BPJS Kesehatan

advertisement
INFOBPJS
Edisi VI Tahun 2014
Kesehatan
Media Internal Resmi BPJS Kesehatan
Ikuti Prosedurnya,
Dapatkan Manfaatnya,
Menggali Rujukan Berjenjang
er
i
ers
T
n
ta
a
seh
Kasus yang sudah
didugakan diagnosis
& rencana terapinya
merupakan
pelayanan berulang
dan hanya tersedia di
faskes tersebut
3
0
e
sK
F
02
D
Pasien "Ngotot" RSJPD Harapan Kita
Berlakukan Sistem Rujukan Paksa
Direktur Utama RSJPD Harapan Kita
dr Hananto Andriantoro, SpJP(K), FIHA.
er
d
un
k
Se
n
s
ata siali
h
se Spe
e
s K kter
a
t
i
sil Do
Fa
01
FOKUS
b-S
u
rS
ta okte
li
asi
alis
si
pe
er
se
e
sK
F
ta smas
i
l
i
as ke
s
(Pu
nik
li
,K
a)
P g
at luar
gker
n
i
T kt
o
tantau D
a
h a
i
m
e
r
Ke
CEO Message
Rujukan Bukan Mempersulit
Redaksi
Pengarah
Fachmi Idris
Pimpinan Umum
Ikhsan
Pimpinan Redaksi
Irfan Humaidi
Sekretaris
Rini Rachmitasari
Sekretariat
Ni Kadek M. Devi
Eko Yulianto
Paramitha Suciani
Redaktur
Diah Ismawardani
Elsa Novelia
Chandra Nurcahyo
Yuliasman
Juliana Ramdhani
Budi Setiawan
Dwi Surini
Tati Haryati Denawati
Distribusi dan Percetakan
Basuki
Anton Tri Wibowo
Buletin diterbitkan oleh:
BPJS Kesehatan
Jln. Letjen Suprapto PO BOX
1391/JKT Jakarta Pusat
Tlp. (021) 4246063, Fax.
(021) 4212940
Redaksi menerima tulisan artikel/opini
berkaitan dengan tema seputar Askes
maupun tema-tema kesehatan lainnya
yang relevan dengan pembaca yang ada
di Indonesia. Panjang tulisan maksimal
7.000 karakter (termasuk spasi),
dikirimkan via email ke alamat: redaksi.
[email protected] dilengkapi
identitas lengkap dan foto penulis
SURAT PEMBACA
email : [email protected]
Fax : (021)
4212940
Menjadi Anggota PBI
Yth. Redaksi
Bagaimana jika terdapat penambahan anggota
keluarga?
Vika Aprilia
Solok, Sumatera Barat
Jawab : Pendaftaran dapat dilakukan di Kantro
BPJS Kesehatan terdekat, dengan mengisi
Formulir Daftar Isian Penambahan Anggota
Keluarga dan menunjukkan dokumen sebagai
berikut :
a. Asli/Fotokopi SK terakhir (bagi PNS)
b. Asli/Fotokopi Daftar Gaji terakhir yang telah
dilegalisasi pimpinan unit kerja
c. Asli atau fotokopi Kartu Keluarga
d. Pasphoto ukuran 3x4 sebanyak 1 lembar
e. Asli/Fotokopi Akte Kelahiran / Surat
Keterangan Lahir (bagi penambahan anak)
Salam, Redaksi
INFO BPJS
Kesehatan
EDISI VI TAHUN 2014
“
Karakter Juara
Menuju Cakupan Semesta
A
da satu pertanyaan yang menggelitik, mengapa ayam
olahan Mc Donalds yang menduduki market share no 1
dunia dengan pendapatan 89,13 miliar USD per tahun
(Des 2013) tidak menduduki satu dari sekian makanan terlezat
dunia. Sementara olahan daging rendang yang diolah sederhana
dengan kayu bakar dan tungku, sesuai hasil jajak pendapat yang
dilakukan oleh CNNGo, justru menduduki peringkat pertama
sebagai makanan terlezat mengalahkan berbagai makanan khas
dari berbagai penjuru dunia.
“
Penanggung Jawab
Purnawarman Basundoro
Ternyata jawabnya sederhana, semua tergantung pada
“PROSES”. Tak dapat dipungkiri bahwa fried chicken yang hanya
dimasak tidak kurang dari 3 menit, akan sulit mengalahkan rasa
Ayam Goreng Mbok Mberek yang diolah lebih lama, apalagi
kelezatan rendang yang prosesnya memerlukan waktu berjamjam. Dengan kata lain, proses akan menentukan hasil.
Kata “proses” ini pula yang kiranya menjadi kunci sukses
pembentukan karakter Duta BPJS Kesehatan. Untuk menjadi
pribadi berkarakter sesuai dengan tata nilai organisasi,
dibutuhkan waktu dan komitmen sehingga seluruh Duta BPJS
Kesehatan menjadi pribadi yang handal, unggul dan terpercaya.
Diperlukan upaya, waktu dan cinta dari seluruh komponen dalam
lingkungan BPJS Kesehatan untuk mendorong Duta BPJS
Kesehatan memiliki karakter sebagai pribadi yang mengesankan
dan membanggakan.
Kata cinta di sini jangan disalahartikan sebagai memanjakan.
Komitmen pada aturan dan terbuka menerima konsekuensi
terhadap pelanggaran adalah langkah nyata pembentukan
karakter Duta BPJS Kesehatan. Seorang atasan sudah
sepatutnya mampu menjadi suri tauladan yang mampu
mencontohkan kedisiplinan kepada seluruh bawahannya. Ketika
modelling ini berjalan dengan baik, maka dampaknya bukan hanya
ke anak buahnya, namun juga akan berdampak positif kepada
atasannya. Paling tidak ketika karakter sabar, toleransi, mampu
memahami masalah dari sudut pandang yang berbeda, disiplin
dan memiliki integritas (ucapan dan tindakan sama) terpancar dari
seorang pegawai, maka sikap ini akan menjadi contoh kepada
bawahan dan menjadi positive warning kepada atasannya untuk
bersikap sama atau bahkan lebih baik. Hebatnya lagi, proses
pembentukan karakter ini dapat menghasilkan pekerjaan bermutu
dan meningkatkan brand image bagi organisasi jika setiap Duta
BPJS Kesehatan berkomitmen untuk fokus pada “proses” untuk
menjadi pribadi berkarakter yang lebih baik lagi hari demi hari.
Dari setiap perjuangan ini, hendaknya kita pun dapat mengambil
hikmah pembelajaran. Pembangunan karakter Duta BPJS
Kesehatan yang memiliki daya tarung kuat harus menjadi visi
sekaligus misi dalam pengelolaan sumber daya manusia yang
ada di BPJS Kesehatan. Seyogianya proses alami perubahan
sempurna kupu-kupu selalu tertanam pada diri Duta BPJS
Kesehatan, karena Transformasi Jilid II BPJS KESEHATAN yang
akan dilakukan bersama tentu masih akan dipenuhi dengan
berbagai persoalan dan tantangan.
Ini lah saatnya kita berfikir untuk membangun Duta-Duta BPJS
Kesehatan yang berkarakter petarung, mandiri, kreatif, inisiatif
dan mampu mencari penyelesaian masalah yang baik terhadap
persoalan yang dihadapi pada dirinya dan lingkungan kerjanya.
Kesuksesan bukan lah jalan pintas, ia adalah onak berduri yang
terjal dan mendaki. Semakin tangguh kita, semakin berkarakter
juara jiwa-jiwa ini dibina, maka semakin baik pula proses kita
untuk menyongsong sukses sempurna dalam menjalankan
program jaminan kesehatan nasional, menuju satu tujuan
bersama - mewujudkan Cakupan Semesta.
Direktur Utama
Fachmi Idris
Pembaca setia Info BPJS Kesehatan,
Untuk mendapatkan manfaat dari BPJS Kesehatan, peserta
diwajibkan mengikuti prosedur sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Salah satunya adalah melalui rujukan
berjenjang. Namun prosedur ini tidak sedikit membuat
peserta merasa dipersulit untuk mendapat pelayanan
kesehatan. Padahal jika tahun esesni dari rujukan berjenjang
ini, peserta BPJS Kesehatan akan mendapatkan pelayanan
yang jauh lebih efektif, efisien serta berkualitas. .Untuk itu
secara khusus Info BPJS Kesehatan di edisi 6 kali ini akan
mengulasan tentang esensi daru rujukan berjenjang yang
menjadi prosedur dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang dijamin oleh BPJS Kesehatan. Hal ini akan kami kupas
tuntas di rubrik FOKUS.
