jurnal riset akuntansi going concern

advertisement
Vol. 8 No. 3, September 2013
ISSN. 1907-9737
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN
PENGUJIAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) SEBAGAI PREDICTOR PENGEMBALIAN SAHAM YANG
DIHARAPKAN ( STUDI KASUS PADA INDUSTRI PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA)
Oleh Fanda Daisy Prully Rundengan, Tommy Parengkuan, Ivonne Saerang
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, MOTIVASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG
TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DINAS DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG
BIARO
Oleh Titien Marthin, David Paul Elia Saerang, Sifrid S. Pangemanan
ANALISIS PENERIMAAN RETIBUSI PARKIR KOTA MANADO TAHUN 2008-2012
Oleh Edward Ricardo Go, Jullie Sondakh, Heince Wokas
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BPHTB TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH
KOTA MANADO
Oleh Hendrik Ricart Pangemanan, Inggriani Elim, Stanley Kho Walandouw
PENERAPAN BIAYA KUALITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PT.
PERTANI (PERSERO) CABANG SULAWESI UTARA
Oleh Dwi Nugraha Pratiwi Bawon, Jullie J. Sondakh, Lidia Mawikere
PENERAPAN BIAYA KUALITAS DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI PADA PT. TROPICA
COCOPRIMA
Oleh Nilisye Debora Ratag, David Paul Elia Saerang, Lidia Mawikere
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN DAN KOTA
PROPINSI SULAWESI UTARA
Oleh Justonly Lengkong, David Paul Elia Saerang, Stanly Alexander
ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus Pada PT. TROPICA COCOPRIMA)
Oleh Paula. C. A. Rotinsulu, David P.E. Saerang, Dhullo Affandi
ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PEMELIHARAAN AKTIVA TETAP (MESIN)
UNTUK MENJAGA KELANCARAN PRODUKSI PADA PT. TROPICA COCOPRIMA
Oleh Anggreanny Pratiwi Walukow, Agus Poputra, Harijanto Sabijono
ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN DAN PENGGUNAAN INTUISI AUDITOR DALAM MENDETEKSI
KEKELIRUAN
Oleh Novitha Rosaliana Mariane Wuisan, Agus T. Poputra, Victorina Z. Tirayoh
EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA BITUNG
Oleh Mochammad Eko S. Kamba, David P.E. Saerang, Rudy J. Pusung
PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PADA KPP BITUNG
Oleh Regina Laurensana Tuwaidan, Jullie J. Sondakh, Inggriani Elim
PERENCANAAN PENJUALAN UNTUK MENCAPAI LABA MINIMUM CV. JAWA INDAH DENGAN
MENGGUNAKAN BREAK EVENT POINT
Oleh Ignatiar Keyko Diana Mewoh, David P.E Saerang, Victorina Tirajoh
PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN
TERHADAP KINERJA MANAJER PERHOTELAN
Oleh Merry Christy Pasla, Ventje Ilat, Sherly Pinatik
ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN INTERN KAS PADA DINAS PERBUHUNGAN KOTA MANADO
Oleh Demmi P.R.D Buchari, Ventje Ilat, Inggriani Elim
PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
PADA PT. SARIMELATI KENCANA (PIZZA HUT MANADO TOWN SQUARE)
Oleh Stephany Ch. Pelleng, Herman Karamoy, Victorina Tirajoh
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
Vol.8,No.3,September 2013
ISSN.1907-9737
GOING CONCERN
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN
Pelindung
Rektor Universitas Sam Ratulangi
Penanggung Jawab
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT
Pemimpin Redaksi
Prof. DR. David. P.E. Saerang,SE,M.Com(Hons)
Redaksi Pelaksana
Harijanto Sabijono,SE,MSi,Ak
Lidia Mawikere,SE,MSi,Ak
Hendrik Manossoh,SE,MSi,Ak
Imelda Najoan,SE,MSi,Ak
Dewan Redaksi
DR. Grace Nangoy,SE,MSAc,Ak,CPA
Sifrid S. Pangemanan,SE,MSA
DR. Jullie J. Sondakh,SE,MSi,Ak,CPA
DR.Ventje Ilat,SE,MSi
DR. Herman Karamoy,SE,MSi,Ak
DR. Jenny Morasa,SE,MSi,Ak
DR. Agus T. Poputra,SE,MM,MA,Ak
Victorina Tirayoh,SE,MM,Ak
Linda Lambey,SE,MBA,MA,Ak
Margaretha Bolang,SE,MA,Ak
Peter Kapojos,SE,MSi,Ak
Administrasi & Sirkulasi
DR. Jantje Tinangon,SE,MM,Ak
DR. Lintje Kalangi,SE,ME,Ak
Winston Pontoh,SE,MM,Ak
Christian Datu,SE,MSA,Ak
Alamat Redaksi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado
Jl. Kampus Bahu – Manado, Sulawesi Utara
Telp. (0431) 847472, Fax. (0431) 853584
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado, dimaksudkan sebagai media
pertukaran informasi, penelitian dan karya ilmiah antara pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Jurnal ini terbit empat kali setahun
yaitu bulan Maret, Juni, September, Desember.
Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media dan tinjauan atas buku-buku akuntansi terbitan dalam dan luar negeri yang baru serta
catatan/komentar atas artikel yang dimuat dalam jurnal ini.
Surat menyurat mengenai naskah yang akan diterbitkan langganan, keagenan, dan lainnya dapat dialamatkan langsung ke alamat redaksi atau melalui email
: [email protected]
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
i
Vol.8,No.3,September 2013
ISSN.1907-9737
GOING CONCERN
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN
DAFTAR ISI
PENGUJIAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) SEBAGAI PREDICTOR PENGEMBALIAN SAHAM YANG DIHARAPKAN
(STUDI KASUS PADA INDUSTRI PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
Oleh Fanda Daisy Prully Rundengan, Tommy Parengkuan, Ivonne Saerang…………………………………………………………..
1-12
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, MOTIVASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA
MANAJERIAL DINAS DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO
Oleh Titien Marthin, David Paul Elia Saerang, Sifrid S. Pangemanan……………………………………………………………………
13 - 25
ANALISIS PENERIMAAN RETIBUSI PARKIR KOTA MANADO TAHUN 2008-2012
Oleh Edward Ricardo Go, Jullie Sondakh, Heince Wokas………………………………………………………………………………………
26 - 36
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BPHTB TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MANADO
Oleh Hendrik Ricart Pangemanan, Inggriani Elim, Stanley Kho Walandouw…………………………………………………………. 37 - 47
PENERAPAN BIAYA KUALITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERTANI (PERSERO)
CABANG SULAWESI UTARA
Oleh Dwi Nugraha Pratiwi Bawon, Jullie J. Sondakh, Lidia Mawikere…………………………………………………………………… 48 - 57
PENERAPAN BIAYA KUALITAS DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI PADA PT. TROPICA COCOPRIMA
Oleh Nilisye Debora Ratag, David Paul Elia Saerang, Lidia Mawikere…………………………………………………………………
58 - 68
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN DAN KOTA PROPINSI
SULAWESI UTARA
Oleh Justonly Lengkong, David Paul Elia Saerang, Stanly Alexander………………………………………………………………….
69 – 76
ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus Pada PT. TROPICA COCOPRIMA)
Oleh Paula. C. A. Rotinsulu, David P.E. Saerang, Dhullo Affandi ………………………………………………………………………..
77 – 86
ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PEMELIHARAAN AKTIVA TETAP (MESIN) UNTUK MENJAGA
KELANCARAN PRODUKSI PADA PT. TROPICA COCOPRIMA
Oleh Anggreanny Pratiwi Walukow, Agus Poputra, Harijanto Sabijono……………………………………………………………….
87 -95
ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN DAN PENGGUNAAN INTUISI AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN
Oleh Novitha Rosaliana Mariane Wuisan, Agus T. Poputra, Victorina Z. Tirayoh………………………………………………….. 96 - 103
EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA BITUNG
Oleh Mochammad Eko S. Kamba, David P.E. Saerang, Rudy J. Pusung………………………………………………………………
104 - 114
PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP BITUNG
Oleh Regina Laurensana Tuwaidan, Jullie J. Sondakh, Inggriani Elim………………………………………………………………… 115 - 123
PERENCANAAN PENJUALAN UNTUK MENCAPAI LABA MINIMUM CV. JAWA INDAH DENGAN MENGGUNAKAN BREAK
EVENT POINT
Oleh Ignatiar Keyko Diana Mewoh, David P.E Saerang, Victorina Tirajoh …………………………………………………….
124 - 133
PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA
MANAJER PERHOTELAN
Oleh Merry Christy Pasla, Ventje Ilat, Sherly Pinatik………………………………………………………………………………………
134 - 142
ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN INTERN KAS PADA DINAS PERBUHUNGAN KOTA MANADO
Oleh Demmi P.R.D Buchari, Ventje Ilat, Inggriani Elim…………………………………………………………………………………
143 - 150
PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. SARIMELATI
KENCANA (PIZZA HUT MANADO TOWN SQUARE)
Oleh Stephany Ch. Pelleng, Herman Karamoy, Victorina Tirajoh……………………………………………………………….….
151 - 158
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
ii
PENGUJIAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT)
SEBAGAI PREDICTOR PENGEMBALIAN SAHAM YANG DIHARAPKAN
( STUDI KASUS PADA INDUSTRI PERBANKAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA)
Oleh :
Fanda Daisy Prully Rundengan
Tommy Parengkuan
Ivonne Saerang
Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi Manado
email : [email protected]
ABSTRAK
Dampak krisis ekonomi yang terjadi menyebabkan para investor mengalami kesulitan dalam
menganalisis dan memprediksi pendapatan saham perusahaan. Tidak terkecuali saham -saham industri
perbankan yang terdaftar pada bursa efek Indonesia (BEI). Dalam memprediksi pendapatan saham yang
diharapkan, ada dua model yang sering digunak an para investor, yaitu capital asset pricing model
(CAPM) dan arbitrase pricing theory (APT). APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan
bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga
yang berbeda. Konsep yang dipergunakan adalah hukum satu harga (the law of one price). Analisa yang digunakan
dalam penelitian adalah analisis uji beda dua rata-rata. Dimana membandingkan sepuluh industri perbankan yang
terdaftar diBursa Erfek Indonesia (BEI). Setelah melakukan uji hipotesa menggunakan SPSS maka di peroleh output
berupa hasil pengujian beda dua rata-rata dependent samples, bahwa thitung untuk pengujian APT dengan
membandingkan actual return (Ri) dan expected return (ERi) saham dengan equal variance asumet. Hasil penelitian
menunjukan bahwa expected return tidak berbeda signifikan dengan actual return ini berarti hipotesis menyatakan
diduga expected return hasil prediksi model Arbitrage Pricing Theory sama dengan actual return pada industri
perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia ditolak, oleh karena expected return tidak berbeda signifikan
dengan actual return maka model Arbitrage Pricing Theory Akurat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis,
menyatakan bahwa pengujian APT (Arbitrase Pricing Theory) dengan membandingkan Actual return (Ri) dengan
Expected return (ERi) untuk mengukur tingkat pengembalian saham adalah tidak terdapat perbedaan. Ini berarti
bahwa APT tidak memberikan dampak tingkat pengembalian saham pada industri perbankan yang go public di bursa
efek Indonesia.
Kata Kunci: Arbitrage Pricing Theory, Expected return, Actual return.
ABSTRACT
The impact of the economic crisis caused investors have difficulty in analyzing and predicting stock returns of
the company. No exception to the banking industry shares are listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI). In
predicting stock returns are expected, there are two models that are often used by investors, the capital asset pricing
model (CAPM) and the arbitrage pricing theory (APT). APT basically use reasoning stating that two investment
opportunities that have the same characteristics identical bias not sold with different prices. The concept used is
hokum one price (the law of one price). Analysis used in the study is the analysis of two different test average. Where
comparing ten banking industry Stock Exchange Securities registered Indonesian (IDX). After conducting a
hypothesis test using the SPSS output in the form of test results obtained bedadua average dependent samples,
bahwathitung for APT testing by comparing the actual return (Ri) and expected return (ERI) stock with a variance
equal to propabilitas assumet is 0.290 0,1.620. Therefore, P-value 0.290> 0.05, results showed that the expected
return is not berbedas ignifikan with actual return (significant 0.290) This means that the hypothesis stated:.
"Allegedly expected return results Arbitrage Pricing Theory model predictions with actual return on the banking
industry that went public in the Indonesia Stock Exchange rejected. Therefore, the expected return does not differ
significantly from the actual return the Arbitrage Pricing Theory Accurate models. Results of research conducted by
the author, states that testing APT (Arbitrage Pricing Theory) by comparing Actual return (Ri) with Expected return
(ERI) to measure stock returns is no difference. This means that the APT does not affect stock returns padaindustri
banks that went public on the stock exchanges of Indonesia.
Key Words: Arbitrage Pricing Theory, Expected return, Actual Return
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dampak krisis ekonomi global sangat dirasakan oleh para pelaku pasar modal karena pasar modal
merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara. Ketidakstabilan ekonomi pada masa krisis
membuat pelaku pasar modal terutama para investor mengalami ke sulitan dalam menganalisis dan
memprediksi pendapatan saham perusahaan yang berfluktuasi.
Dalam memprediksi pendapatan saham yang diharapkan dalam ilmu investasi terdapat dua
model keseimbangan yang sering digunakan para investor, yaitu Capital Asset Pricing Model
(CAPM) dan Arbitrase Pricing Theory (APT).Capital Assets Pricing Model (CAPM) menjelaskan
tentang hubungan antara return dan beta yang diperkenalkan oleh Sharp (1964) dan lintner (1965)
model untuk menentukan harga suatu assets pada kondisi equilibrium.
Kelemahan-kelemahan empiris yang terjadi pada model Capital Asset Pricing Model
mendorong para ahli manajemen keuangan untuk mencari model alternatif yang menerangkan
hubungan pendapatan dengan resiko saham. Pada tahun 1976 Ross merumuskan sebuah teori yang
disebut dengan Arbitrase Pricing Theory (APT), yang merupakan sebuah model keseimbangan
alternative lebih kompleks di banding Capital Asset Pricing Model dikatakan demikian karena
Arbitrase Pricing Theory (APT) mengunakan sekian banyak variable pengukur risiko untuk melihat
hubungan risiko dan return. Meskipun model ini tidak bisa secara keseluruhan memecahkan
kekurangan yang terjadi pada model Capital Asset Pricing Model, tetapi model inilah yang pertama
kali dikembangkan perbandingan keakuratan capital assets pricing model dengan Arbitrage Pricing
Theory dalam memprediksi tingkat pendapatan saham industri manufaktur sebelum dan semasa
krisis ekonomi (Premananto dan Madyan, 2002)
Dengan melihat latar belakang diatas penulis ingin meneliti lebi h lanjut tentang Arbitrase
Pricing Theory, apakah dapat mempengaruhi tingkat pengembalian saham atau tidak. Untuk itu
peneliti mengambil judul dalam penelitian ini Pengujian Arbitrase Pricing Theory (APT) sebagai
predictor pengembalian saham yang diharapkan.
Industri Perbankan yang di teliti dalam penelitian ini adalah 10 Perbankan dari 38 perbankan yang
terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI). Kesepuluh Perbankan tersebut adalah :
1. PT. Bank Mandiri (Persero),Tbk
2. PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk
3. PT. Bank Central Asia, Tbk
4. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
5. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk
6. PT. Bank Danamon, Tbk
7. PT. Bank Permata, Tbk
8. PT. Bank Tabungan Pensiunan Negara, Tbk
9. PT. Bank OCBC NSIP, Tbk
10. PT. Bank Mega Tbk
Adapun indikator yang diukur adalah harga saham dari masing-masing perusahaan antara bulan januari
sampai desember 2011 yang tercermin pada tabel dibawah ini :
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
2
Tabel 1. Harga Saham
NAMA
PERUSAHAAN
PT. Bank Mandiri
Tbk
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
T
SEP
OKT
NOV
DES
Satuan
5950
5800
6800
7150
7200
7200
7850
6850
6300
750
6400
6750
Rupiah
PT. Bank Rakyat
Indonesia, Tbk
PT. Bank Central
Asia, Tbk
PT. Bank Negara
Indonesia, Tbk
PT. Bank CIMB
Niaga, Tbk
PT.
Bank
Danamon, Tbk
PT. Bank Permata,
Tbk
PT.
Bank
Tabungan
Pensiunan Negara,
Tbk
PT. Bank OCBC
NISP, Tbk
PT. Bank Mega,
Tbk
4850
4700
6450
6350
6500
6900
6550
5850
6750
6500
5850
6750
Rupiah
5650
6300
6950
7400
7100
7650
8300
8000
7700
8100
7900
8000
Rupiah
3225
3550
3975
4050
3875
3875
4450
4125
3725
4025
3800
3800
Rupiah
1320
1260
1430
1400
1320
1300
1240
1210
1100
1100
1080
1080
Rupiah
5950
6400
6550
6200
6200
6000
5450
5200
4600
4975
4400
4100
Rupiah
1350
1670
1840
1750
1700
1620
1680
1570
1540
1470
1430
1360
Rupiah
12800
11800
2500
2975
3125
3250
3800
3775
3325
3750
3400
3400
Rupiah
1360
1260
1430
1400
1320
1300
1240
1210
1100
1100
1080
1080
Rupiah
3150
3000
3100
3800
3550
3525
2700
3500
3500
3500
3500
3500
Rupiah
Sumber : Indonesia Stock Exchange (IDX), Jurnal of Economic(gur huberman “a simple approace
to arbitrase pricing theory, october 1982:183 – 191”)
Sejak kelahirannya pada pertengahan tahun 1970-an, teori penentuan harga Arbitrage Pricing
Theory telah memberikan kerangka kerja yang intuitif dan fleksibel bagi periset dan praktisi
sehingga mereka mampu mengatasi isu manajemen investasi yang penting. Berlawanan dengan
Capital Asset Pricing Model yang memerlukan asumsi-asumsi spesifik mengenai pilihan investor
dan juga peranan penting yang diperankan oleh portofolio pasar, Arbitrage Pricing
Theoryberoperasi dibawah asumsi yang relatif lebih sedikit. Karena penekanannya pada berbagai
sumber dari resiko sistematis, Arbitrage Pricing Theory telah menarik banyak perhatian sebagai
perangkat yang dalam dengan lebih baik menjelaskan hasil investasi dan mengontrol resiko
portofolio dengan lebih efektif.
Dalam memprediksi akurasi model Arbitrage Pricing Theorydi lakukan dengan membandingkan expected
return dan actual return dimana expected return adalah keuntungan yang diharapkan oleh investor dengan
asumsi yang tidak pasti,pada awal periode factor risiko tidak dapat diprediksi oleh pasar karena factor risiko
mengandung informasi yang tidak diharapkan atau bersifat mengejutkan pasar sedangkan actual return adalah
keuntungan yang diharapkan. Dalam memprediksi akurasi model Arbitrage Pricing Theory dengan
membandingkan expected return dan actual return maka jika expected return tidak sama dengan actual return
maka tidak akurat sedangkan jika expected return sama dengan actual return maka akurat.Arbitrage Pricing
Theorydidasari oleh pandangan bahwa expected return akan di pengaruhi oleh beberapa faktor risiko
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan expected return hasil prediksi model apt dengan
actual return pada industri perbankan yang go public di bursa efek Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Arbitrase Harga ( APT )
Capital Asset Pricing Model bukanlah satu-satunya teori yang mencoba menjelaskan bagaimana
suatu aktiva ditentukan harganya oleh pasar. Ross (1976:259) merumuskan suatu teori yang disebut
sebagai Arbitrage Pricing Theory (APT). Proses arbitrage terjadi karena adanya perbedaan harga sekuritas
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
3
yang disebabkan oleh ketidak pastian harga (mispricing) sehingga investor dapat menjual asset yang mahal dan
membeli asset yang murah. Suatu asset dinilai mispriced bila harganya berbeda dari harga yang diprediksikan
menggunakan model valuasi di mana harga suatu asset adalah nilai sekarang dari cash flow di masa akan datang
yang didiskontokan dengan biaya modal. Pendekatan Arbitrage Pricing Theorymenyatakan bahwa expected
return suatu asset merupakan fungsi linear dari berbagai faktor ekonomi makro dan sensitifitas perubahan
setiap faktor dinyatakan oleh koefisien beta masing-masing factor tersebut. Jadi Arbitrage Pricing Theory
adalah sebuah pendekatan dalam menentukan harga suatu asset yang tidakbhanya didasarkan pada suatu
vaiabel saja, tetapi banyak variabel maka dari itu
Tandelilin (2010) menyatakan salah satu model keseimbangan selain CAPM adalah Arbitrage
Pricing Theory sama seperti CAPM, Arbitrage Pricing Theory menggambarkan hubungan antara risiko
dan return tetapi dengan menggunakan asumsi dan prosedur yang berbeda. Arbitrage Pricing Theory
didasari oleh pandangan bahwa return harapan untuk suatu sekuritas akan dipengaruhi oleh beberapa faktor
risiko. Faktor-faktor risiko tersebut akan menunjukkan kondisi ekonomi secara umum dan bukan
merupakan karekteristik seperti beikut ini:
1. Masing- masing faktor risiko harus mempunyai pengaruh luas terhadap return saham di pasar.
Kejadian- kejadian khusus yang berkaitan dengan kondisi perusahaan bukan merupakan factor risiko
Arbitrage Pricing Theory
2. Faktor-faktor tersebut harus mempengaruhi return harapan. Untuk itu perlu dilakukan pengujian secara
empiris dengan cara menganalisis return saham secara statistik untuk melihat bagaimana faktor-faktor
tersebut berpengaruh secara luas terhadap return saham
3. Pada awal periode, faktor risiko dapat diprediksi oleh pasar karena faktor-faktor risiko tersebut mengandung
informasi yang tidak diharapkan atau sifat mengejutkan pasar
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga saham gabungan (IHSG) atau dalam bahasa Inggrisnya disebut Jakarta Composite Index
(JCI) atau JSX Composite diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham
di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.
Fahmi dan Hadi (2008:72) faktor-faktor yang mempengaruhi suatu saham naik atau turun adalah:
1. Kondisi mikro dan makroekonomi.
2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha).
3. Pergantian direksi secara tiba-tiba.
4. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya.
5. Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk resiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah menyebabkan
perusahaan terlibat didalamnya.
6. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham.
7. Kondisi eksternal, pengaruh dunia luar.
Dari uraian diatas bahwa IHSG dipengaruhi olah berbagai faktor yang sangat kompleks baik ekternal
maupun internal yang mana IHSG merupakan indikator investor dalam menilai baik buruknya suatu pasar
saham di suatu negara. Sensivitas dari IHSG karena adanya shock dari external factor maupun internal factor
menunjukkan kondisi pasar saham yang masih sangat rentan dan belum mempunyai kepastian untuk
meyakinkan investor.
Nilai Tukar
Shapiro (2005: 36) mendefinisikan “an exchange rate is simply, the price of one nation’s currency in
terms of another currency” atau nilai tukar adalah nilai suatu mata uang tertentu dinilai dengan mata uang
negara lain misalkan Rupiah yang dinilai dari USD. Dimana nilai tukar ini dapat digolongkan menjadi spot rate
dan forward rate. Spot rate adalah nilai tukar saat ini ketika sedang dilakukan transaksi, misalkan nilai mata
uang rupiah (contohnya di bank komersial), sell Rp 9.020/USD sedangkan buy 9.000/USD. Sedangkan forward
rate adalah nilai tukar mata uang dimasa yang akan datang yang telah ditentukan misalkan 2 bulan kedepan,
yang dinilai saat ini. Dalam forward rate, dilakukan hedging terhadap nilai tukar dengan mempertimbangkan
variabel fundamental ekonomi maupun situasi politik dan keamanan yang berpotensi untuk memberikan tekanan
atau goncangan terhadap keseimbangan nilai tukar.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
4
Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan dimana nilai uang meneurun secara terbuka akibat harga barang yang
cenderung naik. Ibbotson dan Brinson menyatakan “inflation is a sustained increase in the general price
level over time”. Pengaruh inflasi sangat besar bagi masyarakat di mana inflasi mengandung implikasi
bahwa uang tidak dapat berfungsi sebagai satuan hitung yang adil dan benar. Inflasi dan devlasi adalah
keadaan yang menggambarkan perubahantingkat harga dalam sebuah perekonomian. Dari beberapa
definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa inflasi merupakan suatu keadaan dimana menurunya nilai mata
uang pada suatu Negara dan naiknya harga barang yang berlangsung secara sistematis. Dari definisi di atas
dapat dipahami bahwa inflasi merupakan keadaan yang membayangkan bagi perekonomian suatu Negara
dan mampu menimbulkan pengaruh yang besar serta sulit untuk diatasi dengan cepat Ketika konsep
pertumbuhan ekonomi dirancang dan diaplikasikan maka ini selalu berhubungan dengan inflasi
dikarenakan adanya trade-off inflasi di satu pihak dengan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja
dipihak lain. Apabila inflasi diturunkan maka pertumbuhan ekonomi serta kesempatan kerja. Suatu efek
target inflasi yang ditetapkan tidak tercapai adalah menurunnya minat berinvestasi dikalangan investor,
efek lain bagi publik adalah menurunya daya beli dikarenakan pasar yang lesu. Bagi kalangan investor
sangat penting untuk menurunkan inflasi di karenakan peningkatkan inflasi secara relatif merupakan signal
negative bagi pemodal di pasar modal. Secara spesifik inflasi bias meningkatkan pendapatan dan biaya
bagi perusahaan.
Suku Bunga
Suku bunga (interest rate) adlah kompensasi yang dibayar oleh peminjam yang meminjamkan.Bagi
peminjam suku bunga merupakan biaya pinjaman atau harga yang harus di bayarkan atas uang yang
dipinjamkan.Yang merupakan tingkat pertukaran dari konsumsi sekarang untuk konsumsi masa dating atau
harga rupiah sekarang dalam ukuran rupiah masa datang. Konsep suku bunga sangat berhubungan dengan
inflasi karena inflasi yang sangat tinggi tanpa di imbangi dengan kenaikan suku bunga maka akan bias
terjadi keuntungan investasi terutama dipasar uang yang tidak menarik lagi sehingga dapat mengakibatkan
melemahnya nilai tukar mata uang. Pihak yang berwenang menentukan suku bunga adalah Bank Sentral.
Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga
Pertumbuhan
Ekonomi
Permintaan
atas dana
pinjaman
Inflasi
Perilaku
menabung
Suku
Bunga
Penawaran
atas dana
pinjaman
Kebijakan
Moneter
Expected return
Expected return adalah rata-rata dari suatu distribusi hasil yang mungkin. (Wikipedia Bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas : 2008). Expected return adalah hasil yang diharapkan dari suau investasi.
(Muslich,1997 :56). Expected return merupakan rata-rata tertimbang dari distribusi probabilitas. (Triatyati
dan Husnan, 2004 : 65).
K
Ki.Pi
i=1
K = tingkat keuntungan yang diharapkan ( Expected return )
Ki = tingkat keuntungan pada kondisi I
Pi =probabilitas kondisi i terjadi
Pi =probabilitas kondisi i terjadi
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
5
Actual return
Keuntungan yang nyata dari suatu investasi bagi investor, hasil yang nyata bagi investor dari apa
yang benar-benar mereka harapkan dari investasi mereka. (Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas ; 2008:161) Actual return adalah hasl yang nyata bagi investor dari suatu investasi, (Muslich, 1997 :
97). Untuk mencari actual return Actual Re trun
Pt
Pt 1
Pt 1
Dimana :
Harga saham hari ini ( Pt ) dikurangi harga saham kemarin ( Pt-1 ) dibagi dengan harga saham kemarin, ini
berlaku untuk return pasar atau return actual. Ross et al. ( 2003 : 238 ), dan pernah digunakan oleh Suharli
(2005:12 )
Minyak Bumi
Minyak merupakan komodi tas utama didalam perekonomian modern. Seluruh aktivitas
perekonomian serta industri tergantung dari stabilitas harga minyak. Hal ini d i k a r e n a k a n
p e r a n a n v i t a l m i n y a k s e b a g a i s u m b e r e n e r g i u t a m a b a g i s e b a g i a n b e s a r proses
produksi dan kegiatan perekonomian di seluruh belahan bumi. Fluktuasi harga minyak memiliki
pengaruh besar terhadap seluruh rangkaian proses produksi maupun aktivitas modern, sehingga
kenaikan atau penurunan kehidupan masyarakat dunia. Dalam era industri saat ini minyak bumi merupakan
suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
Hubungan Antara Konsep
Hubungan antara Arbitrage Pricing Theory dengan Harga Minyak Dunia
Penelitian yang dilakukan oleh Jayadin (2012) meneliti bahwa hubungan antara prediksi return
saham menggunakan model Arbitrage Pricing Theory dengan variabel karakteristik makroekonomi dalam
penelitian ini adalah harga minyak mentah mengemukakan bahwa harga minyak mentah berpengaruh
positifyang t‐hitungnya (0.0013, 0.0000 dan 0.0000) lebih kecil dari t-tabel (α = 0.05).
Hubungan antara Arbitrage Pricing Theory dengan Inflasi
Fitrah (2011) meneliti tentang Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Imbal Hasil Saham dengan
menggunakan pendekatan Arbitrage Pricing Theory. Ketidak pastian harga-harga saham yang diperdagangkan
di bursa efek dari waktu ke waktu merupakan masalah yang ditemui di hampir semua bursa efek pada
umumnya. Perubahan harga-harga saham dari periode ke periode menyebabkan imbal hasil saham menjadi
tidak pasti. Salah satu model yang menggambarkan hubungan risiko dengan tingkat imbal hasil yang
diharapkan adalah Arbirage Pricing Theory (APT). Penelitian ini membahas pengaruh variabel makro ekonomi
laju inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang yang beredar, nilai tukar mata uang, dan aliran dana asing
terhadap imbal hasil saham-saham JII yang konsisten selama periode Januari 2007-Mei 2010. Metode
penelitian yang digunakan adalah analisis verifikatif dan deskriftif dengan teknik statistik dan ekonometrika.
Penelitian menggunakan data time series dengan estimasi model menggunakan Regresi Linier Berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa imbal hasil saham BUMI, INTP, KLBF dan TLKM signifikan dipengaruhi
inflasi, tingkat suku bunga riil, kurs rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar dan aliran dana asing. Kurs
rupiah terhadap USD merupakan variabel yang dominan mempengaruhi imbal hasil masing-masing saham JII.
Sementara itu dengan menggunakan data panel, aliran dana asing merupakan variabel yang paling dominan
berpengaruh terhadap imbal hasil saham-saham JII, dimana terdapat hubungan negatif antara aliran dana asing
dengan imbal hasil saham JII secara simultan.
Hubungan antara Arbitrage Pricing Theory dengan IHSG
Penelitian yang dilakukan Khasana (2007) tentang menganalisis return dan risiko saham LQ 45
variabel makroekonomi (kurs,SBI,IHSG,inflasi) dan menggunakan model alat uji Arbitrage Pricing
Theory. Dari hasil uji regresi linier berganda penelitian di simpulkan bahwa return aktual saham akan naik
jika suku bunga naik, inflasi turun, apresiasi rupiah dan menurunya IHSG dan dari uji t didapat risiko
saham hanya dapat terjadi jika depresiasi terhadap rupiah dan peningkatan IHSG
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
6
Hubungan antara Arbitrage Pricing Theory dengan Nilai Tukar
Penelitian yang dilakukan Sakhowi (1999) diperoleh kesimpulan dari hasil uji struktur regresi dari 2
kelompokobservasi yang dibedakan DER tinggi dan DER. rendah dengan menggunakan Chow test
menghasilkan nilai F hitung sebesar 717.97 yang lebih besar dari F tabel = 2.51 untuk taraf Selanjutnya hasil
pengamatan terhadap return 7 portfolio yang diregresikan dengan variabel nilai tukar rupiah atas US dollar, suku
bunga dan inflasi (variabel prediktor) menunjukkan terdapat perbedaan sensitivitas dan pengaruh yang
signifikan antara industri yang berbeda terhadap perubahan tiga variabel prediktor. Secara keseluruhan hasil
analisis dengan menggunakan model APT ini memiliki kemampuan untuk melakukan estimasi sehingga model
yang dihasilkan layak untuk digunakan sebagai model dalam penilaian aset.
KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESA
Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian empiris dan kajian teoritis yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya dan melihat
hasil penelitian terdahulu maka di simpulkan kerangka pemikiran teoritis penelitian di awali dari pemikiran
bahwa keadaan pasar modal yang saat ini tidak memiliki kepastian akan expected return membuat para investor
merasa takut dan ragu-ragu dalam berinvestasi. Hal ini di karenakan ketidak seimbangan antara return dan beta.
Oleh karena itu Arbitrage Pricing Theory dapat dijadikan suatu predictor tingkat pengembalian saham pada
industry perbankan yang terdaftar d bursa efek Indonesia
Hipotesa Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikir yang telah diuraikan diatas maka hipotesa dari penelitian ini yaitu :
“ Diduga expected return hasil prediksi model Arbitrage Pricing Theory sama dengan actual return pada
industry perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia”
METODOLOGI PENELITIAN
Data dan Sumber data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber-sumber lain, seperti buku dan bacaan lain, hasil analisa pasar yang berhubungan dengan masalah yang
di teliti. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan, harga saham, tingkat inflasi,
IHSG, suku harga minyak mentah, dan nilai nilai tukar serta nilai return saham. Data yang digunakan adalah
periode tahun 2009 - 2012
Sumber data dalam penelitian ini adalah bursa efek Indonesia data yang diperlukan untuk menguji
hipotesis dalam penelitian ini adalah : harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia
tahun 2010-2011, IHSG, tingkat inflasi, suku harga minyak mentah, dan nilai kurs.
Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang dilakukan proses pengumpulan data melalui dokumentasi. Untuk
metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membuat salinan dengan cara mengumpulkan arsip dan
catatan-catatan perusahaan yang ada.Data yang dibutuhkan terdiri dari data sekunder yaitu data mengenai harga
saham tingkat inflasi suku bunga dan nilai kurs diperoleh dari bursa efek Indonesia (BEI)
Metode Pengambilan Sampel
Populasi adalah seluruh elemen yang dapat digunakan untuk membuat beberapa kesimpulan (sekaran,
2003 :273) . Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia
(BEI) sebanyak 25 Perusahaan perbankan. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini diambil dari 10 total
perusahaan perbankan di bursa efek indonesia dari total populasi sebanyak 38 perusahaan dengan menggunakan
metode purposive sampling, dimana sampel yang dipilih berdasarkan nilai asset dan harga saham perusahaan
perbankan yang ada di bursa efek. Dari tingkat kepemilikan asset dan nilai saham diambil 10 perusahaan
perbankan sebagai sampel yaitu :
1. PT. Bank Mandiri (Persero),Tbk
2. PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk
3. PT. Bank Central Asia, Tbk
4. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
5. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
7
6. PT. Bank Danamon, Tbk
7. PT. Bank Permata, Tbk
8. PT. Bank Tabungan Pensiunan Negara, Tbk
9. PT. Bank OCBC NSIP, Tbk
10. PT. Bank Mega Tbk
Metode Analisis
Uji-t berpasangan (paired t-test)
Adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas adalah dependen
(berpasangan).Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan yaitu suatu individu (objek
penelitian) dikenal 2 buah perlakukan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap
memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua. Dengan
demikian, suatu pengaruh dapat diketahui dengan cara membandingkan kondisi objek penelitian sebelum dan
sesudah perlakukan
Pengujian Hipotesis
Uji t-test
Dalam melakukan pengujian hipotesis dengan t-test :
Bila sampel berkorelasi / berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau
perlakuan, maka di gunakan t-test sample related/ berpasangan
Rumus-rumus t-test :
f
X1 X 2
S12
n1
(Separated Varians)
S 22
n2
X1 X 2
t
(n 2
(Polled Varians)
1) s12 (n 2 1) s 22 1
n1 n 2 2
n1
1
n2
X1 X 2
t
2
1
s
n1
2
2
s
2r
n2
Untuk sampel berpasangan / related
s1
s1
n1
n2
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
a. Membuat formulasi uji hipotesis
Tentukan hipotesis nol dan hipotesis alternative
H0
:
µd
=0
Tidak terdapat perbedaan Actual return dan Expected return
1. PT.Bank Mandiri (Persero),Tbk
2. PT.Bank Danamon, Tbk
3. PT.Bank Rakyat Indonesia, Tbk
4. PT.Bank Negara Indonesia, Tbk
5. PT.Bank Capital Indonesia, TBk
6. PT.Bank Central Asia, Tbk
7. PT.Bank CIMB Niaga, Tbk
8. PT.Permata, Tbk
9. PT.Bank Tabungan Negara, Tbk
10. PT.Bank OCBC NISP, Tbk,Tbk
H0
:
µd
≠0
terdapat perbedaan Actual return dan Expected return
1. PT.Bank Mandiri (Persero),Tbk
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
8
2. PT.Bank Danamon, Tbk
3. PT.Bank Rakyat Indonesia, Tbk
4. PT.Bank Negara Indonesia, Tbk
5. PT.Bank Capital Indonesia, TBk
6. PT.Bank Central Asia, Tbk
7. PT.Bank CIMB Niaga, Tbk
8. PT.Permata, Tbk
9. PT.Bank Tabungan Negara, Tbk
10. PT.Bank OCBC NISP, Tbk,Tbk
b. Menentukan besarnya α untuk mengetahui tingkat signifikan hasil pengolahan data. Nilai α ditetapkan
sebesar 5 % atau signifikan 95 %
c. Menghitung nilai t
d. Membuat kriteria pengujian hipotesis
Ho Ditolak bila :
Sig. t < α (α = 0,05)
Ho gagal ditolak bila :
Sig. t > α (α = 0,05)
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil regresi maka persamaan model Arbitrage Pricing Theory setiap perusahaan di peroleh
sebagai berikut:
1. Bank Central Asia adalah ERI = 0.181+ 0.000 X1 -0.130 x2 -0.000001 x3-0.00001x4
2. Bank CIMB adalah ERI= 0.037 + 0.0001 X1 + 0.143 X2 -0.00001 X3 - 0.00001 X4
3. Bank Danamon adalah ERI= 0.095 + 0.000 X1 -0.400 X2 - 0.0000002 X30.0000070 X4
4. Bank Mandiri adalah ERI= 0.367 +0.000 X1 -0.269 X2 -0.0000016 X3-0.0000357 X4
5. Bank Mega adalah ERI= -0.037 + 0.000 X1 +0.393 X2 -0.0000068 X3 -0.0000066 X4
6. Bank Negara Indonesia adalah ERI= 0.49 + 0.0000590 X1 + 0.073 X2 -0.0000169 X3 -0.0000487 X4
7. Bank OCBC NISP adalah ERI = 0.324-0.002X1 -0.213 X2 + 0.0000213 X3 -0.0000257 X4
8. Bank Permata Indonesia adalah ERI = 0.362 + 0.000 X1 -0.456 X2 + 0.0000016 X3 -0.0000363 X4
9. Bank Rakyat Indonesia adalah ERI= 0.261 + 0.000 X1 -0.097 X2 -0.0000040X3 - 0.0000253 X4
10. Bank Tabungan Pensiunan Nasional adalah
ERI = -0.181-0.001 X1 -0.125 X2 + 0.0000074 X3 + 0.0000236 X4
Pengujian Hipotesa
Tabel 2. Hasil Uji SPSS
Paired Sam ples Te st
Paired Dif f erences
Mean
Pair
1
ERi_Gabung
- Ri_Gabung
-.0490655
Std. Deviation
Std. Error
Mean
.5061271
.0462029
95% Conf idence
Interval of the
Dif f erence
Low er
Upper
-.1405518
.0424208
t
-1.062
df
Sig. (2-tailed)
119
.290
Setelah melakukan uji hipotesa menggunakan SPSS maka di peroleh output berupa hasil pengujian beda
dua rata-rata dependent samples, seperti terlihat pada tabel 2 bahwa thitung untuk pengujian APT dengan
membandingkan actual return (Ri) dan expected return (ERi) saham dengan equal variance asumet adalah
0,1.620 dengan propabilitas 0,290. oleh karena nilai –P 0,290> 0,05, Hasil penelitian menunjukan bahwa
expected return tidak berbeda signifikan dengan actual return (signifikan 0.290) ini berarti hipotesis
menyatakan : Diduga expected return hasil prediksi model i sama dengan actual return pada industri perbankan
yang go public di Bursa Efek Indonesia ditolak. Oleh karena expected return tidak berbeda signifikan dengan
actual return maka model Arbitrage Pricing Theory Akurat.
