BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsir pesan (Rakhmad, 1993:8). Persepsi didefinisikan sebagai tanggapan (penerimaan langsung dari sesuatu) atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:503). Etika berkaitan dengan perilaku moral lebih terbatas pada pengertian meliputi kekhasan pola etis yang diharapkan untuk profesi tertentu (Satyanugraha, 2003:3). Dengan demkian, persepsi etika dalam konteks penelitian ini adalah tanggapan atau penerimaan seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu melalui proses penentuan yang kompleks dengan menyeimbangkan pertimbangan sisi dalam dan sisi luar yang disifati oleh kombinasi unik dari pengalaman dan pembelajaran masingmasing individu, sehingga dia dapat memutuskan tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu. 2.1.2 Pendidikan Akuntansi Gelar Akuntansi di Indonesia diatur oleh Undang-undang Nomor 34 Tahun 1954, melalui undang-undang inilah pendidikan untuk menjadi akuntan dilakukan 8 melalui beberapa Fakultas Ekonomi Negeri yang mempunyai jurusan Akuntansi. Bagi Fakultas Ekonomi perguruan tinggi swasta (atau perguruan tinggi negeri tertentu lainnya) gelar akuntan baru dapat diperoleh apabila mereka telah lulus Ujian Negara Akuntansi (UNA). Ujian ini diselenggarakan oleh konsorsium Ilmu Ekonomi (suatu konsorsium pendidikan tinggi ilmu ekonomi yang terbentuk dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 1978). Peraturan ini berlaku sampai dengan tahun 2001. Melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Nomor 179/U/2001 tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) dan surat keputusan Mendiknas Nomor 180/P/2001 tentang pengangkatan panitia ahli persamaaan ijasah akuntansi, serta dengan ditandatanganinya nota kesepakatan pada tanggal 28 Maret 2002, antara IAI dengan Dirjen Dikti Depdiknas tentang pelaksanaan pendidikan profesi akuntansi, akhirnya pendidikan profesi akuntansi di Indonesia dapat terealisasi. Dengan direalisasikannya pendidikan profesi akuntansi di Indonesia, maka secara resmi dilaksanakan Pendidikan Program Akuntansi berbasis profesi. Selama ini pendidikan akuntansi di S1 hanya menitikberatkan pada aspek akademis sehingga aspek pendidikan profesi yang juga sangat penting terkesan tidak mendapat perhatian. 9 2.1.3 Peran Pendidikan Akuntansi Peran pendidikan akuntansi (Prakarsa, 2004) dalam makalah Seminar Nasional Akuntansi dalam rangka Atmajaya Accounting Fair adalah sebagai berikut: 1) Sebagai salah satu sub sistem pendidikan nasional, pendidikan akuntansi pada khususnya dan pendidikan sistem informasi pada umumnya akan semakin dominan di masa depan berhubungan dengan fungsinya untuk menciptakan tenaga kerja yang berpendidikan yang dapat bekerja sama secara sinergis dengan Blue Collar Worker serta tenaga kerja yang berpendidikan lainnya dalam proses penciptaan nilai tambah. 2) Pendidikan akuntansi harus tanggap terhadap peran akuntansi yang cenderung semakin multi dimensional dan vital di masa mendatang. Vital untuk memahami apa yang sedang terjadi di dalam perekonomian pada umumnya dan sektor bisnis pada khususnya, vital untuk menyelaraskan konflik-konflik kepentingan di antara para pemegang saham, vital bagi keputusan-keputusan produksi, konsumsi, penabung, dan investasi, vital dalam pengelolaan baik bisnis pada umumnya maupun aspek bisnis dalam organisasi nirlaba, dan vital bagi good corporate dan public governance. Vitalitas sistem informasi akuntansi tersebut akan tampak mubasir tanpa ditindak lanjuti dengan revitalisasi sistem pendidikan akuntansi. 10 3) Pendidikan akuntansi juga harus mampu memberi bekal kepada para akuntan agar dapat melaksanakan oversight (pengawasan) dan foresight roles (pengamatan) yang akan menjadi semakin rumit di masa mendatang. 2.1.4 Independensi Akuntan Publik Independensi adalah bebas dari pengaruh, tindakan dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada pihak lain (Halim, 2001:21). Independensi berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2002:25). Dari definisi independensi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa independensi lebih banyak ditentukan oleh faktor dari luas auditor. Auditor yang independen adalah auditor yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam audit. Pada umumnya independensi auditor mempunyai dua aspek, yaitu: 1) Independensi dalam kenyataan (independence in fact) adalah independensi auditor yang berupa kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemuinya dalam audit. 