Info BPJS Kesehatan juga menghadirkan wawancara
khusus bersama Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan Bapak Akmal Taher, dalam rubrik
BINCANG. Bagaimana pandangan beliau mengenai sistem
dan prosedur peserta BPJS Kesehatan serta bagaimana
upaya kementerian kesehatan dalam menyediakan faskesfaskes yang berkualitas . Dan informasi-informasi lain
seputar BPJS Kesehatan yang kami hadirkan dalam rubrikrubrik lain.
Memasuki edisi ke-6 Info BPJS Kesehatan, redaksi
mengucapkan terimakasih atas apresiasinya terhadap
kehadiran kembali media yang kita cintai ini. Sehingga kami
benar-benar bahagia dan tetap bersemangat menerbitkan
Info BPJS Kesehatan secara konsisten. Dengan masukan dan
saran yang secara simultan kami terima untuk pembenahan
media ini kami berupaya memberikan yang terbaik dalam
upaya memberikan informasi seputar BPJS Kesehatan
kepada seluruh pembaca.
Redaksi
DAFTAR ISI
Pasien "Ngotot" RSJPD Harapan Kita
Berlakukan Sistem Rujukan Paksa
4
FOKUS
Fokus - Dinkes Bandung
Lengkapi Sistem Rujukan dengan Call
Centre
Bincang - Tanpa Sistem Rujukan
Berjenjang
Rumah Sakit Bakal Kewalahan
3
6
Benefit - Pelayanan Ambulance,
Juga ada di JKN loh..
7
Pelanggan - SEP Mandiri dan Bridging
System, Pangkas Antrean Panjang
8
Testimoni - Tumor Ganas Bersarang
di Payudara Marsi
9
Sehat - Stress Bisa Mengancam
Nyama
Kilas & Peristiwa - Pertemuan
Manajemen Rumah Sakit dan DPM
untuk Optimalisasi Sistem Rujukan
Berjenjang
10
11
F kus
Dinkes Bandung
Lengkapi Sistem Rujukan dengan Call Centre
P
elayanan kesehatan dalam Program JKN dan
dikelola BPJS Kesehatan, memang berbeda
dengan sistem kesehatan sebelumnya. Pelayanan
yang diterapkan harus melalui rujukan. Artinya,
Sistem ini mensyaratkan surat rujukan dari fasilitas
kesehatan primer, misalnya, klinik dan puskesmas,
sebelum ke rumah sakit.
Surat rujukan ini juga harus ada bila pasien melakukan
pengobatan di fasilitas kesehatan yang setara tapi berlokasi
jauh dari tempat tinggalnya. Sistem rujukan diterapkan
berkaitan dengan keharusan adanya diagnosis dokter di
tingkat faskes primer, misal pasien didiagnosis demam,
batuk, pilek tanpa indikasi bahaya.
Sistem serupa juga diterapkan pada penderita penyakit
kronis yang sudah pulih namun masih memerlukan
perawatan lanjutan, yaitu rujuk balik. Penderita penyakit
kronis bisa kontrol dan menerima pengobatan dari dokter
faskes primer yang dekat dengan tempat tinggalnya.
Akan tetapi, masih banyak warga yang memilih datang
ke rumah sakit tanpa membawa surat rujukan. Agar,
masyarakat menerima pengobatan yang efektif dan efisien,
Dinas Kesehatan Jabar melakukan uji coba Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan (Yankes) di Kota Bandung, Kabupaten
Bandung, Sumedang, dan Kota Cimahi.
“
“
Melalui sistem rujukan yang
berjenjang ini, para pasien harus
mengutamakan berobat ke puskesmas
(fasilitas kesehatan primer) dan
rumah sakit tingkat kab/kota
(fasilitas kesehatan sekunder). Jika
penyakit tidak bisa ditangani dua
tingkat ini baru dapat dirujuk ke RS
tingkat provinsi. Hasilnya, cukup
memuaskan karena masyarakat
semakin sadar jika tidak semua
penyakit harus ditangani rumah
sakit.
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelanggaraan
yankes yang memungkinkan terjadinya pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab atas pengelolaan suatu
kasus penyakit atau pun masalah kesehatan secara timbal
balik yang dilakukan vertikal dan horizontal.
"Pola pelayanan pesehatan sekarang tidak terstruktur
karena banyak pasien yang langsung datang sendiri,
misalnya, ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) padahal
sakitnya bisa ditangani di puskesmas. Ini membuat biaya
yang dikeluarkan pasien juga mahal," kata Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Jabar, Alma Lucyati.
Alma menambahkan sikap warga yang masih enggan
melaksanakan sistem rujukan membuat kesempatan
pasien yang lebih membutuhkan jadi tertutup karena
banyaknya kasus yang bisa ditangani puskesmas dibawa ke
RSHS.
Sistem rujukan sekarang membuat RSHS sebagai
Pelayanan Kesehatan tingkat 3 (PPK 3) menjadi puskesmas
raksasa karena rata-rata penyakit pasien yang ditangani
seharusnya bisa ditangani puskesmas. Melalui sistem
Info BPJS Kesehatan
edisi 6 Tahun 2014
rujukan berjenjang, ada pendelegasian penanganan pasien
kepada puskesmas, klinik, atau dokter keluarga/pribadi.
Untuk itu, Dinkes Jabar, sudah menyusun standar
pelayanan, buku panduan minimal alat kesehatan, pedoman
standar pemberian obat, dan standar pemeriksaan
Puskesmas atau RS tingkat kabupatem/kota yang memiliki
pelayanan sama dengan yang diberi RS tingkat provinsi.
“Intervensi yang akan kami lakukan adalah perbaikan
sarana dan prasarana, perbaikan infrastruksur sistem
informasi, dan perbaikan sistem rujukan. Dinas kesehatan
juga akan melakukan sosialisasi pada masyarakat tentang
penyakit yang dilayani pada tingkat sekunder, primer, dan
RSHS," kata Alma.
Dengan demikian, menurut Alma masyarakat mendapat
penjelasan tahu wilayah rujukannya. Lembaganya, juga
sudah memetakan sarana prasarana rumah sakit negeri dan
swasta yang ada di Jabar. "Melalui call center 022 4261000
masyarakat bisa menanyakan informasi puskesmas atau
RS yang tepat didatangi. Bisa juga minta dikirimi ambulan.
Kalau masih ada penyakit demam berdarah ke RSHS berarti
pelayanan kab/kota masih kurang," jelasnya.
Call center puskemas ini, merupakan layanan untuk
memudahkan pasien dalam mendapatkan informasi
fasilitas puskesmas, sehingga masyarakat bisa
mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan maksimal.
Sehingga nantinya, petugas call center akan memberikan
saran pada pasien tersebut untuk datang ke puskemas atau
rumah sakit mana.
"Jadi pasien bisa menelpon pada call center ini, lalu
mereka menyebutkan keluhannya. Nanti, petugas call
center bisa memberikan saran, apa yang harus dilakukan
pasien, atau merujuk ke rumah sakit atau puskesmas mana
yang paling dekat dengan domisilinya," ujar Alma.
Bila di tingkat puskesmas tidak bisa diberikan pertolongan
secara maksimal, maka bisa dirujuk ke rumah
sakit."Rujukan untuk ke rumah sakit sendiri, tidak bisa
langsung ke tipe A. Tapi harus berjenjang dari tipe C atau
B. Jadi, kalau tidak di puskesmas maka jika memungkinkan
bisa sembuh di rumah sakit tipe B," ungkapnya.
Mengenai tenaga medis, Dinas Kesehatan Jabar mengakui
kalau beberapa tahun ini sempat terjadi kekurangan tenaga
medis. Kekurangan tersebut dikarenakan banyaknya dokter
yang pensiun sehingga
harus segera diganti.
Selain itu, kata Alma,
penyebab kekurangan
tenaga medis juga
karena adanya program
Puskesmas Pelayanan
Obstetri dan Neonatal
Esensial Dasar
(PONED) yang sudah
dilakukan di seluruh
puskesmas di Jabar.