Pengujian Tambahan (antar perusahaan)
Pengujian tambahan dilakukan juga pada setiap perusahan dengan menggunakan SPSS diperoleh output
berupa hasil pengujian beda dua rata-rata dependent samples, seperti terlihat pada tabel 3 Dengan hasil sebagai
berikut:
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
9
Tabel 3 Hasil Uji Paired Samples Test
Paired Sam ples Te st
Paired Dif ferences
Pair 1
Pair 2
Pair 3
Pair
Pair
Pair
Pair
Pair
4
5
6
7
8
Pair 9
Pair 10
ERi_BCA - RI_BCA
ERI_niaga - RI_Niaga
ERI_Danamon - RI_
Danamon
ERi_Mandiri - RI_Mandiri
ERI_Mega - RI_mega
ERI_BNI - RI_BNI
ERI_NISP - RI_NISP
ERI_PErmata - RI_
PErmata
ERI_BRI - RI_BRI
ERI_BTPN - RI_BTPN
95% Conf idence
Interval of the
Dif f erence
Low er
Upper
-.02460
.06590
.01409
.14506
t
1.004
2.674
Mean
.02065
.07957
Std. Deviation
.07121
.10307
Std. Error
Mean
.02056
.02975
.03361
.07489
.02162
-.01398
.08119
.02472
-.12401
.00636
.00610
.09381
.10914
.09353
.09256
.02708
.03151
.02700
.02672
-.03489
-.19336
-.05306
-.05271
-.19557
1.10209
.31815
-.00650
-.33558
.09841
1.15027
.02841
.33206
df
11
11
Sig. (2-tailed)
.337
.022
1.555
11
.148
.08432
-.05467
.06579
.06492
.913
-3.936
.236
.228
11
11
11
11
.381
.002
.818
.824
-.89580
.50466
-.615
11
.551
-.06902
-1.06643
.05603
.39527
-.229
-1.011
11
11
.823
.334
Untuk Bank BCA : Hasil Penelitian menunjukan bahwa Expected return Tidak Berbeda signifikan
dengan actual return (signifikan 0.337) ini berarti expected return hasil model Arbitrage Pricing Theory sama
dengan actual return
Untuk Bank Niaga : Hasil Penelitian menunjukan bahwa Expected return Berbeda signifikan dengan
actual return (signifikan 0.022) ini berarti expected return hasil model Arbitrage Pricing Theory tidak sama
dengan actual return
Untuk Bank Danamon : Hasil Penelitian menunjukan bahwa Expected return Tidak Berbeda signifikan
dengan actual return (signifikan 0.148) ini berarti expected return hasil model Arbitrage Pricing Theory sama
dengan actual return
Untuk Bank Mandiri : Hasil Penelitian menunjukan bahwa Expected return Tidak Berbeda signifikan
dengan actual return (signifikan 0.381) ini berarti expected return hasil model Arbitrage Pricing Theory sama
dengan actual return
Untuk Bank Mega : Hasil Penelitian menunjukan bahwa Expected return Berbeda signifikan dengan
actual return (signifikan 0.002) ini berarti expected return hasil model Arbitrage Pricing Theory tidak sama
dengan actual return
Untuk Bank BNI : Hasil Penelitian menunjukan bahwa Expected return Tidak Berbeda signifikan
dengan actual return (signifikan 0.818) ini berarti expected return hasil model Arbitrage Pricing Theory sama
dengan actual return
Untuk Bank NISP : Hasil Penelitian menunjukan bahwa Expected return Tidak Berbeda signifikan
dengan actual return (signifikan 0.824) ini berarti expected return hasil model Arbitrage Pricing Theory sama
dengan actual return
Untuk Bank PERMATA : Hasil Penelitian menunjukan bahwa Expected return Tidak Berbeda
signifikan dengan actual return (signifikan 0.824) ini berarti expected return hasil model Arbitrage Pricing
Theory sama dengan actual return
Untuk Bank BRI : Hasil Penelitian menunjukan bahwa Expected return Tidak Berbeda signifikan
dengan actual return (signifikan 0.823) ini berarti expected return hasil model Arbitrage Pricing Theory sama
dengan actual return
Untuk Bank BNI : Hasil Penelitian menunjukan bahwa Expected return Tidak Berbeda signifikan
dengan actual return (signifikan 0.334) ini berarti expected return hasil model Arbitrage Pricing Theory sama
dengan actual retur
Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, menyatakan bahwa pengujian APT (Arbitrase Pricing Theory)
dengan membandingkan Actual return (Ri) dengan Expected return (ERi) untuk mengukur tingkat
pengembalian saham adalah tidak terdapat perbedaan. Ini berarti bahwa APT tidak memberikan dampak tingkat
pengembalian saham pada perusahaan-perusahaan perbankan yang go public di bursa efek Indonesia.Hasil dan
pengujian hipotesis mengenai perbandingan Actual return (Ri) dengan Expected return (ERi) tidak ada
perbedaan antara kedua periode ini perhitungan perbandingan Actual return (Ri) dengan Expected return (ERi)
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
10
atas kedua periode ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang tidak signifikan berdasarkan uji beda dua ratarata.
Kuhn (a new approach to testing aset pricing models ‘jurnal of finance 38, 1983:711-743”) mengemukakan
bahwa paradikma yang baru dari yang lama menunjukan jumlah bentuk dari fenomena pengamatan yang ganjil
kemudian. Dengan alasan ini, kebanyakan tes yang berhasil dilakukan oleh APT menjadi perhatian dengan
kemampuan yang dilakukan oleh APT sebagai penunjuk prediksi dari sejumlah hasil yang tidak dapat diprediksi
oleh CAPM: dampak dari firma kecil, efek januari, dan yang lainya. Bagian dari DHRYMES kebanyakan
menjaga bagian dari seksi II, yang termasuk uji contoh dari resiko prediksi komponen dan resiko pengukuran
tak terprediksi dalam penjelasan subsekuen.Menurut saya hasil dari uji ini merupakan bukti yang sangat penting
yang harus dikonfrontasi dalam segala asset yang mendukung bagi APT ataupun CAPM.
Dengan pertimbangan spesifik dari uji seksi II ini, I harus menyebutkan dua poin yang penting untuk
dipertimbangkan.Perhatian pertama haruslah merupakan pemikiran yang tidak terikat.Dampak dari penyebaran
ini memperkenalkan korelasi yang negative berdasarkan penutupan penetapan harga yang harus sesuai dengan
estimasi variansi dari uji statikkal.Poin 2 merupakan contoh tes mekanisme alternative yang mampu memisakan
menjadi dua contoh.Sebuah contoh yang diatur dalam pengamatan, mengunakan semua data untuk menjelaskan
pengamatan, penanggulangan dari setiap prosedur pengamatan yang berhasil dan analisa hasil diri prediksi dan
kesalahan”. Pengamatan terakhir saya dalam debat mengenai uji APT melalui faktor analisa yang adalah
lembaran awal yang terlihat dari pengamatan dalam isu yang terdapat dalam sesi ini yang membuat beberapa
posisi terdektesi dalam tahap ini. Situasi ini menempatkan saya dalam posisi yang sama sedikitnya satu
potensial, faktor resiko sistimatik yang tidak dapat dianalisa. Sejak faktor analisa ini diperhatikan dari faktor
matriks kovariansi dri produk” tersebut yang tidak dapat diambil dalam sistimatik tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian ini meneliti pengujian APT dengan membandingkan Actual return (Ri) dan Expected return
(ERi) terhadap tingkat pengembalian saham pada
1. PT. Bank Mandiri (Persero),Tbk
2. PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk
3. PT. Bank Central Asia, Tbk
4. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
5. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk
6. PT. Bank Danamon, Tbk
7. PT. Bank Permata, Tbk
8. PT. Bank Tabungan Pensiunan Negara, Tbk
9. PT. Bank OCBC NSIP, Tbk
10. PT. Bank Mega Tbk
Berdasarkan analisis hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : dari hasil uji beda
dua rata-rata ditemukan bahwa selama periode penelitian yaitu Januari – Desember 2011 perbedaan actual
return (Ri) dan Expected return (ERi) tidak signifikan
Saran
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini adalah :
1. Penilaian prestasi suatu perbankan dapat dilihat dari kemampuan perbankan itu menghasilkan laba. Dengan
kata lain, perusahaan harus meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban bagi para
penyandang dana (investor) dan perusahaan itu sendiri dalam hal pengembalian return saham
2. Penelitian ini menggunakan perbandingan antara actual return (Ri) dan Expected return (ERi) terhadap
tingkat pengembalian return saham. Disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk mengganti atau
melengkapi variabel yang diuji
3. Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan yang sejenis dengan penelitian ini dengan cara memperluas sampel
penelitian dan data penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Sartono. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Cetakan Pertama. BPEE.
Yogyakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
11
Kewon, Arthur J., Scott, David F., Martin, Jr. John D., Petty, J. William. 2001. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Buku 1.Salemba Empat. Jakarta.
Damodaran, Aswath. 2002. Investment Valuation (second Edition). John Wiley & Sons, Inc. New York.
Fama, Eugene F., French, Kenneth R. “The Cross-section of Expected stockReturns”. Journal of finance, Vol.
47, No.2, 1992 : 427-465.
Hasan, Iqbal. 2008. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Edisi ketiga. Bumi Aksara. Jakarta.
Husnan, Suad., Pudjiastuti, Enny. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. YKPN. Yogyakarta.
Indriantoro., Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE UGM. Yogyakarta.
Mahmud, M., Abdul Halim. 1996. Analisis Laporan Keuangan. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Hanafi, Martono., Harjito, D.A. 2004. Manajemen Keuangan. Cetakan Keempat. Eknosia. Yogyakarta.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedelapan. CV Alfabet. Bandung.
Weston, J. Fred., Brigham, Eugene F. 1990. Dasar-dasar ManajemenKeuangan. Jilid 2. Edisi Kesembilan.
Terjemahan oleh Alfonsus Sirait. Erlangga. Jakarta.
Website :
- Bursa Efek Indonesia. www.idx.co.id
- www.google.com
Aliansyah, M. Noor. 2001. Pengaruh Struktur Modal TerhadapNilaiSaham. Manajemen Usahawan Indonesia.
Jakarta.
Halim, Abdullah. 2005. Analisis Investasi. Salemba Empat. Jakarta.
Haryanto., Sugiharto. 2003.Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Minuman
Di Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma.
Husnan, Suad. 2004. Manajemen Keuangan Teori dan Penarapan (Keputusan Jangka pendek). Buku 1. Edisi 4.
BPFE. Yogyakarta.
Lutfia, Lutfanida. 2006. Pengaruh Return On Investment, Operating CashFlow dan Economic Value Added
Terhadap Tingkat PengembalianSaham.
Suara Merdeka (Kamis,21oktober 2004)
Chairul, Anwar. Studi peristiwa Reaksi Pasar terhadap Pemilihan Umum 5 April 2004 pada Bursa Efek Jakarta.
Soetrisno. 2003. Dasar-dasarManajemen Keuangan. Ekonosia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofoli. Edisi pertama. BPFE UGM.
Yogyakarta.
Trisnawati. 2002. Dept of Economic and Development Studies. Salemba Empat. Jakarta.
Bank Indonesia. 1997-2010. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI). Bank Indonesia. Jakarta.
Bapepam. 2008. Analsis Kointegrasi dan Kausalitas serta Hubungan Dinamis Antara Aliran Modal Asing,
Perubahan Nilai Tukar Dan Pergerakan IHSG Di Pasar Modal Indonesia. Bapepam Dan Departemen
Keuangan.
Choudhry, Moorad., Joannas, Didier., Pereira, Richard., Pienaar, Rod. 2002. Capital Market Instrument:
Analysis and Valuation. Financial Series. Prentice Hall. Great Britain
Chieh, Ming. W., Ming, F. S. 2010. Volatility Spillover Dynamic Regional And World Effect. European Journal
of Finance and Banking Research Vol. 3. No. 3.
Dwipraptono, Agus Harjito.2010. Perubahan Musiman (Seasonality) Pasar Modal Dan Efek Kontagion Di
Negara-Negara Asean. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Fabiola, Ravazzolo. 2000. Stock Price and Exchange Rate Dynamics. www.google.com
Fahmi, Irham., Hadi, Y. Lavianti. 2008. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Alfabeta. Bandung
Gan, C at al .2006. Macroeconomic Variables And Stock Market Interactions: Newzealand Evidence.
Investment Management and Financial Innovations, Volume 3, Issue 4
Gujarati, Damodar. 1995. Econometrics, 2nd. McGraw Hill International, Inc. USA.
Husnan, Suad, 1998. Pengujian CAPM di BEJ Periode 1994-1997 : Standard CAPM ataukah Zero Beta ?.
JurnalEkonomidanBisnis Indonesia, Vol. 13, No. 4, hal: 89-97.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
12
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, MOTIVASI DAN PELIMPAHAN
WEWENANG TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
DINAS DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO
Oleh :
Titien Marthin
David Paul Elia Saerang
Sifrid S. Pangemanan
Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi Manado
email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh partisipasi, motivasi, pelimpahan wewenang penyusunan
anggaran terhadap kinerja manajerial. Permasalahan umum dalam penelitian ini adalah kurangnya partisipasi
staf, kurangnya perhatian pimpinan kepada staf dan kurang maksimalnya pelimpahan wewenang kepada staf
dalam penyusunan anggaran sehingga mempengaruhi kinerja manajerial pada Dinas Daerah Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Populasi penelitian adalah para pejabat eselon III dan eselon IV selaku
pengguna anggaran pada Dinas Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebanyak 54 responden.
Analisis regresi berganda dengan perangkat lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS). Variabel
dalam penelitian ini adalah variabel bebas; partisipasi penyusunan anggaran (X1), motivasi (X2), dan pelimpahan
wewenang (X3), dan variabel terikat kinerja manajerial (Y). Sebelum pengujian hipotesis dengan uji simultan
(uji F) dan uji parsial (uji t), maka dilakukan pengujian instrumen yang meliputi uji asumsi klasik, uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedasitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dalam
penyusunan anggaran berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial, sedangkan variabel
partisipasi dan pelimpahan wewenang tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada Dinas
Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.
Kata Kunci : Partisipasi penyusunan anggaran, motivasi, pelimpahan wewenang, kinerja manajerial.
ABSTRACT
The aim of this research is to test the effect of participation in budgeting, motivation, and delegation of
authority towards performance managerial at the Regency of Siau Tagulandang Biaro Island. The general
problem in this study is the lack of participation in budgeting, motivation and delegation of authority thus
affecting the managerial performance at Regency of Siau Tagulandang Biaro Island. The population of this
research are the 3rd and 4th echelon as much as 54 respondents. Multiple regression analysis by Statistical
Product and Service Solution (SPSS). Independent variables in this research are participation in budgeting (X 1),
motivation (X2), and delegation of authority (X3), and dependent variable is performance managerial at The
Regency of Siau Tagulandang Biaro Island. Before hypothesis testing with F-test and t-test, it was done
instrument testing covering validity test, reliability test, classical assumptions test, multicolinearity test,
normality test, heteroscesdastisity test. The study results that motivation within budgeting have a significant and
positive impact on managerial performance, while the participation and delegation of authority did not
significantly affect the managerial performance at Regency of Siau Tagulandang Biaro Island.
Keywords: Participation in budgeting, motivation, delegation of authority, managerial performance.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
13
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu
tertentu yang dinyatakan dalam satuan moneter. Pada sektor publik, anggaran harus diinformasikan kepada
publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.
Anggaran pada sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap
program dan aktivitas dalam satuan moneter yang menggunakan dana milik rakyat. Fungsi anggaran adalah
sebagai alat perencanaan yang salah satunya digunakan untuk menentukan indikator kinerja. Dalam UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membuka peluang yang luas
bagi daerah untuk mengembangkan dan membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya
masing-masing. Pada prinsipnya penyusunan anggaran yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah berpedoman
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, dimana dalam penyusunan rencana keuangan tahunan dilakukan
secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada
prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. Penyusunan APBD terpadu selaras dengan penyusunan anggaran yang
berorientasi pada anggaran berbasis kinerja atau prestasi kerja. Berdasarkan BPK RI Perwakilan Sulawesi Utara
Tahun 2011 Badan Pemeriksa Keuangan memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian terhadap LKPD
Kabupaten Kepulauan Sitaro. Menurut BPK, Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sitaro dalam menyusun
laporan keuangan masih terdapat kelemahan yaitu : pencatatan tidak/belum dilakukan secara akurat, proses
penyusunan laporan tidak sesuai dengan ketentuan, entitas terlambat menyampaikan laporan, sistem informasi
akuntansi dan pelaporan tidak memadai dan sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM
yang memadai. Berdasarkan hasil pengamatan dan kenyataan yang ada, rata-rata Dinas Daerah di Kabupaten
Kepulauan Sitaro dalam partisipasi penyusunan anggaran dalam pelaksanaanya belum sepenuhnya berjalan
efektif, para pelaksana masih kurang berpartisipasi untuk merencanakan anggaran. Sasaran anggaran yang tidak
jelas menyebabkan kebingungan, tekanan dan ketidakpastian dari pegawai yang akan berdampak buruk terhadap
kinerja. Kinerja akan dikatakan efektif apabila pihak-pihak bawahan mendapat kesempatan terlibat atau
berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran. Ketika suatu anggaran dirancang secara partisipatif maka
pegawai akan memiliki rasa tanggungjawab pribadi untuk mencapai standar yang ditetapkan karena mereka ikut
serta terlibat dalam proses penyusunan yang akan berpengaruh pada tingkat kinerja.
Adanya kesenjangan hubungan antara atasan dengan bawahan, sehingga minimbulkan kurangnya
komunikasi yang efektif. Ini terjadi karena sering terjadinya pergantian personil dalam Dinas Daerah Kepulauan
Sitaro. Jika hubungan antara atasan dengan bawahan terjalin dengan baik dengan memprioritaskan komunikasi
yang efektif, maka keserasian dengan motivasi dalam organisasi dapat berjalan dengan baik pula.
Adanya rasa kurang percaya dari atasan kepada bawahan pada Dinas Daerah di Kabupaten Kepulauan Sitaro
dalam pelimpahan wewenang. Pada dasarnya penyelesaian pekerjaan akan dapat dilakukan dengan lebih cepat
sekiranya pelimpahan wewenang tersebut berjalan sebagaimana mestinya dan diberikan kepada orang yang
bertanggung jawab,selain itu memberikan sub-bagian atau bawahan mempelajari sesuatu yang baru dan
memperoleh kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru tersebut sehingga memaksimalan kinerja
manajerial. Kinerja manajerial yang dimaksud disini adalah kinerja para pejabat eselon III dan IV Pemerintah
Daerah Kabupaten Sitaro karena mereka terlibat langsung dalam penyusunan anggaran sehingga banyak
dilibatkan dalam proses perencanaan/penyusunan anggaran, menggunakan dan melaporkan realisasi anggaran
atau sebagai pengguna/kuasa pengguna anggaran SKPD, yang menjadikan keberhasilan dan tidak seorang
pimpinan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab memimpin dinas.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh partisipasi
2. penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial.
3. Menganalisis pengaruh motivasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial.
4. Menganalisis pengaruh pelimpahan wewenang dalam penyusunan anggaran, terhadap kinerja manajerial.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
14
TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi Penyusunan Anggaran
Partisipasi dalam proses penganggaran merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan motivasi
manajer. Dengan tingkat partisipasi yang tinggi cenderung mendorong manajer untuk lebih aktif didalam
memahami anggaran dan manajer akan memiliki pemahaman yang baik dalam menghadapi kesulitan pada saat
pelaksanaan anggaran. Anggaran yang efektif berhasil harus melibatkan bawahan dalam tanggungjawab
pengendalian biaya untuk membuat estimasi anggaran.
Garisson dan Noreen dalam Budisantoso (2000) menyatakan bahwa anggaran partisipatif adalah anggaran
yang dibuat dengan kerjasama dan partisipati penuh dari bawahan pada semua tingkatan. Keunggulan yang
biasanya diungkapkan atas anggaran partisipatif, yaitu: (1) Setiap orang pada semua tingkatan organisasi diakui
sebagai anggota tim yang pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajemen puncak, (2) Orang yang
berhubungan langsung dengan suatu aktivitas mempunyai kedudukan terpenting dalam pembuatan estimasi
anggaran, (3) Orang lebih cenderung untuk mencapai anggaran yang penyusunannya melibatkan orang lain, (4)
Suatu anggaran partisipatif mempunyai sistem pengendalian tersendiri sehingga jika tidak mencapai anggaran,
maka yang harus disalahkan adalah diri sendiri dan apabila anggaran didrop dari atas, maka selalu berdalih
bahwa anggarannya tidak masuk akal atau tidak realistis diterapkan dan dicapai.
Motivasi
Anwar (2010) menyatakan bahwa motivasi atau dorongan merupakan kondisi atau energi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap
mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi karyawan tersebut
untuk mencapai kinerja maksimal. Motivasi sangat penting bagi karyawan, manajer atau para pemimpin karena
dengan motivasi yang tinggi, maka pekerjaan (tugas) dilakukan dengan bersemangat dan bergairah sehingga
akan dicapai suatu hasil yang optimal (prestasi tinggi) yang tentunya akan mendukung tercapainya tujuan yang
diinginkan dengan efisien dan efektif.
Pelimpahan Wewenang
Mulyadi dan Setyawan (2000) dalam Marani dan Supomo (2003) menyatakan bahwa pelimpahan
wewenang adalah pemberian wewenang oleh manajer yang lebih tinggi kepada manajer yang lebih rendah untuk
melaksanakan suatu pekerjaan dengan otorisasi secara eksplisit dari manajer pemberi wewenang pada waktu
wewenang tersebut dilaksanakan. Struktur organisasi yang disertai dengan tingkat pelimpahan wewenang
sentralisasi yang tinggi, menunjukkan bahwa semua keputusan yang penting ditentukan pimpinan (manajemen)
puncak, sementara manajemen pada tingkat menengah atau bawahannya hanya mempunyai sedikit wewenang
dalam pembuatan keputusan.
Kinerja Manajerial
Anwar (2010) menyatakan bahwa kinerja manajerial merupakan proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian terhadap pencapaian kinerja dan dikomunikasikan secara terus menerus oleh
pimpinan kepada karyawan, antara karyawan dengan atasannya langsung.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
15
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti/
Tahun
Utami
(2009)
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
Pengaruh
Pelimpahan
Wewenang Dan Motivasi
Terhadap Hubungan Antara
Partisipasi
Penyusunan Anggaran Dengan
Kinerja Manajerial
(Survey Pada Pejabat Struktural
Di Skpd Pemerintah Kabupaten
Klaten)
Pengaruh
Partisipasi
Penyusunan
Anggaran
Terhadap Kinerja Manajerial
dengan komitmen organisasi
dan locus of control sebagai
variabel moderating
Pengembangan
deskripsi kasus
Pengaruh
pelimpahan
wewenang
dan motivasi
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
Manajerial
Partisipasi
anggaran
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
Manajerial.
Hafiz (2007)
Pengaruh partisipasi anggaran
terhadap kinerja Manajerial
pada PT Cakra Compact
Aluminium Industries
Deskriptif
Partisipasi
anggaran
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
Manajerial
Desi Winarni
2013
Pengaruh Partisipasi Dalam
Penyusunan
Anggaran,
Motivasi,
Pelimpahan
Wewenang, Budaya Organisasi
terhadap Kinerja Manajerial
(Studi Kasus Pada Dinas
Dilingkungan
Kabupaten
Muaro Jambi)
Pengembangan
deskripsi kasus
Pengaruh
pelimpahan
wewenang,
motivasi,
penyusunan
anggaran dan
budaya
organisasi
berpengaruh
dan motivasi
positif
terhadap
kinerja
Manajerial
Hapsari
(2010)
Judul
Pengembangan
deskripsi kasus
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
Persamaan
Perbedaan
Peneliti
sebelumnya
melakukan
dengan variabel
yang sama yaitu
pelimpahan
wewenang dan
motivasi
Peneliti
menambahkan
satu
variabel
independed
yaitu partisipasi
penyusunan
anggaran
Peneliti
sebelumnya
melakukan
penelitian
terhadap faktor
yang sama yaitu
Pengaruh
Partisipasi
Penyusunan
Anggaran
Terhadap
Kinerja
Manajerial
Menguraikan
bahwa
partisipasi
mempunyai
pengaruh positif
terhadap kinerja
Manajerial
Peneliti
ingin
meneliti lebih
lanjut tentang
pengaruh
faktor-faktor
tersebut
terhadap
motivasi kerja
dan pelimbahan
wewenang
Peneliti
sebelumnya
melakukan
dengan variabel
yang sama yaitu
pelimpahan
wewenang,
motivasi
dan
partisipasi
penyusuhan
anggaran
Peneliti
mencoba untuk
memaparkan
lebih
lanjut
mengenai faktor
kinerja
Manajerial
dalam kaitannya
dengan
motivasi,
dan
pelimpahan
wewenang.
Peneliti
menambahkan
satu
variabel
indipenden
yaitu
budaya
organisasi
16
Soetrisno
2010
Pengaruh Partisipasi, Motivasi,
dan Pelimpahan Wewenang,
Dalam Penyusunan Anggaran
Terhadap Kinerja Manajerial.
Studi Empiris Pada Dinas
Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah di Kabupaten Rembang.
Universitas Diponegoro
Pengembangan
deskripsi kasus
Partisipasi
anggaran
berpengaruh
dan
pelimpahan
wewenang
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
Manajerial.
Peneliti
sebelumnya
melakukan
penelitian
terhadap faktor
yang sama yaitu
Pengaruh
Partisipasi
Penyusunan
Anggaran
Terhadap
Kinerja
Manajerial
Peneliti
ingin
meneliti lebih
lanjut tentang
pengaruh
faktor-faktor
tersebut
terhadap
motivasi kerja
dan pelimpahan
wewenang
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka dengan teori-teori yang telah dijelaskan, maka kerangka
pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
(X1)
(X2)
(X3)
Partisipasi
penyusunan
anggaran
Motivasi
penyusunan
anggaran
Pelimpahan
Wewenang
penyusunan anggaran
H1
H2
(Y )
Kinerja
Manajerial
H3
Sumber data: Data sekunder hasil olahan (2013)
Hipotesis
Ha1: Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial Dinas Daerah
di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro?
Ha2: Motivasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial Dinas Daerah
di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro?
Ha3: Pelimpahan wewenang penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial
Dinas
Daerah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro?
METODE PENELITIAN
Jenis/Rancangan Penelitian yang Digunakan
Jenis/rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (explanatory/confirmatory
research), karena penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel dengan
melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuantitatif.
Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah unsur pimpinan dan staf Dinas Daerah di Kabupaten Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 13 (tiga belas) SKPD yang
terdapat di Kabupaten Sitaro. Alasan pemilihan Kabupaten Kepulauan Sitaro sebagai lokasi penelitian adalah
karena masih terdapatnya berbagai permasalahan di Dinas Daerah terkait dengan partisipasi, motivasi,dan
pelimpahan wewenang para pengguna anggaran.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh para
peneliti terdahulu sehingga tidak perlu dilakukan pengujian kembali.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
17
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 13 Dinas Daerah di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) pada bulan
November 2012 sampai dengan bulan Januari 2013.
Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data tentang variabel-variabel yang akan diungkapkan dalam penelitian ini, teknik
pengumpulan data dan informasi melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Menyebarkan kuesioner kepada 70 responden yang ada di SKPD Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro dengan cara mengantar langsung kepada responden.
2. Setelah batas waktu yang ditentukan, kuisioner diambil kembali. Jumlah kuesioner yang kembali sebanyak
54 kuisioner. Pengisian kuisioner semuanya lengkap.
3. Melakukan wawancara kepada SKPD yang bersedia untuk mengkonfirmasi kembali kuisioner yang telah
diisi.
Cara Pengolahan dan Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
2. Uji Statistik Deskriptif
3. Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis)
4. Uji Hipotesis
ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Responden
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dengan menggunakan
daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dikirimkan langsung kepada para pejabat eselon III dan IV dinas
daerah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) pada tanggal 1 November 2012 sampai
dengan batas akhir pengembalian yakni tanggal 31 Januari 2013. Dari 70 kuesioner yang telah disebarkan, 54
kuesioner telah dikembalikan dan 16 kuesioner tidak kembali. Tingkat pengembalian (response rate) yang
diperoleh adalah 77,2% sedangkan sisanya 22,8% tidak kembali karena alasan yang tidak jelas. Tingkat
pengembalian ini relatif tinggi karena penyebaran dan pengambilan kembali kuesioner dilakukan dengan cara
diantar dan dijemput langsung. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang telah dilakukan uji
validitas dan reliabilitas oleh Soetrisno (2010) yang dinyatakan valid dan reliabel.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Grafik Normal P-P Plot of regression standardized residual menggambarkan penyebaran data tersebar di
sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal grafik tersebut, maka model regresi
yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas.
Uji Heteroskedastisitas
Titik-titik grafik plot yang diperoleh tidak membentuk suatu pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka hal ini membuktikan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Multikoleniaritas
Hasil dari perhitungan menghasilkan nilai VIF untuk variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1) adalah
sebesar 1,118 < 10 dan nilai tolerance 0,895 > 10, Motivasi (X2) adalah sebesar 1,041 < 10 dan nilai tolerance
0,961 > 0,10, Pelimpahan Wewenang (X3) adalah sebesar 1,131 < 10 dan nilai tolerance 0,884 > 0,10 maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model penelitian ini.
Koefisien Korelasi (r)
Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan antara variabel bebas (X) terhadap variabel
terikat (Y). Dalam hal ini mengukur ada tidaknya hubungan antara Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran
(X1), Motivasi (X2), Pelimpahan Wewenang (X3) terhadap Kinerja Manajerial.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
18
Tabel 2. Correlations
Kinerja Manajerial
Kinerja Manajerial
1.000
Partisipasi Penyusunan Anggaran
Motivasi
Pelimpahan Wewenang
.247
.436
.216
Sig. (1-tailed)
Kinerja Manajerial
.
N
Partisipasi Penyusunan Anggaran
Motivasi
Pelimpahan Wewenang
Kinerja Manajerial
.036
.000
.058
54
Partisipasi Penyusunan Anggaran
54
Motivasi
Pelimpahan Wewenang
54
54
Pearson Correlation
Sumber Data: Hasil Olahan SPSS (2013)
Hasil olahan data menunjukkan bahwa variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1) mempunyai
korelasi sangat lemah, positif dan tidak signifikan dengan Kinerja Manajerial (Y). Hal ini ditunjukkan dengan
nilai koefisien korelasi 0,247 < 0,25 artinya apabila Partisipasi Penyusunan Anggaran (X 1) naik, maka Kinerja
Manajerial (Y) akan naik pula, demikian sebaliknya. Koefisien korelasi 0,247 bersifat lemah karena Partisipasi
Penyusunan Anggaran akan lebih kuat hubungannya apabila terdapat koordinasi yang baik antara
penanggungjawab fungsi dan pelaksana fungsi di lapangan.
Untuk variabel Motivasi (X2) mempunyai korelasi yang bersifat cukup, positif dan signifikan dengan
Kinerja Manajerial (Y) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,436 < 0,500 hal ini berarti apabila Motivasi
(X2) naik, maka Kinerja Manajerial (Y) akan naik pula, demikian sebaliknya. Koefisien korelasi 0,436 bersifat
cukup karena motivasi memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kinerja manajerial dibandingkan partisipasi
penyusunan anggaran. Untuk variabel Pelimpahan Wewenang (X3) mempunyai korelasi yang bersifat lemah,
positif dan tidak signifikan dengan Kinerja Manajerial (Y) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,216 < 0,500
hal ini berarti apabila Pelimpahan Wewenang (X3) naik, maka kinerja manajerial (Y) akan naik pula, demikian
sebaliknya. Pelimpahan wewenang akan lebih kuat hubungannya dengan kinerja manajerial apabila pemberi
wewenang memberikan pelimpahan yang terinci dan jelas kepada penerima wewenang terkait dengan proses
penyusunan anggaran Dinas Daerah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).
Koefisien Determinasi
Tabel 3. Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted
R Std. Error of
Model
R
R Square Square
the Estimate
a
1
.483
.233
.187
2.929
Sumber Data: Hasil Olahan SPSS (2013)
Besarnya adjusted R2 (koefisien determinasi yang telah disesuaikan) adalah 0,187. Nilai ini menunjukkan
bahwa 18,7% variasi kinerja manajerial dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen yaitu
partisipasi, motivasi, dan pelimpahan wewenang, sedangkan sisanya 82,3% dijelaskan oleh sebab lain di luar
model seperti lingkungan kerja, budaya organisasi, kompensasi atau insentif, dan kepuasan kerja.
Analisis Regresi Berganda
Y = 6.320+ 0,135 X1 + 0,338 X2 + 0,112X
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
19
Tabel 4. Koefisien Regresi
Model
1
(Constant)
PARTISIPASI
PENYUSUNAN
ANGGARAN
MOTIVASI
PELIMPAHAN
WEWENANG
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
6.320
3.099
.135
.110
.338
.112
.108
.154
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS (2013)
Nilai koefisien regresi dari variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran (b1) adalah positif sebesar 0,135.
Nilai koefisien regresi b1 ini menunjukkan bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran mempunyai
pengaruh positif dan searah terhadap kinerja manajerial secara statistik. Hal in berarti bahwa apabila partisipasi
penyusunan anggaran meningkat, maka kinerja manajerial Dinas Daerah di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro (Sitaro) akan meningkat pula.
Nilai koefisien regresi dari variabel Motivasi atau (b2) adalah positif sebesar 0,338. Nilai koefisien
regresi b2 ini menunjukkan bahwa pengaruh hubungan variabel motivasi terhadap kinerja manajerial adalah
positif dan searah. Dengan demikian, apabila motivasi meningkat, maka kinerja manajerial Dinas Daerah di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) akan meningkat.
Koefisien regresi dari variabel pelimpahan wewenang (b3) memiliki nilai positif sebesar 0,112 dimana nilai
koefisien regresi b3 ini menunjukkan bahwa variabel pelimpahan wewenang berpengaruh positif dan searah
terhadap kinerja manajerial secara statistik. Dengan demikian apabila terjadi peningkatan pada pelimpahan
wewenang, maka kinerja manajerial Dinas Daerah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro)
akan meningkat.
Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t)
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Variabel
No
1
2
3
Variabel
Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja
Manajerial
Motivasi terhadap Kinerja Manajerial
Pelimpahan Wewenang terhadap Kinerja Manajerial
Hasil
Keterangan
H1 ditolak
0,223 > 0,05
H2 diterima
H3 ditolak
0,03 < 0,05
0,470 > 0,05
Sumber Data: Hasil Olahan SPSS (2013)
Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)
Tabel 6. ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of Squares
130.380
428.953
559.333
Df
3
50
53
Mean Square
43.460
8.579
F
5.066
Sig.
.004a
Sumber Data: Hasil Olahan SPSS (2013)
Dari tabel 6 Hasil pengujian statistik secara simultan atau bersama-sama (Uji F) menyangkut Partisipasi
Penyusunan Anggaran, Motivasi, dan Pelimpahan Wewenang terhadap Kinerja Manajerial Dinas Daerah di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro diperoleh nilai Fhitung = 5,066 2. Angka ini lebih besar dari Ftabel
= 2,79 pada tingkat α = 0,05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal
ini berarti, Partisipasi penyusunan anggaran (X1), Motivasi (X2), Pelimpahan Wewenang (X3), secara bersamasama berpengaruh Kinerja Manajerial (Y).
Pembahasan
Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Dinas Daerah di Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro)
Secara parsial, partisipasi penyusunan anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial Dinas
Daerah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).. Hasil Kontribusi terbesar dari kegiatan
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
20
penganggaran terjadi bila bawahan diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penyusunan anggaran.
Partisipasi penyusunan anggaran merupakan keterlibatan pimpinan dan staf dalam Dinas Daerah di Kabupaten
Kepulauan Sitaro untuk melakukan kegiatan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan adanya keterlibatan tersebut akan mendorong para sekretaris/kepala bidang dan kepala sub
bagian/kepala sub bidang untuk bertanggungjawab terhadap tugas yang diembannya sehingga mereka akan
meningkatkan kinerja manajerialnya guna mencapai target/sasaran yang telah ditetapkan dalam anggaran.
Akan tetapi, analisis hasil penelitian ini mengumpulkan bukti empirik yang berbeda dengan kondisi ideal
tersebut. Kondisi ini bisa dimaklumi karena Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) adalah daerah
hasil pemekaran yang baru berkembang sehingga dalam penyusunan anggaran masih kurang melibatkan partisi-pasi
dari staf lainnya. Selain itu juga belum ada aturan konkrit yang dibuat untuk menjamin partisipasi dan kerjasama
dari pejabat yang berwenang dan staf. Agar mencapai efektivitas partisipasi penyusunan anggaran, maka tingkat
partisipasi tersebut harus memiliki indikator input dan output riil terhadap keputusan dan pandangan mereka
harus memiliki bobot tertentu dalam hasil akhir.
Jika partisipasi penyusunan anggaran mengalami penolakan oleh level pimpinan yang lebih tinggi tanpa
penjelasan sama sekali, atau dengan argumen yang nyata bahwa saran tersebut tidak sesuai dengan tujuan, maka
partisipasi akan dipandang sebagai suatu kepura-puraan sehingga menimbulkan kekecewaan. Apabila hal ini
terjadi, sikap negatif atau bermusuhan terhadap manajemen puncak (top management) akan berkembang
sehingga memberikan sinyal adanya penurunan kinerja manajerial Dinas Daerah di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro (Sitaro).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Sarikoski (2006) yang mengemukakan bahwa
penyusunan anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian Marchant (1981) dalam
Ritonga (2008) menyimpulkan terdapat hubungan negatif antara anggaran partisipatif dan kinerja manajerial
dapat terjadi akibat tingkat partisipasi yang tinggi berdampak terhadap menurunnya kinerja yang disebabkan
oleh adanya pengaruh budgetary slack. Hal ini menunjukkan bahwa para Kepala Dinas Daerah di Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) sering mengikutsertakan pejabat eselon III dan IV dalam proses
penyusunan anggaran. Keikutsertaan para sekretaris, kepala bidang, kepala sub bagian, dan kepala seksi ini
penting dalam upaya memotivasi bawahan untuk turut serta mencapai visi dan misi pembangunan daerah.
Partisipasi memungkinkan terjadinya komunikasi yang semakin baik, interaksi satu sama lain serta bekerja sama
dalam tim untuk mencapai tujuan organisasi. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang telah
dilakukan oleh Schuler & Kim (1976), Brownell (1982), Brownell dan Mc. Innes (1986), Nur Indriantoro
(1993) sebagaimana dikutip oleh Sardjito dan Muthaher (2007).
Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Manajerial Dinas Daerah di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro (Sitaro)
Secara parsial, motivasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial, dari hasil penelitian nampak betapa
motivasi yang diberikan kepala SKPD kepada pejabat eselon III dan IV serta bawahannya sangat mempengaruhi
kinerja manajerial. Motivasi yang diberikan dalam bentuk penghargaan/imbalan serta keamanan dan
kenyamanan kerja. Berbagai pekerjaan operasional maupun manajerial akan terasa lebih ringan, dengan adanya
dukungan dari para staf Dinas Daerah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). Pentingnya
peran staf terhadap pencapaian visi dan misi daerah, mendorong para kepala SKPD untuk selalu memotivasi
para staf agar bisa bekerja secara optimal. Sebab, semakin bagus kinerja yang diberikan para karyawan, maka
semakin besar pula peluang bagi pemerintah daerah untuk mencapai kesuksesannya.
Hasil penelitian menemukan bahwa ke-13 Dinas Daerah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biro
(Sitaro) telah memiliki bawahan yang mampu, cakap dan terampil serta mau bekerja giat dan berkeinginan
untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Akan tetapi, kemampuan, kecakapan dan keterampilan karyawan atau
pegawai harus ditunjang pula oleh motivasi untuk bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan,
kecakapan dan ketrampilan yang dimiliki. Temuan ini menunjukkan bahwa motivasi dapat meningkatkan
kinerja manajerial dalam suatu organisasi Elemen motivasi ini bisa datang dari dalam diri sendiri dan juga
motivasi dari atasan untuk kemajuan kinerja manajerial. Pengaruh motivasi dalam penelitian ini
mengindikasikan bahwa pejabat dan staf yang berwenang telah memiliki motivasi yang tinggi sehingga bersedia
untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Dengan
demikian bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang
bersangkutan dan secara tidak langsung meningkatkan kinerja manajerial dari lembaga terkait yang ada di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
21
Pengaruh Pelimpahan Wewenang terhadap Kinerja Manajerial Dinas Daerah di Kabupaten Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro (Sitaro)
Secara parsial, pelimpahan wewenang tidak mempunyai hubungan dengan kinerja manajerial, hasil temuan ini
berbeda dari penelitian terdahulu yang menemukan bahwa pelimpahan wewenang mempunyai hubungan dengan
kinerja manajerial. Pelimpahan wewenang dalam organisasi berkaitan erat dengan struktur organisasi. Struktur
organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian kekuasaan dalam suatu organisasi. Riyanto (1996) dalam
Ardiani, Triyani, dan Lestari (2011) menyatakan bahwa struktur organisasi yang disertai dengan tingkat pelimpahan
wewenang yang tinggi menunjukkan bahwa semua keputusan yang penting akan ditentukan Kepala SKPD untuk
menghubungkan sistem anggaran dengan pelimpahan wewenang dalam struktur organisasi yang akan menentukan
kinerja manajerial. Menurut Gul et al. (1995) dalam Ardiani, Triyani, dan Lestari (2011) partisipasi penyusunan
anggaran terhadap kinerja manajerial akan berpengaruh positif dalam organisasi yang pelimpahan wewenangnya
bersifat desentralisasi, dan akan berpengaruh negatif dalam organisasi yang bersifat sentralisasi.
Elemen pelimpahan wewenang ini, berdasarkan temuan didapati bahwa tidak adanya hubungan sehingga tidak
meningkatkan kinerja manajerial Dinas Daerah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). Ini terjadi
karena kurang maksimalnya pelimpahan wewenang terhadap staff sehingga mengurangi ruang gerak staf untuk
lebih kreatif, inovatif dan aktif dalam pemilihan dan pemindahan staf sesuai dengan keahlian (skill). Selain itu,
adanya pengalokasian anggaran dan keputusan atasan yang tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga kurang
memberikan hasil dan manfaat untuk organisasi sehingga kinerja manajerial tidak tercapai dengan maksimal.
Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Motivasi, dan Pelimpahan Wewenang terhadap Kinerja
Manajerial
Hasil pengujian statistik uji simultan atau bersama-sama (Uji F) menyangkut pengaruh partisipasi
penyusunan anggaran, motivasi, dan pelimpahan wewenang terhadap kinerja manajerial Dinas Daerah di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) diperoleh angka F hitung (5,066) > Ftabel (2,79) dengan sig.
hitung 0,000 < 0,05 (α: 5%). Hal ini berarti bahwa Partisipasi Penyusunan Anggaran, Motivasi, dan Pelimpahan
Wewenang secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Manajerial Dinas Daerah di Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).
Besarnya adjusted R2 (koefisien determinasi yang telah disesuaikan) adalah 0,187. Nilai ini menunjukkan
bahwa 18,7% variasi kinerja manajerial dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen yaitu
partisipasi, motivasi, dan pelimpahan wewenang, sedangkan sisanya 82,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di
luar model, seperti lingkungan kerja, budaya organisasi, kompensasi atau insentif, dan kepuasan kerja.
Berdasarkan hasil uji statistik atas persamaan regresi diketahui bahwa variabel motivasi penyusunan
anggaran memiliki pengaruh paling besar terhadap kinerja manajerial Dinas Daerah di Kabupaten Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). Variabel berikutnya adalah variabel partisipasi penyusunan anggaran,
kemudian variabel pelimpahan wewenang penyusunan anggaran. Dengan kata lain, kinerja manajerial
dilatarbelakangi oleh motivasi yang tinggi dalam proses penyusunan anggaran. Adanya motivasi akan memacu
partisipasi staf dalam proses penyusunan anggaran, namun hal ini harus ditunjang oleh kepercayaan dari atasan
berupa pelimpahan wewenang. Dengan demikian, hal ini dapat berkontribusi terhadap kesuksesan dalam jenjang
karir guna mendukung pelaksanaan tugas dengan baik dan benar.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
1. Nilai dari variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran atau b1 adalah positif (0,135). Nilai koefisien regresi b1
ini menunjukkan bahwa variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran mempunyai pengaruh hubungan positif
dan searah terhadap Kinerja Manajerial secara statistik.
2. Pengujian hipotesis 1, diperoleh hasil thitung < ttabel, dengan demikian Ha1 ditolak atau dengan kata lain variabel
Partisipasi Penyusunan Anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Manajerial Dinas Daerah di
Kabupaten Siatro.
3. Nilai dari Motivasi atau b2 adalah positif (0,338). Nilai koefisien regresi b2 ini menunjukkan bahwa variabel
Motivasi mempunyai pengaruh hubungan positif dan searah terhadap Kinerja Manajerial secara statistik.
