INFOBPJS Edisi VI Tahun 2014 Kesehatan Media Internal Resmi BPJS Kesehatan Ikuti Prosedurnya, Dapatkan Manfaatnya, Menggali Rujukan Berjenjang er i ers T n ta a seh Kasus yang sudah didugakan diagnosis & rencana terapinya merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersebut 3 0 e sK F 02 D Pasien "Ngotot" RSJPD Harapan Kita Berlakukan Sistem Rujukan Paksa Direktur Utama RSJPD Harapan Kita dr Hananto Andriantoro, SpJP(K), FIHA. er d un k Se n s ata siali h se Spe e s K kter a t i sil Do Fa 01 FOKUS b-S u rS ta okte li asi alis si pe er se e sK F ta smas i l i as ke s (Pu nik li ,K a) P g at luar gker n i T kt o tantau D a h a i m e r Ke CEO Message Rujukan Bukan Mempersulit Redaksi Pengarah Fachmi Idris Pimpinan Umum Ikhsan Pimpinan Redaksi Irfan Humaidi Sekretaris Rini Rachmitasari Sekretariat Ni Kadek M. Devi Eko Yulianto Paramitha Suciani Redaktur Diah Ismawardani Elsa Novelia Chandra Nurcahyo Yuliasman Juliana Ramdhani Budi Setiawan Dwi Surini Tati Haryati Denawati Distribusi dan Percetakan Basuki Anton Tri Wibowo Buletin diterbitkan oleh: BPJS Kesehatan Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940 Redaksi menerima tulisan artikel/opini berkaitan dengan tema seputar Askes maupun tema-tema kesehatan lainnya yang relevan dengan pembaca yang ada di Indonesia. Panjang tulisan maksimal 7.000 karakter (termasuk spasi), dikirimkan via email ke alamat: redaksi. [email protected] dilengkapi identitas lengkap dan foto penulis SURAT PEMBACA email : [email protected] Fax : (021) 4212940 Menjadi Anggota PBI Yth. Redaksi Bagaimana jika terdapat penambahan anggota keluarga? Vika Aprilia Solok, Sumatera Barat Jawab : Pendaftaran dapat dilakukan di Kantro BPJS Kesehatan terdekat, dengan mengisi Formulir Daftar Isian Penambahan Anggota Keluarga dan menunjukkan dokumen sebagai berikut : a. Asli/Fotokopi SK terakhir (bagi PNS) b. Asli/Fotokopi Daftar Gaji terakhir yang telah dilegalisasi pimpinan unit kerja c. Asli atau fotokopi Kartu Keluarga d. Pasphoto ukuran 3x4 sebanyak 1 lembar e. Asli/Fotokopi Akte Kelahiran / Surat Keterangan Lahir (bagi penambahan anak) Salam, Redaksi INFO BPJS Kesehatan EDISI VI TAHUN 2014 “ Karakter Juara Menuju Cakupan Semesta A da satu pertanyaan yang menggelitik, mengapa ayam olahan Mc Donalds yang menduduki market share no 1 dunia dengan pendapatan 89,13 miliar USD per tahun (Des 2013) tidak menduduki satu dari sekian makanan terlezat dunia. Sementara olahan daging rendang yang diolah sederhana dengan kayu bakar dan tungku, sesuai hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh CNNGo, justru menduduki peringkat pertama sebagai makanan terlezat mengalahkan berbagai makanan khas dari berbagai penjuru dunia. “ Penanggung Jawab Purnawarman Basundoro Ternyata jawabnya sederhana, semua tergantung pada “PROSES”. Tak dapat dipungkiri bahwa fried chicken yang hanya dimasak tidak kurang dari 3 menit, akan sulit mengalahkan rasa Ayam Goreng Mbok Mberek yang diolah lebih lama, apalagi kelezatan rendang yang prosesnya memerlukan waktu berjamjam. Dengan kata lain, proses akan menentukan hasil. Kata “proses” ini pula yang kiranya menjadi kunci sukses pembentukan karakter Duta BPJS Kesehatan. Untuk menjadi pribadi berkarakter sesuai dengan tata nilai organisasi, dibutuhkan waktu dan komitmen sehingga seluruh Duta BPJS Kesehatan menjadi pribadi yang handal, unggul dan terpercaya. Diperlukan upaya, waktu dan cinta dari seluruh komponen dalam lingkungan BPJS Kesehatan untuk mendorong Duta BPJS Kesehatan memiliki karakter sebagai pribadi yang mengesankan dan membanggakan. Kata cinta di sini jangan disalahartikan sebagai memanjakan. Komitmen pada aturan dan terbuka menerima konsekuensi terhadap pelanggaran adalah langkah nyata pembentukan karakter Duta BPJS Kesehatan. Seorang atasan sudah sepatutnya mampu menjadi suri tauladan yang mampu mencontohkan kedisiplinan kepada seluruh bawahannya. Ketika modelling ini berjalan dengan baik, maka dampaknya bukan hanya ke anak buahnya, namun juga akan berdampak positif kepada atasannya. Paling tidak ketika karakter sabar, toleransi, mampu memahami masalah dari sudut pandang yang berbeda, disiplin dan memiliki integritas (ucapan dan tindakan sama) terpancar dari seorang pegawai, maka sikap ini akan menjadi contoh kepada bawahan dan menjadi positive warning kepada atasannya untuk bersikap sama atau bahkan lebih baik. Hebatnya lagi, proses pembentukan karakter ini dapat menghasilkan pekerjaan bermutu dan meningkatkan brand image bagi organisasi jika setiap Duta BPJS Kesehatan berkomitmen untuk fokus pada “proses” untuk menjadi pribadi berkarakter yang lebih baik lagi hari demi hari. Dari setiap perjuangan ini, hendaknya kita pun dapat mengambil hikmah pembelajaran. Pembangunan karakter Duta BPJS Kesehatan yang memiliki daya tarung kuat harus menjadi visi sekaligus misi dalam pengelolaan sumber daya manusia yang ada di BPJS Kesehatan. Seyogianya proses alami perubahan sempurna kupu-kupu selalu tertanam pada diri Duta BPJS Kesehatan, karena Transformasi Jilid II BPJS KESEHATAN yang akan dilakukan bersama tentu masih akan dipenuhi dengan berbagai persoalan dan tantangan. Ini lah saatnya kita berfikir untuk membangun Duta-Duta BPJS Kesehatan yang berkarakter petarung, mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu mencari penyelesaian masalah yang baik terhadap persoalan yang dihadapi pada dirinya dan lingkungan kerjanya. Kesuksesan bukan lah jalan pintas, ia adalah onak berduri yang terjal dan mendaki. Semakin tangguh kita, semakin berkarakter juara jiwa-jiwa ini dibina, maka semakin baik pula proses kita untuk menyongsong sukses sempurna dalam menjalankan program jaminan kesehatan nasional, menuju satu tujuan bersama - mewujudkan Cakupan Semesta. Direktur Utama Fachmi Idris Pembaca setia Info BPJS Kesehatan, Untuk mendapatkan manfaat dari BPJS Kesehatan, peserta diwajibkan mengikuti prosedur sesuai dengan peraturan yang berlaku. Salah satunya adalah melalui rujukan berjenjang. Namun prosedur ini tidak sedikit membuat peserta merasa dipersulit untuk mendapat pelayanan kesehatan. Padahal jika tahun esesni dari rujukan berjenjang ini, peserta BPJS Kesehatan akan mendapatkan pelayanan yang jauh lebih efektif, efisien serta berkualitas. .Untuk itu secara khusus Info BPJS Kesehatan di edisi 6 kali ini akan mengulasan tentang esensi daru rujukan berjenjang yang menjadi prosedur dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan. Hal ini akan kami kupas tuntas di rubrik FOKUS. Info BPJS Kesehatan juga menghadirkan wawancara khusus bersama Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Bapak Akmal Taher, dalam rubrik BINCANG. Bagaimana pandangan beliau mengenai sistem dan prosedur peserta BPJS Kesehatan serta bagaimana upaya kementerian kesehatan dalam menyediakan faskesfaskes yang berkualitas . Dan informasi-informasi lain seputar BPJS Kesehatan yang kami hadirkan dalam