CONTOH BAHAN AJAR A. TOPIK : PENGERTIAN dan

advertisement
CONTOH BAHAN AJAR
A. TOPIK : PENGERTIAN dan RUANG LINGKUP SOSIOLOGI AGAMA
1.
Pengantar
Pemahaman Sosiologi tentang masyarakat bagaimanapun juga dalamnya dan
detailnya tidak akan lengkat tanpa mengikut sertakan Sosiologi Agama yang dikatakan
oleh Peter L Berger sebagai suatu langit-langit yang menyelimuti kehidupan kita;
merupakan bidang pengetahuan yang amat luas. Bahkan dikatakan bahwa tidak
mungkin menjelaskan sosiologi tentang agama akan tuntas, Melainkan hanya dapat
menjelaskan sebagian atau sekelumit dad luasnya langit-langit tersebut.
Agama sebagai fenomena sosial tampak eksis sampai saat oleh karena itu dilihat
dari sudut Teori Fungsional, maka agama memiliki fungsi dalam kehidupan sosial
masyarakat. Masyarakat sebagai suatu sistem sosial mengandung didalamnya unsurunsur sistem yang berhubungan sate dengan yang lain secara fungsional. Salah satu
unsur sistem tersebut adalah sistem kepercayaan atau agama yang merupakan salah
satu unsur universal dari kebudayaan, juga merupakan salah satu lembaga primer
yang ada dalam Masyarakat.
Agama yang seringkali dipahami sebagai suatu bidang yang berkaitan dengan
Tuhan, Surga, atau Neraka dan lain-lain hal yang adikodrati dan yang kudus,
menampakkan eksistensinya data m kehidupan sosial, maupun dalam mempengaruhi
pola perilaku individu. Keberadaan yang demikian menempatkan agama dan
pengkajian sosiologi agama, merupakan suatu hal yang amat penting dalam
memahami masyarakat dengan berbagai macam fenomenanya. Oleh karena itu
sangat dipandang perlu sosiologi mengkaji agama sebagai suatu Fakta Sosial
2.
Batasan dan Pengertian
Usaha memberikan batasan atau definisi sebenarnya adalah membatasi lingkup
dan pengertian dari sesuatu yang akan didefinisikan. Sosiologi agama terdiri dari dua
pengertian yaitu Sosiologi dan Agama. Sosiologi dipahami sebagai suatu cabang ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari interaksi hubungan antar manusia baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat. Sedangkan agama seperti yang
dikemukakan oleh Johnstone dan dikutip oleh Horton (1987,304) didefinisikan sebagai
"sebuah sistem keyakinan dan praktek sebagai sarana bagi sekelompok prang untuk
menafsirkan dan menanggapi apa yang mereka rasakan sebagai pengada adikodrati
Universitas Gadjah Mada
(supranatural) dan kudus". Dikatakan lebih lanjut bahwa definisi tersebut sangat
berguna bagi analisis sosiologi karena menekankan sifat sosial dan korporasi sebuah
agama serta membedakan agama dengan gerakan sekuler yang mungkin juga
berhubungan dengan nilai-nilai yang penting.
Dari definisi agama di atas jelas agama merupakan suatu sistem, yang
didalamnya terdapat unsur-unsur sistem dan sistem tersebut berkaitan dengan
keyakinan dan praktek dari apa yang diyakini, dalam rangka kelompok menanggapi
kekuatan supranatural dan kudus. Dari definisi tersebut tersirat makna bahwa agama
merupakan gejala kelompok , bukan gejala individual. Artinya bahwa kehidupan sosial
berkaitan dengan agama adalah merupakan kehidupan mereka bersama dalam suatu
kelompok. Lebih tegas lagi tidak ada fenomena agama dipahami sebagai sesuatu yang
pribadi lepas dari hubungannya dengan kelompok.
Definisi sosiologi agama akan dikemukakan definisi yang dikutip oleh Hendro
Puspito (1983, 7) dari Dr. H. Goddlin /Dr. W. Goddlin yang berbunyi sebagai berikut
Sosiologi agama ialah bagian dari Sosiologi U11211172 (versi Barat) yang
mempelajari suatu ilmu budaya empiris, profan dan positif yang menuju kepada
pengetahuan umum , yang jernih dan pasti dari struktur, fungsi-fungsi dan perubahanperubahan kelompok keagamaan dan gejala kekelompokan keagamaan.