4. Pengujian hipotesis 2, diperoleh hasil thitung > ttabel, dengan demikian Ha2 diterima atau dengan kata lain variabel
Motivasi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Manajerial Dinas Daerah di Kabupaten Siatro.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
22
5. Nilai dari variabel Pelimpahan Wewenang atau b3 adalah positif (0,112). Nilai koefisien regresi b3 ini
menunjukkan bahwa variabel Pelimpahan Wewenang mempunyai pengaruh hubungan positif dan searah
terhadap Kinerja Manajerial secara statistik.
6. Pengujian hipotesis 1, diperoleh hasil thitung < ttabel, dengan demikian Ha3 ditolak atau dengan kata lain variabel
Pelimpahan Wewenang tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Manajerial Dinas Daerah di Kabupaten
Siatro.
Saran
1.
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukan beberapa saran sebagaimana berikut ini:
Untuk meningkatkan pengetahuan pegawai perlu diberikan kesempatan kepada para pegawai yang
memenuhi syarat untuk mengikuti studi lanjut.
Dari aspek keterampilan para pegawai dapat diikut-sertakan dalam kegiatan-kegiatan pelatihan/kursus yang
berkaitan dengan bidang tugas. Setiap unit (eselon) mempunyai karakteristik yang berbeda dengan unit-unit
lain, sehingga perlu keterampilan khusus, seperti diklat bendahara, dan lain-lain.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan motivasi seyogyanya mengupayakan peningkatan secara kualitas dan
kuantitas reward (remunerasi) berdasarkan pencapaian kinerja pegawai.
Penggunaan instrumen tidak hanya berupa kuesioner, juga bisa dilakukan wawancara secara langsung
dengan narasumbernya, agar hasil yang didapa lebih akurat, tidak terjadi persepsi (pandangan) yang berbeda
antara responden dengan peneliti, serta menghindari tidak kembalinya kuesioner.
Penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat memperluas variasi populasi dan jumlah sampel, sehingga
diharapkan dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih baik. Penelitian yang akan datang juga dapat melibatkan
seluruh Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di Sitaro. Di samping itu, bisa ditambahkan variabel lain
yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja manajerial, seperti lingkungan pekerjaan, lamanya bekerja dan
lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara. 2010. Evaluasi Kinerja SDM. Hal 61-77.
Ardiani, Ika S., Dian Triyani, dan Anik Puji Lestari. 2011. PC engaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran
terhadap Kinerja Manajerial dengan Ketidakpastian Lingkungan, Komitmen Organisasi dan Pelimpahan
Wewenang sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus pada Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang).
Seminar Nasional Ilmu Ekonomi Terapan Fakultas Ekonomi UNIMUS.
Brownell.P, 1981a. Participation in Budgeting Process; when it works and itu doesn’t. Journal of Accounting
Literature, Vol 1: 124-153.
_________ , 1982b. The Role Of Accoutning Data in Performance Evaluation, Budgetery Participation, and
Organization Effectivenes. Journal of Accounting Research, Vol 20: 12-27.
Brownell, P dan M, Miclines. 1986. Budgetery Participation, Motivation, and Managerial Performance. The
Accounting Review. Vol LXI No. 4. October: 587-600.
Bryan.J.E A Locke. 1967. Goal Setting as a Means of Increasing Motivation, The of Applied Psycology. (June):
274-277.
Depdagri RI. 2007. Permendagri Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2008.
Desi Winarni. 2013. Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran, Motivasi, Pelimpahan Wewenang,
Budaya Organisasi terhadap KinerjaManajerial (Studi Kasus Pada Dinas Dilingkungan Kabupaten
Muaro Jambi).
Depdagri RI. 2006. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Ferdinand, Augusty Tae. 2006. Structural Equation Modelling Dalam Penelitian Manajemen. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Frisilia Wihasfina Hafiz. 2007. Pengaruh Partisipasi anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada PT Cakra
Compact Aluminium Industries. Universitas Negeri Sumatra Utara.
Garrison Noorren, diterjemahkan oleh Totok Budi Santoso.2000. Akuntansi Manajerial. Jakarta; Salemba
empat.
Galbraith, J.1973. Designing Complex Organizations. Reading, Mass.: Addison-Wesley Publishing Company.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 1. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
23
Gul. F.A., J.S.L Tsui, S.C.C Fong, and H.Y.L Kwok. 1995. Decentralization as A Moderating Factor in the
Budgetary Participation – Performance Relationship; Some Hongkong Evidance, Accounting and
Business Reserach. Vol 25:107-113.
Goleman, D. 1997. Emotional Intellegence : Why it can matter more than IQ. New York: Bantam Books.
Hansen, Don R. and M.M. Mowen. 2000. Management Accounting. 5th Edition Sount-Western College
Publishing.
Hehanussa. 2001. Pengaruh Locus of Control terhadap Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran
dengan Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajerial.Tesis S2 tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Indriantoro, Nur. 1993. An Empirical Study of Locus of Control and Cultural Dimensions as Moderating
Variabels of The Effect of Participaive Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Januari, 15(1), 97-114.
Kennis I. 1997. Effect of Budgetery Goal Charactiristics on Managerial Attitudes And Performance. The
Accounting Review. Vol. LIV No. 4 October: 707-721.
Lotta Saarikoski. 2006. The Effect of Cost Management Knowledge on The Relationship between Budgetary
Participation and Managerial Performance. The British Accounting Review 38 (2006) No. 427-440.
Mahoney, T A. T,H Jedee & S J Carroll . 1963. Development of Management Performance : A Research
Approach. Cincinnati : South Western Publishing.
Malayu S.P. Hasibuan. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke-7. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Marani dan Supomo. 2003. Motivasi dan Pelimpahan Wewenang Sebagai VariabelModerating Dalam
Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Manajerial. Journal Riset Akuntasi
Indonesia. Vol 2. Januari 2003.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Meilani Utami. 2009. Pengaruh Pelimpahan Wewenang dan Motivasi Terhadap Hubungan Antara Partisipasi
Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Manajerial; Survey Pada Pejabat Struktural di SKPD
Pemerintah Kabupaten Klaten. Universitas Muhammadyah Surakarta.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, & Rekayasa. Edisi 3. Yogyakarta: Salemba Empat
Munandar.M. 2001. Budgeting, Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja. Edisi
pertama, BPPE Yogyakarta
Mia.L. 1988. Managerial Atittude, Motivation and Effectiveness of Budget Participation. Accounting
Organization and Society. Vol.13 No 5:465-475.
Milani. 1975. The Relationship Of Participation in Budget Setting to Industirial Supervisior Performance and
Attitudes: A Field Study. Accounting Review. April P. 274-284.
Mitchell, T,R. 1982. Motivation: New Direction For Theory, Research and Practice. Academy Of Management
Review. Vol.7 No 1:80-88.
Nafarin, M. 2000. Penganggaran Perusahaan Edisi I. Jakarta: Salemba Empat.
Nanda Hapsari A R. 2010. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial dengan
Komitmen Organisasi dan Locus of Control sebagai Variabel Moderating.Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang.
Puspaningsih. 2004. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer
Perusahaan Manufaktur. JAAI Volume 8 No. 1, Juni 2004.
Rinusu dan Sri Mastuti. 2003. Panduan Praktis Mengontrol APBD. Jakarta: Civic Education and Budget
Transperency Advocation (CiBa) and Friedrich Ebert Stiftung (FES).
Ritonga, Panangaran. 2008. Pengaruh Budaya Paternalistik dan Komitmen Organisasi terhadap Hubungan
antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial pada PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara.
Tesis. Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Riyadi, Slamet. 2000. Motivasi dan Pelimpahan Wewenang sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan
antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.
3 No. 2. Juli. pp. 134-150.
Robbins., S.P. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jilid 1 Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Prenhallindo.
Sardjito, Bambang dan Osmad Muthaher. 2007. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja
Aparat Pemerintah Daerah: Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating.
Artikel yang disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Universitas Hasanuddin
Makassar.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
24
Supiyono. 2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE
Supomo, B, Nur, Indriantoro. 1998. Pengaruh Struktur dan Kultur Organisasi Terhadap Keefektifan Partisipasi
Anggaran dalam Peningkatan Kinerja Manajerial: Studi Empiris Perusahan Manufaktur. Kelolo. No. 18,
61-68.
Surya, Dharma. 2005. Manajemen Kinerja: Falsafah Teori dan Penerapannya, Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Soetrisno. 2010. Pengaruh Partisipasi, Motivasi, dan Pelimpahan Wewenang, Dalam Penyusunan Anggaran
Terhadap Kinerja Manajerial. Studi Empiris Pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di
Kabupaten Rembang. Universitas Diponegoro.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pemrimbangan Keuangan.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja Edisi Dua. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Wiryono dan Raharjo. 2007. Pengaruh Karakteristik Personalitas Manajer terhadap Hubungan antara
Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Manajerial. Kinerja , Vol. 11, No. 1, Tahun
2007 Hal. 50-63.
http://manado.bpk.go.id/
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
25
ANALISIS PENERIMAAN RETIBUSI PARKIR KOTA MANADO TAHUN 2008-2012
Oleh:
Edward Ricardo Go
Jullie Sondakh
Heince Wokas
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi
email : [email protected]
ABSTRAK
Retribusi parkir merupakan salah satu sumber utama bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Berlakukanya otonomi daerah di Indonesia, menjadikan retribusi parkir sebagai salah satu sumber penerimaan
daerah. Penelititan ini dilakukan di Kantor Dinas Perhubungan (DISHUB) Kota Manado, Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Perparkiran yang bertanggung jawab dalam pengelolaan retribusi parkir. Penelitian ini bertujuan
menganalisis perkembangan penerimaan retribusi parkir, meramalkan realisasi penerimaan retribusi parkir pada
tahun 2016-2020, dan memberikan gagasan/wacana untuk meningkatkan efektivitas retribusi parkir dikemudian
hari. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa UPT Perparkiran Dishub Kota Manado telah memenuhi target realisasi penerimaan
retribusi parkir oleh Pemkot Manado dengan maksimal dan efektif. Setelah dilakukan analisis efektivitas dapat
disimpulkan, realisasi penerimaan retribusi parkir terus mengalami peningkatan mulai dari 61,20 % pada tahun
2008 hingga mencapai 111,46 % pada tahun 2012. Berdasarkan peramalan besarnya realisasi penerimaan
retribusi parkir pada tahun 2016-2020, dapat disimpulkan bahwa realisasi penerimaan retribusi parkir terus
mengalami peningkatan, dari tahun 2012-2016 meningkat sebesar 385,83%, hingga mencapai 907,7% pada
tahun 2020. Berdasarkan peramalan tersebut, untuk meningkatkan efektivitas penerimaan retribusi parkir, UPT
Perparkiran Dishub Kota Manado disarankan melakukan perbaikan mulai dari evaluasi kebijakan tarif, efisiensi
dan efektivitas SDM terhadap pengawasan rutin di TKP, dan perbaikan sumber daya atau menggunakan sistem
komputerisasi untuk meminimalisasi penyelewengan.
Kata kunci
: realisasi efektivitas penerimaan retribusi parkir, analisis trend.
ABSTRACT
Parking retribution is one main source for Regional Original Revenue (PAD). The employment of
regional autonomy in Indonesia makes parking retribution as one source of regional revenues. This research was
done in Transportation Institution Office (DISHUB) Manado City and Parking Technical Executing Units
(UPT) that responsible in handling parking retribution management. This research aims to analyze the
development of parking retribution revenues, to forecast the realization of parking retribution effectiveness from
2016 until 2020, and to give insight for improving the parking retribution effectiveness in the future. The used
analysis method is descriptive analysis method. Based on this research results, it is shown that UPT DISHUB
Kota Manado have met the realization target of parking retribution revenues by Regional Government Manado,
excellently and effectively. After the effectiveness analysis has been done, it can be concluded that the
realization of parking retribution revenues is still increasing, starting from 61.20% at 2008, until reaching
111.46 at 2012. Based on the forecasting of parking retribution revenues amount from 2016 until 20120, it is
simplified that the realization of parking retribution is always increasing, between 2012-2016, it has increased
up to 385.83% until reach 361.04% at 2020. Based on those forecasting, for improving the effectiveness of this
revenues, it is suggested to parking UPT for conducting enhancement, start from fee policy evaluation, HR
efficiency and effectiveness to routine monitoring in TKP, and Natural Resources improvement or using
computerized system to minimize indiscipline.
Keywords
: realization of parking retribution effectiveness, trends analysis.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
26
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap masyarakat. Oleh karena itu negara menempatkan perpajakan
sebagai perwujudan salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong royongan nasional sebagai peran
serta aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan. Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan
tugas pemerintahan dan pembangunaan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan.
Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia,
yaitu mulai tanggal 1 Januari 2001. Dengan adanya otonomi, daerah dipacu untuk dapat berkreasi mencari
sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah.
Sektor pajak merupakan pilihan yang sangat tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil tetapi juga
merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan. Salah satu sumber
pendapatan daerah yang dapat digali dalam rangka peningkatan PAD adalah retribusi daerah. Dari berbagai
alternatif penerimaan Daerah, Undang-undang tentang penerimaan daerah dan juga tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah, menetapkan Pajak dan Retribusi Daerah sebagai sumber
Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) bersumber dari dalam Daerah itu sendiri. Sektor pajak sebagai salah satu
sumber penerimaan negara yang sangat potensial.
Penetapan Undang-Undang di atas, menjadikan sektor pajak sebagai salah satu sumber penerimaan
negara yang sangat potensial. Berdasarkan Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka
Pemerintah Kota Manado dalam hal ini Dinas Perhubungan Kota Manado bagian Unit Pelaksana Teknis
Perparkiran menjadikan retribusi parkir sebagai salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah
dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas sosial ekonomi masyarakat di suatu daerah mengakibatkan
peningkatan pada jumlah kendaraan yang digunakan masyarakat. Hal ini tentunya akan mengakibatkan
meningkatnya permintaan akan lahan-lahan parkir, dan akhirnya mampu meningkatkan PAD Kota Manado
melalui Retribusi Parkir. Pelayanan dalam bentuk penyediaan fasilitas parkir oleh pemerintah terdiri dari parkir
di badan jalan (on street parking) atau biasa disebut parkir Tepi Jalan Umum (TJU) dan Parkir di luar badan
jalan (off street parking) atau biasa disebut Tempat Khusus Parkir (TKP).
Berdasarkan fenomena dan potensi penerimaan dari retribusi parkir akan semakin besar, seiring dengan
meningkatnya aktivitas sosial ekonomi masyarakat di suatu daerah mengakibatkan peningkatan pada jumlah
kendaraan yang digunakan masyarakat. Hal ini tentunya akan mengakibatkan meningkatnya permintaan akan
lahan-lahan parkir, dan akhirnya mampu meningkatkan PAD Kota Manado melalui Retribusi Parkir. Namun
kondisi ini tidak sejalan dengan kondisi realisasi penerimaan retribusi parkir di Kota Manado. Hal ini
disebabkan karena kontroversi yang sering terjadi dititik-titik parkir Kota Manado yang berada dititik pusat
perekonomian Kota Manado, dimana masih kurangnya sumber daya yang disediakan oleh pihak Dishub, antara
lain belum dibuatkan sistem komputerisasi yang canggih, pengaturan tata letak parkir, juru parkir yang belum
memadai
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas penerimaan retribusi parkir, mengukur
penerimaan retribusi parkir yang akan direalisasi pada tahun 2016-2020, dan mengidentifikasi serta memberikan
gagasan/wacana untuk meningkatkan efektivitas retribusi parkir pada UPT Perparkiran Dinas Perhubungan di
Kota Manado.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Akuntansi
Akuntansi menurut Wygandt et al, (2011: 4) adalah “In total, accounting involves the entire process of
identifying, recording, and communicating economic event.”
“Akuntansi bisa didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi:
pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangan tentang entitas ekonomi kepada
pemakai yang berkepentingan.”
Perpajakan
Definisi atau pengertian pajak menurut Soemitro dikutip oleh Madiasmo (2009), pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
27
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Menurut Feldmann, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada penguasa,
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontra-prestasi, dan semata-mata
digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. (Ilyas dan Burton, 2011:6).
Tarif pajak digunakan dalam perhitungan besarnya pajak terutang. Dengan kata lain, tarif pajak merupakan tarif
yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (Waluyo, 2011: 18).
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Siahaan (2010), yaitu penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah seseuai dengan peraturan
perundang-undang yang berlaku.
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilkukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undang yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah
(Siahaan, 2010: 9). Sedangkan Menurut UU No.28 Tahun 2009 Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 nomor
64 “Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemeberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.”
Retribusi Parkir
Dalam pengelolaan parkir di Kota Manado, Dinas Perhubungan (DISHUB) Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Perparkiran yang mengelolah retribusi parkir baik pada parkir di badan jalan (on street parking) atau biasa
disebut parkir Tepi Jalan Umum (TJU) dan Parkir di luar badan jalan (off street parking) atau biasa disebut
Tempat Khusus Parkir (TKP). Retribusi parkir merupakan salah satu sumber PAD yang berasal dari daerah itu
sendiri, sehinggasStrategi merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang berkaitan dengan
keunggulan strategi. Keunggulan strategi dirancang sesuai dengan tantangan lingkungan sehingga tujuan utama
dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh daerah. Dalam upaya meningkatkan kontribusi retribusi
daerah terhadap PAD Pemerintah Daerah harus mampu merumuskan perencanaan strategis terkait dengan
peningkatan penerimaan retribusi daerah.
Definisi Efektivitas
Penelitian kepustakaan yang ada mengenai teori efektivitas memperlihatkan keanekaragaman dalam hal
indikator penilaian tingkat efektivitas suatu hal. Hal ini terkadang mempersulit penelaahan terhadap suatu
penelitian yang melibatkan teori efektivitas, namun secara umum, efektivitas suatu hal diartikan sebagai
keberhasilan dalam pencapaian target atau tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas memiliki beragam jenis, salah satunya adalah efektivitas organisasi. Sama halnya dengan teori
efektivitas secara umum, para ahli pun memiliki beragam pandangan terkait dengan konsep efektivitas
organisasi. Efektivitas organisasi adalah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan organisasi (target) atau dengan
rumus E = R/T. E:Efektivitas, R:Realisasi, T:Target. R adalah proses dalam hal ini proses produksi, dan setiap
proses terdiri dari input, throughput dan output.
Berdasarkan teori tersebut, efektivitas merupakan penilaian terhadap hubungan target yang direncanakan
dengan realisasi yang dicapai. Dengan adanya target yang diberikan maka tentunya ada usaha yang akan
dilakukan oleh suatu lembaga atau perusahaan agar dalam menjalankan organisasinya terdapat tujuan yang jelas
sehingga target tersebut dapat direalisasi dengan sebaik-baiknya ke suatu titik yang bisa dikatakan efektif.
Analisis Trend
Analisis trend merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau
peramalan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai
macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup panjang,
sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diketahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi terhadap perubahan tersebut.
Secara teoristis, dalam analisis time series yang paling menentukan adalah kualitas atau keakuratan dari
informasi atau data-data yang diperoleh serta waktu atau periode dari data-data tersebut dikumpulkan. Jika data
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
28
yang dikumpulkan tersebut semakin banyak maka semakin baik pula estimasi atau peramalan yang diperoleh.
Sebaliknya, jika data yang dikumpulkan semakin sedikit maka hasil estimasi atau peramalannya akan
semakin jelek.
Metode yang digunakan untuk analisis time series adalah :
1.
Metode Semi Rata-rata (semi average method)
Dalam metode ini data dibagi menjadi 2 bagian secara rata (K1 dan K2), dengan persamaan linear
Y= a + bX
a1= K1 untuk kelompok 1
a2= K2 untuk kelompok 2
b= k2 – k1/ th dsr 2 – th dsr 1
2.
Metode Kuadrat Terkecil (least square method)
Dalam metode ini data juga dibagi dalam 2 kelompok yakni kelompok data ganjil dan genap, dengan persamaan
linear Y= a + bX
a = ΣY
b =ΣXY
3.
Metode Trend Kuadratis (quadratic trend method)
Dalam metode ini keseluruhan data diukur untuk menemukan trend dari suatu deret waktu,dengan persamaan
non linear Y = a + bX + cX
Untuk mencari koefisien a, b dan c digunakan rumus :
4.
Metode Trend Eksponensial (exponential trend method)
Dalam metode ini persamaan Y= a (1+b), LnY= Ln a + X Ln (1+b)
Untuk mencari koefisien a dan b :
a= anti Ln (∑ Ln Y) / n
b= anti Ln (∑ Ln Y) – 1 ∑(X)
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Peneliti
Judul
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Yunus (2012)
Pengelolaan
Retribusi
Parkir di Kota Makassar
(Studi
Kasus
di
Perusahaan
Daerah
Parkir Makassar Raya)
Letak
kesamaan
dengan penelitian
ini
adalah
pembahasannya
mengenai
pengelolaan
penerimaan
retribusi parkir
Dalam penelititan
ini
membahas
tingkat penerimaan
retribusi
parkir
namun pada objek
yang berbeda
Rumagit (2011)
Analisis Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah
Dalam
Struktur
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Di Kota Manado
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa perencanaan dalam hal ini
penentuan target retribusi parkir
pertahunnya masih belum efektif
karena tidak didukung oleh datadata
yang
akurat
mengenai
kawasan-kawasan parkir liar yang
dimanfaatkan orang-orang untuk
meraup keuntungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Manado sangat
bergantung pada penerimaan dari
pajak daerah dan retribusi daerah.
Hastuti (2008)
Strategi
Peningkatan
Penerimaan
Retribusi
Tempat Khusus Parkir
(TKP) Kabupaten Bogor.
Letak
kesamaan
dengan penelitian
ini
adalah
pembahasannya
mengenai Retribusi
Daerah.
Penelitian
ini
pembahasannya
mengenai
penerimaan
retribusi parkir
Perbedaannya,
objeknya
hanya
membahas
Retribusi Tempat
Khusus
Parkir
(TKP).
Perbedaannya,
objeknya
hanya
membahas
Retribusi Tempat
Khusus
Parkir
(TKP).
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
penyelenggaraan
dan
pengelolaan oleh swasta lebih
efisien dari pada penyelenggaran
dan pengelolaan secara swakelola
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
29
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini berbentuk analisis deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data sehingga diperoleh gambaran yang cukup jelas tentang
masalah yang dihadapi, kemudian ditarik suatu kesimpulan mengenai perhitungan, pencatatan, dan pelaporan.
Jenis dan Sumber Data
Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan (Kuncoro, 2004). Data
merupakan keterangan-keterangan yang diperoleh dari suatu penelitian yang dapat digunakan untuk
menganalisa permasalahan yang dihadapi dan selanjutnya untuk mencari alternatif yang sesuai. Data dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa Peraturan Daerah Tentang
Retribusi Jasa Usaha dan data kuantitatif berupa Laporan Rekapitulasi Penyetoran Retribusi PAD Perparkiran
Dinaas Perhubungan Kota Manado periode 2008-2012.
Sampel dan Populasi
Populasi adalah suatu sebaran atau himpunan seluruh elemen sejenis dari suatu objek penelitian, yang
diharapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Soeparno, 2009: 7). Dalam
penelitian ini tidak menggunakan himpunan elemen atau populasi.
Sampel dalam statistik diartikan sebagai kelompok elemen yang menjadi bagian dari suatu populasi
(Soeparno, 2009: 8). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah Laporan Rekapitulasi Penyetoran
Retribusi PAD Perparkiran Dishub Kota Manado Tahun 2008-2012.
Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu suatu
metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data sehingga diperoleh
gambaran yang cukup jelas tentang masalah yang dihadapi, kemudian ditarik suatu kesimpulan mengenai
perhitungan, pencatatan, dan pelaporan.
Dalam hal ini analisis yang akan digunakan untuk mendukung penelitian ini dengan menggunakan Teori
Efektivitas = Realisasi / Target, dimana Efektivitas realisasi penerimaan retribusi parkir diukur dengan Realisasi
retribusi parkir dibagi dengan Target penerimaan retribusi parkir yang langsung diberikan oleh Pemerintah Kota
Manado.
Analisis Trend atau peramalan tingkat penerimaan realisasi retribusi parkir berdasarkan laporan
rekapitulasi Retribusi PAD Perparkiran Dishub Kota Manado dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2008-2012),
menjadi bahan uji analisis.
Dengan Persamaan Kuadratisnya : Y = a + bX + cX
Untuk mencari koefisien a, b dan c digunakan rumus :
Dengan mencari nilai koefisien a,b dan c dapat diramalkan Realisasi Retribusi Parkir pada beberapa tahun
ke depan sebagai peramalan target dimasa yang akan datang. Dalam hal ini diambil tahun 2016-2020 sebagai
tahun yang akan kita uji peramalan realisasi retribusi parkir
Dengan menggunakan analisis tersebut kita bisa melihat efektivitas penerimaan retribusi tempat khusus
parkir dan menjadikannya sebagai bahan evaluasi agar kedepannya kita bisa memberikan gagasan atau wacana
kepada pihak UPT Perparkiran Dishub Kota Manado mengenai fenomena yang akan dibahas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Dalam rangka otonomi daerah, Pemkot Manado telah melakukan perubahan status desa menjadi
kelurahan, melalui Perda No.4 dan 5 tahun 2005 sehingga jumlah kelurahan menjadi 87 kelurahan. Seiring
dengan adanya pemekaran wilayah kecamatan, mengakibatkan jumlah kecamatan bertambah menjadi 9
kecamatan.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
30
Tabel 2 Luas Kota Manado Menurut Kecamatan Tahun 2010
Kecamatan
Luas (Km2)
%
Malalayang
Sario
Wanea
Wenang
Tikala
Mapanget
Singkil
Tuminting
Bunaken
JUMLAH
17,12
1,75
7,85
3,64
15,12
58,21
4,68
4,31
44,58
157,26
10,88
1,11
4,99
2,31
9,61
37,01
2,97
2,74
28,35
100
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Manado 2010)
Penelitian ini dilakukan pada Dinas Perhubungan Kota Manado khususnya bagian Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Perparkiran yang mengelola Retribusi Parkir baik pada parkir Tepi Jalan Umum (TJU) yakni parkir di
badan jalan (on street parking), dan Tempat Khusus Parkir (TKP) yakni parkir di luar badan jalan (off street
parking). Dilihat dari keberadaan TKP dan TJU dalam ruang lingkup perparkiran, maka Dinas Perhubungan
Kota Manado khususnya UPT Perparkiran diberikan kewenangan untuk mengelolah dan merealisasi target yang
setiap tahunnya diberikan oleh pihak Pemerintah Kota Manado.
Dinas Perhubungan Kota Manado melalui Peraturan Walikota Manado nomor 16 Tahun 2009 tentang
Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Perhubungan Kota Manado, memutuskan pembentukan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) yang meliputi:
a.
Unit Pelaksana Teknis Perparkiran
b.
Unit Pelaksana Teknis Terminal
c.
Unit Pelaksana Teknis Pengujian Kendaraan Bermotor
Sedangkan perparkiran yang berada di wilayah ruko, mall, manado town square, ataupun disektor industri
lainnya dikelola oleh Dinas Penadapatan Daerah (DISPENDA) dan tidak ada kaitannya dengan retribusi parkir
yang akan dibahas dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa realisasi penerimaan retribusi parkir
dari tahun 2008-2012 mengalami peningkatan yang signifikan, dan baik bagi perkembangan retribusi daerah
khususnya pendapatan asli daerah yang mengalami peningkatan.
Berdasarkan penggolongan tempat parkir tersebut, maka penerimaan retribusi parkir dan target realisasi
dari penerimaan retribusi parkir oleh UPT Perparkiran, dapat kita lihat dalam tabel Laporan Rekapitulasi
Penyetoran Retribusi Tempat Khusus Parkir (TKP) PAD Perparkiran Dishub Kota Manado yang menjadi data
untuk dibahas dalam penelitian ini (tahun 2008-2012) berikut.
Tabel 3 Laporan Rekapitulasi Penyetoran Retribusi PAD Perparkiran Dishub Kota Manado tahun 20082012
Tahun
Target
Ret.TJU
Ret.TKP
Jumlah
2008
Retribusi TJU Rp 42.650.000,Retribusi TKP Rp 812.400.000,Retribusi TJU Rp 45.000.000,Retribusi TKP Rp 500.000.000,Retribusi TJU Rp 76.400.000,Retribusi TKP Rp 802.500.000,Retribusi TJU Rp 71,254,767,Retribusi TKP Rp 915.000.000,Retribusi TJU Rp 100.000.000,Retribusi TKP Rp 1.491.000.000,Rp 4.856.204.767,-.
Rp 47.757.000,-
Rp 474.527.800,-
Rp 523.284.800,-
Rp 56.615.000,-
Rp 467.736.100,-
Rp 519.351.100,-
Rp 57.055.500,-
Rp 618.152.700,-
Rp 675.208.200,-
Rp 58.155.000,-
Rp 904.976.925,-
Rp 963.131.925,-
Rp 100.610.000,-
Rp 1.672.719.000,-
Rp 1.773.329.000,-
Rp 320.192.500,-
Rp 4.138.112.525,-
Rp 4.458.305.025,-
2009
2010
2011
2012
Total
(Sumber: UPT Perparkiran, 2013)
Berdasarkan tabel 3, Data Laporan Rekapitulasi Penyetoran Retribusi PAD Perparkiran Dishub Kota
Manado penerimaan realisasi retribusi parkir khususnya untuk tahun 2008-2012 adalah Rp 4.458.305.025,- dari
total keseluruhan target realisasi penerimaan retribusi parkir yang diberikan oleh Pemerintah Kota Manado
tahun 2008-2012 adalah Rp 4.856.204.767,-.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
31
Penerapan Pungutan Retribusi Tempat Khusus Parkir
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi, terdapat beberapa hal yang kurang sesuai dengan peraturan
daerah serta peraturan pemungutan pajak yang ditetapkan oleh UPT Perparkiran. Beberapa contoh pelanggaran
yang sering terjadi antara lain, kendaraan roda dua yang lalu lalang melewati TKP di Taman Kesatuan Bangsa,
hampir semuanya tidak membayar retribusi sebagaimana jelas tertera dalam Perda tarif kendaran roda dua 3 jam
pertama sebesar Rp 1.000,-. Hal ini tentu saja sering terjadi dan bisa dikatakan Perda yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Kota dalam hal ini Walikota, diabaikan oleh masyarakat pengguna jalan dikarenakan tidak adanya
sanksi bagi pelanggar peraturan daerah tersebut.
Sementara itu, tagihan karcis masuk kawasan Taman Kesatuan Bangsa (TKB) di pusat kota kembali
menuai sorotan. Bahkan oleh sebagian kalangan, karcis untuk retribusi yang diberlakukan kepada setiap
kendaraan yang memasuki kawasan tersebut, dinilai belum tepat. Sebab kebanyakan kendaraan yang hanya
melewati kawasan TKB dan tidak menggunakan jasa parkir serta TKB merupakan akses jalan utama yang
menghubungkan pusat kota. Hal ini tentunya sangat memberatkan sebagian besar masyarakat yang setiap
harinya diharuskan untuk melewati area Tempat Khusus Parkir seperti kawasan TKB. Bahkan petugas juru
parkir diarea TKB sering meminta lagi tagihan parkir di dalam kawasan, sehingga menimbulkan pungutan
berganda.
Penerapan Pungutan Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum
Berdasarkan observasi, penerapan pungutan retribusi parkir di Tepi Jalan Umum (TJU) belum memiliki
peraturan dan kawasan yang jelas, sehingga kebanyakan juru parkir yang bertugas tidak profesional serta
kebanyakan hanya warga daerah setempat yang bertugas. Berdasarkan hal tersebut, pemungutan retribusi parkir
di TJU kurang maksimal dan masih menimbulkan kemacetan dibeberapa titik TJU.
Sementara itu, tarif parkir di TJU belum memiliki tarif yang jelas sehingga tarif yang dipungut dibeberapa
lokasi berbeda-beda dan kejelasan aliran dana oleh juru parkir tidak jelas. Berdasarkan tata cara pemungutan
retribusi parkir dan kelancaran lalu lintas sebaiknya UPT Perparkiran mengevaluasi serta memperbaiki tata cara
pemungutan parkir, sehingga menciptakan kenyamanan bagi para pelaku jasa parkir di kota Manado serta
meningkatkan pendapatan asli daerah.
Pembahasan
Tabel 4. Laporan Rekapitulasi Penyetoran Retribusi Parkir PAD Perparkiran Dishub Kota Manado
tahun 2008-2012
Tahun
Target
Realisasi
Presentase (%) R/T
2008
2009
2010
2011
2012
Rp855.050.000,Rp 545.000.000,Rp 878.900.000,Rp 986.254.767,Rp 1.591.000.000,-
Rp 523.284.800,Rp 519.351.100.,Rp 675.208.200,Rp 963.131.925,Rp 1.773.329.000,-
61,20
95,29
76,82
97,66
111,46
Jumlah
Rp 4.856.204.767,-.
Rp 4.458.305.025,-
91.53
(Sumber: Olahan, 2013)
Berdasarkan tabel 4, Data Laporan Rekapitulasi Penyetoran Retribusi PAD Perparkiran Dinas
Perhubungan Kota Manado penerimaan realisasi retribusi parkir khususnya untuk tahun 2008-2012 adalah Rp
4.458.305.025,- dari total keseluruhan target realisasi penerimaan retribusi parkir yang diberikan oleh
Pemerintah Kota Manado tahun 2008-2012 adalah Rp 4.856.204.767,-.
Untuk mengukur apakah data tersebut bisa dikatakan efektif maka akan digunakan rumus Efektivitas =
Realisasi / Target atau Rp 4.458.305.025,- / Rp 4.856.204.767,- adalah 91,8% maka kesimpulan yang bisa
ditarik bahwa Dinas Perhubungan Kota Manado khususnya Unit Pelayanan Teknis (UPT) Perparkiran telah
merealisasi target yang diberikan oleh Pemerintah Kota Manado dengan efektif.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
32
Gambar 1 Trend Efektivitas Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir
Trend Efektivitas Realisasi Penerimaan Retribusi
Parkir
150
100
95.29
Realisasi (%)
61.2
50
97.66
111.46
76.82
0
2008
2009
2010
2011
2012
Trend Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir
(Sumber: Olahan, 2013)
Berdasarkan Gambar 1, trend efektivitas realisasi penerimaan retribusi parkir, grafik nilai presentase
realisasi pada tahun 2008 sebesar 61,20%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup signifikan
yakni nilai presentasinya sebesar 95,29%, sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup
signifikan dengan nilai presentase 76,82% dan pada tahun berikutnya yakni tahun 2011 kembali meningkat
dinilai 97,66%. Kemudian tahun 2012 mencapai nilai presentase tertinggi sebesar 111,46%.
Analisis Trend Kuadratis Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir
Berdasarkan data rekapitulasi penyetoran retibusi penyetoran retribusi PAD Perparkiran Dishub Kota
Manado selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, dapat diukur analisis trend atau peramalan ke depan
realisasi penerimaan retribusi parkir yang dapat dicapai oleh UPT Perparkiran. Hasil analisis trend dapat dilihat
dalam gambar tabel berikut ini.
Tabel 5 Analisis Trend Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir UPT Perparkiran Dinas Perhubungan
Kota Manado dari tahun 2008-2012
Tahun
Realisasi (Y)
X
XY
X²
X²Y
2008
2009
2010
2011
2012
Jumlah
523.284.800
519.351.100
675.208.200
963.131.925
1.773.329.000
4.458.305.025
-2
-1
0
1
2
-1.046.569.600
-519.351.100
0
963.131.925
3.546.658.000
2.943.869.225
4
1
0
1
4
10
2.093.139.200
519.351.100
0
963.131.925
7.093.316.000
10.668.938.225
16
1
0
1
16
34
(Sumber: Olahan, 2013)
Dengan Persamaan Kuadratisnya : Y = a + bX + cX
Untuk mencari koefisien a, b dan c digunakan rumus :
Dengan mencari nilai koefisien a,b dan c dapat diramalkan Realisasi Retribusi Parkir pada beberapa tahun
ke depan sebagai peramalan target dimasa yang akan datang. Dalam hal ini diambil tahun 2016-2020 sebagai
tahun yang akan kita uji peramalan realisasi retribusi parkir.
Penyelesaian:
=
= 573.840.337,14
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
33
= 283.362.322,5
= 126.891.083.92
Dengan menggunakan persamaan tersebut, dapat diramalkan Realisasi Retribusi Parkir UPT Perparkiran
dari tahun 2016-2020.
Jadi pada tahun 2016 diperkirakan realisasi retribusi parkir bisa mencapai Rp 6.842.093.293,Jadi pada tahun 2017 diperkirakan realisasi retribusi parkir bisa mencapai Rp 8.775.039.706,72,Jadi pada tahun 2018 diperkirakan realisasi retribusi parkir bisa mencapai Rp 10.961.768.288,02,Jadi pada tahun 2019 diperkirakan realisasi retribusi parkir bisa mencapai Rp 13.402.279.037,16,Jadi pada tahun 2020 diperkirakan realisasi retribusi parkir bisa mencapai Rp 16.096.571.954,14,Gambar 2 Trend Peramalan Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir
Trend Peramalan Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir
20.00
16.09
15.00
Jumlah dalam
(Miliaran)
13.40
10.00
5.00
6.84
8.78
10.96
0.00
2008
2009
2010
2011
2012
Trend Peramalan Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir
(Sumber : Olahan, 2013)
Menurut trend Gambar 2, dapat dlihat hasil tersebut realisasi penerimaan retribusi parkir di kota Manado
terus mengalami peningkatan yang konsisten setiap tahun. Dengan perkembangan ini tentu sangat baik bagi
perkembangan PAD Kota Manado dan tentu saja jalanan maupun lahan parkir harus ditata dan diatur dengan
sebaik-baiknya agar realisasi penerimaan retribusi parkir akan semakin meningkat. Bila dilihat dari realisasi
retribusi parkir pada tahun 2012, sebesar Rp 1.773.329.000,- mengalami peningkatan yang sangat signifikan
pada angka 907,7% pada tahun 2020, yakni sebesar Rp 16.096.571.954,14,-.
Berdasarkan hasil peramalan tersebut, dapat menjadi acuan bagi pihak Pemerintah Kota Manado dalam
pemberian target realisasi penerimaan retribusi parkir setiap tahunnya, sehingga dalam penentuan dan
pelaksanaannya dilapangan pihak UPT Perparkiran dapat meningkatkan kinerjanya. Apabila mengacu pada teori
efektivitas, pemberian target yang optimal dan dengan perhitungan yang baik, maka tentunya ada usaha yang
akan dilakukan agar dalam menjalankan tugasnya terdapat tujuan yang jelas sehingga target tersebut dapat
direalisasi dengan optimal dan bisa dikategorikan efektif.
Hasil analisis dari keseluruhan data menunjukkan, bahwa UPT Perparkiran Dishub Kota Manado telah
merealisasi target dari Pemerintah Kota Manado dengan baik dan apabila setiap tahunnya target dari Pemerintah
semakin meningkat maka akan sangat baik bagi perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Manado
yang akan juga semakin meningkat. Kemudian pada tahun 2012 setelah terjadi pergantian Kepala UPT
Perparkiran, nilai presentase realisasi retribusi parkir mencapai nilai tertinggi dan mencapai nilai presentasi
sebesar 111,46%.
Tentu dari hasil tersebut dan dengan sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya seperti sekarang,
UPT Perparkiran Dishub Kota Manado telah merealisasi target dari Pemkot Manado dengan efektif. Sedangkan
perbaikan SDM sangat diperlukan untuk memaksimalkan sumber penerimaan retribusi parkir, mulai dari
profesionalisme juru parkir, tarif parkir TJU yang diatur dengan jelas sehingga tidak menimbulkan kebingungan
bagi masyarakat. Sedangkan perbaikan sumber daya dimulai dengan menggunakan sistem komputerisasi yang
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
34
lebih canggih, sehingga nilai presentasi diyakini dapat lebih ditingkatkan dan penyelewengan pemungutan
retribusi parkir dan pemungutan ganda di dalam kawasan bisa diminimalisasi serta keadaan lalu lintas di Kota
Manado akan semakin lebih baik.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dishub Kota Manado, maka
dapat dikemukakan beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. UPT Perparkiran Dishub Kota Manado telah merealisasi target realisasi penerimaan retribusi parkir yang
diberikan oleh Pemerintah Kota Manado secara maksimal dan efektif. Setelah dilakukan analisis efektivitas
dapat disimpulkan bahwa realisasi penerimaan retribusi parkir terus mengalami peningkatan mulai dari 61,20
% pada tahun 2008 hingga mencapai 111,46 % pada tahun 2012. Target yang diberikan oleh Pemerintah
Kota Manado yang semakin meningkat setiap tahunnya sangat dan harus dibarengi dengan perbaikan sumber
daya yang ada.
2. Target retribusi yang diberikan oleh Pemerintah Kota Manado cenderung belum menggunakan suatu metode
yang tepat. Contohnya target TKP tahun 2008 Rp 812.400.000,- tetapi tahun 2009 mengalami penurunan
hingga Rp 500.000.000,- sehingga realisasi retribusi parkir masih mengalami fluktuasi yang belum beraturan
atau naik turun. Kemudian setelah melakukan analisis trend atau peramalan pada tahun 2016-2020
diperkirakan realisasi retribusi parkir oleh UPT Dishub Kota Manado akan terus mengalami peningkatan
mulai dari Rp 6.842.093.293,26,- pada tahun 2016 atau mengalami peningkatan dari Rp 1.773.329.000,pada tahun 2012 sebesar 385,83%, hingga mencapai angka Rp 16.096.571.954,14,- pada tahun 2020 atau
meningkat 907,7% dari tahun 2012.
3. Sementara itu, tarif parkir dan sistem pemungutan retribusi parkir belum memiliki tarif yang jelas dan tata
cara pemungutan yang belum maksimal kejelasan aliran dana oleh juru parkir masih belum jelas.
Berdasarkan tata cara pemungutan retribusi parkir dan kelancaran lalu lintas sebaiknya UPT Perparkiran
Dishub Kota Manado mengevaluasi serta memperbaiki tata cara pemungutan parkir, sehingga menciptakan
kenyamanan bagi para pelaku jasa parkir di kota Manado serta meningkatkan pendapatan asli daerah.
Saran
1. Berdasarkan teori efektivitas, pemberian target yang optimal dan dengan perhitungan yang baik, maka
tentunya ada usaha yang akan dilakukan oleh suatu lembaga atau perusahaan agar dalam menjalankan
organisasinya terdapat tujuan yang jelas sehingga target tersebut dapat direalisasi dengan sebaik-baiknya ke
suatu titik yang bisa dikatakan efektif
2. Penulis menyarankan kepada pihak UPT Perparkiran Dishub Kota Manado untuk lebih berupaya
meningkatkan realisasi penerimaan retribusi parkir terus ditingkatkan, mulai dari evaluasi kebijakan tarif,
efisiensi dan efektivitas SDM pengelola, pengawasan pengelolaan TKP, komputerisasi, dan perbaikan sistem
dalam melakukan pengawasan rutin untuk meminimalisasi penyelewengan uang retribusi.
