MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK APLIKASI MOTOR INDUKSI TIGA PHASA PADA RUN OUT TABLE DI PABRIK HOT STRIP MILL Wahyu Prasetya1, Ir. Tejo Sukmadi,MT2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia ABSTRAK Pada divisi Hot Strip Mill (HSM), terdapat lima proses penting dalam pembuatan baja lembaran panas yaitu reheating furnace, sizing press, roughing mill, finishing mill, dan down coiler. Selama proses ini berlangsung, peran penting dari roller table sangatlah besar yaitu berfungsi untuk membawa baja panas dari satu stand ke stand yang lain selama proses produksi. Salah satu roller table yang terdapat di divisi HSM adalah run out table yang berfungsi membawa strip dari finishing mill menuju coiler. Dalam proses transfer bar ini run out table digerakan oleh motor AC Induksi 3 phasa. Laporan Kerja Praktek ini membahas mengenai aplikasi motor induksi 3 phasa pada run out table, dimana pengontrolan kecepatannya menggunakan Drives yaitu Master Drives di Dinas Perawatan Listrik Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill) PT. Krakatau Steel Cilegon. Kata kunci : Master Drives, run out table, motor AC induksi 3 Phasa . 1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang PT. Krakatau Steel merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur yang bergerak dalam bidang pengecoran baja. PT. Krakatau Steel sudah banyak menghasilkan produk seperti: kawat baja, baja profil, plat baja maupun beja beton. HSM merupakan unit produksi paling modern dan baru di PT.Krakatau Steel karena sebagian besar pengontrolnya telah menggunakan komputerisasi yaitu dengan program Programmable Logic Controller. Memiliki produk baja lembar panas yang berbentuk coil, plat, dan sheet dengan ketebalan 1,8 mm hingga 25 mm. Pada divisi Hot Strip Mill sendiri telah menerapkan penggunaan mesin listrik sebagai peralatan untuk menunjang proses produksi. Salah satunya adalah penggunaan motor listrik yaitu motor induksi tiga Phasa yang diaplikasikan pada run out table. 1.2 Tujuan Memperdalam pengetahuan mahasiswa dengan mengenal dan mempelajari secara langsung penerapan mesin listrik khususnya tentang penerapan motor induksi tiga phasa khususnya pada pabrik Hot Strip Mill (HSM).PT Krakatau Steel, Cilegon. 1. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro UNDIP 2. Dosen Jurusan Teknik Elektro UNDIP 1.3 Pembatasan Masalah Dalam penulisan laporan ini, penulis akan membahas tentang motor yang digunakan pada peralatan produksi khususnya motor pada run out table pada divisi di pabrik PT Krakatau Steel yaitu Hot Strip Mill (HSM), dimana dibahas tentang motor yang digunakan dan driver pengaturannya pada divisi tersebut. 2 2.1. DASAR TEORI Unit Produksi PT Krakatau Steel PT Krakatau Steel, Cilegon sebagai pabrik baja terpadu memiliki unit-unit produksi yang saling mendukung dan terintegrasi. proses produksi baja pada unitunit tersebut saling berkaitan antara divisi / pabrik yang satu dengan yang lainnya. Pembagian divisi / pabrik pada PT Krakatau Steel, meliputi : 1 Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant / DRP) 2 Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant / BSP) 3 Pabrik Baja Slab (Slab Steel Plant / SSP) 4 Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill / HSM) 5 Pabrik Baja Batang Kawat ( Wire Rod Mill / WRM ) 6 Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill / CRM) Gambar 1 Diagram Proses Produksi PT Krakatau Steel 2.2 Hot Strip Mill (HSM) Bahan baku utama pabrik pengerolan baja lembaran panas ini adalah slab produksi dari divisi slab steel plant (SSP) apabila slab dari SSP belum memenuhi baku didatangkan slab impor yang mencapai 30% dari keseluruhan bahan baku pabrik ini. Adapun spesifikasi dari ukuran slab tersebut adalah : 1. Ketebalan : 200 mm (continuous casting slab) 2. Lebar : 940 – 2040 mm 3. Panjang : Maksimal 1200 mm 4. Berat : Maksimal 30 ton 5. Transferbar : Maksimal 45 mm Beberapa bahan baku tersebut diimpor dari luar negeri, namun sebenarnya PT. Krakatau Steel memiliki pabrik slab sendiri jadi divisi HSM memperoleh bahan baku slab dari slab sendiri dan itu dapat dilakukan apabila pabrik tersebut memproduksinya, namun jika pabrik slab tidak memproduksi maka divisi HSM harus mengimpor bahan baku slab tersebut dari luar negeri. Pertimbangan ini dilakukan sesuai dengan perkembangan harga baja dunia, apabila harga baja impor lebih murah daripada produksi baja di PT. Krakatau Steel maka divisi HSM memutuskan untuk mengimpor dari luar negeri dan sebaliknya apabila harga impor mahal dan produksi baja slab dapat diperoleh dengan harga