"Karena memang untuk
mengganti dokterdokter yang pensiun
dan juga dikarenakan
pelayanan yang terus
berkembang seperti
PONED-PONED yang
akan dibangun kembali.
Itu dulu, kini sudah bisa
diatasi," ujar Alma.
3
fokus
Pasien "Ngotot" RS
Berlakukan Sistem
R
umah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD)
Harapan Kita, Jakarta, sudah dinobatkan sebaga
rumah sakit setaraf dengan rumah sakit di luar
negeri. Sehingga, masyarakat tidak perlu buang
uang untuk berobat ke luar negeri.
Pernyataan inilah yang membuat rumah sakit ini, tetap
diserbu, masyarakat sejak dioperasionalkan BPJS
Kesehatan. Akibatnya, sering terjadi antrean karena
masyarakat masih enggan menggunakan sistem rujukan
sebagaimana ketentuan yang berlaku.
“Kita ini, tak boleh nolak pasien. maka,
pasien yang langsung ke sini, diberikan
edukasi dan mengikuti sistem rujukan
yang ada. Bahkan, tidak perlu ke rumah
sakit ini, karena rumah sakit lain
juga sudah bermitra dan memberikan
pelayanan soal kardiovaskuler," kata
Dirut RSJPD Harapan Kita, dr Hananto
Andriantoro, SpJP(K), FIHA.
“
“
Sedangkan, pihak rumah sakit pun, terpaksa melayani
karena tidak boleh menolak pasien. Hanya saja, pihak
rumah sakit tak jemu-jemu memberikan pendidikan agar
datang ke sejumlah rumah sakit yang sudah bermitra
dengan RSJPD Harapan Kita.
Direktur Utama RSJPD Harapan Kita
dr Hananto Andriantoro, SpJP(K), FIHA.
4
Masyarakat hendaknya mengenali jika RSJPD Harapan
Kita, memiliki fungsi yang luas, memberi pelayanan
kepada seluruh rakyat Indonesia mulai dari yang
tidak mampu sampai yang mampu. RSJPD juga
bertanggungjawab meningkatkan kualitasnya menjadi
rumah sakit bertaraf Internasional dan saat ini menjadi
yang terpercaya di Asia Pasifik.
Pihaknya, mengakui jika selama ini juga masih ada pasien
yang sudah diobati, tidak mau ke rumah sakit lain karena
pasien, sangat mempercayai rumah sakit ini.
Sedangan rumah sakit yang menjadi jaringannnya atau
binaannya dalam hal penyakit kardiovaskuler adalah
Rumah Sakit Labora, Budi Asih, Pasar Rebo, Tarakan,
Cengkareng, dan sejumlah rumah sakit di daerah. "Ini
kita berlakukan agar tidak semua pasien kardiovaskuler,
datang ke sini. Sebab, di rumah sakit itu, sudah ada
dokter subspesialis jantung,”
Hananto, mencontohkan, jumlah pasien gagal jantung
akibat hipertensi dan dibayar BPJS ada 1.080 pasien. Pada
bulan berikutnya, pasien tadi, cukup diberikan obat saja.
"Jika terus-terusan begini, ya BPJS yang dirugikan. Maka,
pihaknya, akan melakukan rujuk balik dengan paksa. ya,
sekarang sudah sekitar 30 persen pasien, mau melakukan
rujuk balik," jelasnya.
"Jadi, di sana, ada spesialis jantung yang menangani
ritme jantung saja, ada yang khusus menangani
penyakit jantung koroner saja, ada spesialis jatung
yang menangani katup jantung saja, ada vaskuler saja,
ada kelainan jantung bawanan saja, ada juga yang
menangani hipertensi dan kelainan," jelasnya.
Namun, untuk pasien anak, misalnya, jantungnya yang
bolong-bolong dan hanya sebesar jempol, tentu harus
dilakukan di RSJPD karena rumah sakit lain belum miliki
alatnya.
"Kepercayaan pasien kepada RSJPD terutama pasien yang
sudah sepuh, tapi kalau tidak mau dirujuk balik kasihan
BPJS Kesehatan," tuturnya.
Info BPJS Kesehatan
edisi 6 Tahun 2014
F kus
SJPD Harapan Kita
m Rujukan Paksa
Namun, pihak rumah sakit tetap harus melayani secara prima. Kini, semua sudah ditanggung BPJS
Kesehatan.
Jadi, penderita jantung menurut Hananto, tidak perlu ke rumah sakit ini tetapi cukup mendatangi
rumah sakit yang sudah memberikan pelayanan jantung. Misalnya, rumah sakitnya sudah menjalin
kerjasama penanganan penderita jantung di 12 kota. Seperti, Semarang, Surabaya, jakarta, Palembang,
Padang, Bali, Yogyakarta, dan kota besar lainnya.
Di Jakarta, RSJPD harapan kita sudah menjalin networking dengan lima rumah sakit yakni RS
Fatmawati, RS Tarakan, RS Haji, RS Cengkareng, dan RS Pasr Rebo. "Walaupun pendeteksi berada di
RS Pasar Rebo namun kita tetap monitor melalui alat yang dipasang di sana dan langsung bisa dilihat
di RSJPD Harapan Kita. Jadi, tak usah khawatirlah," jelasnya.
Tidak hanya itu saja, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan sejumlah rumah sakit luar negeri
dalam bentuk pelatihan dan supervisi untuk kepentingan alih pengetahuan dan teknologi. "Ahli dari
luar negeri memberikan pelatihan dan supervisi untuk tindakan-tindakan yang canggih yang jarang
dilakukan," tuturnya.
Terkait dengan sumber daya manusia, pihak rumah sakit
selalu meningkatkan pengetahuan dengan mengirim
dokter ke Toronto, belajar pediatric cardiovaskuler. Biaya
pendidikannnya pun cukup tinggi sekitar Rp900 jutatahun/
satu dokter. "Dalam setahun itu, ada sekitar 15.000 batu
yang ditangani karena ada kelainan jantung bawaan.
"Intinya, kita tetap memberi pelayanan yang sebaik baiknya
dengan melakukan pelayanan sesuai dengan clinical
pathway, dan pedoman praktik yang sudah dibuat RSJPD
Harapan Kita. Ini penting agar bisa efisiensi dan rumah
sakit bisa survive," tambahnya.
Sebelum adanya BPJS Kesehatan, pihaknya memanfaatkan
dana subsidi untuk tangani pasien miskin. Subsidi yang
diberikan RSJPD Harapan Kita kepada pasien miskin sekitar
Rp61 miliar setahun. Subsidi ini diperlukan karena untuk
tangani berbagai kasus saat itu.
Misalnya, kasus konjunental yaitu menutup sekat jantung
yang bolong atau kasus mengganti katup jantung, belum
dijamin seluruhnya oleh Jamkesmas atau Jamkesda.
Info BPJS Kesehatan
edisi 6 Tahun 2014
5
BINCANG
Tanpa Sistem Rujukan Berjenjang
Rumah Sakit Bakal Kewalahan
H
ingga hampir setahun operasional BPJS
Kesehatan, masih ada masyarakat yang belum
tahu teknis mendapatkan pelayanan sesuai
dengan aturan main BPJS Kesehatan. Masyarakat
yang akan berobat ke rumah sakit umum pemerintah
dengan kartu BPJS harus mendapat rujukan dari dokter,
klinik/puskesmas, atau rumah sakit umum daerah.
Masyarakat yang datang ke rumah sakit tersier, akan
dilayani jika sudah mendapatkan rujukan dari peyanan
kesehatan primer, sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 001/2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan (PMK).
Aturan ini diterbitkan agar Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dapat berjalan baik. Maka, sistem rujukan
berjenjang mutlak dilakukan. Guna menelaah sejauh mana
menciptakan persepsi betapa pentingnya sistem rujukan
berjenjang, Info BPJS Kesehatan, mewawancari Dirjen
Bina Upaya Kesehatan, Prof Dr dr Akmal Taher, SpU (K),
ketika menjadi nara sumber dalam sebuah seminar tentang
perumahsakitan di Kota Surabaya. Berikut petikannya:
Masyarakat menanggapi positif kinerja BPJS
Kesehatan yang sudah berlangsung hampir satu tahun.
