UJI BEDA MODEL PENGUNGKAPAN CSR SYARIAH

advertisement
UJI BEDA MODEL PENGUNGKAPAN CSR SYARIAH
PADA BANK UMUM SYARIAH
(STUDI: INDONESIA DAN MALAYSIA)
Irman Firmansyah
Dosen dan Peneliti pada Prodi Akuntansi FE UNSIL
[email protected]
ABSTRAK
CSR is a form of corporate social responsibility that shows concern for the
environment. CSR is divided into two, CSR internal and external CSR.
Internal CSR is related to all employees while external CSR relates to the
environment. This research examines whether there are differences in CSR
disclosure in Islamic banking in Indonesia and Malaysia with t-test analysis
in the study period from 2004 to 2011. The analysis showed that there are
not significant differences between CSR disclosure in Islamic banking in
Indonesia and Malaysia.
Keywords: Islamic Bank, CSR, t-test
1. Latar Belakang
Akuntansi berkembang pesat hingga saat ini. Dimulai dari fase akuntansi
manajemen yang berbasis kepentingan manajemen. Pada fase ini pembuat laporan
keuangan akan melaporkan informasi keuangannya kepada pemilik modal kaitannya
dengan kepentingan manajemen dalam mengelola perusahaan. Karena kepentingan
manajemen inilah maka laporan keuangan dibuat sebaik mungkin guna menggambarkan
kondisi perusahaan yang terus membaik. Profit yang maksimal mengakibatkan
manajemen mempunyai award dari pemilik modal. Oleh karena itu segala upaya
dilakukan agar profit terus meningkat meskipun tanpa memperhatikan kondisi
lingkungan kerja (internal perusahaan) kaitannya dengan kondusifitas para pekerja
maupun lingkungan sekitar (eksternal perusahaan). Hal inilah yang menjadi pangkal
kesalahan menurut pandangan Islam dalam hal pengelolaan perusahaan/berbisnis yang
berorientasi finansial semata, karena dampak buruk atas aktivitas perusahaan yang tidak
memperhatikan sosial akan dirasakan oleh masyarakat sekitar (Firmansyah, 2013).
Namun, saat ini orientasi perusahaan sudah mulai memasukkan tujuan lain yaitu
bagaimana membangun kesejahteraan sosial di lingkungan perusahaan atau disebut
1
membangun tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Secara
umum corporate social responsibility (CSR) dapat didefinisikan sebagai tanggung
jawab yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk
berlaku etis dan memenuhi seluruh aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dengan baik
demi pembangunan yang berkelanjutan (Wibisono, 2007). Dengan demikian informasi
yang diungkapkan tidak hanya informasi keuangan, tetapi informasi lain yaitu mengenai
dampak sosial (externalities) dan lingkungan hidup yang diakibatkan aktivitas
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dapat memperoleh legitimasi dengan
memperlihatkan tanggung jawab sosial melalui pengungkapan CSR dalam media
termasuk dalam laporan tahunan perusahaan (Haniffa dan Coke, 2005). Kiroyan (2006)
dalam Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan bahwa dengan menerapkan CSR,
diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan
kekuatan keuangannya dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para
pelaku pasar.
Jenis perusahaan yang saat ini berkembang pesat terutama berbasis syariah
adalah perbankan. Dimana produk-produk yang dikembangkan berbasis alquran dan
alhadits, sehingga akuntansi mengikuti perkembangan itu sebanding dengan kemajuan
guna kepentingan manajemen dalam melaporkan segala aktivitas keuangannya. Namun
yang tak kalah pentingnya yaitu pelaporan aktivitas usaha yang bukan berbasis
keuangan yaitu berbasis sosial yang sering kita sebut pengungkapan CSR.
Pengungkapan CSR tentunya harus ada ukuran yang pasti agar pelaporan CSR menjadi
sesuai dengan tujuan.