3. Melihat keadaan jumlah kendaraan pribadi dan kendaraan umum yang semakin meningkat, sebaiknya pihak
UPT Perparkiran Dishub Kota Manado melakukan penambahan jumlah lahan parkir yang baru agar
perparkiran bisa lebih terkendali dan tidak menimbulkan kemacetan serta penambahan juru parkir yang
memadai
DAFTAR PUSTAKA
Hastuti. 2008. Strategi Peningkatan Penerimaan Retribusi Tempat Khusus Parkir (TKP) Kabupaten Bogor.
Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Ilyas., Burton. 2011. Hukum Pajak. edisi 5. Salemba Empat. Jakarta
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantitatif. Edisi Kedua. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. edisi revisi 2009. Andi. Yogyakarta
Rumagit, Melanie. 2011. Analisis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Struktur Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Kota Manado. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi. Manado
Siahaan. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. edisi revisi 2010. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Soeparno. 2009. Analisis Forecasting dan Keputusan Manajemen. Salemba Empat. Jakarta
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
35
UU RI No.28 Tahun 2009. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. SL Media. Jakarta
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. edisi 10 buku 1. Salemba Empat. Jakarta
Yunus, Sartika. 2012. Pengelolaaan Retribusi Parkir di Kota Makassar (Studi Kasus diPerusahaan Daerah Parkir
Makassar Raya. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar
Weygandt., Kimmel., Kieso. 2011. Financial Accounting IFRS Edition. John Wiley & Sons, Inc. USA
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
36
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BPHTB TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MANADO
Oleh:
Hendrik Ricart Pangemanan
Inggriani Elim
Stanley Kho Walandouw
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
email: [email protected]
ABSTRAK
Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan daerah yang sangat diandalkan
guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Salah satu jenis Pajak Daerah yang dipungut oleh Pemerintah
Kota adalah Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Pajak BPHTB adalah pajak atas
perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas dan
kontribusi Pajak BPHTB terhadap penerimaan Pajak Daerah Kota Manado. Penelitian ini dilakukan pada Dinas
Pendapatan Kota Manado. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu
menganalisis data target dan realisasi penerimaan Pajak BPHTB tahun 2011 dan 2012 dengan menggunakan
rasio efektivitas dan rasio kontribusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas Pajak BPHTB
tahun 2011 belum mencapai target, sebab hanya mencapai 70,99% dan pada tahun 2012 sudah mencapai target
dengan persentase 116,95% yang termasuk dalam kriteria sangat efektif. Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir
sejak dialihkan menjadi Pajak Daerah tahun 2011, kontribusi Pajak BPHTB menunjukkan kriteria kontribusi
yang cukup baik terhadap penerimaan Pajak Daerah tahun 2011 dan 2012. Tahun 2011 persentase kontribusinya
sebesar 30,25% dan tahun 2012 naik menjadi 30,72%.
Kata kunci : pajak bphtb, pajak daerah, efektivitas,kontribusi
ABSTRACT
Local Taxes are one source of financing local development a very reliable to support the implementation
of regional autonomy. One type of regional tax levied by the City Government is Customs on Acquisition of
Land and Building (BPHTB). BPHTB tax is a tax on acquisition of land and / or buildings. This study aims to
determine the effectiveness and contribution of BPHTB tax to the revenue of Manado City Local Tax. The
research was conducted at the Department of Revenue the city of Manado. Method of analysis used is
descriptive quantitative method, namely analyzing the data of the target and realization receipts of BPHTB Tax
in 2011 and 2012 by using the ratio of effectiveness and contribution ratio. The results showed that the rate of
effectiveness BPHTB Tax in 2011 has not reached the target, because only reached 70.99% and in 2012 already
reached the target with the percentage 116.95% which is included in the criteria is very effective. Within a
period of 2 years since transitioned into Local Taxes in 2011, contributing of BPHTB tax showed a fairly good
criterion contribution for Local Tax revenues in 2011 and 2012. In 2011 the percentage its contribution
amounting 30.25% and in 2012 increased to 30.72%.
Keywords: bphtb tax, local taxes, effectiveness, contribution
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
37
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelaksanaan otonomi daerah dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan (urusan) dari
Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah. Untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah, maka diperlukan
sumber-sumber penerimaan daerah yang memadai dan mampu membiayai pelaksanaan pembangunan di suatu
daerah. Salah satu sumber penerimaan daerah sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah adalah Pajak Daerah. Pajak Daerah dapat diartikan sebagai biaya
yang harus dikeluarkan seseorang atau suatu badan untuk menghasilkan pendapatan di suatu daerah, karena
ketersediaan berbagai sarana dan prasarana publik yang dinikmati semua orang tidak mungkin tanpa adanya
biaya yang dikeluarkan dalam bentuk pajak tersebut.
Dewasa ini, Pajak Daerah terdiri dari berbagai jenis pajak yang terkait dengan berbagai sendi kehidupan
masyarakat. Salah satu jenis pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah Kabupaten/Kota sesuai UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah Pajak Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 menyatakan bahwa Pajak Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau
bangunan. Sedangkan Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum
yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan.
Pajak BPHTB semula berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 yang kemudian diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
merupakan Pajak Pusat yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak. Berdasarkan
pertimbangan efisiensi dan dalam upaya menata kembali sistem perpajakan nasional yang dikaitkan dengan
pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, maka dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009, Pajak BPHTB dialihkan menjadi pajak daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan Peraturan Direktorat
Jendral Pajak Nomor : PER-47/PJ/2010 tertanggal 22 Oktober 2010 ditegaskan bahwa mulai tanggal 1 Januari
2011, BPHTB berubah menjadi pajak daerah. Artinya Pemerintah Kabupaten/Kota mulai tahun 2011 dapat
mengelola sepenuhnya pengenaan Pajak BPHTB dan menjadikannya sebagai Pajak Daerah.
Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara turut mengambil bagian dalam melaksanakan
sistem perpajakan daerah yang sejalan dengan sistem perpajakan nasional. Potensi pajak BPHTB di Kota
Manado didukung pula dengan pesatnya peningkatan kegiatan pembangunan di segala bidang dimana keperluan
akan tersedianya tanah dan/atau bangunan meningkat tajam. Mengingat pentingnya tanah dan atau bangunan
tersebut dalam kehidupan, maka sudah sewajarnya jika orang pribadi atau badan hukum yang mendapatkan nilai
ekonomis serta manfaat dari tanah dan atau bangunan karena adanya perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan dikenakan pajak oleh pemerintah daerah. Dalam hal ini pajak yang dimaksud adalah Pajak Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Untuk mengukur dan menilai apakah penerimaan Pajak BPTHB di Kota Manado sudah efektif, dapat
diketahui dengan melakukan analisis efektivitas. Efektivitas menunjukkan perbandingan antara output dengan
tujuan. Realisasi penerimaan pajak sebagai output dan tujuannya sebagai target yang telah ditetapkan.
Efektivitas pemungutan Pajak BPHTB akan berpengaruh dalam memaksimalkan penerimaan pajak BPHTB
yang secara langsung memberikan kontribusi terhadap peningkatan penerimaan Pajak Daerah di Kota Manado.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa:
1. Efektivitas Pajak BPHTB yang dipungut oleh Pemerintah Kota Manado.
2. Kontribusi Pajak BPHTB terhadap penerimaan Pajak Daerah Kota Manado.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Akuntansi
Horngren dan Harison (2007: 4) mengungkapkan bahwa akuntansi adalah sistem informasi yang
mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para
pengambil keputusan. Yadiati dan Wahyudi (2006: 1) menjelaskan akuntansi adalah merupakan suatu “ilmu”
yang di dalamnya berisi tentang bagaimana proses pemikiran sehingga dihasilkan suatu kerangka konseptual
yang berisi tentang prinsip, standar, asumsi, dan teknik serta prosedur yang akan dijadikan landasan dalam
pelaporan keuangan. Adapun Kieso, et al. (2007: 2) menyatakan bahwa karakteristik penting akuntansi adalah
sebagai berikut.
1. Pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian, informasi keuangan tentang;
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
38
2. Entitas ekonomi kepada;
3. Pihak yang berkepentingan.
Akuntansi Perpajakan
Muljono (2010: 2) menyatakan akuntansi pajak adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan
perhitungan perpajakan yang mengacu pada peraturan, undang-undang dan aturan pelaksanaan perpajakan.
Akuntansi pajak berfungsi mengolah data kuantitatif untuk menyajikan laporan keuangan yang memuat
perhitungan perpajakan, yang kemudian akan digunakan sebagai pertimbangan pembilan keputusan.
Konsep Pajak
Pengertian atau definisi perpajakan sangat berbeda-beda, namun perbedaan tersebut pada prinsipnya
mempunyai inti atau tujuan yang sama. Soemitro yang dikutip Mardiasmo (2011: 1) mengemukakan Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang dapat digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Siahaan (2010: 7) menjelaskan bahwa secara umum pajak adalah pungutan dari
masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang
oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontraprestasi/balas jasa) secara
langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah
dan pembangunan. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan dijelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Tujuan Pajak
Nurksel yang dikutip Rahayu (2011: 37) mengungkapkan tujuan diberlakukannya pajak antara lain
sebagai berikut.
1. Untuk mencapai kondisi meningkatnya ekonomi suatu negara
2. Untuk membatasi konsumsi dan dengan demikian mentransfer sumber dari konsumsi
3. Untuk mendorong tabungan dan menanam modal
4. Untuk mentransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehingga memungkinkan adanya
investasi pemerintah
5. Untuk memodifikasi pola investasi
6. Untuk mengurangi ketimpangan ekonomi
7. Untuk memobilisasi surplus ekonomi
Fungsi Pajak
Mardiasmo (2011: 1-2) menyatakan bahwa fungsi pajak terdiri dari dua fungsi, yaitu sebagai berikut.
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.
Sistem Pemungutan Pajak
Mardiasmo (2011: 7) menyebutkan bahwa sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut.
1. Official Assessment System
2. Self Assessment System
3. With Holding System
Penggolongan Jenis Pajak
Ilyas dan Burton (2008: 29) mengungkapkan jenis pajak dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan yaitu
sebagai berikut.
1. Menurut Sifatnya
a. Pajak langsung, adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
39
b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya
dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja.
2. Menurut Sasaran/Objeknya
a. Pajak subjektif, adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memerhatikan keadaan pribadi
wajib pajak (subjeknya).
b. Pajak objektif, adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memerhatikan/melihat objeknya
baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak.
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak pusat, adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan dimasukkan sebagai bagian dari
penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
b. Pajak daerah, jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan dimasukkan sebagai bagian dari
penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Konsep Pajak Daerah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, mendefinisikan
bahwa pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Jenis dan Tarif Pajak Daerah
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, jenis dan tarif pajak daerah antara lain sebagai
berikut.
1. Jenis dan tarif Pajak Provinsi adalah sebagai berikut.
a. Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen);
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi 20% (duapuluh persen);
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen);
d. Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen);
e. Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).
2. Jenis dan tarif Pajak Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut.
a. Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen);
b. Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen);
c. Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi 35% (tiga puluh lima persen);
d. Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi 25% (dua puluh lima persen);
e. Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen);
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima persen);
g. Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi 30% (tiga puluh persen);
h. Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (dua puluh persen);
i. Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen);
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga
persen);
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi 5% (lima persen).
Tolak Ukur Penilaian Suatu Pajak Daerah
Devas yang dikutip Rahayu (2011: 34) menyatakan bahwa penilaian suatu pajak daerah dapat digunakan
dengan menggunakan beberapa tolak ukur antara lain sebagai berikut.
1. Hasil (Yield)
2. Keadilan (Equity)
3. Daya Guna Ekonomi (Economic Eficiency)
4. Kecocokan Sebagai Sumber Penerimaan Daerah (Suitability as a Revenue Source)
5. Kemampuan Melaksanakan (Ability to implement)
Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan. Sedangkan Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
40
yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Adapun hak
atas tanah dan atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya,
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan.
Objek Pajak BPHTB
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
menjelaskan Pajak BPHTB dikenakan kepada peristiwa hukum atau perbuatan hukum atas transaksi/peralihan
haknya yang meliputi pemindahan hak dan pemberian hak baru. Adapun yang menjadi objek pajak adalah
perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan, yaitu sebagai berikut.
1. Tanah, termasuk tanaman di atasnya;
2. Tanah dan bangunan;
3. Bangunan. Yang dimaksud dengan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara
tetap pada tanah dan atau perairan.
Subjek dan Wajib Pajak BPHTB
Siahaan (2010: 587) menyatakan bahwa pada pengenaan Pajak BPHTB, subjek pajak dan Wajib Pajak
merujuk pada diri orang atau badan yang sama, dimana subjek dan Wajib Pajak BPHTB Pajak BPHTB adalah
orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.
Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak BPHTB
Siahaan (2010: 588) menyatakan bahwa dasar pengenaan Pajak BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek
Pajak (NPOP). NPOP yang dimaksud terdiri atas dua, yaitu harga transaksi dan nilai pasar. Harga transaksi
adalah harga yang terjadi dan telah disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Sedangkan, nilai pasar
adalah harga rata-rata dari transaksi jual beli secara wajar yang terjadi di sekitar letak tanah dan atau bangunan.
Besaran Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) ditetapkan paling rendah sebesar Rp
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) untuk setiap wajib pajak. Dalam hal perolehan hak karena waris, atau
hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga, NPOPTKP ditetapkan paling
rendah sebesar Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Tarif Pajak BPHTB ditetapkan paling tinggi sebesar
5% (lima persen) dan ditetapkan dengan peraturan daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
Perhitungan Pajak BPHTB
Siahaan (2010: 591-592) menyatakan bahwa perhitungan pajak hotel adalah sebagai berikut.
BPHTB
= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x (NPOP – NPOPTKP)
Apabila NPOP tidak diketahui atau lebih kecil daripada NJOP, maka perhitungan Pajak BPHTB sebagai
berikut.
BPHTB
= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x (NJOP – NPOPTKP)
Efektivitas Pajak BPHTB
Mardiasmo (2009: 132) menyatakan bahwa efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan
tujuan atau sasaran yang harus dicapai, atau dengan kata lain efektivitas merupakan perbandingan antara input
dan output. Semakin besar ouput yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditentukan, maka
semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi. Dalam penelitian ini, analisis efektivitas merupakan suatu
analisa atas perbandingan realisasi penerimaan Pajak BPHTB dengan target Pajak BPHTB yang telah
ditetapkan. Dengan adanya analisis ini maka akan terlihat perbedaan antara penerimaan Pajak BPHTB yang
telah berjalan dengan target yang sesungguhnya telah ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Kontribusi Pajak BPHTB
Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu jenis Pajak Daerah memberikan sumbangan
dalam penerimaan Pajak Daerah dengan cara membandingkan penerimaan jenis Pajak Daerah periode tertentu
dengan total penerimaan Pajak Daerah periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula
peranan jenis Pajak Daerah terhadap total penerimaan Pajak Daerah, begitu pula sebaliknya jika hasil
perbandingannya terlalu kecil berarti peranan jenis Pajak Daerah terhadap total penerimaan Pajak Daerah juga
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
41
kecil. (Mahmudi, 2010: 145). Dalam penelitian ini, konteks kontribusi merupakan seberapa besar sumbangan
penerimaan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam pos penerimaan Pajak Daerah
Kota Manado. Diharapkan dengan semakin tinggi kontribusi penerimaan Pajak BPHTB, maka akan semakin
besar pula Pajak Daerah Kota Manado.
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti/
Tahun
Fauzan dan
Ardiyanto
(2012)
Judul
Tujuan
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Akuntansi dan
Efektivitas
Pemungutan
Bea Perolehan
Hak atas Tanah
dan Bangunan
(BPHTB) dan
Kontribusinya
Terhadap
Pendapatan
Daerah di Kota
Semarang
Periode Tahun
2008-2011
Bertujuan untuk
mengukur dan
mengetahui
tingkat
efektivitas
pemungutan
BPHTB
dan
kontribusinya
terhadap PAD
Kota Semarang
Deskriptif
Kuantitatif
Peneliti
sebelumnya
melakukan
penelitian
terhadap
variabel yang
sama
yaitu
BPHTB
dengan menggunakan analisis
rasio
efektivitas dan
rasio
kontribusi.
Objek
penelitian
sebelumnya
berada di Kota
Semarang,
sedangkan
peneliti
mengguna-kan
objek
penelitian di
Kota Manado.
Sari
(2010)
Analisis
Efektivitas dan
Kontribusi
Penerimaan
Pajak Bumi dan
Bangunan
Terhadap
Pendapatan
Daerah di Kota
Bandung
Bertujuan untuk
mengetahui
efektivitas dan
kontribusi yang
diperoleh dari
penerimaan
PBB di Kota
Bandung
Deskriptif
kuantitatif
Tingkat efektivitas
pemungutan
BPHTB yang
dilakukan pada
tahun
20082011 didapatkan nilai tertinggi
pada
tahun
2011
dengan kriteria
sangat efektif.
Namun,
ratarata kontribusi
BPHTB
terhadap
Pendapatan
Daerah
tahun
2008-2011
sebesar 9,18%
yang
berarti
sangat kurang
atau rendah.
Pengelolaan
PBB
pada
Pemkot
Bandung telah
dilaksanakan
secara
memadai.
Namun,
kontribusi yang
diberikan oleh
PBB terhadap
PAD
masih
sangat kurang/
rendah
Penelitian
sebelumnya
menggunakan
pendekatan
rasio
efektivitas dan
kontribusi
untuk
mengukur
penerimaan
pajak.
Hal
yang
sama
juga
digunakan
peneliti.
Peneliti
sebelumnya
melakukan
penelitian
terhadap
variabel yang
berbeda yaitu
Pajak
Bumi
dan Bangunan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif
meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek
penelitian. (Kuncoro, 2009: 10). Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis dengan melakukan
penghitungan, pengukuran dan penilaian terhadap tingkat efektivitas dan kontribusi penerimaan Pajak Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap penerimaan Pajak Daerah di Kota Manado tahun
2011 dan 2012.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
42
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Manado yang bertempat di Jl. Balai Kota
II Manado. Proses penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013.
Prosedur Penelitian
Adapun prosedur yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengajukan Permohonan Penelitian, yaitu mengajukan permohonan penelitian dengan persetujuan fakultas
untuk melakukan penelitian pada objek tersebut dan menunggu proses selanjutnya apakah diizinkan atau
tidak.
2. Disposisi Pimpinan, yaitu menindaklanjuti memo atau perintah dari pimpinan ke bawahan yang menjelaskan
tentang pekerjaan yang seharusnya dilaksanakan dan siapa penanggungjawabnya sesuai keinginan pimpinan
sehubungan dengan adanya surat yang masuk dari luar instansi (surat permohonan penelitian yang peneliti
masukkan).
3. Pengumpulan Data, yaitu melakukan pengumpulan data-data yang terkait dengan penelitian, di antaranya
adalah Daftar Rincian Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kota Manado Tahun 2011 – 2012.
4. Analisa Data Penelitian, yaitu melakukan analisa data dengan menggunakan analisis rasio efektivitas dan
rasio kontribusi yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dengan menguraikan secara jelas
hasil penelitian yang telah diperoleh.
5. Kesimpulan dan Saran, yaitu menarik kesimpulan dari hasil penelitian mengenai analisis efektivitas
penerimaan Pajak BPHTB dan kontribusinya terhadap penerimaan Pajak Daerah, serta memberikan saransaran yang dianggap perlu.
Metode Pengumpulan Data
Kuncoro (2009: 145) menyebutkan bahwa jenis data dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
1. Data Kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam skala numerik (angka) atau data disajikan dalam bentuk
angka-angka.
2. Data Kualitatif, yaitu data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik (angka) dan disajikan secara
deskriptif.
Dalam penelitian ini sebagian besar data yang digunakan adalah data kuantitatif berupa Daftar Rincian
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kota Manado tahun 2011 dan 2012.
Kuncoro (2009: 148) menyatakan bahwa sumber data yang digunakan dalam penelitian umumnya ada
dua, yaitu sebagai berikut.
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode
pengumpulan data original. Dalam penelitian ini data primer yang digunakan terdiri dari hasil wawancara
berupa tanya jawab langsung dengan Pejabat dan staf pegawai Dinas Pendapatan Kota Manado yang
menangani pengelolaan Pajak BPHTB.
2. Data Sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada
masyarakat pengguna data. Data sekunder dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
a. Gambaran umum objek penelitian;
b. Daftar Rincian Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kota Manado tahun 2011 dan 2012.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan pada Dinas Pendapatan Kota Manado
yang merupakan objek penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan serta peninjauan langsung ke lokasi
penelitian. Dalam studi lapangan ini, penelitian dapat dilakukan dengan cara wawancara langsung yaitu dengan
percakapan langsung serta tanya jawab dengan pihak Dinas Pendapatan Kota Manado dan mendapatkan data
berupa Daftar Rincian Penerimaan Pajak Daerah Kota Manado tahun 2011-2012.
Metode Analisis
Kuncoro (2009: 185) menyatakan bahwa analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam
penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan menerapkan analisis rasio efektivitas dan rasio
kontribusi. Berdasarkan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kuantitatif, maka
untuk menganalisis data yang telah terkumpul, data diolah dengan menghitung data-data yang berbentuk
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
43
kuantitatif berdasarkan analisis rasio efektivitas dan kontribusi yang kemudian dinyatakan dengan data kualitatif
untuk menginterpretasikan hasil data perhitungan tersebut serta menyertai dan melengkapi gambaran yang
diperoleh dari analisis data kualitatif untuk memecahkan masalah yang diteliti yang akhirnya akan menarik
kesimpulan dari pengolahan data tersebut.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti dalam melakukan analisis data antara lain sebagai
berikut.
1. Menyusun tabel target dan realisasi penerimaan Pajak Daerah dari Dinas Pendapatan Kota Manado tahun
2011 dan 2012.
2. Menyusun tabel analisis efektivitas penerimaan Pajak BPHTB dengan rumus sebagai berikut.
Dengan kriteria efektivitas sebagai berikut.
Tabel 2. Interpretasi Nilai Efektivitas
Persentase
Kriteria
> 100%
Sangat Efektif
90 – 100%
Efektif
80 – 90%
Cukup Efektif
60 – 80%
Kurang Efektif
< 60%
Tidak Efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996 (Halim, dikutip dalam Sari, 2010)
3. Menyusun tabel analisis kontribusi realisasi penerimaan Pajak BPHTB terhadap penerimaan Pajak Daerah.
Analisis kontribusi adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi
yang dapat disumbangkan dari penerimaan Pajak BPHTB terhadap penerimaan Pajak Daerah di Kota
Manado dengan cara membandingkan antara realisasi penerimaan Pajak BPHTB terhadap penerimaan Pajak
Daerah, dengan rumus sebagai berikut.
Dengan asumsi sebagai berikut.
Tabel 3. Klasifikasi Kriteria Kontribusi
Persentase
Kriteria
0,00% – 10%
Sangat Kurang
10,10% - 20%
Kurang
20,10% - 30%
Sedang
30,10% - 40%
Cukup Baik
40,10% - 50%
Baik
Di atas 50%
Sangat Baik
Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol UGM 1991 (Halim, dikutip dalam Sari, 2010)
4. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori yang ada.
5. Penarikan kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan saran-saran yang dianggap perlu.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
44
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Laporan Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kota Manado
Tabel 4. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kota Manado Tahun Anggaran 2011 dan 2012
No.
Jenis Pajak Daerah
1.
2.
3.
4.
5.
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Mineral Bukan
Logam Dan Batuan
Pajak Parkir
Pajak Air Tanah
Pajak Burung Walet
Pajak BPHTB
Pajak Penerangan Jalan
Total
6.
7.
8.
9.
10.
Tahun 2011 (Rupiah)
Target
Realisasi
12.063.820.000
10.424.824.091
27.292.000.000
26.715.829.539
4.250.000.000
3.389.256.027
3.649.987.500
2.334.703.597
Tahun 2012 (Rupiah)
Target
Realisasi
14.170.223.000
14.385.737.651
32.918.172.500
35.362.827.656
5.400.000.000
5.498.904.721
4.200.000.000
2.760.872.514
150.012.000
2.000.000.000
80.000.000
7.500.000
42.500.000.000
30.000.000.000
121.993.319.500
100.000.000
2.100.000.000
500.000.000
20.000.000
35.781.001.690
32.612.449.465
127.801.846.655
49.391.634
1.784.533.037
9.719.800
30.169.578.345
24.855.630.304
99.733.466.374
12.490.678
3.273.738.607
457.154.778
41.846.497.614
32.628.188.165
136.226.412.384
Sumber: Dinas Pendapatan Kota Manado, 2013
Pada tabel di atas terlihat jelas bahwa realisasi Pajak BPHTB dalam dua tahun terakhir yakni tahun 2011
– 2012 sangat mendominasi tingkat realisasi penerimaan Pajak Daerah Kota Manado. Walaupun baru menjadi
Pajak Daerah, namun secara nominal penerimaan Pajak BPHTB dapat melampaui penerimaan jenis Pajak
Daerah lainnya yang dikelola Pemerintah Kota Manado.
Pembahasan
Analisis Efektivitas Penerimaan Pajak BPHTB Kota Manado
Berikut ini perhitungan efektivitas penerimaan Pajak BPHTB Kota Manado tahun anggaran 2011 dan
2012.
1. Efektivitas Tahun 2011 =
x 100% = 70,99%
2. Efektivitas Tahun 2012 =
x 100% = 116,95%
Tabel 5. Efektivitas Penerimaan Pajak BPHTB Kota Manado Tahun Anggaran 2011 dan 2012
Tahun Anggaran Target
Pajak Realisasi
Pajak Persentase
Kriteria
BPHTB (Rupiah)
BPHTB (Rupiah)
(%)
2011
42.500.000.000
30.169.578.345
70,99
Cukup Efektif
2012
35.781.001.690
41.846.497.614
116,95
Sangat Efektif
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Dari tabel di atas dapat dilihat untuk tahun 2011 tingkat efektivitas penerimaan pajak BPHTB Kota
Manado sebesar 70,99%. Untuk tahun 2012 tingkat efektivitas penerimaan Pajak BPHTB Kota Manado sebesar
116,95%, naik 45,96% dari tahun sebelumnya. Sesuai dengan tabel di atas bahwa pada tahun 2011 realisasi
penerimaan Pajak BPHTB belum mencapai target dengan kriteria “Cukup Efektif” yakni sebesar 70,99%,
sedangkan pada tahun 2012, realisasi penerimaan Pajak BPHTB sudah melebihi target dengan kriteria “Sangat
Efektif” yakni sebesar 116,95%. Dari data ini dapat dilihat bahwa dalam tahun 2011 – 2012 terjadi peningkatan
realisasi penerimaan Pajak BPHTB di Kota Manado. Hasil analisis efektivitas penerimaan Pajak BPHTB tahun
2012 menunjukkan bahwa Dinas Pendapatan Kota Manado telah berhasil dalam merealisasikan Pajak BPHTB
lebih dari target yang ditentukan.
Analisis Kontribusi Pajak BPHTB Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Manado
Adapun cara perhitungan kontribusi Pajak BPHTB terhadap penerimaan Pajak Daerah Kota Manado
tahun anggaran 2011 dan 2012 sebagai berikut.
1. Kontribusi Tahun 2011 =
x 100% = 30,35%
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
45
2. Kontribusi Tahun 2012 =
x 100% = 30,72%
Tabel 6. Kontribusi Pajak BPHTB Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Manado Tahun Anggaran
2011 dan 2012
Tahun Anggaran
Realisasi Pajak
Realisasi
Pajak Kontribusi
Kriteria
BPHTB (Rupiah)
Daerah (Rupiah)
(%)
2011
30.169.578.345
99.733.466.374
30,25
Cukup Baik
2012
41.846.497.614
136.226.412.384
30,72
Cukup Baik
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Dari tabel di atas, realisasi penerimaan Pajak BPHTB untuk tahun 2011 sebesar Rp. 30.169.578.345
dengan persentase kontribusinya 30,25% dan tahun 2012 sebesar Rp. 41.846.497.614 dengan persentase
kontribusinya 30,72%. Hasil tersebut didapat berdasarkan perhitungan kontribusi Pajak BPHTB terhadap
realisasi penerimaan Pajak Daerah Kota Manado. Dari hasil analisis ini diketahui bahwa kontribusi Pajak
BPHTB masuk dalam kriteria “Cukup Baik” dengan sumbangan terbesar terhadap penerimaan Pajak Daerah
terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 30,72 % dan yang terendah pada tahun 2011 yang hanya sebesar 30,25%.
Pada sepanjang tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 ada peningkatan realisasi penerimaan Pajak BPHTB
sebesar Rp. 11.676.919.269 dengan persentase 0,47%. Peningkatan kontribusi tersebut diperoleh dengan cara
membandingkan jumlah nominal dan persentase kontribusi setiap tahunnya, yaitu dari tahun 2011 – 2012.
Dengan demikian dapat diketahui perkembangan penerimaan Pajak BPHTB pada Dinas Pendapatan Kota
Manado.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Dari hasil uji efektivitas penerimaan Pajak BPHTB di Kota Manado pada tahun 2011, realisasi Pajak
BPHTB belum mencapai target dengan persentase 70,99% dan pada tahun 2012 sudah melampaui target
dengan persentase 116,95%. Sesuai dengan kriteria yang digunakan, maka tingkat efektivitas penerimaan
Pajak BPHTB tahun 2011 masih tergolong cukup efektif, sedangkan pada tahun 2012 sudah sangat efektif
karena telah mencapai persentase lebih dari 100%.
2. Secara keseluruhan penerimaan Pajak BPHTB sudah memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap
penerimaan Pajak Daerah Kota Manado tahun 2011 dan 2012 sehingga dapat mempengaruhi jumlah Pajak
Daerah yang diterima. Untuk tahun 2011 persentase kontribusinya sebesar 30,25% dan tahun 2012 sebesar
30,72%. Walaupun persentase kenaikan hanya mencapai 0,47%, namun secara nominal mengalami kenaikan
yang signifikan.
3. Sesuai dengan laporan realisasi penerimaan Pajak Daerah Kota Manado Tahun 2011 dan 2012, realisasi
penerimaan Pajak BPHTB merupakan pos paling dominan di antara jenis pajak lainnya dalam struktur
penerimaan Pajak Daerah Kota Manado. Meski baru dua tahun dipungut oleh Pemerintah Kota, namun hasil
penerimaan Pajak BPHTB sudah mengungguli hasil penerimaan jenis Pajak Daerah lainnya.
Saran
Saran yang dapat diberikan penulis sebagai berikut.
1. Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Manado perlu melakukan perhitungan potensi,
target dan penerimaan secara dinamis dari waktu ke waktu. Mengingat potensi Pajak BPHTB senantiasa
berkembang seiring dengan perkembangan perekonomian daerah, maka target Pajak BPHTB untuk tahuntahun berikutnya perlu dinaikan.
2. Perlu adanya koordinasi antara pihak-pihak terkait dalam pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB), yang dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Daerah, Notaris/Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk mensosialisasikan kepada masyarakat
tentang peran sertanya dalam pembayaran Pajak BPHTB, sehingga dengan demikian penerimaan daerah dari
Pajak BPHTB akan semakin meningkat.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
46
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan, Muhammad., Ardiyanto, Didik M. 2012. Akuntansi dan Efektivitas Pemungutan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Daerah di Kota Semarang
Periode Tahun 2008-2011. Jurnal. Volume 1. No. 2. Universitas Diponegoro. Semarang.
Horngren., Harison. 2007. Akuntansi. Erlangga. Jakarta.
Ilyas, Wirawan B., Burton, Richard. 2008. Hukum Pajak Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta.
Kieso, D., Weygandt, J., Warfield, T. 2007. Akuntansi Intermediate. Edisi Keduabelas. Jilid 1. Erlangga.
Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Edisi 3. Erlangga. Jakarta.
Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen.
Yogyakarta.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi 2011. Andi. Yogyakarta.
Muljono, Djoko. 2010. Panduan Brevet Pajak, Akuntansi Pajak dan Ketentuan Umum Perpajakan. Andi.
Yogyakarta.
Rahayu, Betty. 2011. Analisis Potensi Pajak Hotel Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak Hotel di Kabupaten
Garut. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Jakarta.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan. Jakarta.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Jakarta.
Sari, Anggara Yulia. 2010. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap
Pendapatan Daerah di Kota Bandung. Jurnal. Volume 13. No. 2. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung.
Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Yadiati, Winwin., Wahyudi, Ilham. 2006. Pengantar Akuntansi. Kencana. Jakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
47
PENERAPAN BIAYA KUALITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA
PT. PERTANI (PERSERO) CABANG SULAWESI UTARA
Oleh:
Dwi Nugraha Pratiwi Bawon
Jullie J. Sondakh
Lidia Mawikere
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
email: [email protected]
ABSTRAK
Kualitas merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk dapat
bertahan di tengah persaingan. Dengan peningkatan kualitas secara berkesinambungan akan mengurangi biaya
kualitas yang terjadi akibat rendahnya kualitas produk, pengerjaan ulang suatu produk karena ketidaksesuaian
dengan standar dan lain-lain. Penurunan biaya kualitas akan meningkatkan keuntungan dan mengurangi biaya
terutama biaya produksi. Itu karena biaya kualitas merupakan bagian dari biaya produksi . Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan telah menerapkan dan melaporkan biaya kualitas dan
untuk mengetahui apakah Apakah penerapan biaya kualitas dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi pada
PT Pertani (Persero) Cabang Sulawesi Utara. Alat analisis data yang digunakan adalah analisis metode
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil Penelitian menunjukan bahwa pada tahun 2011 biaya kualitas
unit produksi PT Pertani (Persero) Cabang Sulawesi Utara Rp365,390,718. Dengan melakukan perbaikan, maka
biaya kualitas akan turun sebesar Rp 127,657,118. Oleh karena itu apabila perusahaan menerapkan dan
melaporkan biaya kualitas maka perusahaan dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi.
Kata kunci: Biaya kualitas, Biaya Produksi, Efisiensi
ABSTRACT
Quality is one of the main factors that must be considered by the company to be able to survive in the
competition. By Continuous quality improvement, it will reduce the cost of quality that occurs due to low quality
product, rework a product for conformance to standards and others. Decrease in quality costs will increase
profits and reduce costs, especially the cost of production. This is because the cost of quality is part of the cost
of production. The purpose of this study was to determine whether the company has implemented and report
quality costs and to find out if Is the application of quality costs can increase the cost efficiency of production
at PT Pertani branch north sulawesi. Data analysis tool used is descriptive analysis method of analysis with a
quantitative approach. Research shows that in 2011 the cost of quality production unit PT Pertani branch north
Sulawesi amounting to Rp 365,390,718. By doing repairs, the cost of quality will be decreased by Rp
127,657,118. Therefore, if companies implement and report quality costs companies can improve efficiency of
production costs.
Keywords: Cost of quality, Production Cost, Efficiency.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
48
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Keberhasilan suatu perusahaan tidak dapat dicapai begitu saja tanpa adanya usaha yang maksimal dari
usaha perusahaan yang bersangkutan. Kualitas merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan oleh
perusahaan agar tetap dapat bertahan di tengah persaingan yang kompetitif. Dengan meningkatkan kualitas
secara berkesinambungan diharapkan akan mengurangi biaya karena terjadi pemborosan akibat rendahnya
kualitas, pengerjaan ulang suatu produk karena ketidak sesuaian dengan standar dan biaya lain-lain, sehingga
akan dapat meningkatkan keuntungan dari penjualan dan mengurangi biaya. Untuk meningkatkan kualitas
selalu dibutuhkan biaya, yang disebut dengan biaya kualitas. dengan menganalisis biaya kualitas dapat diketahui
berapa besar biaya sebenarnya yang dikeluarkan perusahaan dalam pengendalian kualitasnya dan kegiatan apa
saja yang mengefisienkan biaya yang terjadi tanpa menurunkan kualitas produk yang dihasilkan. Dengan
melakukan pencegahan terhadap timbulnya produk cacat maka biaya produksi akan menjadi lebih efisien karena
perusahaan tidak perlu menurunkan harga jual produknya karena cacat dan tidak perlu mengerjakan ulang
produk cacat, sehingga bahan baku dan tenaga kerja yang ada dapat digunakan seefisien mungkin.
PT. Pertani (Persero) cabang Sulut merupakan salah satu perusahaan yang menunjang kebutuhan pangan
nasional. Oleh karena itu produksi benih terutama padi yang dihasilkan haruslah berkualitas agar ketersediaan
bahan pangan nasional akan tercapai. Produksi PT. Pertani (Persero) sebagian besar merupakan proyek
pemerintah yang dianggarkan sehingga biaya produksi tidak boleh melebihi anggaran yang telah di tetapkan.
Perusahaan harus meminimalisasi biaya produksi tanpa menurunkan standar kualitas benih yang dihasilkan,
sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang penerapan biaya kualitas untuk meningkatkan
efisiensi biaya produksi.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah PT Pertani (Persero) telah menerapkan dan melaporkan biaya kualitas?
b. Apakah penerapan biaya kualitas dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi pada PT Pertani (Persero)?
Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah PT Pertani (Persero) telah menerapkan dan melaporkan biaya kualitas.
b. Untuk mengetahui apakah Apakah penerapan biaya kualitas dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi
pada PT Pertani (Persero).
Manfaat Penelitian
a. Diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan pengetahuan terapan khususnya dalam bidang biaya
kualitas dan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi atau pembanding yang dapat membantu dalam
pengembangan penelitian sejenis.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal implementasi dan penerapan teori-teori
akuntansi manajemen terutama mengenai penerapan biaya kualitas untuk meningkatkan efisiensi biaya
produksi.
c. Menjadi masukan berkaitan dengan biaya kualitas yang dapat digunakan dalam menetapkan kebijakankebijakan di masa yang akan datang terhadap biaya produksi perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi
Menurut Firdaus Ahmad dan Wasila Abdullah (2012:17), akuntansi (accounting) merupakan suatu
kegiatan atau jasa yang berfungsi menyediakan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan mengenai
kesatuan-kesatuan ekonomi tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan, untuk digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
Horngren dan Harrison (2007:4) menyatakan bahwa akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur
aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para
pembuat atau pengambil keputusan.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
49
Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (2012:7) “Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu serta penafsiran
terhadapnya”.
Menurut Horngren, et al. (2008:3) “Akuntansi biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk
akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi
keuangan dan non keuangan yang terkait dengan biaya perolehan atau pemanfaatan sumber daya dalam suatu
organisasi.
Biaya
Menurut Mulyadi (2012:8) biaya dalam arti luas yaitu sebagai berikut : “Biaya dalam arti luas adalah
pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu”.Menurut Hansen, Mowen (2009:40), mendefinisikan biaya sebagai berikut: ”Biaya adalah
kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi
manfaat saat ini atau dimasa datang bagi organisasi”.
Biaya Kualitas
Krismiaji dan Aryani (2011:390) menyatakan bahwa Biaya Kualitas adalah biaya yang terjadi karena
kualitas produk yang dihasilkan rendah. Dengan demikian biaya kualitas berhubungan dengan kreasi,
identifikasi, reparasi dan pencegahan terjadinya produk yang tidak sempurna.
Horngren, et al. (2008:288) mengidentifikasi biaya kualitas yaitu biaya yang mengacu pada biaya-biaya
yang terjadi untuk mencegah atau biaya-biaya yang timbul sebagai hasil dari memproduksi suatu produk yang
berkualitas rendah.
Penggolongan Biaya kualitas
Horngren, et al. (2008:288)menyatakan bahwa komponen biaya kualitas dapat diklasifikasikan ke dalam 4
klasifikasi, yaitu:
a. Biaya pencegahan (Prevention cost)
Biaya pencegahan terjadi untuk menghindari kualitas yang buruk. Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi
untuk menghalangi produksi dari produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Item biaya pencegahan antara lain
biaya rancangan desain, rancangan proses, evaluasi pemasok, pemeliharaan perlengkapan, pencegahan, dan
pelatihan kualitas.Jika biaya pencegahan naik diharapkan cost of failure turun. Dengan demikian biaya
pencegahan dikeluarkan untuk menurunkan jumlah produk yang tidak memenuhi syarat (nonconforming unit).
Contoh biaya pencegahan terdiri dari rekayasa ulang kualitas, pelatihan kualitas, perencanaan kualitas, audit
kualitas, pengkajian rancangan, dan quality circles.
b. Biaya penilaian (Appraisal cost)
Biaya penilaian sebagai biaya yang terjadi untuk mendeteksi unit individu mana yang tidak memenuhi
spesifikasi. Contohnya biaya inspeksi dan biaya pengujian produk.
c. Biaya kegagalan internal (Internal failure cost)
Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi pada suatu produk yang cacat sebelum di kirim ke
pelanggan. Contohnya yaitu biaya cacat produksi, pengerjaan kembali, biaya sisa, pemeliharaan dari kerusakan
dan kegagalan internal pada rancangan produksi/proses.
d. Biaya kegagalan eksternal (External failure cost)
Biaya kegagalan eksternal yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan kualitas setelah produk
atau jasa yang tidak dapat diterima mencapai pelanggan serta kehilangan peluang laba yang disebabkan oleh
penyerahan produk atau jasa yang tidak dapat diterima pelanggan. Contoh biaya kegagalan eksternal yaitu biaya
penanganan keluhan dan klaim pelanggan, biaya penggantian garansi, biaya perbaikan dan ongkos kirim produk
yang dikembalikan, biaya tuntutan lebih jauh dari pelanggan karena menerima produk yang tidak memenuhi
standar kualitas.
Manfaat Informasi Biaya Kualitas
Penggunaan informasi biaya kualitas untuk keputusan-keputusan implementasi program kualitas dan
untuk mengevaluasi efektifitas program tersebut, setelah diimplementasikan, hanya merupakan salah satu
potensi penggunaan dari sistem biaya kualitas. Penggunaan-penggunaan pentingnya juga diidentifikasi.
a. Penetapan Harga Strategis
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
50
Informasi biaya kualitas dan implementasi program pengendalian kualitas total berguna untuk pengambilan
keputusan strategis yang signifikan. Meningkatkan kualitas bukanlah sebuah obat yang mujarab. Pengurangan
biaya yang ditawarkan ternyata tidak mampu menutupi penurunan harga sacara sekaligus.
b. Analisis Produk Baru
Pentingnya pengklasifikasian lebih lanjut dari biaya kualitas menurut perilaku. Penting identifikasi dan
pelaporan biaya kualitas secara terpisah. Produk baru dirancang untuk mengurangi biaya kualitas dan hanya
dengan mengetahui teknik penetapan biaya kualitaslah dapat menemukan kesalahan dalam analisis laba rugi
siklus hidup.
Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyedia jasa. Wijaja
(2011:38) mendefinisikan biaya produksi sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya disebut biaya
utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik keduanya disebut biaya konversi.
Unsur-unsur Biaya Produksi
Unsur-unsur biaya menurut Hansen dan Mowen (2009:42), dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu:
a. Biaya Bahan Baku
Bahan baku merupakan dasar yang akan digunakan untuk membentuk bagian yang menyeluruh menjadi produk
jadi. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi dapat diperoleh melalui pembelian lokal, impor atau dari
pengolahan sendiri. Biaya bahan baku meliputi harga pokok semua bahan yang dapat diidentifikasi dengan
pembuatan suatu jenis produk, dengan mudah dapat ditelusuri atau dilihat perwujudannya di dalam produk
selesai. Biaya bahan baku memiliki bagian yang signifikan dari total biaya suatu produk.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja merupakan kegiatan fisik yang dilakukan oleh karyawan untuk mengolah suatu produk. Biaya
tenaga kerja langsung meliputi biaya-biaya yang berkaitan dengan penghargaan dalam bentuk upah yang
diberikan kepada semua tenaga kerja yang secara langsung ikut serta dalam pengerjaan produk yang hasilnya
kerjanya dapat ditelusuri secara langsung pada produk dan upah yang diberikan merupakan bagian yang besar
dalam memproduksi produk.
c. Biaya Overhead
Pada umumnya dalam suatu perusahaan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya
produksi langsung. Semua biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang berhubungan
dengan produksi adalah biaya produksi tidak langsung. Istilah ini sesuai dengan sifat biaya overhead yang tidak
dapat atau sulit untuk ditelusuri secara langsung kepada produk atau aktivitas-aktivitas pekerjaan. Biaya tidak
langsung ini terkumpul dalam suatu kategori yang disebut biaya overhead pabrik (BOP) dan membutuhkan
suatu proses alokasi yang adil untuk tujuan perhitungan harga pokok produksi atau jasa.
Hubungan Biaya Kualitas dengan Efisiensi Biaya Produksi
Biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan kembali produk yang gagal yang disebabkan karena
pengendalian kualitas dari produk yang tidak baik atau yang tidak sesuai dengan spesifikasi standar kualitas
yang telah ditetapkan, akan lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kegagalan produk
tersebut terjadi. Oleh karena itu, jika kegiatan pengendalian kualitas dapat berjalan dengan baik, tanpa
menghasilkan produk cacat dalam proses produksi. Maka pengulangan kerja akan berkurang karena
menurunnya unit produk cacat. Hansen Mowen (2009:31) mengatakan bahwa: ”Dengan menurunnya unit
produk cacat maka sedikit tenaga kerja dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan output yang sama.
Penurunan jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sementara pengurangan jumlah input yang digunakan
meningkatkan efisiensi produksi”.
Dengan adanya penurunan biaya kualitas maka efisiensi produksi meningkat maupun sebalikya apabila
biaya kualitas menurun maka efisiensi produksi menurun.
Penelitian Terdahulu
Haslim (2011) dalam skripsinya berjudul peranan analisis biaya produksi untuk meningkatkan efisiensi
biaya produksi di PT. Nusantara VIII teh ciater. berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan dengan
melakukan pencegahan terhadap timbulnya produk cacat maka biaya produksi akan menjadi lebih efisien karena
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
51
perusahaan tidak perlu menurunkan harga jual produknya karena cacat dan tidak perlu mengerjakan ulang
produk cacat, sehingga bahan baku dan tenaga kerja yang ada dapat digunakan seefisien mungkin.
Fentri Sitanggang (2010), dalam skripsinya berjudul “Pengaruh biaya kualitas terhadap tigkat
profitabilitas pada PT. Majesty hotel dan apartement ” berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
Terdapat pengaruh yang signifikan antara biaya kualitas terhadap tingkat profitabilitas perusahaan
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian dalam skripsi ini merupakan Penelitian Deskriptif yaitu penelitian yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang
berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang
tengah berlangsung. Menurut Mudrajat Kuncoro (2009:12), penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data
untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Tipe yang
paling umum dari penelitian deskriptif ini meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap organisasi, ataupun
prosedur.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama bulan April-Mei 2013 bertempat di Unit Produksi Benih PT Pertani
(Persero) berada di Kabupaten Bolaang Mongondow yang beralamat di Jl. AKD Km 30 Desa Siniyung, Kec.
Dumoga Timur, Kab. Bolaang Mongondow.
Prosedur Penelitian
1. Mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan biaya kualitas dan teori pendukung lainnya dan melakukan
survey awal pada perusahaan yang diteliti untuk mengetahui gambaran umum perusahaan.
2. Mengumpulkan data pendukung penelitian yang akan digunakan, yaitu data mengenai profil perusahaan
yang berisi visi dan misi, struktur organisasi, berbagai produk yang dihasilkan, biaya produksi yang
ada.Membandingkan data hasil penelitian dan data hasil dokumen serta teori.
3. Menghitung biaya dari setiap kegiatan yang berkaitan dengan biaya kualitas dan membandingkan biaya
kualitas dengan taksiran perubahan biaya kualitas , serta menganalisis efisiensi biaya produksi. Data yang
di olah adalah data biaya produksi tahun 2011.
4. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian.
Jenis Data
1. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berupa sejarah perusahaan, visi dan
misi, struktur organisasi, dan proses pelaksanaan produksi.
2. Data kuantitatif dipakai adalah biaya-biaya produksi perusahaan pada tahun 2011, biaya dalam setiap
tindakan yang dilakukan dalam proses produksi, banyaknya jumlah produksi.
Sumber Data
Dalam hal ini peneliti menggunakan data primer , dimana data yang dikumpulkan berupa gambaran
perusahaan visi dan misi, struktur organisasi, dan informasi biaya-biaya dalam memproduksi produk jadi yang
siap dijual.
Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
a. Dokumentasi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen
perusahaan mengenai data yang terkait dalam hal ini yaitu data tentang sejarah dan perkembangan
perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi, data produksi dan data biaya yang dikeluarkan
perusahaan selama satu periode.
b. Wawancara Langsung yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada
pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti
2. Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca buku-buku literatur dan referensi
lainnya, termasuk hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti,
sehingga diperoleh landasan teori yang dapat mendukung analisis yang dilakukan.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
52
Metode Analisis
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hasil
penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan
adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka), dengan menggunakan metode
penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan
kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
PT Pertani (Persero) merupakan BUMN yang memenuhi kebutuhan domestic maupun ekspor,
mengintensifkan pertanian dalam rangka membangun ekonomi nasional yang kuat dan kokoh. Untuk Sulawesi
Utara Unit Produksi Benih yang dimiliki oleh PT Pertani (Persero) berkapasitas produksi 2.000 ton per
tahun,yang dilengkapi dengan Unit Prosesing dan Gudang penyimpanan. Sejak diresmikan tahun 1989, telah
banyak memproduksi benih yang dibutuhkan para petani di Sulawesi Utara dan Gorontalo. Wilayah kerja saat
ini mencakup Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku Utara. Tujuan dari PT Pertani (Persero) adalah turut
melaksanakan dan menunjang Kebijaksanaan dan Program Pemerintah di bidang Ekonomi dan Pembangunan
Nasional pada umumnya, serta Pembangunan di bidang Pertanian pada khususnya dengan menerapkan prinsipprinsip Perseroan Terbatas.
Visi dan Misi
1. Visi Perusahaan yaitu Perusahaan Agribisnis terpercaya, pendukung ketahanan pangan nasional
2. Misi Perusahaan yaitu:
a. Menghasilkan sarana produksi dan komoditi pertanian serta jasa yang bermutu dan berdaya.
b. Memasarkan sarana produksi dan komoditi pertanian serta jasa dengan pelayanan prima
c. Mendukung peningkatan kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan untuk menghasilkan produksi yang
tinggi serta berperan aktif dalam ketahanan pangan nasional
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan perusahaan belum menerapkan dan melaporkan biaya kualitas.
Walaupun belum menerapkan dan melaporkan biaya kualitas terdapat kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan biaya kualitas. Jenis-jenis biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan yaitu meliputi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik. Data biaya produksi Unit Prooduksi PT. Pertani (Persero)
Cabang Sulut yaitu sebagai berikut.
Tabel 1. Biaya Bahan Baku UPB PT. Pertani tahun 2011
Varietas
Cigelis
Inpari 8
Ciherang
Mekongga
Inpari 13
Way apo buru
Jumlah
Jumlah (Rp)
767,340,000
514,800,000
268,020,000
1,496,016,000
46,800,000
99,108,000
3,192,084,000
Sumber: PT. Pertani cabang sulut
Tabel 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung UPB PT. Pertani (Persero) Tahun 2011
Biaya
Varietas
Cigelis
Inpari 8
Ciherang
Mekongga
Inpari 13
Way apo buru
Jumlah
Jemur/ timbang/
bongkar (Rp)
Blower/
sortasi/
stafel (Rp)
Packing (Rp)
Total
biaya
TKL (Rp)
12,789,000
10,725,000
5,956,000
35,322,600
1,040,000
2,340,050
68,172,650
11,723,250
9,295,000
4,839,250
29,089,200
845,000
2,202,400
57,994,100
12,789,000
10,725,000
5,956,000
33,244,800
1,105,000
2,202,400
66,022,200
37,301,250
30,745,000
16,751,250
97,656,600
2,990,000
6,744,850
192,188,950
Sumber: PT. Pertani Cabang Sulut
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
53
Tabel 3. Biaya Overhead Produksi UPB PT. Pertani tahun 2011
Komponen biaya
Angkutan
Jumlah (Rp)
21,054,250
Karung CBKB
43,732,850
Solar dan Oli
46,998,500
Susut bahan baku (rendemen75%)
1,143,345,450
Label
20,898,850
Labolatorium
10,594,050
Kantong plastik
Karung BBDK
Bunga bank
130,883,550
45,376,050
399,010,500
Pemeliharaan & Perbaikan
Penyusutan mesin
Gaji karyawan
Total Biaya
6,937,250
44,334,500
266,007,000
2,179,172,800
Sumber: PT. Pertani Cabang Sulut
Hasil Pembahasan
Biaya kualitas
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan
biaya kualitas. Penggolongan biaya-biaya yang merupakan biaya kualitas pada Unit Produksi Benih PT. Pertani
tahun 2011 yaitu sebagai berikut:
1. Biaya Pencegahan (Prevention Costs)
a) Biaya tenaga kerja pemeliharaan dan perbaikan mesin merupakan
b) Biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin
2. Biaya Penilaian (Appraisal Costs)
a) Biaya tenaga kerja pengawas/mandor produksi
b) Biaya pengujian labolatorium
c) Biaya pemeriksaan bahan baku dan bahan pembantu
3. Biaya Kegagalan Intern (Internal Failure Costs)
a) Biaya pengerjaan kembali (rework)
b) Biaya pengujian ulang
Berdasarkan penggolongan tersebut laporan biaya kualitas untuk tahun 2011 adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Biaya Kualitas UPB PT. Pertani tahun 2011
Jenis Biaya
Biaya Pencegahan
Jumlah (Rp)
Persentase (%)
Biaya tenaga kerja pemeliharaan dan perbaikan mesin
Biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin
36,600,000
6,937,250
10.0
1.9
Jumlah biaya pencegahan
Biaya Penilaian
Biaya tenaga kerja pengawas/mandor produksi
43,537,250
11.9
11,430,000
3.1
Biaya pengujian labolatorium
Biaya pemeriksaan bahan baku dan bahan pembantu
Jumlah biaya penilaian
10,594,050
19,800,000
41,824,050
2.9
5.4
11.4
Biaya kegagalan internal
Biaya pengujian ulang
Biaya pengerjaan ulang
Jumlah biaya kegagalan internal
Jumlah Biaya kualitas
1,857,130
278,172,288
280,029,418
365,390,718
0.5
76.1
76.6
100.0
Sumber: Data Olahan
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
54
Berdasarkan tabel 4 dapat terlihat bahwa biaya kualitas yang paling tinggi merupakan biaya kegagalan
internal yaitu sebesar Rp 280,029,418 atau 76.6% dari total biaya kualitas yang ada diikuti oleh biaya
pencegahan sebesar Rp 43,537,250 atau 11.9% dan biaya penilaian sebesar Rp 41,824,050 atau 11.4%. Hasil
ini menunjukkan bahwa perusahaan perlu menangani penyebab terjadinya produk cacat/tidak sesuai standar
lebih dulu agar produk cacat yang terjadi dapat berkurang sehingga biaya kegagalan intern dapat ditekan.
Taksiran Biaya Kualitas Setelah Dilakukan Perbaikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menyarankan agar perusahaan melakukan perbaikan
untuk kualitas dengan asumsi bahwa dengan meningkatkan kegiatan dalam bidang pencegahan produk cacat
membuat proses produksi lebih efektif. Kegiatan ini meningkatkan biaya pencegahan, namun diharapkan dapat
menurunkan biaya kegagalan internal sehingga biaya produksi menjadi lebih efisien.
Taksiran Biaya pencegahan yang ditambahkan untuk mengurangi biaya produksi yaitu:
1. Biaya pengujian awal pengujian awal berupa kadar air calon benih bahan baku diharapkan kadar air calon
benih tidak terlalu tinggi sehingga meminimalisasi biaya produksi atau mengurangi biaya pengujian ulang
karena tidak sesuai spesifikasi.
2. Biaya evaluasi pyaitu biaya kegiatan evaluasi terhadap pemasok baik bahan baku maupun bahan pembantu
diharapkan dapat mengurangi biaya kegagalan karena bahan baku dan bahan pembantu yang tidak sesuai
spesifikasi.
Setelah dilakukan Perbaikan diharapkan laporan biaya kualitas di perkirakan sebagai berikut.
Tabel 5. Rincian Taksiran Perubahan Biaya Kualitas Setelah di Lakukan Perbaikan
Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
Biaya Pencegahan
Biaya pengujian awal
Biaya evaluasi pemasok
Biaya tenaga kerja pemeliharaan dan perbaikan
mesin
Biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin
Jumlah biaya pencegahan
Biaya Penilaian
Biaya tenaga kerja pengawas/mandor produksi
Biaya pengujian labolatorium
Biaya
pemeriksaan bahan baku dan bahan
pembantu
Jumlah biaya penilaian
Biaya kegagalan internal
Biaya pengujian ulang
Biaya pengerjaan ulang
Jumlah biaya kegagalan internal
Jumlah Biaya kualitas
5,565,000
33,700,000
Persentase
(%)
2.3
14.2
36,600,000
6,937,250
82,802,250
15.4
2.9
34.8
11,430,000
10,594,050
4.8
4.5
19,800,000
41,824,050
8.3
17.6
567,000
112,540,300
113,107,300
237,733,600
0.2
47.3
47.6
100.0
Sumber: Data Olahan
Efisiensi biaya kualitas terhadap biaya produksi
Biaya kualitas merupakan bagian dari biaya produksi. Sehingga penurunan maupun kenaikan biaya
kualitas akan berakibat pada penurunan ataupun kenaikan biaya produksi. Dengan adanya perbaikan dengan
menambahkan biaya penegahan penurunan dan kenaikan biaya kualitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Penurunan dan Kenaikan Biaya Produksi
Jenis Biaya
2011 (Rp)
Taksiran (Rp)
Penurunan (-)/ kenaikan(+) biaya
Biaya pencegahan
43,537,250
82,802,250
(+)39,265,000
Biaya penilaian
41,824,050
41,824,050
-
Biaya kegagalan internal
280,029,418
113,107,300
(-)166,922,118
Jumlah Biaya kualitas
365,390,718
237,733,600
(-) 127,657,118
Biaya produksi
5,563,445,750
5,435,788,633
(-)127,657,118
Sumber: Data Olahan
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
55
Berdasarkan tabel 6 biaya kualitas mengalami penurunan sebesar Rp 127,657,118. Penurunan biaya ini
merupakan bagian dari biaya produksi. Jadi, biaya kualitas dapat membuat biaya produksi lebih efisien sebesar
Rp 127,657,118. Table diatas dapat di ringkaskan sebagai berikut.
Tabel 7. Efisiensi Biaya Produksi
Jenis Biaya
Biaya kualitas
Biaya produksi
Presentase (%)
Sumber: Data Olahan
2011
(Rp)
365,390,718
5,563,445,750
6.57
Taksiran
(Rp)
237,733,600
5,435,788,633
4.37
Efisiensi
(Rp)
127,657,118
127,657,118
Persentase
(%)
34.9
2.29
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. UPB PT. Pertani cabang Sulawesi utara belum menerapkan biaya kualitas, tetapi biaya kualitas termasuk
dalam biaya produksi perusahaan. Pada periode penelitian tahun 2011, biaya kualitas di UPB PT. Pertani
yang proporsinya terbesar adalah biaya kegagalan internal diikuti oleh biaya pencegahan dan biaya penilaian.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih menekankan pada kegiatan yang mencegah sampainya produk
cacat ke tangan konsumen dibandingkan dengan mencegah terjadinya produk cacat itu sendiri. Kegiatan
mencegah sampainya produk cacat ke tangan konsumen akan mengakibatkan kurang efisiennya biaya
produksi, sedangkan kegiatan mencegah terjadinya produk cacat itu akan membuat biaya produksi menjadi
lebih efisien.
2. Dengan melakukan pencegahan terhadap timbulnya produk cacat dengan melakukan pengujian awal dan
evaluasi pemasok, maka diharapkan biaya kegagalan internal dapat ditekan. Hal ini membuat Biaya Produksi
menjadi lebih efisien karena perusahaan tidak perlu menurunkan harga jual produknya karena cacat dan
tidak perlu mengerjakan ulang produk cacat, sehingga bahan baku dan tenaga kerja yang ada dapat
digunakan seefisien mungkin.
Saran
Penerapan biaya kualitas sebaiknya dilakukan secara teratur dan periodik oleh Perusahaan agar
perkembangan yang terjadi pada biaya kualitas dapat segera diketahui dan dievaluasi. Hal ini perlu dilakukan
agar perusahaan dapat mengambil tindakan yang akan menurunkan biaya kegagalan internal yang terlalu besar
dengan menambah biaya pencegahan yang diperlukan tanpa mengurangi kualitas produk yang dihasilkan.
Diharapkan penurunan biaya yang akan terjadi lebih besar dari kenaikan biaya.
DAFTAR PUSTAKA
Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah Abdullah, 2012, Akuntansi Biaya Edisi Ketiga, Jakarta, Salemba Empat.
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen, 2009, Akuntansi Manjerial Terjemahan Deny Arnos Edisi
Kedelapan Jilid 1, Jakarta, Salemba Empat.
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen, 2009, Akuntansi Manjerial Terjemahan Deny Arnos Edisi kedelapan
Jilid 2, Jakarta, Salemba Empat.
Horngren, Charles.T., Harisson, Wolter.T. 2007. Akuntansi Jilid Satu, Edisi tujuh Penerbit Salemba Empat.
Jakarta.
Horngren, Charles T., Srikant M. Datar dan George Foster. 2008, Akuntansi Biaya Terjemahan Desi Adhariani
Edisi Kesebelas Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Haslim Simora, 2011, Skripsi Peranan Analisis Biaya Produksi Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi,
Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Krismiaji dan Y Anni. Aryani, 2011, Akuntansi Manajemen Edisi Kedua, Penerbit UPP STIE YKPN,
Yogyakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
56
Kuncoro, Mudrajat, 2009, Metode Riset Penelitian Bisnis dan Ekonomi Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mulyadi, 2012, Akuntansi Biaya Edisi Kelima, Penerbit UPP STIE YKPN, Yogyakarta.
Sitanggang, Fentri, 2010, Skripsi Pengaruh biaya kualitas terhadap tigkat profitabilitas pada PT. Majesty hotel
dan apartement, Universitas Kristen Maranatha, bandung.
Tunggal, Amin Wijaja, 2012, Akuntansi Biaya dan Manajemen, Penerbit Harvarindo, Jakarta.
Witjaksono, Armanto. 2013. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
57
PENERAPAN BIAYA KUALITAS DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI PADA PT.
TROPICA COCOPRIMA
Oleh:
Nilisye Debora Ratag
David Paul Elia Saerang
Lidia Mawikere
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
email: [email protected]
ABSTRAK
Persaingan dalam dunia usaha menuntut perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Dalam peningkatan kualitas itu sendiri menimbulkan biaya yang disebut biaya kualitas. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan biaya kualitas dalam meningkatkan efisiensi produksi pada
PT. Tropica Cocoprima. Unsur-unsur biaya kualitas pada umumnya ada empat akan tetapi biaya kualitas yang
terdapat pada PT. Tropica Cocoprima ada tiga unsur biaya kualitas yaitu, biaya pencegahan, biaya penilaian,
biaya kegagalan internal, sedangkan biaya kegagalan ekternal tidak terdapat pada perusahaan. Biaya kualitas
yang terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar Rp. 3.070.883.790,00 atau 6,81% dari total penjualan aktualnya.
Dari hasil taksiran yang diperoleh dengan penambahan biaya pada kategori biaya pencegahan, biaya kualitas
menurun sebesar Rp. 2.074.880.147,00 dibandingkan sebelumnya Rp.2.770.496.414,00 atau sebesar 2,65% dari
total penjualan aktualnya. Sehingga dapat disimpulkan dengan menetapkan biaya kualitas dapat meningkatkan
efisiensi produksi dan mengurangi produk cacat.
Kata kunci : kualitas, biaya kualitas, efisiensi produksi
ABSTRACT
Competition in the bussines world demanded the company to produce a quality product. In the
improvement of quality itself raises the cost called quality cost. The purpose of this study is to know the
applying of quality cost in increasing the efficiency production of PT. Tropica Cocoprima. Cost elements
quality in general there are four but quality cost at PT. Tropica Cocoprima has three cost elements quality
namely; cost of prevention, cost of appraisal, internal failure cost, while the cost of failure is not found on the
external company. The biggest quality cost accur in 2011 amounting to Rp. 3.070.883.790,00 or 6,81% from
total actual sale. The result show that estimate obtained with the addition cost on cost categories prevention,
quality cost decreased amounting to Rp. 2.770.496.414,00 or 2,65% from total actual sale. So, it can be
concluded quality cost can improve production efficiency and reduce produce defects.
Keywords: quality, cost of quality, production efficiency
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
58
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semakin meningkatnya persaingan dalam dunia usaha maka semakin banyak perusahaan dituntut untuk
menghasilkan produk yang berkualitas. Bagi perusahaan yang profit oriented, laba merupakan hal penting yang
ingin dicapai perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya. Dengan meningkatkan kualitas dapat menjadi
kunci perjuangan hidup perusahaan. Karena, dengan meningkatnya kualitas dapat memperbaiki keuangan
perusahaan dan posisi persaingan. Hal ini membuat perusahaan untuk tidak dapat memilih alternative lain selain
memperbaiki kembali produk untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dan tetap mempertahankan
kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Berbicara mengenai kualitas, maka terdapat sejumlah
biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi pencapaian kualitas yang diinginkan (Yuri dan Rahmat:2013).
Biaya kualitas merupakan biaya yang timbul karena atau telah terdapat produk yang kualitasnya buruk
(Hansen dan Mowen:2009). PT. Tropica Cocoprima merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri kelapa yang mengolahnya menjadi produk jadi yaitu Tepung Kelapa. Aktifitas penting pada
perusahaan manufaktur adalah aktifitas mengubah bahan baku (material) menjadi produk jadi (finished goods)
dengan tenaga kerja dan fasilitas produksi. Agar dapat bersaing, perusahaan sangat membutuhkan proses
produksi yang efektif dan efisien, yang dapat dicapai dengan perencanaan dan pengendalian kualitas produk
yang optimal. Selain sebagai elemen penting dalam operasi, kualitas juga memiliki pengaruh lain. Ada tiga
alasan lain penyebab kualitas itu penting yaitu; reputasi perusahaan, kehandalan produk, dan keterlibatan global
(Heizer dan Render:2009).
Adapun unsur-unsur yang terdapat pada biaya kualitas yaitu, biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya
kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal. Dengan adanya penetapan biaya kualitas, dapat dilihat biaya
apa saja yang seringkali dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas, sehingga
perusahaan dapat mengurangi atau meminimalisasi pengeluaran biaya untuk perbaikan produk (produk cacat),
biaya tersebut terdapat pada biaya kegagalan internal dan ekternal akan tetapi jika perusahaan mengalokasikan
biaya tersebut dengan cara menambahkan biaya pada kategori biaya pencegahan, kemungkinan besar dapat
diantisipasi terjadinya kegagalan produk. Sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan produksi
menjadi lebih efisien.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan biaya kualitas dalam meningkatkan efisiensi
produksi pada PT. Tropica Cocoprima.
TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen adalah salah satu cabang ilmu akuntansi yang menghasilkan informasi untuk
manajemen atau pihak intern perusahaan, Krismiaji dan Aryani (2011).
Biaya
Hansen dan Mowen (2009) menyatakan biaya merupakan jumlah kas atau setara dengan kas yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa, dengan tujuan memperoleh keuntungan bagi perusahaan di
masa sekarang maupun di masa mendatang. Prawironegoro dan Purwanti (2009) menyatakan bahwa biaya
adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang
diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.
Kualitas
Hansen dan Mowen (2009) mendefinisikan kualitas sebagai derajat atau tingkat kesempurnaan; dalam
hal ini, kualitas adalah ukuran relative dari kebaikan (goodness). Kualitas juga dapat didefinisikan sebagai
kecocokan atau melebihi kebutuhan konsumen akan penggunaan produk, Daryanto (2012).
Biaya Kualitas
Horngren et al (2010) biaya kualitas dapat didefinisikan “Cost Of Quality (COQ) are the costs incurred
to prevent, or the costs arising as a result of the production of low quality product”. Yuri dan Rahmat (2013)
Biaya kualitas didefinisikan sebagai segala biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi tingkat kualitas yang
diinginkan dan yang diakibatkan tidak tercapainya tingkat kualitas yang diinginkan tersebut.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
59
Biaya kualitas dapat dipilah menjadi empat kategori. Horngren et al (2010), biaya kualitas dibagi empat
golongan yaitu:
1. Prevention costs – costs incurred to preclude the production of product that do not conform to
specifications.
2. Appraisal costs - costs incurred to detect which of individual units of products do not conform to
specifications.
3. Internal failure costs - costs incurred on a defective product before it is shippesd to customers.
4. External failure costs - costs incurred on a defective product after it is shippesd to customers.
Berikut ini adalah penjelasan dari keempat golongan biaya kualitas:
1. Prevention costs (Biaya Pencegahan)
Adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mencegah dihasilkannya produk yang tidak sesuai dengan
spesifikasi.
2. Appraisal costs (Biaya Penilaian)
Adalah biaya-biaya yang terjadi dalam mendeteksi unit-unit produk mana yang tidak sesuai dengan
spesifikasi. Dengan kata lain, biaya yang terjadi karena usaha untuk memastikan bahwa bahan baku dan produk
memenuhi standar kualitas.
3. Internal failure costs (Biaya Kegagalan Internal)
Adalah biaya-biaya yang terjadi sebagai akibat memproduksi produk yang tidak memenuhi standar
kualitas dan ditemukan sebelum dikirim ke pelanggan.
4. External failure costs (Biaya Kegagalan Eksternal)
Adalah biaya-biaya terjadi karena mengirimkan produk yang tidak memenuhi standar kualitas kepada
pelanggan.
Analisis Biaya kualitas
Dalam menganalisis biaya kualitas ada bermacam-macam teknik yang dapat digunakan. Tujuan dari
teknik ini adalah untuk menetukan kesempatan untuk perbaikan kualitas. Besterfield (2009) mengungkapkan
bahwa teknik menganalisis biaya kualitas, secara umum dibagi dua, yaitu analisis trend dan analisis pareto.
Efisisensi
Horngren et al (2010) mendefinisikan Efisiensi“the relative amount of inputs used to achieve a given
output level”. Fahmi (2012) menyebutkan efisiensi adalah pengukuran kinerja yang melihat dari segi pengerjaan
sesuai dengan waktu (time) yang direncanakan, bahkan akan lebih baik jika bisa dilakukan penghematan secara
lebih intensif.
Produksi
Fahmi (2012) mendefinisikian produksi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan baik
berbentuk barang (goods) maupun jasa (service) dalam suatu periode waktu yang selanjutnya dihitung sebagai
nilai tambah bagi perusahaan. Jika ditelaah lebih lanjut, pengertian produksi dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu:
1. Pengertian produksi dalam arti sempit, yaitu mengubah bentuk barang menjadi barang baru, ini menimbulkan
form utility. 2. Pengertian produksi dalam arti luas, yaitu usaha yang menimbulkan kegunaan karena place, time,
dan possession.
Efisiensi Produksi
Berdasarkan pengertian di atas, Maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi produksi adalah bagaimana sumbersumber daya (input) digunakan dengan baik dan benar tanpa adanya pemborosan biaya dalam proses produksi
dalam menghasilkan output.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
60
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti/
Tahun
Martusa
dan
Haslim
(2011)
Vidiyatni
(2013)
Judul
Tujuan
Peranan
Analisis Biaya
Produksi dalam
Meningkatkan
Efisiensi Biaya
Produksi
(Studi Kasus
pada
PTP
Nusantara VIII
Kebun Ciater)
Bertujuan
untuk
mengetahui:
1.
Aktifitas
pengendalian
kualitas
produk
yang dilakukan di
PT. Nusantara VIII
the
ciater.
2.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kualitas
produk
yang
dihasilkan
oleh PT. Nusantara
VIII the ciater. 3.
Biaya-biaya yang
timbul
dari
pengendalian
kualitas produk di
PT. Nusantara VIII
the
ciater.
4.
Peranan
analisis
biaya
kualitas
dalam
meningkatkan
efisiensi
biaya
produksi terhadap
penjualan.
Bertujuan
untuk
mengetahui:
1.
Pengaruh
biaya
kualitas
terhadap
produk rusak, 2.
Pengaruh
biaya
kualitas
terhadap
volume penjualan,
3. Pengaruh produk
rusak
terhadapa
volume penjualan,
4. Pengaruh biaya
kualitas dan produk
rusak pada volume
penjualan
Pengaruh
Biaya Kualitas
terhadap
Produk rusak
dan
Dampaknya
pada Volume
penjualan
(studi
kasus
pada
PD
Zunzun
Tasikmalaya)
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
Deskriptif
analitis
Deskriptif
analisis
Persamaan
Perbedaan
Dengan
dilakukannya
analisis biaya
kualitas
terhadap
biaya
produksi,
dapat
diketahui
bahwa total
biaya kualitas
2009 adalah
sebesar
20,99% dari
biaya
produksi. Hal
ini
menunjukkan
biaya kualitas
cukup
berpengaruh
pada
biaya
produksi.
Telah
mengeluarkan
biaya-biaya
yang termasuk
dalam
kategori biaya
kualitas
Belum
melaporkan
biaya kualitas
secara
tersendiri.
Biaya
kualitas dan
produk rusak
secara
bersamasama
berpengaruh
signifikan
terhadap
volume
penjualan
sebesar
89,1%.
Teknik
pengumpulan
data diperoleh
langsung dari
sumber data
dengan cara
mendokument
asikan
data
time
series/analisis
tren.
peneliti lebih
menekankan
bagaimana
keterkaitan
antara biaya
kualitas
dengan
pengaruhnya
terhadap
produk rusak
dan
dampaknya
bagi volume
penjualan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. Sekaran dan Bougie (2009) mendefinisikan “a descripive
study is undertaken in order to ascertain and be able to describe the characteristics of the variables of interest
in a situation”.
Tempat dan Jangka Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Tropica Cocoprima yang beralamat di Jl. Balai Kota No.12 Manado
(Kantor Pusat) dan di desa Lelema Kec Tumpaan (Pabrik). Sedangkan jadwal penelitian ini dilaksanakan selama
bulan April 2013.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
61
Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis pada penelitian skripsi ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif merupakan data yang disajikan dalam bentuk angka-angka. Data kuantitatif adalah data yang
diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro:2009). Data kualitatif yang digunakan berupa gambaran umum PT.
Tropica Cocoprima, sejarah berdirinya perusahaan, perkembangan perusahaan, lokasi perusahaan, struktur
organisasi, dan lain sebagainya.
2. Sumber Data
a. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari sumber aslinya. Data primer dalam penelitian ilmiah selain
survei yaitu observasi langsung, yaitu proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda) atau
kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.
Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh perorangan atau organisasi perusahaan yang merupakan
obyek penelitian dimana data tersebut merupakan data yang belum di olah dan di ambil langsung.
b. Data sekunder, data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain (Kuncoro:2009). Data
sekunder yang di ambil, diperoleh dari hasil literatur kuliah, makalah, jurnal, serta literatur-literatur lainnya
yang berhubungan dengan penelitian serta referensi lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Teknik Wawancara
2. Teknik Dokumentasi
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menggolongkan biaya-biaya yang termasuk ke dalam biaya kualitas.
2. Melakukan perhitungan biaya kualitas yang terjadi selama 3 tahun berjalan.
3. Melakukan pelaporan terhadap perhitungan biaya kualitas.
4. Melakukan perbandingan terhadap biaya kualitas sesungguhnya dengan taksiran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Objek Penelitian
PT. Tropica Cocoprima mulai dibangun pada tahun 1997 dan memulai produksi awal pada bulan mei
tahun 1998. Visi perusahaan adalah untuk dikenal dan diakui sebagai salah satu penghasil (produsen) tepung
kelapa yang berkualitas tinggi. Sedangkan misi perusahaan adalah PT. Tropica Coco Prima berkomitmen untuk
menjadi pemasok produk tepung kelapa yang terbaik dan berkualitas tinggi kepada para konsumen dan dengan
proses yang menguntungkan. Lokasi atau tempat usaha dari perusahaan yang berkecimpung dalam usaha
produksi tepung kelapa ini dibedakan menjadi dua, yaitu lokasi berdasarkan tempat usahanya yaitu di Desa
Lelema Kecamatan Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara. Sedangkan, lokasi
berdasarkan kedudukan yaitu lokasi atau tempat perusahaan melakukan koordinasi dan pengendalian seluruh
aktivitas usahanya, baik itu menyangkut kegiatan pemasarannya, maupun urusan administrasi dan penjualan
berkedudukan di Jl. Balai Kota No.12 Manado 95124.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, PT. Tropica Cocoprima belum menerapkan biaya
kualitas atau belum menghitung seberapa besar biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk
yang berkualitas. sehingga dalam penelitian ini penulis mengambil gambaran bagaimana biaya kualitas tersebut
dapat meningkatkan efisiensi produksi perusahaan, dengan data-data yang telah diperoleh selama tiga tahun
berjalan, menggunakan laporan perhitungan Laba Rugi dan perincian biaya overhead pabrik. PT. Tropica
Cocoprima memiliki laporan perhitungan Laba Rugi dan perincian biaya overhead pabrik sebagai berikut.
Kegiatan Pengendalian Kualitas
Produk dapat dikatakan berkualitas jika produk tersebut sesuai dengan standar atau spesifikasi yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Melalui pengendalian, suatu perusahaan berusaha memberikan jaminan agar
pelaksanaan rencana produksi sesuai dengan yang telah ditetapkan, Pada umumnya proses pembuatan tepung
kelapa dapat diuraikan sebagai berikut:
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
62
1. Receiving & Inspection: buah kelapa di terima di pabrik kemudian mendeteksi kondisi bahan baku yang
berkualitas untuk digunakan.
2. Shelling & Paring: proses pengupasan kulit kelapa, pada saat kelapa akan diproses maka dilakukan
pemisahan antara tepung (batok) dengan daging kelapa serta daging kelapa dengan kulit ari (warna
kecoklatan pada kulit kelapa daging).
3. Washing:setelah daging kelapa dipisahkan dari tempurungnya kemudian diantar ke tempat pembersihan.
4. Pasteurizing: dalam proses pencucian yang dilakukan selanjutnya dilakukan control/pengawasan setiap jam,
hal ini dimaksudkan untuk memeriksa larutan pada tangki yang diberi bahan kimia untuk memberantas
kuman-kuman penyakit. Atau disebut juga proses sterilisasi pada suhu 95° c sampai dengan 100° c.
5. Grinding: setelah selesai pada proses sterilisasi, maka daging kelapa tersebut dilakukan penggilingan sesuai
dengan ukuran yang diinginkan (medium dan fine).
6. Drying: setelah selesai penggilingan, maka dilakukan pengeringan melalui mesin pengering sesuai standard.
7. Screening: pada proses ini dilakukan penyaringan serta untuk menguji kualitas untuk kadar basah,
besarannya, ukurannya,volume, warna dan rasa baunya.
8. Packaging: selanjutnya proses pengepakan/pengemasan tepung kelapa yang telah jadi sesuai dengan jenis
dan jumlah tertentu sebelum produk dikirm ke pembeli.
Penggolongan Biaya Kualitas pada PT. Tropica Cocoprima
Unsur-unsur biaya kualitas dapat digolongkan ke dalam empat golongan.
1. Biaya Pencegahan (Prevention Costs)
Biaya ini terjadi sehubungan dengan usaha menghindarkan terjadinya kerusakan atau kecacatan dan membatasi
biaya kegagalan serta biaya penilaian. Yang termasuk biaya pencegahan adalah:
a. Biaya program pelatihan
b. Biaya kebersihan
c. Biaya pemeliharaan mesin
2. Biaya Penilaian (Appraisal Costs)
Biaya penilaian dikeluarkan sehubungan dengan usaha menemukan dan mendeteksi kondisi dari produk dan
bahan baku. yang termasuk pada kategori biaya ini adalah:
a. Biaya pemeriksaan kualitas
b. Biaya Upah Tenaga kerja langsung
3. Biaya kegagalan internal (internal failure costs)
Merupakan biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya kerusakan atau kecacatan pada produk sebelum
barang dikirimkan kepada pelanggan. Yang termasuk ke dalam kategori biaya ini:
a. Biaya pengerjaan kembali (rework)
b. Biaya perbaikan mesin
4. Biaya kegagalan eksternal (external failure costs)
Biaya ini terjadi akibat adanya produk yang cacat atau rusak, dimana kerusakan itu baru ditemukan setelah
barang dikirmkan kepada pelanggan. Pada PT. Tropica Cocoprima tidak terdapat biaya ini karena tidak
menerima adanya retur dan keluhan dari pelanggan.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
63
Biaya Kualitas pada PT. Tropica Cocoprima
Tabel 2. Perincian Biaya Kualitas PT. Tropica Cocoprima Tahun 2010-2012
Deskripsi
Jumlah
(2010)
Biaya Pencegahan:
Biaya perjalanan dinas/pelatihan
Biaya pemeliharaan mesin
Biaya kebersihan
Biaya pencegahan total
Biaya Penilaian:
Biaya upah tenaga kerja harian
Biaya upah tenaga kerja borongan
Biaya pemeriksaan kualitas
Biaya penilaian total
Biaya Kegagalan Internal:
Biaya perbaikan mesin
Biaya pengerjaan kembali (rework)
Biaya kegagalan internal total
Total Biaya Kualitas
Jumlah
(2011)
Jumlah
(2012)
110.438.000,00
91.290.852,50
84.470.530,00
286.199.382,5
28.245.180,00
126.681.101,00
121.493.053,00
276.419.334,00
31.661.673,00
214.174.900,00
109.638.770,00
355.475.343,00
1.241.087.638,00
1.221.425.582,00
28.027.500,00
2.490.540.720,00
1.384.129.251,00
1.284.360.357,00
19.995.600,00
2.688.485.208,00
1.123.801.501,00
1.149.033.996,00
49.746.000,00
2.322.581.497,00
56.629.006,00
31.960.134,50
88.589.140,50
2.865.329.243,00
65.690.500,00
40.288.748,30
105.979.248,3
3.070.883.790,00
42.100.000,00
50.339.574,30
92.439.574,30
2.770.496.414,00
Sumber: Data Hasil Olahan
Laporan Biaya Kualitas PT.Tropica Cocoprima
Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang kemajuan program kualitas yang diterapkan, maka
dibuat laporan biaya kualitas. Pengaruh keuangan dari biaya kualitas dapat diketahui secara lebih mudah dengan
menjadikan jumlah biaya kualitas itu dalam bentuk presentase dari total penjualan.
Tabel 3. PT. Tropica Cocoprima Laporan Biaya Kualitas Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember
2010
Deskripsi
Jumlah
(Rp)
Biaya
Biaya Pencegahan:
Biaya perjalanan dinas/pelatihan
110.438.000,00
Biaya pemeliharaan mesin
91.290.852,50
Biaya kebersihan
84.470.530,00
Biaya pencegahan total
286.199.382,5
Biaya Penilaian:
Biaya upah tenaga kerja harian
1.241.087.638,00
Biaya upah tenaga kerja borongan
1.221.425.582,00
Biaya pemeriksaan kualitas
28.027.500,00
Biaya penilaian total
2.490.540.720,00
Biaya Kegagalan Internal:
Biaya perbaikan mesin
56.629.006,00
Biaya pengerjaan kembali (rework)
31.960.134,50
Biaya kegagalan internal total
88.589.140,50
Total Biaya Kualitas
2.865.329.243,00
Ket: pendapatan penjualan aktualnya adalah Rp. 24.651.796.509,62
Kualitas
Persentase
dari
penjualan (%)
1,16
10,10
0,36
11,62
Sumber: Data hasil olahan
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
64
total
Tabel 4. PT. Tropica Cocoprima Laporan Biaya Kualitas Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember
2011
Jumlah
(Rp)
Deskripsi
Biaya
Kualitas
Biaya Pencegahan:
Biaya perjalanan dinas/pelatihan
28.245.180,00
Biaya pemeliharaan mesin
126.681.101,00
Biaya kebersihan
121.493.053,00
Biaya pencegahan total
276.419.334,00
Biaya Penilaian:
Biaya upah tenaga kerja harian
1.384.129.251,00
Biaya upah tenaga kerja borongan
1.284.360.357,00
Biaya pemeriksaan kualitas
19.995.600,00
Biaya penilaian total
2.688.485.208,00
Biaya Kegagalan Internal:
Biaya perbaikan mesin
65.690.500,00
Biaya pengerjaan kembali (rework)
40.288.748,30
Biaya kegagalan internal total
105.979.248,3
Total Biaya Kualitas
3.070.883.790,00
Ket: pendapatan penjualan aktualnya adalah Rp. 45.025.047.703,00
Persentase
dari
penjualan (%)
total
0,61
5,97
0,23
6,81
Sumber: Data hasil olahan
Tabel 5. PT. Tropica Cocoprima Laporan Biaya Kualitas Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember
2012
Jumlah
(Rp)
Deskripsi
Biaya
Biaya Pencegahan:
Biaya perjalanan dinas/pelatihan
31.661.673,00
Biaya pemeliharaan mesin
214.174.900,00
Biaya kebersihan
109.638.770,00
Biaya pencegahan total
355.475.343,00
Biaya Penilaian:
Biaya upah tenaga kerja harian
1.123.801.501,00
Biaya upah tenaga kerja borongan
1.149.033.996,00
Biaya pemeriksaan kualitas
49.746.000,00
Biaya penilaian total
2.322.581.497,00
Biaya Kegagalan Internal:
Biaya perbaikan mesin
42.100.000,00
Biaya pengerjaan kembali (rework)
50.339.574,30
Biaya kegagalan internal total
92.439.574,30
Total Biaya Kualitas
2.770.496.414,00
Ket: pendapatan penjualan aktualnya adalah Rp. 26.257.706.094,00
Kualitas
Persentase
dari
penjualan (%)
total
1,35
8,85
0,35
10,55
Sumber: Data hasil olahan
Tabel 6. Laporan Kinerja Biaya Kualitas, Beberapa Periode
Tahun
Biaya Kualitas
Total Penjualan
2010
2011
2012
Rp 2.865.329.243,00
3.070.883.790,00
2.770.496.414,00
Rp 24.651.796.509,00
45.025.047.703,00
26.257.706.094,00
Persentase Biaya Kualitas
dari Penjualan (%)
11,62
6,81
10,55
Sumber: Data hasil olahan
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
65
Tabel 7. Laporan Kinerja Biaya Kualitas untuk Tiap Kategori Biaya Kualitas, Beberapa Periode
Tahun
Biaya
(%)
2010
2011
2012
1,16
0,61
1,35
Pencegahan
Biaya Penilaian (%)
10,10
5,97
8,85
Biaya
Kegagalan
Internal (%)
0,36
0,23
0,35
Biaya
Kegagalan
Eksternal (%)
0
0
0
Sumber: Data hasil olahan
Pembahasan
Kegiatan Pengendalian Kualitas
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kegiatan pengendalian produk yang dilakukan oleh
PT. Tropica Cocoprima ada delapan tahap yang penting untuk menghasilkan produk yang berkualitas
berdasarkan standar atau spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Penggolongan Biaya Kualitas
Biaya kualitas dapat digolongkan ke dalam empat golongan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
biaya kualitas terdiri atas biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan
ekternal. Akan tetapi biaya yang termasuk pada PT. Tropica Cocoprima hanya 3 golongan saja, karena tidak
terdapat biaya kegagalan ekternal atau perusahaan tidak menerima adanya retur dan keluhan dari pelanggan.
