10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1. Pengertian Lanjut usia

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Pengertian
Lanjut usia adalah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang
secara fisik terlihat terlihat berbeda denan kelompok umur lainnya
(Depkes RI, 2005; dalam Puspitasari, 2014).
2. Klasifikasi Lansia
Menurut WHO dalam Maryam (2008) klasisifikasi lansia
digolongkan menjadi 4 yaitu:
a. Usia pertengahan atau middle age yaitu seseorang yang berusia 45-59
tahun.
b. Lanjut usia atau elderly yaitu seseorang yang berusia 60-74 tahun.
c. Lanjut usia tua atau old yaitu orang yang berusia 75-90 tahun.
d. Lanjut usia sangat tua atau very old yaitu seseorang yang berusia diatas
90 tahun.
3. Perubahan Fungsional pada Lanjut Usia
Fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun secara
kualitatif maupun kuantitatif. Tubuh manusia akan mengalami proses
degeneratif. Menurut Nugroho (2008) perubahan yang terjadi pada lansia
meliputi:
10
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
11
1) Perubahan Fisik
a) Sel: jumlah berkurang, ukuran membesar dan cairan tubuh
menurun.
b) Sistem persarafan: saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespon. Respon motorik dan
refleks juga berkurang.
c) Sistem pendengaran: membran timpani atrofi sehingga terjadi
gangguan pendengaran.
d) Sistem penglihatan: respon terhadap sinar, adaptasi terhadap gelap,
akomodasi,dan lapang pandang menurun.
e) Sistem
kardiovaskuler
katup
jantung
menebal
dan
kaku,
kemampuan memompa darah menurun, serta meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat.
f) Sistem pernafan: terjadi penurunan kekuatan otot-otot pernapasan
dan menjadi kaku, menarik napas lebih berat, kemampuan batuk
menurun, serta terjadi penyempitan bronkus.
g) Sistem gastrointestinal: asam lambung, rasa lapar dan indra
pengecapan menurun.
h) Sistem genitourinaria: terjadi penurunan kemampuan ginjal untuk
mengonsentrasi urin. Otot kandung kemih melemah sehingga
frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemih sulit
dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urin.
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
12
i) Sistem endokrin: produksi hormon menurun.
j) Kulit
menjadi
permukaan
keriput
kulit
kasar
akibat
kehilangan
bersisik,
proteksi
jaringan
kulit
lemak,
menurun,
berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan.
k) Sistem musculokeletal: tulang kehilangan kepadatanya, bungkuk,
persendian membesar dan menjadi kaku, kram tremor dan tendon
mengerut.
2) Perubahan Mental
Perubahan mental yang biasanya terjadi pada lansia meliputi
depresi, frustasi, kesepian, takut menghadapi kematian dan kecemasan.
3) Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial didasari nilai yang diukur melalui
produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan peranan dalam pekerjaan,
biasanya terjadi saat seseorang mengalami pensiun.
B. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi (“silent killer“) dan
perannya terhadap gangguan jantung dan otak tidak diragukan lagi
(Budisetio, 2011). Sesorang dikatakan mengalami hipertensi apabila
tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik 90 mmHg (Rachman,
2011). Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi adalah suatu
keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
13
suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti
stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi),
penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung)
serta penyempitan ventrikel kiri/ bilik kiri (terjadi pada otot jantung)
(Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012).
Sedangkan Menurut (Wahdah, 2011) hipertensi pada lansia yaitu
tekanan darah sistolenya diatas 140 mmHg dan diastolnya diatas 90
mmHg. Hipertensi pada lansia disebabkan karena gangguan psikologi,
diantaranya kecemasan, depesi stres, dan marah yang tidak tersalurkan,
sehingga tekanan darah pada lansia terus meningkat (Nugroho, 2008).
Pada lansia hipertensi lebih menonjol dibandingkan dengan hipotensi
karena hipertensi merupakan faktor resiko utama dari perkembangan
penyakit jantung dan stroke (Noviani, et al 2011). Lansia yang mengalami
hipertensi dibiarkan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan
kerusakan serius pada pembuluh darah, jantung dan gagal ginjal (Wahdah,
2011).
2. Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Hipertensi esensial (primer)
Hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena
tidak diketahui penyebabnya. Tipe ini terjadi pada sebagian besar
kasus tekanan darah tinggi yaitu sekitar 95%. Faktor yang
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
14
mempengaruhi yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf
simpatis sistem renin. Angiostensin dan peningkatan Na + Ca
intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas,
merokok, alkohol, dan polisitema (Nurarif & Kusuma, 2013). Pada
hipertensi
primer
tidak
ditemukan
penyakit
renovaskuler,
aldosteronism, pheochromocytoma, gagal ginjal, dan penyakit
lainya genetika dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab
timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain diantaranya
faktor stres, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan,
demografi, dan gaya hidup (Lewis, et al 2000).
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi yang penyebab spesifiknya sudah diketahui,
seperti gangguan pada ginjal, terganggunya keseimbangan hormon,
yang merupakan faktor pengatur tekanan darah, pengaruh obat
obatan seperti KB, kortikosteroid, siklosporin, eritropeitin, kokain,
penyalahgunaan alkohol, kayu manis (dalam jumlah yang sangat
besar) (Martuti, A. 2009).
b. Berdasarkan Bentuk Hipertensi (Gunawan, 2001):
1.) Hipertensi Sistolik
Hipertensi sistolik (Isolated systolic hypertension) yaitu
hipertensi yang biasanaya ditemukan pada usia lanjut, yang
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
15
ditandai dengan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti
peningkatan tekanan diastolic.
2.) Hipertensi Diastolic
Hipertensi
diastolic
(diastolic
hypertension)
yaitu
peningkatan tekanan diastolic tanpa diikuti peningkatan tekanan
sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
3.) Hipertensi campuran
Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan sistolik dan
diikuti peningkatan tekanan diastolic.
Table 2.1 klasifikasi derajat hipertensi menurut WHO.
No
Kategori
1.
2.
3.
4.
Optimal
Normal
High normal
Hipertensi
Grade 1 (ringan)
Grade 2 (sedang)
Grade 3 (berat)
Grade 4 (sangat berat)
Sistolik
(mmHg)
<120
120 -129
130 -139
Diastolik
(mmHg)
<80
80 -84
85 -89
140 – 159
160 -179
180 – 209
>210
90 – 99
100 – 109
100 – 119
>120
3. Faktor Risiko
Faktor risiko yang relevan terhadap mekanisme terjadinya
hipertensi adalah:
1) Genetik
Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu
dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
16
besar untuk menderita hipertensi primer daripada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
2) Jenis Kelamin
Menurut Sutomo (2009), Hipertensi banyak ditemukan pada
laki-laki dewasa muda dan paruh baya. Sebaliknya, hipertensi sering
terjadi pada sebagian besar wanita setelah berusia 55 tahun atau yang
mengalami menopouse. Hipertensi primer lebih jarang ditemukan
pada perempuan pra menopouse dibanding pria karena pengaruh
hormon. Wanita yang belum mengalami menopouse dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis.
3) Usia
Insidensi
hipertensi
primer
meningkat
seiring
dengan
pertambahan usia. 50-60% pasien dengan umur lebih dari 60 tahun
memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
4) Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Hal ini
disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Anggraini, et al, 2009).
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
17
5) Asupan Garam
Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan sekresi hormon
natriuretik. Hormon tersebut menghambat aktivitas sel pompa natrium
dan mempunyai efek penekanan pada sistem pengeluaran natrium
sehingga terjadi peningkatan volume plasma yang mengakibatkan
kenaikan tekanan darah.
6) Hiperaktivitas Simpatis
Pada hipertensi primer, sekresi katekolamin yang meningkat
akan memacu produksi renin menyebabkan kontriksi arteriol dan vena
serta meningkatkan curah jantung. (Gray, et al 2002).
7) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga/ energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik
dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau
olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam
seminggu (Mukti, 2012).
4. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
18
bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah.
Dimana dengan dilepaskanya noreepineprin mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin.
Meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Disaat yang bersamaan sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainya, yang dapat memperkuat
respon
vasokonstriktor
pembuluh
darah.
Vasokonstriktor
yang
menyebabkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiostensin I yang kemudian diubah
menjadi angiostensin II, suatu vasokontriksi kuat, yang pada giliranya
merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan darah tinggi.