murah maka dipakai produk lokal tersebut. Dalam ukuran panjang slab ini dibagi dalam beberapa length group antara lain : 1. Length group 1 : 4500 – 6000 mm 2. Length group 2 : 6000 – 8600 mm 3. Length group 3 : 8600 – 10500 mm 4. Length group 4 : 10500 – 12000 mm Tahapan produksi yang ada di pabrik HSM secara garis besar terdapat tahap yang masing – masing tahap dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Tahap I Proses produksi dimulai dari pembersihan slab terlebih dahulu dari scale yang terbentuk menggunakan cold desclaing device. Kemudian slab ditransferkan melalui cold roll table. Selanjutnya slab dikeluarkan oleh extractor dari furnace untuk diletakkan di hot roll table. 2. Tahap II Setelah slab mencapai panas yang diinginkan, slab keluar dari hot roller table menuju mesin sizing press sebelum memasuki sizing press, slab membara tersebut dibersihkan di water discaller dari scale dan kerak yang terbentuk karena reaksi kimia yang terjadi di dalam furnace, air disemprotkan dengan tekanan 180 bar untuk menggelontar primeris scale dan kerak. Pada sizing press ini lebar slab direduksi sesuai pesanan, alat yang dibeli dari Jepang ini juga berfungsi meringankan kerja vertical edger dalam mempertahankan lebar slab. Suhu pengerjaan pada tahap ini adalah sekitar 11600C. 3. Tahap III Selanjutnya slab yang telah direduksi lebarnya meluncur diatas roller table menuju mesin berikutnya. Pada bagian ini terintegrasi tiga alat sekaligus yaitu water discaler untuk membersihkan scon dari skill yang masih tersisa, kemudian masuk vertical edgerol untuk menjaga lebarnya kemudian langsung masuk dalam roughing untuk dibentuk menjadi vorband (Jerman) atau transferbar (baja lembaran yang lebih tinggi dan panjang). Pada roughing slab dirol 5- kali sampai didapat ketebalan yang diinginkan. Slab dibersihkan dari scale dan kerak pada pengerolan maju yang pertama dan terakhir. 4. Tahap IV Produk dari pengerjaan pada tahap III diatas disebut vorband (jerman) atau transferbar (baja lembaran yang lebih tinggi dan panjang). Diantaranya roughing dan finishing mill digunakan thermopanel, alat ini merupakan hasil kreativitas PT. Krakatau Steel sendiri dimana fungsinya adalah mengurangi kalor yang terbuang sebelum vorband masuk crop shear, karena ketidak sesuaian suhu akan menyebabkan pengerjaan kurang sempurna. Crop shear adalah alat yang digunakan untuk memotong kepala dan ekor vorband agar mudah masuk kedalam finishing stands. Kepala dan ekor vorband Strip biasanya melengkung ke atas atau kebawah atau juga bengkok ke kiri atau ke kanan jika tidak dipotong, ini akan menyulitkan saat memasuki finishing stands. Akibat lebih parah adalah kerusakan roll. 5. Tahap V Strip memasuki finishing stands yang merupakan 6 roll kontinu dimana fungsinya adalah untuk menghaluskan permukaan Strip. Penghalusan ini juga dengan pengerolan. Tetapi juga dengan beban yang diringankan sehingga reduksi tebalnya sangat kecil. Pada akhir pengerolan disini, Strip melewati electric recorder yang berfungsi merekam segala kondisi dari Strip meliputi dimensi, tebal dan lebar, suhu, dan kondisi permukaan yang selanjutnya tercatat dalam sistem komputer sebagai status produk dari awal sampai dengan proses ini. 6. Tahap VI Selanjutnya Strip ini meluncurkan plan melewati laminar cooling didinginkan suhunya sehingga mencapai 6000C. Proses pendinginan ini menggunakan media air yang disemprotkan dari atas dan bawah dengan tekanan tertentu. Selanjutnya Strip sampai di down coiler untuk digulung menjadi coil. Ada dua mesin down coiler yang tersedia dan bekerja bergantian. Setelah selesai kemudian hot roller coil (HRC) tersebut mengalami inspeksi dimensi dan ficual inspection. Sampai disini proses utama selesai. 7. Tahap VII Selanjutnya HRC dipindahkan ke gudang dengan transforter untuk didinginkan. Setelah dingin, baru kemudian coil ini mengalami penanganan hasil produksi (PHP). Coil yang telah dingin mengalami 4 alternatif perlakuan, yaitu : a. Dikirim langsung ke divisi cold rolling mill (CRM) untuk diproses lebih lanjut b. Diproses di hot skin pass mill untuk mengaluskan permukaan, kemudian di recoiling c. Masuk shearing line 1 untuk dibuat plate d. Masuk shearing line 2 untuk mengalami sliting, trimming atau dibuat sheet. Slitting adalah membuka kembali gulungan coil menjadi Strip, kemudian memotong lebar Strip memanjang 1 Strip bisa dibuat dua atau lebih biasanya 3 coil yang lebih kecil lebarnya. Trimming adalah memotong bagian Strip agar rata. Gambar 2 Proses produksi baja lembaran panas 2.3 Motor AC Ac motor merupakan motor listrik yang digerakkan