PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS DAN REPUTASI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Oleh: KAMALUDIN NIM: 105082002621 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2010 M SURAT PERNYATAAN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama Mahasiswa : Kamaludin NIM : 1050 8200 2621 Jurusan : Akuntansi Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil atau karya penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya. Jakarta, 06 Desember 2010 Kamaludin PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS DAN REPUTASI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Kamaludin NIM: 1050 8200 2621 Di bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Dr. Amilin, SE., Ak.,M.Si NIP:197306152005011009 Drs. M.Arif Bintoro D, Ak., MBM JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2010 i Hari Kamis Tanggal Tiga Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Kamaludin NIM: 105082002621 dengan judul skripsi “PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS DAN REPUTASI PERUSAHAAN” (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI)”. Memerhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 03 Desember 2010 Tim Penguji Ujian Komprehensif Rini, SE., Ak., M.Si Penguji II Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak. Penguji III Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si Penguji I ii Hari Jumat Tanggal Tujuh Belas Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Kamaludin NIM: 105082002621 dengan judul skripsi “PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS DAN REPUTASI PERUSAHAAN ” (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI)”. Memerhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 17 Desember 2010 Tim Penguji Ujian Skripsi Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji I Yusro Rahmah SE., M.Si Penguji II Pembimbing I Pembimbing II Dr. Amilin SE., Ak., M.Si NIP: 197306152005011009 Drs. M. Arif Bintoro D. Ak., MBM iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Kamaludin Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Oktober 1987 Alamat : Jl. Tanjung Duren Timur I Gg. Nangka Rt.10/01 No.28. Kel: Tanjung Duren Selatan. Kec: Grogol Petamburan. Jakarta Barat 11470 Telepon : 08999274414 Agama : Islam Warga Negara : Indonesia E-mail / YM : [email protected] Nama Orang Tua Ayah : M. Yunus Ibu : Amin Motto Hidup : Selalu berusaha menjadi muslim yang lebih baik Pendidikan : 1. SDN 05 pagi Tanjung Duren Selatan, Tahun 1993- 1999 2. SLTPN 69, Tahun 1999 - 2002 3. SMAN 16, Tahun 2002- 2005 4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis / Akuntansi Tahun 2005 – 2009 Pengalaman Kerja dan Magang: 1. DEPAG Pejaten Jak sel, Tahun 2008 2. PT. Bank Danamon Indonesia, Tahun 2008-2010 iv “PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS DAN REPUTASI PERUSAHAAN” (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI) Oleh: Kamaludin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis praktek pengungkapan tanggungjawab sosial pada perusahaan high profile dan low profile dan untuk menguji pengaruh pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap profitabilitas ROA (rasio tingkat pengembalian aktiva) dan ROE (rasio tingkat pengembalian modal sendiri) serta reputasi perusahaan yang diukur dari harga saham. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sample 60 perusahaan go public yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan laporan tahunan 2008-2009. Metode pemilihan sample menggunakan purposived sampling. Model analisis yang digunakan adalah regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial berpengaruh terhadap ROA pada perusahaan high profile, tetapi tidak berpengaruh terhadap ROA pada perusahaan low profile. Tingkat pengungkapan tanggungjawab sosial berpengaruh terhadap ROE dan harga saham, baik pada perusahaan high profile maupun low profile. Kata kunci: Tingkat pengungkapan tanggungjawab sosial, ROA, ROE dan reputasi perusahaan. v “THE INFLUENCE CORPORATE SOCIAL DISCLOSURE TO PROFITABILITY AND COMPANY REPUTATION” (Empirical Study at Corporation that Listed in Indonesia Stock Exchange) By: Kamaludin Abstract The purpose of this research is to analysis of corporate social disclosure practices in high profile and low profile company and to examine the influence of profitability ROA (Rreturn on Asset) and ROE (Return on Equity and company reputation that measured by the price stock. The research was conducted by selecting of 60 public listed companies on Indonesia Stock Exchange, and using annual report in 2008-2009. The sampel of this research collected by using purposived sampling. Analysis method is simple regression method. The results of this research that corporate social responsibility quantity has significant to ROA in high-profile company, but not significant to ROA in low profile company. Corporate social disclosure quantity has significant to ROE and Price stock, both in high profile company as well as low profile company. Keywords: Corporate social disclosure quantity, return on asset, return on equity, and reputation. vi KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbil‟alamin, Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan rahmat-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya. Atas berkah, rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas dan Reputasi Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Namun demikian, skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan. Skripsi ini masih sangat sederhana, sesederhana pemikiran penulis. Skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Ayah (M.Yunus) dan Ibu (Aminah), abang (Marsudi), dan Kakak serta suami (Yulaiha dan Andi Prihat) serta adikku (Rizky Ramadhan) yang telah memberikan dorongan serta bantuan baik moril maupun materil yang penulis sangat butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 3. Dr. Amilin SE.,Ak.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing 1 yang begitu telaten dan sabar dalam membimbing penulis, serta banyak memberikan pengarahan dan masukan selama proses pengerjaan skripsi. vii 4. Drs. Arief Bintoro D, Ak., MBM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 5. Rahmawati,SE., MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 6. Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi 7. Herni Ali HT,MM, selaku Dosen Pembimbing Akademik. 8. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 9. Teman-teman sekolahku dahulu Firda, Anggraini, Nawang, Intan, Rudi dan khususnya teman sekaligus tetangga ku Arda yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis. 10. Saudaraku Akbar Pradana di bandung dan Abdurahman Idris (Erga) di gorontalo yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis. Terima kasih atas kebaikan dan kasih sayang kalian selama ini. 11. Teman terbaik di kampus (2005), Gina (terima kasih atas sumbang ide judul atas skripsi ini), Arief Fahruri (terima kasih banyak telah meluangkan waktu mengajarkan penulis dalam proses pembuatan skripsi ini dengan sabar dan telaten), Heri (semoga cita-cita menjadi PNS bisa tercapai), Munandar, Hendra, Sovi, Yatna, Hadi, Ridwan, Doszen, Maliq, Fikri, Ryan, Andi, Aal, Adi, Oji, Qothi, Fakhri, Marfi, Najahi, Hirfan, Mas Moel, Nisa, Berlian, Dinda, Ratih, Erna, Ida, Nofi, Dian, Fanny dan Dara (Terima kasih banyak atas dukungan dan semangat morilnya) serta Rokhli dan Irfan (terima kasih telah mengajarkan penulis dalam menghadapi ujian kompre). viii 12. Rekan-rekan kerja di Danamon Card Center Tugu Tani Jakarta, mba Yan, mba Nofi, mba Indi, mba Shasa, mba Syifa, mba Irma, mba Dena, Sandra, Arya, Galih, Avi, isti, mba Nisa, mba Olive, mba Febby, mba Nana, mas Dias, mas Zaki, Aa Acel dan mas Yonda yang telah memberikan semangat kepada Penulis. Mohon maaf apabila ada pihak-pihak yang namanya tidak tercantum. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahalanya kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini. Jakarta, Desember 2010 Kamaludin ix DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. ii LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI ............................................. iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... iv ABSTRAK ....................................................................................................... v ABSTRACT ....................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 14 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 14 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 15 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Corporate Social Responsibility. .......................................... 17 1. Sejarah Singkat Corporate Social Responsibility .................... 17 2. Pengertian Corporate Social Responsibility ............................ 20 3. Konsep Corporate Social Responsibility ................................. 23 4. Sustainability dalam Pelaksanaan Corporate Social Responsibility................................................. .......................... 29 5. Pendekatan Dasar Corporate Social Responsibility ................. 32 6. Tahap-tahap dalam Mengelola Program CSR.......................... 36 7. Penerapan Corporate Social Responsibilty di Indonesia ......... 39 x 8. Social Responsibility Accounting ............................................. 42 9. Kinerja Perusahaan................................................................... 46 10. Reputasi Perusahaan................................................................. 48 11. Profil Perusahaan............................................................... ...... 50 B. Penelitian Tedahulu ........................................................................ 52 C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis................... 56 1. CSR dan Profitabilitas Perusahaan .......................................... 56 2. CSR dan Reputasi Perusahaan ................................................. 58 D. Kerangka Teoritis ........................................................................... 61 BAB III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 62 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................. 62 C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 63 D. Metode Analisis ............................................................................. 63 1. Statistik Deskriptif ................................................................... 64 2. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 65 a. Uji Normalitas .................................................................... 65 b. Uji Autokorelasi ................................................................. 65 c. Uji Heteroskedastisitas ....................................................... 66 3. Uji Hipotesis ............................................................................ 67 a. Koefisien Determinasi ........................................................ 67 b. Uji Statistik t ........................................................ 67 E. Operasionalisasi Variabel Penelitian .............................................. 68 1. Variabel Independen............................................................. ..... 68 2. Variabel Dependen............................................................... ...... 68 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................. 71 B. Hasil Analisis Data ......................................................................... 72 1. Uji Statistik Deskriptif........................................................ ..... 72 xi 2. Uji Asumsi Klasik.............................................................. ...... 75 a. Uji Normalitas .................................................................... 75 b. Uji Autokorelasi ................................................................. 81 c. Uji Heterokedastisitas ........................................................ 81 3. Pengujian Hipotesis .................................................................. 89 a. Koefisien Determinasi ....................................................... 89 b. Uji Statistik t ...................................................................... 90 C. Pembahasan........................................................................... ............... 95 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................... 99 B. Implikasi dan Keterbatasan ............................................................ 100 C. Saran ............................................................................................ 102 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 103 LAMPIRAN .................................................................................................... 107 xii DAFTAR GAMBAR No. Keterangan Halaman 2.1 Tingkatan Tanggungjawab Sosial......................................................... 36 2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 44 4.1 Grafik Uji Normalitas ROA perusahaan High Profile ............................ 73 4.2 Grafik Uji Normalitas ROA perusahaan Low Profile...................... ....... 74 4.3 Grafik Uji Normalitas ROE perusahaan High Profile.......................... .. 75 4.4 Grafik Uji Normalitas ROE perusahaan Low Profile... .......................... 78 4.5 Grafik Uji Normalitas Reputasi perusahaan High Profile.... .................. 79 4.6 Grafik Uji Normalitas Reputasi perusahaan High Profile.... .................. 79 4.7 Grafik Uji Heterokedastisitas ROA perusahaan High Profile.. .............. 83 4.8 Grafik Uji Heterokedastisitas ROA perusahaan Low Profile.. ............... 84 4.9 Grafik Uji Heterokedastisitas ROE perusahaan High Profile.. ............... 85 4.10 Grafik Uji Heterokedastisitas ROE perusahaan Low Profile.. ................ 86 4.11 Grafik Uji Heterokedastisitas Reputasi perusahaan High Profile.. ......... 87 4.12 Grafik Uji Heterokedastisitas Reputasi perusahaan Low Profile.. .......... 88 xiii DAFTAR TABEL No. Keterangan Halaman 2.1 Masalah Sosial yang Perlu Diungkapkan dalam Laporan Keuangan pada Publik........................................................................................... 44 2.2 Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang .................................. 55 3.1 Pengukuran Operasional Variabel Penelitian.......................................... 70 4.1 Rincian Sampel Penelitian ...................................................................... 72 4.2 Statistik Deskriptif .................................................................................. 73 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan High Profile .................................... 81 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Low Profile ..................................... 81 4.5 Koefisien Determinasi Perusahaan High Profile .................................... 89 4.6 Koefisien Determinasi Perusahaan Low Profile ..................................... 90 4.7 Hasil Uji Statistik t ROA Perusahaan High Profile ................................ 91 4.8 Hasil Uji Statistik t ROA Perusahaan Low Profile ................................. 91 4.9 Hasil Uji Statistik t ROE Perusahaan High Profile................................. 91 4.10 Hasil Uji Statistik t ROE Perusahaan Low Profile .................................. 91 4.11 Hasil Uji Statistik t Reputasi Perusahaan High Profile........................... 91 4.12 Hasil Uji Statistik t Reputasi Perusahaan Low Profile ............................ 91 xiv DAFTAR LAMPIRAN No. Keterangan Halaman 1. Data item-item Pengungkapan Tanggungjawab Sosial .......................... 107 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Klasifikasi Jenis Industri.....................109 3. Data Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan High Profile ... 110 4. Data Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan Low Profile .... 111 5. Data Profitabilitas Perusahaan Sampel High Profile .............................. 112 6. Data Profitabilitas Perusahaan Sampel Low Profile ............................... 113 7. Data Reputasi Perusahaan High Profile .................................................. 114 8. Data Reputasi Perusahaan Low Profile ................................................... 