kajian sosiolinguistik terhadap interferensi sintaksis pada proses

advertisement
KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TERHADAP INTERFERENSI SINTAKSIS
PADA PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI KELAS VII SMP NEGERI 03 KABUPATEN DHARMASRAYA SUMATERA BARAT
Zulfardi Darussalam
Abstract
In teaching a language is hoped to help the students know about herself/himself, her/his
culture and other people culture. Besides, in teaching a language also help the students to be
able propose his/her opinion, idea and feeling, be a participant in society, morever they can find
and use analytical and imajinative skill there is in herself/himself. The researcher is interested
to examine studying process of indonesian language because the researcher wants giving the
other touch that is more pay attention to use the language or interference the language
(interference) that by doing the teacher in his speech sentence. The pupose of this research is do
describe syntax interference and cause of syntax interference in studying process of indonesian
language at seventh grade SMP N 3 IX Koto. This research is qualitative research. In this
research use descriptive qualitative approach. Object in this research is teacher speeech
sentence that contain syintax interference event in Studying Processs Of indonesian Language.
The methode in collecting data was getting from observe and record teacher speech sentence
during studying process of of indonesian language at seventh grade SMP N 3 IX Koto and also
the researcher doing literature study as base in process of writing and to inventory data about
interference. Based on data analysis can know that in syintax interference in absorbing structure
of ofter language (regional language and foreign language) at the teacher speech sentence
during studying process. In absorbing element of the sentence can be word, phrase and clause. It
can be understand because, factor cause it is there is an authority more than one language
(kedwibahasaan) and inclination to use the first language in to second language unconsciously.
Keyword : Sosiolinguistik, Interferensi Sintaksis, Bahasa Indonesia
A. Pendahuluan
Bahasa merupakan media yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan orang
lain dan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Dengan
bahasa manusia dapat mengenal dirinya sebagai makhluk yang sempurna dan dapat bergaul
dalam pergaulan yang kompleks. Kegiatan berkomunikasi pada prinsipnya adalah menuangkan
ide, gagasan, pikiran dan perasaan yang dinyatakan dalam bentuk lambang atau bentuk tulisan,
isyarat, bilangan, lisan dan mimik muka. Menurut Chaer (2006:1) bahwa “Bahasa adalah suatu
sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja
sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri”. Jadi, bahasa dapat dijadikan sarana bagi
seseorang untuk mengekspresikan perasaan, emosi, maksud, keinginan, serta reaksi lainnya.
Bahasa digunakan dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan komunikasi, misalnya pada
kegiatan pembelajaran. Pesan pembelajaran tidak akan sampai kepada peserta didik dengan tepat
tanpa adanya bahasa.
Pada dasarnya, proses pembelajaran merupakan suatu cara untuk dapat merangsang,
memelihara dan meningkatkan terciptanya proses berpikir dari setiap individu yang belajar. Di
dalam proses pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar siswa, melalui usaha yang
terencana dari sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Ciri utama dari proses
pembelajaran adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungan belajarnya, baik itu
dengan guru, teman-temannya,melalui komunikasi pembelajaran, yakni bahasa yang baik dan
benar serta mudah dipahami oleh siswa.
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan interaksi antara guru dan siswa di mana
akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Pada proses pembelajaran ini, guru dan siswa
juga melakukan upaya bersama untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan
pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar secara
mandiri dan berkelanjutan. Menurut Bafadal (2005:48) bahwa “Suatu proses pembelajaran yang
baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu : (1) aspek psikomotorik, (2) aspek kognitif,z
dan(3) aspek afektif”. Aspek psikomotorik dapat difasilitasi melalui praktikum-praktikum
dengan tujuan terbentuknya keterampilan eksperimental. Aspek kognitif difasilitasi melalui
berbagai aktivitas penalaran dengan tujuan terbentuknya penguasaan intelektual. Aspek afektif
difasilitasi melalui aktivitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya
kematangan emosional. Ketiga aspek tersebut jika dijalankan dengan baik akan membentuk
kemampuan berpikir kritis dan munculnya kreativitas. Melalui kemampuan inilah yang
mendasari kematangan dalam memecahkan masalah (skill problem solving) yang diharapkan
pada diri siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah
munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri.
Dalam hal ini, kajian bahasa yang dihubungkan dengan proses pembelajaran merupakan
suatu kajian yang sangat menarik. Hubungan antara bahasa dan proses pembelajaran dapat dikaji
dengan menggunakan teori sosiolinguistik. Sosiolinguistik mencakupi bidang kajian yang sangat
luas, tidak hanya menyangkut wujud formal bahasa dan variasinya, namun juga penggunaan
bahasa lisan guru dalam proses pembelajaran.Penggunaan bahasa lisan pada proses pembelajaran
mencakup faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan, seperti faktor pemakaian bahasa yang
bilingual pada tuturan guru. Kedwibahasaan merupakan awal terjadinya interferensi. Interferensi
merupakan salah satu peristiwa kebahasaan yang terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa.