Untuk pertimbangan gerontology, perubahan struktural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
19
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada giliranya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuanya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner &Suddart, 2002).
5. Tanda dan Gejala Hipertensi
Menurut Sutarni (2004), gejala-gejala hipertensi antara lain sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau
mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah,
hidung berdarah, sering buang air kecil terutama malam hari, telinga
berdering (tinnitus) dan duinia terasa berputar. Crowin (2000:359)
menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami
hipertensi bertahun-tahun berupa: nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang
disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intra kranial,
penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan
langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia
karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema
dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
20
6. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi akibat hipertensi menurut Palmer & Wiliams (2007)
antara lain:
a. Gagal jantung
Gagal jantung adalah istilah untuk suatau keadaan dimana
secara progresif jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh
secara efisien.
b. Angina
Angina adalah rasa tidak nyaman atau nyeri dada.
c. Serangan jantung
Serangan jantung atau disebut dengan infark miokard karena
terjadi saat sebagian otot jantung mengalami infark atau mati.
d. Stroke
Tekanan darah tinggi akan menyebabkan dua jenis stroke, yaitu
stroke iskemik dan stroke hemorargik.
e. Gagal ginjal
Gagal ginjal kronik biasanya berakhir pada gagal ginjal
terminal. Keadaan ini bersifat fatal kecuali jika pendritanya menjalani
dialysys atau transplatasi ginjal.
f. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi akan merusak atau menyerang bagaian
tungkai dan mata. Pada tungkai akan menyebabkan nyeri tungkai dan
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
21
kaki sehingga akan menjadikan sulit untuk berjalan. Sedangkan pada
mata dapat menyebabkan kebutaan atau retinopati.
7. Pengendalian hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko timbulnya penyakit
kardiovaskuler atau komplikasi organ lainya, untuk itu diperlukan upaya
pengendalian yang bertujuan mencegah terjadinya komplikasi dan
meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang lama hidup penderita
hipertensi. Dengan mengendalikan tekanan darah, angka mortalitas dan
morbiditas dapat diturunkan. Pengendalian hipertensi dibedakan dalam
dua jenis penatalaksanaan, diantaranya:
a. Farmakologis
Menurut Divine (2012) beberapa obat farmakologi yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi yaitu:
1) Diuretik
Jenis obat ini adalah obat yang mempengaruhi ginjal. Kadar
garam di dalam tubuh dikeluarkan bersamaan dengan zat cair yang
ditahan oleh garam. Biasanya tidak ada efek samping yang
mengganggu, tetapi efek tambahan dari diuretik adalah tidak saja
garam yang dikeluarkan dari tubuh, tetapi zat penting seperti kalium
juga ikut keluar.
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
22
2) Alpha, beta, dan alpha-beta adrenergic blocker
Obat-obatan ini bekerja menghalangi pengaruh bahan-bahan
kimia tertentu dalam tubuh, juga dapat membuat jantung berdetak
lebih lambat dan tidak begitu keras dalam memompa.
3) Inhibitor ACE (Angiostensin Corverting Enzym)
Inhibitor ACE membantu mengendurkan pembuluh darah
dengan menghalangi pembentukan bahan kimia alamiah dalam
tubuh yang disebut angiostensin II.
4) Calcium Chanel Blocker
Obat ini membantu mengendurkan pembuluh darah dan
mengurangi aliran darah. Pengaruh penurunan tekanan darah dari
obat ini bisa
singkat, bisa juga lama. Penurunan singkat tidak
direkomendasikan pada tekanan darah tinggi, sebab kontrolnya
tidak menentu, dan beberapa laporan mengaitkan dengan pengaruh
terhadap jantung yang merugikan.
Pengobatan
modern
untuk
hipertensi
banyak
menyembuhkan hipertensi namun pengobatan ini juga memiliki
efek samping. Efek samping yang sering timbul adalah sakit kepala,
pusing, lemas, dan mual (Susilo & Wulandari, 2011).
b. Non Farmakologis
Perubahan pola hidup sehat merupakan pengobatan non
farmakologis yang bertujuan menghilangkan faktor resiko yang dapat
memperberat penyakit (Marliani, 2007).
