RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia 2012-2013 BOARD OF EXPERTS Muhammad Tanri Arrizasyifaa Pundra Adhisatya P Sayyid Hakam Tazkia Fatimah Cyntia Evinur Ananda Muhammad Ilman Rialta Hamda Heri Wahyudi Indri Noor Hidayati Rahayu Purwita Sari Reqgi First Trasia Foreword Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah mengkaruniakan nikmat yang berlimpah kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan umat manusia sepanjang masa Rasulullah SAW. Menyeru pada agama Allah adalah sebaik-baik pekerjaan sebagaimana firman Allah SWT: ”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?’" – QS. Fushilat 41:33 Maka dalam melakukan kegiatan ini hendaknya para aktifis dakwah bersungguh-sungguh dengan mencurahkan tenaga dan pikiran terbaiknya. Sudah menjadi salah satu karakteristiknya, bahwa jalan dakwah itu panjang dan banyak tantangan. Untuk mengatasi hal ini maka metode dakwah yang efektif dan efisien pun perlu dikembangkan, terkhusus dalam lingkungan dakwah di kampus fakultas kedokeran. Alhamdulillah, saat ini hampir di seluruh fakultas kedokteran di Indonesia telah ada suatu lembaga dakwah fakultas kedokteran (LDFK) di dalamnya. Namun ternyata dalam keberjalanannya tetap banyak ditemui permasalahan dalam managemen lembaga dakwah fakultas kedokteran ini, hal ini terjadi baik pada pada LDFK yang relatif baru ataupun yang sudah cukup lama berdiri. FULDFK Indonesia dalam hal ini sebagai wadah LDFK se-Indonesia, merasa perlu untuk menyusun suatu Risalah Managemen Dakwah Fakultas Kedokteran (RMDFK) yang bisa dijadikan rujukan dan panduan dalam mengelola LDFK. Hal ini sejalan dengan Renstra FULDFK Indonesia yaitu ”LDFK Berjaya 2017” , dimana diharapkan 80% LDFK berstatus sebagai LDFK Mandiri, karena jika LDFK tersebut berstrata mandiri berarti kegiatan syiar islam, kaderisasi dan dakwah islam pada umumnya berjalan dengan produktif, sehingga diharapkan semakin banyak nantinya lulusan fakultas kedokteran yang berafiliasi kepada islam dan siap mendukung dakwah baik di dalam maupun diluar profesi. Setelah digagas lebih dari 2 tahun yang lalu, akhirnya sebuah panduan komprehensif untuk manajemen dakwah di kampus fakultas kedokteran yaitu Risalah Managemen Dakwah Fakultas Kedokteran (RMDFK) selesai dibuat. Dalam pembuatannya dihimpun berbagai pemikiran dan pengalaman dari para kader dakwah terbaik yang telah mendalami dan membaktikan dirinya di medan dakwah fakultas kedokteran. Di dalamnya dijelaskan bagaimana cara memanagemen LDFK dari berbagaimacam aspek. LDFK hendaknya dapat dengan bijak menerapkan isi dari RMDFK sesuai dengan kondisi di masing-masing LDFK, karena kondisi satu LDFK dengan LDFK yang lainnya tentulah tidak sama seluruhnya. Sehingga semoga kita para aktifis dakwah di lingkungan kampus fakultas kedokteran dapat menjadi aktifis dakwah yang Profesional, yaitu bagian dari umat yang siap memberikan bakti terbaik untuk dakwah, sebagaimana firman Allah SWT “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.“ – QS. Ali Imran 3:104 Surakarta, 25 Mei 2013 Ketua Umum FULDFK Indonesia Yasjudan Rastrama Putra Daftar isi dakwah kita 1 Muhammad Tanri Arrizasyifaa manajemen ldfK 5 Pundra Adhisatya P manajemen tarbiyah 18 Sayyid Hakam syiar universal 41 Tazkia Fatimah syiar akademi & profesi 44 Cyntia Evinur Ananda syiar kemasjidan 51 Muhammad Ilman sistem organ kepengurusan ekstra ldfk 54 Rialta Hamda dakwah profesi kedokteran 67 Heri Wahyudi regulasi keuangan 78 Indri Noor Hidayati penelitian & pengembangan 81 Rahayu Purwita Sari syiar media 87 Reqgi First Trasia syiar kemuslimahan Reqgi First Trasia 94 DAKWAH KITA | 1 1 DAKWAH KITA “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari Jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. – QS. An-Nahl : 125 "..Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. – QS Ali Imran : 79 S audaraku, Allah ‘Azza Wa Jalla menakdirkan manusia hidup di dunia dengan disertai pedoman hidup yang sempurna. Dia utus RasulNya dengan membawa risalah Islam sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Hidup dalam naungan Islam adalah nikmat tak ternilai yang tidak bisa diganti dengan apapun karena ia adalah kunci kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Untuk itu, kita sepatutnya bersyukur menjadi seorang muslim. Rasa syukur itu selayaknya kita nyatakan dalam bentuk berusaha sebaik mungkin untuk menjadi muslim yang sebenar-benar muslim. Proses menjadi muslim ideal adalah proses berkelanjutan karena tabiat manusia yang tidak mungkin sempurna. Seiring berjalannya waktu, proses kita berusaha menjadi muslim ideal yang dicontohkan oleh Rasulullah ShallaLlahu ‘Alayhi Wa Sallam harus terus berjalan. Selalu ada ruang untuk terus membina diri dan menambah amal shaleh seiring kehidupan yang masih Allah izinkan untuk berlanjut. Kuncinya satu saja: Islam. DAKWAH KITA | 2 Bersamaan dengan proses kita membina diri, kewajiban lain yang tidak dapat terpisahkan dari keislaman kita adalah berdakwah. Menyampaikan kebenaran Islam kepada orang lain melalui berbagai cara adalah kewajiban yang tidak boleh kita abaikan. Seperti pada ayat yang tersebut di atas, generasi rabbani adalah generasi yang mengajarkan Alkitab dan tetap mempelajarinya. Dalam ayat yang lain, Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyerukan kebaikan, menyuruh yang ma’ruf, dan mencegah yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. [QS Ali Imran (3) : 104] Ayat tersebut diperkuat oleh ayat berikut, “Demi masa! Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. [QS Al ‘Ashr (103) : 1-3] Oleh karena itu, kita harus berdakwah agar kita termasuk orang-orang yang beruntung. *** Dakwah secara bahasa berarti jeritan, seruan, atau permohonan. Ketika seseorang mengatakan da’autu fulaanan, itu berarti berteriak atau memanggilnya. Adapun menurut syara’ (istilah), dakwah memiliki beberapa definisi. Di sini akan disebutkan sebagian dari definisi tersebut. Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dakwah adalah mengajak seseorang agar beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa Rasul-Nya dengan membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang mereka perintahkan. Sementara itu, Fathi Yakan mengatakan, “Dakwah adalah penghancuran jahiliyah dengan segala bentuknya, baik jahiliyah pola pikir, moral, maupun jahiliyah perundang-undangan dan hukum. Setelah itu pembinaan masyarakat Islam dengan landasan pijak keislaman, baik dalam wujud kandungannya, dalam bentuk dan isinya, dalam perundang-undangan dan cara hidup, maupun dalam segi persepsi keyakinan terhadap alam, manusia dan kehidupan. Dapat kita simpulkan, dakwah Islam pada hakikatnya adalah seruan untuk berubah. Ia merupakan usaha mentransformasi manusia pada tataran individu maupun masyarakat dari kehidupan yang penuh kegelapan jahiliyyah menuju kehidupan yang mencerminkan cahaya Islam. Perubahan individu menuju pribadi muslim sejati (syakhsiyyah islamiyyah) dilakukan dalam kerangka transformasi sosial, karena terbentuknya pribadi muslim bukanlah akhir dari perjuangan dakwah. Pribadi-pribadi muslim harus juga terbentuk menjadi pribadi-pribadi da’i (syakhsiyyah da’iyyah) sehingga mampu berperan aktif dalam melakukan perubahan sosial. Cita-cita akhir dari dakwah ini digambarkan oleh ayat, “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim”. [QS. Al Baqarah (2) : 193] Fitnah yang dimaksud dalam ayat di atas adalah syirik, sebagaimana ayat berikut, “Kelak kamu akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang bermaksud supaya mereka aman dari pada kamu dan aman (pula) dari kaumnya. Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik), merekapun terjun kedalamnya”. [QS. An Nisaa (4) : 91] DAKWAH KITA | 3 *** Saudaraku, dakwah yang kita lakukan juga merupakan cara kita menyelamatkan diri dari siksa Allah Subhaanahu Wa Ta’aala baik di dunia maupun di akhirat. Allah berfirman, Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. [QS Ash Shaff (61) : 10-13] “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu[605], ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya[606] dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”. [QS Al Anfaal (8) : 24-25] Dalam Al Quran, orang-orang kafir laknatullah juga digambarkan dengan ketidakpedulian mereka melihat kemungkaran. Allah berfirman, “Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu”. [QS Al Maaidah (5) : 79] “Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. [QS An Nisaa (4) : 104] “Apabila Allah memberi hidayah kepada seorang hamba melalui upayamu, maka itu lebih baik bagimu daripada yang dijangkau matahari sejak terbit sampai terbenam.” (HR. Bukhari – Muslim) “Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangan (kekuasaan)-nya. Jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia merubahnya dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia merubahnya dengan hatinya. Dan itulah selemahlemahnya Iman dan setelah itu tidak ada lagi iman sedikitpun.” (HR.Muslim) “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, hendaklah kamu menyuruh kepada kemakrufan, mencegah dari kemungkaran atau Allah menyegerakan pengiriman siksa dari sisi-Nya, kemudian kamu berdoa kepada-Nya, lalu Dia tidak memperkenankan doamu.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi] “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..” [QS Ali Imran (3) : 110] Dakwah bukan aktivitas mubah yang dikerjakan hanya di saat luang atau ibadah sunnah yang dikerjakan selagi bersemangat saja atau fardhu kifayah yang cukup dilakukan oleh segelintir orang. DAKWAH KITA | 4 Dakwah adalah aktivitas fardhu’ain yang yang dilaksanakan oleh setiap orang yang mengaku sebagai muslim. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. [QS Ash Shaff (61) : 14] “Hai orang yang berkemul (berselimut)! Bangunlah, lalu berilah peringatan!” [QS. Al Muddatstsir (74) : 1-2] “Maka demi Tuhan-mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam per-kara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” [QS. An Nisaa (4): 65] “Sesungguhnya Kami telah Menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) Petunjuk dan Cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah, oleh orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar Ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang Diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” [QS. Al-Maa‟idah (5) : 44] “Adakah yang lebih baik perkataannya selain dari orang-orang yang menyeru kepada Allah swt dan mereka beramal shalih dan berkata sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang berserah diri?” (QS. Fushilat 41:33-34) “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepa-damu dari Tuhanmu: dan jika engkau tidak melakukannya (apa yang Diperintahkan itu, berarti), kamu tidak menyampai -kan Amanat-Nya. Allah Memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak Memberi Petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al Maidah 5:67) “Sungguh, sekiranya Allah memberikan hidayah kepada seorang lelaki lantaran (dakwah)-mu, itu lebih baik daripada seekor unta merah.” (HR Bukhari dan Muslim) “Barang siapa yang menghidupkan sunnah hasanah dalam Islam, maka baginya pahala dan pahala orang yang telah mengikutinya tanpa terkurangi pahala mereka walau sedikitpun. Dan barangsiapa yang menghidupkan sunnah yang jelek dalam Islam, baginya adalah dosa dan dosa orang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim) MANAJEMEN LDFK | 5 2 MANAJEMEN LDFK Visi & Misi 1. Pendahuluan Peraturan-peraturan dasar LDK merupakan fondasi, kiblat, dan referensi utama –tentunya selain Qur’an dan As-Sunnah—penyelenggaraan organisasi LDK. Ibarat sebuah rumah, fondasi saja tidak cukup untuk menjadikan sebuah rumah nyaman ditinggali sekaligus melindungi penghuninya. Sebuah rumah tidak cukup memiliki lantai dan pilar saja, tetapi juga butuh atap, jendela, perabotan, bahkan mungkin membutuhkan kolam renang dan taman nan indah di hamparan teras. Agar sebuah rumah dapat mencapai bentuk idealnya, seorang arsitek –saat mulai memulai proses pembangunan rumah-- harus mempunyai visualisasi yang jelas, tegas, terencana, dan konsisten mengenai bentuk akhir rumah yang kelak akan hadir. Tanpa visualisasi yang jelas dari sang arsitek, lantai dan pilar hanya akan ada tanpa makna, batu bata dan semen akan tersusun tanpa arah tak berguna, dan pada akhirnya merugikan dan mengecewakan semua pihak. Visualisasi arsitek tadi, dapat dianalogikan sebagai visi dan misi penyelenggaran LDK yang ada di kepala rekan-rekan pelaku LDK, terutama rekan-rekan top manager. Visi dan misi bukanlah semata rangkaian kata sulit nan indah untuk menggambarkan kegagahan gagasan para pelaku LDK. Rekan-rekan LDK –terutama para top manager—harus paham betul mengenai visualisasi yang ada di kepala mereka. Visi dan misi organisasi, termasuk LDK, harus dibangun atas kesadaran penuh dan kecerdasan membaca lingkungan atas peran yang akan diambil LDK untuk kemanfaatan. Visi harus hidup, sederhana, tergambar jelas bagi seluruh segmen pelaku LDK terkait, pun begitu dengan misi. Pada bagian ini, kita akan sama-sama belajar membangun dan memahami visualisasi ini; bagaimana menyepadankan kegagahan gagasan dengan kekuatan MANAJEMEN LDFK | 6 makna-obyektifitas demi tercapainya LDK yang bekerja dengan efektif dan efisien bagi kepentingan dakwah. a. Definisi dan Karakteristik Menurut Wibisono (2006), visi adalah rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Bila disederhanakan, visi adalah penyataan want to be dari sebuah organisasi. Visi merupakan impian komprehensif, kejelasan dan keluasan pandangan, kejelasan persepsi dan pemahaman tentang sebuah organisasi. Visi akan digunakan dalam penyelenggaraan organisasi yang menyentuh banyak aspek, sumber daya, dan sudut pandang. Untuk itu, sebuah visi harus dapat menjadi sebuah ilham dan inspirasi setiap gerak sumber daya pada sebuah organisasi; mendamaikan semua sudut pandang dan menjadi prinsip-prinsip yang menggelorakan ghirah pelaku-pelaku organisasi. Untuk merumuskan visi, menurut B.S Wibowo dalam buku SHOOT, terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yakni: - Visi adalah yang tampak di khayal atau kemampuan untuk melihat pada inti persoalan - Visi adalah bagaimana anggota lembaga tersebut bersepakat untuk mencapainya - Visi adalah sebuah ekspresi atas harapan - Visi merupakan penjabaran bagaimana wujud suatu lembaga apabila tujuannya tercapai - Visi ditulis dalam bentuk tujuan dalam satu kalimat pendek - Visi sebaiknya pendek, singkat, dan spesifik - Visi sebaiknya relevan dengan lembaga, dapat dicapai, dan memuaskan - Visi hendaknya dapat diukur pencapaiannya, sehingga dapat dikembangkan jika sudah tercapai - Visi sebaiknya yang kasat mata sehingga semua orang dapat melihat tujuan dan dapat menyetujui imajinasinya - Visi tidak lepas dari sejarah pendirian dan perkembangan lembaga Sedangkan misi menurut Wheelen (dikutip oleh WIbisono, 2006) adalah rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan keberadaan sebuah organisasi. Dalam konteks perusahaan, misi memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, meliputi produk maupun jasa. Menurut A.B.Susanto, misi adalah bagaimana untuk menghadirkan impian-impian pada pernyataan visi menjadi kenyataan Menurut Dengan kata lain, misi adalah pernyataan tentang apa-apa yang harus dikerjakan oleh sebuah organisasi dalam rangka usahanya mewujudkan visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata dan spesifik untuk dituju serta dapat menggambarkan garis besar pencapaian visi. Menurut Asropi, pernyataan misi diawali oleh sebuah kata kerja. Menurut buku RMDFK Gamais ITB, terdapat beberapa core points dari misi yang harus kita perhatikan. Misi harus dibangun dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : - Siapa kita? - Apa maksud dan tujuan keberadaan organisasi kita ? - Masalah apa yang ingin kita pecahkan ? - Apa yang akan kita lakukan untuk memecahkan masalah tersebut ? - Apa filosofi dan prinsip nilai yang organisasi kita miliki ? - Kekhususan apa yang organisasi kita miliki yang tidak ada pada organisasi lain ? MANAJEMEN LDFK | 7 Selain fokus pada objective pernyataan misi, kita juga perlu memperhatikan –meskipun ini bersifat sunnah-- sisi ‘estetika’ dari sebuah pernyataan misi. Mari kembali kita ingat, pernyataan misi sejatinya adalah pernyataan langkah-langkah, kepribadian, dan kristalisasi nilai-nilai juang sebuah organisasi. Pernyataan misi bukanlah sajian puitis kegagahan gagasan para aktivis, justru para aktivis mempunyai pekerjaan rumah untuk membuat pernyataan misi yang esensial nan penuh makna menjadi sebuah sajian yang begitu menarik, sederhana, mudah dicerna khalayak, dan dapat membangun sebuah self-image yang positif bagi LDK. 2. Penyusunan Visi dan Misi Tidak ada perencanaan yang sempurna, pun tidak ada pula satu cara baku yang wajib –atau diklaim sebagai cara terbaik- untuk digunakan dalam penyusunan visi dan misi. Namun, penulis bermaksud menyampaikan beberapa rekomendasi dan wawasan mengenai metode penyusunan visi dan misi. a. Penyusunan visi pada dasarnya dilakukan dalam bentuk pola top-down atau bottom-up. Pada pola top-down, eksplorasi pemikiran dan identifikasi masalah diawali dan didominasi oleh pimpinan-pimpinan organisasi. Pimpinan organisasi melakukan brainstorming untuk mengidentifikasi masalah, mendiskusikan solusi, dan merumuskan citra-citra masa depan yang diinginkan bagi organisasi. Sebaliknya, pada bottom-up¸ para pimpinan organisasi ‘blusukan’ untuk mencari masukan-masukan tentang permasalahan dan keinginan konstituen mengenai organisasi tempat mengabdi, dalam hal ini LDK. Selain pada konstituen, masukanmasukan pun bisa didapatkan dari rekan-rekan organisasi lain di satu kampus, para alumnusalumnus organisasi, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan organisasi seperti Dekanat Fakultas/Rektorat Universitas. Kedua pola ini (top-down dan bottom-up) dapat dilakukan bersamaan dalam metode campuran. b. Menurut Maruli Tua Silalahi, terdapat langkah-langkah umum yang dilakukan oleh organisasi atau perusahaan dalam penyusunan misi, meliputi: - Melakukan proses brainstorming dengan mensejajarkan beberapa kata yang menggambarkan organisasi - Penyusunan prioritas dan pemfokusan pada kata-kata yang paling penting - Mengkombinasikan kata-kata yang telah dipilih menjadi kalimat atau paragraph yang menggambarkan organisasi/perusahaan - Mengedit kata-kata sampai terdengar benar atau sampai setiap orang kelelahan untuk adu argumentasi berkaitan dengan kata atau frase favorit mereka 3. LDK Kedokteran, what so special ? Bila sedikit kita kilas balik, perlu kita selalu ingat bahwa salah satu tujuan dakwah kampus ialah terciptanya –atau setidaknya membantu terciptanya—masyarakat yang madani. Pendidikan kedokteran mempunyai tugas yang cukup penting dalam pencapaian tujuan ini, yang mana tentu LDK mempunyai peran yang harus diambil disini. Dalam perspektif sosial masyarakat Indonesia saat ini, dokter dipandang sebagai profesi yang memiliki banyak keutamaan dan kewibawaan sosial yang menonjol. Hal ini adalah potensi, yang mana berarti bahwa profesi dokter merupakan profesi strategis untuk menyampaikan kebaikan-kebaikan pada masyarakat. Selain itu, profesi dokter mempunyai ikatan kolegalisme dan identitas ke-profesi-an yang kuat di kalangan masyarakat. Terlebih lagi, isu-isu mengenai kualitas etika seorang dokter saat ini sedang menjadi santapan politik dan sasaran pemberitaan media yang begitu menarik. MANAJEMEN LDFK | 8 Adalah pekerjaan besar bagi LDK untuk mempunyai visualisasi jauh ke depan mengenai kualitas dokter –terutama dokter muslim—di kalangan masyarakat kelak. LDK mempunyai titik kontribusi membentuk kader-kader dokter muslim yang menjadi representasi akhlak dokter Indonesia. Wibawa sosial yang tinggi membawa konsekuensi luhur bahwa akhlak seorang dokter akan menjadi teladan bagi masyarakat luas, atau setidaknya masyarakat sekitar. Begitulah sejatinya visi sebuah LDK; membentuk kader-kader dokter muslim yang kelak akan jadi teladan nan jelita akidah dan akhlaknya bagi pasien, masyarakat luas, dan bagi wajah keprofesian dokter Indonesia, dalam rangka mengikat ridha Allah SWT. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Garis Besar Haluan Dakwah, dan Rencana Strategis Dakwah Organisasi –dalam menjalankan roda organisasinya—sebaiknya memiliki aturan-aturan dasar yang menjadi aturan main dalam menjalankan kegiatannya. Aturan ini tentu meliputi banyak aspek dan bertujuan supaya organisasi memiliki kekuatan dan konsistensi dalam menjalankan rodanya. Pun begitu untuk organisasi lembaga dakwah kampus Fakultas Kedokteran. Banyak jenis aturan dasar yang dilahirkan organisasi, karena sesungguhnya hal tersebut bukanlah kaku, namun dibuat sesuai kebutuhan organisasi. Pada tulisan ini, penulis akan membahas mengenai Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART), Garis Besar Haluan, dan Rencana Strategis. Anggaran Dasar (AD) Anggaran Dasar mencakup prinsip-prinsip fundamental dan mendasar bagi sebuah organisasi. Didalamnya terkandung hal-hal mendasar bagi sebuah organisasi (termasuk Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran), seperti: nama organisasi, azas organisasi, waktu pendirian organisasi, struktur organisasi, pertemuan-pertemuan organisasi, dan hal lainnya. Anggaran Dasar (AD) harus diformulasikan dengan sangat hati-hati dan selalu diperbaharui secara up-to-date untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Tidak ada susunan baku dan wajib bagi sebuah Anggaran Dasar (AD) organisasi. Komposisi dan susunan Anggaran Dasar (AD) dibentuk sesuai kebutuhan dan kesepakatan anggota organisasi pada forum-forum yang telah dilegitimasi. Berikut ini adalah referensi susunan poin-poin dalam Anggaran Dasar (AD) sebuah organisasi; sebagai contoh dan masukan bagi rekanrekan aktivis dakwah, supaya dapat dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan Anggaran Dasar (AD) yang ada. Menurut Risalah Manajemen Dakwah Kampus FSLDK-Gamais ITB 1. Pendahuluan : Pada bagian ini, dijelaskan mengenai identitas dan karakteristik organisasi, yang meliputi; a. Nama Organisasi b. Tempat dan Kedudukan c. Waktu Pendirian d. Status e. Lambang MANAJEMEN LDFK | 9 2. Azas, Sifat, Orientasi, dan Tujuan Organisasi : Bagian ini menggambarkan tentang arahan dan tujuan sebuah organisasi. 3. Usaha : Bagian ini menjelaskan mengenai usaha-usaha yang dilakukan sebuah organisasi agar mencapai tujuan yang telah disepakati 4. Objek : Bagian ini menjelaskan mengenai objek yang menjadi sasaran kerja sebuah organisasi. Sebagai contoh, sasaran dakwah bagi Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran adalah mahasiswa, dosen, karyawan, dan organisasi-organisasi terkait 5. Kekuasaan Tertinggi Organisasi : Penjelasan mengenai badan tertinggi yang memimpin organisasi. Dalam organisasi dakwah biasanya menggunakan istilah Majelis Syuro, Majelis Dakwah, dan yang lainnya 6. Struktur Organisasi : Komponen-komponen struktural sebuah organisasi. Cakupan mengenai sejauh mana Anggaran Dasar mengatur struktur organisasi dapat disepakati pada masing-masing organisasi 7. Kepengurusan 8. Keanggotaan : Bagian yang menjelaskan mengenai gambaran tentang keanggotaan (hak, kewajiban, jenis, dst) sebuah organisasi 9. Pertemuan Organisasi : Bagian ini meliputi agenda-agenda apa saja yang harus dilakukan organisasi. Didalamnya dijelaskan jenis-jenis pertemuan (Musyawarah Besar, Musyawarah Luar Biasa, dst.), hierarki permusyawaratan dan ketetapan. 10. Keuangan : Penjelasan mengenai anggaran organisasi; perubahan, mekanisme, dan asal-muasal. Menurut Lagrange College 1. Preamble Pernyataan dari anggota organisasi bahwa Anggaran Dasar (AD) telah disepakati dan disahkan secara sadar sebagai instrument guiding organisasi 2. Article I : Name Nama organisasi 3. Article II : Purpose and/or Mission Statement Pernyataaan tujuan sebuah kelompok/organisasi 4. Article III : Membership Section 1. Cakupan keanggotaan organisasi, dalam konteks LDK FK –mungkin— adalah mahasiswa muslim di Fakultas Kedokteran masing-masing. Section 2. Pernyataan bahwa keanggotaan oganisasi tidak memberikan diskriminasi pada ras, agama, warna kulit, asal daerah, cacat fisik maupun mental, dan lainnya Section 3. Hal-hal lain yang berkaitan dengan keanggotaan aktif 5. Article IV : Officers Section 1. Pernyataan bahwa pengurus organisasi harus dipilih dari anggota-anggota aktif organisasi (ataupun dengan syarat lain yang telah disepakati) Section 2. Pernyataan komposisi minimal sebuah kepengurusan. Sebagai contoh; Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan lainnya. Section 3 Elections MANAJEMEN LDFK | 10 Pernyataan mengenai mekanisme pemilihan pengurus organisasi. Penjelasan ini meliputi waktu pemilihan (periode), persyaratan forum (mayoritas, kuorum, dihadiri anggota aktif, dst.), dan lainnya sesuai kesepakatan Section 4. Officer Duties Menjelaskan deskripsi kerja badan pengurus harian (Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara). Dalam aplikasinya, penjelasan mengenai hal ini dapat disesuaikan Section 5. Menjelaskan mengenai Badan Pengawas Organisasi 6. Article V : Dues and Finance Section 1. Menjelaskan mengenai mekanisme pelaporan keuangan dalam sebuah periode Section 2. Menjabarkan cara-cara organisasi memperoleh dukungan dana 7. Article VI : Meetings Section 1. Menjelaskan waktu pelaksanaan pertemuan tahunan Section 2. Menjelaskan waktu pelaksanaan pertemuan rutin organisasi (mingguan, bulanan, dan lainnya) Section 3. Peraturan-peraturan yang menjadi guideline dilaksanakannya pertemuanpertemuan organisasi. Sebagai contoh, di kampus-kampus biasanya menggunakan mekanisme sidang. Section 4. Penjelasan mengenai agenda-agenda yang HARUS dijalankan pada pertemuan-pertemuan rutin organisasi Section 5. Kriteria kuorum pertemuan-pertemuan organisasi 8. Article VII : Removal from Office Penjelasan mengenai syarat-syarat diberhentikannya seseorang dari posisinya sebagai anggota organisasi 9. Constitutional Amendments Penjelasan mengenai syarat-syarat dan tatacara dilakukannya amandemen/perubahan pada Anggaran Dasar (AD) 10. Ratification Lembar pengesahan Anggaran Dasar (AD) pada forum yang telah sah dan memenuhi kriteria kuota forum. Dilampirkan tanda tangan pihak terkait dan tanggal pengesahan. Dua contoh diatas hanya merupakan referensi mengenai komposisi dan format Anggaran Dasar (AD). Setiap organisasi tentu memiliki prinsip, kesepakatan, dan kebutuhan yang berbeda-beda terkait Anggaran Dasar (AD) yang ada. Anggaran Rumah Tangga Anggaran Rumah Tangga (ART) adalah penjelasan yang lebih detail dari Anggaran Dasar (AD) itu sendiri, meskipun terdapat hal-hal yang sebelumnya tidak disebutkan pada Anggaran Dasar (AD) namun diatur pada Anggaran Rumah Tangga (ART). Anggaran Rumah Tangga (ART) kurang-lebih berisi turunan dari Anggaran Dasar (AD) supaya anggota organisasi dapat lebih memahami dan melaksanakan amanat-amanat dari Anggaran Dasar (AD) secara lebih tepat guna. Selain itu, Anggaran Rumah Tangga (ART) dapat membantu anggota organisasi untuk lebih mudah menginternalisasikan pedoman-pedoman kerja organisasi yang terdapat pada Anggaran Dasar (AD) dengan lebih tepat. Anggaran Rumah Tangga (ART) berisi prosedur-prosedur tetap organisasi. Sama seperti Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) pun harus diformulasikan dengan MANAJEMEN LDFK | 11 sangat hati-hati dan selalu diperbaharui secara up-to-date untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Tidak ada susunan baku dan wajib bagi sebuah Anggaran Rumah Tangga (ART) organisasi. Komposisi dan susunan Anggaran Rumah Tangga (ART) dibentuk sesuai kebutuhan dan kesepakatan anggota organisasi pada forum-forum yang telah dilegitimasi. Berikut ini adalah referensi susunan poin-poin dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) sebuah organisasi; sebagai contoh dan masukan bagi rekanrekan aktivis dakwah, supaya dapat dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Menurut Risalah Manajemen Dakwah Kampus FSLDK-Gamais ITB 1. Organisasi : Perihal organisasi, penjelasan lambang, menjelaskan lebih rinci mengenai struktur organisasi (tugas, wilayah kerja, kedudukan, hak, kewajiban, lama kepengurusan, mekanisme pengunduran diri dan wewenang struktur) 2. Keanggotaan : Jenis-jenis keanggotaan, syarat-syarat keanggotaan, hak dan kewajiban anggota, sanksi, dan lainnya 3. Pembinaan Anggota dan Kader : Menjelaskan jenis dan perangkat pembinaan yang diberikan organisasi kepada anggota maupun kader organisasi 4. Musyawarah dan Rapat : Menjelaskan kedudukan, syarat, adab, pimpinan, peserta, dan peraturan lain yang terkait dengan rapat dan musyawarah organisasi 5. Pertemuan dan Kerjasama : Menjelaskan bentuk-bentuk pertemuan dan lingkup kerjasama yang akan dijalankan organisasi 6. Ketentuan Penutup : Peraturan pengubahan Anggaran Rumah Tangga (ART) dan ratifikasi Anggaran Rumah Tangga (ART) Menurut Student Organization of Ohio State University Article I – Parliamentary Authority Penjelasan mengenai peraturan yang digunakan dalam pemerintahan organisasi (khususnya mengenai forum-forum penting organisasi). Organisasi-organisasi pelajar/mahasiswa di Amerika Serikat banyak menggunakan Robert’s Rule of Order sebagai panduan tatalaksana forum agar berjalan dengan baik dan benar-benar memperhatikan dan melibatkan setiap anggota organisasi secara berkeadilan dan efisien Article II – Membershipp Penjelasan mengenai persyaratan, kategori, pembayaran, pengakhiran, dan hal-hal teknis lain terkait keanggotaan organisasi Article III – Election / Appointment of Government Leadership Penjelasan mengenai pemilihan struktur-struktur tertentu pada organisasi; waktu, metode, prosedur, dan hal teknis lainnya. Article IV – Executive Committee (if needed) Penjelasan tentang struktur pimpinan pada organisasi dan tanggungjawabnya Artivle V – Standing Committees (if needed) Penjelasan tentang kerja-kerja spesifik struktur-struktur yang ada pada organisasi dan pertanggungjawabannya Article VI – Advisor/Advisory Board Responsibilities MANAJEMEN LDFK | 12 Penjelasan mengenai badan pengawas organisasi Article VII – Meeting Requirements Peraturan mengenai kuota forum dan persyaratan-persyaratan lain untuk menyatakan bahwa sebuah forum dapat diselenggarakan Article VII – Method of Amending By-Laws Tatacara dan persyaratan untuk dapat dilakukannya perubahan pada Anggaran Rumah Tangga (ART) Garis Besar Haluan Dakwah/Organisasi Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) telah memuat gambaran besar, tujuan, dan frame besar organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, organisasi membutuhkan anak tangga yang terstruktur, tegas, dan sistematis supaya setiap langkah kerja organisasi dapat dibatasi dan mengarah pada satu tujuan besar yang sama. Anak tangga ini –pada umumnya— bernama Garis Besar Haluan Organisasi. Dalam konteks lembaga dakwah kampus, tentu tujuan besar dan ruh perjuangan kita adalah menyampaikan kebaikan pada konstituen organisasi: dakwah. Untuk itu, pada lingkungan lembaga dakwah kampus, termasuk lembaga dakwah kampus Fakultas Kedokteran, dikenal pula istilah Garis Besar Haluan Dakwah. Garis Besar Haluan Dakwah dapat diartikan sebagai pernyataan kehendak anggota/konstituen organisasi pada forum yang dilegitimasi untuk menyusun program pengembangan yang menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan. Didalamnya terdapat rumusan arah dan strategi perkembangan dakwah secara bertahap untuk mencapai tujuan dakwah organisasi. Sistematika penyusunan dan pola (tahaptahap) pengembangan organisasi ditentukan secara musyawarah oleh anggota organisasi. Berikut adalah referensi substansi dan susunan Garis Besar Haluan Dakwah/Organisasi menurut Risalah Manajemen Dakwah Kampus FSLDK-Gamais ITB dan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI). Menurut Risalah Manajemen Dakwah Kampus FSLDK-Gamais ITB 1. Pendahuluan a. Pengantar : Latar belakang dan harapan atas GBHD terhadap pencapaian target organisasi b. Pengertian GBHD c. Fungsi GBHD d. Landasan GBHD e. Ruang Lingkup : Penjelasan mengenai sistematika susunan bab-bab GBHD 2. Pola Dasar Dakwah LDK : Bagian ini menjelaskan makna dakwah sebagai pijakan dasar kegiatankegiatan dakwah yang dilakukan oleh lembaga dakwah kampus a. Pengantar : Latar belakang dakwah, tujuan dakwah b. Definisi Dakwah c. Metode Dakwah d. Karakteristik Dakwah : Bagian ini menjelaskan karakter macam apa yang ingin dimunculkan pada dakwah LDK terkait dalam rangka memenuhi tujuan atau target dakwah pada konstituen. Karakter diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan mad’u setempat dan dapat terinternalisasi dengan baik pada setiap anggota maupun kader lembaga dakwah kampus MANAJEMEN LDFK | 13 e. Tahapan Dakwah : Penjelasan tahapan dakwah secara keilmuan, dan juga menjelaskan tahapan-tahapan dakwah yang akan dilakukan oleh lembaga dakwah kampus 3. Pola Umum Dakwah LDK a. Pengantar : Penjelasan sedikit spesifik mengenai lembaga dakwah kampus terkait; latar belakang dan peran yang diharapkan ada pada lembaga dakwah kampus terkait b. Prinsip-Prinsip Dasar : Prinsip dasar sebagai landasan arah gerak sebuah lembaga dakwah kampus c. Dakwah Kampus : Penjelasan mengenai dakwah kampus meliputi; definisi, tujuan, sasaran, objek, dan ruang lingkup d. Tujuan LDK : Visi lembaga dakwah kampus terkait e. Strategi Implementasi : Penjelasan mengenai strategi lembaga dakwah kampus untuk mencapai tujuannya. Penjelasan strategi dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. 