universitas ngudi waluyo | 2017 1 “pengaruh latihan kegel terhadap

advertisement
“PENGARUH LATIHAN KEGEL TERHADAP PERUBAHAN INKONTINENSIA
URINE PADA LANSIA DI DESA GOGIK KECAMATAN UNGARAN BARAT
KABUPATEN SEMARANG”
*Nurul Hidayani
**Rosalina, S.Kp., M.Kes, **Ns.Trimawati, S.Kep., M.Kep
*Mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo
**Dosen Universitas Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Latar Belakang:. Latihan kegel merupakan suatu upaya untuk mencegah timbulnya
inkontinensia urin. Rangsangan melalui neuromuskuler akan meningkatkan rangsangan
pada saraf otot polos untuk memproduksi asetilkolin dimana asetilkolin akan meningkatkan
permeabilitas membran otot sehingga mengakibatkan kontraksi otot. Energi yang lebih
banyak di peroleh dari metabolisme dalam mitokondria untuk menghasilkan ATP yang
digunakan otot polos pada kandung kemih sebagai energi untuk kontraksi dan akhirnya
dapat meningkatkan tonus otot polos kandung kemih Tujuan penelitian ini yakni untuk
mengetahui Pengaruh Latihan Kegel Terhadap Perubahan Inkontinensia Urine Pada Lansia
Di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Metode: Design dalam penelitian ini menggunakan Quasi Experimental, dengan
rancangan Pre-post Test Control Group designs. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua lansia yang mengalami inkontinensia urine di Desa Gogik Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang yang berjumlah 35 lansia, Sampel dalam penelitian ini
sejumlah 28 responden, menggunakan tehnik purposive sampling. Instrumen yang
digunakan yakni kuesioner ICIQ – UI Short Form. Uji statistic yang digunakan yakni uji t
test dependent untuk mengetahui perbedaan dan t test independent untuk mengetahui
pengaruh.
Hasil: Ada pengaruh yang signifikan dari pemberian latihan kegel terhadap perubahan
inkontinensia urin lansia dengan p-value 0,018 (α=0,05). Berdasarkan penelitian ini,
diharapkan care giver dapat melakukan latihan kegel sebagai terapi inkontinensia pada
lansia.
ABSTRACT
Background: Kegel exercise is effort to prevent urinary incontinence. Stimulation through
neuromuscular will increase stimulation to smooth muscle nerves to produce acetylcholine
which increase the permeability of muscle membrane and than generate muscle
contraction, more energy obtained from the metabolism in the mitochondria to produce
ATP which used by smooth muscle of the bladder as energy for contraction and ultimately
can increase smooth muscle tone of the bladder. The aim of this study is to determine the
effect of kegel exercise on urinary incontinence changes in elderly
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO | 2017
1
Methods: Design in this study is quasi experimental with pre post test control group
design, population in this study were all elderly who experienced urinary incontinence in
village Gogik, subdistrict Ungaran Barat,district of Semarang which amounted to 35
elderly, purposive sampling technique to obtain sample were 28 respondents. Data
collection used the ICIQ-UI short form questionnaire. Statistical test used t test dependent
to determine the different and t test independent to determine the effect.
Result: There is significant effect of kegel exercise to incontinence urinary change in
elderly with p-value 0,018 (α=0,05). Based on this study, it is expected to caregiver can do
the kegel exercise as incontinence therapy in elderly.
PENDAHULUAN
Menua (menjadi tua) merupakan
proses normal yang berjalan seiring dengan
waktu, dan sudah dimulai sejak lahir serta
berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah
fase akhir rentang kehidupan manusia
(Fatimah, 2010). Di Indonesia, seseorang
disebut lansia bila berusia 60 tahun ke atas
baik pria maupun wanita, diatur dalam
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang
kesejahteraan lansia (Padila, 2013).
Indonesia adalah termasuk negara
yang memasuki era penduduk berstruktur
lanjut usia (aging structured population)
karena jumlah penduduk yang berusia 60
tahun ke atas sekitar 7,18 %. Pada tahun
2011 mengalami peningkatan sebesar 20
juta jiwa ( 9,51%) dengan usia harapan
hidup 67,4 tahun, dan pada tahun 2020
diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%),
dengan usia harapan hidup 71,1 tahun
(Depkes,2012).