Sedangkan Hendro Puspito (1983,8) memberikan definisi sosiologi agama ialah
suatu cabang sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agaMa secara sosiologis
guna mencapai keteranganketerangan ilmiah dan pasti demi kepentingan masyarakat
agama itu sendiri dan masyarakat lugs pada umumnya. Secara ringkas dapat
dikatakan bahwa sosiologi agama adalah ilmu Pengetahuan Sosial khususnya
sosiologi yang mempelajari interaksi sosial khususnya yang berkaitan dengan agama
atau sosiologi yang mempelajari agama sebagai Fenomena Sosial.
3.
Agama Merupakan Bagian Dari Kebudayaan
Masyarakat dan kebudayaan dikatakan dapat dibedakan tetapi tidak dapat
dipisahkan. Artinya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat dan tidak ada masyarakat
tanpa kebudayaan. Dalam masyarakat yang sederhana sekalipun dan sampai kepada
masyarakat yang modern kebudayaan dijumpai sebagai fenomena sosial yang
universal.
Pertanyaan yang seringkali muncul dalam kaitannya dengan fenomena agama
adalah, apakah agama merupakan bagian dari kebudayaan, ataukah kebudayaan
merupakan bagian dan agama? Para ilmuwan sosial lebih cenderung untuk
Universitas Gadjah Mada
mengatakan bahwa agama merupakan bagian dan kebudayaan. Hal ini dapat dilacak
dari definisi awal yang diberikan oleh Sir Edward Tylor (1871) menyebutkan :
"kebudayaan adalah
kompleks
keseluruhan
dari
pengetahuan,
keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan semua kemampuan dan
kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai anggota masyarakat". Bila
dinyatakan secara lebih sederhana, kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari
dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat.
Sementara itu Dyde Kluckhohn dalam bukunya Universal Categories of Culture
menyatakan bahwa ada tujuh unsur universal dari kebudayaan, yaitu : (1) sistem
perlengkapan hidup; (2) sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi; (3)
sistem kemasyarakatan; (4) sistem Bahasa balk lisan maupun tulisan; (5) sistem
kesenian; (6) sistem ilmu pengetahuan dan; (7) sistem kepercayaan atau religi. Agama
yang dimaksud dalam Sosiologi Agama lebih cenderung pada agama sebagai sistem
kepercayaan, yang ada pada masyarakat yang paling sederhana dan masyarakat yang
paling sederhana sekalipun. Agama sebagai sistem kepercayaan merupakan gejala
yang universal dan merupakan bagian dari kebudayaan. Oleh karena itu berdasarkan
pada dua hal di atas, maka agama merupakan bagian dari kebudayaan.
Sudut pandang yang menyatakan bahwa kebudayaan merupakan bagian dari
agama, biasanya dilansir oleh para tokoh dan pemeluk agama. Hal ini dapat dipahami,
karena agama merupakan dasar bagi kehidupan manusia dan didalam ajaran agama
terdapat nilai-nilai moral, sosial, etika yang abstrak dan universal. Nilai-nilai tersebut
menjadi dasar dari nilai-nilai kebudayaan yang ada didalam masyarakat.
Tentunya sejak dini, hams dipahami bahwa sosiologi agama tidak dan bukan
ingin memasuki bagian-bagian yang sakral dari agama. Tidak juga ingin mengambil
kewenangan dan kesucian dari agama. Sejak awal telah dipisahkan secara tegas
bahwa sosiologi agama mempelajari masyarakat khususnya interaksi sosialnya yang
berkaitan dengan kehidupan sosial agamanya. Oleh karena itu hubungan antara
agama dan kebudayaan tetap menempatkan agama sebagai sistem kepercayaan dan
merupakan bagian universal dari kebudayaan.
Agama, yang Menyangkut kepercayaan serta sebagai prakteknya, benar-benar
merupakan masalah sosial dan sampai saat ini senantiasa ditemukan dalam setiap
masyarakat manusia dimanapun. Oleh karena itu bagaimana kita mendekati masalah
ini dan sudut pandang sosilogis.
