Volume 2, Nomor 4, Desember 2013 ISSN 2303-6981 JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN Journal of Land Resources Management Diterbitkan oleh: Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan (KSDL) Pascasarjana Unsyiah dan Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) Komda Aceh JMSL Volume 2 Nomor 4 Halaman 304 - 354 Banda Aceh Desember 2013 ISSN 2303-6981 JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN Journal of Land Resources Management ISSN 2301-6981 Volume 2, Nomor 4, Desember 2013, hal. 304-354 DAFTAR ISI Prediksi Erosi pada Beberapa Tingkat Umur Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) Dastur syah, M. Rusli Alibasyah, dan Syamaun A, Ali 304-316 Penggunaan Bakteri Pseudomonas fluorescens dan Pupuk Kandang dalam Bioremediasi Inceptisol Tercemar Hidrokarbon Junaidi, Muyassir dan Syafruddin 317-323 Evaluasi Tingkat Degradasi Lahan Akibat Perubahan Penggunaan Lahan di Dataran Tinggi Gayo Yulia Dewi Fazlina, Abubakar Karim, dan Indra 324-333 Pertumbuhan, Serapan Hara dan Efisiensi Serapan Nitrogen Padi Varietas Lokal Aceh Idar Laila, Muyassir, dan Bakhtiar 334-344 Penggunaan Arang Aktif dan Urea Terhadap Dinamika Nitrogen Tanah Sawah Muyassir, Husni, dan Maulida 345-350 Evaluasi Karakteristik Lahan dan Produksi Kakao di Kecamatan Peudawa dan Peunaron Kabupaten Aceh Timur Yandri Hazriyal, Ashabul Anhar, dan Abubakar Karim 351-362 Pemanfaatan Kotoran Ternak untuk Meningkatkan Sifat-Sifat Fisika Tanah dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Rumput Brachiaria humidicola Saiful Helmy, Sufardi, dan Romano 363-372 Dinamika Phosfat dan Sifat Kimia Ultisol Akibat Kompos Tithonia (Tithonia diversifolia) dan Pupuk Kandang Edi Rizal, Sufardi, dan Muyassir 373-378 Dampak Kekeringan Terhadap Adaptasi Usaha Tani Sawah di Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pide Rizky Ramadhan, Agussabti , dan Nazli Ismail 379-343 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Hortikultura dalam Penerapan Konservasi Lahan di Desa Mandiri Pangan Kabupaten Aceh Tengah zainab, Indra, dan M. Rusli Alibasyah 344-354 Dicetak oleh Percetakan Universitas Syiah Kuala Press Isi di luar tanggang jawab Percetakan PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA TINGKAT UMUR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) Erosion Prediction on Various Ages of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq) in PT. Karya Tanah Subur Plantation, Aceh Barat District Dastur syah 1), M. Rusli Alibasyah 2), dan Syamaun A, Ali 3) 1) Sekolah Menengah Keguruan Negeri 1 Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat Fakultas Pertanian Unsyiah, Jln Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3 Darussalam Banda Aceh 23111 2&3) Naskah diterima 26 September 2012, disetujui 12 Agustus 2013 Abstract. This study was aimed at predicting magnitudes of erosion rate at various ages of oil palm in PT Karya Tanah Subur Plantations and determining erosion risk level (ERL) at various ages of oil palm in PT. Karya Tanah Subur Plantation. The study used a survey method by direct observation in the field to find out condition of land use pattern of oil palm in PT Karya Tanah Subur Plantation and used soil samplings for analysis in laboratory. Analysis of soil samples was aimed at establishing values of soil erodibility. Data collected were data associated with erosion at various ages of oil palm in PT Karya Tanah Subur Plantation. Results showed that the lands in the locations consisted of 12 homogeneous land unit (HLU), having ranges of oil palm ages of 0 - 3 years, 3 - 5 years, 6 - 12 years and > 15 years with total areal of 5.186,37 hectares. For potential ERL, there were two categories, i.e. light category that covers HLU 5, 6, 7, and 11, and heavy category that covers HLU 1, 2, 3, 4, 8, and 12. Actual ERL had light to very light categories. The highest potential erosion was at HLU 8 with the age of 6 - 12 years (topography 15 - 25%) up to 389,3 ton-1 ha-1 yr-1, while the lowest was at HLU 5 with the age of 3 - 5 year (topography 3 - 5%), up to 23,0 ton-1 ha-1 yr-1. Abstrak. Penelitian ini bertujuan Untuk memprediksi besarnya laju erosi pada berbagai tingkat umur tanaman kelapa sawit di PT. Karya Tanah Subur, dan Menentukan tingkat bahaya erosi (TBE) pada berbagai tingkat umur tanaman kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur. Penelitian menggunakan metode survai dengan cara observasi langsung di lapangan untuk mengetahui kondisi pola pemanfaatan lahan tanaman kelapa sawit di PT. Karya Tanah Subur dan pengambilan sampel tanah untuk dilakukan analisis sampel tanah di Laboratorium. Analisis sampel tanah bertujuan mengetahui nilai erodibilitas tanah. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data yang berhubungan dengan erosi di berbagai tingkat umur tanaman kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satuan lahan homogen (SLH) yang terdapat di lokasi penelitian terdiri dari 12 SLH yang mempunyai sebaran umur tanaman kelapa sawit 0 - 3 tahun, 3 - 5 tahun, 6 - 12 tahun dan > 15 tahun dengan total luas areal secara keseluruhan yaitu 5.186,37 hektar. Untuk TBE potensial terdapat 2 klasifikasi tingkat bahaya erosi yaitu ringan (R) meliputi SLH 5, 6, 7, dan 11, dan tingkat bahaya erosi berat meliputi SLH 1, 2, 3, 4, 8, dan 12. TBE Aktual memiliki klasifikasi sangat ringan sampai ringan. Erosi potensial tertinggi terdapat pada SLH 8 yang mempunyai umur 6 - 12 tahun (kelerangan 15 - 25%) yaitu sebesar 389.3 ton-1 ha-1 th-1 sedangkan terendah dijumpai pada SLH 5 umur 3 - 5 tahun (kelerangan 3 – 5 %) yaitu sebesar 23,0 ha-1 th1 . Kata kunci : Erosi, kelapa sawit, dan PT. KTS. PENDAHULUAN Pertambahan jumlah penduduk dengan segala konsekuensinya akan memerlukan lahan yang luas untuk melakukan aktivitasnya dan memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kaedah-kaedah konservasi lahan mendorong menurunnya sumberdaya lahan baik dari segi mutu maupun 304 luas. Salah satu dampak dari menurunnya sumberdaya lahan yaitu terjadinya degradasi lahan. Degradasi lahan yang terjadi yaitu dalam bentuk erosi yang mengakibatkan kemunduran sifat-sifat tanah. Perubahan sifat-sifat tanah dan penurunan produktivitas tanah menyebabkan terjadi penurunan segala aspek yang berkaitan dengan produksi pertanian. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang terus menerus Dastrur Syah, M. Rusli Alibasyah, & Syamaun A. Ali. Prediksi Erosi pada Beberapa Umur Tanaman Kelapa Sawit .... dikembangkan dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara dari sektor non migas. Permintaan pasar komoditas kelapa sawit baik di dalam dan luar negeri terus meningkat, disertai dengan semakin berkembangnya teknologi agroindustri khusnya komoditas kelapa sawit (Susanto, 2001). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, serta dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit tanpa merusak lingkungan sekitar. Namun demikian, peningkatan kuantitas kelapa sawit melalui pengembangan tanaman kelapa sawit yang dilakukan dengan mengkonversi hutan alam dapat merusak habitat alam yang berarti menghancurkan seluruh kekayaan hayati hutan. Perluasan pengembangan tanaman kelapa sawit juga dapat merubah landscape alam secara total. Selain itu, setiap umur tanaman kelapa sawit mempunyai tutupan kanopi tanaman yang beragam, sehingga besarnya laju erosi di perkirakan dapat beragam pada berbagai umur tanaman kelapa sawit. Umur tanaman sawit sangat mempengarhi nilai C tanaman, yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya laju erosi yang akan ditimbulkan, secara umum Harahap (2007) menyatakan bahwa, makin rendah kerapatan kanopi sawit maka semakin besar prediksi erosi yang akan ditimbulkan, dan sebaliknya semakin rapat kanopi daun maka semakin kecil erosi yang akan ditimbulkan. Prediksi erosi pada sebidang tanah adalah metode untuk memperkirakan laju erosi yang akan terjadi dari tanah yang digunakan dalam suatu penggunaan lahan dan pengelolaan tertentu. Jika laju erosi yang akan terjadi telah dapat diperkirakan dan laju erosi yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan (permissible atau tolerable erotion) sudah bisa ditetapkan, maka dapat ditentukan kebijaksanaan penggunaan lahan dan tindakan konservasi tanah yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah dan tanah dapat digunakan secara produktif dan lestari (Arsyad, 2010). Perusahaan perkebunan PT. Karya Tanah Subur merupakan perkebunan kelapa sawit milik swasta yaitu anak perusahaan PT. Astra Agro Lestari (AAL) yang bernaung dibawah PT. Astra Internasional, tbk, yang terletak di Kabupaten Aceh Barat dengan luas 5.320 hektar yang dibagi dalam 6 afdeling. Produksi rata rata per tahun 96.775 ton tandan buah segar (TBS), 30.000 ton Crude palm oil (CPO) dan 4.497 ton karnel. Total produksi CPO Aceh rata-rata pertahun yaitu 721. 172 ton. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Karya Tanah Subur menyumbangkan 4,16 % produksi total CPO dari keseluruhan produksi CPO yang dihasilkan Provinsi Aceh. Perkebunan kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur terletak dalam beberapa kecamatan (Kecamatan Kaway XVI, Kecamatan Woyla dan, Kecamatan Bubon) di Kabupaten Aceh Barat yang sebagaian besar wilayahnya merupakan daerah berbukit dan memiliki lereng yang curam. Topografi areal perkebunan yang demikian memiliki potensi erosi yang besar. Kemiringan lereng yang besar dapat meningkatkan aliran permukaan, sehingga bila lahan dikawasan tersebut tidak memiliki vegetasi yang memadai cenderung mendorong terjadinya erosi (Asdak, 1995). Jenis tanah Ordo Ultisol dan Ordo Inceptisol yang terdapat di lahan perkebunan kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur diduga sangat rentan terjadi erosi tanah. Menyadari hal tersebut, maka dirasakan sangat perlu dilakukan penelitian penilaian potensi erosi pada beberapa tingkat umur tanaman kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur. Hasil kajian tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan strategi kebijakan dalam pengambilan keputusan pemberian izin perluasan perkebunan yang sudah ada dan pembukaan hutan untuk perkebunan baru tanaman kelapa sawit dalam skala besar. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah yang dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah: (a) seberapa besar laju erosi yang terjadi pada beberapa tingkat umur tanaman kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur (PT. KTS) di Kabupaten Aceh Barat, (b) sebesar mana tingkat bahaya erosi (TBE) yang terjadi pada beberapa tingkat umur tanaman kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur (PT. KTS) di Kabupaten Aceh Barat. METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan di lahan perkebunan kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur (KTS) Kabupaten Aceh Barat pada Bulan April hingga Juli 2011. Lokasi penelitian berada pada ketinggian antara 25-35 meter dari permukaan laut. Analisis sifat-sifat fisik tanah dilakukan di Laboratarium Fisika Tanah dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Volume 2, Nomor 4, Desember 2013: hal. 304-316 305 Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survai dengan cara observasi langsung di lapangan untuk mengetahui secara langsung kondisi pola pemanfaatan lahan tanaman kelapa sawit di PT. Karya Tanah Subur dan pengambilan sampel tanah untuk dilakukan analisis sampel tanah di Laboratorium Penelitian Tanah dan Tanaman dan Laboratorium Fisika Tanah dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Analisis sampel tanah bertujuan mengetahui nilai erodibilitas tanah pada beberapa tingkat umur tanaman kelapa sawit di lokasi penelitian. Pengambilan sampel tanah yaitu untuk analisis sifat-sifat fisika tanah yang digunakan sebagai salah satu data untuk menghitung besarnya laju erosi. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada lahan yang mempunyai berbagai tingkat umur tanaman kelapa sawit mulai dari umur tanaman 0 - 3 tahun, 3 - 5 tahun, 6 - 12 tahun, dan > 15 tahun. Sampel tanah diambil dengan sistem taktis atau acak random sampling yang didasarkan pada satuan lahan homogen (SLH) yang didapat dari hasil tumpang susun antara peta jenis tanah dan lereng pada beberapa tingkat umur tanaman di lokasi penelitian. Rancangan survei lapangan disusun dan dilaksanakan berdasarkan SLH dengan harapan hasil yang diperoleh lebih objektif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan jalan observasi langsung (survei) lapangan untuk mendapatkan gambaran fenomena secara faktual tentang kondisi lahan pada berbagai tingkat umur tanaman kelapa sawit di PT. Karya Tanah Subur. Sebelum survei lapangan terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan penyusunan administrasi, mobilisasi personil, persiapan data dasar dan peta rencana kerja, penyediaan bahan dan peralatan survei. Pengumpulan data sekunder diperoleh melalui kajian kepustakaan, laporan, jurnal, dan media elektronik (internet). Metode survei yang dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut : (1) pra survei atau survei pendahuluan untuk mendapatkan data sekunder, (2) survei utama (lapangan) untuk mendapatkan data primer dan mengambil sampel tanah untuk dianalisis di Laboratorium. Sampel tanah diambil secara acak pada setiap titik pengamatan yang ditentukan secara taktis berdasarkan heterogenitas wilayah. Adapun sifat-sifat morfologi dan fisika tanah yang diamatai dan dianalisis di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. 