PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE

advertisement
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS DAN
REPUTASI PERUSAHAAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Oleh:
KAMALUDIN
NIM: 105082002621
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2010 M
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa
: Kamaludin
NIM
: 1050 8200 2621
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil atau karya penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi
baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 06 Desember 2010
Kamaludin
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS DAN
REPUTASI PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Kamaludin
NIM: 1050 8200 2621
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Amilin, SE., Ak.,M.Si
NIP:197306152005011009
Drs. M.Arif Bintoro D, Ak., MBM
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2010
i
Hari Kamis Tanggal Tiga Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Kamaludin NIM: 105082002621
dengan judul skripsi “PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE
SOCIAL
RESPONSIBILITY
TERHADAP
PROFITABILITAS
DAN
REPUTASI PERUSAHAAN” (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang
Terdaftar di BEI)”. Memerhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 Desember 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rini, SE., Ak., M.Si
Penguji II
Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak.
Penguji III
Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si
Penguji I
ii
Hari Jumat Tanggal Tujuh Belas Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan Ujian Skripsi atas nama Kamaludin NIM: 105082002621 dengan
judul skripsi “PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS DAN REPUTASI
PERUSAHAAN ” (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di
BEI)”. Memerhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung,
maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Desember 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Penguji I
Yusro Rahmah SE., M.Si
Penguji II
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Amilin SE., Ak., M.Si
NIP: 197306152005011009
Drs. M. Arif Bintoro D. Ak., MBM
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Kamaludin
Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 21 Oktober 1987
Alamat
: Jl. Tanjung Duren Timur I Gg. Nangka Rt.10/01
No.28. Kel: Tanjung Duren Selatan. Kec: Grogol
Petamburan. Jakarta Barat 11470
Telepon
: 08999274414
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
E-mail / YM
: [email protected]
Nama Orang Tua
Ayah
: M. Yunus
Ibu
: Amin
Motto Hidup
: Selalu berusaha menjadi muslim yang lebih baik
Pendidikan :
1. SDN 05 pagi Tanjung Duren Selatan, Tahun 1993- 1999
2. SLTPN 69, Tahun 1999 - 2002
3. SMAN 16, Tahun 2002- 2005
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis / Akuntansi
Tahun 2005 – 2009
Pengalaman Kerja dan Magang:
1. DEPAG Pejaten Jak sel, Tahun 2008
2. PT. Bank Danamon Indonesia, Tahun 2008-2010
iv
“PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS DAN REPUTASI
PERUSAHAAN”
(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI)
Oleh: Kamaludin
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis praktek pengungkapan
tanggungjawab sosial pada perusahaan high profile dan low profile dan untuk
menguji pengaruh pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap
profitabilitas ROA (rasio tingkat pengembalian aktiva) dan ROE (rasio tingkat
pengembalian modal sendiri) serta reputasi perusahaan yang diukur dari harga
saham.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sample 60 perusahaan go
public yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan laporan
tahunan 2008-2009. Metode pemilihan sample menggunakan purposived
sampling. Model analisis yang digunakan adalah regresi sederhana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan tanggung
jawab sosial berpengaruh terhadap ROA pada perusahaan high profile, tetapi tidak
berpengaruh terhadap ROA pada perusahaan low profile. Tingkat pengungkapan
tanggungjawab sosial berpengaruh terhadap ROE dan harga saham, baik pada
perusahaan high profile maupun low profile.
Kata kunci: Tingkat pengungkapan tanggungjawab sosial, ROA, ROE dan
reputasi perusahaan.
v
“THE INFLUENCE CORPORATE SOCIAL DISCLOSURE TO
PROFITABILITY AND COMPANY REPUTATION”
(Empirical Study at Corporation that Listed in Indonesia Stock Exchange)
By: Kamaludin
Abstract
The purpose of this research is to analysis of corporate social disclosure
practices in high profile and low profile company and to examine the influence of
profitability ROA (Rreturn on Asset) and ROE (Return on Equity and company
reputation that measured by the price stock.
The research was conducted by selecting of 60 public listed companies on
Indonesia Stock Exchange, and using annual report in 2008-2009. The sampel of
this research collected by using purposived sampling. Analysis method is simple
regression method.
The results of this research that corporate social responsibility quantity
has significant to ROA in high-profile company, but not significant to ROA in
low profile company. Corporate social disclosure quantity has significant to ROE
and Price stock, both in high profile company as well as low profile company.
Keywords: Corporate social disclosure quantity, return on asset, return on equity,
and reputation.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil‟alamin, Puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan rahmat-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan
para pengikutnya. Atas berkah, rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh pengungkapan Corporate
Social Responsibility Terhadap Profitabilitas dan Reputasi Perusahaan (Studi
Empiris pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Namun
demikian, skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan. Skripsi ini masih sangat
sederhana, sesederhana pemikiran penulis.
Skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Ayah (M.Yunus) dan Ibu (Aminah), abang (Marsudi), dan Kakak serta suami
(Yulaiha dan Andi Prihat) serta adikku (Rizky Ramadhan) yang telah
memberikan dorongan serta bantuan baik moril maupun materil yang penulis
sangat butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
3. Dr. Amilin SE.,Ak.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing 1 yang begitu telaten dan
sabar dalam membimbing penulis, serta banyak memberikan pengarahan dan
masukan selama proses pengerjaan skripsi.
vii
4. Drs. Arief Bintoro D, Ak., MBM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada penulis.
5. Rahmawati,SE., MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
6. Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
7. Herni Ali HT,MM, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
8. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
9. Teman-teman sekolahku dahulu Firda, Anggraini, Nawang, Intan, Rudi dan
khususnya teman sekaligus tetangga ku Arda yang telah memberikan motivasi
dan semangat kepada penulis.
10. Saudaraku Akbar Pradana di bandung dan Abdurahman Idris (Erga) di
gorontalo yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis. Terima
kasih atas kebaikan dan kasih sayang kalian selama ini.
11. Teman terbaik di kampus (2005), Gina (terima kasih atas sumbang ide judul
atas skripsi ini), Arief Fahruri (terima kasih banyak telah meluangkan waktu
mengajarkan penulis dalam proses pembuatan skripsi ini dengan sabar dan
telaten), Heri (semoga cita-cita menjadi PNS bisa tercapai),
Munandar,
Hendra, Sovi, Yatna, Hadi, Ridwan, Doszen, Maliq, Fikri, Ryan, Andi, Aal,
Adi, Oji, Qothi, Fakhri, Marfi, Najahi, Hirfan, Mas Moel, Nisa, Berlian,
Dinda, Ratih, Erna, Ida, Nofi, Dian, Fanny dan Dara (Terima kasih banyak
atas dukungan dan semangat morilnya) serta Rokhli dan Irfan (terima kasih
telah mengajarkan penulis dalam menghadapi ujian kompre).
viii
12. Rekan-rekan kerja di Danamon Card Center Tugu Tani Jakarta, mba Yan, mba
Nofi, mba Indi, mba Shasa, mba Syifa, mba Irma, mba Dena, Sandra, Arya,
Galih, Avi, isti, mba Nisa, mba Olive, mba Febby, mba Nana, mas Dias, mas
Zaki, Aa Acel dan mas Yonda yang telah memberikan semangat kepada
Penulis.
Mohon maaf apabila ada pihak-pihak yang namanya tidak tercantum.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati semoga Allah SWT senantiasa
memberikan pahalanya kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya
skripsi ini.
Jakarta, Desember 2010
Kamaludin
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI ............................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 14
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 15
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Corporate Social Responsibility. .......................................... 17
1. Sejarah Singkat Corporate Social Responsibility .................... 17
2. Pengertian Corporate Social Responsibility ............................ 20
3. Konsep Corporate Social Responsibility ................................. 23
4. Sustainability dalam Pelaksanaan Corporate Social
Responsibility................................................. .......................... 29
5. Pendekatan Dasar Corporate Social Responsibility ................. 32
6. Tahap-tahap dalam Mengelola Program CSR.......................... 36
7. Penerapan Corporate Social Responsibilty di Indonesia ......... 39
x
8. Social Responsibility Accounting ............................................. 42
9. Kinerja Perusahaan................................................................... 46
10. Reputasi Perusahaan................................................................. 48
11. Profil Perusahaan............................................................... ...... 50
B. Penelitian Tedahulu ........................................................................ 52
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis................... 56
1. CSR dan Profitabilitas Perusahaan .......................................... 56
2. CSR dan Reputasi Perusahaan ................................................. 58
D. Kerangka Teoritis ........................................................................... 61
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 62
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................. 62
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 63
D. Metode Analisis ............................................................................. 63
1. Statistik Deskriptif ................................................................... 64
2. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 65
a. Uji Normalitas .................................................................... 65
b. Uji Autokorelasi ................................................................. 65
c. Uji Heteroskedastisitas ....................................................... 66
3. Uji Hipotesis ............................................................................ 67
a. Koefisien Determinasi ........................................................ 67
b. Uji Statistik t
........................................................ 67
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian .............................................. 68
1. Variabel Independen............................................................. ..... 68
2. Variabel Dependen............................................................... ...... 68
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................. 71
B. Hasil Analisis Data ......................................................................... 72
1. Uji Statistik Deskriptif........................................................ ..... 72
xi
2. Uji Asumsi Klasik.............................................................. ...... 75
a. Uji Normalitas .................................................................... 75
b. Uji Autokorelasi ................................................................. 81
c. Uji Heterokedastisitas ........................................................ 81
3. Pengujian Hipotesis .................................................................. 89
a.
Koefisien Determinasi ....................................................... 89
b.
Uji Statistik t ...................................................................... 90
C. Pembahasan........................................................................... ............... 95
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 99
B. Implikasi dan Keterbatasan ............................................................ 100
C. Saran ............................................................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 103
LAMPIRAN .................................................................................................... 107
xii
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Tingkatan Tanggungjawab Sosial......................................................... 36
2.2
Kerangka Pemikiran ................................................................................ 44
4.1
Grafik Uji Normalitas ROA perusahaan High Profile ............................ 73
4.2
Grafik Uji Normalitas ROA perusahaan Low Profile...................... ....... 74
4.3
Grafik Uji Normalitas ROE perusahaan High Profile.......................... .. 75
4.4
Grafik Uji Normalitas ROE perusahaan Low Profile... .......................... 78
4.5
Grafik Uji Normalitas Reputasi perusahaan High Profile.... .................. 79
4.6
Grafik Uji Normalitas Reputasi perusahaan High Profile.... .................. 79
4.7
Grafik Uji Heterokedastisitas ROA perusahaan High Profile.. .............. 83
4.8
Grafik Uji Heterokedastisitas ROA perusahaan Low Profile.. ............... 84
4.9
Grafik Uji Heterokedastisitas ROE perusahaan High Profile.. ............... 85
4.10 Grafik Uji Heterokedastisitas ROE perusahaan Low Profile.. ................ 86
4.11 Grafik Uji Heterokedastisitas Reputasi perusahaan High Profile.. ......... 87
4.12 Grafik Uji Heterokedastisitas Reputasi perusahaan Low Profile.. .......... 88
xiii
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Masalah Sosial yang Perlu Diungkapkan dalam Laporan Keuangan
pada Publik........................................................................................... 44
2.2
Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang .................................. 55
3.1
Pengukuran Operasional Variabel Penelitian.......................................... 70
4.1
Rincian Sampel Penelitian ...................................................................... 72
4.2
Statistik Deskriptif .................................................................................. 73
4.3
Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan High Profile .................................... 81
4.4
Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Low Profile ..................................... 81
4.5
Koefisien Determinasi Perusahaan High Profile .................................... 89
4.6
Koefisien Determinasi Perusahaan Low Profile ..................................... 90
4.7
Hasil Uji Statistik t ROA Perusahaan High Profile ................................ 91
4.8
Hasil Uji Statistik t ROA Perusahaan Low Profile ................................. 91
4.9
Hasil Uji Statistik t ROE Perusahaan High Profile................................. 91
4.10 Hasil Uji Statistik t ROE Perusahaan Low Profile .................................. 91
4.11 Hasil Uji Statistik t Reputasi Perusahaan High Profile........................... 91
4.12 Hasil Uji Statistik t Reputasi Perusahaan Low Profile ............................ 91
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1. Data item-item Pengungkapan Tanggungjawab Sosial .......................... 107
2. Distribusi Sampel Berdasarkan Klasifikasi Jenis Industri.....................109
3. Data Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan High Profile ... 110
4. Data Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan Low Profile .... 111
5. Data Profitabilitas Perusahaan Sampel High Profile .............................. 112
6. Data Profitabilitas Perusahaan Sampel Low Profile ............................... 113
7. Data Reputasi Perusahaan High Profile .................................................. 114
8. Data Reputasi Perusahaan Low Profile ................................................... 115
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini corporate social responsibility atau yang kemudian
disingkat menjadi CSR memang menjadi trend dan menjadi topik hangat yang
ramai diperbincangkan di Indonesia. Banyak orang berbicara tentang CSR dan
kian banyak perusahaan raksasa maupun menengah, baik yang multinasional
ataupun domestik mulai memperhatikan dan mempraktikan CSR. Praktik
dunia usaha di masa lampau yang cenderung berdampak negatif, membuat
wacana tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR, menjadi kebutuhan
untuk mengubah citra dunia usaha yang ramah lingkungan. Tampaknya terjadi
pergeseran paradigma dari yang semula profit oriented, dimana aktivitas
apapun harus dipandang dari sudut menambah keuntungan finansial atau
tidak, menjadi lebih concern terhadap tanggung jawab yang bersifat sosial.
Topik ini menjadi tambah menarik dengan diberlakukannya UU No.
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, (UUPT) terhitung sejak 16
Agustus 2007 yang lalu telah melahirkan berbagai macam kontroversi dan
silang pendapat. Salah satunya adalah yang terkait dengan ketentuan Pasal 74
UUPT. Jika dibandingkan dengan undang-undang yang digantikannya (UU
No. 1 Tahun 1995) dengan judul yang sama, dalam undang-undang yang lama
sama sekali tidak ditemukan adanya ketentuan yang mengatur mengenai
99
tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana diatur dalam Pasal 74
UUPT tersebut. Kontroversi ini muncul karena adanya kewajiban pelaksanaan
dari CSR (Widjaja dan Pratama, 2008:3).
Tidak
salah
apabila
perusahaan
berjuang
sekeras
mungkin
menjalankan roda bisnisnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya. Namun indikator-indikator ekologi menunjukkan akibat kebijakan
yang salah dari growth mania di kalangan pelaku bisnis, menyebabkan
degradasi lingkungan yang luar biasa. Hal ini mengingatkan perlunya upaya
pemeliharaan ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan perusahaan.
Sesuai dengan hukum alam, pendapatan yang berasal dari pemanfaatan
fasilitas alam akan berkelanjutan bila daya dukung lingkungan tersebut
dipelihara. Jika daya dukung lingkungan tersebut rusak, pendapatan
masyarakat sekitar akan menurun dan mereka akan menganggap perusahaan
sebagai penyebabnya.
Tanggung jawab pertama suatu bisnis adalah tanggung jawab ekonomi
untuk mendapatkan laba, agar perusahaan dapat tetap menjalankan bisnisnya,
melayani pelanggannya dan menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi,
masyarakat meminta agar semua perusahaan juga memenuhi tanggung jawab
sosial, etika, dan hukum. Sistem bisnis kita beroperasi dalam suatu lingkungan
yang perilaku etisnya, tanggung jawab sosialnya, peraturan pemerintah dan
undang-undangnya saling berkaitan satu sama lain.
2
Salah paham umum yang terjadi adalah kontradiksi antara etika dan
laba. Sebenarnya banyak perusahaan yang sadar, bahwa perilaku sesuai etika
dan bertindak sebagai warga korporasi yang baik, akan mendatangkan banyak
manfaat untuk kelangsungan bahkan pertumbuhan perusahaan dalam waktu
jangka panjang (suistainable growth). Namun, sering kali kesadaran itu tidak
diterapkan sesuai harapan (Ambadar, 2008:1).
Kehadiran CSR yang seharusnya telah terintegrasi dalam hierarki
perusahaan sebagai strategi dan policy manajemen, diperlukan demi
tercapainya sebuah keseimbangan dunia usaha antara pelaku dan masyarakat
sekitar. Efisiensi dan signifikansi dari CSR masih belum dapat terbaca
sepenuhnya oleh pelaku bisnis, sehingga CSR sendiri bagi sebagian pelaku
bisnis baru sekedar wacana dan terkadang implementasinya berdasarkan atas
tuntutan masyarakat (Tanudjaja, 2005:2).
Semangat mementingkan orang lain dan melakukan tanggung jawab
sosial perusahaan masih belum menjadi bagian dari strategi perusahaan dan
malahan tidak jarang hanya merupakan bagian kegiatan tambahan dalam
laporan tahunan dan tidak sedikit justru merupakan kegiatan public relation.
Hal ini karena perusahaan pada hakikatnya tetap mengejar tujuan dasarnya,
yaitu pengumpulan profit dan meningkatkan nilai sahamnya, terutama bagi
perusahaan yang sudah mencatatkan sahamnya di bursa (Rokhim, 2009:2).
Banyak kasus di Indonesia yang melibatkan perusahaan besar
menghadapi gugatan masyarakat sekitar. Bahkan kasus-kasus tersebut sering
kali mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat dan media massa. Dampak
3
dari berbagai kasus tersebut, beberapa perusahaan besar mulai mengubah
sikap tertutupnya selama ini. PT Freeport Indonesia misalnya. Perusahaan
tambang yang beroperasi di Mimika Papua ini, setelah mendapat protes keras
dari masyarakat sekitar, sekarang menyisihkan sebagian dari pendapatannya
untuk memberi manfaat bagi pengembangan msyarakat setempat melalui
Dana Kemitraan Freeport. Namun program pengembangan masyarakat
(community development) yang dilakukan perusahaan itu, masih disikapi
dengan penuh skeptis oleh banyak pihak. Para akademisi sosial, hukum serta
manajemen, juga masih memperdebatkan apakah CSR itu inisiatif sukarela
atau kewajiban sebagai pembayaran kesalahan mereka agar dimaafkan
sehingga bisa terus beroperasi. Apalagi banyak klaim perusahaan yang
katanya telah melakukan CSR, ternyata hanya promosi sesaat saja, karena
hanya dilakukan ketika terdesak. Kiranya memang wajar dan sangat sah jika
pendapat itu muncul mengingat pengalaman sebelumnya menunjukkan
banyak perusahaan yang sangat tertutup dari masyarakatnya berubah setelah
diprotes. Mereka baru tergopoh-gopoh menjalanakan program CSR-nya
(Ambadar, 2008:1).
