kepastian hukum mengenai prosedur pendaftaran hak

advertisement
KEPASTIAN HUKUM MENGENAI PROSEDUR PENDAFTARAN
HAK-HAK ATAS TANAH
SKRIPSI
OLEH :
YOSEF SENSI
NPM: 28120101
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2012
KEPASTIAN HUKUM MENGENAI PROSEDUR PENDAFTARAN
HAK-HAK ATAS TANAH
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Wijaya Putra Surabaya
OLEH :
YOSEF SENSI
NPM: 28120101
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA
2012
KEPASTIAN HUKUM MENGENAI PROSEDUR PENDAFTARAN
HAK-HAK ATAS TANAH
NAMA
: YOSEF SENSI
FAKULTAS
: HUKUM
JURUSAN
: ILMU HUKUM
NPM
: 28120101
DISETUJUI dan DITERIMA OLEH :
PEMBIMBING
ANDY USMINA WIJAYA.,SH.MH
LEMBARAN PERSETUJUAN
Telah diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Skripsi serta dinyatakan LULUS.
Dengan demikian skripsi ini dinyatakan sah untuk melengkapi syarat-syarat
mencapai gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum di Fakultas
Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya.
Surabaya, Agustus 2012
Tim Penguji Skripsi :
1.
Ketua : Tri Wahyu Andayani, SH.,CN.,MH
(
)
(
)
Ketua : 1.___________________________ (
)
( Dekan )
2.
Ketua : Andy Usmina Wijaya.,SH.,MH
( Pembimbing )
3.
( Dosen Penguji I )
2.___________________________
( Dosen Penguji II )
(
)
“MOTTO”
“Hidup
penuh problema merupakan wujud
bertanggung jawab
problemanistis”.
dan berjuang untuk
kehidupan
yang sukses
menghadapi dan
melawan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan pertolonganNYA yang telah dicurahkan kepada saya dalam menyelesaikan pembuatan
penulisan skripsi ini yang dengan judul ” KEPASTIAN HUKUM MENGENAi
PROSEDUR PENDAFTARAN HAK-HAK ATAS TANAH ”.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Budi Endarto,SH.,M. Hum.,selaku Rektor Universitas Wijaya Putra
Surabaya yang telah memimpin serta membina dalam melaksanakan kegiatan
perkuliahan.
2. Ibu Triwahyu Andayani,SH.,CN.,MH.,selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Wijaya Putra Surabaya yang telah membantu dan membimbing saya dalam
melaksanakan kegiatan perkuliahan dengan baik.
3. Bapak Andy Usmina Wijaya, S.H., M.H.,selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah membantu dan meluangkan waktunya untuk saya dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
4. Bapak /Ibu Dosen pengajar dan Staf Universitas Wijaya Putra Surabaya yang
telah memberikan banyak ilmu pengetahuan selama belajar di Universitas Wijaya
Putra Surabaya.
5. Saudara,sahabat,teman-teman dan orang-orang yang ada disekitar saya yang
membantu kelancaran penulisan Skripsi ini.
Semoga TYME membalas segala kebaikan mereka yang terlibat dalam
penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini juga bermanfaat bagi semua orang secara khusus bagi
teman – teman di Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya.
Surabaya,
Agustus 2012
Penulis
YOSEF SENSI
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................... i
Daftar isi ...................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ............................................................ 1
2. Rumusan Masalah ...................................................... 5
3. Penjelasan Judul ......................................................... 5
4. Alasan Memilih Judul ................................................... 6
5. Tujuan Penelitian ......................................................... 6
6. Manfaat Penelitian ....................................................... 6
7. Metode Penelitian ........................................................ 7
8. Pertanggung Jawaban Sistematika .............................. 8
BAB II
PROSEDUR PENDAFTARAN HAK – HAK ATAS TANAH
1. Pengertian Pendaftaran Tanah ..................................... 10
2. Tujuan Pendaftaran Tanah .......................................... 10
3. Prosedur Pendaftaran Hak Atas Tanah ....................... 11
a. Prosedur Pendafataran Hak Milik Atas Tanah .......... 11
b. Prosedur Pendaftaran Hak Guna Bangunan ............ 16
c. Prosedur Pendaftaran Hak Guna Usaha .................. 18
d. Prosedur Pendaftaran Hak Pengelolaan .................. 21
BAB III
KEPASTIAN HUKUM MENGENAI PENDAFATRAN
HAK-HAK
ATAS TANAH
1. Kepastian Hukum Mengenai Pendaftaran Tanah ......... 27
2. Kepastian Hukum Mengenai Pendafatran Hak Atas
tanah .......................................................................... 28
a. Kepastian hukum bah milik atas tanah ................ 28
b. Kepastian hukum hak guna uasaha ................... 30
c. Kepastian hukum hak guna bangunan ................ 33
d. Kepastian hukum hak penglolaan ....................... 35
BAB IV
PENUTUP ........................................................................ 39
1. Kesimpulan .................................................................. 39
2. Saran-saran ................................................................. 40
DAFTAR BACAAN
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah pertanahan merupakan salah satu sektor pembangunan yang
memerlukan penanganan yang amat serius dan ekstra hati-hati dari
pemerintah. Di perlukannya ekstra hati-hati ini karena tanah merupakan
kebutuhan yang sangat vital bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang
menggantungkan
hidup
pada
tanah.
Sebab
posisi
pemerintah dalam
menangani permasalahan pertanahan dihadapkan pada masalah yang serba
sulit. Pada sisi sebagai pemerintah, mempunyai kewajiban untuk melindungi,
mengatur ketertiban dan kesejahteraan masyarakat, dan pada sisi lain, tuntutan
akselerasi pembangunan ekonomi yang harus dipacu yang pada akhirnya
membutuhkan tanah sebagai tempat pijakan aktivitas ekonomi tersebut.1
Sejak bergulirnya era revormasi pada tahun 1998 yang ditandai dengan
tumbangnya rerim orde baru, maka sejumlah pekerjaan rumah disegala bidang
pembangunan. Termasuk bidang pertanahan perlu dilakukan penataan kembali
setahun
setelah
munculnya
era
reformasi
tersebut
maka
Indonesia
melaksanakan pemilihan umum secara langsung pertama kalinya. Dengan
adanya pemilihan umum yang berlangsung ini maka pemerintahan yang
terbentuk tersebut mencanangkan pembangunan lima tahun kedepan, terkait
dengan adanya tuntutan reformasi disegala bidang pembangunan tersebut
maka Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 2001 telah
1
Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta 2008, hal. .84
1
2
mengeluarkan suatu ketetapan Nomor : IX/MPR/2001 tentang pembaruan
agraria dan pengelolan Sumber Daya Alam.2 Dalam pasal 2, pasal 4, dan pasal
5 ayat (1) Tap MPR tersebut bertujuan untuk mewujudkan kosepsi, kebijakan
dan sistem pertanahan nasional yang untuh dan terpadu, sehingga pengelolaan
pertanahan benar-benar menjadi sumber bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat sebagaimana yang telah diamanatkan dalam pasal 33 ayat (3) UUG isus
dalam kerangka Negara Republik Indonesia.
Untuk menindak lanjuti amanat Tap MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang
pembaharuan agraria dan pengelolaan Sumber Daya Alam tersebut, Presiden
selaku pemegang mandataris dari MPR dan pelaksanaan utama bidang
pembangunan termasuk di dalamnya pembangunan bidang agraria. Pada
tahun 2003 mengeluarkan keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang
Kebijaksanaan Nasional di bidang pertanahan. Dalam pasal 1 Kepres Nomor
34 Tahun 2003 dinyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan konsepsi,
kebijakan dan sistem pertanahan nasional yang utuh dan terpaduh serta
pelaksanaan Tap MPR IX/MPR/2001 tentang pembaruan agraria dan
pengelolaan Sumber Daya Alam, Badan Pertanahan Nasional melakukan
langkah-langkah percepatan :
a. Penyusunan rencana undang-undang penyempurnaan undang-undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok agraria dan rencana
undang-undang tentang hak atas tanah serta peraturan perundangundangan lainnya dibidang pertanahan.
b. Pembangunan sistem informasi dan manajemen pertanahan yang meliputi :
2
Ketetapan MPR No.:IX/MPR/2001, tentang pembaruan agrarian dan pengelolaan Sumber
Daya Alam. 2001, hal. 760
3
1) Penyusunan basis data tanah-tanah aset negara / pemerintah /
pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
2) persiapan aplikasi data tekstual dan spesial dalam
pelayanan
pendaftaran tanah dan penyusunan basis data penguasaan dan
dcomerce, dan e-payment.
