1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan (golongan Leguminoceae). Terdapat dua spesies kedelai yang biasa dibudidayakan, yaitu kedelai putih (Glycine max) dan kedelai hitam (Glycine soja). Kedelai putih (berwarna kuning, agak putih, atau hijau) merupakan tanaman asli Asia subtropik, seperti Cina dan Jepang Selatan sedangkan kedelai hitam berasal dari Asia tropik, seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tanaman kedelai merupakan salah satu komoditi palawija yang mempunyai peranan penting di Indonesia dan memiliki potensi serta prospek yang baik untuk diusahakan, karena tanaman ini relatif mudah dibudidayakan (Adisarwanto, 2005). Permintaan terhadap produksi kedelai dari tahun ketahun terus meningkat baik untuk kebutuhan pangan maupun untuk industri. Disisi lain ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, hal ini karena produktivitas yang masih rendah. Rendahnya produksi kedelai disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, seperti teknologi bercocok tanam yang masih kurang baik, kesiapan dan keterampilan petani kedelai yang masih kurang, penyediaan sarana produksi yang masih belum tepat serta kurangnya permodalan petani kedelai untuk melaksanakan proses produksi sampai ke pemasaran hasil (Andrianto, dan Indarto, 2004). Berbagai upaya dapat dilakukan untuk memacu peningkatan produksi dan memenuhi kebutuhan hingga menuju swasembada kedelai, salah satunya adalah penggunaan varietas unggul dan berpotensi tinggi ( Lisdiana, 2011). Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 2 Upaya peningkatan produksi kacang kedelai dapat dilakukan dengan melakukan pemangkasan ruas, dimana pemangkasan dapat memperbaiki kesehatan tanaman, pembungaan terangsang dan produksi meningkat. Menurut Putri dan Haryadi, 2010. menyatakan bahwa pemangkasan tanaman merupakan usaha untuk memperbaiki kondisi lingkungan seperti suhu, kelembababan, cahaya, sirkulasi angin sehingga aktivitas fotosintesis berlangsung normal. Pemangkasan dapat memperbaiki kesehatan tanaman, pembungaan terangsang dan produksi meningkat. Dari hasil penelitian Rubat zaki 1997 pemangkasan ruas tanaman kedelai pada fase pertumbuhan V5, R1 dan R3 terbukti secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kedelai. Menurut Zamriyetti dan Rambe (2006) bahwa, pemangkasan pada fase vegetatif dapat meningkatkan jumlah cabang primer dan pemangkasan pada fase generatif dapat meningkatkan bobot 100 biji dan berat biji kering per sampel. Pemangkasan merupakan penghilangan bagian tanaman (cabang, pucuk atau daun) untuk menghindari arah pertumbuhan yang tidak di inginkan. Pemangkasan dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif (cabang) dan meningkatnya pertumbuhan generatif (buah) dan memperbanyak penerimaan cahaya matahari merupakan salah satu cara untuk memperbesar buah dan meningkatkan bobot perbuah, pemangkasan dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif (daun/cabang) dan meningkatkan pertumbuhan generatif (buah), memperbanyak penerimaan cahaya matahari, menurunkan tingkat kelembaban di sekitar tanaman, menghambat pertumbuhan yang tinggi agar mudah pemeliharaannya dan untuk menaikkan kualitas buah (Jaya, 2009). Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 3 1.2 Tujuan 1. Mengetahui pengaruh pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. 2. Mengetahui peningkatan pertumbuhan jumlah cabang pada tanaman kedelai. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai Menurut D.A Sihombing. (1986) sistematika (taksonomi) tumbuhan ,kemudian tanaman kedelai (Glycine max L) dapat di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae ( Tumbuh-tumbuhan) Devisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) Sub divisi : Angiospermae ( Berbiji tertutup ) Kelas : Dicotyledonae ( Berkeping dua ) Ordo : Polypetales Famili : Leguminosae (papilionaceae) Sub famili : Papilionoideae Genus : Glycine Spesies : Glycine max Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping ( horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembaban tanah turun, akar akan berkembang lebih kedalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan kesamping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai pertumpuhnya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen rhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15-20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 5 dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3) (Fauzie Dakhlan, 1983). Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (70-150 cm), menyemak, berbulu halus (pubescens), dengan sistem perakaran luas. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi dan ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya (Adisarwanto, 2005). a. Biji Biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak di antara keping biji. Warna kulit biji bermacam-macam, ada yang kuning, hitam, hijau atau choklat. Pusar biji atau hilum, adalah jaringan bekas biji kedelai yang menempel pada dinding buah. Bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong, ada yang bundar atau bulat agak pipih(Hidayat, 2000). b. Kecambah Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah di bawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 6 ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge) (Adisarwanto, 2005). c. Perakaran Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm (Hidayat, 2000). Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3) d. Batang dan cabang Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 36 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semiindeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 7 batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah ( Lisdiana, 2011). Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya. e. Daun Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun tripoliat mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang(Adisarwanto, 2005). f. Bunga Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong (Hidayat, 2000). Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 8 g. Buah Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abuabu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mulaberwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman ( Sihombing, 1986). Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun memanjang dan gugur, mulai dari daun yang menempel dibagian bawah batang (Barus, dan Syukri, 2008). 2.2 Syarat Tumbuh Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang berpengaruh dan pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pertumbuhan kedelai tidak bisa optimal bila hanya ada satu komponen lingkungan tumbuh optimal. Hal ini dikarenakan kedua komponen ini harus saling mendukung satu sama lain sehingga pertumbuhan kedelai bisa optimal(Salisbury, and Ross, 1992). Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu syarat tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 9 tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Suprapto, 1999). Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terhambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik (Zamriyetti dan Rambe, 2006). Ketinggian Tempat juga berpengaruh, varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5-300 m dpl. Sedangkan varietas kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl. Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman hari pendek, artinya, tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15 jam perhari. Umur berbunga pada tanaman kedelai yang ditanam di daerah dataran tinggi mundur sekitar 2-3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang ditanam di datarn rendah(Herbert, 2010). Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada suhu tanah yang rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 10 kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat. Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah (10°C), seperti pada daerah subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C (Suprapto, 1999). Kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350-450 ml selama masa pertumbuhan kedelai. Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong. Selama masa stadia pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang seragam (Barus, dan Syukri, 2008). 2.3 Teknologi Pemangkasan Pemangkasan merupakan penghilangan bagian tanaman (Cabang, pucuk atau daun) untuk menghindari arah pertumbuhan yang tidak di inginkan. Pemangkasan dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif (tunas) dan Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 11 meningkatnya pertumbuhan generatif (buah) dan memperbanyak penerimaan cahaya matahari merupakan salah satu cara untuk memperbesar buah dan meningkatkan bobot perbuah, pemangkasan dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif (daun/cabang) dan meningkatkan pertumbuhan generatif (buah), memperbanyak penerimaan cahaya matahari, menurunkan tingkat kelembaban di sekitar tanaman, menghambat pertumbuhan yang tinggi agar mudah pemeliharaannya dan untuk menaikkan kualitas buah (Hidayat, 2000). Pemangkasan merupakan suatu teknik untuk mengatur bentuk tanaman agar dapat menumbuhkan tunas-tunas baru dan memungkinkan melakukan panen pada tingkat produksi tertentu serta membuang cabang yang tidak produktif (Jaya, 2009). Pemangkasan pada tanaman bertujuan untuk membentuk tajuk dan merangsang pembungaan. Bagian tanaman yang dipangkas adalah cabang, ranting, tunas, batang, dan bagian tanaman yang timbulnya berlebihan atau terserang penyakit (Putri, Lonto, dkk, 2010). Menurut Salisbury dan Ross (1992) bahwa pertumbuhan tunas-tunas terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah dikarenakan terangsang oleh perlakuan pemangkasan. Tindakan pemotongan dilakukan agar tidak menyebabkan pengaruh yang besar terhadap kandungan karbohidrat pada batang, maka harus tetap mempertahankan tinggi pemangkasan yang optimum. Pemangkasan tanaman kedelai dilakukan dengan satu kali pemangkasan pada umur 30 HST (hari setelah tanam), pemangkasan dilakukan pada bagian ruas yang ke dua dari pucuk (Soverda, Evita, dkk, 2009). Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 12 III. METODE PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat Laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil pelaksanaan budidaya kedelai adalah mulai dari tanggal 17 April - 12 Juni 2015 yang dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Sukarami (Solok). 