4. Kerangka Umum Program Satu Tahun : Bagian GBHD sebelumnya telah menjabarkan target-target capaian organisasi dalam sebuah rentang waktu. Bagian Kerangka Umum Program Satu Tahun kemudian menjelaskan porsi kerja yang akan dilakukan oleh satu kepengurusan. Kerangka ini dapat dijadikan acuan membuat program dan evaluasi bagi kepengurusan, supaya tetap synchronized dengan tujuan besar organisasi a. Pengantar : Bagian yang menjelaskan visi sebuah organisasi b. Analisis SWOT (atau dapat dengan metode lain). Analisis ini dilakukan supaya anggota dan kader LDK dapat mengetahui kondisi LDK secara obyektif, sehingga dapat menjalankan program sesuai dengan kemampuan dan hambatan yang dihadapi c. Sasaran Akhir : Bagian yang menjelaskan harapan yang ingin dicapai saat akhir masa berlakunya kepengurusan d. Pengembangan Sektor Spesifik : Dalam menentukan langkah dan porsi kerja, sebuah organisasi dapat memilih prioritas pengembangan yang tepat sesuai dengan kondisi organisasi. Bagian ini menjelaskan mengenai bagian-bagian mana yang mendapatkan porsi khusus untuk pengembangan, atas alasan yang telah disepakati Sistematika GBHO Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) 1. Pendahuluan a. Pengertian : Definisi dan tujuan GBHO bagi ISMKI b. Hubungan AD/ART dengan GBHO c. Maksud dan Tujuan GBHO 2. Pola GBHO : Tujuan besar yang tersusun atas langkah-langkah dalam jangka waktu yang telah ditentukan a. Pola Dasar Pengembangan ISMKI secara nasional yang memuat hal-hal yang mendasar serta tidak dibatasi oleh waktu, yang merupakan dasar bagi pengembangan ISMKI dalam mewujudkan tujuan bersama. b. Pola Umum Pengembangan Jangka Panjang yang menunjukkan arah dan strategi pengembangan ISMKI jangka panjang yang meliputi waktu 5 (lima) tahun dan disusun berdasarkan pola dasar pengembangan ISMKI MANAJEMEN LDFK | 14 c. Pola Umum Pengembangan Jangka Pendek yang disusun berdasarkan pola umum pengembangan jangka panjang yang merupakan kelanjutan dan peningkatan ISMKI setiap 1 (satu) periode kepengurusan dan mencapai sasaran/tujuan yang ditetapkan dalam pola umum pengembangan jangka panjang. 3. Isi GBHO a. Pola Dasar Pengembangan ISMKI - Tujuan Pengembangan ISMKI - Hakikat Pengembangan ISMKI - Potensi Dasar Pengembangan ISMKI b. Pola Pengembangan Jangka Panjang 1) Definisi ‘Jangka Panjang’ 2) Arahan Pengembangan Jangka Panjang 3) Sasaran Pengembangan Jangka Panjang a) Bidang Internal : Sumber daya manusia, aktivitas nyata, kontribusi dalam kebijakan, kultur organisasi, keorganisasian b) Bidang Eksternal c. Pola Pengembangan Jangka Pendek 1) Arah Pengembangan Jangka Pendek 2) Sasaran (per Bidang Internal dan Eksternal) 3) Strategi dan Indikator Keberhasilan (per Bidang Internal dan Eksternal) 4. Penutup Kebijakan Turunan Lain Aspek-aspek yang telah kita bahas diatas adalah fondasi dan landasan bergerak organisasi, yang kelak akan menjadi referensi dari kebijakan-kebijakan turunan dalam rangka mencapai tujuan organisasi, sampai tingkat program kerja. Kebijakan turunan yang lahir dari rahim fondasi organisasi tersebut diatas ialah –tergantung istilah— rencana strategis organisasi/prioritas strategis organisasi/cetak biru organisasi (blueprint), atau istilah lain dengan maksud yang sama. Kebijakan turunan ini –bagaimanapun format dan proses pembuatannya— berisi komando-komando strategis untuk memberikan anak tangga yang nyata dan efisien bagi arah gerak organisasi. Bagaimanapun format dan proses pembuatannya, pada umumnya kebijakan-kebijakan turunan tersebut terdiri atas beberapa aspek (pada tiap poin kebijakan), yakni: 1. Landasan Dikeluarkannya Kebijakan (dari AD, ART, maupun GBHO) a. Visi Poin Kebijakan b. Derivasi Visi (Initiative) : Poin-poin yang harus dilakukan untuk mencapai Visi Poin Kebijakan c. Luaran (Outcome) : Hasil akhir yang diharapkan pada program dan pada organisasi terkait poin kebijakan d. Penanggungjawab 1) Sektor/Bidang Tertentu pada Organisasi 2) Tim Spesifik - Ketua - Anggota MANAJEMEN LDFK | 15 2. Resource : Sumber daya lain yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan poin kebijakan (contoh: sarana yang mutakhir, penambahan waktu kerja, dan lainnya) 3. Interdependencies : Keterkaitan bidang/sektor lain maupun kebijakan organisasi secara umum untuk mendukung pelaksanaan poin kebijakan, terutama ketergantungan pada bidang/sektor pendukung organisasi, seperti HRD, IT, dan bendahara (contoh: penekanan budget oleh bendahara) 4. Target waktu Pelaksanaan dan Penyelesaian : Dapat dibuat dalam beberapa bentuk, yaitu perkuartal, per-bulan, per-minggu, maupun tanggal spesifik Penyusunan Struktur Kepengurusan Tujuan sebuah organisasi tentu tidak dapat tercapai bila dijalankan sendirian oleh seorang kepala organisasi. Untuk mencapai tujuan organisasi, seorang kepala organisasi membutuhkan sebuah komposisi dan susunan tim yang mendukungnya untuk memenuhi tanggung jawab; tercapainya tujuan organisasi lembaga dakwah fakultas. Munculnya divisi ini, bagian itu, biro ini, seksi itu, sepatutnya lahir dari assessment kepala lembaga –dan tim tentunya- yang bersumber dari kebutuhan organisasi agar bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur sebuah organisasi harus berdasarkan fungsi-fungsi yang dibutuhkan organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya (function-based structure), bukan berdasarkan kepengurusan organisasi periode sebelumnya atau menjiplak struktur organisasi serupa di tempat lain. Untuk itu, penting bagi kepala organisasi untuk melakukan penyamarataan persepsi dan brainstorming bersama tim inti organisasi sebelum memulai kepengurusan, termasuk sebelum membuat struktur organisasi. Hal ini penting supaya frame yang dibentuk pada kepengurusan –termasuk struktur- lahir dari kebutuhan aktual organisasi secara akurat, bukan turunan maupun jiplakan. Kepala organisasi dan tim harus bener-bener paham akan sampai mana organisasi melangkah. Berangkat dari visi tersebut; rencana kerja, program, dan struktur organisasi yang relevan akan muncul. Maka, tidak ada manual atau standar struktur organisasi yang ideal dan dapat berlaku bagi semua lembaga dakwah, termasuk lembaga dakwah Fakultas Kedokteran. Meskipun demikian, terdapat beberapa fondasi dasar pembentukan struktur organisasi bagi lembaga dakwah. Menurut Ridwansyah Yusuf (Mantan Kepala Gamais ITB), pada dasarnya struktur dan fungsi organisasi dakwah terbagi menjadi tiga segmen sektor; sektor utama/dakwah, sektor pendukung, dan sektor istimewa. Mari kita bahas satu persatu. a. Sektor Utama/Sektor Dakwah Sektor Utama/Dakwah terdiri atas bagian Syiar dan Kaderisasi. Kedua bidang ini merupakan bagian paling utama pada sebuah Lembaga Dakwah (termasuk lembaga dakwah Fakultas Kedokteran), karena merupakan ruh dan tujuan utama dakwah itu sendiri. Dari kedua bidang ini, kelak masing-masing organisasi dapat membuat cabang-cabang spesifik sesuai kebutuhan aktual lembaga dan kampus, misalnya Syiar (Syiar Media, Syiar Kajian Kedokteran) dan Kaderisasi (Mentoring, Pengembangan Organisasi). b. Sektor Pendukung Sektor Pendukung adalah bidang yang mendukung kinerja organisasi untuk ketercapaian tujuan organisasi, terutama Sektor Utama. Bagian-bagian yang terdapat pada sektor ini antara lain pendanaan, jejaring, solid internal organisasi, dan bagian-bagian lain (tergantung ciri khas masingmasing lembaga dakwah). MANAJEMEN LDFK | 16 c. Sektor Istimewa Sektor Istimewa adalah bidang-bidang khusus pada organisasi lembaga dakwah, contohnya Bidang Keakhwatan. Keberadaan sektor ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus pada sebuah organisasi, ditinjau dari budaya dan peluang di kampus/organisasi. Selain ketiga sektor diatas, organisasi dakwah dapat mempunyai perangkat-perangkat yang mendukung kinerja organisasi, seperti Badan Semi Otonom, Badan Pertimbangan, Dewan Syariah, Majelis Syuro, maupun bidang lain. Terdapat poin-poin pertimbangan bagi kepala organisasi (dan tim) untuk menentukan struktur organisasi; yang mana akan berkaitan dengan bagaimana organisasi ini akan bekerja. a. Rencana Kerja Organisasi Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, bahwa struktur organisasi merupakan turunan relevan dari rencana kerja organisasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Maka, komposisi sebuah struktur harus relevan dengan rencana kerja yang akan dibebankan kepadanya. b. Kuantitas Sumber Daya Manusia Struktur organisasi yang kita bentuk perlu mempertimbangkan kuantitas sumber daya manusia yang kelak siap mengisi pos-pos organisasi. Bagi Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran, hal ini perlu menjadi perhatian. Dengan kultur dan kondisi akademik Fakultas Kedokteran, biasanya tidak akan terlalu banyak sumber daya yang menjadi bagian Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran. Struktur organisasi –dalam konteks fungsional-- harus kita sesuaikan dengan jumlah sumber daya yang ada, baik dengan penyesuaian vertikal maupun penyesuaian horizontal (dijelaskan kemudian). Tidak terlalu gemuk, namun tetap dapat memenuhi kebutuhan kerja organisasi. c. Kapasitas Sumber Daya Manusia Struktur organisasi pun dapat disesuaikan dengan kapasitas orang-orang yang mengisinya, terutama bagi kepala-kepala bagian/seksi/sektor. Semakin baik kapasitas kepala bagian/seksi/sektor, maka kepala organisasi dapat menempatkan sub-bagian/seksi/sektor maupun staf sejumlah yang dibutuhkan. Bila sekiranya kapasistas yang ada kurang memadai, maka struktur organisasi dapat disesuaikan, baik secara vertikal maupun horizontal (dijelaskan kemudian). d. Kegemukan Vertikal dan Horizontal Struktur organisasi secara vertikal artinya adalah garis koordinasi dari atas ke bawah, artinya dari satu tingkat struktur ke struktur yang lebih rendah. Dalam struktur organisasi, kegemukan secara vertikal perlu menjadi perhatian. Struktur vertikal bermakna transfer substansi –bukan hanya instruksi- dari satu struktur ke struktur yang lebih rendah. Semakin banyak struktur vertikal, maka pembagian proporsi tugas secara fungsional akan semakin baik (bila berjalan ideal). Panjangnya struktur vertikal tentu memiliki resiko, yakni rentannya miskoordinasi dan mispersepsi mengenai sebuah substansi. Untuk menghindari ini, tingkat struktur organisasi secara vertikal harus dibuat sependek mungkin. Sebagai contoh, mari kita perbandingkan alur koordinasi 3 tingkat (kepala-kepala bidang-kepala seksi) dengan koordinasi 5 tingkat (kepala-kepala sektor-kepala bidang-kepala seksi-kepala subseksi); untuk menyampaikan substansi pada dari tingkat teratas hingga tingkat terbawah, tentu koordinasi 3 tingkat akan lebih efisien dan jauh dari resiko. Sedangkan secara horizontal, struktur organisasi adalah jumlah keberadaan struktur-struktur setingkat. Struktur horizontal bermakna pembagian tugas-tugas/diversifikasi pembagian tugas-tugas organisasi dalam bagian masing-masing. Struktur horizontal perlu dibuat efisien supaya tugas-tugas MANAJEMEN LDFK | 17 yang telah dibagi sesuai dengan ranah masing-masing bidang pada organisasi, tidak menimbulkan masalah baru dengan adanya irisan-irisan tugas yang tak dipahami dengan baik oleh anggota organisasi. MANAJEMEN tarbiyah | 18 3 MANAJEMEN TARBIYAH Pengertian Tarbiyyah Secara bahasa, tarbiyyah berarti pendidikan atau pembinaan. Tarbiyyah Islamiyah berarti pendidikan atau pembinaan nilai-nilai Islam. Secara istilah, ulama-ulama memiliki penafsiran yang berbeda terhadap kata tarbiyyah. Namun, Dr. Ali Abdul Halim memberikan penafsiran yang dapat menunjukkan hakikat dari tarbiyyah itu sendiri, yaitu cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (melalui kata-kata) maupun tidak langsung (melalui keteladanan) untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik. Berdasarkan pengertian di atas, terdapat kata kunci-kata kunci yang perlu digarisbawahi: Cara: metode dalam berinteraksi dan berhubungan Ideal: sesuatu yang paling baik, paling utama, paling efektif Interaksi: merupakan persoalan yang paling sulit dan rumit Fitrah: tabiat manusia beserta segala unsur yang melekat kepadanya Langsung: berupa pengajaran, pengarahan pribadi Tidak langsung: berupa contoh dan keteladanan Tarbiyyah merupakan suatu hal yang paling esensial dalam dakwah. Pengelolaannya harus menjadi prioritas paling pertama karena ialah inti dari usaha membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya. Tarbiyyah memiliki sifat terstruktur, bertahap, intensif, dan lama. Berbeda dengan syi’ar yang sifatnya sporadik (acak), tidak ada tahapan, parsial, dan singkat. Output yang diharapkan dari tabiyyah ini adalah manusia yang tidak hanya memiliki wawasan keilmuan, namun juga pemikiran, karakter, dan amal islam. MANAJEMEN tarbiyah | 19 Tarbiyyah pula yang menjaga aktivitas dakwah dan lembaganya kokoh dan tetap eksis. Para aktivis dakwah yang hanya mendapat nilai-nilai Islam secara parsial dan instan hanya akan menjadi kader karbitan, yang sangat beresiko untuk berjatuhan di tengah jalan. Manusia yang dibentuk melalui proses tarbiyyah yang bertahap dan lama adalah kader militant, yang insyaAllah memiliki pijakan kokoh sepanjang jalan dakwah. Karakteristik dan keteguhan orang-orang yang telah tertarbiyyah tergambarkan melalui firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (Al Maidah: 54) Tujuan Tarbiyyah Tarbiyyah islamiyah, sesuai dengan pengertiannya, merupakan proses mempersiapkan orangorang dengan menyentuh seluruh aspek kehidupannya: ruh, fisik, dan akal. Karena itu, tarbiyyah memiliki tujuan untuk mempersiapkan manusia yang shalih, yang kemudian manusia shalih tersebut bertanggung jawab untuk menshalihkan yang lainnya. Secara ringkas, tarbiyyah dilakukan agar dapat mencetak manusia yang memiliki kriteria sebagai berikut: a. kepribadian muslim (syaksiyah islamiyah), b. kepribadian penyeru/da’i (syaksiyah da’iyah). Kepribadian muslim merupakan karakter yang telah tercelup dalam nilai-nilai Islam seutuhnya (kaffah). Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al Baqarah: 208) Sedangkan kepribadian da’i merupakan karakter yang senantiasa menyerukan orang-orang untuk keluar dari kegelapan menuju cahaya Islam. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orangorang yang fasik.” (Ali Imran: 110) Paradigma Tarbiyyah Terkini 1. Terbuka Istilah tarbiyyah bukanlah hal asing bagi lembaga dakwah, termasuk lembaga dakwah kampus (LDK). Kegiatan tarbiyyah telah diprogramkan oleh departemen khusus melalui berbagai perangkat. Hampir setiap lembaga dakwah mewajibkan anggota atau pengurusnya untuk mengikuti kegiatan tarbiyyah. MANAJEMEN tarbiyah | 20 Tarbiyyah merupakan kegiatan dakwah yang bersifat eksklusif. Hal ini dikarenakan tarbiyyah berbeda dengan syiar, yang memiliki sasaran umum dengan materi yang umum pula. Pada tarbiyyah, pesertanya adalah orang-orang tertentu dan materinya bersifat mendalam yang disampaikan secara bertahap. Setiap orang memiliki tingkat penerimaan yang berbeda, karena itulah tarbiyyah dijadikan bertahap. Materi yang disampaikan pun mendalam, sehingga perlu pengkhususan dalam penyampaian materi. Meskipun begitu, kesan eksklusif merupakan citra yang negatif bagi masyarakat awam. Para anggota/pengurus LDK pun dicap sebagai orang-orang eksklusif dan antisosial. Mereka yang tidak terlibat di LDK akan menganggap bahwa kegiatan pengajian hanya dikhususkan bagi pengurus LDK yang sudah soleh. Paradigma ini sangat urgen untuk diperbaiki. Da’wah di era sekarang ialah da’wah terbuka, artinya setiap aktivis dan aktivitas da’wah wajib menyentuh seluruh manusia dari berbagai kalangan, mulai dari yang paling “jauh” hingga yang paling “hanif”. Begitu pun tarbiyyah. Setiap pelaku da’wah harus merekonstruksi pemikirannya bahwa ia harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengajak setiap manusia kepada tarbiyyah. Pada konteks kampus, tentu sasarannya adalah mahasiswa. Sasaran dari program tarbiyyah di kampus bukan hanya pengurus LDK tapi seluruh mahasiswa muslim. Slogan yang perlu ditumbuhkan di setiap kampus adalan “Tarbiyyah untuk semua!” Kesimpulannya, rekrutmen peserta tarbiyyah haruslah dibuat seinklusif mungkin. Barulah dalam pelaksanaannya dibuat “eksklusif” agar mendapat hasil yang optimal. 2. Dinamis dan Produktif Terdapat dua masalah yang umum ditemukan ketika program tarbiyyah telah dilaksanakan. Yang pertama ialah statis atau tidak ada perkembangan yang signifikan. Yang kedua ialah jenuh atau membosankan. Tarbiyyah bisa menjadi sekedar rutinitas belaka tanpa makna. Tidak punya tujuan yang ingin dicapai, tidak ada kurikulum yang disusun secara bertahap, tidak ada metode yang jelas, asal jalan, merupakan penyebab tidak berkembangnya program tarbiyyah. Layaknya berjalan di tempat, tidak punya tujuan, arah, pencapaian yang diinginkan, selamanya ia takkan pernah beranjak dari tempatnya. Ketika suatu LDK mencanangkan program tarbiyyah, orientasi yang pelu diperhatikan adalah oritentasi proses dan hasil. Pada oritentasi proses, perlu diingat bahwa objek dari proses tersebut adalah manusia. Berbeda dengan mesin, manusia memiliki sisi kemanusiaan yang perlu disentuh dengan lembut. Bila sisi ini tidak diperhatikan, masalah-masalah klasik program tarbiyyah kampus akan selalu bermunculan: jenuh, penurunan semangat, tidak optimal, kehilangan esensi, bahkan hilang dari jalan dakwah. Hasil atau ouput tentu tidak bisa diabaikan. Proses tarbiyyah yang asal jalan atau tidak terencana dengan baik tidak akan pernah bisa membentuk kader yang diharapkan. Tidak akan ada perkembangan kualitas keimanan, wawasan, dan perilaku peserta tarbiyyah yang tidak punya tujuan. MANAJEMEN tarbiyah | 21 LDK pun akan semakin terpuruk karena kualitas kadernya yamg tidak mumpuni. Jika LDK mati, para mahasiswa yang menjadi tumpuan harapan bangsa akan sama saja seperti para pengisi bangsa saat ini yang korup. Pada akhirnya, cita-cita kita semua untuk menegakkan nilai Islam di negeri ini hanya sebuah utopia belaka. Agar sukses, diperlukan program tarbiyyah yang bersifat dinamis dan produktif. Kegiatankegiatan yang beragam adalah kunci untuk menjadikan tarbiyyah dinamis. Penyusunan tujuan dan output yang diinginkan dari tarbiyyah dan perencanaan yang baik untuk mencapainya amat vital agar tarbiyyah bersifat produktif. Tahapan Tarbiyyah Secara umum, ada 4 tahap dalam proses tarbiyyah. Keempat tahap tersebut adalah pengenalan (ta’rif), pembentukan (takwin), pengorganisasian (tanfidz), dan pemberdayaan (tadrib) Pengenalan (ta'rif) Pembentukan (takwin) Pengorganisasian (tanfidz) Pemberdayaan (tadrib) Gambar 1 Tahapan Tarbiyyah a. Pengenalan Ini adalah tahap yang dimulai ketika mahasiswa baru masuk, atau peserta yang baru memulai mengikuti tarbiyyah. Perlu digarisbawahi, bahwa penerimaan mahasiswa baru adalah momen yang sangat krusial. Mahasiswa baru (maba) adalah orang-orang yang akan memulai fase baru dalam kehidupan mereka, dan di saat-saat seperti inilah mereka mudah untuk diajak kepada sesuatu yang baru. Tujuan utama dari tahap pengenalan adalah membuat mereka nyaman dan betah dengan kegiatan tarbiyyah. Penting diperhatikan bahwa menyampaikan materi yang serius atau memberi tahu mereka bahwa “ini-itu tidak boleh dalam Islam” di awal hanya akan membuat mereka terpental dan takkan kembali. Awalnya mereka yang mencoba antusias dengan kegiatan tarbiyyah dapat berubah menjadi antipasti. MANAJEMEN tarbiyah | 22 Contoh sederhana: jika ada peserta tarbiyyah yang merokok, pacaran, atau masih melakukan perbuatan maksiat lainnya, akan lebih bijak untuk dibiarkan terlebih dahulu. Ajak mereka untuk mengaji, rihlah, mabit (yang ringan), dan kegiatan lainnya yang membuat mereka merasa mendapat banyak teman. Peringatan untuk hal-hal di atas bisa dilakukan kemudian setelah mereka mulai menunjukkan komitmen dengan kegiatan tarbiyyah. Agenda pengenalan tarbiyyah juga bisa berupa atau disatukan dengan agenda syiar LDK. Contoh: kegiatan balai pengobatan atau khitanan massal yang diselenggarakan LDK dengan mengajak seluruh mahasiswa muslim, yang di akhir acara dilakukan rekrutmen kegiatan tarbiyyah. b. Pembentukan Proses pembentukan kader sesuai dengan tujuan tarbiyyah baru dimulai pada tahap pembentukan. Output yang hendak dicapai adalah terbentuknya kader dengan kepribadian muslim. Tahap ini hanya dimulai jika peserta tarbiyyah dirasa sudah nyaman dengan keluarga barunya dan menunjukkan komitmennya. Materi-materi tarbiyyah mulai dimasukkan pada tahap ini. Pembebanan seperti tugas dan penumbuhan komitmen seperti kegiatan tarbiyyah harus diprioritaskan di atas segala kegiatan yang lain juga bisa diberikan jika dirasa objek sudah siap. Pemberian muatan-muatan tarbiyyah harus dilakukan secara perlahan dan lambat. Perlahan, agar objek tidak merasa kaget dan tidak nyaman. Objek di sini adalah manusia yang masing-masing memiliki karakter sangat beragam dan memiliki sisi kemanusiaan yang sulit dimengerti satu sama lain. Proses tarbiyyah bukan seperti kuliah yang sekedar memberikan ilmu, tapi membentuk manusia. Karena itu, perlu sentuhan yang memanusiakan objek tarbiyyah. Lambat, karena kader yang ingin dibentuk bukanlah kader karbitan. Tarbiyyah bukanlah program supertraining beberapa hari—yang mampu membuat pesertanya berurai air mata hebat— namun setelahnya lepas kontrol. Tidak ada istilah cepat atau akselerasi dalam tarbiyyah (catatan: akselerasi hanya bisa diberikan kepada kader yang memang sebelumnya telah mengikuti program tarbiyyah dengan intensif, misalnya di sekolah). Semua prosesya harus dijalani dengan lambat agar tiap kader meresapi panjang dan berlikunya jalan yang akan mereka tempuh. Proses yang lambat juga akan menguji siapa saja yang benar-benar tegar di jalan Allah dan yang berjatuhan di tengah. Di “akhir” tahap ini, para kader sudah perlu ditumbuhkan kesadaran untuk berdakwah. Dimulai dengan munculnya sense of crisis, mereka mulai merasa ada yang tidak benar dengan kondisi umat Islam saat ini. Materi seperti Qadhayatul Ummah (permasalahan umat) dan Ghazwul Fikr (perang pemikiran) dipahamkan. Setelah itu, mereka mulai dikenalkan dengan da’wah. Berikut adalah firman Allah yang menyatakan wajibnya dakwah: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al Asr: 1-3) “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104) “Telah dilaknati orang-orang kafir dan Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu MANAJEMEN tarbiyah | 23 tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (Al Maidah: 78-79) Materi-materi yang umum diberikan pada program tarbiyyah kampus akan dibahas lebih detil pada subbab selanjutnya. c. Pengorganisasian Jika kader mulai memiliki wawasan Islami, memahami nilai-nilainya dengan baik, dan mengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, maka para kader tangguh tersebut harus dihimpunkan agar tidak berserak. Mereka mulai diajak dengan agenda-agenda LDK. Keterikatan dengan LDK mulai ditumbuhkan dan dibangun. Hal-hal internal LDK sepert visi-misi, struktur, rencaca strategis, program-program, dan lain-lain perlu diperkenalkan. Pada tahap perngorganisasian, konsep yang perlu ditanamkan adalah da’wah harus dilakukan secara berjamaah. Da’wah yang melulu secara sendiri-sendiri tidak akan efektif, hasilnya sempit, dan tidak mampu menyebarkan nilai Islam secara luas. Jamaah adalah sesuatu yang mutlak ada dalam berdakwah. “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash Shaff: 4) Salah satu jamaah yang bisa mereka ikuti adalah LDK masing-masing kampus. d. Pemberdayaan Setelah para kader mulai membentuk kepribadian Islami, dipahamkan mengenai urgensi dakwah, dan diorganisasikan dalam jamaah LDK, saatnya mereka yang bergerak. Jika sebelumnya hanya sebagai “penikmat dakwah”, giliran mereka yang turun berdakwah kepada sekitar. Program-program dakwah LDK diamanahkan kepada para kader tersebut, program-program dakwah selanjutnya sudah harus mereka yang memikirkan, dan sudah waktunya pula mereka menjadi mentor/murobbi. Satu poin penting dalam tahap pemberdayaan atau tahap dakwah ini adalah manajemen syuro. Syuro adalah penopang dakwah Rasulullah saw. dan para sahabat. Tidak pernah syuro ditinggalkan terutama untuk hal-hal yang krusial. Manajemen syuro yang baik insyaAllah akan menghasilkan perencanaan yang baik, dan perencanaan yang baik insyaAllah akan membuahkan eksekusi yang baik. Perangkat-Perangkat Tarbiyyah HALAQAH/MENTORING/LIQO/USROH Halaqah adalah perangkat paling utama dalam tarbiyyah. Ia merupakan sarana yang mutlak ada dan tidak bisa digantikan dengan sarana lain. Halaqah, dalam aktivitas sehari-hari, memiliki beragam nama. Halaqah, dari bahasa Arab, secara bahasa artinya lingkaran. Mentoring, dari bahasa Inggris, merupakan aktivitas membina. Liqo memiliki arti pertemuan, sedangkan usroh artinya keluarga. MANAJEMEN tarbiyah | 24 Unsur-unsur yang terdapat pada halaqah adalah murobbi (mentor), mutarobbi (adik mentor/mentee), dan materi. Terkadang ada juga astor (asisten mentor), yang biasanya merupakan calon mentor baru. Jumlah mutarobbi tidak boleh banyak. Paling sedikit tiga dan paling banyak dua belas. Halaqah harus