LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA SEKOLAH (Pengaruh Pada Pembelajaran Sosiologi Di SMA Islamiyah Pontianak) ARTIKEL PENELITIAN OLEH EKA PARAMITA F55008002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013 LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA SEKOLAH (Pengaruh Pada Pembelajaran Sosiologi Di SMA Islamiyah Pontianak) ARTIKEL PENELITIAN EKA PARAMITA F55008002 Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Amrazi Zakso, M.Pd Dra. Maria Ulfah, M.Si NIP. 196301091987031003 NIP. 196202261987032008 Mengetahui, Dekan Dr. Aswandi NIP. 195805131986031002 Ketua Jurusan P.IPS Drs. H. Parijo, M.Si NIP. 195308181987031003 LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA SEKOLAH (PENGARUH PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA ISLAMIYAH PONTIANAK) Eka Paramita, Amrazi Zakso dan Maria Ulfah email: [email protected] Abstract:Research is conducted based on different students’ learning habits while attending Sociology subject on SMA Islamiyah Pontianak, which is affected by school’s sociocultural environment. The purpose of this research is to find out the sociocultural environments in SMA Islamiyah and the effects of school’s sociocultural environments toward sociology subject’s learning in SMA Islamiyah Pontianak. Method that is used in this research is qualitative method in form of survey. The results of data analysis are collected: first, the quality of social relationship between teachers, non-teacher staffs, and students is well. School is always teaching discipline to all school’s members in order to be able to supports learning process. Second, school’s sociocultural environments which affect quality of sociology subject’s learning in SMA Islamiyah are teaching method, teachers’ relation to students, students’ relation to students, school’s discipline, school time and learning method. Keywords: learning, students’ learning habit, sociocultural environment. Abstrak: Penelitian dilatarbelakangi perilaku belajar siswa yang berbeda-beda pada saat mengikuti pelajaran Sosiologi di SMA Islamiyah Pontianak yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana lingkungan sosial budaya di SMA Islamiyah dan bagaimana pengaruh lingkungan sosial budaya sekolah pada pembelajaran sosiologi di SMA Islamiyah Pontianak. Metode yang dıgunakan adalah metode kualitatif dengan bentuk survey. Hasil analisis data diperoleh: Pertama, kualitas hubungan sosial antara tenaga pengajar, non-pengajar dan siswa berjalan baik. sekolah selalu mengajarkan kedisiplinan bagi seluruh warga sekolah agar dapat menunjang proses pembelajaran. Kedua, lingkungan sosial budaya sekolah yang mempengaruhi kualitas pembelajaran sosiologi di SMA Islamiyah diantaranya metode mengajar, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah dan metode belajar. Kata kunci: pembelajaran, perilaku belajar siswa, lingkungan sosial-budaya. Belajar adalah bagian dari kehidupan manusia, dimana setiap kejadian dalam fase kehidupan manusia bisa dijadikan sebagai sumber belajar bagi manusia itu sendiri, baik yang terjadi pada dirinya sendiri maupun yang terjadi pada orang lain. Dengan belajar, manusia bisa berubah dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Belajar bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja karena belajar tidak memiliki batas ruang dan waktu. Noehi Nasution, dan kawan-kawan (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2008:175) memandang unsur-unsur yang ikut terlibat langsung proses belajar mengajar adalah “raw input, learning teaching process, output, enviromental input, dan instrument input”. Masukan mentah (raw input) merupakan bahan pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (learning teaching process) dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran (output) dengan kualifikasi tertentu. Di dalam proses belajar mengajar itu ikut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan, yang merupakan masukan dari lingkungan (enviromental input) dan sejumlah faktor instrumental (instrument input) yang dengan sengaja dirancang dan dimanipulasikan guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki. Adapun yang termasuk dalam faktor instrumental adalah kurikulum, program, sarana dan fasilitas, serta guru. Dari pendapat Noehi Nasution tersebut, dapat diketahui bahwa lingkungan sosial budaya siswa memiliki pengaruh pada proses belajar mengajar/pembelajaran di sekolah. Adapun lingkungan sosial budaya yang dimaksud salah satunya adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sosial budaya yang berbeda menghasilkan sikap yang berbeda-beda pada setiap siswa, hal ini bisa dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung. Ada siswa yang serius memperhatikan penjelasan guru, ada pula siswa yang kurang memperhatikan atau ada siswa yang memiliki kemauan belajar dan siswa yang tidak meiliki kemauan belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru sosiologi di SMA Islamiyah, diketahui bahwa siswa banyak yang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan, padahal guru sudah menggunakan berbagai macam metode untuk menarik minat siswa. Walaupun ada sebagian siswa yang antusias memperhatikan penjelasan guru, namun siswa lain yang ribut membuat konsentrasi siswa lainnya terganggu. Karena kurangnya perhatian