3.2 Alat dan Bahan Adapun Alat yang digunakan adalah cangkul, sabit, tugal, ajir, meteran, timbangan, sedangkan bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Panderman, Urea, SP36, KCl dan tali. 3.3 Metode Metode yang digunakan dalam kegiatan LTA ini adalah aplikasi pemangkasan pada tanaman kedelai sebagai teknologi dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai, perlakuan yang diaplikasikan pada tanaman kedelai yaitu ; 1. Pemangkasan pada tanaman kedelai 2. Tanpa pemangkasan tanaman kedelai Untuk mengetahui perbedaan variabel pengamatan pada masing-masing perlakuan pemangkasan dengan banyak sampel yaitu sebanyak 15 sampel masingmasingnya, maka dilakukan uji t (t- Student) pada taraf yanta 5% dan 1% dengan rumus sebagai berikut: Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 13 Dimana : Keterangan : x y Mx, My N SDx; SDy = Nilai masing-masing variabel pengamatan pada perlakuan pemangkasan. = Nilai masing-masing variabel pengamatan pada tanpa pemangkasan. = Rata-rata nilai variabel x dan y = Jumlah sampel tanaman ( 15 batang ) = Standar Deviasi variabel x dan y Hipotesis : Ho = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara pemangkasan dengan tampa pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (t hitung < t tabel 5%) H1 = Terdapat perbedaan yang nyata antara pemangkasan dengan tampa pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (t hitung > t tabel 5% dan 1%). Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 14 3.4 Pelaksanaan Semua tahapan budidaya antara tanaman kedelai yang dipangkas dengan yang tidak dipangkas diperlakukan sama, tahapan budidaya yang dilakukan sebagai berikut : A. Pengadaan benih Benih yang digunakan yaitu benih kedelai varietas Panderman yang berasal dari UPBS (Unit Pengelolaan Benih Sumbar). Dengan kebutuhan benih sekitar 75 Kg/Ha atau ½ kg untuk luasan 50 m² sudah termasuk benih untuk penyulaman. B. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan dua kali. Pengolahan tanah pertama (menggunakan traktor) yang bertujuan untuk membalik tanah dan memperbaiki drainase dan aerase. Pengolahan tanah kedua dilakukan satu minggu setelah pengolahan tanah pertama yang bertujuan menggemburkan tanah dan menghaluskan tanah untuk mempermudah dalam penanaman. C. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 2 butir benih kedelai. Penanaman kedelai dilakukan dengan menggunakan jarak tanam 20 x 40 cm dengan 2 biji/lubang tanam dengan kedalaman lubang tanam 3-5 cm. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 15 D. Pemeliharaan 1. Penjarangan dan Penyulaman Penjarangan dilakukan bila jumlah tanaman per lubang tidak sesuai dengan yang dikehendaki; yaitu dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam. 2. Pemupukan Pemupukan pupuk buatan dilakukan dengan larikan disebelah kiri pupuk SP36 dan KCl dan disebelah kanan dikasi pupuk Urea. Lakukan pembuatan lobang tanam dengan jarak antara 5-7 cm dari tanaman, dengan dosis 75 kg/ha atau 0,375 kg/50 m2 Urea, 100 kg/ha atau 0,5 kg/50 m2 SP-36 dan 100 kg/ha atau 0,5 kg/50 m2 KCl. Setelah pupuk diaplikasikan, diupayakan pupuk dapat ditutup dengan tanah. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 16 3. Penyiangan Penyiangan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat berumur 4 minggu dan 8 minggu setelah tanam. Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). 4. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 8 minggu. 5. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara terpadu mulai dari pencegahan dengan menggunakan varietas yang tahan, pengendalian dengan cara melihat tingkat serangan, pengendalian secara manual dengan cara mencabut tanaman yang terserang hingga pengendalian secara kimia yang dilakukan dengan menyemprot pertisida dengan merek dagang Buldok 25 EC. Penyemprotan pestisida dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam, hal ini dilakukan karena banyaknya hama ulat penggulung daun dan hama penggerek batang yang menyerang tanaman. Pemyemprotan dilakukan pada pagi hari. Dosis pestisida yang digunakan adalah 5 cc untuk luasan lahan 50 m2 yang dilarutkan dalam 1 liter air. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 17 Gambar 1. Gejala serangan ulat penggerek batang pada tanaman kedelai. 6. Penyiraman Penyiraman dilakukan pada saat tanaman kekeringan atau pada musim kemarau. kedelai tumbuh dengan baik pada curah hujan 250-5.000 ml selama pertumbuhannya. Pada masa pertumbuhannya kebutuhan airnya tidak begitu tinggi dibandingkan pada waktu berbunga yang membutuhkan air terbanyak. Pada masa berbunga ini waktu hujan yang pendek diselingi dengan matahari jauh lebih baik dari pada hujan terus-menerus. Pengairan untuk mencegah tanaman kedelai jangan sampai layu sangat penting artinya. Pengairan yang terlambat akan mengakibatkan daun layu. Cara mengairi adalah dengan membuat parit-parit kecil diantara barisan kedelai. E. Teknologi pemangkasan Pada plot tanaman kedelai yang dipangkas yaitu; teknik pemangkasan kedelai dipangkas pada umur 30 hari setelah tanam memotong/memetik bagian ruas di bawah pucuk tanaman. dengan cara Pemangkasan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan jumlah cabang dan produksi tanaman. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 18 F. Panen dan pasca panen Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Di samping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya (Sutanto, 2002). Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul- betul sempurna dan merata (Gobookee. 2009). G. Pengamatan Parameter pengamatan meliputi pertumbuhan vegetatif dan generatif diantara lain; tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah daun, sedangkan pengamatan generatif antara lain jumlah polong, jumlah biji pertanaman, bobot biji kering pertanaman, berat 100 biji dan jumlah produksi. Pengamatan vegetatif dan generatif dilakukan pada tanaman sampel. 1. Tinggi tanaman (cm) Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang yang diluruskan secara vertikal Pengamatan tinggi tanaman Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 19 dimulai saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam, dan pengamatan selanjutnya dilakukan 1 kali dalam seminggu sampai terbentuknya bunga. 2. Jumlah daun (cm) Dengan cara menghitung semua daun trifoliat yang telah membuka sempurna Pengamatan jumlah daun dilakukan setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam. Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan interval waktu setiap satu kali dalam seminggu. 3. Jumlah cabang produktif Cabang produktif adalah cabang yang keluar dari batang utama dan menghasilkan polong. Pengamatan jumlah cabang produktif dilakukan pada saat menjelang panen pada tanaman sampel. 4. Jumlah polong Jumlah polong dihitung pada saat panen dengan menghitung jumlah polong yang dihasilkan per tanaman. 5. Jumlah biji pertanaman Pengamatan dilakukan setelah biji dikeringkan dengan cara menghitung jumlah biji per tanaman. 6. Berat 100 Biji (Bernas ) Perhitungan berat 100 biji dilakukan setelah biji kering dengan kadar air kira-kira 12%. 7. Bobot biji kering per tanaman (g) Pengamatan bobot biji kering per tanaman dilakukan pada biji dengan kadar air 12%. Pengeringan dikeringkan di bawah terik matahari hingga mencapai kadar air yang diinginkan. Kemudian biji ditimbang per tanaman. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil A. Pertumbuhan Vegetatif Pertumbuhan tanaman saat fase vegetatif meliputi pengamatan; tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif. Pengamatan masing-masing variabel disajikan sebagai berikut: 1. Tinggi tanaman (cm) Pengamatan tinggi tanaman dari umur 21-49 hst disajikan pada lampiran pertumbuhan tinggi tanaman disajikan pada Gambar 2. 12 Tinggi Tanaman ( cm) 10 8 6 perlakuan kontrol 4 2 0 21 28 35 Umur (hst ) 42 49 Gambar 2. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman kedelai umur 21- 49 hst Dari grafik di atas terlihat bahwa laju pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan pemangkasan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemangkasan. Tinggi tanaman kedelai pada sistem pemangkasan meningkat tinggi pada umur 42 sampai 49 hari setelah tanam dibandingkan dengan tanpa pemangkasan. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 21 2. Jumlah daun Pengamatan jumlah daun dari umur 21-49 hst disajikan pada lampiran, pertambahan jumlah daun pada Gambar 3. 16 14 Jumlah Daun ( buah) 12 10 8 kontrol 6 perlakuan 4 2 0 21 28 35 42 49 Umur (hst ) Gambar 3. Grafik jumlah daun umur 21-49 hst Dari grafik di atas terlihat bahwa laju pertambahan jumlah daun pada perlakuan pemangkasan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemangkasan. Jumlah daun kedelai pada sistem pemangkasan terjadi peningkatan. Namun dibandingkan dengan tanpa pemangkasan dan jumlah daun lebih rendah. 3. Jumlah cabang produktif Pengamatan jumlah cabang produktif dari umur 21-49 hst disajikan pada Lampiran, pertumbuhan jumlah cabang produktif disajikan pada Gambar 4. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 22 16 Jumlah Cabang (buah) 14 12 10 8 kontrol 6 perlakuan 4 2 0 21 28 35 42 49 Umur (hst ) Gambar 4. Grafik jumlah cabang produktif umur 21-49 hst Dari grafik di atas terlihat bahwa laju pertambahan jumlah cabang pada perlakuan pemangkasan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemangkasan. Jumlah cabang kedelai pada sistem pemangkasan terjadi peningkatan. Namun dibandingkan dengan tanpa pemangkasan dan jumlah cabang lebih rendah. B. Pertumbuhan Generatif Pertumbuhan generatif yang diamati yaitu: jumlah polong, jumlah biji/ tanaman, bobot pertanaman, dan bobot 100 biji. Hasil pengamatan dari masing-masing pengamatan pertumbuhan generatif sebagai berikut. 1. Jumlah polong / tanaman. Hasil pengamatan dan uji t terhadap jumlah polong/ tanaman tertera pada lampiran, perbandingan jumlah polong/ tanaman dari masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 5. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 23 56.9 Jumlah polong (buah) 60 42.9 50 40 30 20 10 0 Teknologi Kontrol Gambar 5. Pengamatan jumlah polong kedelai. Jumlah polong yang tertinggi didapatkan pada perlakuan teknologi pemangkasan dan yang rendah pada tanpa pemangkasan. 