Interferensi merupakan hambatan sebagai akibat adanya kebiasaan pemakai bahasa daerah
(bahasa pertama) dalam penguasaan bahasa yang dipelajari (bahasa kedua). Sebagai
konsekuensinya, terjadi pemindahan unsur negatif dari bahasa daerah ke dalam bahasa kedua.
Faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan pada proses pembelajaran, khususnya
bahasa lisan guru, menyebabkan terjadinya ragam bahasa. Pada proses pembelajaran, kegiatan
interaksi yang dilakukan guru sangat beragam. Oleh sebab itu, kegiatan interaksi yang dilakukan
guru dapat menyebabkan terjadinya kontak bahasa. Kontak bahasa merupakan pengaruh suatu
bahasa kepada bahasa lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, sedangkan
kedwibahasaan berarti penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur. Kontak bahasa
cenderung kepada gejala bahasa (langue), sedangkan kedwibahasaan cenderung sebagai gejala
tutur (parole). Namun, karena gejala bahasa (langue) pada hakekatnya sumber dari gejala tutur
(parole), maka kontak bahasa menjadi kedwibahasaan.
Kedwibahasaan merupakan awal terjadinya interferensi. Interferensi merupakan salah
satu peristiwa kebahasaan yang terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa.
Interferensi
merupakan hambatan sebagai akibat adanya kebiasaan pemakai bahasa daerah (bahasa pertama)
dalam penguasaan bahasa yang dipelajari (bahasa kedua). Sebagai konsekuensinya, terjadi
pemindahan unsur negatif dari bahasa daerah ke dalam bahasa kedua. Alwasilah (2005:131)
mengatakan bahwa “Interferensi adalah kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderungan
membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan
satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata”. Interferensi merupakan kekeliruan yang terjadi sebagai
akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu ke dalam bahasa kedua.
Dari segi kebahasaan, interferensi dibagi menjadi dua, yakni interferensi bentuk dan
interferensi bahasa. Menurut Poedjosoedarmo (2006:27) “Interferensi bentuk meliputi unsur
bahasa dan variasi bahasa, sedangkan interferensi bahasa meliputi interferensi fonologis,
leksikal, morfologis, sintaksis, dan semantik.” Pada penelitian ini dibahas tentang interferensi
bahasa (sintaksis) dalam proses pembelajaran. Dipilihnya interferensi sintaksis pada proses
pembelajaran sebagai bahan kajian, disebabkan pada proses pembelajaran banyak terjadi
interferensi sintaksis Pada penelitian ini, yang menjadi permasalahan adalah digunakannya
bahasa Indonesiadan bahasa kedua (bahasa daerah, bahasa asingdan bahasa gaul) secara
bersamaan pada proses pembelajaran oleh guruyang sama, sehingga berpengaruh terhadap
tuturan yang disampaikan dan berakibat pada bahasa tuturan menjadi tidak jelas. Hal ini
mengakibatkan siswa menjadi tidak mengerti terhadap tuturan yang disampaikan, begitu juga
sebaliknya. Di samping itu, bentuk dan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya
interferensi sintaksis dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa tidak dapat dipisahkan
dengan masyarakat pemakainya, sebab sebagai sistem lambang yang digunakan oleh manusia
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ragam bahasa yang dikuasai seseorang akibat adanya
kontak bahasa, sehingga terjadi interferensi. Interferensi dapat terjadi apabila unsur-unsur
kosakata atau kaidah ketatabahasaan dari bahasa yang satu digunakan pada bahasa lain.
B. Kajian Pustaka
Sebelum masuk pada kedwibahasaan, haruslah mengetahui pengertian sosiolinguistik.
Secara umum sosiolinguistik membahas hubungan bahasa dengan penutur bahasa sebagai
anggota masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan fungsi bahasa secara umum yaikni sebagai alat
komunikasi. Sosiolingistik sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa serta
hubungan diantara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu
masyarakat bahasa. Menurut Chaer dan Leonie (2004:3) “Sosiolinguistik adalah kajian tentang
ciri khas variasi bahasa, fungsi variasi bahasa, dan pengunaan bahasa, karena ketiga unsur ini
selalu berinteraksi dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur, identitas
sosial dari penutur, lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi serta tingkatan variasi dan
ragam linguistik.”
Masyarakat tutur yang terbuka, dinamis, dan dapat berinteraksi dengan masyarakat tutur
yang lain tidak menutup kemungkinan terjadinya kedwibahasaan (bilingualisme). Latar belakang
yang mendorong terjadinya kedwibahasaan (bilingualisme) adalah karena adanya kontak bahasa
di dalam otak manusia. Kontak bahasa terjadi karena perpindahan penduduk dengan alasan
pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan bencana alam sehingga terjadi kontak dengan bahasa
penutur lain.
Menurut Chaer dan Leonie (2004:65), mengatakan bahwa “Bilingualisme dan
multilingualisme sebagai akibat dari kontak bahasa, dapat tampak dalam kasus yang muncul
dalam pemakaian bahasa seperti interferensi, integrasi, alih kode, dan campur kode”.