Di Indonesia, wacana tentang tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di
kalangan perbankan juga sudah cukup berkembang. Kepedulian sosial perbankan mulai
tampak nyata. Kendati belum optimal, upaya perbankan ini merupakan awal yang
positif untuk memulai kegiatan yang lebih besar. Bahkan Pemerintah Indonesia pun
memberikan respon yang baik terhadap pelaksanaan CSR dengan menganjurkan praktik
tanggung jawab sosial (social responsibility) sebagaimana dimuat dalam Undangundang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Bab IV pasal 66 ayat 2b dan Bab
V pasal 74. Kedua pasal tersebut menjelaskan bahwa laporan tahunan perusahaan harus
mencerminkan tanggung jawab sosial, bahkan perusahaan yang kegiatan usahanya di
2
bidang dan/ atau berkaitan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab
sosial.
Sampai saat ini pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan keuangan
masih belum ada pedoman pasti. Namun pelaporan sosial perusahaan dapat mengacu
pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (IAI, 2012) tentang penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan, khususnya paragraf kesembilan. Dalam PSAK
tersebut tidak secara tegas mengharuskan perusahaan untuk melaporkan tanggung jawab
sosial mereka. Pengelompokan, pengukuran dan pelaporan juga belum diatur, jadi untuk
pelaporan tanggung jawab sosial diserahkan pada masing-masing perusahaan. Hal ini
kemungkinan akan berdampak pada tidak seriusnya perusahaan dalam mengungkapkan
tanggung jawab sosialnya yang berakibat pula pada berbedanya tingkat pengungkapan
sosial antar bank.
Konsep CSR juga dibahas dalam ajaran Islam. Lembaga yang menjalankan
bisnisnya berdasarkan syariah pada hakekatnya mendasarkan pada filosofi dasar
Alquran dan Assunnah, sehingga menjadikan dasar bagi pelakunya dalam berinteraksi
dengan lingkungan dan sesamanya. Oleh karenanya ikatan hubungan antara institusi
dengan lingkungannya dalam konsep syariah akan lebih kuat ketimbang dalam konsep
konvensional. Hal ini didasarkan pada lembaga bisnis syariah didasarkan pada dasardasar religius.
Ahmad (2002) dalam Fitria dan Hartanti (2010) menjelaskan bahwa lembaga yang
menjalankan bisnisnya berdasarkan syariah pada hakekatnya mendasarkan pada filosofi
dasar Al-quran dan sunnah, sehingga hal ini menjadikan dasar bagi pelakunya dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dusuki dan Dar (2005) menyatakan
bahwa pada perbankan syariah tanggung jawab sosial sangat relevan untuk dibicarakan
mengingat beberapa faktor yaitu, perbankan syariah berlandaskan syariah yang
beroperasi dengan landasan moral, etika dan tanggung jawab sosial dan adanya prinsip
atas ketaatan pada perintah Allah dan khalifah.
Pemerintah di negara-negara berpopulasi muslim seperti Malaysia dan Indonesia
serta institusi-institusi regulator internasional seperti Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) secara terus menerus
menyuarakan dan mengupayakan adanya pengembangan dan adopsi format pelaporan
semacam laporan CSR untuk diformulasikan bagi lembaga-lembaga keuangan Syariah
3
(Sharani, 2004; Yunus, 2004). Oleh karena itu baik Indonesia maupun Malaysia
berusaha untuk menyeragamkan format pelaporan CSR sesuai dengan kaidah Islam
melalui institusi AAOIFI.
Oleh karena itu, mengingat industri perbankan syariah di dunia termasuk di
Indonesia dan Malaysia saat ini sedang tumbuh dengan cukup pesat, ditambah dengan
isu praktek dan pengungkapan CSR yang makin marak, maka penulis tertarik untuk
meneliti pengungkapan CSR di Indonesia dan Malaysia yaitu dengan membandingkan
nilai pengungkapan di kedua negara tersebut guna melihat apakah ada perbedaan
pengungkapan ataukah tidak ditinjau dari perspektif yang sesuai dengan kaidah Islam
yaitu Islamic Social Reporting Index (ISR).