siswa tersebut, proses pembelajaran menjadi terhambat. Dari wawancara tersebut diketahui bahwa 70% siswa mencatat materi yang disampaikan, 50% siswa yang mendengarkan saat guru menyampaikan materi dan 20% siswa yang mau bertanya. Dengan jumlah siswa yang terbilang banyak untuk satu kelas yakni 36 siswa (kelas XA), 35 siswa (kelas XB), 46 siswa (kelas XI), 38 siswa (kelas XII), membuat guru sulit untuk mengawasi dan mengontrol seluruh siswa. Seperti pendapat Dalyono (2010:59) yang menyatakan bahwa “jika jumlah murid per kelas terlalu banyak (50-60 orang), dapat mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru dengan murid kurang akrab, kontrol guru menjadi lemah, murid menjadi kurang acuh terhadap gurunya, sehingga motivasi belajar menjadi lemah”. Menurut hasil wawancara dengan guru BK di SMA Islamiyah Pontianak diketahui bahwa terlambat sudah menjadi budaya bagi siswa, dimana datang terlambat sampai satu atau dua jam pelajaran tidak menjadi masalah untuk siswa. Hal ini tentu turut berpengaruh pada belajar siswa dan proses pembelajaran di kelas, dimana siswa yang terlambat akan ketinggalan materi dan konsentrasi belajar siswa lain akan terganggu saat ia masuk kelas. Walaupun sudah diberi hukuman bagi yang terlambat, tapi setiap hari selalu saja ada siswa yang datang terlambat ke sekolah dan yang terlambat itu adalah orang yang sama. Dalam wawancara tersebut, peneliti juga menemukan bahwa di dalam kelas terdapat pengelompokan siswa yang mempunyai sifatnya masing-masing. Dimana siswa akan menyesuaikan diri dengan pola pergaulan dan belajar kelompoknya. Ada kelompok yang terdiri dari siswa yang suka membuat keributan dan kegaduhan di kelas, ada kelompok yang suka membolos saat proses belajar mengajar berlangsung, ada pula kelompok yang serius dalam pembelajaran sosiologi di kelas. Hal tersebut menunjukkan adanya kebiasaan belajar yang berbeda-beda pada setiap siswa. Siswa yang memiliki kemauan belajar dalam mengikuti pembelajaran akan mendengarkan dan mencatat penjelasan guru, bahkan ikut aktif dalam pembelajaran. Sedangkan siswa yang tidak memiliki kemauan belajar sering membuat kegaduhan di kelas kurang konsentrasi dalam belajar sehingga ia menjadi kurang konsentrasi dalam belajar, tidak mendengar dan mencatat penjelasan guru padahal siswa tidak memiliki buku pegangan lain selain catatan, sehingga siswa kesulitan dalam menjawab soal ulangan harian yang berakibat pada rendahnya nilai siswa. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui lingkungan sosial sekolah di SMA Islamiyah Pontianak. (2) Mengetahui lingkungan budaya sekolah di SMA Islamiyah Pontianak. (3) Mengetahui pengaruh lingkungan sosial budaya sekolah terhadap pembelajaran sosiologi di SMA Islamiyah Pontianak. (4) Mengetahui usaha guru untuk menciptakan lingkungan sekolah (kelas) agar dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran sosiologi di SMA Islamiyah Pontianak. Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari. Menurut M. Dalyono (2010: 133) menyatakan bahwa “lingkungan sosial ialah semua orang/manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung”. Salah satu lingkungan sosial yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah sekolah. Menurut Desmita (2010: 232) “Sekolah merupakan lingkungan antifisial yang sengaja dibentuk guna mendidik dan membina generasi muda kearah tujuan tertentu, terutama untuk membekali anak dengan pengetahuan dan kecakapan hidup (life skill) yang dibutuhkan di kemudian hari”. Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Hal ini sejalan dengan pemikiran Made Pidarta (2007: 169) yang menyatakan “bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan”. Menurut Abu Ahmadi (2007: 187) kebudayaan sekolah mempunyai beberapa unsur penting, yaitu (1) Letak lingkungan, dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah, mebiler, perlengkapan yang lain), (2) Kurikulum sekolah yang membuat gagasan-gagasan maupun faktafakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan, (3) Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa, guru, non teaching specialist, dan tenaga administrasi, (4) Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah. Faktor sosial sekolah yang mempengaruhi pembelajaran diantaranya adalah relasi guru dengan siswa dan relasi siswa dengan siswa. Faktor budaya sekolah yang mempengaruhı pembelajaran diantaranya adalah metode mengajar, disiplin sekolah, waktu sekolah dan metode belajar. Hal ini sejalan dengan pemikiran Slameto (2010:64) yang menyatakan faktor sosial budaya sekolah yang mempengaruhi pembelajaran adalah “metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah”. Proses belajar mengajar di sekolah terjadi antara guru dengan siswa. Dimana proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh relasi atau hubungan yang ada dalam proses itu sendiri, berupa interaksi antara guru dengan siswa. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Hal ini sejalan dengan pemikiran Slameto (2010: 66) yang menyatakan bahwa “guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar”. Seperti halnya relasi guru dengan siswa, di sekolah juga terdapat relasi antara siswa dengan siswa lainnya, yakni hubungan timbal balik atau interaksi yang terjadi antarsiswa didalam maupun diluar kelas. Menurut Slameto (2010: 66) “Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak”. Hubungan antar siswa terutama hubungan di dalam kelas yang kurang baik akan membuat suasana belajar di kelas kurang menyenangkan dan penuh tekanan sehingga mengganggu belajar siswa. Menurut Slameto (2010: 65) “Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui dalam mengajar”. Sedangkan mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo (dalam Slameto, 2010: 65) adalah “menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya”. Jadi metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Slameto (2010: 67) menyatakan bahwa: Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lainlain, kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswasiswanya, dan kedisplinan tim BP dalam pelayananya kepada siswa. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika siswa terpaksa masuk di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Dimana siswa yang seharusnya beristirahat di waktu siang, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaliknya siswa yang belajar di pagi hari, pikirannya masih segar dan jasmaninya dalam kondisi yang baik. Menurut Slameto (2010:68) “waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari”. Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan cirri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya. metode belajar adalah segala cara dilakukan oleh seseorang dalam rangka menambah pengetahuannya dan terjadi perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Menurut Hadari Nawawi (2007: 67) metode deskriptif adalah “prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya”. Dengan menggunakan metode deskriptif ini akan ditemukan pemecahan masalah dengan membandingkan persamaan dan perbedaan gejala gejala yang ditemukan di lapangan. Djam’an Satori (2011: 199) menyatakan pendekatan kualitatif atau disebut juga pendekatan naturalistic adalah pendekatan penelitian yang menjawab permasalahan penelitiannya memerlukan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh mengenai objek yang diteliti, untuk menghasilkan kesimpulankesimpulan penelitian dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan. Bentuk penelitian dalam penelitian ini adalah survey, yaitu berusaha menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi, apakah berkenaan dengan sikap, tingkah laku atau aspek sosial budaya sekolah yang berpengaruh pada proses pembelajaran khususnya dalam pelajaran sosiologi. Menurut Margono (2010: 29) “survey ialah pengamatan/penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang terang dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu”. Sejalan dengan itu Moh. Nazir (2011: 56) menyatakan bahwa “survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keteranganketeangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah”. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keteranganketerangan secara faktual mengenai pengaruh lingkungan sosial budaya sekolah terhadap pembelajaran sosiologi di SMA Islamiyah Pontianak. Menurut Spardley (dalam Sugiyono, 2010: 215) menyatakan bahwa “dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi dinamakan ‘social situation’ atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activitiy) yang berinteraksi secara sinergis”. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu. Jadi yang menjadi situasi sosial atau obyek penelitian dalam penelitian ini adalah “lingkungan sosial budaya sekolah pada pembelajaran sosiologi di SMA Islamiyah Pontianak” Menurut Sugiyono (2010: 216) “Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden , tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian”. Jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan istilah informan, adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah siswa, guru mata pelajaran sosiologi dan kepala SMA Islamiyah Pontianak. Untuk siswa yang akan dijadikan informan maka peneliti menggunakan teknik purposive sampling dengan menerapkan karakteristik sebagai berikut: (1) Siswa SMA Islamiyah Pontianak yang terdaftar pada tahun yang sama pada tahun ajaran 2012/2013. (2) Siswa yang berminat belajar dan yang kurang berminat dalam belajar. Siswa yang berminat belajar adalah siswa yang mencatat, mendengarkan penjelasan guru dan aktif di kelas. Sedangkan yang kurang berminat belajar adalah siswa yang tidak mencatat. Tidak mendengarkan penjelasan guru, suka rebut di kelas, suka tidur di kelas dan suka keluar masuk kelas saat pelajaran sedang berlangsung. Berdasarkan karakteristik tersebut maka peneliti menetapkan 8 orang informan yaitu 2 siswa kelas XA, 2 siswa kelas XB, 2 siswa kelas XI dan 2 siswa kelas XII SMA Islamiyah Pontianak. Dengan satu siswa yang berminat belajar dan satu siswa yang kurang berminat belajar dari masing-masing kelas. Adapun prosedur dalam penentuan informan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Sosiologi mengenai siapa saja siswa yang berminat dan kurang berminat dalam belajar sosiologi. (2) Setelah mengetahui siapa saja siswa yang yang berminat dan kurang berminat dalam belajar kemudian peneliti meminta bantuan guru mata pelajaran Sosiologi untuk menentukan siswa yang akan dijadikan informan. (3) Setelah ditentukan siswa yang menjadi informan, maka peneliti menanyakan mengenai perilaku informan tersebut baik di dalam maupun di luar kelas kepada guru