AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128

advertisement
278
PERILAKU KOMUNIKASI KONTAK TANI DALAM PENERAPAN
TEKNOLOGI USAHATANI KAKAO
Oleh: Putu Arimbawa dan Iskandar1)
Oleh:
Iskandar dan Putu Arimbawa.
ABSTRAK
Penelitin ini bertujuan untuk mengkaji hubungan perilaku komunikasi kontak tani dengan
penerapan teknologi usahatani kakao. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.
Penentuan Lokasi dilakukan secara purposive dengan Jumlah sampel sebanyak 20 orang kontak tani,
variabel penelitan meliputi perilaku komunikasi yaitu kontak media, kontak penyuluh, kontak kelompok
dan kosmopolitan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (75%) perilaku komunikasi kontak tani
berhubungan erat dengan tingkat penerapan teknologi, nilai korelasi meliputi kontak media (r = 0,56),
kontak penyuluh (r = 0,47), kontak kelompok (r = 0,39) dan kosmopolitan (r = 0,30). Artinya dalam
penerapan teknologi, perilaku komunikasi melalui kontak media, penyuluh dan kontak kelompok dapat
menjadikan sebagai media untuk mencari atau memperoleh informasi tentang teknologi pertanian.
Kata Kunci: Perilaku komunikasi, penerpan teknologi, kakao, kontak tani
PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan pembangunan pertanian sebagai penyangga perekonomian bangsa, maka salah satu komponen
dasar yang harus dibina yaitu petani sebagai
pelaksana pembangunan ditingkat lapangan.
Pembinaaan terhadap petani diarahkan untuk
petani diarahkan untuk merubah perilaku petani
dari segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Dengan adanya perubahan perilaku maka petani
dapat mengakses suatu teknologi pertanian untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
mereka.
Salah satu bentuk pembinaan terhadap
petani yaitu melalui pembentukan kelompok
tani. Wong (1979) dalam Mardikanto (1993),
bahwa beberapa keuntungan pembentukan
kelompok tani yaitu (a) semakin eratnya interaksi
dalam kelompok dan semakin terbinanya
kepemimpinan
kelompok,
(b)
semakin
terarahnya peningkatan secara tepat tentang jiwa
kerjasama antara petani; (c) semakin cepatnya
proses perembesan (difusi) penerapan teknologi.
Pada kelompok tani, ada seorang
pemimpin yang disebut dengan kontak tani.
Soewardi, H. 1982, bahwa kontak tani sebagai
1
ketua kelompok tani terhadap kelompoknya
dapat berperan sebagai: (1) pembimbing, dalam
artian kontak tani harus dapat memberikan
pengetahuan yang cukup kepada para
anggotanya tentang suatu teknologi pertanian
karena pada umumnya petani merupakan orangorang yang masih berpendidikan yang disertai
pengetahuan yang rendah; (2) sebagai penggerak,
dalam artian kontak tani dijadikan partner kerja
(penyambung lidah) atau fasilitator dalam
menanamkan kesadaran akan arti pentingnya
berkelompok, serta menyampaikan inovasiinovasi baru sesuai anjuran penyuluh pertanian;
(3) sebagai pemimpin, dalam artian merumuskan
dan mengorganisir aspirasi kelompok dalam
kegiatan yang terarah serta membantu
memecahkan masalah yang dihadapi petani.
Seorang kontak tani harus memiliki
pengetahuan yang lebih mengenai suatu
teknologi pertanian seperti teknologi usahatani
kakao dibandingkan dengan para anggotanya
sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki bisa
disampaikan kepada kepada para petani lain yang
menjadi anggota kelompoknya. Agar seorang
kontak tani bisa menerapkan suatu teknologi
yang ditawarkan oleh penyuluh pertanian maka
kontak tani harus aktif mencari informasi tentang
) Staf PengajarAGRIPLUS,
Pada Jurusan Agribisnis
Pertanian
Universitas
Haluoleo,
Kendari.