Dalam menjalankan aktivitas CSR tidak ada standar atau praktekpraktek tertentu yang dianggap terbaik. Setiap perusahaan memiliki
karakteristik dan situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana
mereka memandang tanggung jawab sosial. Untuk mengevaluasi keberhasilan
pelaksanaan
CSR
dan
sebagai
sarana
pertanggungjawaban
kepada
shareholders dan investor, diperlukan adanya pengungkapan tanggung jawab
4
sosial (corporate social disclosure) dalam laporan keuangan tahunan. CSD
(Corporate Social Disclosures) perusahaan dapat digambarkan sebagai
ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan yang meliputi manfaat
sosial (social benefits) dan biaya sosial (social cost) berkaitan dengan interaksi
organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Penyediaan
informasi yang luas dalam laporan keuangan merupakan keharusan yang
disebabkan adanya permintaan berbagai pihak yang berkepentingan dengan
informasi tersebut (Arimawati, 2008:5).
Standar akuntansi keuangan di indonesia belum mewajibkan
perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial, terutama mengenai
tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan akibat lain yang terjadi
dari kegiatannya. Namun, bagi perusahaan yang mencatatkan sahamnya di
Busa Efek Indonesia (BEI), pengungkapan kegiatan sosial seperti CSR telah
diatur dalam Peraturan Bapepam No. KEP-13/BL/2006 tanggal 7 Desember
2006 sebagai pengganti Peraturan Bapepam No. KEP-38/ PM/1996. Peraturan
Bapepam itu diupayakan memberikan gambaran yang jelas tentang kinerja
manajemen kepada publik. Peraturan tersebut diharapkan dapat membuat
manajemen mengungkapkan informasi lain di luar yang telah diwajibkan.
Kondisi tersebut bisa terjadi selama perusahaan akan memperoleh manfaat
yang lebih besar daripada biaya yang dikorbankan (Rokhim, 2009:3).
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), sebagaimana tertulis dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (Revisi 2004) paragraph kesembilan
5
secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan
masalah lingkungan dan sosial. Perusahaan dapat pula menyajikan laporan
tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai
tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor
lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang
menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang
peranan penting.
Pernyataan PSAK di atas merupakan manifestasi kepedulian akuntansi
akan masalah-masalah sosial yang merupakan wujud pertanggungjawaban
sosial perusahaan. Pertanggungjawaban sosial bukan merupakan fenomena
sosial baru, melainkan merupakan akibat dari semakin meningkatnya isu
lingkungan di akhir 1980-an (Wuri Handayani, 2009:3).
Pada tahun 1980-an, perusahaan-perusahaan di negara barat mulai
memperhatikan dampak sosial yang diakibatkan dari operasi perusahaannya.
Selain dari desakan masyarakat, juga telah timbul kesadaran dari internal
perusahaan
itu
sendiri.
Munculnya
perusahaan-perusahaan
pioneer
menimbulkan banyak penelitian yang dilakukan oleh para akademisi dalam
mengkaji efek dari adanya pertanggungjawaban sosial (CSR) dengan
profitabilitas perusahaan.
Perusahaan, untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya harus
mengeluarkan biaya tambahan yang tidak sedikit jumlahnya, namun
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu keharusan
baik dari segi tuntutan bisnis maupun tuntutan etis, yang relevansinya semakin
6
dirasakan dalam operasi bisnis modern. Biaya tambahan yang tidak sedikit ini
memberikan gambaran terhadap komitmen perusahaan dalam melaksanaan
corporate social
responsibility. Kelompok biaya sosial
dan media
pengungkapan yang paling banyak dipilih oleh perusahaan adalah: 1)
penyajian biaya pengelolaan lingkungan di dalam prospektus, 2) biaya
kesejahteraan pegawai yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan, 3)
biaya untuk masyarakat di sekitar perusahaan yang disajikan di dalam laporan
tahunan, dan 4) biaya pemantauan produk yang disajikan dalam catatan atas
laporan keuangan (Sueb, 2001:4).
Apakah dengan melakukan yang benar (doing well) yaitu menerapkan
CSR maka perusahaan juga telah melakukan yang baik (doing good) yaitu
memiliki kinerja baik? Tentunya perusahaan tidak akan melakukan aktivitas
yang berdampak negatif terhadap arus kas perusahaan karena akan
mempengaruhi performance perusahaan. Jika demikian perlu diketahui
seberapa besar pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan sehingga membuat
perusahaan mau menerapkan CSR.
Hubungan CSR dengan kinerja telah dikaji oleh beberapa peneliti
diantaranya penelitian tentang pengaruh corporate social responsibility yang
diukur
dengan
pengungkapan
informasi
dalam
laporan
keuangan
berkelanjutan mengenai efisiensi energi, penggunaan air, gas emisi, efek
rumah kaca, perekrutan karyawan, kebijakan retensi, dan perjanjian dengan
stakeholder terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan return on asset
(ROA), return on equity (ROE), dan return on sales (ROS). Sampel yang
7
digunakan pada penelitian ini adalah 277 perusahaan yang terdaftar di
Australia Stock Exchange (ASX) pada tahun 2005 (Brine, Rebbeca, Greg
2007:5).
Goukasian dan Keith (2008) melakukan penelitian mengenai corporate
social responsibility terhadap kinerja operasional dan kinerja keuangan.
Penelitiannya menguji perbedaan hipotesis kinerja secara mendalam dari
beberapa perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan melakukan CSR
untuk mengharapkan adanya hasil yang diperoleh dari segi operasional dan
keuangan perusahaan. Bahkan hasil yang diharapkan setelah menanggung
biaya dari aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan. Penelitiannya juga
mengidentifikasi tata kelola perusahaan dan penghasilan yang diterima CEO
sebagai alasan utama potensial di beberapa perusahaan untuk mengadopsi
sebuah kebijakan mengenai adanya CSR. Selain itu penelitiannya juga
meninjau dan menjelaskan kembali teori stakeholder untuk mengetahui bahwa
teori ini banyak memasukkan kebaikkan sebagai sumber daya perusahaan
dalam mengadopsi kebijakan CSR. Sampel penelitian dari penelitian ini
adalah top 100 perusahaan yang di rangking oleh Kinder Lydenberg Domini
(KLD) sebagai kategori perusahaan yang menerapkan CSR. Kesimpulan dari
penelitiannya mengindikasikan bahwa perusahaan yang mengeluarkan biaya
untuk bertanggungjawab secara sosial dan etis tidak menyebabkan tradeoffnya (pertukarannya) negatif dan tetap dapat menampilkan kinerja sebaik
perusahaan lain yang tidak mengimplementasikan CSR.
8
Zubaidah (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh biaya
sosial pada kinerja keuangan pada perusahaan semen yang listing di Bursa
Efek Jakarta (BEJ). Dan hasilnya menjelaskan bahwa biaya sosial memiliki
pengaruh yang kuat pada kinerja keuangan. Dengan biaya CSR yang
digunakan seperti biaya gaji, biaya air bersih, biaya bonus, dan biaya promosi.
Dan biaya gaji adalah faktor CSR yang paling kuat dalam mempengaruhi
kinerja keuangan.
Yuniasih dan Wirakusuma (2007) melakukan penelitian mengenai
pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan
Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai
variabel pemoderasi. Hasil dari penelitian tersebut antara lain adalah Return
On Asset (ROA) positif mempengaruhi nilai perusahaan; pengungkapan CSR
terbukti berpengaruh positif pada hubungan ROA dengan nilai perusahaan;
dan, kepemilikan manajerial terbukti tidak berpengaruh terhadap hubungan
antara ROA dengan nilai perusahaan.
Sembiring (2005) telah melakukan penelitian empiris pada perusahaan
yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, mengenai karakteristik perusahaan dan
pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasilnya berupa ukuran perusahaan,
karakteristik dan jumlah dari jajaran komisioner memiliki hubungan positif
yang signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial, tetapi
profitabilitas dan leverage tidak menunjukkan efek positif.
9
Rina Tresnawati (2008) melakukan implementasi CSR dengan objek
penelitiannya laporan keuangan PT TELKOM khususnya laporan laba rugi
dan neraca. Laporan yang digunakan adalah sebanyak 10 tahun, yaitu 5 tahun
(tahun 1997-2001) untuk menghitung rata-rata profitabilitas sebelum
penerapan CSR, dan 5 tahun (tahun 2002-2006) untuk menghitung rata-rata
profitabilitas setelah penerapan CSR. Berdasarkan uji penelitian, dapat
dibuktikan bahwa program kegiatan CSR mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap profitabiitas perusahaan dengan kata lain CSR mampu
mendorong tingkat profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa rata-rata profitabilitas perusahaan (diukur menggunakan
ROA) sebelum penerapan CSR sebesar 7,90%, sedangkan setelah penerapan
CSR sebesar 13,91%. Jadi persentase kenaikan profitabilitas (yang diukur
menggunkan ROA) adalah sebesar 27, 55%.
Arif Fahruri (2009) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
secara signifikan inplementasi CSR di bidang kesejahteraan karyawan dan
komunitas terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI pada
tahun 2007. Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap 93 Sampel
perusahaan diperoleh hasil bahwa biaya kesejahteraan karyawan dan biaya
untuk komunitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan (ROE).
Tsoutsoura (2004) yang melakukan penelitian tentang CSR dan kinerja
keuangan. Penelitian ini menguji pengukuran CSR dengan menggunakan
indeks CSR dan pengukuran kinerja keuangan yang diproxy dengan ROA,
10
ROE, dan ROS. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa pengungkapan CSR
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap
kinerja
keuangan.
Dengan
pengimplementasian CSR dapat memberikan manfaat berupa reputasi yang
baik, sehingga dapat meningkatkan tingkat profitabilitas suatu perusahaan
yang diakibatkan adanya trust dari konsumen dan investor.
Hubungan CSR dengan reputasi yang diukur dengan harga saham telah
dikaji oleh beberapa peneliti diantaranya Nelling dan Webb (2006)
menyimpulkan bahwa menguatnya performance harga pasar saham dalam
menunjukkan investasi besar suatu perusahaan dalam aspek CSR khususnya
hubungan karyawan (employee relations), namun aktivitas CSR tidak
mempengaruhi kinerja keuangan. Mereka juga mengatakan bahwa CSR
digerakkan lebih dari karakteristik perusahaan yang tidak dapat diobservasi
daripada dengan kinerja keuangan.
Becchetti et al. (2009) melakukan analisis empiris mengenai pengaruh
dan relevansi program CSR pada kondisi pasar modal, dengan sampel data
dari tahun 1990 hingga 2004. Dan hasil penelitian mereka menyimpulkan dua
penemuan utama yaitu tren meningkat yang signifikan dalam nilai absolut dari
pengembalian yang tidak wajar (abnormal return) dan efek negatif signifikan
dalam pengembalian yang tidak wajar setelah pengumuman melalui Domini
Index.
Adi (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan
sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor, sebuah
studi kasus pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEJ. Dengan
11
sampel sebanyak 26 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa pengaruh dari pengungkapan sosial terhadap laporan tahunan kurang
signifikan, sehingga tidak ada pengaruh pengungkapan sosial terhadap reaksi
investor.
Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian terdahulu
sebelumnya, maka penelitian ini akan mencoba untuk membahas pengaruh
penerapan CSR terhadap kinerja perusahaan dari segi profitabilitas dan
dampaknya langsung terhadap reputasi perusahaan. Pada penelitian kali ini,
mengambil sampel pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2008 dan 2009. Dengan menggunakan ukuran pengungkapan
pertanggungjawaban sosial sebagai variabel independen.
Penelitian ini merupakan pengembangan atas penelitian yang
dilakukan Lindrawati et al. (2008) Januarti dan Apriyanti (2005), Adi (2008)
dan Matthew Bean et al. (2007). Penelitian ini mempunyai perbedaan dengan
penelitian terdahulunya, yaitu:
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian yang digunakan Lindrawati et al. (2008) adalah
perusahaan yang terdaftar sebagai 100 best corporate oleh KLD research.
Januarti dan Apriyanti (2005) menggunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Adi (2008) menggunakan 26 perusahaan
high profile yang listing di BEJ. Matthew Bean et al., (2007) adalah 277
perusahaan yang terdaftar di Australia Stock Exchange (ASX). Sedangkan
12
populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan yang
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 dan 2009.
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang dilakukan oleh Lindrawati et al. (2008) adalah
pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang di-proxy dengan ROE dan
ROI. Peneltian Januarti dan Apriyanti (2005) mewakili kepedulian sosial
perusahaan pada kesejahteraan karyawan (beban manfaat pensiun), dan
kepedulian sosial perusahaan (donasi dan sumbangan). Adi (2008)
menggunakan pengungkapan CSR dan volume perdagangan saham.
Matthew Bean et al. (2007) menggunakan Efisiensi energi, gas emisi, efek
rumah kaca, perekrutan karyawan, kebijakan retensi, perjanjian dengan
stakeholder. Sedangkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pengungkapan CSR, profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROA
dan ROE serta reputasi perusahaan.
3. Periode Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Lindrawati et al. (2008) menggunakan
periode 2000-2006. januarti dan Apriyani (2005) menggunakan periode
2002. Adi (2008) menggunakan periode 2001. Matthew Bean et al. (2005)
menggunakan periode 2005. sedangkan penelitian ini menggunakan
periode 2008-2009.
13
Berdasarkan
perbedaan-perbedaan
yang
ada
pada
penelitian
sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan yaitu
dengan judul “Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility
terhadap profitabilitas dan reputasi perusahaan (Studi Empiris pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam ini penelitian dapat dituangkan sebagai berikut:
1. Apakah Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROA
(Return on Assets)?
2. Apakah Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROE
(Return on Equity)?
3. Apakah Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh
signifikan terhadap reputasi perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris
tentang:
1. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap
profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROA (Return on Assets).
14
2. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap
profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROE (Return on Equity).
3. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap reputasi
perusahaan yang di-proxy dengan harga saham akhir tahun (Close Price).
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
beberapa pihak, antara lain bagi:
1. Manfaat Untuk Pengembangan Akademik
Agar dapat melakuan penelitian yang lebih spesifik dan dengan variabelvariabel yang berbeda, sehingga diperoleh pemahaman baru yang lebih
baik dan lebih luas bagi pengetahuan mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
a. Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
perusahaan, khususnya para pemakai laporan keuangan dan manajemen
perusahaan dalam memahami peranan praktek corporate social
responsibility yang dilakukan perusahaan dalam upaya meningkatkan
profitabilitas perusahaan.
b. Calon Investor
Dapat memberikan gambaran tentang laporan keuangan tahunan
sehinggga dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan
investasi.
15
c. Pembaca dan Publik
Sebagai referensi kepustakaan, dan untuk penelitian berikutnya
kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini diharapkan memberikan
kesempurnaan dalam penelitian yang berkaitan dengan pengaruh
mekanisme CSR terhadap profitabilitas perusahaan.
d. Pemerintah
Sebagai acuan untuk membuat regulasi atau peraturan perundangundangan dalam pengawasan perusahaan dalam penerapan aktivitas
pertanggungjawaban sosial. Agar dampak dari operasi perusahaan
terhadap lingkungan sekitar dapat berkurang.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Corporate Social Responsibility
1. Sejarah Singkat Corporate Social Responsibility
Gema CSR mulai terasa pada tahun 1950-an. Pada waktu itu,
persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula
terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan.
Beberapa kalangan bahkan menyebutkan bahwa saat inilah era modern
dari CSR dimulai. Mereka menganggap buku yang bertajuk Social
Responsibility of the Businessman karya Howard R. Bowen yang ditulis
pada tahun 1953 merupakan literatur awal yang menjadi tonggak sejarah
modern CSR. Dan karena karyanya itu Bowen diganjar dengan sebutan
“Bapak CSR” (Yusuf Wibisono, 2007:4).
Dalam dekade 1960-an, pemikiran Bowen terus dikembangkan
oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis yang
memperkenalkan konsep “Iron Law of Social Responsibility”. Dalam
konsepnya, Davis berpendapat bahwa penekanan pada tanggung jawab
sosial perusahaan memiliki korelasi positif dengan size atau ukuran
perusahaan, studi ilmiah yang dilakukan Davis menemukan bahwa
semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin besar
dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar
99
pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada
masyarakatnya (Untung, 2008:38).
Tahun 1963 Joseph W. McGuire memperkenalkan istilah
Corporate Citizenship. McGuire kemudian menjelaskan lebih lanjut kata
beyond dengan menyatakan bahwa korporasi harus memperhatikan
masalah politik, kesejahteraan masyarakat, pendidikan, “kebahagiaan”
karyawan dan seluruh permasalahan sosial kemasyarakatan lainnya. Oleh
karena itu korporasi harus bertindak “baik,” sebagai mana warga negara
(citizen) yang baik (McGuire, 1963:144 dalam Efendi, 2009).
Pemikiran tentang korporasi yang lebih manusiawi juga muncul
dalam “The Future Capitalism” yang ditulis Lester Thurow tahun 1966.