Tetapi banyak pula yang enggan mengikuti sistem
rujukan berjenjang. Benarkah seperti itu?
Begini, secara umum Program JKN, memang mendapat
tanggapan positif dari masyarakat. Hal ini tercermin dari
tingginya minat masyarakat mendaftar sebagai peserta.
Soal rujukan, pun masih ada masyarakat yang belum
memahami betul soal rujukan berjenjang.
Padahal, sistem rujukan adalah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dimana terdapat
pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik terhadap
satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara
vertikal. Dalam arti, dari unit yang berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal.
Maksudnya, unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Sistem rujukan mengatur alur dari mana dan harus ke
mana seseorang yang mempunyai masalah kesehatan
tertentu untuk memeriksakan masalah kesehatannya.
Jika, semuanya melaksanakan sistem ini, maka, akan
memperoleh keuntungan.
Misalnya, bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan
kesehatan (policy maker), manfaat yang akan diperoleh
di antaranya, membantu penghematan dana dan
memperjelas sistem pelayanan kesehatan.
Bagi masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan akan
meringankan biaya pengobatan karena pelayanan yang
diperoleh sangat mudah. Bagi pelayanan kesehatan (health
provider), mendorong jenjang karier tenaga kesehatan,
selain meningkatkan pengetahuan maupun ketrampilan,
serta meringankan beban tugas.
Artinya, jajaran rumah sakit juga harus memahami soal
sistem rujukan ini?
Benar karena jika tidak memahami, ya bisa menimbulkan
persepsi yang berbeda. Dalam menyukseskan Program
JKN, rumah sakit juga diberlakukan adanya akreditasi.
Selain itu, rumah sakit harus juga memahami penerapan
sistem rujukan berjenjang, penetapan regulasi untuk
mencegah Fraud terhadap pelayanan di RS, dan Identifikasi
RS untuk melakukan perubahan dan perbaikan internal.
Perubahan dan perbaikan internal dapat dilakukan
dengan pembentukkan dewan pengawas rumah sakit,
mengoptimalkan fungsi komite medik dalam meningkatkan
mutu dan profesionalisme tenaga SDM kesehatan RS,
serta membuat clinical guideline di RS.
Mengenai akreditasi, sejauhmana pentinya dalam
menyukseskan Program JKN ?
Akreditasi merupakan hal penting bagi sebuah rumah
sakit. Akreditasi menjadi salah satu indikator kinerja rumah
sakit yang perlu diperhatikan di era JKN. Tidak hanya
menentukan standar pelayanan RS dalam hal keselamatan
6
pasien, akreditasi juga sangat berkaitan
erat sebagai sarana kendali mutu dan
biaya JKN.
RS dapat dikatakan berhasil melaksanakan
JKN ketika lebih dari 75 persen peserta
puas dengan pelayanan rumah sakit.
RS juga harus memperhatikan kualitas
pelayanan kesehatan, pemenuhan
komitmen pelayanan, efisiensi biaya,
perencanaan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien, dan indikasi kejadian
Fraud & Abuse.
Dalam mencegah peluang risiko hukum
dalam pelaksanaan JKN terutama terkait
kendali mutu dan biaya, maka harus
diperhatikan hal-hal seperti diperlukannya
pemahaman konsep INA CBGs,
pengkodean serta managemen risiko
penanganan kewenangan pelayanan di
tingkat faskes
Suksesnya Program JKN ditandai dengan
program yang bersifat sustainable atau
berkelanjutan. Untuk itu perlu dikawal
tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga
stakeholders termasuk RS dan profesi.
Kembali kepada soal rujukan
berjenjang. Ada seorang pegawai
enggan datang ke Puskesmas karena dianggap
menghabiskan waktu?
Secara umum, penerapan pelayanan berjenjang, sistem
kapitasi, dan standardisasi penggunaan obat mutlak
dilakukan agar sistem asuransi kesehatan sosial berjalan
baik. Namun, dalam pengembangannya, masih muncul
persoalan tentang aspek rujukan, biaya, dan kepersertaan
BPJS. Semua itu, kita monitor dan terus dicarikan
solusinya.
Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan
secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis. Pada
pelayanan kesehatan tingkat pertama, peserta dapat
berobat ke fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas,
klinik, atau dokter keluarga yang tercantum pada kartu
peserta BPJS Kesehatan.
Apabila peserta memerlukan pelayanan lanjutan oleh
dokter spesialis, maka peserta dapat dirujuk ke fasilitas
kesehatan tingkat kedua atau fasilitas kesehatan sekunder.
Pelayanan kesehatan di tingkat ini hanya bisa diberikan jika
peserta mendapat rujukan dari fasilitas primer.
Rujukan ini hanya diberikan jika pasien membutuhkan
pelayanan kesehatan spesialistik dan fasilitas kesehatan
primer yang ditunjuk untuk melayani peserta, tidak
dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan peserta karena keterbatasan fasilitas, pelayanan,
dan atau ketenagaan.
Jika penyakit peserta masih belum dapat tertangani di
fasilitas kesehatan sekunder, maka peserta dapat dirujuk
ke fasilitas kesehatan tersier. Di sini, peserta akan
mendapatkan penanganan dari dokter sub-spesialis yang
menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialiastik.
Peserta Program JKN harus mengikuti sistem rujukan yang
ada. Sakit apa pun, kecuali dalam keadaan darurat, harus
berobat ke fasilitas kesehatan primer, tidak boleh langsung
ke rumah sakit atau dokter spesialis. Jika ini dilanggar
peserta harus bayar sendiri.Sistem rujukan seharusnya
tidak membuat pegawai kesulitan.
Kalau begitu, sistem rujukan berjenjang masih perlu
sosialisasi?
Selama ini, kita terus sosialisasikan berbagai persoalan atau
permasalahan di lapangan. Sosialisasi yang kita lakukan
terus menerus, guna menanamkan kesadaran masyarakat
tentang sistem rujukan berjenjang.
Dirjen Bina Upaya Kesehatan
Akmal Taher
Ada pula, masyarakat yang enggan antre terus
menyebarkan info kalau sistem rujukan terkesan berbelitbelit. Kebijakan sistem rujukan yang ditetapkan mencakup
jejaring yang melibatkan swasta, dan membuka seluasluasnya kesempatan bagi klinik yang mau bergabung
dengan BPJS sehingga tidak terjadi antrean di Puskesmas.
Apakah tim medis seperti perawat juga harus
meningkatkan kompetensi?
Peran perawat dalam sistem rujukan berjenjang adalah
memahami secara jelas mengenai sistem rujukan.
Karena perawat adalah petugas garda depan yang selalu
menjadi tempat bertanya pasien atau masyarakat yang
membutuhkan. Perawat harus selalu meningkatkan
kompetensi agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
secara professional yang dibutuhkan pasien.
Maka, monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem rujukan
perlu dilakukan secara terus-menerus oleh pemerintah
agar menjamin setiap masyarakat mendapatkan layanan
kesehatan yang sesuai dengan haknya.
Berarti sistem rujukan berjenjang itu, tidak merepotkan
masyarakat?
Sekali lagi, sistem rujukan berjenjang justru diciptakan
supaya masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan
dengan lebih mudah. Anda bisa bayangkan betapa
rumitnya, jika masyarakat datang ke rumah sakit secara
bersama-sama tidak mengindahkan sistem rujukan
berjenjang.
Jika tidak ada sistem rujukan berjenjang, maka rumah
sakit akan kewalahan menangani jumlah pasien yang
membludak. Antrean memanjang, pelayanan menjadi lebih
lama dan kurang maksimal, serta tenaga medis di rumah
sakit tersebut juga berpotensi kelelahan karena harus
bekerja ekstra. Jika sudah kelelahan, tentu berbahaya bila
dokter atau tenaga medis lainnya memaksakan diri untuk
menangani jumlah pasien yang sangat banyak.
Selagi penyakit Anda masih masuk ke dalam kategori
ringan dan dapat diobati di fasilitas kesehatan primer
seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga, mengapa
harus pergi ke rumah sakit? Jangan khawatir, para
tenaga medis di fasilitas kesehatan primer juga memiliki
kompetensi yang setara dengan dokter umum di rumah
sakit.