Kedwibahasaan merupakan masalah bahasa, sedangkan bahasa itu sendiri tidak terbatas sebagai
alat penghubung antarindividu melainkan sebagai alat penghubung antar kelompok. Oleh sebab
itu, masalah kedwibahasaan bukan masalah perseorangan tetapi masalah yang ada dalam suatu
kelompok pemakai bahasa. Untuk dapat menggunakan dua bahasa diperlukan penguasaan kedua
bahasa dengan tingkat yang sama, artinya kemampuan penutur dalam penguasaan bahasa
keduanya.
Interferensi Sintaksis
Interferensi bahasa merupakan penyimpangan norma kebahasaan yang terjadi dalam
ujaran dwibahasawan yang disebabkan penutur memiliki lebih dari satu bahasa dan akibat dari
adanya kontak bahasa. Dari kontak bahasa terjadi transfer atau pemindahan unsur bahasa yang
satu ke dalam bahasa yang lain, mencakup semua tataran. Menurut Kridalaksana (2008:95)
bahwa “Interferensi adalah penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara
individual dalam suatu bahasa”. Interferensi merupakan gejala parole dan pemakaiaannya pada
diri dwibahasawan , bukan merupakan gejala langue yang terjadi pada masyarakat bahasa.
Interferensi merupakan perubahan sistem bahasa kedua yang disebabkan oleh pengaruh
bahasa pertama yang dapat terjadi semua sistem bahasa. Interferensi pada umumnya dianggap
sebagai gejala tutur, hanya terjadi pada dwibahasawan dan peristiwanya dianggap sebagai
penyimpangan. Interferensi dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu terjadi karena unsur-unsur
serapan yang sebenarnya telah ada padanannya dalam bahasa penyerap, sehingga cepat atau
lambat sesuai dengan perkembangan bahasa penyerap, diharapkan makin berkurang. Menurut
Jendra (2007:108) bahwa interferensi terdiri dari lima bentuk kebahasaan, antara lain: “(a)
Interferensi pada bidang sistem tata bunyi (fonologi), (b) interferensi pada tata bentukan kata
(morfologi), (c) interferensi pada tata kalimat (sintaksis), (d) interferensi pada kosakata
(leksikon), (e) interferensi pada bidang tata makna (semantik)”.
Interferensi sintaksis terjadi pada tataran kalimat, yakni berupa tata kalimat atau
pola penyusunan kalimat.Interferensi ini terjadi karena pemindahan morfem (kata) bahasa
pertama ke dalam pemakaian bahasa kedua.Hal ini dapat juga terjadi perluasan pemakaian kata
bahasa pertama, yakni memperluas makna kata yang sudah ada, sehingga kata dasar memperoleh
kata baru atau bahkan gabungan dari kedua kemungkinan di atas. Interferensi kata dasar terjadi
apabila seorang penutur bahasa Indonesia menguasai bahasa Inggris dengan baik, sehingga
dalam percakapannya sering terselip kata-kata bahasa Inggris, sehingga sering terjebak dalam
interferensi. Menurut Mustakim (2004:70), mengatakan “Interferensi sintaksis dijumpai dalam
struktur kalimat bahasa Indonesia. Oleh karena itu, interferensi ini dapat disebut dengan
interferensi struktur.” Interferensi bidang sintaksis yakni bercampurnya urutan kalimat khusus
pertama dengan urutan kalimat khusus yang kedua.
Penyebab timbulnya interferensi sintaksis dalam berbahasa ada pada orang yang
menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Sebagaimana
yang dikatakan Setyawati (2010:15) bahwa ada tiga faktor yang melatarbelakangi timbulnya
interferensi sintaksis yaitu (a) Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Ini dapat
berarti bahwa interferensi dalam berbahasa disebabkan oleh bahasa ibu atau bahasa pertama (B1)
terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si penutur. Dengan kata lain sumber
interferensi terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2; (b)
Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya. Interferensi yang
merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari. Dengan kata lain, keliru
menerapkan kaidah bahasa. Kekekeliruan ini disebabkan oleh penyamarataan berlebihan,
ketidaktahuan pembatasan kaidah, penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan salah
menghipotesiskan konsep; (c) Pembelajaran bahasa yang kurang sempurna.
Pada hakikatnya proses pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar
yang berperan dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Pada proses pembelajaran,
pendidik dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini disebabkan,
dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa
dapat tercapai secara optimal. Menurut Hasan (2004:107) bahwa “Proses pengajaran adalah
berjalannya suatu pengajaran dengan suatu susunan dari beberapa bagian dari suatu bahan
pelajaran yang merupakan satu kesatuan yang berhubung-hubungan”. Proses pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik sedemikian rupa, sehingga tingkah laku
siswa berubah ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah
suatu informasi, dengan harapan pengetahuan yang didapatkan bermanfaat bagi siswa demi
terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran yang baik akan
membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritisdan munculnya kreatifitas serta perubahan
perilaku individu berdasarkan pengalaman tertentu.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian
kualiltatif yang bersifat deksriptif yang dilakukan dengan menggambarkan dan menjelaskan
data-data. Sebagaimana yang dikatakan Moleong (2009:3) bahwa penelitian kualitatif yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Moleong (2009:11) adalah data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dalam hal ini, metode ini akan dipergunakan
untuk mendeskripsikan interferensi sintaksis pada proses pembelajaran bahasa Indonesia. Objek
penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VII SMP Negeri 03IX Koto
Kabupaten Dharmasraya, berjumlah 1 orang. Informan penelitian ini berjenis kelamin laki-laki
yaitu Yobi Suganda, S.Pd. yang mulai mengajar dari awal tahun 2014 sampai sekarang.
