Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Perancangan Inverter Satu Fasa Yang Terhubung Dengan Jaring Distribusi Menggunakan Metode Hysterisis Current Control Mochammad Salman,Mochamad Ashari,Heri Suryoatmojo Jurusan Teknik Elektro – Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Sukolilo – Surabaya 60111 Abstrak 2. Sistem Inverter Satu Fasa Pada makalah ini akan disajikan rancang bangun dan implementasi inverter satu fasa yang terhubung dengan jaring distribusi menggunakan metode hysteresis current control. Hal yang dibahas adalah mengenai desain sensor arus sebagai pembaca arus output inverter dan hysteresis current controller sebagai pembuat band (batas) dan pembaca sinyal dari sensor arus. Untuk mengolah data sensor, menggunakan mikrokontroler AVR Atmega 16. Metode yang digunakan dalam menyuntikkan arus dalam grid yaitu dengan metode hysteresis current control, algoritma ini sangat sesuai untuk koneksi grid dikarenakan memiliki respon yang cepat terhadap perubahan arus output inverter dan kontrollernya pun sangat mudah diaplikasikan. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa inverter mampu menyuntikkan arus ke dalam jaring distribusi ,dengan arus sekitar 0.03 A pada tegangan 220 V/50 Hz setelah melewati transformator step up. Kata kunci : kontrol arus histerisis, transformator arus, zero crossing detector, mikrokontroller. 2.1 Inverter full bridge Inverter satu fasa secara umum banyak digunakan dalam aplikasi seperti standby power supplies ,kontroller motor induksi dan UPS (Uninterruptible Power Supply). Blok diagram yang menunjukkan rangkaian inverter satu fasa full bridge dapat dilihat pada gambar 1. Dimana inverter tersebut terdiri atas empat saklar yang dihubungkan dalam bentuk bridge (jembatan). Untuk mengontrol saklar tersebut digunakan mikrokontroller ATmega16 sebagai kontrollernya. 1. PENDAHULUAN Gambar 1. Inverter satu fasa. Sistem photovoltaic (PV) pada umumnya digunakan sebagai distributed generating unit, sumber DC yang dihasilkan dari PV diumpankan ke dalam jaring distribusi melalui unit pengkondisi daya (inverter). Dalam distributed generating unit (DG), inverter merupakan peralatan yang paling penting yang berfungsi sebagai pengkonversi tegangan DC menjadi tegangan AC. Strategi kontrol arus pada inverter dapat diklasifikasikan menjadi kontroller histerisis, prediktif kontroller dan kontroller pembanding ramp. Kontroller histerisis adalah kontroller yang membandingkan arus output dengan arus referensi setelah diberi batas toleransi yang telah ditentukan, kontroller prediktif adalah menghitung tegangan inverter yang dibutuhkan untuk memaksa arus mengikuti arus referensi, sedangkan kontroller pembanding ramp adalah membandingkan arus error ke dalam gelombang segitiga untuk menghasilkan sinyal penyulutan pada inverter. Dengan menggunakan metode kontrol arus histerisis performa yang dihasilkan sangat memuaskan dikarenakan mempunyai respon yang cepat dan stabil dalam mengontrol arus output inverter. Implementasi dalam rangkaian analog atau digital juga murah dan mudah dalam pembuatannya. Pada makalah ini akan ditunjukkan implementasi dari hysterisis current control untuk inverter satu fasa yang terhubung dengan jaring distribusi. Algoritma kontrol diimplementasikan kedalam rangkaian analog yang kemudian datanya diolah lagi dengan mikrokontroller ATmega16. Sensor arus yang digunakan adalah transformator arus dengan maksud merubah besaran arus kedalam besaran tegangan agar dapat terbaca oleh kontroller. 2.2 Aliran Daya Inverter dalam Grid Untuk menghubungkan inverter dalam suatu jaring distribusi yang perlu diperhatikan adalah pergeseran sudut fasa tegangan grid dan inverter. Juga amplitudo tegangan inverter dan grid. Daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) yang dibawa oleh grid dapat dihitung melalui pers.