rubrikrubrik lain. Memasuki edisi ke-6 Info BPJS Kesehatan, redaksi mengucapkan terimakasih atas apresiasinya terhadap kehadiran kembali media yang kita cintai ini. Sehingga kami benar-benar bahagia dan tetap bersemangat menerbitkan Info BPJS Kesehatan secara konsisten. Dengan masukan dan saran yang secara simultan kami terima untuk pembenahan media ini kami berupaya memberikan yang terbaik dalam upaya memberikan informasi seputar BPJS Kesehatan kepada seluruh pembaca. Redaksi DAFTAR ISI Pasien "Ngotot" RSJPD Harapan Kita Berlakukan Sistem Rujukan Paksa 4 FOKUS Fokus - Dinkes Bandung Lengkapi Sistem Rujukan dengan Call Centre Bincang - Tanpa Sistem Rujukan Berjenjang Rumah Sakit Bakal Kewalahan 3 6 Benefit - Pelayanan Ambulance, Juga ada di JKN loh.. 7 Pelanggan - SEP Mandiri dan Bridging System, Pangkas Antrean Panjang 8 Testimoni - Tumor Ganas Bersarang di Payudara Marsi 9 Sehat - Stress Bisa Mengancam Nyama Kilas & Peristiwa - Pertemuan Manajemen Rumah Sakit dan DPM untuk Optimalisasi Sistem Rujukan Berjenjang 10 11 F kus Dinkes Bandung Lengkapi Sistem Rujukan dengan Call Centre P elayanan kesehatan dalam Program JKN dan dikelola BPJS Kesehatan, memang berbeda dengan sistem kesehatan sebelumnya. Pelayanan yang diterapkan harus melalui rujukan. Artinya, Sistem ini mensyaratkan surat rujukan dari fasilitas kesehatan primer, misalnya, klinik dan puskesmas, sebelum ke rumah sakit. Surat rujukan ini juga harus ada bila pasien melakukan pengobatan di fasilitas kesehatan yang setara tapi berlokasi jauh dari tempat tinggalnya. Sistem rujukan diterapkan berkaitan dengan keharusan adanya diagnosis dokter di tingkat faskes primer, misal pasien didiagnosis demam, batuk, pilek tanpa indikasi bahaya. Sistem serupa juga diterapkan pada penderita penyakit kronis yang sudah pulih namun masih memerlukan perawatan lanjutan, yaitu rujuk balik. Penderita penyakit kronis bisa kontrol dan menerima pengobatan dari dokter faskes primer yang dekat dengan tempat tinggalnya. Akan tetapi, masih banyak warga yang memilih datang ke rumah sakit tanpa membawa surat rujukan. Agar, masyarakat menerima pengobatan yang efektif dan efisien, Dinas Kesehatan Jabar melakukan uji coba Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan (Yankes) di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Sumedang, dan Kota Cimahi. “ “ Melalui sistem rujukan yang berjenjang ini, para pasien harus mengutamakan berobat ke puskesmas (fasilitas kesehatan primer) dan rumah sakit tingkat kab/kota (fasilitas kesehatan sekunder). Jika penyakit tidak bisa ditangani dua tingkat ini baru dapat dirujuk ke RS tingkat provinsi. Hasilnya, cukup memuaskan karena masyarakat semakin sadar jika tidak semua penyakit harus ditangani rumah sakit. Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelanggaraan yankes yang memungkinkan terjadinya pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas pengelolaan suatu kasus penyakit atau pun masalah kesehatan secara timbal balik yang dilakukan vertikal dan horizontal. "Pola pelayanan pesehatan sekarang tidak terstruktur karena banyak pasien yang langsung datang sendiri, misalnya, ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) padahal sakitnya bisa ditangani di puskesmas. Ini membuat biaya yang dikeluarkan pasien juga mahal," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jabar, Alma Lucyati. Alma menambahkan sikap warga yang masih enggan melaksanakan sistem rujukan membuat kesempatan pasien yang lebih membutuhkan jadi tertutup karena banyaknya kasus yang bisa ditangani puskesmas dibawa ke RSHS. Sistem rujukan sekarang membuat RSHS sebagai Pelayanan Kesehatan tingkat 3 (PPK 3) menjadi puskesmas raksasa karena rata-rata penyakit pasien yang ditangani seharusnya bisa ditangani puskesmas. Melalui sistem Info BPJS Kesehatan edisi 6 Tahun 2014 rujukan berjenjang, ada pendelegasian penanganan pasien kepada puskesmas, klinik, atau dokter keluarga/pribadi. Untuk itu, Dinkes Jabar, sudah menyusun standar pelayanan, buku panduan minimal alat kesehatan, pedoman standar pemberian obat, dan standar pemeriksaan Puskesmas atau RS tingkat kabupatem/kota yang memiliki pelayanan sama dengan yang diberi RS tingkat provinsi. “Intervensi yang akan kami lakukan adalah perbaikan sarana dan prasarana, perbaikan infrastruksur sistem informasi, dan perbaikan sistem rujukan. Dinas kesehatan juga akan melakukan sosialisasi pada masyarakat tentang penyakit yang dilayani pada tingkat sekunder, primer, dan RSHS," kata Alma. Dengan demikian, menurut Alma masyarakat mendapat penjelasan tahu wilayah rujukannya. Lembaganya, juga sudah memetakan sarana prasarana rumah sakit negeri dan swasta yang ada di Jabar. "Melalui call center 022 4261000 masyarakat bisa menanyakan informasi puskesmas atau RS yang tepat didatangi. Bisa juga minta dikirimi ambulan. Kalau masih ada penyakit demam berdarah ke RSHS berarti pelayanan kab/kota masih kurang," jelasnya. Call center puskemas ini, merupakan layanan untuk memudahkan pasien dalam mendapatkan informasi fasilitas puskesmas, sehingga masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan maksimal. Sehingga nantinya, petugas call center akan memberikan saran pada pasien tersebut untuk datang ke puskemas atau rumah sakit mana. "Jadi pasien bisa menelpon pada call center ini, lalu mereka menyebutkan keluhannya. Nanti, petugas call center bisa memberikan saran, apa yang harus dilakukan pasien, atau merujuk ke rumah sakit atau puskesmas mana yang paling dekat dengan domisilinya," ujar Alma. Bila di tingkat puskesmas tidak bisa diberikan pertolongan secara maksimal, maka bisa dirujuk ke rumah sakit."Rujukan untuk ke rumah sakit sendiri, tidak bisa langsung ke tipe A. Tapi harus berjenjang dari tipe C atau B. Jadi, kalau tidak di puskesmas maka jika memungkinkan bisa sembuh di rumah sakit tipe B," ungkapnya. Mengenai tenaga medis, Dinas Kesehatan Jabar mengakui kalau beberapa tahun ini sempat terjadi kekurangan tenaga medis. Kekurangan tersebut dikarenakan banyaknya dokter yang pensiun sehingga harus segera diganti. Selain itu, kata Alma, penyebab kekurangan tenaga medis juga karena adanya program Puskesmas Pelayanan Obstetri dan Neonatal Esensial Dasar (PONED) yang sudah dilakukan di seluruh puskesmas di Jabar. "Karena memang untuk mengganti dokterdokter yang pensiun dan juga dikarenakan pelayanan yang terus berkembang seperti PONED-PONED yang akan dibangun kembali. Itu dulu, kini sudah bisa diatasi," ujar Alma. 3 fokus Pasien "Ngotot" RS Berlakukan Sistem R umah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, Jakarta, sudah dinobatkan sebaga rumah sakit setaraf dengan rumah sakit di luar negeri. Sehingga, masyarakat tidak perlu buang uang untuk berobat ke luar negeri. Pernyataan inilah yang membuat rumah sakit ini, tetap diserbu, masyarakat sejak dioperasionalkan BPJS Kesehatan. Akibatnya, sering terjadi antrean karena masyarakat masih