2. Pustaka
2.1 Teori Legitimasi
Teori ini menjembatani keinginan masyarakat atas keberadaan perusahaan di
tengah-tengah mereka. Masyarakat memiliki kekuatan besar untuk mengalahkan segala
bentuk kekuasaan perusahaan sehingga ancaman keberlangsungan usaha terus
mengikuti sesuai dengan perilaku perusahaan. Oleh karena itu legitimasi masyarakat
atas keberadaan perusahaan menjadi sangat penting guna menghindari kejadian yang
tidak diinginkan.
Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat
kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat.
Dengan demikian legitimasi dapat dikatakan sebagai manfaat atau sumber potensial
bagi perusahaan untuk bertahan hidup. Ketika ada perbedaan antara nilai-nilai yang
dianut perusahaan dengan nilai-nilai masyarakat, legitimasi perusahaan akan berada
pada posisi terancam (Dowling dan Pfeffer, 1975).
Teori legitimacy ini berdasar pada pernyataan bahwa terdapat sebuah ”kontrak
sosial” antara perusahaan dengan lingkungan di mana perusahaan tersebut beroperasi.
Kontrak sosial adalah sebuah cara untuk menjelaskan banyaknya ekspektasi yang
dimiliki masyarakat mengenai bagaimana seharusnya perusahaan menjalankan
operasinya (Deegan, 2004).
Oleh karena itu untuk melaksanakan kontrak sosial tersebut, maka perusahaan
akan melakukan disclosure pada laporan tahunannya. Disclosure mengenai aktivitas
4
sosial perusahaan yang diinformasikan kepada masyarakat menjadi modal perusahaan
dalam memperoleh legitimasi.
Menurut pandangan teori legitimacy, perusahaan harus secara kontinyu beroperasi
sejalan dengan nilai-nilai masyarakat. Hal ini seringkali dicapai melalui laporan
perusahaan bentuk medium (Guthrie et al., 2006). Lindblom (1994) dalam Guthrie et al
(2006) menyarankan bahwa perusahaan dapat menggunakan disclosure untuk
memperlihatkan perhatian manajemen terhadap nilai-nilai masyarakat atau untuk
mengalihkan perhatian masyarakat dari pangaruh negatif dari aktivitas perusahaan.
Ada beberapa upaya yang perlu dilakukan perusahaan dalam mengelola legitimasi
agar efektif (Dowling dan Pfeffer, 1975 dalam Hadi 2011):
1. Melakukan identifikasi dan komunikasi dan dialog dengan publik
2. Melakukan komunikasi atau dialog tentang masalah nilai sosial kemasyarakatan
dan lingkungan, serta membangun persepsi tentang perusahaan
3. Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan terkait dengan CSR
Dari beberapa pendapat dan penjelasan mengenai teori legitimasi di atas, maka
dapat dinilai bahwa tanggungjawab sosial (CSR) dipandang sebagai suatu kebijakan
yang disetujui antara perusahaan dengan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud di sini
adalah masyarakat yang telah memberikan izin kepada perusahaan untuk menggunakan
sumber daya alam dan manusianya serta izin untuk melakukan fungsi produksinya. Jadi
dalam pelaporan CSR perusahaan harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku di
masyarakat. Karena itu, CSR merupakan suatu kewajiban asasi perusahaan yang tidak
bersifat sukarela. Namun harus diingat bahwa izin tersebut tidaklah tetap sehingga
kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari perusahaan bergantung pada bagaimana
perusahaan secara terus menerus berevolusi dan beradaptasi terhadap perubahan
keinginan dan tuntutan dari masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas maka teori legitimasi merupakan salah satu teori
yang mendasari pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dalam hal ini
perbankan syariah. Pengungkapan tanggungjawab sosial dilakukan untuk mendapatkan
nilai positif dan legitimasi dari masyarakat.