dijalankan secara rutin, yaitu seminggu sekali, minimal 2 minggu sekali. Diharapkan dengan demikian terjalin keterikatan kekeluargaan antar unsur halaqah. Murobbi pun dapat memantau secara berkesinambungan kondisi mutarobbi. Pertemua rutin seminggu sekali juga bermanfaat untuk me-recharge ruhiyah mutarobbi maupun murobbi. Biasanya halaqah dilakukan dalam bentuk lingkaran kecil sambil lesehan. Ini bertujuan agar tebangun kedekatan antar murobbi dengan mutarobbi dan sesama mutarobbi. Untuk mencairkan suasana dan membangun ketertarikan peserta, berbagai makanan ringan dapat diletakkan di tengah. UNSUR-UNSUR HALAQAH Murobbi Murobbi adalah pengisi materi halaqah dan pembina para mutarobbi. Tergantung kebiasaan setempat, dinamisasi kelompok, atau jenjang tarbiyyah, murobbi dapat sekaligus menjadi pemimpin kegiatan halaqah atau sekedar pemberi materi (kegiatan halaqah dipimpin oleh salah satu murobbi). Murobbi dapat merupakan sesama mahasiswa yang satu jurusan/fakultas yang satu atau beberapa tingkat di atas mutarobbi (bahkan bisa satu tingkat yang sama). Biasanya, demi kenyamanan peserta halaqah, murobbi berada beberapa tingkat di atas mereka. Bisa pula pementor berasal dari fakultas atau jurusan yang berbeda, dari kampus yang berbeda, bahkan bukan merupakan mahasiswa. Umumnya mutarobbi mengekspektasikan murobbi sebagai kakak yang memiliki wawasan Islam yang banyak. Selain itu, peserta tarbiyyah akan sangat berkaca pada aktivitas dan perilaku sehari-hari murobbi, terlebih jika berada pada fakultas yang sama. Akibatnya, murobbi dianggap sebagai orang yang setara dengan ustadz. Paradigma di atas tidaklah salah, namun jangan sampai hal tersebut membuat para kader enggan menjadi murobbi. Berbagai jurus dikeluarkan: belum berilmu banyak, belum pantas, belum bagus bacaan Al Qurannya, dll. Begitu pula ketika dituntut untuk mulai turun berdakwah, alasan yang sama pun diberlakukan. Perlu ditekankan, bahwa tujuan utama tarbiyyah kampus bukanlah membuat kadernya menjadi ustadz atau syaikh. Apabila ada di antara kader yang memang berminat untuk menekuni ilmu syariat lebih mendalam maka itu adalah persoalan yang berbeda. Hasil akhir dari dakwah kampus fakultas kedokteran adalah sama seperti mahasiswa kedokteran lainnya, yaitu menjadi seorang dokter. Namun, dakwah kampus memiliki tujuan bukan untuk menghasilkan dokter biasa, namun dokter muslim yang berkepribadian Islami dan aktif berdakwah di dunia profesinya. Meskpun begitu, menyiapkan materi dan topik halaqah dengan baik merupakan kewajiban tiap murobbi. Halaqah yang tidak terencana dengan apik hanya akan membuat kegiatan tersebut menjadi MANAJEMEN tarbiyah | 25 asal jalan; jauh dari kriteria dinamis dan produktif. Karena itu, murobbi dituntut untuk terus memperbaiki sikap dan perilakunya, membaikkan bacaan Al Qurannya, dan menambah wawasan keislamannya. Murobbi bukanlah orang yang sudah paripurna, namun menjadi murobbi adalah bagian dari usaha untuk memperbaiki diri menjadi muslim yang lebih baik. Bagaimana membentuk murobbi, kriteria yang diperlukan, dan menanggulangi masalah klasik dari proses pembentukan murobbi akan dibahas pada subbab selanjutnya. Mutarobbi Peserta halaqah, yang mendengarkan materi disampaikan murobbi disebut mutarobbi. Mengikuti paradigma tarbiyyah terbuka, peserta halaqah seharusnya bukan lagi eksklusif pengurus LDK. Seluruh muslim di kampus, apakah ia aktivis LDK atau aktivis organisasi lain harus dirangkul dengan semenarik mungkin. Orang-orang yang paling mudah ditarik untuk menjadi mutarobbi adalah mahasiswa baru. Mereka, karena memasuki dunia baru, akan mencari teman, kelompok pergaulan, komunitas, dan kakak yang dapat membimbing mereka selama hidup di kampus. Karena itu, halaqah tidaklah sekedar aktivitas pengajian belaka, tapi ia juga harus peduli dengan kegiatan sehari-hari tiap pesertanya. Murobbi bukan sekedar guru ngaji, tapi ia juga teman, sahabat, dan kakak bagi mutarobbinya. Mutarobbi bukan sekedar anak sekolah pengajian, tapi teman dan adik yang perlu dibimbing di dalam dan di luar kegiatan halaqah. Suasana kekeluargaan harus dapat dinikmati mutarobbi. Salah satu indikator sederhana dari nuansa kekeluargaan adalah ketika mutarobbi mulai mengutarakan masalah-masalahnya ke kelompok halaqah atau ke murobbi secara pribadi. Terlebih jika ia mulai curhat masalah pribadinya. Di saat seperti inilah murobbi dapat merangkulnya lebih erat. Materi Halaqah Materi disampaikan sesuai dengan tahap yang diberlakukan. Untuk kelompok halaqah yang baru berjalan, tidak perlu ada materi khusus. Tujuan utama adalah tiap mutarobbi merasa nyaman dengan kelompok dan teruratama ke murobbinya. Jika mutarobbi sudah menumbuhkan kepercayaan ke murobbinya, hal-hal lanjut seperti penumbuhan komitmen dan pembebanan tugas akan dilakukan mutarobbi tanpa banyak keluh kesah. Jika tahap penyamanan dirasa cukup, maka materi-materi inti tarbiyyah mulai diberikan. Ilmuilmu syariat yang disampaikan berupa aqidah, ibadah, tazkiyatunnafs, dll. Selain itu, dapat pula materi-materi pengembangan diri. Karena masa mahasiswa ialah masa seseorang memiliki antusiasme paling tinggi untuk belajar, maka materi-materi peningkatan kualitas diri seperti kepemimpinan dan organisasi urgen pula untuk disampaikan. Penting juga menyampaikan bahasan sesuai kondisi yang sedang dialami kampus atau para mutarobbi. Atau topic materi berasal dari permasalahan yang disampaikan salah seorang peserta. Intinya, materi dapat dibuat sefleksibel mungkin, dengan catatan materi-materi inti tarbiyyah tetap memiliki prosi untuk disampaikan. Kita perlu menggarisbawahi bahwa halaqah bukanlah sarana utama untuk mendalami ilmu syariat. Murobbi juga merupakan mahasiswa yang sedang belajar ilmu kedokteran atau ilmu lain MANAJEMEN tarbiyah | 26 sesuai jurusannya. Mungkin hanya sedikit saja murobbi yang merupakan lulusan pesantren atau sekolah Islam terpadu. Sisanya adalah mahasiswa yang juga sedang mempelajari Islam. Topik materi yang bisa disampaikan di halaqah adalah yang memang bisa disampaikan oleh orang awam. Materi-materi advanced seperti fiqh harus disampaikan oleh narasumber yang memang menguasainya. Sarana yang digunakan pun umumnya bukanlah halaqah melainkan tasqif/kajian. Sekali lagi yang perlu diingat adalah tarbiyyah kampus tidaklah mencetak syaikh yang mendalami ilmu syariat. Pembahasan mengenai apa saja materi yang dapat diberikan akan disampaikan di subba Output Tarbiyyah. SUSUNAN ACARA HALAQAH Selain perangkat, halaqah juga memiliki susunan acara. Ada susunan baku yang banyak diikuti oleh kelompok-kelompok halaqah di berbagai daerah. Namun, kegiatannya dapat disesuaikan dengan kenyamanan dan kebiasaan tiap kelompok. Berikut adalah susunan yang biasa dilakukan pada halaqah: a. Pembukaan Kegiatan halaqah dibukan dengan protocol standar membuka acara: hamdalah dan salawat. Pembukaan bisa dilakukan oleh murobbi, sehingga murobbi yang memegang acara dari awal hingga akhir, atau dilakukan oleh salah satu peserta. Pada cara yang terakhir, murobbi hanya berperan sebagai pengisi materi, sedangkan MC diserahkan kepada yang lain. b. Tilawah Quran Tilawah umumya dilakukan secara bergiriliran. Masing-masing membaca ½ halaman atau 1 halaman, tergantung kondisi kelompok. Melalui agenda ini murobbi bisa menilai perkembangan kelancaran tilawah binaannya Bagi kelompok yang sudah berada di jenjang yang tinggi, disarankan tilawah Quran diganti dengan setoran hapalan Quran. c. Tausiyah Singkat atau Pembacaan Hadis atau Pembacaan Berita Terkini Ada baiknya tiap peserta dilibatkan dalam setiap halaqah. Salah satu cara sederhana adalah dengan memberikan kesempatan peserta untuk tausiyah singkat sebelum masuk ke penyampaian materi oleh murobbi. Biasanya susah bila langsung menembak salah satu untuk tausiyah halaqah berjalan. Karena itu, sebaiknya orang yang akan tausiyah ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Pembacaan hadis selain menambah keterlibatan peserta juga menambah wawasan mengenai hadis. Hadis yang dibaca dapat dimulai dengan hadis arba’in. Ada juga tambahan agenda berupa pembacaan berita, terutama berita yang menyangkut dunia Islam. Selain menjadi kelompok up to date dengan info-info terbaru, kegiatan ini juga dapat menumbuhkan jiwa solidaritas dengan saudara-saudara seiman di luar tanah air. d. Materi Utama dan Diskusi Topik inti halaqah disampaikan oleh murobbi. Dahulu, metode penyamapaian yang umum digunakan adalah dengan menulis “panah-panah” huruf arab di papan tulis. Sekarang, ada banyak cara yang bisa digunakan untuk membuat penyampaian materi. MANAJEMEN tarbiyah | 27 Pada kelompok yang sudah mencapai tahap pembentukan, dianjurkan mutarobbi mencatat hal-hal penting dari materi yang disampaikan. Menulis di buku catatan ketika materi sedang disampaikan lebih terasa manfaatnya ketimbang hanya meng-copy materi melalui flashdisk. Setelah materi utama selesai disampaikan, diskusi 2 arah dapat dibuka. Bersifat 2 arah karena mungkin tidak semua pertanyaan dapat murobbi jawab. Bisa saja peserta lain lebih luas wawasannya. Hal ini juga akan membuat kelompok halaqah menjadi hidup. Jika ada hal yang tidak diketahui oleh murobbi, jangan sungkan menjadikannya sebagai PR bersama untuk didiskusikan di pertemuan selanjutnya. e. Penyampaian Rawa’I (Berita Gembira), Qadhaya (Masalah), dan Seputar Aktivitas Kampus Berbagi berita gembira dan masalah akan mencairkan dan mengakrabkan kelompok halaqah. Bila ada mutarobbi yang mau mengutarakan masalahnya di kelompok, itu menunjukkan kepercayaan di dalam kelompok tersebut telah tumbuh. Atau, bisa saja seorang mutarobbi enggan menyampaikannya di depan semua teman kelompoknya dan hanya ingin berbicara berdua dengan murobbinya. Aktivitas sehari-hari peserta halaqah tentu sangat beragam. Kegiatan akademik, kegiatan kemahasiswaan, kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa; semua hal tersebut jika dibahas bersama dalam kelompok tentu akan meramaikan suasana. Murobbi karena lebih berpengalaman mungkin bisa membagikan pengalamannya dalam hal akademik atau kemahasiswaan. Atau, mungkin ada anggota peserta halaqah yang prestasi akademiknya menonjol atau dikenal sebagai aktivis kemahasiswaan, yang akan menghidupkan pembicaraan. Tidak perlu sungkan pula untuk mendiskusikan kegiatan-kegiatan LDK di dalam kelompok. f. Penutupan Bila sebuah forum dibuka, maka harus ditutup pula dengan hamdalah. Jika mau, dapat ditambah dengan pembacaan doa. Kebanyakan kelompok halaqah menutup lingkarannya dengan membaca doa robitoh. Penutupan bisa dilakukan oleh murobbi, MC, atau orang lain yang ditunjuk secara khusus. MENGELOLA HALAQAH KAMPUS Kualitas kader LDK sangatlah ditentukan oleh kualitas halaqahnya. Kualitas halaqah dtentukan oleh bagaimana LDK mengelolanya. Sekali lagi ditekankan, halaqah merupakan perangkat tarbiyyah paling utama dan tak tergantikan. Umumnya, LDK memiki Departeman Tarbiyyah atau Pembinaan yang mengatur penyelenggaraan halaqah kampus. a. Rekrutmen Peserta Waktu yang paling krusial adalah ketika penerimaan mahasiswa baru. Kondisi tiap kampus berbeda pada saat rekrutmen ini. Bagi kampus yang terdapat acara “wawancara agama” pada rangkaian penerimaan mahasiswa barunya, momen ini dapat dimanfaatkan untuk merekrut sekaligus melakukan penjaringan. “Penjaringan” di sini artinya menetukan secara kasar pemahaman dan penghayatan nila-nila Islam mahasiswa baru. Tidak sedikit mahasiswa baru yang memang sebelumnya aktif di rohis sekolah, DKM masyarakat rumah, atau telah mengikuti halaqah sejak lama. Proses penjaringan amat berperan dalam penentuan kelompok halaqah. Mereka yang sebelumnya aktif di rohis sekolah, telah intens mengikuti halaqah, bekepribadian hanif, bahkan telah mengenal dakwah harus dipisah dengan mereka yang belum pernah mengaji sama sekali. MANAJEMEN tarbiyah | 28 Harapan dari pengelompokan seperti ini adalah agar mereka yang “menjanjikan” memang difasilitasi untuk berkembang. Jangan sampai peserta yang semangat untuk mengaji terhambat karena teman-teman sekelompoknya yang malas. Dahulu, mahasiswa baru yang hanif digabungkan kelompoknya dengan mereka yang “anak gaul” baru mengaji, dengan harapan anak gaul tersebut terus diajak mengaji oleh yang hanif.Namun menurut pengalaman penulis, hal tersebut tidaklah efektif dan bahkan menghambat perkembangan mutarobbi yang hanif tersebut. Proses “akselerasi” pun memungkinkan dilaksanakan melalui pengelompokan seperti ini. Jika tidak ada wawancara agama, gunakan metode lain seperti penyebaran lembar kuesioner. Jawaban lembar kuesioner tersebut dinilai dan diberi kategori sesuai dengan pemahaman keislamannya. Manfaatkan sesi rohani atau jam istirahat salat di acara penerimaan mahasiswa baru. Contoh lembar wawancara agama KAMI AsySyifaa FK Unpad dilampirkan di akhir buku ini. Beruntung bagi kampus yang berhasil merangkul pihak dekanat agar menjadikan halaqah sebagai bagian dari kuliah agama untuk mahasiswa baru. Kewajiban mahasiswa baru untuk halaqah, walau hanya semester pertama, merupakan modal yang sangat berharga. Meskipun pada pelaksanaannya banyak yang kabur atau enggan lanjut setelah masuk semester dua, setidaknya memudahkan LDK untuk merekrut peserta. Tinggal bagaimana selama satu semester tersebut LDK mengelola dan murobbi menyamankan suasana halaqah. Bila kegiatan halaqah wajib masih belum ada, disarankan kepada LDK untuk tidak bosan terus memperjuangkannya. Lakukan pendekatan kepada dekanat, misalnya sering mengundang mereka ke acara-acara LDK. b. Rekrutmen Murobbi Fakultas kedokteran memiliki ciri khasnya tersendiri. Menurut pemantauan penulis, kebanyakan mahasiswa FK bersifat eksklusif dibandingkan dengan mahasiswa fakultas lain. Jam kuliah yang padat dan tugas yang banyak membuat mahasiswa FK jarang bergaul dengan mahasiswa fakultas lain. Oleh Karena itu, disarankan murobbi untuk mahasiswa FK berasal dari fakultas yang sama. Murobbi akan lebih mengerti kesibukan mutarobbinya dibandingkan bila murobbi dari fakultas lain. Mutarobbi juga akan merasa nyaman bila dibina oleh sesama teman sejawat kelak. Penarikan murobbi dari fakultas lain, atau bahkan nonmahasiswa, hanya dilakukan jika memang sudah tidak ada stok murobbi di FK. Bila perlu, satu murobbi memegang beberapa kelompok bila tidak mengganggu kegiatan akademiknya. Hal ini membut proses rekrutmen murobbi dari kalangan mahasiswa FK sendiri sangat penting. Rekrutmen murobbi secara lebih detil akan dibahas di subbab “Membentuk Murobbi”. c. Menggairahkan Perjalanan Halaqah Ada 2 rumus utama agar halaqah berjalan secara menggairahkan: “dinamis” dan “produktif”. Dinamis berarti tidak monoton, antijenuh, dan kreatif. Walau secara default halaqah diadakan dalam bentuk lingkaran sambil lesehan dengan susunan acara pembukaan-penutupan, saat ini ada banyak cara yang digunakan untuk menjadikannya bergairah. MANAJEMEN tarbiyah | 29 Gambar 2 Halaqah di Pantai; Asyik, Kan? Sumber: http://farm4.static.flickr.com/3061/2575878801_2ee1857091.jpg Metode penyampaian tidak harus berupa ceramah satu arah, tapi bisa juga melalui games, bedah buku, dll. Media audio-visual, bila digunakan secara optimal, akan meningkatkan antusiasme peserta. Materi pun tidak perlu selalu terpaku pada muwashaffat. Asalkan topic utama telah tersampaikan, variasi-variasi materi yang menarik dapat pula dihidangkan. Tempat halaqah sebaiknya tidak monoton hanya di masjid. Alam terbuka bahkan tempat makan merupakan salah satu tempat halaqah yang amat menarik. Sesekali, agar terdapat vatiasi, murobbi tamu dapat diundang untuk mengisi materi. Produktif memilki arti halaqah berjalan mencapai tujuan yang diharapkan. Dinamisasi dan variasi memang diperlukan, namun jangan sampai membuat halaqah menjadi keluar jalur. Agar mencapai tujuan utama, maka diperlukan tujuan-tujuan kecil atau perantara. Dalam proses tarbiyyah, hal tersebut dikenal sebagai pencapaian tiap jenjang. Pencapaian-pencapaian tersebut perlu dievaluasi secara berkala oleh murobbi atau LDK. Bila satu jenjang telah tercapai, maka muatan halaqah yang disampaikan dimaksudkan agar para peserta dapat mencapai jenjang berikutnya. Untuk lebih mengetahui bagaimana menggairahkan halaqah, silakan baca buku “Menggairahkan Perjalanan Halaqah” karya Satria Hadi Lubis, penerbit Pro-U Media. d. Evaluasi Proses keberjalanan tiap kelompok halaqah perlu dievaluasi. Hal ini untuk menilai keberlangsungan halaqah tersebut sesuai tujuan dan pesertanya telah mencapai output yang diharapkan. Walaupun kesibukan tiap murobbi bermacam-macam, upayakanlah penyediaan waktu khusus agar seluruh murobbi dapat berkumpul bersama penyelenggara halaqah kampus secar berkala. Dengan bertemu langsung, tiap murobbi dapat menyampaikan masalah kelompoknya secara mendetil. Murobbi lain dapat memberi masukan. Tips dan trik suatu kelompok bisa sukses pun dapat dibagikan. Penyelenggara halaqah, misalnya departemen tarbiyyah, lebih dapat menangkap masalah tiap kelompok dan menemukan solusinya bersama. Memang sangatlah sulit mengumpulkan semua murobbi di satu waktu, terlebih murobbinya dari fakultas lain atau nonmahasiswa. Jika memang demikian, minimal penyelenggara halaqah memantau perkembangannya melalui sms, email, dsb. Murobbi menilai antusiasme dan pencapaian output atau muwashaffat. Murobbi pula yang menentukan apakah binaannya layak naik jenjang atau tidak. Penyelenggara halaqah hanya menerima laporan dan memfasilitasi bila ada kader yang sudah waktunya naik jenjang. MANAJEMEN tarbiyah | 30 Evaluasi juga dapat mendeteksi kelompok yang bermasalah. Misalnya kelompok yang hanya satu-dua orang yang hadir, murobbi yang jarang hadir, atau adanya ketidakcocokan teman sekelompok atau mutarobbi dan murobbi. Masalah yang terakhir disebutkan umum dijumpai pada kelompok akhawat. Diharapkan, dengan adanya evaluasi, murobbi dan penyelenggara halaqah dapat menemukan solusi bersama. TASQIF/KAJIAN Berbeda dengan halaqah, tasqif merupakan agenda tarbiyyah yang ditujukan untuk banyak orang dengan satu narasumber. Fokus utama tasqif adalah penyampaian wawasan atau ilmu secara mendalam. Hal-hal seperti mengenal mutarobbi secara mendalam, perhatian terhadap masalahmasalah mutarobbi, dan mengevaluasi perkembangan mutarobbi tidak dilakukan di tasqif. Narasumber tasqif adalah seorang ulama atau ustadz yang memang menguasai materi yang disampaikan. Materi yang disampaikan pun berupa ilmu-ilmu syariat yang mendalam dan yang memang hanya bisa disampaikan oleh ahlinya. Peserta tasqif adalah peserta tarbiyyah, dalam hal ini adalah peserta halaqah juga. Tasqif berbeda dengan ceramah atau agenda tabligh yang diselenggerakan syiar. Seperti halaqah, tasqif dijalankan sesuai dengan kurikulum tarbiyyah dan pesertanya pun khusus peseta tarbiyyah. Ia juga bersifat rutin, walau tidk serutin halaqah, dan pelaksanaannya bertujuan mencapai output/muwashaffat tarbiyyah yang tidak bisa dicapai melalui halaqah. Tasqif juga dapat disamakan dengan agenda halaqah gabungan. Biasanya diadakan seminggu sekali, namun dapat disesuaikan untuk mencapa tujuan tarbiyyah masing-masing lembaga kampus. MABIT/BERMALAM DAN JALASAH RUHIYAH Mabit, biasa kita kenal sebagai “malam bina iman dan taqwa”, merupakan salah satu sarana tarbiyyah, namun bukan sarana khusus. Apa yang disampaikan pada mabit adalah materi tarbiyyah sarana tasqif/halaqah gabungan, dengan modifikasi bentuk berupa bermalam di masjid. Hal lebih yang bisa didapat dari mabit adalah penguatan atau penyegaran ruhiyah. Agenda yang biasa ada, selain kajian, adalah qiyamulail (salat malam). Ada pula yang menambahkannya dengan renungan atau muhasabah malam. Semua kegiatan itu bermanfaat untuk memperkuat ruhiyah peserta. Sangat disarankan mabit didakan khusus untuk ikhwan. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan dam membiasakan adab-adab Islami kepada peserta tarbiyyah. Bagi akhawat, agenda penguatan ruhiyah dapat dilakukan melalui jalasah ruhiyah. Kegiatan jalasah ruhiyah umumnya diadakan hari minggu pagi atau siang, setelah ikhwan selesai mengadakan mabit. Agenda utama berupa taujih dari narasumber/ustadz yang muatan utama materinya untuk menyegarkan ruhiyah. Jika pada akhirnya mabit tetap diselenggarakan untuk ikhwan dan akhawat, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan. Adab-adab ini bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan peserta tarbiyyah beradab Islami. Beberapa di antaranya yaitu: 1. agenda gabungan ikhwan-akhawat hanya diselenggarakan di waktu sore dan pagi hari, 2. agenda malam (kajian malam, QL berjamaah, dll) dipisah antara ikhwan-akhawat, 3. ikhwan dan akhawat istirahat malam di gedung yang berbeda. Misal: ikhwan di masjid, akhawat di gedung kuliah. MANAJEMEN tarbiyah | 31 RIHLAH/MELAKUKAN PERJALANAN/TAFAKUR ALAM Salah satu sarana yang amat popular dan disukai adalah rihlah. Umumnya, rihlah merupakan agenda yang bertujuan untu menumbuhkan ukhuwwah antarpengurus LDK. Namun, rihlah juga dapat dijalankan untuk memperkut kekeluargaan antarpeserta tarbiyyah dengan murobbi. Halaqah di alam terbuka juga salah satu bentuk mendinamiskan kegiatan halaqah. Dengan rihlah juga diharapkan peserta tarbiyyah menyadari pentingnya tarbiyyah jasadiyah. Hal yang perlu diperhatikan adalah tidak semua peserta tarbiyyah memiliki fisik yang kuat. Karena itu, perlu penyesuaian, yang terpenting tujuan dari rihlah tercapai. MUKHAYYAM/BERKEMAH Seperti mabit dan rihlah, mukhayyam bukanlah sarana utama. Tujuan-tujuan yang dapat dicapai dari mukhayyam adalah pembinaan fisik, mempererat ukhuwwah, penguatan ruhiyah (dengan qiyamulail berjamaah), dan tafakur alam. JENJANG KADERISASI Kader adalah seluruh mahasiswa muslim yang mengikuti kegiatan tarbiyyah. Mengikuti paradigma tarbiyyah terbuka, peserta kegiatan tarbiyyah tidaklah hanya pengurus LDK, melainkan seluruh muslim yang memang berminat mengikuti tarbiyyah. Penting untuk membuat jenjang kaderisasi karena pada dasarnya dakwah itu memiliki sifat bertahap. Adanya tahap-tahap kaderisasi akan lebih memudahkan untuk assessment pencapaian output tarbiyyah yang diinginkan dari peserta. Jenjang kaderisasi baiknya memiliki hubungan dengan status kepengurusan di LDK. Contoh: pengurus yang menjadi badan pengurus harian (BPH) atau ketua organisasi idealnya adalah yang berada pada jenjang kader tertinggi. Namun, yang biasa menjadi masalah adalah tidak cukupnya kader jenjang tertinggi untuk menjadi BPH. Atau, jumlah kader jenjang tertinggi sangat sedkit dan mereka lebih dibutuhkan di posisi lain, kepala departemen tarbiyyah misalnya. Karena itu, hubungan jenjang pengurus dan posisi kepengurusan bisa dibuat fleksibel. Keterangan: DS: Dewan Syuro; BPH: Badan Pengurus Harian Gambar 3 Contoh Keterkaitan Jenjang Kaderisasi dengan Kepengurusan Tiap LDK memiliki jenjang kaderisasi yang berbeda-beda. Umumnya kaderisasi dibagi menjadi 4 jenjang, yaitu kader mula, kader muda, kader madya, dan kader purna. Pada tulisan ini, penulis akan membagikan contoh jenjang tarbiyyah KAMI AsySyifaa’ FK Unpad. Terdapat 3 jenjang kaderisasi di KAMI AsySyifaa’ FK Unpad: Beginner, Learner, dan Leader. MANAJEMEN tarbiyah | 32 a. Beginner Kader beginner adalah semua mahasiswa muslim yang masih beradaptasi dalam proses tarbiyyah dan masih belum ada kewajiban dalam prosesnya. Dengan kata lain, kader beginner adalah mereka yang baru pertama kali mengikuti kegiatan tarbiyyah. Fokus pencapaian kader jenjang ini adalah membuat mereka mengenal dan tertarik dengan tarbiyyah hingga ingin terus mengikuti tarbiyyah. Penyampaian materi bukanlah agenda utama di jenjang ini, sehingga tidak materi khusus yang disampaikan. Topik materi bisa disesuaikan untuk membuat peserta nyaman dan tertarik. Begitu pula dengan kegiatan tarbiyyah. Maksimalkan mungkin pada tahap ini terbangun kedekatan antara murobbi dan mutarobbi. b. Learner Kader Learner adalah mahasiswa muslim FKUP yang fokus mengikuti tarbiyyah dan di tengahtengahnya dengan dakwah. Pada jenjang ini, proses tarbiyyah mulai difokuskan ke materi-materi untuk mencapai target tertentu yang telah disusun penyelenggara. Target-target tersebut berupa 10 muwashaffat. Di KAMI AsySyifaa’ FK Unpad, kader beginner menjadi kader learner apabila bersedia untuk mengikuti halaqah lanjutan pasca halaqah wajib selama 3 bulan. Sebelum mengikuti halaqah learner, tiap kader harus mengikuti proses yang disebut dengan Training for Beginner. Training for Beginner (TFB) merupakan dauroh/pelatihan 1 hari. Syarat peserta yang boleh mengikuti TFB adalah presentasi kehadiran halaqah wajib minimal 80%. Tujuan dari TFB adalah membangun pemahaman akan urgensi tarbiyyah sehingga kader secara sadar mengikuti proses tarbiyyah secara kontinyu. Output utama yang diharapkan dari tarbiyyah Learner adalah kader memiliki kepribadian muslim dan komitmen dengan tarbiyyah. c. Leader Merupakan muslim FK Unpad yang memegang amanah dakwah dan memiliki kapasitas memimpin. Aplikasi utama dari memegang amanah dakwah adalah menjadi murobbi/mentor. Kader dianggap memiliki kapasitas memimpin jika telah mendapatkan materi kepemimpinan. Target muwashaffat Leader berbeda dengan Learner, yaitu lebih tinggi secara kuantitas dan kualitas. Pencapaian yang diharapkan tidak lagi sekedar kepribadian muslim, tapi juga kepribadian aktivis dakwah. Artinya, kader secara sadar memiliki motivasi yang kuat untuk berdakwah. Selain kesadaran untuk berdakwah, Leader juga dituntut untuk komitmen dengan tarbiyyah dan memprioritaskannya di atas kegiatan (di luar kegiatan primer seperti kuliah). Untuk mencapai jenjang Leader, Learner harus mengikuti proses tarbiyyah selama 1 tahun secara sehat (kehadiran > 80%) dan direkomendasikan oleh murobbi sesuai dengan pencapaian muwashaffat. Kader yang memenuhi syarat akan diundang secara khusus untuk mengikuti Training for Learner (TFL). Pada TFL, konten yang ditekankan adalah penanaman urgensi dan motivasi untuk berdakwah. Terdapat 2 dauroh yang diadakan untuk jenjang Leader. Dauroh pertama dilaksanakan di pertengahan masa Leader, dengan tujuan upgrading dan penjagaan semanga untuk tetap memegang amanah dakwah. Dauroh kedua dilakukan di akhir masa Leader atau jelang menjadi koas. Dauroh ini disebut juga dengan dauroh prakoas, bertujuan memberikan gambarakan kehidupan koas dan mempersiapkan kader untuk menghadapinya dengan tetap menjaga kesehatan tarbiyyah. MANAJEMEN tarbiyah | 33 OUTPUT TARBIYYAH a. 10 Muwashafat Output atau hasil akhir dari kader tarbiyyah tergambar dari 10 muwashaffat. Muwashaffat merupakan pilar-pilar asasi yang harus terwujud pada diri seorang aktivis dakwah. Pilar-pilar ini yang akan menjadikannya teladan dan contoh bagi orang-orang di sekitarnya. Terdapat 10 pilar yang diharapkan dimiliki oleh kader tarbiyyah, yaitu Salimul Aqidah (aqidah yang Selamat), Sahihul Ibadah (ibadah yang benar, Matinul Khuluq (akhlak yang tangguh), Qadirun ‘alal Kasbi (kemampuan berpenghasilan), Qawiyul Jism (jasmani yang kuat), Haritsun ala Waqtihi (efisien menjaga waktu), Mutsaqqaful Fikr (wawasan pikiran yang Luas), Mujahidun Linafsihi (bersungguh-sungguh atas dirinya), Munazhzham fi syu’unihi (teratur dalam urusannya), dan Nafi’un lighairihi (berguna bagi orang lain) i. Salimul Aqidah Aqidah merupakan inti dari ajaran Islam yang dibawa oleh semua Rasul Allah. Misi utama mereka adalah menyeru manusia untuk bersujud hanya kepada Allah SWT. Pembersihan aqidah harus menjadi prioritas dalam dakwah. Aqidah yang jernih ialah yang tidak terkotori oleh berbagai pemikiran dan pemahaman yang tidak sesuai dengan Al Quran dan as sunnah. Dengan aqidah yang benar, seseorang akan mampu menentukan tujuan hidupnya dan meluruskan tata nilai kehidupannya sehingga tidak tersesat dan tertipu oleh dunia yang fana. Aqidah yang bernar pula yang akan menghasilkan dokter-dokter berakhlak mulia, yang menjalankan profesinya hanya karena keuntungan melainkan ridho Allah dan kebahagiaan di akhirat. ii. Shahihul Ibadah “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56) Hakikatnya hidup ini adalah ibadah, sesuai dengan firman Allah SWT di atas. Ibadah tidak hanya sebatas aktivitas ritual seperti salat, puasa, dan haji. Namun, seluruh aktivitas dalam hidup ini haruslah menjadi ibadah. Makan, tidur, belajar, bahkan bermain sekalipun hanya akan sia-sia di hadapan Allah jika tidak diniatkan untuk ibadah. Prioritas utama dalam ibadah tentu adalah ibadah wajib. Ketika berusaha memperbaiki ibadah diri sendiri ataupun orang lain, ibadah wajib dululah yang perlu diperbaiki. Setelah ibadah-ibadah wajib sudah tidak lagi tersa berat untuk dijalankan, barulah menumbuhkan keinginan dan usaha untuk menjalankan ibadah sunnah. Melaksanakan ibadah-ibadah khusus merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas iman dan menghidupkan ruh yang mati. Kualitas iman yang baik dan ruh yang hidup tergambar dari kondisi ibadah keseharian. iii. Matinul Khuluq Akhlak merupakan hal yang paing mudah dilihat untuk menggambarkan kualitas seseorang. Orang-orang cenderung akan senang bergaul dan respek terhadap orang yang berakhlak baik dan menyenangkan. Sering kali orang yang paling didengar oleh komunitas atau masyarakat bukanlah orang yang paling banyak atau luas ilmunya, tapi yang berakhlak baik. Akhlak baik juga membuat orang-orang segan, hingga perilaku lemah lembut dan bijaksana seorang aktivis dakwah akan diteladani. Dakwah yang paling efektif ialah melalui keteladanan, MANAJEMEN