PENYAJIAN DATA PENELITIAN DAN REVIEW MELALUI TEKNIK OBSERVASI Oleh: Herson Anwar Abstrak Sebenarnya observasi merupakan suatu proses yang alami, bahkan mungkin kita sering melakukannya, baik secara sadar maupun tidak sadar di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam kelas, guru sering melihat, mengamati, dan melakukan interpretasi. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita sering mengamati orang lain. Pentingnya observasi dalam kegiatan evaluasi pembelajaran mengharuskan guru untuk memahami lebih jauh tentang judgement, bertindak secara reflektif, dan menggunakan komentar orang lain sebagai informasi untuk membuat judgement yang lebih reliabel. Hal yang harus dipahami oleh guru adalah bahwa tidak semua yang dilihat disebut observasi. Observasi yang dilakukan oleh guru di kelas tidak cukup hanya dengan duduk dan melihat melainkan harus dilakukan secara sengaja, hati-hati, sistematis, sesuai dengan aspek-aspek tertentu, dan berdasarakan tujuan yang jelas. Untuk memperoleh hasil observasi yang baik, maka kemampuan guru dalam melakukan pengamatan harus sering dilatih, mulai dari hal-hal yang sederhana sampai dengan hal-hal yang kompleks. Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat yang digunakan dalam melakukan observasi disebut pedoman observasi. Observasi tidak hanya digunakan dalam kegiatan evaluasi, tetapi juga dalam bidang penelitian, terutama penelitian kualitatif (qualitative research). Tujuan utama observasi dalam penelitian adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa perisiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan. Oleh karena itu, observasi tidak bisa lepas dari kegiatan peneltian dan memegang peranan penting dalam menyajikan dan review data. A. Pendahuluan Laporan penelitian bagian hasil penelitian terdapat bahasan mengenai deskripsi data, analisis data dan pembahasan. Deskripsi data adalah kegiatan menyajikan data dari data yang dikumpulkan. Data yang dikumpulkan dalama proses pengumpulan data merupakan data yang berserakan, tidak beraturan dan sulit dibaca. Agar tersusun dalam bentuk yang teratur dan mudah dibaca maka dilakukan penyajian data atau penyusunan data. Penyajian data adalah usaha membantu pembaca dalam memahami data secara cepat dan mudah. Ferguson & Takane (1989:16) mengemukakan penyajian data mempunyai dua tujuan yaitu: Pertama, penyajian data memudahkan membaca dan memahami data. Data mentah yang tidak beraturan sulit dibaca dan dipahami. Dengan menyajikan dalam bentuk tabel atau gambar, maka penampilan dan gambaran data lebih mudah dibaca dan dipahami. Kedua, penyajian data memudahkan analisis data. Data mentah yang belum tersusun dengan baik memerlukan waktu yang lama dan sulit untuk dianalisis. Dengan menyusunnya dalam bentuk yang lebih teratur maka data lebih mudah dianalisis. Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah observasi. Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yag diselidiki. Sebagai salah satu teknik dalam asesmen non tes, pengamatan memiliki nilai: (a) memberikan informasi yang tidak mungkin didapatkan melalui teknik lain; (b) memberi tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain; (c) dapat menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak dikatahui; (d) pengamatan bersifat selektif; dan (e) pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan. Selain itu, pengamatan harus dilakukan pada beberapa waktu. Walaupun tidak ada ketepatan waktu khusus pada pelaksanaan pengamatan, akan tetapi semakin lama dan semakin sering dilakukan, akan memantapkan reliabilitas hasil pengamatan. Selain itu, teknik ini perlu dilakukan pada situasi berbeda dan situasi natural karena tingkah laku yang alami/apa adanya akan tampil pada situasi alami. Pengamatan pada situasi yang berbeda, akan membantu kita mengetahui bahwa beberapa tingkah laku akan terhambat atau terkondisi oleh situasi atau lingkungan tertentu. Dengan demikian data yang dikumpulkan melalui kegiatan pengumpulan data dengan observasi, harus dideskripsikan atau disajikan dan direview, agar menjadi lebih teratur, mudah dibaca, dipahami dan dianalisis. B. Penyajian Data Penyajian data dalam penelitian disebut dengan “display” data. Penyajian data ini dilakukan setelah data direduksi. Menurut Sugiyono (2010:341) dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie card, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun Volume 02 Nomor 2 Agustus 2014 217 dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Purwanto (2008:264) mengartikan penyajian data adalah kegiatan menyusun data mentah yang berserakan menjadi lebih teratur sehingga mudah dibaca, dipahami dan dianalisis. Cara penyajian data itu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu membuat tabel atau daftar dan grafik atau diagram. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2010:341) menyatakan bahwa: “the most frequent form of displauys data for qualitative research data in the past has been narrative tex”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. ‘Looking at displays help us to understand what is happening and to do some thing-further analisys or caution on that understanding”. (Miles and Huberman, 1984). Selanjutnya disarankan, dalam melakukan penyajian data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart. Untuk mengecek apakah peneliti telah memahami apa yang didisplaykan, maka perlu dijawab pertanyaan “Apakah anda tahu, apa isi yang didisplaykan?”