115 xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini corporate social responsibility atau yang kemudian disingkat menjadi CSR memang menjadi trend dan menjadi topik hangat yang ramai diperbincangkan di Indonesia. Banyak orang berbicara tentang CSR dan kian banyak perusahaan raksasa maupun menengah, baik yang multinasional ataupun domestik mulai memperhatikan dan mempraktikan CSR. Praktik dunia usaha di masa lampau yang cenderung berdampak negatif, membuat wacana tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR, menjadi kebutuhan untuk mengubah citra dunia usaha yang ramah lingkungan. Tampaknya terjadi pergeseran paradigma dari yang semula profit oriented, dimana aktivitas apapun harus dipandang dari sudut menambah keuntungan finansial atau tidak, menjadi lebih concern terhadap tanggung jawab yang bersifat sosial. Topik ini menjadi tambah menarik dengan diberlakukannya UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, (UUPT) terhitung sejak 16 Agustus 2007 yang lalu telah melahirkan berbagai macam kontroversi dan silang pendapat. Salah satunya adalah yang terkait dengan ketentuan Pasal 74 UUPT. Jika dibandingkan dengan undang-undang yang digantikannya (UU No. 1 Tahun 1995) dengan judul yang sama, dalam undang-undang yang lama sama sekali tidak ditemukan adanya ketentuan yang mengatur mengenai 99 tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana diatur dalam Pasal 74 UUPT tersebut. Kontroversi ini muncul karena adanya kewajiban pelaksanaan dari CSR (Widjaja dan Pratama, 2008:3). Tidak salah apabila perusahaan berjuang sekeras mungkin menjalankan roda bisnisnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya. Namun indikator-indikator ekologi menunjukkan akibat kebijakan yang salah dari growth mania di kalangan pelaku bisnis, menyebabkan degradasi lingkungan yang luar biasa. Hal ini mengingatkan perlunya upaya pemeliharaan ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan perusahaan. Sesuai dengan hukum alam, pendapatan yang berasal dari pemanfaatan fasilitas alam akan berkelanjutan bila daya dukung lingkungan tersebut dipelihara. Jika daya dukung lingkungan tersebut rusak, pendapatan masyarakat sekitar akan menurun dan mereka akan menganggap perusahaan sebagai penyebabnya. Tanggung jawab pertama suatu bisnis adalah tanggung jawab ekonomi untuk mendapatkan laba, agar perusahaan dapat tetap menjalankan bisnisnya, melayani pelanggannya dan menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi, masyarakat meminta agar semua perusahaan juga memenuhi tanggung jawab sosial, etika, dan hukum. Sistem bisnis kita beroperasi dalam suatu lingkungan yang perilaku etisnya, tanggung jawab sosialnya, peraturan pemerintah dan undang-undangnya saling berkaitan satu sama lain. 2 Salah paham umum yang terjadi adalah kontradiksi antara etika dan laba. Sebenarnya banyak perusahaan yang sadar, bahwa perilaku sesuai etika dan bertindak sebagai warga korporasi yang baik, akan mendatangkan banyak manfaat untuk kelangsungan bahkan pertumbuhan perusahaan dalam waktu jangka panjang (suistainable growth). Namun, sering kali kesadaran itu tidak diterapkan sesuai harapan (Ambadar, 2008:1). Kehadiran CSR yang seharusnya telah terintegrasi dalam hierarki perusahaan sebagai strategi dan policy manajemen, diperlukan demi tercapainya sebuah keseimbangan dunia usaha antara pelaku dan masyarakat sekitar. Efisiensi dan signifikansi dari CSR masih belum dapat terbaca sepenuhnya oleh pelaku bisnis, sehingga CSR sendiri bagi sebagian pelaku bisnis baru sekedar wacana dan terkadang implementasinya berdasarkan atas tuntutan masyarakat (Tanudjaja, 2005:2). Semangat mementingkan orang lain dan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan masih belum menjadi bagian dari strategi perusahaan dan malahan tidak jarang hanya merupakan bagian kegiatan tambahan dalam laporan tahunan dan tidak sedikit justru merupakan kegiatan public relation. Hal ini karena perusahaan pada hakikatnya tetap mengejar tujuan dasarnya, yaitu pengumpulan profit dan meningkatkan nilai sahamnya, terutama bagi perusahaan yang sudah mencatatkan sahamnya di bursa (Rokhim, 2009:2). Banyak kasus di Indonesia yang melibatkan perusahaan besar menghadapi gugatan masyarakat sekitar. Bahkan kasus-kasus tersebut sering kali mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat dan media massa. Dampak 3 dari berbagai kasus tersebut, beberapa perusahaan besar mulai mengubah sikap tertutupnya selama ini. PT Freeport Indonesia misalnya. Perusahaan tambang yang beroperasi di Mimika Papua ini, setelah mendapat protes keras dari masyarakat sekitar, sekarang menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk memberi manfaat bagi pengembangan msyarakat setempat melalui Dana Kemitraan Freeport. Namun program pengembangan masyarakat (community development) yang dilakukan perusahaan itu, masih disikapi dengan penuh skeptis oleh banyak pihak. Para akademisi sosial, hukum serta manajemen, juga masih memperdebatkan apakah CSR itu inisiatif sukarela atau kewajiban sebagai pembayaran kesalahan mereka agar dimaafkan sehingga bisa terus beroperasi. Apalagi banyak klaim perusahaan yang katanya telah melakukan CSR, ternyata hanya promosi sesaat saja, karena hanya dilakukan ketika terdesak. Kiranya memang wajar dan sangat sah jika pendapat itu muncul mengingat pengalaman sebelumnya menunjukkan banyak perusahaan yang sangat tertutup dari masyarakatnya berubah setelah diprotes. Mereka baru tergopoh-gopoh menjalanakan program CSR-nya (Ambadar, 2008:1). Dalam menjalankan aktivitas CSR tidak ada standar atau praktekpraktek tertentu yang dianggap terbaik. Setiap perusahaan memiliki karakteristik dan situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka memandang tanggung jawab sosial. Untuk mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan CSR dan sebagai sarana pertanggungjawaban kepada shareholders dan investor, diperlukan adanya pengungkapan tanggung jawab 4 sosial (corporate social disclosure) dalam laporan keuangan tahunan. CSD (Corporate Social Disclosures) perusahaan dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan yang meliputi manfaat sosial (social benefits) dan biaya sosial (social cost) berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Penyediaan informasi yang luas dalam laporan keuangan merupakan keharusan yang disebabkan adanya permintaan berbagai pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut (Arimawati, 2008:5). Standar akuntansi keuangan di indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial, terutama mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan akibat lain yang terjadi dari kegiatannya. Namun, bagi perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Busa Efek Indonesia (BEI), pengungkapan kegiatan sosial seperti CSR telah diatur dalam Peraturan Bapepam No. KEP-13/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006 sebagai pengganti Peraturan Bapepam No. KEP-38/ PM/1996. Peraturan Bapepam itu diupayakan memberikan gambaran yang jelas tentang kinerja manajemen kepada publik. Peraturan tersebut diharapkan dapat membuat manajemen mengungkapkan informasi lain di luar yang telah diwajibkan. Kondisi tersebut bisa terjadi selama perusahaan akan memperoleh manfaat yang lebih besar daripada biaya yang dikorbankan (Rokhim, 2009:3). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sebagaimana tertulis dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (Revisi 2004) paragraph kesembilan 5 secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial. Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Pernyataan PSAK di atas merupakan manifestasi kepedulian akuntansi akan masalah-masalah sosial yang merupakan wujud pertanggungjawaban sosial perusahaan. Pertanggungjawaban sosial bukan merupakan fenomena sosial baru, melainkan merupakan akibat dari semakin meningkatnya isu lingkungan di akhir 1980-an (Wuri Handayani, 2009:3). Pada tahun 1980-an, perusahaan-perusahaan di negara barat mulai memperhatikan dampak sosial yang diakibatkan dari operasi perusahaannya. Selain dari desakan masyarakat, juga telah timbul kesadaran dari internal perusahaan itu sendiri. Munculnya perusahaan-perusahaan pioneer menimbulkan banyak penelitian yang dilakukan oleh para akademisi dalam mengkaji efek dari adanya pertanggungjawaban sosial (CSR) dengan profitabilitas perusahaan. Perusahaan, untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya harus mengeluarkan biaya tambahan yang tidak sedikit jumlahnya, namun pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu keharusan baik dari segi tuntutan bisnis maupun tuntutan etis, yang relevansinya semakin 6 dirasakan dalam operasi bisnis modern. Biaya tambahan yang tidak sedikit ini memberikan gambaran terhadap komitmen perusahaan dalam melaksanaan corporate social responsibility. Kelompok biaya sosial dan media pengungkapan yang paling banyak dipilih oleh perusahaan adalah: 1) penyajian biaya pengelolaan lingkungan di dalam prospektus, 2) biaya kesejahteraan pegawai yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan, 3) biaya untuk masyarakat di sekitar perusahaan yang disajikan di dalam laporan tahunan, dan 4) biaya pemantauan produk yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan (Sueb, 2001:4). Apakah dengan melakukan yang benar (doing well) yaitu menerapkan CSR maka perusahaan juga telah melakukan yang baik (doing good) yaitu memiliki kinerja baik? Tentunya perusahaan tidak akan melakukan aktivitas yang berdampak negatif terhadap arus kas perusahaan karena akan mempengaruhi performance perusahaan. Jika demikian perlu diketahui seberapa besar pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan sehingga membuat perusahaan mau menerapkan CSR. Hubungan CSR dengan kinerja telah dikaji oleh beberapa peneliti diantaranya penelitian tentang pengaruh corporate social responsibility yang diukur dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan berkelanjutan mengenai efisiensi energi, penggunaan air, gas emisi, efek rumah kaca, perekrutan karyawan, kebijakan retensi, dan perjanjian dengan stakeholder terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan return on sales (ROS). Sampel yang 7 digunakan pada penelitian ini adalah 277 perusahaan yang terdaftar di Australia Stock Exchange (ASX) pada tahun 2005 (Brine, Rebbeca, Greg 2007:5). Goukasian dan Keith (2008) melakukan penelitian mengenai corporate social responsibility terhadap kinerja operasional dan kinerja keuangan. Penelitiannya menguji perbedaan hipotesis kinerja secara mendalam dari beberapa perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan melakukan CSR untuk mengharapkan adanya hasil yang diperoleh dari segi operasional dan keuangan perusahaan. Bahkan hasil yang diharapkan setelah menanggung biaya dari aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan. Penelitiannya juga mengidentifikasi tata kelola perusahaan dan penghasilan yang diterima CEO sebagai alasan utama potensial di beberapa perusahaan untuk mengadopsi sebuah kebijakan mengenai adanya CSR. Selain itu penelitiannya juga meninjau dan menjelaskan kembali teori stakeholder untuk mengetahui bahwa teori ini banyak memasukkan kebaikkan sebagai sumber daya perusahaan dalam mengadopsi kebijakan CSR. Sampel penelitian dari penelitian ini adalah top 100 perusahaan yang di rangking oleh Kinder Lydenberg Domini (KLD) sebagai kategori perusahaan yang menerapkan CSR. Kesimpulan dari penelitiannya mengindikasikan bahwa perusahaan yang mengeluarkan biaya untuk bertanggungjawab secara sosial dan etis tidak menyebabkan tradeoffnya (pertukarannya) negatif dan tetap dapat menampilkan kinerja sebaik perusahaan lain yang tidak mengimplementasikan CSR. 8 Zubaidah (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh biaya sosial pada kinerja keuangan pada perusahaan semen yang listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dan hasilnya menjelaskan bahwa biaya sosial memiliki pengaruh yang kuat pada kinerja keuangan. Dengan biaya CSR yang digunakan seperti biaya gaji, biaya air bersih, biaya bonus, dan biaya promosi. Dan biaya gaji adalah faktor CSR yang paling kuat dalam mempengaruhi kinerja keuangan. Yuniasih dan Wirakusuma (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi. Hasil dari penelitian tersebut antara lain adalah Return On Asset (ROA) positif mempengaruhi nilai perusahaan; pengungkapan CSR terbukti berpengaruh positif pada hubungan ROA dengan nilai perusahaan; dan, kepemilikan manajerial terbukti tidak berpengaruh terhadap hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan. Sembiring (2005) telah melakukan penelitian empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, mengenai karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasilnya berupa ukuran perusahaan, karakteristik dan jumlah dari jajaran komisioner memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial, tetapi profitabilitas dan leverage tidak menunjukkan efek positif. 9 Rina Tresnawati (2008) melakukan implementasi CSR dengan objek penelitiannya laporan keuangan PT TELKOM khususnya laporan laba rugi dan neraca. Laporan yang digunakan adalah sebanyak 10 tahun, yaitu 5 tahun (tahun 1997-2001) untuk menghitung rata-rata profitabilitas sebelum penerapan CSR, dan 5 tahun (tahun 2002-2006) untuk menghitung rata-rata profitabilitas setelah penerapan CSR. Berdasarkan uji penelitian, dapat dibuktikan bahwa program kegiatan CSR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabiitas perusahaan dengan kata lain CSR mampu mendorong tingkat profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata profitabilitas perusahaan (diukur menggunakan ROA) sebelum penerapan CSR sebesar 7,90%, sedangkan setelah penerapan CSR sebesar 13,91%. Jadi persentase kenaikan profitabilitas (yang diukur menggunkan ROA) adalah sebesar 27, 55%. Arif Fahruri (2009) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh secara signifikan inplementasi CSR di bidang kesejahteraan karyawan dan komunitas terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2007. Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap 93 Sampel perusahaan diperoleh hasil bahwa biaya kesejahteraan karyawan dan biaya untuk komunitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (ROE). Tsoutsoura (2004) yang melakukan penelitian tentang CSR dan kinerja keuangan. Penelitian ini menguji pengukuran CSR dengan menggunakan indeks CSR dan pengukuran kinerja keuangan yang diproxy dengan ROA, 10 ROE, dan ROS. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa pengungkapan CSR mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Dengan pengimplementasian CSR dapat memberikan manfaat berupa reputasi yang baik, sehingga dapat meningkatkan tingkat profitabilitas suatu perusahaan yang diakibatkan adanya trust dari konsumen dan investor. Hubungan CSR dengan reputasi yang diukur dengan harga saham telah dikaji oleh beberapa peneliti diantaranya Nelling dan Webb (2006) menyimpulkan bahwa menguatnya performance harga pasar saham dalam menunjukkan investasi besar suatu perusahaan dalam aspek CSR khususnya hubungan karyawan (employee relations), namun aktivitas CSR tidak mempengaruhi kinerja keuangan. Mereka juga mengatakan bahwa CSR digerakkan lebih dari karakteristik perusahaan yang tidak dapat diobservasi daripada dengan kinerja keuangan. Becchetti et al. (2009) melakukan analisis empiris mengenai pengaruh dan relevansi program CSR pada kondisi pasar modal, dengan sampel data dari tahun 1990 hingga 2004. Dan hasil penelitian mereka menyimpulkan dua penemuan utama yaitu tren meningkat yang signifikan dalam nilai absolut dari pengembalian yang tidak wajar (abnormal return) dan efek negatif signifikan dalam pengembalian yang tidak wajar setelah pengumuman melalui Domini Index. Adi (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor, sebuah studi kasus pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEJ. Dengan 11 sampel sebanyak 26 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengaruh dari pengungkapan sosial terhadap laporan tahunan kurang signifikan, sehingga tidak ada pengaruh pengungkapan sosial terhadap reaksi investor. Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian terdahulu sebelumnya, maka penelitian ini akan mencoba untuk membahas pengaruh penerapan CSR terhadap kinerja perusahaan dari segi profitabilitas dan dampaknya langsung terhadap reputasi perusahaan. Pada penelitian kali ini, mengambil sampel pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 dan 2009. Dengan menggunakan ukuran pengungkapan pertanggungjawaban sosial sebagai variabel independen. Penelitian ini merupakan pengembangan atas penelitian yang dilakukan Lindrawati et al. (2008) Januarti dan Apriyanti (2005), Adi (2008) dan Matthew Bean et al. (2007). Penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian terdahulunya, yaitu: 1. Populasi Penelitian Populasi penelitian yang digunakan Lindrawati et al. (2008) adalah perusahaan yang terdaftar sebagai 100 best corporate oleh KLD research. Januarti dan Apriyanti (2005) menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Adi (2008) menggunakan 26 perusahaan high profile yang listing di BEJ. Matthew Bean et al., (2007) adalah 277 perusahaan yang terdaftar di Australia Stock Exchange (ASX). Sedangkan 12 populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 dan 2009. 2. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang dilakukan oleh Lindrawati et al. (2008) adalah pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang di-proxy dengan ROE dan ROI. Peneltian Januarti dan Apriyanti (2005) mewakili kepedulian sosial perusahaan pada kesejahteraan karyawan (beban manfaat pensiun), dan kepedulian sosial perusahaan (donasi dan sumbangan). Adi (2008) menggunakan pengungkapan CSR dan volume perdagangan saham. Matthew Bean et al. (2007) menggunakan Efisiensi energi, gas emisi, efek rumah kaca, perekrutan karyawan, kebijakan retensi, perjanjian dengan stakeholder. Sedangkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengungkapan CSR, profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROA dan ROE serta reputasi perusahaan. 3. Periode Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Lindrawati et al. (2008) menggunakan periode 2000-2006. januarti dan Apriyani (2005) menggunakan periode 2002. Adi (2008) menggunakan periode 2001. Matthew Bean et al. (2005) menggunakan periode 2005. sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2008-2009. 13 Berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada pada penelitian sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan yaitu dengan judul “Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap profitabilitas dan reputasi perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam ini penelitian dapat dituangkan sebagai berikut: 1. Apakah Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROA (Return on Assets)? 