(1) dan (2) [10]. (1) (2) Dimana Vi = tegangan inverter, Vs = tegangan grid, Lc = induktansi kopling inductor, = perbedaan fasa antara Vi dan Vs, f= frekuensi sistem. Dari pers. (1) dan (2) dapat disimpulkan bahwa besarnya daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) untuk komponen fundamental dari arus output, tergantung pada parameter berikut : • Amplitudo dari Vi. • Perbedaan fasa antara tegangan output inverter dengan tegangan grid, . Sehingga, aliran daya (menyumbang atau menyerap) dari kedua daya reaktif atau aktif dapat dikontrol dengan menentukan amplitudo Vi dari tegangan output inverter dan pergeseran fasa ( ) antara tegangan output inverter dan tegangan output grid. Untuk mengirim daya reaktif dari inverter menuju ke grid, yang diperlukan adalah perbedaan amplitude tegangan mereka. Jika tegangan inverter Vi lebih besar dari tegangan Vs, tetapi mereka sefasa, maka inverter hanya 1 If Iact < (Iref – HB) upper switch OFF dan lower switch ON. menyuplai daya reaktif kedalam grid (mode kapasitif). Sebaliknya, jika tegangan Vi lebih rendah dari tegangan grid Vs tetapi masih sefasa, maka inverter menyerap daya reaktif dari grid (mode induktif). Jika inverter mempunyai peralatan penyimpan energy ( accu atau PV) pada sisi DC, ini dapat menyalurkan daya aktif antara inverter dengan grid. Daya aktif dikontrol oleh perbedaan fasa antara tegangan Vi dan Vs. jika sudut fasa tegangan inverter lagging terhadap sudut fasa tegangan grid tetapi dengan magnitudo tegangan yang sama, maka inverter dalam hal ini menyerap daya aktif atau sebagai beban. Sedangkan , jika tegangan inverter leading terhadap tegangan grid dengan magnitudo tegangan yang sama, maka inverter menyumbang daya aktif dalam grid. Gambar 2 menunjukkan diagram fasor operasi inverter dengan empat macam keadaan. If Iact > (Iref + HB) upper switch ON dan lower switch OFF. (a) (a) Menyuplai daya aktif dan menyerap daya reaktif. (b) Gambar 3. Kontrol arus histerisis bipolar(a) arus dan tegangan output inverter. 2.4 Kontroller histerisis Dalam rangkaian kontrol arus histerisis diperlukan beberapa gabungan rangkaian seperti summing dan difference amplifier dimana rangkaian tersebut mempunyai fungsi membuat upper dan lower band. Sebelum memasuki rangkaian tersebut tegangan referensi dan tegangan band diumpankan ke rangkaian buffer yang bertujuan untuk memperkuat arus sinyal tersebut.[8] rangkaian kontrol dapat dilihat pada gambar 4. (b) Menyerap daya aktif dan menyerap daya reaktif (c) Menyuplai daya aktif dan menyuplai daya reaktif (d) Menyerap daya aktif dan menyuplai daya reaktif Gambar 2. Diagram fasor operasi inverter VSI. 2.3 Metode Bipolar Hysterisis Current Control Teknik kontrol arus histerisis adalah sistem kontrol closed loop yang mana sinyal error e(t) digunakan untuk membuat pola penyulutan pada saklar dan mengontrol arus beban. e(t) adalah perbedaan antara arus referensi ,iref dan arus beban, iload. Dimana e(t)=iload-iref[7]. Gambar 3 menunjukkan kontrol arus histerisis secara garis besar dan empat saklar yang nyala dan padamnya berdasarkan pada pola bipolar modulasi. Pada penyulutan bipolar terdapat dua batas dan controller mengaktifkan dan memadamkan sepasang saklar (S1,S4 atau S2,S3) pada saat yang sama menghasilkan +Vdc atau –Vdc pada output inverter. Arus kontrol hysteresis band menentukan pola switch inverter. Dengan pola switch yang memiliki fungsi sebagai berikut : Gambar 4. Rangkaian kontrol arus histerisis. 3. PEMODELAN DAN PERANCANGAN ALAT 3.1 Pemodelan sistem Skematik untuk simulasi dari inverter satu fasa bipolar mulai dari inverter satu fasa full bridge, kontroller arus histerisis hingga terhubung dengan jaring distribusi dapat dilihat pada gambar 5. Dimana simulasi menggunakan software PowerSim untuk mempermudah menganalisa blok diagram rangkaian. 