11 2) Independensi dalam penampilan (independence in appearance) yaitu independensi ditinjau dari sudut pandang pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor. 2.1.5 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik Untuk menjaga citra penampilan yang independen setiap akuntan publik harus menjaga dan mempertahankan independensi dengan cara menghindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan rusaknya independensi akuntan publik. Seperti yang dikutip dalam Ujian Stratifikasi Akuntan Publik (USAP) Review 1999 (Arminiasih, 2005:2), faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik adalah: 1) Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien. Akuntan publik dapat kehilangan independensinya apabila mereka mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien yang diauditnya. Ada beberapa jenis hubungan keuangan dan hubungan usaha, di antaranya adalah selama periode perjanjian kerja atau saat menyatakan opininya, akuntan publik memiliki kepentingan keuangan langsung, misalnya pinjaman dari para klien, karyawan atau pemegang saham utama perusahaan klien. 2) Pengangkatan dalam perusahaan. Jika seseorang akuntan dalam suatu periode penugasan menjadi direksi, karyawan perusahaan klien usaha, maka ia dianggap memiliki kepentingan yang dapat bertentangan dengan tujuan dalam 12 penugasan. Maka ia dianggap memiliki kepentingan yang bertentangan dengan objektivitas dalam penugasan. Independensinya sebagai auditor dapat terpengaruh karena akan menjadi dilema antara loyalitasnya yang merupakan konsekuensi dari kedudukannya dan juga jabatannya yang diberikan kepadanya sehingga dalam melakukan audit ia cenderung akan menyembunyikan temuan-temuan dan hal-hal yang mungkin akan merugikan klien. 3) Pelaksanaan jasa lain kepada klien audit. Jika seorang akuntan publik, di samping melakukan audit juga melakukan jasa lain untuk klien yang sama maka ia harus menghindari jasa menurut ia melakukan fungsi manajemen atau memilih keputusan manajemen yang tanggung jawabnya terletak pada dewan direksi dan manajemen, misalnya jika perusahaan klien go public maka kantor akuntan publik tidak dapat menjadi konsultan keuangan sekaligus auditor bagi klian tersebut walaupun partnernya berbeda. 4) Adanya hubungan pribadi dan kekeluargaan. Hubungan kekeluargaan pasti akan mengancam independensi auditor seperti kantor akuntan publik yang bersangkutan atau staf yang terlibat dalam penugasan merupakan suami istri, saudara sampai garis keturunan kedua. Hubungan pribadi yang bisa mempengaruhi independensi adalah seperti usaha kerja sama antara akuntan publik dengan kliennya di perusahaan yang tidak diaudit. 5) Fee atau imbalan dari klien atas jasa audit. Imbalan atas balas jasa audit dari klien yang diterima oleh suatu kantor akuntan publik merupakan bagian 13 seluruh pendapatan kantor akuntan. Apabila terdapat imbalan dari klien tertentu yang menjadi bagian terbesar dari total pendapatan kantor akuntan maka dapat diperkirakan klien tersebut dapat memaksakan kehendaknya dan dapat mempengaruhi kerja akuntan publik karena ia merasa sebagai pihak yang membiayai kantor akuntan yang bersangkutan. Hal ini dapat terjadi apabila klien menginginkan opini auditor adalah wajar tanpa pengecualian. Selain itu diharapkan agar tidak hilang sebaiknya kantor akuntan publik berusaha menyenangkan klien tersebut agar besar pendapatan dari klien tersebut tidak berkurang sehingga dapat merusak independensi dalam melakukan audit. Sehingga perlu dipertanyakan jika imbalan yang diterima dari suatu klien merupakan bagian yang signifikan dari total pendapatan kantor akuntan publik. 