tarbiyah | 34 bukan dengan ceramah panjang lebar. Kader tarbiyyah hendaknya memperhatikan akhlaknya, selain sebagai bentuk ibadah kepada sesama manusia, juga akan menumbuhkan rasa simpat orang-orang terhadap tarbiyyah. “Tidak ada sesuatu yang diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlaq yang baik, dan sesungguhnya pemilik akhlaq yang baik benar-benar akan mencapai derajat (orang-orang yang mengerjakan) puasa dan shalat.” (HR. Tirmidzi) iv. Qadirun ‘alal Kasbi Salah satu ciri orang mukmin ialah produktif dan tidak meminta-minta. Kerja yang produktif erat kaitannya dengan bersabar terhadap rasa malas. Orang-orang saleh terdahulu menjaga kehormatan dengan mengharamkan mereka dari meminta-minta. JIka sedang membutuhkan, mereka akan minta diperkerjakan atau mencari kerja. Ibadah juga mendorong seseorang kepada profesionalisme kerja. “Sesungguhnya Allah menyukai bila salah seorang di antara kamu bekerja dan membagusi kerjanya.” (Majma‟uz Zawa‟id, 4/10) Jika belum mampu berpenghasilan dan masih ditanggung oleh keluarga, maka minimal yang perlu dimiliki adalah kemampuan merencanakan keperluan dan pemenuhannya. Pengaturan pengeluaran dan pemasukan sebaiknya dipelajari sedini mungkin. v. Qawiyul Jism “Seorang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari seorang mukmin yang lemah dan pada keduanya terdapat kebaikan.” (HR. Muslim) Fisik yang kuat merupakan hal yang vital bagi setiap manusia. Bagaimana mungkin seseorang menjadi produktif bila sering sakit-sakitan? Dakwah Rasulullah saw. dan para sahabat pun tidak bisa dipisahkan dengan kekuatan fisik. Jika tidak ada tarbiyyah jasadiyah, sudah tentu Islam tidak akan menyebar seperti saat ini. Rasulullah saw. pun mewajibkan bagi setiap muslim untuk menjaga kesehatan fisiknya. “Sesungguhnya badanmu memiliki hak atas dirimu.” (HR. Bukhari dan Muslim) vi. Haritsun ala Waqtihi Waktu bukanlah uang, karena ia lebih berharga daripada itu. Waktu adalah kehidupan; jika seseorang menyia-nyiakan waktunya, maka ia telah menyia-nyiakan hidupnya. Kewajibankewajiban yang dimiliki oleh seorang muslim jauh lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Tujuan-tujuan dakwah agar terealisasi membutuhkan segenap jiwa, harta, dan waktu. Karena itu, nikmat yang Allah berikan berupa lapangnya waktu hendaknya dipersembahkan untuk dakwah. Waktu hanya dapat digunakan untuk 2 hal: kegiatan yang bermanfaat atau kegiatan yang sia-sia. Jika tidak ada manfaat yang dihasilkan dari suatu aktivitas, berarti ia tidak bernilai apa-apa di mata Allah. “Ada dua nikmat di mana banyak manusia yang terlena dengan kedua nikmat itu: yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari) Setiap manusia memiliki jatah waktu yang sama, yaitu 24 jam dalam satu hari. Dalam 24 jam itu ada orang yang bisa mengatur negara, namun ada juga yang mengatur dirinya sendiri tidak mampu. Kemampuan mengatur waktu akan sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang baik merupakan kunci dari orang-orang sukses. vii. Mustsaqqaful Fikr Islam sangat menyerukan penganutnya untuk menuntut ilmu dan pengetahuan. Ketika seorang aktivis dakwah akan mengajak orang-orang pada kebaikan, hendaknya ia memiliki MANAJEMEN tarbiyah | 35 wawasan yang luas. Hal ini akan mempermudah komunikasi aktivis dakwah dan sekitarnya, juga akan menumbuhkan simpati mereka dengan dakwah. Di masa sekarang, sudah bukan zamannya lagi aktivis Islam yang kurang pergaulan dan mengasingkan diri. Penting untuk memiliki beragam informasi yang ada, karena itu akan mempermudah interaksi dengan sekitar. Islam adalah agama yang terasing, namun bagi muslim “terasing” di sini adalah secara hati, sedangan fisik harus berbaur dengan sekitar. Wawasan yang luas juga dapat dlihat dari kepeduliannya terhadap sekitar dengan selalu mengakses berita dan informasi. Kondisi umat muslim saat ini di berbagai belahan dunia— Rohingnya, Pattani, Gaza, Suriah, Mesir—seharusnya mendapat perhatian bagi setiap peserta tarbiyyah. viii. Mujahidun Linafsihi Besungguh-sungguh terhadap diri sendiri merupakan cerminan kesungguhan seseorang mengendalikan hawa nafsunya. Sedangkan nafsu merupakan formulasi antara kecendeungankecendeungan baik dan jahat. Karena itu, bersungguh-sungguh untuk melawan kecenerungan yang buruk dan bersabar untuk melaksanakan kecenderungan yang baik merupakan perwujudan muslim yang berjihad atas dirinya sendiri. Orang yang akalnya merdeka ialah ia yang mampu mengendalikan hawa nafsu, bukan sebaliknya. ix. Munazhzham fi Syu’unihi Tujuan dan cita-cita besar haruslah disusun, direncanakan, dan dilaksanakan dengan sangat rapi. Urusan dan pekerjaan yang dapat diatur sedemikian rupa akan menghasilkan efisiensi waktu, tenaga, bahkan dana. x. Nafi’un Lighairihi “Siapa yang sedang menyampaikan hajat saudaranya maka Alalh akan melaksanakan hajatnya. Dan siapa yang membebaskan kesukaran seorang muslim, Allah akan membebaskan kesusahannya di hari Qiamat.” (HR. Bukhari) Layaknya pohon kokoh yang berbuah: daunnya yang rindang memberi keteduhan bagi orang yang kepanasan dan buah yang dihasilkannya memberi gizi bagi orang yang lapar, begitu pula muslim yang bermanfaat. Bahkan ketika orang-orang melempar pohon itu dengan batu, ia membalasnya dengan buah. Seorang muslim hakikatnya dituntut untuk memberikan kontribusi bagi kehidupan manusia hingga nafas terakhirnya berhembus. Kehidupan seseorang tidak diperhitungkan dengan bilangan tahun yang dilaluinya sejak kelahiran hingga kematiannya, tetapi diperhitungkan dengan karyakarya yang dilakukannya selama hidupnya. Dan manfaat apakah yang lebih utama bagi manusia daripada mendakwahkan manusia kepada Allah dan menunjukkan mereka kepada jalan lurus yang akan mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat? “Barang siapa memberikan satu contoh perbuatan yang baik dalam Islam, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang melakukan perbuatan itu setelahnya tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang melakukannya. Dan barang siapa yang memberikan satu conto perbuatan yang buruk dalam Islam, maka ia akan mendapatkan dosanya dan dosa orang yang melakukan perbuatan itu setelahnya tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa orang yang melakukannya.” (HR. Muslim) MANAJEMEN tarbiyah | 36 b. Assessment Muwashaffat Muwashaffat merupakan indikator tersampaikannya materi-materi tarbiyyah dan tercapainnya hasil tarbiyyah yang dinginkan. Penilaian pencapaian muwashaffat penting dilakukan untuk menilai apakah kegiatan tarbiyyah tersebut bersifat produktif atau tidak. Jika muwashaffat jenjang tertentu yang diharapkan telah tercapai, kader tersebut telah layak untuk menapaki jenjang selanjutnya. Evaluasi muwashaffat, berdasarkan pengalaman penulis, bukanlah hal yang sederhana. Ia tidak seperti penilaian yang dilakukan guru agama terhadap lembar ujian muridnya. Walaupun sebaiknya penilaian dilakukan seobjektif mungkin (secara kuantitatif tercapai atau tidak), assessment subjektif dari mentor atau murobbi sangatlah penting. Murobbi adalah orang yang dharapkan sangat memahami kondisi binaannya. Karena itu, evaluasi muwashaffat haruslah dilakukan oleh murobbi. Berikut beberapa cara mengassess muwashaffat peserta tarbiyyah: a. bertanya langsung; murobbi bertanya langsung kepada setiap binaannya mengenai pencapaian muwashaffat yang diharapkan. Pertanyaan ini bisa dilakukan di setiap akhir halaqah, b. menanyakan kondisi peserta tarbiyyah melalui teman-teman dekatnya. Pada umumnya, temanteman dekatlah yang paling mengetahui kondisi seseorang, dan yang paling mampu menggambarkan keadaan sebenarya, c. lembar kuesioner. Teknik ini mirip dengan bertanya langsung, hanya melalui kuesioner, d. penilaian subjektif. Proses ini juga amatah penting. Beberapa hal yang perlu dinilai oleh murobbi secara subjektif: - antusiasme mutarobbi terhadap kegiatan halaqah - pemahamannya terhadap materi-materi tarbiyyah yang disampaikan - rasa percaya mutarobbi terhadap murobbi - motivasinya untuk terus belajar Islam - awareness terhadap permasalahan umat di sekitarnya Pengelola tarbiyyah (misal: departemen pembinaan), melakukan evaluasi semacam ini melalui murobbi. Waktu dan mekanismenya bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing LDFK. MEMBENTUK MUROBBI Posisi murobbi sangatlah penting dalam proses tarbiyyah. Inti dari tarbiyyah, yaitu halaqah, tidak akan berjalan bila tidak ada murobbi. Berapa banyak orang-orang yang terhambat untuk halaqah karena tidak adanya murobbi? Kader yang sedikitnya telah menjalani satu tahun halaqah harus dipersiapkan untuk menjadi murobbi. Satu tahun dirasa cukup bagi kader untuk meresapi konten-konten tarbiyyah, terutama bagi mereka yang menjalani halaqah dengan sehat dan antusias. Murobbi pun berperan untuk menilai binaan-binaannya yang potensial—dan harus—menjadi murobbi selanjutnya. a. Menghalau Keraguan Kelangkaan murobbi yang mengakibatkan banyaknya kader yang tidak bisa halaqah umumnya disebabkan oleh proses regenarasi murobbi yang kurang baik. LDFK mungkin terlalu bergantung pada murobbi yang berasal dari luar FK atau kampus. Padahal, mahasiswa FK cenderung lebih nyaman bila dibina oleh sesame mahasiswa FK. Hal ini dikarenakan mahasiswa FK cenderung MANAJEMEN tarbiyah | 37 eksklusif, tidak banyak yang bergaul dengan mahasiswa fakultas lain, dan juga jadwal akademik yang padat. Bila murobbi berasal dari fakultas yang sama, mereka berharap sang murobbi tersebut lebih dapat mengerti dan memenuhi kebutuhan mereka. Namun, banyak hambatan yang menghadang untuk mencetek murobbi. Penghalau utama tersebut adalah “alasan-alasan klasik”. Jawaban apa yang didapat ketika seorang kader ditawari untuk menjadi murobbi? “Belum siap” “Belum pantas” “Wah, masa orang kayak saya jadi murobbi” Kebanyakan menganggap bahwa murobbi itu adalah “orang suci”, “seorang ustadz atau syaikh, “tidak pernah salah”, atau “bagaikan malaikat”. Kemudian, mereka pun menilai diri mereka sendiri: “baca Quran belum lancar”, “masih banyak maksiat (kecil)”, “hafalan belum banyak”, “tidak bisa menulis arab”, dll. Hal-hal seperti inilah yang harus segera diberantas dari dalam benak setiap kader. Murobbilah yang harus menepis keraguan ini. Bila masih menolak juga walau telah diyakinkan sedemikian rupa, ajaklah ia untuk bicara empat mata. Pendekatan hati amatlah diperlukan. Sadarkan bahwa ia telah dipercaya oleh murobbinya sendiri untuk memegang binaan. Benarkan pemahamannya, bahwa menjadi murobbi bukanlah berarti sudah harus berilmu tinggi dan bebas dari kesalahan. Justru menjadi murobbi merupakan sarana untuk terus menuntut ilmu dan memperbaiki diri. Bahkan, menjadi murobbi merupakan “jalan pintas” untuk meningkatkan kualitas diri. Jika sudah ada keinginan untuk menjadi murobbi, namun masih ada kendala dalam hal teknis— seperti tidak biasa memimpin forum, tidak bisa bicara di depan orang banyak, tidak tahu bagaimana mencairkan suasana, dll—ajaklah ia untuk menjadi asisten mentor (astor). Sistem astor dapat dijadikan salah satu sarana pelatihan untuk menjadi murobbi. Contoh, pada kelompok baru, yang menjadi mentor atau murobbi utama merupakan yang sudah lebih siap atau lebih senior, sedangkan calon murobbi tersebut mendampinginya ketika halaqah dilangsungkan. Astor tersebut juga bisa dibuat lebih aktif dengan menambahkan materi yang telah disampaikan mentor utama. Diharapkan calon murobbi tersebut dapat mempelajari hal-hal teknis secara langsung dan menjadi siap untuk membina. b. Sekolah Murobbi Agar dapat mempersiapkan murobbi dengan lebih matang, ada baiknya pengelola tarbiyyah mengadakan sekolah murobbi. Konten utama dari sekolah ini adalah menepis keraguan, motivasi menjadi murobbi, teknik mengelola halaqah, dan bagaimana membina dengan hati. Sekolah ini diadakan beberapa bulan sebelum kehadiran kelompok baru atau mahasiswa baru ke kampus. Pesertanya adalah kader-kader yang direkomendasikan oleh murobbi untuk mengikutinya. Dengan kata lain, rekrutmen sekolah ini bersifat undangan atau tertutup. Bentuk kegiatan dapat dibuat one day/two days training atau beberapa pertemuan dalam sekian minggu/bulan. Penulis lebih memilih bentuk terakhir karena efeknya yang lebih berjangka panjang. Di akhir pertemuan, baiknya diadakan semacam simulasi halaqah: peserta sekolah memimpin pertemuan halaqah. Peserta simulasi dapat berasal dari peserta atau panitia sekolah, MANAJEMEN tarbiyah | 38 sehingga simulasi dilakukan bergiliran. Setelah simulasi selesai, panitia atau peserta lain memberikan evaluasi dan masukan. Jika ingin simulasi terasa lebih nyata, panitia sekolah dapat mendatangkan anak-anak SMA untuk dijadikan peserta simulasi halaqah. c. Maintenance Murobbi Salah satu hal yang sebaiknya tidak dilupakan adalah bagaimana menjaga kualitas murobbi, termasuk motivasi. Idealnya, pengelola tarbiyyah rutin mengadakan pertemuan talaqi materi untuk murobbi dengan mengundang narasumber (ustadz/ulama). Materi yang ditalaqi tidaklah perlu semuanya yang akan disampaikan dalam halaqah. Yang utama adalah materi yang memang butuh referensi dari pihak yang memang menguasainya. Selain talaqi, pertemuan ini juga bisa digunakan untuk training motivasi bagi murobbi. Baiknya, training motivasi ini lebih ke dalam bentuk penguatan ruhiyah murobbi agar tetap istiqomah berdakwah. Evaluasi keberlangsungan halaqah juga dapat dilakukan di pertemuan ini jika waktunya cukup lapang. Memang yang paling baik adalah pengelola dan para murobbi rutin bertatap muka untuk agenda-agenda di atas, satu atau dua bulan sekali misalnya. Namun jika sulit untuk mengumpulkan mereka, talaqi dapat disampaikan via tulisan, email, dll. Peningkatan motivasi dapat dilakukan secara tidak langsung melalui komunikasi yang intens antara pengelola dan murobbi, begitu juga dengan evaluasi. Intinya, perlu komunikasi yang aktif antara pengelola dengan para murobbi. PROSES TRANSFER KELOMPOK HALAQAH a. Urgensi Halaqah Pascakampus Proses tarbiyyah di kampus tidaklah selamanya, mengingat masa kuliah di kampus hanya beberapa tahun saja. Amat mudah bagi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan halaqah, karena ada lembaga yang mengatur dan menyelenggarakannya (yaitu LDFK). Namun, setelah masa mahasiswa berakhir, bagaimana kelanjutan halaqah? Kepada siapa mereka harus mengaji? Apakah masih ada pihak penyelenggara halaqah setelah selesai masa kampus? Dan pertanyaan paling dasar: apakah masih perlu ikut halaqah setelah keluar kampus nanti? Untuk pertanyaan terakhir, tentu saja jawabannya: YA! Proses mengaji atau belajar Islam bersifat seumur hidup. Ilmu Allah amat luas dan tidak akan pernah habis untuk digali. Terlebih, dunia luar adalah dunia yang “jauh dari ideal”, tidak seperti kampus. Jika menuntut ilmu Islam harus terus dilakukan seumur hidup, apakah memang harus dalam bentuk halaqah? Bukankah saat ini belajar Islam begitu mudah, bisa melalui buku, radio, TV, internet, atau pengajian-pengajian terbuka di masjid-masjid? Seperti yang disampaikan di atas, bahwa halaqah merupakan sarana utama dalam tarbiyyah. Keberadaannya mutlak dan tidak bisa diganti oleh sarana lain. Tidak hanya karena ia bersifat intensif sepekan atau dua pecan sekali (halaqah yang sehat adalah sepekan sekali), namun juga keberadaan murobbi yang terus memberi penyegaran ruhiyah, perhatian, dan juga lingkaran orang-orang soleh adalah sangat dibutuhkan. Terlebih, kita sering mendengar bahwa kampus MANAJEMEN tarbiyah | 39 adalah “dunia idealita” sedangkan dunia kerja adalah “dunia realita”. Keberadaan halaqah tidak bisa dihilangkan pada setiap kondisi. Bagi mahasiswa kedokteran, setelah melewati masa kampus/sarjana, akan memasuki dunia koasisten atau profesi. Ada FK yang letaknya berjauhan dengan rumah sakit pendidikan, ada juga yang dekat. Mahasiswa yang mengikuti masa profesi di RS yang letaknya berjauhan dengan FK lebih sulit dikondisikan proses transfer halaqahnya. b. Masa-Masa Berjatuhan Kampus memiliki atmosfer yang sangat ideal, setidaknya bila dibandingkan dengan di luarnya. Kebanyakan mahasiswa kuliah tidak sambil mencari penghasilan. Dunia kerja yang penuh intrik pun tidak dikenal di kampus. Masa profesi/koasisten merupakan masa peralihan. Namun, semangat dan antusiasme yang pernah dirasakan ketika masa sarjana perlahan-perlahan mulai luntur di masa ini. Kemudian, semangat untuk belajar Islam pun menghilang, lepaslah sudah ikatan terhadap tarbiyyah. Kita masih bisa bersyukur apabila kader, yang dulunya aktif tarbiyyah bahkan berdakwah, putus halaqah namun masih bersifat hanif. Namun, tidak sedikit pula yang mengundurkan diri dari halaqah kemudian bersikap dan beraktivitas seolah tidak pernah mengikuti tarbiyyah. Walaupun keingianan untuk tetap tarbiyyah memang berasal dari dalam hati masing-masing, namun pengelola tarbiyyah harus memfasilitasi sedemikian rupa agar tiap kader ketika memasuki masa baru langsung bisa halaqah. Jika dari awal saja halaqah para kader terhambat akibat tidak ada yang memfasilitasi proses transfer, itu hanya akan mempermudah langkah mereka untuk berjatuhan dari jalan dakwah. c. Mentransfer Binaan Seharusnya proses transfer amatlah simple. Proses ini sepenuhnya berada di tangan murobbi. Hal ini dikarenakan pengelola tarbiyyah (departemen tarbiyyah) tidak lagi memiliki wewenang terhadap dunia pascakampus. Namun proses halaqah haruslah tetap berjalan, sehingga murobbilah yang harus mencari penggantinya. Perlu diperhatikan bahwa transfer binaan harus dilakukan jauh-jauh hari sebelum mutarobbi tersebut pergi. Pihak murobbi harus diingatkan untuk mencari murobbi pengganti, mengkontaknya, dan memberikan informasi-informasi terkait mutarobbi ke murobbi yang baru. Bila sudah ada murobbi baru yang siap memegang, maka murobbi lama setidaknya mesti memastikan bahwa mutarobbi dan murobbi baru tersebut dapat bertemu. Keberhasilan proses transfer ini bergantung pada 2 hal: antusiasme murobbi dan antusiasme mutarobbi. Untuk menumbuhkan antusiasme murobbi, merupakan tugas pengelola untuk terus mengingatkan. Jika pada akhirnya murobbi tidak mencari penggantinya sama sekali—biasanya karena murobbi tersebut sudah lama tidak komunikasi dengan mutarobbi—pengelolalah yang berkewajiban untuk mencari murobbi pengganti. Untuk antusiasme mutarobbi, hal tersebut tentu bergantung pada kesehatan halaqahnya. Kader yang aktif mengikuti halaqah pada umumnya akan lebih mudah ditransfer, bahkan kader tersebut akan menanyakan bagaimana kelanjutan halaqahnya pascakampus. Kesehatan halaqah bergantung pada 2 faktor: murobbi dan mutarobbi. Murobbi yang jarang sekali mengadakan MANAJEMEN tarbiyah | 40 pertemuan akan berimbas pada turunnya semangat mutarobbi untuk halaqah. Akibatnya, walau difasilitasi untuk transfer kelompok, kader tersebut sudah enggan untuk mengaji. Poin terpenting dari proses ini adalah keaktifan pengelola tarbiyyah untuk terus memfollow up para murobbi untuk mencarikan murobbi pengganti. Jika ada kader yang ingin lanjut halaqah, namun sudah lama tidak halaqah karena sudah lama tidak ada pertemuan atau murobbinya sulit dihubungi, kewajiban pengelolalah menyelamatkan kader tersebut. Selain itu, pengelola pun harus memastikan bahwa halaqah yang ada di kampus berjalan dengan baik. Seperti telah disebutkan, mutarobbi atau kelompok yang sudah jarang melakukan pertemuan, entah karena hambatan di murobbi atau mutarobbinya, prognosisnya akan lebih buruk untuk ditransfer. Jika menemukan kelompok yang jarang pertemuan karena faktor murobbi, segera cari murobbi pengganti atau gabungkan dengan kelompok lain yang berjalan dengan baik. Syiar UNIVERSAL | 41 4 SYIAR UNIVERSAL Urgensi Syiar merupakan ujung tombak dari sebuah gerakan dakwah. Melalui mekanisme ia bekerja : 1. Sebagai pembungkus kado Apabila pembinaan keislaman merupakan sebuah kado, syiar adalah pembungkusnya. Kertas kado cantik yang akan membuat orang penasaran dengan isi sebuah kado. Sesuatu yang akan membuat orang tertarik untuk memulai langkahnya mendalami Islam dengan lebih jauh, dalam, dan serius. Syiar menonjolkan hal-hal yang bisa membuat orang tertarik pada Islam : hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari, hal yang sedang tren, hal yang penuh kontroversi, dsb. 2. Sebagai corong sebuah gerakan dakwah Ada dua fungsi dari mekanisme ini : a. Yang pertama adalah sebagai media propaganda Merubah orang dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tahu menjadi peduli. Dari peduli menjadi terinspirasi untuk beraksi. b. Yang kedua adalah sebagai pengcounter Segala kesalahpahaman yang tersebar sehingga merongrong agama kita, harus diluruskan. Departemen syiar harus menjadi yang terdepan dalam hal ini. 3. Sebagai wadah pendidikan bagi para subyek syiar Jangan sampai para juru syiar menyampaikan hal yang dia sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sehingga, tradisi keilmuan bagi juru-juru syiar harus ditumbuhsuburkan : membaca buku, berdiskusi, dll. Contoh : Jangan sampai terjadi seorang juru syiar bersuara lantang tentang kemerdekaan Palestina (misalnya), namun ketika seorang obyek syiar bertanya tentang “sejarah penjajahan Syiar UNIVERSAL | 42 palestina/bedanya yahudi dengan zionis/dsb”, juru-juru syiar itu bengong tidak bisa menjelaskan. Hal ini justru akan berbalik menjadi bumerang bagi kegiatan dakwah. Syiar paling baik dan efektif adalah masing-masing individu juru syiar itu sendiri. Sehingga pendidikan dan pembinaan terus menerus bagi juru-juru syiar adalah mutlak. “Sebuah contoh lebih manjur daripada sejuta nasehat”. Lingkup Kerja Lingkup cara bersyiar : banyak sekali. Cara memoles apapun yang bisa digunakan untuk menjadi bungkus yang cantik. Lingkup bahan bersyiar : Syiar bisa membahas apa yang dibahas tarbiyah. Aqidah, syariah, bisa. Bedanya : kita menangkap suatu realita dan kemudian mengembalikannya pada quran dan sunnah. Kalau kajian tarbiyah : mereka memaparkan quran dan sunnah dan memberi contohcontoh realita. Kajian Bagaimana menyelenggarakan kajian yang bermakna bagi anggota dan obyek syiar? (idealnya) - Menentukan tema : berdasarkan isu-isu panas yang sedang terjadi/tren, berdasarkan momentum (hari kartini, musim ujian, nakba day, dll), mengangkat tema sendiri. - Menentukan apa saja yang harus dibahas dari tema tersebut. Poin-poin ini diberi nama : learning issue. - Berbagi learning issue. Akan lebih baik jika 1 learning issue dikerjakan oleh lebih dari satu orang. Supaya wawasan dan ilmu lebih bertambah. - Setiap anggota divisi syiar mengerjakan learning issue : studi literatur, bertanya pada orang yang kompeten, dll. - Kajian : setiap anggota mempresentasikan LInya. Mengambil kesimpulan. Lebih baik lagi sampai menentukan sikap. Menyusun rencana publikasi. - Melakukan konfirmasi : mengkroscek hasil kajian dengan ilmunya orang yang lebih berkompeten. - Mendokumentasikan hasil kajian menjadi dokumen rapi yang bisa dibaca siapa saja dan kapan saja Usulan Program Kerja - Kajian rutin anggota - Publikasi hasil kajian dengan cara yang sekreatif mungkin : seminar, propaganda media, festival poster,sehari berkafiyeh, dll. - Bulan syiar : rentang waktu tertentu dimana departemen-departemen syiar meningkatkan intensitas syiarnya sehingga tidak ada obyek syiar yang tidak terpapar oleh syiar. - Peringatan hari besar islam&hari-hari penting yg sekiranya bisa dieksplorasi untuk menyebarkan nilai-nilai keislaman (hari kartini, world hijab day, nakba day, dll) - Syiar pelayanan : menyentuh kehidupan sehari-hari dan kebutuhan “dasar” obyek-obyek syiar. - Optimalisasi media - Upgrading pengurus : terutama membekali juru-juru syiar dengan kemampuan yang menunjang seperti kemampuan edit foto, disain sederhana, dll. Hal-hal kecil semacam ini selalu jadi masalah klasik. Syiar UNIVERSAL | 43 - Pengumpulan hasil-hasil kajian syiar menjadi sesuatu yang bisa diakses siapa saja sehingga bisa menjadi media rujukan. (contoh : seorang mahasiswa ingin tahu hukum rokok dalam islam. Dia teringat dulu departemen syiar DKM pernah mengkajinya, dia mengakses blog departemen syiar, atau pergi ke perpustakaan masjid untuk membaca dokumen-dokumen hasil kajian) Syiar AKADEMI & PROFESI | 44 5 syiar akademi & profesi Urgensi Islam adalah agama yang syammil (sempurna). Universalitas islam ini meliputi 3 dimensi yaitu syumuliyatul zaman (universal dalam zaman), Syumuliyatul Minhaj (pedoman hidup yang universal) dan syumuliyatul makan (Universal dalam tempat). Dalam syumuliyatul Minhaj ini, kita diminta untuk berdakwah sehingga ajaran islam ini terus tersebar. Dakwah bertujuan mengajak manusia kepada kebenaran dan mencegah mereka melakukan perbuatan yang dilarang Allah. Dikatakan bahwa dakwah harus disampaikan dengan Hikmah. Jangan sampai ada cara yang tidak baik karena bisa menyebabkan kontraproduktif dengan dakwah. Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah Yang Mahatahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS an-Nahl [16]: 125). Sebagai muslim kita harus menjalani kehidupan sesuai dengan pedoman agama kita yaitu Al Qur’an. Begitu juga dalam menjalankan aktivitas kita sebagai dokter nantinya. Ketika melakukan suatu tindakan harusnya hal yang kita jadikan pertimbangan untuk menjalankannya adalah Islam. Nah, untuk bisa mencapai tingkatan ini tentunya kita mulai dari hal-hal dasar dulu dan dekat dengan bidang kita. Sesuai bidang kita yaitu syiar maka disini kita untuk mendekatkan muslim kepada Islam itu lewat hal-hal yang berkaitan dengan kedokteran. Jadi concern kita disini memang benar- benar hal-hal dalam kemudian ditinjau dari aspek kedokteran. Di Al Qur’an terdapat banyak ayat yang menjelaskan mengenai ilmu yang kita pelajari dikedokteran. Contoh tersering adalah ayat mengenai embrio. Syiar AKADEMI & PROFESI | 45 Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS 23 : 12-14) Kalau kita bandingkan dengan yang kita pelajari maka terlihat bahwa ilmu yang baru diketahui ilmuwan sudah ada didalam Al Qur’an. Aspek ini bisa terus kita gali untuk semakin meningkatkan keimanan dan meningkatkan kecintaan kita kepada Allah SWT. Aspek ini juga bisa menggaet temanteman yang menyukai ilmu-ilmu kedokteran untuk mulai mempelajari islam. Lewat aspek ini, kecintaan kita baik terhadap ilmu kedokteran maupun Islam akan terus meningkat. Sehingga tidak ada kata bosan untuk terus mencari ilmu. Ini juga merupakan bagian dari usaha kita untuk berdakwah sesuai ‘bahasa kaumnya’. Konsep kedokteran Islam tidak terbatas pada thibbun nabawi saja, namun lebih luas lagi. Misalnya bagaimana dalam kehidupan sehari-hari dalam keprofesian kita menggunakan Islam dalam kerangka pemikiran kita. Misalnya dalam penggunaan kertas kita seefektif mungkin untuk menjauhi hal-hal yang mubazir. Contoh lainnya menggunakan paradigm positif dalam menghadapi penyakit. “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahankesalahannya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573) Dengan memahami hal ini tentunya kita yang sedang diuji dengan sakit akan cenderung lebih sabar dalam menghadapinya. Kalau dokternya sudah paham, perlahan-lahan hal ini bisa ditanamkan kepada pasiennya. Sehingga apapun yang terjadi terhadap diri kita, kita akan lebih positif dalam menghadapinya dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Sang maha penyembuh. Atau ketika menghadapi masalah etika, misalnya Aborsi. Kondisi yang bisa saja kita hadapi ini akan kita pertimbangkan berdasarkan aturan Islam. Penting untuk menyiarkan Islam lewat aspek kedokteran ini, khususnya bagi para calon dokter. Perlahan-lahan kita ‘meracuni’ pola fikir para calon dokter dengan hal-hal yang baik . Lingkup kerja Sasaran : Syiar akademi dan profesi di lingkungan kampus bisa melibatkan banyak pihak diantaranya : mahasiswa kedokteran, dokter, staf di Fakultas Kedokteran tersebut. Syiar AKADEMI & PROFESI | 46 Kajian (how to? teknis? Rekomendasi bahan kajian) Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk kajian. Tergantung kepada kenyamanan internal departemen tersebut. beberapa hal yang pernah penulis lakukan saat menjadi kadiv medical islam DKM Asy Syifaa’ FK Unpad adalah sebagai berikut : 1. Menentukan tema kajian. Penentuan tema kajian ini bisa dilakukan dengan beberapa cara. Menyebar angket kepada mahasiswa fakultas kedokteran. Bisa dilakukan lewat kotak angket maupun menyebarkan secara langsung kepada tiap tingkat. Didalam angket tersebut diberikan beberapa pilihan tema disertai pertanyaan terbuka mengenai topik yan ingin diketahui oleh mahasiswa tersebut…. Tentukan berdasarkan system yang sedang dibahas saat itu. Timbang kebutuhan lapangan saat itu apa, sehingga hasil kajian yang didapatkan diharapkan bisa menjawab kebutuhan di lapangan 2. Tanamkan terlebih dahulu urgensi kenapa tema itu dipilih terutama kepada peserta kajian (pengurus departemen tersebut). 3. Tentukan waktu yang fix untuk kajian. 4. Dalam satu tema, contohnya “manfaat puasa terhadap kesehatan”. tema ini akan dibahas dari sisi kedokteran dan sisi islamnya, baik berupa fiqih atau masalah lainnya. Untuk sisi kedokteran bisa dibahas dari sudut pandang anatomi, fisiologi ataupun hal lainnya yang disesuaikan dengan tujuan kajian tersebut. Begitu juga dengan sisi islamnya, bisa dibahas dari tinjauan fiqih. 5. Dari tema yang diangkat, ditentukan hal-hal yang ingin digali. Pada pertemuan pertama, hal-hal tersebut di list lalu ditugaskan kepada masing-masing anggota untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. 