Instrumen penelitian ini yaitu manusia yang berperan sebagai guru yang menuturkan
kalimat tuturan guru dan alat-alat tulis yang digunakan untuk mencatatinterferensi sintaksis yang
terdapat pada kalimat tuturan guru dalam proses pembelajaran sebagai data utama. Teknik
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode simak. Menurut Mahsun (2006:90), metode simak adalah cara
yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Pada
penelitian ini, peneliti akan menyimak dan mengamati kalimat tuturan guru sewaktu
melaksanakan proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri 03IX Koto
Kabupaten Dharmasraya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara merekam pada
pembelajaran Bahasa Indonesia yang sedang berlangsung di kelas VII SMP Negeri 03 IX Koto
Kabupaten Dharmasraya. Pengumpulan data dilakukan selama 12 jam pelajaran pada enam kali
tatap muka atau pertemuan, dengan alokasi waktu 12 x 45 menit selama 3 minggu. Perekaman
dilakukanpada proses pembelajaran bahasa Indonesia, dimulai dari guru membuka pelajaran,
menjelaskan materi, proses interaksi pembelajaran berlangsung (ceramah, tanya jawab, evaluasi
atau penilaian) sampai guru menutup pelajaran. Teknik analisis data dilakukan dengan cara yaitu,
Teknik analisis data merupakan langkah yang paling akhir dalam penelitian, sebab tujuan utama
dari peneliti adalah mendapatkan hasil penelitian yang akurat. Teknik analisis data yang
dipergunakan adalah teknik analisis deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui tahapan-tahapan
kegiatan.
D. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Tabel 1
Interferensi Sintaksis Kalimat Tuturan Guru
No.
1.
Kalimat Tuturan Guru
Heru, kaluarlah catatan wak tu lai!
(Heru, keluarkan catatan kamu lagi!)
2.
Franki, cubo buek serius, jan asa mambuek se!
(Franki, coba buat serius, jangan asal membuat
saja!)
Keterangan
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
3.
Kenapa nggak bisa mengembangkan teks
eksposisi berita?
Kekurangpahaman penutur
terhadap bahasa yang
digunakan untuk membentuk
struktur kalimat.
4.
Iyo digabungkan.
Kekurangpahaman penutur
terhadap bahasa yang
digunakan untuk membentuk
struktur kalimat.
(Ya digabungkan).
5.
Cubo diganti lagi idenya!
(Coba diganti lagi idenya).
6.
Kalau menulis tu diperhatikan huruf kapitalnyo,
ndak samo rata se do.
Rendahnya kesadaran penutur
dalam berbahasa, sehingga
kelas kata menjadi tidak jelas
dalam struktur kalimat.
Rendahnya kesadaran penutur
dalam berbahasa, sehingga
kelas kata menjadi tidak jelas
(Kalau menulis itu diperhatikan huruf kapitalnya, dalam struktur kalimat.
tidak sama rata saja).
7.
Contohnyo amak kito mambali lado di pasa.
Apo alasannyo? Tu yang berlawanan.
(Contohnya ibu kita membeli cabai di pasar. Apa
alasannya? Itu yang berlawanan).
8.
Franki, ndak maota pak suruah do, maulang
yang salah tadi.
(Franki, tidak berbincang-bincang saja bapak
suruh, mengulang yang salah tadi).
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat
Rendahnya kesadaran penutur
dalam berbahasa, sehingga
kelas kata menjadi tidak jelas
dalam struktur kalimat.
9.
Apo pengertian teks ilustrasi tu?
Kekurangpahaman penutur
terhadap bahasa yang
digunakan untuk membentuk
struktur kalimat.
10.
Kok ka maota, ndak usah duduak barampek tu.
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
(Kalau ingin berbincang-bincang, tidak usah
duduk berempat di situ).
11.
Kito surang yang bikin contohnyo, ndak caliak
punyo kawan do Siska.
(Kita sendiri yang buat con-tohnya, tidak melihat
punya kawan saja Siska).
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
12.
Makanyo perhatikan tando baca e.
Kekurangpahaman penutur
terhadap bahasa yang
digunakan untuk membentuk
struktur kalimat.
13.
Baa caro e apak manjalehan supayo mangarati?
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
(Bagaimana caranya bapak menjelaskan supaya
mengerti?)
14.
Bisa dimangarati?
(Bisa dimengerti?)
15.
Ado yang ka batanyo?
(Ada yang mau bertanya?)
Kekurangpahaman penutur
terhadap bahasa yang
digunakan untuk membentuk
struktur kalimat.
Rendahnya kesadaran penutur
dalam berbahasa, sehingga
kelas kata menjadi tidak jelas
dalam struktur kalimat.
16.