3) Pemetaan Kadasteral dalam rangka inventarisasi dan registrasi
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan
menggunakan
teknologi
satelit
dan
teknologi
informasi
untuk
menunjang kebijakan pelaksanaan sandrefrom dan pemberian atas
tanah.
4) pembangunan dan pengelolaan penggunaan dan pemanfaatan tanah
melalui sistem informasi geografi, dengan mengutamakan penetapan
sawah beririgasi, dalam rangka memelihara ketahanan pangan
nasional.
Dalam langkah-langkah tersebut yang dilakukan oleh Badan Pertanahan
merupakan wujud pengaturan pertanahan di Indonesia yang terbagi dalam
beberapa macam hak atas tanah terdapat dalam berbagai konsep yang bersifat
primer. Konsep hak yang bersifat primer merupakan hak-hak atas tanah yang
dapat dimiliki atau dikuasai secara langsung oleh seorang atau badan yang
mempunyai waktu sama dan dapat dipindah tangankan kepada orang lain atau
ahli warisnya. Dalam UUPA terdapat beberapa hak atas tanah yang bersifat
primer yaitu : Hak Milik, Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB)
dan Hak Pakai (HP). Dalam hak atas tanah tersebut akan memiliki kepastian
hukum yang kuat dengan mendaftarkan terlebih dahulu hak-hak tersebut di
4
Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan agar hak-hak tersebut terjamin
memiliki Akta Otentik.
Disebabkan
oleh
perkembangan
perekonomian
yang
pesat
dan
banyaknya tanah yang tersangkut dalam kegiatan ekonomi, misalnya jual beli,
sewa menyewa, pembebanan hipotik atas tanah yang dijadikan jaminan karena
adanya pemberian kredit, maka oleh pembuat UUPA dianggap perlu adanya
jaminan kepastian dan kepastian hak dalam bidang keagraria.3
Oleh karena itu pasal 19 UUPA diperintahkan kepada pemerintah untuk
mengadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia. Yang
dimaksud dengan kewajiban mendaftarkan menurut Undang-Undang Pokok
Agraria (UUPA) adalah :
a. Penguluran, perpetaan dan pembukuan tanah
b.
Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut
c.
Pemberian surat-surat tanah bukti hak yang berlaku sebagai alasan
pembuktian yang kuat
Dengan demikian maka pendaftaran ini akan menghasilkan peta-peta
pendaftaran, surat-surat ubur (untuk kepastian tentang letak, batas dan luas
tanah), keterangan dari subjek yang bersangkutan (untuk kepastian siapa yang
berhak atas tanah yang bersangkutan), status dari pada haknya, serta beban
apapun yang berada diatas tanah hak tersebut dan yang terakhir menghasilkan
sertifikat (sebagai alat pembuktian yang kuat). Dengan menentukan bahwa
akan diadakan kadaster atau pendaftaran untuk semua tanah-tanah yang
berada di dalam wilayah Republik Indonesia, pemerintah telah mengedepankan
3
Sudargo Gautama, tafsiran Undang – undang poko Agraria, citra Aditya Bakti, Bandung
1990, hal. 41.
5
bahwa hukum agraria ini akan disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang dikenal
dengan stelsel-stelsel hukum agraria di negara modern. Dengan adanya
pendaftaran tanah ini barulah dapat dijamin tentang hak-hak seseorang diatas
tanah. Pihak ketigapun secara mudah dapat melihat hak-hak apa atau beban
apa yang terletak diatas sebidang tanah. Dengan demikian terpenuh syarat
tentang pengumuman (open baarheid), yang merupakan salah satu syarat yang
melekat kepada hak-hak yang bersifat kebendaan. Hanya dengan adanya
sistem kedaster untuk semua hak-hak tanggungan atas tanah tidak akan dapat
dilaksanakan dalam praktek bilamana tidak terdapat kewajiban untuk
pendaftaran ini.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pendaftaran hak atas tanah di Indonesia ?
2. Bagaimana kepastian hukum hak atas tanah di Indonesia ?
3. Penjelasan Judul
Kepastian hukum mengenai pengaturan hak atas tanah di Indonesia
merupakan suatu kepastian yang memberikan kepahaman kepada masyarakat
namun tentang sejauh mana cara-cara pendaftaran hak-hak atas tanah dan
bagaimana juga untuk menjaga kepastian hukum yang terletak pada hak-hak
atas tanah di Indonesia.
Kepastian mengenai pendaftaran hak-hak atas tanah sangat penting agar
bisa melindungi dan memberikan kekuatan hukum mengenai adanya suatu
pembuktian yang kuat terhadap hak-hak atas tanah di Indonesia.
6
Berbagai macam hak-hak atas tanah di Indonesia, maka sangat
diperlukan suatu pendaftaran agar bisa memperoleh kepastian hukum dan
perlindungan-perlindungan suatu hak tersebut. Seperti yang terkutip dalam
undang-undang bahwa terjadinya pendaftaran hak atas tanah agar bisa
mengetahui sejauh mana penguasaan tanah tersebut dilaksanakan.
4. Alasan Memilih Judul
Maksud dengan memilihnya judul ini yaitu untuk belajar memahami
pengaturan pendaftaran pada hak-hak atas tanah di Indonesia dan untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat luas tentang pengaturan hak
atas tanah serta mendapatkan kepastian hukum sesuai dengan Undangundang Pokok Agraria (UUPA) yang berlaku
5. Tujuan Penelitian
1. Tujuan akademik yaitu untuk memenuhi salah satu persyaratan pada
studi akhir agar memperoleh gelar sarjana hukum dan fakultas hukum
Universitas Wijaya Putra Surabaya.
2. Tujuan praktek yaitu penulis ikut berpartisipasi dalam mensosialisasi dan
memberikan
pemahaman
kepada
masyarakat
umum
mengenai
peraturan tentang pendaftaran hak-hak atas tanah dan kepastian hukum
sesuai hukum yang berlaku.
6. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dalam skripsi ini, selain tujuannya untuk mendapat
gelar sarjana hukun, tetapi juga :
7
1. Untuk memberikan gambaran lebih jelas mengenai pengaturan pendaftaran
hak-hak atas tanah yang terdapat dalam Undang-undang Pokok Agraria
Nomor : 5 tahun 1960 yang berlaku sekarang.
2. Menambah, serta memahami secara lebih detail mengetahui cara-cara
pendaftaran pada hak atas tanah.
7. Metode Penelitian
1. Tipe penelitian
Tipe yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah tipe
normativ.
2. Pendekatan masalah
Penulisan skripsi ini akan menggunakan metode normativ yuridis
yaitu mempelajari terlebih dahulu masalah-masalah yang selalu
berkaitan dengan pokok pembahasan, kemudian menarik kesimpulan
dari data yang diperoleh. Sebagai penelitian objek hukum maka bahan
yang akan digunakan diambil dari pendekatan Statue Aproach yaitu
menguasai isi hukum dalam penelitian normatif.
3. Sumber data atau langkah-langkah penelitian dalam mengolah sumber
bahan hukum yang berkaitan dengan materi penelitian ini, maka
penulisan melakukan dengan cara penelusuran perpustakaan, peraturan
perundang-undangan, karya ilmiah yang berkaitan dengan masalah
yang masih dibahas.