Menurutnya, kapitalisme yang menjadi mainstream saat itu tidak hanya
berkutat pada masalah ekonomi, namun juga memasukkan unsur sosial
dan lingkungan yang menjadi basis apa yang nantinya disebut sustainabla
societ. Pada dasawarsa 1970-an terbitlah “The Limits to Growth”. Buku
yang hingga kini terus diperbaharui itu merupakan hasil pemikiran para
cendikiawan dunia yang tergabung dalam Club of Rome. Buku ini
mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa bumi yang kita pijak ini
mempunyai keterbatasan daya dukung. Sementara disisi lain, manusia
bertambah secara eksploitasial. Karenanya, eksploitasi alam mesti
dilakukan secara hati-hati supaya pembangunan dapat dilakukan secara
berkelanjutan (Yusuf Wibisono, 2007:5).
18
Tahun 1971, Committee for Economic Development (CED)
menerbitkan Social Responsibilities of Business Corporations. Penerbitan
yang dapat dianggap sebagai code of conduct bisnis tersebut dipicu adanya
anggapan bahwa kegiatan usaha memiliki tujuan dasar untuk memberikan
pelayanan yang konstruktif untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
masyarakat (Untung, 2008:38).
Di era 1980-an makin banyak perusahaan yang menggeser konsep
filantropisnya
kearah
Community
Development.
Intinya
kegiatan
kedermawanan yang sebelumnya kental dengan pola kedermawanan ala
Robbin Hood makin berkembang kearah pemberdayaan masyarakat
semisal pengembangan kerja sama, memberikan keterampilan, pembukaan
akses pasar, hubungan inti-plasma, dan sebagainya (Yusuf Wibisono,
2007:5).
Dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan
beragam pendekatan seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholder
maupun pendekatan civil society. Beragam pendekatan tersebut telah
mempengaruhi praktek Community Development (CD). CD menjadi suatu
aktivitas yang lintas sektor karena mencakup baik aktivitas produktif
maupun sosial dan juga lintas pelaku sebagai konsekuensi berkembangnya
keterlibatan berbagai pihak (Yusuf Wibisono, 2007:5).
Pada tataran global, tahun 1992 diselenggarakan KTT Bumi (Earth
Summit). KTT yang diadakan di Rio de Jenairo Brazil ini menegaskan
konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang
19
didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi
dan sosial sebagai hal yang harus dilakukan. Gaung CSR kian bergema
setelah diselenggarakannya World Summit on Sustainable Development
(WSSD) tahun 2002 di Johannesburg Afrika Selatan. Sejak saat itulah,
definisi CSR mulai berkembang (Yusuf Wibisono, 2007:7).
Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR (corporate social
responsibility) kini jadi frasa yang semakin populer dan marak diterapkan
perusahaan di berbagai belahan dunia. Menguatnya terpaan prinsip good
corporate governance seperti fairness, transparency, accountability, dan
responsibility telah mendorong CSR semakin menyentuh “jantung hati”
dunia bisnis.
2. Pengertian Corporate Social Responsibility
Walaupun telah menjadi sebuah isu global, sampai saat ini belum
ada suatu definisi tunggal dari CSR yang diterima secara global. Secara
etimologis Corporate Social Responsibility dapat diartikan sebagai
tanggung jawab sosial perusahaan atau korporasi. CSR secara sederhana
dapat diartikan bagaimana sebuah perusahaan mengelola proses usaha
yang dijalankan untuk menghasilkan pengaruh yang positif dimasyarakat.
CSR menurut wikipedia 2006 merupakan komitmen perusahaan
untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap suatu isu tertentu
di masyarakat atau lingkungan guna menciptakan lingkungan yang lebih
baik. Kontribusi dari perusahaan ini biasa berupa banyak hal, misalnya
20
bantuan dana, bantuan tenaga ahli dari perusahaan, bantuan berupa barang,
dan bantuan lainnya (Lindrawati et al., 2008).
Corporate Social Reaponsibility adalah komitmen perusahaan atau
dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan
dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomis, sosial, dan lingkungan (Suhandari, 2007 dalam Untung,
2008:1).
Menurut Hopkins (2004) dalam Lindrawati et al. (2008) memberi
definisi CSR sebagai:
“CSR is concerned with treating the stakeholders of the firm
ethically or in a responsible manner. „Ethically or responsible‟ means
treating stakholders in a manner deemed acceptable in civilized societies.
Social includes economic responsibility. Stakeholders exist both within a
firm and outside. The natural environment is a stakeholder. The wider aim
of social responsibility is to create higher and higher standards of living,
while preserving the profitability of the corporation, for peoples both
within and outside the corporation”.
Menurut definisi tersebut Hopkins (2004) memasukkan aspek
ekonomi dalam definisi CSR karena menurutnya studi ekonomi
merupakan ilmu sosial yang berpegang pada aspek keuangan. Istilah
Corporate Social Reaponsibility di dalam CSR dimaksudkan agar
perusahaan melihat CSR sebagai tanggung jawab yang sama pentingnya
dengan tanggung jawab yang selama ini dijalankan perusahaan.
The World Business Council for Suistainable Development
(WBCSD) dalam Yusuf Wibisono (2007: 7) memberi definisi:
21
”Continuing commitment by business to behave ethically and
contribute to economic development while improving the quality of life of
the workforce and their families as well as of the local community and
society at large”.
Dari definisi tersebut dalam bahasa bebas kurang lebih maksudnya
adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi,
bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya
sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat
secara lebih luas.
Versi lain mengenai definisi CSR oleh World Bank dalam Yusuf
Wibisono (2007:7). Lembaga keuangan global ini memandang CSR
sebagai:
“The commitment of business to contribute to sustainable economic
development working with amployees and their representatives the local
community and society at large to improve quality of life, in ways that are
both good for business and good for development”.
Dari sisi definisi seperti telah dijelaskan diatas belum ditemukan
kesepakatan bakunya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat CSR adalah
sebuah konsep yang berkembang dengan cepat, sehingga definisinya pun
bisa berubah menyesuaikan dengan perkembangannya. Namun demikian,
kendatipun tidak mempunyai definisi tunggal, konsep ini menawarkan
sebuah kesamaan, yaitu keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungannya.
Sehingga menurut Yusuf Wibisono (2007:8) CSR dapat didefinisikan
22
sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan
untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan
(triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan.
Dalam kaidah itulah, penerapan CSR dipandang sebagai suatu
keharusan. CSR bukan saja sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebagai
kewajiban. CSR adalah suatu peran bisnis dan harus menjadi bagian dari
kebijakan bisnis. Maka, bisnis tidak hanya mengurus permasalahan laba,
tapi juga sebagai sebuah institusi pembelajaran. Bisnis harus mengandung
kesadaran social terhadap lingkungan sekitar (Tanudjaja, 2005).
3. Konsep Corporate Social Responsibility
Seperti disebutkan sebelumnya, awal mula munculnya konsep CSR
adalah adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap perusahaan.
Perusahaan yang dimaksud disini tidak terbatas pada Perseroan Terbatas,
tetapi setiap kegiatan usaha yang ada, baik berbadan hukum maupun tidak
berbadan hukum. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat
semakin sadar akan perlindungan atas hak-hak mereka. Masyarakat
menuntut perusahaan untuk lebih peduli pada masalah-masalah yang
terjadi dalam komunitas mereka (Widjaja dan Pratama, 2008:17).
Perusahaan harus terus menerus berjuang untuk mencapai
kecemerlangan dengan keunggulan bersaing di pasar sebagai hasil dari
23
perencanaan strategis dan operasional. Dengan kata lain, perusahaan harus
dapat menciptakan strategi untuk menyampaikan produk dan jasa mereka
sedemikian rupa, sehingga dapat menciptakan nilai yang lebih besar untuk
pelanggan. Senjata itu disebut dengan manajemen strategis (strategic
management), yang meliputi pengembangan rencana bisnis sebagai
penuntun perusahaan sewaktu berjuang untuk mencapai misi, tujuan, dan
cita-cita serta mempertahankan arah pertumbuhan perusahaan yang sehat
(Ambadar, 2008:28).
Tiga prespektif terkait dengan CSR dibedakan menjadi tiga tipe,
yaitu, Kapital reputasi, eko dan hak-hak pihak lain (Samuel dan Saarf
dalam Reza Rahman, 2009:15).
1. Kapital reputasi
Memandang penting reputasi untuk memperoleh dan mempertahankan
pasar. CSR dipandang sebagai strategi bisnis yang bertujuan untuk
meminimalkan resiko dan memaksimalkan keuntungan dengan
menjaga kepercayaan stakeholder.
2. Ekososial
Memandang stabilitas dan keberlanjutan sosial dan lingkungan sebagai
strategi untuk menjaga keberlanjutan bisnis korporat.
3. Hak-hak pihak lain
Memandang
konsumen,
pekerja,
komunitas
yang
terpengaruh
bisnisnya dan pemegang saham, memiliki hak untuk mengetahui
tentang korporat dan bisnisnya.
24
Menurut WBCSD dalam Widjaja dan Pratama (2008: 19) tidak
melaksanakan CSR dapat berakibat terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi dalam kegiatan usaha, diantaranya:
1. Boikot konsumen
2. Serangan terhadap aset tetap seperti tanah perkebunan dan bangunan
3. Kegagalan untuk menarik karyawan yang berkualitas dan kehilangan
dukungan dari karyawan
4. Pengeluaran ekstra untuk memperbaiki kesalahan dimasa lalu
5. Pengalihan perhatian manajemen dari aktivitas inti perusahaan
6. Pembatasan operasi perusahaan seperti adanya peraturan baru
7. Halangan untuk menaikkan keuangan dan asuransi
8. Kesulitan dengan siklus hidup perusahaan (konsumen akhir dan
pemasok)
CSR sering disalahartikan sebagai kegiatan donasi perusahaan atau
sekedar ketaatan perusahaan pada hukum dan aturan yang berlaku
(misalnya taat pada aturan mengenai standar upah minimum, tidak
memperkerjakan tenaga kerja dibawah umur, dan lain-lain). Padahal,
kegiatan donasi (philantrophy) dan ketaatan perusahaan pada hukum tidak
dapat dikatakan sebagai CSR. Kegiatan donasi dan ketaatan perusahaan
pada hukum hanya syarat minimum agar perusahaan dapat beroperasi dan
diterima oleh masyarakat (Widjaja dan Pratama, 2008:19-20).
Dengan melaksanakan tanggung jawab sosialnya, ada beberapa
manfaat yang akan dirasakan oleh perusahaan. Pertama, perusahaan akan
25
terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan, yang hanya mengejar
keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan akibat dari perilaku
buruknya. Kedua, kerangka kerja etis yang kokoh dapat memandu para
manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan
kerja dari lingkungan sekitarnya. Ketiga, perusahaan etis mendapat rasa
hormat dari kelompok inti masyarakat yang sangat membutuhkan
perusahaan ini eksis, terutama pelanggan dan karyawannya. Terakhir yang
keempat, banyak perusahaan yang sadar bahwa perilaku etis membuat
perusahaan aman dari gangguan lingkungan sekitar, sehingga dapat
beroperasi dengan lancar. Utamanya tentu juga untuk menjamin
keberlanjutan usaha. Jadi pelaksanaan tanggung jawab sosial bukan hanya
sekedar menjaga atau menjalin hubungan harmonis, antara perusahaan dan
masyarakat sekitarnya, tetapi bermakna jauh lebih besar lagi (Ambadar,
2008).
CSR akan menjadi strategi bisnis yang inhern dalam perusahaan
untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan
kesetiaan merk produk (loyalitas) atau citra perusahaan. Kedua hal
tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk
ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari
konsumen untuk membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis
nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang.
Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus menerus dan
berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yang
26
menguntungkan semua pihak (true win-win situation). Konsumen
mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun
mendapatkan profit yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke
tangan masyarakat secara tidak langsung (Widjaja dan Pramana, 2008:52).
Menurut Untung (2008:6), manfaat CSR bagi perusahaan antara
lain:
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek
perusahaan
2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial
3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan
4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional perusahaan
5. Membuka peluang besar yang lebih besar
6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembungan limbah
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
10. Peluang mendapatkan penghargaan.
Chotib (2008) mengemukakan konsep piramida CSR yang
dikembangkan oleh Archie B. Caroll. Konsep ini memberi justifikasi
teoritis dan logis mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR bagi
masyarakat disekitarnya.
1. Tanggung jawab ekonomis. Kata kuncinya adalah: make a profit.
Motif utama perusahaan adalah menghasilkan laba yang berfungsi
27
sebagai fondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah
ekonomi sebagai prasyarat perusahaan agar perusahaan dapat terus
hidup (survive) dan berkembang.
2. Tanggung jawab legal. Kata kuncinya: obey the law. Perusahaan harus
taat hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh
melanggar kebijakan dan hukum yang telah diterapkan oleh
pemerintah.
3. Tanggung jawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk
menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil dan jujur. Normanorma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi
perusahaan. Kata kuncinya: be ethical
4. Tanggung jawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh
laba, taat hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat
memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh
masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan
semua. Kata kuncinya: be a good citizen.
Dengan semakin berkembanya konsep CSR ini, maka banyak teori
yang muncul yang diungkapkan berbagai pihak mengenai CSR ini. Salah
satu yang terkenal adalah teori triple bottom line yang dikemukakan oleh
John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibals with Forks,
The triple Bottom Line of Twentieth Century Business”. Elkington
mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah, economic
prosperity, environmental quality dan social justice. Elkington memberi
28
panadangan bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan
kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan
“3P”. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus
memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat
(people dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan (planet). Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi
dihadapkan pada tanggung jawab pada single bottom line, yaitu aspek
ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja, namun juga
harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya (Widjaja dan
Pratama, 2008:33).
Uraian diatas menunjukkan bahwa keuntungan ekonomis tidak
pernah dapat dipisahkan dalam kerangka pelaksanaan CSR, oleh karena
tujuan dari pelaksanaan CSR itu sendiri adalah sustainability bagi
perusahaan. Melaksanakan CSR bukan berarti mengurangi kesejahteraan
seluruh kesejahteraan stakeholders, oleh karena itu maka aspek ekonomis
juga harus menjadi pertimbangan bagi perusahaan yang melaksanakan
CSR.
4. Sustainability dalam Pelaksanaan Corporate Social Responsibility
CSR adalah strategis bisnis yang tujuan akhirnya adalah menjaga
kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Menurut Widjaja dan Pratama
(2008:44) dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan ini, ada tiga hal
yang sama pentingnya yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang
29
saling berkaitan dan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup
perusahaan, yaitu:
1. Sustainability Ekonomi
Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan dasar yaitu
mencari keuntungan. CSR tidak berarti melakukan aktivitas sosial dan
menjaga kelestarian lingkungan hingga mempengaruhi keuntungan
perusahaan. Dalam melaksanakan program CSR, perusahaan wajib
memenuhi tujuan dasarnya, yaitu mencari keuntungan sebesarbesarnya. Sustainability ekonomi perusahaan adalah dasar bagi
perusahaan dalam menjaga sustainability sosial dan lingkungan.
perusahaan akan dapat menjaga sustainability sosial dan lingkungan
jika perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. Sustainability
ekonomi dicapai diantaranya dengan cara mendapatkan keuntungan,
meminimalisasi biaya dan memaksimalkan penjualan, membuat
kebijakan-kebijakan
bisnis
yang
strategis
serta
menjanjikan
pengembalian yang menarik bagi para investor.
2. Sustainability Sosial
Berdirinya sebuah perusahaan ditengah-tengah masyarakat pasti akan
menimbulkan dampak bagi masyarakat tersebut. Kehadiran perusahaan
diharapkan sedikit banyak akan mengangkat derajat kesejahteraan
masyarkat sekitarnya baik melalui perekrutan tenaga kerja maupun
sumbangsih perusahaan secara langsung terhadap masyarakat tersebut.
Dengan adanya CSR terhadap masyarakat sekitar, perusahaan pun
30
sebenarnya terbantu dalam hal mendapatkan rasa aman dan nyaman
dalam
berusaha
Sustainability
mengutamakan
yang
sosial
didapat
terkait
nilai-nilai
dari
masyarakat
dengan upaya
yang
tumbuh
sekitarnya.
perusahaan
dalam
dalam
masyarakat.
Sustainability sosial ini dijaga oleh perusahaan antara lain dengan cara
mendukung upaya-upaya kesehatan masyarakat, penegak Hak Asasi
Manusia, pembanguna
regional suatu Negara dan melakukan
persaingan usaha yang sehat.
3. Sustainability Lingkungan
Lingkungan yang baik dan terpelihara adalah harapan dari semua
pihak. Belakangan ini dunia sangat disibukkan dengan masalah global
warming yang mengancam kehidupan manusia. Dalam masalah ini
salah satu pihak yang disalahkan adalah perusahaan. Aktivitas industri
perusahaan dituding sebagai penyebab utama terjadinya global
warming. Banyaknya tuntutan dari masyarakat, LSM dan organsisasi
internasional
lainny
agar
perusahaan
memperhatikan
masalah
lingkungan ini menguatkan argumen bahwa sustainability lingkungan
adalah hal yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup
perusahaan. Lingkungan yang baik dan terpelihara dapat sangat
menunjang aktivitas perusahaan. Masalah pelestarian lingkungan ini
begitu penting tertutama bagi perusahaan yang bergerak di bidang
sumber daya alam. Tanpa lingungan yang baik dan terpelihara maka
ada ancaman besar bagi perusahaan tersebut dalam mempertahankan
31
kelangsungan hidupnya. Sustainability lingkungan ini dijaga oleh
perusahaan antara lain dengan cara menggunakan teknologi
ramah
lingkungan
demi
mengurangi
emisi
gas
yang
buang,
mengimplementasikan sistem manajemen risiko lingkungan yang
efektif, menerapkan prinsip-prinsip eco-labelling dan lain-lain.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa pembangunan suatu negara
bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan manusia
berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas
hidup masyarakat. Dunia usaha berperan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan
hidup. Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep
pembangunan berkelanjutan (suistainable development).
5. Pendekatan Dasar Corporate Social Responsibility
Mengingat adanya perbedaaan pendapat, tidaklah mengherankan
jika korporasi menerapkan sejumlah pendekatan tanggungjawab sosial.