. Menurut Sugiyono (2010:341) dalam prakteknya tidak semudah menyajikan data yang diperoleh, karena fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis, sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan data. Untuk itu peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangana ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung oleh data pada saat dikumpulkan di dlapangan, maka hipotesis tersebut terbukti, dan akan berkembang menjadi teori yang grounded “teori yang ditemukan secara induktif”, berdasarkan datadata yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus-menerus. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku dan tidak berubah. Pola tersebut selanjutnya yang didisplaykan pada laporan akhir penelitian. Mencermati beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa penyajian data sangat penting dalam observasi, karena dengan penyajian data ini akan membantu pembaca memahami data secara cepat dan mudah. Dengan menyusunnya dalam bentuk yang lebih teratur, maka data lebih mudah dianalisis atau direview. 218 C. Observasi dan Review Data Teknik observasi ini mula-mula dipergunakan dalam etnografi. Menurut Suratno (2010:5) etnografi adalah studi tentang suatu kultur. Tujuan utama etnografi ini adalah memahami suatu cara hidup dari pandangan orang-orang yang terlibat didalamnya. Spradley (1980) mengemukakan tiga aspek pengalaman manusia, apa yang dikerjakan (cultural behavior) apa yang diketahui (cultural knowledge) dan benda-benda apa yang dibuat dan dipergunakan (cultural artifacts), ketiga aspek ini yang dipelajari, apabila seorang peneliti ingin memahami suatu kultur. Lincoln dan Guba (1985) dalam Suratno (2010:5), mengklasifikasikan observasi menurut 3 (tiga) cara sebagai berikut: Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai seorang partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang (overt) atau penyamaran (convert). Walaupun secara etis dianjurkan untuk terus terang, kecuali untuk keadaan tertentu yang memerlukan penyamaran. Ketiga, menyangkut latar peneliti. Observasi dapat dilakukan pada latar “alami” atau “dirancang” (analog dengan wawancara tak struktur dan wawancara terstruktur). Untuk observasi yang dirancang bertentangan dengan prinsif pendekatan kualitatif, yaitu fenomena diambil maknanya dari konteks sebanyak dari karateristik individu yang berada dalam konteks tersebut. Oleh karena itu teknik observasi yang kedua ini tidak dilakukan dalam penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2010:203) observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai cirri yang spesipik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno (Sugioyono, 2003:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpentingh adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Setiap observasi memiliki gaya yang berbeda-beda. Salah satu perbedaan adalah derajat keterlibatan peneliti, baik dengan orang maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diamati. Menurut Spradley (1980) terdapat 3 derajat keterlibatan yaitu tanpa keterlibatan (no involvement) keterlibatan rendah (low) dan keterlibatan tinggi (high). Variasi ini tercermin dalam 5 tingkat partisipasi, yaitu non partisipasi (nonparticipation), partisipasi pasif (passive participation), partisipasi moderat (moderate participation), partisipasi aktif (active participation) dan partisipasi lengkap (complete participation). Dari segi proses pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam observation (observasi partisipan) dan non participant observation. (Sugioyono, 2003:204). Untuk lebih jelasnya mengenai pembedaan observasi tersebut, diuraikan sebagai berikut: 1. Observasi Partisipan (participant observation) Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber edata, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini,maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang Nampak. Contohnya: Dalam pengumpulan data penelitian tindakan kelas peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif yaitu pengamat ikut serta dalam proses pembelajaran bersama dengan mitra kolaborasi dan guru pamong. Contoh lainnya: dalam penelitian suatu perusahaan, peneliti dapat berperan sebagai karyawan, peneliti dapat mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan satu karyawan dengan karyawan yang lain, hubungan karyawan dengan supervisor dan pimpinan, keluhan dalam melaksanakan pekerjaan dan lainlain. Pada observasi partisipan menurut Suratno (2010:6), peneliti mengamati aktivitas manusia, karakteristik fisik situasi sosial, dan bagaimana perasaan waktu menjasdi bagian dari situasi tersebut. Selama penelitian dilapangan jenis observasinya tidak tetap. Menurut Spradley (1980), peneliti mulai dari observasi deskripsi (descrivtif observations) secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi di sana. Kemudian, setelah perekamanan dan analisis data pertama, peneliti menyempitkan pengumpulan datanya dan mulai melakukan observasi terfokus (focused observations). Dan akhirnya setelah dilakukan lebih banyak lagi analisis dan observasi yang berualang-ulang di lapangan, peneliti dapat menyempitkan lagi penelitiannya dengan melakukan observasi selektif (selective observations). Sekalipun demikian peneliti masih terus melakukan observasi deskriftif sampai akhir pengumpulan data. 2. Observasi Nonpartisipan (nonparticipant observation) Dalam observasi nonpartisipan penelitia tidak terlibat langsung denga orangorang yang diamati. Peneliti hanya sebagai pengamat independen. Pengumpulan data dengan observasi ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna atau nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis. Contohnya: “Dalam suatu tempat pengumpulan suara (TPS), peneliti dapat mengamati bagaimana perilaku masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya. Suratno (2010:8) mengemukakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam observasi adalah sebagai berikut: (1) Pengamat tidak mungkin dapat mengamati segala-galanya di lapangan. (2) Dalam melakukan catatan lapangan, kata sifat interpretative seperti “menyenangkan”, “cantik” dan “menarik” harus dihindari dan kata sifat diskriptif seperti warna, pengukuran dan kesengajaan. Pada waktu mencatat hasil observasi agar tidak mencampur adukan hasil pengumpulan data dengan interprestasi. (3) Kehadiran peneliti selama pengamatan hendaknya tidak mengganggu komunitas subyek, sehingga mereka tidak terpengaruh perilakunya. Mencermati beberapa pendapat di atas, tentang observasi ini dapat dikatakan bahwa observasi yaitu pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodean serangkaian prilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme sesuai dengan tujuan-tujuan empiris. Sementara pada tahap review data peneliti melakukan uji kekerabatan setiap makna yang muncul dari data. Disamping menyandar pada klarifikasi data, peneliti juga memfokuskan pada abstraksi data yang tertuang dalam bagan. Setiap bagan yang menunjang bagan, klarifikasi kembali, baik dengan informan di lapangan maupun melalui diskusi dengan sejawat. apabila hasil klarifikasi memperkuat kesimpulan atas data maka pengumpulan untuk komponen tersebut siap dihentikan (Suratno, 2010:8). D. Bentuk Data Yang Disajikan Purwanto (2008:262) mengemukakan bahwa data yang disajikan dapat berbentuk skor, persentase atau indeks. Bentuk data sangat tergantung pada bentuk mana yang memberikan manfaat maksimal kepada pembaca dalam memahami data. 1. Skor Data berbentuk skor merupakan data asli hasil pengukuran. Data ini langsung diambil berdasarkan hasil pengukuran variabel tertentu atas responden. Pengukuran dilakukan dengan mengubah respons yang diberikan oleh responden atas instrument menggunakan aturan skoring. 2. Persentase Data dapat disajikan dalam bentuk persentase. Skor diubah menjadi persentase dengan cara memabagi suatu skor dengan totalnya dan mengalikan 100. Misalnya: siswa yang tidak lulus ujian adalah 15 orang dari 50 orang peserta ujian. Data siswa yang tidak lulus adalah (15/50) x 100=30%. Data dalam bentuk persentase umumnya dipilih bila ingin diketahui posisi data diantara total keseluruhannya. Misalnya siswa sebanyak 15 orang yang tidak lulus sangat banyak jika yang mengikuti ujian 20 orang, sebab angka Volume 02 Nomor 2 Agustus 2014 219 ketidaklulusan adalah (15/20) x 100=75%. Oleh karena maksimal kelulusan adalah 100%, dan diketahui yang tidak lulus sebesar 75%, maka siswa yang lulus hanya sebesar 25%. 3. Indeks Data yang disajikan juga dapat diubah ke dalam bentuk angka indeks. Seperti juga penyajian data menggunakan persentase, pengubahan ke dalam angka indeks juga dimaksudkan untuk mengetahui nilai suatu skor diantara keseluruhan data. Bedanya, persentase disajikan dalam bentuk persen, sedang angka indeks disajikan dalam bentuk bilangan decimal. Misalnya: terdapat sebanyak 15 orang siswa tidk lulus dalam sebuah tes yang diikuti oleh 20 orang, maka angka ketidaklulusan adalah 15/20 = 0,75. Angka indeks maksimal yaitu keadaan dimana semua siswa lulus adalah 100, dan sebanayak 0,75 yang tidak lulus, angka indeks siswa yang lulus 0,25. Sementara untuk bentuk data yang disajikan dalam penelitian kualitatif juga dapat berbentuk teks naratif. Dalam melakukan penyajian data, selain dapat berupa, grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart, juga dapat berupa teks yang naratif. Hal ini dapat dilihat dalam format observasi. Format disini adalah bentuk wajah catatan lapangan. Bermacammacam format rakaman hasil observasi telah dikembangkan. Antara lain format dari Moleong pada halaman berikut: FORMAT MOLEONG Kelas V Tampak SD Jl. CL (Catatan Lapangan) No. 5 Siring, Selatan Bandung Pengamatan Tgl 22/04/2002 Guru : Ibu Ina Jam 10.10 – 11.45 Disusun jam 20.15 (judul) kelas yang aktif Tanggapan Pengamat : FORMAT OBSERVASI TEMA OBSERVASI: Lokasi Obyek : Tgl/Jam : Jenis Obyek : Pengamat : Catatan : Koding Data / Hasil Pengamatan E. Penyajian Data Observasi dan Review Jika data observasi telah terkumpul, tahap berikutnya adalah mengorganisasikan dan mengelompokkan fakta dari data tersebut guna tujuan penelitian. Tahap ini lebih banyak berhubungan dengan pengolahan dan penataan data. Proses pengolahan dan penataan data tersebut dapat dilakukan dengan cara manual yang paling sederhana sampai cara yang mengggunakan peralatan elektronis yang mutakhir. Cara penyajian data dapat dilakukan dengan cara menyajikan dalam bentuk tabel dan menyajikan dalam bentuk grafik atau diagram. Penyajian data ke dalam bentuk tabel maupun grafik yang sesuai biasanya dilakukan setelah data selesat disusun/ditata. Penyajian demikian bersamaan dengan pengukuran nilai-nilai deskriptif merupakan proses penyederhanaan data atau informasi ke dalam bentuk yang berguna untuk analisis. 