8
8. Pertanggungjawaban Sistematika
Dalam penulisan skripsi ini, sistematika pembahasannya akan diuraikan
bab demi bab agar maksudnya mempermudah dipelajari, menganalisa dan
memahami sehingga materi ini lebih jelas dan terarah.
BAB I PENDAHULUAN
Akan menjelaskan berbagai macam-macam rangkaian pembahasan
skripsi, dimana dalam bab ini berisikan mengenai gambar namun masalah yang
akan dibahas yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, penjelasan
judul, alasan memilih judul, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian dan pertanggungjawaban sistematika.
BAB II PENDAFTARAN HAK-HAK ATAS TANAH
Akan menjelaskan pembahasan mengenai cara-cara pendaftaran pada
hak atas tanah secara terperinci yang diatur dalam Undang-undang Pokok
Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960.
BAB III KEPASTIAN HUKUM MENGENAI HAK-HAK ATAS TANAH DI
INDONESIA
Dalam bab ini akan membahas mengenai bagaimana kepastian hukum
untuk menjamin hak-hak atas tanah yang sudah didaftar sesuai Undangundang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960 yang berlaku agar hakhak atas tanah dapat terlindungi dan dalam penguasaannya sesuai dengan
aturan hukum yang berlaku.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bagian tertentu akhir dari penulisan skripsi yang
terdiri
atas
kesimpulan
dan
saran
sebagai
penyusun
singkat
untuk
9
mempergunakan mengenai rumusan masalah yang dibahas dan pada bagian
akhir juga akan memberikan kesempatan untuk menyambungkan pemikiran
serta sebenarnya masukan mengenai norma hukum yang sebenarnya sehingga
melalui ini bisa mempertimbangkan kedepan terhadap penjelasan tentang
masalah mengenai kepastian hukum terhadap peraturan hak-hak atas tanah
menurut Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960 yang
berlaku sekarang.
10
BAB II
PROSEDUR PENDAFTARAN HAK – HAK ATAS TANAH
2.1 Pengertian Pendaftaran Tanah
Pendafataran tanah merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
pemerintah secara terus menerus dan teratur berupa pengumpulan keterangan
atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di wilayah tertentu,
pengelolaan, penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam
rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan termasuk
penerbitan tanda bukti dan pemeliharaannya.
2.2 Tujuan Pendaftaran Tanah
Tujuan pendaftaran tanah diatur dalam pasal 3 PP Nomor 24 tahun 1997,
dinyatakan pendaftaran bertujuan :
1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak dalam suatu bidang tanah. Sistem rumah susun dari hakhak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya
sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
2. Untuk menyesuaikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah didaftar.
3. Untuk terselenggaranya tertib adminitrasi pendaftaran.
10
11
2.3 Prosedur Pendaftaran Hak-Hak Atas Tanah
2.3.1.Prosedur Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah
Pendaftaran pertama kali merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan pemerintah secara terus menerus dan teratur berupa pengumpulan
keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di
wilayah tertentu,pengelolaan,penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan
rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang
pertanahan termasuk penerbitan tanda bukti dan pemeliharaannya.prosedur
pendaftaran hak milik atas tanah pertama kali adalah kegiatan pendaftaran
terhadap sebidang tanah yang semula belum didafatr menurut ketentuan
peraturan pendaftaran tanah yang bersangkutan.pendaftaran menggunakan
sebagai dasar objek satuan-satuan bidang tanah yang disebut persil (parsel),
yang merupakan bagian-bagian permukaan bumi yang terbatas dan berdimensi
dua
dengan
ukuran
luas
yang
umumnya
dinyatakan
dalam
meter
persegi.adapun data yang dihimpun pada dasarnya meliputi 3 (tiga) bidang
kegiatan, antara lain:
a. Kegiatan di bidang fisik mengenai tanahnya, yaitu sebagaimana telah
dikemukakan bahwa untuk memperoleh data mengenai letaknya, batasbatas luasnya, bangunan-bangunan dan / atau tanaman-tanaman penting
yang ada di atasnya.setelah dipastikan letak tanah, kegiatan dimulai dengan
penetapan batas-batas serta pemberian tanda-tanda batas disetiap
sudutnya.
12
b. Kegiatan bidang yuridis yaitu bertujuan untuk memperoleh data mengenai
haknya, siapa pemegang haknya dan ada atau tidak adanya hak pihak lain
yang membebaninya.
c. Kegiatan penerbitan surat tanda bukti haknya.bentuk kegiatan pendaftaran
dan hasilnya, termasuk apa yang merupakan surat tanda bukti hak,
tergantung
pada
sistem
pendaftaran
yang
digunakan
dalam
penyelenggaraan pendaftaran tanah oleh negara yang bersangkutan.
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dapat dilakukan melalui 2
(dua) cara,yaitu :
a. Secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
yang dilakukan secara
serentak yang meliputi semua obyek
pendaftaran tanah yang belum terdaftar dalam wilayah atau bagian
wilayah suatu desa/kelurahan. Hal ini diselenggarakan atas prakarsa
pemerintah berdasarkan suatu rencana kerja panjang dan tahunan serta
dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan peraturan Menteri
Negara/Kepala
Pendafataran
tanah
merupakan
suatu
rangkaian
kegiatan yang dilakukan pemerintah secara terus menerus dan teratur
berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanahtanah tertentu yang ada di wilayah tertentu, pengelolaan, penyimpanan
dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan
jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan termasuk penerbitan
tanda bukti dan pemeliharaannya. Dalam suatu desa/kelurahan belum
ditetapkan sebagai wilayah pendaftaran tanah secara sistematis
pendaftaran tanah secara dilaksanakan secara seporadik.
13
b. Secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau
massal.pendaftaran
tanah
secara
sporadik
dilaksanakan
atas
permintaan pihak yang berkepentingan yaitu pihak yang berhak atas
obyek
pendaftaran
tanah
yang
bersangkutan
atau
kuasanya.pendaftaran itu sangat penting dan tersebut didaftarkan untuk
kepentingan ekonomi atau pendaftaran dilakukan untuk kepentinga dari
penggunaan terhadap tanah, sehingga akan terlihat pemanfaatan dari
tanah tersebut,artinya pendaftaran tanah adalah untuk memberikan
kejelasan atau keterangan supaya tidak menimbulkan pemasalahan dan
di bidang pertanahan terutama terhadap status tanah tersebut. Sesuai
ketentuan Pasal 20 ayat (1) dan (2) UUPA yang berbunyi sebagai
berikut : Hak milik adalah hak turun temurun, terikat dan terpenuhi yang
dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat kebutuhan dalam
pasal 6. Hak memiliki dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Menurut A.P. Perlindungan, kata-kata terkuat dan terpenuh itu bermaksud
untuk membedakannya dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Usaha Bangunan,
Hak Pakai dan Hak-hak lainnya, yaitu untuk menunjukan bahwa diantara hakhak atas tanah yang dapat dipunyai orang, hak miliklah yang “ ter “ (paling kuat
dan penuh).4 Begitu pentingnya hak milik, pemerintah memberikan perhatian
yang sangat serius terhadap persoalan hak milik atas tanah tersebut.
4
A.P Perlindungan, Komentar Atas Undang – undang Hukum Agraria, Mandar Maju, Bandung,
hal. 124
14
Dalam peraturan menteri Negara Agraria / Kepala badan Pertahanan
Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tata cara pemberian dam pembatalan hak
atas tanah Negara dan hak pengelolaan yang meliputi tentang syarat-syarat
permohonan hak milik, tata cara pemberian hak milik dan prosedur pendaftaran
hak milik.
Pendaftaran hak milik dilakukan atau didaftarkan dikantor Pertahanan
Kabupaten / Kota setempat, yang dimana pendafataran ini merupakan alat
pembuktian yang kuat sesuai penjelasan Undang- undang pokok Agraria Pasal
23, yang berbunyi “ Hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan
pembebanannya dengan hak- hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan
Peraturan Perundang- undangan5.
