Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan I

advertisement
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kedelai merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
(golongan
Leguminoceae).
Terdapat
dua
spesies
kedelai
yang
biasa
dibudidayakan, yaitu kedelai putih (Glycine max) dan kedelai hitam (Glycine
soja). Kedelai putih (berwarna kuning, agak putih, atau hijau) merupakan tanaman
asli Asia subtropik, seperti Cina dan Jepang Selatan sedangkan kedelai hitam
berasal dari Asia tropik, seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tanaman
kedelai merupakan salah satu komoditi palawija yang mempunyai peranan
penting di Indonesia dan memiliki potensi serta prospek yang baik untuk
diusahakan, karena tanaman ini relatif mudah dibudidayakan (Adisarwanto,
2005).
Permintaan terhadap produksi kedelai dari tahun ketahun terus
meningkat baik untuk kebutuhan pangan maupun untuk industri. Disisi lain
ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, hal ini karena
produktivitas yang masih rendah. Rendahnya produksi kedelai disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain, seperti teknologi bercocok tanam yang masih kurang
baik, kesiapan dan keterampilan petani kedelai yang masih kurang, penyediaan
sarana produksi yang masih belum tepat serta kurangnya permodalan petani
kedelai untuk melaksanakan proses produksi sampai ke pemasaran hasil
(Andrianto, dan Indarto, 2004).
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk memacu peningkatan produksi
dan memenuhi kebutuhan hingga menuju swasembada kedelai, salah satunya
adalah penggunaan varietas unggul dan berpotensi tinggi ( Lisdiana, 2011).
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
2
Upaya peningkatan produksi kacang kedelai dapat dilakukan dengan
melakukan pemangkasan ruas, dimana pemangkasan dapat memperbaiki
kesehatan tanaman, pembungaan terangsang dan produksi meningkat.
Menurut Putri dan Haryadi, 2010. menyatakan bahwa pemangkasan
tanaman merupakan usaha untuk memperbaiki kondisi lingkungan seperti suhu,
kelembababan, cahaya, sirkulasi angin sehingga aktivitas fotosintesis berlangsung
normal. Pemangkasan dapat memperbaiki kesehatan tanaman, pembungaan
terangsang dan produksi meningkat. Dari hasil penelitian Rubat zaki 1997
pemangkasan ruas tanaman kedelai pada fase pertumbuhan V5, R1 dan R3
terbukti secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kedelai.
Menurut Zamriyetti dan Rambe (2006) bahwa, pemangkasan pada fase
vegetatif dapat meningkatkan jumlah cabang primer dan pemangkasan pada fase
generatif dapat meningkatkan bobot 100 biji dan berat biji kering per sampel.
Pemangkasan merupakan penghilangan bagian tanaman (cabang, pucuk
atau daun) untuk menghindari arah pertumbuhan yang tidak di inginkan.
Pemangkasan dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif (cabang) dan
meningkatnya pertumbuhan generatif (buah) dan memperbanyak penerimaan
cahaya matahari merupakan salah satu cara untuk memperbesar buah dan
meningkatkan bobot perbuah, pemangkasan dilakukan untuk mengurangi
pertumbuhan vegetatif (daun/cabang) dan meningkatkan pertumbuhan generatif
(buah), memperbanyak penerimaan cahaya matahari, menurunkan tingkat
kelembaban di sekitar tanaman, menghambat pertumbuhan yang tinggi agar
mudah pemeliharaannya dan untuk menaikkan kualitas buah (Jaya, 2009).
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
3
1.2 Tujuan
1.
Mengetahui pengaruh pemangkasan
terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman kedelai.
2.
Mengetahui peningkatan pertumbuhan jumlah cabang pada tanaman kedelai.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kedelai
Menurut D.A Sihombing. (1986) sistematika (taksonomi) tumbuhan
,kemudian tanaman kedelai (Glycine max L) dapat di klasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae ( Tumbuh-tumbuhan)
Devisi
: Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Sub divisi
: Angiospermae ( Berbiji tertutup )
Kelas
: Dicotyledonae ( Berkeping dua )
Ordo
: Polypetales
Famili
: Leguminosae (papilionaceae)
Sub famili
: Papilionoideae
Genus
: Glycine
Spesies
: Glycine max
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar
cabang yang tumbuh menyamping ( horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah.
Jika kelembaban tanah turun, akar akan berkembang lebih kedalam agar dapat
menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan kesamping dapat mencapai jarak 40
cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai pertumpuhnya
tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga
merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa
koloni dari bakteri pengikat nitrogen rhizobium japonicum yang bersimbiosis
secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini,
bintil akar mulai terbentuk sekitar 15-20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
5
dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N kemudian dapat
digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3) (Fauzie Dakhlan,
1983).
Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (70-150 cm),
menyemak, berbulu halus (pubescens), dengan sistem perakaran luas. Tipe
pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak
terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas
(semi-indeterminate). Tipe
terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan
meninggi. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi dan ujung batang lebih kecil
dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua
tipe lainnya (Adisarwanto, 2005).
a. Biji
Biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak
di antara keping biji. Warna kulit biji bermacam-macam, ada yang kuning, hitam,
hijau atau choklat. Pusar biji atau hilum, adalah jaringan bekas biji kedelai yang
menempel pada dinding buah. Bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong,
ada yang bundar atau bulat agak pipih(Hidayat, 2000).
b. Kecambah
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang
cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas
tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah di bawah kepaing, ungu
atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
6
ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah
kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge) (Adisarwanto, 2005).
c. Perakaran
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar
cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah.
Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat
menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40
cm, dengan kedalaman hingga 120 cm (Hidayat, 2000).
Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat
pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat
terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri
pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis
dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai
terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat
nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat
digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3)
d. Batang dan cabang
Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 36 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau
tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi
terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semiindeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan
mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
7
batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar
dengan daun batang tengah ( Lisdiana, 2011).
Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke
atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung
batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki
karakteristik antara kedua tipe lainnya.
e. Daun
Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk
sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun
majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek
dan daun tripoliat mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun
berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus
(trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai
daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang
menempel di bagian bawah batang(Adisarwanto, 2005).
f. Bunga
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai
alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih
menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak
pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat
menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar
60% bunga rontok sebelum membentuk polong (Hidayat, 2000).
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
8
g. Buah
Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100
– 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abuabu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mulaberwarna hijau
akan berubah menjadi kehitaman ( Sihombing, 1986).
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia
kotiledon pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk
sepasang daun tunggal. Selanjutnya pada semua buku di atasnya terbentuk daun
majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek
dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun
berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus
(trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai
daun majemuk. Setelah tua, daun memanjang dan gugur, mulai dari daun yang
menempel dibagian bawah batang (Barus, dan Syukri, 2008).
2.2 Syarat Tumbuh
Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang
berpengaruh dan pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pertumbuhan kedelai tidak
bisa optimal bila hanya ada satu komponen lingkungan tumbuh optimal. Hal ini
dikarenakan kedua komponen ini harus saling mendukung satu sama lain sehingga
pertumbuhan kedelai bisa optimal(Salisbury, and Ross, 1992).
Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu syarat
tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun
kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan
menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
9
tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Kedelai juga membutuhkan
tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup
dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan
bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk
pertumbuhan tanaman (Suprapto, 1999).
Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH
5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5
pertumbuhannya sangat terhambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan
bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau
proses pembusukan) akan berjalan kurang baik (Zamriyetti dan Rambe, 2006).
Ketinggian Tempat juga berpengaruh, varietas kedelai berbiji kecil, sangat
cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5-300 m dpl. Sedangkan varietas
kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl.
Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl.
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama
penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman hari pendek, artinya,
tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu
15 jam perhari. Umur berbunga pada tanaman kedelai yang ditanam di daerah
dataran tinggi mundur sekitar 2-3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang
ditanam di datarn rendah(Herbert, 2010).
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu
tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada
suhu tanah yang rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat,
bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
10
kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak
biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat. Disamping
suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanaman
kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga
tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga
menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah (10°C), seperti pada daerah
subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong
kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C
(Suprapto, 1999).
Kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350-450 ml selama masa
pertumbuhan kedelai.
Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat
penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air
semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air
paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi
kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia
perkecambahan dan pembentukan polong. Selama masa stadia pemasakan biji,
tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh
kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan mendorong proses
pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang seragam (Barus, dan Syukri,
2008).
2.3 Teknologi Pemangkasan
Pemangkasan merupakan penghilangan bagian tanaman (Cabang, pucuk
atau daun) untuk menghindari arah pertumbuhan yang tidak di inginkan.
Pemangkasan dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif (tunas) dan
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
11
meningkatnya pertumbuhan generatif (buah) dan memperbanyak penerimaan
cahaya matahari merupakan salah satu cara untuk memperbesar buah dan
meningkatkan bobot perbuah, pemangkasan dilakukan untuk mengurangi
pertumbuhan vegetatif (daun/cabang) dan meningkatkan pertumbuhan generatif
(buah), memperbanyak penerimaan cahaya matahari, menurunkan tingkat
kelembaban di sekitar tanaman, menghambat pertumbuhan yang tinggi agar
mudah pemeliharaannya dan untuk menaikkan kualitas buah (Hidayat, 2000).
Pemangkasan
merupakan
suatu
teknik
untuk
mengatur
bentuk
tanaman agar dapat menumbuhkan tunas-tunas baru dan memungkinkan
melakukan panen pada tingkat produksi tertentu serta membuang cabang yang
tidak produktif (Jaya, 2009).
Pemangkasan pada tanaman bertujuan untuk membentuk tajuk dan
merangsang pembungaan. Bagian tanaman yang dipangkas adalah cabang,
ranting,
tunas, batang, dan bagian tanaman yang timbulnya berlebihan atau
terserang penyakit (Putri, Lonto, dkk, 2010).
Menurut Salisbury dan Ross (1992) bahwa pertumbuhan tunas-tunas
terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah dikarenakan terangsang oleh
perlakuan
pemangkasan.
Tindakan
pemotongan
dilakukan
agar
tidak
menyebabkan pengaruh yang besar terhadap kandungan karbohidrat pada batang,
maka harus tetap mempertahankan tinggi pemangkasan yang optimum.
Pemangkasan tanaman kedelai dilakukan dengan satu kali pemangkasan
pada umur 30 HST (hari setelah tanam), pemangkasan dilakukan pada bagian
ruas yang ke dua dari pucuk (Soverda, Evita, dkk, 2009).
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
12
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil pelaksanaan budidaya
kedelai adalah mulai dari tanggal 17 April - 12 Juni 2015 yang dilaksanakan di
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Sukarami (Solok).
3.2 Alat dan Bahan
Adapun Alat yang digunakan adalah cangkul, sabit, tugal, ajir, meteran,
timbangan, sedangkan bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas
Panderman, Urea, SP36, KCl dan tali.
3.3
Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan LTA ini adalah aplikasi pemangkasan
pada tanaman kedelai sebagai teknologi dan bagaimana pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai, perlakuan yang diaplikasikan pada
tanaman kedelai yaitu ;
1. Pemangkasan pada tanaman kedelai
2. Tanpa pemangkasan tanaman kedelai
Untuk mengetahui perbedaan variabel pengamatan pada masing-masing
perlakuan pemangkasan dengan banyak sampel yaitu sebanyak 15 sampel masingmasingnya, maka dilakukan uji t (t- Student) pada taraf yanta 5% dan 1% dengan
rumus sebagai berikut:
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
13
Dimana :
Keterangan :
x
y
Mx, My
N
SDx; SDy
= Nilai masing-masing variabel pengamatan pada perlakuan
pemangkasan.
= Nilai masing-masing variabel pengamatan pada tanpa
pemangkasan.
= Rata-rata nilai variabel x dan y
= Jumlah sampel tanaman ( 15 batang )
= Standar Deviasi variabel x dan y
Hipotesis :
Ho = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara pemangkasan dengan tampa
pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
(t hitung < t tabel 5%)
H1 = Terdapat perbedaan yang nyata antara pemangkasan dengan tampa
pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
(t hitung > t tabel 5% dan 1%).