oleh arus bolak-balik yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini terbuat dari memanfaatkan gaya/ force yang dihasilkan oleh medan magnet berputar yang karena adanya arus bolak-balik yang mengalir melalui kumparannya. AC Motor terdiri dari dua komponen utama: a. Stator stasioner yang ada di bagian luar b. Rotor dalam yang menempel pada poros output. Ac motor dapat bergerak melalui prinsip kemagnetan. AC Motor sederhana berisi sebuah kumparan/coils dan dua magnet tetap (fixed magnets) yang mengelilingi poros. Ketika muatan listrik diterapkan pada kumparan,maka kumparan tersebut akan menjadi electromagnet dan kemudian akan menghasilkan medan magnet. Hal tersebut akan membuat kumparan bergerak dan mulai berputar, sehingga motorpun dapat bekerja. Motor AC dibagi menjadi 2 macam diantaranya adalah sebagai berikut : a. Motor Sinkron Synchronous motor adalah motor AC tiga-fasa yang dijalankan pada kecepatan sinkron, tanpa slip. Motor sinkron merupakan motor arus bolak-balik ( AC ) yang penggunaannya tidak seluas motor asinkron. Secara umum penggunaan motor sinkron difungsikan sebagai generator, akan tetapi motor sinkron tetap digunakan oleh industri yang membutuhkan ketelitian putaran dan putaran konstan. Prinsip kerja Motor sinkron serupa dengan motor induksi dimana keduanya mempunyai belitan stator yang menghasilkan medan putar. Tidak seperti motor induksi, motor sinkron dieksitasi oleh sebuah sumber tegangan dc di luar mesin dan karenanya membutuhkan slip ring dan sikat (brush) untuk memberikan arus kepada rotor. Pada motor sinkron, rotor terkunci dengan medan putar dan berputar dengan kecepatan sinkron. Jika motor sinkron dibebani ke titik dimana rotor ditarik keluar dari keserempakannya dengan medan putar, maka tidak ada torque yang dihasilkan, dan motor akan berhenti. Motor sinkron bukanlah self-starting motor karena torque hanya akan muncul ketika motor bekerja pada kecepatan sinkron; karenanya motor memerlukan peralatan untuk membawanya kepada kecepatan sinkron. b. Motor Asinkron Yang termasuk motor asinkron disini adalah motor induksi satu phasa dan juga motor induksi tiga phasa. - Motor Induksi satu phasa Motor AC induksi satu fasa berbeda cara kerjanya dengan motor AC induksi tiga fasa, dimana pada motor AC tiga fasa untuk belitan statornya terdapat tiga belitan yang menghasilkan medan putar dan pada rotor sangkar terjadi induksi dan interaksi torsi yang menghasilkan putaran. Sedangkan pada motor satu fasa memiliki dua belitan stator, yaitu belitan fasa utama (belitan U1-U2) dan belitan fasa bantu (belitan Z1-Z2), lihat gambar berikut. Gambar 3 Medan Magnet Utama dan Medan Magnet Bantu Motor Satu Fasa Belitan utama menggunakan penampang kawat tembaga lebih besar sehingga memiliki impedansi lebih kecil. Sedangkan belitan bantu dibuat dari tembaga berpenampang kecil dan jumlah belitannya lebih banyak, sehingga impedansinya lebih besar dibanding impedansi belitan utama. Grafik arus belitan bantu I bantu dan arus belitan utama I utama berbeda fasa sebesar φ, hal ini disebabkan karena perbedaan besarnya impedansi kedua belitan tersebut. Perbedaan arus beda fasa ini menyebabkan arus total, merupakan penjumlahan vektor arus utama dan arus bantu. Medan magnet utama yang dihasilkan belitan utama juga berbeda fasa sebesar φ dengan medan magnet bantu. Belitan bantu Z1-Z2 pertama dialiri arus I bantu menghasilkan fluks magnet Φ tegak lurus, beberapa saat kemudian belitan utama U1-U2 dialiri arus utama I utama. yang bernilai positip. Hasilnya adalah medan magnet yang bergeser sebesar 45° dengan arah berlawanan jarum jam. Kejadian ini berlangsung terus sampai satu siklus sinusoida, sehingga menghasilkan medan magnet yang berputar pada belitan statornya. Rotor motor satu fasa sama dengan rotor motor tiga fasa yaitu berbentuk batang-batang kawat yang ujungujungnya dihubung singkatkan dan menyerupai bentuk sangkar tupai. Belitan rotor yang dipotong oleh medan putar stator, menghasilkan tegangan induksi, interaksi antara medan putar stator dan medan magnet rotor akan menghasilkan torsi putar pada rotor. - Motor Induksi tiga phasa Gambar 4 Konstruksi Motor Induksi Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan, karena konstruksinya yang kuat dan karakteristik kerjanya yang baik. Secara umum motor induksi terdiri dari rotor dan stator. Rotor merupakan bagian yang bergerak, sedangkan stator bagian yang diam. Diantara stator dengan rotor ada celah udara yang jaraknya sangat kecil. Berikut prinsip kerjanya : Bila sumber tegangan tiga phasa dipasang pada kumparan stator, maka pada kumparan