2. Jumlah biji/ polong Hasil pengamatan dan uji t terhadap jumlah biji per polong tertera pada lampiran, perbandingan jumlah biji per polong dari masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 6. jumlah biji per polong (buah) 3 3 3 2 1 0 Teknologi Kontrol . Gambar 6. Pengamatan jumlah biji per polong tanaman kedelai. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 24 Jumlah biji per polong yang sama tingginya pada perlakuan teknologi pemangkasan dan tanpa pemangkasan 3. Berat biji kering per tanaman. Hasil pengamatan dan uji t terhadap berat biji kering per tanaman tertera pada lampiran, perbandingan berat biji kering per tanaman dari masing-masing beratbiji kering/ tanaman perlakuan disajikan pada Gambar 7. 100 84 80.2 80 60 40 20 0 Teknologi Kontrol Gambar 7. Pengamatan Berat bobot biji kering tanaman kedelai. Berat biji kering per tanaman yang tertinggi didapatkan pada perlakuan teknologi pemangkasan dan yang rendah pada tanpa pemangkasan. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 25 Tabel 1. Hasil analisis uji t terhadap pengamatan fase vegetatif dan generatif No Variabel pengamatan Rata-rata pengamatan Teknologi Kontrol 9,4 29,5 t hitung Hasil 30,41 hs 1 Tinggi tanaman (cm) 2 Jumlah daun (helai) 4,9 10,9 12,88 hs 3 Jumlah cabang 4,2 3,1 2,74 hs 4 Jumlah polong ( buah) 56,9 42,9 5 Jumlah biji/polong (butir) 3.0 3.0 0,00 ns 6 Bobot biji kering/ tanaman 5,6 5,4 0,62 ns 7 Bobot 100 biji 2,08 s 10,9 10,4 8 Produksi /25 m 2 5,81 4,18 9 Produksi ton/ha 2,37 2,11 Keterangan: T tab 5% T tab 1% NS S HS = = = = = 7,98 hs 2,05 2,77 Non signifikan Signifikan High signifikan 4.2. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis dengan uji t terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai menunjukkan bahwa pemangkasan memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Pemangkasan melihatkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah polong, dan bobot 100 biji, namun yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biji dan bobot biji kering. Pemangkasan ruas ini terdapat pengaruh pada setiap tanaman yang diamati, pada tinggi tanaman menunjukkan Laporan Tugas Akhir berpengaruh nyata terhadap Budidaya Tanaman Pangan 26 pertumbuhanya. Pemangkasan ruas ini membuktikan bahwa semakin besar pemangkasan ruas maka akan memperlambat tinggi tanaman tersebut dikarenakan beberapa hal salah satunya adalah hilangnya ruas sebagai pusat pertumbuhan tinggi tanaman, tinggi tanaman masih dapat terjadi tetapi hanya pada buku tanaman kedelai tersebut. Hal ini didukung oleh pendapat Wilkins (1989), bahwa pada kondisi demikian pemangkasan dapat sebagai pengguna hasil fotosintesis misalnya untuk respirasi dengan dilakukannya pemangkasan akan sangat menguntungkan karena hasil fotosintesis yang seharusnya digunakan daun-daun tersebut dapat ditranslokasikan untuk pengisian polong dan biji, sehingga akan memperkecil biji yang abortif. Berdasarkan pengamatan vegetatif, tanaman yang dipangkas memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap tinggi tanam, jumlah daun, dan jumlah cabang dibandingkan dengan tanpa pemangkasan. Hal ini disebabkan pertumbuhan tunas lateral menimbulkan terbentuknya cabang batang yang cukup banyak pada ketiak batang utama. Selain itu pemangkasan ruas batang menyebabkan pertumbuhan tunas apikal terhambat sehingga tanaman tidak terlalu tinggi dan mempunyai cabang yang banyak pada tanaman tersebut. Pada perlakuan ini menunjukkan semakin besar pemangkasan maka akan semakin meningkatkan jumlah cabang utama tanaman tersebut. Menurut Mathew (2000), Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh berbagai macam faktor , antara lain adalah Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada tanaman (plant regulator). Contoh zat pengatur tumbuh itu antara lain adalah auksin. Auksin dibentuk di koleoptil atau ujung batang dan akar yang berfungsi pada Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 27 pemanjangan tunas apikal (tunas pertama yang tumbuh cepat), akibat dari dominansi apikal, yaitu terhambatnya per tumbuhan tunas lateral (tunas ketiak daun). Untuk itu pemangkasan tunas apikal perlu dilakukan agar tunas lateral dapat tumbuh. Pada variabel jumlah cabang utama pada tanaman menunjukkan pengaruh penambahan jumlah cabang setelah dilakukan pemangkasan pada ruas tanaman tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan generatif, tanaman kedelai yang mengunakan pemangkasan melihatkan hasil pemangkasan yang berbeda nyata terhadap jumlah polong dan bobot 100 biji, namun tidak berbeda nyata pada jumlah biji dan berat biji kering. Dilihat dari hasil produksi yang diperoleh tanaman kedelai yang melakukan pemangkasan menghasilkan 5,81 kg pada luas lahan 25m2 atau 2,33 ton/ ha, sedangkan hasil produksi kedelai yang mengunakan tanpa pemangkasan diperoleh sebesar 4,18 kg pada luas lahan 25 m2 atau 1,67 ton/ha. tingginya hasil produksi tanaman kedelai yang mengunakan perlakuan pemangkasan dari pada tanpa pemangkasan hal ini sesui dengan Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa produksi kedelai mencapai 65.775 ton wose kering. Dari