Seperti yang diilustrasikan sebagai berikut, menurut Widjaja Tunggal
(2008:66) empat sikap (pendirian) yang dapat diambil oleh suatu
organisasi berkaitan dengan kewajibannya kepada masyarakat, berkisar
dari tingkatan terendah hingga tertinggi dalam praktik-praktik tanggung
jawab sosial antara lain:
1. Sikap obstruktif
Pendekatan terhadap tanggung jawab sosial yang melibatkan tindakan
seminimal mungkin dan mungkin melibatkan usaha-usaha menolak atau
32
menutupi pelanggaran yang dilakukan. Sedikit organisasi yang
mengambil apa yang disebut sebagai sikap obstruktif (obstructionist
stance) terhadap tanggung jawab sosial yang biasanya melakukan usaha
seminimal mungkin untuk memecahkan masalah-masalah sosial atau
lingkungan. Apabila mereka menghadapi batasan etis atau legal yang
memisahkan praktik yang dapat diterima dari praktik-praktik yang tidak
dapat diterima, tanggapan mereka biasanya adalah menolak atau
menyembunyikan tindakan mereka. Perusahaan yang menganut
pendapat ini tidak terlalu peduli dengan perilaku etis dan umumnya
sedapat mungkin akan menyembunyikan tindakannya yang salah. IBP
di Amerika Serikat,pengolahan daging terkemuka, mempunyai rekor
yang panjang (dan tidak mencolok) dalam hal menerobos undangundang proteksi lingkungan, tenaga kerja, dan undang-undang
pengolahan
makanan
dan
kemudian
nmenyembunyikan
pelanggarannya.
2.
Sikap defensif
Pendekatan tanggung jawab sosial yang ditandai dengan perusahaan
hanya
memenuhi
persyaratan
hukum
secara
minimum
atas
komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan
sosialnya. Dalam sikap defensif (defensive stance), organisasi akan
melakukan apa saja yang dipersyaratkan oleh peraturan hukum tetapi
tidak lebih dari itu. Pendekatan itu merupakan yang paling dengan
tanggung jawab sosial korporasi. Para manager yang mengambil sikap
33
defensif itu merasa pekerjaan mereka adalah untuk menghasilkan laba.
Perusahaan seperti itu, misalnya, akan memasang peralatan pengendali
polusi sesuai dengan yang disyaratkan oleh undang-undang, tetapi tidak
akan memasang peralatan yang berkualitas tinggi walaupun alat
tersebut dapat lebih membatasi polusi. Perusahaan tembakau biasanya
mengambil posisi itu dalam usaha pemasaran mereka. Di Amerika
Serikat, mereka secara legal diminta untuk mencantumkan peringatan
kepada para perokok dalam produk-produknya dan untuk membatasi
iklan di media cetak. Di dalam negeri, mereka mengikuti peraturan itu
tetapi menggunakan metode pemasaran yang agresif di negara-negara
yang tidak mempunyai peraturan seperti itu. Di banyak negara Asia dan
Afrika, rokok sangat dipromosikan, mengandung kandungan tar dan
nikotin yang lebih tinggi daripada yang dijual di Ameriak Serikat, dan
mencantumkan sedkit label peringatan kesehatan atau sama sekali tidak
mencantumkannya. Perusahaan yang mengambil posisi itu biasanya
juga berusaha menutupi kesalahannya, umumnya akan mengakui
kesalahan, dan mengambil tindaan perbaikan yang sesuai.
3. Sikap akomodatif
Pendekatan tanggunh jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan,
dengan melakukannya, apabila diminta, melebihi persyaratan hukum
minimum dalam komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam
lingkungan sosialnya. Sikap akomodatif (accomodative stance)
memenuhi persyaratan hukum dan etisnya tetapi juga mau bertindak
34
lebih jauh pada saat-saat tertentu. Perusahaan seperti itu sukarela setuju
untuk berpatisipasi dalam program-program sosial, tetapi pencari
sumbangan harus terlebih dahulu meyakinkan mereka bahwa program
tersebut bermanfaat bagi mereka. Baik Shell maupun IBM, misalnya,
akan memberikan sumbangan terhadap beberapa program pilihan.
Banyak organisasi di Amerika Serikat menanggapi permintaan untuk
menyumbang pada Little League, Girl Scouts, program sepakbola
Anda, dan lain-lainnya. Akan tetapi, intinya seseorang harus menemui
mereka dan meminta: Organisasi yang menerapkan sikap akomodatif
ini tidak perlu atau tidak secara proaktif mencari kesempatan untuk
menyumbang.
4. Sikap proaktif
Pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan,
yaitu secara aktif mencari peluang untuk menyumbang demi
kesejahteraan kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
Tingkatan tertinggi tanggung jawab sosial yang dapat diperlihatkan
suatu perusahaan adalah sikap proaktif (proactive stance). Perusahaan
yang menerapkan pendekatan itu sungguh-sungguh melaksanakan
tanggung jawab sosialnya. Mereka melihat dirinya sebagai warga
masyarakat
menyumbang.
dan
secara
Cara
proaktif
mencari
yang paling umum
kesempatan
untuk
dan langsung untuk
melaksanakan sikap itu adalah dengan cara mendirikan yayasan yang
35
dapat menyalurkan dukungan finansial langsung bagi berbagai program
sosial.
Sikap
obstruktif
Sikap defensif
Sikap
akomodatif
Sikap
Proaktif
Tingkatan terendah
Tingkatan tertinggi
Tanggung jawab sosial
tanggung jawab sosial
Simber: Amin Widjaja Tunggal (Business Ethics dan CSR, 2008:66)
Gambar 2.1
Tingkatan Tanggungjawab Sosial
6. Tahap-tahap dalam Mengelola Program Tanggung Jawab Sosial
Pada umumnya perusahaan yang telah berhasil menerpakan CSR
menggunakan empat tahap,yaitu tahap perrencanaan, tahap implementasi,
tahap evaluasi dan tahap pelaporan (Yusuf Wibisono, 2007:127-131).
1. Tahap Perencanaan
Gagal merencanakan sama artinya dengan merencanakan untuk gagal.
Istilah ini rasanya tepat untuk menggambarkan pentinnya sebuah
perencanaan. Perencanaan terdiri atas tiga langkah utama yaitu :
a. Awareness Bulding
Merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai
arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat
dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok
dan lain-lain.
36
b. CSR Assessement
Merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan
mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas
perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk mambangun
struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara
efektif.
c. CSR Manual Building
Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan, pedoman dan
panduan dalam pengelolaan kegiatan perusahaan. Pedoman ini
diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola
pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya
pelaksanaan program yang terpadu, efektif, dan efisien.
2. Tahap Implementasi
Dalam memulai implementasi pada dasarnya ada tiga pertanyaan yang
mesti dijawab. Siapa orang yang mesti dijawab. Siapa orang yang akan
menjalankan, apa yang harus dilakikan, serta bagaimana cara
melakukan sekaligus alat apayang diperlukan. Dalam istilah manajemen
populer, pertanyaan tersebut diterjemahkan menjadi:
a.
Pengorganisasi (organizing) dumber daya yang diperlukan
b. Penyusunan (staffing) untuk menempatkan orang sesuai dengan
jenis tugas atau pekerjaan yang harus dilakukannya
c. Pengarahan (directing) yang terkait dengan bagaimana cara
melakukan tindakan
37
d. Pengawasan atau koreksi (controlling) terhadap pelaksanaan
e. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana penilaian
f. Penilaian (evaluating) untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan
3. Tahap Evaluasi
Setelah program CSR diimplementasikan, langkah berikutnya adalah
evaluasi program. Tahap evalauasi adalah tahap yang perlu dilakukan
secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana
efektivitas penerapan CSR. Evaluasi bukan tindakan untuk mencari-cari
kesalahan, atau mencari kambing hitam. Evaluasi justru dilakukan
untuk
pengambilan
keputusan.
Misalnya,
keputusan
untuk
menghentikan, melanjutkan atau memperbaiki dan mengembangkan
aspek-aspek tertentu dari program yang telah diimplementasikan.
Evaluasi juga bisa diakukan dengan meminta pihak independen untuk
melakukan audit implementasi atau praktik CSR yang telah dilakukan.
Langkah ini tak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan
prosedur operasi standar tetapi juga mencakup pengendalian resiko
perusahaan. Evaluasi dalam bentuk assessement audit atau scoring juga
dapat dilakukan secara mandatori misalnya seperti yang diterapkan di
lingkungan BUMN, untuk beberapa aspek penerapan CSR. Evaluasi
tersebut juga dapat membantu perusahaan untuk memetakan kembali
kondisi dan situasi serta pencapaian perusahaan dalam implementasi
CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu
berdasarkan rekomendasi yang diberikan.
38
4. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik
untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan
keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Jadi
selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder
lainnya yang memerlukan.
7. Penerapan Corporate Social Responsibilty di Indonesia
Salah satu yang menonjol dari praktik CSR di Indonesia adalah
penekanan
pada
aspek
pemberdayaan
masyarakat
(community
development). Meskipun CSR bukan semata-mata merupakan Community
Development, namun hal ini memang sangat sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan masyarakat kita, yang masih bergelut dengan kemiskinan serta
pengangguran. Data pemerintah menyebutkan jumlah kemiskinan serta
penggangguran di indonesia lebih dari 30% populasi, sedangkan
pengangguran sudah mencapai 40 juta
orang. Belum lagi rendahnya
kualitas pendidikan dan kesehatan yang menjadi penyebab utama sulitnya
memutus rantai kemiskinan (Jackie Ambadar, 2008:7).
Belum adanya „aturan main„ bagi perusahaan secara umun,
memaksa pemerintah dan DPR melahirkan sebuah Undang-Undang baru
tentang PT (Perseroan Terbatas) yang didalamnya masuk pasal tentang
kewajiban manjalankan CSR. Perdebatan tentang regulasi CSR terus
bergulir. Pihak yang pro terhadap regulasi CSR, menyatakan bahwa belum
39
semua perusahaan melakukan CSR, sehingga perlu ada payung hukum
yang “memaksa” agar mereka mau melakukannya. Tidak hanya itu,
dengan
adanya
regulasi
keseragaman/standarisasi
tentang CSR,
dalam
aplikasi
maka
akan
CSR.
memberikan
Pandangan
ini
dilatarbelakangi oleh beragamnya definisi CSR, sehingga beraneka ragam
pula aplikasinya di lapangan. Dengan adanya standarisasi ini, maka akan
memudahkan dalam pelaksanaan audit sosial perusahaan terhadap
lingkungan intrernal dan eksternalnya. Pada sisi yang lain, ada pandangan
yang menganggap regulasi CSR merupakan hal yang mubadzir. Ini
muncul karena CSR merupakan kegiatan yang bersifat discretionary, yang
mendorong perusahaan untuk mau tidak mau melaksanakan CSR. Jika
CSR tidak dilakukan maka perusahaan sendirilah yang akan mengalami
kerugian akibat dampak sosial yang muncil. Dengan kata lain, CSR
bukanlah suatu hal yang perlu dipaksakan, mengingat ini adalah sebuah
keberpihakan bisnis yang bersifat sukarela untuk membangun mayarakat
dan lingkungannya. Secara etimologi, CSR berarti tanggung jawab sosial,
bukan kewajiban sosial perusahaan. Pengertian ini berimplikasi bahwa
dalam pelaksanaan CSR, perusahaan tidak dapat dibebani dengan biaya
tambahan yang akan muncul akibat peraturan secara formal. CSR
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan
sesuai
dengan
kemampuan
perusahaan, dan akan menjadi rancu dengan kewajiban atas pajak. Belum
lagi, dengan mempertimbangkan potensi penyimpangan yang ada di
40
indonesia, biaya
kegiatan CSR yang diwajibkan hanya akan menjadi
lahan basah bagi sejumlah parata setempat. (Reza Rahman, 2009:104)
Kekecewaan masyarakat dan pemerintah akan minimnya peran
serta dunia usaha juga bisa dipahami, mengingat peraan serta dunia usaha
dalam implementasi CSR selama ini lebih banyak secara sukarela dan
kedermawanan. Sehingga jangkauan program CSR relatif terbatas dan
tidak efektif. Bahkan program CSR yang mereka laksanakan tidak lebih
dari upaya untuk meningkatkan image perusahaan di masyarakat, bahkan
hanya di mata konsumennya. (Jackie Ambadar, 2008:6)
Berbagai aturan dalam hal kebijakan pemerintah, perhatian
pemerintah terhadap CSR dan lingkungan tertuang dalam UU Nomor 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Bab V Pasal 74, UU No. 11
Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, UU. No.
23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU. No. 41
Tahun 1999 Tentang Kehutanan, UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Tentang Hak Asasi
Manusia, UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, UU. No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, dan UU. No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan
Usaha Milik Negara (Widjaja dan Pratama, 2008:99).
Disinilah letak pentingnya pengaturan CSR di indonesia, agar
memiliki daya atur, daya ikat dan daya dorong. CSR yang semula bersifat
voluntary perlu ditingkatkan menjadi CSR yang bersifat mandatory.
41
Dengan demikian dapat diharapkan kontribusi dunia usaha yang terukur
dan sistematis dalam ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan yang pro-masyarakat dan lingkungan seperti ini sangat
dibutuhkan ditengah arus neoliberalisme seperti sekarang ini. Sebaliknya
disisi lain, masyarakat juga tidak bisa seenaknya melakukan tuntutan
kepada perusahaan, apabila harapannya itu berada diluar batas aturan yang
berlaku.
8. Social Responsibility Accounting
Akuntansi sosial sebagai alat pertanggungjawaban mempunyai
fungsi sebagai alat kendali terhadap aktivitas suatu unit usaha. Makin
meluasnya tanggung jawab sosial perusahaan menyebabkan perlunya
memasukkan unsur sosial dalam pertanggungjawaban perusahaan ke
dalam
akuntansi
sesuai
dengan
fungsinya
sebagai
alat
pertanggungjawaban. Menurut Januarti dan Dini (2005) hal ini mendorong
timbulnya suatu konsep baru yang biasa disebut sebagai Social
Accounting, Socio Economic Accounting atau pun Social Responsibility
Accounting.
42
Januarti dan Dini (2005) berpendapat bahwa social accounting
mempunyai tiga tujuan penting, yaitu:
a. Memberikan
gambaran
komprehenshif
mengenai
perusahaan
(organisasi) beserta sumber daya yang dimilikinya.
b. Memberikan batasan terhadap perilaku perusahaan yang tidak
bertanggungjawab secara sosial
c. Memberikan motivasi positif bagi perusahaan untuk berperilaku sesuai
dengan tata cara sosial
Adapun tema-tema yang termasuk dalam wacana akuntansi
pertanggung jawaban sosial (Glautier, 2000:426) dalam Arif Fahruri
(2009) adalah kemasyarakatan, ketenagakerjaan, produk dan konsumen,
lingkungan hidup.
a. Kemasyarakatan
Tema ini mencakup aktivitas yang terkait dengan kemasyarakatan yang
diikuti oleh perusahaan, aktivitas yang terkait dengan kesehatan,
pendidikan dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lain.
b. Ketenagakerjaan
Tema ini meliputi dampak aktivitas organisasi pada orang-orang dalam
organisasi perusahaan. Aktivitas tersebut meliputi rekruitmen, program
pelatihan, gaji dan tunjangan, mutasi dan promosi, dan sebagainya.
c. Produk dan Konsumen
Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk/jasa, antara lain
kegunaan, durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam
43
beriklan, kejelasan / kelengkapan keterangan isi pada kemasan dan
sebagainya.
d. Lingkungan hidup
Tema ini mencakup aspek lingkungan dari proses produksi yang
meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis,
pencegahan-pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat
pemrosesan sumber daya alam dan konservasi sumber daya alam.
Menurut Mas‟ud (1995) dalam Januarti dan Dini (2005:233), biaya
sosial yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan akan tampak pada
tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Masalah Sosial yang Perlu Diungkapkan
dalam Laporan Keuangan pada Publik
LINGKUNGAN
1) Pengendalian
produksi
2) Riset limbah
Industri
3) Proteksi pada
lingkungan
4) Konservasi
energi
5) Konservasi
bahan alam
6) Support pada
kegiatan
perlindungan
lingkungan
KARYAWAN
PRODUK
KOMUNITAS
7) Training
18) Monitoring
22) Sumbanga
8) Pendidikan
keselamatan
n dan
9) Kesehatan
pelanggan
donasi
dan
19) Pengemban
23) Aktivitas
Keamanan
gan atas ide
masyaraka
10) Pensiun
masyarakat
t sekitar
11) Liburan
20) Pengeluaran 24) Aktivitas
12) Minoritas
untuk
populasi
13) Pekerja
kepentingan
sekitar
wanita
pelanggan
25) Partisipasi
14) Serikat
21) Kontrol
pada
pekerja
kualitas
pemerinta
15) Kecelakaan
h daerah
industri
26) Anggota
16) Komunikasi
kelompok
karyawan
social
17) Bonus
karyawan
Sumber: Mas‟ud (1995) dalam Januarti dan Dini (2005:233)
44
Berdasarkan daftar elemen dan tema yang perlu diungkapkan pada
masyarakat tersebut, maka akan tampak seberapa besar perusahaan
menaruh perhatian pada kepentingan sosial. Dengan mengungkapkan
kepeduliannya pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka
perusahaan dalam jangka panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat
besar akibat tuntutan masyarakat. Pengeluaran untuk kepedulian sosial
yang diungkapkan ke publik membantu pengendalian tidak langsung atas
usaha perusahaan oleh masyarakat (Arif Fahruri, 2009:34).
Januarti dan Dini (2005:234) menjelaskan bahwa pelaporan
mengenai tanggung jawab sosial mempunyai peranan penting sebagai
berikut:
a. Menilai pengaruh sosial dari akativitas sosial perusahaan
b. Mengukur evektivitas program-program sosial perusahaan
c. Melaporkan pelaksanaan aktivitas yang berhubungan dengan
tanggung jawab sosial perusahaan
d. Memungkinkan penilaian terhadap sumber daya dan pengaruh
perusahaan melalui sistem informasi eksternal maupun internal
Dari uraian diatas akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban
mempunyai fungsi sebagai alat kendali terhadap suatu unit usaha. Makin
meluasnya
tanggung
jawab
perusahaan
menyebabkan
perlunya
memasukkan unsur sosial dalam pertanggungjawaban perusahaan ke
dalam
akuntansi
sesuai
dengan
fungsinya
sebagai
alat
pertanggungjawaban.