Dalam penjelasan pasal 18 UUPA ayat 1 menjelaskan, Hak Milik dapat
diberikan kepada :
1. Warga Negara Indonesia
2. Badan-badan Hukum yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peratuarn Perundang-undangan yang berlaku, yaitu :
a. Badan Pemerintah
b. Badan
Keagamaan
dan
Badan
Sosial
yang
ditunjuk
oleh
pemerintah.
Pada Permohonan hak Milik Atas Tanah Negara diajukan secara tertulis
seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang Pokok Agraria (pasal 19), yaitu :
1) Keterangan Mengenai Pendaftaran :
5
Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999, Tentang Tata
Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, Hal. 365.
15
a. Apabila perorangan : Nama, Umur, Kewarganegaraa, Tempat yinggal,
dan pekerjaannya serta keterangan mengenai istri / suami dan anaknya
yang masih menjadi tanggungannya.
b. Apabila badan hukum, nama, tempat kedudukan, akta atau pengetahuan
pendiriannya, tanggal dan nomor surat keputusan pengesahannya oleh
penjabat yang berwenang terutama penunjukkannya sebagai badan
hukum yang dapat mempunyai hak milik berdasarkan ketentua Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
2) Keterangan mengenai tanah yang meliputi hak yuridis dan hak fisik.
a. Dasar penguasaan atau alas budaya dapat berupa sertifikasi, girik,
Surat Kapling, Surat-surat bukti pelaporan hak dan peluasan tanah dan
rumah atau tanah yang telah dibeli dari pemerintah, putusan
pengadilan, akta PPAT, akta pelepasan hak, dan surat- surat bukti
perolehan tanah lainnya.
b. Letak batas-batas dan luasnya (jika ada surat ukur atau gambar
desain).
c. Jenis tanah (pertanian / nonpertanian).
d. Rencana penggunaan tanah
e. Status Tanahnya ( Tanah hak atau Tanah Negara).
3) Lain – Lain
a. Keterangan mengenai jumlah bidang, luas dan status tanah-tanah
yang dimiliki oleh pemohon, termasuk bidang tanah yang dimaksud.
b. Keterangan lain yang dianggap perlu.
Selanjutnya Permohonan Hak Milik tersebut hanya dilampiri dengan :
16
1. Mengenai Pemohon
a. Jika
pemohon
:
Foto
Copy
surat
bukti
identitas,
surat
bukti
kewarganegaraan republic Indonesia.
b. Jika Badan Hukum : Foto Copy Akta atau peraturan pendiriannya dan
selinan surat keputusan pemajukkannya sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
2. Mengenai Tanahnya
a. Data Yuridis : Sertifikat, girik, surat kapling, surat-surat bukti pelepasan
hak dan peluasan tanah dan
dan atau tanah yang telah dibeli dari
pemerintah : Akta PPAT, Akta pelepasan hak, putusan pengadilan, dan
surat-surat bukti perolehan tanah lainnya.
b. Data fisik surat ukur, gambar situasi dan IMB, apabila ada.
c. Surat lain yang di anggap perlu.
3. Surat Pernyataan permohonan mengenai jumlah bidang luas dan status
tanah yang telah memiliki oleh pemohon termasuk bidang tanah yang
dimohon.
permohonan hak milik sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1
diajukan kepada Menteri melalui kepala Kantor Pertanahan yang daerah
kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan.setelah berkas permohonan
diterima,kepala kantor pertanahan melakukan:
1. Memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan fisik.
2. Mencata dalam formulir isian
3. Memberikan tanda terima berkas permohonan sesuai formulir isian
17
4. Memberitahukan kepada pemohon untuk membayar biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan permohonan tersebut dengan rinciannya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.3.2 Prosedur Pendaftaran Hak Guna Bangunan
Prosedur pendaftaran hak guna bangunan akan dijelaskan dalam
Undang-undang
pokok
Agaria
(UUPA)
yang
memerintahkan
kepada
pemerintah untuk melakukan pendaftaran tanah di sebuah wilayah Indonesia,
hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal 19 UUPA6 dinyatakan sebagai
berikut :
1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah di dalam pendaftaran
tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia membuat ketentuanketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.
2. Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi :
a.
Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah.
b.
Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.
c.
Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.
3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara
dan masyarakat, keperluan lalulintas sosial ekonomi serta kemungkinan
penyelenggaraannya menurut pertimbangan menteri Agraria.
4. Dalam peraturan pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan
dengan pendafatran tanah tersebut dalam ayat (1) diatas dengan
6
Penjelasan UUPA, Tentang Pendaftaran Tanah, hal. 348.
18
ketentuan bahwa rakyat tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biayabiaya tersebut.
Pada asasnya pendafatran tanah merupakan fundamental yang berasal
dari suatu kegiatan. Dalam pendaftaran tanah ini terdapat asa yang harus
menjadi patokan dasar dalam melakukan pendafatran tanah dalam pasal 2 PP
No. 24 tahun 1997 dinyatakan bahwa pendaftaran tanah dilaksanakan
berdasrkan asas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka. Sejalan
dengan asas yang terkandung dalam pendaftaran tanah, maka tujuan yang
ingin dicapai dari adanya pendaftaran tanah adalah untuk mengetahui
kepastian hukum terhadap hak atas tanah7.
Dalam pasal 35 UUPA memberikan pengertian Hak Guna Bangunan,
yaitu hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan atas tanah yang bukan
miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 tahun.
Pendaftaran hak guna bangunan dilakukan atau didaftarkan dikantor
Pertahanan Kabupaten / Kota setempat, yang dimana pendafataran ini
merupakan alat pembuktian yang kuat sesuai penjelasan Undang- undang
pokok Agraria Pasal 23, yang berbunyi “ Hak milik, demikian pula setiap
peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak- hak lain harus
didaftarkan menurut ketentuan Peraturan Perundang- undang.pendaftaran hak
7
PP No. 24 Tahun 1997 ,Tentang Pendaftaran Tanah, Asas dan Tujuan Pendaftaran Tanah,hal. 552.
19
guna bangunan diatur sama oleh undang-undang pokok agraria seperti hak-hak
lainnya8.
Hak Guna Bangunan dapat diberikan kepada :
1. Warga Negara indonesia
2. Badan
hukum
yang
didirikan
menurut
hukum
Indonesia
dan
berkedududkan di Indonesia.
2.3.3 Prosedur Pendaftaran Hak Guna Usaha
Hak Guna Usaha (HGM) merupakan hak atas tanah yang bersifat Primer
yang memiliki spesifikasi. Spesifikasi hak guna usaha tidak terkuat dan
terpenuh. Dalam artian bahwa hak Guna Usaha ini terbatas daya berlakunya
walaupun dapat peralih dan dialihkan pada pihak lain. Dalam penjelasan UUPA
telah diakui dengan sendirinya bahwa hak guna usaha ini sebagai hak-hak baru
guna memenuhi kebutuhan masyarakat Nodun dan hanya diberikan terhadap
tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. Jadi, tidak dapat terjadi atas
suatu perjanjian antara pemilik suatu hak milik dengan orang lain. Prosedur
pendaftarannya diatur sama oleh undang-undang dengan hak-hak lain, yang
dijelaskan dalam pasal 19 undang-undang pokok agraria (UUPA).
Pendaftaran
dan permohonan pemberian hak guna usaha
Pasal 20
Peraturan Menteri Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9
Tahun 1999 menjelaskan bahwa :
8
Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999, Tentang Tata
Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, Hal. 365.
20
1. Permohonan Hak Guna Usaha diajukan kepada Menteri melalui Kepala
Kantor Wilayah, dengan tembusan kepada Kepala Kantor Pertanahan
yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan.
2. Apabila tanah yang dimohon terletak dalam lebih dari satu daerah
Kabupaten/Kota, maka tembusan permohonan disampaikan kepada
masing-masing Kepala kantor Pertanahan yang bersangkutan.