6) Lamanya hubungan atau penugasan audit antara akuntan publik dengan klien. Lamanya penugasan audit dibagi menjadi dua, yaitu: (1) lima tahun atau kurang, dan (2) lebih dari lima tahun pada klien tertentu dianggap terlalu lama sehingga mempunyai pengaruh negatif terhadap independensi. Penugasan audit yang terlalu lama kemungkinan dapat mempengaruhi akuntan publik kehilangan independensi karena akuntan publik tersebut cepat merasa puas, kurang ketat di dalam melaksanakan prosedur audit. 7) Ukuran kantor akuntan publik. Penggolongan kantor akuntan ada dua, yaitu: (1) kantor akuntan besar, (2) kantor akuntan kecil. Kantor akuntan besar adalah kantor akuntan yang telah melaksanakan audit perusahan go public, 14 sedangkan kantor akuntan kecil adalah kantor akuntan yang belum melaksanakan audit pada perusahaan go public. 8) Persaingan antara kantor akuntan publik. Persaingan antara kantor akuntan publik juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi independensi, karena apabila akuntan sebagai penyedia jasa tidak dapat memenuhi permintaan kliennya maka tentunya klien tersebut akan berpindah ke kantor akuntan lainnya. Hal ini juga yang menjadikan akuntan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu kehilangan kliennya karena klien mencari kantor akuntan lain atau mengeluarkan opini sesuai keinginan klien. Independensi merupakan hal yang unik di dalam profesi akuntan publik. Auditor dituntut untuk memenuhi keinginan kliennya, karena klienlah yang membayar fee jasa yang disediakan oleh auditor tersebut. Di lain pihak, auditor harus independen dari klien. Petunjuk pelaksanaan mengenai independensi ini telah dikeluarkan oleh IAI dalam Pernyataan Etika Profesi No. 1 Integritas, Obejektivitas, dan Independensi. Contoh-contoh penerapan yang mempengaruhi akuntan publik adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2002:50): 1) Hubungan keuangan dengan klien (1) Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak dapat dipertahankan. Contohnya: 15 a) Kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung dengan klien. b) Pinjaman dari atau kepada klien, karyawan, direktur atau pemegang saham utama dalam perusahaan klien. (2) Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan audit yang akan diterbitkan. Hubungan keuangan tidak langsung mencakup kepentingan keuangan oleh suami, istri, keluarga sedarah semenda, sampai garis kedua yang bersangkutan. (3) Jika saham yang dimiliki merupakan bagian yang material dari: a) Modal saham perusahaan klien, atau b) Aktiva yang dimiliki pimpinan atau rekan pimpinan atau kantor akuntan publik suami atau isteri, keluarga sedarah-semendanya samapai dengan garis kedua. Kondisi ini bertentangan dengan integritas, obejektivitas dan independensi auditor tersebut. Konsekuensinya auditor harus menolak atau tidak melanjutkan penugasan audit yang bersangkutan, kecuali jika hubungan keuangan tersebut diputuskan. 2) Kedudukan dalam perusahaan Jika seseorang auditor dalam atau segera setelah periode penugasan, menjadi: (1) Anggota dewan komisaris, direksi atau karyawan dalam menajemen perusahaan klien, atau 16 (2) Rekan usaha atau karyawan salah satu anggota dewan komisaris, direksi atau karyawan perusahaan klien, maka dianggap memiliki kepentingan yang bertentangan dengan objektivitas dalam penugasan. Dalam keadaan demikian ia harus mengundurkan diri atau menolak semua penugasan audit atas laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. 3) Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai dan tidak konsisten (1) Seseorang auditor tidak boleh terlibat dalam usaha atau pekerjaan lain yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan atau mempengaruhi indepedensi dalam pelaksanaan jasa profesional. (2) Seseorang auditor tidak dapat melakukan kerjasama bisnis dengan perusahaan klien atau dengan salah satu eksekuitf atau pemegang saham utama. 4) Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit Jika seseorang auditor di samping melakukan audit juga melaksanakan jasa lain untuk klien yang sama maka ia harus menghindari jasa yang menuntut dirinya melaksanakan fungsi manajemen atau melakukan keputusan manajemen. 