306 Tabel 1. Sifat-sifat morfologi dan fisika tanah yang diamati di lapangan No 1. 2. 3. 4. Sifat Morfologi yang diamati Fisiografi Lereng Kedalaman efektif tanah Tipe struktur tanah Alat/Metode Pengamatan Pengamatan lapang Abney level Pengeboran Pengamatan lapang Tabel 2. Sifat-sifat fisika tanah yang dianalisis di laboratorium No 1. 2. 3. Sifat-sifat Tanah yang di amati Fraksi pasir dan pasir sangat halus C-organik Permeabilitas Metode Analisis Metode Pipet Walkley & Black Hidroulik Conductivity Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis adalah tingkat bahaya erosi di lokasi penelitian. Prediksi nilai erosi di lokasi penelitian dihitung dengan menggunakan rumus USLE. Untuk menghitung nilai erosi aktual digunakan rumus persamaan: A = R. K. LS. CP , sedangkan erosi potensial digunakan rumus persamaan A = R. K. LS. Dimana: A = Banyaknya tanah yang tererosi (ton.ha-1. ton-1); R = Erosivitas hujan, K = Faktor Erodibilitas tanah, LS = Kemiringan dan Panjang lereng; CP = Indek pengelolaan tanaman dan aktivitas konservasi tanah. Berdasarkan rumus tersebut data yang dipergunakan dapat di identifikasi sebagai berikut: Indeks erosivitas hujan dihitung dengan menggunakan rumus Lenvain (1989) dalam Asdak (1995), dengan menggunakan persamaan rumus sebagai berikut: R = 2,21 x (P)1,36 Dimana R adalah erosivitas hujan (cm/th), dan P adalah curah hujan bulanan (cm). Untuk memperoleh data Rain pada lokasi penelitian menggunakan data curah hujan yang berasal dari kebun kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur. Data yang dikumpulkan meliputi rata-rata curah hujan tahunan dan bulanan. Sifat-sifat tanah yang diperlukan untuk menentukan nilai erodibilitas tanah adalah: (1) tekstur tanah, (2) kadar bahan organik tanah, (3) struktur tanah dan (4) permeabilitas tanah. Penentuan besarnya nilai erodibilitas tanah (K) dapat dihitung dengan menggunakan rumus Dastrur Syah, M. Rusli Alibasyah, & Syamaun A. Ali. Prediksi Erosi pada Beberapa Umur Tanaman Kelapa Sawit .... sebagai berikut: 100 K= 1.292 {2.1M1.14(10-4) (12-a)+3.25 (b-2)+2.5(c-3)}. Dimana: K = Faktor erodibilitas tanah, M = Parameter ukuran butir yang diperoleh dari: (% debu - % pasir sangat halus) (100-% liat), a = Persentase bahan organik, b = Indeks struktur tanah, c = Indeks permeabilitas tanah. Tipe struktur dan nilai permeabilitas tanah dinilai berdasarkan harkat penilaian struktur tanah dan indeks permeabilitas tanah yang disajikan pada Tabel 3 dan 4. Nilai struktur didapat berdasakan tipe truktur tanah dan ukuran dari tipe struktur tanah kemudian cocokan dengan nilai harkat struktur yang terdapat pada Tabel 3. Nilai harkat permeabilitas didapat dari hasil pengukuran permeabilitas tanah kemudian nilai hasil pengukuran tersebut dimasukkan dalam kriteria permeabilitas tanah, selanjutnya kriteria permeabilitas dicocokkan dengan harkat permeabilitas tanah. Nilai lereng dan panjang lereng dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Wischmeier and Smith (1978): LS X ( 0,0138 0,00965 S 0,00138 S 2 ) Dimana S = Kemiringan lereng (%), L = Panjang lereng (m). Faktor ini mempertimbangkan segi pengelolaan lahan. Termasuk dalam pengelolaan ini adalah campur tangan manusia. Faktor pengelolaan tanah dan tanarnan (C) serta faktor teknik konservasi tanah (P) diprediksi berdasarkan hasil pengamatan lapangan dengan mengacu klasifikasi hasil penelitian tentang nilai C dan nilai P pada kondisi yang identik. Disamping itu juga akan ditentukan besarnya laju erosi yang masih dapat ditoleransikan dan tingkat bahaya erosi. Tingkat bahaya erosi (TBE) ditentukan dengan membandingkan erosi aktual (A) dengan erosi yang masih dapat ditoleransikau (T) di daerah itu dengan mengunakan ramus Hammer (1981) TBE = A/TLS (Persamaan 6), dimana A= Laju erosi tanah (ton thn-1) dan TLS = Laju erosi yang masih dapat di toleransi (ton thn-1). Evaluasi bahaya erosi ditentukan berdasarkan perbandingan antara besar erosi tanah dengan erosi tanah yang dapat ditoleransikan (tolerable soil loss). Untuk mengetahui kejadian erosi pada tingkat membahayakan atau suatu ancaman degradasi lahan dapat diketahui dari tingkat bahaya erosi dari lahan tersebut. Besar nilai erosi yang masih dapat ditoleransi disajikan pada Lampiran 8. Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) menyatakan bahwa bahaya erosi adalah perkiraan jumlah tanah hilang maksimum yang akan terjadi pada suatu lahan bila pengelolaannya tidak mengalami perubahan. Sedangkan tingkat bahaya erosi (TBE) adalah kehilangan tanah maksimum dibandingkan dengan tebal solum atau kedalaman efektif tanahnya. Arsyad (2010), menyimpulkan bahwa batas toleransi adalah maksimal bahaya erosi yang masih diperkenankan terjadi pada suatu lahan. HASIL DAN PEMBAHASAN Satuan Lahan Homogen (SLH) Satuan lahan homogen merupakan kelompok lahan yang mempunyai karakteristik lahan yang sama meliputi jenis tanah, lereng dan penggunaan lahan, oleh karena penggunaan lahan dilokasi penelitian adalah sama yaitu perkebunan sawit, maka pembeda penggunaan lahan dalam penelitian ini adalah umur tanaman kelapa sawit. Umur tanaman kelapa sawit yang terdapat di lokasi penelitia terdiri dari 0 - 3 tahun, 3 - 5 tahun, 6 - 12 tahun, dan > 15 tahun. Berdasarkan peta jenis tanah menunjukkan bahwa di lokasi penelitian memiliki dua jenis tanah yaitu Inceptisol dan Ultisol, sedangkan kemiringan lahan di lokasi penelitian yaitu berombak (3 - 8%), bergelombang (8 – 15%), dan berbukit (15 – 25%). Sampel tanah diambil pada masing-masing satuan lahan homogen (SLH) yang terbentuk dari hasil tumpang susun dari peta jenis tanah dan peta kemiringan lahan yang terdapat pada berbagai umur tanaman kelapa sawit. Oleh karena data iklim berupa curah hujan di lokasi penelitian sama, maka peta iklim tidak dimasukkan dalam overlay untuk pembentukan SLH. Pengambilan sampel tanah dilakukan secara sistem taktis (acak) berdasarkan SLH yang terbentuk di perkebunan kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur. SLH di lokasi penelitian dapat disajikan pada Tabel 3. Masing-masing SLH yang terbentuk dari peta jenis tanah dan kemiringan lahan mempunyai sebaran tanaman kelapa sawit yang mempunyai umur bervariasi. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Volume 2, Nomor 4, Desember 2013: hal. 304-316 307 Tabel 3. Deskripsi Satuan Lahan Homogen (SLH) di lokasi penelitian perkebunan kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur SLH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ultisol, kedalaman efektif 90 cm, coklat merah sangat gelap (5 YR 2/3), gumpal bersudut sedang, pH lapang 5,5. Ultisol, kedalaman efektif 120 cm, coklat merah gelap (5 YR 3/4), perismaltik kasar, pH lapang masam (4,80). Ultisol, kedalaman efektif 90 cm, coklat merah sangat gelap (5 YR 2/3), gumpal bersudut sedang, pH lapang masam (4,80). Ultisol, kedalaman efektif 120 cm, coklat merah gelap (5 YR 3/2), gumpal sedang, pH lapang agak masam (5,80). Inceptisol, kedalaman efektif > 120 cm, hitam kecoklatan (10 YR 2/3), granuler halus, pH lapang 6,20 Inceptisol, kedalaman efektif > 120 cm, coklat gelap (10 YR 3/4), granuler sedang, pH lapang 6,00 Inceptisol, kedalaman efektif > 120 cm, hitam kecoklatan (10 YR 3/2), remah sedang, serta mempunyai pH lapang 6,50 Ultisol, kedalaman efektif > 120 cm, coklat terang (7,5 YR 5/8), perismaltik sedang, pH lapang 5,10 Ultisol, kedalaman efektif 80 cm, coklat merah gelap (5 YR 3/6), perismaltik sedang, pH lapang 5,00 Ultisol, kedalaman efektif 90 cm, hitam kecoklatan (5 YR 2/2), perismaltik dengan ukuran sedang, pH lapang 5,30 Ultisol, kedalaman efektif 90 cm, coklat merah terang (5 YR 2/2), perismaltik kasar, pH lapang 4,90 Ultisol, kedalaman efektif 120 cm, coklat (7,5 YR 4/4), gumpal bersudut sedang, pH lapang 5,40 Total Luas Areal ha % Bentuk Wilayah Umur Sawit (tahun) Bergelombang (8 – 15%) > 15 546,94 10,55 Bergelombang (8 – 15%) 3-5 366,40 7,06 Bergelombang (8 – 15%) 6 – 12 530,24 10,22 Bergelombang (8 – 15%) 0–3 831,42 16,03 Berombak (3 – 8%) 3–5 291,50 5,62 Berombak (3 – 8%) 6 – 12 776,69 14,98 Berombak (3 – 8%) > 15 477,16 9,20 Berbukit (15 - 25%) 6 - 12 466,59 9,00 Berbukit (15 - 25%) 3-5 192,46 3,71 Berbukit (15 - 25%) 0–3 179,31 3,46 Berombak (3 – 8%) 0-3 411,07 7,93 Berbukit (15 - 25%) > 15 116,59 2,25 5.186,37 100,00 Deskripsi Sumber : Hasil Analisis Data (2012) Faktor-faktor Erosi Erosi adalah suatu proses pelepasan dan pengangkutan partikel-partikel tanah yang 308 disebabkan oleh media alam seperti angin, hujan atau aliran permukaan (Wischmeier, 1959). Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan (detachment), pengangkutan Dastrur Syah, M. Rusli Alibasyah, & Syamaun A. Ali. Prediksi Erosi pada Beberapa Umur Tanaman Kelapa Sawit .... (transpotation), dan pengendapan (deposition) bahan tanah oleh penyebab erosi (Asdak, 1995). Selanjutnya Arsyad (1989) memberikan batasan erosi sebagai peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian dari tanah dari sutau tempat ke tempat lain oleh suatu media alami (air atau angin). Perhitungan erosi dalam penelitian ini menggunakan metode perhitungan erosi model USLE yang menghitung erosi berdasarkan faktor-faktor yang menentukan erosi. Model perhitungan erosi menurut USLE merupakan gambaran secara matematik proses-proses penghancuran, transport, dan deposisi partikel tanah di atas permukaan lahan. Model empiris USLE didasarkan pada variabel-variabel penting yang diperoleh dari penelitian dan pengamatan selama proses erosi terjadi. Model prediksi erosi empiris yaitu model USLE (Universal Soil Loss Eqation) dikemukakan oleh Wischmeier dan Smith (1978). erosifitas hujan pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel 4. Hasil perthitungan Tabel 4 menunjukkan bahwa indeks erosivitas selama sepuluh tahun di perkebunan PT. Karya Tanah Subur Kabupaten Aceh Barat adalah 2,861.21 cm-1 th-1. Nilai tersebut merupakan indeks besarnya tenaga curah hujan yang menyebebkan erosi pada perkebunan PT. Karya Tanah Subur. Munurut Agus dan Widianto (2004), erosivitas hujan yang tinggi biasanya spesifik untuk berbagai wilayah hampir tidak dapat berubah. Pengaruh erosivitas yang tinggi dapat dikurangi dengan jalan melemahkan energi kinetik butiran hujan sebelum sampai dipermukaan tanah, misalnya dengan menutup permukaan tanah. Erosivitas di lokasi penelitian menyebabkan besarnya erosi yang terjadi di lokasi penelitian, semakin tinggi tingkatan umur tanaman kelapa sawit maka kemungkinan semakin tinggi pula pelemahan energi kinetik butiran hujan. Indeks Erosivitas Hujan Nilai Erodibilitas Tanah Indek erosifitas dihitung berdasarkan rumus Lenvain (1989) dalam Asdak (1995). Data yang digunakan adalah data curah hujan dari tahun 2002 sampai dengan 2011 selama sepuluh tahun, yang didapatkan berdasarkan data curah hujan di Stasiun Pengamatan Curah Hujan Kebun Kelapa Sawit PT. Karya Tanah Subur Kabupaten Aceh Barat. Menurut Arsyad (2010) erosivitas hujan adalah faktor alami yang hampir tidak bisa di kelola. Untuk lebih jelasnya indek Tanah dengan nilai faktor erodibilitas (K) tinggi menandakan bahwa tanah tersebut sangat peka terhadap erosi. Sifat-sifat fisik tanah (tekstur, permeabilitas dan struktur tanah), serta kandungan bahan organik tanah saling mempengaruhi dalam menentukan besar atau kecil nilai erodibilitas tanah. Nilai erodibilitas tanah (K) di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Nilai indek erosifitas di perkebunan PT. Karya Tanah Subur Kabupaten Aceh Barat Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Total mm/10 th 2,620.2 2,199.8 2,775.5 3,365.0 2,173.0 2,019.9 2,428.7 2,584.7 3,050.5 4,655.2 4,883.4 4,144.6 36,900.5 Rata-rata bln-1 mm cm 262.02 26.20 219.98 22.00 277.55 27.76 336.50 33.65 217.30 21.73 201.99 20.20 242.87 24.29 258.47 25.85 305.05 30.51 465.52 46.55 488.34 48.83 414.46 41.45 3,690.1 369.01 Erosivtas (cm-1 th -1) 187.64 147.92 202.93 263.69 145.48 131.72 169.24 184.19 230.75 410.00 437.58 350.08 2,861.21 Sumber : Analisis Data Cura Hujan PT. Karya