Pemberian hak atas tanah berkaitan dengan subjek dan objek serta
proses yang terjadi dalam pemberian hak tersebut, termasuk pula pemberian
Hak Guna Usaha, Menyangkut subjek Hak Guna Usaha diatur dalam pasal 2
PP 40 Tahun 1996, dinyatakan bahwa yang dapat mempunyai Hak Guna
Usaha adalah :
1. Warga Negara Indonesia
2. Badan
Hukum
yang
didirikan
menurut
Hukum
Indonesia
dan
berkedudukan di Indonesia.
Berkaitan dengan ketentuan pasal 2 PP Nomor 40 tahun 1996 di atas,
Sudargo Gautama mengatakan bahwa : di Indonesia dipentingkan system
inkorporasi dan disamping itu juga prinsip Legal Seat atau Real Seat (tempat
kedudukan menurut hukum atau menurut keadaan yang sebenarnya). Jika
subjek pemegang HGU tersebut beralih menjadi warga Negara lain atau status
badan hukum tersebut telah berubah, yang tadinya berstatus nasional menjadi
berstatus asing atau pemilikan sebuah PT telah beralih ketangan Pihak Asing
maka status HGU menurut teori Ketiga dari Sudargo Gautama menyatakan jika
jatuh semua dalam tangan asing, maka dipandang perseroan terbatas
bersangkutan ini sebagai sudah berstatus asing, dengan demikian maka harus
21
dilepaskan HGU yang telah dimilikinya semula sesuai ketentuan Pasal 3 PP
Nomor 40 tahun 1996. Jika tidak dilakukan pelepasan ini dalam waktu 1 tahun
set5elah perubahan status dari pemegangnya, maka karena hukum HGU
bersangkutan menjadi hapus dan tanah menjadi tanah negara.
Menyangkut tanah yang dapat diberikan dengan hak Guna Usaha (HGU)
telah diatur dalam pasal 4 PP Nomor 40 Tahun 1996 sebagai berikut :
1. Tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Usaha adalah tanah
negara.
2. Dalam Hal Tanah yang akan diberikan dengan HGU itu adalah tanah
negara yang merupakan kawasan hutan, maka pemberian HGU dapat
dilakukan setelah tanah yang bersangkutan dikeluarkan dari statusnya
sebagai kawasan hutan.
3. Pemberian HGU atas tanah yang telah dikuasai dengan hak tertentu
sesuai ketentuan yang berlaku, pelaksanaan ketentuan HGU tersebut
baru dapat dilaksanakan setelah terselesainya pelepasan hak tersebut
sesuai dengan tata cara yang diatur dalam peraturan perundangundangan yang berlaku.
4. Dalam hal diatas tanah yang akan diberikan dengan HGU itu terdapat
tanaman dan / atau bangunan milik pihak lain yang keberadaannya
berdasarkan atas hak yang sah, pemilik bangunan dan tanaman tersebut
diberi ganti kerugian yang dibebankan pada pemegang Hak Guna Usaha
baru.
22
2.3.4 Prosedur Pendaftaran Hak Pengelolaan
Semula pendaftaran hak pengelolaan diatur oleh pasal 9 peraturan
Menteri Agraria No.9 tahun 1965 yang menyatakan:
a. Hak pakai dan hak pengelolaan tersebut yang sepanjang jangka waktunya
melebihi 5 (lima) tahun didaftar menurut ketentuan-ketentuan peraturan
pemerintah no.10 tahun 1961.
b. Jika tidak ditentukan jangka waktunya maka hak tersebut dianggap akan
berlangsung lebih dari 5 (lima) tahun.
c. Jika hak tersebut pada pasal 1 dan 2 belum didaftar pada kantor
pendaftaran tanah maka pemegang hak yang bersangkutan wajib datang
pada
kantor
pendaftaran
tanah
yang
bersangkutan
untuk
mendaftarkannya dengan mempergunakan daftar isian yang contohnya
akan ditetapkan sendiri.
Pelaksanaan pendaftaran hak pengelolaan seperti juga pendaftaran hakhak atas tanah lainnya, adalah berpedoman kepada peraturan
pemerintah
No.10 Tahun 1961, yang mengatur tentang pendaftaran tanah merupakan
pelaksanaan dari pasal 19 undang-undang No.5 Tahun 1960 yang diatur dalam
pasal 19 ayat 2 yang meliputi:
a. Pengukuran,pemetaan dan pembukuan tanahPendaftaran hakb. Hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.
Sejauh mana arti penting pendaftaran hak pengelolaan ini,patutlah
diperhatikan surat Direksi Jenderal Agraria No.Btu.3 /692 /3/77 tanggal 30
23
Maret 1997 yang ditujukan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 seluruh
indonesia9 ,yang menyatakan:
“Hak pengelolaan yang berasal dari pengkoverisan hak penguasaan
berdasarkan peraturan Menteri Agraria nomor 9 tahun 1965. Memberi
wewenang yang sama dengan hak pengelolaan tersebut di atas, dan pada saat
berlakunya peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 1 Tahun
didaftarkan di kantor Sub. Direktorat
Agraria setempat
1977 sudah
serta sudah ada
sertifikatnya dipersamakan dengan hak pengelolaan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 jo Pasal
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974.
Dengan demikian hak pengelolaan asal konversi yang tidak memenuhi
syarat – syarat tersebut di atas, bila oleh pemegang haknya dikehendaki untuk
memperoleh sifat dan materi yang sama dengan hak pengelolaan. Dari
ketentuan tersebut di atas jelas, bahwa hak pengelolaan harus didaftarkan
pada seksi pengukuran dan pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan setempat
pemberian hak pengelolaan, termasuk juga pemberian hak - hak atas bagian –
bagian tanah hak pengelolaan yang diserahkan kepada pihak ke-tiga diproses
dengan menempuh prosedur yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 6 Tahun 1972. Berdasarkan kepada keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 26 Tahun 1988, sekarang menjadi wewenang Kepala Badan
Pertanahan
Nasional
sebagai
suatu
lembaga
Non
Departemen
yang
bertanggungjawab langsung kepada presiden. Sebagai konsekuensi dengan
9
surat Direksi Jenderal Agraria No.Btu.3 /692 /3/77 tanggal 30 Maret 1997 yang ditujukan kepada Gubernur
Kepala Daerah Tingkat 1 seluruh indonesia
24
adanya pendaftaran tersebut, maka terhadap tanah – tanah hak pengelolaan
yang belum didaftar
tidak dapat disebut sebagai telah terdapat suatu hak
pengelolaan dan pemegang hak pengelolaan tidak dapat memberikan kepada
pihak ketiga. Demikian pula terhadap tanah-tanah yang belum dibebaskan atau
belum diberi suatu ganti rugi maka belum dapat didaftarkan.
Adapun dengan adanya Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala
Badan Pertahanan Nasional Nomor 3
Tahun 1999 Tentang Prlimpahan
kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak atas
Tanah Negara pasal 2 ayat ( 1 ) menyatakan bahwa kewenangan pemberian
hak atas tanah secara individual dan secara kolektif, dan pembatalan
keputusan pemberian hak atas tanah dilimpahkan sebagian kepada Kepala
Kantor Wilayah Badan Pertahanan Nasional Provinsi atau Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten / Kota.
Di samping itu, dalam peraturan Menteri Dalam Negara Agraria / Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang tata cara pemberian
dan pembataklan hak atas tanah negara dan hak pengelolaan pasal 68 dan 70
menyebutkan bahawa, pengajuan permohonan hak pengelolaan diajukan
secara tertulis kepada Menteri melalui
Kepala Kantor Wilayah Pertahanan
yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan.
.
Hak pengelolaan merupakan hak atas tanah yang tidak dikenal dalam
UUPA tahun 1960. Hak pengelolaan ini lahir dan berkembang sesuai dengan
terjadinya perkembangan suatu daerah. Suatu kenyataan yang tidak dapat
dipungkiri bahwa banyak perkantoran yang terdapat dikota-kota besar
mempergunakan tanah dengan hak pengelolaan. Menurut A.P. Parlindungan,
25
secara tidak langsung pasal 2 ayat 14) UUPA menyatakan bahwa Hak
menguasai dari Negara diatas, pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada
daerah-daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sebadan
diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut
ketentuan-ketentuan peraturan pemerintah10.