1. Penyajian Data Tabel Penyajian data menggunakan atabel adalah penyusunan data untuk memudahkan membaca dan mengalisis data. Data mentah berserakan ditata dan diatur dalam sebuah tabel. Berdasarkan cara penyajiannya, tabel dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut. a. Tabel baris dan kolom Tabel ini sebagaimana namanya, memuat keterangan mengenai baris dan kolom. Sebagai contoh dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 1 Keadaan Perabot Ruangan Kegiatan Bermain Bebas TK Abadi Kota Gorontalo 2014/2015 Keterangan Jenis Peralatan/Perab Tidak Kond Ada ot Yang Dimiliki Ada isi Rak tempat 9 mainan Tikar/Karpet 9 Lemari tempat Baik 9 220 TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam mainan Sapu 9 Baik Baik Meja untuk menempatkan 9 mainan Baik Alat kelengkapan 9 setiap sentra Baik Papan/meja 9 lukis 9 Orgen/Piano Televisi 9 Baik Tempat sampah 9 Baik Sumber Data: TK Abadi Kota Gorontalo, 2014 Berdasarkan data pada tabel 1 tentang keadaan perabot ruangan kegiatan bermain bebas di TK Abadi Kota Gorontalo, menunjukkan adanya kesediaan beberapa jenis perabot yang dibutuhkan misalnya dalam hal: tikar/karpet, lemari tempat mainan, meja untuk menempatkan mainan, alat kelengkapan setiap sentra, papan/meja lukis, televisi, serta sapu dan tempat sampah tersedia dalam kondisi yang baik. Sedangkan perabotan yang tidak ada seperti: rak tempat mainan dan orgen/piano. b. Tabel distribusi frekuensi Tabel ini adalaha tabel yang menyusun distribusi datanya dalam bentuk frekuensi. Tabel ini dibagi menjadi dua yaitu tabel distribusi frekuensi tunggal dan bergolong. Tabel distribusi frekuensi tunggal adalah tabel yang digunakan untuk menyusun distribusi data dalam frekuensi dengan distribusi yang bersifat tunggal. Contohnya sebagai berikut. Tabel 2 Data Daya Serap Siswa Frekuensi Nilai (Siswa) 65 6 71 4 76 6 81 2 86 2 Jumlah 20 Sementara untuk tabel distribusi frekuensi bergolong adalah tabel yang digunakan untuk menyajikanm data dalam frekuensi dengan distribusi data bergolong. Berikut ini contohnya hasil pengamatan kegiatan guru dalam mengajar dengan menggunakan metode demonstrasi sebagai berikut. Tabel 3 Hasil Pengamatan Terhadap Kegiatan Guru Kategori Juml Persen Rentang tase ah No. Penilaia Nilai (%) n 90 – Sangat 1. 100 Baik 2. 75 – 89 Baik 6 40 3. 60 – 74 4. 40 – 59 5. 0 – 39 Jumlah Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Total 7 2 15 47 13 100 2. Penyajian Data Grafik Selain disajikan dalam bentuk tabel, data juga akan lebih informatif jika disajikan dalam bentuk gambar/grafik. Penyajian data dalam bentuk grafik umumnya lebih menarik perhatian dan mengesankan. Penyajian data secara grafis mempunyai berbagai fungsi. Sebagaimana dikemukakan Purwanto (2008:273) bahwa penyajian data dalam bentuk grafik adalah menggambarkan data secara visual dalam sebuah gambar. Penyajian data dalam bentuk ini lebih mudah dibaca daripada deretan data mentah. Grafik atau diagram seringkali digunakan dalam iklan dengan maksud agar konsumen memperoleh kesan yang mendalam terhadap ciri-ciri produk yang diiklankan. Kegiatan produksi lebih mudah dilihat dan dipelajari secara visual bila dinyatakan dalam angka-angka dan digambarkan secara grafis. Peta pengawasan kualitas merupakan alat yang penting dalam melakukan pengawasan produk maupun pengawasan proses produksi. Grafik penjualan suatu perusahaan memberi gambaran yang sederhana dan menarik mengenai perkembangan hasil penjualan yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Pada hakekatnya grafik dan tabel seyogyanya digunakan secara bersama-sama. Penyajian data dalam grafik lebih mudah dan menarik dibanding penyajian dengan tabel. Selain itu, grafik dapat melukiskan suatu peristiwa secara lebih mengesankan dan tidak membosankan. Namun demikian, penyajian secara grafis hanyalah bersifat aprosimatif. Angka-angka yang pasti dan rinci tentang suatu peristiwa dimuat dalam tabel. Oleh karena itu, analisis dan interpretasi data umumnya dilakukan terhadap data yang terdapat dalam tabel statistik. Penggambaran data dalam sebuah grafik dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis grafik tergantung sifat datanya. Bila data yang hendak disajikan merupakan data nominal, maka penyajian data menggunakan grafik berupa batang, lambing, garis atau lingkaran. Sedang bila data bersifat kontinum maka penyajian data biasanya menggunakan histogram, polygon dan kurva. a. Grafik batang Grafik batang adalah grafik yang menggambarkan data menggunakan batang. Batang menunjukkan data dan ketinggiannya menggambarkan frekuensinya. Contohnya sebagai berikut. Volume 02 Nomor 2 Agustus 2014 221 PENGHASILAN ORANG TUA (2005) 140 120 100 3 3% 80 60 Tidak Tuntas 40 20 Tuntas 2 33% 1 2 1 64% 0 Observasi Awal b. c. d. 222 3 Siklus II Grafik lambang Grafik lambing adalah penyajian data dengan menggambarkan data menggunakan lambing dari data yang dijelaskan. Misalnya data penduduk digambarkan dengan gambar manusia, data hasil panen digambarkan dengan ikatan padi dan sebagainya. Dalam menggambarkan lambing, grafik lambing menyertakan keterangan harga untuk tiap satu gambar, misalnya satu gambar mobil sama dengan 100 unit. Grafik garis Grafik garis sering disebut juga peta garis (line chart) atau kurva (curve), merupakan bentuk penyajian yang paling banyak dipakai dalam berbagai laporan perusahaan maupun penelitian ilmiah. Data dapat diklasifikasikan atas ciri-ciri kronologis, geografis, kuantitatif maupun kualitatif. Salah satu bentuk data yang dapat diklasifikasi secara kronologis adalah data deret berkala (time series). Sebagian besar distribusi data dapat diklasifikasi secara kuantitatif dalam bentuk distribusi frekuensi. Hasil kedua cara klasifikasi tersebut dapat digambarkan secara visual dalam bentuk kurva. Sedangkan data yang diklasifikasikann berdasarkan geografis maupun kualitatif, jarang digambarkan dalam bentuk kurva. Data demikian dapat digambarkan dengan peta balok (bar chart) atau bentuk peta lainnya. Grafik lingkaran Grafik lingkaran ini menarik, namun memiliki sisi kelemahan dalam hal tujuan untuk perbandingan antara sektor-sektor yang terdapat dalam lingkarannya. Penyajian berbagai data yang besarnya berbeda (ekstrim) dalam diagram yang sama, merupakan suatu prosedur yang meragukan. Mengingat lingkaran terdiri dari 360 derajat, maka 3,6 derajat berarti menggambarkan persentase sebesar 1%. Contohnya sebagai berikut. Berbeda dengan data nominal, data kontinum tidak dapat dipisahkan lepas satu sama lain secara ekslusif . data kontinum bersambungan dalam sebuah skala yang bersifat kontinum. Data kontinum ini disajika dalam bentuk histogram, polygon, dan kurva. a. Histogram Histogram adalah penyajian data kontinum dengan menggambarkannya dengan batang histogram. Contohnya sebagai berikut. 