VolumeFakultas
21 Nomor
: 03
September
2011,
ISSN 0854-0128
278
279
teknologi tersebut baik melalui media massa
(media cetak dan elektronik) maupun sumbersumber lain yang bisa memberikan informasi
seperti aktif mengikuti kegiatan penyuluhan,
berinteraksi
dengan
kelompoknya,
dan
berinteraksi diluar sistem (kosmopolit) (Rivers
William, 2003).
Apabila kontak tani tidak aktif dalam
mencari informasi maka sangatlah sulit suatu
teknologi pertanian dapat sampai kepada petani.
Hal ini disebabkan karena kurangnya tenaga
penyuluh yang berperan dalam menyampaikan
suatu inovasi baru, kurangnya media yang
dimiliki oleh petani sebagai sumber informasi
serta sarana dan prasarana yang kurang
mendukung.
Kecamatan Maligano merupakan salah
satu kecamatan yang ada di Kabupaten Muna
dengan luas wilayah 157,62 km2 atau lebih
kurang 15.762 hektar. Kecamatan Maligano
terdiri dari 6 Desa/Kelurahan yaitu Desa
Pohorua, Lapole, Maligano, Raimuna, Latompa
dan Langkoroni. Selain itu Kecamatan Maligano
merupakan salah satu daerah penghasil kakao di
Kabupaten Muna, dengan luas areal lahan kakao
406 ha. Di Kecamatan Maligano komoditas
kakao merupakan tanaman utama bagi sebagian
besar masyarakat dimana hasilproduksi tanaman
kakao bisa mencapai 250 - 300 ton pertahun
(Kantor Kecamatan Maligano, 2008). Dalam
pengembangan usahataninya mereka telah
menerapkan
teknologi
usahatani
kakao.
Pemenuhan kebutuhan akan akses informasi
teknologi usahatani kakao menjadi salah satu
kewajiban kontak tani untuk menambah
pengetahuannya tentang teknologi tersebut
sehingga mempermudah dalam penerapan
teknologi usahatani kakao. Sehubungan dengan
tersebut maka perlu ada kajian tentang hubungan
perilaku komunikasi kontak tani dalam pencarian
informasi dengan tingkat penerapan teknologi
usahatani kakao.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan
Maligano Kabupaten Muna. Penentuan Lokasi
dilakukan secara purposive atau ditunjuk
langsung dengan alasan bahwa Kecamatan
Maligano merupakan salah satu daerah penghasil
kakao di Kabupaten Muna dan dalam
pengembangan usahataninya petani telah
membentuk kelompok serta telah menerapkan
teknologi usahatani kakao. Jumlah sampel
penelitian adalah 20 orang atau seluruh kontak
tani (ketua kelompok tani) yang ada di
Kecamatan Maligano. Penentuan sampel
dilakukan secara sensus yaitu seluruh populasi
dijadikan sampel (Usman, H, 1998). Jenis data
dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data dengan teknik
wawancara dan pencatatan serta observasi atau
pengamatan langsung melalui objek penelitian.
Variabel yang diamati meliputi 1) Identitas
responden,
meliputi:
umur,
pendidikan,
pengalaman menjadi kontak tani, luas lahan dan
kepemilikan media, 2) Variabel bebas yaitu
Perilaku Komunikasi yang meliputi: kontak
media (media cetak dan elektronik), kontak
kelompok, kontak penyuluh dan kosmopolitan
dan 3) variabel terikat yaitu Tingkat Penerapan
teknologi usahatani kakao yang meliputi
pemeliharaan tanaman dan pengolahan hasil.
Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi
Pearson dengan persamaan sebagai berikut :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perilaku Komunikasi Kontak Tani
Perilaku komunikasi yang dimaksud
dalam penelitian ini terdiri dari kontak media,
kontak penyuluh, kontak kelompok dan
kosmopolitan.