hasil produksi sebanyak itu, mampu memberi kontribusi 43,14% terhadap total produksi kedelai Jateng (sebesar 152.416 ton). Sedangkan untuk tingkat nasional memberi kontribusi 7,72% terhadap total produksi kedelai nasional (sebesar 851.647 ton). Kedelai varietas grobogan memiliki keunggulan yaitu berumur sangat pendek (76 hari), ukuran polong besar (18 gram per 100 biji), produksi tinggi (rata-rata hasil 2,2 ton/ha), tanaman menggugurkan daunnya pada saat Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 28 polong menjelang masak, sehingga mempermudah prosesing panen dan pascapanennya, serta mendukung konservasi lahan melalui pengembalian daun ke dalam tanah. Kelebihan lain yang tak kalah penting adalah kandungan protein sangat tinggi yaitu 43,9%, lebih tinggi dari kedelai impor yang hanya sebesar 34%. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 29 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Pemangkasan memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah polong dan bobot 100 biji, namun tidak nyata terhadap jumlah biji dan berat kering dan hasil produksi pemangkasan lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemangkasan. 2. Jumlah cabang merupakan salah satu karakter penunjang produksi biji karena berpengaruh terhadap jumlah polong per tanaman dan jumlah biji. Jumlah cabang pada tanaman kedelai mempengaruhi jumlah polongnya, karena cabang yang banyak mempunyai jumlah buku yang banyak, dan masing-masing buku dapat menghasilkan bunga yang pada akhirnya dapat membentuk polong. 5.2. Saran 1. Penggunaan teknologi pemangkasan sudah tertera pada budidaya tanaman kedelai. 2. Dalam melakukan pemangkasan seharusnya memperhatikan bagai mana cara melakukan pemangkasan yang baik, dan hasil produksi pemangkasan lebih tinggi di bandingkan tanpa pemangkasan. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 30 DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, 2005. Proses budidaya tanaman shorgum : kedelai edamame. jurnal Pertanian Vol (3) : 124-126. Andrianto,T dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan analisis usaha tani kedelai, kacang hijau, kacang panjang. Cetakan pertama. penerbit absolut, Yogyakarta. Adisarwanto, 2008. Budidaya kedelai tropika. Penebar swadaya, Jakarta. Barus, A dan Syukri. 2008. Agroekoteknologi tanaman buah-buahan. Universitas Sumatera Utara Press, Medan. D.A sihombing. 1986.” Pengembangan kedelai di Indonesia”. Dalam: majalah pertanian No .1 Th. XXXIII 85/86 Departemen Pertanian. Fauzie Dakhalan. 1983. “ Kepekaan berbagai stadia umur tanaman kedelaian varietas orba terhadap serangan Agromyza phaseoli. Fachruddin, Lisdiana. 2011. Produksi tanaman padi dan palawija di Indonesia. diakses dari http://bps.go.id. [10 oktober 2012] Gobookee.2009.http://www.agromaret.com/artikel/787/ciri_dan_umur_panen_ked elai. Herbert, M. C. S. 2010. Perubahan sifat fisika tanah ultisol akibat pemberian Bokashi dan kompos tandan kosong sawit serta efeknya terhadap produksi tanaman kedelai (Glycine max l). Departemen ilmu tanah, Fakultas pertanian Universitas sumatera utara, Medan. Hidayat, O. D. 2000. Morfologi tanaman kedelai. Hal 73-86. Dalam S. Somaatmadja et al. (Eds.). Puslitbangtan. Bogor. Jaya, K. D. 2009. Pengaruh pemangkasan cabang terhadap hasil tanaman brokoli (Brassica oleracea L. var. italica) di dataran rendah. Crop Agro, 2(1). Mathew, J.P., S.J. Herbert, S. Zhang, A.A.F. Rautenkranz, G.V. Litchfield. 2000. Differential response of saybean yield component to the tining of light enrichment. Agron. J. 92:1156-1161. Putri, D. S., A. P. Lontoh., Haryadi. 2010. Pengaruh pemangkasan dan pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). J. Penel.Bid. Il. Pert. 3(2):70-81. Rubatzky,U. B dan M. Yamaguchi. 1997. Sayuran dunia, prinsip produksi dan gizi. Edisi kedua. Penerjemah Catur Herison. ITB Press, Bandung. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 31 Salisbury, F. B and C.W. Ross, 1992. Fisiologi tumbuhan Jilid 3 perkembangan tumbuhan fisiologi lingkungan. Penerbit ITB, Bandung Suprapto. 1999. Bertanam kedelai.Penebar Swadaya.Jakarta. Soverda, N. Evita dan Gustiwati. 2009. Evaluasi dan seleksi varietas tanaman kedelai terhadap naungan dan intensitas cahaya rendah. Laporan akhir Hibah Departemen pendidikan nasional. Universitas Jambi Press, Jambi Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian organik. Kanisius. Yogyakarta. Wilkins, M. B. 1989. Fisiologi tumbuhan. Grafindo Persada, Jakarta. Zamriyetti dan S. Rambe. 2006. Pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) pada berbagai konsentrasi pupuk daun Grow More dan waktu pemangkasan. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 32 Lampiran 1. Sejarah Perusahaan / Instansi BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT 1. Sejarah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang penelitian dan pengembangan pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP), ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/2006 tanggal 1 Maret 2006 dengan wilayah kerja Propinsi Sumatera Barat. BPTP Sumatera Barat telah mengalami beberapa kali perubahan sebelumnya bernama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sukarami dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.798/KPTS/OT.210/12/94 tanggal 4 November 1994 yang merupakan penggabungan Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balittan) Sukarami dengan Balai Informasi Pertanian (BIP) Sumbar, BIP Bengkulu, Sub Balai Penelitian Rempah dan Obat-obatan (Balitro) Laing dan Laboratorium Bukittinggi dengan wilayah kerja mencakup Propinsi Sumatera Barat (Sumbar) dan Propinsi Bengkulu. Sehubungan dengan tuntutan percepatan pembangunan pertanian maka pada tahun 2001 Badan Litbang Pertanian melakukan lagi reorganisasi dengan membentuk BPTP disetiap Propinsi. Dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 33 No.350/Kpts/OT.210/6/ 2001 tanggal 14 Juni 2001, BPTP Sukarami menjadi BPTP Sumatera Barat dengan wilayah kerja hanya untuk Propinsi Sumbar. Dalam Keputusan ini, BPTP Sumbar memiliki satu Laboratorium Diseminasi di Padang serta 3 kebun percobaan yaitu; Bandar Buat di Padang, Sitiung di Kabupaten Darmasraya, dan Rambatan di Kabupaten Tanah Datar serta 1 Laboratorium tanah di Kota Bukittinggi. 2. Tugas pokok Melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. 3. Visi BPTP Sumbar sebagai lembaga pengkaji, penelitian dan perakitan paket teknologi pertanian regional yang handal dalam inovasi serta pengembangan dan ahli teknologi pertanian tepat guna berorientasi agribisnis dan berwawasan lingkungan. 4. Misi Mengidentifikasi kebutuhan dan menghimpun informasi teknologi pertanian dari berbagai sumber untuk direkayasa menjadi paket teknologi tepat guna spesifik lokasi Mengembangkan teknologi yang sesuai dan memiliki keunggulan komperatif dan kompetiif, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, terutama petani. Mempercepat proses alih teknologi kepada petani dan pengguna lainnya. 5. Fungsi Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 34 Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan; Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai. 6. Organisasi Unit Kerja ini berada di bawah: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 7. Kronologis dan Penggantian Kepala BPTP Sumatera Barat Nama Instansi Stasiun Penelitian Kebun Percobaan Perwakilan Sumatera Barat Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Perwakilan (LP3) Sumatera Barat Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balittan) Sukarami Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sukarami Laporan Tugas Akhir Tahun 1952-1964 Nazar Nur Kepala 1964-1971 Umar Khatab 1971-1979 1979-1980 1. Ir. Darwis SN 2. Dr. A. Syarifuddin K. 1980-1988 1988-1993 1993-1995 1995-2000 2000-2001 1. Dr. A. Syarifuddin K. 2. Dr. Zulkifli Zaini 3. Dr. R. Edi Sunarjo 1. Dr. Agusli Taher 2. Dr. Zainal Lamid Budidaya Tanaman Pangan 35 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat 2001-2004 2004-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2012 2012-2015 1. Dr. Zainal Lamid 2. Dr. Abdullah M. Bamualim 3. Dr. Tri Sudaryono 4. Dr. Zul Irfan 5. Dr. M. Prama Yufdy 6. Dr. Ir. Hardiyanto, MSc 8. Alamat Jl. Raya Padang-Solok Km. 40. Kotak Pos 34 Padang-Solok 25001 - Sumatera Barat. Telp: 0755 - 31122, 21054. Fax: 0755 – 31138. Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 36 Lampiran 2. Deskripsi varietas kedelai Panderman Dilepas tahun : 5 Agustus 2003 Sk Mentan : 395/kpts/SR.120/8/2003 Nomor galur :GC 87032-10-1 Asal : introduksi dari taiwan Potensi hasil :2,37 ton/ha Rata-rata hasil :2,11 ton/ha Warna hipokotil :hijau tua Warna epikotil :hijau tua Warna daun :hijau Warna bulu :choklat Warna bunga :putih Warna kulit biji : kuning muda Warna polong masak :choklat Warna hilum :choklat tua Bentuk biji :agak bulat Tipe tumbuh :determinit Umur berbunga :33 hari Umur polong masak :85 hari Tinggi tanaman :44 cm Bobot 100 biji :18-19 g Kandungan protein :36,9% Kandungan lemak :17,7% Ketertahanan terhadap hama : agak tahan ulat grayak Ketertahanan terhadap penyakit : - Ketahanan rebah :tahan rebah Mitra lerja :chenII tsung (plant pathologist) Pemulia :M. Muchlis adie, Muhammad maksum, lena wahyu Marwati, m.feng,chandII tsung,1 Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan 37 Lampiran 3. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap pertumbuhan tinggi tanaman Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nilai X 10 9 10 9 9 8,5 10,5 10 7,5 9,5 8 12 13 14 15 Rerata Ʃ Ʃ ..² Mean N SD df T hitung Y-rerata y x² 26 24 25 23 26 30 33 28 29 20 28 33 0,6 -0,4 0,6 -0,4 -0,4 -0,9 1,1 0,6 -1,9 0,1 -1,4 2,6 -3,5 -5,5 -4,5 -6,5 -3,5 0,5 3,5 -1,5 -0,5 -9,5 -1,5 3,5 0,36 0,16 0,36 0,16 0,16 0,81 1,21 0,36 3,61 0,01 1,96 6,76 43 36 39 1,6 -0,4 -1,4 13,5 6,5 9,5 2,56 0,16 1,96 0,00 0,00 20,60 29,5 20,6 9,4 15 1,17 y² Y 11 9 8 9,4 X-rerata x 12,25 30,25 20,25 42,25 12,25 0,25 12,25 2,25 0,25 90,25 2,25 12,25 16,12 42,25 90,25 17,42 312,84 312,84 29,5 15 4,96 28 30,41 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% 2,05 t hitung < 30,41 Laporan Tugas Akhir t tab 1 % > 2,76 Hasil HS Budidaya Tanaman Pangan 38 Lampiran 4. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap pertumbuhan jumlah daun Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rerata Ʃ Ʃ ..