Tanah Subur, 2012 Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Volume 2, Nomor 4, Desember 2013: hal. 304-316 309 Tabel 5. Nilai indeks erodibilitas tanah pada setiap SLH di lokasi penelitian kebun kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur SLH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Erodibilitas Kelas tanah (K) 0,31 3 0,31 3 0,38 4 0,40 4 0,10 1 0,22 3 0,15 2 0,41 5 0,19 2 0,24 3 0,25 3 0,19 2 Kategori Sedang Sedang Agak Tinggi Agak Tinggi Sangat Rendah Sedang Rendah Tinggi Rendah Sedang Sedang Rendah Sumber : Hasil Analisis Data (2012) Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai indeks erodibilitas tanah (K) tertinggi dijumpai pada SLH 8 yang mempunyai nilai 0,41 sedangkan terendah dijumpai pada SLH 5 yang mempunyai nilai 0,10. Perbedaan nilai erodibilitas ini sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur dan kandungan bahan organik, ketiga hal ini nantinya akan mempengaruhi kemampuan tanah di dalam meloloskan air (permeabilitas tanah). Arsyad (2000) menyebutkan bahwa bahwa sifatsifat tanah yang mempengaruhi erodibilitas tanah adalah : (1) laju infiltasi, permeabilitas, dan kapasitas tanah menahan air, dan (2) ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan butir-butir air hujan serta aliran permukaan. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng Pengaruh topografi terhadap erosi terutama ditentukan oleh panjang dan kemiringan lereng. Panjang dan kemiringan lereng (LS) pada masing-masing SLH mempunyai nilai yang beragam. Nilai panjang dan kemiringan lereng yang beragam di lokasi penelitian disebabkan oleh bentuk wilayah dari mulai berombak, bergelombang sampai berbukit. Hasil perhitungan terhadap nilai LS (Tabel 6) diperoleh bahwa nilai tertinggi terdapat pada SLH 12, 9, 10 dan 8 dengan kemiringan lahan 15-25 % yang mempunyai nilai LS berturut turut yaitu 4,14, 3,91, 4,15 dan 3,72. Untuk nilai LS terendah (Tabel 9) dijumpai pada SLH 5, 6, 7 dan 11 dengan kemiringan lereng berkisar 3 - 8 % sehingga mempunyai nilai kisaran LS yaitu 310 0,75 dan 0,92. Nilai faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) pada setiap SLH pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai panjang dan kemiringan lereng di setiap SLH pada lokasi penelitian kebun kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur SLH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kemiringan (%) 8 - 15 8 - 15 8 - 15 8 - 15 3-8 3-8 3-8 15 - 25 15 - 25 15 - 25 3-8 15 - 25 Bentuk wilayah Bergelombang Bergelombang Bergelombang Bergelombang Berombak Berombak Berombak Berbukit Berbukit Berbukit Berombak Berbukit Nilai LS 3.14 3.01 2.72 2.72 0.75 0.75 0.92 7.59 7.96 7.96 0.92 7.59 Sumber : Analisis Data (2012) Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai LS pada bentuk wilayah yang sama mempunyai nilai yang sedikit berbeda. Hal ini disebabkan oleh panjang lereng dan kemiringan lereng yang sedikit berbeda dengan bentuk wilayah yang sama di lokasi penelitian. Tabel 9 juga menunjukkan bahwa bentuk wilayah berbukit mempunyai nilai LS yang paling tinggi bila dibandingkan dengan nilai LS pada bentuk wilayah berombak dan bergelombang. Dari beberapa factor yang ada yang manjadi indicator erosi, maka LS merupakan faktor yang paling dominan. Firmansyah (2007) menyatakan bahwa kelerengan sangat berperan karena pergerakan air serta kemampuan memecahkan dan membawa partikel-partikel dan akan terus bertambah dengan meningkatnya sudut ketajaman. Indeks Pengelolaan Tanaman (C) dan Tanah (P) Faktor pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi tanah merupakan faktor penting dalam erosi. Penentuan nilai tersebut dilakukan dilapangan. Nilai C didasari atas indentifikasi jenis penggunaan lahan untuk pengeolaan tanaman dan nilai P ditentukan berdasarkan ada tidaknya suatu tindakan terhadap lahan Dastur Syah, M. Rusli Alibasyah, & Syamaun A. Ali. Prediksi Erosi pada Beberapa Umur Tanaman Kelapa Sawit … khususnya masalah tindakan konservasinya. Tajuk atau kanopi tanaman kelapa sawit berbeda secara umum memiliki nilai C adalah 0,1-0,7 . Karena pada penelitian ini salah satu faktor pembatas SLH nya adalah umur maka, untuk tanaman kelapa sawit yang berumur 6-12 tahun memiliki nilai yang paling baik, mengingat tanaman dengan umur tersebut fisiologi tanaman masih sangat segar dan kokoh dengan produktivitas optimal jika dibandingkan dengan umur tanaman yang agak tua dan muda. Sedangkan untuk nilai P, maka dari hasil pengklasteran umur, maka tanaman sawit umur 0-3 dan 3-5 tahun memiliki tindakan konsevasi lebih baik, meliputi pembuatan terasering dan tanaman penutup tanah jenis Mucuna sp. Untuk lebih jelasnya nilai CP pada masing-masing SLH dapat dilihat pada Tabel 7. Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai CP berbading terbalik dengan umur tanaman sawit, dimana semakin tua tanaman sawit maka nilai CP nya makin tinggi dan sebaliknya, tingginya nilai CP disini pada dasarnya bukan di sebabkan oleh umur tanaman, akan tetapi di pengaruhi oleh ada tidaknya suatu tindakan konservasi, dengan adanya tindakan konservasi yang baik, maka nilai CP dapat di minimalisir untuk menghindari besarnya erosi yang akan ditimbulkan di lahan perkebunan. Vegetasi (kanopi tanaman) memiliki peran yang sangat penting di dalam mengintersep air hujan, sehingga mampu mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak yang ditimbulkan oleh air hujan (Arsyad, 2007). Tabel 7. SLH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Santoso (1985) lebih spesifik menyatakan bahwa vegetasi akan lebih efektif melindungi tanah dari erosi jika pohon-pohon tersusun membentuk strata tajuk adanya tumbuhan bawah (cover crop). karena menurutnya tanaman perkebunan biasanya hanya membentuk satu stratum tajuk, sehingga dengan demikian peranannya terhadap pencegahan erosi sangat ditentukan oleh adanya tumbuhan bawah. Prediksi Erosi Aktual dan Potensial Persamaan Wischmeir dan Smith (1978), yaitu RKLSCP, dapat menduga tingkat laju erosi yang ditimbulkan air hujan pada setiap umur tanaman kelapa sawit yang terdapat di setiap SLH disajikan pada Tabel 8. Pendugaaan nilai erosi di lokasi penelitian diperoleh dengan menggunakan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation) yaitu : A = R. K. L. S. C. P diprediksi erosi di lapangan sesuai kondisi tanah, pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi. Perhitungan