Kok indak, sampai disiko pelajaran kito lu,
sampai ketemu minggu bisuak.
(Kalau tidak, sampai di sini pelajaran kita dulu,
sampai bertemu Minggu besok).
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
17.
Bapak pengen anak bapak tu menyimpulkan
sendiri dengan bahasa sendiri bukan dari bahasa
buku.
Kekurangpahaman penutur
terhadap bahasa yang
digunakan untuk membentuk
struktur kalimat.
18.
Coba bikin dulu Heru, kaluanlah catatan wak tu
lai.
Rendahnya kesadaran penutur
dalam berbahasa, sehingga
kelas kata menjadi tidak jelas
dalam struktur kalimat.
(Coba buat dulu Heru, keluarkanlah catatan
kamu lagi!)
19.
Liza, cubo buek serius jan asa buek se!
(Liza, coba buat serius jangan asal buat saja!)
20.
Lai sehat anak-anak apak?
(Ada sehat anak-anak bapak?)
21.
Kini kito latihan lu.
(Sekarang kita latihan dulu).
22.
Baco soal tu jan asa dijawek se.
(Baca soal itu jangan asal dijawab saja).
23.
Ngapo urus Ikbal tu, soal tu yang kadian ka
dikarajoan.
(Mengapa mengurus Ikbal, soal itu nanti yang
akan dikerjakan).
24.
Baco halaman 28 ado penjelasannyo e tu mah.
(Baca halaman 28 ada penjelasannya di situ).
25.
Karajoanlah soal tu lai jan bamanuang juo.
(Kerjakanlah soal itu sekarang jangan
bermenung juga).
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
Kekurangpahaman penutur
terhadap bahasa yang
digunakan untuk membentuk
struktur kalimat.
Rendahnya kesadaran penutur
dalam berbahasa, sehingga
kelas kata menjadi tidak jelas
dalam struktur kalimat.
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
26.
Apo wacana tu chek apak dulu?
(Apa wacana itu, tanya bapak dulu?)
27.
Ndak buliah mancontoh do yo.
(Tidak ada yang boleh mencontoh).
28.
Lah siap sado e?
(Sudah siap semuanya?)
29.
Siapo yang lah sudah kumpuan di meja apak tu.
(Siapa yang sudah kumpulkan di meja bapak).
30.
Mumpung waktunya lah abis, kumpuanlah lai.
(Kebetulan waktunya sudah habis, kumpulkan
lagi).
31.
Sampai disiko pertemuan kito kali ko, kito
ketemu minggu bisuak liak.
(Sampai di sini pertemuan kita kali ini, kita
bertemu Minggu besok lagi).
32.
Di ma latak berlawanannyo?
(Di mana letak berlawanannya?)
33.
Alah mangarati?
(Sudah mengerti?)
34.
Bukak LKS nyo, karajoan latihan yang terakhir
tu!
(Buka LKS-nya, kerjakan latihan yang terakhir
itu!)
Kedwibahasaan penutur dalam
struktur kalimat, sehingga kelas
kata menjadi tidak jelas.
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
Kedwibahasaan penutur dalam
struktur kalimat, sehingga kelas
kata menjadi tidak jelas.
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
Rendahnya kesadaran penutur
dalam berbahasa, sehingga
kelas kata menjadi tidak jelas
dalam struktur kalimat.
Kecenderungan penutur
menggunakan B1 ke B2 dalam
struktur kalimat.
Rendahnya kesadaran penutur
dalam berbahasa, sehingga
kelas kata menjadi tidak jelas
dalam struktur kalimat.
Tabel 2
Faktor-Faktor Terjadinya Interferensi Sintaksis
No.
Kalimat Tuturan Guru
Faktor-Faktor
Terjadinya
Interferensi Sintaksis
(1)
1.
(2)
(3)
Heru, kaluanlah catatan wak tu lai!
(4)
√
Kata kaluanlah, wak
dan kata sandang tu,
lai bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indone-sia.
√
Kata cubo, buek,
asa, mambuek dan
kata san-dang jan, se
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indone-sia.
(Heru, keluarkan catatan kamu lagi!)
2.
Franki, cubo buek serius, jan asa
mambuek se!
(Franki, coba buat serius, jangan asal
membuat saja!)
Keterangan
3.
Kenapa nggak bisa mengembangkan
kalimat teks eksposisi berita?
√
Kata nggak bahasa
daerah terdapat
dalam struktur
kalimat bahasa
Indone-sia.
4.
Iyo digabungkan.
√
Kata Iyo bahasa
daerah terdapat
dalam struktur
kalimat bahasa
Indonesia.
(Ya digabungkan).
5.
Cubo diganti lagi idenyo.
√
Kata Cubo dan
sufiks nyo bahasa
daerah terdapat
dalam struktur
kalimat bahasa
Indone- sia..
√
Kata sandang tu, se,
do, ndak dan sufiks
nyo serta kata samo
baha-sa daerah terda-
(Coba diganti lagi idenya).
6.
Kalau menulis tu diperhatikan huruf
kapitalnyo, ndak samo rata se do.