Penatalaksanaan non
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
23
farmakologi
misalnya
dengan
menjalankan
pola
hidup
sehat,
menurunkan berat badan sampai batas ideal dengan cara membatasi
makan dan mengurangi penggunaan garam, menghentikan pemakaian
alkohol dan narkoba, hidup dengan pola yang sehat istirahat yang
cukup, berhenti merokok, mengelola stres, melakukan olahraga yang
tidak terlalu berat secara teratu ( Susilo & Wulandari, 2011). Disamping
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi, modifikasi gaya
hidup juga dapat mengurangi terjadinya kenaikan tekanan darah.
Modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan diantaranya:
1) Mengatur Pola Makan
Hipertensi merupakan salah satu penyakit akibat gaya hidup
yang buruk, oleh karena itu memerlukan pengaturan komposisi
makan. Pengaturan pola makan yang diimbangi dengan olahraga
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita. Bagi penderita
hipertensi selain mengatur asupan kalori yang seimbang dan
membatasi asupan garam (natrium klorida), misalnya pada mie
instan. Selain itu, makanan yang diawetkan (ikan asin) juga
hendaknya dikurangi. Untuk mengurangi tekanan darah dapat
dilakukan dengan meningkatkan asupan kalium dalam bentuk
suplemen atau sayuran yang mengandung banyak mineral (seledri,
kol, jamur, dan kacang-kacangan) (Pattisina, 2006).
Dengan menurunkan asupan garam diperkirakan akan
menurunkan tekanan darah sampai dengan tingkatan yang lebih
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
24
optimal, sehingga
mencegah ribuan kematian akibat CVD
(Cardiovascular Disease) dan stroke. Di Inggris diperkirakan
pengurangan asupan natrium sebesar 100 mol/ hari akan
menyebabkan tekanan darah turun dari 5,0-2,8 mmHg dan
mencegah kematian akibat PJK serta 15.000 kmmatian akibat
stroke (Brown et al 2009).
2) Meningkatkan aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai pergerakan otot
yang menggunakan energi. Olahraga adalah salah satu jenis
aktivitas
fisik
yang
didefinisikan
sebagai
aktivitas
yang
direncanakan dan diberi struktur dimana gerakan bagian tubuh
diulang untuk memperoleh kebugaran, misalnya jalan kaki,
jogging, berenang, dan aerobik. Secara substansial kegiatan
olahraga dengan intensitas sedang lebih baik daripada olahraga
dengan
intensitas
berat,
hal
tersebut
dikarenakan
dapat
meningkatkan kardiak output dengan sedikit kenaikan tekanan
darah. Selain olahraga, kegiatan rumah tangga sehari-hari misalnya
menyapu halaman dan lainya juga dapat diklasifikasikan sebagai
aktivitas fisik. Aktivitas fisik
yang dilakukan merupakan
akumulalsi atau total jumlah dari beberapa aktivitas fisik sepanjang
hari. Pada dasarnya setiap orang dewasa harus melakukan paling
sedikit 30 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang setiap hari
(Soeharto, 2004).
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
25
Irmawati (2013), senam lansia terbukti bermanfaat dalam
menurunkan tekanan darah bagi lansia penderita hipertensi.
C. Senam Lansia
1. Pengertian
Olahraga senam sekarang ini banyak sekali macam dan ragamnya
yang ada dipergaulan masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan dan
Kesehatan. Kelenturan, koordinasi, dan sesuai dengan prinsip latihan.
Prinsip latihan yang meliputi : kualitas latihan, frekuensi latihan, interval
latihan, lama latihan, kualitas latihan dan variasi latihan (Suroto, 2004).
Lansia adalah seorang individu laki-laki maupun perempuan yang
berumur 60-69 tahun (Nugroho 1999:20; dalam Agustina, 2010).
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan
terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia dalam bentuk
latihan fisik yang berpengaruh terhadap kemampuan fisik lansia. Aktifitas
olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena
melatih tulang tetap kuat, dan membantu menghilangkan radikal bebas
yang berkeliaran di dalam tubuh (Widianti & Atikah, 2010).