dan penjaga sekolah. (4) Akhirnya peneliti melakukan pendekatan dengan informan dan melakukan observasi terhadapnya serta mencari informasi dengan beberapa pihak yang terkait sehubungan dengan sikapnya selama proses pembelajaran sosiologi sedang berlangsung. Dalam penelitian ini, rencana teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Wawancara, menurut Syofian Siregar (2011: 130), “wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan paduan wawancara”. Dalam wawancara peneliti harus mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka dengan sumber. Dalam hal ini, peneliti mengadakan wawancara secara langsung kepada: a) Informan yaitu siswa untuk mengetahui pengaruh lingkungan sosial budaya sekolah proses pembelajaran sosiologi, b) Penjaga sekolah untuk mengetahui perilaku siswa di luar kelas, c) Guru mata pelajaran sosiologi untuk mengetahui aktivitas informan dalam proses pembelajaran Sosiologi, d) Kepala SMA Islamiyah Pontianak untuk mengetahui kondisi umum siswa di SMA Islamiyah dan pengaruh lingkungan sosial budaya sekolah terhadap proses pembelajaran di kelas. (2) Observasi, menurut Syofian Siregar (2011: 134), “observasi adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut”. Dalam observasi, cara mengumpulkan data yang dilakukan adalah melalui pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian yaitu siswa SMA Islamiyah Pontianak kemudian peneliti mencatat gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian. Serta mencari dan mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah yang akan di teliti melalui arsip di SMA Islamiyah Pontianak. Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara. Dokumen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah daftar penilaian hasil belajar siswa, buku catatan guru tentang siswa di kelas, serta dokumen-dokumen yang dapat mendukung penelitian ini. (3) Triangulasi, menurut Sugiyono (2010:241), “triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. Menurut Denzin (dalam Lexy J. Moeloeng, 2010: 330) “terdapat empat macam triangualasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori”. Dalam triangulasi dengan sumber dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut: a)Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, b) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, c) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, d) Membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Pedoman interview atau wawancara, adalah alat pengumpulan data dengan cara memuat daftar pertanyaan yang dilakukan sebagai pedoman atau acuan untuk mengadakan wawancara langsung dengan sumber data yang digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa dan guru mata pelajaran sosiologi di SMA Islamiyah Pontianak. (2) Pedoman observasi, adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang memuat nama-nama observe disertai jenis-jenis perilaku belajar siswa yang akan diamati pada saat pembelajaran sosiologi di SMA Islamiyah Pontianak. (3) Alat dokumentasi, dalam melakukan penelitian ini, maka peneliti merekam wawancara dengan pihak terkait baik itu narasumber maupun informan pendukung dengan alat perekam dan kamera digital sebagai alat dokumentasi yang dapat mendukung keaslian data. (4) Buku catatan dan arsip-arsip, alat yang berupa catatan hasil-hasil yang diperoleh baik melalui wawancara, arsip-arsip, dokumen-dokumen, dan buku-buku yang berkenaan dengan masalah penelitian ini. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010: 246-253) “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan conclution drawing/verification.” (1) Reduksi data. Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya (melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan). (2) Display data. Pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau penampilan (display) dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. (3) Pengambilan Keputusan dan Verifıkasi, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan. Peneliti mencoba mengambil kesimpulan dari data yang didapatnya. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Berdasarkan hasil observasi mengenai lingkungan sosial di SMA Islamiyah maka dapat disimpulkan bahwa hubungan sosial antara guru dengan siswa dan hubungan sosial siswa dengan siswa terjalin dengan baik. Dimana antara guru dan siswa saling berinteraksi baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam bergaul siswa tidak memilih-milih teman, artinya mau bergaul dengan siapa saja. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat siswa yang membentuk kelompok-kelompok di sekolah, namun hubungan antarkelompok siswa tersebut berjalan dengan baik. Pada beberapa kasus memang terdapat konflik antar siswa, namun konflik termasuk masih ringan dan masih dapat diatasi baik oleh siswa itu sendiri maupun oleh guru. Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, beliau mengatakan bahwa hubungan sosial antara guru dan siswa di sekolah diciptakan seperti hubungan antara orang tua dan anak, bukan layaknya guru dan siswa biasa sehingga siswa tidak takut. Karena jika hubungan guru dan siswa diciptakan seperti itu maka akan membuat suasana belajar lebih menyenangkan dan tidak menegangkan. Keadaan lingkungan budaya di SMA Islamiyah dari hasil observasi diketahui bahwa dalam mengajar guru selalu menggunakan metode ceramah plus, karena dianggap lebih cocok untuk kondisi siswa dan ketersediaan fasilitas dan sumber belajar. Saat proses pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa mau memperhatikan dan mencatat penjelasan dari guru sosiologi, hanya saja masih ada siswa yang tidak mau memperhatikan dan mencatat penjelasan dari guru. Kebanyakan siswa yang tidak mau memperhatikan dan mencatat penjelasan guru adalah adalah siswa yang duduk di barisan belakang. Sebagian besar siswa juga mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, hanya saja dalam mengerjakan soal mereka tidak mengerjakan sendiri melainkan bekerjasama dan menyalin jawaban milik temannya. Sekolah membiasakan siswa untuk selalu disiplin baik dari segi waktu, sikap maupun penampilan. Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, beliau mengatakan bahwa menyangkut masalah budaya, sekolah menciptakan kebiasaan sekolah yang bernuansa pendidikan sejalan dengan penciptaan karakter. Karakter yang ditunjukkan adalah karakter yang berbudaya Indonesia, semangat kekeluargaannya, kebersamaannya, kegotongroyongannya kita tumbuhkan. Pada saat proses belajar mengajar di SMA Islamiyah ditemukan siswa yang mengobrol, bermain, bergurau, ribut dan mengantuk saat pelajaran. Hal ini terjadi karena siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran, sebab guru banyak menggunakan metode ceramah plus. Sehingga guru yang lebih aktif dan banyak menjelaskan, sedangkan siswa lebih pasif dan hanya mendengarkan saja. Penggunaan metode belajar yang tepat akan mempengaruhi belajar dan keaktifan siswa di dalam kelas. Jika dalam mengajar guru menggunakan metode mengajar yang menarik dan menyenangkan siswa akan lebih mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru. Guru yang lebih banyak menjelaskan akan menyebabkan siswa menjadi lebih pasif, karena di kelas ia hanya mendengarkan saja. Relasi antara guru mata pelajaran sosiologi dengan siswa di SMA Islamiyah berjalan baik. Banyak siswa yang menyukai guru mata pelajaran sosiologi karena gurunya baik dan tidak garang. Sehingga siswa merasa senang, tidak tegang dan tertekan pada saat belajar di dalam kelas. Hanya saja guru mata pelajaran kurang tegas dalam menghadapi siswa yang ribut di kelas, sehingga siswa lain yang mau belajar menjadi terganggu. Pembinaan hubungan yang baik antara guru dengan siswa sangatlah penting pengaruhnya pada proses pembelajaran di kelas. Jika siswa merasa tidak senang pada guru mata pelajaran tertentu maka akan berdampak pada belajarnya di kelas, siswa akan cenderung untuk kurang mendengarkan penjelasan guru. Secara umum relasi antarsiswa di kelas berjalan baik, tidak ada siswa yang merasa dikucilkan di kelas. Dalam belajar dan bergaul terdapat pengelompokan siswa, namun relasi antar kelompok di kelas tetap berjalan denagn baik. Pengaruh teman kelompok atau teman sebangku siswa di kelas sangat besar terhadap belajar siswa di kelas. Karena sebagian besar siswa selalu melakukan kegiatan bersama teman sebangku atau teman kelompoknya. Jika teman sebangku atau teman kelompoknya pendiam dan lebih suka mendengarkan palajaran maka akan berpengaruh pada siswa lainnya. Sedangkan jika teman sebangku atau teman kelompoknya lebih suka mengobrol, bergurau, bermain, ribut bahhkan bolos saat pelajaran maka akan berpengaruh pula pada siswa lainnya yang akan ikut-ikutan mengobrol, bergurau, bermain, ribut dan bolos saat pelajaran. Disiplin yang kurang juga kurang menguntungkan dalam belajar. Gejala ketidakdisiplinan yang tampak pada siswa di SMA Islamiyah adalah masih banyak siswa yang datang terlambat ke sekolah dengan berbagai alasan seperti ketiduran, macet, teman terlambat menjemput dan lain laian. Di kelas banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa sering mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, mereka baru mengumpulkan jika sudah diberi peringatan dan ancaman oleh guru. Saat bel tanda masuk kelas sudah berbunyi masih banyak siswa berkeliaran di luar kelas, ada yang masih berkumpul di depan kelas dan jajan di kantin. Jika masih banyak siswa yang masih di luar kelas maka proses belajar mengajar belum bisa dimulai hingga sebagian besar siswa sudah masuk kelas. Oleh karena itu segenap tenaga pengajar dan nonpengajar harus bekerjasama untuk mendisiplinkan siswa yang bandel. Waktu sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa di kelas. Karena waktu belajarnya yang siang, tidak jarang di temui di kelas siswa yang mengantuk dan tertidur saat proses pembelajaran sedang berlangsung di SMA Islamiyah. Selain itu, karena siang hari yang suhunya lebih panas membuat siswa menjadi kurang konsentrasi dalam belajar, siswa dalam keadaan pikiran dan jasmani siswa yang tidak segar lagi seperti di pagi hari. Dimana siswa yang seharusnya beristirahat di waktu siang, tetapi terpaksa masuk sekolah dan belajar, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Waktu belajar sekolah memang tidak dapat diubah, namun guru bisa mengatasinya dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga siswa menjadi lupa dengan ngantuknya dan keadaan sekitar yang panas. Selain itu sebelum memulai pelajaran ada baiknya siswa diajak melakukan sedikit kegiatan fisik agar siswa kembali segar. Kebiasaan belajar siswa juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara banyak siswa di SMA Islamiyah yang memiliki kebiasaan belajar yang kurang baik seperti belajar hanya jika ada ulangan saja, belajar tidak teratur, dan belajar dengan sistem “SKS” (Sistem Kebut Semalam). Siswa lebih sering menghafal materi bukannya memahami materi, sehingga mereka hanya ingat pada saat ulangan saja, setelah ulangan kebanyakan apa yang telah dihafal lupa begitu saja. Selain itu, pada saat pembelajaran jika guru memberikan tugas atau PR kebanyakan siswa tidak mengerjakan sendiri tugas/PR tersebut, mereka lebih sering mencontek pekerjaan milik temannya. Kebiasaan belajar yang kurang baik ini karena siswa banyak siswa yang lebih memprioritaskan bermain dan berkumpul bersama teman dibandingkan dengan belajar. Waktu mereka lebih banyak dihabiskan untuk bermain dan berkumpul dibandingkan belajar. Usaha guru untuk menciptakan lingkungan sekolah (kelas) agara dapat menunjang proses pembelajaran sosiologi di SMA Islamiyah Pontianak berdasarkan hasil observasi diantaranya, pada saat siswa mulai tidak memperhatikan pada saat pelajaran sedang berlangsung maka guru akan menegur siswa yang bersangkutan. Jika siswa masih tidak memperhatikan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan, siswa yang tidak bisa menjawab akan segan untuk mengulang perbuatannya. Namun apabila siswa masih saja tidak memperhatikan biasanya guru memberikan hukuman lari keliling lapangan bagi siswa tersebut, sehingga memberikan efek jera bagi siswa itu dan menjadi peringatan bagi teman-temannya yang lain. Upaya lain yang dilakukan oleh guru adalah dengan merubah pasangan teman sebangku dari siswa yang sering tidak memperhatikan. Misalnya siswa yang suka ngobrol dan ribut dipasangkan dengan siswa yang pendiam, sehingga siswa tersebut tidak punya teman untuk ngobrol. Selain itu, upaya lain yang dilakukan adalah dengan mengubah posisi duduk siswa. Dimana siswa laki-laki ditempatkan pada barisan paling depan dan siswa perempuan di tempatkan di bangku belakang, karena yang lebih sering ribut dan tidur di kelas adalah siswa laki-laki Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sosiologi, ada tiga upaya yang dilakukan dalam mengatasi siswa yang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan. Pertama guru akan mengubah atau mengatur posisi duduk siswa, biasanya siswa laki-laki dipindahkan ke barisan yang paling depan karena lakilaki yang suka ribut dan tidak memperhatikan. Yang kedua jika ada yang sudah diberi peringatan berkali-kali tapi tidak mau mendengarkan maka akan dikeluarkan dari kelas dan memberinya tugas khusus. Dan yang terakhir adalah menghukum mereka dengan berkeliling lapangan, cara yang terakhir ini biasanya ampuh karena siswa akan jera jika disuruh lari-lari keliling lapangan di siang hari, ini juga bisa menjadi peringatan bagi yang lain sehingga siswa yang lain agar tidak ribut karena takut disuruh lari PEMBAHASAN Lingkungan sosial sekolah yang baik adalah yang membuat siswanya nyaman dan betah berada di sekolah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai keadaan lingkungan sosial budaya di SMA Islamiyah diketahui bahwa relasi atau hubungan antara guru dengan siswa berjalan baik dan diciptakan pola hubungan seperti orang tua dan anak, begitu pula hubungan siswa dengan warga sekolah lainnya seperti Kepala Sekolah, staf TU, penjaga sekolah dan penjaga kantin. Tujuan diciptakannya pola hubungan seperti ini adalah supaya siswa merasa aman dan nyaman ketika berada di kelas atau di sekolah, siswa menjadi lebih terbuka terhadap guru dan tidak merasa tertekan. Guru dan siswa tidak hanya beriteraksi di dalam kelas namun juga di luar kelas. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, haruslah diciptakan hubungan yang baik antara guru dengan siswa. Sehingga siswa menjadi betah berada di dalam kelas dan tidak tertekan dalam belajar. Kurang akrabnya hubungan antara guru dan siswa disebabkan karena kurangnya waktu untuk berinteraksi di luar kelas, hal ini dikarenakan waktu istirahat yang singkat sehingga antara guru dan siswa tidak bisa bercerita secara mendalam. Selain itu guru juga hanya berada di sekolah pada saat ada jam pelajarannya saja, selebihnya guru tidak berada di sekolah karena harus mengajar di sekolah lain. Jadi guru dan siswa semakin jarang bertemu, bertemunya hanya pada saat pembelajaran saja. Secara umum hubungan sosial antara sesama siswa juga berjalan baik. Dalam bergaul siswa tidak memilih-milih teman dan bergaul dengan siapa saja baik dengan siswa yang sama kelas maupun yang lain kelas. Dalam bergaul di dalam maupun di luar kelas dijumpai siswa yang membentuk kelompok-kelompok. Dimana tiap-tiap kelompok tersebut memiliki ciri pergaulannya masing-masing, ada yang mengarah kepada hal-hal positif adapula yang mengarah kepada hal-hal negatif. Kelompok yang mengarah kepada hal-hal positif seperti yang saling mendukung dalam belajar di kelas maupun di luar kelas dan saling mengingatkan dalam hal-hal kebaikan. Sedangkan kelompok yang mengarah pada hal-hal negatif seperti yang kurang mendukung teman dalam belajar dengan mengobrol dan ribut saat pelajaran serta mengajak temannya membolos saat pelajaran. Penciptaan hubungan sosial yang baik antar sesama siswa berfungsi untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas. Siswa akan merasa dibutuhkan