Kontak media
Media komunikasi merupakan salah satu
sarana yang diperuntukkan meningkatkan
pengetahuan petani beserta keluarganya dan
penyuluh serta dapat mempermudah penyuluh
pertanian di dalam menyampaikan materi
penyuluhannya kepada para petani (Hamundu,
1997). Melalui media komunikasi petani dapat
memperoleh informasi tentang teknologi baru
yang dapat digunakan dalam rangka peningkatan
produksi usahataninya dalam kondisi yang
memuaskan tanpa harus mengeluarkan biaya
yang relatif besar. Semakin sering petani
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
280
menggunakan media komunikasi, maka semakin
luas pengetahuan yang dimiliki petani tersebut.
Dengan pengetahuan yqang dimiliki, petani
dapat meningkatkan hasil tanaman pertanian
yang diusahakannya.
Kontak media petani responden dibagi
ke dalam 2 (dua) kategori yaitu kategori sering
dengan perolehan skor 8 - 12 dan kategori jarang
dengan perolehan skor 6 – 7. Untuk lebih
jelasnya
mengenai
penggunaan
media
komunikasi pertanian (kontak media) oleh petani
responden di Kecamatan Maligano dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Keadaan penggunaan media komunikasi
(Kontak media) petani responden di
Kecamatan Maligano, tahun 2009
Kategori
Sering (8 – 12)
Jarang (6 – 7)
Jumlah
Jumlah
responden
(Orang)
13
7
20
Persentase
(%)
65
35
100
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan
bahwa responden sebesar 65% (13 orang)
menyatakan sering melakukan kontak media dan
sebanyak 35% (7 orang) menyatakan jarang
melakukan kontak media. artinya bahwa petani
telah menggunakan media sebagai sumber
informasi dalam dalam menerapkan teknologi
usahatani kakao seperti media cetak dan media
elektronik (radio dan televisi). Dan sebagian
petani juga memanfaatkan radio sebagai sumber
informasi, karena umumnya petani memiliki
radio selain itu mereka juga memanfaatkan
brosur dan majalah pertanian sebagai sumber
informasi.
Kontak penyuluh pertanian
Penyuluh pertanian memiliki peran yang
sangat penting dalam kegiatan penyuluhan
pertanian didalam usaha untuk menyampaikan
inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan
yaitu petani dan keluarganya melalui metode dan
teknik-teknik tertentu sampai mereka dengan
kesadaran
dan
kemampuannya
sendiri
mengadopsi atau menerapkan inovasi yang
disampaikan (Mardikanto, 1993). Dengan
demikian petani yang lebih sering berkomunikasi
dengan penyuluh pertanian atau mengikuti
kegiatan penyuluhan akan banyak memperoleh
informasi tentang suatu teknologi pertanian yang
dibutuhkan guna meningkatkan produksi
usahataninya, dibandingkan petani yang jarang
mengikuti kegiatan penyuluhan atau kontak
dengan penyuluh pertanian.
Kontak penyuluh pertanian dibagi ke
dalam 2 (dua) kategori yaitu kategori sering
dengan perolehan skor 8 - 10 dan kategori jarang
dengan perolehan skor 6 – 7. Keadaan kontak
penyuluh pertanian di Kecamatan Maligano
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Keadaan kontak penyuluh pertanian di
Kecamatan Maligano, tahun 2009
Kategori
Sering (8 – 10)
Jarang (6 – 7)
Jumlah
Jumlah
responden
(Orang)
14
6
20
Perserntase
(%)
70
30
100
Berdasrkan Tabel
2, menunjukkan
bahwa sebagian besar petani responden yaitu
70% menyatakan sering melakukan kontak
dengan penyuluh sedangkan 30% menyatakan
jarang melakukan kontak dengan penyuluh. Hal
ini menunjukkan bahwa petani responden lebih
banyak berkomunikasi dengan penyuluh dalam
hal memperoleh informasi dan meminta bantuan
penyuluh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi petani dalam berusahatani kakao. Hal
ini disebabkan karena tempat tinggal penyuluh
pertanian yang ada disana berdekatan dengan
tempat tinggal petani selain itu penyuluhnya juga
sering bergaul dengan para petani sehingga
petani tidak takut untuk bertanya kepada
penyuluh tentang masalah yang dihadapi.