2. Apakah Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROE (Return on Equity)? 3. Apakah Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap reputasi perusahaan? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris tentang: 1. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROA (Return on Assets). 14 2. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROE (Return on Equity). 3. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap reputasi perusahaan yang di-proxy dengan harga saham akhir tahun (Close Price). D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, antara lain bagi: 1. Manfaat Untuk Pengembangan Akademik Agar dapat melakuan penelitian yang lebih spesifik dan dengan variabelvariabel yang berbeda, sehingga diperoleh pemahaman baru yang lebih baik dan lebih luas bagi pengetahuan mahasiswa. 2. Manfaat Praktis a. Perusahaan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan, khususnya para pemakai laporan keuangan dan manajemen perusahaan dalam memahami peranan praktek corporate social responsibility yang dilakukan perusahaan dalam upaya meningkatkan profitabilitas perusahaan. b. Calon Investor Dapat memberikan gambaran tentang laporan keuangan tahunan sehinggga dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan investasi. 15 c. Pembaca dan Publik Sebagai referensi kepustakaan, dan untuk penelitian berikutnya kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini diharapkan memberikan kesempurnaan dalam penelitian yang berkaitan dengan pengaruh mekanisme CSR terhadap profitabilitas perusahaan. d. Pemerintah Sebagai acuan untuk membuat regulasi atau peraturan perundangundangan dalam pengawasan perusahaan dalam penerapan aktivitas pertanggungjawaban sosial. Agar dampak dari operasi perusahaan terhadap lingkungan sekitar dapat berkurang. 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Corporate Social Responsibility 1. Sejarah Singkat Corporate Social Responsibility Gema CSR mulai terasa pada tahun 1950-an. Pada waktu itu, persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Beberapa kalangan bahkan menyebutkan bahwa saat inilah era modern dari CSR dimulai. Mereka menganggap buku yang bertajuk Social Responsibility of the Businessman karya Howard R. Bowen yang ditulis pada tahun 1953 merupakan literatur awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR. Dan karena karyanya itu Bowen diganjar dengan sebutan “Bapak CSR” (Yusuf Wibisono, 2007:4). Dalam dekade 1960-an, pemikiran Bowen terus dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis yang memperkenalkan konsep “Iron Law of Social Responsibility”. Dalam konsepnya, Davis berpendapat bahwa penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi positif dengan size atau ukuran perusahaan, studi ilmiah yang dilakukan Davis menemukan bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar 99 pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakatnya (Untung, 2008:38). Tahun 1963 Joseph W. McGuire memperkenalkan istilah Corporate Citizenship. McGuire kemudian menjelaskan lebih lanjut kata beyond dengan menyatakan bahwa korporasi harus memperhatikan masalah politik, kesejahteraan masyarakat, pendidikan, “kebahagiaan” karyawan dan seluruh permasalahan sosial kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu korporasi harus bertindak “baik,” sebagai mana warga negara (citizen) yang baik (McGuire, 1963:144 dalam Efendi, 2009). Pemikiran tentang korporasi yang lebih manusiawi juga muncul dalam “The Future Capitalism” yang ditulis Lester Thurow tahun 1966. Menurutnya, kapitalisme yang menjadi mainstream saat itu tidak hanya berkutat pada masalah ekonomi, namun juga memasukkan unsur sosial dan lingkungan yang menjadi basis apa yang nantinya disebut sustainabla societ. Pada dasawarsa 1970-an terbitlah “The Limits to Growth”. Buku yang hingga kini terus diperbaharui itu merupakan hasil pemikiran para cendikiawan dunia yang tergabung dalam Club of Rome. Buku ini mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa bumi yang kita pijak ini mempunyai keterbatasan daya dukung. Sementara disisi lain, manusia bertambah secara eksploitasial. Karenanya, eksploitasi alam mesti dilakukan secara hati-hati supaya pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan (Yusuf Wibisono, 2007:5). 18 Tahun 1971, Committee for Economic Development (CED) menerbitkan Social Responsibilities of Business Corporations. Penerbitan yang dapat dianggap sebagai code of conduct bisnis tersebut dipicu adanya anggapan bahwa kegiatan usaha memiliki tujuan dasar untuk memberikan pelayanan yang konstruktif untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat (Untung, 2008:38). Di era 1980-an makin banyak perusahaan yang menggeser konsep filantropisnya kearah Community Development. Intinya kegiatan kedermawanan yang sebelumnya kental dengan pola kedermawanan ala Robbin Hood makin berkembang kearah pemberdayaan masyarakat semisal pengembangan kerja sama, memberikan keterampilan, pembukaan akses pasar, hubungan inti-plasma, dan sebagainya (Yusuf Wibisono, 2007:5). Dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan beragam pendekatan seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil society. Beragam pendekatan tersebut telah mempengaruhi praktek Community Development (CD). CD menjadi suatu aktivitas yang lintas sektor karena mencakup baik aktivitas produktif maupun sosial dan juga lintas pelaku sebagai konsekuensi berkembangnya keterlibatan berbagai pihak (Yusuf Wibisono, 2007:5). Pada tataran global, tahun 1992 diselenggarakan KTT Bumi (Earth Summit). KTT yang diadakan di Rio de Jenairo Brazil ini menegaskan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang 19 didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hal yang harus dilakukan. Gaung CSR kian bergema setelah diselenggarakannya World Summit on Sustainable Development (WSSD) tahun 2002 di Johannesburg Afrika Selatan. Sejak saat itulah, definisi CSR mulai berkembang (Yusuf Wibisono, 2007:7). Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR (corporate social responsibility) kini jadi frasa yang semakin populer dan marak diterapkan perusahaan di berbagai belahan dunia. Menguatnya terpaan prinsip good corporate governance seperti fairness, transparency, accountability, dan responsibility telah mendorong CSR semakin menyentuh “jantung hati” dunia bisnis. 2. Pengertian Corporate Social Responsibility Walaupun telah menjadi sebuah isu global, sampai saat ini belum ada suatu definisi tunggal dari CSR yang diterima secara global. Secara etimologis Corporate Social Responsibility dapat diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan atau korporasi. CSR secara sederhana dapat diartikan bagaimana sebuah perusahaan mengelola proses usaha yang dijalankan untuk menghasilkan pengaruh yang positif dimasyarakat. CSR menurut wikipedia 2006 merupakan komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap suatu isu tertentu di masyarakat atau lingkungan guna menciptakan lingkungan yang lebih baik. Kontribusi dari perusahaan ini biasa berupa banyak hal, misalnya 20 bantuan dana, bantuan tenaga ahli dari perusahaan, bantuan berupa barang, dan bantuan lainnya (Lindrawati et al., 2008). Corporate Social Reaponsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan (Suhandari, 2007 dalam Untung, 2008:1). Menurut Hopkins (2004) dalam Lindrawati et al. (2008) memberi definisi CSR sebagai: “CSR is concerned with treating the stakeholders of the firm ethically or in a responsible manner. „Ethically or responsible‟ means treating stakholders in a manner deemed acceptable in civilized societies. Social includes economic responsibility. Stakeholders exist both within a firm and outside. The natural environment is a stakeholder. The wider aim of social responsibility is to create higher and higher standards of living, while preserving the profitability of the corporation, for peoples both within and outside the corporation”. Menurut definisi tersebut Hopkins (2004) memasukkan aspek ekonomi dalam definisi CSR karena menurutnya studi ekonomi merupakan ilmu sosial yang berpegang pada aspek keuangan. Istilah Corporate Social Reaponsibility di dalam CSR dimaksudkan agar perusahaan melihat CSR sebagai tanggung jawab yang sama pentingnya dengan tanggung jawab yang selama ini dijalankan perusahaan. The World Business Council for Suistainable Development (WBCSD) dalam Yusuf Wibisono (2007: 7) memberi definisi: 21 ”Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large”. Dari definisi tersebut dalam bahasa bebas kurang lebih maksudnya adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Versi lain mengenai definisi CSR oleh World Bank dalam Yusuf Wibisono (2007:7). Lembaga keuangan global ini memandang CSR sebagai: “The commitment of business to contribute to sustainable economic development working with amployees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development”. Dari sisi definisi seperti telah dijelaskan diatas belum ditemukan kesepakatan bakunya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat CSR adalah sebuah konsep yang berkembang dengan cepat, sehingga definisinya pun bisa berubah menyesuaikan dengan perkembangannya. Namun demikian, kendatipun tidak mempunyai definisi tunggal, konsep ini menawarkan sebuah kesamaan, yaitu keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungannya. Sehingga menurut Yusuf Wibisono (2007:8) CSR dapat didefinisikan 22 sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Dalam kaidah itulah, penerapan CSR dipandang sebagai suatu keharusan. CSR bukan saja sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebagai kewajiban. CSR adalah suatu peran bisnis dan harus menjadi bagian dari kebijakan bisnis. Maka, bisnis tidak hanya mengurus permasalahan laba, tapi juga sebagai sebuah institusi pembelajaran. Bisnis harus mengandung kesadaran social terhadap lingkungan sekitar (Tanudjaja, 2005). 3. Konsep Corporate Social Responsibility Seperti disebutkan sebelumnya, awal mula munculnya konsep CSR adalah adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Perusahaan yang dimaksud disini tidak terbatas pada Perseroan Terbatas, tetapi setiap kegiatan usaha yang ada, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat semakin sadar akan perlindungan atas hak-hak mereka. Masyarakat menuntut perusahaan untuk lebih peduli pada masalah-masalah yang terjadi dalam komunitas mereka (Widjaja dan Pratama, 2008:17). Perusahaan harus terus menerus berjuang untuk mencapai kecemerlangan dengan keunggulan bersaing di pasar sebagai hasil dari 23 perencanaan strategis dan operasional. Dengan kata lain, perusahaan harus dapat menciptakan strategi untuk menyampaikan produk dan jasa mereka sedemikian rupa, sehingga dapat menciptakan nilai yang lebih besar untuk pelanggan. Senjata itu disebut dengan manajemen strategis (strategic management), yang meliputi pengembangan rencana bisnis sebagai penuntun perusahaan sewaktu berjuang untuk mencapai misi, tujuan, dan cita-cita serta mempertahankan arah pertumbuhan perusahaan yang sehat (Ambadar, 2008:28). Tiga prespektif terkait dengan CSR dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu, Kapital reputasi, eko dan hak-hak pihak lain (Samuel dan Saarf dalam Reza Rahman, 2009:15). 1. Kapital reputasi Memandang penting reputasi untuk memperoleh dan mempertahankan pasar. CSR dipandang sebagai strategi bisnis yang bertujuan untuk meminimalkan resiko dan memaksimalkan keuntungan dengan menjaga kepercayaan stakeholder. 2. Ekososial Memandang stabilitas dan keberlanjutan sosial dan lingkungan sebagai strategi untuk menjaga keberlanjutan bisnis korporat. 3. Hak-hak pihak lain Memandang konsumen, pekerja, komunitas yang terpengaruh bisnisnya dan pemegang saham, memiliki hak untuk mengetahui tentang korporat dan bisnisnya. 24 Menurut WBCSD dalam Widjaja dan Pratama (2008: 19) tidak melaksanakan CSR dapat berakibat terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dalam kegiatan usaha, diantaranya: 1. Boikot konsumen 2. Serangan terhadap aset tetap seperti tanah perkebunan dan bangunan 3. Kegagalan untuk menarik karyawan yang berkualitas dan kehilangan dukungan dari karyawan 4. Pengeluaran ekstra untuk memperbaiki kesalahan dimasa lalu 5. Pengalihan perhatian manajemen dari aktivitas inti perusahaan 6. Pembatasan operasi perusahaan seperti adanya peraturan baru 7. Halangan untuk menaikkan keuangan dan asuransi 8. Kesulitan dengan siklus hidup perusahaan (konsumen akhir dan pemasok) CSR sering disalahartikan sebagai kegiatan donasi perusahaan atau sekedar ketaatan perusahaan pada hukum dan aturan yang berlaku (misalnya taat pada aturan mengenai standar upah minimum, tidak memperkerjakan tenaga kerja dibawah umur, dan lain-lain). Padahal, kegiatan donasi (philantrophy) dan ketaatan perusahaan pada hukum tidak dapat dikatakan sebagai CSR. Kegiatan donasi dan ketaatan perusahaan pada hukum hanya syarat minimum agar perusahaan dapat beroperasi dan diterima oleh masyarakat (Widjaja dan Pratama, 2008:19-20). Dengan melaksanakan tanggung jawab sosialnya, ada beberapa manfaat yang akan dirasakan oleh perusahaan. Pertama, perusahaan akan 25 terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan, yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan akibat dari perilaku buruknya. Kedua, kerangka kerja etis yang kokoh dapat memandu para manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan kerja dari lingkungan sekitarnya. Ketiga, perusahaan etis mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat yang sangat membutuhkan perusahaan ini eksis, terutama pelanggan dan karyawannya. Terakhir yang keempat, banyak perusahaan yang sadar bahwa perilaku etis membuat perusahaan aman dari gangguan lingkungan sekitar, sehingga dapat beroperasi dengan lancar. Utamanya tentu juga untuk menjamin keberlanjutan usaha. Jadi pelaksanaan tanggung jawab sosial bukan hanya sekedar menjaga atau menjalin hubungan harmonis, antara perusahaan dan masyarakat sekitarnya, tetapi bermakna jauh lebih besar lagi (Ambadar, 2008). CSR akan menjadi strategi bisnis yang inhern dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merk produk (loyalitas) atau citra perusahaan. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yang 26 menguntungkan semua pihak (true win-win situation). Konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung (Widjaja dan Pramana, 2008:52). Menurut Untung (2008:6), manfaat CSR bagi perusahaan antara lain: 1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan 2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial 3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan 4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional perusahaan 5. Membuka peluang besar yang lebih besar 6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembungan limbah 7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders 8. Memperbaiki hubungan dengan regulator 9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan 10. Peluang mendapatkan penghargaan. Chotib (2008) mengemukakan konsep piramida CSR yang dikembangkan oleh Archie B. Caroll. Konsep ini memberi justifikasi teoritis dan logis mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR bagi masyarakat disekitarnya. 1. Tanggung jawab ekonomis. Kata kuncinya adalah: make a profit. Motif utama perusahaan adalah menghasilkan laba yang berfungsi 27 sebagai fondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat perusahaan agar perusahaan dapat terus hidup (survive) dan berkembang. 2. Tanggung jawab legal. Kata kuncinya: obey the law. Perusahaan harus taat hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah diterapkan oleh pemerintah. 3. Tanggung jawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil dan jujur. Normanorma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan. Kata kuncinya: be ethical 4. Tanggung jawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Kata kuncinya: be a good citizen. Dengan semakin berkembanya konsep CSR ini, maka banyak teori yang muncul yang diungkapkan berbagai pihak mengenai CSR ini. Salah satu yang terkenal adalah teori triple bottom line yang dikemukakan oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibals with Forks, The triple Bottom Line of Twentieth Century Business”. Elkington mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah, economic prosperity, environmental quality dan social justice. Elkington memberi 28 panadangan bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P”. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya (Widjaja dan Pratama, 2008:33). Uraian diatas menunjukkan bahwa keuntungan ekonomis tidak pernah dapat dipisahkan dalam kerangka pelaksanaan CSR, oleh karena tujuan dari pelaksanaan CSR itu sendiri adalah sustainability bagi perusahaan. Melaksanakan CSR bukan berarti mengurangi kesejahteraan seluruh kesejahteraan stakeholders, oleh karena itu maka aspek ekonomis juga harus menjadi pertimbangan bagi perusahaan yang melaksanakan CSR. 4. Sustainability dalam Pelaksanaan Corporate Social Responsibility CSR adalah strategis bisnis yang tujuan akhirnya adalah menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Menurut Widjaja dan Pratama (2008:44) dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan ini, ada tiga hal yang sama pentingnya yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang 29 saling berkaitan dan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, yaitu: 1. Sustainability Ekonomi Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan dasar yaitu mencari keuntungan. CSR tidak berarti melakukan aktivitas sosial dan menjaga kelestarian lingkungan hingga mempengaruhi keuntungan perusahaan. Dalam melaksanakan program CSR, perusahaan wajib memenuhi tujuan dasarnya, yaitu mencari keuntungan sebesarbesarnya. Sustainability ekonomi perusahaan adalah dasar bagi perusahaan dalam menjaga sustainability sosial dan lingkungan. perusahaan akan dapat menjaga sustainability sosial dan lingkungan jika perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. Sustainability ekonomi dicapai diantaranya dengan cara mendapatkan keuntungan, meminimalisasi biaya dan memaksimalkan penjualan, membuat kebijakan-kebijakan bisnis yang strategis serta menjanjikan pengembalian yang menarik bagi para investor. 