enggan menggunakan sistem rujukan sebagaimana ketentuan yang berlaku. “Kita ini, tak boleh nolak pasien. maka, pasien yang langsung ke sini, diberikan edukasi dan mengikuti sistem rujukan yang ada. Bahkan, tidak perlu ke rumah sakit ini, karena rumah sakit lain juga sudah bermitra dan memberikan pelayanan soal kardiovaskuler," kata Dirut RSJPD Harapan Kita, dr Hananto Andriantoro, SpJP(K), FIHA. “ “ Sedangkan, pihak rumah sakit pun, terpaksa melayani karena tidak boleh menolak pasien. Hanya saja, pihak rumah sakit tak jemu-jemu memberikan pendidikan agar datang ke sejumlah rumah sakit yang sudah bermitra dengan RSJPD Harapan Kita. Direktur Utama RSJPD Harapan Kita dr Hananto Andriantoro, SpJP(K), FIHA. 4 Masyarakat hendaknya mengenali jika RSJPD Harapan Kita, memiliki fungsi yang luas, memberi pelayanan kepada seluruh rakyat Indonesia mulai dari yang tidak mampu sampai yang mampu. RSJPD juga bertanggungjawab meningkatkan kualitasnya menjadi rumah sakit bertaraf Internasional dan saat ini menjadi yang terpercaya di Asia Pasifik. Pihaknya, mengakui jika selama ini juga masih ada pasien yang sudah diobati, tidak mau ke rumah sakit lain karena pasien, sangat mempercayai rumah sakit ini. Sedangan rumah sakit yang menjadi jaringannnya atau binaannya dalam hal penyakit kardiovaskuler adalah Rumah Sakit Labora, Budi Asih, Pasar Rebo, Tarakan, Cengkareng, dan sejumlah rumah sakit di daerah. "Ini kita berlakukan agar tidak semua pasien kardiovaskuler, datang ke sini. Sebab, di rumah sakit itu, sudah ada dokter subspesialis jantung,” Hananto, mencontohkan, jumlah pasien gagal jantung akibat hipertensi dan dibayar BPJS ada 1.080 pasien. Pada bulan berikutnya, pasien tadi, cukup diberikan obat saja. "Jika terus-terusan begini, ya BPJS yang dirugikan. Maka, pihaknya, akan melakukan rujuk balik dengan paksa. ya, sekarang sudah sekitar 30 persen pasien, mau melakukan rujuk balik," jelasnya. "Jadi, di sana, ada spesialis jantung yang menangani ritme jantung saja, ada yang khusus menangani penyakit jantung koroner saja, ada spesialis jatung yang menangani katup jantung saja, ada vaskuler saja, ada kelainan jantung bawanan saja, ada juga yang menangani hipertensi dan kelainan," jelasnya. Namun, untuk pasien anak, misalnya, jantungnya yang bolong-bolong dan hanya sebesar jempol, tentu harus dilakukan di RSJPD karena rumah sakit lain belum miliki alatnya. "Kepercayaan pasien kepada RSJPD terutama pasien yang sudah sepuh, tapi kalau tidak mau dirujuk balik kasihan BPJS Kesehatan," tuturnya. Info BPJS Kesehatan edisi 6 Tahun 2014 F kus SJPD Harapan Kita m Rujukan Paksa Namun, pihak rumah sakit tetap harus melayani secara prima. Kini, semua sudah ditanggung BPJS Kesehatan. Jadi, penderita jantung menurut Hananto, tidak perlu ke rumah sakit ini tetapi cukup mendatangi rumah sakit yang sudah memberikan pelayanan jantung. Misalnya, rumah sakitnya sudah menjalin kerjasama penanganan penderita jantung di 12 kota. Seperti, Semarang, Surabaya, jakarta, Palembang, Padang, Bali, Yogyakarta, dan kota besar lainnya. Di Jakarta, RSJPD harapan kita sudah menjalin networking dengan lima rumah sakit yakni RS Fatmawati, RS Tarakan, RS Haji, RS Cengkareng, dan RS Pasr Rebo. "Walaupun pendeteksi berada di RS Pasar Rebo namun kita tetap monitor melalui alat yang dipasang di sana dan langsung bisa dilihat di RSJPD Harapan Kita. Jadi, tak usah khawatirlah," jelasnya. Tidak hanya itu saja, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan sejumlah rumah sakit luar negeri dalam bentuk pelatihan dan supervisi untuk kepentingan alih pengetahuan dan teknologi. "Ahli dari luar negeri memberikan pelatihan dan supervisi untuk tindakan-tindakan yang canggih yang jarang dilakukan," tuturnya. Terkait dengan sumber daya manusia, pihak rumah sakit selalu meningkatkan pengetahuan dengan mengirim dokter ke Toronto, belajar pediatric cardiovaskuler. Biaya pendidikannnya pun cukup tinggi sekitar Rp900 jutatahun/ satu dokter. "Dalam setahun itu, ada sekitar 15.000 batu yang ditangani karena ada kelainan jantung bawaan. "Intinya, kita tetap memberi pelayanan yang sebaik baiknya dengan melakukan pelayanan sesuai dengan clinical pathway, dan pedoman praktik yang sudah dibuat RSJPD Harapan Kita. Ini penting agar bisa efisiensi dan rumah sakit bisa survive," tambahnya. Sebelum adanya BPJS Kesehatan, pihaknya memanfaatkan dana subsidi untuk tangani pasien miskin. Subsidi yang diberikan RSJPD Harapan Kita kepada pasien miskin sekitar Rp61 miliar setahun. Subsidi ini diperlukan karena untuk tangani berbagai kasus saat itu. Misalnya, kasus konjunental yaitu menutup sekat jantung yang bolong atau kasus mengganti katup jantung, belum dijamin seluruhnya oleh Jamkesmas atau Jamkesda. Info BPJS Kesehatan edisi 6 Tahun 2014 5 BINCANG Tanpa Sistem Rujukan Berjenjang Rumah Sakit Bakal Kewalahan H ingga hampir setahun operasional BPJS Kesehatan, masih ada masyarakat yang belum tahu teknis mendapatkan pelayanan sesuai dengan aturan main BPJS Kesehatan. Masyarakat yang akan berobat ke rumah sakit umum pemerintah dengan kartu BPJS harus mendapat rujukan dari dokter, klinik/puskesmas, atau rumah sakit umum daerah. Masyarakat yang datang ke rumah sakit tersier, akan dilayani jika sudah mendapatkan rujukan dari peyanan kesehatan primer, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 001/2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan (PMK). Aturan ini diterbitkan agar Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dapat berjalan baik. Maka, sistem rujukan berjenjang mutlak dilakukan. Guna menelaah sejauh mana menciptakan persepsi betapa pentingnya sistem rujukan berjenjang, Info BPJS Kesehatan, mewawancari Dirjen Bina Upaya Kesehatan, Prof Dr dr Akmal Taher, SpU (K), ketika menjadi nara sumber dalam sebuah seminar tentang perumahsakitan di Kota Surabaya. Berikut petikannya: Masyarakat menanggapi positif kinerja BPJS Kesehatan yang sudah berlangsung hampir satu tahun. Tetapi banyak pula yang enggan mengikuti sistem rujukan berjenjang. Benarkah seperti itu? Begini, secara umum Program JKN, memang mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Hal ini tercermin dari tingginya minat masyarakat mendaftar sebagai peserta. Soal rujukan, pun masih ada masyarakat yang belum memahami betul soal rujukan berjenjang. Padahal, sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan dimana terdapat pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal. Dalam arti, dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal. Maksudnya, unit-unit yang setingkat kemampuannya. Sistem rujukan mengatur alur dari mana dan harus ke mana seseorang yang mempunyai masalah kesehatan tertentu untuk memeriksakan masalah kesehatannya. Jika, semuanya melaksanakan sistem ini, maka, akan memperoleh keuntungan. Misalnya, bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy maker), manfaat yang akan diperoleh di antaranya, membantu