Kontak kelompok
Kontak kelompok merupakan salah satu
bentuk perilaku komunikasi yang dapat
menunjang tingkat penerapan teknologi petani
kakao, melakukan kontak dengan kelompok lain
maupun antara sesama anggota kelompok dapat
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
281
menambah pengetahuan baru dalam menerapkan
suatu teknologi. Kontak kelompok dibagi ke
dalam 2 (dua) kategori yaitu kategori sering
dengan perolehan skor 8 – 10 dan kategori jarang
dengan perolehan skor 4 - 7. Keadaan kontak
kelompok di Kecamatan Maligano dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Keadaan kontak kelompok petani
responden di Kecamatan Maligano
Kabupeten Muna, tahun 2009
Kategori
Sering (8 – 10)
Jarang (4 – 7)
Jumlah
Jumlah
responden
(orang)
15
5
20
Persentase
(%)
75
25
100
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden sebesar 75% (15 orang)
menyatakan sering melakukan kontak dengan
kelompok lain maupun dengan sesama anggota
kelompok sedangkan sisanya 25% (5 orang)
menyatakan jarang melakukan kontak dengan
kelompok lain maupun dengan sesama anggota
kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa selain
media komunikasi dan penyuluh pertanian yang
dijadikan sumber informasi maka responden juga
menjadikan kontak dengan petani diluar
kelompoknya maupan sesama anggota kelompok
sebagai sumber informasi. Manfaat lain dari
kontak langsung dengan kelompok agar mereka
langsung melihat hasil dari penerapan teknologi
usahatani kakao dari petani yang telah berhasil
mempunyai pengalaman dalam menerapkan
teknologi tersebut.
Kosmopolitan
Kosmopolitan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
peningkatan pengetahuan
dan
wawasan.
Kosmopolitan dalam penelitian ini adalah
seringnya petani mencari informasi tentang
usahatani yang diusahakan diluar dari sistem
sosial dan lingkungan.
Kosmopolitan dibagi kedalam 2 (dua)
kategori yaitu kategori sering dengan perolehan
skor 6 - 10 dan kategori jarang dengan perolehan
skor 0 - 5. Keadaan kosmopolitan petani
responden di Kecamatan Maligano dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Keadaan
kosmopolitan
petani
responden di Kecamatan Maligano
Kabupeten Muna, tahun 2009
Kategori
Sering (6 – 10)
Jarang (0 – 5)
Jumlah
Jumlah
responden
(Orang)
9
11
20
Persentase
(%)
45
55
100
Tingkat kosmopolitan di Kecamatan
Maligano tergolong rendah dengan persentase
55% hal ini disebabkan petani responden jarang
memiliki kesempatan untuk mencari informasi di
luar lingkungannya karena disibukkan dengan
kegiatan usahataninya yang tidak bisa
ditinggalkan. Meskipun petani yang tingkat
kosmopolitannya tinggi hanya sebesar 45%
mengindikasikan bahwa petani sudah memiliki
keterbukaan dan keinginan untuk mencari
informasi tentang suatu teknologi diluar dari
lingkungan sosialnya dengan harapan adanya
perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
yang dimiliki.
Tingkat Penerapan Teknologi
Tingkat penerapan teknologi usahatani
kakao adalah tinggi rendahnya kemampuan
petani dalam menerapkan suatu teknologi dalam
usahataninya
sesuai
anjuran
penyuluh.