Info BPJS Kesehatan
edisi 6 Tahun 2014
BENEFIT
Pelayanan Ambulan
B
Juga Ada di JKN Lho..
“
Untuk memberi memberikan pelayanan
yang baik, BPJS Kesehatan melakukan
kerjasama dengan fasilitas kesehatan
dalam penyediaan ambulan baik
fasilitas kesehatan tingkat pertama
maupun fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan.
“
Fasilitas kesehatan dapat menggunakan ambulan milik
sendiri atau membuat jejaring dengan pihak ketiga
penyelenggara pelayanan ambulan. Pihak ketiga, antara lain
Pemda atau Dinas Kesehatan Propinsi yang mempunyai
ambulan, Ambulan 118, yayasan penyedia layanan ambulan,
dan kerjasama dengan pemberi pelayanan ambulan
dilakukan melalui perjanjian kerjasama antara BPJS
Kesehatan Kantor Cabang dengan fasilitas kesehatan,
bukan antara BPJS Kesehatan Kantor Cabang dengan pihak
ketiga penyelenggara ambulan.
D
i dalam pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) bukan hanya memberikan pelayanan
pengobatan dan rehabilitasi, tetapi juga
pencegahan agar peserta tidak menjadi sakit atau
penyakitnya tidak menjadi komplikasi. Selain itu, ada juga
pelayanan non medis seperti pelayanan mobil ambulan dan
mobil jenazah.
Pelayanan ambulan diberikan kepada peserta BPJS
Kesehatan dalam kondisi tertentu, yaitu saat kondisi pasien
sesuai indikasi medis berdasarkan rekomendasi dari dokter
yang merawat, Pelayanan ambulan diberikan jika kondisi
kelas perawatan sesuai hak peserta penuh dan pasien
sudah dirawat paling sedikit selama tiga hari di kelas satu
tingkat di atas haknya,
Selain itu, pelayanan ambulan yang tidak dijamin BPJS
Kesehatan adalah rujukan parsial (antar jemput pasien
atau spesimen dalam rangka mendapatkan pemeriksaan
penunjang atau tindakan, yang merupakan rangkaian
perawatan pasien di salah satu fasilitas kesehatan, pasien
rujuk balik rawat jalan, dan mobil jenazah.
Untuk penggantian biaya pelayanan ambulan disesuaikan
dengan standar biaya ambulan yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah. Dalam hal belum terdapat tarif dasar
ambulans yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, maka
tarif mengacu kepada tarif yang berlaku di
Kabupaten/Kota yang kondisi geografisnya relative sama
dalam satu wilayah Provinsi.
Ambulan untuk mobil jenazah. Pelayanan jenazah peserta
BPJS Kesehatan diberikan jika peserta BPJS Kesehatan
meninggal dunia saat dirawat inap di fasilitas kesehatan
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Pelayanan
yang didapat antara lain ambulans dari fasilitas kesehatan
ke rumah duka dan pemulasaran jenazah (tidak termasuk
peti mati).
Pelayanan ambulan ini merupakan pelayanan transportasi
pasien rujukan dengan kondisi tertentu antarfasilitas
kesehatan yang disertai dengan upaya ataukegiatan untuk
menjaga kestabilan kondisi pasien untuk kepentingan
keselamatan pasien. Layanan ambulan ini tertuang dalam
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Pasal 20 yang isinya
soal manfaat non medis meliputi manfaat akomodasi dan
ambulans.
Bagi pasien rujuk balik yang masih memerlukan pelayanan
rawat inap di fasilitas kesehatan tujuan, misalnya pasien
kanker rawat inap dengan terapi paliatif di rumah sakit tipe
A dirujuk balik ke rumah sakit tipe B di bawahnya untuk
mendapatkan rawat inap paliatif (bukan rawat jalan).
Pelayanan ambulan dalam pelayanan jaminan kesehatan
nasional mendukung kelancaran pelayanan kesehatan
pasien. Oleh karenanya, pelayanan ambulan hanya
diberikan untuk rujukan antarfasilitas kesehatan, yaitu
antarfasilitas kesehatan tingkat pertama, atau dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama ke fasilitas kesehatan rujukan,
antarfasilitas kesehatan rujukan sekunder, dari fasilitas
kesehatan sekunder ke fasilitas kesehatan tersier, bisa juga
antar fasilitas kesehatan sekunder atau dari rujukan balik ke
fasilitas kesehatan dengan tipe dibawahnya.
Fasilitas kesehatan perujuk adalah fasilitas tingkat pertama
atau tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan. Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan khusus untuk kasus
gawat darurat yang keadaan gawat daruratnya telah teratasi
dan pasien dalam kondisi dapat dipindahkan.
Sedangkan fasilitas kesehatan penerima rujukan adalah
fasilitas kesehatan tingkat pertama atau fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
Pelayanan ambulan yang tidak dijamin adalah menjemput
pasien selain dari fasilitas kesehatan (rumah, jalan,
lokasi lain), mengantar pasien ke tempat selain fasilitas
kesehatan. Pelayanan ambulan dijamin BPJS Kesehatan
jika rujukan dilakukan pada fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Info BPJS Kesehatan
edisi 6 Tahun 2014
7
PELANGGAN
SEP Mandiri dan Bridging System
Pangkas Antrean Panjang
J
aminan kesehatan nasional (JKN) semakin
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, khususnya
yang memerlukan pengobatan dengan biaya mahal.
Seiring dengan berjalannya waktu, peserta BPJS
Kesehatan semakin bertambah banyak, hingga rumah
sakit pun kunjungannya mengalami peningkatan dan
mengakibatkan antrean panjang untuk menanti mendapat
pelayanan.
Pasien rawat jalan di rumah sakit bisa menunggu antrean
hingga delapan jam. Setelah mendapat surat rujukan
dari Puskesmas atau fasilitas kesehatan tingkat primer,
tahap pertama, pasien peserta BPJS Kesehatan harus
mendaftarkan di loket BPJS Kesehatan yang ada di rumah
sakit tujuan rujukan untuk mendapatkan surat eligibilitas
peserta (SEP) .
SEP ini merupakan verifikasi pertama peserta rujukan oleh
BPJS Kesehatan sebagai prosedur awal peserta BPJS
Kesehatan memasuki tahapan pelayanan kesehatan di
rumah sakit atau fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Tahap
kedua, mengantre di loket pendaftaran RS untuk mendapat
rekam medik (medical record).
Kemudian, antrean ketiga di poliklinik RS untuk mendapat
pelayanan kesehatan sesuai saran pada rujukan. Dan
antrean keempat di apotek untuk memperoleh obat. Empat
tahapan prosedur itu membutuhkan waktu sekitar delapan
Total waktu yang dibutuhkan dari empat tahap itu mencapai
delapan jam.
Untuk memudahkan peserta memperoleh pelayanan
kesehatan, BPJS Kesehatan menyediakan fasilitas
perangkat komputer untuk melakukan pendaftaran sendiri
(self check-in). Pengembangan informasi dan teknologi
(IT) ini menjadi salah satu solusi yang dapat memangkas
antrean.
Imel, salah satu peserta BPJS Kesehatan
merasakan ada kemudahan saat berobat di
RSUD Tangerang. “Biasanya saya antre
lama sekali hanya untuk mendapatkan nomor
ke poli. Sekarang bisa langsung dapat nomor
karena mendaftar sendiri di komputer.
Pertamanya sih bingung, gimana nih, terus
ada petugas yang mengajari. Ya, cepetlah,”
ujarnya.
Penggunaan teknologi dapat mempercepat proses
administrasi sehingga peserta mendapat pelayanan,
tepat, dan maksimal. Sistem IT yang saling tersambung
ini disebut bridging system. Jika sistem ini bisa terealisasi
maka semua data yang ada di setiap tingkat fasilitas
kesehatan bisa terhubung secara online. Artinya, akan
mempercepat pelayanan.
Di rumah sakit pun akan segera dibuat bridging sistem
yang terhubung dengan BPJS Kesehatan, sehingga
semuanya fasilitas kesehatan akan saling terhubung.
Kondisi ini akan semakin mempermudah peserta BPJS
Kesehatan mendapatkan pelayanan yang prima, mulai dari
pelayanan di fasilitas kesehatan primer hingga fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan.