Melakukan olahraga seperti senam lansia mampu mendorong
jantung bekerja secara optimal, olahraga untuk jantung mampu
meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh akibat
peningkatan tersebut akan meningkatkan aktivitas pernafasan dan otot
rangka, dari peningkatan aktivitas pernafasan akan meningkatkan aliran
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
26
balik vena sehingga menyebabkan peningkatan volume sekuncup yang
akan langsung meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan
tekanan
darah arteri meningkat sedang, setelah tekanan darah arteri
meningkat akan terjadi fase istirahat terlebih dahulu, akibat dari fase ini
mampu menurunkan aktivitas
pernafasan dan otot
rangka dan
menyebabkan aktivitas saraf simpatis dan epinefrin menurun, namun
aktivitas saraf simpatis meningkat, setelah itu akan menyebabkan
kecepatan denyut jantung menurun, volume sekuncup menurun,
vasodilatasi arteriol vena, karena penurunan ini mengakibatkan penurunan
curah jantung dan penurunan resistensi perifer total, sehingga terjadinya
penurunan tekanan darah (Sherwood, 2005).
2. Manfaat Senam Lansia
Menurut Suparto (2000) Senam lansia bermanfaat dalam
memperlambat proses penuaan, mengurangi kejadian kegemukan, DM,
hipertensi, kelainan otot-otot sendi dan tulang, serta memperbaiki keadaan
mental lansia. Sedangkan menurut Darmojo (1999), senam lansia
mempunyai manfaat melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan
dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalnya dalam kondisi
sakit, dapat digunakan sebagai fungsi rehabilitasi. Pada usia lanjut terjadi
penurunan masa otot serta kekuatanya, laju denyut jantung maksimal,
toleransi latihan, kapasitas aerobik, dan terjadinya peningkatan lemak
tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
27
atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai
penelitian menunjukan bahwa latihan atau olahraga seperti senam lansia
dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes
melitus, penyakit arteri koroner dan terjatuh. Senam lansia membantu
tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong
jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang
berkeliaran di dalam tubuh. Dapat dikatakan bugar, atau dengan kata lain
mempunyai kesegaran jasmani yang baik bila jantung dan peredaran darah
baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinya dalam waktu
yang cukup lama (Sumosardjuno, 1998; dalam Agustina, E. 2010).
3. Lamanya senam
Senam akan bermanfaat untuk kesehatan jasmani jika dilaksanakan
dalam zona latihan 15 menit (Maryam, 2008). Sedangkan menurut Murray
(1993); dalam Agustina (2010) latihan fisik (senam) lansia sebaiknya
dilakukan dalam periode waktu 20-30 menit.
4. Aspek Fisiologi Senam Lansia
Respon kimiawi menghasilkan penurunan pH dan kadar
terakumulasinya asam laktat, adenosin dan
,
oleh metabolisme selama
otot aktif berkontraksi. Akumulasi zat metabolik ini menyebabkan
pembuluh darah mengalami dilatasi
yang akan
menurunkan tekanan
arteri, namun berlangsung sementara karena adanya respon arterial
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
28
baroreseptor dengan meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup
sehingga tekanan darah meningkat (Roni, 2009).
Tekanan darah yang meningkat akan meningkakan stimulus impuls
pada pusat baroreseptor di arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan menuju
pusat pengendalian kardiovaskuler di medula oblongata melalui neuron
sensorik yang akan mempengaruhi kerja saraf simpatis dan melepaskan
NE (noreprinephrin dan epinephrin), dan saraf parasimpatis yang akan
melepaskan lebih banyak ACH yang mempengaruhi SA node yang akan
menurunkan tekanan darah (Guyton, 2001).
5. Teknik dan Cara Senam
a. Pemanasan (warming up)
Gerakan umum (yang dilibatkan sebanyak-banyaknya otot dan
sendi) dilakukan secara lambat dan hati-hati. Dilakukan bersama
dengan peregangan (stretching). Lamanya kira-kira 8-10 menit. Pada 5
menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat. Pemanasan dimaksud
untuk mengurangi cedera dan mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat
turut serta dalam proses metabolisme yang meningkat (Menpora,
2008).
b. Latihan Inti
Tergantung pada komponen/ faktor yang dilatih maka bentuk
latihan tergantung pada faktor fisik yang paling buruk. Gerakan senam
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
29
dilakukan berurutan dan dapat diiringi dengan musik yang disesuaikan
dengan gerakan.
c. Pendinginan (cooling down)
Dilakukan secara aktif artinya sehabis latihan inti perlu
dilakukan gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali
normal yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan terhentinya
keringat. Pendinginan dilakukan seperti pemanasan yaitu selama 8-10
menit.
6. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah
Prinsip yang penting dalam olahraga untuk mereka yang menderita
tekanan darah tinggi ialah melalui dengan olahraga ringan lebih dulu
seperti jalan kaki atau senam. Berjalan kaki secara teratur sekitar 30-45
menit setiap hari dan makin lama jalan dapat dipercepat akan menurunkan
tekanan darah. Dengan olahraga seperti senam maka sel, jaringan yang
membutuhkan peningkatan oksigen dan glukosa untuk membentuk ATP.
Terkait dengan pembuluh darah maka dapat digambarkan bahwa
pembuluh darah mengalami pelebaran (vasodilatasi), serta pembuluh darah
yang belum terbuka akan terbuka sehingga aliran darah ke sel, jaringan
meningkat (Darmojo, 2006).
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
30
D. Senam Aerobik
1. Pengertian Senam Aerobik
Jika dinyatakan secara sederhana, aerobik berarti “dengan
oksigen”. Segala sesuatu yang kita lakukan, setiap gerakan, setiap
pemikiran, setiap detak jantung, dan setiap milimeter gerakan saluran
pencernaan memerlukan kiriman oksigen ke sel-sel yang sedang bekerja.
Kita begitu tergantung pada oksigen hingga tanpa oksigen selama lebih
dari beberapa menit sel-sel kita akan mati. Banyak sel mempunyai
kemampuan menjadi lebih efisien dengan oksigen terkirim dengan cara
menyesuaikan dengan beban kerja yang lebih berat (Divine, 2012).
Menurut Sharkey (2002), aerobik merupakan kapasitas maksimal
untuk menghirup, mengeluarkan, dan menggunakan oksigen.
2. Klasifikasi Aerobik
Menurut Brick (2001); dalam Sumarwan (2013), gerak aerobik
dikategorikan menjadi beberapa bagian, diantaranya:
1) Aerobik kursi: aerobik yang dilakukan sambil duduk disebuah kursi.
Aerobik ini baik digunakan bagi orang yang mempunyai masalah
keseimbangan.
2) Aerobik low impact: gerakan yang membutuhkan sebuah kaki selalu
berada di lantai setiap waktu.
3) Aerobik moderate impact: gerakanya mengangkat tumit tetapi jari kaki
tetap dilantai.
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
31
4) Aerobik high impact: gerakanya mengarah pada kaki
yang
meninggalkan lantai, seperti melompat.
5) Aerobik dengan dingklik: gerakanya sama dengan low impact, hanya
saja menggunakan sebuah dingklik, bangkua tau kursi atau sandaran
untuk digunakan gerakan naik turun.
6) Latihan meluncur: latihan gerak menyamping dengan intensitas tinggi
yang menyerupai gerakan meluncur.
Sedangkan menurut Susanto (2008); dalam Rokhmah (2014),
Senam aerobik dibagi menjadi dua yaitu : high impact dan low impact.
Pertama yaitu high impact, untuk orang yang terlatih karena gerakan
ini cenderung keras pada waktu melakukan senam, ada saat kedua kaki
melayang, sehingga gerakanya berupa gerakan lari, melompat, dan
melemparkan kaki, sehingga senam ini tidak cocok untuk penderit
hipertensi, karena olahraga yang keras dapat membahayakan penderita
hipertensi itu sendiri. Senam aerobik low impact sendiri merupakan
senam yang gerakannya ringan, bisa dilakukan siapa saja mulai dari
usia anak-anak, dewasa bahkan lansia. Gerakannya ini berupa gerakangerakan kaki, seperti jalan di tempat, jalan maju mundur tepuk tangan,
serta dikombinasikan dengan gerakan-gerakan tangan dan bahu,
sehingga olahraga jenis ini cocok digunakan untuk orang yang
menderita penyakit jantung maupun hipertensi.
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
32
3. Tujuan dari Senam Aerobik
Menurut Dinata (2007), tujuan dari senam aerobik adalah :
a. Meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru. Gerakan yang
dipilih harus mampu menyebabkan denyut nadi meningkat sedemikian
rupa ke target atau disebut juga zona latihan.
b. Pembentukan tubuh. Gerakan yang dipilih harus mengandung
kalestenik yang memenuhi tuntutan teknik dan ketentuan anatomis
tertentu.