5) Hubungan keluarga dan pribadi (1) Hubungan keluarga yang pasti akan mengancam independensi adalah seperti akuntan publik yang bersangkutan, atau staf yang terlibat dalam penugasan itu merupakan suami atau istri, keluarga sedarah semenda klien sampai dengan garis kedua. Termasuk dalam pengertian disini 17 pemilik perusahaan, perusahaan, pemegang saham utama, direksi dan eksekutif lainnya. (2) Hubungan pribadi yang bisa mempengaruhi independensi adalah seperti usaha kerjasama antara akuntan publik dengan kliennya di perusahaan yang diaudit. 6) Imbalan (fee) atas jasa profesional (1) Fee jasa profesional tidak boleh tergantung pada hasil atau temuan pelaksanaan jasa tersebut. (2) Akuntan publik tidak boleh mendapat klien yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik lain dengan cara menawarkan atau menjanjikan fee yang jauh lebih rendah dari pada fee yang diterima oleh kantor akuntan publik sebelumnya. (3) Jika klien belum membayar fee jasa seorang akuntan publik sejak beberapa tahun yang lalu (lebih dari satu tahun) maka dapat dianggap bahwa akuntan publik tersebut memberikan pinjaman kepada kliennya. Hal tersebut melanggar independensi. (4) Jika akuntan publik bertindak sebagai financial consultant dalam suatu perusahaan yang akan go public maka akuntan publik tersebut tidak boleh menentukan fee jasa profesionalnya berdasarkan persentase tertentu dari hasil emisi saham. 18 7) Akuntan publik tidak boleh menerima komisi dari penjualan produk langganan atau jasa/barang yang dijual oleh kliennya pada saat dia melakukan pekerjaan audit. 8) Penerimaan barang atau jasa dari klien Akuntan publik, suami atau istrinya dan keluarga sedarah-semendanya sampai dengan garis kedua tidak boleh menerima barang atau jasa dari klien yang dapat mengancam independensinya, yang diterima dengan syarat yang tidak wajar atau tidak lazim dalam kehidupan sosial. 9) Pemberian barang atau jasa kepada klien Akuntan publik, suami atau istrinya dan keluarga sedarah-semendanya sampai dengan garis kedua tidak boleh memberikan barang atau jasa kepada klien, dengan syarat yang tidak wajar atau tidak lazim dalam kehidupan sosial. Menurut Supriyono (1998:33) ada 6 faktor yang dapat mempengaruhi independensi akuntan publik, yaitu: 1) Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien Adanya ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha antara akuntan publik atau kantornya dengan klien yang diperiksa dapat mengakibatkan rusaknya independensi akuntan publik. Menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), independensi dipandang tidak ada atau rusak apabila: 19 (1) Periode perjanjian kerja atau pada saat menyatakan pendapatnya, dia atau kantornya: a) Memiliki atau telah sanggup memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung secara material dalam perusahaan yag diperiksanya. b) Memiliki investasi bersama di dalam bisnis dengan perusahaan yang diperiksanya atau dengan karyawan, direktur, atau pemegang saham utama perusahaan yang diperiksanya, yang jumlahnya material dalam hubungannya dengan kekayaan bersihnya atau kekayaan bersih kantornya. c) Memiliki hutang atau piutang pada perusahaan yang diperiksanya atau karyawan atau pemegang saham utamanya. (2) Di dalam periode laporan keuangan, selama periode kontrak kerja pemeriksa atau pada saat menyatakan pendapat, ia atau kantor akuntan: a) Bertindak sebagai promotor, penjamin emisi surat berharga, direktur atau karyawan penting atau dalam kedudukan setara dengan anggota manajemen atau karyawan perusahaan yang diperiksa. b) Sebagai wali dana pensiun atau profit-sharing trust perusahaan yang diperiksanya. 20 2) Persaingan antar Kantor Akuntan Publik Semakin banyak anggota profesi akuntan publik mengakibatkan persaingan antara kantor akuntan dengan kantor akuntan lainnya semakin tajam. Persaingan tersebut mengakibatkan pula pergeseran-pergeseran pada organisasi kantor publik, antara lain: (1) Timbulnya banyak kantor akuntan publik kecil. (2) Timbulnya penggabungan kantor akuntan publik yang satu dengan yang lain. (3) Timbulnya kantor akuntan publik berskala nasional dan internasional. (4) Timbulnya kantor akuntan publik nasional sebagai representatif kantor akuntan publik internasional. Persaingan yang tajam antar kantor akuntan publik kemungkinan mempunyai pengaruh besar terhadap independensi akuntan publik. Persaingan yang tajam dapat mengakibatkan solidaritas profesional yang rendah, sehingga untuk mempertahankan klien agar tidak berpindah meminta jasa ke kantor akuntan lain, kantor akuntan cenderung tunduk pada tekanan manajemen klien. 