25 20 15 Tuntas 10 Belum tuntas 5 0 Observasi Awal Siklus II Poligon Poligon adalah grafik untuk menggambarkan data dengan menghubungkan titik-titik tengah batang histogram. b. Kurva Kurva juga digambarkan denganmenghubungkan titik-titik tengah batang histogram. Bedanya polygon berbentuk garis patah-patah, sedang pada kurva garis-garis itu dihaluskan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa data yang dikumpulkan melalui kegiatan pengumpulan data harus disajikan dengan baik sehingga memudahkan didalam membaca dan memahami data yang disajikan, baik dengan menggunakan tabel atau grafik. Penyajian data menggunakan tabel atau grafik dapat dilakukan TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam dengan berbagai macam cara yaitu dapat berbentuk tabel baris kolom atau tabel distribusi frekuensi. Penyajian data menggunakan grafik juga dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada data nominal, penyajian data dapat menggunakan grafik batang, lambing, garis atau lingkaran. Pada data kontinum penyajian data menggunakan histogram, polygon atau kurva. F. Contoh Penyajian Data Observasi Review dan Contoh data yang disajikan penulis dalam makalah ini adalah penyajian data observasi dalam penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul: “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fikih Melalui Metode Demonstrasi Di Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo”. Subjek penelitiannya adalah siswa Kelas IXA Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo yang berjumlah 26 orang, yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Dari hasil observasi awal ditemukan bahwa hampir keseluruhan siswa Kelas IXA Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo mengalami kesulitan belajar pada pelajaran Fikih, yang merupakan materi/bahan ajar, sehingga pada akhirnya hal tersebut akan sangat mempengaruhi hasil belajar yang diperolehnya. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Fiqih di kelas IXA Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo adalah 85%, sebagai ukuran ketuntasan individual. Dengan demikian suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara individual, jika siswa tersebut menmperoleh nilai ≥ 80. Sedangkan kelas dapat dikatakan tuntas belajarnya pada pokok bahasan atau sub pokok No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Keterangan: Sangat Baik Baik Cukup Baik Aspek Yang Diobservasi Membuka pertemuan pembelajaran Membangkitkan minat, perhatian, dan partisipasi siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran Apersepsi Penjelasan materi Penguasaan materi Penggunaan media Penguasaan metode mengajar Mengaktifkan siswa Bimbingan terhadap siswa Pemberian umpan balik Pengaturan waktu Evaluasi siswa Menyimpulkan materi Menutup kegiatan pembelajaran Jumlah Rata-Rata : SB :B : CB bahasan jika mencapai ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Sebagaimana yang peneliti amati banyak siswa Kelas IX di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo yang kesulitan dalam mempraktekkan konsep yang telah diterima terutama pada materi “Mengurusi Jenajah”, bagaimana cara yang tepat dan benar dalam melakukan praktek dalam memandikan jenazah, mengafani jenazah dan menyalatkan jenazah. Hal ini disebabkan oleh karena kurangnya contoh, model atau media untuk didemonstrasikan baik oleh guru atau siswa, sehingga berdampak pada kurangnya penguasaan siswa pada konsep yang diberikan oleh guru, sebab salah satu dari prinsip belajar yaitu siswa mampu menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak terpenuhi. Adanya kesulitan dalam mempelajari materi Fikih tersebut berakibat pada hasil belajar yang dicapai siswa rendah atau belum mencapai ketuntasan belajar. Berikut ini akan dipaparkan data hasil observasi dari kegiatan pengamatan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II pada Mata Pelajaran Fikih melalui metode demonstrasi di Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus 1 Sekolah Negeri Kota Gorontalo Kelas /Semester Mata Pelajaran : Fikih Pokok Bahasan Waktu : Madrasah Tsanawiyah : IXA/2 : Mengurusi Jenajah : 2 x 40 menit Klasifikasi Nilai SB - B 9 CB - KB - TB - - - 9 - - - - 9 9 2 13% - - 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 6 7 40% 47% Kurang Baik : KB Tidak Baik : TB Volume 02 Nomor 2 Agustus 2014 223 Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus 1 Sekolah : Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo Kelas /Semester : IXA/2 Mata Pelajaran : Fikih Pokok Bahasan : Mengurusi Jenajah Waktu : 2 x 40 menit Aspek Yang Diamati No Nama Siswa Menyolatkan Menyolatkan Menyolatkan jenazah jenazah jenazah 1 Abd. M Tandjung 87 87 90 2 Amal Mahdang 83 81 85 3 Moh.Afandi 60 57 57 4 Moh.Arif 83 82 84 5 Moh. Amal 60 60 60 6 Moh.Rinaldi 60 60 65 7 Muh.Andi Sukri 64 60 68 8 Muh. Triyanto 83 83 83 9 Ramdan Moo 95 95 95 10 Ridwan 72 74 76 11 Rofil 82 82 80 12 Sulman 82 81 81 13 Zulkarnain 90 90 90 14 Ikhsan 38 39 38 15 Ayu Milanda 60 61 62 16 Despin 80 80 81 17 Fatimatuzzahra 91 88 95 18 Hariyati 82 81 81 19 Indriyani .K 80 80 80 20 Magfirah 83 83 83 21 Maryam 70 70 70 22 Miftahuljannah 80 80 80 23 Lasmin 60 63 62 24 Nurhatimah 80 80 80 25 Verawati 57 59 60 