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
14
3.4 Pelaksanaan
Semua tahapan budidaya antara tanaman kedelai yang dipangkas dengan
yang tidak dipangkas diperlakukan sama, tahapan budidaya yang dilakukan
sebagai berikut :
A. Pengadaan benih
Benih yang digunakan yaitu benih kedelai varietas Panderman yang
berasal dari UPBS (Unit Pengelolaan Benih Sumbar). Dengan kebutuhan benih
sekitar 75 Kg/Ha atau ½ kg untuk luasan 50 m² sudah termasuk benih untuk
penyulaman.
B. Pengolahan Tanah
Pengolahan
tanah
dilakukan
dua
kali.
Pengolahan
tanah
pertama
(menggunakan traktor) yang bertujuan untuk membalik tanah dan memperbaiki
drainase dan aerase. Pengolahan tanah kedua dilakukan satu minggu setelah
pengolahan tanah pertama
yang bertujuan
menggemburkan
tanah dan
menghaluskan tanah untuk mempermudah dalam penanaman.
C. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di
perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya.
Kedalaman lubang
tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 2 butir benih kedelai.
Penanaman kedelai dilakukan dengan menggunakan jarak tanam 20 x 40 cm
dengan 2 biji/lubang tanam dengan kedalaman lubang tanam 3-5 cm.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
15
D. Pemeliharaan
1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dilakukan bila jumlah tanaman per lubang tidak sesuai
dengan yang dikehendaki; yaitu dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan
yang dikehendaki hanya 2, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman
yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang
tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak
boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan
tumbuh.
Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.
Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta
perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman
hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling
lambat dua minggu setelah tanam.
2. Pemupukan
Pemupukan pupuk buatan dilakukan dengan larikan disebelah kiri pupuk
SP36 dan KCl dan disebelah kanan dikasi pupuk Urea. Lakukan pembuatan
lobang tanam dengan jarak antara 5-7 cm dari tanaman, dengan dosis 75 kg/ha
atau 0,375 kg/50 m2 Urea, 100 kg/ha atau 0,5 kg/50 m2 SP-36 dan 100 kg/ha atau
0,5 kg/50 m2 KCl. Setelah pupuk diaplikasikan, diupayakan pupuk dapat ditutup
dengan tanah.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
16
3. Penyiangan
Penyiangan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat berumur 4 minggu
dan 8 minggu setelah tanam. Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan
dari tanaman pengganggu (gulma).
4. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan
untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain
itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena
adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu.
Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul,
kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan
yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan
bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 8 minggu.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara terpadu mulai
dari pencegahan dengan menggunakan varietas yang tahan, pengendalian dengan
cara melihat tingkat serangan, pengendalian secara manual dengan cara mencabut
tanaman yang terserang hingga pengendalian secara kimia yang dilakukan dengan
menyemprot pertisida dengan merek dagang Buldok 25 EC.
Penyemprotan pestisida dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu setelah
tanam, hal ini dilakukan karena banyaknya hama ulat penggulung daun dan hama
penggerek batang yang menyerang tanaman. Pemyemprotan dilakukan pada pagi
hari. Dosis pestisida yang digunakan adalah 5 cc untuk luasan lahan 50 m2 yang
dilarutkan dalam 1 liter air.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
17
Gambar 1. Gejala serangan ulat penggerek batang pada tanaman kedelai.
6. Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada saat tanaman kekeringan atau pada musim
kemarau. kedelai tumbuh dengan baik pada curah hujan 250-5.000 ml selama
pertumbuhannya.
Pada masa pertumbuhannya kebutuhan airnya tidak begitu
tinggi dibandingkan pada waktu berbunga yang membutuhkan air terbanyak.
Pada masa berbunga ini waktu hujan yang pendek diselingi dengan matahari jauh
lebih baik dari pada hujan terus-menerus.
Pengairan untuk mencegah tanaman kedelai jangan sampai layu sangat
penting artinya. Pengairan yang terlambat akan mengakibatkan daun layu. Cara
mengairi adalah dengan membuat parit-parit kecil diantara barisan kedelai.
E. Teknologi pemangkasan
Pada plot tanaman kedelai yang dipangkas yaitu; teknik pemangkasan
kedelai
dipangkas
pada
umur
30
hari
setelah
tanam
memotong/memetik bagian ruas di bawah pucuk tanaman.
dengan
cara
Pemangkasan
bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan jumlah cabang dan produksi
tanaman.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
18
F. Panen dan pasca panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning,
tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah
warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah
kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang
terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering,
sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Di
samping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari
cabangnya (Sutanto, 2002).
Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110
hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai
yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari,
sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan
biji betul- betul sempurna dan merata (Gobookee. 2009).
G. Pengamatan
Parameter pengamatan meliputi pertumbuhan vegetatif dan generatif
diantara lain; tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah daun, sedangkan
pengamatan generatif antara lain jumlah polong, jumlah biji pertanaman, bobot
biji kering pertanaman, berat 100 biji dan jumlah produksi. Pengamatan vegetatif
dan generatif dilakukan pada tanaman sampel.
1. Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari pangkal batang sampai ujung
daun terpanjang yang diluruskan secara vertikal Pengamatan tinggi tanaman
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
19
dimulai saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam, dan pengamatan
selanjutnya dilakukan 1 kali dalam seminggu sampai terbentuknya bunga.
2. Jumlah daun (cm)
Dengan cara menghitung semua daun trifoliat yang telah membuka
sempurna Pengamatan jumlah daun dilakukan setelah tanaman berumur 3 minggu
setelah tanam. Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan interval waktu setiap
satu kali dalam seminggu.
3. Jumlah cabang produktif
Cabang produktif adalah cabang yang keluar dari batang utama dan
menghasilkan polong. Pengamatan jumlah cabang produktif dilakukan pada saat
menjelang panen pada tanaman sampel.