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh data
mengenai skor penerapan teknologi usahatani
kakao responden, skor yang tertinggi adalah 75
dan skor terendah adalah 60. Kategori tingkat
penerapan teknologi petani responden di bagi
menjadi 3 (tiga) yaitu kategori tinggi dengan
skor 70 – 75, kategori sedang dengan skor 65 –
69, dan kategori rendah dengan skor 60 – 64.
Kondisi tingkat penerapan teknologi usahatani
kakao di Kecamatan Maligano dapat dilihat pada
Tabel 5.
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
282
Tabel 5. Keadaan tingkat penerapan teknologi
usahatani kakao di
Kecamatan
Maligano Kabupaten Muna, tahun
2009
Tingkat penerapan
teknologi usahatani
kakao
Tinggi (70 – 75)
Sedang (65 – 69)
Rendah (60 – 64)
Jumlah
Jumlah
Persentase
responden
(%)
(Orang)
6
30
8
40
6
30
20
100
Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat
penerapan teknologi kontak tani di Kecamatan
Maligano masih tergolong sedang, hal ini
disebabkan tidak semua petani responden dalam
berusahatani kakao menerapkan sesuai anjuran
penyuluh pertanian tetapi lebih berdasarkan
kepada pengalaman masing-masing petani
karena menurut mereka meskipun tidak sesuai
anjuran penyuluh petani dapat menghasilkan
produksi yang memuaskan selain itu petani
masih kurang dalam memanfatkan media sebagai
sumber informasi dan kurangnya kemauan petani
mencari informasi di luar dari lingkungannya.
Analisis
hubungan
antara
perilaku
komunikasi kontak tani dengan tingkat
penerapan teknologi usahatani kakao
Hubungan antara Perilaku Komunikasi
Kontak tani (Kontak media, kontak penyuluh,
kontak kelompok dan kosmopolitan) dengan
tingkat penerapan teknologi di Kecamatan
Maligano Kabupaten Muna di analisis dengan
menggunakan uji Korelasi Pearson dan
pengukuran tingkat hubungan menurut Sudjana
(1990). Dari analisis tersebut diperoleh hasil
seperti yang terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kisaran nilai r perilaku komunikasi
kontak tani dengan tingkat penerapan
teknologi kakao di
Kecamatan
Maligano Kabupaten Muna, tahun
2009
Perilaku
komunikasi
kontak tani
Kontak media
Kontak penyuluh
Kontak kelompok
Kosmopolitan
r
Penjelasan
0,56
0,47
0,39
0,30
Hubungan erat
Hubungan erat
Hubungan erat
Hubungan kurang
erat
Dari tabel 6 dapat di jelaskan sebagai berikut :
Analisis hubungan antara kontak media
dengan
tingkat
penerapan
teknologi
usahatani kakao
Hasil analisis korelasi untuk mengetahui
hubungan antara kontak media dengan tingkat
penerapan teknologi kakao yakni sebesar 0,56.
Hal ini berarti bahwa kontak media mempunyai
hubungan yang erat dengan tingkat penerapan
teknologi usahatani kakao di Kecamatan
Maligano dan hubungannya bersifet positif.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa Kontak tani yang ada di Kecamatan
Maligano
sering
menggunakan
media
komunikasi sebagai sumber informasi dalam
berusahatani, mereka sadar bahwa media
komunikasi memiliki peranan yang penting
dalam perubahan perilaku (sikap, pengetahuan
dan ketrampilan) sehingga dapat berusahatani
lebih baik dan memperoleh hasil yang
memuaskan.
Media
komunikasi
yang
sering
digunakan oleh Kontak tani adalah Radio dan
majalah pertanian serta brosur-brosur. Kontak
tani responden lebih banyak menggunakan radio
sebagai sumber informasi karena sebagian besar
Kontak tani hanya memiliki radio dan radio
sering menyiarkan siaran yang menyangkut
pertanian
sedangkan
televisi
jarang
menayangkan hal-hal yang berkaitan dengan
pertanian, serta majalah pertanian dan brosurbrosur yang diberikan oleh Penyuluh Pertanian
sebagai bahan acuan dalam berusahatani.