Pada lansia terjadi proses penuaan
yang berdampak pada perubahan hampir
seluruh organ tubuh termasuk organ
berkemih yang menyebabkan lansia
mengalami inkontinensia urine. Perubahan
ini diantaranya adalah melemahnya otot
dasar panggul yang menjaga kandung
kemih dan pintu saluran kemih, timbulnya
kontraksi abnormal pada kandung kemih
yang menimbulkan rangsangan berkemih
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO | 2017
sebelum waktunya dan meninggalkan sisa.
Pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna menyebabkan urine di dalam
kandung kemih yang cukup banyak
sehingga dengan pengisian sedikit saja
sudah merangsang untuk berkemih
(Setiati,2009).
Inkontinensia urin merupakan
gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi
urine. Inkontinensia urine dapat berupa
pengeluaran urine yang terkadang hanya
sangat sedikit (beberapa tetes) atau sangat
banyak.
Lansia
yang
mengalami
inkontinensia urine akan mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan
penurunan kapasitas kandung kemih yang
selanjutnya akan memperberat terjadinya
inkontinensia (Setyoadi, 2011).
Prevalensi inkontinensia urine
cukup tinggi, yakni pada wanita kurang
lebih 10-40% dan 4-8% sudah dalam
keadaan cukup parah pada saat datang
berobat. Pada pria prevalensinya lebih
rendah dari pada wanita yaitu kurang lebih
separuhnya. Survai yang dilakukan
diberbagai negara Asia didapat bahwa
prevalensi pada beberapa negara Asia
adalah rata-rata 21,6% (pada wanita
sebanyak 14,8% dan pada pria sebanyak
6,8%). Dibandingkan pada usia produksi,
pada usia lanjut prevalensi inkontinensia
lebih tinggi. Prevalensi inkontinensia urin
2
pada manula wanita sebesar 38% dan Pria
19% (Purnomo, 2008).
Penelitian lain yang dilakukan oleh
Djokno dkk, pada perempuan usia lanjut di
atas 60 tahun (Medica, Epidemiological,
andSocial Aspect of Aging/ MESA) dari
1150 subyek yang dipilih secara random,
434 orang di antaranya mengalami
inkontinensia urin. Dari mereka yang
mengalami inkontinensia urine 55,5%
merupakan inkontinensia urin tipe
campuran, 26,7% dengan inkontinensia
urin tipe stress, 9% dengan inkontinensia
urine tipe urgency, dan 8,8 % dengan
diagnose lain (Sudoyono, dkk. 2006).
Hasil penelitian Ratnasari (2014 ) di
temukan bahwa setelah dilakukan senam
keleg
terjadi
penurunan
frekuensi
inkontinensia urin sebesar 34 % dari 10,43
kali menjadi 8,50 kali.
Menurut
Hidayat
(2007)
Inkontinensia urin dapat memberikan
dampak serius pada kesehatan fisik,
psikologi, sosial pasien, infeksi saluran
kemih, kelainan kulit, gangguan tidur, rasa
rendah diri, deprsi, mudah marah,dan
terisolasi, dehidrasi karena umumnya
penderita akan mengurangi minumnya
akibat khawatir terjadi ngompol, serta
dapat berdampak buruk bagi keluarga dan
pasien. Inkontinensia urin merupakan
masalah yang belum terselesaikan pada
lanjut usia. Inkontinensia urin pada lanjut
usia dapat menimbulkan masalah baru bagi
lanjut usia, oleh karena itu inkontinensia
memerlukan
adanya
penatalaksanaan
tersendiri agar dapat diatasi (Purnomo,
2008).
Inkontinensia
urin
yang
berkepanjangan yang tidak ditangani
dengan baik dapat mempengaruhi kualitas
hidup seseorang salah satunya segi
psikologis, ini membuat orang malu untuk
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO | 2017
bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Identifikasi awal perubahan pada status
inkontinensia
mampu
meningkatkan
kualitas perawat dalam manajemen terapi
simptomatik, aktivitas menilai
status
inkontinensia pada lansia adala bentuk
interpretasi tindakan yang mempengaruhi
pada lansia (Pearce, 2012).
Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi inkontinensia urine meliputi
terapi
farmakologis
(obat),
non
farmakologis serta prosedur pembedahan,
tetapi ada juga yang menggunakan
kombinasi antara non farmakologis dan
terapi obat. Terapi non farmakologis
meliputi konseling diet yang baik, strategi
pengaturan berkemih, penjadwalan waktu
berkemih, penggunaan stimulasi elektrik,
serta latihan otot dasar panggul (kegel
exercise) (Darmojo 2011).
Latihan kegel sendiri adalah latihan
yang didesain oleh Arnold Kegel untuk
memperkuat pubococcygeus, otoseksual,
uterus dan rectum (Hafifah, 2010). Latihan
senam kegel telah lama digunakan untuk
mengobati/
menurunkan inkontinensia
urin (Nygaard, 2010). Pada tahun 1984,
arnold kegel melaporkan kesembuhan
sampai 84 % dengan latihan otot dasar
panggul untuk lansia dan wanita dengan
macam- macam tipe inkontinensia urine.
(Darmojo, 2011).
Latihan kegel yang dilakukan pada
lansia mempunyai efektifitas
untuk
menguatkan
otot-otot pubbococygeal
yang menyangga kandung kemih dan
spingter uretra serta meningkatkan
kemampuan
untuk
memulai
dan
menghentikan laju urin (Widianti dan
Proverawati, 2010) .
Latihan kegel merupakan suatu
upaya
untuk
mencegah
timbulnya
inkontinensia urin. Mekanisme kontraksi
3
dan meningkatnya tonus otot dapat terjadi
karena adanya rangsangan sebagai dampak
dari senam kegel otot dapat dipandang
sebagai suatu motor yang bekerja dengan
jalan mengubah energi kimia menjadi
tenaga mekanik berupa kontraksi dan
pergerakan untuk menggerakan serat otot
yang terletak pada filamen aktin dan
miosin. Proses interaksi
tersebut
diaktifkan oleh ion kalsium dan
adenotrifosfat (ATP), yang kemudian
dipecah menjadi adenodifosfat (ADP),
untuk memberikan energi bagi kontraksi
otot destrusor (Guyanto, 2007) .
Rangsangan melalui neuromuskuler
akan meningkatkan rangsangan pada saraf
otot polos untuk memproduksi asetilkolin
dimana asetilkolin akan meningkatkan
permeabilitas membran otot sehingga
mengakibatkan kontraksi otot. Energi yang
lebih banyak di peroleh dari metabolisme
dalam mitokondria untuk menghasilkan
ATP yang digunakan otot polos pada
kandung kemih sebagai energi untuk
kontraksi
dan
akhirnya
dapat
meningkatkan tonus otot polos kandung
kemih (Guyton ,2007).
Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada bulan november 2016 di
Desa Gogik kec Ungaran Barat terdapat
187 orang lansia. Berdasarkan hasil
wawancara dengan 15 lansia 8 di antaranya
mengalami inkontinensia urine dengan
gejala sulit menahan kencing saat
berkemih, mengeluarkan urine pada saat
tidak ingin berkemih, mengompol pada
malam hari, mengompol pada saat batuk,
bersin dan tertawa, berkemih dengan
keluaran urine menetes. Dari hasil
wawancara dengan 8 lansia yang terkena
inkontinensia urine di Desa Gogik, lansia
belum pernah melakukan latihan kegel
atau latihan otot dasar panggul karena
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO | 2017
tidak adanya sumber informasi tentang
latihan tersebut. Lansia di Desa Gogik
biasanya mengatasi inkontinensia urine
dengan cara mengurangi jumlah minum
yang
dikonsumsinya,
yang
akan
membelikan dapak seperti, dehidrasi,
cidera karena lansia terjatuh karena air
urinya, kurang tidur.
Penelitian terkait yang pernah
dilakukan oleh Septiastri & Siregar tahun
2012, keefektifan latihan otot pelvis dalam
mengurangi inkontinensia sedang menjadi
inkontinensia ringan yang diujikan kepada
26 orang lansia berusia lebih dari 60 tahun
yang bertempat tinggal di komunitas Panti
Sosial Lansia.
METODE PENELITIAN
Design dalam penelitian ini menggunakan
Quasi Experimental, dengan rancangan
Pre-post Test Control Group designs.