2. Sustainability Sosial Berdirinya sebuah perusahaan ditengah-tengah masyarakat pasti akan menimbulkan dampak bagi masyarakat tersebut. Kehadiran perusahaan diharapkan sedikit banyak akan mengangkat derajat kesejahteraan masyarkat sekitarnya baik melalui perekrutan tenaga kerja maupun sumbangsih perusahaan secara langsung terhadap masyarakat tersebut. Dengan adanya CSR terhadap masyarakat sekitar, perusahaan pun 30 sebenarnya terbantu dalam hal mendapatkan rasa aman dan nyaman dalam berusaha Sustainability mengutamakan yang sosial didapat terkait nilai-nilai dari masyarakat dengan upaya yang tumbuh sekitarnya. perusahaan dalam dalam masyarakat. Sustainability sosial ini dijaga oleh perusahaan antara lain dengan cara mendukung upaya-upaya kesehatan masyarakat, penegak Hak Asasi Manusia, pembanguna regional suatu Negara dan melakukan persaingan usaha yang sehat. 3. Sustainability Lingkungan Lingkungan yang baik dan terpelihara adalah harapan dari semua pihak. Belakangan ini dunia sangat disibukkan dengan masalah global warming yang mengancam kehidupan manusia. Dalam masalah ini salah satu pihak yang disalahkan adalah perusahaan. Aktivitas industri perusahaan dituding sebagai penyebab utama terjadinya global warming. Banyaknya tuntutan dari masyarakat, LSM dan organsisasi internasional lainny agar perusahaan memperhatikan masalah lingkungan ini menguatkan argumen bahwa sustainability lingkungan adalah hal yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Lingkungan yang baik dan terpelihara dapat sangat menunjang aktivitas perusahaan. Masalah pelestarian lingkungan ini begitu penting tertutama bagi perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam. Tanpa lingungan yang baik dan terpelihara maka ada ancaman besar bagi perusahaan tersebut dalam mempertahankan 31 kelangsungan hidupnya. Sustainability lingkungan ini dijaga oleh perusahaan antara lain dengan cara menggunakan teknologi ramah lingkungan demi mengurangi emisi gas yang buang, mengimplementasikan sistem manajemen risiko lingkungan yang efektif, menerapkan prinsip-prinsip eco-labelling dan lain-lain. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dunia usaha berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (suistainable development). 5. Pendekatan Dasar Corporate Social Responsibility Mengingat adanya perbedaaan pendapat, tidaklah mengherankan jika korporasi menerapkan sejumlah pendekatan tanggungjawab sosial. Seperti yang diilustrasikan sebagai berikut, menurut Widjaja Tunggal (2008:66) empat sikap (pendirian) yang dapat diambil oleh suatu organisasi berkaitan dengan kewajibannya kepada masyarakat, berkisar dari tingkatan terendah hingga tertinggi dalam praktik-praktik tanggung jawab sosial antara lain: 1. Sikap obstruktif Pendekatan terhadap tanggung jawab sosial yang melibatkan tindakan seminimal mungkin dan mungkin melibatkan usaha-usaha menolak atau 32 menutupi pelanggaran yang dilakukan. Sedikit organisasi yang mengambil apa yang disebut sebagai sikap obstruktif (obstructionist stance) terhadap tanggung jawab sosial yang biasanya melakukan usaha seminimal mungkin untuk memecahkan masalah-masalah sosial atau lingkungan. Apabila mereka menghadapi batasan etis atau legal yang memisahkan praktik yang dapat diterima dari praktik-praktik yang tidak dapat diterima, tanggapan mereka biasanya adalah menolak atau menyembunyikan tindakan mereka. Perusahaan yang menganut pendapat ini tidak terlalu peduli dengan perilaku etis dan umumnya sedapat mungkin akan menyembunyikan tindakannya yang salah. IBP di Amerika Serikat,pengolahan daging terkemuka, mempunyai rekor yang panjang (dan tidak mencolok) dalam hal menerobos undangundang proteksi lingkungan, tenaga kerja, dan undang-undang pengolahan makanan dan kemudian nmenyembunyikan pelanggarannya. 2. Sikap defensif Pendekatan tanggung jawab sosial yang ditandai dengan perusahaan hanya memenuhi persyaratan hukum secara minimum atas komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya. Dalam sikap defensif (defensive stance), organisasi akan melakukan apa saja yang dipersyaratkan oleh peraturan hukum tetapi tidak lebih dari itu. Pendekatan itu merupakan yang paling dengan tanggung jawab sosial korporasi. Para manager yang mengambil sikap 33 defensif itu merasa pekerjaan mereka adalah untuk menghasilkan laba. Perusahaan seperti itu, misalnya, akan memasang peralatan pengendali polusi sesuai dengan yang disyaratkan oleh undang-undang, tetapi tidak akan memasang peralatan yang berkualitas tinggi walaupun alat tersebut dapat lebih membatasi polusi. Perusahaan tembakau biasanya mengambil posisi itu dalam usaha pemasaran mereka. Di Amerika Serikat, mereka secara legal diminta untuk mencantumkan peringatan kepada para perokok dalam produk-produknya dan untuk membatasi iklan di media cetak. Di dalam negeri, mereka mengikuti peraturan itu tetapi menggunakan metode pemasaran yang agresif di negara-negara yang tidak mempunyai peraturan seperti itu. Di banyak negara Asia dan Afrika, rokok sangat dipromosikan, mengandung kandungan tar dan nikotin yang lebih tinggi daripada yang dijual di Ameriak Serikat, dan mencantumkan sedkit label peringatan kesehatan atau sama sekali tidak mencantumkannya. Perusahaan yang mengambil posisi itu biasanya juga berusaha menutupi kesalahannya, umumnya akan mengakui kesalahan, dan mengambil tindaan perbaikan yang sesuai. 3. Sikap akomodatif Pendekatan tanggunh jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan, dengan melakukannya, apabila diminta, melebihi persyaratan hukum minimum dalam komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya. Sikap akomodatif (accomodative stance) memenuhi persyaratan hukum dan etisnya tetapi juga mau bertindak 34 lebih jauh pada saat-saat tertentu. Perusahaan seperti itu sukarela setuju untuk berpatisipasi dalam program-program sosial, tetapi pencari sumbangan harus terlebih dahulu meyakinkan mereka bahwa program tersebut bermanfaat bagi mereka. Baik Shell maupun IBM, misalnya, akan memberikan sumbangan terhadap beberapa program pilihan. Banyak organisasi di Amerika Serikat menanggapi permintaan untuk menyumbang pada Little League, Girl Scouts, program sepakbola Anda, dan lain-lainnya. Akan tetapi, intinya seseorang harus menemui mereka dan meminta: Organisasi yang menerapkan sikap akomodatif ini tidak perlu atau tidak secara proaktif mencari kesempatan untuk menyumbang. 4. Sikap proaktif Pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan, yaitu secara aktif mencari peluang untuk menyumbang demi kesejahteraan kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya. Tingkatan tertinggi tanggung jawab sosial yang dapat diperlihatkan suatu perusahaan adalah sikap proaktif (proactive stance). Perusahaan yang menerapkan pendekatan itu sungguh-sungguh melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Mereka melihat dirinya sebagai warga masyarakat menyumbang. dan secara Cara proaktif mencari yang paling umum kesempatan untuk dan langsung untuk melaksanakan sikap itu adalah dengan cara mendirikan yayasan yang 35 dapat menyalurkan dukungan finansial langsung bagi berbagai program sosial. Sikap obstruktif Sikap defensif Sikap akomodatif Sikap Proaktif Tingkatan terendah Tingkatan tertinggi Tanggung jawab sosial tanggung jawab sosial Simber: Amin Widjaja Tunggal (Business Ethics dan CSR, 2008:66) Gambar 2.1 Tingkatan Tanggungjawab Sosial 6. Tahap-tahap dalam Mengelola Program Tanggung Jawab Sosial Pada umumnya perusahaan yang telah berhasil menerpakan CSR menggunakan empat tahap,yaitu tahap perrencanaan, tahap implementasi, tahap evaluasi dan tahap pelaporan (Yusuf Wibisono, 2007:127-131). 1. Tahap Perencanaan Gagal merencanakan sama artinya dengan merencanakan untuk gagal. Istilah ini rasanya tepat untuk menggambarkan pentinnya sebuah perencanaan. Perencanaan terdiri atas tiga langkah utama yaitu : a. Awareness Bulding Merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok dan lain-lain. 36 b. CSR Assessement Merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk mambangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. c. CSR Manual Building Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan, pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif, dan efisien. 2. Tahap Implementasi Dalam memulai implementasi pada dasarnya ada tiga pertanyaan yang mesti dijawab. Siapa orang yang mesti dijawab. Siapa orang yang akan menjalankan, apa yang harus dilakikan, serta bagaimana cara melakukan sekaligus alat apayang diperlukan. Dalam istilah manajemen populer, pertanyaan tersebut diterjemahkan menjadi: a. Pengorganisasi (organizing) dumber daya yang diperlukan b. Penyusunan (staffing) untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas atau pekerjaan yang harus dilakukannya c. Pengarahan (directing) yang terkait dengan bagaimana cara melakukan tindakan 37 d. Pengawasan atau koreksi (controlling) terhadap pelaksanaan e. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana penilaian f. Penilaian (evaluating) untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan 3. Tahap Evaluasi Setelah program CSR diimplementasikan, langkah berikutnya adalah evaluasi program. Tahap evalauasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi bukan tindakan untuk mencari-cari kesalahan, atau mencari kambing hitam. Evaluasi justru dilakukan untuk pengambilan keputusan. Misalnya, keputusan untuk menghentikan, melanjutkan atau memperbaiki dan mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang telah diimplementasikan. Evaluasi juga bisa diakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atau praktik CSR yang telah dilakukan. Langkah ini tak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi standar tetapi juga mencakup pengendalian resiko perusahaan. Evaluasi dalam bentuk assessement audit atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatori misalnya seperti yang diterapkan di lingkungan BUMN, untuk beberapa aspek penerapan CSR. Evaluasi tersebut juga dapat membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta pencapaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang diberikan. 38 4. Pelaporan Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Jadi selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder lainnya yang memerlukan. 7. Penerapan Corporate Social Responsibilty di Indonesia Salah satu yang menonjol dari praktik CSR di Indonesia adalah penekanan pada aspek pemberdayaan masyarakat (community development). Meskipun CSR bukan semata-mata merupakan Community Development, namun hal ini memang sangat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat kita, yang masih bergelut dengan kemiskinan serta pengangguran. Data pemerintah menyebutkan jumlah kemiskinan serta penggangguran di indonesia lebih dari 30% populasi, sedangkan pengangguran sudah mencapai 40 juta orang. Belum lagi rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan yang menjadi penyebab utama sulitnya memutus rantai kemiskinan (Jackie Ambadar, 2008:7). Belum adanya „aturan main„ bagi perusahaan secara umun, memaksa pemerintah dan DPR melahirkan sebuah Undang-Undang baru tentang PT (Perseroan Terbatas) yang didalamnya masuk pasal tentang kewajiban manjalankan CSR. Perdebatan tentang regulasi CSR terus bergulir. Pihak yang pro terhadap regulasi CSR, menyatakan bahwa belum 39 semua perusahaan melakukan CSR, sehingga perlu ada payung hukum yang “memaksa” agar mereka mau melakukannya. Tidak hanya itu, dengan adanya regulasi keseragaman/standarisasi tentang CSR, dalam aplikasi maka akan CSR. memberikan Pandangan ini dilatarbelakangi oleh beragamnya definisi CSR, sehingga beraneka ragam pula aplikasinya di lapangan. Dengan adanya standarisasi ini, maka akan memudahkan dalam pelaksanaan audit sosial perusahaan terhadap lingkungan intrernal dan eksternalnya. Pada sisi yang lain, ada pandangan yang menganggap regulasi CSR merupakan hal yang mubadzir. Ini muncul karena CSR merupakan kegiatan yang bersifat discretionary, yang mendorong perusahaan untuk mau tidak mau melaksanakan CSR. Jika CSR tidak dilakukan maka perusahaan sendirilah yang akan mengalami kerugian akibat dampak sosial yang muncil. Dengan kata lain, CSR bukanlah suatu hal yang perlu dipaksakan, mengingat ini adalah sebuah keberpihakan bisnis yang bersifat sukarela untuk membangun mayarakat dan lingkungannya. Secara etimologi, CSR berarti tanggung jawab sosial, bukan kewajiban sosial perusahaan. Pengertian ini berimplikasi bahwa dalam pelaksanaan CSR, perusahaan tidak dapat dibebani dengan biaya tambahan yang akan muncul akibat peraturan secara formal. CSR merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kemampuan perusahaan, dan akan menjadi rancu dengan kewajiban atas pajak. Belum lagi, dengan mempertimbangkan potensi penyimpangan yang ada di 40 indonesia, biaya kegiatan CSR yang diwajibkan hanya akan menjadi lahan basah bagi sejumlah parata setempat. (Reza Rahman, 2009:104) Kekecewaan masyarakat dan pemerintah akan minimnya peran serta dunia usaha juga bisa dipahami, mengingat peraan serta dunia usaha dalam implementasi CSR selama ini lebih banyak secara sukarela dan kedermawanan. Sehingga jangkauan program CSR relatif terbatas dan tidak efektif. Bahkan program CSR yang mereka laksanakan tidak lebih dari upaya untuk meningkatkan image perusahaan di masyarakat, bahkan hanya di mata konsumennya. (Jackie Ambadar, 2008:6) Berbagai aturan dalam hal kebijakan pemerintah, perhatian pemerintah terhadap CSR dan lingkungan tertuang dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Bab V Pasal 74, UU No. 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, UU. No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU. No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, UU. No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dan UU. No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara (Widjaja dan Pratama, 2008:99). Disinilah letak pentingnya pengaturan CSR di indonesia, agar memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu ditingkatkan menjadi CSR yang bersifat mandatory. 41 Dengan demikian dapat diharapkan kontribusi dunia usaha yang terukur dan sistematis dalam ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan yang pro-masyarakat dan lingkungan seperti ini sangat dibutuhkan ditengah arus neoliberalisme seperti sekarang ini. Sebaliknya disisi lain, masyarakat juga tidak bisa seenaknya melakukan tuntutan kepada perusahaan, apabila harapannya itu berada diluar batas aturan yang berlaku. 8. Social Responsibility Accounting Akuntansi sosial sebagai alat pertanggungjawaban mempunyai fungsi sebagai alat kendali terhadap aktivitas suatu unit usaha. Makin meluasnya tanggung jawab sosial perusahaan menyebabkan perlunya memasukkan unsur sosial dalam pertanggungjawaban perusahaan ke dalam akuntansi sesuai dengan fungsinya sebagai alat pertanggungjawaban. Menurut Januarti dan Dini (2005) hal ini mendorong timbulnya suatu konsep baru yang biasa disebut sebagai Social Accounting, Socio Economic Accounting atau pun Social Responsibility Accounting. 