erosi potensial diperoleh dengan menghitung besarnya nilai A = R. K. L.S, tanpa memasukkan nilai pengelolaan tanaman (C) dan tindakan konservasi tanah (P). Dalam keadaan ini tanah berada dalam keadaan terbuka tanpa adanya pengaruh tanaman dan tindakan konservasi tanah sehingga nilai CP dianggap 1. Hasil perhitungan terhadap erosi aktual dan potensial yang terjadi di lokasi penelitian kebun kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur disajikan pada Tabel 8. Nilai indek pengelolaan tanaman (C) dan tindakan konservasi tanah (P) pada kebun kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur, Aceh Barat Umur Tanaman > 15 tahun 3 - 5 tahun 6 - 12 tahun 0-3 tahun 3-5 tahun 6 - 12 tahun > 15 tahun 6-12 tahun 3-5 tahun 0-3 tahun 0-3 tahun >15 tahun Tindakan konservasi Tanpa Terasering baik Tanpa Terasering baik Terasering baik Tanpa Tanpa Tanpa Terasering baik Terasering baik Terasering baik Tanpa C 0.2 0.4 0.1 0.6 0.4 0.1 0.2 0.1 0.4 0.6 0.6 0.2 P 1.00 0.04 1.00 0.04 0.04 1.00 1.00 1.00 0.04 0.04 0.04 1.00 C*P 0.200 0.016 0.100 0.024 0.016 0.100 0.200 0.100 0.016 0.024 0.024 0.200 Sumber : Hasil Analisis Data (2012) Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Volume 2, Nomor 4, Desember 2013: hal. 304-316 311 Tabel 8 menunjukkan bahwa prediksi erosi aktual dan potensial yang terjadi di lokasi penelitian sangat beragam dan tergantung pada faktor-faktor yang lebih dominan dalam mempengaruhi erosi. Erosi aktual tiga terbesar dijumpai pada SLH 8, 12, dan 1 yaitu masingmasing : 888.99 t ha-1 th-1, 811.44 t ha-1 th-1, dan 552.29 t ha-1 th-1, sedangkan besarnya erosi potensial tiga teratas meliputi SLH 8, 10, dan 9 dengan masing-masing nilainya adalah 8889.86 t ha-1 th-1, 5436.89 t ha-1 th-1, dan 4389.45 t ha-1 th-1. Dari hasil analisis pada Tabel 8 menunjukkan bahwa, hampir semua SLH, besar erosi sangat dipengaruhi oleh bentuk lahan/ kemiringan baik erosi aktual maupun potensial. Panjang kemiringan lereng merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi erosi, semakin panjang lereng pada tanah, akan semakin besar pula kecepatan aliran air dipermukaannya sehingga pengikisan terhadap bagian-bagian tanah semakin besar (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2005). Besarnya erosi aktual dan potensial yang beragam di lokasi penelitian tidak terlepas dari sifat-sifat tanah dan teknik konservasi tanah pada berbagai umur tanaman kelapa sawit di lokasi penelitian. Selain itu faktor bentuk wilayah dan kemiringan lereng juga mempengaruhi beragamnya nilai erosi aktual dan potensial. Poesen (1983) menyatakan bahwa kepekaan tanah terhadap erosi bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, topografi, namun ditentukan pula oleh faktorfaktor erosi lainnya, yakni erosivitas, topografi, vegetasi, fauna dan aktivitas manusia. Selain itu, Tabel 8. Hudson (1978) juga menyatakan bahwa selain sifat fisik tanah, faktor pengelolaan/perlakuan terhadap tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Tingkat Bahaya Erosi Evaluasi tingkat bahaya erosi merupakan penilaian atau prediksi terhadap besarnya erosi tanah dan potensi bahayanya terhadap sebidang tanah. Tingkat bahaya erosi (TBE) di Kebun Kelapa Sawit PT. Karya Tanah Subur ditentukan dengan menghitung bahaya erosi pada setiap SLH, selanjutnya TBE diketahui dengan mempertimbangkan kedalaman solum tanah dan karakteristik tanah setiap SLH. Tingkat bahaya erosi yng merupakan rasio antara laju erosi tanah dengan laju erosi yang masih dapat ditoleransi, dapat dihitung dengan persamaan (Hammer, 1981) yaitu: TBE/TSL, dimana A = laju erosi tanah (t th-1) dan TSL = laju erosi yang masih dapat ditoleransi (t th-1). Pada lokasi penelitian ditemukan sifat tanah dengan lapisan bawah yang permeabelitasnya lambat di atas substrat yang tidak terkonsolidasi dengan nilai TSL nya adalah 8,97 t ha-1 th-1 didominasi oleh jenis tanah ultisol dan tanah dengan lapisan bawah yang agak permeabel di atas subtrat yang tidak terkonsolidasi dengan nilai TSL nya adalah 11,21 yang di dominasi oleh jenis tanah Inceptisol. Hasil penelitian dan analisis data tingkat bahaya erosi kebun kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur disajikan pada Tabel 9. Prediksi erosi aktual dan potensial yang terjadi di lokasi penelitian pada masing-masing umur tanaman kelapa sawit kebun kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur SLH R K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2861.2 2861.2 2861.2 2861.2 2861.2 2861.2 2861.2 2861.2 2861.2 2861.2 2861.2 2861.2 0.31 0.31 0.38 0.40 0.10 0.22 0.15 0.41 0.19 0.24 0.25 0.19 L.S 3.14 3.01 2.72 2.72 0.75 0.75 0.92 7.59 7.96 7.96 0.92 7.59 Total CP 0.200 0.016 0.100 0.024 0.016 0.100 0.200 0.100 0.016 0.024 0.024 0.200 Erosi Aktual (t ha-1th-1) 552.29 42.16 293.50 74.90 3.30 46.81 78.38 888.99 70.23 130.49 15.89 811.44 3008.37 Erosi Potensial (t ha-1th-1) 2761.47 2634.69 2934.96 3120.88 206.54 468.08 391.92 8889.86 4389.45 5436.89 661.88 4057.22 35953.83 Sumber : Hasil Analisis Data (2012) 312 Dastur Syah, M. Rusli Alibasyah, & Syamaun A. Ali. Prediksi Erosi pada Beberapa Umur Tanaman Kelapa Sawit … Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai TBE potensial tertinggi terdapat pada SLH 8 yaitu 793.0 t ha-1 th-1 dan terendah terdapat pada SLH 5 yaitu 23,0 t ha-1 th-1. Sedangkan untuk TBE aktual tertinggi terdapat pada SLH 8 yaitu 79.30 t ha-1 th-1 dan terendah dijumpai pada SLH 5 yaitu 0,37 ton/ha/th. Erosi yang ditimbulkan sangat merugikan produktivitas lahan karena dalam waktu yang relative singkat tanah pada lapisan atas hilang dan terjadinya pemiskinan hara di dalam tanah. Erosi tidak hanya berpengaruh terhadap kandungan organik ranah atas, tetapi kandungan N, P, K, Ca, K dan lain sebaginya akan turut hilang (Arsyad, 2007). Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Pengklasifikasi tingkat bahaya erosi bertujuan untuk mengetahui harkat atau kriteria dari ancaman bahaya erosi yang mungkin terjadi di lokasi penelitian. Klasifikasi dari TBE yang terjadi pada masing-masing SLH diperoleh dengan mengetahui tingkat kehilangan tanah (ton ha-1 th-1) akibat erosi dan dibandingkan dengan ketentuan klasifikasi tingkat bahaya erosi . Klasifikasi tingkat bahaya erosi di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 secara umum menunjukkan bahwa klasifikasi TBE potensial berkisar dari ringan, berat, sampai sangat berat, potensi bahaya erosi sangat berat terdapat pada SLH 8 dan 10, termasuk katagori berat meliputi SLH 1, 2, 3, 4, 9 dan 12, SLH selebihnya termasuk ke dalam kategori TBE ringan. Tingginya TBE potensial Tabel 9. SLH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 pada lokasi penelitian tidak terlepas dari faktorfaktor, fisika tanah meliputi tekstur, stuktur, bahan organik serta permeabilias tanah, topografi, dan erosivitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Asdak (1995), bahwa komponen yang dapat diubah untuk mencegah erosi adalah faktor pengelolaan tanaman (C), konservasi tanah (P), dan faktor topografi (LS). Komponen erodibilitas (K) umumnya dianggap konstan kendati dapat berubah tergantung struktur tanah. Besarnya erosi yang terjadi di lokasi kebun kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur pada setiap SLH lebih besar dari besarnya erosi yang ditoleransikan sehingga sangat diperlukan tindakan konservasi tanah. Menurut Rahim (2003), pengikisan tanah bagian atas misalnya proses erosi selalu diikuti oleh pembentukan lapisan tanah baru pada bagian bawah profil tanah, akan tetapi laju pembentukan tanah ini umumnya tidak mampu mengimbangi kehilangan tanah karena erosi dipercepat. Oleh karena itu, tindakan konservasi tanah untuk meminimalisasi dampak kehilangan tanah akibat erosi dipercepat sangat diperlukan. Erosi pada Tiap Umur Kelapa Sawit Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai erosi pada berbagai umur tanaman kelapa sawit yang ada di lokasi penelitian mempunyai nilai yang beragam. Adapun besarnya erosi aktual, erosi potensial, kelas tingkat bahaya erosi dan kategori tingkat bahaya erosi di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 11. Tingkat bahaya erosi yang terjadi di lokasi penelitian kebun kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur Erosi Aktual (t ha-1th-1) Erosi Potensial (t ha-1th-1) 552.29 42.16 293.50 74.90 3.30 46.81 78.38 888.99 70.23 130.49 15.89 811.44 2761.47 2634.69 2934.96 3120.88 206.54 468.08 391.92 8889.86 4389.45 5436.89 661.88 4057.22 TSL (t ha-1th-1) 11.21 11.21 11.21 11.21 8.97 8.97 8.97 11.21 11.21 11.21 11.21 11.21 TBE Potensial (t ha-1th-1) 246.3 235.0 261.8 278.4 23.0 52.2 43.7 793.0 391.6 485.0 59.0 361.9 TBE Aktual (t ha-1th-1) 49.27 3.76 26.18 6.68 0.37 5.22 8.74 79.30 6.27 11.64 1.42 72.39 Sumber : Hasil Analisis Data (2012) Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Volume 2, Nomor 4, Desember 2013: hal. 304-316 313 Tabel 10. Klasifikasi tingkat bahaya erosi di lokasi penelitian kebun kelapa sawit PT. Karya Tanah Subur pada masing-masing satuan lahan homogen (SLH) TBE Potensial SLH Tanah Hilang (t ha-1th-1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TBE Aktual Kelas TBE Kategori 4 4 4 4 2 2 2 5 4 4 2 4 B B B B R R R SB B SB R B 246.3 235.0 261.8 278.4 23.0 52.2 43.7 793.0 391.6 485.0 59.0 361.9 Tanah Hilang (t ha-1th-1) Kelas TBE Kategori 2 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 3 R SR R SR SR SR SR SD SR SR SR SD 49.27 3.76 26.18 6.68 0.37 5.22 8.74 79.30 6.27 11.64 1.42 72.39 Sumber : Hasil Analisis Data (2012) Ket: SR : Sangat Ringan ; R : Ringan ; SD : Sedang ; B : Berat ; SB : Sangat Berat Tabel 11. Nilai erosi pada beberapa umur tanaman kelapa sawit di PT. Karya Tanah Subur Umur Sawit (tahun) 0–3 3-5 6 - 12 > 15 SLH 4 10 11 2 5 9 3 6 8 1 7 12 Bentuk Wilayah 8 - 15 % 15 - 25 % 3 - 8% 8 - 15 % 3-8% 15 - 25 % 8 - 15 % 3-8% 15 - 25 % 8 - 15 % 3-8% 15 - 25 % Aktual Nilai 6.68 11.64 1.42 3.76 0.37 6.27 26.18 5.22 79.30 49.27 8.74 72.39 Sumber : Hasil Analsis Data (2012) Ket: SR : katagori erosi sangat ringan SB R : katagori erosi ringan B : katagori erosi berat Tabel 11 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit 0-3 tahun mempunyai nilai TBE aktual dalam kategori sangat ringan, sedangkan nilai TBE potensial termasuk dalam kategori ringan (SLH 11), berat (SLH 4), dan sangat berat (SLH 10). Umur sawit 3-5 tahun nilai TBE aktual termasuk dalam katagori sangat ringan, 314 Kelas 1 1 1 1 1 1 2 1 3 2 1 3 Potensial Kategori Nilai TBE (t ha-1th-1) SR 278.4 SR 485.0 SR 59.0 SR 235.0 SR 23.0 SR 391.6 R 261.8 SR 52.2 SD 793.0 R 246.3 SR 43.7 SD 361.9 Kelas Kategori 4 4 2 4 2 4 4 2 5 4 2 4 B SB R B R B B R SB B R B : katagori erosi sangat berat SD : sedang sedangkan TBE potensial terbagi atas ringan yaitu (SLH 5), dan kaatagori berat meliputi (SLH 2 dan 9). Umur tanaman sawit 6-12 tahun memiliki klasifikasi TBE aktual adalah sangat ringan (SLH 6), ringan (SLH 3), dan sedang (SLH 8), sedangkan klasifikasi TBE potensial berkisar dari ringan (SLH 6), berat (SLH 3), dan Dastur Syah, M. Rusli Alibasyah, & Syamaun A. Ali. Prediksi Erosi pada Beberapa Umur Tanaman Kelapa Sawit …. sangat berat (SLH 8). Umur sawit >15 memiliki TBE aktual berkisar sangat ringan (SLH 7), ringan (SLH 1), dan sedang (SLH 12), sedangkan untuk TBE potensial dengan katagori ringan (SLH 7) dan berat (SLH 1 dan 12). Umur sawit 0-3 tahun dan 3-5 tahun, TBE aktual tidak menimbulkan efek terhadap erosi pada saat ini, akan tetapi TBE potensialnya termasuk ke dalam katagori berat sampai sangat berat terutama yang dipengaruhi oleh bentuk wilayah bergelombang (8-15%) dan berbukit (15-25%) memiliki tingkat bahaya erosi berat, sedangkan yang bentuk wilayah 3-8% termasuk ke dalam katagori ringan. Hal tersebut sangat sesuai dengan pernyataan Fimansyah (2007) yang menyebutkan bahwa kelerangan sangat mempengaruhi pergerakan air (erosi) berbanding lurus dengan sudut ketajaman lereng. Umur sawit 6 - 12 tahun dan > 15 tahun, TBE aktual berkisar sangat ringan, ringan, dan sedang, katagori ini belum mengancam pada saat ini, akan tetapi TBE potensial keduanya termasuk ke dalam katagori berat. Dari data yang ada, maka bentukan wilayah yang bergelombang (8-15%) dan berbukit (15-25%) memiliki tingkat bahaya erosi berat sampai sangat berat, sedangkan yang bentuk wilayah 38 % termasuk ke dalam katagori ringan. Arsyad (2000) menyatakan bahwa bentuk lahan (kemiringan dan panjang lereng) sangat mempengarhi erosi yang mungkin di timbulkan. Tabel 11 secara umum menunjukkan bahwa kelas tingkat bahaya erosi yang berat ditimbulkan akibat faktor bentuk wilayah (topografi), nilai erodibilitas dan erosivitas. Bentuk wilayah yang agak bergelombang dan berbukit diperlukan tindakan konservasi tanah, tindakan ini dapat dilakukan secara