stator akan timbul medan putar dengan kecepatan, 2.4 Karena kumparan rotor merupakan kumparan rangkaian tertutup, maka tegangan induksi akan menghasilkan arus ( I ). Adanya arus dalam medan magnet akan menimbulkan gaya (F) pada rotor. Bila torsi awal yang dihasilkan oleh gaya F pada rotor cukup besar untuk memikul torsi beban, maka rotor akan berputar searah dengan arah medan putar stator. Untuk membangkitkan tegangan induksi E agar tetap ada, maka diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan putar rotor (nr). Perbedaan antara kecepatan nr dengan ns disebut dengan slip (S) yang dinyatakan dengan Persamaan Driver Motor AC Kecepatan dari motor dapat dikontrol dengan menggunakan beberapa tipe elektronik drives. Variable kecepatan yang digunakan pada motor DC disebut DC drives. Variable kecepatan yang digunakan untuk motor AC disebut AC dimana ns = kecepatan sinkron, f = frekuensi sumber, p = jumlah kutup Medan putar stator akan memotong konduktor yang terdapat pada sisi rotor, akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi ( ggl ) sebesar E= 44,4fnØ . dimana : E = tegangan induksi ggl, f = frekkuensi, N = banyak lilitan, Q = fluks drives. Gambar 5 Drive Motor Pada driver motor AC terdapat hal yang berbeda dengan driver motor DC. Dimana setelah suplai AC dilewatkan ke rectifier,kemudian dilewatkan ke inverter untuk diubah menjadi arus/tegangan AC terkontrol. Pada motor-motor AC industri, pengaturan kecepatan yang paling banyak digunakan adalah pengaturan frekuensi input suplai motor AC tersebut. Inverter yang paling banyak digunakan adalah jenis VSI atau Variable Speed Inverter. Dibandingkan dengan driver motor DC, driver motor AC memang jauh lebih rumit dan susah untuk dipelajari dan mungkin dikembangkan jangka pendek. Tetapi motor AC justru lebih murah dan mudah didapatkan daripada motor DC. Gambar berikut adalah gambaran umum dari driver motor induksi frekuensi variable. AC drives, inverter, dan drive pengatur frekuensi adalah semua persyaratan yang digunakan dalam pengaturan kecepatan dari sebuah motor AC. Salah satunya yaitu simovert (Siemens motor inverter). AC drives menerima suplai daya AC dan merubahnya menjadi adjustable frekuensi.tegangan keluaran yang dapat diatur untuk mengatur sebuah motor. Inverter menerima 480 Phasa VAC 60 HZ dan menyediakan tegangan dan frekuensi yang sesuai untuk memberikan kecepatan yang sesuai dengan motor. Umumnya ada 3 tipe inverter yang digunakan yaitu VVI (variable voltage Inverter), Current source inverter (CSI) dan Pulse Width Modulation (PWM). Tipe yang lain dari motor drives adalah cycloconverter. tekanan 200 bar untuk menghilangkan permukaan vorband dari sisa pemotongan dan scale. Proses selanjutnya pada finishing mill dari bahan vorband dibentuk menjadi Strip. Temperature vorband sebelumnya 8500 - 9500 C. Terdapat perlengkapan utama dan perlengkapan bantu pada finishing mill. Yang merupakan perlengkapan utama pada finishing mill adalah : 1. Back Up Roll 2. Work Roll 3. Looper 4. Screw Down Sedangkan peralatan bantu finishing mill adalah sebagai berikut : 1. Side Guide 2. Strip Measuring 3. Laminar Water Cooling 4. Pinch Roll 5. Run Out Roll Table pada Diantara down coiler dan finishing mill terdapat alat bantu yang berfungsi sebagai transfer Strip dari finishing mill menuju coiler yaitu run out table. Run out table ini menggunakan motor AC 3 phasa. Dimana pada run out table terdapat lebih dari 317 roller yang memiliki lebar 2200 mm dan diameter 300 mm. Gambar 6 Gambaran Umum dari Driver Motor Induksi Frekuensi Variable 3. ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Run Out Table Pada Finishing Pada finishing mill ini dilakukan proses pengerolan tahap akhir. Pada finishing ini vorband dilewatkan melalui enam tahap yang mana satu sama lain saling berdekatan yaitu F1, F2, F3, F4, F5, F6. Tebal Strip bisa mencapai 1.5 – 30 mm sesuai permintaan koonsumen. Sebelum masuk finishing, vorband mengalami pemotongan untuk meratakan ujung – ujung vorband supaya tidak terjadi gangguan. Kemudian dilewatkan pada water discaller pada Gambar 7 Run out table 3.2. Motor Induksi Tiga Phasa pada Run Out Table Diantara finishing mill dan coiler terdapat alat berupa run out table yang berfungsi sebagai pentrasfer Strip dari finishing mill ke coiler. Penggerak run out table tersebut adalah motor induksi 3 phasa. Pemilihan motor ini dikarenakan harga lebih terjangkau dibanding motor DC, konstruksi sangat kuat dan sederhana terutama bila motor menggunakan rotor sangkar,efisiensi relative tinggi pada keadaan normal, tidak adanya sikat sehingga rugi gesekan kecil,kehandalannya tinggi. Pada run out table di pabrik lembaran baja panas menggunakan jenis motor induksi dengan rotor squirrel cage atau motor sangkar. Pemilihan ini di dasarkan pada kesederhanaan motor sangkar tupai dan kehandalanya dibanding wound rotor. karakteristik motor sangkar tupai adalah sebagai berikut : 1. Rotor terdiri dari penghantar tembaga yang dipasangkan pada inti yang solid dengan ujung-ujung yang dihubung singkat. 