4. Manfaat Fisiologi dari Senam Aerobik
Kata lain dari aerobik ialah “oksigen”. Dimana selama kita
bergerak akan membutuhkan oksigen untuk bekerja secara optimal.
Semakin berat aktifitas maka kebutuhan oksigen yang diperlukan akan
meningkat juga, sehingga oksigen diperlukan lebih banyak untuk dikirim
ke otot-otot seluruh tubuh dan jantung, oksigen yang masuk akan diubah
menjadi karbondioksida, kemudian dihembuskan. Saat tubuh berkeringat
disitulah terjadi proses pembakaran lemak dan kalori. Latihan aerobik
dalam beberapa minggu dapat menurunkan tekanan darah, jantung akan
memompa darah lebih banyak untuk mentransfer oksigen pada otot-otot
yang sedang bekerja.
Gerakan aerobik juga dapat menghindari kegemukan pada seluruh
tubuh, gerakan aerobik dapat dilakukan dengan intensitas rendah sampai
sedang selama 20 menit atau lebih akan membakar lemak, sedangkan pada
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
33
intensitas tinggi dalam waktu singkat (<20 menit) akan membakar gula
dalam tubuh (Brick, 2001; dalam Sumarwan, 2012).
5. Senam Aerobik Low Impact
Sebenarnya low impact hampir sama dengan aerobik dalam variasi
gerakanya. Hanya saja dilakukan dengan irama low atau rendah yaitu lebih
lambat. Dengan gerakan-gerakan dasar jalan tidak ada loncatan sama
sekali. Manfaat senam ini sama dengan aerobik, untuk menjaga kesehatan
jantung dan stamina tubuh, karena sifatnya low, maka senam ini boleh
dilakukan siapa saja yang masih mampu melakukanya karena variasivariasi gerakanya sederhana dan mudah diikuti (Dolmage & Goldstein,
2006).
Pengertian senam aerobik low impact menurut (Nelly, 2008; dalam
Indrawan, 2009) adalah senam aerobik aliran gerakan ringan dengan salah
satu kaki tetap menapak pada lantai setiap waktu. Dalam penelitian ini
terapi senam aerobik low impact memberikan gerakan senam yang
terstruktur, ritmik dengan diiringi musik yang semangat untuk mencapai
perbedaan jumlah score pre-test dan post-test pada sampel.
Sistematik latihan senam aerobik low impact tidak terlepas dari
sistematika umum berolahraga yang terdiri dari tiga fase yang terdiri dari (
Anonim, 2012) :
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
34
a. Pemanasan (warming up)
Dalam fase ini dapat menggunakan pola warming up yang
didahului dulu kegiatan stretching atau penguluran otot-otot tubuh
dengan dilanjutkann dengan gerakan dinamis pemanasan. Pola yang
kedua yaitu kebalikan dari pola yang pertama dimana seseorang
melakukan pemanasan dinamis dulu kemudian dilanjutkan dengan
melakukan kegiatan penguluran otot-otot tubuh atau stretching.
Kegiatan pemanasan atau warming up ini memiliki tujuan
untuk meningkatkan elastisitas otot dan ligament disekitar persendian
untuk mengurangi resiko cidera, meningkatkan suhu tubuh dan denyut
nadi sehingga mempersiapkan diri agar siap menuju keaktivitas utama
yaitu aktivitas latihan.
Dalam fase ini, pemilihan gerakan harus dilakukan dan
dilaksanakan secara sistematis, runtut dan konsisten. Misalnya, apabila
gerakan tersebut dimulai dari kepala maka urutannya adalah kepala,
lengan, dada, pinggang dan kaki. Begitu pula sebaliknya.
b. Kegiatan Inti
Fase latihan adalah fase utama dari sistematika latihan senam
aerobik. Dalam fase ini target latihan haruslah tercapai. Salah satu
indikator latihan telah memenuhi target adalah dengan memprediksi
bahwa latihan tersebut telah mencapai training zone. Training zone
daerah ideal denyut nadi dalam fase latihan. Rentang training zone
adalah 60%-90% dari denyut nadi maksimal seseorang (DNM).