4. Jumlah polong
Jumlah polong dihitung pada saat panen dengan menghitung jumlah polong
yang dihasilkan per tanaman.
5. Jumlah biji pertanaman
Pengamatan dilakukan setelah biji dikeringkan dengan cara menghitung jumlah
biji per tanaman.
6. Berat 100 Biji (Bernas )
Perhitungan berat 100 biji dilakukan setelah biji kering dengan kadar air
kira-kira 12%.
7. Bobot biji kering per tanaman (g)
Pengamatan bobot biji kering per tanaman dilakukan pada biji dengan kadar air
12%. Pengeringan dikeringkan di bawah terik matahari hingga mencapai kadar
air yang diinginkan. Kemudian biji ditimbang per tanaman.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
20
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
A. Pertumbuhan Vegetatif
Pertumbuhan tanaman saat fase vegetatif meliputi pengamatan; tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif. Pengamatan masing-masing
variabel disajikan sebagai berikut:
1. Tinggi tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dari umur 21-49 hst disajikan pada lampiran
pertumbuhan tinggi tanaman disajikan pada Gambar 2.
12
Tinggi Tanaman ( cm)
10
8
6
perlakuan
kontrol
4
2
0
21
28
35
Umur (hst )
42
49
Gambar 2. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman kedelai umur 21- 49 hst
Dari grafik di atas terlihat bahwa laju pertumbuhan tinggi tanaman pada
perlakuan pemangkasan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa
pemangkasan. Tinggi tanaman
kedelai pada sistem pemangkasan meningkat
tinggi pada umur 42 sampai 49 hari setelah tanam dibandingkan dengan tanpa
pemangkasan.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
21
2. Jumlah daun
Pengamatan jumlah daun dari umur 21-49 hst disajikan pada lampiran,
pertambahan jumlah daun pada Gambar 3.
16
14
Jumlah Daun ( buah)
12
10
8
kontrol
6
perlakuan
4
2
0
21
28
35
42
49
Umur (hst )
Gambar 3. Grafik jumlah daun umur 21-49 hst
Dari grafik di atas terlihat bahwa laju pertambahan jumlah daun pada
perlakuan pemangkasan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa
pemangkasan. Jumlah daun
kedelai pada sistem pemangkasan terjadi
peningkatan. Namun dibandingkan dengan tanpa pemangkasan dan jumlah daun
lebih rendah.
3.
Jumlah cabang produktif
Pengamatan jumlah cabang produktif dari umur 21-49 hst disajikan pada
Lampiran, pertumbuhan jumlah cabang produktif disajikan pada Gambar 4.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
22
16
Jumlah Cabang (buah)
14
12
10
8
kontrol
6
perlakuan
4
2
0
21
28
35
42
49
Umur (hst )
Gambar 4. Grafik jumlah cabang produktif umur 21-49 hst
Dari grafik di atas terlihat bahwa laju pertambahan jumlah cabang pada
perlakuan pemangkasan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa
pemangkasan. Jumlah cabang kedelai pada sistem pemangkasan terjadi
peningkatan. Namun dibandingkan dengan tanpa pemangkasan dan jumlah
cabang lebih rendah.
B. Pertumbuhan Generatif
Pertumbuhan generatif yang diamati yaitu: jumlah polong, jumlah biji/
tanaman, bobot pertanaman, dan bobot 100 biji.
Hasil pengamatan dari masing-masing pengamatan pertumbuhan generatif
sebagai berikut.
1. Jumlah polong / tanaman.
Hasil pengamatan dan uji t terhadap jumlah polong/ tanaman tertera pada
lampiran, perbandingan jumlah polong/ tanaman dari masing-masing perlakuan
disajikan pada Gambar 5.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
23
56.9
Jumlah polong (buah)
60
42.9
50
40
30
20
10
0
Teknologi
Kontrol
Gambar 5. Pengamatan jumlah polong kedelai.
Jumlah polong yang tertinggi didapatkan pada perlakuan teknologi
pemangkasan dan yang rendah pada tanpa pemangkasan.
2. Jumlah biji/ polong
Hasil pengamatan dan uji t terhadap jumlah biji per polong tertera pada
lampiran, perbandingan jumlah biji per polong dari masing-masing perlakuan
disajikan pada Gambar 6.
jumlah biji per
polong (buah)
3
3
3
2
1
0
Teknologi
Kontrol
.
Gambar 6. Pengamatan jumlah biji per polong tanaman kedelai.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
24
Jumlah biji per polong yang sama tingginya pada perlakuan teknologi
pemangkasan dan tanpa pemangkasan
3. Berat biji kering per tanaman.
Hasil pengamatan dan uji t terhadap berat biji kering per tanaman tertera pada
lampiran, perbandingan berat biji kering per tanaman dari masing-masing
beratbiji kering/ tanaman
perlakuan disajikan pada Gambar 7.
100
84
80.2
80
60
40
20
0
Teknologi
Kontrol
Gambar 7. Pengamatan Berat bobot biji kering tanaman kedelai.
Berat biji kering per tanaman yang tertinggi didapatkan pada perlakuan
teknologi pemangkasan dan yang rendah pada tanpa pemangkasan.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
25
Tabel 1. Hasil analisis uji t terhadap pengamatan fase vegetatif dan generatif
No
Variabel pengamatan
Rata-rata
pengamatan
Teknologi Kontrol
9,4
29,5
t
hitung
Hasil
30,41
hs
1
Tinggi tanaman (cm)
2
Jumlah daun (helai)
4,9
10,9
12,88
hs
3
Jumlah cabang
4,2
3,1
2,74
hs
4
Jumlah polong ( buah)
56,9
42,9
5
Jumlah biji/polong (butir)
3.0
3.0
0,00
ns
6
Bobot biji kering/ tanaman
5,6
5,4
0,62
ns
7
Bobot 100 biji
2,08
s
10,9
10,4
8
Produksi /25 m
2
5,81
4,18
9
Produksi ton/ha
2,37
2,11
Keterangan:
T tab 5%
T tab 1%
NS
S
HS
=
=
=
=
=
7,98
hs
2,05
2,77
Non signifikan
Signifikan
High signifikan
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis dengan uji t terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman kedelai menunjukkan bahwa pemangkasan memberikan pengaruh yang
positif
terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Pemangkasan melihatkan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
cabang, jumlah polong, dan bobot 100 biji, namun yang tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah biji dan bobot biji kering.