penghematan dana dan memperjelas sistem pelayanan kesehatan. Bagi masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan akan meringankan biaya pengobatan karena pelayanan yang diperoleh sangat mudah. Bagi pelayanan kesehatan (health provider), mendorong jenjang karier tenaga kesehatan, selain meningkatkan pengetahuan maupun ketrampilan, serta meringankan beban tugas. Artinya, jajaran rumah sakit juga harus memahami soal sistem rujukan ini? Benar karena jika tidak memahami, ya bisa menimbulkan persepsi yang berbeda. Dalam menyukseskan Program JKN, rumah sakit juga diberlakukan adanya akreditasi. Selain itu, rumah sakit harus juga memahami penerapan sistem rujukan berjenjang, penetapan regulasi untuk mencegah Fraud terhadap pelayanan di RS, dan Identifikasi RS untuk melakukan perubahan dan perbaikan internal. Perubahan dan perbaikan internal dapat dilakukan dengan pembentukkan dewan pengawas rumah sakit, mengoptimalkan fungsi komite medik dalam meningkatkan mutu dan profesionalisme tenaga SDM kesehatan RS, serta membuat clinical guideline di RS. Mengenai akreditasi, sejauhmana pentinya dalam menyukseskan Program JKN ? Akreditasi merupakan hal penting bagi sebuah rumah sakit. Akreditasi menjadi salah satu indikator kinerja rumah sakit yang perlu diperhatikan di era JKN. Tidak hanya menentukan standar pelayanan RS dalam hal keselamatan 6 pasien, akreditasi juga sangat berkaitan erat sebagai sarana kendali mutu dan biaya JKN. RS dapat dikatakan berhasil melaksanakan JKN ketika lebih dari 75 persen peserta puas dengan pelayanan rumah sakit. RS juga harus memperhatikan kualitas pelayanan kesehatan, pemenuhan komitmen pelayanan, efisiensi biaya, perencanaan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, dan indikasi kejadian Fraud & Abuse. Dalam mencegah peluang risiko hukum dalam pelaksanaan JKN terutama terkait kendali mutu dan biaya, maka harus diperhatikan hal-hal seperti diperlukannya pemahaman konsep INA CBGs, pengkodean serta managemen risiko penanganan kewenangan pelayanan di tingkat faskes Suksesnya Program JKN ditandai dengan program yang bersifat sustainable atau berkelanjutan. Untuk itu perlu dikawal tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga stakeholders termasuk RS dan profesi. Kembali kepada soal rujukan berjenjang. Ada seorang pegawai enggan datang ke Puskesmas karena dianggap menghabiskan waktu? Secara umum, penerapan pelayanan berjenjang, sistem kapitasi, dan standardisasi penggunaan obat mutlak dilakukan agar sistem asuransi kesehatan sosial berjalan baik. Namun, dalam pengembangannya, masih muncul persoalan tentang aspek rujukan, biaya, dan kepersertaan BPJS. Semua itu, kita monitor dan terus dicarikan solusinya. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis. Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, peserta dapat berobat ke fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga yang tercantum pada kartu peserta BPJS Kesehatan. Apabila peserta memerlukan pelayanan lanjutan oleh dokter spesialis, maka peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua atau fasilitas kesehatan sekunder. Pelayanan kesehatan di tingkat ini hanya bisa diberikan jika peserta mendapat rujukan dari fasilitas primer. Rujukan ini hanya diberikan jika pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik dan fasilitas kesehatan primer yang ditunjuk untuk melayani peserta, tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan peserta karena keterbatasan fasilitas, pelayanan, dan atau ketenagaan. Jika penyakit peserta masih belum dapat tertangani di fasilitas kesehatan sekunder, maka peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tersier. Di sini, peserta akan mendapatkan penanganan dari dokter sub-spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialiastik. Peserta Program JKN harus mengikuti sistem rujukan yang ada. Sakit apa pun, kecuali dalam keadaan darurat, harus berobat ke fasilitas kesehatan primer, tidak boleh langsung ke rumah sakit atau dokter spesialis. Jika ini dilanggar peserta harus bayar sendiri.Sistem rujukan seharusnya tidak membuat pegawai kesulitan. Kalau begitu, sistem rujukan berjenjang masih perlu sosialisasi? Selama ini, kita terus sosialisasikan berbagai persoalan atau permasalahan di lapangan. Sosialisasi yang kita lakukan terus menerus, guna menanamkan kesadaran masyarakat tentang sistem rujukan berjenjang. Dirjen Bina Upaya Kesehatan Akmal Taher Ada pula, masyarakat yang enggan antre terus menyebarkan info kalau sistem rujukan terkesan berbelitbelit. Kebijakan sistem rujukan yang ditetapkan mencakup jejaring yang melibatkan swasta, dan membuka seluasluasnya kesempatan bagi klinik yang mau bergabung dengan BPJS sehingga tidak terjadi antrean di Puskesmas. Apakah tim medis seperti perawat juga harus meningkatkan kompetensi? Peran perawat dalam sistem rujukan berjenjang adalah memahami secara jelas mengenai sistem rujukan. Karena perawat adalah petugas garda depan yang selalu menjadi tempat bertanya pasien atau masyarakat yang membutuhkan. Perawat harus selalu meningkatkan kompetensi agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara professional yang dibutuhkan pasien. Maka, monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem rujukan perlu dilakukan secara terus-menerus oleh pemerintah agar menjamin setiap masyarakat mendapatkan layanan kesehatan yang sesuai dengan haknya. Berarti sistem rujukan berjenjang itu, tidak merepotkan masyarakat? Sekali lagi, sistem rujukan berjenjang justru diciptakan supaya masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan lebih mudah. Anda bisa bayangkan betapa rumitnya, jika masyarakat datang ke rumah sakit secara bersama-sama tidak mengindahkan sistem rujukan berjenjang. Jika tidak ada sistem rujukan berjenjang, maka rumah sakit akan kewalahan menangani jumlah pasien yang membludak. Antrean memanjang, pelayanan menjadi lebih lama dan kurang maksimal, serta tenaga medis di rumah sakit tersebut juga berpotensi kelelahan karena harus bekerja ekstra. Jika sudah kelelahan, tentu berbahaya bila dokter atau tenaga medis lainnya memaksakan diri untuk menangani jumlah pasien yang sangat banyak. Selagi penyakit Anda masih masuk ke dalam kategori ringan dan dapat diobati di fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga, mengapa harus pergi ke rumah sakit? Jangan khawatir, para tenaga medis di fasilitas kesehatan primer juga memiliki kompetensi yang setara dengan dokter umum di rumah sakit. Info BPJS Kesehatan edisi 6 Tahun 2014 BENEFIT Pelayanan Ambulan B Juga Ada di JKN Lho.. “ Untuk memberi memberikan pelayanan yang baik, BPJS Kesehatan melakukan kerjasama dengan fasilitas kesehatan dalam penyediaan ambulan baik fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. “ Fasilitas kesehatan dapat menggunakan ambulan milik sendiri atau membuat jejaring dengan pihak ketiga penyelenggara pelayanan