Lembaran Informasi 503--Meningitis Kriptokokus

advertisement
Yayasan Spiritia
Lembaran Informasi 503
MENINGITIS KRIPTOKOKUS
Apa Meningitis Kriptokokus Itu?
Kriptokokus adalah jamur. Kuman ini
sangat lazim berada di tanah. Jamur ini
masuk ke tubuh kita waktu kita menghirup
debu atau kotoran burung yang kering.
Tampaknya kuman ini tidak menyebar
dari orang ke orang.
Meningitis adalah infeksi pada lapisan
urat saraf tulang punggung dan otak.
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai jenis infeksi. Penyakit ini dapat
menyebabkan koma dan kematian. Meningitis adalah penyakit paling umum
yang disebabkan oleh kriptokokus.
Kriptokokus juga dapat menginfeksi kulit,
paru, dan bagian tubuh lain. Risiko infeksi
kriptokokus paling tinggi jika jumlah CD4
di bawah 50. Meningitis kriptokokus
adalah salah satu infeksi oportunistik
terkait HIV yang terpenting, terutama di
negara berkembang. Sebuah penelitian
baru memperkirakan ada satu juta kasus
setiap tahun.
Tanda pertama meningitis termasuk
demam, kelelahan, leher pegal, sakit
kepala, mual dan muntah, kebingungan,
penglihatan kabur, dan kepekaan pada
cahaya terang. Gejala ini muncul secara
perlahan. Sakit kepala sering dialami pada
bagian depan kepala dan tidak mampu
diredakan oleh parasetamol.
Penyakit HIV atau obat juga dapat
menyebabkan gejala yang serupa. Jadi, tes
laboratorium dipakai untuk menentukan
diagnosis meningitis.
Tes laboratorium ini memakai darah atau
cairan sumsum tulang punggung. Cairan
sumsum tulang punggung diambil dengan
proses yang disebut pungsi lumbal (lumbar
puncture atau spinal tap). Sebuah jarum
ditusukkan pada pertengahan tulang
punggung kita, pas di atas pinggul. Jarum
menyedot contoh cairan sumsum tulang
punggung. Tekanan cairan sumsum tulang
punggung juga dapat diukur. Bila tekanan
terlalu tinggi, sebagian cairan tersebut
dapat disedot. Tes ini aman dan biasanya
tidak terlalu menyakitkan. Namun setelah
pungsi lumbal beberapa orang mengalami
sakit kepala, yang dapat berlangsung beberapa hari.
Darah atau cairan sumsum tulang
punggung dapat dites untuk kriptokokus
dengan dua cara. Tes yang disebut
‘CRAG’ mencari antigen (sebuah protein)
yang dibuat oleh kriptokokus. Tes ‘biakan’
mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh cairan. Tes CRAG cepat
dilakukan dan dapat memberi hasil pada
hari yang sama. Tes biakan membutuhkan
satu minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil positif. Cairan sumsum
tulang punggung juga dapat dites secara
cepat bila diwarnai dengan tinta India.
Bagaimana Meningitis Kriptokokus
Diobati?
Meningitis kriptokokus diobati dengan
obat antijamur. Beberapa dokter memakai flukonazol. Obat ini tersedia dengan
bentuk pil atau infus. Flukonazol lumayan efektif, dan biasanya mudah ditahan
(lihat Lembaran Informasi (LI) 534). Itrakonazol kadang kala dipakai untuk orang
yang tidak tahan dengan flukonazol.
Dokter lain memilih kombinasi amfoterisin B dan kapsul flusitosin.
Amfoterisin B adalah obat yang sangat
manjur. Obat ini disuntikkan atau diinfus
secara perlahan, dan dapat mengakibatkan
efek samping yang berat. Efek samping
ini dapat dikurangi dengan memakai obat
semacam ibuprofen setengah jam sebelum
amfoterisin B dipakai. Ada versi amfoterisin B yang baru, dengan obat dilapisi
selaput lemak menjadi gelembung kecil
yang disebut liposom. Versi ini mungkin
menyebabkan lebih sedikit efek samping.