6. Pada pertemuan selanjutnya, masing-masing anggota melakukan presentasi tugas-tugas tersebut. setelah dipresentasikan, lakukan tanya jawab. Setiap pertanyaan maupun jawaban dinotulensikan. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab, maka pertanyaan tersebut dicatat dan dijadikan tugas untuk pertemuan selanjutnya. 7. Setiap argumen yang dikeluarkan dalam kajian harus bisa dipertanggungjawabkan (disertai referensinya) Referensi untuk tugas: untuk sisi kedokterannya : merujuk pada buku kedokteran atau website/blog/buku dari penulis yang sudah valid kebenarannya berdasarkan hasil konfirmasi ke buku kedokteran untuk sisi Islam : merujuk pada Alqur’an dan Hadist atau buku-buku keislaman lainnya Dalam kajian, peserta tidak menafsirkan ayat didalam Alqur’an. apabila ada hal yang dibingungkan mengenai suatu ayat,langsung dibaca lagi tafsirnya dan harus mengetahui asbabun nuzulnya (sebab-sebab turunnya ayat). Beberapa buku maupun situs yang bisa dijadikan referensi : Al Qur’an Riyadhus Shalihin Tafsir Al Qur’an textbook kedokteran tercinta . zadul maad jilid 4 karangan ibnu qayyim al jauziyah. Buku ‘bunga rampai kedokteran islam’ Situs : http://omarkasule.tripod.com/ Buku karangan pak Tauhid Nur Azhar. Syiar AKADEMI & PROFESI | 47 Hasil penelitian yang udah dipublikasikan diinternet (jurnal) Dan banyak sumber lainnya. 8. ada mekanisme konfirmasi kepada ahli dibidang masing-masing: Sisi kedokteran (basic science dan lain lain) dikonfirmasikan kepada dokter yang mempunyai kompetensi sesuai bidang yang sedang dikaji Sisi Islam dikonfirmasikan kepada ustad yang mempunyai kompetensi sesuai bidang yang sedang dikaji 9. Keputusan kajian yang akan dipublikasikan disepakati dulu oleh semua peserta kajian dan setelah dikonfirmasi lagi ke Dokter dan / ustad. 10. Setelah selesai mengkaji suatu tema, maka sampailah kita pada fase publikasi hasil kajian. Publikasi bisa dilakukan pada satu pertemuan rutin. Waktu melakukan kajian berama divisi medical islam DKM Asy Syifaa’ FK Unpad, kami mengerjakannya dalam waktu 3 minggu. Lalu hasil kajiannya dipublikasikan melalui ta’lim dari divisi kedokteran islam. Berikut beberapa contoh publikasi dari kajian yang pernah dilakukan : Tema aktivasi otak tengah ini masih merupakan kontroversi. Tema ini berhasil mengundang banyak orang pada ta’lim pertama divisi Medical islam DKM Asy Syifaa’ FK Unpad. Ta’lim ini mempunyai 2 sesi. Sesi pertama merupakan presentasi hasil kajian oleh mahasiswa kemudian dilanjutkan oleh narasumber yaitu seorang dokter. Syiar AKADEMI & PROFESI | 48 Medical Islam Exhibition 2 ini merupakan puncak syiar kedokteran islam yang dilakukan oleh divisi Medical Islam DKM Asy Syifaa’ tahun 2011. Event ini dilaksanakan seharian dengan menampilkan beberapa rangkaian acara dengan tema besar mengenai “Keajaiban Sholat”. Lewat event ini saya semakin menyadari bahwa antusias mahasiswa maupun masyarakat umum terhadap kedokteran islam sangat tinggi. 11. Notulensikan semua hasil kajian, baik berupa file maupun foto. Hasil kajian ini bisa diturunkan kepada pengurus tahun selanjutnya. Sebaiknya dibuat juga situs yang memuat semua kegiatan yang pernah dilakukan oleh departemen tersebut supaya notulensi kegiatan tersebut tersusun rapid an mudah diakses oleh pengurus selanjutnya Usulan program kerja 1. Kajian rutin setiap minggu 2. Ta’lim rutin sebagai media syiar hasil kajian 3. Pembuatan buletin kedokteran islam 4. Pelatihan untuk peningkatan kompetensi dokter muslim Adapun untuk aspek yang bisa dikembangkan dalam pemilihan tema meliputi banyak hal. Berikut merupakan contoh aspek yang dibuat oleh dr Hilmi Sulaiman Rathomi (ketua Tim core competence FK UI) . Syiar AKADEMI & PROFESI | 49 1. Aspek aqidah Artinya kita berusaha meningkatkan pemahaman tauhid dan level keimanan melalui ilmu kedokteran. Memahamkan kepada manusia untuk terus memikirkan penciptaan Allah dimuka bumi. Aspek ini dicapai dengan cara mengkaji ayat Al Qur’an maupun hadist yang berkaitan dengan kesehatan, mencari hikmah kesehatan dari ibadah. Contoh tema : - Manfaat shalat terhadap kesehatan - mengkaji ayat mengenai embriologi, kulit dan lain-lain - Mengkaji mengenai potensi otak dan perintah kepada manusia untuk terus berfikir dan mengambil hikmah di muka bumi. 2. Aspek akhlaq Aspek ini dicapai dengan mengkaji bagaimana etika praktik kedokteran yang dilakukan oleh para dokter muslim. 3. Aspek Fiqih, Aspek ini dicapai dengan mengkaji hukum halal/haramnya suatu tindakan medis (kontemporer) lewat kacamata syari’ah. 4. Aspek shirah kita belajar dan mengambil hikmah dari praktik pengobatan di masa nabi dan para sahabat, serta periode emas kedokteran islam, sehingga dapat kita terapkan di masa sekarang untuk kembali mencapai puncak kedokteran islam. 5. Aspek kafa’ah kita berupaya mendorong peningkatan kompetensi para dokter muslim, baik dari sisi medis dan non medis agar memiki kualifikasi yang mumpuni untuk melakukan praktik kedokteran secara maksimal. Contoh aplikasinya : pemahaman manfaat khitan terhadap kesehatan kemudian dilanjutkan dengan pelatihan khitan. Syiar AKADEMI & PROFESI | 50 Kurikulum Kedokteran Islam Kurikulum kedokteran islam merupakan kurikulum yang memuat mengenai aspek-aspek islam dari setiap pembahasan kedokteran yang didapatkan ketika kuliah. Kurikulum kedokteran ini bisa dipakai sebagai acuan untuk mentoring atau dimasukkan kedalam kurikulum pelajaran agama di masing-masing universitas. Saat ini departemen kajian kedokteran islam DEP FULDFK telah membuat contoh kurikulim kedokteran islam yang bisa diterapkan. Harapannya dengan adanya kurikulum ini, syiar kedokteran islam bisa menjangkau sasaran yang lebih luas dan dilaksanakan dengan konsisten. Syiar KEMASJIDAN | 51 6 SYIAR kemasjidan Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menuaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” – QS. At-Taubah : 18 Urgensi Hampir seluruh muslim sivitas akademika fakultas pasti mengunjungi masjid atau setidaknya pernah mengunjungi masjid kampus baik untuk melakukan ibadah shalat ataupun kegiatan lainnya. Dikarenakan dapat dipastikan ramainya muslim yang datang ke masjid setiap harinya, membuat masjid yang lembaga dakwah fakultas miliki ini menjadi sarana yang potensial untuk dimanfaatkan dalam bersyiar. Masjid merupakan sarana utama yang dapat digunakan untuk melaksanakan semua kegiatan dari lembaga dakwah fakultas. Lembaga Dakwah Fakultas dapat Mengoptimalkan fungsi masjid menjadi sarana yang produktif dalam pelaksanaan agenda-agenda syiar keislaman. Untuk mengoptimalkan serta memberikan manfaat besar dalam penyelenggaraan syiar islam di fakultas, Lembaga dakwah fakultas berperan dalam melaksanakan berbagai macam aktivitas syiar islam di dalam masjid serta diimbangi dengan tersedianya fasilitas penunjang berbagai aktivitas di dalam masjid. Bukan hanya menjadikan masjid sebagai sarana untuk beribadah wajib saja namun juga LDF mengupayakan terciptanya berbagai aktivitas islami lainnya, seperti aktivitas kajian islami dan politik, aktivitas pendidikan dan pembinaan islam, aktivitas sosial dan budaya, tepat untuk syuro’ serta Syiar KEMASJIDAN | 52 aktivitas umum seperti perekonomian maupun akademik. Masjid oleh sebagian orang juga difungsikan sebagai tempat beristirahat sejenak dari kegiatan perkuliahan ataupun menjadi tempat untuk silaturrahim dan sekadar bertegur sapa dengan teman-teman kampus. Dimasjidlah berbagai aktivitas islami maupun umum tersebut terlaksana. Hal umum lainnya yang mungkin sering kita temukan adalah mahasiswa menggunakan masjid sebagai tempat diskusi mengenai materi akademik kita, tempat belajar bersama dan juga tempat untuk mengerjakan tugas kuliah. Dengan adanya beragam aktivitas di masjid dapat menciptakan masjid yang ramai setiap waktu tidak hanya saat shalat berjamaah saja. Dengan pengelolaan masjid yang baik dan profesional ditunjang dengan aktivitas dan fasilitas yang baik pula diharapkan masjid bisa menjadi salah satu tempat yang paling nyaman untuk sivitas akademika dan menarik banyak massa untuk belajar islam. Peran Syiar masjid juga menyangkut perihal manajemen masjid bagaimana mengelola sarana ibadah ini menjadi tempat yang bermanfaat. Disini kita menempatkan sarana masjid yang LDF miliki sebagai sarana yang bermanfaat besar bagi seluruh sivitas akademika dan juga sebagai pusat kegiatan dari dakwah LDF. Lembaga Dakwah Fakultas harus menjadi penggerak utama dalam membangun dan mengembangkan sebuah masjid menuju masjid ideal. Melalui sarana masjid yang dikelola secara optimal dengan berbagai aktivitas islam dan ditunjang fasilitas yang membuat sivitas akademika nyaman dan tertarik untuk beraktivitas dimasjid, kita dapat membangun peradaban islam dimulai dari masjid-masjid fakultas yang kita miliki. Lingkup kerja Dari uraian mengenai urgensi syiar kemasjidan diatas maka, lingkup kerja dari syiar kemasjidan dapat diktegorikan menjadi dua hal: 1. Manajemen pengelolaan masjid: syiar kemasjidan bertanggung jawab dalam memastikan membuat masjid menjadi nyaman, memastikan tersedianya fasilitas penunjang kegiatan di masjid seperti alat shalat, pengeras suara, serta fasilitas penunjang lainnya yang dibutuhkan. Selain itu juga kemasjidan bertanggung jawab atas kebersihan serta kerapihan dari masjid dengan cara meregulasi piket untuk kebersihan masjid membuat aturan-aturan sebagai upaya membuat masjid menjadi rapih dan bersih, serta mengelola fasilitas tambahan seperti perpustakaan masjid dan koperasi masjid. 2. Melaksanakan agenda-agenda yang bertujuan sebagai upaya membuat masjid menjadi tempat ramai dan aktif untuk kegiatan-kegiatan islami, menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan utama dalam bersyiar. Usulan program kerja 1. Tahsin: memfasilitasi semua mahasiswa yang ingin memperbaiki bacaan al-qur’an 2. Kajian Islam/ta’lim: bisa dijadikan agenda rutin pekanan atau bulanan, untuk materi yang diberikan dapat berupa kajian fiqh-fiqh dengan menghadirkan ustad yang ahli dibidangnya. Kajian Islam/ta’lim juga bisa dikemas sekaligus dengan kegiatan buka bersama puasa sunnah senin-kamis dengan menyediakan ta’jil gratis bagi mahasiswa yang menghadiri kegiatan kajian islam/ta’lim tersebut. 3. Pelaksanaan shalat jum’at: meregulasi pelaksanaan kegiatan shalat jumat rutin, menyediakan khatib dan muazin. Syiar KEMASJIDAN | 53 4. Perpustakaan masjid: menyediakan berbagai buku islami maupu buku umum dan juga al-qur’an yang dapat dipinjam dan dibaca bebas oleh sivitas akademika 5. Pembacaan hadist/kultum setiap ba’da shalat: pemberian siraman rohani singkat diwaktu yang singkat. Waktu-waktu ba’da shalat merupakan waktu dimana mahasiswa berdatangan ke masjid. 6. Pengadaan air minum gratis: menyediakan air minum isi ulang yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa sebagai penghilang dahaga 7. Bersih-bersih masjid: membersihkan masjid secara rutin untuk menciptakan lingkungan yang nyaman 8. Pelatihan khatib dan menjadi khatib jum’at: membuka kesempatan untuk mahasiswa yang ingin belajar menjadi khatib dan langsung mempraktikkannya disaat khutbah jum’at 9. Gebyar Ramadhan: tarawih, buka bersama, i’tikaf, penerimaan zakat 10. Qurban: pelaksanaan pemotongan hewan qurban, menjadi panitia penerima hewan qurban. 11. Pengadaan mading keislaman: mengisi masjid dengan informasi-informasi seputar islam melalui papan pengumuman atau papan informasi di dalam masjid. 12. Pengadaan kotak infak masjid: sarana mahasiswa untuk beramal 13. Mabit: mengadakan agenda rutin malam bina iman dan taqwa berupa kajian malam, shalat malam. 14. Kegiatan sosial: kita dapat membuat agenda bakti sosial didalam masjid seperti mengundang anak jalanan, anak yatim-piatu, warga sekitar kampus dalam kegiatan keislaman atau kegiatan kesehatan. 15. Tahfidz 16. Penyediaan fasilitas penunjang masjid: wi fi, kipas angin, pengeras suara, Air conditioner 17. Penyediaan alat sholat: sarung,sajadah dan mukena 18. Event syiar: bedah buku, bedah film ataupun training motivasi 19. Konsultasi keislaman: penyediaan kotak tanya ustad, kita dapat menyediakan sebuah kotak didepan masjid beserta dengan kertas dan alat tulisnya. Hal ini bertujuan apabila ada mahasiswa yang ingin menanyakan beberapa hal seputar keislaman, kertas-kertas pertanyaan nantinya akan diberikan ke ustad yang sesuai dan hasilnya diberikan kepada mahasiswa yang bertanya 20. Pengadaan koperasi islami: menyediakan keperluan-keperluan mahasiswa berupa alat tulis, fotokopi, makanan serta minuman DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 54 7 sistem organ kepengurusan ekstra ldfk “dan (bagi) orang-orang yang mematuhi seruan Tuhan mereka, melaksanakan shalat, serta urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” – QS. Asy-Syura : 38 -Al Baqarah : 233“…Apabila keduanya (suami istri) ingin menyapih anak mereka (sebelum dua tahun) atas dasar persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya…” -Ali Imran : 15“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah, engkau (Muhammd) bersikap lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras, niscaya mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (tertentu). Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” M ari awali pemahaman kita pada bagian ini dengan kembali kepada hal yang asasi, pegangan umat islam, yakni Al Qur’an. Al Baqarah : 233 menjelaskan tentang bagaimana seharusnya hubungan suami istri saat mengambil keputusan yang berkaitan dengan rumah tangga dan anak-anak, seperti menyapih anak. Ali Imran : 15 mengisahkan tentang perintah Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad SAW DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 55 untuk memusyawarahkan persoalan-persoalan tertentu dengan sahabat atau anggota masyarakatnya. Asy-Syura : 38 menyatakan bahwa Allah memberikan ganjaran yang lebih baik dan kekal di sisiNya bagi orang-orang yang dinyatakan dalam ayat tersebut. Ayat ini turun sebagai pujian kepada kelompok muslim Madinah (anshar) yang bersedia membela Nabi SAW dan menyepakati hal tersebut melalui musyawarah yang mereka laksanakan di rumah Abu Ayyub Al-Anshari. Dari ketiga ayat di atas dapat disimpulkan bahwa musyawarah adalah hal yang sangat penting dalam setiap segi kehidupan. Penghasilan suatu keputusan haruslah dibuahkan dari musyawarah. Baik itu dalam hal kecil hingga besar, mulai dari urusan rumah tangga dan anak-anak, hingga urusan pemerintahan dan negara. DR. Taufiq Asy-Syawi dalam bukunya yang berjudul “Syura” menjelaskan tentang asas musyawarah dalam arti universal yaitu eksistensi jamaah, hak-hak, dan pertanggungawabannya diambil dari solidaritas seluruh individu. Pendapat, kehendak, maupun pemikiran orang-orang yang terlibat dalam musyawarah merupakan representasi dari solidaritas kolektif. Ketetapan yang diambil didasarkan kepada hasil tukar pikiran dan perbincangan di antara mereka, yang dalam hal ini setiap peserta musyawarah memiliki kebebasan mengeluarkan pendapat dan membantah pendapat orang lain. Saya tidak bermaksud mengulangi pembahasan sebelumnya mengenai “Manajemen Syura”, akan tetapi, apa yang akan dijelaskan pada bab ini tidak terlepas dari pemahaman kita mengenai musyawarah. Urgensi, bentuk, serta fungsi dari organ ekstra kepengurusan LDFK bisa jadi merupakan hal yang sangat rumit atau mungkin simpel sama sekali. Kondisi ini sangat ditentukan oleh variasi SWOT masing-masing LDFK. Oleh karena itu, yang ingin saya tegaskan disini bahwa prinsip organ ekstra tersebut adalah “Musyawarah”. Kondisi idealnya adalah setiap keputusan yang dihasilkan oleh sebuah LDFK merupakan keputusan yang terbaik secara proses maupun hasil dan itu tak akan mungkin diraih tanpa suatu musyawarah yang baik pula. InsyaAllah, keberadaan organ ekstra ini merupakan sarana untuk menghadirkan musyawarah-musyawarah yang baik, sehingga dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang juga baik. Definisi Sebelum melangkah lebih jauh, mari sedikit kita pudarkan kebingungan, “apa sih organ ektsra yang dimaksud dalam bab ini?” Saya yakin, sebagai mahasiswa kedokteran teman-teman sudah tidak asing lagi dengan kata ‘organ’. Kamus Kedokteran Dorland mendefinisikan kata organ sebagai bagian tubuh yang mempunyai fungsi khusus. Terjawab sudah kata organ. Lalu, “apa maksudnya ‘ekstra’?” Ekstra disini berasal dari kata eksternal (di luar dari sesuatu). Jadi, organ ekstra adalah suatu badan yang mempunyai fungsi khusus di luar ‘sesuatu’. Apakah sesuatu itu? Seperti judul bab ini, sesuatu itu adalah kepengurusan LDFK. Berarti organ ekstra kepengurusan LDFK bisa didefinisikan sebagai sesuatu apapun itu yang berada di luar kepengurusan LDFK namun keberadaannya memiliki fungsi tertentu. Kepengurusan yang saya maksud disini adalah Pengurus Harian -begitulah saya membahasakannya-, it means orang-orang yang terlibat dalam kerja-kerja rutin / eksekutif / pelaksana dari LDFK, mulai dari ketua hingga staf. Terkait dengan pembahasan sebelumnya, kenapa akhirnya saya membahas ini, karena sesuatu yang berada di luar pengurus harian tersebut akan membantu terwujudnya keputusan-keputusan DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 56 terbaik melalui berbagai macam variasi mekanisme musyawarah yang bisa tercipta. Variasi musyawarah bergantung dari bagaimana variasi bentuk organ ekstra dan hubungannya dengan pengurus harian. Namun, sebelum hal itu kita bahas, mari kita dalami dulu mengenai urgensinya, karena hal tersebut yang akan menjadi faktor signifikansi bermanfaat atau tidaknya keberadaan suatu organ ekstra. Bisa jadi suatu LDFK tidak butuh ada organ ekstra, karena tidak mencapai urgensinya, seperti yang akan saya paparkan setelah ini. Penasaran? Yuuuk, lanjut terus bacanya Urgensi dan Peran Organ Ekstra Banyak LDFK menerapkan sistem yang inklusif dalam keangotaannya. Maksudnya, LDFK tersebut tidak hanya beranggotakan orang-orang yang terlibat dalam pengurus harian saja, namun juga mahasiswa muslim yang tidak mengikuti kepengurusan. Karena banyak yang berpikiran bahwa LDFK bukanlah milik mereka yang aktif atau ikut kepengurusan saja. LDFK adalah wadah keagamaan di fakultas yang seyogyanya menghimpun seluruh muslim, milik semua muslim, namun di banyak kampus yang jumlah mahasiswa muslimnya cukup banyak, tidak semua berminat / bersedia untuk terlibat aktif di LDFK, beda halnya seperti organisasi keagamaan lain seperti keluarga mahasiswa katolik, protestan, atau budha yang cenderung jumlah mahasiswanya lebih sedikit dibanding muslim sehingga semua orang secara otomatis terlibat dalam organisasi himpunan mereka masing-masing. Tapi, kondisi ini tidak bisa digeneralisir, karena tidak semua kampus fakultas kedokteran memiliki jumlah mahasiswa muslim yang lebih banyak. Kembali kepada topik pembahasan LDFK yang inklusif. Pertanyaannya adalah, “apakah hakikat dari LDFK yang beranggotakan semua muslim?”, “apakah ini hanya sekedar simbol atau sebatas slogan pencitraan?” Fenomena yang mungkin terjadi adalah anggota non pengurus tak pernah terdeskripsikan secara jelas peran serta yang bisa mereka perbuat untuk LDFK maupun hak yang mereka bisa dapat dari adanya LDFK. Setiap aturan harus memiliki konsekuensi tertentu terhadap adanya aturan tersebut. Jika akhirnya keberadaan sebuah aturan tidak signifikan dampaknya, ada hal yang harus dievaluasi, entah itu ‘aturannya memang tidak perlu ada’ atau ‘ada sesuatu yang kurang tepat dalam pelaksanaannya’. Begitu juga dengan AD/ART LDFK yang mengatur bahwa anggotanya adalah seluruh muslim. Harus ada konsekuensi nyata dari hal tersebut. Entah itu akhirnya anggota non pengurus menjadi punya peluang untuk berkontribusi kepada LDFK maupun mereka menjadi punya hak tertentu terhadap LDFK. Jika salah satu dari dua hal tersebut tak ada pada anggota non pengurus, saya pikir tak perlulah menylogankan ‘LDFK kita adalah milik semua muslim’, karena pada akhirnya tak ada bedanya dengan ‘LDFK ini beranggotakan orang-orang yang terlibat aktif di dalamnya’ saja. Bukan bermaksud skeptis, setidaknya kita mencoba untuk berintegritas dalam level lembaga dan mungkin secara kinerja akan menjadi lebih baik jika kita mengakui bahwa LDFK kita memang eksklusif karena program bisa difokuskan untuk internal pengurus. Kondisi ini mungkin untuk terjadi pada LDFK yang jumlah mahasiswa muslim di fakultasnya minoritas. DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 57 Menciptakan hak anggota non pengurus adalah hal yang mudah. Hak anggota non pengurus bisa kita rancang dengan mencantumkan di AD/ART bahwa setiap muslim di fakultas berhak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh LDFK seperti mentoring, ta’lim, ataupun acaraacara yang lainnya . Mudah, karena tak perlu menuntut effort dari anggota non pengurus. Lalu bagaimana dengan peran? Anggota non pengurus bukanlah orang yang mendaftarkan diri secara volunteer untuk meluangkan tenaganya secara sukarela demi keberlangsungan LDFK. Aneh memang, menuntut peran dari orang yang tak punya kewajiban terikat kepada organisasi. Namun, kita sedang mencoba menjalankan konskuensi AD/ART yang menginginkan semua muslim menjadi anggota dari LDFK. Untuk itulah organ ekstra hadir, mencoba menjembatani kesempatan untuk berperan di LDFK tanpa harus menjadi pengurus harian. Berperan disini, bukan berarti memberi kewajiban kepada anggota non pengurus, akan tetapi, cukup memberikan peluang kepada mereka. Mereka akhirnya ingin berperan atau tidak, itu akhirnya pilihan masing-masing. At least, setidaknya kita telah mencoba menjalankan konsekuensi dari AD/ART. Lalu, peran apa saja sebenarnya yang bisa dilakukan oleh angota non pengurus dengan adanya organ ekstra? Yang perlu diingat, pengurus harian sebagai eksekutif bertanggung jawab terhadap berlangsungnya aktifitas harian LDFK. Berarti, organ ekstra berperan untuk hal-hal yang di luar aktifitas keseharian tersebut, dalam hal ini, sepertinya tak salah jika saya bahasakan sebagai ‘hal-hal strategis’. Hal strategis apa saja yang dapat dilakukan oleh organ ekstra? InsyaAllah akan saya bahas di bagian selanjutnya Perangkat Organ Ekstra Terdiri dari apa saja organ ekstra, bagaimana fungsinya, bagaimana mekanisme kerjanya bisa sangat bervariasi, tergantung kondisi LDFK masing-masing, yang pada prinsipnya melibatkan orangorang di luar kepengurusan harian untuk hal-hal strategis. Hal yang saya paparkan di bawah ini bukanlah suatu hal yang mutlak, mungkin masih banyak hal yang luput dari pengamatan, pembelajaran, serta pengalaman saya. Meski tak sempurna, insyaAllah tak ada salahnya membagi hal tersebut lewat tulisan ini. Berikut adalah perangkat-perangkat yang dapat diadakan pada organ ekstra beserta fungsifungsi terkait hal strategis organisasi yang dapat dilaksanakannya: 1. Musyawarah Besar atau Muktamar Tak ada perbedaan yang signifikan antara musyawarah besar atau muktamar, hanya beda nama dan mungkin pencitraan saja. Untuk membuat lebih simpel serta menyeragamkan penggunaan sebutan perangkat jenis ini pada tulisan ini, saya akan mengistilahkannya dengan “Mubes” (Musyawarah Besar). Core point dari Mubes adalah: a. Musyawarah insidental Musyawarah insidental adalah musyawarah yang tidak terus-terusan dilaksanakan oleh pengurus. Musyawarah yang tidak terus-terusan ini dapat diadakan dengan berbagai macam tujuan. Contoh, jika ada suatu hal di luar dugaan yang terjadi pada LDFK, dan hal tersebut berkaitan dengan eksistensi organisasi, maka LDFK dapat melangsungkan suatu musyawarah istimewa. Namun, tujuan tersebut juga tak mesti selalu hal yang di luar dugaan, seperti musyawarah awal atau akhir tahun sebuah LDFK. Musyawarah tersebut rutin diadakan setiap tahun dan tentunya harus terencana dengan baik, it means bukan hal DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 58 yang di luar dugaan. Agenda-agenda yang biasa ada disana seperti penetapan AD/ART atau GBHD baru maupun revisi, pemilihan ketua, pelaporan LPJ, pengesahan proker setahun ke depan, dan lain-lain. Oleh karena itu, mungkin kurang tepat jika saya sebut Mubes sebagai musyawarah yang ‘insidental murni’ karena dia dapat bersifat rutin yang tahunan. Namun, saya tetap memilih kata insidental karena pada prinsipnya dia hanya musyawarah yang dilaksanakan pada momen-momen tertentu saja. b. Tidak berbadan pengurus tetap Karena musyawarah-nya insidental, maka panitia yang bertugas melaksanakan musyawarahnya pun cukup bersifat temporary, dibentuk ketika akan dilangsungkan acara dan seketika bubar setelah musyawarah selesai. Musyawarah diadakan oleh panitia khusus, namun dapat dihadiri oleh orang-orang yang tidak terlibat di Pengurus Harian. 2. Dewan Pertimbangan / Penasihat Organisasi (DPO) atau Majelis Syura Seperti perangkat sebelumnya, Dewan Pertimbangan / Penasihat Organisasi (DPO) dan Majelis Syura tak memiliki perbedaan yang signifikan. DPO sendiri, mau namanya ‘pertimbangan’ atau ‘penasihat’, cukup sesuaikan dengan keadaan masing-masing LDFK. Oleh karena itu, dengan alasan yang sama seperti perangkat sebelumnya, dalam tulisan ini, untuk jenis perangkat ini saya memilih istilah “MS” (Majelis Syura). Core point dari MS mungkin akan berkebalikan dengan Mubes, namun mereka tak sepenuhnya berseberangan dalam hal fungsi, karena MS dapat mengambil beberapa fungsi dari Mubes atau MS membantu terlaksananya Mubes sesuai fungsi-fungsi yang telah dipaparkan di atas. Selain itu, MS juga bisa menjalankan fungsi selain yang dapat dilaksanakan Mubes, yaitu ‘pengawasan’. Jadi, apa saja core point MS yang berkebalikan dengan Mubes tersebut? a. Musyawarah rutin Musyawarah yang diadakan majelis syura bukan hanya musyawarah-musyawarah yang dilaksanakan pada momen tertentu saja. Akan tetapi ada bahasan yang harus dirapatkan oleh MS dalam pertemuan yang tak hanya satu atau dua kali saja setahun. Bahasan apa saja yang dibahas dalam MS? Hal tersebut akan sangat berhubungan dengan peran apa yang dibebankan kepada MS. Apa saja yang diperankan oleh MS insyaAllah akan lebih terjelaskan pada bagian selanjutnya tentang struktur organ ekstra. b. Berbadan pengurus tetap Jika Mubes diadakan oleh panitia insidental, MS diurus oleh suatu kepengurusan yang menjabat dalam jangka waktu tertentu, mostly satu tahun atau sama dengan lama masa jabatan pengurus harian. Orang-orang yang telah diamanahkan di MS pada awal masa kepengurusan bertanggung jawab terhadap kelangsungan MS termasuk kewenangankewenangan strategis yang dimilikinya. Hal inilah yang akhirnya membuat requirement keanggotaan MS dan Pengurus Harian berbeda, karena orang-orang yang berada di MS memiliki kewenangan khusus terkait hal-hal yang strategis bagi organisasi. Oleh karena itu, kita tidak bisa memilih orang secara sembarangan untuk terlibat di MS. Seperti yang terjadi di Keluarga Muslim (KAMI) Asy-Syifaa’ FK Unpad yang mensyaratkan: 1) Jenjang kader tarbiyah tertinggi, dan 2) Pernah menjadi Pengurus Harian, untuk dapat dipilih menjadi anggota MS. Jika akhirnya LDFK teman-teman menjadikan jenjang kader tarbiyah tertinggi sebagai syarat dan ternyata kader pada level tersebut berjumlah cukup banyak, MS bahkan dapat dipersempit dengan membentuk TIMS (Tim Inti Majelis Syura). TIMS dibentuk untuk menciptakan syura kecil dengan jumlah orang terbatas dengan kewenangan khusus, supaya DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 59 efektifitas dapat dicapai. Bayangkan jika kader level tertinggi di kampus teman-teman berjumlah 50 orang dan syura harus berlangsung dengan frekuensi 1x1 bulan atau bahkan 1x2 minggu, sudah pasti sang pemimpin syura akan kewalahan untuk melangsungkan pertemuan. Jika sekarang pertanyaannya adalah kenapa tidak dari awal membentuk MS dengan jumlah yang sedikit? Kenapa harus rumit-rumit membentuk lingkaran di dalam lingkaran (baca: TIMS di dalam MS)? Hal tersebut menjadi alternatif bagi LDFK yang ingin memberikan peluang kontribusi yang sama kepada setiap kader level tertinggi terhadap hal srategis organisasi, namun tetap efektif dalam keberjalanannya. Jadi, kesehariannya MS dijalankan oleh TIMS, dan beberapa kewenangan khusus dimusyawarahkan di MS. Ingat, kondisi ini baru bisa terjadi pada LDFK yang mensyaratkan jenjang kader tarbiyah tertinggi pada keanggotaannya dan orang-orang yang berada pada jenjang tarbiyah tertinggi tersebut berjumlah banyak. 3. Dewan Syariah Jika perangkat 1 & 2 diadakan dalam rangka meningkatkan kesempatan kontribusi bagi anggota non pengurus harian, perangkat 3 & 4 lebih ditujukan kepada penambahan pertimbangan bagi organisasi dari komponen non mahasiswa. Dewan Syariah, seperti namanya, dia adalah perangkat yang terdiri dari orang-orang yang paham ‘syariah islam’. Oleh karena itu, LDFK dapat melibatkan ustadz/ah dalam perangkat ini, seperti Gamais ITB yang mencantumkan hal tersebut dalam Blueprint 2008-2013 nya. Tidaklah sebuah keharusan, akan tetapi, jika LDFK teman-teman sudah berada dalam kondisi yang cukup establish untuk meningkatkan arus koordinasi, insyaAllah akan lebih baik jika proker atau hal strategis di LDFK ikut dipertimbangkan sesuai atau tidaknya dengan syariat oleh orang yang memang berkapabilitas untuk itu, seperti ustadz/ah. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan integritas lembaga yang kental dengan kegiatan-kegiatan islami. 