ambulan. Pihak ketiga, antara lain Pemda atau Dinas Kesehatan Propinsi yang mempunyai ambulan, Ambulan 118, yayasan penyedia layanan ambulan, dan kerjasama dengan pemberi pelayanan ambulan dilakukan melalui perjanjian kerjasama antara BPJS Kesehatan Kantor Cabang dengan fasilitas kesehatan, bukan antara BPJS Kesehatan Kantor Cabang dengan pihak ketiga penyelenggara ambulan. D i dalam pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bukan hanya memberikan pelayanan pengobatan dan rehabilitasi, tetapi juga pencegahan agar peserta tidak menjadi sakit atau penyakitnya tidak menjadi komplikasi. Selain itu, ada juga pelayanan non medis seperti pelayanan mobil ambulan dan mobil jenazah. Pelayanan ambulan diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan dalam kondisi tertentu, yaitu saat kondisi pasien sesuai indikasi medis berdasarkan rekomendasi dari dokter yang merawat, Pelayanan ambulan diberikan jika kondisi kelas perawatan sesuai hak peserta penuh dan pasien sudah dirawat paling sedikit selama tiga hari di kelas satu tingkat di atas haknya, Selain itu, pelayanan ambulan yang tidak dijamin BPJS Kesehatan adalah rujukan parsial (antar jemput pasien atau spesimen dalam rangka mendapatkan pemeriksaan penunjang atau tindakan, yang merupakan rangkaian perawatan pasien di salah satu fasilitas kesehatan, pasien rujuk balik rawat jalan, dan mobil jenazah. Untuk penggantian biaya pelayanan ambulan disesuaikan dengan standar biaya ambulan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Dalam hal belum terdapat tarif dasar ambulans yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, maka tarif mengacu kepada tarif yang berlaku di Kabupaten/Kota yang kondisi geografisnya relative sama dalam satu wilayah Provinsi. Ambulan untuk mobil jenazah. Pelayanan jenazah peserta BPJS Kesehatan diberikan jika peserta BPJS Kesehatan meninggal dunia saat dirawat inap di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Pelayanan yang didapat antara lain ambulans dari fasilitas kesehatan ke rumah duka dan pemulasaran jenazah (tidak termasuk peti mati). Pelayanan ambulan ini merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan dengan kondisi tertentu antarfasilitas kesehatan yang disertai dengan upaya ataukegiatan untuk menjaga kestabilan kondisi pasien untuk kepentingan keselamatan pasien. Layanan ambulan ini tertuang dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Pasal 20 yang isinya soal manfaat non medis meliputi manfaat akomodasi dan ambulans. Bagi pasien rujuk balik yang masih memerlukan pelayanan rawat inap di fasilitas kesehatan tujuan, misalnya pasien kanker rawat inap dengan terapi paliatif di rumah sakit tipe A dirujuk balik ke rumah sakit tipe B di bawahnya untuk mendapatkan rawat inap paliatif (bukan rawat jalan). Pelayanan ambulan dalam pelayanan jaminan kesehatan nasional mendukung kelancaran pelayanan kesehatan pasien. Oleh karenanya, pelayanan ambulan hanya diberikan untuk rujukan antarfasilitas kesehatan, yaitu antarfasilitas kesehatan tingkat pertama, atau dari fasilitas kesehatan tingkat pertama ke fasilitas kesehatan rujukan, antarfasilitas kesehatan rujukan sekunder, dari fasilitas kesehatan sekunder ke fasilitas kesehatan tersier, bisa juga antar fasilitas kesehatan sekunder atau dari rujukan balik ke fasilitas kesehatan dengan tipe dibawahnya. Fasilitas kesehatan perujuk adalah fasilitas tingkat pertama atau tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan khusus untuk kasus gawat darurat yang keadaan gawat daruratnya telah teratasi dan pasien dalam kondisi dapat dipindahkan. Sedangkan fasilitas kesehatan penerima rujukan adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama atau fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan Pelayanan ambulan yang tidak dijamin adalah menjemput pasien selain dari fasilitas kesehatan (rumah, jalan, lokasi lain), mengantar pasien ke tempat selain fasilitas kesehatan. Pelayanan ambulan dijamin BPJS Kesehatan jika rujukan dilakukan pada fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Info BPJS Kesehatan edisi 6 Tahun 2014 7 PELANGGAN SEP Mandiri dan Bridging System Pangkas Antrean Panjang J aminan kesehatan nasional (JKN) semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, khususnya yang memerlukan pengobatan dengan biaya mahal. Seiring dengan berjalannya waktu, peserta BPJS Kesehatan semakin bertambah banyak, hingga rumah sakit pun kunjungannya mengalami peningkatan dan mengakibatkan antrean panjang untuk menanti mendapat pelayanan. Pasien rawat jalan di rumah sakit bisa menunggu antrean hingga delapan jam. Setelah mendapat surat rujukan dari Puskesmas atau fasilitas kesehatan tingkat primer, tahap pertama, pasien peserta BPJS Kesehatan harus mendaftarkan di loket BPJS Kesehatan yang ada di rumah sakit tujuan rujukan untuk mendapatkan surat eligibilitas peserta (SEP) . SEP ini merupakan verifikasi pertama peserta rujukan oleh BPJS Kesehatan sebagai prosedur awal peserta BPJS Kesehatan memasuki tahapan pelayanan kesehatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Tahap kedua, mengantre di loket pendaftaran RS untuk mendapat rekam medik (medical record). Kemudian, antrean ketiga di poliklinik RS untuk mendapat pelayanan kesehatan sesuai saran pada rujukan. Dan antrean keempat di apotek untuk memperoleh obat. Empat tahapan prosedur itu membutuhkan waktu sekitar delapan Total waktu yang dibutuhkan dari empat tahap itu mencapai delapan jam. Untuk memudahkan peserta memperoleh pelayanan kesehatan, BPJS Kesehatan menyediakan fasilitas perangkat komputer untuk melakukan pendaftaran sendiri (self check-in). Pengembangan informasi dan teknologi (IT) ini menjadi salah satu solusi yang dapat memangkas antrean. Imel, salah satu peserta BPJS Kesehatan merasakan ada kemudahan saat berobat di RSUD Tangerang. “Biasanya saya antre lama sekali hanya untuk mendapatkan nomor ke poli. Sekarang bisa langsung dapat nomor karena mendaftar sendiri di komputer. Pertamanya sih bingung, gimana nih, terus ada petugas yang mengajari. Ya, cepetlah,” ujarnya. Penggunaan teknologi dapat mempercepat proses administrasi sehingga peserta mendapat pelayanan, tepat, dan maksimal. Sistem IT yang saling tersambung ini disebut bridging system. Jika sistem ini bisa terealisasi maka semua data yang ada di setiap tingkat fasilitas kesehatan bisa terhubung secara online. Artinya, akan mempercepat pelayanan. Di rumah sakit pun akan segera dibuat bridging sistem yang terhubung dengan BPJS Kesehatan, sehingga semuanya fasilitas kesehatan akan saling terhubung. Kondisi ini akan semakin mempermudah peserta BPJS Kesehatan mendapatkan pelayanan yang prima, mulai dari pelayanan di fasilitas kesehatan primer hingga fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Kini, memang belum semua Puskesmas atau fasilitas kesehatan primer terhubung dalam sistem online. 