Sampel dalam penelitian ini sejumlah 28
responden, menggunakan tehnik purposive
sampling. Instrumen yang digunakan yakni
kuesioner ICIQ – UI Short Form. Uji
statistic yang digunakan yakni uji t test
dependent untuk mengetahui perbedaan dan
t test independent untuk mengetahui
pengaruh.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
1. Gambaran inkontinensia urine pada
lansia sebelum dan sesudah dilakukan
latihan
kegel
pada
kelompok
intervensi.
Tabel 4.1 Distribusi
frekuensi
inkontinensia urine pada lansia sebelum
dan sesudah dilakukan latihan kegel
pada kelompok intervensi
Inkontinensia
urin
Sebelum
(f)
(%)
sesudah
(f)
(%)
4
Tidak
inkontinensia
inkontinensia
tipe stres
Inkontinensia
tipe urge
inkontinensia
tipe campuran
Total
0
0
7
50.0
7
50.0
3
21.4
4
28.6
3
21.4
3
21.4
1
7.1
14
100.0
14
100.0
Tabel 4.1 diatas menunjukkan
sebagian besar responden menderita
inkontinensia urin tipe stres yaitu 7
responden (50%) sebelum diberikan
intervensi dan sebagian besar responden
tidak
menderita
inkontinensia
7
responden (50%) setelah diberikan
latihan kegel.
2. Gambaran inkontinensia urine pada
lansia sebelum dan sesudah penelitian
pada kelompok kontrol
Tabel
4.2
Distribusi
frekuensi
inkontinensia urine pada lansia sebelum
dan sesudah penelitian pada kelompok
kontrol
Inkontinensia
urin
Tidak
inkontinensia
inkontinensia
tipe stres
Inkontinensia
tipe urge
inkontinensia
tipe campuran
Total
Sebelum
(f)
(%)
sesudah
(f)
(%)
0
.0
0
0
7
50.0
7
50.0
4
28.6
4
28.6
3
21.4
3
21.4
14
100.0
14
100.0
Tabel 4.2 diatas menunjukkan
sebagian besar lansia menderita
inkontinensia urin tipe stres yaitu 7
responden (50%) sebelum penelitian
dan sebagian besar mengalami
inkontinensia urin tipe stres yaitu 7
responden (50%) setelah penelitian.
Analisis Bivariat
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO | 2017
Pengaruh latihan kegel terhadap
inkontinensia urine pada lansia.
Tabel 4.5
Pengaruh
latihan
kegel
terhadap inkontinensia urine pada lansia di
Desa Gogik Kec. Ungaran Barat Kab.
Semarang.
Inkontinensia urin
Kelompok
intervensi
Pre test
post test
n
Mean
Std.
Deviation
pvalue
14
14
10,64
7,93
2,951
2,731
0,018
Tabel 4.3 menunjukkan nilai ratarata inkontinensia pada lansia 10,64 dengan
standar deviasi 2,951 sebelum dilakukan
perlakuan dan nilai rata-rata inkontinensia
urin pada lansia 7,93 dengan standar
deviasi 2,731 setelah dilakukan perlakuan
serta p-value = 0,018 yang menunjukkan
ada pengaruh yang signifikan antara terapi
kagel terhadap inkontinensia urin pada
lansia.
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Gambaran inkontinensia urine pada
lansia sebelum dan sesudah dilakukan
latihan kegel pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol
Berdasarkan tabel Tabel 4.1
diketahui
responden
menderita
inkontinensia urin tipe stres yaitu sebanyak
7 orang (50%) sebelum diberikan
intervensi, dimana lansia mengalami
inkontinensia yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan di dalam perut, dan
melemahnya otot dasar panggul sehingga
mengalami gejala inkontinensia seperti
kencing
sewaktu
batuk, mengedan,
tertawa, bersin, berlari, atau hal yang lain
yang meningkatkan tekanan pada rongga
perut, atau biasa disebut dengan
inkontinensia tipe stress. 4 orang (28,6%)
5
lansia mengalami inkontinensia tipe urge,
yaitu timbulnya pada
keadaan
otot
detrusor kandung kemih yang tidak
stabil, di mana otot ini bereaksi secara
berlebihan Inkontinensia urin dapat ditandai
dengan
ketidakmampuan menunda
berkemih setelah sensasi berkemih muncul
manifestasinya dapat merupa perasaan ingin
kencing yang mendadak (urge), kencing
berulang kali (frekuensi) dan kencing di
malam hari (nokturia), dan 3 orang lainnya
(21,4%) mengalami inkontinensia tipe
campuran, merupakan inkontinensia urine
kombinasi antara stress dan urge
incontinence. Outlet kandung kemih
menjadi lemah dan detrusor bersifat
overactive.