2. Kecepatan konstan 3. Arus start yang besar diperlukan oleh motor menyebapkan tegangan berfluktasi. 4. Arah putaran dapat dibalik dengan menukarkan dua dari tiga fasa daya utama pada motor. 5. Faktor daya cendrung buruk untuk beban yang dikurangi. 6. Apabila tegangan diberikan pada lilitan stator dihasilkan medan magnet putar yang menginduksikan tegangan pada rotor. Tegangan tersebut pada gilirannya menimbulkan medan magnet. Medan rotor dan medan stator cendrung saling tarik menarik satu sama lain. Situasi tersebut membangkitkan torka yang memutar rotor dengan arah yang sama dengan putaran medan magnet yang dihasilkan oleh stator. Gambar 8 Karakteristik Torsi – Slip pada Motor Induksi Dari kurva karakteristik torsi motor induksi diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Torsi motor induksi akan bernilai nol pada saat kecepatan sinkron 2. kurva torsi – kecepatan mendekati linear di antara beban nol dan beban penuh. Dalam daerah ini, tahanan rotor jauh lebih besar dari reaktansi rotor, oleh karena itu arus rotor, medan magnet rotor, dan torsi induksi meningkat secara linear dengan peningkatan slip. 3. Akan terdapat torsi maksimum yang tak mungkin akan dapat dilampaui. Torsi ini disebut juga dengan pull – out torque atau break down torque, yang besarnya 2 – 3 kali torsi beban penuh dari motor. 4. Torsi start pada motor sedikit lebih besar daripada torsi beban penuhnya, oleh karena itu motor ini akan start dengan suatu beban tertentu yang dapat disuplai pada daya penuh. 5. torsi pada motor akan memberikan harga slip yang bervariasi sebagai harga kuadrat dari tegangan yang diberikan. Hal ini sangat penting dalam membentuk pengaturan kecepatan dari motor. 6. jika rotor motor induksi digerakkan lebih cepat dari kecepatan sinkron, kemudian arah dari torsi induksi di dalam mesin menjadi terbalik dan mesin akan bekerja sebagai generator, yang mengkonversikan daya mekanik menjadi daya elektrik. 7. jika motor induksi bergerak mundur relatif arah dari medan magnet, torsi induksi mesin akan menghentikan mesin dengan sangat cepat dan akan mencoba untuk berputar pada arah yang lain. Karena pembalikan arah medan putar merupakan suatu aksi penyaklaran dua buah fasa stator, maka cara seperti ini dapat digunakan sebagai suatu cara yang sangat cepat untuk menghentikan motor induksi. Cara menghentikan motor seperti ini disebut juga dengan plugging. Motor induksi 3 phasa yang ada pada run out table terdapat tiga jenis merek motor yang berbeda, namun motor tersebut memiliki spesifikasi yang sama. Ketiga jenis merek motor tersebut adalah motor merek Siemens , Teco, dan Klose. Gambar 9 Motor AC 3 Phasa Induksi Motor Merek SIEMENS karena kecepatan dari motor – motor ini sangatlah berpengaruh pada hasil pembuatan Strip itu sendiri. Merek motor induksi 3 phasa yang sekarang banyak digunakan pada run out table adalah merek motor TECO. Alasan mengapa menggunakan TECO karena pada awalnya menggunakan motor merek Siemens, dimana dari Siemens itu sendiri sudah tidak memproduksi motor yang digunakan untuk run out table, sebenarnya bisa untuk memesan motor Siemens namun harga lebih melambung dibandingkan dahulu karena jenis motor ini tidak di produksi seperti dahulu. Dengan alasan inilah motor pada run out table digantikan jenis TECO karena spesifikasi yang sama dengan motor induksi merek Siemens, selain itu harganya lebih terjangkau. Berikut ini gambar salah satu name plate dari motor induksi 3 phasa merek Gambar 10 Motor AC 3 Phasa Induksi Motor Merek TECO TECO yang diambil samplenya Gambar 12 Nameplate pada Motor TECO Gambar 11 Motor AC 3 Phasa Induksi Motor Merek KLOSE Motor - motor yang ada pada gambar diatas digunakan menjadi satu untuk run out table dimana setiap motor itu sendiri menanggung satu roll untuk di putar, dimana motor – motor tersebut di couple dengan roll table untuk membuatnya berputar sesuai dengan kecepatan putar motor itu sendiri. Gambar diatas diambil pada bagian perawatan motor dimana adanya pergantian motor baru saat terindikasi adanya kerusakan pada salah satu motor pada run out table. Dari sekian banyaknya motor yang beroprasi pada run out table kurang