45
9. Kinerja Perusahaan
Pengukuran kinerja adalah proses menentukan seberapa baik
aktivitas bisnis dilakukan untuk mencapai tujuan, strategi, mengeliminasi
pemborosan-pemborosan dan menyajikan informasin tepat waktu untuk
melakukan penyempurnaan secara berkesinambungan. Kinerja perusahaan
yang baik memperngaruhi kemudahan perusahaan untuk memperoleh
pinjaman, mempengaruhi keputusan investor dalam menentukan modalnya
dan bagi masa depan perusahaan (Lindrawati et al., 2008).
Menurut Stoner (1995) dalam Linderawati et al. (2008) pengertian
kinerja adalah:
“Ukuran seberapa efisien dan efektif seorang manajer atau sebuah
perusahaan, seberapa baik manajer atau perusahaan tersebut mencapai
tujuan yang memadai”.
Oleh karena itu, untuk menilai kinerja perusahaan perlu dilibatkan analisis
dampak
keuangan
kumulatif
dan
ekonomi
dari
keputusan
dan
mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif.
Menurut Keown et al. (2002:84-85) analisis rasio keuangan terbagi
menjadi empat, yaitu: likuiditas, profitabilitas, keputusan pendanaan, dan
pengembalian atas ekuitas.
1. Likuiditas Perusahaan, terdiri dari:
a. Rasio lancar
b. Rasio cepat
c. Perputaran piutang usaha
d. Perputaran persediaan
46
2. Profitabilitas Usaha terdiri dari:
a. Tingkat pengembalian investasi dari usaha
b. Marjin laba usaha
c. Perputaran total aktiva
d. Perputaran piutang usaha
e. Perputaran persediaan
f. Perputaran aktiva tetap
3. Keputusan Pendanaan terdiri dari:
a. Rasio utang
b. Rasio laba terhadap beban bunga
4. Pengembalian atas Ekuitas
Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan analisis rasio
keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan
menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja perusahaan. Rasio
keuangan dirancang untuk mengevaluasi laporan keuangan, yang berisi
data tentang posisi perusahaan pada suatu titik dan operasi perusahaan
pada masa lalu. Nilai nyata laporan keuangan terletak pada fakta bahwa
laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memperkirakan
pendapatan dan dividen pada masa yang akan datang (Bringham dan
Houston, 1998 dalam Januarti dan Apriyanti, 2005:6).
Analisis laporan keuangan merupakan permulaan masa depan bila
dilihat dari sudut pandang investor, sedangkan bagi manajemen
47
bermanfaat untuk mambantu mengantisipasi kondisi mendatang dan
menjadi titik awal perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi
jalannya kejadian mendatang.
10. Reputasi Perusahaan
Reputasi adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah
perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap
perusahaan mempunyai reputasi. Setiap perusahaan mempunyai reputasi
sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai reputasi
perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial,
bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang,
dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai
pandangan terhadap perusahaan (Ardianto dan Sumirat, 2006:2).
Disebutkan, bagi suatu perusahaan, reputasi dan citra korporat
merupakan aset yang paling utama dan tak ternilai harganya. Oleh karena
itu segala upaya, daya dan biaya digunakan untuk memupuk, merawat
serta menumbuhkembangkannya. Beberapa aspek yang merupakan unsur
pembentuk citra & reputasi perusahaan antara lain; (1) kemampuan
finansial, (2) mutu produk dan pelayanan, (3) fokus pada pelanggan, (4)
keunggulan dan kepekaan SDM, (5) reliability, (6) inovasi, (7) tanggung
jawab lingkungan, (8) tanggung jawab sosial, dan (9) penegakan Good
Corporate Governance (GCG) (News Of PERHUMAS, 2005).
48
Massey (2003) dalam Nor Rahman (2006) menyatakan bahwa
perusahaan yang fokus terhadap core businessnya akan lebih sukses. Hal
tersebut merefleksikan core competencies yang dipunyai perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai reputasi positif lebih memungkinkan untuk
menarik minat pelamar berkualitas tinggi, membangun pangsa pasar yang
luas, menerapkan harga yang tinggi dan lebih menarik minat investor.
Dengan kata lain, reputasi perusahaan yang baik memberikan perusahaan
keunggulan kompetitif.
Becchetti et al. (2009) melakukan analisis empiris mengenai
pengaruh dan relevansi program CSR pada kondisi pasar modal, dengan
sampel data dari tahun 1990 hingga 2004. Dan hasil penelitian mereka
menyimpulkan dua penemuan utama yaitu tren meningkat yang signifikan
dalam nilai absolut dari pengembalian yang tidak wajar (abnormal return)
dan efek negatif signifikan dalam pengembalian yang tidak wajar setelah
pengumuman melalui Domini Index.
Martin (2008) melakukan analisis mengenai maksimalisasi nilai
pemegang saham dengan adanya kebijakan CSR. Martin menggunakan
beberapa variabel program CSR dan menyimpulkan bahwa aktivitas CSR
akan bernilai jika manajemen membantu mengembangkan reputasi
perusahaan dalam setiap grup stakeholder, seperti pemasok, pelanggan,
karyawan, dan komunitas. Dan jika reputasi tersebut ada, maka perusahaan
berdiri menjadi lebih ”bermakna”, sehingga menarik investor dan
meningkatkan nilai saham mereka. Menurut penelitiannya menjelaskan
49
bahwa perusahaan memiliki reputasi yang baik dengan kinerja saham yang
baik.
Adi
(2008)
melakukan
penelitian
mengenai
pengaruh
pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi
investor, sebuah studi kasus pada perusahaan high profile yang terdaftar di
BEJ. Dengan sampel sebanyak 26 perusahaan. Hasil dari penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa pengaruh dari pengungkapan sosial
terhadap laporan tahunan kurang signifikan, sehingga tidak ada pengaruh
pengungkapan sosial terhadap reaksi investor. Dalam penelitian tersebut
dijelaskan bahwa pengungkapan sosial yang menggambarkan citra atau
reputasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap reaksi investor untuk
membeli saham perusahaan tersebut.
11. Profil Perusahaan
Sifat dan jenis industri suatu perusahaan telah diidentifikasi
sebagai faktor yang potensial menentukan praktek pengungkapan sosial.
Menurut Dieker dan Preston (1977) dalam Khoirunnisa (2006)
berpendapat bahwa perusahaan yang aktifitas eksternal mengolah
lingkungan, lebih cenderung mengungkapkan informasi tentang pengaruh
aktifitasnya terhadap lingkungan daripada industri lainnya sehubungan
dengan jumlah pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Patten
(1991) dan Robert (1992) dalam Khoirunnisa (2006) telah menemukan
50
hubungan yang positif antara high profile industri dengan jumlah
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.
Untuk membedakan kedua jenis industri dalam high profile dan
low profile, Utomo (2000) dalam Khoirunnisa (2006) mendefinisikan
perusahaan high profile dan perusahaan low profile sebagai berikut :
a. Robert (1992) dalam Khoirunnisa (2006) mendefinisikan perusahaan
high profile sebagai perusahaan yang memiliki consumer visibility,
tingkat resiko dan tingkat kompetensi yang tinggi. Cowen et.all dalam
Khoirunnisa (2006) menambahkan bahwa perusahaan yang berorientasi
kepada pelanggan akan lebih memperhatikan pertanggungjawaban
sosialnya kepada masyarakat karena hal ini dapat meningkatkan citra
perusahaan dan mempengaruhi tingkat penjualan.
b. Diekers dan Preston dalam Khoirunnisa (2006) menggambarkan
industri high profile sebagai perusahaan-perusahaan yang aktivitas
ekonominya memodifikasi lingkungan, misalnya industri ekstraktif
yang lebih sering mengungkapkan informasi tentang dampak-dampak
lingkungannya daripada industri lain.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, perusahaan yang
terklarifikasi dalam kelompok industri high profile antara lain: Patten
(1991)
dalam
Khoirunnisa
(2006)
mengklasifikasikan
perusahaan
perminyakan, pertambangan lain, kimia, dan kertas sebagai industri high
profile.
Sementara
Robert
(1992)
dalam
Khoirunnisa
(2006)
mengklasifikasikan perusahaan otomotif, penerbangan, dan industri
51
minyak sebagai perusahaan high profile. Sedangkan industri low profile
terdiri dari bangunan, keuangan dan perbankan, pemasok peralatan medis,
properti, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk
rumah tangga.
Pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang dilakukan pada
perusahaan high profile lebih diperhatikan oleh investor asing, karena
dengan
diadakannya
program
pertanggungjawaban
sosial
maka
perusahaan itu kemungkinan besar akan exist, meskipun dalam negara
berkembang seperti di Indonesia penerapan CSR pada sebagian besar
perusahaan masih terbatas. Sebaliknya, untuk perusahaan low profile,
pengungkapan yang dilakukan rasanya tidak mempengaruhi keputusan
investor. Karena pada dasarnya, inti usaha perusahaan low profile tidak
mempengaruhi dampak lingkungan dan sosial secara signifikan.
B. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Lindrawati et al. (2008) menyimpulkan bahwa
pengiungkapan CSR mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROI.
Perusahaan harus memperhatikan pelaksanaan CSR dengan efektif, karena hal
tersebut mampu mendorong perusahaan untuk memiliki kinerja lebih baik
lagi, sehingga diharapkan perusahaan juga bersaing dengan perusahaan
multinasional lainnya dalam menghadapi persaingan global dan menarik
investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan yang memiliki
komitmen CSR.
52
Januarti dan Apriyanti (2005) menjelaskan hasi penelitiannya bahwa
implementasi CSR yang di-proxy dengan biaya kesejahteraan karyawan dan
biaya komunitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat biaya
tambahan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Biaya
tambahan khusus ini akan menghasilkan dampak netral (balance) terhadap
profitabilitas, apabila tambahan biaya yang dikeluarkan tertutupi oleh
keuntungan efesiensi yang ditimbulkan oleh pengeluaran biaya tersebut.
Brine, et al (2007) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa penerapan
CSR di bidang karyawan seperti perekrutan karyawan, kebijakan retensi untuk
karyawan mempengaruhi kinerja keuangan return on asset (ROA), return on
equity (ROE), dan return on sales (ROS).
Adi (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan
sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor, sebuah
studi kasus pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEJ. Dengan
sampel sebanyak 26 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa pengaruh dari pengungkapan sosial terhadap laporan tahunan kurang
signifikan, sehingga tidak ada pengaruh pengungkapan sosial terhadap reaksi
investor. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pengungkapan sosial
yang menggambarkan citra atau reputasi perusahaan tidak berpengaruh
terhadap reaksi investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Bachetii dan Rocco (2006) meneliti mengenai pengungkapan sosial
terhadap volatilitas portofolio saham. Dengan sampel 250 perusahaan pada
53
index S&P500. Hasil dari penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan CSR
berpengaruh tehadap turunnnya resiko portofolio saham.
Penelitian mengenai CSR, profitabilitas dan reputasi telah dilakukan
oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak
memberikan masukan serta kontribusi tambahan bagi penelitian ini. Tabel 2.1
menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai CSR dan kinerja.
54
Tabel 2.2
Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang
Lindrawati,
et al., (2008)
Judul
Pengaruh
Corporate Social
Responsibility
Terhadap Kinerja
Keuangan Yang
Terdaftar Sebagai
100 Best Corporate
Citizen Oleh KLD
Research &
Analytics
Sampel
Perusahaan
yang terdaftar
dalam 100
Best
Corporate
Citizens tahun
2000-2006
yang memiliki
net income,
total assets,
dan total
equity
Perusahaan
manufaktur
yang terdaftar
di BEJ pada
tahun 2002
Pengukuran
Pengungkapan
CSR,
Rasio keuangan
yang digunakan
ROE, ROI
Hasil
CSR berpengaruh
signifikan terhadap
ROI sedangkan CSR
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
ROE
Dilihat
dari
elemen
biaya
sosial,
Rasio keuangan
yang digunakan
ROA, ATO
Dilihat
dari
elemen
biaya
sosial
Rasio keuangan
yang digunakan
ROA, ROE,
ROS
Biaya kesejahteraan
karyawan dan biaya
komunitas tidak
berpengaruh signifikan
terhadap ROA
Pengungkapan
CSR,
volume
perdagangan
saham
Pengungkapan sosial
dalam laporan tahunan
perusahaan high
Januarti,
Indira dan
Dini
Apriyanti
(2005)
Pengaruh Tanggung
Jawab Sosial
Perusahaan
Terhadap Kinerja
Keuangan
Matthew
Brine,
Rebecca
Brown and
Greg
Hackett
(2007)
Corporate social
responsibility and
financial
performance in the
Australian context
277
perusahaan
yang terdaftar
di Australia
Stock
Exchange
(ASX)
Puguh
Siswanto
Adi (2008)
Pengaruh
Pengungkapan
Sosial dalam
Laporan Tahunan
Perusahaan
26 perusahaan
high
profile`yang
listing di BEJ
Bacchetti
and Rocco
(2006)
Corporate Social
Responsibility and
Stock Market
Performance
250
perusahaan
pada Index
S&P500
Pengungkapan
CSR, volatilitas
portofolio
saham
Penelitian
Sekarang
Pengaruh
Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
(CSR) Terhadap
Profitabilitas dan
Reputasi
Perusahaan
Perusahaan
manufaktur
dan perbankan
yang terdaftar
di BEI pada
tahun 20082009
Pengungkapan
CSR,
Rasio keuangan
yang digunakan
ROA, ROE dan
reputasi
perusahaan
Penerapan CSR di
bidang karyawan
seperti perekrutan
karyawan, kebijakan
retensi untuk karyawan
mempengaruhi kinerja
keuangan return on
asset (ROA), return on
equity (ROE), dan
return on sales (ROS)
profile
tidak begitu
mempengaruhi
investor dalam
melakukan investasi
Penerapan CSR
berpengaruh secara
signifikan terhadap
turunnya resiko
portofolio saham
55
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1.
CSR dan Profitabilitas Perusahaan
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi
bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial
kapada pemegang saham, hubungan antara profitabilitas dan
pengungkapan
pertanggungjawaban
sosial
adalah
bahwa
tingkat
ketika
perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen)
menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu
informasi tentang sukses keuangan tersebut. Sebaliknya ketika tingkat
profitabilitas rendah perusahaan akan berharap pengguna laporan akan
membaca “good news” kinerja perusahaan (Hackston dan Milne, 1996
dalam Wuri Handayani, 2009:7).
Ukuran yang sangat lazim dipakai dalam penelitian suatu
perusahaan untuk menilai kinerjanya dinyatakan dalam rasio keuangan.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Bagi investor jangka
panjang, rasio profitabilitas dapat digunakan untuk melihat keuntungan
yang benar-benar akan diterima dalam bentuk deviden. Rasio ini akan
dibahas tersendiri, karena merupakan bagian dari penelitian (Martono
dan Agus Harjito, 2004:53 dalam Triatmodjo, 2009).
Kemampuan perusahaan untuk menghaslkan laba dalam kegiatan
operasinya (profitabilitas) merupakan fokus utama dalam penilaian
prestasi perusahaan karena laba perusahaan selain merupakan indikator
56
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi penyandang dananya
juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang
menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Tingkat
profitabilitas dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan
investasi karena untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan atas
perusahaan tersebut. Cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan
adalah bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau
modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya.
Misalnya profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan modal dalam suatu perusahaan melalui perbandingan laba
dengan investasi yang digunakan dalam investasi (Triatmodjo, 2009:11).
Untuk mengukur seberapa efektif perusahaan yang beroperasi
sehingga menghasilkan keuntungan atau mencapai tujuan profit
keseluruhan, terutama dalam hubungannya dengan sumber-sumber yang
diinvestasikan digunakan rasio profitabilitas yang terdiri dari return on
assets (ROA), dan return on Equity (ROE). Rasio return on asset (ROA)
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilan laba
bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Nilai rasio ROA yang positif
menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk
beroperasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan.
Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total
akiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian.
57
Dengan demikian, keterkaitan antara ROA dengan CSR dapat
dirumuskan melalui hipotesis sebagai berikut:
Ha1: Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
Rasio return on equity (ROE) merupakan rasio keuntungan bersih
sesudah pajak terhadap modal sendiri, yang mengukur tingkat hasil
pengembalian dari modal pemegang saham (modal sendiri) yang
diinvestasikan ke dalam perusahaan. Dengan demikian, keterkaitan
antara ROE dengan CSR dapat dirumuskan melalui hipotesis sebagai
berikut:
Ha2:
Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap ROE
2. CSR dan Reputasi Perusahaan
Reputasi adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah
perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap
perusahaan mempunyai reputasi. Setiap perusahaan mempunyai reputasi
sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai reputasi
perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial,
bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang,
dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai
pandangan terhadap perusahaan (Ardianto dan Sumirat, 2006:2).
58
Disebutkan, bagi suatu perusahaan, reputasi dan citra korporat
merupakan aset yang paling utama dan tak ternilai harganya. Oleh karena
itu segala upaya, daya dan biaya digunakan untuk memupuk, merawat
serta menumbuhkembangkannya. Beberapa aspek yang merupakan unsur
pembentuk citra & reputasi perusahaan antara lain; (1) kemampuan
finansial, (2) mutu produk dan pelayanan, (3) fokus pada pelanggan, (4)
keunggulan dan kepekaan SDM, (5) reliability, (6) inovasi, (7) tanggung
jawab lingkungan, (8) tanggung jawab sosial, dan (9) penegakan Good
Corporate Governance (GCG) (News Of PERHUMAS, 2005).