5
2.2 Konsep CSR
Tanggungjawab sosial atau yang sering kita dengan dengan istilah corporate
social responsibility (CSR) adalah suatu konsep yang saat ini tengah populer namun
sampai saat ini belum memiliki batasan yang sepadan. Banyak ahli, praktisi dan peneliti
belum memiliki kesamaan dalam memberikan definisi. McWilliams dan Siegel (2001)
dalam Mursitama (2011:23) mendefinisikan CSR sebagai serangkaian tindakan
perusahaan yang muncul untuk meningkatkan produk sosialnya, memperluas jangkauan
melebihi kepentingan ekonomi eksplisit perusahaan, dengan pertimbangan tindakan
semacam ini tidak disyaratkan oleh peraturan hukum. Sedangkan Maignan dan Ferrel
(2004) dalam Mursitama (2011:23) mengartikannya sebagai perilaku bisnis, di mana
pengambilan keputusannya mempertimbangkan tanggung jawab sosial dan memberikan
perhatian secara lebih seimbang terhadap kepentingan stakeholder yang beragam.
Jamali dan Mirshak (2007) mengutip definisi CSR oleh The World Business
Council for Sustainable Development (WBSCD) mendefinisikan CSR sebagai
komitmen bisnis untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi berkelanjutan,
bekerja sama dengan para pekerja, keluarga mereka dan komunitas lokal (Mursitama,
2011:26).
2.3 CSR dalam Pandangan Islam
Islam yang merupakan agama rahmatan lil alamin memberikan petunjuk bagi
umat manusia dalam segala hal dan bersifat universal. Tidak hanya hablumminalloah
(hubungan manusia dengan Alloh SWT) tetapi juga hablun minannas (hubungan antar
manusia) sehingga kehidupan perekonomian dipandang sangat penting menurut islam
bagi kehidupan sehari-hari agar manusia tidak terjerumus ke dalam jurang kesalahan
yang mencelakakan. Bisnis yang dijalankan oleh manusia tidak boleh merugikan orang
lain karenanya islam mengatur bagaimana cara berbisnis yang baik dan maslahat.
Cakupan Islam mengenai bisnis sangat luas. Islam memberikan penekanan yang
signifikan pada sistem ekonomi secara keseluruhan. Islam juga menyatakan bahwa
bisnis merupakan salah satu aktivitas yang paling penting dalam sebuah sistem
(Affandi, 2002). Oleh karena itu, Islam memberikan konsep bisnis dalam Islam untuk
dapat mencapai kesuksesan dunia maupun akhirat (al falaah).
6
2.4. Pengungkapan CSR dengan Ukuran ISR
Pengungkapan tanggungjawab sosial merupakan pengungkapan informasi terkait
dengan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan dalam hal ini bank syariah.
Pengungkapan tanggung jawab sosial bank syariah diukur dengan proksi Islamic Social
Reporting (ISR) karena menggambarkan aktivitas sosial menurut pandangan islam yang
diungkapkan dalam annual report. Indikator ISR seperti pada penelitian Othman dan
Thani (2010) yang terdiri dari 6 fokus pengungkapan, yaitu investasi dan keuangan
(finance and investment theme), tata kelola organisasi (corporate governance theme),
produk dan jasa (product and Service theme), tenaga kerja (employees theme), sosial
(society theme) dan lingkungan (environment theme) dengan total skor dari 6 fokus
pengungkapan
adalah
sebanyak
43
pengungkapan.
Berikut
adalah
rincian
pengungkapan dalam ISR:
Tabel 1: Pengungkapan Tanggungjawab sosial (Social Reporting) berdasarkan
Islamic Social Reporting (ISR)
NO.