2 Gambar 7. Blok diagram sistem keseluruhan A. Inverter satu fasa Gambar 8 merupakan prototipe inverter full bridge yang sudah jadi. Dalam inverter satu fasa switch yang digunakan adalah MOSFET dengan tipe IRFP460. Penyulutan pada saklar dilakukan oleh mikrokontroller ATmega16 yang kemudian sinyal PWM output diumpankan ke optocoupler TLP250 yang bertujuan untuk mengisolasi antara rangkaian kontrol dengan rangkaian power. Mikrokontroller dalam inverter ini berfungsi sebagai pembuat waktu deadtime (jeda) antar saklar dalam satu sisi. Pemberian waktu deadtime bertujuan untuk memastikan bahwa dalam satu sisi saklar tidak beroperasi secara bersamaan yang akan mengakibatkan rugi – rugi penyulutan dan menghindari adanya short circuit pada satu sisi saklar . Gambar 5. Simulasi PSIM inverter satu fasa Output tegangan inverter sebelum terfilter dan output tegangan setelah terfilter juga arus output inverter yang dibandingkan dengan arus referensi dapat dilihat pada Hasil simulasi gambar 6. Gambar 8. Rangkaian inverter satu fasa Dalam suatu rangkaian inverter terdapat link inductor yang bertujuan untuk meredam perubahan fluktuasi arus yang tidak diinginkan dan juga dapat berfungsi sebagai filter. B. Sensor arus Dalam pembuatan sensor arus ini, arus yang masuk di sensor diasumsikan maksimal 6 Ampere sedangkan perbandingan jumlah lilitan primer dan sekunder adalah 2:1000, sehingga dengan resistor 200 Ohm diperoleh tegangan kurang dari 5volt atau tepatnya 3,96 Volt untuk diproses. Kumparan kawat email yang digulungkan pada toroida sangat mempengaruhi besar medan elektromagnetis yang pindah dari kumparan primer ke toroida lalu ke kumparan sekunder yang mana secara otomatis dapat mempengaruhi besarnya tegangan yang ditimbulkan pada kumparan sekunder tersebut. Untuk mengubah arus keluaran dari sensor menjadi tegangan digunakan resistor variable. Hal ini bertujuan agar hasil pembacaan dari sensor dapat dirubah guna untuk mendapatkan hasil keluaran sensor arus yang maksimal. Besarnya kawat kumparan sangat mempengaruhi hasil kerja sensor, semakin tinggi arus maka semakin besar pula diameter kumparan, supaya tidak terjadi banyak rugi- Gambar 6. Hasil simulasi rangkaian inverter bipolar 3.2 Perancangan alat Perancangan alat inveter satu fasa terdiri atas dua bagian yaitu rangkaian kontrol dan rangkaian daya. Rangkaian kontrol meliputi mikrokontroller dan kontrol arus histerisis. Dimana mikrokontroller ATmega16 yang menghasilkan sinyal PWM dan juga penyedia deadtime antar switch. Perancangan ini meliputi perancangan inverter satu fasa full bridge, sensor arus dan kontrol arus histerisis. Berikut gambar 7 merupakan blok diagram sistem keseluruhan. 3 rugi akibat kehilangan medan magnet yang dihasilkan. Gambar 9 merupakan sensor arus. Hubungan antara perbandingan jumlah lilitan dengan besar arus dan tegangan dapat di disain sesuai dengan output yang diinginkan menggunakan persamaan berikut. (1) Np = 2 lilitan Ns = 1000 lilitan Ip max = 6 Ampere Gambar 11. Pengujian sensor arus. Dari pengujian tersebut didapat data pembacaan sensor arus sebagai berikut : (2) !!! "# $ Sehingga : % % % & "# $ #** (+,- % '() Gambar 12. Perbandingan pembacaan sensor arus. Dari pengujian didapatkan bahwa dengan beban yang berubah – ubah maka arus yang dibaca akan berubah linier terhadap beban. Dan pada pembacaan sensor arus jika beban semakin besar maka tegangan yang diukur akan semakin besar pula tetapi terdapat error antara hasil sensor dengan pembacaan alat ukur yang masih dalam batas toleransi dikarenakan pembuatan transformator arus yang tidak sempurna. Pada gambar 13 merupakan hasil pembacaan sinyal sensor arus dengan menggunakan osciloscope dengan beban yang berbeda – beda. Gambar 9. Sensor arus C. Kontrol arus histerisis Kontroller ini mempunyai fungsi membandingkan antara arus actual yang terbaca oleh sensor arus dengan batas bawah maupun dengan batas atas. Inputan untuk controller ini berupa tegangan dari transformator dengan maksud membuat batas yang sinusoidal