Massey (2003) dalam Nor Rahman (2006) menyatakan bahwa
perusahaan yang fokus terhadap core businessnya akan lebih sukses. Hal
tersebut merefleksikan core competencies yang dipunyai perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai reputasi positif lebih memungkinkan untuk
menarik minat pelamar berkualitas tinggi, membangun pangsa pasar yang
luas, menerapkan harga yang tinggi dan lebih menarik minat investor.
Dengan kata lain, reputasi perusahaan yang baik memberikan perusahaan
keunggulan kompetitif.
Becchetti et al. (2009) melakukan analisis empiris mengenai
pengaruh dan relevansi program CSR pada kondisi pasar modal, dengan
sampel data dari tahun 1990 hingga 2004. Dan hasil penelitian mereka
menyimpulkan dua penemuan utama yaitu tren meningkat yang signifikan
dalam nilai absolut dari pengembalian yang tidak wajar (abnormal return)
59
dan efek negatif signifikan dalam pengembalian yang tidak wajar setelah
pengumuman melalui Domini Index.
Martin (2008) melakukan analisis mengenai maksimalisasi nilai
pemegang saham dengan adanya kebijakan CSR. Martin menggunakan
beberapa variabel program CSR dan menyimpulkan bahwa aktivitas CSR
akan bernilai jika manajemen membantu mengembangkan reputasi
perusahaan dalam setiap grup stakeholder, seperti pemasok, pelanggan,
karyawan, dan komunitas. Dan jika reputasi tersebut ada, maka perusahaan
berdiri menjadi lebih ”bermakna”, sehingga menarik investor dan
meningkatkan nilai saham mereka.
Adi
(2008)
melakukan
penelitian
mengenai
pengaruh
pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi
investor, sebuah studi kasus pada perusahaan high profile yang terdaftar di
BEJ. Dengan sampel sebanyak 26 perusahaan. Hasil dari penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa pengaruh dari pengungkapan sosial
terhadap laporan tahunan kurang signifikan, sehingga tidak ada pengaruh
pengungkapan sosial terhadap reaksi investor. Dalam penelitian tersebut
dijelaskan bahwa pengungkapan sosial yang menggambarkan citra atau
reputasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap reaksi investor untuk
membeli saham perusahaan tersebut.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas, harga saham dapat dijadikan
salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur variabel reputasi
60
perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
Ha3:
Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap reputasi perusahaan.
D. Kerangka Teoritis
Berdasarkan uraian di atas dan penelitian sebelumnya, variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial
dalam laporan keuangan yaitu karyawan, produk, komunitas, dan lingkungan
sebagai variabel independen. Sedangkan, profitabilitas yang diukur dengan
ROA dan ROE dan reputasi sebagai variabel dependen.
Variabel Independen
Variabel Dependen
ROA
Pengungkapan
Pertanggungjawaban
Sosial
ROE
Pengungkapan
Pertangungjawaban
Sosial
Harga Saham
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau
lebih (Indriantoro dan Supomo, 2004:27). Penelitian ini dilakukan pada Pusat
Referensi Pasar Modal (Capital Market Reference Center) dengan mengambil
data keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2008 dan 2009, dan melalui website Bursa Efek Indonesia
ww.idx.co.id.
B. Metode Pengumpulan Sampel
Tahun 2008 dan 2009 dipilih karena menggambarkan kondisi yang
relatif baru di pasar modal Indonesia. Dengan menggunakan kondisi yang
relatif baru diharapkan hasil penelitian akan lebih relevan untuk memahami
kondisi yang aktual di Indonesia.
Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan per 31 Desember 2008 dan
per 31 desember 2009 secara lengkap dengan catatan atas laporan
keuangan atau laporan keuangan berkelanjutan.
99
2. Dalam catatan atas laporan keuangan tahunan atau laporan keuangan
berkelanjutan tersebut terdapat elemen-elemen biaya sosial
3. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.
4. Perusahaan memiliki nilai buku ekuitas positif.
5. Data harga saham penutupan (closing price) yang terdapat dalam
http://finance.yahoo.com.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
penggabungan data (pooling data). Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data sekunder yang umumnya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan atau tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo)
Sedangkan tipe data sekunder yang digunakan adalah data eksternal dan
pengambilan data berupa laporan keuangan tahunan (annual report)
perusahaan yang go public yang terdaftar di BEI diperoleh dari situs
www.idx.co.id, dan dengan mendatangi Pusat Referensi Pasar Modal (Capital
Market Reference Center).
D. Metode Analisis
Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model regresi
sederhana, oleh sebab itu data yang akan diolah terlebih dahulu harus bebas
dari asumsi klasik (normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas). Analisis
63
regresi sederhana (Simple Regression Analyze) digunakan untuk memprediksi
nilai suatu variabel dependen berdasarkan nilai variabel lain. Analisis regresi
juga dapat digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y). Untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dipergunakan
analisis regresi linier sederhana dengan persamaan sebagai berikut:
Y1 = α + βX + e
Y2 = α + βX + e
Y3 = α + βX + e
Keterangan :
Y1 : Return on Asset
Y2 : Return on Equity
Y3 : Reputasi Perusahaan
α : Konstanta
β
: koefisien regresi model
X : Corporate Social Responsibility (CSR)
e
: error term model (variabel residual)
Dalam
penelitian
ini
dilakukan
pengujian
variabel-variabel
menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan bantuan perangkat
lunak SPSS 15.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan
variabel dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian adalah nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan
maksimum.
64
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas data, uji multikolonieritas, uji heteroskedatisitas, dan uji
autokorelasi, karena data yang digunakan lebih dari satu tahun.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi,
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah
data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Dalam
penelitian ini untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau
tidak mengunakan dua cara yaitu melalui analisis grafik dan analisis
statistik.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi antara data pada suatu waktu
tertentu dengan nilai data tersebut pada waktu satu periode sebelumnya
atau lebih pada data runtut waktu. Penggunaan uji DW (Durbin
Waston) untuk mendeteksi tidak adanya korelasi antar error, maka
nilai DW diharapkan berada di sekitar angka 2 (dari 1,5 sampai 2,5).
Panduan mengenai angka D-W (Durbin-Watson) untuk mendeteksi
autokorelasi bisa dilihat pada Tabel D-W, dengan pengambilan
keputusan berikut:
65
a) 0 < d < dI, berarti tidak ada autokorelasi positif
b) dI ≤ d ≤ du, berarti tidak ada autokorelasi positif
c) 4 – dI < d < 4, berarti tidak ada korelasi negatif
d) 4 – du ≤ d ≤ 4 – dI, berarti tidak ada korelasi negatif
e) du < d < 4 – du, berarti tidak ada autokorelasi, positif ataupun
negatif.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada pola scatterplot antar SPRESID dan ZPRED di mana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual
(Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar
pengambilan keputusannya jika ada pola tertentu, seperti titik-titik
yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan bahwa telah
terjadi Heteroskedastisitas. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-
66
titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka
tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
3. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai
determinasi
yang
independen dalam
kecil
berarti
kemampuan
variabel–variabel
menjelaskan variabel dependen
amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-varibel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).
b. Uji signifikansi parameter individual (Uji stastistik t)
Menurut Ghozali (2005) uji stastistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variabel dependen. Penerimaan atau
penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien
regresi tidak signifikan).
2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien
regresi signifikan)
67
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel
independen
pada
penelitian
ini
adalah
tingkat
pengungkapan sosial perusahaan yaitu proses mengkomunikasikan
dampak-dampak sosial dan lingkungan dari keseluruhan aktifitas yang
dilakukan oleh perusahaan (Gray et al.,1987 dalam Heriyanto, 2009).
Variabel ini dapat diukur dengan melihat banyaknya item pengungkapan
sosial yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan, jika perusahaan
menyajikan pengungkapan sosial diberi skor satu (1), namun jika tidak
menyajikan diberi skor nol (0). Jumlah item yang mungkin dipenuhi oleh
perusahaan sebanyak 75 item.
Indeks = n x 100%
k
Dimana :
n = Jumlah item pengungkapan yang dipenuhi
k = Jumlah semua item yang mungkin dipenuhi
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan.
Penelitian ini menggunakan rasio Return on Assets (ROA) untuk
mengetahui tingkat profitabilitas perusahaan. Selain merupakan tolok ukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang
digunakan, rasio Reurn on Asset (ROA) juga menunjukkan tingkat
efisiensi investasi yang nampak pada tingkat perputaran aktiva (Fathma,
68
2003 dalam Januarti dan Dini, 2005). Secara matematis rasio tersebut
dapat ditulis sebagai berikut:
ROA 
Laba Setelah Pajak
Total Aktiva
Penelitian ini menggunakan rasio tingkat pengembalian modal
sendiri (Return on Equity) merupakan rasio keuntungan bersih sesudah
pajak terhadap modal sendiri, yang mengukur tingkat hasil pengembalian
dari modal pemegang saham (modal sendiri) yang diinvestasikan ke dalam
perusahaan. Secara matematis rasio tersebut diformulasikan sebagai
berikut:
ROE 
Laba Setelah Pajak
Total Modal
Reputasi perusahaan adalah pandangan publik atas suatu
perusahaan yang dinilai baik atau tidak yang dipandang secara global atas
hal-hal seperti keterbukaan, kualitas dan lainnya sehingga dapat dikatakan
sebagai pandangan atas gerak langkah perusahaan. Reputasi merupakan
suatu intangible asset atau goodwill perusahaan yang memiliki efek positif
pada penilaian pasar atas perusahaan. Perusahaan yang mempunyai
reputasi baik mampu menimbulkan kepercayaan, keyakinan dan dukungan
daripada perusahaan yang mempunyai reputasi buruk (Dowling, 2006).
Dalam penelitian ini reputasi dicerminkan dengan harga saham akhir tahun
69
yaitu close price. Sehingga reputasi perusahaan tersebut dapat dilihat dari
harga saham tiap tahunnya.
Tabel 3.1
Pengukuran Operasional Variabel Penelitian
Variabel
Dependen
Profitabilitas:
Return on Assets
(ROA)
Profitabilitas:
Return on Equity
(ROE)
Reputasi
Perusahaan
Pengukuran
Laba bersih/Total aktiva
Skala
Rasio
Laba bersih/Total modal
Rasio
Harga Saham (Close Price)
Nominal
Banyaknya item pengungkapan sosial
yang terdapat pada laporan tahunan.
Jika perusahaan mengungkapkan
diberi skor satu (1), namun jika tidak
mengungkapkan diberi skor (0).
Indeks = n x 100 %
Rasio
Independen
Pengungkapan
Tanggungjawab
Sosial
K
70
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling untuk
menentukan sampel. Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mengambil sampel selama
2 tahun, yaitu dari tahun 2008 – 2009. Penelitian secara purposive sampling
mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan representasi dari populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan dari
penelitian. Data yang digunakan berasal dari annual report tahun 2008 dan
2009
yang
diakses
melalui
website
seperti:
yahoo.finance.com,
www.idx.co.id, dan Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM).
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia kecuali perusahaan yang bergerak dalam bidang
agriculture dan infrastructure, utilities, transportation. Sampel perusahaan
yang berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 60 perusahaan. Sampel
yang terpilih diklasifikasikan ke dalam dua kelompok industri yaitu kelompok
industri high profile dan low profile.
99
Berikut ini adalah rincian sampel penelitian yang dijabarkan dalam
tabel 4.1
Tabel 4.1
Rincian Sampel Penelitian
Kriteria
Total
Populasi sasaran
Emiten tidak menyampaikan annual report ke BEI
Emiten tidak sesuai kriteria High Profile dan Low
Profile
Emiten menyampaikan annual report tidak lengkap
Emiten tidak menyajikan annual report dalam rupiah
Emiten memiliki nilai buku ekuitas negative
384
(20)
(184)
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria
(25)
(30)
(65)
60
Sumber:Data Sekunder yang diolah
B. Hasil Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penggungkapan
Corporate Social Responsibility sebagai variabel independen. Sedangkan
variabel dependen, yaitu profitabilitas yang di-proxy dengan Return On
Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) . Variabel tersebut akan diuji
secara deskriptif seperti berikut ini:
72
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial
High Profile (HP) dan Low Profile (LP)
N
60
Minimum
-,20
Maximum
,41
Mean
,0986
Std. Deviation
,11290
60
-,50
,82
,1704
,21501
60
50,00
244800,00
9761,7000
35177,20183
60
23,00
65,00
46,9000
8,06898
ROA1
60
-,05
,39
,0275
,05815
ROE1
60
-,42
,58
,0993
,11939
RP1
60
50,00
42750,00
2188,5000
6059,24216
LP
60
14,00
44,00
31,3500
6,91308
Valid N
(listwise)
60
ROA
ROE
RP
HP
Tabel 4.2 menyajikan informasi bahwa jumlah data yang menjadi
objek penelitian adalah 60. Jumlah tersebut adalah perusahaan go public di
tahun 2008 dan 2009 yang memenuhi kriteria dalam pemilihan sampel
serta memiliki tahun tutup buku 31 Desember.
a. Return On Assets (ROA)
Variabel ROA dihitung dengan membandingkan laba bersih
dengan total aktiva. Berdasarkan analisis data pada tabel 4.2
menunjukkan bahwa perusahaan high profile memiliki mean sebesar
0,0986 lebih tinggi daripada perusahaan low profile sebesar 0,0275
Nilai minimun dan maksimum pada perusahaan high profile -0,20 dan
0,41. Standar deviasi perusahaan high profile 0,11290, sedangkan
standar deviasi perusahaan low profile sebesar 0,05815.
b. Return On Equity (ROE)
Variabel ROE dihitung dengan membandingkan laba bersih
dengan total modal. Berdasarkan analisis data pada tabel 4.2
73
menunjukkan bahwa perusahaan high profile memiliki mean sebesar
0,1704 lebih tinggi daripada perusahaan low profile sebesar 0,0993
Nilai minimun dan maksimum pada perusahaan high profile -0,50 dan
0,82. Standar deviasi perusahaan high profile 0,21501, sedangkan
standar deviasi perusahaan low profile sebesar 0,11939.
c. Reputasi (RP)
Variabel reputasi dihitung dengan membandingkan close price
saham tahun 2008 dan 2009. Berdasarkan analisis data pada tabel 4.2
menunjukkan bahwa perusahaan high profile memiliki mean sebesar
9761,7 lebih tinggi daripada perusahaan low profile sebesar 2188,5
Nilai minimun dan maksimum pada perusahaan high profile 50 dan
244800. Standar deviasi perusahaan high profile 35177,2 sedangkan
standar deviasi perusahaan low profile sebesar 6059,2.
d. Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan High
Profile (HP) dan Low Profile (LP)
Berdasarkan analisis data pada table 4.2 menunjukkan bahwa
mean pengungkapan pertanggungjawaban sosial untuk perusahaan
high profile sebesar 46,90 lebih besar dari perusahaan low profile
sebesar 31,35. Sedangkan nilai minimum dan maksimum perusahaan
high profile sebesar 23 dan 65, sedangkan nilai minimum dan
maksimum pada perusahaan low profile sebesar 14 dan 44. Standar
deviasi pada perusahaan high profile sebesar 8,069, sedangkan low
profile sebesar 6,913. Pengungkapan pertanggungjawaban sosial
perusahaan high profile lebih tinggi daripada perusahaan low profile.
74
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Pengujian ini menggunakan uji normalitas dengan normal probably plot
of standardized residual, yang hasilnya sebagai berikut:
Gambar 4.1
Grafik Normality Probability Plot ROA
Perusahaan High Profile
Hasil uji normalitas pada gambar 4.1 yang dilakukan dilakukan
untuk variabel CSR dan ROA pada perusahaan high profile,
menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dapat terlihat
bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal.
75
Gambar 4.2
Grafik Normality Probability Plot ROA
Perusahaan Low Profile
Hasil uji normalitas pada gambar 4.2 yang dilakukan dilakukan
untuk variabel CSR dan ROA pada perusahaan low profile, menunjukkan
model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dapat terlihat bahwa data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
76
Gambar 4.3
Grafik Normality Probability Plot ROE
Perusahaan High Profile
Hasil uji normalitas pada gambar 4.3 yang dilakukan dilakukan
untuk variabel CSR dan ROE pada perusahaan high profile,
menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dapat terlihat
bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal.
77
Gambar 4.4
Grafik Normality Probability Plot ROE
Perusahaan Low Profile
Hasil uji normalitas pada gambar 4.4 yang dilakukan dilakukan
untuk variabel CSR dan ROE pada perusahaan Low profile,
menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dapat terlihat
bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal.
78
Gambar 4.5
Grafik Normality Probability Plot Reputasi
Perusahaan High Profile
Hasil uji normalitas pada gambar 4.5 yang dilakukan dilakukan
untuk variabel CSR dan Reputasi pada perusahaan High Profile,
menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dapat terlihat
bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal.
79
Gambar 4.6
Grafik Normality Probability Plot Reputasi
Perusahaan Low Profile
Hasil uji normalitas pada gambar 4.6 yang dilakukan dilakukan
untuk variabel CSR dan Reputasi pada perusahaan High Profile,
menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dapat terlihat
bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal.
80
b. Uji Autokorelasi
Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 di
bawah ini, dapat dilihat bahwa hasil uji autokorelasi pada nilai DurbinWatson test menunjukkan angka yang berada di antara -2 sampa +2.
Sehingga dapat disimpilkan bahwa data dalam penelitian ini bebas dari
autokorelasi.
Tabel 4.3
Hasil Uji Autokorelasi
Perusahaan High Profile
Model
ROA
ROE
Reputasi
Durbin-Watson
.493
1.096
1.096
Variabel Dependen: ROA, ROE dan Reputasi
Sumber: Data sekunder diolah
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Perusahaan High Profile
Model
ROA
ROE
Reputasi
Durbin-Watson
1.562
1.816
1.190
Variabel Dependen: ROA, ROE dan Reputasi
Sumber: Data sekunder diolah
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
81
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada pola scatterplot antar
SPRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi,
dan sumbu x adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah
di-studentized. Dasar pengambilan keputusannya jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan
bahwa telah terjadi Heteroskedastisitas. jika tidak ada pola yang jelas,
serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y,
maka tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghazali, 2005).