dan tidak dikucilkan oleh teman-temannya di kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan tidak tertekan. Dalam menyampaikan meteri pelajaran sosiologi guru sering menggunakan metode ceramah plus, seperti ceramah plus Tanya jawab dan tugas (CPTT), ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT) dan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL). Metode ini dianggap paling tepat untuk menyampaikan materi di SMA Islamiyah karena siswanya kebanyakan tidak memiliki buku pegangan selain catatan, sehingga guru masih menjadi satu-satunya sumber utama pengetahuan. Dengan guru yang menggunakan metode ceramah plus ini , maka peran guru masih dominan di dalam kelas sedangkan siswa lebih banyak mendengarkan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif di kelas, karena siswa hanya menunggu penjelasan guru, jika guru tidak menjelaskan maka siswa tidak mau mencari tau. Penggunaan metode mengajar yang tepat akan membuat siswa menjadi lebih cepat memahami materi dan lebih aktif dalam belajar. Namun dalam memilih metode mengajar haruslah memperhatikan kesesuaian dengan materi yang akan disampaikan serta keadaan sekolah dan siswanya sendiri, apakah memungkinkan untuk digunakan metode mengajar tersebut. Sekolah selalu membiasakan para staf pengajar maupun non-pengajar serta siswa untuk selalu disiplin, salah satunya adalah disiplin waktu. Guru dan siswa dituntut untuk disiplin baik di dalam maupun di luar kelas. Disiplin di dalam kelas contohnya guru dan siswa masuk dan keluar kelas tepat waktu, siswa tertib dan tenang saat mengikuti pelajaran, siswa mengumpulkan tugas tepat waktu dan lainlain. Sedangkan disiplin di luar kelas seperti guru dan siswa diwajibkan untuk datang dan pulang sekolah tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah ada, pada waktu sholat semua warga sekolah harus melaksanakan sholat berjamaah kecuali yang berhalangan. Adapun gejala ketidakdisiplinan yang tampak pada siswa di SMA Islamiyah misalnya, tugas yang tidak dikerjakan oleh siswa, bel tanda masuk kelas sudah berbunyi tetapi siswa masih berkeliaran di luar kelas, siswa masih banyak yang datang terlambat ke sekolah serta siswa yang sering membolos saat pelajaran berlangsung.Budaya teratur harus selalu diterapkan baik di dalam maupun di luar kelas, hal ini bertujuan untuk membentuk karakter siswa yang disiplin dan bertanggung jawab. Untuk membentuk karakteristik siswa yang disiplin dan bertanggung jawab tersebut tentu membutuhkan dukungan dari seluruh anggota sekolah seperti kepala sekolah, staf pengajar dan non-pengajar di sekolah tersebut. Para staf pengajar dan non-pengajar haruslah memberikan contoh agar menjadi suri teladan yang baik bagi siswa, misalnya dengan datang tepat waktu, berpenampilan yang rapi dan sopan serta berperilaku santun. Selain itu, jika staf pengajar maupun non-pengajar menemukan siswa yang melanggar peraturan jangan segan untuk memberi teguran, nasehat atau bahkan hukuman bila diperlukan. SMA Islamiyah adalah salah satu sekolah yang masuk sekolahnya siang, yakni pukul 12.30 WIB. Karena waktu masuknya yang siang ini mengakibatkan jam pelajaran dan jam istirahat di sekolah ini lebih pendek daripada sekolah yang masuk pagi. Waktu sekolah akan mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas, kebanyakan siswa mengantuk dan kurang konsentrasi dalam belajar. Siswa datang ke sekolah dalam keadaan pikiran dan jasmani yang tidak segar lagi, sehingga siswa kurang siap dalam mengikuti pelajaran. Tidak jarang ditemui siswa yang datang ke sekolah dengan mata yang masih merah dan penampilan yang kusut dan kurang rapi. Waktu belajar sekolah memang tidak dapat diubah, namun guru bisa mengatasinya dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga siswa menjadi lupa dengan ngantuknya dan keadaan sekitar yang panas. Selain itu sebelum memulai pelajaran ada baiknya siswa diajak melakukan sedikit kegiatan fisik agar siswa kembali segar. Sebagian besar siswa di SMA Islamiyah baru belajar ketika akan ada ulangan saja, sedangkan pada hari-hari biasa jarang siswa yang belajar atau mengulang pelajaran di rumah. Oleh karena itu mereka sering belajar tidak teratur dan belajar dengan sistem “SKS” (Sistem Kebut Semalam). Selain itu mereka terbiasa untuk menghafal materi, bukan memahaminya. Sehingga materi hanya singgah sebentar saja dan tidak bertahan lama, begitu selesai ulangan apa yang dihapalkan akan hilang begitu saja. Dalam mengerjakan tugas, sebagian besar siswa juga tidak pernah mengerjakan sendiri tugas yang diberikan oleh guru, kebanyakan mereka menunggu jawaban dari teman lainnya baru kemudian menyalinnya. Jadi jika temannya tidak mengerjakan tugas, maka ia juga tidak akan mengerjakan tugas. Beberapa hal tersebut merupakan kebiasaan belajar yang salah dan tidak baik. Kebiasaaan belajar yang kurang baik tersebut karena siswa yang kurang pandai dalam mengatur waktu dalam belajar. Padahal waktu siswa di rumah lebih banyak daripada waktu siswa di sekolah. Siswa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dengan bermain dan berkumpul bersama teman-temannya, serta ada beberapa siswa yang bekerja sebelum berangkat sekolah. Selain itu banyak siswa yang memiliki kebiasaan tidur larut malam dikarenakan keasikan menonton televisi atau berkumpul dengan temannya tadi. Kebiasaan