Biaya Kualitas pada PT. Tropica Cocoprima
Berdasarkan pada tabel 2, perusahaan mengalami kenaikan biaya kualitas atau biaya kualitas yang
terbesar pada tahun 2011 yaitu Rp. 3.070.883.790,00. Dan penurunan atau yang terkecil ada pada tahun 2012
sebesar Rp 2.770.496.414,00, dibandingkan pada tahun 2010 biaya kualitas yang terjadi adalah sebesar Rp.
2.865.329.243,00.
Laporan Biaya Kualitas PT.Tropica Cocoprima
Pengaruh keuangan dari biaya kualitas dapat diketahui secara lebih mudah dengan menjadikan jumlah
biaya kualitas itu dalam bentuk persentase dari total penjualan. Pada tabel 3 sudah di paparkan pelaporan biaya
kualitas PT. Tropica Cocoprima pada tahun 2010. Menurut laporan itu, biaya kualitas PT. Tropica Cocoprima
mencapai 11,62% dari total penjualan. Selanjutnya pada tabel 4 laporan biaya kualitas yang terjadi pada tahun
2011 adalah sekitar 6,81%, sedangkan pada tabel 5 tahun 2012 biaya kualitas mencapai 10,55% dari total
penjualan. Disamping laporan itu, adapun laporan kinerja biaya kualitas yang menyajikan informasi mengenai
perubahan dalam biaya kualitas selama beberapa periode (3 tahun). Seperti yang ditunjukkan pada tabel 6
persentase biaya kualitas dari total penjualan, biaya kualitas mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar
11,62% dan mengalami penurunan sebesar 6,81% tahun 2011 sedangkan pada tahun 2012 biaya kualitas
kembali naik 10,55%. Adapun informasi biaya kualitas beberapa periode untuk tiap kategori biaya kualitas,
berdasarkan laporan pada tabel 7 biaya pencegahan pada tahun 2012 mengalami kenaikan 1,35% dibandingkan
2 tahun sebelumnya, pada tahun 2011 biaya penilaian mengalami penurunan 5,97% dibandingkan tahun
sebelumnya (2010) dan tahun sesudahnya (2012).
Taksiran Biaya Kualitas PT. Tropica Cocoprima
Tabel 8 menunjukkan biaya penilaian (appraisal cost) mengalami penurunan seiring dengan
meningkatnya biaya pencegahan (prevention cost) berdasarkan teori yang ada bahwa biaya prevention dan
appraisal cost merupakan biaya kualitas yang dapat dikendalikan oleh produsen (controllable quality cost).
Biaya kegagalan internal (internal failure cost), merupakan biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh produsen
(uncontrollable quality cost). Dengan asumsi perencanaan dan proses produksi berjalan dengan baik sehingga
tingkat defect (cacat) semakin rendah. Defect yang semakin rendah ini secara otomatis akan mengurangi
internal dan external failure cost yang tidak dapat dikendalikan oleh produsen, karena biaya ini timbul karena
adanya defect (cacat).
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
66
Tabel 8. Taksiran Biaya Kualitas PT. Tropica Cocoprima (2012)
Deskripsi
Jumlah (Rp)
Biaya Pencegahan:
Biaya perjalanan dinas/pelatihan
Biaya pemeliharaan mesin
Biaya kebersihan
Biaya kesehatan
Biaya pemakaian bahan penolong
Biaya pencegahan total
Biaya Penilaian:
Biaya upah tenaga kerja harian
Biaya upah tenaga kerja borongan
Biaya pemeriksaan kualitas
Biaya penilaian total
Biaya Kegagalan Internal:
Biaya perbaikan mesin
Biaya kegagalan internal total
Total Biaya Kualitas
Ket: pendapatan penjualan aktualnya adalah Rp. 26.257.706.094,00
Persentase
dari
total
penjualan
(%)
31.661.673,00
214.174.900,00
109.638.770,00
129.045.756,00
362.095.300,00
846.616.399,00
3,22
561.900.750,00
574.516.998,00
49.746.000,00
1.186.163.748,00
4,52
42.100.000,00
42.100.000,00
2.074.880.147,00
0,16
7,90
Sumber: Data hasil olahan
Tabel berikut ini akan menunjukkan perbandingan biaya kualitas setelah dilakukan penambahan biaya/
taksiran biaya terhadap total penjualan. Dapat dilihat pada tabel 9, total biaya kualitas sebelum dilakukan
taksiran biaya adalah Rp. 2.770.496.414,00 dibandingkan setelah dilakukan penambahan biaya/taksiran biaya,
total biaya kualitas menurun sebesar Rp. 2.074.880.147,00 atau sebesar 2,65% dari total penjualan.
Tabel 9. Persentase biaya kualitas terhadap total penjualan
Deskripsi
2012
(Rp)
Perkiraan
(Rp)
Efisiensi
(Rp)
Total Biaya Kualitas
2.770.496.414,00
2.074.880.147,00
695.616.267,00
Persentase
Terhadap
penjualan
(%)
2,65%
Ket: pendapatan penjualan aktualnya adalah Rp. 26.257.706.094,00
Sumber: Data hasil olahan
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
PT. Tropica Cocoprima belum menetapkan dan mengukur biaya kualitasnya, sehingga perusahaan belum
mengetahui biaya-biaya apa saja yang termasuk ke dalam biaya kualitas dalam proses produksi. Dengan
menetapkan biaya kualitas perusahaan dapat mengetahui jenis dan proporsi biaya kualitas yang terjadi dalam
kegiatan pengendalian kualitasnya, dan perusahaan dapat menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk
mencapai biaya kualitas dan produksi lebih efisien.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis mengajukan saran penelitian sebagai berikut.
PT. Tropica Cocoprima sebaiknya melakukan analisis biaya kualitas secara teratur. agar perkembangan
yang terjadi pada biaya kualitas dapat segera diketahui dan dievaluasi. Hal ini perlu dilakukan agar para manajer
dapat mengambil keputusan untuk memperbaiki perencanaan dan pengendalian kualitas serta perusahaan dapat
mengambil tindakan yang akan menurunkan biaya-biaya yang terlalu besar dengan menambah biaya
pencegahan yang diperlukan tanpa mengurangi kualitas produk yang dihasilkan. Yang diharapkan penurunan
biaya yang akan terjadi lebih besar dari kenaikan biaya.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
67
DAFTAR PUSTAKA
Besterfield. 2009. Quality Control. Edisi 8. Prentice-Hall Inc. New Jersey.
Daryanto. 2012. Manajemen Produksi. Edisi 1. PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Bandung.
Fahmi, I. 2012. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi 1. Alfabeta. Bandung.
Hansen, Don R., Mowen, Maryanne, M. 2009. Akuntansi Manajerial Jilid 2. Edisi Kedelapan. Salemba empat.
Jakarta.
Heizer, J., Render, B. 2009. Manajemen Operasi Jilid 1. Edisi Kesembilan. Salemba empat. Jakarta.
Horngren, C., Foster, G., Datar, S. 2010. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Thirteenth edition.
Prentice-Hall Inc. Upper Saddle River, New Jersey.
Krismiaji., Aryani, A. 2011. Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua. UPP STIE YKPN, Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajat. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Edisi 3. Erlangga. Jakarta.
Martusa, R., Haslim, H., 2011. Peranan Analisis Biaya Kualitas dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi
(studi kasus pada PTP Nusantara VIII kebun ciater). Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun ke-2
Januari-April. Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Prawironegoro., Purwanti, Ari. 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga. Mitrawacanamedia. Jakarta.
Sekaran., Bougie. 2009. “Research Method for business: a skill building approach”. John Wiley and Sons ltd.
United Kingdom.
Vidiyatni, Gitami. 2013. Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Produk rusak dan Dampaknya pada Volume
penjualan (studi kasus pada PD Zunzun Tasikmalaya). Jurnal volume 2, nomor 1. Universitas Siliwangi.
Tasikmalaya.
Yuri., Nurcahyo, R. 2013. TQM: Manajemen Kualitas Total dalam Perspektif Teknik Industri. Edisi 1. Indeks.
Jakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
68
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL
PADA KABUPATEN DAN KOTA PROPINSI SULAWESI UTARA
Oleh :
Justonly Lengkong
David P.E. Saerang
Stanly Alexander
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
email : [email protected]
ABSTRAK
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan utama dari wilayah daerah itu sendiri.
PAD diharapkan mampu menunjang Belanja Modal (BM),karena PAD yang meningkat diharapkan akan
menambah pendapatan daerah dari pembangunan infrastuktur yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh PAD terhadap BM. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PAD dan BM.
Data penelitian berupa data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
di Sulawesi Utara. Penelitian ini menggunakan metode regresi sederhana yang dibantu oleh uji asumsi klasik.
Hal inimenunjukkan bahwa PAD tidak berpengaruh terhadap BM. Hasil penelitian ini menunjukkan PAD
ternyata belum mampu untuk menunjang Belanja Modal karena masih terlalu minim penerimaan daerah. Saran
penelitian ini pemerintah diharapkan lebih memperhatikan dan mengembangkan lagi potensi dari wilayah
Sulawesi Utara untuk dapat memaksimalkan pendapatan dari daerah.
Kata kunci: pendapatan asli daerah dan belanja modal
ABSTRACT
Regional Original Income is the main source of income of the local region itself. Regional Original
Income is expected to be able to support Expense of Capital, because the Regional Original Income will
increase is expected to add more revenue from existing infrasturcture development. This research aimed to
determine the effect of Regional Original Income for Expense of Capital. Variables used in this research Is the
Regional Original Income and Expense of Capital. The research data in the form of quantitative data and a
secondary data obtained from the Central Board of Statistic in North Sulawesi. In this research has used simple
regression method assisted by classical assumption. This research showed that the Regional Original Income has
no effect on Expense of Capital.
Keywords : regional original income and expense of capital
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
69
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Otonomi daerah dalam UU No.32 thn 2004 menjelaskan tentang otonomi daerah adalah hak, wewenang
dan kewajiban dalam mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas, oleh karena itu otonomi
yang berwawasan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat, perlu adanya pemahaman akan kebutuhan
yang menjadi landasan berpikir pada bagian mengoperasikan otonomi tersebut sehingga mencapai sasaran untuk
meningkatkan taraf dan kualitas hidup bermasyarakat melalui pembangunan daerah, dimana pembangunan
daerah bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Mardiasmo, (2009:73)mengungkapkan bahwa dengan anggaran, pemerintah dapat mengalokasikan
sumber daya yang langkah untuk menggerakan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan dan
meningkatkan kualitas hidup bermasyarakat. Melalui pendapatan daerah juga, sumber-sumber penerimaan
daerah yang potensial harus digali secara maksimal didalam koridor peraturan perundang-undangan yang
berlaku, termasuk diantaranya adalah pajak daerah dan retribusi daerah yang sudah sejak lama menjadi salah
satu unsur Pendapatan Asli Daerah (PAD). Digabungkannyaanggaran dengan sumber-sumber pendapatan
daerah maka pelaksanaan otonomi daerah bisa memaksimalkan akan kebutuhan dan meningkatkan akan
kesejahteraan dari masyarakat daerah.
Pemberian otonomi daerah berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah karena
memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk membuat rencana keuangannya sendiri dan membuat
kebijakan-kebijakan yang dapat berpengaruh pada kemajuan daerahnya. Peran pemerintah didalam
pembangunan adalah sebagai katalisator dan fasilitator, karena pihak pemerintahlah yang lebih mengetahui
sasaran tujuan pembangunan yang akan dicapai(Abdul dan Halim, 2004:237). Dalam rangka menjalankan
fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah harus
dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan didaerahnya melalui PAD.PAD merupakan hal
yang penting untuk menentukan tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah secara nyata
dan bertanggung jawab.
Upaya pemerintah dalam meningkatkan PAD tidak akan memberikan arti apabila tidak diikuti dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Dilain pihak, pemerintah daerah juga bertanggung jawab
penuh terhadap pengelolaan keuangan yang berasal dari PAD tersebut, karena dana itu berasal dari masyarakat
daerah setempat yang berhak untuk mendapatkan kembali dana tersebut dalam bentuk pembangunan yang
dilaksanakan pada daerahnya. Karena itu dalam menjalani otonomi daerah yang sukses tergantung pada
pimpinan-pimpinan daerah atau Pemerintah Daerah (Pemda) yang memotorisasi dengan baik demi kesejahtraan
masyarakat dan peningkatan dalam hal ekonomi daerah tersebut.
Setiap daerah saat ini seolah-olah berlomba untuk meningkatkan pembangunan daerahnya sendiri, dan
salah satu faktor pendukung kesejahteraan daerah adalah dengan tersedianya infrasruktur yang memadai. Peran
PAD dalam meningkatkan kesejahteraan pada daerahnya sendiri adalah dengan meningkatkan investasi Belanja
Modal (BM) pada pemerintah daerah sehingga kualitas layanan publik daerah semakin baik.Seiring
meningkatnya investasi BM, pemerintah mendorong daerah untuk melakukan pembangunan ekonomi dengan
mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu kemitraan pada masyarakat demi mencapai
kesejahteraan bagi masyarakat dengan membangun lapangan kerja yang baru dan mencapai tingkat PAD yang
membaik atau meningkat.
Sembiring, (2009:13) mengungkapkan bahwa dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, BM sangat
berkaitan dengan perencanaan keuangan jangka panjang, terutama pembiayaan untuk pemeliharaan aset tetap
yang dihasilkan dari BM tersebut. Pemerintah harus beradaptasi untuk mengupayakan mutu pelayanan publik
dan perbaikan berbagai sektor yang berpotensi agar mengubah struktur belanja semakin baik. Pemerintah juga
harus memberikan proporsi BM yang lebih besar, pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang
dilakukan pemerintah daerah setempat dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik, pergeseran ini
ditujukan untuk meningkatkan investasi BM. Peningkatan alokasi BM dalam bentuk aset tetap seperti
infrastruktur memang sangat penting untuk meningkatkan produktivitsa perekonomian, dan diharapkan akan
bertambahnya pendapatan daerah.
Solikin, (2007:7) menyatakan bahwa semakin tinggi PAD maka pengeluaran pemerintah atas BM pun
akan semakin tinggi, artinya temuan tersebut mengindikasikan bahwa besarnya PAD menjadi salah satu faktor
penentu dalam menentukan BM. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sembiring, (2009)
dan Solikin, (2007) tentang PAD yang berpengaruh terhadap BM.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
70
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Otonomi Daerah
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan
bahwaotonomi derah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan(www.sarjanaku.com, 2012). Suparmoko (2002:61) dalam www.sarjanaku.com (2012) mengartikan
otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Salah satu sumber keuangan untuk penyelenggaraan pembangunan adalah pendapatan daerah.
Pemerintah Daerah (Pemda) menyusun dan menetapkan (APBD) adalah sebagai alat utama untuk menjalankan
otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, dan merupakan rencana operasional keuangan daerah yang
menggambarkan pengeluaran untuk kegiatan keseharian dan proyek pembangunan daerah dalam satu anggaran
tertentu dan sumber penerimaan daerah dari hasil pajak daerah, retribusi pajak daerah, hasil perusahaan daerah
dan hasil usaha lain yang sah untuk menutupi pengeluaran tersebut.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Halim (2009:62) menyatakan bahwa PAD adalah penerimaan daerah yang diperoleh dari sumbersumber ddalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Mardiasmo (2009:132) menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan yang sah.
PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai
dengan UU No. 33 tahun 2004, pasal 1 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerahyang menyatakan bahwa untuk mengumpulkan dana, guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam
membiayai kegiatannya. PAD bersumber dari :
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3.Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Belanja Modal (BM)
BM adalah pengeluaran yang digunakan untuk pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap
berwujud yang nilai manfaatnya lebih dari setahun atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintah daerah. Belanja Modal dapat dikategorikan dalam 5 kategori yaitu :
1. Belanja Modal Tanah
2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin
3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan
4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
5. Belanja Modal Fisik Lainnya
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
71
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama/Tahun
Judul
Variabel
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Solikin (2007)
Hubungan Pendapatan
Asli Daerah dan Dana
Alokasi Umum dengan
Belanja Modal di Jawa
Barat
Pendapatan
Asli Daerah
Peneliti menggunakan korelasi
product
moment
pearson
menunjukkan bahwa semakin
tinggi PAD atau DAU yang
diterima, maka semakin tinggi
pula belanja modal dikeluarkan.
Selain itu, dengan menggunakan
korelasi berganda maka PAD dan
DAU memiliki hubungan positif
yang kuat dengan belanja modal,
berarti apabila PAD dan DAU
meningkat maka belanja modal
pun akan meningkat.
Peneliti
sebelumnya
melakukan
penelitian
tentang
pengaruh
PAD
terhadap BM
Penelitian
yang
dilakukan
bertempat
pada
kabupaten dan
kota se Jawa
Barat.
Hasil pengujian menunjukkan
bahwa
hanya
DAU
yang
berpengaruh signifikan terhadap
pengalokasian anggaran belanja
modal sedangkan Pertumbuhan
Ekonomi
dan
PAD
tidak
berpengaruh signifikan terhadap
pengalokasian anggaran belanja
modal.
Peneliti
sebelumnya
melakukan
penelitian
terhadap
pengaruh
PAD pada
BM
Peneliti
melakukan
penelitian
pengaruh PAD
terhadap
pengalokasian
anggaran BM
di
Propinsi
Jawa Tengah
Dana Alokasi
Umum
Belanja Modal
Putro (2010)
Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Pendapatan
Asli Daerah dan Dana
Alokasi
Umum
terhadap Pengalokasian
Anggaran
Belanja
Modal
Pertumbuhan
Ekonomi
Pendapatan
Asli Daerah
Dana Alokasi
Umum
Belanja Modal
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Hubungan PAD dengan Belanja Modal
Mardiasmo, (2009:46) menyatakan bahwa selama ini PAD memiliki peran untuk pelaksanaan otonomi
daerah guna mencapai tujuan utama penyelengaraan otonomi daerah yang ingin meningkatkan pelayanan publik
dan memajukan perekonomian daerah. Bermula dari keinginan untuk mewujudkan harapan tersebut, pemda
melakukan berbagai cara dalam meningkatkan pelayanan publik, yang salah satunya dilakukan dengan belanja
untuk kepentingan investasi yang direalisasikan melalui belanja modal(Solikin, 2007).
PAD sebenarnya merupakan andalan utama daerah untuk mendukung penyelenggaraan pemerintah dan
pembiayaan pembangunan (Solikin, dikutip dalam Saragih, 2003:49). Tetapi penerimaan daerah dari unsur PAD
saja belum mampu memenuhi kebutuhan daerah apalagi dengan penambahan wewenang daerah jelas akan
membutuhkan dana tambahan bagi daerah (Solikin, dikutip dalam Saragih, 2003:49) sehingga daerah masih
membutuhkan bantuan dana yang lain misalnya Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum dan faktor-faktor
lain yang dapat memenuhi kebutuhan daerah.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah metode Asosiasi. Jenis penelitian ini digunakan karena menurut
(Sugiyono, 2003:33), penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ataupun juga hubungan antar dua variabel atau lebih. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PAD,
PADdalam hal ini adalahpendapatan daerah kabupaten dan kota yang bersumber dari hasil pajak daerah (HPD),
hasil retribusi daerah (HRD), hasil perusahaan milik daerah serta hasil pengolahan kekayaan daerah (HPKD)
dan lain-lain pendapatan yang sah (LPS). Variabel ini di ukur dengan satuan Rupiah dan jugadiposisikan
sebagai variabel independen dan variabel brikutnya adalahBM, BMdalam penelitian ini diartikan sebagai
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka menambah aset atau kekayaan daerah kabupaten dan kota yang masa
manfaatnya lebih dari satu tahun anggaran, yang meliputi antara lain belanja untuk perolehan tanah, peralatan
dan mesin, gedung dan bangunan, belanja jalan, irigasi dan jaringan dan juga belanja aset lainnya. Variabel ini
di ukur dengan satuan Rupiah dan juga diposisikan sebagai variabel dependen.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
72
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data melalui bahan tertulis berupa buku-buku, data-data yang tersedia dan laporanlaporan yang relevan dengan objek penelitian (Dokumentasi). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 15
(seluruh) Kabupaten dan Kota di Propinsi Sulaweisi Utara.
Metode Analisis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi sederhana
melalui persamaan sebagai berikut:
Y = α + bX
Keterangan :
Y
= Variabel dependen (nilai yang diprediksi)
X
= Variabel independen
α = Konstanta
b
= Koefisien Regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Tabel 2. Standar Deviasi
Variabel
Pendapatan Asli Daerah
Belanja Modal
Valid N(listwise)
N
45
45
45
Minimum
414.798
5.948.027
Maximum
134.721.720
178.968.83
Mean
18.833.196,93
105.702.437,1
Std.Deviation
27.389.407,24
44.840.070,83
Sumber : Data olah, 2013
Tabel 2 diatas menjelaskan tentang populasi sebanyak 45 data dan memperoleh data deskripsi sebagai
berikut :
1. Pendapatan Asli Daerah maksimum yang dimiliki oleh Propinsi Sulawesi Utara Rp.134.721.720 ribu, minimum
Rp.424.798 ribu, dan rata-rata adalah Rp.18.833.916,93 ribu dengan standar deviasi Rp.27.389.407,24 ribu.
2. Belanja Modal maksimum yang dimiliki oleh Propinsi Sulawesi Utara adalah Rp.178.968.835 ribu, minimum
Rp. 5.948.027 ribu dan rata-rata Rp. 105.702.437,18 ribu dengan standar deviasi Rp. 44.840.070,83
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
73
Tabel 3. Jumlah Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal menurut BPS tahun 2009-2011
Kabupaten dan Kota
Tahun
Bolaang Mongondow
Minahasa
Kep. Sangihe Talaud
Kep. Talaud
Minahasa Selatan
Minahasa Utara
Bolmong Utara
Sitaro
Mitra
Bolmong Selatan
Bolmong Timur
Manado
Bitung
Tomohon
Kotamobagu
Bolaang Mongondow
Minahasa
Kep. Sangihe Talaud
Kep. Talaud
Minahasa Selatan
Minahasa Utara
Bolmong Utara
Sitaro
Mitra
Bolmong Selatan
Bolmong Timur
Manado
Bitung
Tomohon
Kotamobagu
Bolaang Mongondow
Minahasa
Kep. Sangihe Talaud
Kep. Talaud
Minahasa Selatan
Minahasa Utara
Bolmong Utara
Sitaro
Mitra
Bolmong Selatan
Bolmong Timur
Manado
Bitung
Tomohon
Kotamobagu
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
Jumlah
Pendapatan Asli
Daerah
79.870.10
23.746.219
33.076.684
5.152.506
6.598.234
11.755.840
4.366.699
8.477.802
2.705.000
858.691
414.798
72.404.996
16.822.774
14.991.099
6.142.246
98.494.245
24.660.934
23.768.306
7.704.136
5.594.269
10.982.002
9.090.042
12.027.487
4.430.162
2.376.960
2.871.281
90.828.484
18.763.528
5.713.312
8.957.374
5.535.929
23.809.005
28.506.001
8.735.988
9.407.000
15.720.000
7.318.745
13.703.246
4.956.000
5.481.338
4.992.038
134.721.720
25.394.063
8.095.030
9.354.639
847.493.862
Belanja Modal
138.045.907
153.960.182
161.273.533
78.506.962
92.252.916
39.984.975
147.114.182
126.143.361
161.808.201
22.224.894
14.594.928
60.648.654
96.790.462
138.226.282
131.972.797
5.948.027
72.584.187
122.420.734
79.881.090
31.979.532
72.584.187
160.088.367
148.049.899
79.524.066
103.601.273
115.593.388
97.490.453
113.573.131
59.235.695
149.644.788
83.860.407
97.987.506
95.738.052
62.651.657
84.390.000
96.971.000
178.968.835
177.258.164
140.499.000
130.030.217
170.553.681
165.582.485
103.257.610
76.564.107
116.549.899
4. 756.609.673
Sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2013
Jumlah keseluruhan PAD tahun 2009-2011 adalah Rp.847.493.862 dan BM dari tahun 2009-2011 adalah
4.756.609.673. Terlihat dari jumlah keseluruhan bahwa biaya pengeluaran BMjauh lebih meningkat
dibandingkan PAD
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
74
Pembahasan
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi sederhana dan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Regresi
Variabel
Pendapatan
Daerah
Asli
Beta
-0,029
t hitung
-0,175
Sig
0,862
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013
Hasil pengujian Hipotesis menyatakan PAD tidak berpengaruh terhadap BM dengan nilai t sebesar 0,175 dengan signifikan 0,862. Nilai pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian maka ditujukan
bahwa pada taraf signifikan 5% PAD secara signifikan tidak berpengaruh terhadap BM. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa jika nilai variabel PAD meningkat tidak akan berdampak pada meningkatnya nilai dari
variabel BM. Hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak.
Persamaan Regresi ;
Y = α + bX
Y = 10081,313 + -0,029X
Y = 10081,313 – 0,029X
Nilai b yang merupakan koefisien variabel PAD (X) pada persamaan tersebut adalah sebesar minus
0,029 dengan tingkat signifikan 0,862. Hali ini berarti variabel PAD (X) tidak berpengaruh signifikan pada level
signifikan sebesar 5% terhadap variabel BM (Y). Sehingga dapat dinyatakan bahwa jika nilai variabel PAD (X)
meningkat, maka tidak akan berdampak pada nilai dari variabel BM (Y).
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa PAD tidak berpengaruh terhadap BM
yang artinya PAD belum cukup mampu untuk menunjang BM karena terlalu kecil Pendapatan daerahnya.
Karena juga untuk BM, pemerintah daerah masih mengharapkan bantuan/transfer dana dari pemerintah Pusat.
Saran
Penulis memberi saran yaitu pemerintah daerah lebih melihat lagi potensi daerahnya sendiri agar bisa di
manfaatkan dan dapat menambah pendapatan daerah agar bisa dapat menunjang BM dalam hal ini
pembangunan infrastruktur bangunan dengan harapan dapat meningkatnya pendapatan daerah dari penambahan
infrastruktur tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul., Halim. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. UPP AMP YKPN. Jogjakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Statistik Keuangan Pemerintahan Kabupaten/kota. Jakarta
Halim, Abdul. 2009. Akuntansi Keuangan Daerah Edisi Revisi. Salemba Empat. Jakarta.
Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Jogjakarta.
Putro, Nugroho Suratno. 2010. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi
Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sembiring, Sri Hayati BR. 2009. Analisis Pengaruh Belanja modal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap
Belanja Pemeliharaan dalam Realisasi Anggaran Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatra
Utara. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Solikin, Ikin. 2007. Hubungan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum dengan Belanja Modal di
Jawa Barat.Jurnal Eksklusif Vol.4 No.4. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Slipi. Jakarta.
Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik. Andi. Jogjakarta.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Pusat Bahasa Depdiknas. Bandung.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
75
Yasin, Sanjaya. 2012. Pengertian Otonomi Daerah Makalah, Tujuan,. Prinsip, Undang-undang. Jakarta.
htttp://sarjanaku.com. diunggah 11 juli 2013.
Republik Indonesia,
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah. Jakarta.
________________
UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Jakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
76
ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI
(Studi Kasus Pada PT. TROPICA COCOPRIMA)
Oleh:
Paula C. A. Rotinsulu
David P.E. Saerang
Dhullo Affandi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
email: [email protected]
ABSTRAK
Pergerakkan kemajuan perusahaan di nilai dari kesanggupan perusahaan dapat bertahan didalam
persaingan bisnis yang sangat ketat untuk itu perlu adanya pengelolan biaya yang baik yaitu dengan cara
mengendalikan biaya. PT. Tropica Cocoprima adalah perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk tepung
kelapa sebagai hasil akhir dari proses produksi, yang dapat bertahan dalam persaingan. Dalam kegiatan proses
produksinya, biaya produksi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam segala aspek, oleh karena itu
pengendalian biaya produksi merupakan salah satu tolak ukur sebagai pemicu kemajuan kinerja perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi pengendalian biaya produksi di PT. Tropica Cocoprima.
Dengan menggunakan analisis varians diperoleh bahwa pengendalian biaya sudah memadai karena dapat
dikaregorikan favorable (menguntungkan) secara keseluruhan. Secara signifikan pada bahan baku di bulan
november 2012 dapat diperoleh realisasi rataan sebesar Rp.901/kg, dan berdasarkan analisis varians, varians
yang terjadi sebesar Rp. 30.950.716 dengan rataan presentase varians sebesar 27,9% dan dapat dikategorikan
Favorable (F) atau menguntungkan.
Kata kunci: biaya produksi, pengendalian biaya
ABSTRACT
The movement of the improvement is valued from the capacity of the enterteinment wich can endure in
the verry stiff business competition, that is why it needs a good management cost by managing the cost. PT.
Tropica Cocoprima is a manufacturing firm producing coconut flour as the final product of the production
process that can endure in competition. In the production process activity, the production cost is a factor most
influencing in every aspects, and that is why the production cost control measuring standard as the cock of the
performance progress of the firm managerial. The goal of this research is to an analyze the efficiency of the
controlling production cost at PT. Tropica Cocoprima. By using analysis variance we can get that the cost
control is sufficient because it can be categorized over all favorable. Raw material in November 2012
significantly can be found that the realization of the cost wa Rp. 901/kg, and according to analysis variance was
Rp. 30.950.716, at the average of 27,9% and it can be kategorizied as favorable.
Keywords: Production cost, cost controll.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
77
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PT. Tropica Coco Prima merupakan perusahaan manufaktur atau perusahaan pabrikasi yang mengelolah
bahan pokok yang terbuat dari bahan baku yaitu kelapa biji. Perusahaan ini mengelolah kelapa biji menjadi
tepung. Pada dasarnya pengeluaran perusahaan mengikuti alur produksi, biaya yang tidak terkontrol pasti akan
sangat merugikan perusahaan. Apalagi untuk perkembangan perusahaan di tengah persaingan yang cukup besar,
begitu juga dengan bahan baku yang tidak terkontrol pemasukannya pasti akan membuat perusahaan bergerak
lambat untuk mencapai tujuan bisnis dan keberlangsungannya (going concern) .
PT. Tropica Coco Prima bergerak dalam bisnis bahan pokok yang bergerak dibidang eksport. Untuk
dalam negeri mereka hanya bekerja sama dengan beberapa kalangan bisnis dan sangat terbatas. Oleh karena itu
pengendalian biaya sangat dibutuhkan agar tidak terjadi bisnis yang gagal apalagi kerja sama yang gagal antara
produsen dan pelanggan, oleh karena perusahaan ini bergerak di bidang bahan pokok tepung yang terbuat dari
kelapa biji.
Pengendalian biaya yang memadai akan memberi keuntungan bagi perusahaan. Secara garis besar
pengendalian biaya di perusahaan ini berdasarkan pada pengeluaran biaya produktivitas yang ada, jadi dalam
periode tertentu perusahaan menekan biaya dengan membuat tolak ukur biaya dan mengakumulasi biaya.
Seperti pada bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya-biaya lain.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis efisiensi pengendalian biaya produksi di PT. Tropica Coco
Prima.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Biaya
Hansen dan Mowen (2009), biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi
organisasi. Simamora (2012) menyatakan biaya adalah kas atau setara kas yang dikorbankan (dibayarkan) untuk
barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat (pendapatan) pada saat ini atau di masa depan bagi
perusahaan.
Pengertian Biaya produksi
Mulyadi (2009) menyatakan bahwa, Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi juga merupakan biaya yang melekat
pada atau berhubungan dengan produk, Krismaji dan Aryani (2011).
Unsur Biaya produksi
Jenis-jenis biaya produksi menurut Samryn (2012) adalah sebagai berikut :
1. Biaya bahan langsung, yang terdiri dari bahan-bahan baku yang menjadi bagian yang integral dari produksi
jadi dan dapat diteluuri hubungannya dengan mudah ke dalam produk yang dihasilkan. Misalnya untuk
membuat sebuah meja kayu sederhana, secara fisik bahan baku kayu dapat dilihat dengan mudah sebagai
komponen produk yang dihasilkan.
2. Biaya tenaga kerja langsung, yang terdiri dari biaya-biaya tenaga kerja pabrik yang dapat ditelusuri
hubungannya dengan mudah ke dalam produk-produk tertentu. Biaya ini juga sering disebut touched labor
karena biaya ini dibayarkan kepada para pegawai atau buruh yang secara langsung melaksanakan proses
produksi biaya ini terjadi karena adanya penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi.
3. Biaya overhead pabrik meliputi semua biaya yang berhubungan dengan pabrik selain bahan langsung dan
tenaga kerja langsung.
Konsep Pengendalian
Pengendalian dibutuhkan dalam setiap pekerjaan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan agar
sesuai dengan yang direncanakan semula. Hansen dan Mowen (2009) menyatakan Pengendalian adalah melihat
ke belakang, memutuskan apakah yang sebenarnya telah terjadi dan membandingkannya dengan hasil yang
direncanakan sebelumnya. Pengendalian di capai dengan membandingkan hasil aktual dengan hasil biaya secara
periodik.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
78
Pengendalian Biaya
Mulyadi (2007) menyebutkan pengendalian biaya mencakup dalam arti luas juga penurunan biaya.
Tetapi, dalam arti sempit, pengendalian biaya dapat dianggap sebagai usaha manajemen untuk memperoleh
sasaran biaya dalam lingkungan operasi tertentu.
Mulyadi (2009) mengungkapkan bahwa dalam pengendalian biaya ada yang dengan menggunakan biaya
standar dan ada juga yang menggunakan taksiran biaya.
Pengendalian Biaya produksi Dengan Biaya Standar
Witjaksono (2013) menyatakan bahwa biaya Standar adalah patok duga (bencmark) yang secara efektif
dan efisien ditetapkan dimuka untuk biaya-biaya yang seharusnya dikonsumsi oleh suatu produk.
Mursyidi (2010) Manfaat biaya standar adalah sebagai berikut (Mursyidi:
1. Penetapan harga. Proses penganggaran akan lebih cepat, dan reliabel apabila menggunakan biaya standar.
Cepat, karena penentuan volume yang lebih rinci dan harga yang lebih kurat sudah tersedia; reliabel,
karena, anggaran disusun secara rinci dengan menggunkan hasil analisis atas biaya yang telah terjadi,
dengan memperlihatkan efisiensi dan penyebab terjadinya selisih.
2. Pengendaliam biaya. Sistem biaya standar memberikan motivasi kepada para tenaga kerja, karena tingkat
efisiensi akan dan dapat diukur, sehingga dapat ditetapkan tingkat kinerja yang baik. Melalui analisis
selisih, biaya akan dihitung dan diukur tingkat efisiensi, sehingga dapat mengetahui efektifitas tenaga kerja,
mana yang lebih memperhatikan sasaran pembiayaan dan mana yang tidak.
3. Penyederhanaan prosedur dan pelaporan biaya. Sistem biaya standar akan menguraki pekerjaan klerikal.
Kalkulasi biaya dapat dilakukan secara otomatis dan lebih cepat diperoleh datanya; dan secara segera dapat
dibuat dan disajikan laporannya, sehingga ekspedisi dapat segera dilakukan.
4. Penetapan harga pokok bahan, barang dalam proses dan barang jadi. Umumnya perusahaan tidak
menggunakan biaya standar untuk menentukan harga pokok persediaan-persediaan tersebut. Tetapi sistem
biaya standar akan memberikan panduan yang dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam pekerjaan
klerikal akuntansi.
5. Dasar untuk melakukan kontrak dan penetapan harga.
Pengendalian Biaya produksi Dengan Biaya Taksiran
Mulyadi (2009) menyatakan bahwa biaya taksiran (estimated cost) merupakan salah satu bentuk biaya
yang ditentukan di muka sebelum di produksi di lakukan atau penyerahan jasa dilaksanakan. Sistem biaya
taksiran adalah sistem akuntansi biaya produksi yang menggunakan suatu bentuk biaya-biaya yang ditentukan di
muka dalam menghitung harga pokok produk yang diproduksi.
Mulyadi (2009) mengungkapkan pula bahwa penentuan biaya taksiran dipecah menjadi tiga unsur: biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Biaya taksiran dapat ditentukan atas dasar data masa
lalu, dari perhitungan, dari rumus kimia atau matematis, atau secara sderhana dengan taksiran. Biaya taksiran
ditentukan untuk setiap jenis produkyang diproduksi, pada awal masa produksi atau pada awal tahun anggaran.
Analisis Varians
Varians atau selisih adalah perbedaan antara suatu rencana atau target dan suatu hasil. Varian
memberikan indikasi atau suatu peringatan bahwa operasi tidak berjalan sebagaimana yang direncanakan.
Analisis varian adalah melakukan dekomposisi atas perbedaan-perbedaan antara biaya aktual dan rencana
menjadi jumlah-jumlah yang terkait pada suatu realitas dan rencana. (Witjaksono:2013)
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
79
Peneltian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti/
Tahun
Pamungkas
dan Afrianti
(2006)
Judul
Martusa
dan Jennie
(2010)
Evaluasi
Biaya
Standar
dalam
pengendalian biaya
produksi
(Studi Kasus Pada
PT. PG. Rajawali,
Subang)
Tujuan
Evaluasi Akuntansi
Pertanggungjawaban
sebagai alat bantu
manajemen
dalam
pengendalian biaya
(Studi Kasus pada
PT. Cahaya Buana
Intitama)
1.
untuk
mengetahui
apakah
biaya
standar
telah
diterapkan
diperusahaan;
2.
untuk
mengetahui
bagaimana
perusahaan
mengendalikan
biaya produksi;
3.
untuk
mengetahui
apakah evaluasi
biaya standar di
perusahaan telah
memadai.
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Deskriptif
Untuk biaya bahan
baku menggunakan
unit ratio, sehingga
dapat memudahkan
penentuan
harga
jual per unit, tetapi
batasan
untuk
menetukan efisiensi
digunakan analisis
varians.
Membandingkan
anggaran
dan
realisasinya.
Menunjukkan
bahwa PT. PG.
Rajawali
telah
menetapkan
anggaran standar
bahan
baku
langsung.
tenaga
kerja langsung, dan
anggran overhead
pabrik.
Dengan
menggunakan
metode
selisih,
maka dari hasil
selisih yang terjadi
antara
anggaran
dan
realisasinya
tidak
terjadi
penyimpangan
yang kritis.
Memiliki
salah
satu
variabel
penelitian
yang
sama
yaitu
pengendalian
biaya
Peneliti yang
sebelumnya
mengambil
menggunakan
akuntansi
pertanggungjaw
aban
sebagai
alat
pengendalian
biaya.
Melakukan
penelitian
pada
faktor
yang
sama
yaitu
pengendalian
biaya
produksi.
Penelitian yang
sebelumnya
menggunakan
metode selisih
sedangkan
peneliti
menggunakan
analisis varians
Deskriptif
Sumber: Berbagai sumber yang diolah
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Sekaran dan Bougie
(2009) mendefinisikan:
“a descriptive study is undertaken in order to ascertain and be able to describe the characteristics of the
variables of interest in a situation”.
Peneliti mengumpulkan data, mencari fakta tentang penelitian pada perusahaan, kemudian menjelaskan
dan menganalisis data yang diperoleh.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang menjadi penelitian dari penulis adalah PT. Tropica Coco Prima yang bertempat di Jl. Balai
Kota No.12 Manado sebagai Kantor di Manado, dengan pabrik yang berlokasi di Desa Lelema kecamatan
Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan. Waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu dari bulan April
sampai dengan selesai.
Metode Pengumpulan data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis pada penelitian skripsi ini adalah data kuantitatif, yaitu laporan
perusahaan yang berupa angka-angka seperti laporan-laporan biaya perusahaan dan laporan-laporan sejenis
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
80
yang merupakan hasil perhitungan selama beberapa tahun. Data kuantitatif adalah data yang disajikan dalam
bentuk angka-angka. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik. (Kuncoro:2009)
2. Sumber Data
a. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber aslinya. Data primer dalam penelitian ilmiah selain
survei yaitu observasi langsung, yaitu proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda) atau
kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.
Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh perorangan atau organisasi perusahaan yang merupakan
obyek penelitian dimana data tersebut merupakan data yang belum di olah dan di ambil langsung. Dalam
penelitian ini penulis mengambil data langsung dari perusahaan yaitu data hasil laporan keuangan yang
berupa hasil laporan perhitungan rugi/laba yang di dalamnya terlampir objek biaya-biaya yang akan diteliti
atau analisis, laporan biaya produksi.
b. Data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. (Kuncoro:2009). Data
sekunder yang di ambil, diperoleh dari hasil literatur kuliah, makalah, jurnal, majalah, koran, serta literaturliteratur lainnya yang berhubungan dengan penelitian serta referensi lainnya yang relevan dengan penelitian
ini. Untuk itu sebagai salah satu bahan dasar untuk penelitian ini, penulis pun mengambil beberapa literatur
kuliah dan juga jurnal-jurnal yang terlampir dalam daftar pustaka, begitu juga beberapa referensi lain yang
diambil dalam blog atau dengan kecanggihan teknologi masa kini yaitu internet yang merupakan suatu
masukan yang relevan bagi skripsi ini.
Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian lapangan (Field Research) yaitu metode yang dilakukan di lapangan dengan cara
wawancara,survei lapangan, observasi atau pengamatan langsung di lokasi penelitian, dan pengambilan data
perusahaan yang berhubungan dengan penelitian.
2. Browse Internet, dalam penelitian ini penulis mengambil beberapa data yang merupakan gambaran umum
perusahaan yaitu bagaimana keadaan perusahaan secara keseluruhan, dan perkembangan perusahaan melalui
internet.
Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode deskriptif dimana metode ini membahas
permasalahan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan dan melukiskan suatu data atau keadaan sedemikian
rupa sehingga ditarik suatu kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada. Analisis yang dipakai dalam
penelitian ini adalah analisis varians yaitu membandingkan biaya yang terealisasi dengan biaya yang telah
dianggarkan perusahaan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Objek Penelitian
PT Tropica Cocoprima merupakan perusahaan yang memproduksi tepung kelapa yang berkualitas yang
sudah memiliki penghargaan mengenai kualitas tepungnya. PT.Tropica Cocoprima dibangun pada tahun 1997
dan memulai operasi komersial pada bulan Mei 1998. Perusahaan memiliki laboratorium sendiri, Visi PT.
Tropica Cocoprima adalah untuk dikenal dan diakui sebagai salah satu penghasil (produsen) Tepung Kelapa
yang berkualitas. Sedangkan Misi PT. Tropica Cocoprima adalah Perusahaan berkomitmen untuk menjadi
pemasok produk Tepung Kelapa yang terbaik dan berkualitas tinggi kepada para konsumen dan dengan proses
yang menguntungkan. Perusahaan pun selalu melakukan pengujian baik bahan baku dan produk jadi dilakukan
secara profesional. Lokasi Pabrik PT. Tropica Cocoprima dimana kegiatan proses produksinya dijalankan pada
saat ini berlokasi di Desa Lelema Kecamatan Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara.
Hasil Penelitian
Metode Pengumpulan Biaya Produksi Yang Digunakan PT. Tropica Cocoprima.
PT. Tropica Coco Prima menggunakan metode harga pokok pesanan atau Job Order Costing. Pada
dasarnya PT. Tropica Coco Prima memproduksi produk berdasarkan pesanan dari pelanggan sesuai dengan jenis
tepung kelapa yang dimintakan oleh pelanggan. Secara keseluruhan jenis permintaan atau pesanan yang tetap
adalah jenis Medium dengan ukuran 100 lbs atau 45,36 kg. Sesuai dengan metode job order costing biaya
produksi digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini yaitu biaya
produkusi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
81
dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya
overhead pabrik.
Penggolongan Biaya Produksi Pada PT. Tropica Cocoprima
Data mengenai biaya produksi di PT. Tropica Coco Prima meliputi biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. PT. Tropica coco Prima memproduksi tepung kelapa dengan
berbagai macam jenis dan ukuran seperti Medium, Fine, Extra Fine, ada juga jenis khusus seperti Fancy Shred,
dan Chips, jenis tepung kelapa yang sangat halus.
Biaya Bahan Baku Langsung
Tabel 2. PT. Tropica Cocoprima Laporan Biaya Bahan Baku Aktual Per Januari 2012-31
Desember 2012
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Berat Bersih
(kg)
722.153
1.243.901
1.762.442
1.927.170
1.769.205
1.769.962
1.028.501
1.559.270
1.481.671
1.544.461
1.862.368
1.503.098
Total
18.174.202
Bulan
Jumlah (Rp)
863.619.440
1.576.569.430
2.359.146.595
2.549.832.000
2.115.616.330
1.821.130.365
946.983.495
1.424.151.075
1.312.539.935
1.470.910.590
1.678.129.190
1.227.951.195
19.346.579.640
Tabel 3. Laporan Biaya Produksi PT.Tropica Cocoprima Per Januari 2012-31 Desember 2012
-
Jenis Biaya
Biaya Produksi
Biaya Bahan Baku
Pemakaian Kelapa Biji
Biaya Pembelian Kelapa
Upah Harian
Upah Borongan
Biaya Pemakaian Pembungkus
Biaya Pemakaian Bahan Penolong
Biaya Pengolahan Kopra/Paring/Arang
Biaya Overhead Pabrik:
Biaya Listrik
Biaya Bahan Bakar Kendaraan/Mesin
Biaya Kendaraan
Biaya Gaji Karyawan
Biaya Pemakaian Suku Cadang
Biaya Angkut Kelapa
Biaya Pelumas Kendaraan/Mesin
Biaya Jalan Kendaraan
Biaya Bongkar Muat Kelapa
Biaya Perlengkapan Pabrik
Biaya Perbaikan Kendaran/Mesin
Biaya Kebersihan
Biaya Perjalanan Dinas/Pelatihan
Biaya Oksigen
Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap
Biaya Kesehatan
Biaya Penyusutan Mesin
Biaya Penyusutan Kendaraan
Biaya Penyusutan Sarana
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
Jumlah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
10.183.579.640,00
844.122.170,00
1.123.801.501,00
Rp.
1.149.033.996,00
391.394.600,00
Rp.
362.095.300,00
902.793.243,00
471.253.664,00
516.952.201,00
Rp.
235.651.391,00
2.099.308.624,00
811.822.245,00
272.017.440,00
Rp.
70.858.440,00
77.477.500,00
74.751.730,00
199.763.855,00
Rp.
42.100.000,00
Rp.
109.638.770,00
Rp.
31.661.673,00
Rp.
32.495.000,00
Rp.
428.349.800,00
Rp.
129.045.756,00
Rp.
79.413.427,04
21.678.293,75
Rp.
3.012.010,63
82
Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik/Laboratorium
Biaya Penyusutan Bangunan
Total Biaya Produksi
Rp.
Rp.
Rp.
7.559.470,26
4.391.452,62
20.676.083.233,30
Analisis Pengendalian Biaya Produkusi pada PT. Tropica Cocoprima
Umumnya perusahaan dapat menggunakan sistem penentuan biaya untuk pengendalian biaya yakni
sistem biaya standar atau sistem biaya historis. PT. Tropica Coco Prima menggunakan sistem biaya standar dan
biaya taksiran dalam penentuan biayanya sebagai alat pengendalian biaya. Penetapan standar taksiran biaya
merupakan alat pengendalian biaya produksi yang di pakai oleh perusahaan.
Analisis Varians
Pengendalian biaya produksi apakah sudah memadai dengan kata lain sudah efisien atau belum efisien
dapat diperoleh melalui analisis varians.
Tabel 4. PT. Tropica Cocoprima Analisis Varians Rata-rata harga Bahan Baku Langsung Per Januari-31
Desember 2012
Analisis Varians Rata-rata Harga Bahan Baku (Rp)
Bulan
Nama
Bahan
Baku
Standar
Realisasi
Kuantitas
Analisis
Harga
Harga
Aktual
Varians
(SP)
(AP)
(AQ)
(MPV)
U/F
Varians
Januari
Kelapa
1.250
1.158,60
80.239
7.333.845
F
Februari
Kelapa
1.250
1.267,50
62.195
1088412,5
U
Maret
Kelapa
1.250
1.338,60
83.925
7435755
U
April
Kelapa
1.250
1.323
87.598
6394654
U
7,32%
1,40%
7,09%
5,84%
Mei
Kelapa
1.250
1.196
80.418
F
4,34%
Juni
Kelapa
1.250
1.029
84.283
F
17,68%
Juli
Kelapa
1.250
920
93.500
F
26,40%
Agustus
Kelapa
1.250
913
74.251
F
26,96%
September
Kelapa
1.250
886
92.604
F
21,7%
Oktober
Kelapa
1.250
952
81.287
F
23,8%
November
Kelapa
1.250
901
88.684
F
27,9%
Desember
Kelapa
1.250
817
93.943
-4358656
18626543
30855000
25022587
33717116
24191011
30950716
40677319
F
34,64%
Tabel diatas menunjukkan standar harga bahan baku langsung kelapa pada tahun 2012 mulai dari bulan
Januari-Desember sebesar Rp.1250/kg dengan rataan realisasi sebesar Rp.1.158,6/kg. Berdasarkan hasil analisis
varians, varians yang terjadi pada sebesar Rp. 7.381.988,- dengan rataan presentase varians sebesar 7,32% yang
dapat diketegorikan Favorable (F) atau menguntungkan, pada bulan Januari. Sedangkan berdasarkan tabel
diatas pada bulan berikutnya terjadi peningkatan harga secara aktual. Pada bulan Februari, dengan rataan
realisasi sebesar Rp. 1.267,5/kg. Berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 1.088.412,dengan rataan presentase varians sebesar 1,40% yang dapat di kategorikan Unfavorable (U) atau tidak
menguntungkan. Karena melebihi standar harga perusahaan. Pada bulan berikutnya bulan Maret, dengan rataan
realisasi sebesar Rp. 1338,6/kg. berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 7.435.755,dengan rataan presentase varians sebesar 7,09% yang dapat diketegorikan Unfavorable (U) atau tidak
menguntungkan. Pada bulan April, dengan rataan realisasi sebesar Rp. 1.323/kg. Berdasarkan analisis varians,
varians yang terjadi sebesar Rp. 6.394.654,- dengan rataan presentase varians sebesar 5,84% yang dapat
dikategorikan Unfavorable (U) atau tidak menguntungkan, kerena melebihi standar harga perusahaan. Tetapi
pada bulan berikutnya berdasarkan tabel yang ada, terjadi penurunan harga bahan baku mulai dari bulan Mei
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
83
hingga Desember. Hal ini menyebabkan keuntungan yang sudah terealisasi bagi perusahaan. Berdasarkan tabel
ini, pada bulan Mei dengan rataan realisasi sebesar Rp. 1195,8/kg. Dengan berdasarkan analisis variannya,
varians yang terjadi sebesar Rp. 4.358.655,6 dengan rataan presentase varians sebesar 4,34% yang dapat di
kategorikan Favorable (F) atau menguntungkan, karena harga aktual tersebut kurang dari standar yanf
ditetapkan oleh perusahaan. Berikutnya bulan Juni, dengan rataan realisasi sebesar Rp.1.029/kg. Berdasarkan
analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 18.626.43 dengan rataan presentase varians sebesar 17,68%
yang dapat dikategorikan Favorable (F) atau menguntungkan. Pada bulan Juli, dengan ratan realisasi sebesar
Rp. 920/kg. Berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 30.855.000 dengan rataan presentase
varians sebesar 26,40% yang dapat diketegorikan Favorable (F) atau menguntungkan, karena harga aktualnya
kurang dari standar harga perusahaan. Berikutnya pada bulan Agustus dengan rataan realisasi sebesar Rp.
913/kg berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 25.022.587,- dengan rataan presentase
varians sebesar 26,96% yang dapat di kategorikan Favaorable (F) atau menguntungkan.
Tabel 5. PT. Tropica Cocoprima Analisis Varians Rata-rata Efisiensi Bahan Baku Langsung Per
Januari-31 Desember 2012
Analisis Varians Rata-rata Efisiensi Bahan Baku (Kg)
Bulan
Nama
Bahan
Baku
Standar
Realisasi
Standar
Analisis
Kuantitas
Kuantitas
Harga
Varians
(SQ)
(AQ)
(SP)
(MUV)
Januari
Kelapa
85.000
80.239
1.250
Februari
Kelapa
85.000
62.195
Maret
Kelapa
85.000
83.925
April
Kelapa
85.000
Mei
Kelapa
Juni
Juli
U/F
Varians
F
5,6%
1.250
-5951250
28506250
F
26,83%
1.250
-1343750
F
87.598
1.250
3247500
U
1,27%
3,06%
85.000
80.418
1.250
-5727500
F
5,39%
Kelapa
85.000
84.283
1.250
-896250
F
0,85%
Kelapa
85.000
93.500
1.250
U
-10,00%
Agustus
Kelapa
85.000
74.251
1.250
10625000
13436250
F
September
Kelapa
85.000
92.604
1.250
9505000
U
12,65%
8,95%
Oktober
Kelapa
85.000
81.287
1.250
-4641250
F
November
Kelapa
85.000
88.684
1.250
4605000
U
4,37%
4,34%
Desember
Kelapa
85.000
93.943
1.250
11178750
F
10,53%
Tabel 5 menujukkan, standar efisiensi bahan baku langsung kelapa selama tahun 2012 dari bulan JanuariDesember memiliki rataan sebesar 85.000 kg per hari per produksi. Pada bulan Januari, memiliki rataan realisasi
sebesar 85.239,3 kg per hari per produksi. berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp.
5.951.250,- dengan rataan presentase varians sebesar 5,6% yang dapat dikategorikan Favorable (F) atau
menguntungkan. Pada bulan Februari terjadi penurunan kuantitas, dibandingkan dengan bulan Januari. Pada
bulan ini, dengan rataan realisasi sebesar 62.195 kg per produksi per hari. Berdasarkan hasil analisis varians,
varians yang terjadi sebesar Rp.28.506.250 dengan rataan presentase varians sebesar 26,83 % yang dapat
dikategorikan Favorable (F) atau menguntungkan. Pada bulan berikutnya bulan Maret, dengan rataan realisasi
sebesar 80.925,8 kg per produksi per hari. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp.
28.506.250 dengan rataan presentase varians sebesar 1,27% yang dapat dikategorikan Favorable (F) atau
menguntungkan. Pada bulan berikutnya bulan April, dengan rataan realisasi sebesar 87.598,7 kg per produksi
per hari. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 3.247.500 dengan rataan presentase
varians sebesar. 3,06 % yang dapat dikategorikan Favorable (F) atau menguntungkan. Pada bulan berikutnya
bulan Mei, dengan rataan realisasi sebesar 80.418,4 kg per produksi per hari. Berdasarkan hasil analisis varians,
varians yang terjadi sebesar Rp. 5.727.500 dengan rataan presentase varians sebesar 5,39 % yang dapat
dikategorikan Favorable (F) atau menguntungkan. Pada bulan Juni, dengan rataan realisasi sebesar 84.283,9 kg
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
84
per produksi per hari. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 896.250 dengan rataan
presentase varians sebesar 0,85 % yang dapat dikategorikan Favorable (F) atau menguntungkan. Pada bulan Juli
terjadi kenaikan kuantitas bahan baku yaitu dengan rataan realisasi sebesar 93.500 kg per produksi per hari.
Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 10.625.000 dengan rataan presentase varians
sebesar 10 % yang dapat dikategorikan Unfavorable (U) atau tidak menguntungkan.
Tabel 6. PT. Tropica Cocoprima Analisis Varians Rata-rata Efisiensi Tenaga Kerja Langsung Per
Januari-31 Desember 2012
Jam
TKL
Jenis Varians
Analisis Varians Rata-rata Efisiensi TKL
Jam
TKL
Tarif Upah
Analisis
Standar
Aktual
Standar
(SH)
(AH)
(SR)
Varians
U/F
Varians
Tarif TKL:
Upah Harian(Perer)
2304
2160
35,5
-5112
F
0,62%
Upah Harian(Sheller)
2304
2160
26
-3744
F
0,62%
Upah Borongan
2304
2160
42.000
-6048000
F
0,62%
Berdasarkan tabel diatas jam tenaga kerja langsung aktual per tahun yaitu 2.160 jam, karena jam kerja
aktual per orang per hari adalah 7,5 jam. Berarti berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi pada upah
harian Perer sebesar Rp.5112 dengan presentase varians sebesar 6,2 % dan dikategorikan favorable (F) atau
menguntungkan. Varians yg terjadi pada upah harian Sheller sebesar Rp. 3744 dengan presentase varians
sebesar 6,2 % sedangkan pada upah borongan sebesar Rp. 6.048.000 varians yang terjadi, dengan presentase
varians sebesar 6,2% dan dikategorikan Favorable (F) atau menguntungkan.
Analisis Varians Overhead Pabrik
Tabel 7. PT. Tropica Cocoprima Per Desember 2012 Analisis Variansi Pengeluaran Overhead Tetap
Biaya Overhead Tetap
Biaya Aktual
Biaya Yang
Varians
Dianggarkan
Pengeluaran
Biaya Penyusutan Mesin
Rp.
79.413.427,04
Rp.
79.413.427,04
0
Biaya Penyusutan Kendaraan
Rp.
21.678.293,75
Rp.
21.678.293,75
0
Biaya Penyusutan Sarana
Rp.
3.012.010,63
Rp.
3.012.010,63
0
Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik
Rp.
7.559.470,26
Rp.
7.559.470,26
0
Biaya Penyusutan Bangunan
Rp.
4.391.452,62
Rp.
4.391.452,62
0
Biaya Gaji Karyawan
Rp. 2.099.308.624,00
Rp. 1.731.330.136,00
Rp. 367.978.448
Total
Rp. 2.215.363.278,30
Rp. 1.847.384.790,30
Rp. 367.978.448
Berdasarkan tabel ini dapat diketahui bahwa biaya yang dianggarkan pada overhead tetap ini lebih besar
keseluruhan totalnya dibandingkan dengan total aktualnya yaitu total biaya yang dianggarkan sebesar Rp.
1.847.384.790,30 dan total aktual overhead pabrik tetap sebesar Rp. 2.215.363.278,30, dengan hasil total
varians sebesar Rp. 367.978.448, maka dapat diketahui bahwa varians ini dikategorikan favorable (F) atau
menguntungkan.
Hal ini disebabkan oleh biaya gaji karyawan lebih besar dibandingkan dengan anggaran yang
direncanakan. Karena pada tahun 2012, adanya kenaikan gaji karyawan dan tambahan bonus/insentif, serta
adanya penambahan karyawan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
85
1) PT. Tropica Cocoprima telah membuat suatu kebijakan untuk mengendalikan biaya khususnya pada biaya
produksi karena berdasarkan analisis varians yang terjadi dikategorikan favorable (menguntungkan).
Diantaranya pada harga bahan baku per Januari-31 Desember 2012 secara signifikan yang terjadi yaitu tidak
ada varians yang digolongkan merugikan, karena dikategorikan sebagai favorable atau menguntungkan.
2) Perusahaan sudah mengendalikan biaya secara efisien karena diperoleh pada biaya overhead pabrik,
perusahaan mengeluarkan lebih sedikit biaya overhead variabelnya daripada kapasitas normalnya, yaitu
biaya overhead variabel yang dikeluarkan sebesar Rp. 3.503.899.495 secara aktual sedangkan kapasitas
normalnya sebesar Rp. 3.671.449.278 berarti tidak terjadi varians yang merugikan dan dikategorikan
favorable atau menguntungkan, dengan begitu secara keseluruhan biaya produksi dapat terkendali dengan
memadai karena tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan atau biaya yang berlebihan
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengajukan beberapa saran yang mungkin dapat
membantu perusahaan di masa mendatang, yaitu sebagai berikut:
1) Perusahaan juga harus memperhatikan cost driver dalam penentuan sistem biaya. Karena cost driver
termasuk hal yang penting untuk diketahui.
2) Sebaiknya perusahaan mempertimbangkan dengan menggunakan historis cost sebagai alat pengendalian
biaya juga. Karena mungkin dapat membantu perusahaan dalam menanggapi biaya.
3) Pengendalian biaya produksi dalam perusahaan seharusnya lebih difokuskan lagi. Mengingat faktor-faktor
tertentu yang dapat memicu biaya pada waktu-waktu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M. 2009. Akuntansi Manajerial. Edisi Kedelapan. (Diterjemahkan oleh:
Deny Arnos Kwary). Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Krismaji., Aryani. Y. A. 2011. Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN: Yogyakarta.
Kuncoro, M. 2009. Metode Riset. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Martusa, Riki, dan Marsiana Jennie. 2010. Evaluasi Biaya Standar dalam Pengendalian Biaya Produksi (Studi
Kasus pada PT. PG. RAJAWALI SUBANG). Jurnal Bisnis Manajemen & Ekonomi. Vol. 9, No.11. ISSN:
1693-8305. Universitas Kristen Maranatha. Bandung.
Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN: Yogyakarta.
Mursyidi. 2010. Akuntansi Biaya: Conventional Costing, Just in Time, dan Activity-Based Costing. PT. Refika
Aditama. Bandung.
Samryn, L. M. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama. Penerbit Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Sekaran., Bougie,R. 2009. Research Method For Business: A Skill Building Aproach. John wiley and sons. Ltd.
United Kingdom
Simamora, H. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga. Penerbit Star Gate Publisher. Riau.
Witjaksono, A. 2013. Akutansi Biaya. Edisi Revisi. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Pamungkas., Vera Afrianti. 2006. Evaluasi Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Bantu Manajemen
Dalam Pengendalian Biaya. (Studi Kasus pada PT. Cahaya Buana Intitama). Jurnal Ilmiah
Ranggagading. Vol. 6, No. 1, April 2006:7-13. Sekolah Tinggi Ilmun Ekonomi Kesatuan Bogor. Bogor.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
86
ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PEMELIHARAAN AKTIVA TETAP
(MESIN) UNTUK MENJAGA KELANCARAN PRODUKSI PADA PT. TROPICA COCOPRIMA
Oleh:
Anggreanny Pratiwi Walukow
Agus Poputra
Harijanto Sabijono
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi kasus pada PT. Tropica Cocoprima dengan judul, “Analisis Perencanaan
dan Pengendalian Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap (Mesin) Untuk Menjaga Kelancaran Produksi”. PT. Tropica
Cocoprima adalah perusahaan yang menghasilkan tepung sebagai produk akhir dari proses produksi. Dalam
proses produksi, mesin produksi memegang peranan penting dalam menghasilkan produk oleh karena itu sangat
dibutuhkan perawatan agar terhindar dari sering terjadinya kerusakan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis biaya rutin biaya pemeliharaan mesin dalam rangka perencanaan dan pengendalian pada PT.
Tropica Cocoprima. Untuk merencanakan dan mengendalikan biaya perlu diadakannya pemisahan antara biaya
variabel dan biaya tetap. Pada penelitian ini, digunakan metode kuadrat terkecil untuk memisahkan biaya tetap
dan biaya vaiabel. Perhitungan dengan menggunakan analisis selisih varian yaitu analisis tiga selisih, didapati
bahwa perusahaan mendapatkan selisih menguntungkan untuk biaya pemeliharaan mesin tetap yaitu pada selisih
efisiensikarena unit yang diproduksi yaitu 1.750.000 kg lebih besar dari unit yang direncanakan yaitu sebesar
1.166.415 kg.
Kata kunci : analisis perencanaan,pengendalian
ABSTRACT
This researchwas case studyon PT. Tropica Cocoprima, the title is “Analysis of Planning and Contolling
Maintenance Cost of Fixed Assets (Mechanical) To Maintain Smooth Production”. PT. Tropica Cocoprima is a
company that produces flour as the end product of the production process. In the production process, production
machinery plays an important rolein providing products there for eurgently needed care in order to avoid
frequent damage. This purpose of research is to analysis routin cost of eengine maintenance cost for planning
and control at PT. Tropica Cocoprima. To plan and controlling cost , need to the holding of separation between
variable cost and fixed cost. This research used the least squares method for separate the variable cost and fixed
cost. Calculations with using analysis three difference, was found that the companies getting difference
inprofitable for costs maintenance of machine fixed namely on difference efficiency because the unit that
produced is 1.750.000 kg greater than the planned unit is 1.166.415 kg.
Keywords : analysis planning,control
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
87
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suatu perusahaan agar dapat mempertahankan aktivitas operasi dan manajemen yang baik, maka harus
terus melakukan perbaikan dari periode ke periode. Perbaikan itu diantaranya adalah mutu produk, inovasi,
ketepatan waktu saat produksi, dan memangkas biaya yang tidak perlu terjadi. Perolehan laba sangat ditentukan
oleh pendapatan yang diperoleh, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Oleh karena itu, maka perencanaan dan pengendalian biaya mutlak diperlukan agar tidak terjadi pemborosan.
Pengeluaran biaya tersebut benar-benar diarahkan untuk memperoleh pendapatan yang diharapkan dari tahun ke
tahun terjadi peningkatan seiring dengan pertumbuhan perusahaan. Perencanaan dan pengendalian biaya
memiliki peranan yang besar bagi perusahaan. Proses perencanaan akan memberikan arah atau dapat dijadikan
sebagai pedoman bagi kegiatan-kegiatan operasional perusahaan, sedangkan pengendalian akan menjamin
terjadinya keselarasan antara tujuan-tujuan dan rencana perusahaan. Perencanaan dan pengendalian akan sangat
membantu dan bermanfaat bagi perusahaan agar dapat beroperasi secara efisien dan efektif, dimana kondisi ini
akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan.
PT. Tropica Cocoprima merupakan perusahaan yang memproduksi tepung yang mempunyai banyak
mesin dalam kegiatan produksinya yaitu untuk mengubah bahan baku yaitu kelapa menjadi produk jadi yang
siap untuk dijual. Mesin-mesin yang digunakan akan mengalami kerusakan jika tidak adanya kegiatan
pemeliharaan dan hal ini bisa mengganggu jalannya proses produksi. Tentu saja kegiatan pemeliharaan atau
perawatan mesin akan berjalan dengan efektif dan efisien jika manajemen bisa merencanakan dan
mengendalikan biaya yang akan dikeluarkan dengan tepat, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang perencanaan dan pengendalian biaya pemeliharaan aktiva tetap (mesin) untuk menjaga kelancaran
produksi pada PT. Tropica Cocoprima.
Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis biaya rutin pemeliharaan mesin dalam rangka perencanaan dan pengendalian pada
PT. Tropica Cocoprima.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Biaya
Carter (2009:30) yang diterjemahkan oleh Krista, menyatakan bahwa biaya adalah suatu nilai tukar,
pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Mulyadi (2009:
23),menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah
terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Prawironegoro dan Purwanti(2008:
49),menyatakan biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi dan memperoleh barang
atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang. Selanjutnya
Widilestariningtyas, dkk (2010:10), menyatakan bahwa biaya adalah biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran,
pengorbanan untuk memperoleh manfaat.
Pengertian dan Tujuan Pemeliharaan Mesin
Setiawan (2008:12), menyatakan bahwa pemeliharaan adalah tindakan merawat mesin atau peralatan
pabrik dengan memperbaharui umur masa pakai dan kegagalan/kerusakan mesin. Tujuan pemeliharaan yang
utama dapat didefenisikan sebagai berikut.
a. untuk memperpanjang kegunaan asset,
b. untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi dan mendapatkan laba
investasi maksimum yang mungkin,3
c. untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap
waktu,
d. untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
Perencanaan dan Pengendalian Biaya
Dharmanegara (2010:5), menyatakan bahwa perencanaan diperlukan agar perusahaan dapat
mengoperasikan departemen dan mencapai keberhasilan segmen. Ini melihat kepada apa yang harus dilakukan,
bagaimana ini harus dilakukan, kapan ini harus dilakukan, oleh siapa. Carter (2009:5), menyatakan bahwa
terdapat tiga jenis rencana yang dapat diidentifikasikan dalam entitas bisnis yaitu rencana strategik, rencana
jangka pendek, dan rencana jangka panjang. Nafirin (2007:4), menyatakan bahwa perencanaan merupakan
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
88
tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang akan dilakukan di masa
mendatang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Rencana strategik diformulasikan di tingkat manajemen tertinggi, memerlukan pandangan luas atas
perusahaan dan lingkungannya, paling tidak dapat diukur, dan diformulasikan pada interval waktu yang tidak
teratur melalui proses yang pada dasarnya tidak sistematis, yang dimulai dengan pengidentifikasian kesempatan
atau ancamaneksternal. Rencana jangka pendek, seringkali disebut anggaran, cukup terperinci guna
memungkinkan disusunnya laporan keuangan proforma bagi entitas tersebut untuk suatu periode di masa depan
(biasanya akhir dari periode anggaran). Rencana ini disusun melalui proses sistematis, sangat terukur,
dinyatakan dalam ukuran finansial, terutama fokus pada perusahaan itu sendiridengan menganggap bahwa
lingkungan eksternal seperti apa adanya, dan biasanya dipersiapkan untuk periode bulanan, kuartalan, atau
tahunan. Selanjutnya, rencana jangka panjang atau anggaran jangka panjang, biasanya mencakup periode tiga
sampai lima tahun ke depan. Dalam hal tingkat rincian dan keterukuran, rencana jangka panjang berada di
antara rencana jangka pendek dan rencanan strategik.
Selain perencanaan biaya, aktivitas pengendalian biaya juga mempunyai peran yang penting bagi
perusahaan. Carter (2009:6),menyatakan bahwa pengendalian adalah usaha sistematis manajemen untuk
mencapai tujuan. Aktivitas dimonitor secara kontinu untuk memastikan bahwa hasilnya akan berada dalam
batasan yang diinginkan. Dharmanegara (2010:108), menyatakan bahwa perencanaan dan pengendalian dari
item overhead memiliki dua tujuan utama yaitu sebagai berikut:
1. Untuk memperkecil biaya umum di manapun mereka terjadi
2. Untuk memastikan bahwa biaya overhead dialokasikan, dalam hal kebanyakan masalah akurasi, terhadap
berbagai pekerjaan dan produk telah dibuat.
Penelitian Terdahulu
Tabel 1 Penelitian Terdahulu
Nama/
Tahun
Wijayanti/
2008
Judul
Tujuan
Metode
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Analisis
perencanaan
dan
pengendalian
biaya
pemeliharaan
mesin
dan
instalasi
pada
PG.
Kebon
Agung.
Bertujuan
untuk
menganalisis
pengendalian
biaya
pemeliharaan
mesin
dan
instalasi PG.
Kebon
Agung.
Deskriptif
Hasil varians melaporkan bahwa tingkat
efisiensi yang tidak maksimal karena
tingkat sumberdaya manusia yang masih
rendah dan juga untuk membuat rencana
anggaran pada staf TUK tidak diimbangi
dengan faktor eksternal seperti tingkat
inflasi.
Peneliti
sebelumnya
menguraikan
faktor yang
sama yaitu
perencanaan
biaya
pemeliharaan
mesin.
Artiningrum
/2003
Evaluasi
perencanaan
dan
pengendalian
biaya
pemeliharaan
aktiva tetap
(mesin) pada
PG. Krebet
Baru
Bululawang
untuk
mengevaluasi
pelaksanaan
perencanaan
dan
pengendalian
biaya
pemeliharaan
mesin yang
dilaksanakan
oleh
PG.
Krebet Baru
Bululawang
Deskriptif
Hasil perhitungan dengan menggunakan
analisis selisih, untuk selisih terkendali
pada tahun 1999 yang terjadi adalah selisih
yang tidak menguntungkan, sedangkan
pada tahun 2000 adalah selisih yang
menguntungkan.
Untuk tahun 1999 dan
2000 selisih volume
yang terjadi adalah selisih menguntungkan.
Pada analisis tiga selisih diketahui selisih
pengeluaran yang terjadi pada tahun 1999
adalah selisih yang tidak menguntungkan,
sedangkan pada tahun 2000 selisih
pengeluaran yang terjadi adalah selisih
yang menguntungkan. Kemudian untuk
selisih efisiensi yang terjadi pada tahun
1999 dan2000 adalah selisih yang
menguntungkan.
Melakukan
penelitian
pada faktor
yang sama
yaitu
perencanaan
biaya
pemeliharaan
mesin.
Penelitian
sebelumnya
mengendalikan
dengan
menggunakan
analisis empat
varians
sedangkan
pada penelitian
ini
menggunakan
analisis
tiga
selisih.
Penelitian
sebelumnya
melakukan
evaluasi dalam
perncanaan
dan
pengendalian
biaya
pemeliharaan
sedangkan
peneliti
melakukan
analisis data
dalam
merencanakan
biaya
pemeliharaan
mesin.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
89
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
1. Data kuatitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya pemeliharaan mesin yang diperoleh dari
objek penelitian, yaitu PT. Tropica Cocoprima
2. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur organisasi.
Sumber Data
1. Data Primer, merupakan data yang diperoleh dari sumber aslinya, data primer ini berupa hasil wawancara
dengan manajer personalia dan staf bagian keuangan PT. Tropica Cocoprima.
2. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari pihak luar obyek penelitian yang berasal dari hasil
penelitian kepustakaan, literatur kuliah, makalah, jurnal, majalah dan koran serta literatur-litreratur lainnya
yang berhubungan dengan topik penelitian ini.
Prosedur Penelitian
1. Mengambil data biaya pemeliharaan mesin, pada PT. Tropica Cocoprima tahun 2011 dan 2012
2. Memisahkan biaya tetap dan biaya variabel dalam biaya pemeliharaan mesin
3. Menggunakan analisis selisih varian untuk mengetahui selisih kerugian dan keuntungan pada biaya
pemeliharaan mesin
Teknik Pengumpulan Data
1. Survei Lapangan, dimana peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan langsung ke objek penelitian untuk
mendapatkan dan mencatat data-data yang diperlukan, dalam hal ini tentang biaya pemeliharaan mesin pada
PT. Tropica Cocoprima.
2. Studi Kepustakaan, dimaksudkan untuk mendapatkan data yang sifatnya teoritis melalui penelaahan pada
teori-teori yang telah dipelajari serta mencari sumber-sumber lain berdasarkan kepustakaan.
3. Dokumentasi, untuk memperoleh data-data dengan berdasarkan sejumlah dokumen-dokumen dan laporanlaporan tertulis yang dimiliki oleh PT. Tropica Cocoprima, khususnya yang berkaitan dengan biaya
pemeliharaan mesin tahun 2011 dan 2012.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah least squares method atau metode kuadrat
terkecil untuk memisahkan biaya variabel dan biaya tetap. Kemudian analisis data selanjutmya yaitu dengan
menggunakan metode analisis tiga selisih.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
PT. Tropica Cocoprima adalah perusahaan dalam negeri yang konsisten dengan memproduksi tepung
kelapa sejak awal berdirinya perusahaan. Pabrik ini dibangun pada tahun 1997dan mulaioperasi komersialpada
bulan Mei1998.Sebanyak278personelbekerjadan kapasitaspabrik adalah275MTper bulanDC. Filosofi
perusahaanselaluuntuk memproduksi dan memasokproduk-produkberkualitasyangaman dikonsumsi manusia.
Perusahaan terletak di wilayah kelapa hasil tinggi Indonesia dan dilengkapi dengan keadaan fasilitas seni
manufaktur. Produk kami diproses secara higienis dibawah control kualitas yang ketat dan operasi kami diawaki
oleh personil yang berpengalaman, berdedikasi dan professional. Kami memiliki laboratorium sendiri,
Independen kami di pabrik di mana pengujian baik bahan baku dan produk jadi dilakukan.
Visi dan Misi
1. Adapun visi perusahaan adalah Our vision to be rocognized and respected as one of the premier high-quality
Desiccated Coconut Producer (visi kami adalah untuk dikenal dan diakui sebagi salah satu penghasil
(produsen) Tepung Kelapa yang berkualitas tinggi)
2. Dan misi perusahaan adalah PT. Tropica Cocoprima is committed to supplying the consumer and our
costumer with finest high-quality sesiccated coconut products and be profitable in the process. PT. Tropica
Cocoprima supports this goal with a corporate philosophy of adhering to highest ethical conduct in all its
business dealings, treatment of its employees, social and environmental policies (PT. Tropica Cocoprima
berkomitmen untuk menjadi pemasok produk Tepung Kelapa yang terbaik dan berkualitas tinggi kepada para
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
90
konsumen dan dengan proses yang menguntungkan. PT.Tropica Cocoprima mendukung tujuan ini dengan
filosofi perusahaan yang menjunjung tinggi semua etika bisnis yang berlaku, mencakup perilaku karyawan,
sosial dan kebijakan lingkungan).
Hasil Penelitian
Mesin Produksi
Perusahaan membutuhkan mesin produksi untuk mengolah bahan baku yang digunakan untuk membantu
tenaga kerja dalam menghasilkan output yang diharapkan dalam menunjang kegiatan produksinya. Mesin
produksi yang digunakan oleh PT. Tropica Cocoprima adalah sebagai berikut:
1. Bagian Opening
a. Mesin Nuts Cunter, untuk mengangkut kelapa biji ke box-box sheller.
b. Mesin Sheller, mesin yang dipakai untuk mengupas tempurung dari kelapa.
c. Mesin Conveyor tempurung, untuk mengangkut tempurung-tempurung yang sudah dikupas dari kelapa.
d. Mesin Conveyer kelapa putih, untuk mengangkut daging kelapa putih yang sudah dikupas kulit arinya masuk
ke bagian Wet.
2. Bagian Wet
a. Mesin-mesin Screw-Daging Kelapa Putih (DKP) yang dari opening diangkut ke bagian penampungan DKP.
Dari penampungan DKP ke tretment bak 5 di bak 5 ada mesin yang menunjukkan Screw untuk menaikkan
DKP ke grinder (penggilingan).
3. Bagian Grinder
a. Mesin Grinder, untuk menggiling DKP menjadi White Meet kemudian menuju mesin blancher alat untuk
mematikan kuman/ bakteri.
4. Bagian Dryer
a. Mesin Dryer, untuk pengeringan White Meet
b. Mesin Rotex, untuk memisahkan produk yang dihasilkan
c. Mesin pengepakan, produk akan siap untuk di packing sesuai ukuran produk.
5. Mesin Boiler, mesin yang mengubah air menjadi panas atau steam. Air panas atau steam dengan tekanan
tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas pada proses produksi.
Biaya Pemeliharaan Mesin
Perusahaan membutuhkan biaya untuk kelancaran operasionalnya. Salah satu biaya yang penting bagi
perusahaan adalah biaya pemeliharaan mesin yang adalah biaya menyangkut usaha-usaha untuk menghilangkan
kemungkinan–kemungkinan yang menimbulkan kemacetan yang disebabkan karena kondisi fasilitas produksi
yang tidak baik. Biaya pemeliharaan mesin yang terjadi pada tahun 2011 adalah sebesar Rp. 109.545.000,00
dengan jam kerja mesin yaitu 3.168 jam. Selanjutnya pada tahun 2012 biaya pemeliharaan mesin adalah sebesar
133.545.000,00 dan jam kerja mesin adalah 3.516 jam.
Pembahasan
Analisis Perencanaan Biaya Pemeliharaan Mesin
Tujuan proses anggaran adalah untuk mengarahkan pernyataan tujuan umum ke fokus perencanan biaya
pemeliharaan aktiva tetap atau dalam hal ini lebih di khususkan kepada mesin produksi. Pihak manajemen harus
melaksanakan kepemimpinan pada tahap perencanaan ini agar ada kerangka kerja yang nyata, jelas dan realistis
dalam operasi yang akan dilaksanakan untuk pencapaian sasaran yang bersifat khusus. Hal ini akan memberikan
suatu dasar bagi pengukuran kinerja.
Biaya variabel harus dipisahkan dengan biaya tetap untuk keakuratan hasil keputusan, untuk mengambil
suatu keputusan yang memuaskan bagi perencanaan biaya pemeliharaan mesin dalam perusahaan. Data tahun
2011 akan menjadi standar atau patokan anggaran untuk menganalisis biaya perencanaan pemeliharaan mesin di
tahun 2012. Penulis menggunakan metode analisis kuadrat terkecil (dengan bantuan Microsoft Excel 2010)
untuk memisahkan biaya variabel dan biaya tetap, yang akan diuraikan pada tabel 2.
Carter (2009:77), metode kuadrat terkecil (least squares method), kadang kala disebut analisis regresi,
menentukan secara matematis garis yang paling sesuai, atau garis regresi linear, melalui sekelompok titik.
Biaya variabel, b, dapat dihitung sebagai berikut.
b= ∑(xi-x)(y1-y) = total kolom 6
∑(xi-x)²
total kolom 5
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
91
Biaya tetap, a, dapat dihitung menggunakan rumus untuk garis lurus sebagai berikut.
y=a+bx
Tabel 2 Perhitungan Biaya Pemeliharaan Mesin
Bulan
(1)
(2)
(3)
Y1
(Y1-Y) X1
(X1-X)
Biaya
Pemeliharaan
Selisih dari
Rata-rata
Biaya Rp.
9.128.750,00
Jam
Kerja
Mesin
(4)
(5)
(6)
Selisih
dari
Ratarata
264
Jam
(4)
Dikuadratkan
(4)x(2)
Januari
4.800.000,00
(4.328.750,00)
138
(126)
15.876
545.422.500,00
Febuari
10.570.000,00
1.441.250,00
128
(136)
18.496
(196.010.000,00)
Maret
12.150.000,00
3.021.250,00
349
85
7.225
256.806.250,00
April
8.350.000,00
(778.750,00)
286
22
484
(17.132.500,00)
Mei
10.100.000,00
971.250,00
318
54
2.916
52.447.500,00
Juni
12.150.000,00
3.021.250,00
349
85
7.225
256.806.250,00
Juli
7.430.000,00
(1.698.750,00)
271
7
49
(11.891.250,00)
Agustus
7.605.000,00
(1.523.750,00)
274
10
100
(15.237.500,00)
3,171,250.00
251
(13)
169
(41.226.250,00)
September
12.300.000,00
Oktober
8.620.000,00
(508,750.00)
264
-
-
-
November
8.350.000,00
(778,750.00)
286
22
484
(17.132.500,00)
Desember
7.120.000,00
(2,008,750.00)
254
(10)
100
20.087.500,00
109.545.000,00
-
3.168
-
53.124
832.940.000,00
Jumlah
Sumber : hasil olahan penulis
Analisis Pengendalian Biaya Pemeliharaan Mesin
Analisis selisih dibutuhkan dalam rangka untuk menetapkan penyebab terjadi selisih biaya, dan
mengoreksi situasi yang merugikan. Dalam biaya pemeliharaan mesin dimungkinkan terjadi selisih, karena
situasi atau standar yang tidak tepat sehingga terjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari situasi yang
sesungguhnya terjadi. Mursyidi (2007:264), menyatakan bahwa proses penyusunan BOP standar sama dengan
perhitungan BOP pada sistem normal (normal costing system) yang membedakan antara normal costing system
dan standard costing system adalah bahwa dalam normal costing system membebankan BOP ke produk
berdasarkan kapasitas sesungguhnya, sedangkan pada sistem biaya standar, BOP dibebankan ke produk
berdasarkan kapasitas standar.