Kini, memang belum semua Puskesmas atau fasilitas
kesehatan primer terhubung dalam sistem online.
8
Rumah sakit pun belum semuanya membuat bridging
system dengan BPJS Kesehatan. Namun demikian, upaya
ke arah sana masih terus dilakukan. Bahkan ke depan
peserta bisa bukan hanya bisa menggunakan nomor induk
kependudukan tetapi bisa menggunakan sidik jari (finger
print) untuk mengakses data kepesertaan BPJS Kesehatan.
Pengembangan IT itu harus dibarengi dengan pemahaman
petugas di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan peserta.
Petugas Puskesmas bertugas mengisi data pasien
dalam sistem yang telah disediakan. Data dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama itu sangat penting karena yang
utama. Masyarakat pun dituntut untuk memahami sistem
informasi teknologi ini.
Soal bridging system, Menteri Kesehatan (Menkes),
Nafsiah Mboi, mengatakan sistem yang menghubungkan
antara rumah sakit dengan BPJS Kesehatan menjadi
jawaban atas antrean yang panjang. Namun, untuk
membangun sistem bridging ini tidak mudah karena sistem
yang diapakai rumah sakit dan BPJS Kesehatan berbeda.
Namun, pemerintah menargetkan sistem bridging ini
digunakan di seluruh RS vertikal milik pemerintah yang kini
jumlahnya sekitar 30 yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sistem bridging bertujuan meningkatkan efektivitas proses
memasukan data serta efisiensi penggunaan sumber daya.
Sistem itu diharapkan dapat meningkatkan kecepatan
dalam proses pengelolaan klaim, piutang, dan verifikasi.
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang telah
mengaplikasikan sistem bridging ini, mempunyai target,
pasien menunggu dilayani tidak lebih dari 45 menit.
Hingga Juni 2014 sistem bridging sudah digunakan 22 RS
milik pemerintah. Antara lain RS Cipto Mangunkusumo
(RSCM), RSUD Tarakan, RSUP Fatmawati, RS Haji
Jakarta, RS Kanker Dharmais, RS Jantung Harapan Kita,
RSPI Sulianti Saroso dan RSUP Persahabatan. Ada pula
RSUD Margono Soekarjo (Purwokerto), RSUD Dr Sardjito
(Yogyakarta), RSUD Hasan Sadikin (Bandung), RSUP
Wahidin Sudirohusodo (Makassar) dan RSUP Prof Dr
R.D Kandou (Manado). Termasuk RSUD Arifin Achmad
(Pekanbaru) dan RSU Adam Malik (Medan).
Info BPJS Kesehatan
edisi 6 Tahun 2014
TESTIMONI
Tumor Ganas Bersarang di Payudara
Marsi
Marsi , 51 Tahun
Kebumen Jawa Tengah
P
enyakit bisa menyerang siapa saja, tidak
memandang miskin atau kaya. Bagi orang
kaya mungkin tidak masalah karena dia
mempunyai asuransi dan uang yang cukup,
tetapi bagi orang yang tidak mampu, dihinggapi
penyakit yang berat hanya bisa pasrah, bahkan ada yang
hanya mengandalkan doa dan pengobatan alternatif
di tabib yang bayaran jasanya sesuai kemampuan dan
keikhlasan pasiennya.
Bagi Marsi, 51, yang hidupnya menggantungkan pada
sawah garapannya, jika sakit cukuplah disembuhkan
dengan obat-obat “warung” saja atau dengan tanaman
obat yang ada di sekitarnya. Namun, kali ini berbeda.
Rasa sakit di bagian dadanya membuat dia gelisah tidak
bisa tidur dan semakin hari semakin nyeri, akhirnya dia
berobat di Puskesmas dekat rumahnya di Desa Lemah
Duwur, Kebumen, Jawa Tengah.
Beberapa minggu lalu, dokter
menyampaikan hasil pemeriksaan
patologi dan menvonis Marsi mengidap
kanker payudara. Di payudara sebelah
kiri Marsi ditemukan ada tumor ganas
yang bersarang di sana. Setelah
dia sampaikan ke suami dan anakanaknya, mereka pun hanya
terdiam dan tidak bisa
memutuskan apa-apa.
“Ya, semua hanya
bisa bingung saja,
mau bagaimana
lagi tak punya,
saya sudah
pasrah saja dan
siap menahan
rasa sakit,” kata
Marsi dengan
suara lirih.
Ketika ditemui di
Rumah Sakit Palang
Biru Gombong,
Kebumen, Marsi lebih
banyak diam. Sambil
menunggu giliran konsultasi
dokter, dia menceritakan
nasibnya yang kurang
beruntung. Awalnya, dia
takut berobat karena tidak
punya uang yang cukup.
Ingin menggunakan kartu
Jamkesmas yang dia miliki,
juga takut tidak dilayani
dengan baik.
Pengobatan dengan herbal ternyata
tidak ada pengaruhnya, benjolan di
payudaranya semakin membesar, dan
akhirnya payudara sebelah kiri diangkat.
“Alhamdulillah, tidak ada biaya apa-apa
semua ditanggung oleh Jamkesmas,
katanya sekarang jadi BPJS Kesehatan.
Kalau harus bayar ya pasti repot karena
biayanya sampai jutaan rupiah,” ujarnya.
Info BPJS Kesehatan
edisi 6 Tahun 2014
Setelah payudaranya diangkat, dia harus menjalani
kemoterapi di RS Margono yang berada di Purwokerto,
Jawa Tengah. Untuk itu, dia harus mondar-mandir
Kebumen-Purwokerto setiap dua minggu sekali. Selama
rawat jalan, Marsi disarankan untuk mengkonsumsi
makanan yang sehat, makanan disarankan direbus, bukan
digoreng, tidak boleh menggunakan bumbu msg atau
penyedap.
Semua masalah yang dihadapi Marsi dijalaninya
dengan tawakal dan selalu mohon perlindungan
Tuhan. Marsi yang saat itu diantar anak lakilakinya, sabar menunggu dokter hingga dua
jam, karena jarak dari rumahnya ke rumah
sakit Palangbiru Gombong ditempuh dalam
waktu satu jam dengan menggunakan
sepeda motor.
Harapannya, dia bisa sembuh dan bisa
bekerja mencari tambahan pendapatan
keluarga. Dia pun tak berhenti mengucap
syukur karena telah dibantu oleh BPJS
Kesehatan. “Kalau tidak Jamkesmas
(maksud dia BPJS Kesehatan – Red),
saya tidak tahu harus bilang apa
lagi.
Untung pemerintah punya
program ini yaa (jaminan
kesehatan nasional – Red),
sehingga saya tertolong,”
ujarnya.
Dia
pun sempat bertanya,
apakah kalau
Presidennya ganti
programnya diganti
juga ya, imbuhnya. Marsi
mengatakan, bagi dia
dan keluarganya serta
keluarga-keluarga lain yang
ada di desanya merasa
senang adanya program JKN yang memberi jaminan
kesehatan kepada penduduk tidak mampu.
“Semoga ya, ganti presiden, jangan diganti programprogram yang bagus untuk rakyat, seperti saya ini sungguh
terbantu. Mau makan susah, mau beli apa juga susah,
mau bekerja hanya bisa jadi petani saja, tetapi tidak punya
pilihan lain,” ujarnya.
9
SEHAT
S
S
E
R
ST
T
erlalu banyak kegiatan yang harus diselesaikan dalam
waktu yang bersamaan bisa menimbulkan stres jika
tidak diantisipasi dengan berbagai kegaiatan selingan
lainnya. Tidak memiliki pekerjaan pun bisa menimbulkan
stres.
Namun, masyarakat hendaknya tidak mengabaikan
persoalan ini karena bisa memunculkan penyakit yang
mengancam nyawa. Alasannya, stres bisa menimbulkan
kolesterol makin tinggi dan terus akan merambah ke
jantung.Untuk itu, kita bisa melakukan berbagai cara
mengurangi kepenatan yang membebani pikiran.
Saat mengalami stres berat, seseorang cenderung memilih
makanan manis atau yang membuat perasaan nyaman
seperti permen, cookie atau cake cokelat. Sebabnya, stres
bisa melepas berbagai hormon yang bisa mengubah sistem
metabolisme tubuh, salah satunya cortisol.