Pasal 67 peraturan menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 9/tahun 1999 menjelaskan bahwa : hak pengelolaan dapat
diberikan kepada :
1. Instansi pemerintah termasuk pemerintah daerah
2. Badan usaha milik Negara
3. Badan usaha Milik Daerah
4. PT. Persero
5. Badan Otorita
6. Badan-badan hukum lainnya yang ditunjuk pemerintah.
Pada pasal 68 juga menjelaskan bahwa :
1. Permohonan hak pengelolaan diajukan secara tertulis
2. Permohonan Hak pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
memuat :
a. Keterangan mengenai pemohon: nama Badan Hukum, Tempat
kedudukan, akta atau akta pendiriannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data
fisik:
10
A.P. Perlindungan, Hak Pengelolaan Menurut Sistem UUPA, Mandar Maju, Bandung, 1999, Hal. 1.
26
1. Bukti pemilikan dan atau bukti perolehan tanah berupa sertifikat
penunjukan atau penyerahan dari pemerintah, pelepasan kawasan
hutan dari instansi yang berwenang, akta pelepasan bekas tanah
milik adat atau bukti perolehan tanah lainnya.
2. Letak, batas-batas dan luasnya (jika ada surat ukur atau gambar
situasi sebutkan tanggal dan nomornya).
3. Jenis tanah (pertanian/non pertanian)
4. Rencana penggunaan tanah
5. Status tanahnya (tanah hak atau tanah Negara)
c. Lain-lain
1. Keterangan mengenai jumlah bidang luas dan status tanah-tanah
yang dimiliki oleh pemohon, termasuk bidang tanah yang dimohon
2. Keterangan lain yang dianggap perlu.
Permohonan Hak Pengelolaan
akan diajukan kepada Menteri melalui
Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang
bersangkutan, lebih lanjut pasal 75 menjelaskan keputusan pemberian atau
penolakkan pemberian Hak pengelolaan disampaikan kepada pemohon melalui
surat tercatat atau dengan cara lain yang menjamin sampainya keputusan
tersebut kepada yang berhak.namun jika melihat prosedur pendaftaran yang
dijelaskan dalam menteri agraria no.9 tahun 1965,bahwa jangka waktu yang
melebihi 5 tahun harus didaftarkan.berarti dalam hal ini jangka waktu hak
pengelolaan tidak ditentukan dan sangat panjang.
27
BAB III
KEPASTIAN HUKUM MENGENAI PENDAFTARAN
HAK-HAK ATAS TANAH
3.1 kepastian Hukum Mengenai Pendaftaran Tanah
Dalam pasal 19 Undang-undang pokok agraria menjelaasksan bahwa
untuk menjamin kepastian hukum, oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah Indonesia dengan suatu peraturan pemerintah. Adapun
peraturan pemerintah tersebut, diatur pendaftaran tanah dengan dituangkan
didalam peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1961, tertanggal 23 Maret 1961
Tentang11 Pendaftaran Tanah, mengenai kepastian hukum, maka yang
menyangkut pertanahan khususnya mengenai kepemilikan dan penguasaan
tanah yang meliputi;
a. Kepastian mengenai subyek hak, yaitu orang atau Badan Hukum yang
menjadi pemegang hak.
b. Kepastian mengenai obyek hak, yang mengenai;
1. Letak Tanah
2. Batas-batas Tanah
3. Luas Bidang-bidang
Mengenai pendaftaran tanah diselenggarakan dengan cara yang
sederhana, murah dan mudah dimengerti oleh rakyat, karena pendaftaran akan
diselenggarakan dengan
11
mengingat kepada
kepentingan serta keadaan
H.Ali Achmad Chomzah,SH,Hukum Agraria(pertanahan indonesia) jilid 2,pustakaraya,jakarta 2004,hal.4
27
28
negara dan masyarakat keperluan lalu lintas, sosial ekonomi dan kemungkinankemungkiannya dalam bidang personil dan peralatannya, maka lambat laun
akan mengingat melliputi seluruh wilayah negara ini.
2. Kepastian Hukum Mengenai Pendaftaran Hak- Hak Atas Tanah
a. Kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah
Untuk mengetahui suatu hak atas tanah akan diilakukan dengan
pendaftaran terlebih dahulu agar memiliki kapastian hukum yang kuat.
Mengingat yang sudah dijelaskan dalam Undang-undang dasar. Pendaftaran
hak-hak atas tanah harus memberikan kepastian hukum yang jelas dengan
menerangkan berbagai macam letak kepastian hukum yang berupa subyek hak
dan obyek hak atas tanah.
1. Subyek Hak Milik Atas Tanah
Dalam pasal 8 peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 9 tahun 1999
Tentang Tata Cara Pemberian dan Pendaftaran hak atas tanah negara
dan hak pengelolaan menjelasksan bahwa subyek hukum hak milik
adalah;
a. Wilayah Negara Indonesia
b. Badan - badan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai
dengan ketentuan - ketentuan peraturan perundang - undangan yang
berlaku yaitu:
1. Bank Pemerintah
2. Badan keagamaan dan badan sosial yang ditunjuk oleh
pemerintah.
29
Terhadap hak milik yang bagi pemilik tanah tidak memenuhi
syarat sebagai subyek hak milik atas tanah, maka dalam waktu 1
(satu) tahun harus melepaskan atau mengalihkan hak milik atas
tanahnya kepada pihak lain yang memenuhi syarat. Apabila hal
ini tidak dilakukan, maka tanahnya hapus karena hukum dan
tanahnya kembali menjadit anah yang dikuasai langsung oleh
Negara.
2. Luas Tanah dan Batas Tanah
Luas tanah hak milik ditentukan sesuai dengan asal tanah yang
mereka miliki, baik karena warisan, jual beli maupun hibah. Setelah team
hak pendaftaran tanah mengukur tentang luas tanahnya barulah hak atas
tanah milik tersebut memiliki kepastian hukum.
Begitu juga dengan batas-batas haknya setelah tim melakukan
pendaftaran, maka secara jelas ditentukan bahwa hak tersebut akan
diterangkan dengan suatu batasan.
Panitia pendaftaran tanah dalam PP Nomor 10 tahun 1961,
menerangkan mengenai cara yang dipakai dalam menentukan batasan
atas hak milik. Cara yang digunakan yaitu kontrakdiktur (Contradictore
deeknifatrie), yaitu penetapan batas yang dilakukan dengan persetujuan
pada pemegang hak yang berbatasan dapat memperoleh kata sepakat,
sehingga batas yang diukur dan dipetakan adalah batas yang
sebenarnya.hasil usaha penetapan batas dimaksud ditulis dalam daftar
isian khusus untuk keperluan tersebut dan ditanda tangani oleh panitia
maupun oleh pihak yang bersangkutan, dengan tenggang waktu selama 3
30
(tiga) bulan. Dari hal tersebut, di samping panitia menentukan batas –
batas bidang, memerlukan persetujuan para pemegang hak, juga
memperhatikan bukti-bukti tertulis yang dapat diper oleh dari sumber sumber lain maupun dari pihak yang berwenang.
3.
Jangka Waktu Hak Milik Atas Tanah.
Dalam menentukan jangka waktu dari hak milik tersebut sebagai salah
satu factor kepastian hukum tidak di tentukan batas waktunya, karena hak milik
sangat kuat kepemilikanya. Namun demikian, hak milik tersebut bisa dihapus
apabila : a.karena pencabutan hak
b.karena penyerahan dengan suka rela oleh pemiliknya.
c.karena di telantarkan
d.beralih kepada orang asing
e.tanahnya musnah.
b. Kepastian Hukum Hak Guna Usaha
Dalam hak guna usaha atas tanah harus didaftarkan karena sangat
menentukan sejauh mana letak kepastian dan perlindungan hukum dari hak
tersebut dalam menentukan kepastian hukum hampir sama dengan hak-hak
atas tanah yang lain karena konsepnya pada ketentuan Undang-undang yang
sama seperti yang sudah dijelaskan dalam hak milik.