Pemangkasan ruas ini terdapat pengaruh pada setiap tanaman yang
diamati, pada
tinggi tanaman menunjukkan
Laporan Tugas Akhir
berpengaruh nyata terhadap
Budidaya Tanaman Pangan
26
pertumbuhanya. Pemangkasan ruas
ini membuktikan bahwa semakin besar
pemangkasan ruas maka akan memperlambat tinggi tanaman tersebut dikarenakan
beberapa hal salah satunya adalah hilangnya ruas sebagai pusat pertumbuhan
tinggi tanaman, tinggi tanaman masih dapat terjadi tetapi hanya pada buku
tanaman kedelai tersebut.
Hal ini didukung oleh pendapat Wilkins (1989), bahwa pada kondisi
demikian pemangkasan dapat sebagai pengguna hasil fotosintesis misalnya untuk
respirasi dengan dilakukannya pemangkasan akan sangat menguntungkan karena
hasil fotosintesis yang seharusnya digunakan daun-daun tersebut dapat
ditranslokasikan untuk pengisian polong dan biji, sehingga akan memperkecil biji
yang abortif.
Berdasarkan pengamatan vegetatif, tanaman yang dipangkas memberikan
pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap tinggi tanam, jumlah daun, dan
jumlah cabang dibandingkan dengan tanpa pemangkasan. Hal ini disebabkan
pertumbuhan tunas lateral menimbulkan terbentuknya cabang batang yang cukup
banyak pada ketiak batang utama.
Selain itu pemangkasan ruas batang
menyebabkan pertumbuhan tunas apikal terhambat sehingga tanaman tidak terlalu
tinggi dan mempunyai cabang yang banyak pada tanaman tersebut.
Pada
perlakuan ini menunjukkan semakin besar pemangkasan maka akan semakin
meningkatkan jumlah cabang utama tanaman tersebut.
Menurut Mathew (2000), Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor , antara lain adalah Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada tanaman
(plant regulator). Contoh zat pengatur tumbuh itu antara lain adalah auksin.
Auksin dibentuk di koleoptil atau ujung batang dan akar yang berfungsi pada
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
27
pemanjangan tunas apikal (tunas pertama yang tumbuh cepat), akibat dari
dominansi apikal, yaitu terhambatnya per tumbuhan tunas lateral (tunas ketiak
daun).
Untuk itu pemangkasan tunas apikal perlu dilakukan agar tunas lateral
dapat tumbuh. Pada variabel jumlah cabang utama pada tanaman menunjukkan
pengaruh penambahan jumlah cabang setelah dilakukan pemangkasan pada ruas
tanaman tersebut.
Berdasarkan
hasil
pengamatan
generatif,
tanaman
kedelai
yang
mengunakan pemangkasan melihatkan hasil pemangkasan yang berbeda nyata
terhadap jumlah polong dan bobot 100 biji, namun tidak berbeda nyata pada
jumlah biji dan berat biji kering.
Dilihat dari hasil produksi yang diperoleh tanaman kedelai yang
melakukan pemangkasan menghasilkan 5,81 kg pada luas lahan 25m2 atau 2,33
ton/ ha, sedangkan hasil produksi kedelai yang mengunakan tanpa pemangkasan
diperoleh sebesar 4,18 kg pada luas lahan 25 m2 atau 1,67 ton/ha. tingginya hasil
produksi tanaman kedelai yang mengunakan perlakuan pemangkasan dari pada
tanpa pemangkasan hal ini sesui dengan Salisbury dan Ross (1992) yang
menyatakan bahwa produksi kedelai mencapai 65.775 ton wose kering. Dari
hasil produksi sebanyak itu, mampu memberi kontribusi 43,14% terhadap total
produksi kedelai Jateng (sebesar 152.416 ton). Sedangkan untuk tingkat nasional
memberi kontribusi 7,72% terhadap total produksi kedelai nasional (sebesar
851.647 ton). Kedelai varietas grobogan memiliki keunggulan yaitu berumur
sangat pendek (76 hari), ukuran polong besar (18 gram per 100 biji), produksi
tinggi (rata-rata hasil 2,2 ton/ha), tanaman menggugurkan daunnya pada saat
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
28
polong menjelang masak, sehingga mempermudah prosesing panen dan
pascapanennya, serta mendukung konservasi lahan melalui pengembalian daun ke
dalam tanah. Kelebihan lain yang tak kalah penting adalah kandungan protein
sangat tinggi yaitu 43,9%, lebih tinggi dari kedelai impor yang hanya sebesar
34%.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1.
Pemangkasan memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah polong dan bobot 100 biji, namun
tidak nyata terhadap jumlah biji dan berat kering dan hasil produksi pemangkasan
lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemangkasan.
2. Jumlah cabang merupakan salah satu karakter penunjang produksi biji karena
berpengaruh terhadap jumlah polong per tanaman dan jumlah biji. Jumlah cabang
pada tanaman kedelai mempengaruhi jumlah polongnya, karena cabang yang
banyak mempunyai jumlah buku yang banyak, dan masing-masing buku dapat
menghasilkan bunga yang pada akhirnya dapat membentuk polong.
5.2. Saran
1.
Penggunaan teknologi pemangkasan sudah tertera pada budidaya tanaman
kedelai.
2.
Dalam melakukan pemangkasan seharusnya memperhatikan bagai mana cara
melakukan pemangkasan yang baik, dan hasil produksi pemangkasan lebih
tinggi di bandingkan tanpa pemangkasan.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
30
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, 2005. Proses budidaya tanaman shorgum : kedelai edamame. jurnal
Pertanian Vol (3) : 124-126.
Andrianto,T dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan analisis usaha tani kedelai,
kacang hijau, kacang panjang. Cetakan pertama. penerbit absolut,
Yogyakarta.