A
1
2
3
4
5
6
B
7
8
9
10
C
11
12
13
14
15
16
17
18
Item Of Disclosure
Finance And Investment
Riba Activities
Gharar
Zakat : method used, zakatable amount, beneficiaries
Late Repayments and Insolvent Clients/Bad Debts written-off
Current Value Balance Sheet (CVBS)
Value Added Statement (VAS)
Products And Services
Green product
Halal status of the product
Product safety and quality
Customer complaints/incidents of non-compliance with regulation and
voluntary codes (if any)
Employees
Nature of work: Working hours, holiday, other benefits
Education and Training/Human Capital Development
Equal Opportunities
Employee involvement
Health and Safety
Working environment
Employment of other special-interest-group (i.e. handicapped, exconvicts, former drug-addicts)
Higher echelons in the company perform the congregational prayers
with lower and middle level managers.
7
Muslim employees are allowed to perform their obligatory prayers
during specific times and fasting during Ramadhan on their working
day.
20
Proper place of worship for the employees.
D
Society
21
Saddaqa/Donation
22
Waqf
23
QardHassan
24
Employee Volunteerism
25
Education-School Adoption Scheme: Scholarship
26
Graduate employment
27
Youth development
28
Underprivileged community
29
Children care
30
Charities/Gifts/Social activities
31
Sponsoring public health/recreational project/sports/cultural events
E
Environment
32
Conservation of environment
33
Endangered wildlife
34
Environmental Pollution
35
Environmental Education
36
Environmental Products/Process related
37
Environmental Audit/independent verification/governance
38
Environmental Management System/Policy
F
Corporate Governance
38
Shariah compliance status
Ownership structure: Number of muslim shareholders and its
40
shareholdings
41
Board structure-muslim vs non-muslim
Forbidden activities: monopolistic practice, boarding necessary goods,
42
price manipulation, fraudulent business practice, gambling
43
Anti-corruption policies
Othman dan Thani (2010)
19
Pengukuran ISR mengacu pada penelitian Othman dan Thani (2010) yang
menggunakan content analysis dalam mengukur variety dari ISR. Content analysis
adalah salah satu metode pengukuran ISR yang sudah banyak digunakan dalam
penelitian-penelitian sebelumnya. Pendekatan ini pada dasarnya menggunakan
pendekatan dikotomi yaitu setiap item ISR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika
diungkapkan dan nilai 0 jika tidak diungkapkan.
Tahapan content analysis dilakukan sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data penelitian (laporan tahunan) bank umum syariah;
8
2. Menganalisis pengungkapan tanggungjawab sosial sesuai dengan kriteria yang
ada pada Islamic Social Reporting (ISR);
3. Memberikan skor 1 pada setiap item yang diungkapkan dan memberikan skor 0
jika item tidak diungkapkan;
4. Menghitung
jumlah
skor
pengungkapan
dibandingkan
dengan
total
pengungkapan yang seharusnya diungkapkan untuk diambil nilai indeksnya.
Rumus perhitungan Islamic Social Reporting Index (ISRI) adalah sebagai
berikut
ISRIj =
x 100%
2.5 Penelitian Terdahulu
Belum ada penelitian yang secara khusus meneliti perbedaan pengungkapan
CSR syariah pada Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia dengan analisis uji
beda, namun Sofyani dkk (2012) hanya menganalisis ISR pada tiga bank syariah di
Indonesia dan di Malaysia dengan melakukan content analysis saja tiap pengungkapan
CSR dengan rata-rata pengungkapan di Indonesia sebesar 65,35% dan di Malaysia
sebesar 75,44%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis melihat terdapat perbedaan nilai
antara pengungkapan CSR syariah di Indonesia dan Malaysia yang harus diuji kembali.
Sehingga hipotesis yang diajukan yaitu:
Ha: Terdapat perbedaan antara pengungkapan CSR Syariah pada Bank Umum Syariah
di Indonesia dengan Bank Umum Syariah di Malaysia
3. Metode Penelitian
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah
yang ada di Indonesia dan Malaysia pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2011 dengan
data yang diambil dari website masing-masing perbankan syariah. Sehingga data yang
diperoleh adalah 10 bank umum syariah di Indonesia dan 7 bank umum syariah di
Malaysia dengan data tahunan.