1. Subyek hukum hak guna usaha
Berdasarkan pasal 30 Undang-undang
hukum hak guna usaha atas tanah yaitu
a. Warga negara Indonesia
pokok agraria(UUPA) subyek
31
b. Badan hukum yang didirikan oleh hukum Indonesia dan berkedudukan
di Indonesia
Bagi pemegang hak guna usaha yang tidak memenuhi syarat berbagai
subyek hak guna usaha, maka dalam waktu 1 tahun wajib melepaskan
akan menjadikan tanahnya kepada pihak lain yang memenuhi syarat,
kalau hal ini tidak dilakukan, maka hak guna usahanya hapus karena
hukum dan tanahnya menjadi tanah negara.
2. Luas Tanah Hak Guna Usaha
Luas tanah guna usaha untuk perorangan luas minimalnya 5 hektar
dan luas maksimalnya 25 hektar. Sedangkan untuk badan hukum luas
minimalnya 5 hektar dan luas maksimal.
3. Jangka Waktu
Hak guna usaha mempunyai jangka waktu untuk pertama kalinya,
paling lama 35 tahun dan dapat dapat diperpanjang untuk jangka waktu
paling lama 25 tahun. Pasal 8 PP nomor 40 tahun 1996 mengatur jangka
waktu hak guna usaha adalah untuk pertama kalinya, paling lama 35 tahun.
Permohonan perpanjangan jangka waktu atau permohonan hak guna
usaha diajukan selambat-lambatnya 2 tahun sebelum berakhirnya jangka
waktu hak guna usaha tersebut.12
Perpanjangan atau pembaharuan dicatat dalam buku tanah pada
kantor pertanahan kabupaten/ kota setempat. Persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pemegang hak untuk perpanjang jangka waktu atau
pembaharuan hak guna usaha adalah;
12
.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996,Tentang Hak Guna Usaha,hal.102
32
a. Tanahnya masih diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan,
sifat, dan tujuan pemberian hak tersebut.
b. Syarat-syarat pemberian hak tersebut dipenuhi dengan baik oleh
pemegang hak.
c. Pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak.
4.Hapusnya Hak Guna Usaha
Berdasarkan pasal 34 undang-undang pokok agrarian (UUPA),hak guna
usaha hapus karena :
a. Jangka waktunya berakhir.
b. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena suatu
syarat tidak terpenuhi.
c. Dilepas kan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya
berakhir.
d. Dicabut untuk kepentingan umum.
e. Diterlantarkan
f.
Tanahnya musnah
4. Asal Tanah Hak Guna Usaha
Asal tanah hak guna usaha adalah tanah negara kalau asal tanah
hak guna usaha berupa tanah hak, maka tanah hak tersebut harus
dilakukan pelepasan atau penyerahan hak oleh pemegang hak dengan
pemberian ganti rugi oleh celon pemegang hak guna usaha dan
selanjutnya mengajukan permohonan pemberian hak guna usaha kepada
badan pertanahan nasional, maka tnah tersebut harus dikeluarkan
statusnya sebagai kawasan hutan. Selain hak guna usaha diperoleh dari
33
tanah yang dikuasai oleh Negara, hak guna usaha juga terjadi melalui
penetapan pemerintah. Dalam hal ini , hak tersebut terjadi melalui
permohonan pemberian hak guna usaha oleh pemohon kepada Badan
Pertanahan Nasional. Apabila semua persyaratan yang ditentukan dalam
permohonan tersebut sudah lengkap dan terpenuhi, maka Badan
Pertanahan Nasional menerbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak
(SKPH).Surat keputusan permohonan hak ini wajib di daftar ke Kantor
Pertanahan kabupaten / kota setempat, untuk dicatat dalam buku tanah
dan diterbitkan sertifikat sebagai tanda bukti haknya.
c.
KepastianHukumHak Guna Bangunan
Untuk memastikan adanya kepastian hukum dan perlindungan mengenai
Hak Guna Bangunan, pada dasarnya harus didaftarkan agar mengetahui
subyek hukum, status tanah dan jangka waktu dari hak guna bangunan yaitu;
1. Subyek Hukum
a. Warga negara Indonesia
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia.
Apabila subyek hak guna bangunan tidak memenuhi syarat sebagai
warga negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia, maka dalam waktu
1 tahun wajib melepaskan atau mengalihkan Hak Guna Bangunan tersebut
kepada orang lain yang memenuhi syarat, bila hal ini tidak dilakukan maka
hak guna bangunannya hapus karena hukum dan tanahnya menjadi tanah
negara.
2. Asal Tanah Hak Guna Bangunan
34
Pasal 37 UUPA menegasksan bahwa hak guna bangunan terjadi
pada tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain.
Tanah yang dikuasai oleh negara yanag diberikan keapda pemegang hak
guna bangunan merupakan kepatuta yang diterbitkan oleh Badan
Pertanahan nasional, dan hak guna bangunan terjadi karena tanah
pemberiannya oleh pemegang hak milik dengan akta yang dibuat oleh
pejabat pembuat akta tanah (PPAT) dan akta tersebut wajib didaftarkan
kepada kantor pertanahan kabupaten / Kota setempat.
3. Jangka Waktu Hak Guna Bangunan
Dalam PP No. 40 Tahun 1996 pasal 26 sampai dengan pasal 29
menyebutkan bahwa jangka waktu hak guna bangunanberlaku sesuai
dengan asal tanah yaitu;
a. Hak guna bangunan atas tanah negara, berjangka waktu paling lama
30 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20
tahun,dan dapat diperbaharui untuk jangka waktu paling lama 30
tahun. Permohonan jangka waktu atau pembaharuan hak guna
bangunan ini diajukan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sebelum
berakhirnya jangka waktu hak guna bangunan tersebut atau
perpanjangannya. Perpanjangan jangka waktu atau pembaharaun
hak guna bangunan dicatat dalam buku tanah pada kantor
pertanahan kabupaten / kota setempat. Dalam perpanjangan jangka
waktu tersebut akan terpenuhi dengan berbagai syarat-syarat oleh
pemeganghak, yaitu:
35
1. Tanahnya masih di gunakan dengan baik sesuai dengan
keadaan, sifat dan tujuan pemberian hak.
2. Syarat-syarat pemberian hak tersebut dipenuhi dengan baik oleh
pemegang hak.
3. Pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak.
4. Tanah tersebut masih sesuai dengan rencana tataruang wilayah
yang bersangkutan.
a. Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak milik berjangka waktu paling
lama 30 tahun, tidak ada perpanjangan jangka waktu, namun atas
kesepakatan antara pemilik tanah dengan pemegang hak guna
bangunan dapat diperbaharui dengan pemberian hak guna bangunan
dengan akta yang dibuat oleh PPAT dan wajib didaftarkan pada
kantor pertanahan Kabupaten / Kota setempat.
b. Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak Pengelolaan ini, berjangka
waktu untuk pertama kali paling lama 30 tahun, dapat di perpanjang
untuk jangka waktu paling lama 20 tahun dan dapat di perbaharui
untuk jangka waktu paling lama 30 tahun. Perpanjangan jangka
waktu atau pembaharuan hak guna bangunan ini di ajukan selambatlambatnya 2 (dua) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu hak guna
bangunan tersebut atau perpanjangannya. Dan perpanjangannya
akan di catat dalam buku tanah pada kantor pertanahan kabupaten /
kota setempat.