Menurut Guyton (2007) Pada lanjut
usia inkontinensia urin berkaitan erat
dengan anatomi dan fisiologi juga
dipengaruhi oleh faktor fungsional,
psikologis dan lingkungan. Pada tingkat
yang paling dasar, proses berkemih di atur
oleh reflek yang berpusat di pusat berkemih
di sakrum. Jalur aferen membawa informasi
mengenai volume kandung kemih di
medula spinalis. Pengisian kandung kemih
dilakukan dengan cara relaksasi kandung
kemih melalui penghambatan kerja saraf
parasimpatis dan kontraksi leher kandung
kemih yang dipersarafi oleh saraf simpatis
serta saraf somatik yang mempersarafi otot
dasar panggul
Persarafan utama kandung kemih
ialah nervus pelvikus yang berhubungan
dengan medulla spinalis melalui pleksus
sacralis, terutama berhubungan dengan
,edulla spinalis segmen S-2 dan S-3.
Berjalan melalui pelvikus ini ialah serat
sensorik dan saraf motorik. Saraf sensorik
mendeteksi derajat regangan pada dinding
kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari
uretra posterior bersifat sangat kuat dan
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO | 2017
terutama
bertanggung
jawab
untuk
mencetuskan reflek yang menyebabkan
pengososngan kandung kemih. Saraf
mototrik yang menjalar dalam nervus
pelvikus adalah saraf parasimpatis, serat
ini berakhir pada sel ganglion yang terletak
dalam dinding kandung kemih. Saraf post
ganglion pendek kemudian mempersarafi
otot detrusor. Selain nervus pelvikus,
terdapat dua tipe persarafan lain yang
penting untuk fungsi kandung kemih, yang
terpentung adalah saraf otot lurik yang
berjalan melalui nervus pudenda menuju
spinter eksternus kandung kemih. Ini adalah
saraf serat somatik yang mempersarafi dan
mengontrol otot lurik pada sfingter.
Kandung kemih juga menerima saraf
simpatis dari rangkaian simpatis nervus
hipogastrikus,
terutama
berhubungan
dengan segmen L-2 medulla spinalis. Serat
simpatis
ini
sedikit
mempengaruhi
kontraksi kandung kemih. (Guyton, 2007).
Pengosongan
kandung
kemih
melalui persarafan kolinergik para simpatis
yang menyebabkan kontraksi kandung
kemih sedangkan efek simpatis kandung
kemih berkurang. Jika kortek serebri
menekan pusat penghambatan, akan
merangsang
timbulnya
berkemih.
Hilangnya penghambat pusat kortikal ini
dapat disebabkan karena usia sehingga
lansia sering mengalami inkontinensia
urine. Karena dengan kerusakan dapat
mengganggu koordinasi antara kontraksi
kandung kemih dan relaksasi uretra yang
mana gangguan kontraksi kandung kemih
akan menimbulkan inkontinensia (Setiati,
2009).
Pada kelompok kontrol lansia
menderita inkontinensia urin tipe stres yaitu
7 responden (50%) sebelum penelitian.
Stres inkontinensia urin dikarenakan oleh
faktor sfingter (uretra) yang tidak mampu
6
mempertahankan tekanan intrauretra pada
saat tekanan intravesika meningkat atau
saat kandung kemih terisi. Peningkatan
tekanan intra abdominal dapat dipacu oleh
batuk, bersin, tertawa, berjalan, berdiri, atau
mengangkat benda berat.
Ada
tiga
tipe
terbanyak
inkontinensia urin pada wanita yaitu stres
inkontinensia urin, urge inkontinensia urin
dan mixed inkontinensia urin. Ketiga tipe
ini dapat dievaluasi melalui anamnesa dan
penilaian klinis sederhana, tetapi ada tipe
yang lain yaitu Kontinue inkontinensia
(Fistula) dan Overflow, dari semua tipe
yang ada diatas, yang terbanyak adalah
Stres inkontinensia urin (Arnold dkk,
2009). Dari penelitian yang dilakukan oleh
Arnold, dkk ( 2009 ) berdasarkan jenis
inkontinensia urin didapatkan kejadian
Stress Inkontinensia Urin 58,82%, Urge
Inkontinensia Urin 11,77% dan Mixed
Inkontinensia Urin 29,41%.