Dalam masyarakat yang sudah mapan, agama merupakan salah satu struktur
institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistem sosial. Akan tetapi masalah
Universitas Gadjah Mada
agama berbeda dengan masalah pemerintahan dan hukum. Masalah inti agama
nampaknya kabur serta tidak dapat diraba, yang realitas empirisnya sama sekali belum
jelas. Agama, menyangkut dunia luar (the beyond) hubungan manusia dengan dan
sikap terhadap dunia luar itu, dan dengan apa yang dianggap manusia sebagai
implikasi praktis dari dunia luar tersebut terhadap kehidupan manusia. Agama
menyangkut apa yang disebut Pareto sebagai "pengalaman transen" dan mengartikan
pengalaman atas kejadian yang ada sehari-hari dan yang dapat diamati atau
penyaringan dan penanganan yang sistematis terhadap pengalaman secara ilmiah.
Kenyataan yang demikian lalu menempatkan agama sebagai sesuatu yang k -urang
penting dibandingkan dengan masalah-masalah sosial lainnya. Namun kenyataan
menunjukkan lain; lembaga agama adalah menyangkut hal yang mengandung arti
penting tertentu, menyangkut masalah aspek kehidupan manusia yang dalam
trasendensinya, mencakup sesuatu yang mempunyai arti penting dan menonjol bagi
manusia. Bahkan sejarah menunjukkan bahwa lembaga keagamaan merupakan
bentuk asosiasi manusia yang paling mungkin untuk terus bertahan Hal ini
menunjukkan arti pentingnnya agama dan lembaga keagamaan dalam kehidupan
sosial suatu masyarakat. Bahkan agama telah dicirikan sebagai pemersatu aspirasi
masyarakat yang paling sublim; sebagai sejumlah besar moralitas, sumber tatanan
masyarakat dan perdamaian batin individu; sebagai sesuatu yang memuliakan dan
membuat manusia beradab. Durkheim mengatakan bahwa agama merupakan sumber
semua kebudayaan sumber semua kebudayaan yang sangat tinggi. Jelas bahwa
agama menunjukkan seperangkat aktivitas manusia dan sejumlah bentuk-bentuk
sosial yang mempunyai arti penting.
Teori fungsional melihat kebudayaan sebagai sejumlah pengetahuan yang
kurang lebih agak terpadu, sebagai pengetahuan semu, kepercayaan, dan nilai. Hal ini
menentukan situasi dan kondisi bertindak para anggota suatu masyarakat. Dalam
pengertian ini kebudayaan merupakan suatu sistem makna-makna simbolik (symbolic
system of meanings) yang sebagian diantaranya menentukan realitas sebagaimana
diyakini, dan yang sebagian lain menentukan harapanharapan normatif yang
dibebankan pada manusia. Unsur-unsur yang membentuk sistem makna budaya dapat
implisit maupun eksplisit. Suatu sistem makria budaya itu memperlihatkan beberapa
tingkat kepaduan yang menyeluruh dan jalan yang menuju konsistensi. Kebudayaan
menyatu dengan sistem sosial dalam arti ia berada dalam batasan sarana dan tujuan,
proskripsi dan preskripsi, yang dibenarkan dan yang dilarang, dengan menentukan
peranan dimana anggota masyarakat menghadapi harapan-harapn situasi sosial
Universitas Gadjah Mada
mereka yang telah mapan. Agama dengan referensi yang transendensi kedunia diluar
pengakuan itu merupakan aspek penting fenomena kultural. Kebudayaan bagi
manusia merupakan kreasi dunia penyesuaian dan kemaknaan, dalam kontek mana
kehidupan manusia dapat dijalankan dengan penuh arti. Dengan demikian kebudayaan
memasuki pemikiran dan perasaan manusia dan penting bagi bentuk-bentuk sosial
yang tampil atas kesenjangan manusia. Meminjam istilah Wandell T Bush: agama
merupakan bagian dunia imajinasi yang sangat penting yang berfungsi secara sosial,
dan ungkapan verbalnya hanya merupakan peragaan bagian terkecil raja.
Sosiolog kontemporer menyadari, walaupun manusia menganut berbagai nilai,
gagasan dan orientasi yang terpola yang mempengaruhi perilaku mereka, walaupun
mereka bertindak dalam kontek yang terlembaga; dalam berbagai situasi dimana
peranan yang diharapkan dipaksakan oleh sanksi positif dan negatif, memolakan
performance nyata mereka akan tetapi yang bertindak, berfikir dan merasa adalah
individu. Sosiologi lebih menekankan pada penjelasan corak kegiatan manusia yang
mempola dan sudah dianut bersama, serta fikiran-fikiran kelompok. Agama memiliki
karakteristik diatas, oleh karena itu agama sangat pentingt dalam mendukung
kebudayaan suatu masyarakat.
Universitas Gadjah Mada
Download