lebih sekitar 317 buah motor induksi tiga phasa. Pada run out table semua motor tidak boleh ada yang tidak bergerak, jadi semua motor disini haruslah terus berputar agar hasil Strip tidak melengkung atau menggulung tidak beraturan, Untuk merek lain sama baik kecepatannya frekuensinya dll, hanya pada kodenya saja yang berbeda. Misalnya saja pada Siemens, memiliki kode 1LP3-1694R90. Pada klose memiliki kode KDR 249.22.4. Penjelasan Name plate : - TECO artinya nama pembuat motor AEHBRT artinya ini adalah kode produksi dari TECO, dimana pada motor jenis ini digunakan untuk menjalankan roll table - - - - - - - - HP ( Horse Power ) 15 HP / 11 Kw artinya adalah daya dari motor tersebut Volts 380 V Pada motor ber name plate seperti ini, saat hubung start menggunakan suplay tegangan 380V, namun masing-masing phasanya hanya menerima 220V, dan pada saat hubung delta phasanya akan menerima 380V. Maka rating motornya untuk delta adalah 380V, dan rating perphasanya (tegangan kerja)-nya adalah 380V. Amps 23 A artinya motor ini memiliki arus nominal 23 A pada full load. Nilai arus nominal atau arus maksimum atau full load ampere yang dapat dilalui oleh motor tersebut. Sehingga, jika ada arus yang melebihi nilai tersebut, motor akan terbakar. Walaupun, pabrikan memberikan toleransi 3%-5% untuk nilai tersebut, sebaiknya sebisa mungkin tidak melebihi nilai tersebut, dan jika harus gantilah motor dengan yang lebih besar. HZ 53.3 artinya frekuensi tegangan sumber untuk motor saat arus dan tegangan mencapai angka nominalnya adalah 53.3 Hz untuk mencapai kecepatan medan putar stator maximal. RPM 1565 artinya kecepatan rotor 1565 rpm Bearing 6311/830 artinya dimensi dari bearing itu sendiri,dimana nilai tersebut merupakan kode ukuran bearing yang digunakan. Ser. No 1579008479 Serial Number ini merupakan nomor individual. Yang dibuat unik untuk motor itu sendiri atau rancangan untuk identifikasi yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan pabrik pembuat Frame 160 L menggambarkan ukuran motor tersebut Pole 4 artinya motor ini memiliki kutub sejumlah 4 buah atau terdiri dari 2 pasang kutub. INS H artinya Kelas material isolasi yang digunakan pada lilitan stator ditentukan disain. Material-material ini telah diuji secara ekstensif terhadap suhu tertentu. kelas H pada 180°C. Rating const artinya bisa digunakan terus menerus dengan nilai nominal tanpa mengalami kerusakan. AMB 400 C artinya ambient temperature (suhu normal lingkungan) dari motor tersebut 400 . jika makin panas maka umur motor akan cepat habis, dikarenakan tidak ada ventilasi untuk menukar hawa panas dari motor. - IP 65 artinya menunjukkan tingkat proteksi yang diberikan oleh selungkup dari sentuhan langsung ke bagian yang berbahaya, dari masuknya benda asing padat dan masuknya air. IP 65 dilindungi dari pompa air bertekanan rendah dari segala arah. 3.2.1. Supply Tegangan Motor Hot Strip Mill mendapatkan tegangan supply dari Gardu Induk sebesar 30 kV. Tegangan ini kemudian diturunkan menggunakan trafo penurun tegangan menjadi sebesar 6 kV. Tegangan 6kV tersebut kemudian diturunkan lagi menggunakan Trafo sehingga tegangannya menjadi 400V. Tegangan supply ini tidak langsung digunakan sebagai supply motor AC. Tegangan ini masih harus diatur menggunakan drive agar frekuensi dari jala-jala dapat diatur sedemikian rupa sesuai yang dibutuhkan. Pengaturan frekuensi disini sangatlah vital peranannya dalam pengaturan kecepatan motor AC Induksi 3 phasa. Karena pada run out table pengaturan yang ada adalah pengaturan kecepatan motor induksi. Jenis motor ini diatur kecepatannya dengan mengubah frekuensi ke nilai tertentu dengan hasil kecepatan putar pada motor AC di run out table sesuai dengan kebutuhan beban yang membebani roll table. . 3.2.2. Master Drives Sebagai Pengontrol Kecepatan Putar Motor Induksi 3 Phasa Pada divisi HSM terdapat 3 jenis drives yang dioperasikan untuk mengatur kecepatan putar motor induksi 3 phasa, yaitu simovert, master drives dan yang terbaru adalah sinamics. Pada pembahasan kali ini saya akan membahas salah satu tipe drives yaitu master drives dari Siemens. Awalnya pada run out table pengaturan menggunakan simovert yang kemudian digantikan oleh master drives dan juga yang terbaru adalah sinamics. Ketiga-tiganya sama, hanya saja terdapat pada generasi yang berbeda. Master drives merupakan alat pengatur atau drives pengatur yang digunakan untuk mengatur motor induksi 3 pahasa pada run out table. Drives ini berbentuk panel-panel atau cabinet yang di dalamnya tedapat compact drives. frekuensi yang diterapkan melampaui batas yang