82
Gambar 4.7
Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas ROA
Perusahaan High Profile
Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.7 untuk variabel
CSR dan ROA perusahaan High Profile, terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka
0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada
model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
83
Gambar 4.8
Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas ROA
Perusahaan Low Profile
Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.8 untuk variabel
CSR dan ROA perusahaan Low Profile, terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka
0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada
model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
84
Gambar 4.9
Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas ROE
Perusahaan High Profile
Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.9 untuk variabel
CSR dan ROE pada perusahaan High Profile, terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0
pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model
regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
85
Gambar 4.10
Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas ROE
Perusahaan Low Profile
Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.10 untuk variabel
CSR dan ROE pada perusahaan Low Profile, terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0
pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model
regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
86
Gambar 4.11
Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas Reputasi
Perusahaan High Profile
Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.11 untuk variabel
CSR dan Reputasi, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak
membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga
model regresi layak dipakai.
87
Gambar 4.11
Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas Reputasi
Perusahaan Low Profile
Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 4.10 untuk variabel
CSR dan Reputasi, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak
membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga
model regresi layak dipakai.
88
3. Pengujian Hipotesis
a. Koefisien Determinasi
Uji ini dilakukan untuk mengukur kamampuan variabelvariabel independent, yaitu pengungkapan tanggungjawab sosial
perusahaan dalam menjelaskan variasi variabel dependen yaitu ROA,
ROE dan Reputasi. Hasil uji koefisien Adjusted R Square pada tabel
4.7 dan tabel 4.8
Tabel 4.5
Koefisien Determinasi
Perusahaan High Profile
Model
R
R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of the
Estimate
a.1
P
.642(a)
.412
.402
.04498
r
a. Predictors: (Constant), Pengungkapan Tanggungjawab Sosial
b. Variabel Dependen: ROA, ROE, Reputasi
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan analisis data pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai
koefisien Adjusted R Square adalah sebesar 0,402, hal ini berarti 40,2%
variabel return on asset, return on equity dan reputasi perusahaan dapat
dijelaskan oleh variabel pengungkapan tanggungjawab perusahaan.
Sedangkan sisanya (100%-40,2 = 59,8%) dijelaskan oleh faktor-faktor
lain.
89
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi
Perusahaan Low Profile
Model
R
R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of the
Estimate
c.1
P
.295(a)
.087
.071
5838,98960
r
a. Predictors: (Constant), Pengungkapan Tanggungjawab Sosial
d. Variabel Dependen: ROA, ROE, Reputasi
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan analisis data pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai
koefisien Adjusted R Square adalah sebesar 0,071, hal ini berarti 7,1%
variabel return on asset, return on equity dan reputasi perusahaan dapat
dijelaskan oleh variabel pengungkapan tanggungjawab perusahaan.
Sedangkan sisanya (100%-7,1 = 92,9%) dijelaskan oleh faktor-faktor
lain.
b. Uji Statistik t
Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu
variabel
independen
secara
individual
yaitu
pengungkapan
tanggungjawab sosial perusahaan dalam menerangkan variasi variabel
dependen, yaitu return on asset, return on equity, dan reputasi
perusahaan. Berikut hasil uji penelitian:
90
Tabel 4.7
Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) ROA
Perusahaan High Profile
Model
1
(Constant)
CSR
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
-,117
,083
,005
Standardized
Coefficients
t
Sig.
-1,415
,162
2,647
,010
Beta
,002
,328
a Variabel Dependen: ROA
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.8
Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) ROA
Perusahaan Low Profile
Model
1
(Constant)
CSR
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
,029
,035x
-5,5E,001
005
Standardized
Coefficients
t
Sig.
,824
,413
-,007 -0,050
,960
Beta
a
Variabel Dependen: ROA
Sumber: Data sekunder yang diolah
91
Tabel 4.9
Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) ROE
Perusahaan High Profile
Model
1
(Constant)
CSR
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
-,052
,070
,005
Standardize
d
Coefficients
t
Sig.
Beta
,002
,279
-,744
,460
2,216
,031
a Variabel Dependen: ROE
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.10
Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) ROE
Perusahaan Low Profile
Model
1
(Constant)
CSR
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
-,176
,160
,007
,003
Standardize
d
Coefficients
t
Sig.
Beta
,277
-1,099
,276
2,196
,032
a Variabel Dependen: ROE
Sumber: Data sekunder yang diolah
92
Tabel 4.11
Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) Reputasi
Perusahaan High Profile
Model
1
(Constant)
CSR
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
t
Std.
B
Error
Beta
3528,743
-1,678
5921,812
258,702
109,961
,295
2,353
Sig.
,099
,022
a Variabel Dependen: RP
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.12
Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) Reputasi
Perusahaan High Profile
Model
1
(Constant)
CSR
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
- 27115,8
9365,405
30
Standardized
Coefficients
407,827 569,928
,278
t
Sig.
-1,537
,130
2,204
,032
Beta
a Variabel Dependen: RP
Sumber: Data sekunder yang diolah
93
Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh pengungkapan corporate social
responsibility terhadap profitabilitas yang di-proxy dengan ROA.
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.8, variabel pengungkapan
corporate social responsibility pada perusahaan High Profile mempunyai
tingkat signifikansi sebesar 0,010 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti
bahwa pengungkapan pertanggungjawaban sosial pada perusahaan High
Profile berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA).
Sedangkan pada tabel 4.9, variabel pengungkapan corporate social
responsibility
pada
perusahaan
Low
Profile
mempunyai
tingkat
signifikansi sebesar 0,960 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa
pengungkapan pertanggungjawaban sosial pada perusahaan Low Profile
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA).
Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh pengungkapan corporate social
responsibility terhadap profitabilitas yang di-proxy dengan ROE.
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.10, variabel pengungkapan
corporate social responsibility pada perusahaan High Profile mempunyai
tingkat signifikansi sebesar 0,031 lebih kecil dari 0,05. Dan pada tabel
4.11, variabel pengungkapan corporate social responsibility pada
perusahaan Low Profile mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,032
lebih kecil dari 0,05 Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan
tanggungjawab sosial perusahaan dapat digunakan untuk mengidentifikasi
pengungkapan ROE.
94
Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh pengungkapan corporate social
responsibility terhadap reputasi perusahaan yang di-proxy dengan
harga saham akhir tahun (close price).
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel pengungkapan
corporate social responsibility pada perusahaan High Profile mempunyai
tingkat signifikansi sebesar 0,022 lebih kecil dari 0,05. Dan pada tabel
4.13, variabel pengungkapan corporate social responsibility pada
perusahaan Low Profile mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,032
lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa pengungkapan sosial
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap reputasi perusahaan.
C. Pembahasan
1. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap
profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROA (Return on Assets)
Hasil uji hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi variabel
pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan High
Profile 0,010 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengungkapan
corporate social responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap
ROA. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Brine, et al (2007)
dalam penelitiannya menjelaskan bahwa penerapan CSR mempengaruhi
kinerja keuangan ROA. Heinze (1976) dalam Sulastini (2007) menyatakan
bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan
fleksibilitas
kepada
manajemen
untuk
mengungkapkan
95
pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pengungkapan informasi sosial. Namun tingkat signifikansi variabel
pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan Low
Profile
sebesar
0,960>0,05
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
pengungkapan corporate social responsibility tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Dini (2005) melaporkan
bahwa pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas (ROA). Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan
CSR perusahaan terdapat tambahan biaya untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan dan manfaatnya dapat dirasakan untuk jangka
panjang, bukan untuk jangka pendek.
2. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap
profitabilitas perusahaan yang di-proxy dengan ROE (Return on Equity)
Hasil uji hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi variabel
pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan High
Profile 0,031 < 0,05 dan pada perusahaan Low Profile 0,032 < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengungkapan corporate social
responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap ROE. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Brine et al. (2007) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa penerepan CSR mempengaruhi kinerja
keuangan return on equity. Hal ini juga sesuai pendapat Untung (2008:39)
96
yang intinya adalah ada korelasi positif antara peran perusahaan dalam
merealisasikan tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility
dan
peningkatan
kinerja
keuangan
perusahaan
tersebut.
Dengan
dikeluarkannya biaya CSR dibidang kesejahteraan karyawan maka akan
memberikan dampak positif bagi kinerja karyawan yang lebih produktif
dalam melakukan aktifitas kerjanya yang selanjutnya mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini kontradiktif dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lindrawati (2008) melaporkan bahwa
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan tidak berpengaruh
terhadap return on equity.
3. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap reputasi
perusahaan yang di-proxy dengan harga saham akhir tahun (Close Price)
Hasil uji hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi variabel
pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan High
Profile 0,022 < 0,05 dan pada perusahaan Low Profile 0,032 < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengungkapan corporate social
responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap reputasi perusahaan.
Eka Tjipta Foundation dalam Widjaja dan Pratama (2008:52) mengatakan
bahwa CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan
untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan
kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra perusahaan yang dapat
dijadikan keunggulan kompetitif yang sulit ditiru oleh para pesaing. Di
lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli
97
produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan
merubah
perilaku
konsumen
di
masa
mendatang.
Menurutnya
implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus menerus dan
berkelanjutan sehigga akan tercipta satu ekosistem yang menguntungkan
semua pihak (true win-win situation) konsumen mendapatkan produk
unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang
sesuai yang pada akhirnya
akan dikembalikan ke tangan masyarakat
secara tidak langsung.
Pelaksanaan CSR dapat dikemas untuk mengupayakan citra positif
atau alat promosi perusahaan yang sangat efektif (Ambadar 2008:54).
Menurutnya, pelaksanaan CSR tidak hanya dipandang sebagai alat
promosi semata namun dapat dipandang sebagai keunggulan bersaing
dalam strategi bisnis perusahaan. Sehingga dengan dikeluarkannya biaya
CSR untuk komunitas dapat memberikan citra positif terhadap perusahaan
yang selanjutnya respon positif tersebut diimplementasikan oleh konsumen
melalui pembelian produk perusahaan sehingga dengan banyaknya produk
yang terjual akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
98
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Hasil penelitian variabel corporate social responsibility terhadap
profitabilitas (ROA) pada perusahaan High Profile berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Brine, et al. (2007). Namun
variabel corporate social responsibility terhadap profitabilitas (ROA) pada
perusahaan Low Profile tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja keuangan (ROA). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Januarti dan Dini (2005).
b. Hasil penelitian variabel corpotare social responsibility terhadap
profitabilitas (ROE) pada perusahaan High Profile dan Low Profile
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (ROE). Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Brine, et al.
(2007). Namun kontradiktif dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lindrawati (2008) yang melaporkan bahwa variabel corporate social
responsibility tidak berpengaruh terhadap ROE.
c. Hasil penelitian variabel corpotare social responsibility terhadap reputasi
pada perusahaan High Profile dan Low Profile perusahaan berpengaruh
secara signifikan terhadap reputasi (harga saham). Hasil penelitian ini
kontradiktif dengan penelitian Adi (2008) yang menyatakan bahwa
99
pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan high profile tidak
begitu mempengaruhi investor dalam melakukan investasi. Namun
konsisten dengan penelitian Becchetti et al. (2006)
yang menyatakan
bahwa dengan penerapan CSR berpengaruh secara signifikan terhadap
turunnya resiko portofolio saham.
B. Implikasi dan Keterbatasan
1. Implikasi
a. Bagi praktisi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah
satu pertimbangan khusus untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan.
b. Bagi dunia usaha, dengan dilakukannya penelitian mengenai
penerapan corporate social responsibility tidak menjadi sebuah beban
dalam mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya terhadap
lingkungannya. Akan tetapi, penerapan corporate social responsibility
dapat menjadi sebuah strategi perusahaan untuk mencapai visi dan misi
serta keberlangsungan usaha (sustainability) perusahaan di masa yang
akan datang.
c. Bagi investor dan calon investor, dengan dilakukannya penelitian
mengenai penerapan corporate social responsibility dapat dijadikan
sebagai pertimbangan dalam keputusan investasi pada perusahaanperusahaan yang menerapkan corporate social responsibility.
100
d. Pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam
membuat regulasi khusus terkait penerapan
corporate social
responsibility oleh perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.
e. Bagi dunia pendidikan/akademisi, penelitian ini dapat digunakan untuk
menambah referensi hasil temuan akademik yang berkaitan dengan
penerapan corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
2. Keterbatasan
a. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini hanya 60 perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga kurang dapat
mewakili populasi dari total populasi yang ada.
b. Periode waktu yang digunakan pada penelitian ini hanya 2 tahun, yaitu
tahun 2008-2009. dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh
peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.
c. Penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel dependen, yaitu: return
on aset, return on equity, dan reputasi perusahaan dengan indikator
harga
saham.
Kemungkinan
ada
variabel-variabel
lain
yang
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan tanggungjawab sosial
perusahaan.
101
C. Saran
1. Bagi manajemen perusahaan diharapkan lebih terbuka mengungkapkan
kegiatan-kegiatan yang yang berhubungan dengan tanggungjawab sosial
perusahaan dalam laporan tahunannya.
2. Bagi pemerintah dan IAI diharapkan mampu merumuskan suatu kebijakan
untuk menjadikan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan
sebagai sebuah mandatory disclosure mengingat rendahnya tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial
3. Penelitian lanjutan disarankan untuk menggunakan sampel yang lebih
besar sehingga hasil yang diperoleh lebih meyakinkan.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan atau menggunakan
variabel lain untuk menemukan suatu model standar pengungkapan
tanggungjawab sosial perusahaan.
5. Pada penelitian selanjutnya, periode penelitian sebaiknya lebih dari 2
tahun agar hasil penelitian lebih akurat.
102
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Puguh Siswanto.”Pengaruh Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Tahunan
Perusahaan Terhadap Reaksi Investor (Studi Kasus Pada Perusahaan
High Profile Yang Listing di BEJ)”. Fakultas Ekonomi UMM, Juli 2008.
Ambadar, Jackie, “Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Praktik di
Indonesia”, PT Gramedia, Jakarta, 2008.
Anggoro, Linggar. “Teori dan Profesi Kehumasan. Serta Aplikasinya di
Indonesia”. Cetakan Ketiga. Bumi Aksara, Jakarta, 2007.
Ardianto, Elvinaro dan Sumirat, Soleh. “Dasar-dasar Public Relations”. Cetakan
Ketiga. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.
Arimawati, Hari. “Pengaruh Tingkat Pengungkapan Kinerja CSR Trhadap
Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek”,
Perpustakaan Universitas Airlangga, Surabaya, 2008. data didownload
tanggal 22 Januari 2010, http:// www. .adln.lib.unair.ac.id
Becchetti, Leonardo, and Rocco. “Corporate Social Responsibility and Stock
Market Performance”. Centre for International Studies on Economic
Growth (CEIS) Tor Vergata – Research Paper Series, Vol. 27, No. 79, Mar
2006.
Brine, Matthew, Rebecca Brown dan Greg Hackett. Corporate Social
Responsibility and Financial Performance in the Australian Context.
Corporation and Financial Services Division, The Australian Treasury.
2007.
Chotib. “Model Pemberdayaan Lokal yang Berkelanjutan Melalui Program
CSR”, Warta Demografi, 2008.
Dowling, Grahame R. “Journalists Evaluation of Corporate Reputations”,
Corporate Reputation Review, Vol.7. 2006.
103
Efendi, Munandar. “Pengaruh pengungkapan CSR pada harga saham di BEJ”,
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. UIN Jakarta, 2009.
Fahruri, Arif. “Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility di Bidang
Kesejahteraan Karyawan dan Komunitas Terhadap Kinerja Keuangan
Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial. UIN Jakarta, 2009.
Gaokasian, Levon dan L. Keith Whitney. Corporate Socially Responsible Firms
Perform Well! Evidence from Financial and Operating Performance.
Business Administration Division, Seaver College, Pepperdine University,
Malibu CA 90263-4237. 2008.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Heriyanto. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Tanggungjawab Sosial Perusahaan”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.
UIN Jakarta, 2009.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002.
Januarti, indira dan Dini Apriyanti. ”Pengaruh Tanggung Jabab Sosial Perusahaan
Terhadap Kinerja Keuangan”, Jurnal MAKSI vol.5 No.2 hal. 227 -243
Agustus, 2005.
Khoirunnisa. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat
Pengungkapan Sosial Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta”. Skripsi FEIS, 2007.
Keown, Martin, Petty, Scott Jr. 2002. Manajemen Keuangan. Indeks:Jakarta
Lindrawati, Nita Felicia dan J. Th Budianto T. “Pengaruh Corporate Social
Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Terdaftar
Sebagai 100 Best Corporate Citizens Oleh KLD Research & Analytics”,
Fakultas Ekonomi Unika Widya Mandala Surabaya, 2008.
104
Martin, John.D. Shareholder Value Maximization. Is There a Role for Corporate
Social Responsibility”, Baylor University, September 2008. data
didownload
tanggal
11
Februari
2009,
http://papers.ssrn.com/abstract=1259985
Nelling, Edward dan Webb, Elizabeth. “Corporate Social Responsibility And
Financial Performance:The “Virtuous Circle” Revisited”. Philadelphia,
Agustus 2006.
News
of PERHUMAS. 2004. CSR dan Citra
http://www.perhumas.or.id/, 15 – 16 Juni 2004.
Corporate.
Dokumen
Nor Rachman, Soviadi, “ Analisis Pengaruh Keunggulan Produk, Reputasi
Perusahaan dan Asosiasi Merek Terhadap Kesuksesan Produk Baru Dalam
Meningkatkan Kinerja Pemasaran”, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang, 2006.
Rahman, Reza. ”Corporate Social Responsibility Antara Teori dan Kanyataan”,
Media Pressindo, Yogyakarta, 2009.