belajar siswa juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara banyak siswa di SMA Islamiyah yang memiliki kebiasaan belajar yang kurang baik seperti belajar hanya jika ada ulangan saja, belajar tidak teratur, dan belajar dengan sistem “SKS” (Sistem Kebut Semalam). Siswa lebih sering menghafal materi bukannya memahami materi, sehingga mereka hanya ingat pada saat ulangan saja, setelah ulangan kebanyakan apa yang telah dihafal lupa begitu saja. Selain itu, pada saat pembelajaran jika guru memberikan tugas atau PR kebanyakan siswa tidak mengerjakan sendiri tugas/PR tersebut, mereka lebih sering mencontek pekerjaan milik temannya. Kebiasaan belajar yang kurang baik ini karena siswa banyak siswa yang lebih memprioritaskan bermain dan berkumpul bersama teman dibandingkan dengan belajar. Waktu mereka lebih banyak dihabiskan untuk bermain dan berkumpul dibandingkan belajar. Keberhasilan guru melaksanakan peranannya dalam bidang pendidikan sebagian besar terletak pada kemempuannya melaksanakan berbagai peran yang bersifat khusus dalam situasi pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Sosiologi. Salah saru perannya adalah menciptakan lingkungan sekolah (kelas) yang dapat menunjang proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan pada hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran Sosiologi di SMA Islamiyah Pontianak, berikut beberapa usaha guru dalam menciptakan lingkungan kelas yang menunjang proses pembelajaran di kelas. (1) Memberi peringatan atau teguran kepada siswa yang mulai tidak memperhatikan ketika pelajaran sedang berlangsung, jika masih belum memperhatikan maka guru akan memberikan pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan. (2) Memberikan hukuman lari keliling lapangan bagi siswa yang masih tidak jera setelah diberi peringatan ,sehingga memberikan efek jera bagi siswa itu dan menjadi peringatan bagi teman-temannya yang lain. (3) Guru merubah pasangan teman sebangku dari siswa yang sering tidak memperhatikan. Misalnya siswa yang suka ngobrol dan ribut dipasangkan dengan siswa yang pendiam, sehingga siswa tersebut tidak punya teman untuk ngobrol, karena biasanya siswa sering ngobrol dengan teman sebangkunya. (4) Siswa laki-laki ditempatkan pada barisan paling depan dan siswa perempuan di tempatkan di bangku belakang, karena yang lebih sering ribut dan tidur di kelas adalah siswa laki-laki. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Secara umum lingkungan sosial di SMA Islamiyah Pontianak termasuk baik, dimana relasi antara guru dengan siswa dan relasi siswa dengan siswa bejalan baik dan menyenangkan. Siswa tidak segan untuk bertanya, bercerita dan berguaru dengan gurunya, selain itu siswa juga merasa nyaman nyaman bergaul dengan teman-temannya. (2) Lingkungan budaya di SMA Islamiyah sudah termasuk baik, sekolah selalu menciptakan suasana sekolah yang aman dan nyaman bagi siswa. Sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan siswa merasa betah berada di sekolah. Sekolah juga selalu mengajarkan kedisiplinan bagi seluruh tenaga pengajar, non pengajar dan siswa. (3) Lingkungan sosial budaya SMA Islamiayah yang mempengaruhi pembelajaran Sosiologi di kelas diantaranya adalah metode mengajar guru, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah dan metode belajar siswa. Namun yang paling mempengaruhi adalah relasi antarsiswa, terutama dengan siapa siswa duduk dan berkelompok. (4) Upaya pertama yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan lingkungan kelas yang mendukung proses pembelajaran adalah dengan memberi teguran, tes dan hukuman kepada siswa yang ribut. Kedua guru menukar teman duduk siswa dengan siswa lain yang memiliki sifat bertolak belakang. Terakhir guru memindahkan posisi duduk siswa yang suka ribut dan tidak memperhatikan ke barisan paling depan. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan ha-hal berikut ini, antara lain: (1) Guru Mata Pelajaran Sosiologi agar dalam mengajar lebih tegas dalam menghadapi siswa yang bermasalah selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga siswa segan untuk mengulang perbuatannya. Dalam mengajar guru diharapkan menggunakan berbagai variasi metode mengajar yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat lebih perhatian. Selain itu diharapkan guru dapat memantau dan mengawasi aktivitas belajar siswa baik pada saat proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran. (2) Sekolah diharapkan untuk terus memberikan dukungan baik moril maupun materiil untuk menciptakan lingkungan sosial budaya sekolah yang dapat menunjang kelancaran proses belajar siswa di kelas. Selain itu juga diharapkan sekolah terus menciptakan suasana sekolah yang aman dan nyaman bagi seluruh warga sekolah. DAFTAR RUJUKAN Abu Ahmadi. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Djam’an Satori dan Aan Komariah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Hadari Nawawi. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lexy J. Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Made Pidarta. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarata: Rineka Cipta M. Dalyono. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Moh. Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Syaiful Bahri Djamarah 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.