diizinkan. Penyearah sudah Inverter mode saklar Filter Rangkaian kontrol Gambar 14 Skema Inverter pada Master Drives Untuk mendapatkan keluaran yang dikehendaki maka digunakan rangkaian kontrol. Rangkaian kontrol tersebut antara lain berfungsi untuk mengatur frekuensi dan amplitudo gelombang keluaran. Agar gelombang keluarannya dapat kembali mendekati Gambar 13 Panel-panel Master Drives untuk Pengaturan Run out table Sistem pengaturannya menggunakan variable frekuensi dan variable tegangan, mengingat bahwa untuk pengaturan motor AC induksi 3 phasa pengaturan dapat diatur dengan menggunakan perubahan frekuensinya. Untuk pengaturan kecepatan motor hanya dilakukan dengan mengubah frekuensi masukan motor induksi itu sendiri. Karena jumlah pole pada motor induksi tersebut tetap tidak dapat diubah lagi, pole berjumlah 4 pada motor induksi tersebut. Master drive menggunakan system inverter dimana masukannya adalah AC – DC – AC, dimana keluaran AC tersebut telah berubah frekuensinya. Master drives ini menggunakan saklar IGBT untuk metode inverternya. Frekuensi yang dihasilkan < 53.3 Hz yang merupakan frekuensi nominal motor, hal ini dilakukan karena memang kebutuhan kecepatan motor lebih rendah dari pada kecepatan nominal motor untuk membawa Strip tersebut ke coiler.sebenarnya dengan menggunakan Master Drives kita dapat mengatur frekuensi lebih dari 53.3 Hz, namun apabila diaplikasikan pada frekuensi dengan nilai lebih dari 53.3 Hz maka motor akan mengalami getaran yang cukup kuat dan jika ini dibiarkan maka motor tersebut akan mengalami gangguan dan kerusakan karena gelombang sinus, maka digunakan filter. Gambar 4.16 Blok Diagram Inverter Drives - - - Tegangan yang masuk dari jala jala 50 Hz dialirkan ke board Rectifier/ penyearah DC, dan ditampung ke bank capacitor. Jadi dari AC di jadikan DC. Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter untuk dijadikan AC kembali dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari DC ke AC yang komponen utamanya adalah Semiconduktor aktif seperti IGBT. Dengan menggunakan frekuensi carrier (bisa sampai 20 kHz), tegangan DC dicacah dan dimodulasi sehingga keluar tegangan dan frekuensi yang diinginkan. Tegangan keluaran variabel dapat ditentukan dengan mengubah tegangan masukan DC, dimana dalam hal ini penguatan inverter dijaga untuk konstan. Dilain pihak, bila tegangan masukan DC tetap, tegangan keluaran dapat diatur dengan mengubah penguatan inverter yang dapat dilakukan dengan menggunakan kontrol modulasi lebar pulsa atau PWM (Pulse Width Modulation). 3.2.3. Kinerja Motor Induksi Tiga Phasa pada Run Out Table Pada run out table motor induksi 3 phase berjumlah 317 motor dengan kapasitas 11 kW. Motor – motor induksi 3 phase tersebut dibagi menjadi 5 kelompok yang mana pada tiap kelompok dikendalikan kecepatannya oleh drives berupa Sinamics dan juga oleh Master Drive serta Simovert. Yang terbaru pada HSM adalah drives Sinamics sebagai kontrol pengaturan kecepatan motor AC tersebut. Namun pada pembahasan kali ini saya hanya akan membahas motor yang pengaturannya masih menggunakan Master Drive. Pengelompokan ini berfungsi untuk mempermudah pengontrolan pada run out table itu sendiri. Dimana semua jenis motor yang dikontrol adalah sama yaitu motor induksi 3 phasa. Sama disini dengan maksud memiliki spesifikasi yang sama. Jumlah master drive yang terdapat di HSM untuk pengaturan run out table berjumlah 117 buah dimana tiap master drive ada yang menangani 9 unit motor dan ada juga yang hanya menangani 4 unit motor. Tergantung pada kapasitas masksimal yang dapat di tanggung. Pada mulanya drives disini menggunakan simovert yang kemudian digunakan master drives dan sinamics. Sebenarnya drives-drives tersebut sama hanya saja dengan generasi yang berbeda, mengingat perubahan yang terjadi pada divisi HSM sendiri tidak secara langsung tetapi bertahap untuk pengembangannya. Kecepatan motor pada run out table bergantung pada ketebalan Strip yang keluar dari finishing mill. Semakin tipis Strip maka kecepatan putar dari motor akan semakin cepat. Kecepatan motor semakin cepat ketika ia dibebani oleh Strip dimana sebagai akibatnya roll akan bergerak semakin cepat, hal ini dimaksudkan agar Strip tidak terputus. Apabila Strip telah mencapai coiler maka kecepatan run out table akan sinkron dengan kecepatan roll yang ada pada F6, atau jalur keluar finishing mill. Kecepatan motor ini diatur oleh drives yang mana drives tersebut bekerja sebagai inverter dimana ia mengubah frekuensi masukan ke motor itu sendiri. Untuk pengaturan kecepatan motor tersebut dapat dijelaskan dengan