Kondisi
fisiologis
yang
berpengaruh pada lansia biasanya terjadi
penurunan kemampuan berkemih. Pada
lansia terjadi proses penuaan yang
berdampak pada Perubahan hampir
seluruh organ tubuh termasuk
organ
berkemih yang menyebabkan lansia
mengalami inkontinensia urine. Perubahan
ini diantaranya adalah melemahnya otot
dasar panggul yang menjaga kandung
kemih dan pintu saluran kemih, timbulnya
kontraksi abnormal pada kandung kemih
yang menimbulkan rangsangan berkemih
sebelum waktunya dan meninggalkan sisa.
Pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna menyebabkan urine di dalam
kandung kemih yang cukup banyak
sehingga dengan pengisian sedikit saja
sudah merangsang untuk berkemih.
Hipertropi
prostat
jugak
dapat
mengakibatkan banyak sisa air kemih di
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO | 2017
kandung kemih sebagai akibat pengosongan
yang tidak sempurna (Setiati dkk, 2009).
Pada kelompok kontrol sebagian
besar mengalami inkontinensia urin tipe
stres yaitu 7 responden (50%) setelah
penelitian.
Hasil
penelitian
diatas
menunjukkan bahwa belum ada perbaikan
kondisi mobilitas kandung kemih pada
lansia dengan inkontinensia, hal ini
disebabkan karena belum adanya proses
pemberian latihan yang diberikan guna
meningkatkan
koordinasi
kontraksi
kandung kemih dan relaksasi pada uretra.
Lansia akan sering berkemih pada malam
hari dan frekuensi berkemih meningkat
akibat kehilangan kontraktibilitas dan
kelemahan dari tonus otot kandung kemih.
Peningkatan sisa urine dalam kandung
kemih, kelemahan dari tonus otot kandung
kemih, dan terjadinya kontraksi yang tidak
teratur akan menyebabkan risiko terjadinya
infeksi saluran perkemihan meningkat
(Nursalam, 2009). Faktor psikologis seperti
stress
juga
menyebabkan terjadinya
peningkatan pengeluaran urine sebagai efek
dari
noreepinefrin,
yang
mana
noreepinefrin merupakan hormon yang
mempengaruhi kontraksi otot polos yang
bekerjanya berlawanan dengan asetikolin
(Guyton, 2007).
Analisi Bivariat
Pengaruh latihan kegel terhadap
inkontinensia urine pada lansia
Berdasarkan abel 4.5 diketahui nilai
rata-rata inkontinensia pada lansia 10,64
dengan standar deviasi 2,951 sebelum
dilakukan perlakuan dan nilai rata-rata
inkontinensia urin pada lansia 7,93 dengan
standar deviasi 2,731 setelah dilakukan
perlakuan.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa sebagian besar lansia termasuk
7
dalam inkontinensia tipe stress, dimana
menurut Bobak (2008) Kegel Exercise atau
senam Kegel merupakan terapi non
farmakologi yang paling sering dilakukan
untuk mengatasi stress inkontinensia karena
membantu meningkatkan tonus dan
kekuatan otot pada uretra dan periuretra.
Latihan kegel dapat menimbulkan
rangsangan
sehingga
meningkatkan
aktivitas dari kimiawi, neuromuskuler, dan
muskular. Otot polos kandung kemih
(muskulus detrusor) mengandung filamen
aktin dan miosin, yang mempunyai sifat
kimiawi dan saling berintraksi. Proses
interaksi diaktifkan oleh ion kalsium, dan
adeno trifosfat (ATP) selanjutnya dipecah
menjadi adeno difosfat (AD) untuk
memberikan
energi
bagi
kontraksi
muskulus destrusor kandung kemih.
Rangsangan melalui neuromuskuler akan
meningkatkan rangsangan pada serat saraf
otot polos kandung kemih, terutama saraf
parasimpatik yang merangsang produksi
acetil cholin, sehingga mengakibatkan
terjadinya kontraksi. Pada otot polos visera
(unit tunggal) biasanya akan timbul
potensial aksi secara spontan bila
diregangkan secukupnya. Respon terhadap
peregangan ini memungkinkan dinding otot
polos visera berkontraksi secara otomatis
dan karena itu menahan regangan.