4. Pembina Dewan Syariah dan Pembina dapat serupa fungsinya, meskipun pembina dapat memiliki peran yang lebih. Mereka sangat terbedakan oleh komponen yang terlibat di dalamnya. Jika Dewan Syariah melibatkan ustadz/ah karena kapabilitas keislamannya, Pembina melibatkan dosen fakultas. Selain dapat menambah pertimbangan organisasi, Pembina insyaAllah juga dapat memudahkan kita dalam hal birokrasi, karena lembaga kita bukanlah lembaga independen yang lepas di masyarakat, akan tetapi merupakan organisasi kemahasiswaan yang terikat dengan lembaga pendidikan. Semoga dengan keberadaan Pembina, LDFK mendapatkan bargaining position yang lebih baik di dekanat maupun kemahasiswaan. Bentuk Struktur dan Alur Hubungan antara Organ Ekstra dengan Pengurus Harian Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa pengadaan perangkat organisasi dapat bervariasi tergantung bagaimana kondisi LDFK masing-masing. Ketika perangkat organisasi lebih dari satu, maka penting untuk memperhatikan organigram karena beda bentuk akan menghasilkan mekanisme kerja yang juga berbeda. Oleh karena itu, dalam organisasi tidak ada benar dan salah, yang ada hanya tepat dan tidak tepat, tergantung analisis ‘kekinian’ dan ‘kedisinian’ LDFK masingmasing. Di bawah akan diuraikan apa saja opsi yang dapat dipilih terkait pengadaan perangkat organisasi dan alur hubungannya. Karena kondisi LDFK berbeda-beda, maka silahkan teman-teman DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 60 sesuaikan organigram di bawah dengan situasi kampus masing-masing. InsyaAllah, apa yang akan dipaparkan di bawah diurutkan mulai dari yang paling urgen sehingga teman-teman dapat menganalisis dan menentukan berdasarkan prioritas. Note: Garis panah tidak putus-putus: alur komando / instruksional Garis putus-putus: alur koordinasi Penjelasan Simbol Organigram 1. LDFK dengan perangkat organisasi tunggal PH Jika fase dakwah Rasulullah memiliki fase Makkiyah, dimana pada saat awal itu jumlah pengikut Rasul masih sangat sedikit, begitu juga hal yang dapat terjadi pada LDFK. Pada saat suatu LDFK baru terbentuk, maka hal yang paling urgen untuk dikokohkan dan distabilkan keberlangsungannya adalah ‘Pengurus Harian’. Karena yang menjadi fokus kita pada saat itu adalah untuk memunculkan dan mempertahankan eksistensi organisasi dan itu akan berkaitan dengan pembinaan para kader dan pengurus. Jadi, pada situasi ini, semua hal dikerjakan oleh PH. Mulai dari eksekusi proker hingga hal-hal strategis seperti regenerasi kepengurusan, LPJ, dan lain-lain. 2. LDFK dengan 2 perangkat organisasi Jika LDFK telah berada dalam kondisi yang cukup establish dan SDM cukup, maka LDFK dapat mengembangkan organigram dengan menambah satu perangkat organ ekstra dengan tujuan: 1) Mengurangi beban kerja Pengurus Harian dan meningkatkan fokus kerja masingmasing perangkat, dan 2) Menjawab urgensi seperti yang telah disampaikan di atas. Jika hanya ingin menambah satu perangkat organisasi, maka kita harus memilih antara Mubes dan MS. Manapun Berikut analisis masing-masingnya: Mubes MS MS PH PH Dalam hal ini Mubes memiliki garis komando terhadap PH. Mubes menjadi lembaga tertinggi LDFK sehingga setiap hal yang diputuskan dalam Bentuk organigram seperti di atas mirip dengan yang di sebelah kiri, MS memiliki komando terhadap PH. Akan PH Pada bentuk struktur di atas, tidak ada perangkat yang berperan sebagai lembaga tertinggi, karena hubungan yang muncul antara PH dan MS DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 61 musyawarah tersebut harus dipatuhi oleh PH. Berikut halhal strategis yang dapat menjadi tanggung jawab Mubes: a. Pemilihan dan penetapan ketua LDFK. b. LPJ kepengurusan c. Pengesahan revisi AD/ART atau dasar organisasi lain seperti GBHD, Renstra, dan lainlain. d. Perumusan dan penetapan amanat atau rekomendasi kepengurusan. e. Mengatasi keadaan tertentu yang dianggap darurat, termasuk pembubaran organisasi. f. Dan lain-lain. Selain hal yang telah diuraikan di atas (baca: eksekusi program kerja), menjadi tanggung jawab PH. tetapi, jika sebelumnya Mubes sebagai lembaga tertinggi berupa forum insidental yang dapat dihadiri oleh banyak orang sehingga banyak dapat berpartisipasi terhadap hal strategis di organisasi, pada organigram ini MS sebagai lembaga tertinggi diisi oleh kalangan terbatas (orang-orang yang telah ditetapkan dalam musyawarah sebelumnya, sesuai kualifikasi yang diharapkan). Jika berpegangan pada urgensi yang telah disampaikan sebelumnya, maka seharusnya MS pada bentuk struktur seperti ini dapat melibatkan orang yang tidak berada di PH. Untuk tetap menjaga kualitas hasil keputusan, maka dibuatlah persyaratan keanggotaan yang support untuk hal itu. Wewenang yang dapat diemban pada MS disini mirip dengan Mubes sebelumnya, hanya berbeda pada orang yang terlibat dalam memutuskan hal strategis tersebut. adalah koordinasi. hubungan Pada kasus ini, MS tidak bisa menghasilkan kebijakan-kebijakan strategis, karena hal strategis antar lembaga hanya dapat dijalankan dengan hubungan instruksional. Lalu, apa saja yang dapat dikoordinasikan? Yaitu adalah hal-hal yang tidak menjadi keharusan bagi PH untuk menjalankannya, seperti ‘saran’. Maka, dalam hal ini, sebenarnya MS hanya berfungsi sebagai ‘penasihat’, sedangkan hal-hal strategis seperti yang telah diuraikan sebelumnya diputuskan di internal PH. Namun, agar inklusifitas dapat dicapai, MS tetap dapat melibatkan orang non PH dengan kualifikasi tertentu. DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 62 3. LDFK dengan 3 perangkat organisasi LDFK dengan 3 perangkat organisasi melibatkan semua perangkat yang telah dijelaskan di atas: PH, Mubes, dan MS. Variasi bentuk struktur di bawah lebih kepada mekanisme kerja dan alur hubungan antar perangkat organisasi. Dalam hal ini, sama seperti sebelumnya, Mubes dihadiri oleh PH ditambah dengan muslim non PH, sedangkan MS adalah tim kecil yang beranggotakan orangorang dengan kualifikasi tertentu, baik dari PH maupun anggota non PH. Mubes MS MS Mubes PH PH Pada organigram ini, PH bertanggung jawab kepada MS, dan MS bertanggung jawab kepada Mubes. Oleh karena itu, yang berperan sebagai lembaga pemegang kekuasaan tertinggi adalah Mubes. Apa saja konsekuensi yang bisa muncul dari hal tersebut? a. Mubes sebagai lembaga tertinggi bertugas untuk memilih ketua MS dan menetapkan anggota MS yang terpilih. Dan MS bertugas untuk memilih ketua PH dan melantik anggota PH. b. Karena telah memiliki organ ekstra, yang jelas sekarang PH tak perlu lagi pusing tentang hal-hal yang sifatnya strategis, karena beban tersebut telah di share kepada MS dan Mubes. Jadi, PH cukup fokus terhadap eksekutif. c. Tentang interaksi antara PH dan MS, MS memiliki jalur instruksional kepada PH. Dalam kesehariannya, MS Pada organigram ini, PH bertanggung jawab kepada Mubes, dan Mubes bertanggung jawab kepada MS. Oleh karena itu, yang berperan sebagai lembaga pemegang kekuasaan tertinggi adalah MS. Salah satu latar belakang memunculkan MS sebagai pemegang kekuasaan tertinggi adalah mengusahakan pemutusan kebijakan tertinggi oleh orang-orang yang ahli atau representatif. Hal ini berguna untuk meminimalisir hasil keputusan yang tidak berkualitas dikarenakan tidak capable-nya peserta musyawarah atau mencegah orang yang punya niatan tidak baik terhadap LDFK dengan hadir di Mubes. Lalu apa saja konsekuensi yang bisa muncul dari hal yang telah dipaparkan di atas? a. Regenerasi ketua dan anggota MS dibicarakan dan disepakati internal MS. Sedangkan pemilihan ketua PH DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 63 dapat menjadi pengawas / penasihat PH yang memiliki hak intervensi. Selain menjadi pengawas proker, MS pun dapat menjadi guardian of value PH terhadap dasar organisasi seperti AD/ART, GBHD, atau Renstra. Untuk LPJ, PH akan mempertanggung jawabkan kepada MS. d. Untuk menyelenggarakan Mubes, MS bisa langsung menjadi panitia penyelenggara atau membentuk sebuah tim khusus untuk hal tersebut. Di Mubes akan ada LPJ MS dan juga LPJ dari PH yang telah diserahkan kepada MS. Jika ada hal-hal darurat yang terjadi, itu dibicarakan di Mubes, karena disini Mubes adalah pemegang kekuasaan tertinggi. dimusyawarahkan di dalam Mubes, namun karena kekuasaan tertinggi masih dipegang oleh MS, maka setiap keputusan yang dihasilkan di Mubes juga harus disetujui oleh MS yang juga hadir pada Mubes tersebut, termasuk perihal pemilihan ketua PH. Perlu diingat, karena pada Mubes banyak kalangan yang dapat menghadirinya (tidak hanya PH), hal ini dapat bermanfaat untuk mengurangi citra eksklusif yang mungkin muncul pada MS dikarenakan superioritas wewenangnya. b. Sama dengan sebelumnya, disini PH cukup fokus dengan tanggung jawab eksekutifnya. c. MS tidak memiliki jalur interaksi langsung dengan PH. Oleh karena itu, MS tidak memiliki fungsi pengawasan seperti struktur sebelumnya. Jika MS memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan PH, maka itu bisa disampaikan pada amanat atau rekomendasi kepengurusan yang disepakati pada Mubes. d. LPJ PH disampaikan pada Mubes yang ditujukan kepada MS sebagai lembaga tertinggi. e. Revisi atau penetapan AD/ART, GBHD, dan Renstra dapat dilakukan di Mubes dengan persetujuan MS yang juga hadir pada musyawarah. f. Jika ada hal darurat yang terjadi pada LDFK, hal tersebut dapat dibicarakan internal MS ataupun pada Muysawarah Istimewa yang diinisiasi atas kehendak MS. DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 64 MS Mubes MS Mubes PH PH Pada organigram ini, MS dan PH sama- sama bertanggung jawab kepada Mubes. Oleh karena itu, disini, yang menjadi lembaga pemegang kekuasaan tertinggi adalah Mubes. Bedanya dengan struktur sebelumnya yang sama-sama Mubes sebagai lembaga tertinggi adalah ‘jenjang birokrasi’ yang lebih singkat. Dalam hal ini, MS tak perlu menjadi perantara antara PH dan Mubes. Lalu, apa saja hal yang dapat menjadi konsekuensi dengan bentuk organigram di atas? a. Pemilihan ketua MS dan dilaksanakan di dalam Mubes. b. Masih sama dengan sebelumnya, disini PH cukup fokus dengan tanggung jawab eksekutifnya. c. Pada organigram ini, MS adalah lembaga pemegang kekuasaan tertinggi. Mubes bertanggung jawab kepada MS. Uniknya organigram ini adalah, PH memiliki 2 garis komando ke atas, yaitu kepada Mubes dan MS. Bagaimana maksundnya? 1. Garis komando menuju Mubes yang dilanjutkan dengan MS bermakna, jika ada hal yang PH pertanggung jawabkan di dalam Mubes, maka hal tersebut masih perlu di-acc oleh MS. Hal ini mirip dengan apa yang telah dijelaskan pada organigram dengan 3 perangkat sebelumnya, yang lembaga tertingginya adalah MS. 2. Nah, yang menjadi beda dengan organigram sebelumnya adalah garis komando MS yang langsung ke PH. Hal ini lebih kepada aktifitas instruksional yang dapat dilakukan oleh MS terhadap PH, seperti pengawasan. Jika sebelumnya MS tidak bisa menjadi pengawas karena PH Pada organigram ini, hal-hal strategis diputuskan di dalam Mubes, jika ada diskusi-diskusi panjang yang dibutuhkan di luar Mubes, bisa dilaksanakan oleh MS, namun MS tidak memiliki power untuk pengesahan. Contoh, ketika ada hal DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 65 darurat terjadi pada LDFK, maka dilaksanakanlah suatu Musyawarah Istimewa dengan format Mubes. Jika ternyata keputusan pending karena banyak pertimbangan yang harus dipikirkan lagi berdasarkan analisisanalisis ilmiah, maka MS dapat menjadi tim khusus untuk mengemban amanah tersebut. Setelah MS membuat analisis situasi, maka itu disampaikan di Mubes dan keputusan dibuat saat Mubes. Contoh lain, jika Mubes memutuskan bahwa AD/ART perlu di revisi, atau perlu dirancangnya suatu Renstra, maka MS dapat menjadi tim yang melaksanakan tugas tersebut, merevisi AD/ART atau meng-create Renstra. Setelah revisi AD/ART selesai atau Renstra berhasil dibuat, maka pengesahan dasar organisasi tersebut dilakukan di Mubes, tidak serta merta apa yang telah dihasilkan MS langsung sah dan siap untuk dieksekusi oleh PH. d. Garis koordinasi antara MS dan PH menggambarkan bahwa MS tidak punya hak instruksional kepada PH. Oleh karena itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hal-hal interventif yang dihasilkan oleh MS harus dibawa ke Mubes terlebih dahulu. Dalam hal ini, MS dapat menjadi badan pengawas atau penasihat bagi PH, akan tetapi, evaluasi yang dihasilkan dan disampaikan oleh MS kepada PH hanya bersifat saran, bukan suatu hal yang harus dilaksanakan oleh PH. tidak memiliki garis hubungan langsung kepada PH, maka pada organigram ini, MS dapat menjadi badan pengawas karena memiliki garis komando langsung kepada PH. DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 66 4. Pilihan tambahan perangkat organisasi Selain dari perangkat-perangkat yang telah dijelaskan dalam variasi bentuk organigram di atas, masih ada tiga perangkat lagi yang dapat ditambahkan kepada LDFK. Tiga perangkat tersebut adalah TIMS (Tim Inti Majelis Syura), DS (Dewan Syariah), dan Pembina. Saya sengaja tidak membuat variasi bentuk organgiram yang dapat diadakan dengan keberadaan tiga perangkat ini, karena pada prinsipnya tiga perangkat ini adalah perangkat yang dapat ditambahkan ke delam bentuk struktur manapun. Khusus TIMS, dia dapat ditambahkan ke struktur yang ada MS-nya, jika tidak ada MS, maka tak perlu ada TIMS. Ingat, sebelum menambahkan salah satu atau lebih dari tiga perangkat tersebut, jangan lupa untuk melakukan analisis kebutuhan serta fungsi dari perangkat yang akan diadakan, seperti yang telah disampaikan pada sub bab sebelumnya. TIMS DS Pembina Sekian dulu yang bisa saya tulis tentang sistem organ ekstra kepengurusan LDFK. Saya yakin ada banyak kekurangan dari tulisan ini, oleh karena itu saya harap teman-teman dapat memaafkannya. Tulisan pada bab ini mengandung beberapa hal yang prinsip, namun juga ada hal yang didasarkan kepada pemikiran dan pengalaman pribadi saya. Sekali lagi saya mengingatkan, bahwa apa yang telah disampaikan pada bab ini bukanlah hal yang mutlak, karena mungkin banyak hal yang luput oleh saya. Namun, dibalik segala kekurangan tersebut, semoga masih ada manfaat yang dapat diterima oleh teman-teman di LDFK masing-masing. Salam semangat untuk para penerus dakwah islam di LDFK seluruh Indonesia. Semoga jerih payah yang kita lakukan saat ini, tidak hanya sekedar menyedot energi kehidupan kita dan akhirnya membuat kita berhenti. Meski tak begitu nyata manfaat yang terasa saat ini, semoga banyak misteri kebahagiaan Allah yang terkuak nanti. Semoga langkah kecil kita di LDFK saat ini dapat menjadi batu pijakan menuju kedokeran Indonesia yang madani, pelayanan kesehatan yang rahmatal lil alamin, dan menghimpun kita di surgaNya kelak, ammin ya rabb… DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 67 8 dakwah profesi kedokteran A lhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Saya merasa gembira bisa bercengkerama dengan ikhwan wa akhwat sekalian melalui rangkuman ini dengan suasana ukhuwah yang sangat berkesan. Pertama, ijinkan saya menyampaikan rasa bangga kepada para muharriq dakwah yang tulisannya saya muat dan kepada antum/na semua bahwasanya tidak ada cinta yang dapat saya sembunyikan. Kita bermu’ahadah dalam dakwah sebab cinta, dan atas nama cinta lillahi ta’ala pastilah kemenangan dakwah ini dapat kita raih. Aamiin. Semoga catatan kecil ini dapat bermanfaat. Analisis Medan Dakwah Keprofesian 1. Makna Mari kita mulai pengenalan dakwah ini perlahan. Dakwah bila diartikan secara etimologis (bahasa) dapat berarti panggilan, seruan, atau permohonan. Artinya bila seseorang mengatakan “da’autu fulaanan”, itu berarti berteriak atau memanggilnya. Dalam pengertian ini dakwah secara alamiah ditafsirkan sebagai tabligh. Sedangkan menurut syara’ (istilah), dakwah memiliki beberapa definisi. Namun, dari semua pengertian dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada penghambaan Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik, sehingga mereka meninggalkan thagut dan beriman kepada Allah dalam rangka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju Dienul Islam. “Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari Jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl : 125) Berdakwah merupakan syariat yang diajarkan dan hukumnya fardhu kifayah. Jadi saya akan coba membahas sedikit tentang fardhu kifayah menurut Imam Abu Hanifah. Menurut beliau, fardhu ‘ain adalah sesuatu yang menjadi wajib bagi dirinya. Misalnya, sebelum seseorang menikah, dia tidak DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 68 memiliki fardhu apapun terhadap calon istrinya. Tetapi ketika telah menikah, maka menafkahi istrinya, mempergauli istrinya dengan baik itu menjadi kewajban yang harus ditunaikan. Pada saat itu kewajibannya tersebut menjadi fardhu ‘ain. Apabila contoh fardhu ‘ain itu shalat, shaum di bulan ramadhan, haji, itu fiqih klasik, anak SD pun tahu. Tetapi kita advance sedikit, yang namanya fardhu ‘ain itu adalah suatu kewajiban yang sudah ditimpakan kepada kita, maka itu menjadi fardhu ‘ain bagi kita. Oleh sebab itu yang menjadi fardhu ‘ain bagi kita belum tentu menjadi fardhu ‘ain bagi orang lain. Sedangkan fardhu kifayah sendiri contohnya bagaimana? Ya.. shalat mayit, memandikan jenazah, itu disebutnya fiqih klasik. Tapi dalam fiqih yang lebih advance, fardhu kifayah itu misalnya ilmu kebidanan. Kalau umat Islam tidak ada yang belajar ilmu kebidanan, maka semua umat Islam berdosa. Tapi kalau ada umat Islam yang sudah belajar ilmu tersebut, maka ilmu tersebut menjadi fardhu ‘ain untuk dirinya dan menjadi fardhu kifayah bagi orang lain. Ikhwah sekalian, oleh karena itu ketika antum berada dalam profesi antum masing-masing, itu sebenarnya menjadi fardhu ‘ain bagi diri antum dan menjadi fardhu kifayah (menutupi) yang lainnya. Jadi ada kewajiban untuk meningkatkan keilmuan karena ilmu itu dinamis dan terus berkembang. Jadi, kewajiban bagi orang yang sudah ada dalam profesinya, kewajibannyalah (fardhu ‘ain) untuk terus mengembangkan keilmuan dan profesionalitasnya. Sebagai umat Islam, apalagi dari kalangan ilmuwan, tidak boleh ada rasa puas. Artinya bahwa dakwah ini tidak boleh diabaikan, diacuhkan, dan dikurangi bobot kewajibannya. Karena hal itu disebabkan terdapat sedemikian banyak perintah dalam Al-Qur’an dan Sunah rasululah untuk berdakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar, saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. 2. Hakikat Perkembangan teknologi telah semakin mutakhir. Pada saat ini jika diperhatikan, keadaan dunia saat ini sudah jauh lebih berkembang dan alur masuknya informasi begitu cepat. Maka hal tersebut pun berdampak kepada cara berdakwah. Imam Hasan Al Banna pernah menyampaikan: “Sarana-sarana propaganda saat ini tidak seperti dahulu yang hanya melalui khutbah-khutbah, ceramah-ceramah, pertemuan, ataupun surat-menyurat. Tetapi saat ini, seruan itu disebarkan melalui majalah, koran, film, panggung teater, radio dan media lain yang beragam. Sarana-sarana itu telah berhasil menembus semua jalan menuju akal dan hati khalayak, baik pria maupun wanita, di rumah-rumah, di toko-toko, di pabrik-pabrik, bahkan di sawah-sawah mereka. Maka adalah wajib bagi para pengemban misi dakwah ini untuk juga menguasai semua sarana tersebut agar dakwah mereka membuahkan hasil yang memuaskan.” Jika diperhatikan, benarlah apa yang beliau sampaikan. Untuk mencapai kesuksesan dakwah saat ini, para kader dakwah harus menguasai semua bidang yang ada. Dari kesehatan, politik, perekonomian, media massa, perdagangan, bahkan sampai bidang kesenian. Dalam pengoptimalan dakwah kekinian, ternyata begitu banyak bidang yang harus dikuasai oleh ummat Islam untuk mensukseskan dakwah ini. Bagaimana caranya agar kita dapat mengoptimalkan semua itu? Dakwah profesi merupakan salah satu yang menjawab pertanyaan tersebut. Dalam hal ini, dakwah profesi adalah dakwah yang berorientasi untuk menggunakan segenap sumber daya berpusat pada disiplin ilmu tertentu yang bertujuan untuk kemaslahatan ummat. Sehingga mengapa dikatakan bahwa dakwah profesi ini dapat menjadi solusi dari permasalahan dakwah Islam? Ini dikarenakan bidang-bidang ilmu diatas tentu akan sulit dikuasai hanya oleh segelintir orang saja, demi kesuksesan dakwah ini, oleh karena itu dengan membentuk gerakan dakwah yang berorientasi pada minat dan bakat dari setiap orang terhadap profesinya, maka langkah untuk menguasai setiap bidang ilmu yang ada akan lebih mudah. Hingga kemaslahatan ummat dapat lebih mudah dicapai. DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 69 3. Urgensi Muncul lagi pertanyaan, seberapa pentingkah dakwah profesi ini? Narasinya ialah sebuah keharusan. Dakwah profesi ini sangat penting, dikarenakan setiap profesi pastinya akan terjun langsung ke masyarakat, entah itu dengan cara menggunakan pendekatan ruhaniah seperti seorang ustadz, menggunakan pendekatan politik dan kenegaraan seperti politikus dan anggota dewan, entah itu menggunakan pendekatan kesehatan seperti dokter dan tenaga kesehatan lain, entah itu menggunakan pendekatan media dan jurnalistik seperti wartawan atau penulis, ataupun dengan cara lain tergantung dari minat dan bakat setiap orang tersebut. Dengan menggunakan orientasi profesi, maka seruan dakwah bisa mengalir ke setiap aliran disiplin ilmu hingga mencapai tujuan kita, yaitu masyarakat dunia. Begitu hebatnya dakwah profesi ini. Sehingga dalam menjalankan dakwah profesi ini, perlu suatu langkah yang tertata dan teratur agar dakwah ini tidak putus di tengah jalan. Karena sasaran perubahan kita begitu luas, yaitu masyarakat, maka kita perlu mendapatkan akses dakwah pada pusat-pusat perubahan, yaitu markaz at taghyir. Dalam tahap awal, pusat perubahan yang kita akses adalah wilayah ilmiyah, yaitu kampuskampus dan sekolah-sekolah. Setelah itu kita mengakses wilayah sya’biyah (masyarakat umum) melalui masjid-masjid dan pengajian umum. Lembaga Pendidikan itu pada dasarnya adalah milik umat. Sesudah itu, dakwah dalam amal thullabi dilanjutkan dengan amal mihani (dakwah profesi). Seyogyanya memang amal thullabi dan amal mihani itu disinergikan, karena mengarahkan kemampuan profesional harus dimulai sejak masa mahasiswa. Sedangkan dakwah Profesi adalah dakwah pasca kampus, setelah mahasiswa lepas dari dunia kampus. Dakwah profesi sendiri termasuk ke Amal mihani yg terdiri dari dakwah di kalangan perusahaan (tenaga kerja) dan pengembangan profesi. Misi dakwah sendiri adalah kemaslahatan dan membuktikan bahwa islam itu solusi dari permasalahan yang terjadi saat ini. Ada beberapa modal awal dakwah profesi untuk menjawab tantangan tadi, yakni meliputi wilayah private sector, public sector dan sector ketiga dan untuk kesemua sector itu diperlukan SDM-SDM yang strategis. Dan yang utama dari kita adalah mengenal diri sendiri terlebih dulu. Untuk mewujudkan misi itu semua dilakukan grand strategi dakwah melalui strategi mobilitas dakwah vertical dan horizontal. Strategi mobilitas vertical adalah penyebaran kader dalam kebijakankebijakan publik. Para kader disebar ke berbagai bidang ilmu, sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakatnya. Sedangkan strategi dakwah horizontal adalah kader terjun ke kalangan masyarakat dan menyiapakan masyarakat supaya menerima manhaj islam. Untuk menjalankan hal tersebut, maka diperlukan semangat totalitas dan tidak setengahsetengah dalam berjuang. Selalu berusaha melakukan yang terbaik di setiap detik dan waktu yang tersedia. Selalu membuka pikiran untuk menerima masukan-masukan membangun dari bidang ilmu lain dan dinalarkan dengan ilmu yang ia miliki untuk kepentingan seruan ini. Diperlukan pula manajemen waktu yang baik untuk mengatur waktu antara berjuang dalam bidangnya, belajar untuk memperluas dan memperdalam spesialisasinya, dan waktu istirahat untuk memulihkan sejenak kondisi badan, tenaga, dan pikiran yang lelah untuk menyegarkan diri agar dapat melangkah lebih jauh dan lebih jauh lagi. Namun, harus disadari bahwa perusahaan-perusahaan umum itu tidak bisa atau sulit dijadikan lembaga perjuangan, sehingga hanya dipenuhi dengan karir, ma’isyah (pekerjaan), rekrutmen dan pengembangan kafa’ah saja. Yang masih lemah dari para aktivis adalah memasuki lembaga-lembaga profesi. Itulah yang bisa dijadikan lembaga perjuangan. Tetapi kenyataannya sekarang lembagalembaga profesi itu banyak yang lemah dari sisi perjuangan, hanya sekadar tempat kumpul-kumpul, bagi-bagi proyek, dan kadang-kadang peningkatan kafa’ah saja. Fenomena kelemahan lembaga profesi ini bukan hanya di Indonesia, tetapi terjadi di mana-mana. Dakwah Islamiyah memandang situasi itu sebagai sesuatu yang besar, bahkan keharusan perjuangan. Di Mesir, tahun 1960-1970 an, aktivitas kemahasiswaan berjaya dan mulai memasuki DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 70 dakwah profesi. Lembaga-lembaga profesi yang tadinya lemah, maka sepuluh tahun kemudian menjadi kuat dan hampir 90% organisasi profesi dikuasai aktivis dakwah. Ikhwan dan akhwat yang masuk ke lembaga profesi harus kompetitif, jujur dan amanah. Aktivis Kristen Koptik di Mesir pun memilih dan mengakui kepemimpinan aktivis dakwah yang dinilai paling amanah dan memiliki etos perjuangan. Semua proses tersebut berjalan secara wajar dan terjadi pemberdayaan yang luar biasa terhadap lembaga profesi. Lembaga profesi teknik (persatuan insinyur) tidak hanya bekerja pada bidang teknik, tetapi juga membuat RUU dan advokasi keteknikan yang bernuansa Islam, karena aktivis dakwah mampu mewarnai lembaga tersebut. Akhirnya lembaga profesi itu bertindak seperti partai politik dan pressure groups terhadap pemerintah. Karena aktivis mewarnai dan menguasai banyak lembaga profesi, maka seakan-akan mereka memiliki banyak partai politik dan kelompok penekan yang mengontrol pemerintah dengan kebijakan dasar yang sama. Pada tahun 1995, pemerintah Mesir menyadari hal itu, sehingga lembaga-lembaga profesi mau dibredel, tetapi sulit karena terkait dengan institusi negara, infrastruktur dan suprastruktur politik. Kalau dibubarkan sulit, karena bertentangan dengan UU dan bisa membentuk lembaga yang baru lagi. Kalau kantornya ditutup, pemerintah dituntut lewat pengadilan. Aktivis bisa membuka kantor yang baru, atau menguasai dan mewarnai lembaga profesi sejenis. Kalau aktivisnya ditangkapi dan dipenjarakan, industri dan pelayanan jasa (terutama rumah sakit, konsultan proyek, dan pengacara) akan mengeluh, karena tidak bisa berjalan, sebab tidak ada tenaga ahlinya. Maka, proses pembangunan pun bisa terhambat. Kelompok Salsabil di Mesir, misalnya, membuat perusahaan komputer dan berkembang sampai bisa mengikuti tender penyediaan software di Departemen Pertahanan Mesir, karena murah dan paling baik, akhirnya menang. Setelah pejabat militer sadar bahwa perusahaan tersebut milik aktivis dakwah, maka mereka ketakutan dan menggerebek serta menyegel kantornya. Peristiwa itu menjadi berita besar, karena secara beramai-ramai lembaga profesi di Mesir bersuara, mulai dari lembaga profesi teknik, komputer, pengacara dan lainnya, hingga akhirnya dibebaskan dan dibuka kembali. Para dokter di Mesir juga menggelar acara munasharah untuk kasus Bosnia sampai terkumpul dana sebesar US$ 4 juta, tetapi dilarang pemerintah. Akhirnya kasus itu menjadi berita besar lagi, karena dibela oleh lembaga profesi kedokteran, keperawatan, pengacara dan sebagainya. Kasus itu dibawa ke pengadilan dan akhirnya dinyatakan menang, walaupun dananya terpaksa dibagi dua (fifty-fifty) untuk lembaga pemerintah dan lembaga dakwah. Jika terjadi bencana alam, gempa bumi, kebakaran dan sebagainya, aktivis selalu terdepan bersama masyarakat menyantuni korban. Itu semua adalah hasil dakwah thullabi yang dilanjutkan dakwah profesi. Yang lebih penting lagi di mihwar muassasi ini, tanpa pengembangan profesi akan sulit, karena kita membutuhkan para ahli dalam bidangnya yang bisa menjawab dan menjelaskan tantangan zaman melalui kacamata Islam. Konsep-konsep Islam harus dirumuskan dan dilaksanakan sebagai solusi bagi persoalan bangsa ini. Semuanya itu mengharuskan kita, mau tidak mau, untuk terjun dalam lembaga profesi demi mengoptimalkan potensi dakwah didalamnya. Rekomendasi Bentuk dan Manajemen Wajihah Dakwah Profesi 1. Dakwah Profesi di Mesir dan Tunisia Antum tahu, gerakan Islam Tunisia hampir 40 tahun ditekan, tidak bergerak. Untuk shalat shubuh saja di mesjid susah, apalagi anak muda, pasti dicurigai. Di Tunisia pernah ada kasus ada anak muda digebukin aparat karena shalat shubuh di mesjid. Ternyata dia anak dubes Saudi. Akhirnya jadi masalah. Tetapi ketika kerannya dibuka, Gerakan Islam yang paling siap adalah Nahdhah, yang selama 40 tahun ditekan. Kenapa? karena pengorganisasian yang mereka lakukan. Induknya dihabisi tapi jaringannya tetap hidup, walaupun pemimpinnya di luar negeri. Syeikh Rashid Ghannouchi itu divonis hukuman mati kemudian lari ke Inggris. setelah selesai revolusi Tunisia, kembali ke negerinya, DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 71 luar biasa sambutannya. Yang harus kita ambil pelajaran dari mereka adalah kesiapan mereka. Keran dibuka, ternyata siap, semua lini profesi siap. Di Mesir, gerakan Islam tidak bisa muncul sehingga yang digunakan, mulai 1975, adalah kendaraan ikatan profesi. Mereka merancang grand design bagaimana gerakan profesi ini menjadi pengganti gerakan Islam. Sehingga tidak ada satu ikatan profesi pun yang tidak dikuasai oleh gerakan Islam. Kemarin kita tanya, kalau kita rencanakan di tingkat kabupaten/kota itu pengurusnya ada 15, dan yang dari gerakan Islam minimal 8 diantaranya. Itu sudah 50% + 1. Untuk tingkat propinsi pengurusnya sekitar 28 orang, minimal 16-nya dari gerakan Islam. Tingkat pusat 45 orang, minimal 23 dari gerakan Islam. Jadi ketika keran dibuka mereka siap, di lini apapun karena gerakan profesi ini mereka bangun dengan baik. Di sana, ikatan sarjana hukum, yang menguasainya adalah gerakan Islam. Sehingga jika ada orang-orang gerakan Islam yang diadili, tidak ada yang dimasukan ke pengadilan sipil, semua militer. Karena kalau di pengadilan sipil, sudah pasti lolos. Karena memang tidak ada buktinya. Kalau di militer itu sistemnya main comot, masukin penjara, selesai urusan. Yang dipakai adalah undangundang darurat yang sampai sekarang masih ada. Sehinga ribuan orang yang dulu divonis kemudian lari belum bisa kembali karena undang-undangnya masih ada. Pelajaran yang ingin kita ambil adalah persiapan infrastruktur yang mereka bangun sebelum akhirnya memenangkan bidang-bidang dakwah yang ada. 2. Kepemimpinan dan Ketokohan Melalui Jalur Profesi Ikhwah sekalian, jalur-jalur profesi ini harus kita jadikan sebagai panggung untuk memunculkan tokoh di dalam keprofesiannya. Ketua IDI dari Gerakan Islam, hingga pucuk pimpinan Kementerian kesehatan adalah kader kita. Kita ini ahli dalam memunculkan tokoh. Kenapa tidak kita munculkan dokter yang memiliki intima terhadap gerakan Islam yang kita jadikan tokoh? Yang bagus pengelolaan profesinya itu misalnya Yordania, dimana rata-rata semuanya itu dikuasai. Jadi kalau kata ikatan profesi besok kita mogok kerja, itu sudah merupakan suatu pressure bagi pengambil kebijakan. Apoteker mogok semua, ya sudah tidak ada apotek yang buka. Itu untuk menuntut sebuah kebijakan. Akhirnya para pengambil kebijakan juga berpikir tentang kekuatan profesi ini. Public pressure, begitu sebutannya. Kenapa di Mesir itu ikatan profesi memiliki kekuatan yang luar biasa? karena misalnya ada sarjana farmasi, ketika dia tamat kuliah dan mau membangun usaha yang bergerak dalam bidang farmasi, usahanya itu tidak bisa mendapatkn ijin kalau tidak ada rekomendasi dari ikatan farmasi. Kalau di kita profesi yang sudah tersertifikasi baru sedikit, misalnya dokter. Kalau di sana semua seperti itu, sehingga ada kebutuhan untuk begabung di ikatan profesi, dan ini kemudian menjadi wadah untuk melakukan nasyrul fikrah. Berapa banyak mahasiwa yang di kampusnya tidak tersentuh dakwah, dia tersentuh dakwah ketika masuk ikatan profesi tersebut. Karena bagi kita, ada misi nasyrul fikrah di ikatan-ikatan profesi tersebut, disamping sebagai panggung untuk memunculkan tokoh dari gerakan Islam. Kita di Indonesia dan FULDFK khususnya ini masih meretas jalan. Walaupun ini sudah digarap sejak dulu, tetapi tidak secara fokus dan belum terorganisir dalam sebuah rencana jangka panjang. Nah kita sekarang ingin fokus memunculkan tokoh-tokoh yang capable di dalam profesinya, mampu melahirkan organisasi-organisasi profesi yang akan memberikan pengaruh terhadap perubahan yang ada di Indonesia. 