Hormon ini mampu meningkatkan nafsu makan dan
mendorong keinginan untuk mengkonsumsi makanan
manis dan berlemak. Jadi, sebisa mungkin segera atasi
saat stres mulai mendera. Caranya bisa dengan olahraga,
aromaterapi atau meditasi.
Ada cara yang paling mudah atasi stres, misalnya,
tarik napas dalam-dalam lalu letakkan tangan di perut.
Bayangkan perut bergoyang-goyang seperti bila Anda mulai
tertawa. Dengan cara ini, Anda mengambil satu langkah
maju untuk mengurangi hormon stres.
Temuan ini adalah hasil dari studi kecil terhadap 16 pria
sehat. Mereka dibagi dalam dua kelompok. Kelompok
eksperimental diberi antisipasi atas sesuatu yang lucu,
sisanya sebagai pembanding.
Peneliti menguji kadar tiga hormon stres dalam darah
partisipan dan membandingkannya dengan kelompok
kontrol. Mereka menemukan bahwa kelompok yang telah
mengantisipasi tertawa lebih dulu, kadar tiga hormon
stresnya menurun, seperti dirilis WebMD.
Kadar kortisol (hormon stres) turun 39 persen. Adrenalin,
yang diketahui sebagai epinefrin, turun 70 persen. Kadar
dopak, yaitu zat kimia yang berhubungan dengan perasaan
baik (dopamin), berkurang 38 persen.
Secara persisten naiknya kadar hormon stres dalam darah
dikaitkan dengan melemahnya sistem kekebalan.“Temuan
ini membuat kami yakin bahwa dengan mencari
pengalaman positif yang membuat tertawa, kita bisa tetap
sehat,” ujar Lee Berk, seorang peneliti, dalam sebuah
seminar di Jakarta. Selanjutnya, studi serupa yang telah
mereka lakukan dua tahun sebelumnya, yakni bahwa
tertawa memicu meningkatnya hormon yang menyehatkan
seperti betaendorfin.
Para peneliti dari Ibermutuamur, sebuah perusahaan
asuransi yang menangani kasus kecelakaan kerja dan
10
Bisa Ancam Nyawa
penyakit akibat kerja, melakukan penelitian untuk
membuktikan hal tersebut.
turut meningkat. Maka, jangan pernah sepelekan stres
yang datang. alasannya, stres berkepanjangan bisa
mengantarkan pada risiko berbagai penyakit kornis.
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner
untuk melihat apakah ada hubungan antara stres kerja
dengan meningkatnya kadar kolestrol dalam darah. Hasil
yang didapatkan adalah sebanyak 8,7 persen dari 91.593
peserta mengalami stres kerja. Selain itu, mereka juga
mengalami tingkat kecemasan dan gejala depresi.
Misalnya, hipertensi.Saat stres terjadi peningkatan pada
adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat.
Ketika hal ini sering terjadi, maka tekanan darah akan
meningkat secara permanen. Untuk diketahui, tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan stroke dan gagal jantung.
Dibandingkan dengan kadar 'kolestrol baik' (HDL), peserta
yang mengalami stres kerja memiliki kadar 'kolestrol jahat'
(LDL) yang lebih tinggi. Ketika orang merasa stres, pola
makan mereka cenderung tidak sehat. Akibatnya, kadar
kolestrol dalam tubuh tidak dapat dikontrol dengan baik.
Menurut sejumlah dokter yang tengah diskusi di sebuah
hotel berbintang di Jakarta, pekan lalu, stres dapat
mengakibatkan jantung bekerja lebih keras. Stres yang
kronis bisa meningkatkan denyut jantung seperti dampak
dari merokok.
Ini sangat membahayakan. Sebab, apabila Anda memiliki
kadar 'kolestrol jahat' (LDL) yang tinggi, pembuluh arteri
Anda dapat tersumbat. Selain itu, risiko perkembangan
penyakit kardiovaskuler, seperti penyakit jantung koroner,
Stres juga dapat memengaruhi kadar glukosa di dalam
darah. Ketika stres terjadi secara teratur, maka seseorang
sangat berisiko terkena penyakit diabetes. Ini merupakan
salah satu dampak stres yang sering terabaikan.
TIPS
Hindari Kebiasaan Buruk Dampak Stres
Salah satu dampak stres, bisa menyebabkan penyakit
jantung koroner. Bahkan, sejumlah kasus kematian bisa
disebabkan oleh jantung koroner. Penyebab terjadinya
penyakit tersebut juga bermacam-macam seperti gaya
hidup, pola makan, dan faktor keturunan, termasuk
kebiasaan sehari-hari yang tak disadari bisa mengancam
kesehatan jantung.
Dr Sharad Kasarle, Kepala penelitian sekaligus Managing
Director di DSK Nutrition and research centre, saat datanag
ke sebuah rumah sakit di Ibukota Jakarta, mengungkapkan,
penderita jantung tidak hanya diidap oleh kalangan
lansia. tetapi banyak pula kawula yang menderita penyakit
jantung.
"Peningkatan jumlah orang yang terjerumus penyakit arteri
koroner di India rata-rata masih berusia muda. Di India ada
sekitar 45 juta pasien jantung koroner dengan jutaan orang
yang memiliki gaya hidup modern yang penuh stres dan
depresi," kata Dr Sharad Kasarle.
Maka, dirinya memberikan rekomendasi agar tidak
terhindar penyakit yang bisa mengancam jiwa manusia.
Misalnya, tak makan buah dan sayur. "Diet untuk jantung
sehat yang paling baik adalah pola makan nabati. Berarti
banyak mengasup buah, sayur, kacang-kacangan, bijibijian, susu rendah lemak, dan protein serta hindari junk
food," paparnya.
Penelitian telah menemukan bahwa orang yang makan
lebih dari lima porsi buah dan sayur sehari berisiko 20
persen lebih rendah terkena penyakit jantung atau stroke
dibanding mereka yang makan kurang dari tiga porsi buah
dan sayur dalam sehari.
Depresi. Sering merasa stres, bermusuhan dengan teman,
atau depresi bisa mengancak kesehatan jantung Anda.
Emosi yang tak menentu tiap harinya bisa mempengaruhi
jantung Anda karena emosi itu kerap menginternalisasi
stres yang bisa membahayakan jantung. Banyak penelitian
yang menunjukkan sering tertawa serta dukungan sosial
bisa membantu mengurangi stres Anda. Maka, saat ada
masalah, cobalah untuk berbagi dengan orang lain.
Dengkuran.Mendengkur bisa jadi tanda adanya masalah
yang serius misanya Obstructive Sleep Apnea (OSA).
Gangguan ini ditandai dengan terganggunya pernapasan
saat tidur dan mengakibatkan tekanan darah naik. Orang
yang menderita OSA empat kali lebih rentan menderita
penyakit kardiovaskular. OSA rentan terjadi pada orang
gemuk, tapi juga bisa dialami orang bertubuh langsing.
Jika Anda mendengkur dan bangun dalam keadaan lelah,
sebaiknya segera konsultasi dengan dokter.
Kesehatan gigi. Ada hubungan kuat antara penyakit gusi
dengan penyakit jantung. Jika Anda tidak membersihkan
gigi hingga menjadi lengket dan bakteri sarat plak kerap
tumbuh, itu bisa mengakibatkan penyakit gusi dan ini
dapat memicu peradangan dalam tubuh."Peradangan
mempromosikan semua aspek aterosklerosis. Mengobati
penyakit gusi bisa meningkatkan fungsi pembuluh darah,"
kata Dr Sharad.
Selanjutny, nonton TV. "Orang-orang yang duduk di depan
TV lebih dari empat jam sehari 80 persen lebih mungkin
meninggal karena terkait masalah jantung dan penyakit
arteri," kata Dr Sharad. Bahkan orang yang mempunyai
berat badan sehat tapi terlalu banyak duduk, akan berisiko
buruk pada gula darah dan lemak darah.
Semua ini, berhubungan dengan masalah kebiasaan ketika
kembali ke rumah setelah duduk enam sampai delapan jam
di kantor, kita justru merasa nyaman saat duduk di depan tv
padahal itu meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Isolasi diri. Beberapa orang memang terkadang
menyebalkan, tapi tak ada salahnya Anda memperkuat
hubungan dengan orang yang memang Anda senangi.