9
3.2. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis uji beda (uji t) sampel
independen antara data pengungkapan CSR Syariah pada Bank Umum Syariah di
Indonesia dan Malaysia. Dalam melakukan analisis uji hipotesis, prosedur yang
dilakukan dibantu dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS Ver. 16 for
windows.
4. Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ditetapkan sampel yang sesuai dengan kriteria kebutuhan
penelitian yaitu bank syariah yang mempublikasikan laporan tahunan (annual report)
melalui media website dari tahun 2004 sampai 2011. Maka diperoleh sejumlah 10 bank
umum syariah di Indonesia dan 7 bank umum syariah di Malaysia dengan periode
observasi yang berbeda-beda. Perbedaan periode observasi tersebut dikarenakan banyak
bank yang berdiri di atas tahun 2004 serta ada beberapa periode yang laporan
tahunannya tidak dipublikasikan.
Tabel 2: Data Pengamatan Bank Umum Syariah di Indonesia
Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Bank Umum Syariah
Bank Muamalat Indonesia
Bank Syariah Mandiri
Bank Mega Syariah
Bank Bukopin Syariah
Bank BRI Syariah
Bank BCA Syariah
Bank BNI Syariah
Bank BJB Syariah
Bank Panin Syariah
Bank Victoria Syariah
Periode Pengamatan
(tahun)
2004-2011
2006-2011
2007-2011
2009-2011
2010-2011
2010-2011
2010
2010
2011
2010-2011
Tabel 3: Data Pengamatan Bank Umum Syariah di Malaysia
Nomor
1
2
3
Nama Bank Umum Syariah
Bank Islam Malaysia Berhad
RHB Islamic Berhad
Bank Muamalat Malaysia
10
Periode Pengamatan
(tahun)
2004-2011
2005-2011
2005-2011
Alkhoir International Islamic Bank
Malaysia Berhad
Affin Islamic Bank Berhad
Hong Leong Islamic Berhad
MayBank Islamic Berhad
4
5
6
7
2008-2011
2008-2011
2006-2010
2008-2009
4.2. Analisis Uji Beda (Ujit t) Pengungkapan CSR Syariah
Berdasarkan hasil content analysis atas data pengungkapan CSR syariah pada
perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia, maka diperoleh data rata-rata
pengungkapan CSR yaitu sebesar 41,6% di Indonesia dan 32,5% di Malaysia (lihat
tabel 4) dengan standar deviasi masing-masing sebesar 0,15 dan 0,14 jauh di bawah
nilai rata-rata sehingga data bersifat homogen. Dengan data yang telah diperoleh
tersebut maka dapat kita lihat ternyata rata-rata pengungkapan CSR baik di Indonesia
maupun di Malaysia masih jauh di bawah rata-rata sehingga menunjukkan masih
jauhnya perbankan syariah dalam melakukan pengungkapan sesuai dengan yang
seharusnya menurut Islamic Social Reporting (ISR).
Tabel 4: Group Statistics
Negara
CSR
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1
31
.4161
.15194
.02729
0
33
.3254
.14130
.02460
Sumber: Output SPSS (data diolah)
Analisis selanjutnya yaitu melakukan uji t atas data ISR yang telah diperoleh
untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan sebelumnya mengenai apakah secara
statistik terdapat perbedaan antara pengungkapan CSR syariah di Indonesia dan
Malaysia.
Tabel 5: Analisis Uji t
Levene's Test for Equality of
Variances
CSR
Equal variances assumed
Equal variances not assumed
Sumber: Output SPSS (data diolah)
11
F
Sig.