(Kalau menulis itu diperhatikan
huruf kapitalnya, tidak sama rata
pat dalam struk-tur
kalimat baha-sa
Indonesia..
saja).
7.
√
Contohnyo amak kito mambali lado
di pasa. Apo alasannyo?
(Contohnya ibu kita membeli cabai
di pasar. Apa alasan-nya? Itu yang
ber-lawanan).
8.
Franki, ndak maota pak suruah do,
maulang yang salah tadi.
√
Kata maota, suruah,
maulang dan kata
sandang ndak, do
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indonesia.
(Franki, tidak berbincang-bincang
saja bapak suruh, mengulang yang
salah tadi).
9.
Apo pengertian teks ilustrasi tu?
10.
Kok ka maota, ndak usah duduak
barampek tu.
√
Kata apo bahasa
daerah terdapat
dalam struk-tur
kalimat bahasa
Indonesia.
√
Kata maota,
duduak, baram-pek
dan kata sandang
kok, ka, ndak, tu
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indone- sia.
√
Kata kito, surang,
bikin, caliak, punyo
dan sufik nyo
serta kata sandang
ndak, do bahasa
daerah terdapat
dalam struktur
kalimat bahasa
Indonesia.
(Kalau ingin berbincang-bincang,
tidak usah duduk berempat di situ).
11.
Kito surang yang bikin contohnyo
ndak caliak punyo kawan do Siska!
(Kita sendiri yang buat contohnya,
tidak melihat punya kawan saja
Siska).
12.
Makonyo perhatikan tando baca e.
(Makanya perhatikan tanda
Kata amak kito
mambali lado di
pasa dan sufiks nyo
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur bahasa
Indone- sia.
√
Sufiks nyo dan kata
tando serta kata
sandang e bahasa
daerah terdapat
dalam struktur
kalimat bahasa
Indone-sia.
bacanya).
13.
√
Baa caro e apak manjalehan supayo
mangarati?
(Bagaimana caranya bapak
menjelaskan supaya mengerti?)
14.
√
Bisa dimangarti?
Kata dimangarti
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indone- sia.
(Bisa dimengerti?)
15.
Ado yang ka batanyo?
√
Kata ado, bata-nyo
dan kata sandang ka
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indone-sia.
(Ada yang mau bertanya?)
16.
√
Kok indak, sampai disiko pelajaran
kito lu, sampai ketemu Minggu
bisuak.
(Kalau tidak, sampai di sini pelajaran
kita dulu, sampai bertemu Minggu
besok).
17.
Bapak pengen anak bapak tu
menyimpulkan sendiri dengan
bahasa sendiri bukan dari bahasa
buku.
18.
Coba bikin dulu Heru, kaluanlah
catatan wak tu lai.
(Coba buat dulu Heru, keluarkan-lah
catatan kamu lagi!)
√
√
Struktur kalimat
bahasa daerah Baa
caro e apak
manjalehan su-payo
mangarati tidak jelas
S-P-O-K nya dalam
struktur kalimat
bahasa Indone-sia.
Kata sandang kok, lu
dan kata indak,
disiko, kito, ketemu,
bisuak bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indonesia.
Kata pengen dan
kata sandang tu
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indone-sia.
Kata bikin, kaluanlah, wak dan kata
sandang tu, lai
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indonesia.
19.
√
Liza, cubo buek serius jan asa buek
se!
(Liza, coba buat serius jangan asal
buat saja!)
20.
√
Lai sehat anak-anak apak?
Kata lai, apak
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indone- sia.
(Ada sehat anak-anak bapak?)
21.
Kini kito latihan lu.
√
Kata kini, kito dan
kata san-dang lu
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indonesia.
(Sekarang kita latihan dulu).
22.
Baco soal tu jan asa dijawek se.
√
Kata baco, asa,
dijawek dan kata
sandang tu, jan, se
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indone-sia.
√
Kata ngapo, kadian,
dikara-joan dan kata
sandang tu, ka
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indone- sia.
√
Kata baco, ado dan
kata san-dang e, tu,
mah serta sufiks nyo
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indone-sia.
√
Kata karajoan-lah,
bamanuang dan kata
(Baca soal itu jangan asal dijawab
saja).
23.
Ngapo urus Ikbal tu, soal tu yang
kadian ka dikarajoan.
(Mengapa mengurus Ikbal, soal itu
nanti yang akan dikerjakan).
24.
Baco halaman 28 ado penjelasannyo
e tu mah.
(Baca halaman 28 ada penjelasannya
di situ).
25.
Karajoanlah soal tu lai jan
Kata cubo, buek, asa
dan kata sandang
jan, se bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indone-sia.
san-dang tu, lai, jan,
juo bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indonesia.
bamanuang juo.
(Kerjakanlah soal itu sekarang
jangan bermenung juga).
26.
Apo wacana tu chek apak dulu?
√
Kata apo, chek, apak
dan kata sandang tu
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indone- sia.
(Apa wacana itu, tanya bapak dulu?)
27.
Ndak buliah mancontoh do yo.
√
Kata buliah dan kata
sandang do, yo serta
prefiks man bahasa
daerah terdapat
dalam struktur
kalimat bahasa
Indonesia
√
Kata lah, sado dan
kata san-dang e
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indonesia.