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
283
Analisis hubungan antara kontak penyuluh
pertanian
dengan
tingkat
penerapan
teknologi kakao
Berdasarkan hasil analisis hubungan
antara Kontak Penyuluh Pertanian dengan
Tingkat Penerapan Teknologi Kakao diperoleh
nilai r = 0,47. Hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa antara Kontak Penyuluh
dengan tingkat penerapan teknologi mempunyai
hubungan yang erat dan sifatnya positif. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan dimana Kontak tani responden
yang ada di Kecamatan Maligano menyatakan
sering berhubungan dengan penyulah Pertanian
baik dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
maupun kunjungan petani kapada penyuluh dan
sebaliknya.
Di dalam berusahatani Kontak tani selalu
berdiskusi dengan penyuluh Pertanian tentang
masalah
yang
dihadapi
seperti
cara
pemberantasan hama dan penyakit yang
menyerang tanaman kakao karena petani sadar
dengan banyak berkomunikasi dengan Peyuluh
Pertanian maka pengetahuan mereka tentang
teknologi kakao semakin bertambah sehingga
petani dapat meningkatkan produksinya dan
kehidupan mereka akan jauh lebih baik
Kontak tani sering berkomunikasi
dengan Penyuluh Peranian karena disetiap Desa
yang ada di Kecamatan Maligano memiliki
penyuluh masing-masing sehingga memudahkan
petani untuk bertanya langsung kepada penyulah
cara memecahkan masalah yang mereka hadapi,
selain itu Penyuluhnya selalu membina
hubungan yang baik dengan para petani sehingga
petani tidak segan-segan untuk bertanya kepada
Penyuluh.
Analisis hubungan antara kontak kelompok
dengan tingkat penerapan teknologi kakao
Berdasarkan hasil analisis maka
hubungan antara Kontak Kelompok dengan
tingkat penerapan teknologi kakao diperoleh
nilai r = 0,39.
Hasil ini menunjukkan bahwa kontak
kelompok memiliki hubungan yang erat dan kuat
dengan tingkat penerapan teknologi kakao serta
hubungannya bersifat positif, dimana sebagian
besar petani responden menyatakan sering
melakukan kontak dengan kelompok lain
maupan dengan sesama anggota kelompoknya
untuk memperoleh informasi tentang suatu
teknologi pertanian terutama teknologi kakao.
Dengan mengetahui dan melihat sendiri hasil
dari teknologi tersebut maka petani tidak raguragu lagi dalam menerapkan teknologi tersebut
dalam berusahatani yang dapat meningkatkan
produksi
dari
tanaman
yang
sedang
diusahakannya. Hal ini tidak lepas dari hubungan
komunikasi yang baik antara kontak tani dengan
petani lainnya baik dari kelompok lain maupun
anggota kelompoknya sendiri serta lebih
mudahnya petani responden menyerap informasi
yang diberikan oleh petani lain karena
menggunakan bahasa yang lebih mudah
dimengerti serta tingkat pendidikan mereka yang
tinggi yang menyebabkan mereka lebih mudah
menyerap informasi. Tetapi ada juga beberapa
petani yang menyatakan jarang melakukan
kontak dengan petani lain baik dari kelompoknya
sendiri maupun diluar dari kelompoknya, hal ini
disebabkan karena kontak tani tersebut tidak
memiliki kesempatan untuk berkomunikasi
dengan petani lain disebabkan oleh kesibukan
mereka dalam mengurus tanamannya yang tidak
bisa ditinggalkan.
Analisis
hubungan
antara
kosmopolitan
dengan tingkat penerapan teknologi kakao
Berdasarkan hasil analisis, maka
hubungan antara kosmopolitan dengan tingkat
penerapan teknologi kakao diperoleh nilai r =
0,30.