3. Dakwah Core Competence “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan pengetahuan mereka. Adakah kalian suka jika Allah dan Rasul-Nya didustakan?” (HR. Bukhari) “Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka..” DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 72 (QS. Ibrahim:4) Pada kesempatan kali ini ijinkan saya meminjam rule model kurikulum dakwah profesi sahabat di FSI FKUI. Dakwah Core Competence sendiri adalah Dakwah berbasis kompetensi utama atau profesi. Dua dalil naqli di atas menjadi latar belakang utama mengapa Dakwah core competence perlu diaplikasikan. Dakwah berbasis kompetensi ini dapat mempermudah kita dalam bersosialisasi dan berdakwah. Sekaligus. Adalah sebuah sunnatullah jika kita lebih mudah menerima suatu hal yang masih berkaitan dengan pengalaman kita sebelumnya. Jika ada dua hal yang diutarakan kepada kita, yang satu belum kita kenal sama sekali, dan yang lain sudah cukup familiar dengan dunia kita, maka secara otomatis kita akan lebih mudah mencerna hal yang kedua. Sebagai mahasiswa kedokteran (baca: calon dokter), yang memiliki medan Dakwah primer kampus FK, kompetensi utama kita tentunya adalah ilmu kedokteran yang kita pelajari. Maka dari itu, entry point dari kegiatan syiar islam kepada masyarakat kampus FK adalah melalui isu-isu kedokteran, bukan yang lain. Konsep Dakwah CC yang dirumuskan ini dapat dilihat dalam gambar 1. Di ilustrasi ini, digambarkan bahwa minimal ada 5 aspek yang mesti tercakup dalam pelaksanaan Dakwah CC. Gambar 1. 1. 2. 3. Aqidah (Believe)>>Meningkatkan pemahaman tauhid dan keimanan melalui ilmu kedokteran Mengemukakan berbagai isyarat kedokteran dan kesehatan dalam Alquran/Hadits Mengungkap hikmah setiap ibadah, serta perintah dan larangan Allah dari segi medis Mencari ibrah dari peristiwa di bidang medis yang terjadi dalam keseharian Akhlaq (Attitude)>>Menyempurnakan etika, sikap, dan perilaku dokter muslim Menjadi shalih secara pribadi dan sosial Menerapkan etika kedokteran islami Memiliki etos kerja dokter muslim Fiqh (Law)>>Aplikasi syariah dalam praktik kedokteran Mengkaji penerapan syariat islam dalam dunia kedokteran Melakukan pengkajian hukum islam yang masih kontroversi dalam bidang kedokteran kontemporer DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 73 4. 5. Shirah (History)>>Refleksi sejarah perkembangan kedokteran islam Mengkaji praktek kedokteran pada masa nabi&sahabat Membahas profil para dokter muslim pada masa kejayaan islam untuk menumbuhkan motivasi Mencari solusi peningkatan mutu berkesinambungan dunia kedokteran dengan bercermin pada shirah Kafa'ah (Competence)>>Meningkatkan kualitas kompetensi dokter muslim Meningkatkan kompetensi non-medis (komunikator, pemimpin masyarakat, manajer, pembuat keputusan, pengayom, berjiwa peneliti) Meningkatkan penguasan kompetensi dalam hal keilmuan&tindakan di bidang medis Menyuplai motivasi untuk berprestasi dalam bidang kedokteran/kesehatan Dakwah CC ini dapat menjadi gambaran paling layak. Sebuah model penguatan dakwah pra dan nantinya pasca kampus, terutama dalam pembentukan kepribadian seorang dokter muslim. Menjaga Keistiqamahan Dakwah dan Tarbiyah Dalam Menjalani Dunia Profesi 1. Prolog Istiqamah adalah berlaku lurus dalam nilai-nilai Islam dan meneguhkan pendirian dalam berlaku lurus tersebut. Menurut tafsir al-misbah Quraish Shihab, istiqomah difahami dalam arti kesungguhan dalam konsistensi dan setia melaksanakan (keimanan kepada Allah). “Tetap luruslah engkau sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (QS. Huud: 112) “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka ….” (QS. Fushshilat: 30-32) “Katakanlah aku beriman, kemudian beristiqomahlah (dalam keimanan itu).” (HR. Muslim) Sedangkan Istiqomah dalam profesi merupakan cermin kesungguhan dalam konsisten dan setia berlaku lurus pada segenap upaya mengembangkan dan mengaplikasikan nahi mungkar serta amar ma’ruf dengan cara “law as social engineering” yaitu mencapai keseimbangan nilai-nilai kesehatan : tujuan mulia kedokteran, keselamatan pasien & martabat profesi. Dalam hal ini tidak sedikit kita menyaksikan. Di ranah-ranah kampus, kader-kader dakwah berguguran karena tidak tahannya dalam menanggung amanah dakwah. Dalam menjalani dunia profesi, bermunculan kasus-kasus malpraktik akibat tuntutan kerja, beban kerja dan lemahnya iman. Saya boleh bilang. Sedikit banyak kita keliru. Ketika kita memahami aktivitas da’wi malah menjadi stressor kehidupan profesi kita, maka sebenarnya kita belum menjadikan profesi sebagai sarana memenangkan dakwah. Akhirnya saat kita bergerak dengan setiap helaan nafas, tiap-tiap energinya berasal dari dakwah. Dakwah yang hidup dan dakwahlah yang menghidupi segenap waktu kita dalam menjalani aktivitas yang berkualitas. 2. Sebuah Cerita Dalam sejarah kenabian Nabi Muhammad SAW adalah lukisan seorang manusia biasa yang mendapat keistimewaan dengan diangkat menjadi rasul untuk menyampaikan risalah-Nya kepada ummat manusia. Sehingga dalam menghadapi permasalahan dakwah, Rasulullahlah yang paling patut menjadi panutan kita dalam memberi inspirasi kehidupan. Mungkin agak berbeda dari kisah-kisah pembawa agama lain yang didewakan atau dituhankan oleh pengikutnya yang justru menimbulkan kesulitan tersendiri bagi ummatnya untuk mengikutinya karena tokoh panutannya bukanlah manusia biasa. Sementara Nabi Muhammad SAW adalah DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 74 manusia biasa yang seperti ummatnya juga, maka segala ucapan, dan tindakan baginda bisa menjadi suri tauladan dan bisa diikuti bagi ummatnya, tidak terkecuali dalam berdakwah. Hal pertama yang dapat diambil ibrah pada dakwah Rasulullah SAW adalah ketegaran diri, baik fisik maupun psikis, untuk menghadapi orang-orang yang akan didakwahi. Ketegaran ini bukan didapatkan begitu saja bagaikan durian runtuh, namun hasil gemblengan dengan teriring berjalannya waktu. Sejak sebelum lahir Rasulullah SAW sudah diuji dengan menjadi anak yatim, yang ditinggalkan oleh ayahnya, Abdullah bin Abdul Mutthalib, selagi baginda masih dua bulan dalam kandungan ibunya. Pada usia enam tahun yaitu saat usia yang sangat membutuhkan kasih saying ibu bapak, ibu tercintanya meninggalkan baginda untuk selama-lamanya. Setelah ibunya meninggal, baginda diasuh oleh kakeknya Abdul Mutthalib. Belum lagi seumur jagung bersama kakeknya, kakeknya lebih dahulu menghadap Ilahi. Hanya pada usia delapan tahun Rasulullah telah berpindah untuk yang ketiga kalinya yaitu ke asuhan pamannya Abu Thalib. Baginda dapat bersama pamannya hingga dewasa. Walaupun Rasulullah SAW adalah keturunan bani Hisyam yang mulia diantara suku bangsa yang terhormat, Quraisy, baginda di masa remajanya mau menjadi penggembala kambing kepunyaan orang lain untuk mendapatkan upah. Ikhwah? Apakah kita masih harus mencari inspirasi yang lebih hebat dari seorang manusia biasa? Rasulullah masih manusia biasa, bukan malaikat. Maka kodrat kita pun tak akan jauh berbeda dalam menghadapi permasalahan dakwah ini insya Allah. Ikhwah sekalian, yang kini saya pahami adalah bahwa saya yakin kita semua adalah orang-orang yang telah mewakafkan diri kita untuk dakwah. Artinya dimanapun posisi, pekerjaan kita, semua kita perjuangkan untuk keberhasilan dakwah ini. Maka, bila tujuan dakwah ini adalah Yang Maha Tinggi, tidak ada lagi ruang tersisa untuk kita mengeluh di dalam hati. 3. Muwashafat Tarbiyah Maka dari itu, antum harus membuat benteng dalam menghadapi gangguan-gangguan dalam dakwah dan tarbiyah selama menjalani aktivitas profesi. Sedangkan benteng seorang mukmin adalah muwashafat-nya. Kepribadian Islam. Kepribadian yang akan menjadi benteng dalam menjaga keistiqamahan dakwah dan tarbiyah. Kepribadian yang terbentuk oleh pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah). Bentuk tubuh, wajah, keserasian fisik dan sebagainya bukan unsur pembentuk kepribadian. Pola pikir Islam (Aqliyah Islamiyah) adalah jika seseorang selalu berlandaskan aqidah Islam dalam memikirkan sesuatu hal dalam upaya mengambil suatu keputusan. Sehingga jika landasannya bukan Islam, maka pola pikirnya merupakan pola pikir yang lain. Sedangkan pola sikap Islami (Nafsiyah Islamiyah) adalah jika seseorang dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan dorongan nalurinya berdasarkan Islam. Jika pemenuhan tersebut tidak dilakukan dengan cara seperti itu, maka pola sikapnya merupakan pola sikap yang lain. Tidaklah cukup jika kepribadian Islam hanya tercermin pada pola sikapnya yang Islami, sementara pola pikirnya tidak. Karena nantinya malah beribadah kepada Allah dengan kebodohan. Misalnya, kita berpuasa pada hari yang diharamkan. Bisa juga kita bersodaqoh dengan riba, dengan anggapan bisa mendekatkan diri kepada Allah. Dengan kata lain, sebenarnya melakukan kesalahan tetapi menyangka telah melakukan kebajikan. Akibatnya, dalam memenuhi tuntutan naluri (gharizah) dan kebutuhan jasmani (hajatul udhawiyah) tidak sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Ini kesalahan yang banyak terjadi di sekitar kita. Sesungguhnya kepribadian Islam tidak akan berjalan dengan lurus, kecuali jika pola pikir orang tersebut adalah pola pikir Islami dan pola sikapnya adalah pola sikap Islami. Dokter yang berkepribadian Islami bukan berarti didalam dirinya tidak pernah ada kesalahan. Tetapi (kalau ada), kesalahan tersebut tidak akan mempengaruhi kepribadiannya selama kesalahanya bukan perkara pangkal, melainkan pengecualian (kadang terjadi, kadang tidak). Alasannya, karena manusia bukanlah malaikat. Dia bisa saja melakukan kesalahan, lalu memohon ampunan dan DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 75 bertaubat. Bisa juga dia melakukan kebenaran, lalu memuji Allah atas kebaikan, karunia, dan hidayah-Nya. Poin kepribadian seorang muslim seperti yang disampaikan oleh Hasan al-Banna yaitu, Seorang kader inti harus memiliki aqidah yang bersih (salimul aqidah), ibadah yang benar (shahihul ibadah), akhlak yang baik (matinul khuluq), kekuatan jasmani (qowiyyul jismi), intelek dalam berfikir (mutsaqqal fikri), bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi), pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi), teratur dalam segala urusan (munazhzhamun fi syuunihi), mandiri (qadirun ala kasbi), bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi), kesemuanya harus sesuai dengan parameter syariah. Contoh sederhana, seorang dokter dengan keahliannya mengobati orang sakit dituntut selalu menjaga kerahasiaan rekam medis pasiennya. Hal ini belum dapat dikatakan dokter yang berakhlak baik ketika dokter tersebut hanya menjaga rahasia medis atas dasar kemanusiaan dan atas dasar etika profesi dokter. Namun dokter bisa dikatakan berakhlak baik ketika dokter yang bersangkutan meyakini dengan betul bahwa menjaga rahasia adalah perintah syariat Islam. Dengan keyakinan inilah maka predikat baik bisa didapat. Karena parameter baik atau tidak baik dengan neraca yang pasti, yakni syariah Islam. Dakwah profesi merupakan dakwah tahap lanjutan dari fase dakwah kampus. Pada fase inilah idealisme yang dulu terhujam dengan kuat di dada para aktivis dakwah akan diuji. Keimanan menjadi modal utama untuk merealisasikan pendidikan (tarbiyah) dan persaudaraan (ukhuwah) di medan dakwah yang sangat berbeda dari medan dakwah kampus yang dulu pernah digeluti. Baik itu berbeda dari segi lingkungan, budaya, maupun berbeda dari segi individu-individunya. Peran Strategis Dakwah Dokter dan Dunia Kedokteran 1. Awal Perkembangan Sebelum Islam Keilmuan yang berkembang dan praktek-prakteknya tidak tanpa mula. Tapi mempunyai sejarah panjang yang dihasilkan para pendahulu hingga hasilnya dapat dilihat saat ini. Awal mula kelahirannya dimulai pada masa peradaban Yunani. Dan bangsa-bangsa lain sekitar pada masa itu. Dalam peradaban Yunani, orang Yunani Kuno mempercayai Asclepius sebagai dewa kesehatan. Pada era ini, menurut penulis Canterbury Tales, Geoffrey Chaucer, di Yunani telah muncul beberapa dokter atau tabib terkemuka. Tokoh Yunani yang banyak berkontribusi mengembangkan ilmu kedokteran adalah Hippocrates atau `Ypocras' (5-4 SM). Dia adalah tabib Yunani yang menulis dasardasar pengobatan. 2. Pada Masa Peradaban Islam Perkembangan kedokteran Islam melalui tiga periode pasang-surut. Periode pertama dimulai dengan gerakan penerjemahan literatur kedokteran dari Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab yang berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Pada masa ini, sarjana dari Syiria dan Persia secara gemilang dan jujur menerjemahkan litelatur dari Yunani dan Syiria kedalam bahasa Arab. Rujukan pertama kedokteran terpelajar dibawah kekuasaan khalifah dinasti Umayyah, yang memperkerjakan dokter ahli dalam tradisi Helenistik. Pada abad ke-8 sejumlah keluarga dinasti Umayyah diceritakan memerintahkan penterjemahan teks medis dan kimiawi dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Berbagai sumber juga menunjukkan bahwa khalifah dinasti Umayyah, Umar ibn Abdul Aziz (p.717-20) memerintahkan penterjemhan dari bahasa Siria ke bahasa Arab sebuah buku pegangan medis abad ketujuh yang ditulis oleh pangeran Aleksandria Ahrun. Pengalihbahasaan literatur medis meningkat drastis dibawah kekuasaan Khalifah Al-Ma'mun dari Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Para dokter dari Nestoria dari kota Gundishpur dipekerjakan dalam kegiatan ini. Sejumlah sarjana Islam pun terkemuka ikut ambil bagian dalam proses transfer pengetahuan itu. Tercatat sejumlah tokoh seperti, Yuhanna Ibn Masawayah (w. 857), Jurjis Ibn- DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 76 Bakhtisliu, serta Hunain Ibn Ishak (808-873 M) ikut menerjemahkan literatur kuno dan dokter masa awal. Karya-karya original ditulis dalam bahasa Arab oleh Hunayn. Beberapa risalah yang ditulisnya, diantaranya al-Masail fi al-Tibb lil-Mutaallimin (masalah kedokteran bagi para pelajar) dan Kitab alAsyr Maqalat fi al-Ayn (sepuluh risalah tentang mata). Karya tersebut berpengaruh dan sangat inovatif, walaupun sangat sedikit memaparkan observasi baru. Karya yang paling terkenal dalam periode awal ini disusun oleh Ali Ibn Sahl Rabban al-Tabari (783-858), Firdaws al-Hikmah. Dengan mengadopsi satu pendekatan kritis yang memungkinkan pembaca memilih dari beragam praktek, karya ini merupakan karya kedokteran Arab komprehensif pertama yang mengintegrasikan dan memuat berbagai tradisi kedokteran waktu itu. Perkembangan tradisi dan keberagaman yang nampak pada kedokteran Arab pertama, dikatan John dapat dilacak sampai pada warisan Helenistik. Dari pada khazanah kedokteran India. walaupun keilmuan kedokteran India kurang terlalu mendapat perhatian, tidak menafikan adanya sumber dan praktek berharga yang dapat dipelajari. Warisan ilmiah Yunani menjadi dominan, khususnya helenistik, John Esposito mengatakan “satu kesadaran atas (perlunya) lebih dari satu tradisi mendorong untuk pendekatan kritis dan selektif “. Seperti dalam sains Arab awal. Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat. Sejumlah RS (RS) besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, RS tak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru. Tak heran, bila penelitian dan pengembangan yang begitu gencar telah menghasilkan ilmu medis baru. Era kejayaan peradaban Islam ini telah melahirkan sejumlah dokter terkemuka dan berpengaruh di dunia kedokteran, hingga sekarang. Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, AlZahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimon. Al-Razi (841-926 M) dikenal di Barat dengan nama Razes. Ia pernah menjadi dokter istana Pangerang Abu Saleh Al-Mansur, penguasa Khorosan. Ia lalu pindah ke Baghdad dan menjadi dokter kepala di RS Baghdad dan dokter pribadi khalifah. Buku kedokteran yang dihasilkannya berjudul “Al-Mansuri” (Liber Al-Mansofis) dan “AlHawi”. Tokoh kedokteran lainnya adalah Al-Zahrawi (930-1013 M) atau dikenal di Barat Abulcasis. Dia adalah ahli bedah terkemuka di Arab. Al-Zahrawi menempuh pendidikan di Universitas Cordoba. Dia menjadi dokter istana pada masa Khalifah Abdel Rahman III. Sebagain besar hidupnya didedikasikan untuk menulis buku-buku kedokteran dan khususnya masalah bedah. Salah satu dari empat buku kedokteran yang ditulisnya berjudul, 'Al-Tastif Liman Ajiz'an AlTa'lif' - ensiklopedia ilmu bedah terbaik pada abad pertengahan. Buku itu digunakan di Eropa hingga abad ke-17. Al-Zahrawi menerapkan cautery untuk mengendalikan pendarahan. Dia juga menggunakan alkohol dan lilin untuk mengentikan pendarahan dari tengkorak selama membedah tengkorak. Al-Zahrawi juga menulis buku tentang tentang operasi gigi. Dokter Muslim yang juga sangat termasyhur adalah Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037 M). Salah satu kitab kedokteran fenomela yang berhasil ditulisnya adalah Al-Qanun fi Al-Tibb atau Canon of Medicine. Kitab itu menjadi semacam ensiklopedia kesehatan dan kedokteran yang berisi satu juta kata. Hingga abad ke-17, kitab itu masih menjadi referensi sekolah kedokteran di Eropa. Tokoh kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy atau Averroes (1126-1198 M). Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi sarjana di di Eropa. Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum dalam karyanya berjudul 'Al- Kulliyat fi Al-Tibb' (Colliyet). Buku itu berisi rangkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul 'Al-Taisir' mengupas praktik-praktik kedokteran. Setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan sarjana-sarjana Islam mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut dan mengalami kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad pertengahan. DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 77 3. Kekhasan Dakwah Kedokteran Dunia telah berabad-abad mengakui betapa pentingnya profesi seorang dokter. Serta Menyaksikan kejayaan Islam dalam era keemasan dunia kedokteran. Hassan Al Banna menyampaikan, “Menjadilah engkau 2 hal, karena keduanya memudahkan engkau dalam berdakwah: Guru atau Dokter.” Dakwah kedokteran menjadi penting karena izzah dokter yang memiliki superioritas amal dalam masyarakat. Dalam kelangsungan dakwah, medan strata yang menjadikan dokter sebagai qudwah intelektual dan patut menjadi pemimpin di kalangannya. Antum boleh menyaksikan video Bung Tomo, bagaimana beliau dalam membakar semangat arek-arek suroboyo. Beliau dikenal baik sebagai pahlawan sekaligus dokter yang dihormati. Maka, penjagaan dakwah dan tarbiyah ini menjadi perhatian khusus, terlebih dalam menyuburmakmurkan calon-calon Bung Tomo masa depan. Yaitu dokter muslim yang memiliki afiliasi terhadap dakwah dan dokter muslim yang menjadikan profesinya, sebagai sarana demi menjemput kemenangan dakwah. Sebuah Profesi Langit. …………………………………………………………………………………………………………… “Kita di Masa Depan Adalah orang Yang Memiliki Pekerjaan Membanggakan. Suatu Pekerjaan yang Sempat Menjadi Cita-Cita banyak Orang. Warna Seragam Kita nanti sudah menunjukkan betapa mulia dan berharganya aktivitas kita Dan Siraman Warna Putih itu telah Membuat Semua Orang Dengan Rela Menyandarkan Kepercayaan pada Kita” (Eko Prasetyo dalam “Orang Miskin Dilarang Sakit”, Resist book 2004) REGULASI KEUANGAN | 78 9 REGULASI KEUANGAN S ebuah organisasi ibarat tubuh manusia, dimana terdiri dari bagian-bagian tubuh yang saling melengkapi sehingga manusia tersebut mampu menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan baik. Dan salah satu bagian dari tubuh organisasi tersebut adalah bidang keuangan. Keuangan adalah salah satu bagian vital organisasi karena setiap kegiatan dibutuhkan dana untuk menjalankannya. Oleh karena itu, dana menempati peran yang besar dalam sebuah organisasi. Namun, masalah keuangan adalah hal yang sangat sensitif sehingga sangat diperlukan ketelitian dan pertanggungjawaban dalam mengelola serta menggunakannya. 1. Rencana anggaran Merencanakan anggaran merupakan langkah awal dalam pengelolaan dana. Rencana anggaran dibuat untuk memprediksi dana yang akan masuk dan keluar selama satu kepengurusan sehingga dana yang didapat mampu mencukupi kebutuhan dana yang akan dikeluarkan, tak lain adalah untuk memperlancar kinerja kegiatan-kegiatan FULDFK. Rencana anggaran disusun oleh bendahara dan departemen-departemen. a. Rencana anggaran oleh bendahara Anggaran yang dibuat oleh bendahara adalah anggaran yang akan didapatkan oleh organisasi selama satu kepengurusan dimana anggaran tersebut akan digunakan untuk menjalankan programprogram FULDFK. Dana didapatkan dari iuran wajib kepada seluruh LDF yang menjadi anggota FULDFK. Iuran wajib yang dibebankan disesuaikan berdasarkan kemapanan keadaan keuangan masing-masing LDF. Hal ini dilakukan karena FULDFK tidak ingin memberatkan LDF dengan adanya iuran wajib tersebut. Namun, dibutuhkan dana untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang telah disepakati menjadi REGULASI KEUANGAN | 79 program kerja FULDFK. Setiap LDF yang telah membayar iuran wajib akan mendapat e-kwitansi sebagai tanda bukti pembayaran. b. Rencana anggaran oleh departemen Anggaran yang dibuat oleh departemen adalah anggaran yang akan digunakan oleh departemen tersebut selama satu kepengurusan dimana anggaran tersebut disesuaikan berdasarkan program kerja tiap departemen. Anggaran yang dibuat diharapkan berdasarkan kebutuhan dan disusun dengan sangat relevan. 2. Rencana pengelolaan dana Dana yang didapat dan dikeluarkan diharapkan sesuai dengan anggara yang telah dibuat. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dana yang baik dan benar. Dana akan didapatkan dari iuran wajib dan donatur. a. Iuran wajib Dana yang didapatkan dari iuran wajib digunakan untuk melaksanakan program-program FULDFK dimana dana yang akan diberikan berdasarkan oleh anggaran yang telah dibuat. Kegiatankegiatan yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan yang rutin dilakukan oleh tiap kepengurusan. Iuran wajib diharapkan mampu membantu kegiatan nasional maupun wilayah FULDFK dalam hal keuangan. b. Donatur Dana yang berasal dari donator adalah dana yang bersifat spontan maupun individual. Dana donatur yang bersifat spontan adalah dana yang didapatkan karena adanya kegiatan yang dilakukan secara spontan tanpa ada rencana sebelumnya, contoh penggalangan dana untuk korban bencana alam. Sedangkan dana donatur yang bersifat individual adalah dana yang didapatkan dari donatur karena keinginan sendiri dari donatur tersebut untuk mendonasikan uangnya dengan tujuan untuk membantu memperlancar kegiatan-kegiatan FULDFK diluar program kerja rutin. Dana donatur yang bersifat spontan didapatkan dalam jangka waktu yang ditentukan dan hanya sesaat karena dana tersebut akan disalurkan langsung dalam waktu dekat. Seluruh dana yang didapatkan akan disalurkan seluruhnya secara langsung kepada target yang dituju. 3. Pelaporan keuangan Bendahara berkewajiban mencatat setiap dana yang masuk dan keluar. Dan setiap individu atau departemen yang menggunakan dana berkewajiban untuk membuat rekapan dana yang masuk dan keluar sebaik mungkin sehingga dana tersebut dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Rekapan tersebut dilaporkan kepada bendahara supaya dapat diketahui dengan jelas untuk apa dan bagaimana dana tersebut digunakan. Pelaporan keuangan sebaiknya dilampirkan dengan bukti-bukti pembayaran sehingga rekapan dana dapat dikonfirmasi dengan baik oleh bukti-bukti pembayaran tersebut. 