42 Januarti dan Dini (2005) berpendapat bahwa social accounting mempunyai tiga tujuan penting, yaitu: a. Memberikan gambaran komprehenshif mengenai perusahaan (organisasi) beserta sumber daya yang dimilikinya. b. Memberikan batasan terhadap perilaku perusahaan yang tidak bertanggungjawab secara sosial c. Memberikan motivasi positif bagi perusahaan untuk berperilaku sesuai dengan tata cara sosial Adapun tema-tema yang termasuk dalam wacana akuntansi pertanggung jawaban sosial (Glautier, 2000:426) dalam Arif Fahruri (2009) adalah kemasyarakatan, ketenagakerjaan, produk dan konsumen, lingkungan hidup. a. Kemasyarakatan Tema ini mencakup aktivitas yang terkait dengan kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lain. b. Ketenagakerjaan Tema ini meliputi dampak aktivitas organisasi pada orang-orang dalam organisasi perusahaan. Aktivitas tersebut meliputi rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, mutasi dan promosi, dan sebagainya. c. Produk dan Konsumen Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk/jasa, antara lain kegunaan, durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam 43 beriklan, kejelasan / kelengkapan keterangan isi pada kemasan dan sebagainya. d. Lingkungan hidup Tema ini mencakup aspek lingkungan dari proses produksi yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan-pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konservasi sumber daya alam. Menurut Mas‟ud (1995) dalam Januarti dan Dini (2005:233), biaya sosial yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan akan tampak pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Masalah Sosial yang Perlu Diungkapkan dalam Laporan Keuangan pada Publik LINGKUNGAN 1) Pengendalian produksi 2) Riset limbah Industri 3) Proteksi pada lingkungan 4) Konservasi energi 5) Konservasi bahan alam 6) Support pada kegiatan perlindungan lingkungan KARYAWAN PRODUK KOMUNITAS 7) Training 18) Monitoring 22) Sumbanga 8) Pendidikan keselamatan n dan 9) Kesehatan pelanggan donasi dan 19) Pengemban 23) Aktivitas Keamanan gan atas ide masyaraka 10) Pensiun masyarakat t sekitar 11) Liburan 20) Pengeluaran 24) Aktivitas 12) Minoritas untuk populasi 13) Pekerja kepentingan sekitar wanita pelanggan 25) Partisipasi 14) Serikat 21) Kontrol pada pekerja kualitas pemerinta 15) Kecelakaan h daerah industri 26) Anggota 16) Komunikasi kelompok karyawan social 17) Bonus karyawan Sumber: Mas‟ud (1995) dalam Januarti dan Dini (2005:233) 44 Berdasarkan daftar elemen dan tema yang perlu diungkapkan pada masyarakat tersebut, maka akan tampak seberapa besar perusahaan menaruh perhatian pada kepentingan sosial. Dengan mengungkapkan kepeduliannya pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat tuntutan masyarakat. Pengeluaran untuk kepedulian sosial yang diungkapkan ke publik membantu pengendalian tidak langsung atas usaha perusahaan oleh masyarakat (Arif Fahruri, 2009:34). Januarti dan Dini (2005:234) menjelaskan bahwa pelaporan mengenai tanggung jawab sosial mempunyai peranan penting sebagai berikut: a. Menilai pengaruh sosial dari akativitas sosial perusahaan b. Mengukur evektivitas program-program sosial perusahaan c. Melaporkan pelaksanaan aktivitas yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan d. Memungkinkan penilaian terhadap sumber daya dan pengaruh perusahaan melalui sistem informasi eksternal maupun internal Dari uraian diatas akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban mempunyai fungsi sebagai alat kendali terhadap suatu unit usaha. Makin meluasnya tanggung jawab perusahaan menyebabkan perlunya memasukkan unsur sosial dalam pertanggungjawaban perusahaan ke dalam akuntansi sesuai dengan fungsinya sebagai alat pertanggungjawaban. 45 9. Kinerja Perusahaan Pengukuran kinerja adalah proses menentukan seberapa baik aktivitas bisnis dilakukan untuk mencapai tujuan, strategi, mengeliminasi pemborosan-pemborosan dan menyajikan informasin tepat waktu untuk melakukan penyempurnaan secara berkesinambungan. Kinerja perusahaan yang baik memperngaruhi kemudahan perusahaan untuk memperoleh pinjaman, mempengaruhi keputusan investor dalam menentukan modalnya dan bagi masa depan perusahaan (Lindrawati et al., 2008). Menurut Stoner (1995) dalam Linderawati et al. (2008) pengertian kinerja adalah: “Ukuran seberapa efisien dan efektif seorang manajer atau sebuah perusahaan, seberapa baik manajer atau perusahaan tersebut mencapai tujuan yang memadai”. Oleh karena itu, untuk menilai kinerja perusahaan perlu dilibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Menurut Keown et al. (2002:84-85) analisis rasio keuangan terbagi menjadi empat, yaitu: likuiditas, profitabilitas, keputusan pendanaan, dan pengembalian atas ekuitas. 1. Likuiditas Perusahaan, terdiri dari: a. Rasio lancar b. Rasio cepat c. Perputaran piutang usaha d. Perputaran persediaan 46 2. Profitabilitas Usaha terdiri dari: a. Tingkat pengembalian investasi dari usaha b. Marjin laba usaha c. Perputaran total aktiva d. Perputaran piutang usaha e. Perputaran persediaan f. Perputaran aktiva tetap 3. Keputusan Pendanaan terdiri dari: a. Rasio utang b. Rasio laba terhadap beban bunga 4. Pengembalian atas Ekuitas Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja perusahaan. Rasio keuangan dirancang untuk mengevaluasi laporan keuangan, yang berisi data tentang posisi perusahaan pada suatu titik dan operasi perusahaan pada masa lalu. Nilai nyata laporan keuangan terletak pada fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memperkirakan pendapatan dan dividen pada masa yang akan datang (Bringham dan Houston, 1998 dalam Januarti dan Apriyanti, 2005:6). Analisis laporan keuangan merupakan permulaan masa depan bila dilihat dari sudut pandang investor, sedangkan bagi manajemen 47 bermanfaat untuk mambantu mengantisipasi kondisi mendatang dan menjadi titik awal perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian mendatang. 10. Reputasi Perusahaan Reputasi adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai reputasi. Setiap perusahaan mempunyai reputasi sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai reputasi perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan (Ardianto dan Sumirat, 2006:2). Disebutkan, bagi suatu perusahaan, reputasi dan citra korporat merupakan aset yang paling utama dan tak ternilai harganya. Oleh karena itu segala upaya, daya dan biaya digunakan untuk memupuk, merawat serta menumbuhkembangkannya. Beberapa aspek yang merupakan unsur pembentuk citra & reputasi perusahaan antara lain; (1) kemampuan finansial, (2) mutu produk dan pelayanan, (3) fokus pada pelanggan, (4) keunggulan dan kepekaan SDM, (5) reliability, (6) inovasi, (7) tanggung jawab lingkungan, (8) tanggung jawab sosial, dan (9) penegakan Good Corporate Governance (GCG) (News Of PERHUMAS, 2005). 48 Massey (2003) dalam Nor Rahman (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang fokus terhadap core businessnya akan lebih sukses. Hal tersebut merefleksikan core competencies yang dipunyai perusahaan. Perusahaan yang mempunyai reputasi positif lebih memungkinkan untuk menarik minat pelamar berkualitas tinggi, membangun pangsa pasar yang luas, menerapkan harga yang tinggi dan lebih menarik minat investor. Dengan kata lain, reputasi perusahaan yang baik memberikan perusahaan keunggulan kompetitif. Becchetti et al. (2009) melakukan analisis empiris mengenai pengaruh dan relevansi program CSR pada kondisi pasar modal, dengan sampel data dari tahun 1990 hingga 2004. Dan hasil penelitian mereka menyimpulkan dua penemuan utama yaitu tren meningkat yang signifikan dalam nilai absolut dari pengembalian yang tidak wajar (abnormal return) dan efek negatif signifikan dalam pengembalian yang tidak wajar setelah pengumuman melalui Domini Index. Martin (2008) melakukan analisis mengenai maksimalisasi nilai pemegang saham dengan adanya kebijakan CSR. Martin menggunakan beberapa variabel program CSR dan menyimpulkan bahwa aktivitas CSR akan bernilai jika manajemen membantu mengembangkan reputasi perusahaan dalam setiap grup stakeholder, seperti pemasok, pelanggan, karyawan, dan komunitas. Dan jika reputasi tersebut ada, maka perusahaan berdiri menjadi lebih ”bermakna”, sehingga menarik investor dan meningkatkan nilai saham mereka. Menurut penelitiannya menjelaskan 49 bahwa perusahaan memiliki reputasi yang baik dengan kinerja saham yang baik. Adi (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor, sebuah studi kasus pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEJ. Dengan sampel sebanyak 26 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengaruh dari pengungkapan sosial terhadap laporan tahunan kurang signifikan, sehingga tidak ada pengaruh pengungkapan sosial terhadap reaksi investor. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pengungkapan sosial yang menggambarkan citra atau reputasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap reaksi investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. 11. Profil Perusahaan Sifat dan jenis industri suatu perusahaan telah diidentifikasi sebagai faktor yang potensial menentukan praktek pengungkapan sosial. Menurut Dieker dan Preston (1977) dalam Khoirunnisa (2006) berpendapat bahwa perusahaan yang aktifitas eksternal mengolah lingkungan, lebih cenderung mengungkapkan informasi tentang pengaruh aktifitasnya terhadap lingkungan daripada industri lainnya sehubungan dengan jumlah pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Patten (1991) dan Robert (1992) dalam Khoirunnisa (2006) telah menemukan 50 hubungan yang positif antara high profile industri dengan jumlah pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Untuk membedakan kedua jenis industri dalam high profile dan low profile, Utomo (2000) dalam Khoirunnisa (2006) mendefinisikan perusahaan high profile dan perusahaan low profile sebagai berikut : a. Robert (1992) dalam Khoirunnisa (2006) mendefinisikan perusahaan high profile sebagai perusahaan yang memiliki consumer visibility, tingkat resiko dan tingkat kompetensi yang tinggi. Cowen et.all dalam Khoirunnisa (2006) menambahkan bahwa perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan akan lebih memperhatikan pertanggungjawaban sosialnya kepada masyarakat karena hal ini dapat meningkatkan citra perusahaan dan mempengaruhi tingkat penjualan. b. Diekers dan Preston dalam Khoirunnisa (2006) menggambarkan industri high profile sebagai perusahaan-perusahaan yang aktivitas ekonominya memodifikasi lingkungan, misalnya industri ekstraktif yang lebih sering mengungkapkan informasi tentang dampak-dampak lingkungannya daripada industri lain. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, perusahaan yang terklarifikasi dalam kelompok industri high profile antara lain: Patten (1991) dalam Khoirunnisa (2006) mengklasifikasikan perusahaan perminyakan, pertambangan lain, kimia, dan kertas sebagai industri high profile. Sementara Robert (1992) dalam Khoirunnisa (2006) mengklasifikasikan perusahaan otomotif, penerbangan, dan industri 51 minyak sebagai perusahaan high profile. Sedangkan industri low profile terdiri dari bangunan, keuangan dan perbankan, pemasok peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga. Pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang dilakukan pada perusahaan high profile lebih diperhatikan oleh investor asing, karena dengan diadakannya program pertanggungjawaban sosial maka perusahaan itu kemungkinan besar akan exist, meskipun dalam negara berkembang seperti di Indonesia penerapan CSR pada sebagian besar perusahaan masih terbatas. Sebaliknya, untuk perusahaan low profile, pengungkapan yang dilakukan rasanya tidak mempengaruhi keputusan investor. Karena pada dasarnya, inti usaha perusahaan low profile tidak mempengaruhi dampak lingkungan dan sosial secara signifikan. B. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Lindrawati et al. (2008) menyimpulkan bahwa pengiungkapan CSR mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROI. Perusahaan harus memperhatikan pelaksanaan CSR dengan efektif, karena hal tersebut mampu mendorong perusahaan untuk memiliki kinerja lebih baik lagi, sehingga diharapkan perusahaan juga bersaing dengan perusahaan multinasional lainnya dalam menghadapi persaingan global dan menarik investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan yang memiliki komitmen CSR. 52 Januarti dan Apriyanti (2005) menjelaskan hasi penelitiannya bahwa implementasi CSR yang di-proxy dengan biaya kesejahteraan karyawan dan biaya komunitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat biaya tambahan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Biaya tambahan khusus ini akan menghasilkan dampak netral (balance) terhadap profitabilitas, apabila tambahan biaya yang dikeluarkan tertutupi oleh keuntungan efesiensi yang ditimbulkan oleh pengeluaran biaya tersebut. Brine, et al (2007) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa penerapan CSR di bidang karyawan seperti perekrutan karyawan, kebijakan retensi untuk karyawan mempengaruhi kinerja keuangan return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan return on sales (ROS). Adi (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor, sebuah studi kasus pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEJ. Dengan sampel sebanyak 26 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengaruh dari pengungkapan sosial terhadap laporan tahunan kurang signifikan, sehingga tidak ada pengaruh pengungkapan sosial terhadap reaksi investor. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pengungkapan sosial yang menggambarkan citra atau reputasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap reaksi investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Bachetii dan Rocco (2006) meneliti mengenai pengungkapan sosial terhadap volatilitas portofolio saham. Dengan sampel 250 perusahaan pada 53 index S&P500. Hasil dari penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan CSR berpengaruh tehadap turunnnya resiko portofolio saham. Penelitian mengenai CSR, profitabilitas dan reputasi telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan bagi penelitian ini. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai CSR dan kinerja. 54 Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang Lindrawati, et al., (2008) Judul Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Yang Terdaftar Sebagai 100 Best Corporate Citizen Oleh KLD Research & Analytics Sampel Perusahaan yang terdaftar dalam 100 Best Corporate Citizens tahun 2000-2006 yang memiliki net income, total assets, dan total equity Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ pada tahun 2002 Pengukuran Pengungkapan CSR, Rasio keuangan yang digunakan ROE, ROI Hasil CSR berpengaruh signifikan terhadap ROI sedangkan CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE Dilihat dari elemen biaya sosial, Rasio keuangan yang digunakan ROA, ATO Dilihat dari elemen biaya sosial Rasio keuangan yang digunakan ROA, ROE, ROS Biaya kesejahteraan karyawan dan biaya komunitas tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA Pengungkapan CSR, volume perdagangan saham Pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan high Januarti, Indira dan Dini Apriyanti (2005) Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Matthew Brine, Rebecca Brown and Greg Hackett (2007) Corporate social responsibility and financial performance in the Australian context 277 perusahaan yang terdaftar di Australia Stock Exchange (ASX) Puguh Siswanto Adi (2008) Pengaruh Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan 26 perusahaan high profile`yang listing di BEJ Bacchetti and Rocco (2006) Corporate Social Responsibility and Stock Market Performance 250 perusahaan pada Index S&P500 Pengungkapan CSR, volatilitas portofolio saham Penelitian Sekarang Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Profitabilitas dan Reputasi Perusahaan Perusahaan manufaktur dan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 20082009 Pengungkapan CSR, Rasio keuangan yang digunakan ROA, ROE dan reputasi perusahaan Penerapan CSR di bidang karyawan seperti perekrutan karyawan, kebijakan retensi untuk karyawan mempengaruhi kinerja keuangan return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan return on sales (ROS) profile tidak begitu mempengaruhi investor dalam melakukan investasi Penerapan CSR berpengaruh secara signifikan terhadap turunnya resiko portofolio saham 55 C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis 1. CSR dan Profitabilitas Perusahaan Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kapada pemegang saham, hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan pertanggungjawaban sosial adalah bahwa tingkat ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan tersebut. Sebaliknya ketika tingkat profitabilitas rendah perusahaan akan berharap pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan (Hackston dan Milne, 1996 dalam Wuri Handayani, 2009:7). Ukuran yang sangat lazim dipakai dalam penelitian suatu perusahaan untuk menilai kinerjanya dinyatakan dalam rasio keuangan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Bagi investor jangka panjang, rasio profitabilitas dapat digunakan untuk melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk deviden. Rasio ini akan dibahas tersendiri, karena merupakan bagian dari penelitian (Martono dan Agus Harjito, 2004:53 dalam Triatmodjo, 2009). Kemampuan perusahaan untuk menghaslkan laba dalam kegiatan operasinya (profitabilitas) merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan karena laba perusahaan selain merupakan indikator 56 kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Tingkat profitabilitas dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi karena untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan atas perusahaan tersebut. Cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Misalnya profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan melalui perbandingan laba dengan investasi yang digunakan dalam investasi (Triatmodjo, 2009:11). Untuk mengukur seberapa efektif perusahaan yang beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan atau mencapai tujuan profit keseluruhan, terutama dalam hubungannya dengan sumber-sumber yang diinvestasikan digunakan rasio profitabilitas yang terdiri dari return on assets (ROA), dan return on Equity (ROE). Rasio return on asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Nilai rasio ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total akiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. 57 Dengan demikian, keterkaitan antara ROA dengan CSR dapat dirumuskan melalui hipotesis sebagai berikut: Ha1: Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ROA. Rasio return on equity (ROE) merupakan rasio keuntungan bersih sesudah pajak terhadap modal sendiri, yang mengukur tingkat hasil pengembalian dari modal pemegang saham (modal sendiri) yang diinvestasikan ke dalam perusahaan. Dengan demikian, keterkaitan antara ROE dengan CSR dapat dirumuskan melalui hipotesis sebagai berikut: Ha2: Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ROE 2. CSR dan Reputasi Perusahaan Reputasi adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai reputasi. Setiap perusahaan mempunyai reputasi sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai reputasi perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan (Ardianto dan Sumirat, 2006:2). 