Hasil
ini
menunjukkan
bahwa
kosmopolitan memiliki hubungan yang kurang
erat atau lemah dengan tingkat penerapan
teknologi kakao serta hubungannya bersifat
positif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
kontak tani sebagian besar menyatakan jarang
keluar daerah untuk mencari informasi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan usahatani yang
sedang di usahakannya, mereka keluar daerah
hanya dengan tujuan untuk mengunjungi
keluarga mereka masing-masing tetapi ada juga
sebagian kecil kontak tani mereka keluar daerah
hanya dengan tujuan untuk mengunjungi
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
284
keluarga yang menyatakan sering keluar daerah
untuk mencari informasi tentang cara
meningkatkan hasil produksi tanaman mereka.
Petani jarang mencari informasi di luar
dari lingkungannya disebabkan kurangnya waktu
mereka untuk melakukan perjalanan karena
disibukkan oleh pekerjaan mereka dalam
mengurus tanaman mereka masing-masing agar
memperoleh hasil yang memuaskan, jadi mereka
cukup menghubungi penyuluh setempat atau
petani lain untuk memperoleh informasi
teknologi baru yang bisa dapat dimanfaatkan
oleh petani.
KESIMPULAN
1.
2.
Perilaku
komunikasi
petani
dalam
penerapan teknologi cukup tinggi, namun
masih
perlu
ditingkatkan,
terutama
melakukan kontak dengan sistem sosial
diluar kelompoknya. Hal ini penting agar
petani dapat memotivasi dalam menerapkan
teknologi
yang
mereka
harapkan.
Sedangkan kontak dengan penyuluh,
kelompok lain dan media cetak dan
elektronik agar lebih ditingkatkan.
Hubungan antara Perilaku Komunikasi
Kontak tani (Kontak media, kontak
penyuluh,
kontak
kelompok
dan
kosmopolitan) dengan tingkat penerapan
teknologi menunjukkan tingkat hubungan
yang beragam. Artinya perilaku komunikasi
dengan melakukan kontak media, kontak
penyuluh dan
kontak kelompok
menunjukkan tingkat hubungan yang erat
artinya dalam penerapan teknologi di
wilayah
tersebut
sangat
penting
memperhatikan
komponen
perilaku
komunikasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1993. Panduan Usaha Tani PIR
DEPTAN,
Perkebunan
Kakao.
Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.
Aris
Eko, 2008. Pengertian Komunikasi.
http://Indoskripsi.com Diakses 5 Mei
2009.
Anonim, 2008. Kecamatan Maligano dalam
angka 2008. BPS Kecamatan Maligonao
Kabupaten Muna
Depari, E dan Colin Mac Andrews. 2006.
Peranan Komunikasi Massa Dalam
Pembangunan. Gadjah Mada Universiti
Pres. Yogyakarta.
Hamundu, M., 1997. Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian. Warna Indonesia.
Jakarta.
Haryanto, T .D. 1986. Kedudukan dan Peranan
Kontak Tani Dalam Pengembangan
Pembangunan Pertanian. DEPTAN.
Jakarta.
Mardikanto. 1993. Penyuluhan Pembangunan
Pertanian. Sebelas Maret University
Press. Surakarta.
Onong, Uchjana E. 1993. Dinamika komunikasi.
PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Soekartawi.1988. Prinsip Dasar Komunikasi
Indonesia.
Pertanian. Universitas
Jakarta.
Sutanto. 1995. Tanaman Kakao (Budidaya dan
Kanisius.
Pengolahan
Hasil).
Yogyakarta.
Sri Harijati. 2005. Dasar-Dasar Penyuluhan
Pertanian. Universitas terbuka. Jakarta.
Soewardi, H. 1982. Kebangkitan Kelompok Tani.
Penyuluhan Jabatan Guru Besar Ilmu.
Universitas
Sosiologi
Pedesaan.
Pajajaran. Bandung.
Rivers William. 2003. Media Massa dan
Masyarakat Modern. Prenada Media.
Jakarta
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
Download