36
d. Kepastian Hukum Mengenai Hak Pengelolaan
Dalam mencari kepastian hukum mengenai pendaftaran tanah terhadap
hak pengelolaan akan diterang mengeani subkek dan obyek hukum dari hak
pengelolaan tersebut, dengan berpedoman kepada pasal 2 UUPA Nomor 5
tahun 1960, secara eksplisif dijelaskan mengenai obyek hak pengelolaan yaitu
bahwa kekuasaan negara atas tanah yang tidak mempunyai dengan sesuatu
hak seseorang atau pihak lainnya adalah lebih luas dan penuh. Dengan
berpedoman pada tujuan yang disebutkan diatas, negara dapat memberikan
tanah yang demikian itu kepada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu
hak menurut peruntukan dan keperluannya, misalnya hak miilik, hak guna
usaha, hak guna bangunan atau diberiakan dalam pengelolaan kepada sesuatu
badan penguasa ( Departemen, jawatan atau daerah swatantra) untuk
dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing.13
1. Subyek hak pengelolaan
Menurut peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1997
menyebutkan bahwa subyek hukum hak pengelolaan yaitu Pemerintah
Daerah,Lembaga,instansi dan atau Badan Hukum Milik Pemerintah atau
Daerah
untuk
pemukiman,wilayah
pembangunan
industri
dan
dan
pengembangan
pariwisata,serta
wilayah
lembaga,instansi
pemerintah atau badan-badan hukum indonesia yang seluruh modalnya
dimiliki oleh pemerintah atau pemerintah daerah yang bergerak dalam
kegiatan-kegiatan
usaha
sejenis
dengan
perusahan
industri
dan
pelabuhan.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemegang hak
13
.Dr.Winahyu Erwiningsih,SH.,M.Hum,Hak Pengelolaan,Total Media,Yogyakarta 2011,hal.72
37
pengelolaan
adalah
Departemen,lembaga-lembaga
pemerintah(non
departemen),pemerintah daerah.Badan-badan hukum yang dibentuk(milik)
oleh pemerintah dan masyarakat hukum adat.para pemegang hak
pengelolaan sebagai subyek hukum merupakan badan yang menjalankan
pemerintah negara. Dalam tata cara pemberian hak dan pembantalan hak
atas tanah Negara dan hak pengelolaan, menyebutkan bahwa adanya
kembali pemberian hak secara individual dan pemberian hak secara umum.
Pemberian hak secara individual merupakan pemberian hak atas sebidang
tanah kepada seseorang atau sebuah badan hukum secara bersama
sebagai penerima hak bersama yang dilakukan dengan satu penetapan,
sedangkan pemberian hak secara kolektif merupakan pemberian hak atas
beberapa bidang tanah masing-masing kepada seseorang atau sebuah
badan hukum sebagai penerima hak yang dilakukan dengan satu
penetapan. Dan pemberian hak secara umum merupakan pemberian hak
atas sebidang tanah yang memenuhi criteria tertentu yang dilakukan dengan
satu penetapan pemberian hak seperti pemberian hak milik atas tanah untuk
rumah tinggal.
2. Obyek Hak Pengelolaan.
Obyek hak pengelolaan adalah berupa tanah yang dikuasai langsung
oleh negara.pasal 2 peraturan pemerintah nomor 8 tahun 1953 menetapkan
bahwa;kecuali jika penguasaan atas tanah negara dengan undang-undang
atau peraturan lain pada waktu tertentu berlakunya peraturan pemerintah ini
telah diserahkan kepada suatu kementerian, jawatan atau swatantra, maka
38
penguasaan atas tanah negara ada pada menteri dalam negeri. Jika di
kaitkan dalam undang-undang bahwa hak pengeloaan merupakan hak atas
tanah Negara, maka tanah Negara yang di maksudkan merupakan tanah
yang langsung di kuasai oleh Negara. Maka dalam hal ini juga sangat jelas
mengenai obyek hak pengelolaan sesuai ketentuan peraturan perundangan
adalah tanah yang di kuasai oleh Negara.
3. Jangka Waktu Hak Pengelolaan
Jangka waktu hak pengelolaan tidak terbatas karena dalam undangundang pokok agraria tidak dijelaskan mengenai batasan waktu untuk hak
pengelolaan. Namun dalam perkembangan, hak pengelolaan mengarah
kepada penegasan suatu hak atas tanah, hal ini Nampak dalam hal adanya
keharusan untuk di daftarkanya hak pengelolaan yang memenuhi jangka
waktu 5 (lima) tahun. Setelah di daftarkannya hak pengelolaan tersebut
barulah pemegangnya menggunakan hak tersebut sampai kapan hak
tersebut di pergunakan, karena jangka waktu berlakunya tidak ditentukan
selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu.
39
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Begitu pentingnya diadakannya pendaftaran pada hak-hak atas tanah
agar bisa memberikan kepastian hukum kepa pemenang hak yang
bersangkutan. Pada pendaftaran itu juga akan membedakan pemegang
hak dalam rangka membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang
bersangkutan. Di dalam
pendaftaran itu juga akan membantu
pemerintah dalam mempermudah untuk menginformasikan dan memper
oleh data yang di perlukan dalam mengadakan perbuatan hukum
mengenai bidang-bidang tanah yang tidak di daftar.
b. Kepastian hukum yang ada pada pendaftaran hak-hak atau tanah
tersebut akan di tentukan dalam berbagai segi atau bidang pendaftaran
nya yang berupa subjek hukum sebagai pemilik pada hak-hak objek
pada hak-hak tersebut luas tanah yang di peroleh batas hak tanah yang
di tentukan dan jangka waktu pemberlakuan hak,yang dimana sudah di
atur dalam undang-undang. Dalam ini juga hak – hak atas tanah di
dalam pendaftarannya hampir sama karena di tentukan atau di atur
dalam Undang–undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 Pasal 19
yaitu :
1.
Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah di dalam
pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia membuat
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.
39
40
2.
Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi :
a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah.
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.
3.
Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara
dan masyarakat, keperluan lalulintas sosial ekonomi serta kemungkinan
penyelenggaraannya menurut pertimbangan menteri Agraria.
2.
Saran-saran
a. Dalam proses pendaftaran hak-hak atas tanah tersebut.pemerintah
seharusnya menentukan atau mengatur undang-undang pendaftaran hak
atas tanah ini dalam satu sumber aturan-aturan mengenai ketentuan
pendaftaran ini, karena dalm peraturan perundang-undangan khusus
untuk pertanahan tidak begitu terarah mengenai sumber hukumnya di
mana di samping pendaftaran di tentukan dalam undang-undang politik
agraria, pendaftaran tersebut juga diatur melalui peraturan pemerintah
politik Menteri Agrarian.
seharusnya juga pemerintah lebih tegas terhadap para pemengang hak
yang sampai saat ini belum mendaftarkan hak-haknya ke lembaga atau
instansi yang berwenag yang mengurusi pertanahan di Indonesia.
b. pemerintah juga harus mampu mengatasi atau menangani segala bentuk
persoalan yang ada pada hak-hak atas tanah, yang saat pendaftarannya
yang masih kurang memenuhi syarat-syarat yang di tentukan dalam
41
undang-undang dan pemerintah juga harus bersikap tegas untuk
mencabut hak tersebut bilamana ketidak sesuai mengenai pembuktian
pada hak-hak atas tanah tersebut.
42
DAFTAR BACAAN
A.P Perlindungan, Hak Pengelolaan menurut system UUPA, mandar maju,
Bandung, 1999.
A.P Perlindungan, Komentar atas Undang-Undang Hukum Agraria, mandar
maju, Bandung
Ketetapan MPR No. IX/MPR/2001, tentang Pembaharuan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam, 2001.
Penjelasan UUPA, Tentang Pendaftaran Tanah PP No. 24 tahun 1997, Tentang
Pendaftaran Tanah, asas dan Tujuan Pendaftaran Tanah.
Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9
Tahun 1999, tentang cara pemberian dan pembatalan Hak atas Tanah
Negara dan Hak Pengelolaan.
Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta 2008.
Sudargo Gautama, tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Citra Aditya Bakti,
Bandung 1990.
Download