58 Disebutkan, bagi suatu perusahaan, reputasi dan citra korporat merupakan aset yang paling utama dan tak ternilai harganya. Oleh karena itu segala upaya, daya dan biaya digunakan untuk memupuk, merawat serta menumbuhkembangkannya. Beberapa aspek yang merupakan unsur pembentuk citra & reputasi perusahaan antara lain; (1) kemampuan finansial, (2) mutu produk dan pelayanan, (3) fokus pada pelanggan, (4) keunggulan dan kepekaan SDM, (5) reliability, (6) inovasi, (7) tanggung jawab lingkungan, (8) tanggung jawab sosial, dan (9) penegakan Good Corporate Governance (GCG) (News Of PERHUMAS, 2005). Massey (2003) dalam Nor Rahman (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang fokus terhadap core businessnya akan lebih sukses. Hal tersebut merefleksikan core competencies yang dipunyai perusahaan. Perusahaan yang mempunyai reputasi positif lebih memungkinkan untuk menarik minat pelamar berkualitas tinggi, membangun pangsa pasar yang luas, menerapkan harga yang tinggi dan lebih menarik minat investor. Dengan kata lain, reputasi perusahaan yang baik memberikan perusahaan keunggulan kompetitif. Becchetti et al. (2009) melakukan analisis empiris mengenai pengaruh dan relevansi program CSR pada kondisi pasar modal, dengan sampel data dari tahun 1990 hingga 2004. Dan hasil penelitian mereka menyimpulkan dua penemuan utama yaitu tren meningkat yang signifikan dalam nilai absolut dari pengembalian yang tidak wajar (abnormal return) 59 dan efek negatif signifikan dalam pengembalian yang tidak wajar setelah pengumuman melalui Domini Index. Martin (2008) melakukan analisis mengenai maksimalisasi nilai pemegang saham dengan adanya kebijakan CSR. Martin menggunakan beberapa variabel program CSR dan menyimpulkan bahwa aktivitas CSR akan bernilai jika manajemen membantu mengembangkan reputasi perusahaan dalam setiap grup stakeholder, seperti pemasok, pelanggan, karyawan, dan komunitas. Dan jika reputasi tersebut ada, maka perusahaan berdiri menjadi lebih ”bermakna”, sehingga menarik investor dan meningkatkan nilai saham mereka. Adi (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor, sebuah studi kasus pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEJ. Dengan sampel sebanyak 26 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengaruh dari pengungkapan sosial terhadap laporan tahunan kurang signifikan, sehingga tidak ada pengaruh pengungkapan sosial terhadap reaksi investor. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pengungkapan sosial yang menggambarkan citra atau reputasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap reaksi investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Berdasarkan beberapa penelitian diatas, harga saham dapat dijadikan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur variabel reputasi 60 perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ha3: Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh signifikan terhadap reputasi perusahaan. D. Kerangka Teoritis Berdasarkan uraian di atas dan penelitian sebelumnya, variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan keuangan yaitu karyawan, produk, komunitas, dan lingkungan sebagai variabel independen. Sedangkan, profitabilitas yang diukur dengan ROA dan ROE dan reputasi sebagai variabel dependen. Variabel Independen Variabel Dependen ROA Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial ROE Pengungkapan Pertangungjawaban Sosial Harga Saham Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran 61 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2004:27). Penelitian ini dilakukan pada Pusat Referensi Pasar Modal (Capital Market Reference Center) dengan mengambil data keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 dan 2009, dan melalui website Bursa Efek Indonesia ww.idx.co.id. B. Metode Pengumpulan Sampel Tahun 2008 dan 2009 dipilih karena menggambarkan kondisi yang relatif baru di pasar modal Indonesia. Dengan menggunakan kondisi yang relatif baru diharapkan hasil penelitian akan lebih relevan untuk memahami kondisi yang aktual di Indonesia. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan per 31 Desember 2008 dan per 31 desember 2009 secara lengkap dengan catatan atas laporan keuangan atau laporan keuangan berkelanjutan. 99 2. Dalam catatan atas laporan keuangan tahunan atau laporan keuangan berkelanjutan tersebut terdapat elemen-elemen biaya sosial 3. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah. 4. Perusahaan memiliki nilai buku ekuitas positif. 5. Data harga saham penutupan (closing price) yang terdapat dalam http://finance.yahoo.com. C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan penggabungan data (pooling data). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo) Sedangkan tipe data sekunder yang digunakan adalah data eksternal dan pengambilan data berupa laporan keuangan tahunan (annual report) perusahaan yang go public yang terdaftar di BEI diperoleh dari situs www.idx.co.id, dan dengan mendatangi Pusat Referensi Pasar Modal (Capital Market Reference Center). D. Metode Analisis Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model regresi sederhana, oleh sebab itu data yang akan diolah terlebih dahulu harus bebas dari asumsi klasik (normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas). Analisis 63 regresi sederhana (Simple Regression Analyze) digunakan untuk memprediksi nilai suatu variabel dependen berdasarkan nilai variabel lain. Analisis regresi juga dapat digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dipergunakan analisis regresi linier sederhana dengan persamaan sebagai berikut: Y1 = α + βX + e Y2 = α + βX + e Y3 = α + βX + e Keterangan : Y1 : Return on Asset Y2 : Return on Equity Y3 : Reputasi Perusahaan α : Konstanta β : koefisien regresi model X : Corporate Social Responsibility (CSR) e : error term model (variabel residual) Dalam penelitian ini dilakukan pengujian variabel-variabel menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan bantuan perangkat lunak SPSS 15. 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan variabel dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan maksimum. 64 2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji heteroskedatisitas, dan uji autokorelasi, karena data yang digunakan lebih dari satu tahun. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak mengunakan dua cara yaitu melalui analisis grafik dan analisis statistik. b. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah adanya korelasi antara data pada suatu waktu tertentu dengan nilai data tersebut pada waktu satu periode sebelumnya atau lebih pada data runtut waktu. Penggunaan uji DW (Durbin Waston) untuk mendeteksi tidak adanya korelasi antar error, maka nilai DW diharapkan berada di sekitar angka 2 (dari 1,5 sampai 2,5). Panduan mengenai angka D-W (Durbin-Watson) untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada Tabel D-W, dengan pengambilan keputusan berikut: 65 a) 0 < d < dI, berarti tidak ada autokorelasi positif b) dI ≤ d ≤ du, berarti tidak ada autokorelasi positif c) 4 – dI < d < 4, berarti tidak ada korelasi negatif d) 4 – du ≤ d ≤ 4 – dI, berarti tidak ada korelasi negatif e) du < d < 4 – du, berarti tidak ada autokorelasi, positif ataupun negatif. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada pola scatterplot antar SPRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusannya jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan bahwa telah terjadi Heteroskedastisitas. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik- 66 titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). 3. Uji Hipotesis a. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai determinasi yang independen dalam kecil berarti kemampuan variabel–variabel menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-varibel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). b. Uji signifikansi parameter individual (Uji stastistik t) Menurut Ghozali (2005) uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). 2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan) 67 E. Operasionalisasi Variabel Penelitian 1. Variabel Independen Variabel independen pada penelitian ini adalah tingkat pengungkapan sosial perusahaan yaitu proses mengkomunikasikan dampak-dampak sosial dan lingkungan dari keseluruhan aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan (Gray et al.,1987 dalam Heriyanto, 2009). Variabel ini dapat diukur dengan melihat banyaknya item pengungkapan sosial yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan, jika perusahaan menyajikan pengungkapan sosial diberi skor satu (1), namun jika tidak menyajikan diberi skor nol (0). Jumlah item yang mungkin dipenuhi oleh perusahaan sebanyak 75 item. Indeks = n x 100% k Dimana : n = Jumlah item pengungkapan yang dipenuhi k = Jumlah semua item yang mungkin dipenuhi 2. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan. Penelitian ini menggunakan rasio Return on Assets (ROA) untuk mengetahui tingkat profitabilitas perusahaan. Selain merupakan tolok ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan, rasio Reurn on Asset (ROA) juga menunjukkan tingkat efisiensi investasi yang nampak pada tingkat perputaran aktiva (Fathma, 68 2003 dalam Januarti dan Dini, 2005). Secara matematis rasio tersebut dapat ditulis sebagai berikut: ROA Laba Setelah Pajak Total Aktiva Penelitian ini menggunakan rasio tingkat pengembalian modal sendiri (Return on Equity) merupakan rasio keuntungan bersih sesudah pajak terhadap modal sendiri, yang mengukur tingkat hasil pengembalian dari modal pemegang saham (modal sendiri) yang diinvestasikan ke dalam perusahaan. Secara matematis rasio tersebut diformulasikan sebagai berikut: ROE Laba Setelah Pajak Total Modal Reputasi perusahaan adalah pandangan publik atas suatu perusahaan yang dinilai baik atau tidak yang dipandang secara global atas hal-hal seperti keterbukaan, kualitas dan lainnya sehingga dapat dikatakan sebagai pandangan atas gerak langkah perusahaan. Reputasi merupakan suatu intangible asset atau goodwill perusahaan yang memiliki efek positif pada penilaian pasar atas perusahaan. Perusahaan yang mempunyai reputasi baik mampu menimbulkan kepercayaan, keyakinan dan dukungan daripada perusahaan yang mempunyai reputasi buruk (Dowling, 2006). Dalam penelitian ini reputasi dicerminkan dengan harga saham akhir tahun 69 yaitu close price. Sehingga reputasi perusahaan tersebut dapat dilihat dari harga saham tiap tahunnya. Tabel 3.1 Pengukuran Operasional Variabel Penelitian Variabel Dependen Profitabilitas: Return on Assets (ROA) Profitabilitas: Return on Equity (ROE) Reputasi Perusahaan Pengukuran Laba bersih/Total aktiva Skala Rasio Laba bersih/Total modal Rasio Harga Saham (Close Price) Nominal Banyaknya item pengungkapan sosial yang terdapat pada laporan tahunan. Jika perusahaan mengungkapkan diberi skor satu (1), namun jika tidak mengungkapkan diberi skor (0). Indeks = n x 100 % Rasio Independen Pengungkapan Tanggungjawab Sosial K 70 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling untuk menentukan sampel. Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mengambil sampel selama 2 tahun, yaitu dari tahun 2008 – 2009. Penelitian secara purposive sampling mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan representasi dari populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan dari penelitian. Data yang digunakan berasal dari annual report tahun 2008 dan 2009 yang diakses melalui website seperti: yahoo.finance.com, www.idx.co.id, dan Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM). Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kecuali perusahaan yang bergerak dalam bidang agriculture dan infrastructure, utilities, transportation. Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 60 perusahaan. Sampel yang terpilih diklasifikasikan ke dalam dua kelompok industri yaitu kelompok industri high profile dan low profile. 99 Berikut ini adalah rincian sampel penelitian yang dijabarkan dalam tabel 4.1 Tabel 4.1 Rincian Sampel Penelitian Kriteria Total Populasi sasaran Emiten tidak menyampaikan annual report ke BEI Emiten tidak sesuai kriteria High Profile dan Low Profile Emiten menyampaikan annual report tidak lengkap Emiten tidak menyajikan annual report dalam rupiah Emiten memiliki nilai buku ekuitas negative 384 (20) (184) Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria (25) (30) (65) 60 Sumber:Data Sekunder yang diolah B. Hasil Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penggungkapan Corporate Social Responsibility sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependen, yaitu profitabilitas yang di-proxy dengan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) . Variabel tersebut akan diuji secara deskriptif seperti berikut ini: 72 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial High Profile (HP) dan Low Profile (LP) N 60 Minimum -,20 Maximum ,41 Mean ,0986 Std. Deviation ,11290 60 -,50 ,82 ,1704 ,21501 60 50,00 244800,00 9761,7000 35177,20183 60 23,00 65,00 46,9000 8,06898 ROA1 60 -,05 ,39 ,0275 ,05815 ROE1 60 -,42 ,58 ,0993 ,11939 RP1 60 50,00 42750,00 2188,5000 6059,24216 LP 60 14,00 44,00 31,3500 6,91308 Valid N (listwise) 60 ROA ROE RP HP Tabel 4.2 menyajikan informasi bahwa jumlah data yang menjadi objek penelitian adalah 60. Jumlah tersebut adalah perusahaan go public di tahun 2008 dan 2009 yang memenuhi kriteria dalam pemilihan sampel serta memiliki tahun tutup buku 31 Desember. a. Return On Assets (ROA) Variabel ROA dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan total aktiva. Berdasarkan analisis data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa perusahaan high profile memiliki mean sebesar 0,0986 lebih tinggi daripada perusahaan low profile sebesar 0,0275 Nilai minimun dan maksimum pada perusahaan high profile -0,20 dan 0,41. Standar deviasi perusahaan high profile 0,11290, sedangkan standar deviasi perusahaan low profile sebesar 0,05815. b. Return On Equity (ROE) Variabel ROE dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan total modal. Berdasarkan analisis data pada tabel 4.2 73 menunjukkan bahwa perusahaan high profile memiliki mean sebesar 0,1704 lebih tinggi daripada perusahaan low profile sebesar 0,0993 Nilai minimun dan maksimum pada perusahaan high profile -0,50 dan 0,82. Standar deviasi perusahaan high profile 0,21501, sedangkan standar deviasi perusahaan low profile sebesar 0,11939. c. Reputasi (RP) Variabel reputasi dihitung dengan membandingkan close price saham tahun 2008 dan 2009. Berdasarkan analisis data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa perusahaan high profile memiliki mean sebesar 9761,7 lebih tinggi daripada perusahaan low profile sebesar 2188,5 Nilai minimun dan maksimum pada perusahaan high profile 50 dan 244800. Standar deviasi perusahaan high profile 35177,2 sedangkan standar deviasi perusahaan low profile sebesar 6059,2. d. Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan High Profile (HP) dan Low Profile (LP) Berdasarkan analisis data pada table 4.2 menunjukkan bahwa mean pengungkapan pertanggungjawaban sosial untuk perusahaan high profile sebesar 46,90 lebih besar dari perusahaan low profile sebesar 31,35. Sedangkan nilai minimum dan maksimum perusahaan high profile sebesar 23 dan 65, sedangkan nilai minimum dan maksimum pada perusahaan low profile sebesar 14 dan 44. Standar deviasi pada perusahaan high profile sebesar 8,069, sedangkan low profile sebesar 6,913. Pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan high profile lebih tinggi daripada perusahaan low profile. 74 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini menggunakan uji normalitas dengan normal probably plot of standardized residual, yang hasilnya sebagai berikut: Gambar 4.1 Grafik Normality Probability Plot ROA Perusahaan High Profile Hasil uji normalitas pada gambar 4.1 yang dilakukan dilakukan untuk variabel CSR dan ROA pada perusahaan high profile, menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dapat terlihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. 75 Gambar 4.2 Grafik Normality Probability Plot ROA Perusahaan Low Profile Hasil uji normalitas pada gambar 4.2 yang dilakukan dilakukan untuk variabel CSR dan ROA pada perusahaan low profile, menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dapat terlihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. 76 Gambar 4.3 Grafik Normality Probability Plot ROE Perusahaan High Profile Hasil uji normalitas pada gambar 4.3 yang dilakukan dilakukan untuk variabel CSR dan ROE pada perusahaan high profile, menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dapat terlihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. 77 Gambar 4.4 Grafik Normality Probability Plot ROE Perusahaan Low Profile Hasil uji normalitas pada gambar 4.4 yang dilakukan dilakukan untuk variabel CSR dan ROE pada perusahaan Low profile, menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dapat terlihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. 78 Gambar 4.5 Grafik Normality Probability Plot Reputasi Perusahaan High Profile Hasil uji normalitas pada gambar 4.5 yang dilakukan dilakukan untuk variabel CSR dan Reputasi pada perusahaan High Profile, menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dapat terlihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. 