² Mean N SD df T hitung Nilai X 4,5 6,3 4,5 5,3 4 4 3,5 4,5 3,3 3,5 4,5 4,5 4,5 4,5 11,5 4,9 Y 12 11 9,5 10,5 9,5 11 9,5 12 10,5 13 12 9 10,5 11 12 10,9 54,9 4,9 15 1,91 X-rerata x Y-rerata y x² y² -0,4 1,4 -0,4 0,4 -0,9 -0,2 -1,4 -0,4 -1,6 -1,4 -0,4 -0,4 -0,4 -0,4 6,6 1,1 0,1 -1,4 -0,4 -1,4 7,9 6,4 8,9 7,4 9,9 8,9 5,9 7,4 7,9 8,9 0,16 1,96 0,16 0,16 0,81 0,81 1,96 0,16 2,56 1,96 0,16 0,16 0,16 0,16 43,56 1,21 0,01 1,96 0,16 1,96 0,01 1,96 1,21 0,16 4,41 1,21 3,61 0,16 0,01 1,21 0,00 0,0 54,9 19,3 19,3 10,9 15 1,13 28 12,88 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% 2,05 t hitung < 12,88 Laporan Tugas Akhir t tab 1 % > 2,76 Hasil HS Budidaya Tanaman Pangan 39 Lampiran 5. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap pertumbuhan jumlah cabang Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rerata Ʃ Ʃ ..² Mean N SD df T hitung Nilai X Y 8 3 3 3 3 4 4 4 6 4 4 4 4 4 5 2 3 2 5 2 2 3 4 3 3 5 3 4 3 3 4,2 X-rerata x Y-rerata y x² y² 3,8 -1,2 -1,9 -1,9 -1,9 -0,2 -0,9 -0,9 1,1 -0,9 -0,9 -0,9 -0,9 -0,9 0,1 -1,1 -0,1 -8,9 1,9 -8,9 -8,9 -7,9 0,9 -7,9 -7,9 -5,9 -7,9 -6,9 -7,9 -7,9 14,44 1,44 3,46 3,46 3,46 0,04 0,74 0,74 1,30 0,74 0,74 0,74 0,74 0,74 0,02 1,21 0,01 1,21 3,61 1,21 1,21 0,01 0,81 0,01 0,01 0,61 0,01 0,81 0,01 0,01 0,00 0,0 32,8 10,8 3,1 32,8 4,2 15 1,48 10,8 3,1 15 0,85 28 2,74 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% 2,05 t hitung < Laporan Tugas Akhir 2,74 t tab 1 % < 2,76 Hasil HS Budidaya Tanaman Pangan 40 Lampiran 6. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap pertumbuhan jumlah polong / tanaman Nomor Sampel Y-rerata y x² y² -24,9 -8,9 2777,29 79,21 -20,9 -6,9 22,09 47,61 -3,9 -2,9 823,69 8,41 10,1 23,1 1998,09 533,61 -16,9 0,1 858,49 0,01 3,1 -8,9 22,09 79,21 19,1 5,1 4536,90 26,01 13,1 9,1 10,89 82,81 11,1 17,1 640,09 292,41 13,1 21,1 22,09 445,21 3,1 7,1 910,09 50,41 15,1 -12,9 1176,49 166,41 9,1 -12,9 1,69 166,41 -6,9 -8,9 86,49 79,21 -22,9 -20,9 216,09 436,81 0,00 0,00 14102,56 2493,75 Y 32 36 53 67 40 60 76 70 68 70 60 72 66 50 34 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rerata Ʃ Ʃ ..² Mean N SD df T hitung X-rerata x Nilai X 56,9 14102,6 56,9 15 30,66 28 7,98 34 36 40 66 43 34 48 52 60 64 50 30 30 34 22 42,9 2493,8 42,9 15 12,89 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% 2,02 t hitung < 7,98 Laporan Tugas Akhir t tab 1 % > 2,76 Hasil HS Budidaya Tanaman Pangan 41 Lampiran 7. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap pertumbuhan jumlah biji/polong Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rerata Ʃ Ʃ ..² Mean N SD df T hitung Nilai X X-rerata x Y-rerata y x² y² 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0 0,0 0,0 Y 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3,0 3,0 0,0 3,0 15 0,00 28 0,0 3,0 15 0,00 0,00 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% 2,02 t hitung > Laporan Tugas Akhir 0,00 t tab 1 % Hasil < 2,71 NS Budidaya Tanaman Pangan 42 Lampiran 8. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap berat kering/ tanaman Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rerata Ʃ Ʃ ..² Mean N SD df T hitung Nilai X 4,3 4,5 6,3 5 4,6 5,5 5,6 6,1 5,3 6,7 6,3 4,6 6,7 6,8 5,8 5,6 X-rerata x Y-rerata y x² y² -1,3 -1,1 0,7 -0,6 -1,0 -0,1 0,0 0,5 -0,3 1,1 0,7 -1,0 1,1 1,2 0,2 -1,3 -0,8 -0,1 -0,6 -0,9 0,0 -0,4 0,6 -0,3 1,4 0,9 -1,1 1,1 1,1 -0,2 1,69 1,21 0,48 0,36 1,00 0,01 0,00 0,25 0,09 1,21 0,48 1,00 0,09 1,44 0,04 1,69 0,64 0,01 0,36 0,81 0,00 0,16 0,36 0,09 1,96 0,81 0,01 21,00 1,21 0,04 0,00 0,0 9,4 29,2 Y 4,1 4,6 5,3 4,8 4,5 5,4 5 6 5,1 6,8 6,3 4,3 6,5 6,5 5,2 5,4 9,4 5,6 15 0,79 29,2 5,4 15 1,39 28 0,62 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% t hitung t tab 1 % 2,05 > 0,62 < Laporan Tugas Akhir 2,76 Hasil NS Budidaya Tanaman Pangan 43 Lampiran 9. Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap bobot 100 biji. Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rerata Ʃ Ʃ ..² Mean N SD df T hitung Nilai X 14 14 12,5 14 14,3 14 13 13,4 13,5 14,2 14,5 14 14,6 14,3 13 Y 13 14 13 13 14 13,9 14 13,4 13,7 13 12 13 12,3 12,2 12 13,8 13,1 10,9 13,8 15 0,85 28 2,08 X-rerata x Y-rerata y x² y² 0,2 -0,1 0,73 0,73 0,2 0,9 0,73 0,91 -1,3 -0,1 1,96 0,73 0,2 -0,1 0,73 0,73 0,5 0,9 0,70 0,64 0,2 0,8 0,73 0,77 -0,8 0,3 0,64 0,73 -0,4 0,3 0,16 0,73 -0,3 0,6 0,09 0,70 0,4 -0,1 0,69 0,73 0,7 -1,1 0,77 1,44 0,2 -0,1 0,73 0,73 0,8 -0,8 0,73 0,51 0,5 -0,9 0,70 0,21 -0,8 -1,1 0,73 0,13 0,00 0,0 10,9 10,4 10,4 13,1 15 0,83 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% t hitung 2,05 < 2,08 Laporan Tugas Akhir t tab 1 % < 2,76 Hasil S Budidaya Tanaman Pangan 44 Lampiran 10. Hasil perhitungan komponen hasil Dengan perlakuan pemangkasan Produksi/ha = populasi x jumlah polong/tan x jumlah biji/polong x berat 100 biji = 312,5 x 56,9 x 3 x 0,0109 = 5,81 kg. Produksi 1 ha = 10000 / 25 x 5.81 = 2325,79 Jadi produksi ton/ha = 2325,79 /1000 = 2,37 Dengan perlakuan tanpa pemangkasan Produksi/ha = populasi x jumlah polong/tan x jumlah biji/polong x berat 100 biji = 312,5 x 42,9 x 3 x 0,0104 = 4,18 kg. Produksi 1 ha = 10000 / 25 x 4,18 = 1673,10 Jadi produksi ton/ha = 1673,10 /1000 = 2,11 Laporan Tugas Akhir Budidaya Tanaman Pangan