Meningitis kriptokokus kambuh setelah
kejadian pertama pada kurang lebih
separuh orang. Kemungkinan kambuh
dapat dikurangi dengan terus memakai
obat antijamur. Namun sebuah penelitian
baru menemukan bahwa meningitis tidak
kambuh pada Odha dengan jumlah CD4
meningkat menjadi lebih dari 100 dan
mempunyai viral load tidak terdeteksi
selama tiga bulan.
Untuk beberapa orang, cairan sumsum
tulang punggung harus disedot setiap hari
untuk beberapa waktu agar mengurangi
tekanan pada otak.
Odha yang mulai terapi antiretroviral
(ART) setelah terinfeksi kriptokokus
dapat mengalami gejala ini sebagai bagian
dari sindrom pemulihan kekebalan (IRIS:
lihat LI 483). Sebuah penelitian pada 2011
menunjukkan bahwa mulai ART sekaligus
mengobati meningitis kriptokokus meningkatkan risiko IRIS. Hasil yang lebih
baik dicapai dengan mengobati meningitis
tersebut sebelum mulai ART.
Bagaimana Kita Dapat Memilih
Pengobatan?
Jika kita mengalami meningitis kriptokokus, kita diobati dengan obat antijamur
seperti amfoterisin B, flukonazol dan
flusitosin. Amfoterisin B adalah yang
paling manjur, tetapi obat ini dapat
merusak ginjal. Obat lain mengakibatkan
efek samping yang lebih ringan, tetapi
kurang efektif memberantas kriptokokus.
Jika meningitis didiagnosis cukup dini,
penyakit ini dapat diobati tanpa memakai
amfoterisin B. Namun, pengobatan yang
umum adalah amfoterisin B untuk dua
minggu diikuti dengan flukonazol oral
(pil). Tanpa ART, flukonazol harus
dipakai terus untuk seumur hidup; kalau
tidak, meningitis kemungkinan akan
kambuh. Bila kita memakai ART, kita
boleh berhenti penggunaan flukonazol
jika jumlah CD4 kita tetap di atas 200
selama lebih dari enam bulan.
Dapatkah Meningitis Kriptokokus
Dicegah?
Memakai flukonazol waktu jumlah CD4
di bawah 50 dapat membantu mencegah
meningitis kriptokokus. Tetapi ada beberapa alasan sebagian besar dokter tidak
meresepkannya:
y Sebagian besar infeksi jamur mudah
diobati
y Flukonazol adalah obat yang sangat
mahal
y Memakai flukonazol jangka panjang
dapat menyebabkan infeksi jamur ragi
(seperti kandidiasis mulut, vaginitis,
atau infeksi kandida berat pada tenggorokan) yang kebal (resistan) terhadap
flukonazol. Infeksi yang resistan ini
hanya dapat diobati dengan amfoterisin B.
Garis Dasar
Meningitis terjadi paling sering pada
orang dengan jumlah CD4 di bawah 50.
Walaupun obat antijamur dapat mencegah
meningitis kriptokokus, obat ini biasanya
tidak dipakai karena mahal dan risiko
mengembangkan infeksi ragi yang resistan terhadap obat tersebut.
Jika kita mengalami meningitis kriptokokus, diagnosis dini mungkin membolehkan pengobatan dengan obat yang
kurang beracun. Kita sebaiknya menghubungi dokter jika kita mengalami sakit
kepala, leher pegal, masalah penglihatan,
kebingungan, mual, atau muntah.
Jika kita pernah meningitis, kita harus
memakai obat antijamur terus-menerus
untuk mencegah kambuhnya. Namun
profilaksis ini dapat dihentikan bila CD4
kita tetap di atas 200 selama enam bulan
akibat penggunaan ART.
Ditinjau 1 September 2014 berdasarkan FS 503
The AIDS InfoNet 19 Mei 2014
Diterbitkan oleh Yayasan Spiritia, Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Jakarta 10560. Tel: (021) 422-5163/8 E-mail: [email protected] Situs web: http://spiritia.or.id/
Semua informasi ini sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Seri Lembaran Informasi ini berdasarkan terbitan The AIDS InfoNet. Lihat http:// www.aidsinfonet.org
Download