8 Rumah sakit pun belum semuanya membuat bridging system dengan BPJS Kesehatan. Namun demikian, upaya ke arah sana masih terus dilakukan. Bahkan ke depan peserta bisa bukan hanya bisa menggunakan nomor induk kependudukan tetapi bisa menggunakan sidik jari (finger print) untuk mengakses data kepesertaan BPJS Kesehatan. Pengembangan IT itu harus dibarengi dengan pemahaman petugas di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan peserta. Petugas Puskesmas bertugas mengisi data pasien dalam sistem yang telah disediakan. Data dari fasilitas kesehatan tingkat pertama itu sangat penting karena yang utama. Masyarakat pun dituntut untuk memahami sistem informasi teknologi ini. Soal bridging system, Menteri Kesehatan (Menkes), Nafsiah Mboi, mengatakan sistem yang menghubungkan antara rumah sakit dengan BPJS Kesehatan menjadi jawaban atas antrean yang panjang. Namun, untuk membangun sistem bridging ini tidak mudah karena sistem yang diapakai rumah sakit dan BPJS Kesehatan berbeda. Namun, pemerintah menargetkan sistem bridging ini digunakan di seluruh RS vertikal milik pemerintah yang kini jumlahnya sekitar 30 yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem bridging bertujuan meningkatkan efektivitas proses memasukan data serta efisiensi penggunaan sumber daya. Sistem itu diharapkan dapat meningkatkan kecepatan dalam proses pengelolaan klaim, piutang, dan verifikasi. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang telah mengaplikasikan sistem bridging ini, mempunyai target, pasien menunggu dilayani tidak lebih dari 45 menit. Hingga Juni 2014 sistem bridging sudah digunakan 22 RS milik pemerintah. Antara lain RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), RSUD Tarakan, RSUP Fatmawati, RS Haji Jakarta, RS Kanker Dharmais, RS Jantung Harapan Kita, RSPI Sulianti Saroso dan RSUP Persahabatan. Ada pula RSUD Margono Soekarjo (Purwokerto), RSUD Dr Sardjito (Yogyakarta), RSUD Hasan Sadikin (Bandung), RSUP Wahidin Sudirohusodo (Makassar) dan RSUP Prof Dr R.D Kandou (Manado). Termasuk RSUD Arifin Achmad (Pekanbaru) dan RSU Adam Malik (Medan). Info BPJS Kesehatan edisi 6 Tahun 2014 TESTIMONI Tumor Ganas Bersarang di Payudara Marsi Marsi , 51 Tahun Kebumen Jawa Tengah P enyakit bisa menyerang siapa saja, tidak memandang miskin atau kaya. Bagi orang kaya mungkin tidak masalah karena dia mempunyai asuransi dan uang yang cukup, tetapi bagi orang yang tidak mampu, dihinggapi penyakit yang berat hanya bisa pasrah, bahkan ada yang hanya mengandalkan doa dan pengobatan alternatif di tabib yang bayaran jasanya sesuai kemampuan dan keikhlasan pasiennya. Bagi Marsi, 51, yang hidupnya menggantungkan pada sawah garapannya, jika sakit cukuplah disembuhkan dengan obat-obat “warung” saja atau dengan tanaman obat yang ada di sekitarnya. Namun, kali ini berbeda. Rasa sakit di bagian dadanya membuat dia gelisah tidak bisa tidur dan semakin hari semakin nyeri, akhirnya dia berobat di Puskesmas dekat rumahnya di Desa Lemah Duwur, Kebumen, Jawa Tengah. Beberapa minggu lalu, dokter menyampaikan hasil pemeriksaan patologi dan menvonis Marsi mengidap kanker payudara. Di payudara sebelah kiri Marsi ditemukan ada tumor ganas yang bersarang di sana. Setelah dia sampaikan ke suami dan anakanaknya, mereka pun hanya terdiam dan tidak bisa memutuskan apa-apa. “Ya, semua hanya bisa bingung saja, mau bagaimana lagi tak punya, saya sudah pasrah saja dan siap menahan rasa sakit,” kata Marsi dengan suara lirih. Ketika ditemui di Rumah Sakit Palang Biru Gombong, Kebumen, Marsi lebih banyak diam. Sambil menunggu giliran konsultasi dokter, dia menceritakan nasibnya yang kurang beruntung. Awalnya, dia takut berobat karena tidak punya uang yang cukup. Ingin menggunakan kartu Jamkesmas yang dia miliki, juga takut tidak dilayani dengan baik. Pengobatan dengan herbal ternyata tidak ada pengaruhnya, benjolan di payudaranya semakin membesar, dan akhirnya payudara sebelah kiri diangkat. “Alhamdulillah, tidak ada biaya apa-apa semua ditanggung oleh Jamkesmas, katanya sekarang jadi BPJS Kesehatan. Kalau harus bayar ya pasti repot karena biayanya sampai jutaan rupiah,” ujarnya. Info BPJS Kesehatan edisi 6 Tahun 2014 Setelah payudaranya diangkat, dia harus menjalani kemoterapi di RS Margono yang berada di Purwokerto, Jawa Tengah. Untuk itu, dia harus mondar-mandir Kebumen-Purwokerto setiap dua minggu sekali. Selama rawat jalan, Marsi disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang sehat, makanan disarankan direbus, bukan digoreng, tidak boleh menggunakan bumbu msg atau penyedap. Semua masalah yang dihadapi Marsi dijalaninya dengan tawakal dan selalu mohon perlindungan Tuhan. Marsi yang saat itu diantar anak lakilakinya, sabar menunggu dokter hingga dua jam, karena jarak dari rumahnya ke rumah sakit Palangbiru Gombong ditempuh dalam waktu satu jam dengan menggunakan sepeda motor. Harapannya, dia bisa sembuh dan bisa bekerja mencari tambahan pendapatan keluarga. Dia pun tak berhenti mengucap syukur karena telah dibantu oleh BPJS Kesehatan. “Kalau tidak Jamkesmas (maksud dia BPJS Kesehatan – Red), saya tidak tahu harus bilang apa lagi. Untung pemerintah punya program ini yaa (jaminan kesehatan nasional – Red), sehingga saya tertolong,” ujarnya. Dia pun sempat bertanya, apakah kalau Presidennya ganti programnya diganti juga ya, imbuhnya. Marsi mengatakan, bagi dia dan keluarganya serta keluarga-keluarga lain yang ada di desanya merasa senang adanya program JKN yang memberi jaminan kesehatan kepada penduduk tidak mampu. “Semoga ya, ganti presiden, jangan diganti programprogram yang bagus untuk rakyat, seperti saya ini sungguh terbantu. Mau makan susah, mau beli apa juga susah, mau bekerja hanya bisa jadi petani saja, tetapi tidak punya pilihan lain,” ujarnya. 9 SEHAT S S E R ST T erlalu banyak kegiatan yang harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan bisa menimbulkan stres jika tidak diantisipasi dengan berbagai kegaiatan selingan lainnya. Tidak memiliki pekerjaan pun bisa menimbulkan stres. Namun, masyarakat hendaknya tidak mengabaikan persoalan ini karena bisa memunculkan penyakit yang mengancam nyawa. Alasannya, stres bisa menimbulkan kolesterol makin tinggi dan terus akan merambah ke jantung.Untuk itu, kita bisa melakukan berbagai cara mengurangi kepenatan yang membebani pikiran. Saat mengalami stres berat, seseorang cenderung memilih makanan manis atau yang membuat perasaan nyaman seperti permen, cookie atau cake cokelat. Sebabnya, stres bisa melepas berbagai hormon yang bisa mengubah sistem metabolisme tubuh, salah satunya cortisol. Hormon ini mampu meningkatkan nafsu makan dan mendorong keinginan untuk mengkonsumsi makanan manis dan berlemak. Jadi, sebisa mungkin segera atasi saat stres mulai mendera. Caranya bisa dengan olahraga, aromaterapi atau meditasi. Ada cara yang paling mudah atasi stres, misalnya, tarik napas dalam-dalam lalu letakkan tangan di perut. Bayangkan perut bergoyang-goyang seperti bila Anda mulai tertawa. Dengan cara ini, Anda mengambil satu langkah maju untuk mengurangi hormon stres. Temuan ini adalah hasil dari studi kecil terhadap 16 pria sehat. Mereka dibagi dalam dua kelompok. Kelompok eksperimental diberi antisipasi atas sesuatu yang lucu, sisanya sebagai pembanding. Peneliti menguji kadar tiga hormon stres dalam darah partisipan dan membandingkannya dengan kelompok kontrol. Mereka menemukan bahwa kelompok yang telah mengantisipasi tertawa lebih dulu, kadar tiga hormon stresnya menurun, seperti dirilis WebMD. Kadar kortisol (hormon stres) turun 39 persen. Adrenalin, yang diketahui sebagai epinefrin, turun 70 persen. Kadar dopak, yaitu zat kimia yang berhubungan dengan perasaan baik (dopamin), berkurang 38 persen. Secara persisten naiknya kadar hormon stres dalam darah dikaitkan dengan melemahnya sistem kekebalan.