4. Manajemen keuangan FULDFK merupakan organisasi yang besar dan luas sehingga terbagi menjadi empat wilayah besar. Dimana setiap wilayah memiliki bendahara wilayah yang akan mengatur perihal keuangan REGULASI KEUANGAN | 80 dalam wilayah tersebut. Selain itu, bendahara wilayah bertugas untuk memonitoring keuangan LDF karena diharapkan bahwa LDF-LDF yang menjadi anggota FULDFK memiliki kemapanan dalam hal organisasi, khususnya tentang keuangan. Oleh karena itu, sharing antar LDF sangat berpengaruh untuk progresivitas kemajuan LDF. PENELITIAN & PENGEMBANGAN | 81 10 PENELITIAN & PENGEMBANGAN S etiap masa mempunyai cara tersendiri dalam menulis, sejalan dengan cara penduduk masa tersebut dalam memahami dan memberikan sesuatu. Karenanya, harus ada pembaruan sejalan dengan kemajuan akal manusia dan perubahan metode riset, berpikir, dan mengambil kesimpulan. Untuk menjawab perubahan dan kemajuan tersebut tidak cukup hanya dengan kata-kata yang keluar secara refleks, atau ceramah yang membangkitkan perasaan, atau kata-kata yang dapat mengobarkan emosi. Akan tetapi, para aktivis dakwah berkewajiban memberikan gambaran kepada manusia dengan gambaran yang logis, cermat, dan jelas; yang dibangun di atas kaidah-kaidah riset ilmiah; dan membeberkan kepada manusia cara-cara yang aplikatif dan produktif yang telah mereka persiapkan untuk mewujudkan apa yang diinginkan; dan agar dapat mengatasi tantangan yang akan mereka hadapi, maka hal-hal di atas harus ada dalam perjalanan dakwah.” (Risalah Da’watuna fi Thaurin Jadid, Hasan Al-Banna) Sejarah perjuangan dakwah Rasulullah sesungguhnya memberikan banyak hikmah dan pelajaran bagi aktivis dakwah saat ini. Perjalanan dakwah selama lebih kurang 23 tahun yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat amatlah bernilai bila dikaji dan dianalisis sengan cermat. Atas tuntunan Allah, Rasulullah berhasil melakukan inovasi untuk setiap tahapan dakwah pada zamannya. Ketika dakwah beliau di kota Mekah dan perkampungan sekitarnya tidak begitu mendapatkan sambutan yang positif, beliau melihat ada potensi lain yang bisa dilakukan, yaitu mendakwahi para kabilah yang datang dari luar kota Mekah pada musim-musim haji. Pertemuan ini dilakukan Rasulullah di luar kota Mekah bersama kaum Auz dan Khazraj tepatnya di daerah yang bernama al ‘aqabah dan dalam catatan sejarah dikenal dengan bai’atul aqabah al ula. Perwakilan kaum Auz dan Khazraj terdiri dari 12 orang yang telah menyatakan keislaman mereka. Kreativitas dakwah Rasulullah tidak terhenti sampai di situ saja, lalu ia mengutus Mus’ab bin ‘Umair yang dikenal sebagai duta Islam pertama untuk kembali ke Yatsrib bersama kaum Auz dan Khazraj. Peristiwa hijrah kaum muslimin menuju Yatsrib juga menganding nilai-nilai dakwah kreatif dan inovatif. Pertama kali yang PENELITIAN & PENGEMBANGAN | 82 dilakukan Rasulullah saw di Madinah atau tepatnya di qubah adalah membangun Masjid. Dalam perspektif Islam, masjid tidak sebatas sebagai tempat ibadah vertikal antara hamba dan Rabb-Nya. Akan tetapi Masjid juga bisa berfungsi sebagai tempat menata kehidupan sosial masyarakat. Karena Islam dengan tegas mengakui bahwa manusia terdiri dari dua sisi yang harus selalu seimbang, yaitu materiil dan sprituil. Setelah sarana dibangun, maka Rasulullah berfikir perlu adanya pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia untuk menjalankan fungsi dalam sebuah sistem kehidupan yang baru. Maka nabi segera mengambil inisiatif untuk mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Sebab, persaudaraan ini akan mempercepat proses perubahan sosial di tengah komunitas masyarakat. Kaum Muhajirin yang lebih memiliki skill dalam sistem perdagangan kembali menghidupkan pasar, dan bahkan dalam sejarah tercatat bahwa Rasulullah adalah orang pertama yang membangun pasar sebagai pusat ekonomi di Madinah. Kaum Anshar pun tetap dalam profesi mereka semula sebagai petani yang lebih spesifik mengurus pertanian. Dalam proses selanjutnya, karena persaudaraan yang Rasul bina berdasarkan nilai keimanan dan keikhlasan, secara alami dan bertahap mulai tercipta takaful ijtima’iy (solidaritas sosial) di antara komunitas sosial yang sangat plural di kota Madinah. Bahkan nilai ukhuwah itu tercatat indah dalam berbagai kisah mengharu biru bagaimana ketika Saad bin Rabi’ menawarkan harta dan salah satu istrinya untuk diberikan kepada Abdurrahman bin Auf. Namun akhirnya Abdurrahman bin Auf lebih memilih untuk memulai kehidupan barunya sebagai pedagang dan menolak secara halus tawaran saudaranya, sampai akhirnya ia berhasil menjadi saudagar yang berhasil. Kehidupan yang singkat ini mengajarkan kepada kita bahwa tidak mungkin kita mampu bertahan dalam ruang waktu yang begitu pelik ini kecuali ketika kita mampu beradaptasi dengan dinamika kehidupan yang terjadi. Semuanya berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Hasan Al Banna pernah berkata, “Janganlah melawan kaidah-kaidah yang berlaku di alam ini, sebab ia akan mengalahkanmu. Tetapi tundukkanlah dia, manfaatkanlah arusnya, dan gunakanlah sebagiannya untuk menaklukkan sebagian yang lain…”. Kehidupan dakwah di fakultas kedokteran pun juga demikian, akan tetap memerlukan pembaruan. Tidak bisa tidak, dinamika kehidupan yang terus berubah akan senantiasa menuntut kita untuk pandai memanfaatkan momentum, melakukan pembaruan. Pembaruan dakwah di fakultas kedokteran menuntut kita untuk melakukan penelitian dan pengembangan demi menghasilkan strategi tepat guna. Strategi yang sesuai jaman dan realitas. Terkait ini, setiap kampus tentu memiliki strategi tersendiri sesuai dengan keadaan kampus yang bersangkutan. PENELITIAN & PENGEMBANGAN | 83 Mind Map Penelitian dan Pengembangan Dakwah Analisis internal dan eksternal LDFK Perumusan grand design dakwah Evaluasi Data Monitoring Pelaksanaan program dakwah menentukan parameter keberhasilan Menentapka n alternatif program Menentukan program yang tepat Data Seringkali kita kurang perhatian tehadap pengumpulan data. Kita tidak terbiasa disiplin mengumpulkan data-data, karena menganggapnya kurang penting sehingga seringkali lewat begitu saja. Karena data yang tidak lengkap, aktivis dakwah sering berasumsi keliru. Akibatnya strategi dan kebijakan dakwah yang diambil tidak tepat. Padahal data membuat segala sesuatu menjadi ilmiah saat akan membuat kebijakan. Ada dua jenis data yang dibutuhkan LDFK. 1. Data Rutin Data rutin diperlukan LDFK dlam mengetahui perkembangan dari sebuah keadaan. Data ini biasanya diperbarui dalan kurun waktu tertentu. Isi data rutin adalah nominal atau angka-angka. Contohnya adalah jumlah mahasiswa muslim, jumlah mahasiswa yang mengikuti mentoring, jumlah civitas akademika yang muslim, jumlah mahasiswi muslim yang berjilbab, jumlah peserta yang hadir dalam ta’lim atau pelatihan, jumlah uang kas LDFK, dan lain-lain. Data rutin ini bisa dirangkum dalam PENELITIAN & PENGEMBANGAN | 84 buku data LDFK, dimana setiap departemen atau divisi sebuah LDFK dapat mengambil kebijakan sesuai rangkuman data tersebut. 2. Data Insidental Data ini diambil pada saat-saat tertentu berdasarkan kebutuhan LDFK. Data ini berperan dalam pengambilan kebijakan jangka pendek. Contoh, penentuan tema kajian ilmiah, penentuan tema buletin jumat, tema mading bulanan, kenyamanan civitas terhadap kondisi masjid/musola dan sebagainya. Ada dua metode pengambilan data yang dapat dilakukan LDFK. Pertama adalalah sensus. Metode ini dilakukan secara menyeluruh terhadap objek data. Misalnya, data mahasiswa baru bisa kita dapatkan lewat akademik kampus atau bekerja sama dengan BEM. Data mahasiswi muslim yang berjilbab, bisa kita dapatkan dengan menyebarkan form pada tiap angkatan dan meminta bantuan mereka untuk mengisinya. Pada data sensus ini benar-benar melibatkan seluruh mahasiswa. Hasil dari sensus adalah bentuk data kuantitatif. Metode kedua adalah survei. Dalam survei ada 2 hal penting yang harus diperhatikan yaitu pertanyaan survei dan pengambilan sampel. Pertanyaan yang diajukan haruslah menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga akan menghasilkan jawaban sesuai yang kita harapkan. Sedangkan pengambilan sampel dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan memperhatikan nilai objektivitas. Tinjauan (Analisis) Internal dan Eksternal LDFK Tahap pertama dalam pembaruan, kita perlu melihat potensi serta kelemahan LDFK kita serta daya dukung eksternal dan tantangan yang datang dari luar terkait LDFK kita. Barangkali kita lebih mengenalnya dengan istilah SWOT. Dalam tahap ini LDFK harus mampu melihat potensi yang dimiliki seperti jumlah kader yang banyak, status LDFK sudah legal atau dana dakwah mencukupi. Selain itu dilihat pula kelemahan yang ada dengan harapan dapat diperbaiki di masa yang akan datang, misalnya fasilitas kesekretariatan yang minim, belum memiliki alur kaderisasi yang jelas, atau budaya hedonisme yang kental di kampus. Setelah melihat keadaan internal, maka kita tinjau keadaan eksternal, misalnya keberadaan LDK, FULDFK, dan ikatan ikatan alumni. Semua tinjauan ini harus disertai dengan data dan fakta yang jelas. Perumusan Grand Design Dakwah Grand Design Dakwah adalah gambaran umum mengenai pola dan arah gerak LDFK di beberapa tahun mendatang. Lamanya tahun yang direncanakan sesuai dengan kemampuan LDFK, misalnya setahun kedepan, 3 tahun kedepan, menurut perkiraan masa yang akan datang. Bentuk penyusunan Grand Design Dakwah bermula dari konsep global, yakni meliputi gerak umum LDFK, dimulai dari visi, misi, sistem, alur dan sebagainya. Lalu dilanjutkan dengan penyusunan yang lebih bersifat sektoral tergantung bidang atau departemen yang ada dalam LDFK. Perumusan Grand Design Dakwah ini bertujuan agar ada sustainability development atau pembangunan yang berkelanjutan dari LDFK, sehingga penerus kita di masa yang akan datang bisa melanjutkan perjuangan LDFK. PENELITIAN & PENGEMBANGAN | 85 Menentukan Parameter Keberhasilan Parameter keberhasilan ini diharapkan bisa sebagai pedoman kuantitatif maupun kualitatif target keberhasilan setiap periode. Jika perencanaan dibuat untuk 3 tahun, maka perlu ada target pencapaian per satu tahun. Parameter keberhasilan ini harus objektif dan terukur, contoh : 1. 50% kader mula menjadi kader madya 2. Memiliki pemasukan dana 10 juta rupiah 3. Menerbitkan tentir kuliah 4. Aktif mengikuti kegiatan FULDFK tingkat wilayah dan nasional 5. 75% mahasiswi muslim mengenakan jilbab Menetapkan Alternatif Program Dakwah Pada tahapan ini LDFK mulai menyusun dan membuat strategi program yang sekiranya cocok dan tepat untuk memenuhi parameter keberhasilan yang telah dirancang. Tim perumus masih mencoba memberikan alternatif yang memungkinkan. Dalam fase ini pula brainstorming ide dan inovasi program diharapkan dapat berkembang, agar penentuan program bisa tepat. Pengambilan data untuk melihat preference dan taste dari mahasiswa perlu dilakukan. Perlu diperhatikan bahwa “give what they need, don’t give them what we need”. Gunakan orientasi outside to inside. Menentukan Program Dakwah Tahap ini biasanya dirangkumkan dalam program kerja (proker) tahunan. Biasanya pula, program kerja dibuat oleh setiap departemen atau divisi di LDFK. Dalam penyusunan proker tahunan perlu diperhatikan aspek detail seperti dana yang dibutuhkan, deskripsi agenda, parameter keberhasilan, waktu yang direncanakan dan penanggung jawab agenda dakwah. Dengan sistematika seperti ini diharapkan dapat memudahkan dalam mengeksekusi dan penerus kita dapat melihat dokumen peninggalan kita sebagai dokumen yang bisa dipahami. Setelah adanya penentuan proker ada dua tahap lagi bagi sebuah LDFK yang perlu dilakukan sebelum proker dieksekusi. 1. Auditing dana. Setiap agenda dakwah memerlukan dana, dan kadang dana yang ada di LDFK terbatas, oleh karena itu diperlukan auditing keuangan, agar setiap proker mendapat hak yang proporsional. Dengan adanya auditing ini, departemen bisa konsisten dalam pengelolaan dana. 2. Sinkronisasi timeline. Untuk menghindari bentrokaan jadwal, maka perlu dilakukan sinkronisasi timeline agar semua agenda dakwah dapat berjalan dengan baik. Setelah dua hal ini dilakukan LDFK sudah bisa mengeksekusi proker dakwah yang telah disusun. Pelaksanaan Program Dakwah Tahap pelaksanaan adalah tahap yang paling penting dalam dakwah, karena LDK mendidik kita untuk menjadi kader yang produktif dalam beramal. Dalam tahapan pelaksanaan ini tidak ada penjelasan khusus, akan tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. 1. Keadaan ruhiyah kader, jangan sampai karena bekerja terlalu banyak, membuat dia semakin jauh dari Allah. PENELITIAN & PENGEMBANGAN | 86 2. 3. Keadaan nuansa kekeluargaan di dalam LDFK, karena nuansa kekeluargaan ini akan membuat kader nyaman dan produktif. Kondisi akademik kader. Jangan sampai pula agenda dakwah yang disusun, membuat kondisi akademik kader menurun, sehingga penempatan kader perlu diperhatikan. Monitoring Tahapan ini berfungsi untuk memastikan program kerja berjalan dengan baik, dan parameter keberhasilan yang sudah direncanakan sesuai target. Monitoring ini pula menjalankan fungsi evaluasi berkala, agar penyimpangan dan kesalahan yang ada bisa diantisipasi dengan segera. Evaluasi Tahap terakhir dalan siklus perencanaan dakwah, adalah evaluasi dakwah. Bentuk evaluasi dakwah sangat beragam pendekatannya, dimulai dari pendekatan agenda dakwah itu sendiri, dimana kita menilai apakah agenda tersebut sudah memenuhi parameter keberhasilan, atau melalui pendekatan kader, terkait hasil rekruitmen kader setelah agenda dakwah, dan pendekatan objek dakwah, terkait tanggapan mereka terhadap agenda yang ada. Evaluasi untuk LDFK biasanya termaktubkan dalam LPJ tahunan. Pentingnya evaluasi ini sekaligus memberikan rekomendasi terhadap rencana dakwah tahun mendatang. Dengan adanya evaluasi yang baik dan data yang kuat, maka akan memberikan gambaran yang jelas mengenai perencanaan dakwah. Tahapan-tahapan di atas memberi gambaran bahwa untuk membuat gerak dakwah yang progresif, kader dakwah perlu membuka pikiran dan cermat memperhatikan kondisi dan kebutuhan objek dakwah. Inspirasi bisa datang dari mana saja, selama kita tetap berpegang pada nilai-nilai objektivitas, maka strategi dakwah kita akan tepat sasaran. SYIAR MEDIA | 87 11 SYIAR MEDIA D akwah dalam artian bahasa berarti menyampaikan dan dalam bahasa inggris dapat diterjemahkan dalam kata marketing. Sebuah makna yang menurut hemat saya sangat tepat, karena pada konteks dakwah kita di kampus, apa yang kita lakukan di kampus adalah memang memarketisasi dakwah itu sendiri. Dengan berbagai varian metode yang digunakan dan dengan berbagai cara pengemasan isi dari dakwah itu sendiri. Beruntunglah Islam diturunkan oleh Allah dalam keadaan sesempurna mungkin, sehingga isi dari dakwah atau konten dakwah yang kita lakukan sudah terdapat di Al Qur’an dan As Sunnah. Tinggal bagaimana kita sebagai da’I pandai merekayasa metode yang tepat agar objek dakwah dapat tertarik dan mudah untuk memahami isi dari dakwah yang dilakukan. Salah satu poin penting yang perlu diperhatikan dalam memarketisasi dakwah adalah cara publikasi yang dilakukan oleh lembaga dakwah agar objek dakwah mendapat kesan yang tepat tentang Islam itu sendiri. Seperti yang sering di perlihatkan di media massa, Islam sering kali di korelasikan dengan fundamentalis, teroris dan anti-kedamaian. Itu semua merupakan buah dari suksesnya media mempermainkan Islam itu sendiri. Sehingga sudah menjadi tanggung jawab bagi kita seorang da’I untuk bisa meng-antitesis paradigma Islam yang salah dengan merekayasa media yang bisa digerakkan dengan harapan ada perubahan opini di masyarakat tentang Islam. Disini bisa kita lihat bahwa dengan membuat publikasi yang efektif dalam men-syiar kan Islam adalah sebuah cara tersendiri untuk membangun citra Islam. Selain itu publikasi juga berperan dalam memainkan opini dan propaganda di sebuah komunitas. Lembaga dakwah kampus harus bisa menampilkan Islam yang humble sehingga objek dakwah lebih tertarik. Pilih kata-kata yang tepat untuk mempermainkan opini. SYIAR MEDIA | 88 SYIAR MEDIA | 89 Dengan citra yang baik ini tentu resistensi objek dakwah akan jauh berkurang, dan ketika objek dakwah sudah jatuh hati dengan citra yang dibangun, maka selanjutnyan untuk menanamkan nilai Islam lebih lanjut akan lebih mudah untuk dilakukan. Peran publikasi lainnya adalah untuk menginformasikan sebuah kegiatan kepada masyarakat kampus. Hal penting yang perlu diperhatikan selain desain dan pemilihan kata adalah isi dari publikasi itu sendiri, seperti; (1) waktu; (2) tempat; (3) acara; (4) contact person; (5) kelebihan acara ini. Kelima unsure publikasi acara ini harus ada dalam setiap publikasi acara agar tidak terjadi asymmetric information pada objek dakwah. Berikut adalah beberapa contoh publikasi acara yang telah dikemas dengan baik dan telah terbukti berhasil mendatangkan simpatisan objek dakwah. Pemilihan media publikasi 1. Poster Poster merupakan sebuah media fisik ( biasanya menggunakan kertas ) dengan ukuran A4,A3, dan A2. Dipasang atau ditempel di papan pengumuman atau ditempat umum lainnya. Keuntungan poster adalah dapat dicetak dalam jumlah banyak dan jika di tempatkan di lokasi-lokasi strategis akan membentuk sebuah nuansa tersendiri. Selain itu poster bisa dicetak dalam bentuk hitam putih maupun berwarna, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lembaga dakwah. Varian dari poster sangat beragam, peragaman bentuk poster yang tidak harus persegi empat juga bisa menjadi bahan kreasi, seperti membuat poster berbentuk segitiga atau lingkaran yang membuat ”eye catching” tersendiri. Peragaman lain bisa dengan memodifikasi tempat menempel, sebagai contoh dalam sebuah mading kampus. Dimana semua papan madding ditempel terlebih dahulu dengan kertas putih, dan ditengah-tengahnya baru ditempel satu buah poster full color, cara ini membuat kesan tersendiri. Contoh poster : 2. Baliho Publikasi dalam ukursan besar, dan dengan bahan yang berkualitas tentunya. Baliho mempunyai keunggulan dari segi ukuran dan menimbulkan kesan “wah” pada sebuah agenda tertentu. Karena biasanya baliho hanya dipasang satu buah atau maksimal dua buah saja di kampus, maka desain yang diberikan haruslah yang terbaik. Isi pesan harus tepat dan kesan yang ditimbulkan SYIAR MEDIA | 90 dengan permainan warna dan desain ( serta ukuran tentunya ) juga akan berdampak pada objek dakwah. Baliho ini juga bisa membentuk kesan hegemoni terhadap dakwah pula. 3. Pamflet / Leaflet Pesan atau publikasi dalam ukuran kecil. Varian dari pamphlet atau leaflet sangat beragam, dapat dibentuk dalam rupa kertas tausiyah, pembatas buku, kartu ucapan, stiker, dan sebagainya. Walau memang bentuk dasar pamphlet adalah semacam brosur dan bentuk dasar leaflet adalah poster dalam ukuran kecil. Pamflet dan leaflet ini di desain untuk diberikan kepada seluruh objek dakwah, atau bisa dikatakan lebih personal. Sehingga jumlah produksi dari jenis media ini dalam jumlah yang sangat besar, disesuaikan dengan jumlah objek dakwah itu sendiri. 4. Banner Jenis media ini bisa bercabang menjadi dua jenis, yakni vertical banner atau sering dikenal dengan umbul-umbul, dan horizontal banner yang sering disebut dengan spanduk. Pada masa kini harga produksi untuk spanduk dan umbul-umbul dengan kualitas printed sudah sangat terjangkau. Harga spanduk sekitar Rp.100.000 per spanduk dan umbul-umbul sekitar Rp.20.000 per umbulumbul. Selain itu karena kemudahan teknologi printing ini, alangkah baiknya jika spanduk dan umbulumbul di desain dengan full warna, atau dengan komposisi gambar dan foto untuk memberikan kesan elegansi dakwah SYIAR MEDIA | 91 5. Instalasi Bentuk media kreatif yang sangat nyeni. Bisa dalam bentuk semacam patung dari kertas dan bambu, balon udara, lampion, seni dari sampah atau botol bekas dan lainnya. Memang untuk membuat instalasi membutuhkan ketekunan dan bakat seni tersendiri, maka dibutuhkan pula kader yang mempunyai sense of art yang baik. Varian dari instalasi sangat beragam, akan tetapi pastinya instalasi adalah sesuatu yang bisa dipajang. 6. Buletin Buletin adalah media tertulis yang memungkinkan untuk memuat banyak tulisan dan pesan. Biasanya buletin bertransformasi dari bentuk kertas A4 di lipat dua, lalu lebih dai satu A4 yang ditumpuk sehingga tampak seperti buku, lalu bertrasformasi akhir seperti sebuah majalah. Terkait buletin sangat banyak varian isi yang bisa dikembangka seperti rubrik khusus,komik, profil kader, TTS, tips n trick, kisah, humor, tausiyah dan berbagai lainnya. Referensi untuk buletin bisa dari majalah atau tabloid umum yang beredar, coba adopsi hal-hal yang bisa menjadi daya tarik tersendiri dalam penyampaian pesan Islam kepada objek dakwah. Contoh bagian dari buletin : 7. Multimedia Pemanfaatan dunia maya sebagai media publikasi, seperti dengan website, blog, CD interaktiif, slide powerpoint, film, music, animasi dan lainnya. Multimedia saat ini sedang berkembang pesat, SYIAR MEDIA | 92 dan jika lembaga dakwah bisa memanfaatkan hal ini dengan baik, maka akan menjadi competitive advantage tersendiri bagi lembaga dakwah tersebut. Keuntungan dari multimedia adalah biaya yang murah, bahkan bisa cenderung gratis, hanya memang membutuhkan keahilian khusus untuk bisa membuat media advance ini. Pengelolaan Publikasi 1. Content Isi atau value yang akan disampaikan, biasanya ini tidak menjadi terlalu sulit karena pedoman kita dalam berislam sudah sangat jelas dan tegas, sehingga Anda tinggal perlu mengemasnya dengan baik. Ada sebuah catatan tambahan saja tentang prinsip syiar di kampus, yakni give what they need atau berikan apa yang objek dakwah butuhkan. Terkadang lembaga dakwah sering kali menjalankan agenda syiar yang tidak sesuai dengan kebutuhan dari objek dakwah sehingga terjadi miss match antara demand and supply, dan berakibat pada ketidaktertarikan objek dakwah terhadap agenda yang dilakukan. Pengalaman saya melihat bahwa terkadang kita perlu berpikir sebagaimana objek dakwah dan konsekuensi nya adalah kita perlu menurunkan sedikit standar keIslaman kita untuk bisa memahami kebutuhan objek dakwah. Anda tidak bisa langsung memberikan materi yang berat kepada objek dakwah, harus dimulai dari sesuatu yang ringan terlebih dahulu. 2. Packaging Pengemasan disini meliputi beberapa hal , antara lain ; (1) Pemilihan kata, dimana sangat penting untuk membuat opini tertentu. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami dan diingat. Bisa jadi dengan menggunakan istilah yang sedang berkembang di masyarakat umum bisa membantu untuk mempermudah objek dakwah megingat pesat yang kita sampaikan. (2) Pemilihan desain, pilihlah desain yang lembut dan tenang sehingga objek dakwah bisa melihat citra Islam yang bersahabat. Pilih pula warna yang sesuai, warna cerah bisa menjadi solusi untuk membuat citra menyenangkan. (3) Pemilihan bentuk media, media yang digunakan juga harus sesuai, coba pilih media yang sekirannya unik dan bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi objek dakwah. 3. Branding Penamaan dalam sebuah publikasi sangat penting, biasanya GAMAIS memiliki nama tersendri untuk setiap agendanya dan bisa berubah setiap tahunnya, semua dilakukan untuk me-refresh citra yang ada walau memang untuk beberapa agenda yang sudah menjadi tradisi selalu kami gunakan penamaan yang sama. Sebagai contoh penamaan atau branding ; Mentoring diberi brand Islamic Learning Group Penyambutnan Mahasiswa Baru diberi brand Look Inside my Environment Syiar Ramadhan diberi brand Ramadhan Festival atau METAMORPHISIS Agenda Idul Adha diberi brand BBQ ( bagi-bagi Qurban ) Agenda sumbangan sosial diberi brand PAY 1 GET 2 Agenda pembinaan kader diberi brand OASIS, GAMAIS Integrated Training, GAMAIS Super Camp, Youth Islamic Student Camp, Diklat Mahasiswa Muslim, Syahrut Tarbiyah GAMAIS. 4. Positioning Setelah membuat media beserta isinya, yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah penempatan dari media itu sendiri. Dimana penempatan media jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit, perhatikan juga rasio antara media publikasi dengan objek dakwah. Perhatikan pula rasio keterjangkauan objek dakwah, rasio jarak perjalanan di kampus, rasio ruang kuliah dan pusat massa, range waktu mobiliasi mahasiswa, rute utama sirkulasi mahasiswa, gedung kuliah utama dan sekunder, dan kondisi sosial budaya dari mahasiswa di kampus Anda. SYIAR MEDIA | 93 5. Impact Hasil atau dampak dari publikasi yang dijalankan. Jika publikasi yang dilakukan bersifat isu atau opini, maka dampak yang diharapkan adalah adanya perubahan opini di objek dakwah. Dan jika publikasi yang dilakukan bersifat informasi acara maka parameter keberhasilannya adalah dengan jumlah yang hadir dalam acara tersebut. Buat perangkat penilaian khusus akan dampak yang terjadi. Untuk publikasi isu bisa menggunakan perangkan angket untuk menilai keberhasilan publikasi, sedangkan perangkat lembar absensi acara bisa digunakan untuk menilai keberhasilan publikasi yang bersifat informasi acara. SYIAR KEMUSLIMAHAN | 94 S ebenarnya apa urgensi dakwah muslimah dan sejauh mana ruang lingkupnya ? Apakah perlu ada bidang khusus yang menangani permasalahan muslimah di sebuah lembaga dakwah ? Sesuai yang disabdakan Muhammad Rasulullah bahwa “Wanita adalah tiang Negara !”. Hancur atau majunya suatu Negara tergantung bagaimana kondisi perempuan yang ada di dalamnya. Seorang penyair bahkan mengatakan bahwa seorang ibu ibarat sekolah, apabila kamu siapkan dengan baik. Berarti kamu menyiapkan satu bangsa yang harum namanya. Begitu juga, orang-orang bijak banyak yang mengaitkan keberhasilan para tokoh dan pemimpin dengan peran dan bantuan kaum wanita lewat ungkapan “Dibalik keberhasilan setiap pembesar, ada wanita!” Tidak dapat dipungkiri bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi putra-putrinya yang akan meneruskan tongkat estafet peradaban ini. Tidak heran jika muncul ungkapan, dibalik kelembutan seorang wanita ia bisa mengayunkan buaian di tangan kanan dan mengguncang dunia dengan tangan kirinya. Namun, kesadaran akan hal tersebut belum dimiliki oleh para perempuan secara umum dan para muslimah pada khususnya. Untuk itu, da’wah muslimah sebagai bagian dari da’wah semesta memiliki arti penting mengembalikan pemahaman yang benar tentang peran wanita yang sesuai fitrah dan posisinya dalam Islam. Proses perubahan tak akan terjadi seketika tapi dibutuhkan studi yang mapan, terencana, sistematis, terorganisir secara rapi yang direalisasikan melalui gerakan dakwah yang solid. Karena itu, da’wah muslimah juga harus ditata, dikelola dan diorganisir secara baik dan teratur dengan kepemimpinan yang kokoh dan manajemen yang baik, yang tertuang dalam suatu wadah pergerakan. Urgensi dari dakwah muslimah sangat diyakini menjadi salah satu bagian penting dalam dakwah, bahkan seorang bijak mengatakan pembagian porsi dakwah muslimah dengan dakwah SYIAR KEMUSLIMAHAN | 95 keseluruhan, adalah jika dakwah itu adalah lingkaran, maka dakwah muslimah sebesar setengah lingkaran. Pergerakan dakwah muslimah seperti yang kita ketahui telah bergulir sejak zaman Nabi Muhammad, dimana Nabi menempatkan Istrinya sebagai pemimpin para muslimah. Peran sentral dari muslimah yang juga telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya merupakan urgensi yang saya nilai sebagai landasan mendasar mengapa kita perlu menjalankan dakwah khusus muslimah di kampus. Wakil ketua lembaga untuk seluruh muslimah. Dimana ia menjadi tangan kanan seorang ketua lembaga. Ketika zaman Rasul, siti Aisyah memerankan peran ini dengan baik. Ia yang memberikan arahan untuk para muslimah, memberikan pembinaan, menyampaikan aspirasi muslimah di syuro, dan sebagai panglima dakwah untuk para muslimah itu sendiri. Posisi seorang kepala muslimah hanya satu tingkat di bawah seorang kepala lembaga dakwah. Pemimpin untuk seluruh koordinator akhwat. Jika seorang kepala lembaga mengkoordinir, membina, dan memimpin langsung kepala departemen di bawahnya. Maka sosok kepala muslimah ini berperan sebagai pengkoordinir, pembina dan pemimpin bagai para koordinator akhwat seluruh departemen. Peran ini diharapkan dapat membuat daya rangkul antara kader pria dan perempuan seimbang. Sebagai pelakasna bidang dakwah muslimah. Fungsi mendasarnya yang ketiga adalah menjalankan dakwah muslimah itu sendiri, baik itu agenda kaderisasi, syiar maupun jaringan muslimah. Lingkup dakwah muslimah itu sendiri sangat luas dan meliputi seluruh aspek dakwah kampus, antara lain : Kaderisasi¸ yang dilakukan khusus untuk para muslimah. Berbagai agenda kaderisasi butuh ditambahkan kepada para muslimah agar dapat menjadi sosok muslimah ideal. Penambahan agenda kaderisasi ini diharapkan dapat membuat para muslimah ini dapat memahami perannya sebagai individu, anak, Istri, Ibu, dan da’iyah. Tuntutan peran dalam berbagai bidang kehidupan, baik kehidupan rumah tangga, sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik dan pemerintahan, dalam rangka mengemban amanah da’wah, amar ma’ruf nahi mungkar, membutuhkan bekal yang cukup bagi akhwat muslimah untuk menjalankan peran multi dimensi yang di pikul. Sehingga Kampus memiliki tanggung jawab dalam berpartisipasi dalam membentuk muslimah shalehah yang syamil dengan kehadiran bidang muslimah lembaga dakwah yang melakukan program berupa Pembinaan dan Pengembangan Potensi Muslimah. Syiar, secara metode variasi syiar muslimah tidak berbeda jauh dengan dakwah pada umumnya. Akan tetapi syiar muslimah ini mempunyai kekhususan di bidang materi yang akan disampaikan. Karena syiar merupakan bagian dari kaderisasi massal, maka akan tetap mengacu pada pembentukan karakter muslimah yang memahami perannya sebagai individu, anak, Istri, Ibu, dan da’iyah. Contoh beberapa materi yang bisa disampaikan antara lain ; konsep diri muslimah, kewajiban seorang muslimah, fiqih darah wanita, fiqih thaharah, figur muslimah teladan, urgensi dan peran muslimah dalam dakwah, etika interaksi perempuan dan pria, akhlak seorang muslimah, perawatan diri seorang wanita, career planning, dakwah dan rumah tangga, basic lifeskill bagi muslimah, dan muslimah pembelajar. Jaringan, dalam membangun dakwah kita perlu juga untuk mengembangkan jaringan agar dakwah yang dilakukan akan lebih kuat dan bermanfaat. Bidang kemuslimahan yang ada diharapkan pula dapat meluaskan jaringannya ke sesama lembaga dakwah lain. Selama lembaga dakwah SYIAR KEMUSLIMAHAN | 96 tersebut masih bertujuan untuk menegakkan Islam, cobalah untuk membangun komunikasi dengan mereka. Untuk mewujudkan dakwah muslimah yang baik dan tepat sasaran diperlukan langkah yang bisa ditempuh dalam dakwah muslimah ini sendiri. Bidang muslimah disebuah lembaga dakwah dapat melakukan tiga hal utama sebagai langkah awal. Langkah awal ini diharapkan dapat dijalankan untuk menetralisir segala paradigma tentang muslimah yang salah. a. Meluruskan paradigma muslimah agar sesuai dengan fitrahnya. Saat ini banyak pandangan yang salah tentang sebenarnya bagaimana seorang muslimah itu. Atau bahkan paradigma tentang perempuan itu sendiri. Ada sebuah pandangan emansipasi wanita secara berlebihan yang membuat peran sebagai penopan rumah tangga menjadi lemah. Ada pandangan feminisme yang perlu diluruskan dengan koridor Islam. Perlu dijelaskan pula kepada objek dakwah, bahwa Islam tidak memandang perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga, akan tetapi ada peran perempuan yang sangat besar. b. Membudayakan gaya hidup islami kepada para muslimah , gaya hidup atau lifestyle dari seorang muslimah yang baik. Gaya hidup ini bisa dalam dua pendekatan, yakni simbolik dan kebiasaan. Secara simbolik yakni dengan membudayakan penggunan jilbab, dan terkait kebiasaan seperti tutur kata, cara tertawa, atau kebiasaan pulang tidak larut malam. c. Membentuk karakter muslimah yang tawazun, menyeimbangkan secara individu yakni keseimbangan antara fikriyah, jasadiyah, dan ruhiyah. Serta keseimbangan perannya sebagai ibu, istri dan anak. Sehingga terbentuk sosok muslimah yang memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap perannya.