79 Gambar 4.6 Grafik Normality Probability Plot Reputasi Perusahaan Low Profile Hasil uji normalitas pada gambar 4.6 yang dilakukan dilakukan untuk variabel CSR dan Reputasi pada perusahaan High Profile, menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dapat terlihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. 80 b. Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 di bawah ini, dapat dilihat bahwa hasil uji autokorelasi pada nilai DurbinWatson test menunjukkan angka yang berada di antara -2 sampa +2. Sehingga dapat disimpilkan bahwa data dalam penelitian ini bebas dari autokorelasi. Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan High Profile Model ROA ROE Reputasi Durbin-Watson .493 1.096 1.096 Variabel Dependen: ROA, ROE dan Reputasi Sumber: Data sekunder diolah Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan High Profile Model ROA ROE Reputasi Durbin-Watson 1.562 1.816 1.190 Variabel Dependen: ROA, ROE dan Reputasi Sumber: Data sekunder diolah c. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. 81 Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada pola scatterplot antar SPRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusannya jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan bahwa telah terjadi Heteroskedastisitas. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghazali, 2005). 82 Gambar 4.7 Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas ROA Perusahaan High Profile Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.7 untuk variabel CSR dan ROA perusahaan High Profile, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai. 83 Gambar 4.8 Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas ROA Perusahaan Low Profile Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.8 untuk variabel CSR dan ROA perusahaan Low Profile, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai. 84 Gambar 4.9 Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas ROE Perusahaan High Profile Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.9 untuk variabel CSR dan ROE pada perusahaan High Profile, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai. 85 Gambar 4.10 Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas ROE Perusahaan Low Profile Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.10 untuk variabel CSR dan ROE pada perusahaan Low Profile, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai. 86 Gambar 4.11 Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas Reputasi Perusahaan High Profile Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.11 untuk variabel CSR dan Reputasi, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai. 87 Gambar 4.11 Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas Reputasi Perusahaan Low Profile Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.10 untuk variabel CSR dan Reputasi, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai. 88 3. Pengujian Hipotesis a. Koefisien Determinasi Uji ini dilakukan untuk mengukur kamampuan variabelvariabel independent, yaitu pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dalam menjelaskan variasi variabel dependen yaitu ROA, ROE dan Reputasi. Hasil uji koefisien Adjusted R Square pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 Tabel 4.5 Koefisien Determinasi Perusahaan High Profile Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate a.1 P .642(a) .412 .402 .04498 r a. Predictors: (Constant), Pengungkapan Tanggungjawab Sosial b. Variabel Dependen: ROA, ROE, Reputasi Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan analisis data pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai koefisien Adjusted R Square adalah sebesar 0,402, hal ini berarti 40,2% variabel return on asset, return on equity dan reputasi perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel pengungkapan tanggungjawab perusahaan. Sedangkan sisanya (100%-40,2 = 59,8%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain. 89 Tabel 4.6 Koefisien Determinasi Perusahaan Low Profile Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate c.1 P .295(a) .087 .071 5838,98960 r a. Predictors: (Constant), Pengungkapan Tanggungjawab Sosial d. Variabel Dependen: ROA, ROE, Reputasi Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan analisis data pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai koefisien Adjusted R Square adalah sebesar 0,071, hal ini berarti 7,1% variabel return on asset, return on equity dan reputasi perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel pengungkapan tanggungjawab perusahaan. Sedangkan sisanya (100%-7,1 = 92,9%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain. b. Uji Statistik t Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual yaitu pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dalam menerangkan variasi variabel dependen, yaitu return on asset, return on equity, dan reputasi perusahaan. Berikut hasil uji penelitian: 90 Tabel 4.7 Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) ROA Perusahaan High Profile Model 1 (Constant) CSR Unstandardized Coefficients Std. B Error -,117 ,083 ,005 Standardized Coefficients t Sig. -1,415 ,162 2,647 ,010 Beta ,002 ,328 a Variabel Dependen: ROA Sumber: Data sekunder yang diolah Tabel 4.8 Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) ROA Perusahaan Low Profile Model 1 (Constant) CSR Unstandardized Coefficients Std. B Error ,029 ,035x -5,5E,001 005 Standardized Coefficients t Sig. ,824 ,413 -,007 -0,050 ,960 Beta a Variabel Dependen: ROA Sumber: Data sekunder yang diolah 91 Tabel 4.9 Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) ROE Perusahaan High Profile Model 1 (Constant) CSR Unstandardized Coefficients Std. B Error -,052 ,070 ,005 Standardize d Coefficients t Sig. Beta ,002 ,279 -,744 ,460 2,216 ,031 a Variabel Dependen: ROE Sumber: Data sekunder yang diolah Tabel 4.10 Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) ROE Perusahaan Low Profile Model 1 (Constant) CSR Unstandardized Coefficients Std. B Error -,176 ,160 ,007 ,003 Standardize d Coefficients t Sig. Beta ,277 -1,099 ,276 2,196 ,032 a Variabel Dependen: ROE Sumber: Data sekunder yang diolah 92 Tabel 4.11 Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) Reputasi Perusahaan High Profile Model 1 (Constant) CSR Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients t Std. B Error Beta 3528,743 -1,678 5921,812 258,702 109,961 ,295 2,353 Sig. ,099 ,022 a Variabel Dependen: RP Sumber: Data sekunder yang diolah Tabel 4.12 Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) Reputasi Perusahaan High Profile Model 1 (Constant) CSR Unstandardized Coefficients Std. B Error - 27115,8 9365,405 30 Standardized Coefficients 407,827 569,928 ,278 t Sig. -1,537 ,130 2,204 ,032 Beta a Variabel Dependen: RP Sumber: Data sekunder yang diolah 93 Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap profitabilitas yang di-proxy dengan ROA. Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.8, variabel pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan High Profile mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,010 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa pengungkapan pertanggungjawaban sosial pada perusahaan High Profile berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Sedangkan pada tabel 4.9, variabel pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan Low Profile mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,960 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa pengungkapan pertanggungjawaban sosial pada perusahaan Low Profile tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap profitabilitas yang di-proxy dengan ROE. Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.10, variabel pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan High Profile mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,031 lebih kecil dari 0,05. Dan pada tabel 4.11, variabel pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan Low Profile mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,032 lebih kecil dari 0,05 Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dapat digunakan untuk mengidentifikasi pengungkapan ROE. 94 Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap reputasi perusahaan yang di-proxy dengan harga saham akhir tahun (close price). Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan High Profile mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,022 lebih kecil dari 0,05. Dan pada tabel 4.13, variabel pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan Low Profile mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,032 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa pengungkapan sosial perusahaan berpengaruh signifikan terhadap reputasi perusahaan. C. Pembahasan 1. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROA (Return on Assets) Hasil uji hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi variabel pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan High Profile 0,010 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Brine, et al (2007) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa penerapan CSR mempengaruhi kinerja keuangan ROA. Heinze (1976) dalam Sulastini (2007) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan 95 pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Namun tingkat signifikansi variabel pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan Low Profile sebesar 0,960>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengungkapan corporate social responsibility tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Dini (2005) melaporkan bahwa pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA). Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan CSR perusahaan terdapat tambahan biaya untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dan manfaatnya dapat dirasakan untuk jangka panjang, bukan untuk jangka pendek. 2. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROE (Return on Equity) Hasil uji hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi variabel pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan High Profile 0,031 < 0,05 dan pada perusahaan Low Profile 0,032 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap ROE. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Brine et al. (2007) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa penerepan CSR mempengaruhi kinerja keuangan return on equity. Hal ini juga sesuai pendapat Untung (2008:39) 96 yang intinya adalah ada korelasi positif antara peran perusahaan dalam merealisasikan tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility dan peningkatan kinerja keuangan perusahaan tersebut. Dengan dikeluarkannya biaya CSR dibidang kesejahteraan karyawan maka akan memberikan dampak positif bagi kinerja karyawan yang lebih produktif dalam melakukan aktifitas kerjanya yang selanjutnya mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini kontradiktif dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lindrawati (2008) melaporkan bahwa pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan tidak berpengaruh terhadap return on equity. 3. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap reputasi perusahaan yang di-proxy dengan harga saham akhir tahun (Close Price) Hasil uji hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi variabel pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan High Profile 0,022 < 0,05 dan pada perusahaan Low Profile 0,032 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap reputasi perusahaan. Eka Tjipta Foundation dalam Widjaja dan Pratama (2008:52) mengatakan bahwa CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra perusahaan yang dapat dijadikan keunggulan kompetitif yang sulit ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli 97 produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Menurutnya implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan sehigga akan tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak (true win-win situation) konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung. Pelaksanaan CSR dapat dikemas untuk mengupayakan citra positif atau alat promosi perusahaan yang sangat efektif (Ambadar 2008:54). Menurutnya, pelaksanaan CSR tidak hanya dipandang sebagai alat promosi semata namun dapat dipandang sebagai keunggulan bersaing dalam strategi bisnis perusahaan. Sehingga dengan dikeluarkannya biaya CSR untuk komunitas dapat memberikan citra positif terhadap perusahaan yang selanjutnya respon positif tersebut diimplementasikan oleh konsumen melalui pembelian produk perusahaan sehingga dengan banyaknya produk yang terjual akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. 98 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan a. Hasil penelitian variabel corporate social responsibility terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan High Profile berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Brine, et al. (2007). Namun variabel corporate social responsibility terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan Low Profile tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Dini (2005). b. Hasil penelitian variabel corpotare social responsibility terhadap profitabilitas (ROE) pada perusahaan High Profile dan Low Profile berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (ROE). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Brine, et al. (2007). Namun kontradiktif dengan penelitian yang dilakukan oleh Lindrawati (2008) yang melaporkan bahwa variabel corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap ROE. c. Hasil penelitian variabel corpotare social responsibility terhadap reputasi pada perusahaan High Profile dan Low Profile perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap reputasi (harga saham). Hasil penelitian ini kontradiktif dengan penelitian Adi (2008) yang menyatakan bahwa 99 pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan high profile tidak begitu mempengaruhi investor dalam melakukan investasi. Namun konsisten dengan penelitian Becchetti et al. (2006) yang menyatakan bahwa dengan penerapan CSR berpengaruh secara signifikan terhadap turunnya resiko portofolio saham. B. Implikasi dan Keterbatasan 1. Implikasi a. Bagi praktisi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan khusus untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. b. Bagi dunia usaha, dengan dilakukannya penelitian mengenai penerapan corporate social responsibility tidak menjadi sebuah beban dalam mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya terhadap lingkungannya. Akan tetapi, penerapan corporate social responsibility dapat menjadi sebuah strategi perusahaan untuk mencapai visi dan misi serta keberlangsungan usaha (sustainability) perusahaan di masa yang akan datang. c. Bagi investor dan calon investor, dengan dilakukannya penelitian mengenai penerapan corporate social responsibility dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam keputusan investasi pada perusahaanperusahaan yang menerapkan corporate social responsibility. 100 d. Pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam membuat regulasi khusus terkait penerapan corporate social responsibility oleh perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. e. Bagi dunia pendidikan/akademisi, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi hasil temuan akademik yang berkaitan dengan penerapan corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan. 2. Keterbatasan a. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini hanya 60 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga kurang dapat mewakili populasi dari total populasi yang ada. b. Periode waktu yang digunakan pada penelitian ini hanya 2 tahun, yaitu tahun 2008-2009. dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. c. Penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel dependen, yaitu: return on aset, return on equity, dan reputasi perusahaan dengan indikator harga saham. Kemungkinan ada variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. 101 C. Saran 1. Bagi manajemen perusahaan diharapkan lebih terbuka mengungkapkan kegiatan-kegiatan yang yang berhubungan dengan tanggungjawab sosial perusahaan dalam laporan tahunannya. 2. Bagi pemerintah dan IAI diharapkan mampu merumuskan suatu kebijakan untuk menjadikan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan sebagai sebuah mandatory disclosure mengingat rendahnya tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial 3. Penelitian lanjutan disarankan untuk menggunakan sampel yang lebih besar sehingga hasil yang diperoleh lebih meyakinkan. 4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan atau menggunakan variabel lain untuk menemukan suatu model standar pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. 5. Pada penelitian selanjutnya, periode penelitian sebaiknya lebih dari 2 tahun agar hasil penelitian lebih akurat. 102 DAFTAR PUSTAKA Adi, Puguh Siswanto.”Pengaruh Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor (Studi Kasus Pada Perusahaan High Profile Yang Listing di BEJ)”. Fakultas Ekonomi UMM, Juli 2008. Ambadar, Jackie, “Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Praktik di Indonesia”, PT Gramedia, Jakarta, 2008. Anggoro, Linggar. “Teori dan Profesi Kehumasan. Serta Aplikasinya di Indonesia”. Cetakan Ketiga. Bumi Aksara, Jakarta, 2007. Ardianto, Elvinaro dan Sumirat, Soleh. “Dasar-dasar Public Relations”. Cetakan Ketiga. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004. Arimawati, Hari. “Pengaruh Tingkat Pengungkapan Kinerja CSR Trhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek”, Perpustakaan Universitas Airlangga, Surabaya, 2008. data didownload tanggal 22 Januari 2010, http:// www. .adln.lib.unair.ac.id Becchetti, Leonardo, and Rocco. “Corporate Social Responsibility and Stock Market Performance”. Centre for International Studies on Economic Growth (CEIS) Tor Vergata – Research Paper Series, Vol. 27, No. 79, Mar 2006. Brine, Matthew, Rebecca Brown dan Greg Hackett. Corporate Social Responsibility and Financial Performance in the Australian Context. Corporation and Financial Services Division, The Australian Treasury. 2007. Chotib. “Model Pemberdayaan Lokal yang Berkelanjutan Melalui Program CSR”, Warta Demografi, 2008. Dowling, Grahame R. “Journalists Evaluation of Corporate Reputations”, Corporate Reputation Review, Vol.7. 2006. 103 Efendi, Munandar. “Pengaruh pengungkapan CSR pada harga saham di BEJ”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. UIN Jakarta, 2009. Fahruri, Arif. “Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility di Bidang Kesejahteraan Karyawan dan Komunitas Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. UIN Jakarta, 2009. Gaokasian, Levon dan L. Keith Whitney. Corporate Socially Responsible Firms Perform Well! Evidence from Financial and Operating Performance. Business Administration Division, Seaver College, Pepperdine University, Malibu CA 90263-4237. 2008. Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Heriyanto. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. UIN Jakarta, 2009. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002. Januarti, indira dan Dini Apriyanti. ”Pengaruh Tanggung Jabab Sosial Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan”, Jurnal MAKSI vol.5 No.2 hal. 227 -243 Agustus, 2005. Khoirunnisa. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Sosial Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi FEIS, 2007. Keown, Martin, Petty, Scott Jr. 2002. Manajemen Keuangan. Indeks:Jakarta Lindrawati, Nita Felicia dan J. Th Budianto T. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Terdaftar Sebagai 100 Best Corporate Citizens Oleh KLD Research & Analytics”, Fakultas Ekonomi Unika Widya Mandala Surabaya, 2008. 104 Martin, John.D. Shareholder Value Maximization. Is There a Role for Corporate Social Responsibility”, Baylor University, September 2008. data didownload tanggal 11 Februari 2009, http://papers.ssrn.com/abstract=1259985 Nelling, Edward dan Webb, Elizabeth. “Corporate Social Responsibility And Financial Performance:The “Virtuous Circle” Revisited”. Philadelphia, Agustus 2006. News of PERHUMAS. 2004. CSR dan Citra http://www.perhumas.or.id/, 15 – 16 Juni 2004. Corporate. Dokumen Nor Rachman, Soviadi, “ Analisis Pengaruh Keunggulan Produk, Reputasi Perusahaan dan Asosiasi Merek Terhadap Kesuksesan Produk Baru Dalam Meningkatkan Kinerja Pemasaran”, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang, 2006. Rahman, Reza. ”Corporate Social Responsibility Antara Teori dan Kanyataan”, Media Pressindo, Yogyakarta, 2009. Rokhim, Rofikoh. “Keuntungan Aplikasi CSR”, Bisnis Indonesia, 2009. data didownload tanggal 22 januari 2010, http://www.ibl.or.id Sembiring, Edi Resmana. “Karakteristik Perusahaan Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Study Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta”. SNA VIII. September, 2005. Sueb, Memed. “Pengaruh Biaya Sosial Terhadap Kinerja Sosial, Keuangan Perusahaan Terbuka Di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung, 2001. Tanudjaja, Bing Bedjo. “Perkembangan Corporate Social Responsibiliy di Indonesia”, Fakultas Seni dan Desain. Universitas Kristen Petra Surabaya, 2005. Trenawati, Rina. ”Pengaruh Sebelum dan Sesudah Penerapan Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas Perusahaan”, Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama, 2008. 105 Triatmodjo, Hari Murti. “Pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Return Pemegang Saham”, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009. Tsoutsoura, Margarita. “Corporate Social Responsibility and Financial Performance”. Haas School of Business, University of California at Berkeley, California, Maret 2004. data didonwload tanggal 16 Januari 2009, http://www.haas.berkeley.edu/responsiblebusiness/documents/CSRandFinancialReporting.pdf Untung, Hendrik Budi. “Corporate Social Responsibility”. Sinar Grafika, Jakarta, 2008. Wibisono, Yusuf. “Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility”, Fascho Publishing, Gresik, 2007. Widjaja, Gunawan dan Yeremia Ardi Pratama. “Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Tanpa CSR”, PT. Percetakan Penebar Swadaya, Jakarta, 2008. Wijanarko, Himawan. “Garuda dan Pengukuran Reputasi”. Wikimu, april 2007. Data didownload tanggal 24 september 2010, http://www.wikimu.com/News/Print.aspx?id=1985 Wuri Handayani, Dinda. ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan manufaktur BEI)”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. UIN jakarta, 2009. Yuniasih, Ni Wayan dan Wirakusuma, Made Gede.”Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi” Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, 2007. Zubaidah, Siti. “Pengaruh Biaya Sosial Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Semen Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta”. UMM, 2008. 106 Item-item Pengungkapan Tanggungjawab Sosial yang dilakukan Perusahaan Sampel Ketenagakerjaan 1 Jumlah Pegawai 2 Rincian Pegawai Menurut Pendidikan 3 Pengembangan Karyawan, Pelatihan dan Pendidikan Pegawai 4 Kompensasi Kompetitif dan Upah Minimum 5 Gaji, Upah, dan Tunjangan 6 Imbalan Pascakerja 7 Perjalanan Dinas, Tunjangan Transportasi, dan Tunjangan Makan 8 Pesangon dan Penghargaan Masa Kerja 9 Poloklinik, Pemeriksaan Secara Berkala 10 Jamsostek 11 Pensiun Karyawan 12 Reward dan Punishment 13 Koperasi Karyawan 14 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 15 Sertifikasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 16 Penciptaan Budaya, dan Lingkungan Kerja Yang Harmonis 17 Tidak Ada Diskriminasi Suku, Agama, Ras, Dll 18 Kesejahteraan Keluarga (Beasiswa Anak Karyawan) dan Rekreasi 19 Kesejahteraan Karyawan (Fasilitas Ibadah dan Olahraga) Good Corporate Governance 1 Struktur Organisasi 2 Komposisi Kepemilikan Saham 3 Nama dan Photo Komisaris 4 Latar Belakang Pendidikan dan Karier Komisaris 5 Nama dan Photo Direksi 6 Latar Belakang Pendidikan dan Karier Direksi 7 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Komisaris dan Direksi 8 Gaji dan Kompensasi Komisaris 9 Gaji dan Kompensasi Direksi 10 Jumlah Anggota Komisaris Independen 11 Latar Belakang Pendidikan dan Karier Komisaris Independen 12 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Komisaris Independen 13 Jumlah Anggota Komite Audit 14 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit 15 Frekuensi Rapat Komite Audit Dalam Setahun 16 Latar Belakang dan Karier Komite Audit 17 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Sekretaris Perusahaan 18 Komite Perusahaan Terhadap Penerapan Prinsip GCG 19 Berpartisipasi Dalam Annual Report Award GCG 20 Berpartisipasi Dalam Kegiatan dan Sosialisasi GCG 107 21 Nama dan Photo Komite Renumerasi 22 Tugas dan Tanggung Jawab Komite Renumerasi Produk dan Konsumen 1 Kualitas Produk 2 Sertifikasi Produk Nasional dan Internasional 3 Produk Ramah Lingkungan 4 Informasi dan Deskripsi Produk 5 Komitmen Perusahaan untuk menjadi Perusahaan Terdepan 6 Peningkatan Pelayanan dan Kepuasan Konsumen 7 Inovasi Produk 8 Pengiriman Tepat Waktu 9 Peningkatan Pangsa Pasar 10 Penghargaan Sebagai Perusahaan Terbaik Kemasyarakatan 1 Komitmen Kepedulian Perusahaan Kepada Masyarakat 2 Bantuan Pendidikan, Membangun dan Memperbaiki Sekolah 3 Memberikan Pengobatan dan Membangun Fasilitas Kesehatan 4 Beasiswa 5 Membangun dan Memperbaiki Fasilitas Ibadah 6 Bantuan Pengembangan UKM 7 Pelatihan Kepada Masyarakat, Pemberdayaan Ekonomi 8 Pemberian Sumbangan Seperti Sembako Dll 9 Membentuk Koperasi 10 Bazar 11 Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa 12 Bantuan Korban Bencana Alam 13 Pengembangan Kegiatan Seni dan Olahraga Lingkungan dan Energi 1 Sertifikasi Pengelolaan Lingkungan Nasional dan Internasional 2 Pengawasan dan Perbaikan Efek Polusi 3 Pengelolaan Sampah dan Limbah 4 Penghematan Energi 5 Melakukan Penghijauan 6 Pengelolaan Air Bersih 7 Komitmen Perusahaan Terhadap Kepedulian Lingkungan 8 Suara Bising 9 Pengawasan dan Pengelolaan Lingkungan 10 Program Pemulihan Lahan Pasca Tambang 11 Biaya Pencegahan Kerusakan dan Rehabilitasi Total 75 Item 108 Distribusi Sampel Berdasarkan Klasifikasi Jenis Industri No Jenis Industri Perusahaan High Profile 1 Coal Mining 2 Metal and Mineral Mining 3 Cement 4 Ceramics, Glass, Porcelain 5 Metal and Allied Product 6 Plastic and Packaging Sumber: Data sekunder diolah 7 Wood Industries 8 Pulp and Paper 9 Automotive and Component 10 Tobaco Manufacture 11 Pharmaceutical 12 Cosmetic and Household 13 Building Construction 14 Whole Sale Total Perusahaan High Profile Perusahaan low Profile 1 Textile and Garment 2 Property and Real Estate 3 Bank 4 Food and Beverage 5 Footwear Total Perusahaan Low Profile Jumlah 1 2 3 4 6 1 2 2 1 2 2 1 1 2 30 3 6 17 3 1 30 109 Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan High Profile No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Perusahaan Adhi Karya Antam Kimia Farma Indocement Tunggal Surya Toto Indonesia Mayora Kalbe Farma Semen Gresik United Tractors Holcim Indonesia Surabaya Agung Dynaplast Timah, Tbk Suparma Berlina Fajar Surya Wisesa Jaya Pari Steel Lion Metal Works Lionmesh Prima Pelangi Indah Canindo Asiaplast Industries Betonjaya Manunggal Indal Alumunium Industry Bentoel International Investama Barito Pacific Bukit Asam,Tbk Unilever HM Sampoerna Aqua Golden Mississippi Astra Internasional Pengungkapan CSR 2008 2009 47 47 53 53 46 46 52 52 36 36 23 23 47 47 59 59 65 65 52 52 50 50 44 44 52 52 40 40 38 38 43 43 38 38 44 44 47 47 39 39 43 43 49 49 43 43 49 49 45 45 58 58 51 51 59 59 *Total Pengungkapan Tanggungjawab Sosial 75 item 110 Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan Low Profile *Total Pengungkapan Tanggungjawab Sosial 75 item No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Perusahaan TigaPilar Sejahtera Food Ciputra Surya Global Land Development Lamicitra Nusantara Lippo Cikarang Moderland Realty Ltd Pan Brothers Textile Ristia Bintang Mahkota Sejati Roda Vivatex Budi Acid Jaya Suryainti Permata Indofood Sukses Makmur Bank Mandiri Bank Mayapada Bank Bumi Putera Indonesia Bank Central Asia Bank Negara Indonesia Bank Nusantara Parahyangan Bank Rakyat Indonesia Bank Danamon Bank CIMB Niaga Bank International Indonesia Bank Permata Bank Artha Graha Internasional Bank Mega Bank OCBC NISP Bank Panin Indonesia Sepatu Bata Bank Swadesi Bank Ekonomi Pengungkapan CSR 2008 2009 24 24 26 26 25 25 21 21 27 27 36 36 29 29 24 24 23 23 14 14 25 25 37 37 42 42 33 33 38 38 32 32 36 36 30 30 44 44 39 39 27 27 29 29 39 39 28 28 32 32 40 40 35 35 38 38 34 34 34 34 111 Profitabilitas Perusahaan Sampel High Profile ROA No ROE Perusahaan 2008 2009 2008 2009 1 Adhi Karya 0,01589788 0,029404223 0,13945815 0,226381032 2 Antam 0,133541603 0,060795503 0,169678256 0,345810727 3 Kimia Farma 0,038317031 0,04000121 0,058446769 0,062801093 4 Indocement Tunggal 0,154651038 0,206884466 0,154651038 0,206884466 5 Surya Toto Indonesia 0,061376305 0,180850992 0,17425313 0,345810727 6 Mayora 0,067133136 0,114633631 0,157600659 0,235281573 7 Kalbe Farma 0,123920567 0,143310665 0,195125417 0,215524215 8 Semen Gresik 0,123920567 0,256845711 0,312722922 0,326200496 9 United Tractors 0,116455466 0,158638324 0,239025866 0,275759966 10 Holcim Indonesia 0,036771431 0,123290554 0,052233403 0,226819319 11 Surabaya Agung -0,17226645 0,139024447 0,379155228 -0,413795699 12 Dynaplast 2,26688E-06 0,050820148 6,97721E-06 0,149265794 13 Timah, Tbk 0,232041021 0,064614829 0,35134918 0,091470888 14 Suparma -0,009139374 0,018799225 -0,009139374 0,039102574 15 Berlina (BRNA) 0,04491131 0,039943165 0,107989938 0,112726099 16 Fajar Surya Wisesa 0,009830146 0,075377828 0,027949395 0,175899823 17 Jaya Pari Steel 0,123095822 0,005417071 -0,088187181 -0,002992247 18 Lion Metal Works 0,149482959 0,123866966 0,188066 0,147556824 19 Lionmesh Prima 0,149016098 0,032960001 0,243736053 0,060431463 20 Pelangi Indah Canindo 0,022064463 0,023324627 0,086061556 0,077389748 21 Asiaplast Industries (APLI) -0,017463798 0,099684516 -0,038423344 0,193688025 22 Betonjaya Manunggal (BTON) 0,295325652 0,134531886 0,376968167 0,145268122 23 Indal Alumunium Industry 0,001618733 -0,027261277 0,01315196 -0,201065168 24 Bentoel International Investama 0,053672128 0,005848734 0,138213965 0,014327945 25 Barito Pacific -0,197159186 0,03342018 -0,498133697 0,084618777 26 Bukit Asam,Tbk 0,279649435 0,337650265 0,427142225 0,478434664 27 Unilever 0,370073589 0,406694865 0,776447983 0,822105266 28 HM Sampoerna 0,241435707 0,287153457 0,484012219 0,486286153 29 Aqua Golden Mississippi 0,082050746 0,083605734 0,141574676 0,146005191 30 Astra Internasional 0,113834531 0,11288763 0,277841596 0,251666917 112 Profitabilitas Perusahaan Sampel Low Profile ROA No ROE Perusahaan 2008 2009 2008 2009 1 Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) 0,028207815 0,028051783 0,073430794 0,088195685 2 Ciputra Surya 0,066842009 0,025177561 0,102991226 0,039163405 3 Global Land Development -0,053404231 0,061236122 -0,064372561 0,069987333 4 Lamicitra Nusantara 0,014538769 0,020642866 0,053421152 0,067534647 5 Lippo Cikarang 0,010113709 0,016557554 0,029978511 0,051521409 6 Moderland Realty Ltd 0,001290343 0,001330236 0,002287681 0,002256791 7 Pan Brothers Textile -0,043304943 0,034932437 -0,419967051 0,253046442 8 Ristia Bintang Mahkota Sejati 0,00816075 0,000983232 0,009004441 0,00102972 9 Roda Vivatex 0,098307672 0,15748242 0,132418246 0,192127487 10 Budi Acid Jaya (BUDI) 0,019414864 0,091576684 0,053294013 0,196783775 11 Suryainti Permata 0,030839211 0,0263161 0,070252722 0,051956342 12 Indofood Sukses Makmur 0,026124718 0,075683623 0,120677246 0,204407663 13 Bank Mandiri 0,01482212 0,018132699 0,17411168 0,203808456 14 Bank Mayapada 0,007431064 0,007455333 0,043105599 0,041366987 15 Bank Bumi Putera Indonesia 3,07485E-06 0,000719905 0,003813385 0,009342071 16 Bank Central Asia 0,023521368 0,027720186 0,248123291 0,24436648 17 Bank Negara Indonesia 0,006059673 0,010918805 0,079221909 0,12975602 18 Bank Nusantara Parahyangan 0,00767685 0,007545256 0,083418588 0,079581122 19 Bank Rakyat Indonesia 0,022563004 0,023058402 0,266513788 0,268121578 20 Bank Danamon 0,014263497 0,015543254 0,144627296 0,096960467 21 Bank CIMB Niaga 0,006571753 0,014641152 0,072904209 0,13988163 22 Bank International Indonesia 0,008450742 -0,000672 0,095204502 -0,01813623 23 Bank Permata 0,00836872 0,008572673 0,105489544 0,099297655 24 Bank Artha Graha Internasional 0,001702864 0,002712323 0,023790477 0,043462715 25 Bank Mega 0,014390948 0,013543281 0,174779514 0,157925884 26 Bank OCBC NISP 0,009254322 0,011763413 0,087290225 0,105350108 27 Bank Panin Indonesia 0,010892066 0,01175608 0,088388102 0,085208317 28 Sepatu Bata 0,392043894 0,127149742 0,576902766 0,175814566 29 Bank Swadesi 0,014134619 0,024034592 0,067998708 0,122158209 30 Bank Ekonomi 0,014375687 0,015356503 0,160764047 0,165104792 113 Reputasi Perusahaan High Profile No Perusahaan Reputasi (Harga saham) 2008 2009 1 Adhi Karya 270 410 2 Antam 1090 2200 3 Kimia Farma 76 127 4 Indocement Tunggal 4600 13700 5 Surya Toto Indonesia 8800 8500 6 Mayora 1140 4500 7 Kalbe Farma 400 1300 8 Semen Gresik 4175 7550 9 United Tractors 4400 15500 10 Holcim Indonesia 630 1550 11 Surabaya Agung 190 74 12 Dynaplast 650 810 13 Timah, Tbk 1080 2000 14 Suparma 87 205 15 Berlina 320 600 16 Fajar Surya Wisesa 1520 1600 17 Jaya Pari Steel 166 265 18 Lion Metal Works 3075 2000 19 Lionmesh Prima 3600 2600 20 Pelangi Indah Canindo 450 220 21 Asiaplast Industries 50 62 22 Betonjaya Manunggal 330 275 23 Indal Alumunium Industry 125 215 24 Bentoel International Investama 520 650 25 Barito Pacific 600 1330 26 Bukit Asam,Tbk 6900 17250 27 Unilever 7800 11050 28 HM Sampoerna 8100 10400 29 Aqua Golden Mississippi 126500 244800 30 Astra Internasional 10550 34700 114 Reputasi Perusahaan Low Profile No Perusahaan Reputasi (Harga saham) 2008 2009 1 Tiga Pilar Sejahtera Food 425 360 2 Ciputra Surya 158 510 3 Global Land Development 320 315 4 Lamicitra Nusantara 95 95 5 Lippo Cikarang 190 220 6 Moderland Realty Ltd 50 125 7 Pan Brothers Textile 122 116 8 Ristia Bintang Mahkota Sejati 96 75 9 Roda Vivatex 1250 1720 10 Budi Acid Jaya (BUDI) 130 220 11 Suryainti Permata 205 100 12 Indofood Sukses Makmur 930 3550 13 Bank Mandiri 2025 4700 14 Bank Mayapada 1700 1260 15 Bank Bumi Putera Indonesia 62 100 16 Bank Central Asia 3250 4850 17 Bank Negara Indonesia 680 1980 18 Bank Nusantara Parahyangan 1500 1000 19 Bank Rakyat Indonesia 4575 7650 20 Bank Danamon 3100 4425 21 Bank CIMB Niaga 495 710 22 Bank International Indonesia 370 330 23 Bank Permata 490 800 24 Bank Artha Graha Internasional 52 62 25 Bank Mega 3200 1850 26 Bank OCBC NISP 700 750 27 Bank Panin Indonesia 580 760 28 Sepatu Bata 20000 42750 29 Bank Swadesi 600 450 30 Bank Ekonomi 2225 2700 115