“Temuan ini membuat kami yakin bahwa dengan mencari pengalaman positif yang membuat tertawa, kita bisa tetap sehat,” ujar Lee Berk, seorang peneliti, dalam sebuah seminar di Jakarta. Selanjutnya, studi serupa yang telah mereka lakukan dua tahun sebelumnya, yakni bahwa tertawa memicu meningkatnya hormon yang menyehatkan seperti betaendorfin. Para peneliti dari Ibermutuamur, sebuah perusahaan asuransi yang menangani kasus kecelakaan kerja dan 10 Bisa Ancam Nyawa penyakit akibat kerja, melakukan penelitian untuk membuktikan hal tersebut. turut meningkat. Maka, jangan pernah sepelekan stres yang datang. alasannya, stres berkepanjangan bisa mengantarkan pada risiko berbagai penyakit kornis. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner untuk melihat apakah ada hubungan antara stres kerja dengan meningkatnya kadar kolestrol dalam darah. Hasil yang didapatkan adalah sebanyak 8,7 persen dari 91.593 peserta mengalami stres kerja. Selain itu, mereka juga mengalami tingkat kecemasan dan gejala depresi. Misalnya, hipertensi.Saat stres terjadi peningkatan pada adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Ketika hal ini sering terjadi, maka tekanan darah akan meningkat secara permanen. Untuk diketahui, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan stroke dan gagal jantung. Dibandingkan dengan kadar 'kolestrol baik' (HDL), peserta yang mengalami stres kerja memiliki kadar 'kolestrol jahat' (LDL) yang lebih tinggi. Ketika orang merasa stres, pola makan mereka cenderung tidak sehat. Akibatnya, kadar kolestrol dalam tubuh tidak dapat dikontrol dengan baik. Menurut sejumlah dokter yang tengah diskusi di sebuah hotel berbintang di Jakarta, pekan lalu, stres dapat mengakibatkan jantung bekerja lebih keras. Stres yang kronis bisa meningkatkan denyut jantung seperti dampak dari merokok. Ini sangat membahayakan. Sebab, apabila Anda memiliki kadar 'kolestrol jahat' (LDL) yang tinggi, pembuluh arteri Anda dapat tersumbat. Selain itu, risiko perkembangan penyakit kardiovaskuler, seperti penyakit jantung koroner, Stres juga dapat memengaruhi kadar glukosa di dalam darah. Ketika stres terjadi secara teratur, maka seseorang sangat berisiko terkena penyakit diabetes. Ini merupakan salah satu dampak stres yang sering terabaikan. TIPS Hindari Kebiasaan Buruk Dampak Stres Salah satu dampak stres, bisa menyebabkan penyakit jantung koroner. Bahkan, sejumlah kasus kematian bisa disebabkan oleh jantung koroner. Penyebab terjadinya penyakit tersebut juga bermacam-macam seperti gaya hidup, pola makan, dan faktor keturunan, termasuk kebiasaan sehari-hari yang tak disadari bisa mengancam kesehatan jantung. Dr Sharad Kasarle, Kepala penelitian sekaligus Managing Director di DSK Nutrition and research centre, saat datanag ke sebuah rumah sakit di Ibukota Jakarta, mengungkapkan, penderita jantung tidak hanya diidap oleh kalangan lansia. tetapi banyak pula kawula yang menderita penyakit jantung. "Peningkatan jumlah orang yang terjerumus penyakit arteri koroner di India rata-rata masih berusia muda. Di India ada sekitar 45 juta pasien jantung koroner dengan jutaan orang yang memiliki gaya hidup modern yang penuh stres dan depresi," kata Dr Sharad Kasarle. Maka, dirinya memberikan rekomendasi agar tidak terhindar penyakit yang bisa mengancam jiwa manusia. Misalnya, tak makan buah dan sayur. "Diet untuk jantung sehat yang paling baik adalah pola makan nabati. Berarti banyak mengasup buah, sayur, kacang-kacangan, bijibijian, susu rendah lemak, dan protein serta hindari junk food," paparnya. Penelitian telah menemukan bahwa orang yang makan lebih dari lima porsi buah dan sayur sehari berisiko 20 persen lebih rendah terkena penyakit jantung atau stroke dibanding mereka yang makan kurang dari tiga porsi buah dan sayur dalam sehari. Depresi. Sering merasa stres, bermusuhan dengan teman, atau depresi bisa mengancak kesehatan jantung Anda. Emosi yang tak menentu tiap harinya bisa mempengaruhi jantung Anda karena emosi itu kerap menginternalisasi stres yang bisa membahayakan jantung. Banyak penelitian yang menunjukkan sering tertawa serta dukungan sosial bisa membantu mengurangi stres Anda. Maka, saat ada masalah, cobalah untuk berbagi dengan orang lain. Dengkuran.Mendengkur bisa jadi tanda adanya masalah yang serius misanya Obstructive Sleep Apnea (OSA). Gangguan ini ditandai dengan terganggunya pernapasan saat tidur dan mengakibatkan tekanan darah naik. Orang yang menderita OSA empat kali lebih rentan menderita penyakit kardiovaskular. OSA rentan terjadi pada orang gemuk, tapi juga bisa dialami orang bertubuh langsing. Jika Anda mendengkur dan bangun dalam keadaan lelah, sebaiknya segera konsultasi dengan dokter. Kesehatan gigi. Ada hubungan kuat antara penyakit gusi dengan penyakit jantung. Jika Anda tidak membersihkan gigi hingga menjadi lengket dan bakteri sarat plak kerap tumbuh, itu bisa mengakibatkan penyakit gusi dan ini dapat memicu peradangan dalam tubuh."Peradangan mempromosikan semua aspek aterosklerosis. Mengobati penyakit gusi bisa meningkatkan fungsi pembuluh darah," kata Dr Sharad. Selanjutny, nonton TV. "Orang-orang yang duduk di depan TV lebih dari empat jam sehari 80 persen lebih mungkin meninggal karena terkait masalah jantung dan penyakit arteri," kata Dr Sharad. Bahkan orang yang mempunyai berat badan sehat tapi terlalu banyak duduk, akan berisiko buruk pada gula darah dan lemak darah. Semua ini, berhubungan dengan masalah kebiasaan ketika kembali ke rumah setelah duduk enam sampai delapan jam di kantor, kita justru merasa nyaman saat duduk di depan tv padahal itu meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Isolasi diri. Beberapa orang memang terkadang menyebalkan, tapi tak ada salahnya Anda memperkuat hubungan dengan orang yang memang Anda senangi. Orang yang memiliki koneksi kuat dengan orang lain umumnya cenderung hidup lebih lama. Setiap manusia memang butuh waktu sendiri tapi itu bukan berarti menarik diri Anda dari pergaulan. Merokok."Merokok adalah bencana total pada jantung