gambar berikut. Gambar 4.17 Skema Pengaturan Kecepatan Motor Pada awalnya Strip yang masuk akan terdata pada TDC ( Teknologi direct control) lvl 2 yang merupakan system komputerisasi yang kemudian akan diolah oleh operator pada TDC lvl 1. Kemudian operator akan memerintahkan drives yang mana drives tersebut akan mengatur kecepatan putaran motor dalam rpm yang di konversikan menjadi m/s saat berada pada run out table. Jadi motor akan berputar sesuai kebutuhan dari beban yang ditanggungnya yang berupa Strip. Kebutuhan perputaran motor itu sendiri didasarkan pada jenis dan ketebalan dari Strip yang akan menuju coiler untuk digulung menjadi coil. Dengan strip setebal 12 mm maka kecepatan rotor berkisar 8-9.5 rpm. Disajikan perhitungan sebagai berikut untuk mengetahui torsi motor induksi tiga phasa saat strip setebal 12 mm melintasi run out table n = 9.5 m/s = 604.787 rpm p=4 maka pada saat strip setebal 12 mm melintas frekuensi keluaran dari drives sebesar maka besar frekuensi maka akan semakin besar pula kecepatan yang dihasilkan oleh motor induksi tersebut = 20.15 Hz Dengan daya motor 11 Kw = 11.000 watt maka dapat kita ketahui besar torsi yang dihasilkan saat motor dibebani strip sebagai berikut : = 173.7 Nm Maka pada saat Strip 12 mm tersebut melewati run out table diketahui kecepatan putar rotor 604.787 rpm, frekuensi yang dihasilkan oleh drives yang kemudian dikirim ke motor sebesar 20.15 Hz dan torsi motor tersebut sebesar 173.7 NM. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. KESIMPULAN Run out table berfungsi sebagai pentrasfer Strip dari finishing mill ke coiler yang berjumlah 317 buah roller. Tiap roller digerakkan oleh satu motor induksi tiga phasa yang mana motor tersebut diatur menggunakan 117 drives pengatur kecepatan untuk motor tersebut. Drives pengatur kecepatan motor AC ada tiga jenis pada HSM yaitu Simovert, Master Drives, Sinamics yang mana fungsi ketiganya sama hanya berbeda generasinya Pemilihan motor AC pada run out table salah satunya adalah karena dari segi harga lebih terjangkau dan tidak membutuhkan perawatan yang khusus dibandingkan motor DC dan juga sesuai dengan kebutuhan, dimana pada run out table membutuhkan penggerak (motor) yang berkecepatan konstan sesuai kebutuhan penggunaannya. Dengan menggunakan VSD pengasutan motor induksi 3 phasa memiliki arus start yang tidak melonjak sangat tinggi Pengaturan frekuensi disini berhubungan dengan kecepatan motor itu sendiri. Sedangkan pengaturan tegangan akan mempengaruhi besar torsi yang dibangkitkan oleh motor tersebut Kecepatan motor tergantung pada ketebalan Strip yang ditanggungnya Master Drives menggunakan metode inverter dalam pengubahan frekuensi masukan motor agar dapat mengatur kecepatannya. Semakin 5. DAFTAR PUSTAKA [1] Wildi,Theodore. 2002. Electrical Machines, Drives, and Power System ,Fifth Edition. New Jersey : Sperika Interprises [2] Sulasno. 2009. Teknik Konversi Energi Listrik dan Sistem Pengaturan. Yogyakarta : Graha Ilmu [3] Anonim. Basic of AC Drives . Dinas Perawatan Listrik HSM PT. Krakatau Steel Indonesia Cilegon [4] Anonim. Siemens Master Drives . Dinas Perawatan Listrik HSM PT. Krakatau Steel Indonesia Cilegon [5] Purwadi, dkk. 2003. SEJARAH PT. KRAKATAU STEEL. Pustaka Raja.Yogyakarta. [6] Warsito, Agung. Bahan Ajar Elektronika Daya. Universitas Diponegoro Semarang [7] http://dunialistrik.blogspot.com/2009/04/motorlistrik-ac-satu-fasa.html. diakses tanggal 28 September 2013 [8] http://blogfahmiaziz.blogspot.com/2013/05/moto r-ac.html diakses tanggal 28 September 2013 [9] http://elektronikatea.blogspot.com/201 1/03/dasar-dasar-motor-induksi-3phasa.html diakses tanggal 28 September 2013 [10] http://zefri99andri.blogspot.com/2013 /05/motor-ac-3-phase.html diakses tanggal 28 September 2013 [11] http://areselectricaleng.blogspot.com/2012/01/de skripsi-name-plate-motor.html diakses tanggal 28 September 2013 [12] http://rekayasalistrik.wordpress.com/ 2013/04/27/cara-membaca-nameplatemotor/ diakses tanggal 28 September 2013 [13] http://bayupancoro.wordpress.com/20 08/07/02/variable-speed-drive-vsd- aka-inverter/ diakses tanggal 28 September 2013 [14] http://cvsapto.blogspot.com/2012/10/nameplate-motor.html diakses tanggal 28 September 2013 BIODATA Wahyu Prasetya . Lahir di Brebes, 18 Januari 1992. Telah menempuh pendidikan di SDN Dukuhturi 01 bumiayu, SMPN 1 Bumiayu dan SMAN 1 Bumiayu. Dan saat ini tercatat sebagai mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro, angkatan 2010, konsentrasi Arus Kuat (Teknik Tenaga Listrik). Menyetujui Dosen Pembimbing Ir. Tejo Sukmadi, MT NIP 196111171988031001