3) Pemberian jasa lain selain jasa audit Semakin meningkat peranan akuntansi dalam dunia bisnis mendorong manajemen perusahaan untuk meminta jasa lain selain jasa audit kepada kantor akuntan publik. Sering kali manajemen klien yang diaudit meminta pada kantor akuntan publik yang melaksanakan pemeriksaan akuntan untuk memberikan jasa lain selain jasa audit. Permintaan tersebut didorong karena 21 manajemen memandang bahwa dari pemeriksaan tersebut akuntan publik dapat lebih mengetahui masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan yang terjadi pada perusahaan yang diauditnya, sehingga diharapkan masalah yang dihadapi tersebut dapat dipecahkan dengan segera. Dapat pula terjadi sebaliknya, suatu KAP semula hanya memberikan jasa selain jasa audit kepada klien tertentu namun karena hubungan yang sudah terjalin tersebut selanjutnya KAP yang bersangkutan juga diminta untuk memberikan jasa audit. Pemberian jasa selain jasa audit kepada klien menimbulkan pertanyaan yang mendasar mengenai apakah akuntan publik tersebut dapat mempertahankan independensinya. 4) Lamanya hubungan penugasan audit Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 39/KMK.06/2003 memutuskan bahwa Akuntan Publik yang telah memberikan jasa audit umum untuk 3 tahun (tiga tahun buku berturut-turut atau lebih atas laporan keuangan suatu entitas pada saat berlakunya Keputusan Mentri Keuangan tersebut) dapat melaksanakan audit umum atas laporan keuangan entitas tersebut sampai dengan tahun 2003. Ini berarti bahwa Akuntan Publik dapat memberikan jasa audit atas laporan keuangan suatu entitas maksimal selama 3 (tiga) tahun berturut-turut. 22 5) Ukuran kantor akuntan publik AICPA menggolongkan kantor akuntan ke dalam dua golongan, yaitu kantor akuntan besar dan kantor akuntan kecil. Menurut AICPA, kantor akuntan besar adalah kantor akuntan yang telah melaksanakan audit perusahaan go public, sedangkan kantor akuntan kecil adalah kantor akuntan yang belum melaksanakan audit pada perusahaan go public. 6) Fee audit Secara teori, audit fee yang besar kemungkinan dapat dikatakan mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik karena: (1) Kantor akuntan yang memeriksa merasa tergantung pada klien tersebut sehingga segan untuk menentang kehendak klien. (2) Kantor akuntan takut kehilangan klien yang dapat mendatangkan pendapatan relatif besar jika tidak menuruti kehendak klien. (3) Kantor akuntan cenderung memberikan counter part fee yang besar kepada satu atau beberapa pejabat kunci klien yang diaudit sehingga cenderung menimbulkan hubungan yang tidak independen. Sebaliknya audit fee yang besar kemungkinan dapat pula mendorong akuntan publik lebih independen karena prosedur audit dapat dilakukan dengan lebih luas dan seksama. Audit fee yang kecil kemungkinan dapat mengakibatkan akuntan publik lebih independen karena: (1) kantor akuntan tidak merasa tergantung pada klien tersebut sehingga lebih berani menentang kehendak klien, (2) hilangnya klien tidak mengakibatkan turunnya pendapatan kotor 23 akuntan dalam jumlah yang relatif besar. Sebaliknya audit fee yang kecil kemungkinan dapat mendorong akuntan publik kurang independen karena waktu dan biaya untuk melaksanakan prosedur audit terbatas. 2.1.6 Penerapan Independensi dalam Setiap Jasa yang Diberikan oleh KAP Independensi merupakan salah satu standar umum yang harus dilaksanakan oleh seseorang akuntan independen. Dalam setiap hal dalam perikatan atau pemberian jasa, auditor harus tetap menjaga independensinya, namun kadar penerapan dalam masing-masing perikatan berbeda-beda. Paling tidak independensi sikap mental harus tetap dipertahankan dalam setiap perikatan jasa yang dilakukan. Contoh penerapan independensi pada masing-masing pemberian jasa yang dilakukan oleh kantor akuntan publik adalah sebagai berikut: 1) Audit. Contoh utama jasa ini adalah audit atas laporan keuangan historis. Dalam audit laporan keuangan klien menugaskan auditor untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan untuk memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan perikatan ini akuntan publik harus benar-benar independen baik dari segi sikap mental serta penampilan guna menumbuhkan keyakinan dalam masyarakat pengguna laporan keuangan akan keakuratan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan auditan tersebut. 