√
Kata siapo, kumpuan, apak dan kata
sandang lah, tu
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur kalimat
bahasa Indonesia.
(Tidak ada yang boleh mencontoh).
28.
Lah siap sado e?
(Sudah siap semuanya?)
29.
Siapo yang lah sudah kumpuan di
meja apak tu.
(Siapa yang sudah kumpulkan di
meja bapak).
30.
Mumpung waktunya lah abis,
kumpuanlah lai.
√
Kata mumpung, abis,
kumpuan-lah dan
kata sandang lah, lai
bahasa daerah
terdapat dalam
struktur bahasa
Indonesia.
(Kebetulan waktunya sudah habis,
kumpulkan lagi).
31.
Sampai disiko pertemuan kito kali
ko, kito ketemu Minggu bisuak liak.
(Sampai di sini pertemuan kita kali
√
Kata disiko, kito,
kali, ketemu, bi-suak,
liak dan kata
sandang ko bahasa
daerah terdapat
dalam struktur
kalimat bahasa
Indone-sia.
ini, kita bertemu Minggu besok lagi).
32.
Dima latak berlawanannyo?
√
Kata dima, latak dan
sufiks nyo bahasa
daerah terdapat
dalam struktur
kalimat bahasa
Indone-sia.
(Di mana letak berlawanannya?)
33.
√
Alah mangarati?
(Sudah mengerti?)
34.
Bukak LKS-nya, karajoan latihan
yang terakhir tu!
√
(Buka LKS-nya, kerjakan latihan
yang terakhir itu!)
Struktur kalimat
bahasa daerah Alah
mangarati tidak jelas
S-P-O-K- nya dalam
struktur kalimat
bahasa Indone-sia.
Kata bukak,
karajoan dan kata
sandang tu bahasa
daerah terdapat
dalam struktur
kalimat bahasa
Indone- sia.
Keterangan:
1. Kedwibahasaan
2. Rendahnya kesadaran dalam berbahasa Indonesia
3. Kekurangpahaman terhadap bahasa yang dipergunakan
4. Kecenderungan dalam menggunakan bahasa pertama ke dalam bahasa kedua.
Kedwibahasaan merupakan faktor penyebab terjadinya interferensi sintaksis pada kalimat
tuturan guru sewaktu melaksanakan proses pembelajaran bahasa Indonesia. Kedwibahasaan
terjadi, karena adanya kontak sosial, sehingga mengakibatkan penutur terbiasa menggunakan dua
bahasa dalam komunikasi. Kedwibahasaan pada satuan sintaksis bahasa Indonesia terdapat pada
kalimat tuturan guru pada proses pembelajaran, sebagai berikut:
(1) Apo wacana tu chek apak dulu?
(Apa wacana itu, tanya bapak dulu?)
Pada data (1) tersebut, dapat dideskripsikan bahwa telah terjadi interferensi sintaksis pada
kalimat tuturan guru terhadap struktur kalimat bahasa Indonesia. Faktor-faktor yang
melatarbelakangi terjadinya interferensi sintaksis pada kalimat tuturan guru sewaktu
melaksanakan proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah kedwibahasaan penutur pada kata
bahasa asing chek dalam struktur kalimat, sehingga kelas kata sebagai pengisi fungsi-fungsi
sintaksis menjadi tidak jelas dan tidak lengkap, seperti subjek, predikat, dan objek.
Kedwibahasaan terjadi apabila dua bahasa dipakai secara bergantian, sehingga mengakibatkan
terjadinya peminjaman unsur dari bahasa yang satu ke bahasa lain. Struktur kalimat yang baik
dalam bahasa Indonesia ”Apa pengertian wacana, siapa yang tahu tunjuk tangan”.
Kedwibahasaan dalam satuan sintaksis bahasa Indonesia terdapat pada kalimat tuturan
guru, sebagai berikut:
(2) Mumpung waktunyo lah abis, kumpuanlah lai.
(Kebetulan waktunya sudah habis, kumpulkan lagi).
Pada data (2) tersebut, dapat dideskripsikan bahwa telah terjadi interferensi sintaksis pada
kalimat tuturan guru terhadap struktur kalimat bahasa Indonesia. Dalam hal ini, faktor yang
melatarbelakangi terjadinya interferensi sintaksis pada kalimat tuturan guru sewaktu
melaksanakan proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah kedwibahasaan penutur pada kata
dalam struktur kalimat, sehingga kelas kata sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis menjadi tidak
jelas dan tidak lengkap, seperti subjek, predikat, dan objek. Kedwibahasaan terjadi, karena
kebiasaan penutur menggunakan dua bahasa. Struktur kalimat yang baik dalam bahasa Indonesia
”Karena waktunya sudah habis, maka kumpulkan semuanya”. Berdasarkan analisis tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kedwibahasaan merupakan faktor penyebab terjadinya interferensi
sintaksis pada kalimat tuturan guru sewaktu melaksanakan proses pembelajaran bahasa Indonesia.