Adisarwanto, 2008. Budidaya kedelai tropika. Penebar swadaya, Jakarta.
Barus, A dan Syukri. 2008. Agroekoteknologi tanaman buah-buahan. Universitas
Sumatera Utara Press, Medan.
D.A sihombing. 1986.” Pengembangan kedelai di Indonesia”. Dalam: majalah
pertanian No .1 Th. XXXIII 85/86 Departemen Pertanian.
Fauzie Dakhalan. 1983. “ Kepekaan berbagai stadia umur tanaman kedelaian
varietas orba terhadap serangan Agromyza phaseoli.
Fachruddin, Lisdiana. 2011. Produksi tanaman padi dan palawija di Indonesia.
diakses dari http://bps.go.id. [10 oktober 2012]
Gobookee.2009.http://www.agromaret.com/artikel/787/ciri_dan_umur_panen_ked
elai.
Herbert, M. C. S. 2010. Perubahan sifat fisika tanah ultisol akibat pemberian
Bokashi dan kompos tandan kosong sawit serta efeknya terhadap produksi
tanaman kedelai (Glycine max l). Departemen ilmu tanah, Fakultas pertanian
Universitas sumatera utara, Medan.
Hidayat, O. D. 2000. Morfologi tanaman kedelai. Hal 73-86. Dalam S.
Somaatmadja et al. (Eds.). Puslitbangtan. Bogor.
Jaya, K. D. 2009. Pengaruh pemangkasan cabang terhadap hasil tanaman brokoli
(Brassica oleracea L. var. italica) di dataran rendah. Crop Agro, 2(1).
Mathew, J.P., S.J. Herbert, S. Zhang, A.A.F. Rautenkranz, G.V. Litchfield. 2000.
Differential response of saybean yield component to the tining of light
enrichment. Agron. J. 92:1156-1161.
Putri, D. S., A. P. Lontoh., Haryadi. 2010. Pengaruh pemangkasan dan
pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas L.). J. Penel.Bid. Il. Pert. 3(2):70-81.
Rubatzky,U. B dan M. Yamaguchi. 1997. Sayuran dunia, prinsip produksi dan
gizi. Edisi kedua. Penerjemah Catur Herison. ITB Press, Bandung.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
31
Salisbury, F. B and C.W. Ross, 1992. Fisiologi tumbuhan Jilid 3 perkembangan
tumbuhan fisiologi lingkungan. Penerbit ITB, Bandung
Suprapto. 1999. Bertanam kedelai.Penebar Swadaya.Jakarta.
Soverda, N. Evita dan Gustiwati. 2009. Evaluasi dan seleksi varietas tanaman
kedelai terhadap naungan dan intensitas cahaya rendah. Laporan akhir Hibah
Departemen pendidikan nasional. Universitas Jambi Press, Jambi
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian organik. Kanisius. Yogyakarta.
Wilkins, M. B. 1989. Fisiologi tumbuhan. Grafindo Persada, Jakarta.
Zamriyetti dan S. Rambe. 2006. Pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
(Glycine max L. Merrill) pada berbagai konsentrasi pupuk daun Grow More
dan waktu pemangkasan.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
32
Lampiran 1. Sejarah Perusahaan / Instansi
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
SUMATERA BARAT
1. Sejarah
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat merupakan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang penelitian dan pengembangan pertanian
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian (BBP2TP), ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/2006 tanggal 1 Maret 2006 dengan
wilayah kerja Propinsi Sumatera Barat.
BPTP Sumatera Barat telah mengalami beberapa kali perubahan
sebelumnya bernama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sukarami
dibentuk
berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
No.798/KPTS/OT.210/12/94 tanggal 4 November 1994 yang merupakan
penggabungan Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balittan) Sukarami dengan
Balai Informasi Pertanian (BIP) Sumbar, BIP Bengkulu, Sub Balai Penelitian
Rempah dan Obat-obatan (Balitro) Laing dan Laboratorium Bukittinggi dengan
wilayah kerja mencakup Propinsi Sumatera Barat (Sumbar) dan Propinsi
Bengkulu.
Sehubungan dengan tuntutan percepatan pembangunan pertanian maka
pada tahun 2001 Badan Litbang Pertanian melakukan lagi reorganisasi dengan
membentuk BPTP disetiap Propinsi. Dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
33
No.350/Kpts/OT.210/6/ 2001 tanggal 14 Juni 2001, BPTP Sukarami menjadi
BPTP Sumatera Barat dengan wilayah kerja hanya untuk Propinsi Sumbar. Dalam
Keputusan ini, BPTP Sumbar memiliki satu Laboratorium Diseminasi di Padang
serta 3 kebun percobaan yaitu; Bandar Buat di Padang, Sitiung di Kabupaten
Darmasraya, dan Rambatan di Kabupaten Tanah Datar serta 1 Laboratorium tanah
di Kota Bukittinggi.
2. Tugas pokok
Melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi.
3. Visi
BPTP Sumbar sebagai lembaga pengkaji, penelitian dan perakitan paket teknologi
pertanian regional yang handal dalam inovasi serta pengembangan dan ahli
teknologi pertanian tepat guna berorientasi agribisnis dan berwawasan
lingkungan.
4. Misi
 Mengidentifikasi kebutuhan dan menghimpun informasi teknologi pertanian
dari berbagai sumber untuk direkayasa menjadi paket teknologi tepat guna
spesifik lokasi
 Mengembangkan teknologi yang sesuai dan memiliki keunggulan komperatif
dan kompetiif, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat, terutama petani.
 Mempercepat proses alih teknologi kepada petani dan pengguna lainnya.
5. Fungsi
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
34
 Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi;
 Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi;
 Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta
perakitan materi penyuluhan;
 Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi;
 Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
 Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.