vegetatif, mekanik dan secara kimia, adapun tindakan mekanis yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan teras pada wilayah yang topografinya bergelombang sampai berbukit dan tanaman penutup tanah. Karena pada dasarnya tindakan konservasi tanah dapat mengubah sifat-sifat tanah agar lebih tahan terhadap proses erosi tanah. Selain itu, perbaikan sifat-sifat tanah juga diperlukan untuk meminimalkan nilai kepekaan tanah terhadap erosi. Menurut Irianto (1989), untuk mengurangi tingkat kepekaan tanah terhadap erosi dapat dilakukan dengan perbaikan sifat fisik tanah dan peningkatan kandungan bahan organik. Dampak erosi yang akan disumbangkan akan mengakibatkan penurunan kualitas tanah, menurut Putri (2003) cara konservasi dengan pendekatan mekanik yaitu penggunaan vegetasi penutup tanah, tanaman penutup tanah atau tanaman pelengkap (smother crops), tanaman pesaing (competitive crop) jenis Leguminosae lebih efektif di dalam menekan laju erosi potensial. Di samping Ayudyaningrum (2006) menyatakan dengan pembuatan teras gulud mampu menekan laju aliran permukaan sampai dengan 73% dan erosi 95%. Murtilaksono et al. (2009) juga berpendapat bahwa penggunaan teknik mekanik berupa teras gulud dan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertical mampu menurunkan erosi 41,94 %. Sementara itu Lubis (2004) juga mengatakan bahwa teknik mekanik teras gulud, rorak, dan mulsa vertical mampu menekan aliran permukaan sampai 100 %. SIMPULAN Satuan lahan homogen (SLH) yang terdapat di lokasi penelitian terdiri dari 12 SLH yang mempunyai sebaran umur tanaman kelapa sawit 0-3 tahun, 3-5 tahun, 6-12 tahun dan > 15 tahun dengan total luas areal secara keseluruhan yaitu 5.186,37 hektar. Sebaran umur tanaman kelapa sawit terdiri dari 0-3 tahun yang terdapat di SLH 4, 10, dan 11. Umur tanaman kelapa sawit 3 - 5 tahun yang terdapat di SLH 2, 5, dan 9. Umur tanaman kelapa sawit 6-12 tahun yang terdapat di SLH 3, 6, dan 8 serta umur tanaman kelapa sawit > 15 tahun yang terdapat di SLH 1, 7, dan 12. Besarnya erosi aktual terbesar dijumpai pada SLH 8 dan 12 yang mempunyai umur tanaman kelapa sawit 6-12 tahun dan kelerangan 8-15% yaitu masing-masing sebesar 79.30 t ha-1 th-1, sedangkan terendah dijumpai pada SLH 5 yang mempunyai umur tanaman kelapa sawit 3-5 tahun dengan kelerangan lahan 3-8% yaitu 0,37 t ha-1 th-1. Besarnya erosi potensial besar dijumpai pada SLH 8 yang mempunyai umur tanaman kelapa sawit 6-12 tahun, kelerangan 15-25% yaitu sebesar 793.0 t ha-1 th-1 sedangkan terendah dijumpai pada SLH 5 yang mempunyai umur tanaman kelapa sawit 3-5 tahun (kelerangan 3-8 %) yaitu sebesar 23.0 t ha-1 th-1. Terdapat 3 klasifikasi tingkat bahaya erosi yaitu tingkat bahaya erosi ringan (R) masingmasing terdapat pada SLH 5, 6, 7, dan 11, dan klasifikasi tingkat bahaya erosi berat meliputi SLH 1, 2, 3, 4, , dan 12. Sangat berat 10 dan 8. Umur tanaman kelapa sawit 3-5 tahun mempunyai nilai erosi aktual terendah dan umur Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Volume 2, Nomor 4, Desember 2013: hal. 304-316 315 tanaman kelapa sawit 6-12 tahun mempunyai nilai erosi aktual tertinggi, sedangkan erosi potensial terendah dijumpai pada umur tanaman kelapa sawit 3-5 tahun dengan kelerangan 3-8% dan erosi potensial tertinggi dijumpai pada umur tanaman kelapa sawit 6-12 tahun dengan kelerangan 15-25%. DAFTAR PUSTAKA Agus, F. dan Widianto. 2004. Petunjuk praktis konservasi pertanian lahan kering. World Agoforestry Centre. ICRAF Southeast Asia, Bogor. Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB Press. Bogor. _______ . 2006. Konservasi Tanah dan Air. Edisi kedua cetakan pertama. Penerbit IPB Press. Bogor _______ . 2007. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. _______. 2010. Konservaasi Tanah dan Air. Edisi ke dua cetakan ke dua. Penerbit IPB Press. Bogor. Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Ayudyaningrum, P. 2006. Pengaruh jarak simpanan depresi terhadap aliran permukaan dan erosi pada tanah latosol darmaga. Skripsi. Jurusan Tanah. IPB. Firmansyah, M. A. 2007. Prediksi erosi Tanah Podsolik Merah Kuning berdasarkan metode USLE di berbagai sistem usaha tani. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Hlm. 1 – 9, Vol. 7. No. 3, 2007. Harahap, E.M. 1999. Perkembangan akar tanaman kelapa sawit pada tanah terdegradasi di Sosa Tapanuli Selatan. Disertasi. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. . 2007. Peranan Tanaman Kelapa Sawit pada Konservasi Tanah dan Air. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Universitas Sumatera Utara, Medan. 316 Hardjowigeno, S dan Widiatmaka, 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Hammer, W. I. 1981. Second Soil Conservation Report INS/78/006. Technical Note No. 7 Soil Research Institute Bogor, Indonesia Irianto, G. 1989. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) untuk memantau kerusakan lahan. Kongres Nasional HTI di Medan. Hudson, N. 1978. Soil Conservation. Second Edition. Bastford, London Kartasapoetra, A.G., dan M.M. Sutedjo. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta. Lubis, A. 2004. Pengaruh modifikasi sistem microcactment terhadap aliran permukaan. erosi serta pertumbuhan dan produksi kacang tanah pada Pertanian Lahan Kering. Skripsi. Jurusan Tanah, IPB. Bogor Murtilaksono, K., W. Darmosarkoro, E.E. Sigit, H.H. Siregar, dan Y. Hidayat. 2009. Upaya peningkatan produksi kelapa sawit melalui Penerapan Teknik Konservasi Tanah dan Air. Jurna Tanah Tropis. Vol 1, hlm. 1 s.d 11. Poesen, J. 1983. Rainwash experiment on the erodibility of loose sediment. Earth Surf. Proc. Landforms 6:284-307. Putri, L.A.P. 2003. Pengelolaan Penutup Tanah. repository. Usu.ac.id/bitsream/123456789/ 1130/1/tanah-lollie.pdf. 15 juli 2012. Rahim, S.E. 2003. Pengendalian Erosi Tanah dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup, Bumi Aksara. Jakarta. Susanto, H. 2001. Daya Saing Ekspor Nasional Berbasis Sumber Daya Alam Pertanian. Jurnal Penduduk dan Pembangunan, Vol. VII, No. 2, 2001. LIPI. Sutedjo dan Kartasapoetra AG. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Wischmeier, W. H and D. Smith. 1978. Prodicting Rainfall erosion Losses-A Guide to Conservation Planning. US. Departement of Agriculture. Agriculture Hand Book 537. Dastur Syah, M. Rusli Alibasyah, & Syamaun A. Ali. Prediksi Erosi pada Beberapa Umur Tanaman Kelapa Sawit ….