Anda," kata Dr Sharad. Merokok bisa menyebabkan pembekuan darah yang dapat menghalangi aliran darah ke jantung dan memberi kontribusi penimbunan plak di arteri. Makan cemilan asin. Makin banyak garam yang dikonsumsi, semakin tinggi tekanan darah Anda. Satu dari tiga orang dewasa di Amerika memiliki tekanan darah tinggi yang menjadi faktor risiko utama untuk stroke, gagal ginjal, dan serangan jantung. "Jauhi junk food dan baca konten natrium pada label makanan. Lebih banyak konsumsi buah, sayur, dan yang tidak asin. Kita harus menjaga asupan natrium di bawah 2,3 gram per hari. Jika punya tekanan darah tinggi atau berusia 50 tahun lebih, asupan garam tak lebih dari 1,5 gram per hari," jelasnya. Obesitas. Kelebihan berat badan adalah faktor risiko utama untuk penyakit jantung. Cobalah makan lebih sedikit, hindari porsi berlebih, dan ganti minuman manis dengan air putih. Dr Sharad juga menyarankan kurangi asupan karbohidrat berkalori tinggi seperti roti dan pasta dan perhatikan label makanan yang rendah lemak tapi nyatanya justru mengandung banyak kalori. Minum banyak alkohol.Sedikit alkohol mungkin baik bagi jantung Anda. Tapi terlalu banyak jumlah alkohol yang diminum bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, kadar lemak darah, dan gagal jantung. Selain itu, tambahan kalori pada alkohol bisa menyebabkan kenaikan berat badan dan itu bisa mengancam jantung. Info BPJS Kesehatan edisi 6 Tahun 2014 Q&A Tingkatkan Peran Faskes Lanjutan Lewat Hospital Awards Question and Answer Apa itu Virtual Account? Virtual Account adalah nomor identitas yang didapat peserta setelah melakukan pendaftaran yang digunakan peserta untuk melakukan pembayaran. Nomor Virtual Account sebanyak 16 digit yang terdiri dari 5 digit pertama kode bank kemudian 1 digit kode peserta/ badan usaha dan 10 digit nomor identitas peserta Bagaimana jika peserta kehilangan nomor Virtual Account? peserta menghubungi Kantor BPJS Kesehatan dengan menunjukkan KTP/KK Bagaimana jika perusahaan ingin menggabungkan beberapa VA (Kantor Cabang) menjadi satu VA (Kantor Pusat) ? Induk Perusahaan harus membuat surat BPJS Kesehatan untuk menggabungkan seluruh VA menjadi satu VA, dengan ketentuan masing-masing VA tidak mempunyai piutang JAKARTA - Sebagai upaya meningkatkan peran dan fungsi fasilitas kesehatan tingkat lanjutan khususnya Rumah Sakit (RS) Vertikal dalam memberikan pelayanan kepada peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), BPJS Kesehatan bersama dengan Kementerian Kesehatan menggelar Hospital Awards The Best Role Model RS Vertikal 2014. Ajang pemberian penghargaan ini sekaligus bentuk apresiasi kepada RS vertikal yang menjadi mitra dan mendukung BPJS Kesehatan. Bagaimana jika saya ingin membayar, VA tidak dapat digunakan? “Keberhasilan program JKN tidak bisa lepas dari dukungan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan selaku mitra BPJS Kesehatan. Karena itu, perlu terus ditingkatkan peran dan fungsinya dalam memberikan pelayanan dalam rangka kendali mutu sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan JKN,” ujar Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris pada saat acara pemberian penghargaan Hospital Awards The Best Role Model RS Vertikal 2014 di Jakarta, Senin (8/9). peserta menghubungi Kantor BPJS Kesehatan dengan menyebutkan nomor identitas peserta Bagaimana jika iuran yang muncul pada Bank tidak sesuai dengan yang tertera pada Lembar Virtual Account ? Peserta dapat segera melakukan konfirmasi kepada kantor BPJS Kesehatan. Bagaimana jika Nama yang muncul pada ATM tidak sesuai dengan Identitas peserta ? Peserta dapat segera melakukan konfirmasi kepada kantor BPJS Kesehatan. Penghargaan Hospital Awards The Best Role Model RS Vertikal 2014diberikan berdasarkan hasil penilaian dari Tim Penilai yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan. Parameter yang dijadikan kriteria penilaian mencakup sistem pendaftaran, sistem pelayanan terhadap peserta, sistem penagihan klaim dan sistem penanganan keluhan peserta program JKN. Tim Penilai sebelumnya melakukan kunjungan lapangan untuk mengecek self assessment yang telah diisi oleh masingmasing rumah sakit selama periode 11 – 29 Agustus 2014. Tim Penilai kemudian menetapkan pemenang berdasarkan dua kategori, yaitu Kategori RS Umum dan Kategori RS Khusus. Juara Kategori RS Umum adalah: Juara I : RS Sanglah Denpasar Bali Juara II : RSUP Fatmawati Jakarta Juara III : RSU Dr. Kariadi Semarang Juara Kategori RS Khusus: Juara I : RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Juara II : RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat (RS Jiwa Lawang) Juara III : RS Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta Pertemuan Manajemen Rumah Sakit dan DPM untuk Optimalisasi Sistem Rujukan Berjenjang JAKARTA – Dalam rangka meningkatkan peran dan fungsi rumah sakit dan Dewan Pertimbangan Medik (DPM), BPJS Kesehatan menggelar Pertemuan Nasional Manajemen Rumah Sakit dan DPM 2014. Kegiatan yang berlangsung pada 10 – 12 September di Bandung ini akan dibuka oleh Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi dan diikuti oleh Tim DPM Pusat, DPM Provinsi serta sejumlah direktur rumah sakit pemerintah dan swasta. “Untuk menyukseskan pelaksanan JKN serta kendali mutu dan biaya yang berdampak kepada sustainibilitas BPJS Kesehatan, maka sistem rujukan berjenjang mutlak dilakukan. Sehubungan dengan hal itu, perlu koordinasi antara BPJS Kesehatan dengan pihak-pihak terkait sehingga tercipta persepsi, pemahaman yang sama, dan kesadaran akan pentingnya sistem rujukan berjenjang dilaksanakan secara optimal,” jelasnya. Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah untuk mengoptimalkan sistem rujukan berjenjang pelayanan kesehatan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekaligus menjadi sarana diskusi, berbagi pengalaman dan mencari solusi atas permasalahan terkait pelaksanan JKN. Melalui Pertemuan Manajemen Rumah Sakit dan DPM, BPJS Kesehatan juga berharap mendapatkan masukan tentang pelaksanaan JKN yang bisa dijadikan rekomendasi untuk diusulkan kepada regulator. “Kegiatan ini juga menjadi sarana sosialisasi khususnya kepada internal BPJS Kesehatan terkait terbitnya beberapa regulasi baru,” kata Fachmi. Info BPJS Kesehatan edisi 6 Tahun 2014 Kilas & Peristiwa Acara pertemuan Manajemen Rumah Sakit dengan DPM ini akan diisi oleh sejumlah rapat dan diskusi antara lain tentang kendali mutu dan biaya di era JKN, evaluasi pelaksanaan program JKN, serta peran rumah sakit dan komite medik dalam mencegah inefisiensi biaya pelayanan kesehatan dengan menghadirkan para pembicara di antaranya Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI), para direktur rumah sakit dan akademisi. Tak hanya itu, acara tersebut juga menghadirkan KPK sebagai salah satu narasumber dalam rangka pencegahan fraud dalam pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan. 11 24 JAM