6. Organisasi
Unit Kerja ini berada di bawah: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian
7. Kronologis dan Penggantian Kepala BPTP Sumatera Barat
Nama Instansi
Stasiun Penelitian
Kebun Percobaan Perwakilan
Sumatera Barat
Lembaga Pusat Penelitian
Pertanian Perwakilan (LP3)
Sumatera Barat
Balai Penelitian Tanaman Pangan
(Balittan) Sukarami
Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Sukarami
Laporan Tugas Akhir
Tahun
1952-1964
Nazar Nur
Kepala
1964-1971
Umar Khatab
1971-1979
1979-1980
1. Ir. Darwis SN
2. Dr. A. Syarifuddin K.
1980-1988
1988-1993
1993-1995
1995-2000
2000-2001
1. Dr. A. Syarifuddin K.
2. Dr. Zulkifli Zaini
3. Dr. R. Edi Sunarjo
1. Dr. Agusli Taher
2. Dr. Zainal Lamid
Budidaya Tanaman Pangan
35
Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Sumatera Barat
2001-2004
2004-2007
2007-2008
2008-2009
2009-2012
2012-2015
1. Dr. Zainal Lamid
2. Dr. Abdullah M.
Bamualim
3. Dr. Tri Sudaryono
4. Dr. Zul Irfan
5. Dr. M. Prama Yufdy
6. Dr. Ir. Hardiyanto, MSc
8. Alamat
Jl. Raya Padang-Solok Km. 40. Kotak Pos 34 Padang-Solok 25001 - Sumatera
Barat. Telp: 0755 - 31122, 21054. Fax: 0755 – 31138.
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
36
Lampiran 2. Deskripsi varietas kedelai Panderman
Dilepas tahun
: 5 Agustus 2003
Sk Mentan
: 395/kpts/SR.120/8/2003
Nomor galur
:GC 87032-10-1
Asal
: introduksi dari taiwan
Potensi hasil
:2,37 ton/ha
Rata-rata hasil
:2,11 ton/ha
Warna hipokotil
:hijau tua
Warna epikotil
:hijau tua
Warna daun
:hijau
Warna bulu
:choklat
Warna bunga
:putih
Warna kulit biji
: kuning muda
Warna polong masak
:choklat
Warna hilum
:choklat tua
Bentuk biji
:agak bulat
Tipe tumbuh
:determinit
Umur berbunga
:33 hari
Umur polong masak
:85 hari
Tinggi tanaman
:44 cm
Bobot 100 biji
:18-19 g
Kandungan protein
:36,9%
Kandungan lemak
:17,7%
Ketertahanan terhadap hama
: agak tahan ulat grayak
Ketertahanan terhadap penyakit
: -
Ketahanan rebah
:tahan rebah
Mitra lerja
:chenII tsung (plant pathologist)
Pemulia
:M. Muchlis adie, Muhammad maksum, lena
wahyu
Marwati, m.feng,chandII tsung,1
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
37
Lampiran 3. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman
Nomor
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nilai
X
10
9
10
9
9
8,5
10,5
10
7,5
9,5
8
12
13
14
15
Rerata
Ʃ
Ʃ ..²
Mean
N
SD
df
T
hitung
Y-rerata
y
x²
26
24
25
23
26
30
33
28
29
20
28
33
0,6
-0,4
0,6
-0,4
-0,4
-0,9
1,1
0,6
-1,9
0,1
-1,4
2,6
-3,5
-5,5
-4,5
-6,5
-3,5
0,5
3,5
-1,5
-0,5
-9,5
-1,5
3,5
0,36
0,16
0,36
0,16
0,16
0,81
1,21
0,36
3,61
0,01
1,96
6,76
43
36
39
1,6
-0,4
-1,4
13,5
6,5
9,5
2,56
0,16
1,96
0,00
0,00
20,60
29,5
20,6
9,4
15
1,17
y²
Y
11
9
8
9,4
X-rerata
x
12,25
30,25
20,25
42,25
12,25
0,25
12,25
2,25
0,25
90,25
2,25
12,25
16,12
42,25
90,25
17,42
312,84
312,84
29,5
15
4,96
28
30,41
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab
5%
2,05
t hitung
<
30,41
Laporan Tugas Akhir
t tab 1 %
>
2,76
Hasil
HS
Budidaya Tanaman Pangan
38
Lampiran 4. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap pertumbuhan jumlah
daun
Nomor
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Rerata
Ʃ
Ʃ ..²
Mean
N
SD
df
T
hitung
Nilai
X
4,5
6,3
4,5
5,3
4
4
3,5
4,5
3,3
3,5
4,5
4,5
4,5
4,5
11,5
4,9
Y
12
11
9,5
10,5
9,5
11
9,5
12
10,5
13
12
9
10,5
11
12
10,9
54,9
4,9
15
1,91
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
-0,4
1,4
-0,4
0,4
-0,9
-0,2
-1,4
-0,4
-1,6
-1,4
-0,4
-0,4
-0,4
-0,4
6,6
1,1
0,1
-1,4
-0,4
-1,4
7,9
6,4
8,9
7,4
9,9
8,9
5,9
7,4
7,9
8,9
0,16
1,96
0,16
0,16
0,81
0,81
1,96
0,16
2,56
1,96
0,16
0,16
0,16
0,16
43,56
1,21
0,01
1,96
0,16
1,96
0,01
1,96
1,21
0,16
4,41
1,21
3,61
0,16
0,01
1,21
0,00
0,0
54,9
19,3
19,3
10,9
15
1,13
28
12,88
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab
5%
2,05
t hitung
<
12,88
Laporan Tugas Akhir
t tab 1 %
>
2,76
Hasil
HS
Budidaya Tanaman Pangan
39
Lampiran 5. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap pertumbuhan jumlah
cabang
Nomor
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Rerata
Ʃ
Ʃ ..²
Mean
N
SD
df
T
hitung
Nilai
X
Y
8
3
3
3
3
4
4
4
6
4
4
4
4
4
5
2
3
2
5
2
2
3
4
3
3
5
3
4
3
3
4,2
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
3,8
-1,2
-1,9
-1,9
-1,9
-0,2
-0,9
-0,9
1,1