Regangan pada muskulus detrusor akan
mengakibatkan
peningkatan
kapasitas
fungsional yang selanjutnya akan terjadi
peningkatan pengendalian kontraksi serta
peningkatan pengendalian tonus otot
kandung kemih. Mekanisme melalui
muskulus, terutama otot polos kandung
kemih, akan meningkatkan metabolisme
mitokondria untuk menghasilkan ATP yang
dimanfaatkan oleh otot polos kandung
kemih sebagai energi untuk kontraksi dan
meningkatkan tonus otot polos kandung
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO | 2017
kemih. Peningkatan kapasitas fungsional
kandung kemih, peningkatan pengendalian
kontraksi serta peningkatan pengendalian
tonus
otot
kandung
kemih
akan
mengakibatkan
penurunan
frekuensi
berkemih.
Latihan kegel merupakan latihan
dalam bentuk seri untuk membangun
kembali kekuatan otot dasar panggul,
memberikan bantuan yang signifikan dari
rasa sakit. Latihan kegel sangat bermanfaat
untuk menguatkan otot dasar panggul,
sehingga memperkuat fungsi sfingter
eksternal pada kandung kemih. Latihan ini
terus dikembangkan dan dilakukan pada
lansia
yang
mengalami
masalah
inkotinensia stress dan inkontinensia
urgensi (Widiastuti, 2011).
Berdasarkan uji T test independen di
dapatkan nilai p-value= 0,018 yang
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan
antara terapi kagel inkontinensia urin pada
lansia. Penelitian yang dilakukan selama 2
minggu ini menunjukkan hasil yang sejalan
dengan teori menurut abdulla (2006) yaitu
pabila lansia rajin melakukan latihan Kegel,
dalam waktu 2 sampai 4 minggu. manfaat
latihan kegel bagi lansia yaitu otot-otot
panggul kuat sehingga akan terhindar dari
masalah sulit menahan kencing atau
mengompol serta masalah kesehatan
lainnya yang umum dialami oleh lansia.
Sejalan dengan teori menurut
Nursalam (2013), Latihan kegel (kegel
exercise) adalah suatu bentuk kegiatan fisik
yang memberikan pengaruh baik terhadap
tingkat kemampuan fisik manusia bila
dilaksanakan dengan tepat dan terarah.
Latihan kegel pada usia lanjut dapat
mencegah atau melambatkan kehilangan
fungsional dari kandung kemih dan spingter
uretra dalam usaha memenuhi kebutuhan
eliminasi urine. Latihan yang dilakukan
8
dapat meningkatkan mobilitas kandung
kemih.
Sejalan juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Franly (2017) tentang
pengaruh senam kegel terhadap frekuensi
inkontinensia urin pada lansia, diamana
didapatkan
hasil
bahwa
frekuensi
inkontinensia pada lansia mengalami
perubahan dengan menurunnya frekuensi
inkontinensia urine menjadi jarang,
sehingga terdapat pengaruh terhadap
frekuensi inkontinensia urine sesudah
diberikan Senam Kegel.
Dapat disimpulkan inkontinensia
pada lansia yang diberikan latihan kegel
mengalami
perubahan
dibandingkan
sebelum latihan kegel. Ini menunjukkan
bahwa latihan kegel yang diberikan ternyata
mempunyai
pengaruh
menurunkan
inkontinensia urine pada lansia yang berada
di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang.
KESIMPULAN
1. Gambaran inkontinensia urine pada
lansia sebelum dan sesudah dilakukan
latihan kegel pada kelompok intervensi
responden menderita inkontinensia urin
tipe stres yaitu 7 responden (50%)
sebelum diberikan intervensi dan
sebagian
besar
responden
tidak
menderita inkontinensia 7 responden
(50%) setelah diberikan latihan kegel.
2. Gambaran inkontinensia urine pada
lansia sebelum dan sesudah penelitian
pada kelompok kontrol yaitu lansia
menderita inkontinensia urin tipe stres
yaitu 7 responden (50%) sebelum
penelitian dan sebagian besar mengalami
inkontinensia urin tipe stres yaitu 7
responden (50%) setelah penelitian.