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
35
Denyut nadi yang dimiliki oleh setiap orang berbeda tergantung dari
tingkat usia seseorang. Berikut ini rumus untuk mencari denyut nadi
maksimal seseorang (DNM) : DNM = 220 – usia (tahun). Umumnya
rumus ini digunakan untuk atlit. Sedangkan rumus menghitung deyut
nadi maksimal bagi orang awam atau bukan atlit adalah : SDNM = 200
– usia (tahun). Dalam senam aerobik, fase ini dapat dilakuakan dengan
aktivitas senam aerobik low impact, moderate impact, hight impact
maupun mix impact selama 25-55 menit.
c. Pendinginan (Cooling down)
Pada fase ini hendaknya melakukan dan memilih gerakangerakan yang mampu menurunkan frekwensi denyut nadi untuk
mendekati denyut nadi yang normal, setidaknya mendekati awal dari
latihan. Pemililhan gerakan pendinginan ini harus merupakan gerakan
penurunan dari intensitas tinggi ke gerakan intensitas rendah.
Ditinjau dari segi faal, perubahan dan penurunan intensitas
secara bertahap tersebut berguna untuk mengindari penumpukan asam
laktat yang akan menyebabkan kelelahan dan bagian tubuh atau otot
tertentu.
Pada gerakan senam aerobik low impact maka salah satu kaki
selalu berada dan menapak setiap waktu. Berikut ini adalah gerakan
kaki senam aerobik low impact :
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
36
a. Single step (langkah tunggal)
Langkahkan kaki kenan kearah kanan lanjutkan dengan
membawa kaki kiri kearah kaki kanan dan menutup langkah
(hitungan 1 pake angka).
b. Doble step (Langkah ganda)
Langkahkan kaki ke kanan kearah kanan, lanjutkan dengan
membawa kaki kiri ke arah kanan dan menutup langkah (hitungan
1). Lakukan hitungan 1 sekali lagi atau kearah kanan (hitungan 2).
c. V step (Langkah segitiga)
Langkahkan kaki kanan kearah diagonal kanan depan (1),
langkahkan kaki kiri kearah diagonal kiri depan (2), bawa kembali
kaki kanan ke posisi awal (3) dan bawa kaki kiri kembali ke posisi
awal (4).
d. Berjalan
Melangkah maju mundur. Hamper sama dengan doble step,
hanya dalam penggunaan langkah kaki kiri tidak menutup langkah
ke kaki kanan (pada hitungan 1) melainkan bahwa kaki kiri disisi
belakang kaki kanan. Salah satu kaki menapak dilantai, kaki
lainnya digunakan untuk mengangkat lutut.
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
37
E. Kerangka Teori
Penatalaksanaan Farmakologis:


Hipertensi Primer


Faktor Resiko:
Hipertensi
 Genetik
 Jenis Kelamin
 Usia
 Obesitas
 Asupan Garam
 Hiperaktivitas
Simpatis
 Aktivitas Fisik
Diuretik
Alpha, beta, dan alpha-beta
adrenergic blocker
Inhibitor ACE (Angiostensin
Corverting Enzym)
Calcium Chanel Blocker
Penatalaksanaan Non Farmakologis:
 Mengatur Pola Makan
 Meningkatkan aktivitas fisik
Tekanan darah
Hipertensi Sekunder
Tekanan darah
turun
Keterangan:
= tidak diteliti
= diteliti
Gambar 2.1 kerangka teori menurut Divine (2012), Sherwood (2005), Brick
(2001).
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
38
F. Kerangka Konsep
Variabel independen
Senam lansia
Variabel dependen
Perubahan tekanan darah
Senam aerobik low impact
Gambar 2.2 kerangka konsep
G. Hipotesis
Saryono (2011) mengatakan hipotesis penelitian sebagai terjemahan
dari tujuan penelitian ke dalam dugaan yang jelas. Berdasarkan uraian
teorisasi diatas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu “terdapat perbedaan
efektifitas senam lansia dan senam aerobik low impact terhadap perubahan
tekanan darah pada penderita hipertensi di Baturaden”.
EFEKTIVITAS SENAM LANSIA …., PRIMA NURDIANA PUTRA, FIKES UMP, 2014
Download