Rokhim, Rofikoh. “Keuntungan Aplikasi CSR”, Bisnis Indonesia, 2009. data
didownload tanggal 22 januari 2010, http://www.ibl.or.id
Sembiring, Edi Resmana. “Karakteristik Perusahaan Dan Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial : Study Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat
Di Bursa Efek Jakarta”. SNA VIII. September, 2005.
Sueb, Memed. “Pengaruh Biaya Sosial Terhadap Kinerja Sosial, Keuangan
Perusahaan Terbuka Di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi IV,
Bandung, 2001.
Tanudjaja, Bing Bedjo. “Perkembangan Corporate Social Responsibiliy di
Indonesia”, Fakultas Seni dan Desain. Universitas Kristen Petra Surabaya,
2005.
Trenawati, Rina. ”Pengaruh Sebelum dan Sesudah Penerapan Corporate Social
Responsibility terhadap Profitabilitas Perusahaan”, Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama, 2008.
105
Triatmodjo, Hari Murti. “Pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas
Perusahaan Terhadap Return Pemegang Saham”, Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009.
Tsoutsoura, Margarita. “Corporate Social Responsibility and Financial
Performance”. Haas School of Business, University of California at
Berkeley, California, Maret 2004. data didonwload tanggal 16 Januari
2009,
http://www.haas.berkeley.edu/responsiblebusiness/documents/CSRandFinancialReporting.pdf
Untung, Hendrik Budi. “Corporate Social Responsibility”. Sinar Grafika, Jakarta,
2008.
Wibisono, Yusuf. “Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social
Responsibility”, Fascho Publishing, Gresik, 2007.
Widjaja, Gunawan dan Yeremia Ardi Pratama. “Risiko Hukum dan Bisnis
Perusahaan Tanpa CSR”, PT. Percetakan Penebar Swadaya, Jakarta,
2008.
Wijanarko, Himawan. “Garuda dan Pengukuran Reputasi”. Wikimu, april 2007.
Data
didownload
tanggal
24
september
2010,
http://www.wikimu.com/News/Print.aspx?id=1985
Wuri Handayani, Dinda. ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan (Studi Empiris pada
Perusahaan manufaktur BEI)”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. UIN
jakarta, 2009.
Yuniasih, Ni Wayan dan Wirakusuma, Made Gede.”Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel
Pemoderasi” Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, 2007.
Zubaidah, Siti. “Pengaruh Biaya Sosial Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Semen Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta”. UMM, 2008.
106
Item-item Pengungkapan Tanggungjawab Sosial yang dilakukan Perusahaan
Sampel
Ketenagakerjaan
1 Jumlah Pegawai
2 Rincian Pegawai Menurut Pendidikan
3 Pengembangan Karyawan, Pelatihan dan Pendidikan Pegawai
4 Kompensasi Kompetitif dan Upah Minimum
5 Gaji, Upah, dan Tunjangan
6 Imbalan Pascakerja
7 Perjalanan Dinas, Tunjangan Transportasi, dan Tunjangan Makan
8 Pesangon dan Penghargaan Masa Kerja
9 Poloklinik, Pemeriksaan Secara Berkala
10 Jamsostek
11 Pensiun Karyawan
12 Reward dan Punishment
13 Koperasi Karyawan
14 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
15 Sertifikasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
16 Penciptaan Budaya, dan Lingkungan Kerja Yang Harmonis
17 Tidak Ada Diskriminasi Suku, Agama, Ras, Dll
18 Kesejahteraan Keluarga (Beasiswa Anak Karyawan) dan Rekreasi
19 Kesejahteraan Karyawan (Fasilitas Ibadah dan Olahraga)
Good Corporate Governance
1 Struktur Organisasi
2 Komposisi Kepemilikan Saham
3 Nama dan Photo Komisaris
4 Latar Belakang Pendidikan dan Karier Komisaris
5 Nama dan Photo Direksi
6 Latar Belakang Pendidikan dan Karier Direksi
7 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Komisaris dan Direksi
8 Gaji dan Kompensasi Komisaris
9 Gaji dan Kompensasi Direksi
10 Jumlah Anggota Komisaris Independen
11 Latar Belakang Pendidikan dan Karier Komisaris Independen
12 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Komisaris Independen
13 Jumlah Anggota Komite Audit
14 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit
15 Frekuensi Rapat Komite Audit Dalam Setahun
16 Latar Belakang dan Karier Komite Audit
17 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Sekretaris Perusahaan
18 Komite Perusahaan Terhadap Penerapan Prinsip GCG
19 Berpartisipasi Dalam Annual Report Award GCG
20 Berpartisipasi Dalam Kegiatan dan Sosialisasi GCG
107
21 Nama dan Photo Komite Renumerasi
22 Tugas dan Tanggung Jawab Komite Renumerasi
Produk dan Konsumen
1 Kualitas Produk
2 Sertifikasi Produk Nasional dan Internasional
3 Produk Ramah Lingkungan
4 Informasi dan Deskripsi Produk
5 Komitmen Perusahaan untuk menjadi Perusahaan Terdepan
6 Peningkatan Pelayanan dan Kepuasan Konsumen
7 Inovasi Produk
8 Pengiriman Tepat Waktu
9 Peningkatan Pangsa Pasar
10 Penghargaan Sebagai Perusahaan Terbaik
Kemasyarakatan
1 Komitmen Kepedulian Perusahaan Kepada Masyarakat
2 Bantuan Pendidikan, Membangun dan Memperbaiki Sekolah
3 Memberikan Pengobatan dan Membangun Fasilitas Kesehatan
4 Beasiswa
5 Membangun dan Memperbaiki Fasilitas Ibadah
6 Bantuan Pengembangan UKM
7 Pelatihan Kepada Masyarakat, Pemberdayaan Ekonomi
8 Pemberian Sumbangan Seperti Sembako Dll
9 Membentuk Koperasi
10 Bazar
11 Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa
12 Bantuan Korban Bencana Alam
13 Pengembangan Kegiatan Seni dan Olahraga
Lingkungan dan Energi
1 Sertifikasi Pengelolaan Lingkungan Nasional dan Internasional
2 Pengawasan dan Perbaikan Efek Polusi
3 Pengelolaan Sampah dan Limbah
4 Penghematan Energi
5 Melakukan Penghijauan
6 Pengelolaan Air Bersih
7 Komitmen Perusahaan Terhadap Kepedulian Lingkungan
8 Suara Bising
9 Pengawasan dan Pengelolaan Lingkungan
10 Program Pemulihan Lahan Pasca Tambang
11 Biaya Pencegahan Kerusakan dan Rehabilitasi
Total 75 Item
108
Distribusi Sampel Berdasarkan Klasifikasi Jenis Industri
No
Jenis Industri
Perusahaan High Profile
1 Coal Mining
2 Metal and Mineral Mining
3 Cement
4 Ceramics, Glass, Porcelain
5 Metal and Allied Product
6 Plastic and Packaging
Sumber:
Data sekunder
diolah
7 Wood
Industries
8 Pulp and Paper
9 Automotive and Component
10 Tobaco Manufacture
11 Pharmaceutical
12 Cosmetic and Household
13 Building Construction
14 Whole Sale
Total Perusahaan High Profile
Perusahaan low Profile
1 Textile and Garment
2 Property and Real Estate
3 Bank
4 Food and Beverage
5 Footwear
Total Perusahaan Low Profile
Jumlah
1
2
3
4
6
1
2
2
1
2
2
1
1
2
30
3
6
17
3
1
30
109
Pengungkapan Tanggungjawab Sosial
Perusahaan High Profile
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Perusahaan
Adhi Karya
Antam
Kimia Farma
Indocement Tunggal
Surya Toto Indonesia
Mayora
Kalbe Farma
Semen Gresik
United Tractors
Holcim Indonesia
Surabaya Agung
Dynaplast
Timah, Tbk
Suparma
Berlina
Fajar Surya Wisesa
Jaya Pari Steel
Lion Metal Works
Lionmesh Prima
Pelangi Indah Canindo
Asiaplast Industries
Betonjaya Manunggal
Indal Alumunium Industry
Bentoel International Investama
Barito Pacific
Bukit Asam,Tbk
Unilever
HM Sampoerna
Aqua Golden Mississippi
Astra Internasional
Pengungkapan CSR
2008
2009
47
47
53
53
46
46
52
52
36
36
23
23
47
47
59
59
65
65
52
52
50
50
44
44
52
52
40
40
38
38
43
43
38
38
44
44
47
47
39
39
43
43
49
49
43
43
49
49
45
45
58
58
51
51
59
59
*Total Pengungkapan Tanggungjawab Sosial 75 item
110
Pengungkapan Tanggungjawab Sosial
Perusahaan Low Profile
*Total Pengungkapan Tanggungjawab Sosial 75 item
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Perusahaan
TigaPilar Sejahtera Food
Ciputra Surya
Global Land Development
Lamicitra Nusantara
Lippo Cikarang
Moderland Realty Ltd
Pan Brothers Textile
Ristia Bintang Mahkota Sejati
Roda Vivatex
Budi Acid Jaya
Suryainti Permata
Indofood Sukses Makmur
Bank Mandiri
Bank Mayapada
Bank Bumi Putera Indonesia
Bank Central Asia
Bank Negara Indonesia
Bank Nusantara Parahyangan
Bank Rakyat Indonesia
Bank Danamon
Bank CIMB Niaga
Bank International Indonesia
Bank Permata
Bank Artha Graha Internasional
Bank Mega
Bank OCBC NISP
Bank Panin Indonesia
Sepatu Bata
Bank Swadesi
Bank Ekonomi
Pengungkapan CSR
2008
2009
24
24
26
26
25
25
21
21
27
27
36
36
29
29
24
24
23
23
14
14
25
25
37
37
42
42
33
33
38
38
32
32
36
36
30
30
44
44
39
39
27
27
29
29
39
39
28
28
32
32
40
40
35
35
38
38
34
34
34
34
111
Profitabilitas Perusahaan Sampel
High Profile
ROA
No
ROE
Perusahaan
2008
2009
2008
2009
1
Adhi Karya
0,01589788
0,029404223
0,13945815
0,226381032
2
Antam
0,133541603
0,060795503
0,169678256
0,345810727
3
Kimia Farma
0,038317031
0,04000121
0,058446769
0,062801093
4
Indocement Tunggal
0,154651038
0,206884466
0,154651038
0,206884466
5
Surya Toto Indonesia
0,061376305
0,180850992
0,17425313
0,345810727
6
Mayora
0,067133136
0,114633631
0,157600659
0,235281573
7
Kalbe Farma
0,123920567
0,143310665
0,195125417
0,215524215
8
Semen Gresik
0,123920567
0,256845711
0,312722922
0,326200496
9
United Tractors
0,116455466
0,158638324
0,239025866
0,275759966
10
Holcim Indonesia
0,036771431
0,123290554
0,052233403
0,226819319
11
Surabaya Agung
-0,17226645
0,139024447
0,379155228
-0,413795699
12
Dynaplast
2,26688E-06
0,050820148
6,97721E-06
0,149265794
13
Timah, Tbk
0,232041021
0,064614829
0,35134918
0,091470888
14
Suparma
-0,009139374
0,018799225
-0,009139374
0,039102574
15
Berlina (BRNA)
0,04491131
0,039943165
0,107989938
0,112726099
16
Fajar Surya Wisesa
0,009830146
0,075377828
0,027949395
0,175899823
17
Jaya Pari Steel
0,123095822
0,005417071
-0,088187181
-0,002992247
18
Lion Metal Works
0,149482959
0,123866966
0,188066
0,147556824
19
Lionmesh Prima
0,149016098
0,032960001
0,243736053
0,060431463
20
Pelangi Indah Canindo
0,022064463
0,023324627
0,086061556
0,077389748
21
Asiaplast Industries (APLI)
-0,017463798
0,099684516
-0,038423344
0,193688025
22
Betonjaya Manunggal (BTON)
0,295325652
0,134531886
0,376968167
0,145268122
23
Indal Alumunium Industry
0,001618733
-0,027261277
0,01315196
-0,201065168
24
Bentoel International Investama
0,053672128
0,005848734
0,138213965
0,014327945
25
Barito Pacific
-0,197159186
0,03342018
-0,498133697
0,084618777
26
Bukit Asam,Tbk
0,279649435
0,337650265
0,427142225
0,478434664
27
Unilever
0,370073589
0,406694865
0,776447983
0,822105266
28
HM Sampoerna
0,241435707
0,287153457
0,484012219
0,486286153
29
Aqua Golden Mississippi
0,082050746
0,083605734
0,141574676
0,146005191
30
Astra Internasional
0,113834531
0,11288763
0,277841596
0,251666917
112
Profitabilitas Perusahaan Sampel
Low Profile
ROA
No
ROE
Perusahaan
2008
2009
2008
2009
1
Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA)
0,028207815
0,028051783
0,073430794
0,088195685
2
Ciputra Surya
0,066842009
0,025177561
0,102991226
0,039163405
3
Global Land Development
-0,053404231
0,061236122
-0,064372561
0,069987333
4
Lamicitra Nusantara
0,014538769
0,020642866
0,053421152
0,067534647
5
Lippo Cikarang
0,010113709
0,016557554
0,029978511
0,051521409
6
Moderland Realty Ltd
0,001290343
0,001330236
0,002287681
0,002256791
7
Pan Brothers Textile
-0,043304943
0,034932437
-0,419967051
0,253046442
8
Ristia Bintang Mahkota Sejati
0,00816075
0,000983232
0,009004441
0,00102972
9
Roda Vivatex
0,098307672
0,15748242
0,132418246
0,192127487
10
Budi Acid Jaya (BUDI)
0,019414864
0,091576684
0,053294013
0,196783775
11
Suryainti Permata
0,030839211
0,0263161
0,070252722
0,051956342
12
Indofood Sukses Makmur
0,026124718
0,075683623
0,120677246
0,204407663
13
Bank Mandiri
0,01482212
0,018132699
0,17411168
0,203808456
14
Bank Mayapada
0,007431064
0,007455333
0,043105599
0,041366987
15
Bank Bumi Putera Indonesia
3,07485E-06
0,000719905
0,003813385
0,009342071
16
Bank Central Asia
0,023521368
0,027720186
0,248123291
0,24436648
17
Bank Negara Indonesia
0,006059673
0,010918805
0,079221909
0,12975602
18
Bank Nusantara Parahyangan
0,00767685
0,007545256
0,083418588
0,079581122
19
Bank Rakyat Indonesia
0,022563004
0,023058402
0,266513788
0,268121578
20
Bank Danamon
0,014263497
0,015543254
0,144627296
0,096960467
21
Bank CIMB Niaga
0,006571753
0,014641152
0,072904209
0,13988163
22
Bank International Indonesia
0,008450742
-0,000672
0,095204502
-0,01813623
23
Bank Permata
0,00836872
0,008572673
0,105489544
0,099297655
24
Bank Artha Graha Internasional
0,001702864
0,002712323
0,023790477
0,043462715
25
Bank Mega
0,014390948
0,013543281
0,174779514
0,157925884
26
Bank OCBC NISP
0,009254322
0,011763413
0,087290225
0,105350108
27
Bank Panin Indonesia
0,010892066
0,01175608
0,088388102
0,085208317
28
Sepatu Bata
0,392043894
0,127149742
0,576902766
0,175814566
29
Bank Swadesi
0,014134619
0,024034592
0,067998708
0,122158209
30
Bank Ekonomi
0,014375687
0,015356503
0,160764047
0,165104792
113
Reputasi
Perusahaan High Profile
No
Perusahaan
Reputasi (Harga saham)
2008
2009
1
Adhi Karya
270
410
2
Antam
1090
2200
3
Kimia Farma
76
127
4
Indocement Tunggal
4600
13700
5
Surya Toto Indonesia
8800
8500
6
Mayora
1140
4500
7
Kalbe Farma
400
1300
8
Semen Gresik
4175
7550
9
United Tractors
4400
15500
10
Holcim Indonesia
630
1550
11
Surabaya Agung
190
74
12
Dynaplast
650
810
13
Timah, Tbk
1080
2000
14
Suparma
87
205
15
Berlina
320
600
16
Fajar Surya Wisesa
1520
1600
17
Jaya Pari Steel
166
265
18
Lion Metal Works
3075
2000
19
Lionmesh Prima
3600
2600
20
Pelangi Indah Canindo
450
220
21
Asiaplast Industries
50
62
22
Betonjaya Manunggal
330
275
23
Indal Alumunium Industry
125
215
24
Bentoel International Investama
520
650
25
Barito Pacific
600
1330
26
Bukit Asam,Tbk
6900
17250
27
Unilever
7800
11050
28
HM Sampoerna
8100
10400
29
Aqua Golden Mississippi
126500
244800
30
Astra Internasional
10550
34700
114
Reputasi
Perusahaan Low Profile
No
Perusahaan
Reputasi (Harga saham)
2008
2009
1
Tiga Pilar Sejahtera Food
425
360
2
Ciputra Surya
158
510
3
Global Land Development
320
315
4
Lamicitra Nusantara
95
95
5
Lippo Cikarang
190
220
6
Moderland Realty Ltd
50
125
7
Pan Brothers Textile
122
116
8
Ristia Bintang Mahkota Sejati
96
75
9
Roda Vivatex
1250
1720
10
Budi Acid Jaya (BUDI)
130
220
11
Suryainti Permata
205
100
12
Indofood Sukses Makmur
930
3550
13
Bank Mandiri
2025
4700
14
Bank Mayapada
1700
1260
15
Bank Bumi Putera Indonesia
62
100
16
Bank Central Asia
3250
4850
17
Bank Negara Indonesia
680
1980
18
Bank Nusantara Parahyangan
1500
1000
19
Bank Rakyat Indonesia
4575
7650
20
Bank Danamon
3100
4425
21
Bank CIMB Niaga
495
710
22
Bank International Indonesia
370
330
23
Bank Permata
490
800
24
Bank Artha Graha Internasional
52
62
25
Bank Mega
3200
1850
26
Bank OCBC NISP
700
750
27
Bank Panin Indonesia
580
760
28
Sepatu Bata
20000
42750
29
Bank Swadesi
600
450
30
Bank Ekonomi
2225
2700
115
Download