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO | 2017
3. Ada perbedaan inkontinensia urine pada
lansia sebelum dan sesudah diberikan
latihan kegel pada kelompok intervensi
dengan p-value=0, 000
4. Tidak ada perbedaan inkontinensia urine
pada lansia sebelum dan sesudah
penelitian pada kelompok kontrol
dengan p-value=0,104
5. Ada pengaruh yang signifikan antara
terapi kegel dengan inkontinensia urin
pada lansia di Desa Gogik Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
dengan p-value=0,018
SARAN
1. Bagi perawat dan tenaga kesehatan
Hendaknya perawat dan tenaga
kesehatan dapat memberikan latihan
kegel secara menyeluruh bagi lansia
untuk mengatasi inkontinensia.
2. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat
menambah ilmu pengetahuan dan
memperdalam pengalaman peneliti
tentang
riset
keperawatan
serta
pengembangan wawasan tentang latihan
kegel untuk mengurangi inkontinensia
pada lansia.
3. Bagi lansia
Hendaknya
lansia
dapat
melaksanakan latihan kegel secara
teratur untuk mengurangi gejala-gejala
inkontinensia.
4. Bagi pendidikan
Bagi mahasiswa kesehatan dapat
mengkaji dan mengenali perubahan
fisik lansia dan dapat melakukan
intervensi pada lansia yang mengalami
inkontinensia.
DAFTAR PUSTAKA
9
Bobak. 2008. The muscles of the pelvic
floor. Clin Obstet Gynecol;36:
910-24.
Departemen Kesehatan RI. 2012. Pedoman
Pemantauan
dan
Penilaian
Program Kesehatan Usia Lanjut
bagi
Petugas
Kesehatan.
Jakarta:
Bina
Kesehatan
Masyarakat
Departemen
Kesehatan
Guyton. 2007. Fisiologi manusia dan
mekanisme penyakit. Jakarta :
EGC.
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia
Lanjut
dan
Perawatannya.
Jakarta: Medika.
Mulyani, S, 2013. Menopause Akhir Siklus
Menstruasi Pada Wanita di Usia
Pertengahan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Natami, P. A. 2012. Pengaruh Perineum
Massage
Terhadap
Derajat
Robekan Perineum Pada Ibu
Primigravida Di BPS Widjayati
Dan BPS Desak Kecamatan
Negara. Skripsi tidak diterbitkan.
Denpasar Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Journal
Vol.3 No.2
Nugroho, W. 2008. Perawatan Lanjut Usia.
Edisi Kedua. Jakarta: EGC
Nursalam 2013. Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam, 2009, Asuhan Keperawatan
Pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan, Jakarta :
Salemba Medika
Nygaard,
I.E.(2010).
Stess
urinary
incontinence. Obstet Gynecol.
104:607-20.
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO | 2017
Padila. 2013. Buku ajar Keperawatan
Gerontik. Yogyakarta: Nusa
Medika
Pearce, Evelyn C. 2012. Anatomi dan
Fisiologi
untuk
Paramedis.
Jakarta : Gramedia Pustaka
Umum
Potter & Perry, 2010. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Edisi
Keempat. Jakarta: EGC
Purnomo, B. B. 2011. Dasar Dasar
Urologi. Ed. 3. Jakarta: CV
Infomedika.
Purnomo. 2008. Dasar-dasar urologi. FKBrawijaya. Malang : Salemba
Medika
Septiastri & Siregar 2012. Latihan Kegel
Dengan
Penurunan
Gejala
Inkontinensia Urin Pada Lansia.
Jurnal Keperawatan. Maret
2012.
Setiati S. dan Pramantara I.D.P. 2007.
Inkontinensia Urin dan Kandung
Kemih Hiperaktif dalam Sudoyo
A.W., Setiyohadi B., Alwi I.,
Simadibrata K M., Setiati S.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III Ed.IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Setiati, Siti. 2009. Pedoman Praktis
Perawatan Kesehatan untuk
Mengasuh Orang Usia Lanjut.
Jakarta: PKUI
Setiyohadi, 2011, llmu Penyakit Dalam.
Jilid 1. (Edisi 3). Jakarta : FKUI.
Widianti, A.T. & Proverawati, A. 2010.
Senam Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
10
Download