24 2) Pemeriksaan (examination). Auditor dalam melaksanakan penugasan jasa ini akan memberikan pendapat atas asersi-asersi suatu pihak sesuai kriteria yang ditentukan. Dalam pelaksanaan penugasan ini auditor harus objektif dalam memaparkan hasil temuannya. Oleh karena itu selain harus bersikap jujur auditor juga harus memposisikan diri sedemikian rupa agar terhindar dari tekanan-tekanan dan pengaruh berbagai pihak guna menghasilkan pendapat yang benar-benar objekftif serta independen, maka dalam hal ini independensi sikap mental dan independensi penampilan harus benar-benar dijaga sedemikian rupa oleh akuntan publik. 3) Penelaahan (review). Jasa review atau pengkajian ulang terutama dilakukan dengan wawancara dengan manajemen dan analisis komparatif informasi keuangan suatu perusahaan. Lingkup kerjanya lebih sempit daripada audit maupun examination. Jasa review biasanya dilakukan pada laporan intern perusahaan publik atau laporan tahunan perusahaan non publik. Oleh karena review merupakan salah satu jasa atestasi atau penjamin yang dilakukan oleh akuntan publik maka independensi sikap mental dan independensi penampilan sangat dibutuhkan dalam pemberian jasa ini. 4) Prosedur yang disepakati bersama. Dalam prosedur ini auditor tidak boleh lepas dari sikap independesi yang harus dipegang, baik itu dalam sikap mental maupun dalam penampilan karena merupakan jasa penjamin maka kedua aspek independensi tersebut harus terpenuhi guna memberikan keyakinan bahwa kesimpulan yang dibuat dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan. 25 5) Jasa Akuntansi. Jasa akuntansi dapat diberikan melalui aktivitas pencatatan, penjurnalan, posting, jurnal penyesuaian dan penyusunan laporan keuangan klien serta perencanaan sistem akuntansi klien. Dalam memberikan jasa akuntansi, praktisi yang melakukan jasa tersebut bertindak sebagai akuntan perusahaan. Oleh karena bertindak sebagai akuntan perusahaan maka independensi dari segi penampilan tidak dapat dipenuhi, walaupun demikian akuntan tersebut harus tetap mempertahankan independensinya terutama independensi sikap mental, yaitu kejujuran dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Jadi dalam pemberian jasa akuntansi praktisi yang melakukan jasa tersebut tetap harus mempertahankan sikap independensinya minimal dari segi sikap mental atau kejujuran dalam melaksanakan tugas tersebut. 6) Jasa Perpajakan. Jasa perpajakan meliputi pengisian surat laporan pajak, dan perencanaan pajak. Selain itu dapat juga bertindak sebagai penasehat dalam masalah perpajakan dan melakukan pembelaan bila perusahaan yang menerima jasa sedang mengalami permasalahan dengan kantor Kantor Pajak. Sama halnya dengan jasa akuntansi, dalam pemberian jasa akuntan membela kepentingan kliennya, oleh karena itu independensi dari segi penampilan tidak dapat terpenuhi, namun akuntan tersebut tetap harus mempertahankan sikap independensinya yang dapat diperlihatkan dari segi sikap mentalnya. 26 7) Jasa Konsultan Manajemen. Sama halnya dengan jasa akuntansi dan jasa perpajakan, jasa konsultan manajemen juga lebih banyak membela kepentingan klien. Walaupun independensi penampilan tidak dapat dipenuhi, akuntan tersebut masih dapat menjaga sikap independensi dari segi sikap mentalnya. Kejujuran sangat diperlukan dalam pemberian jasa ini. Akuntan harus jujur dalam memberikan saran dan bantuan teknis yang sesuai dengan keperluan serta permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien. Oleh karena itu, independensi harus tetap dijaga sekalipun hanya dari segi sikap mental saja. 2.1.7 Pendidikan Profesi Akuntansi di Indonesia dan Mahasiswa Akuntansi Visi dari pendidikan akuntansi adalah mendidik tenaga akuntan yang cerdas dan ‘utuh’ sebagai insan