dan inputan berupa tegangan dc yang nantinya digunakan untuk membuat lebar band. kontroller dapat dilihat pada gambar 10. Pada kontroller ini masih menggunakan komponen analog seperti OPAMP dikarenakan kecepatan dalam hal membandingkan sinyal arus aktual dengan band yang dibandingkan. (a) (b) Gambar 13. (a).Output sensor arus beban 10W. (b). Output sensor arus beban 100 W. Gambar 10. Rangkaian kontrol arus histerisis 4. PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT 4.2 Pengujian kontrol arus histerisis Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan band diubah – ubah dengan tegangan referensi yang tetap yaitu sebesar 0.7 V. Pencatatan dilakukan tiap perubahan nilai tegangan band yang mana berpengaruh terhadap upper band dan lower band. Hasil perubahan band dapat dilihat pada gambar 14. 4.1 Pengujian data sensor arus Pengujian yang pertama kali adalah dengan melakukan uji pada pembacaan data sensor arus. Hal ini sangat diperlukan dikarenakan keakuratan pengukuran sensor merupakan kunci keberhasilan dari sebuah sistem yang closed loop. Dalam pengujian ini sensor arus diberikan beban bervariasi kemudian hasil pembacaannya dicocokkan dengan pembacaan dari multimeter. 4 Tabel 1 Pengaruh perubahan Iref pada primer dan sekunder. Ref Vp Ip Vs Is Band (V) (V) (A) (V) (A) (V) 9 25 0.57 195 0.03 0.1 8 24.7 0.56 193 0.03 0.1 7 24.5 0.60 190 0.03 0.1 6 24.2 0.57 187 0.03 0.1 5 23.8 0.56 185 0.03 0.1 Tabel 2 Pengaruh perubahan band pada frekuensi switching. Ref Fsw Band Vp Vs Is Ip (A) (V) max (V) (V) (V) (A) (kHz) 0.1 24.7 0.59 195 0.03 9 2.61 0.2 24.9 0.59 195 0.03 9 2.5 0.3 24.9 0.58 194 0.03 9 2.48 0.4 24.9 0.59 195 0.03 9 2.41 0.5 24.9 0.58 195 0.03 9 2.33 Gambar 14. Tegangan referensi dengan tegangan band . Setelah mengetahui tegangan yang terukur pada upper dan lower band maka pengujian yang kedua dilakukan dengan melihat hasil sinyal dengan menggunakan oscilloscope. Dimana dalam pengujian diberikan band 0.1 dan band 0.7 lalu melihat perbandingannya apakah telah sesuai dengan grafik yang didapat. Hasil pembacaan oscilloscope dapat dilihat pada gambar 15. Dengan setting osciloscope Ch1 Volt/div = 10V,Ch2 Volt/div =10V dan Time/div = 10ms. Pada tabel 1 didapatkan kesimpulan bahwa dengan merubah referensi yang diberikan maka arus primer output inverter akan berubah pula dan bernilai sebanding dengan perubahannya. Semakin besar nilai referensinya maka semakin besar pula arus output inverter. Dari hasil tabel 1 kemudian digrafikkan pada gambar 16. nilai yang terukur pada Iprimer tidak sesuai dengan tegangan referensi yang diberikan dikarenakan perbedaan merek alat ukur yang dipakai atau perubahan nilai resistansi yang ada pada sensor arus. (a) Gambar 16. Pengujian center Setelah membandingkan referensi arus dengan Iprimer yang selanjutnya membandingkan perubahan band diterapkan dengan frekuensi switching yang terjadi pada inverter. Pada tabel 2 dapat dilihat perubahan antara band dengan Fswitching yang terjadi. Semakin besar band yang digunakan maka semakin rendah frekuensi switching yang terjadi. Ini dikarenakan arus actual lama mencapai band atas maupun band yang bawah sehingga tidak terjadi perubahan logic pada controller. Gambar 17 merupakan grafik dari tabel 2 yaitu perbandingan band dengan frekuensi switching. (b) Gambar 15. (a) Band 01. (b) Band 0.7 Dari kedua pengujian tersebut diketahui bahwa kontrol arus histerisis telah berfungsi normal sebagai mana mestinya. Jika tegangan band yang diberikan besar maka lebar band akan semakin lebar pula, sebanding dengan perubahan tegangan band yang diterapkan. 4.3 Pengujian inverter full bridge Pengujian pertama adalah pengujian inverter dengan beban lampu pijar dengan daya 5 W 220V/50Hz. Dan pengujian yang kedua adalah inverter dihubungkan dengan jaring distribusi 220 V/50Hz. A. Pengujian inverter dengan beban Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar tegangan dan arus pada sisi output inverter dan seberapa besar output tegangan dan arus dari sisi transformator. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengubah Iref atau lebar band yang diterapkan pada kontroller. Berikut parameter pengujian yang dilakukan : Gambar 17. Efek perubahan band terhadap Fswitching Setelah didapatkan grafik dari pengujian inverter dengan beban lampu pijar maka, hasil output sinyal arus dan beban lampu pijar 5 W/220 VAC sumber DC accu 24 V/100Ah Tap transformator 24 V 5 Hasil pengujian inverter dapat dilihat pada tabel 3 dengan grafik yang ditunjukkan pada gambar 20. tegangan dilihat pada oscilloscope. Pada gambar 18 menunjukkan hasil arus output inverter dan tegangan output inverter. Tabel 3. Perbandingan referensi arus dengan Isec. Vp (v) 24.7 24.9 24.9 24.9 24.9 Ip (A) 0.57 0.56 0.60 0.57 0.56 Vs (V) 220 220 220 220 220 Is (A) 0.031 0.028 0.025 0.021 0.019 Ref (V) 9 8 7 6 5 (a) Gambar 20. Grafik perbandingan Iref dengan Isec Dari grafik pengujian didapatkan kesimpulan bahwa semakin besar referensi arus yang diberikan maka semakin besar pula arus output transformator (sisi sekunder) yang berakibat naiknya tegangan pada sisi sekunder, sehingga inverter dalam hal ini telah menyumbang arus kedalam grid. Dikarenakan arus dan tegangan inverter sefasa dengan grid tetapi tegangan inverter lebih tinggi daripada tegangan grid maka inverter dalam hal ini telah menyumbang daya reaktif kedalam grid. Hasil pembacaan arus output inverter dapat dilihat pada gambar 21 dimana arus actual dipaksa mengikuti arus referensi yang diberikan. Pada pengujian ini dilakukan setting Volt/div 10V dengan Time/div sebesar 5 ms. (b) Gambar 18. (a) Arus (b) Tegangan output inverter Pembacaan diatas menggunakan skala Volt/div 5V dengan Time/div sebesar 5 ms. Dalam percobaan ini hasil pembacaan oscilloscope hampir sama dengan hasil running simulasi sehingga inverter ini telah sesuai dengan yang diharapkan. Pada gambar 19 ditunjukkan unjuk kerja inverter ketika dibebani lampu pijar 220 V/50Hz. Gambar 19. Inverter dibebani lampu pijar 5W B. Pengujian inverter dengan koneksi grid Pengujian untuk koneksi grid dilakukan untuk mengetahui seberapa besar inverter menyumbang arus ke dalam jaring distribusi sehingga inverter ini nantinya akan menjadi pembangkit kecil yang merupakan tujuan utama dari penelitian ini. Jika tegangan inverter lebih besar dari tegangan grid tetapi sefasa, maka inverter hanya menyuplai daya reaktif ke grid (mode kapasitif). Sebaliknya jika tegangan inverter lebih rendah dari tegangan grid tetapi masih sefasa maka inverter menyerap daya reaktif dari grid (mode induktif)[4]. Dalam pengujian ini dilakukan dengan melihat tegangan output inverter ketika sudah terhubung dengan grid dan dengan melihat arus output inverter melalui oscilloscope. Untuk pengujian koneksi grid dilakukan dengan mengubah – ubah referensi arus yang diberikan pada inverter dengan bandyang tetap. berikut parameter yang diberikan pada saat koneksi ke grid : Gambar 21. Arus output inverter ketika terhubung dengan grid. Pada pembacaan oscilloscope selanjutnya adalah melihat hasil tegangan output inverter ketika terhubung dengan grid. Hasil pembacaan oscilloscope dapat dilihat pada gambar 22, dengan setting oscciloscope Volt/div 20V dengan Time/div 2ms. Pada gambar, tegangan output sinyal yang didapat sesuai dengan yang diharapkan sehingga inverter ini telah bekerja dengan sebagaimana mestinya. band = 0.1 Vdc = 25.1 V Tap Transformator = 24 V 6 DAFTAR PUSTAKA [1.] Muhammad H. Rhasid, “Power Electronics: Circuits, Device, And Applications, 2ND ED.”,PT Prenhallindo,Jakarta,1999 [2.] Umar Hisbullah,” Rancang Bangun Pengubah Dc Ke Ac (Inverter) Pada Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA)”, Proyek Akhir, 2007 [3.] Bose,Bimal K.,”Modern power electronic and AC drives ”, Prentice Hall PTR, 2002 [4.] Chaisook, Chainon, “Single-Phase GridConnected Photovoltaic System Using Rectifiedsinusoidal Hysteresis Current Control”, Thesis, Electrical Engineering, King Mongkut’s University Of Technology Thonburi, 2002 [5.] M. Zaenal Effendi, “Desain Transformator Frekwensi Rendah (50 Hz)” [6.] Sudarminto,” Rancang Bangun Inverter Multipulsa sebagai Cadangan Power Supply untuk Beban Penerangan Rumah Tangga 450VA”, Proyek Akhir, 2010 [7.] Zare Firuz, “Unipolar Hysterisis Current Control for single Phase Z-Source Inverter”, School of Engineering Systems, Queensland University of Technology,Australia,2009 [8.] Fillmore,P Paul,” Design, Construction, And Testing Of A Hysteresiscontrolled Inverter For Paralleling”, Thesis, Electrical Engineering,Naval Postgrauduate School, Monterey,California,2003 [9.] Nami Alireza, Zare Firuz,” A Comparison between Random Hysteresis Current Control Technique with Bipolar and Unipolar Modulations”,School of Engineering Systems, Queensland University of Technology,Australia,2008 [10.] Stevenson Jr., Wiliam D., “ Elements of Power System Analysis, fourth ed”. McGraw-Hill College,1982. Gambar 22. Tegangan output inverter ketika terhubung dengan grid. Pada gambar diatas, jika sinyal diperbesar tampak sinyal sinus yang dihasilkan tercacah dikarenakan PWM yang dihasilkan oleh mikrokontroller. Sinyal yang diihasilkan hampir sama dengan frekuensi jaring distribusi yaitu sebesar 50Hz, ini dikarenakan referensi arus yang diambil langsung dari jala – jala yang kemudian tegangannya diturunkan dengan transformator step down. 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengujian dari keseluruhan sistem pada penelitian ini, dan berdasarkan data yang telah didapat dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Metode hysteresis current controlled sangat sesuai untuk koneksi ke grid dikarenakan kontrollernya sederhana dan memiliki respon yang cepat terhadap perubahan arus output inverter. Yang berakibat arus output akan sefasa dengan arus grid sehingga dapat menyuntikkan arus ke dalam jala – jala maka inverter ini dapat menjadi distributed generation unit dengan tegangan kerja 220 V 50 Hz. 2. Hasil simulasi dan hasil pengujian prototype hampir sama dalam bentuk arus output inverter dan tegangan inverter ketika terhubung dengan jaring distribusi. Sehingga prototype ini telah sesuai dengan tujuan yang dicapai. 3. Pada prototype inverter ini telah dapat menyuntikkan arus sekitar 30mA dengan referensi arus ac yang diberikan sebesar 9V. RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 12 Juni 1987, Pada tahun 2001 penulis menamatkan sekolah tingkat dasar di SD Muhammadiyah 2 Surabaya dan pada tahun 2002 menyelesaikan pendidikan menengah di SLTPN 11 Surabaya, pada tahun 2005 menyelesaikan pendidikan di SMU Trisila Surabaya. Pada tahun 2009, penulis menyelesaikan pendidikan jenjang D3 di PPNS – ITS jurusan Teknik Kelistrikan Kapal . lalu pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Teknik Elektro khususnya pada bidang studi Sistem Tenaga, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.Saat ini penulis sedang menyelesaikan tugas akhir untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Jurusan Teknik Elektro ITS. Penulis dapat dihubungi di [email protected] 5.2 Saran Saran-saran untuk inverter satu fasa yang terhubung dengan jaring distribusi adalah sebagai berikut: 1. 2. Dalam penggunaan sumber DC sebagai input inverter sebaiknya memiliki tegangan yang lebih besar dari grid dengan tujuan agar arus yang disuntikkan lebih besar dan dapat menyumbang daya reaktif. Pada perancangan inverter ini masih menggunakan inverter dengan bipolar modulation sehingga sering terjadi voltage stress antar switch sehingga losses pada saat switching akan semakin besar ketika inverter bekerja pada frekuensi tinggi. Sehingga sebaiknya menggunakan unipolar modulation pada pengaturan inverter. 7