26 Windriyani 82 81 81 RataRata 88 83 58 83 60 62 64 83 95 74 81 81 90 81 61 80 92 81 80 83 70 80 62 80 58 81 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus II Sekolah : Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo Kelas /Semester : IXA/2 Mata Pelajaran : Fikih Pokok Bahasan : Mengurusi Jenajah Waktu : 2 x 40 menit No 1 2 3 4 5 6 7 224 Klasifikasi Nilai Aspek Yang Diobservasi Membuka pertemuan pembelajaran Membangkitkan minat, perhatian, dan partisipasi siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran Apersepsi Penjelasan materi Penguasaan materi Penggunaan media - SB B 9 CB - KB - TB - - 9 - - - - 9 9 9 9 9 - - - - TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam - 8 9 10 11 12 13 14 15 Penguasaan metode mengajar Mengaktifkan siswa Bimbingan terhadap siswa Pemberian umpan balik Pengaturan waktu Evaluasi siswa Menyimpulkan materi Menutup kegiatan pembelajaran Jumlah Rata-Rata - 9 9 9 9 9 9 9 14 93% 9 1 7% - - Keterangan: Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik : SB :B : CB : KB : TB Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II Sekolah : Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo Kelas /Semester : IXA/2 Mata Pelajaran : Fikih Pokok Bahasan : Mengurusi Jenajah Waktu : 2 x 40 menit No Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Abd. M Tandjung Amal Mahdang Moh.Afandi Moh.Arif Moh. Amal Moh.Rinaldi Muh.Andi Sukri Muh. Triyanto Ramdan Moo Ridwan Rofil Sulman Zulkarnain Ikhsan Ayu Milanda Despin Fatimatuzzahra Hariyati Indriyani .K Magfirah Maryam Miftahuljannah Lasmin Nurhatimah Verawati Windriyani Aspek Yang Diamati Memandikan Mengafani Menyolatkan Jenazah jenazah jenazah 95 93 95 85 85 96 77 77 80 90 90 90 80 80 80 85 80 94 75 80 85 80 80 95 100 100 100 86 86 88 90 90 90 80 85 95 95 98 100 85 83 85 76 75 77 85 85 95 100 100 100 82 81 81 90 90 90 92 92 93 85 84 90 90 90 95 80 80 80 80 89 90 86 86 88 80 80 80 Volume 02 Nomor 2 Agustus 2014 RataRata 94 89 78 90 80 85 80 85 100 87 90 86 98 84 76 88 100 89 90 92 85 92 80 85 87 80 225 Cara penyajian data hasil observasi dari kegiatan pengamatan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II di atas, dapat disajikan sebagai berikut. Data pemantauan dan evaluasi terkait dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dapat dilihat pada aspek hasil penelitian berikut. 1) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Kegiatan guru diamati dengan menggunakan lembar pengamatan yang berpedoman pada format penilaian yang tersedia meliputi 15 (lima belas) aspek penilaian, sebagaimana terlampir. Berdasarkan penilaian pengamat diperoleh data sebagaimana nampak pada tabel berikut ini. Tabel 1: Hasil Pengamatan Siklus I Terhadap Kegiatan Guru Rentang Nilai Kategori Penilaian 2. 90 – 100 75 – 89 3. 60 – 74 4. 40 – 59 5. 0 – 39 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik No. 1. Jumlah Total Jum lah 6 7 2 15 Persent ase (%) 40 47 13 100 Sumber Data: Olahan Data Primer dari Kegiatan Guru Siklus 1, 2014 Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel di atas yang dilakukan terhadap kegiatan guru dalam menggunakan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar Fikih pada materi “Memahami Muamalat di Luar Jual Beli”, diperoleh hasil pengamatannya bahwa semua aspek pembelajaran tersebut di atas dilaksanakan oleh guru dengan cukup baik. Hal ini dapat dijelaskan dari 15 (lima belas) aspek kegiatan guru yang diamati terdapat 7 aspek (47%) yang mendapat penilaian dengan kategori cukup baik, 6 aspek (40%) berada pada kategori baik. Meskipun masih ada 2 aspek (13%) berada pada kategori kurang baik dalam hal: pemberian umpan balik dan pengaturan waktu yang kurang efektif sesuai dengan alokasi waktu yang ada. Sehingga diharapkan pada tindakan siklus berikutnya kedua aspek ini dapat diperbaiki oleh guru dan meningkat ke arah yang lebih baik. Berdasarkan hasil observasi selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus I diperoleh informasi, bahwa 1) guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, 2) guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu sehinga tidak semua siswa dapat melakukan demonstrasi, 3) ruang untuk pelaksanan 226 demonstrasi terlalu sempit karena dilakukan dalam kelas; serta 4) Sebagian media yang digunakan sebagai alat demonstrasi belum menyentuh pada dunia nyata, masih berupa audio visual. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. Hal-hal yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya meliputi: (1) guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan; (2) guru perlu mengelola waktu dan mendistribusikannya secara tepat sehingga semua siswa dapat melakukan demonstrasi secara baik; (3) untuk lebih efektifnya tujuan demonstrasi maka guru perlu melaksanakan demonstrasi di ruang terbuka dan luas di mana pandangan dapat terarah dengan bebas pada objek; dan (4) Media yang digunakan perlu menggunakan sesuatu yang lebih nyata/konkrit agar siswa bisa lebih bersemangat dalam melakukan demonstrasi sehingga hasilnya akan lebih maksimal. 2) Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Data hasil pengamatan kegiatan siswa terkait dengan hasil belajar Fikih pada materi “Mengurus Jenazah” yang diperoleh 26 orang siswa Kelas IXA di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo, diperoleh dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan siswa berdasarkan 3 (tiga) aspek yang diamati dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasil belajar nilai rata-rata siswa pada siklus 1 ini mengalami peningkatan yang cukup berarti dibanding dari kegiatan pengamatan awal sebelum dilakukan tindakan. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan siklus I dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan siswa terkait dengan hasil belajar yang dicapai siswa Kelas IX\ Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo pada masingmasing aspek yang diamati diperoleh hasil belajar sebagai berikut. TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Tabel 2: Distribusi Tes Hasil Belajar Siklus I Pada Mata Pelajaran Fikih Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo No Nama Siswa Skor Keterangan No T TT 9 14 Nama Siswa Skor Siswa Kelas IX Madrasah Keterangan T TT 9 - Abd. M 88 Ikhsan 81 Tandjung 9 9 2 Amal Mahdang 83 15 Ayu Milanda 61 9 9 3 Moh.Afandi 58 16 Despin 80 9 9 4 Moh.Arif 83 17 Fatimatuzzahra 92 9 9 5 Moh. Amal 60 18 Hariyati 81 9 9 6 Moh.Rinaldi 62 19 Indriyani .K 80 9 9 7 Muh.Andi Sukri 64 20 Magfirah 83 9 9 8 Muh. Triyanto 83 21 Maryam 70 9 9 9 Ramdan Moo 95 22 Miftahuljannah 80 9 9 10 Ridwan 74 23 Lasmin 62 9 9 11 Rofil 81 24 Nurhatimah 80 9 9 12 Sulman 81 25 Verawati 58 9 9 13 Zulkarnain 90 26 Windriyani 81 Jumlah 1004 8 5 Jumlah 1160 9 4 Jumlah skor : 2164 Jumlah skor maksimal ideal : 2600 Rata-rata skor tercapai : 83,23 Sumber Data: Olahan Data Primer dari Kegiatan Siswa Siklus 1, 2014 Keterangan: metode demonstrasi diperoleh nilai rata-rata T : Tuntas hasil belajar siswa adalah 83,23 dan TT : Tidak Tuntas ketuntasan belajar mencapai 65,38% atau ada Jumlah siswa yang tuntas : 17 orang 17 siswa dari 26 siswa sudah tuntas belajar. Jumlah siswa yang belum tuntas : 9 orang Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada Klasikal : Belum tuntas siklus I secara klasikal siswa belum tuntas Berdasarkan data pada tabel 2 belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ tersebut, diperoleh data bahwa dari 26 siswa 80 hanya sebesar 65,38% lebih kecil dari Kelas IXA Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu Gorontalo sudah terdapat 17 orang siswa yang sebesar 85%. Sebagaimana digambarkan tuntas dalam belajar Fikih, namun masih dalam histogram berikut ini. terdapat 9 orang siswa yang belum mencapai Grafik 1: Hasil Tes Belajar Siklus 1 Pada ketuntasan belajar. Hal ini dapat dilihat dari Mata Pelajaran Fikih Siswa Kelas nilai rata-rata tes formatif yang diperoleh IX Madrasah Tsanawiyah Negeri meningkat dari 26,92% menjadi 83,23% Kota Gorontalo setelah didakan tindakan siklus 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel rekapitulasi 20 hasil tes belajar siswa berikut ini. Tabel 3: Rekapitulasi Hasil Tes Belajar Siklus 15 1 Pada Mata Pelajaran Fikih 10 Siswa Kelas IXA Madrasah Tuntas Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo 5 Belum tuntas 1 No Uraian 0 Observasi Awal Hasil Siklus 1 Nilai rata-rata tes 83,23 formatif Jumlah siswa yang 17 2 tuntas belajar Persentase 3 65,38 ketuntasan belajar Sumber Data: Olahan Data Primer Kegiatan Siswa Siklus 1, 2014 1 Keterangan: Observasi awal dari Dari tabel 3 di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Volume 02 Nomor 2 Agustus 2014 : 7 siswa yang sudah tuntas belajar, 19 orang siswa yang belum tuntas belajar (ketuntasan belajar 26,92%) 227 Siklus 1 : 17 siswa yang sudah tuntas belajar, 9 orang siswa yang belum tuntas belajar (ketuntasan belajar 65,38%) Mencermati hasil belajar yang dicapai siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo pada mata pelajaran Fikih melalui pelaksanaan tindakan siklus 1 mencapai 65,38%, apabila dibandingkan dengan indikator keberhasilan dalam penelitian > 85%, sebagai hasil dari penerapan metode demonstrasi, belum mencapai target tersebut, maka penelitian tindakan ini dilanjutkan pada kegiatan siklus II. Selanjutnya berikut ini akan dipaparkan hasil pengamatan kegiatan guru dan hasil pengamatan kegiatan siswa IX Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo pada mata pelajaran Fikih melalui pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut. 1) Hasil pengamatan kegiatan guru Pengamatan kegiatan guru dalam proses pembelajaran pada siklus II, sama halnya dengan aspek yang diamati pada siklus I. Siklus II juga mengamati 15 (lima belas) aspek sebagaimana terlampir. Aspek tersebut juga diamati dengan menggunakan lembar pengamatan yang disusun untuk memantau perkembangan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan penilaian oleh kolaborator, maka data tentang hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4: Hasil Pengamatan Siklus II Terhadap Kegiatan Guru Rentang Nilai Kategori Penilaian 2. 90 – 100 75 – 89 3. 60 – 74 4. 40 – 59 5. 0 - 39 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik No. 1. Jumlah No 1 2 3 4 5 6 7 8 228 Juml ah Persenta se (%) - 93 14 1 7 - - - Total 100 15 Nama Siswa Skor Abd. M Tandjung Amal Mahdang Moh.Afandi Moh.Arif Moh. Amal Moh.Rinaldi Muh.Andi Sukri Muh. Triyanto Keterangan No Sumber Data: Olahan Data Primer dari Kegiatan Guru Siklus II, 2014 Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus II diketahui bahwa semua aspek dilaksanakan oleh guru dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari 15 (lima belas) aspek yang dinilai terdapat 14 aspek (80%) yang mendapat penilaian dengan kategori baik, 1 aspek (13%) yang mendapat penilaian cukup baik. Berdasarkan data observasi yang telah diperoleh pada siklus II disebutkan bahwa (1) selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik sesuai dengan RPP. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar; (2) berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif dan semangat selama proses belajar berlangsung; (3) kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga hasilnhya menjadi lebih baik, serta (4) hasil belajar siswa pada siklus II sudah tuntas baik individual atau klasikal. Pada siklus II guru telah menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran dengan baik, dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik, maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah menyempurnakan kekurangan yang ada dan mempertahankan apa yang telah dicapai sehingga tujuan pembelajaran dapat terwujud dengan maksimal 2) Hasil pengamatan kegiatan siswa Berdasarkan hasil analisis data sesuai dengan aspek yang diamati diperoleh hasil belajar rata-rata siswa setelah diadakan tindakan siklus II mengalami peningkatan sebagaimana dalam tabel berikut ini. Tabel 5: Distribusi Tes Hasil Belajar Siklus II Pada Mata Pelajaran Fikih Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo Keterangan Nama Siswa Skor T TT T TT 94 9 - 14 Ikhsan 84 9 - 89 78 90 80 85 80 85 9 9 9 9 9 9 9 - 15 16 17 18 19 20 21 Ayu Milanda 76 Despin 88 Fatimatuzzahra 100 Hariyati 89 Indriyani .K 90 Magfirah 92 Maryam 85 9 9 9 9 9 9 9 - TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 9 9 Ramdan Moo 100 22 Miftahuljannah 92 9 9 Ridwan 87 23 Lasmin 80 9 9 Rofil 90 24 Nurhatimah 85 9 9 Sulman 86 25 Verawati 87 9 9 Zulkarnain 98 26 Windriyani 80 Jumlah 1142 12 1 Jumlah 1312 12 1 Jumlah skor : 2454 Jumlah skor maksimal ideal : 2600 Rata-rata skor tercapai : 94,38 (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II Sumber Data: Olahan Data Primer dari ini mengalami peningkatan signifikan lebih Kegiatan Siswa Siklus II, 2014 baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil Keterangan: belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam T : menerapkan metode demonstrasi sehingga Tuntas siswa menjadi termotivasi, antusias, aktif dan TT : partisipatif dengan metode pembelajaran Tidak Tuntas seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam Jumlah siswa yang tuntas : 24 orang memahami materi yang telah diberikan. Jumlah siswa yang belum tuntas : 2 orang Sebagaimana digambarkan dalam gambar Klasikal : berikut ini. Tuntas Berdasarkan data pada tabel 5 Grafik 2: Hasil Tes Belajar Siklus II Pada Mata tersebut, diperoleh data bahwa dari 26 siswa Pelajaran Fikih Siswa Kelas IX Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Madrasah Tsanawiyah Negeri Gorontalo sudah terdapat 24 orang siswa yang Kota Gorontalo tuntas dalam belajar Fikih, sementara siswa yang belum tuntas belajarnya tinggal 2 orang siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata tes formatif yang diperoleh meningkat dari 25 83,23% menjadi 94,38% setelah didakan 20 tindakan siklus 1. Untuk lebih jelasnya dapat 15 dilihat dalam tabel rekapitulasi hasil tese Tuntas 10 belajar siswa berikut ini. Belum tuntas 5 Tabel 6: Rekapitulasi Hasil Tes Belajar 0 Siklus II Pada Mata Pelajaran Fikih Observasi Siklus II Siswa Kelas IXA Madrasah Awal Tsanawiyah Negeri Kota Gorontalo No Uraian Hasil Siklus 1 Keterangan: 9 10 11 12 13 1 Nilai ratarata tes formatif 2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 24 3 Persentase ketuntasan belajar 92,31 Observasi awal 94,38 : 7 siswa yang sudah tuntas belajar, 19 orang siswa yang belum tuntas belajar (ketuntasan belajar 26,92%) Siklus I : 17 siswa yang sudah tuntas belajar, 9 orang siswa yang belum tuntas belajar (ketuntasan belajar 65,38%) dari Siklus II : 24 siswa yang sudah tuntas belajar, 2 orang siswa yang belum tuntas belajar (ketuntasan belajar 92,31%) Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 94,38 dan dari 26 siswa telah tuntas sebanyak 24 siswa dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 92,31% Mencermati hasil belajar yang dicapai siswa Kelas IX MTs AlKhaairat Gorontalo pada mata pelajaran Fikih melalui pelaksanaan tindakan siklus II mencapai ketuntasan belajar 92,31%, apabila dibandingkan dengan indikator keberhasilan dalam penelitian > Sumber Data: Olahan Data Primer Kegiatan Siswa Siklus II, 2014 Volume 02 Nomor 2 Agustus 2014 229 85%, sebagai hasil dari penerapan metode demonstrasi, sudah melampaui target ketuntasan belajar yang ditetapkan, maka penelitian tindakan ini tidak dilanjutkan pada kegiatan siklus III. G. Penutup Data yang dikumpulkan melalui kegiatan pengumpulan data observasi harus disajikan dengan baik sehingga memudahkan didalam membaca dan memahami data yang disajikan, baik dengan menggunakan tabel atau grafik. Penyajian data sangat penting dalam observasi, karena dengan penyajian data ini akan membantu pembaca memahami data secara cepat dan mudah. Dengan menyusunnya dalam bentuk yang lebih teratur, maka data lebih mudah dianalisis atau direview untuk ditarik kesimpulan. Adapun beberapa saran yang dapat dikemukakan sehubungan dengan pembahasan yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut. 1. Dalam melakukan catatan lapangan melalui observasi, kata sifat interpretative seperti “menyenangkan”, “cantik” dan “menarik”. Pada waktu mencatat hasil observasi agar tidak mencampur adukan hasil pengumpulan data dengan interprestasi, sehingga memudahkan di dalam penyajian data. 2. Dalam menyajikan data observasi ke dalam bentuk tabel atau grafik, hendaknya penampilan dan gambaran data lebih mudah dibaca dan dipahami. Dengan menyusunnya dalam bentuk yang teratur maka dapat lebih mudah dianalisis untuk ditarik kesimpulan. DAFTAR PUSTAKA Ferquson, G.A & Takane, Y. 1989. Statistical Analysis in Psychology and Education. New York: McGRaw Hill Book Company Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Suratno. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Banjarmasin: Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri “Antasari” Banjarmasin 230 TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam