kekurangan dari metode ini adalah mengganggu kepuasan dalam
hubungan suami isteri. Penyebab kegagalan dengan metode ini
karena semen keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan,
terlambat mengeluarkan kemaluan, semen yang tertumpah diluar
sebagian dapat masuk kegenetalia.
6) Spermasida
Spermasida adalah zat kimia yang dapay melumpuhkan
sampai mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang
hubungan seks. Setela pemasangan sekitar 5 sampai 10 menit,
hubungan seksual dapat dilakukan agar sprmasid dapat berfungsi.
Kekurangan metode spermasid antara ain merepotkan menjelang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
hubungan
senggama,
nilai
kepuasan
berkurang,
dapat
menimbulkan iritasi dan alergi, serta kejadian hamil tinggi sekitar
30 samai 35 % karena pemasangan tidak sempurna atau terlalu
cepat melakukan senggama. ( Manuaba, 2010; h. 596-597)
d.
KB metode efektif
1) Kontrasepsi hormonal
Pil kontrasepsi mencakup pil kombinasi yang berisi
hormone estrogen dan progesterone yang biasa oleh wanita
disebut dengan “pil” sedangkan yang hanya berisi progestin biasa
disebut dengan “pil mini”. Semua pil kontrasepsi ini disingkat
dengan COC dan POP pleh tenaga kesehatan. Banyak wanita
memilih metode hormonal sebagai kontrasepsi mereka karena
metode tersebut dapat diandalkan, dengan mudah mereka dapt
kembali
sebur
(reversible),
dan mereka tetap memegang
kendali.(Manuaba, 2010; h. 596-597)
2) Susunan Pil kontrasepsi
Esterogen yang banyak digunakan untuk pil kontrasepsi
ialah etinil estradiol dan mestranol. Mekanisme kerja pil hormonal
mencakup Komponen esterogen dalam pil akan menekan FSH
menghalangi maturasi folikel dan ovarium. Karena pengaruh
esterogen daam ovarium sudah tidak ada, tidak terdapat
pengeluaran LH. Daur haid kurang terdapatnya FSH dan tidak ada
peningkatan
kadar
LH
sehingga
ovulasi
akan
terganggu.
Sedangkan dalam pil kontrasepsi menganduk progestagen yang
berfungsi(1)
Lendir
serviks
menjadi
lebih
kental
sehingga
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
menghalangi penetrasi spermatozoa untuk masuk dalam uterus,(2)
Kapasitas
sperma
yang
memasuki
uterus
terganggu,(3)
mempunyai efek antiestrogenik terhadap endometrium sehingga
menyulitkan implantasi ovum yang telah dibuahi. ( Prawiroharjo S,
2009; h. 544)
3) Pil Kombinasi
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat
ini dianggap paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil
juga mempunyai efek lain terhadap traktus genitalis, seperti
menimbulkan perubahan – perubahan paada lendir serviks ,
sehingga menjadi kurang banyak dan kental yang mengakibatkan
sperma tidak dapat masuk ke dalam kavum uteri. Efek samping
dari kontrasepsi ini adalah rasa mual, retensi cairan sakit kepala,
nyeri
pada
mammae dan kemudian
terdapat
fluor
albus,
peningkatan berat badan, menstruasi menjadi tidak teratur.
Kontraindikasi pada pemakaian pil kombinasi adalah:(1)
adanya tumor,(2) Penyakit – penyakit hati,(3) mempunyai riwayat
tromboplebitis, trombo embolii, kelainan serebro vaskular,(4)
Diabetes mellitus, (5) Kehamilan. Kelebihan dan Kekurangan Pil
kombinasi: (1) Efektivitasnya dapat dipercaya,(2) Frekuensi koitus
tidak perlu diatur, (3) Siklus haid menjadi teratur,(4) keluhan –
keluhan
dismenorhea
menjadi
berkurang.
Sedangkan
kekurangannya adalah: (1) Pil harus diminum setiap hari, (2)
motivasi harus kuat, (3) efek samping ang sifatnya sementara yaitu
mual dan sakit kepala, (4) Setelah berhenti pemakaian dapat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
menimbulkan amenore, (5) untuk golongan penduduk tertentu
harganya masih tergolong mahal.
4) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
Adalah alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel
yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone dan disusukkan di
bawah kulit. Mekanisme Kerja dari kontrasepsi AKBK yaitu:
Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi
sperma, Menimbulkan perubahan – perubahan pada endometrium
sehingga tidak cocok untuk implantasi zigot, dan menghalangi
terjadinya ovulasi. Kelebihan Norplant atau AKBK adalah : cocok
untuk
wanita
yang
tidak
boleh
menggunakan
obat
yang
mengandung esterogen, perdarahan yang terjadi lebih ringan,tidak
menaikan tekanan darah, memperkecil terjadinya kehamilan
ektopik dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Efek samping dari AKBK adalah gangguaan pola haid
seperti
perdarahan
bercak
(Spotting),
Perdarahan
haid
memanjang, Amenorhea:mual, anoreksi, sakit kepala, perubahan
pada libido, berat badan dan timbulnya akne. Indikasi penggunaan
AKBK antara lain wanita – wanita yang ingn memakai kontrasepsi
untuk waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani konrasepsi
mantap ataupun AKDR. Serta wanita – wanita yang tidak boleh
menggunakan pil KB yang mengandung estrogen. Kontraindikasi
dalam penggunaan AKBK adalah kehamilan atau terduga hamil,
penderita penyakit hati, kanker payudara, kelainan jiwa, varikosis,
riwayyat
kehamilan
ektopik,
diabetes
mellitus,
kelainan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
kardiovaskuler. Waktu pemasangan yang paling baik dalam
pemasangan AKBK adalh sewaktu haid berlangsung atau masa
pra ovulasi dari siklus haid, sehingga dapat menghindari adanya
kehamilan.
e.
AKDR ( Alat Kontrasepsi dalam lahir)
Memasukan benda – banda atau alat – alat ke dalam uterus
dengan tujuan untuk mencegah kehamilan. Keuntungan AKDR
memiliki keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena 1)
umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan demikian
satu kali motivasi; 2) Tidak menimbulkan efek sistemik;3) Alat itu
ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal; 4) Efektivitas
cukup tinggi; 5) reversibel.
1) Efek Samping AKDR adalah:
a) Perdarahan
Yang terjadi sedikit – sedikit dan cepat berhenti. Apabila
setelah pemasangan mengalami perdarahan yang banyak
maka lakukan pelepasan AKDR.
b) Rasa nyeri dan kejang di perut
Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera
setelah pemasangan AKDR, dan biasanya berangsur – angsur
hilang dengan sendirinya.
Rasa nyeri dapat dikurangi atau
dihilangkan dengan memberi analgetika.
c) Gangguan pada suami
Kadang – kadang suami dapat merasakan adanya
benang AKDR sewaktu bersenggama. Ini disebabkan benang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
AKDR yang keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu
panjang. Untuk menguranginya benang AKDR yang terlalu
panjang dipotong sampai kira – kira 2 – 3 cm dari porsio,
sedangkan apabila benang AKDR terlalu pendek sebaiknya
AKDR nya diganti.
d) Ekspulsi
Ekspulsi dapat terjadi untuk sebagian atau sepenuhnya
biasanya terjadi waktu haid, dan dipengarihu oleh :(1) Umur
dan paritas Pada paritas yang rendah 1 atau 2 kemungkinan
ekspulsi dua kali lebih besar daripada pada paritas 5 atau
lebih, demikian pula pada wanita muda ekspulsi lebih sering
terjadi daripada wanita yang umurnya lebih tua.(2)Lama
pemakaian Ekspulsi paling terjadi pada tiga bulan pertama
setelah pemasangan.(3) Ekspulsi sebelumnya Pada wanita
yang pernah mengalami ekspulsi, maka pada pemasangan
kedua kalinya cenderung terjadi ekspulsi kembali hampir 50%.
Jika terjadi ekspulsi pasangkanlah AKDR dari jenis yang sama
tetapi dengan ukuran yang lebih besar daripada sebelumnya,
dapat juga diganti dengan AKDR jenis lain atau dipasang 2
AKDR.(4) Jenis dan ukuran AKDR yang dipasang sangat
mempengaruhi frekuensi ekspulsi.(5) Faktor psikis Mortalitas
uterus dapat dipengaruhi oleh faktor psikis, maka frekuensi
ekspulsi lebih banyak dijumpai pada wanita wanita yang
emosional dan ketakutan. Pada wanita seperti ini penting
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
diberikan
penerangan
yang
cukup
sebelum
dilakukan
pemasangan AKDR.