Orang yang memiliki koneksi kuat dengan orang lain
umumnya cenderung hidup lebih lama. Setiap manusia
memang butuh waktu sendiri tapi itu bukan berarti menarik
diri Anda dari pergaulan.
Merokok."Merokok adalah bencana total pada jantung
Anda," kata Dr Sharad. Merokok bisa menyebabkan
pembekuan darah yang dapat menghalangi aliran darah ke
jantung dan memberi kontribusi penimbunan plak di arteri.
Makan cemilan asin. Makin banyak garam yang dikonsumsi,
semakin tinggi tekanan darah Anda. Satu dari tiga orang
dewasa di Amerika memiliki tekanan darah tinggi yang
menjadi faktor risiko utama untuk stroke, gagal ginjal, dan
serangan jantung.
"Jauhi junk food dan baca konten natrium pada label
makanan. Lebih banyak konsumsi buah, sayur, dan yang
tidak asin. Kita harus menjaga asupan natrium di bawah 2,3
gram per hari. Jika punya tekanan darah tinggi atau berusia
50 tahun lebih, asupan garam tak lebih dari 1,5 gram per
hari," jelasnya.
Obesitas. Kelebihan berat badan adalah faktor risiko utama
untuk penyakit jantung. Cobalah makan lebih sedikit,
hindari porsi berlebih, dan ganti minuman manis dengan
air putih. Dr Sharad juga menyarankan kurangi asupan
karbohidrat berkalori tinggi seperti roti dan pasta dan
perhatikan label makanan yang rendah lemak tapi nyatanya
justru mengandung banyak kalori.
Minum banyak alkohol.Sedikit alkohol mungkin baik bagi
jantung Anda. Tapi terlalu banyak jumlah alkohol yang
diminum bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi,
kadar lemak darah, dan gagal jantung. Selain itu, tambahan
kalori pada alkohol bisa menyebabkan kenaikan berat
badan dan itu bisa mengancam jantung.
Info BPJS Kesehatan
edisi 6 Tahun 2014
Q&A
Tingkatkan Peran Faskes Lanjutan Lewat Hospital Awards
Question and Answer
Apa itu Virtual Account?
Virtual Account adalah nomor identitas yang didapat
peserta setelah melakukan pendaftaran yang digunakan
peserta untuk melakukan pembayaran. Nomor Virtual
Account sebanyak 16 digit yang terdiri dari 5 digit
pertama kode bank kemudian 1 digit kode peserta/
badan usaha dan 10 digit nomor identitas peserta
Bagaimana jika peserta kehilangan nomor Virtual
Account?
peserta menghubungi Kantor BPJS Kesehatan dengan
menunjukkan KTP/KK
Bagaimana jika perusahaan ingin menggabungkan
beberapa VA (Kantor Cabang) menjadi satu VA
(Kantor Pusat) ?
Induk Perusahaan harus membuat surat BPJS
Kesehatan untuk menggabungkan seluruh VA menjadi
satu VA, dengan ketentuan masing-masing VA tidak
mempunyai piutang
JAKARTA - Sebagai upaya meningkatkan peran dan fungsi fasilitas kesehatan tingkat lanjutan khususnya Rumah Sakit (RS)
Vertikal dalam memberikan pelayanan kepada peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), BPJS Kesehatan bersama dengan
Kementerian Kesehatan menggelar Hospital Awards The Best Role Model RS Vertikal 2014. Ajang pemberian penghargaan ini
sekaligus bentuk apresiasi kepada RS vertikal yang menjadi mitra dan mendukung BPJS Kesehatan.
Bagaimana jika saya ingin membayar, VA tidak
dapat digunakan?
“Keberhasilan program JKN tidak bisa lepas dari dukungan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan selaku mitra BPJS Kesehatan.
Karena itu, perlu terus ditingkatkan peran dan fungsinya dalam memberikan pelayanan dalam rangka kendali mutu sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan JKN,” ujar Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris pada saat acara
pemberian penghargaan Hospital Awards The Best Role Model RS Vertikal 2014 di Jakarta, Senin (8/9).
peserta menghubungi Kantor BPJS Kesehatan dengan
menyebutkan nomor identitas peserta
Bagaimana jika iuran yang muncul pada Bank tidak
sesuai dengan yang tertera pada Lembar Virtual
Account ?
Peserta dapat segera melakukan konfirmasi kepada
kantor BPJS Kesehatan.
Bagaimana jika Nama yang muncul pada ATM tidak
sesuai dengan Identitas peserta ?
Peserta dapat segera melakukan konfirmasi kepada
kantor BPJS Kesehatan.
Penghargaan Hospital Awards The Best Role Model RS Vertikal 2014diberikan berdasarkan hasil penilaian dari Tim Penilai
yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan. Parameter yang dijadikan kriteria penilaian mencakup sistem
pendaftaran, sistem pelayanan terhadap peserta, sistem penagihan klaim dan sistem penanganan keluhan peserta program
JKN.
Tim Penilai sebelumnya melakukan kunjungan lapangan untuk mengecek self assessment yang telah diisi oleh masingmasing rumah sakit selama periode 11 – 29 Agustus 2014. Tim Penilai kemudian menetapkan pemenang berdasarkan dua
kategori, yaitu Kategori RS Umum dan Kategori RS Khusus.
Juara Kategori RS Umum adalah:
Juara I : RS Sanglah Denpasar Bali
Juara II : RSUP Fatmawati Jakarta
Juara III : RSU Dr. Kariadi Semarang
Juara Kategori RS Khusus:
Juara I : RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
Juara II : RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat (RS Jiwa Lawang)
Juara III : RS Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta
Pertemuan Manajemen Rumah Sakit dan DPM
untuk Optimalisasi Sistem Rujukan Berjenjang
JAKARTA – Dalam rangka meningkatkan peran dan fungsi
rumah sakit dan Dewan Pertimbangan Medik (DPM), BPJS
Kesehatan menggelar Pertemuan Nasional Manajemen
Rumah Sakit dan DPM 2014. Kegiatan yang berlangsung
pada 10 – 12 September di Bandung ini akan dibuka oleh
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi dan diikuti oleh Tim DPM
Pusat, DPM Provinsi serta sejumlah direktur rumah sakit
pemerintah dan swasta.
“Untuk menyukseskan pelaksanan JKN serta kendali
mutu dan biaya yang berdampak kepada sustainibilitas
BPJS Kesehatan, maka sistem rujukan berjenjang mutlak
dilakukan. Sehubungan dengan hal itu, perlu koordinasi
antara BPJS Kesehatan dengan pihak-pihak terkait
sehingga tercipta persepsi, pemahaman yang sama, dan
kesadaran akan pentingnya sistem rujukan berjenjang
dilaksanakan secara optimal,” jelasnya.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengatakan,
tujuan kegiatan ini adalah untuk mengoptimalkan sistem
rujukan berjenjang pelayanan kesehatan dalam program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekaligus menjadi
sarana diskusi, berbagi pengalaman dan mencari solusi
atas permasalahan terkait pelaksanan JKN.
Melalui Pertemuan Manajemen Rumah Sakit dan DPM,
BPJS Kesehatan juga berharap mendapatkan masukan
tentang pelaksanaan JKN yang bisa dijadikan rekomendasi
untuk diusulkan kepada regulator. “Kegiatan ini juga
menjadi sarana sosialisasi khususnya kepada internal BPJS
Kesehatan terkait terbitnya beberapa regulasi baru,” kata
Fachmi.
Info BPJS Kesehatan
edisi 6 Tahun 2014
Kilas & Peristiwa
Acara pertemuan Manajemen Rumah Sakit dengan DPM
ini akan diisi oleh sejumlah rapat dan diskusi antara lain
tentang kendali mutu dan biaya di era JKN, evaluasi
pelaksanaan program JKN, serta peran rumah sakit dan
komite medik dalam mencegah inefisiensi biaya pelayanan
kesehatan dengan menghadirkan para pembicara di
antaranya Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI,
Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes
RI, Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan, Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia
(PERSI), para direktur rumah sakit dan akademisi.
Tak hanya itu, acara tersebut juga menghadirkan KPK
sebagai salah satu narasumber dalam rangka pencegahan
fraud dalam pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS
Kesehatan.
11
24
JAM
Download