.305
.582
Dari tabel 5 diketahui bahwa nilai signifikansi yaitu sebesar 0,582 atau lebih
besar dari 0,05 (tingkat keyakinan yang ditetapkan yaitu 95%), sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pebedaan yang signifikan antara pengungkapan CSR
syariah antara Bank Umum Syariah di Indonesia dan Malaysia yang diukur dengan
Islamic Social Reporting. Dengan demikian maka baik perbedaan negara maupun umur
bank syariah di Malaysia yang lebih lama tidak mempengaruhi besar pengungkapan
CSR, bahkan di luar penilaian statistik ternyata rata-rata nilai pengungkapan di
Indonesia lebih besar daripada di Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa informasi
mengenai tanggungjawab sosial (CSR) lebih banyak diungkapkan di Indonesia dan bisa
menjadi gambaran bahwa CSR perbankan syariah di Indonesia lebih bagus daripada di
Malaysia. Sehingga dapat dijadikan bahan kajian untuk menilai faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan pengungkapan CSR pada Perbankan Syariah di Indonesia lebih
besar daripada pada Perbankan Syariah di Malaysia.
5. Simpulan
Berdasarkan hasila penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Rata-rata pengungkapan CSR syariah yaitu 41,6% pada Bank Umum Syariah di
Indonesia sedangkan 32,5% pada Bank Umum Syariah di Malaysia.
2. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara pengungkapan
CSR syariah pada Bank Umum Syariah di Indonesia dan Malaysia. Dengan
demikian perbedaan nilai pengungkapan tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan di antara kedua negara tersebut.
6. Daftar Pustaka
Affandi, Nik Mohamed. 2002. Islam and Business. Malaysia: Pelanduk Publications.
Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company, Sydney
Dowling, J dan Pfeffer, J. 1975. “Organisation Legitimacy: Social values and
Organizational Behaviour”, Pacific Sociological Review, Vol. 18, pp. 122-136
Dusuki, A.W.,& Dar, H. 2005. “Stakeholders Perceptions of Corporate Social
Responsibility of Islamic Banks: Evidence From Malaysian Economy”,
International Conference on Islamic Economics and Finance
Firmansyah, Irman. 2013. Tanggungjawab Sosial Perbankan Syariah. Mujahid Press
12
Fitria, Soraya dan Dwi Hartanti. 2010. Studi Perbandingan Pengungkapan Berdasarkan
Global Reporting Initiative Indeks Dan Islamic Social Reporting Indeks.
Makalah Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto
Guthrie, J., et al. 2006. ”The Voluntary Reporting Of Intellectual Capital; Comparing
Evidence From Hong Kong And Australia”, Journal of Intellectual Capital, Vol.
7 No. 2. pp. 254-271.
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility (CSR). Yogyakarta: Graha Ilmu
Haniffa, R.M., dan T.E. Cooke. 2005. “The Impact of Culture and Governance on
Corporate Social Reporting”, Journal of Accounting and Public Policy 24, pp.
391-430
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Jamali, Dima dan Mirshak, Ramez. 2007. “Corporate Social Responsibility (CSR):
Theory and Practice in a Developing Country Context”, Journal of Business
Ethics, 72 (3):243-262
Mursitama, Tirta, dkk. 2011. Corporate Social Responsibility di Indonesia (Teori dan
Implementasi). Institute for Development of Economic and Finance (INDEF)
Othman, Rohana & Thani, Azlan Md. 2010. ”Islamic Social Reporting Of Listed
Companies In Malaysia”, International Business & Economics Research
Journal, Vol. 9, No. 4, pp 135-144
Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. “Pengaruh CSR disclosure
terhadap Earning Response Coefficient (Suatu Studi Empiris pada Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, Makalah Simposium Nasional Akuntansi
X, Makassar, 26-28 Juli 2007
Sharani, U.M. 2004. “Corporate social responsibility underlines values propagated by
Islam”. Bernama. Kuala Lumpur, June 21, p. 1.
Sofyani et al. 2012. “Islamic Social Reporting Index Sebagai Model Pengukuran
Kinerja Sosial Perbankan Syariah (Studi Komparasi Indonesia Dan Malaysia)”,
Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 4, No. 1, pp 36-46
Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility.
Cetakan Kedua. Gresik: Fancho Publishing
Yunus, K. 2004. “Investment in Islamic Funds Soars”. Business Times. Kuala Lumpur,
June 23, p. 2.
13
Download