2) Komplikasi pada pemakaian AKDR adalah
a) Infeksi
Infeksi yang terjadi dapat disebabkan karena alat – alat
yang digunakan tidak steril atau sudah adanya infeksi yang
menahun pada traktus genetalis sebelum pemasangan AKDR.
b) Perforasi
Pada permulaan hanya ujung AKDR saja yang
menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan
adanya
kontraksi
uterus,
AKDR
terdorong
lebih
jauh
menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai ke
rongga
perut.
Kemungkinan
adanya
perforasi
harus
diperhatikan apabila pada pemeriksaan dengan spekulum
benang AKDR tidak kelihatan. Pemeriksaan dengan sonde
uterus atau mikrokuret tidak dirasakan AKDR dalam rongga
uterus. Jika ada kecurigaan kuat tentang terjadinya perforasi,
sebaiknya di buat foto rontgen dan jika hasilnya tampak dalam
rongga panggul, hendaknya dilakukan histerografi untuk
menentukan apakah AKDR terletak didalam atau diluar kavum
uteri.
c) Kehamilan
Apabila timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak
akan menimbulkan cacat pada bayi karena AKDR terletak
antara selaput ketuban dan dinding rahim. Namun apabila
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ dan benangnya
masih kelihatan, sebaiknya AKDR dikeluarkan karena dapat
memicu terjadinya uterus.
3) Kontraindikasi pemakaian AKDR
a) Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
b) Insufisiensi serviks uteri
c) Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas
sectio sesarea, enukleasi mioma, dan lain sebagainya.
d) Kelainan yang jinak servik uteri, seperti erosio porsiones uteri
e) Kehamilan
f)
Adanya infeksi yang aktif pada traktus genetalis
g) Adanya tumor ganas pada traktus genetalis
h) Adanya metroragia yang belum disembuhkan
i)
Pasangan yang tidak lestari
(Prawirohardjo S, 2009; h. 556-560)
f. Kontrasepsi mantap
1) Tubektomi
Tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopi wanita
dan menyebabkan tidak dapat hamil atau menyebabkan kehamilan
lagi. Metode
yang digunakan dala kontrasepsi ini adalah dengan
tindakan operasi untuk mencapai tuba falopii. Keuntungan dari
penggunaan metode ini adalah efektivitas hampir 100%, tidak
mempengaruhi libido seksualis, tidak ada kegagalan dari pihak
pasien. Kerugian metode ini adalah tindakan ini dianggap tidak
reversible walaupun sekarang ada kemungkinan untuk membuka
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
tuba falopii kembali pada mereka yang masih menginginkan anak
lagi dengan operasi rekanalisasi.
Indikasi yang boleh untuk melakukan kontrasepsi mantap
(KONTAP): (1) Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup,(2)
Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup, (3) Umur sekitar 35
tahun dengan 2 anak hidup
2) Vasektomi
Tindakan berupa suatu operasi yang dilakukan pada vas
deferens pria untuk menutup saluran sperma. Indikasi vasektomo
yaitu pada pasangan suami isteri yang sudah tidak menghendaki
kehamilan lagi dan suami bersedia melakukan tindakan tersebut.
Kontraindikasi
vasektomi
hanya
apabila
pengguna
memiliki
gangguan pada sembuhnya luka operasi maka hal tersebut harus
di sembuhkan terlebih dahulu.
Keuntungan
dari pemakaian
metode vasektomi adalah tidak menimbulkan kelainan fisik maupun
mental, tidak mengganggu libido seksualitas, dapat dikerjakan
secara poliklinis.( Prawiroharjo S, 2009; h.572)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
1. Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode pemberian pelayanan yang utuh dan
menyeluruh dari bidan ke kliennya, yang merupakan suatu proses
manajemen
kebidanan
yang
diselenggarakan
untuk
memberikan
pelayanan yang berkualitas melalui tahapan dan langkah – langkah yang
disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan
pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan klinik yang dilakukan
dengan tepat. Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut varney :
Langkah pertama : Pengumpulan data dasar, Melakukan pengkajian
dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien meliputi, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, meninjau
catata terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium dan
membandingkannya dengan hasil study.
Langkah kedua : Intepretasi data dasar, menetapkan disgnosis atau
masalah berdasarkan penafsiran data dasar yang telah dikumpulkan.
Langkah ketiga : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial,
berdasarkan diagnosa mengantisipasi penanganannya atau masalah
yang telah ditetapkan.
Langkah keempat : Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera, untuk
melakukan
konsultasi
kolaborasi
dengan
tenaga
kesehatan
lain
berdasarkan kondisi lain.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Langkah kelima : Perencanaan tindakan yang dilakukan, merupakan
kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi dan diantisipasi.
Langkah keenam : Pelaksanaan, melaksanakan rencana asuhan
komprehensif. Pelaksanaan yang efisien akan berhubungan dengan
waktu dan biaya dapat meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Laporan ketujuh : Evaluasi, keefektifkan dan asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan.
( Muslihatun W, 2009; h. 122 - 125 )
2. Pendokumentasian kebidanan
Metode dalam Pendokumentasian
pelayanan kebidanan yang
digunakan antara lain SOAPIER, SOAPIE dan SOAP. Dalam metode
SOAP, S adalah data Subjektif, O adalah data Objektif, A adalah Analisis
/ Assessment, dan P adalah Planning. Merupakan catatan yang bersifat
sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini
merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
S ( Data Subjektif )
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh dari anamnesis. Data Subjektif ini berhubungan dengan
masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data
subyektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
O (Data Objektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh
dari melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik
dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data
objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta
yang berhubungan dengan diagnosis.
A (Assessment)
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisis / Assessment
merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal – hal
berikut ini : diagnosis / masalah kebidanan, diagnosis / masalah potensial
serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk
antisipasi diagnosis / masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera
harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri,
tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
P (Planning)
Planning / perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini
dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil
analisis dan interpretasi data. Planning dalam metode SOAP ini juga
merupakan gambaran pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi.
Sehingga P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manejemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi
pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.
Dalam planning juga harus mencantumkan evaluasi yaitu tafsiran
dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas asuhan /
hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah
dicapai dan merupakan focus ketepatan nilai tindakan / asuhan.
(Muslihatun W, 2009; h. 122 – 125)
3. Andasan hukum Kewenangan Bidan
Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan sebagai
petugas kesehatan memiliki kewenangan atas tindakan yang dilakukan
agar sesuai dengan kompetensi pada profesi. Dengan adanya asuhan
kebidanan komprehensif pada ibu mulai dari kehamilan, persalinan, Bayi
baru lahir, nifas dan keluarga berencana yang tercantum dalam Peraturan
Mentri kesehatan Republik Indonesia nomor 1464/MENKES/SK/III/2010)
adalah :
a. Pasal 9
Menyatakan bahwa bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang
untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak, remaja, usia reproduksi maupun keluarga
berencana.
b. Pasal 10 ayat 1 dan 2
Menyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang dimaksud pada pasal
9 adalah pelayanan konseling pada masa pra hamil, pelayanan
antenatal pada kehamilan normal, pelayanan ibu nifas normal,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
pelayanan ibu menyusui dan konseling pada masa antara dua
kehamilan
c. Pasal 11
Mengatakan bahwa bidan berwenang untuk memberikan pelayanan
kesehatan anak yang meliputi : 1) melakukan asuhan bayi baru lahir
normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui
dini, injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa
neonatal (0-28 hari) dan perawatan tali pusat, 2) penanganan
hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk, 3) Penanganan
Kegawat-daruratan,
dilanjutkan
dengan
perujukan,
pemberian
imunisasi rutin sesuai program pemerintah, 3) Pemantauan tumbuh
kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah, 4) Pemberian
konseling dan penyuluhan, Pemberian surat keterangan kelahiran, 5)
Pemberian surat keterangan kematian.
d. Pasal 12 dan 13
Mengatakan bahwa bidan berwenang untuk memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana yang
meliputi pil oral, kondom, suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan
memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Firda Listiani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Download