profesional serta meneliti, mengembangkan dan memasyarakatkan disiplin akuntansi yang sangat vital untuk merealisasikan terbentuknya good corporate and public governance dalam global civil society. Sedangkan misinya adalah menghasilkan lulusan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kontemporer dunia usaha dan dunia pendidikan atau tenaga staf, manajer, serta pendidik profesional (Prakarsa, 2004). Mahasiswa yang berminat menjadi akuntan harus terlebih dahulu menempuh pendidikan tinggi di bidang akuntansi. Kurikulum pendidikan tinggi akuntansi dianggap akan mampu memberikan bekal etika kepada mahasiswa untuk terjun ke 27 dunia kerja sehingga pendidikan lanjutan, ujian-ujian profesi yang terkait, serta pengenalan sejak dini profesi akuntansi merupakan strategi untuk menerapkan kompetisi secara horisontal dan vertikal serta diharapkan upayanya menghasilkan calon-calon profesional di bidang akuntansi dengan kualitas dan kwantitas memadai dapat terwujud. 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya A.A. Istri Mirah Eryani (2007) meneliti tentang persepsi mahasiswa S1 Akuntasi dan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) terhadap independensi penampilan auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi yang cukup signifikan antara mahasiswa PPAk dan mahasiswa S1 akuntansi terhadap independensi penampilan auditor. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Akuntasi dan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini uji Mann-Whitney. Persamaan penelitian ini dengan penelitian A.A. Istri Mirah Eryani (2007) adalah sama-sama menggunakan teknik analisis data Mann-Whitney dan responden yang digunakan yaitu mahasiswa akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian A.A. Istri Mirah Eryani (2007) terletak pada obyek penelitian. Penelitian ini meneliti persepsi mahasiswa S1, PPAk, dan S2 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana terhadap independensi penampilan akuntan publik sedangkan penelitian sebelumnya 28 meneliti persepsi mahasiswa S1 Akuntasi dan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) terhadap independensi penampilan auditor. Metta Permatasari Muliana (2009) meneliti tentang persepsi auditor, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi terhadap independensi penampilan akuntan publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor dengan akuntan pendidik, terdapat perbedaan persepsi antara auditor dengan mahasiswa akuntansi, tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan mahasiswa akuntansi. Responden dalam penelitian ini adalah auditor, akuntan pendidik, mahasiswa S1 akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini uji MannWhitney. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Metta Permatasari Muliana (2009) adalah sama-sama menggunakan teknik analisis data Mann-Whitney. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Metta Permatasari Muliana (2009) terletak pada responden. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan mahasiswa S1 akuntansi, mahasiswa PPAk dan Mahasiswa S2 akuntansi sebagai responden, sedangkan dalam penelitian sebelumya menggunakan auditor, akuntan pendidik dan mahasiswa S1 akuntansi sebagai responden. 29 2.3 Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pokok permasalahan penelitian yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pokok permasalahan, tujuan penelitian, kajian teori-teori yang relevan, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diambil peneliti adalah sebagai berikut: H1 : terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa S1 akuntansi dengan mahasiswa PPAk di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana terhadap independensi penampilan akuntan publik. H2 : terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa S1 akuntansi dengan mahasiswa S2 akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana terhadap independensi penampilan akuntan publik. H3 : terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa PPAk dengan mahasiswa S2 akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana terhadap independensi penampilan akuntan publik. 30