Kedwibahasaan terjadi, karena adanya kontak sosial, sehingga mengakibatkan penutur terbiasa
menggunakan dua bahasa dalam komunikasi.
Proses pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas VII SMP Negeri 03 IX Koto
Kabupaten Dharmasraya melalui kalimat tuturan guru, banyak dijumpai interferensi sintaksis.
Faktor-faktor terjadinya interferensi sintaksis pada kalimat tuturan guru sewaktu melaksanakan
proses pembelajaran adalah kedwibahasaan. Kedwibahasaan terjadi karena adanya kontak sosial,
sehingga mengakibatkan penutur terbiasa menggunakan dua bahasa dalam komunikasi.
Rendahnya kesadaran dalam berbahasa Indonesia merupakan faktor penyebab terjadinya
interferensi sintaksis pada kalimat tuturan guru sewaktu melaksanakan proses pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri 03 IX Koto Kabupaten Dharmasraya. Faktor penyebab
rendahnya kesadaran dalam berbahasa Indonesia adalah: (1) kebiasaan menggunakan bahasa ibu;
(2) Penutur pada saat berbicara, menggunakan bahasa kedua, tetapi yang muncul adalah kosakata
bahasa ibu (B1) yang sudah lebih dulu dikenal dan dikuasainya; dan (3) penutur yang sedang
belajar bahasa kedua (B2). Pada kegiatan pendidikan di sekolah, walaupun guru dan siswa
menggunakan B1 yang sama (misalnya bahasa Minang), akan tetapi harusbahasa Indonesia yang
dipergunakan. Hal ini disebabkan, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang berfungsi
sebagai bahasa resmi kenegaraan.
Kekurangpahaman terhadap bahasa yang dipergunakan merupakan faktor penyebab
terjadinya interferensi sintaksis pada kalimat tuturan guru sewaktu melaksanakan proses
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri 03 IX Koto Kabupaten Dharmasraya.
Faktor penyebab kekurangpahaman terhadap bahasa yang dipergunakan akibat dipengaruhi oleh
kemampuan berbahasa pertama (B1) dan tidak mengerti tentang kaidah kebahasaan dalam
berkomunikasi. Kemampuan berbahasa kedua (B2) jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan
kemampuan berbahasa pertama (B1), sehingga biasanya penutur mengalami kesulitan dalam
menggunakan bahasa kedua (B2).
Kecenderungan dalam mempergunakan bahasa pertama (B1) ke dalam bahasa kedua (B2)
merupakan faktor penyebab terjadinya interferensi sintaksis pada kalimat tuturan guru sewaktu
melaksanakan proses pembelajaran bahasa Indonesia. Faktor penyebab kecenderungan dalam
mempergunakan bahasa pertama (B1) ke dalam bahasa kedua (B2) adalah untuk menunjukkan
nuansa kedaerahan, sehingga struktur kalimat pada tuturan menjadi tidak tepat.
E. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab terdahulu, maka dapat ditarik suatu kesimpulan
terhadap interferensi sintaksis pada proses pembelajaran bahasa Indonesia melalui kalimat
tuturan guru. Kedwibahasaan merupakan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya
interferensi sintaksis pada kalimat tuturan guru sewaktu melaksanakan proses pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri 03 IX Koto Kabupaten Dharmasraya. Rendahnya
kesadaran dalam berbahasa Indonesia merupakan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya
interferensi sintaksis pada kalimat tuturan guru sewaktu melaksanakan proses pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri 03 IX Koto Kabupaten Dharmasraya.
Kekurangpahaman terhadap bahasa yang dipergunakan merupakan faktor-faktor yang
melatarbelakangi terjadinya interferensi sintaksis pada kalimat tuturan guru sewaktu
melaksanakan proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri 03 IX Koto
Kabupaten Dharmasraya. Kecenderungan dalam mempergunakan bahasa pertama (B1) ke dalam
bahasa kedua (B2) merupakan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya interferensi
sintaksis pada kalimat tuturan guru sewaktu melaksanakan proses pembelajaran bahasa Indonesia
di kelas VII SMP Negeri 03 IX Koto Kabupaten Dharmasraya.
Daftar Pustaka
Alwasilah, A Chaedar. 2005. Beberapa Madhab dan dikotomi Teori Linguistik. Bandung :
Angkasa.
Bafadal, Ibrahim. 2005. Peningkatan Kompetensi dan Profesional Guru.Jakarta : Bumi Aksara.
Chaer, Abdul. 2006. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hasan, Chalijah. 2004. Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya : Al-Ikhlas.
Jendra, I Wayan. 2007. Dasar-Dasar Sosiolinguistik. Denpasar : Ikayana
Kridalaksana, Harimurti. 2008.Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta :
RajaGrafindo Persada.
Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Nobel Edumedia.
Moleong Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Ed. Revisi. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Mustakim. 2004. Interferensi Bahasa Jawa dalam Surat Kabar Berbahasa Indonesia. Jakarta :
Pusat Perbukuan Depdiknas.
Setyawati, Retno. 2010. Interferensi Morfologi dan Sintaksis Bahasa Jawa Terhadap Bahasa
Indonesia Dialek Banyumasan. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Depdiknas
Download