-0,9
-0,9
-0,9
-0,9
-0,9
0,1
-1,1
-0,1
-8,9
1,9
-8,9
-8,9
-7,9
0,9
-7,9
-7,9
-5,9
-7,9
-6,9
-7,9
-7,9
14,44
1,44
3,46
3,46
3,46
0,04
0,74
0,74
1,30
0,74
0,74
0,74
0,74
0,74
0,02
1,21
0,01
1,21
3,61
1,21
1,21
0,01
0,81
0,01
0,01
0,61
0,01
0,81
0,01
0,01
0,00
0,0
32,8
10,8
3,1
32,8
4,2
15
1,48
10,8
3,1
15
0,85
28
2,74
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
2,05
t hitung
<
Laporan Tugas Akhir
2,74
t tab 1 %
<
2,76
Hasil
HS
Budidaya Tanaman Pangan
40
Lampiran 6. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap pertumbuhan jumlah
polong / tanaman
Nomor
Sampel
Y-rerata y
x²
y²
-24,9
-8,9
2777,29
79,21
-20,9
-6,9
22,09
47,61
-3,9
-2,9
823,69
8,41
10,1
23,1
1998,09
533,61
-16,9
0,1
858,49
0,01
3,1
-8,9
22,09
79,21
19,1
5,1
4536,90
26,01
13,1
9,1
10,89
82,81
11,1
17,1
640,09
292,41
13,1
21,1
22,09
445,21
3,1
7,1
910,09
50,41
15,1
-12,9
1176,49
166,41
9,1
-12,9
1,69
166,41
-6,9
-8,9
86,49
79,21
-22,9
-20,9
216,09
436,81
0,00
0,00
14102,56
2493,75
Y
32
36
53
67
40
60
76
70
68
70
60
72
66
50
34
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Rerata
Ʃ
Ʃ ..²
Mean
N
SD
df
T hitung
X-rerata x
Nilai
X
56,9
14102,6
56,9
15
30,66
28
7,98
34
36
40
66
43
34
48
52
60
64
50
30
30
34
22
42,9
2493,8
42,9
15
12,89
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
2,02
t hitung
<
7,98
Laporan Tugas Akhir
t tab 1 %
>
2,76
Hasil
HS
Budidaya Tanaman Pangan
41
Lampiran 7. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap pertumbuhan jumlah
biji/polong
Nomor
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Rerata
Ʃ
Ʃ ..²
Mean
N
SD
df
T
hitung
Nilai
X
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,0
0,0
0,0
Y
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3,0
3,0
0,0
3,0
15
0,00
28
0,0
3,0
15
0,00
0,00
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
2,02
t hitung
>
Laporan Tugas Akhir
0,00
t tab 1 %
Hasil
< 2,71
NS
Budidaya Tanaman Pangan
42
Lampiran 8. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap berat kering/ tanaman
Nomor
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Rerata
Ʃ
Ʃ ..²
Mean
N
SD
df
T
hitung
Nilai
X
4,3
4,5
6,3
5
4,6
5,5
5,6
6,1
5,3
6,7
6,3
4,6
6,7
6,8
5,8
5,6
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
-1,3
-1,1
0,7
-0,6
-1,0
-0,1
0,0
0,5
-0,3
1,1
0,7
-1,0
1,1
1,2
0,2
-1,3
-0,8
-0,1
-0,6
-0,9
0,0
-0,4
0,6
-0,3
1,4
0,9
-1,1
1,1
1,1
-0,2
1,69
1,21
0,48
0,36
1,00
0,01
0,00
0,25
0,09
1,21
0,48
1,00
0,09
1,44
0,04
1,69
0,64
0,01
0,36
0,81
0,00
0,16
0,36
0,09
1,96
0,81
0,01
21,00
1,21
0,04
0,00
0,0
9,4
29,2
Y
4,1
4,6
5,3
4,8
4,5
5,4
5
6
5,1
6,8
6,3
4,3
6,5
6,5
5,2
5,4
9,4
5,6
15
0,79
29,2
5,4
15
1,39
28
0,62
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
2,05
> 0,62
<
Laporan Tugas Akhir
2,76
Hasil
NS
Budidaya Tanaman Pangan
43
Lampiran 9. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap bobot 100 biji.
Nomor
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Rerata
Ʃ
Ʃ ..²
Mean
N
SD
df
T hitung
Nilai
X
14
14
12,5
14
14,3
14
13
13,4
13,5
14,2
14,5
14
14,6
14,3
13
Y
13
14
13
13
14
13,9
14
13,4
13,7
13
12
13
12,3
12,2
12
13,8
13,1
10,9
13,8
15
0,85
28
2,08
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
0,2
-0,1
0,73
0,73
0,2
0,9
0,73
0,91
-1,3
-0,1
1,96
0,73
0,2
-0,1
0,73
0,73
0,5
0,9
0,70
0,64
0,2
0,8
0,73
0,77
-0,8
0,3
0,64
0,73
-0,4
0,3
0,16
0,73
-0,3
0,6
0,09
0,70
0,4
-0,1
0,69
0,73
0,7
-1,1
0,77
1,44
0,2
-0,1
0,73
0,73
0,8
-0,8
0,73
0,51
0,5
-0,9
0,70
0,21
-0,8
-1,1
0,73
0,13
0,00
0,0
10,9
10,4
10,4
13,1
15
0,83
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
t hitung
2,05
< 2,08
Laporan Tugas Akhir
t tab 1 %
<
2,76
Hasil
S
Budidaya Tanaman Pangan
44
Lampiran 10. Hasil perhitungan komponen hasil
Dengan perlakuan pemangkasan
Produksi/ha = populasi x jumlah polong/tan x jumlah biji/polong x berat 100 biji
= 312,5 x 56,9 x 3 x 0,0109
= 5,81 kg.
Produksi 1 ha = 10000 / 25 x 5.81
= 2325,79
Jadi produksi ton/ha = 2325,79 /1000
= 2,37
Dengan perlakuan tanpa pemangkasan
Produksi/ha = populasi x jumlah polong/tan x jumlah biji/polong x berat 100 biji
= 312,5 x 42,9 x 3 x 0,0104
= 4,18 kg.
Produksi 1 ha = 10000 / 25 x 4,18
= 1673,10
Jadi produksi ton/ha = 1673,10 /1000
= 2,11
Laporan Tugas Akhir
Budidaya Tanaman Pangan
Download