Penelitian ini, akan digunakan data tahun 2011 sebagai patokan biaya atau standar sebagaimana yang
telah di jelaskan sebelumnya pada analisis perencanaan biaya pemeliharaan mesin dan akan digunakan dalam
metode analisis tiga selisih. Untuk tahun 2011 yang merupakan patokan atau standar perencanaan dan
pengendalian biaya, jumlah output yang dihasilkan perusahaan adalah sebanyak 1.750.000 kg. Selanjutnya pada
tahun 2012, perusahaan menghasilkan output sebanyak 1.166.415 kg.
a. Untuk biaya pemeliharaan mesin variabel
a) Selisih tarif biaya pemeliharaan mesin variabel
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
92
(Tarif standar – tarif aktual) x Jam standar
= (Rp. 109.545.000,00 - 133.545.000,00) x 3.168
= -76.032.000.000,00 (rugi)
b) Selisih Efisiensi
(jam standar – jam aktual) x tarif standar
= (3.168 – 3.516) x 109.545.000,00
= -38.121.660.000,00 (rugi)
c) Selisih tarif dan efisiensi
(jam standar – jam aktual) x (tarif standar – tarif aktual)
= (3.168 - 3.516) x (109.545.000 – 133.545.000)
= -348 x -24.000.000
= -8.352.000.000,00
b. Untuk biaya pemeliharaan mesin tetap
a) Selisih tarif biaya pemeliharaan mesin tetap
(tarif standar – tarif aktual) x aktual output (unit)
= (Rp. 109.545.000,00 - 133.545.000,00) x 1.166.415 kg
= -27.993.960.000.000,00 (rugi)
b) Selisih Efisiensi
(standar unit yang diproduksi – aktual unit) x tarif standar
= (1.750.000-1.166.415) x 109.545.000
= 583.585 x 109.545.000
= 63.928.818.825.000 (laba)
c) Selisih tarif dan efisiensi
(standar unit yang diproduksi – aktual unit) x (tarif standar –tarif aktual)
= (1.750.000-1.166.415) x (Rp. 109.545.000,00 - 133.545.000,00)
= 583.585 x -24.000.000
= -14.006.040.000.000
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis tiga selisih di atas, maka perhitungan selisih
biaya pemeliharaan mesin dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Untuk biaya pemeliharaan mesin variabel terdapat selisih kerugian pada tarif biaya pemeliharaan mesin
variabel, selisih efisiensi, dam selisih tarif dan efisiensi selisih kerugian ini diakibatkan karena yang biaya
sesungguhnya terjadi atau biaya aktual lebih besar daripada rencana yang telah ditetapkan.
b. Untuk biaya pemeliharaan mesin tetap, terdapat juga selisih kerugian pada perhitungan selisih tarif biaya
pemeliharaan tetap dan selisih tarif dan efisiensi. Seperti pada biaya pemeliharaan mesin variabel, selisih
kerugian diakibatkan oleh karena biaya aktual lebih besar dibandingkan rencana biaya direncanakan. Namun
untuk perhitungan selisih efisiensi terdapat selisih menguntungkan karena standar unit yang diproduksi lebih
besar daripada aktual unit sesungguhnya.
Usulan Perencanaan Biaya Pemeliharaan Mesin
Analisis regresi yang menggunakan rumus untuk garis lurus Y= a + bx digunakan dalam merencanakan
biaya pemeliharaan mesin untuk periode tahun 2013. Usulan perencanaan biaya pemeliharaan mesin akan
diuraikan pada tabel berikut ini.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
93
Tabel 3 PT. Tropica Cocoprima Usulan Perencanaan Biaya Pemeliharaan Mesin Tahun 2013
Bulan
Biaya
Pemeliharaan (Y)
X
X. Y
X²
Januari
6,800,000.00
-5
(34,000,000.00)
25
Febuari
12,570,000.00
-4
(50,280,000.00)
16
Maret
14,150,000.00
-3
(42,450,000.00)
9
April
10,350,000.00
-2
(20,700,000.00)
4
Mei
12,100,000.00
-1
(12,100,000.00)
1
Juni
14,150,000.00
0
-
0
Juli
9,430,000.00
1
9,430,000.00
1
2
19,210,000.00
4
Agustus
September
9,605,000.00
14,300,000.00
3
42,900,000.00
9
Oktober
10,620,000.00
4
42,480,000.00
16
November
10,350,000.00
5
51,750,000.00
25
Desember
9,120,000.00
6
54,720,000.00
36
60,960,000.00
146
Jumlah
133,545,000.00
a = ∑Y = 133,545,000.00 = Rp. 11.128.750,00
N
12
b = ∑XY = 60,960,000.00 = Rp. 417.534,24
∑X²
146
Y= a+bx
Yjanuari2013 = Rp. 11.128.750,00 + Rp. 417.534,24 (7)
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 2.922.739,68
= Rp. 14,051,489.68
Yfebuari2013 = Rp. 11.128.750,00 + Rp. 417.534,24 (8)
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 3.340.273,92
= Rp. 14.469.023,92
Ymaret2013
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 417.534,24 (9)
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 3.757.808,16
= Rp. 14,886,558.16
Yapril2013
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 417.534,24 (10)
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 4.175.342,40
= Rp. 15.304.092,40
Ymei2013
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 417.534,24 (11)
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 4.592.876,64
= Rp. 15.721.626,64
Yjuni2013
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 417.534,24 (12)
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 5.010.410,88
= Rp. 16.139.160,88
Yjuli2013
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 417.534,24 (13)
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 5.427.945,12
= Rp. 16.556.695,12
Yagustus2013 = Rp. 11.128.750,00 + Rp. 417.534,24 (14)
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 5.845.479,36
= Rp. 16.974.229,36
Ysept2013
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 417.534,24 (15)
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 6.263.013,60
= Rp. 17,391,763.60
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
94
Yoktober2013 = Rp. 11.128.750,00 + Rp. 417.534,24 (16)
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 6.680.547,84
= Rp. 17.809.297,84
Ynov2013
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 417.534,24 (17)
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 7.098.082,08
= Rp. 18.226.832,08
Ydes2013
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 417.534,24 (18)
= Rp. 11.128.750,00 + Rp. 7.515.616,32
= Rp. 18.644.366,32
Berdasarkan perhitungan yang menggunakan analisis metode kuadrat terkecil tejadi peningkatan setiap
bulannya. Dimana biaya pemeliharaan mesin pada bulan januari 2013 sebesar Rp.14,051,489.68. Hingga pada
bulan desember 2013 sebesar mencapai Rp. 18.644.366,32.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dalam menggunakan analisis tiga selisih, didapati bahwa
perusahaan mendapatkan selisih menguntungkan untuk biaya pemeliharaan mesin tetap yaitu pada selisih
efisiensi karena unit yang diproduksi yaitu 1.750.000 kg lebih besar dari unit yang direncanakan yaitu sebesar
1.166.415 kg.
Saran
Saran dari penelitian ini adalah perusahaan bisa menggunakan analisis varian untuk pengendalian biaya
agar dapat mengetahui seberapa jauh selisih aktual dengan selisih yang direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Artiningrum, Nurochmani. 2003. Evaluasi perencanaan dan pengendalian biaya pemeliharaan aktiva tetap
(mesin) pada PG. Krebet Baru Bululawang. Skripsi Unikom. Bandung.
Carter, Wiliam. K., Milton, F, Usry. 2009. Akuntansi Biaya. Salemba Empat, Jakarta
Dharmanegara Ida Bagus Agung. 2010. Penganggaran Perusahaan Teori dan Aplikasi. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. UPP-Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.Yogyakarta
Mursyidi. 2007. Akuntansi Biaya (Convertion Costing, Just in Time, dan Activity-Based Costing). Refika
Aditama. Bandung
Nafirin,M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta
Prawironegoro Darsono., Purwanti Ari. 2008. Akuntansi Manajemen. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Setiawan, F.D. 2008. Perawatan Mekanikal Mesin Produksi. Maximus. Yogyakarta.
Widilestarinigtyas Ony., Sony W.F., dan Anggadhini Sri Dewi. 2010. Akuntansi Biaya. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Wijayanti, Finis. 2008. Analisis perencanaan dan pengendalian biaya pemeliharaan mesin dan instalasi pada PG.
Kebon Agung. Skripsi Universitas Muhamadiyah. Malang.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
95
ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN DAN PENGGUNAAN INTUISI AUDITOR DALAM
MENDETEKSI KEKELIRUAN
Oleh:
Novitha Rosaliana Mariane Wuisan
Agus T. Poputra
Victorina Z. Tirayoh
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
email:[email protected]
ABSTRAK
Profesi akuntan merupakan profesi yang dilandaskan kepercayaan dari masyarakat. Namun dengan
terjadinya kasus-kasus laporan keuangan oleh indikator serta terungkapnya solusi antara Kantor Akuntan Publik
dengan kliennya agar lolos go publik menyebabkan masyarakat belum sepenuhnya menaruh kepercayaan
terhadap profesi akuntan latar belakang institusional dan hukum yang berbeda yang membedakan audit sektor
publik dengan sektor swasta, dimana audit sektor publik mempunyai prosedur dan tanggung jawab yang
berbeda serta peran yang lebih luas dibandingkan audit sektor swasta. Hal ini dapat diketahui bahwa auditor
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya memeriksa dan menilai kewajaran laporan keuangan
sektor publik tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintah terhadap undang-undang dan peraturan yang
berlaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengalaman dan penggunaan intuisi auditor
dalam mendeteksi kekeliruan pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisa regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengalaman dan penggunaan
intuisi auditor berpengaruh dalam mendeteksi kekeliruan pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara. Hasil
analisa korelasi ganda yang diperoleh bahwa hubungan antara variabel pengalaman dan penggunaan intuisi
auditor dalam mendeteksi kekeliruan pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara cukup kuat dan saling
berpengaruh.
Kata kunci : pengalaman, penggunaan intuisi dan mendeteksi kekeliruan
ABSTRACT
Accounting profession is aprofession that is based on the public trust. But with the case - the case of the
financial statements and the disclosure of the indicator solutions between the public account firm and its clien in
order to qualify to go public that the commmunity is not fully confident in the accounting profession.
Institutional background and different laws that distinguish public sector audit by the private sector, where
public sector auditing procedures and have different responsibilities and a broader role than the private sector
audit. It can be seen that govemment auditor in carrying out their duties not only examine and assess the fairness
of the financial statment of the public sector but also govemmen officials to assess compliance laws - laws and
regulations. Purpose of this study was determine the effect of auditor experience and use intuition in detecting
errors in the North Sulawesi Provincial Inspectorate. Methodes of analysis used in this study is multiple
regression analysis. Result showed that experience and use intuition influential auditors in detecting errors in the
North sulawesi Provincial Inspectorate. Multiple correlation analysis shows that the relationship between the
variables of experience and use intuition auditors in detecting errors in the North Sulawesi Provincial
Inspectorate strong enough.
Keywords : experience, the use of intuition and detecting errors
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
96
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemberian otonomi dan desentralisasi menurut UU RI No 32 tahun 2004 yang luas nyata dan
bertanggung jawab kepada pemerintah kota dan juga provinsi tidak hanya membawa konsekuensi
terhadap perubahan pola dan sistem pengawasan dan pemeriksaan, tetapi juga memberikan tuntutan
kepada aparatur pemerintah kota dan provinsi untuk lebih terbuka, transparan dan bertanggung jawab
atas keputusan yang dibuat. Maka dalam pemerintahan sendiri juga sudah mulai ada perhatian yang lebih
besar terhadap penilaian kelayakan praktik manajemen pemerintahan. Hal ini mencakup perlunya
dilakukan perbaikan sistem akuntansi manajemen, sistem akuntansi keuangan, perencanaan keuangan,
pembangunan, sistem pengawasan dan pemeriksaan serta berbagai implikasi finansial atas kebijakan –
kebijakan yang dilakukan pemerintah.
Noviyani dan Bandi (2009) menyatakan pengalaman sangat penting diperlukan dalam rangka kewajiban
seorang pemeriksa terhadap tugasnya untuk memenuhi standar umum audit. Untuk membuktikan keahliannya
atau profesionalisme seorang auditor harus memiliki pengalaman dalam praktek audit, karena auditor yang tidak
berpengalaman akan melakukan kesalahan yang lebih besar dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman.
Auditor–auditor yang berpengalaman dapat ditemui pada ihnstansi pemerintah terutama pada kantor Inspektorat
Provinsi Sulawesi Utara. Instansi ini merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
bertanggung jawab langsung pada gubernur.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman auditor dalam mendeteksi kekeliruan pada Inspektorat Provinsi
Sulawesi Utara.
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan intuisi auditor dalam mendeteksi kekeliruan pada Inspektorat
Provinsi Sulawesi Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Auditing (Pemeriksaan)
Arens (2010:2) menyatakan bahwa auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan
kesesuaianinformasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang
kompeten dan independen. Definisi audit yang berasal dari ASOBAC (A statement of Basic Auditing Concept)
yang dikutip dari (Halim 2004:1) adalah suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi buktibukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan
hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Soekrisno (2002:1) menyatakan bahwa auditing adalah
suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta tataran-tataran pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut. Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi.
Pemeriksaan akuntansi menurut Mulyadi (2004 : 9) yaitu suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Auditing menurut
Yusuf (2004 : 11) adalah proses yang di tempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat
menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dari suatu entitas (satu) usaha
untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi yang terukur tersebut dengan yang
telah ditetapkan.
Jenis – jenis Audit
Ada 3 jenis audit menurut Arens (2010:2).
1. Audit atas laporan keuangan/Financial Audit adalah yang bertujuan untuk menentukan kesesuaian informasi
terukur yang akan diverifikasi dengan kriteria tertentu seperti standat akuntansi yang berlaku umum
(PSAK).
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
97
2. Audit Operasional adalah penelaahan bagian dari prosedur atau metode operasi suatu organisasi untuk
menilai efisiensi dan efektifitasnya.
3. Audit ketaatan adalah audit atas ketaatan auditee terhadap prosedur atau aturan tertentu yang telah
ditetapkan baik aturan yang ditetapkan perusahaan maupun aturan yang ditetapkan oleh atau dengan pihak
luar seperti pemerintah, bank, kreditor, atau pihak lainnya.
Mulyadi (2004:82) menyatakan, jenis-jenis audit berdasarkan luas pemeriksaannya dibagi menjadi.
1. General Audit (Pemeriksaan Umum)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan yang dilakukan oleh kantor akuntan publik yang independen dengan
tujuan untuk bisa memberikan pendapatan mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
2. Spesial Audit (Pemeriksaan Khusus)
Suatu pemeriksaan terbatas yang dilakukan oleh kantor akuntan publik yang independen pada akhir
pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara
menyeluruh.
Jenis audit berdasarkan jenis pemeriksaannya (Mulyadi 2004:83).
a. Manajemen Audit (Operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional
yang telah ditentukan oleh manajemen perusahaan, untuk mengetahui apakah kegiatan opersi tersebut sudah
secara efektif, efisien dan ekonomis.
b. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menaati peraturan-peraturan dan
kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris)
maupun pihak ekstern.
c. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan baik terhadap laporan keuangan dan rataan
akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
Tunggal (2005:1) menyatakan internal audit adalah serangkaian proses dan teknik yang dilakukan oleh
karyawan intern suatu organisasi untuk meyakinkan manajemen, secara tangan pertama, observasi di tempat,
apakah.
a. Pengendalian manajemen yang ada telah cukup memuaskan dan dibina secaa efektif.
b. Catatan dan laporan keuangan, akuntansi dan lainnya menggambarkan dengan tepat dan segera kegiatan dan
hasil yang sebenarnya.
c. Setiap bagian, seksi atau unit lainnya bekerja sesuai rencana, kebijakan dan prosedur yang
dipertanggungjawabkan kepadanya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Mulyadi (2004:86-87) menyatakan prosedur audit terdiri.
Inspeksi
Pengamatan (Observation)
Permintaan Keterangan (Enquing)
Konfirmasi
Penelusuran (Tracing)
Pemeriksaan Bukti Pendukung (Voucing)
Penghitungan (Counting)
Scanning
Pelaksanaan Ulang (Reperforming)
Teknik Audit Berbantuan Komputer (Computer Assiten Audit Techniques).
Arens (2010:3) menyatakan, jenis-jenis auditor adalah sebagai berikut:
1. Kantor akuntan publik terdaftar, yaitu auditor yang mempunyai tanggung jawab atas laporan keuangan
historis yang dipublikasikan dari semua perusahaan yang sahamnya diperdagangkan dibursa saham,
mayoritas perusahan besar lainnya, serta banyak perusahaan berskala kecil dan organisasi non komersil.
2. Auditor pemerintah, yaitu auditor yang mempunyai tanggung jawab mengevaluasi efisiensi, efektifitas, dan
keekonomisan dari program atau proyek permerintah.
3. Auditor pajak, yaitu auditor yang bertanggung jawab melaksanakan pemeriksaan atas tercapainya
penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan perpajakan.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
98
4. Auditor intern, yaitu auditor yang bekerja disuatu perusahaan untuk melaksanaan audit bagi kepentingan
manejemen perusahaan.
Auditor Sektor Publik
Bastian (2003:66) menyatakan, audit sektor publik adalah jasa penyelidikan bagi masyarakat atas
organisasi publik dan politikus yang sudah mereka bayar. Audit sektor publik dilakukan pada organisasi
pemerintah yang bersifat nirlaba seperti sektor pemerintah daerah (Pemda), BUMN, BUMD dan instansi lainnya
yang berkaitan dengan pengelolaan aset kekayaan negara. Sedangkan kalau audit pada sektor bisnis, dilakukan
pada perusahaan-perusahaan milik swasta yang bersifat mencari laba.
Media akuntansi (2005:37), dalam pengertian yang umum khususnya bagi dunia akuntansi di negaranegara maju, organisasi sektor publik terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu.
a. Pemerintah Pusat, yang terdiri dari Departemen dan Badan-badan di bawah Pemerintah Eksekutif.
b. Industri atau perusahaan untuk kepentingan publik atau masyarakat luas.
c. Pemerintah Daerah, baik ditingkat propinsi maupun kabupaten/kota, serta lembaga-lembaganya.
Arens (2010:4) mengungkapkan Standar Profesional Akuntan Publik adalah sebagai berikut.
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan pelaporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnyadengan
cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bahan bukti kompeten yang memadai harus melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan,
konfirmasi, sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan hasil audit.
c. Standar Pelaporan
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam
laporan audit.
4. Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Pengaruh Pengalaman Terhadap Kekeliruan
Pengaruh pengalaman dan pengetahuan sangat penting diperlukan dalam rangka kewajiban seorang
pemeriksa terhadap tugasnya untuk memenuhi standar umum audit.Pengetahuan seorang auditor dimulai dengan
pendidikan formal, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit.Untuk
memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup
Noviyani dan Bandi (2009). Berdasarkan penelitian bahwa pengalaman audit dapat mengurangi efek keyakinan
pada pertimbangan auditor. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa auditor yang lebih berpengalaman
tidak sensitif terhadap tipe bukti tertentu, dalam hal bukti yang bersifat negatif atau positif. Hasil penelitian itu
memiliki manfaat bagi praktik audit yang sudah seharusnya kantor akuntan menekankan pada aspek telaah
kepada setiap staf auditor, sehingga pertimbangan yang dibuatnya bisa bebas dari faktor urutan bukti. Penelitian
yang hampir sama dilakukan oleh Noviyani dan Bandi(2009)yang menyimpulkan bahwa pengalaman akan
berpengaruh terhadap pengetahuan auditor tentang jenis kekeliruan. Keahlian audit merupakan suatu
kemampuan untuk mengetahui kekeliruan yang merupakan salah satu bagian dari kompetensi auditor.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
99
Penggunaan Intuisi Dalam Mendeteksi Kekeliruan
Pengalaman juga berpengaruh pada tingkat penggunaan intuisi individu dalam mengambil keputusan.
Intuisi menuju pada kemampuan memberi kode, menyortir, dan mengakses kebermaknaan atau relevansi hasil
keputusan masa lalu secara efisien. Intuisi bukan merupakan suatu daya kognitif yang terlahir atau kemampuan
yang digunakan sesuai kehendak, melainkan suatu kemampuan belajar dari pengalaman Noviyani dan Bandi
(2009).
Konsep Kemampuan Mendeteksi Kekeliruan
Noviyani dan Bandi (2009) menyatakan faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi perkembangan
pengetahuan auditor itu adalah pengalaman audit, diskusi mengenai audit dengan rekan sekerja, pengawasan
dan review pekerjaan oleh akuntan pemeriksa pengawas, program pelatihan, tindak lanjut perencanaan audit,
dan penggunaan pedoman audit.
Penelitian Terdahulu
Tabel.1. Penelitian Terdahulu
Nama
peneliti/
Tahun
Herawaty
dan
Susanto
(2009)
Judul
penelitian
Pengaruh
Profesionalisme,
Pengetahuan
Mendeteksi
Kekeliruan, dan
Etika
Profesi
Terhadap
Pertimbangan
Tingkat
Materialitas
Akuntan Publik
Noviyani
Pengaruh
dan Bandi Pengalaman dan
(2009)
Pelatihan
terhadap
Struktur
Pengetahuan
Auditor Tentang
Kekeliriuan
Tujuan
Untuk
mendapatkan
bukti
empiris
tentang pengaruh
profesionalisme,
pengetahuan
akuntan publik
dalam
mendeteksi
kekeliruan
dan
etika
profesi
terhadap
pertimbangan
tingkat
materialitas
akuntan publik
dalam
proses
pemeriksaan
laporan keuangan
Metode
Penelitian
Regresi
berganda
Untuk
Regresi
mengetahui
berganda
pengaruh
Pengalaman
dan pelatihan
terhadap
struktur
pengetahuan
Auditor tentang
Kekeliriuan.
Hasil Penelitian
profesionalisme,
pengetahuan dalam
mendeteksi
kekeliruan dan etika
profesi berpengaruh
secara signifikan dan
positif
terhadap
pertimbangan tingkat
materialitas akuntan
publik dalam proses
pemeriksaan laporan
keuangan
Perbedaan
Persamaan
Peneliti
sebelumnya Alat analisis
meneliti
profesionalisme,
pengetahuan
akuntan
publik
dalam
mendeteksi kekeliruan
dan
etika
profesi
terhadap pertimbangan
tingkat
materialitas
akuntan publik dalam
proses
pemeriksaan
laporan keuangan
Pengalaman
Penelitian ini tidak Alat analisis
mempunyai pengaruh meneliti
tentang
yang
positif
dan pelatihan auditor
signifikan
terhadap
pengendalian
jika
suatu
kekeliruan
terjadi. Tidak ada
pengaruh
yang
signifikan
antara
pelatihan
dengan
jenis-jenis kekeliruan
yang berbeda yang
diketahui auditor
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas. Sugiyono (2010:100) menyatakan penelitian
kausalitas merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dua variabel atau lebih.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
100
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan kantor Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara yang berada di Jalan 17 Agustus
Manado, Sulawesi Utara. Periode waktu penelitian dimulai dari Januari sampai dengan April 2013.
Prosedur Penelitian
1. Penulis melakukan kajian awal dengan melakukan studi literatur baik studi kepustakaan maupun membaca
melalui internet.
2. Kemudian melakukan pengidentifikasian tentang masalah, merumuskannya, menetapkan tujuan/ manfaat
penelitian, kemudian membatasi masalah ke lingkup yang disesuaikan dengan penelitian saat ini.
3. Perancangan dan persiapan survai pada objek penelitian yang telah ditentukan, kemudian pengumpulan data
baik primer maupun sekunder.
4. Melakukan pengolahan data, dan membahasnya.
5. Menarik kesimpulan dan memberikan saran-saran guna melengkapi penelitian.
Populasi dan Sampel
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para auditor pemerintah yang bekerja pada
Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara. Sugiyono (2010:56) menyatakan sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Selanjutnya dari jumlah populasi yang ada kemudian diambil
sampel sebanyak 50 orang responden berdasarkan asumsi atau pendapat yang menyatakan bahwa ukuran
minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan, maka minimal
diambil sampel sebanyak 30 subjek secara metode acak sederhana (simple random sampling).
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperlukan melalui beberapa kegiatan yaitu peneliti melakukan
wawancara langsung dan membagikan kuisioner pada auditor pemerintah yang bekerja pada Inspektorat
Provinsi Sulawesi Utara.
Metode Analisa
Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis regresi ganda dengan menggunakan data yang diperoleh
dengan bantuan kuesioner dari responden penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Sesuai dengan sumber data yang telah dijelaskan pada bagian metode penelitian, bahwa populasi dalam
penelitian ini adalah pegawai pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara Secara keseluruhan proses pengambilan
data dalam penelitian ini berjalan cukup baik, dalam arti bahwa setiap responden cukup responsif dan bersikap
sangat koperatif dalam memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Dalam menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan variabel yang diteliti, pada umumnya responden memberikan jawaban yang objektif sehingga
memungkinkan peneliti untuk memperoleh data yang sangat akurat.
Hasil uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum analisis regresi. Berikut akan disajikan hasil perhitungan
uji validitas dan reliabilitas variabel pengalaman auiditor (X1) yang terdiri dari 5 pernyataan atau itemternyata
hasil uji validitas untuk variabel pengalaman auditor dengan 5 butir item ternyata semuanya valid karena berada
diatas nilai kritisnya rtabel = 0,3610 sehingga butir instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur variabel
penelitian. Sedangkan uji reliabilitas diperoleh Alpha Cronbach = 0,837atau berada diatas nilai kritis yang
disarankan sebesar 0,6 sehingga variabel pengalaman auditor dinyatakan reliabel. Hasil perhitungan uji validitas
dan reliabilitas variabel penguunaan intuisiauditor (X2) yang terdiri dari 5 pernyataan atau item ternyata hasil uji
validitas untuk variabel penggunaan intuisi auditor dengan 5 butir item ternyata semuanya valid karena berada
diatas nilai kritisnya rtabel = 0,3610 sehingga butir instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur variabel
penelitian. Sedangkan uji reliabilitas diperoleh Alpha Cronbach = 0,750 atau berada diatas nilai kritis yang
disarankan sebesar 0,6 sehingga variabel penggunaan intuisi auditor dinyatakan reliabel. Hasil perhitungan uji
validitas dan reliabilitas variabel mendeteksi kekeliruan (Y) yang terdiri dari 5 pernyataan atau item ternyata
hasil uji validitas untuk variabel mendeteksi kekeliruan dengan 5 butir item ternyata semuanya valid karena
berada diatas nilai kritisnya rtabel = 0,3610 sehingga butir instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
101
variabel penelitian. Sedangkan uji reliabilitas diperoleh Alpha Cronbach = 0,912 atau berada diatas nilai kritis
yang disarankan sebesar 0,6 sehingga variabel mendeteksi kekeliruan dinyatakan reliabel.
Hasil Pengujian Hipotesis
Uji t ini digunakan untuk mnegetahui apakah variabel independen (X) berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap variabel (Y). Berdasarkan hasil uji t ini didapat:
1. Variabel pengalaman auditor, nilai thitung > ttabel (5,612> 1,685) dan nilai signifikansi P = 0,000< α = 0,05.
Hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya pengalaman auditorberpengaruh dalam
mendeteksi kekeliruan pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara.
2. Variabel penggunaan intuisi auditor, nilai thitung > ttabel (1.838> 1,685) .dan nilai signifikansi P = 0,032< α =
0,05. Hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya penggunaan intuisi auditorberpengaruh
dalam mendeteksi kekeliruan pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara.
Pengujian hipótesis secara bersama (uji F) dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
simultan berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Didapat bahwa nilai Fhitung >Ftabel
(18,312>2,370) .dan nilai signifikansi P = 0,000< α = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya pengalaman dan penggunaan intuisi auditorsecara bersama-sama berpengaruh dalam
mendeteksi kekeliruan pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji t) diketahui bahwa pengalaman auditor memiliki
nilai thitung > ttabel (5,612> 1,685)dan nilai signifikansi P = 0,000< α = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima, artinya pengalaman auditorberpengaruh dalam mendeteksi kekeliruan pada Inspektorat
Provinsi Sulawesi Utara. Penggunaan intuisi auditormemiliki nilai thitung > ttabel (1.838> 1,685) .dan nilai
signifikansi P = 0,032< α = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya penggunaan
intuisi auditorberpengaruh dalam mendeteksi kekeliruan pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara. Dan
koefisien korelasi yang dihasilkanantara pengalaman auditor (X 1) dan penggunan intuisi auditor (X2) dengan
mendeteksi kekeliruan (Y) adalah sebesar 0,663 artinya pengalaman dan penggunaan intuisi auditor memiliki
hubungan yang kuat dengan mendeteksi kekeliruan yaitu sebesar 66,2%. Berdasarkan hasil penelitian, maka
disimpulkan bahwa pengalaman dan penggunaan intuisi auditorberpengaruh dalam mendeteksi kekeliruan
padaInspektorat Provinsi Sulawesi Utara. Pengalaman dan penggunaan intuisiauditor memiliki kontribusi
tersendiri dalam usaha auditor untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi kekeliruan dalam lingkungan audit.
Dengan menyadari pernyatan tersebut maka sebagian besar auditor berusaha untuk manambahkan unsur
pengalaman pada pengetahuan yang dimiliki dan penggunaan intuisi dalam proses audit. Hasil penelitian ini
didukung teori dari Agus Hardjana (2001:46) yang menunjukkan bahwa ketika akuntan pemeriksa menjadi
lebih berpengalaman maka, pertama, auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan. Kedua, auditor
memiliki salah pengertian yang lebih sedikit terhadap kekeliruan. Ketiga, auditor menjadi sadar mengenai
kekeliruan yang lebih tidak lazim. Keempat, hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan seperti
departemen tempat terjadi kekeliruan dan pelanggaran tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih
menonjol. Auditor yang berpengalaman mampu mengingat lebih banyak kekeliruan-kekeliruan dan lebih sedikit
jumlah kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Auditor berpengalaman juga mengingat lebih banyak kekeliruankekeliruan yang tak lazim. Sedangkan penggunaan intuisi merujuk pada kemampuan untuk memberi kode,
menyortir dan mengakses kebermaknaan atau relevansi hasil keputusan masa lalu secara efisien.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
1.
Pengalaman auditor berpengaruh dalam mendeteksi kekeliruan pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara.
2.
Penggunaan intuisi berpengaruh dalam mendeteksi kekeliruan pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka beberapa hal yang dapat disarankan adalah sebagai
berikut.
1. Menambah pengalaman agar auditor lebih tahu tentang jenis-jenis kekeliruan yang mungkin terjadi di
lapangan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kekeliruan.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
102
2 Jika ingin lebih mendeteksi kekeliruan maka yang perlu diperhatikan adalah tingkat pendidikan harus
ditingkatkan ke jenjang yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Herawaty, Arleen ., Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, dan
Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. Skripsi. Trisakti School of
Management. Jakarta.
Arens, Alvin A. 2010. Auditing. Prentice Hall. New Jersey.
Bastian, Indra. 2003. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Edisi 7. BPFE. Yogyakarta.
Halim Abdul. 2004. Teori Akuntansi. Edisi kedua. Erlangga. Jakarta.
Media akuntansi. 2005 Edisi Juni Hal 37. Jakarta.
Mulyadi. 2004. Auditing. Salemba Empat. Jakarta.
Noviyani ., Bandi. 2009. Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan terhadap Struktur Pengetahuan Auditor Tentang
Kekeliriuan. Skripsi. UNS. Surakarta.
Republik Indonesia. Undang-Undang RI No. 32 thn 2004 tentang Otonomi Daerah. Jakarta.
Soekrisno, Agoes. 2002. Auditing oleh KAP. Jilid II. FE-UI. Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.
Tunggal, Amin Widjaja. 2005. Akuntansi Biaya, Ringkasan Teori Soal dan Jawab. Rineka Cipta. Jakarta.
Yusuf, Amir Abdi. 2004. Analisis Laporan Keuanagan. Liberty. Jakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
103
EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA BITUNG
Oleh:
Mochammad Eko S. Kamba
David P.E. Saerang
Rudy J. Pusung
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Bangsa yang sukses terlihat dari kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, maka diperlukan dana, salah satunya
melalui pajak Bumi dan Bangunan. Pajak bumi dan bangunan tidak sepenuhnya tertagih dengan baik sehingga
masih adanya beberapa tunggakan. Untuk menagih tunggakan tersebut diperlukan suatu pelaksanaan sistem
penagihan yang baik dan terorganisir. Objek Penelitian ini dilakukan di Kantor pelayanan pajak pratama bitung,
dimana dalam penelitian ini membahas tentang Evaluasi pelaksanaan sistem penagihan pajak bumi dan
bangunan di kantor pelayanan pajak pratama Bitung. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan sistem penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Bitung, (2) mengetahui
tingkat penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Bitung, (3) untuk mengetahui seberapa baik
pelaksanaan sistem penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Bitung. Penelitian ini menggunakan
data kualitatif dan data kuantitatif. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bitung tahun 2009-2011 sudah baik terlihat dari penerimaan Pajak Bumi dan bangunan yang
selalu mencapai target yang telah ditentukan oleh pihak kantor.
Kata kunci : penagihan pajak bumi dan bangunan
ABSTRACT
The success of the ability of the nation itself in increasing the welfare of the people. To improve the wellbeing of its people, then the necessary funds, one of them through the Earth and building tax. The Earth and
building taxes not fully collectible that still lack some of the arrears. To collect the arrears required an exercise
of good collection system and organized. Object of the research was conducted at the KPP Pratama Bitung,
which retail in this study discusses the evaluation of the implementation of the system of earth and building tax
collection at KPP Pratama Bitung. The purpose of the this research is (1) to find out how the implementation of
the system of earth and building tax collection at KPP Pratama Bitung, (2) know the level of tax revenues at
KPP Pratama Bitung, (3) to find out how well implementation of the Tax collection system at KPP Pratama
Bitung. This research uses qualitative data and quantitative data. Analytical method used is descriptive analysis
method. The results showed that the implementation of the system of KPP Pratama Bitung in 2009-2011 is
already good visible from Earth and building tax receipts that always hit the target set by the Office.
Key words : earth and building tax collection
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
104
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bangsa yang sukses terlihat dari kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, maka dibutuhkan dana untuk pembiayaan
pembangunan. Usaha untuk mendapatkan dana tersebut salah satunya adalah melalui pajak. Soemitro, dalam
Mardiasmo (2011 : 1) menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontrapretasi) yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Salah satu sumber dana berupa pajak yang dimaksud adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak
Bumi dan Bangunan dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi penentuan kebijakan yang terkait dengan bumi
dan bangunan. Meskipun penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan hanya memberikan kontribusi yang tergolong
kecil atau sedikit, namun Pajak Bumi dan Bangunan merupakan sumber penerimaan yang sangat potensial bagi
daerah. Sebagai salah satu pajak langsung, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak pusat karena obyeknya
di daerah, maka daerah mendapat bagian yang besar.
Meskipun membayar pajak merupakan kewajiban setiap warga negara, namun dalam realisasinya, setiap
orang sukar untuk membayar pajak. Hal ini dapat diketahui dengan timbulnya tunggakan pajak. Dengan
demikian, akan dilaksanakan penagihan pajak dengan dikeluarkannya Surat himbauan, Surat Teguran yang
kemudian akan diterbitkannya Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus, dan apabila pajak belum
dilunasi akan diterbitkan Surat Paksa yang dilanjutkan dengan pelaksanaan sita, pengajuan/permintaan jadwal
waktu dan tempat pelelangan, dilanjutkan dengan pengumuman lelang kemudian penjualan barang sitaan secara
lelang menurut Keputusan Direktorat Jendral Pajak No. KEP-14/PJ.6/1990.
Pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Bitung, hanya mencapai proses
penyitaan belum mencapai proses pelelangan sesuai dengan Keputusan Direktorat Jendral Pajak No. KEP14/PJ.6/1990, dengan alasan jangka waktu yang diberikan KPP cukup lama sehingga wajib pajak dapat
menyelesaikan tunggakan pajaknya sebelum barang wajib pajak yang disita akan dilelang.
Kegiatan penagihan pajak bumi dan bangunan di kantor pelayanan pajak kota Bitung memerlukan adanya
suatu pelaksanaan sistem yang baik dan terorganisir apabila angka persentase tagihan Pajak Bumi dan Bangunan
yang tidak tertagih ada yang meningkat. Untuk itu sistem yang diberlakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bitung perlu dikaji kembali untuk melihat kinerja dari sistem tersebut.
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka judul penelitian ini adalah ‘’Evaluasi Pelaksanaan Sistem
Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung’’.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah yang ada diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bitung.
2. Untuk mengetahui tingkat penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bitung.
3. Untuk mengetahui seberapa baik pelaksanaan sistem penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bitung.
TINJAUAN PUSTAKA
Pajak
Pajak dipungut secara paksa sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Pajak menurut Pasal 1 UU
No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Berdasarkan undang-undang republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007/KUP pasal 1 : Pajak
adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keprluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
105
Syarat Pemungutan Pajak
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan
membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang.
Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan (Sumarsan,
2012 : 7), yaitu :
1. Pemungutan pajak harus adil.
2. Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian.
3. Pemungutan pajak harus efisien.
4. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan (Widyaningsih, 2011 : 190) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap
bumi dan atau bangunan berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994.
Objek Pajak PBB
Objek pajak PBB menurut Mardiasmo (2011 : 313) adalah bumi dan bangunan, yang dimaksud dengan
klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokkan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan
digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahakan penghitungan pajak yang terutang.
Subjek Pajak PBB
Subjek pajak PBB menurut Casavera (2009 : 232) pajak adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai,
dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Penagihan Pajak
Mardiasmo (2011 : 125), menyatakan bahwa penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar
penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberikan surat paksa, mengusulkan pencegahan,
melakukan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita (Pasal 1 angka 9 UU No.
19/2000).
Sistem
Sistem (Gaol, 2008 : 9) adalah hubungan satu unit dengan unit-unit lainnya yang saling berhubungan satu
sama lainnya dan yang tidak dapat dipisahkan menuju suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti/
Tahun
Kurniawan
(2006)
Judul
Tujuan
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Pengaruh
Sosialisasi
Pajak Bumi
dan
Bangunan
terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
Di
Kabupaten
Kudus
Untuk
mengungkap
tingkat
sosialisasi dan
kepatuhan
Pajak
Bumi
dan Bangunan
di Kabupaten
Kudus
Metode
angket dan
metode
dokumentasi
Hasil penelitian
menunjukkan
tingkat
sosialisasi pajak
bumi
dan
bangunan
sebesar 70,25%
(tinggi)
dan
tingkat
kepatuhan
wajib
pajak
sebesar 75,70%
(tinggi)
Peneliti
sebelumnya
melakukan
penelitian
terhadap
Pajak Bumi
dan
Bangunan
Metode
analisis
sebelumnya
menggunakan
metode angket dan
metode
dokumentasi.
Sedangkan peneliti
menggunakan
metode
analisis
deskriptif
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
106
Sari (2010)
Analisis
efektivitas
dan
kontribusi
penerimaan
Pajak Bumi
dan
Bangunan
Terhadap
Pendapatan
Daerah di
Kota
Bandung
Untuk
menambah
pengetahuan
tentang
Efektivitas
pendapatan
pajak
bumi
dan bangunan
berdasarkan
target
pajak
dan kontribusi
berdasarkan
pendapatan
daerah di kota
Bandung
Metode
Deskriptif
Dari tahun 2002
sampai dengan
2008 realisasi
pajak bumi dan
bangunan
mengalami
peningkatan,
meskipun pada
tahun
2002,
2003, 2007, dan
2008
penerimaan
pajak bumi dan
bangunan tidak
mencapai target
yang
telah
ditentukan.
Peneliti
sebelumnya
melakukan
penelitian
tentang PBB
dan peneliti
menggunakan
metode
deskriptif
Peneliti sebelumnya
melihat kontribusi
Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan
terhadap Pendapatan
Daerah di Kota
Bandung
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan atau membandingkan dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2008 : 5).
Tempat dan Waktu Pengumpulan Data
Tempat dan waktu yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung Jalan Sam Ratulangi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Mei 2013.
Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bitung sebagai berikut.
1. Mengajukan permohonan penelitian.
Memasukan surat permohonan penelitian dengan persetujuan dari Fakultas Ekonomi untuk melakukan
penelitian pada objek yang dipakai, yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Bitung.
2. Disposisi Pimpinan.
Tindakan atau lanjutan dari pihak instansi dalam hal ini Kepala Bagian Umum dan Kepala Bagian Pengolahan
Data dan Informasi (PDI) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung untuk membuat dan memberikan surat
perintah yang menjelasakan tentang izin penelitian pada instansi tersebut.
3. Pengumpulan Data.
Pada tahap ini peneliti mulai mengumpulkan data penelitian, yaitu data mengenai Objek Pajak PBB dan
Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung.
4. Analisis Data Penelitian dan Pembahasan
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang akan dipakai sesuai dengan judul penelitian untuk melengkapi dan
menentukan hasil penelitian dan membahas masalah dalam penelitian.
5. Menarik Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan sebagai akhir dari penelitian
tersebut.
Sumber Data
Kuncoro (2009 : 148) menjelaskan sumber data merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti
secara langsung dari sumber asli. Sumber Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Data Primer, yaitu data yang diambil langsung dari badan usaha (pihak internal perusahaan) berupa data
dan informasi yang relevan dengan penelitian, melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
107
a. Observasi
Peneliti akan melakukan pengamatan langsung ke obyek penelitian untuk mendapatkan dan mencatat data yang
diperlukan, yaitu pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung.
b. wawancara
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara dengan pegawai-pegawai pemerintah yang bertugas di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bitung yang dapat memberikan informasi untuk keperluan penelitian.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara menyalin laporan, data maupun catatan yang berkaitan dengan Objek Pajak
PBB, Penerimaan Pajak PBB dan Prosedur Sistem Pelaksanaan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan serta
data-data lain yang diperlukan dalam penelitian ini.
2. Data Sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan yang telah
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder dalam penelitian ini adalah Jumlah Objek
Pajak PBB dan Realisasi Penerimaan PBB tahun 2009-2011, prosedur pelaksanaan sistem penagihan PBB,
serta sejarah dari KPP Bitung, visi dan misi, dan struktur organisasi.
Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode deskriptif adalah
penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu objek yang meliputi kegiatan
penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur (Sangadji dan Sopiah,
2010: 21).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Gambaran Umum Objek Penelitian
Kantor pelayanan pajak pratama Bitung merupakan instansi vertikal Direktorat Jendral Pajak Kanwil XXI
yang bernaung dibawah Departemen Keuangan Republik Indonesia. Tugas dari Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bitung adalah melaksanakan sebagian dari tugas-tugas pokok Direktorat Jendral Pajak dalam
mengelola penerimaan negara yang berasal dari pajak-pajak negara berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku. Kantor pelayanan pajak Pratama Bitung diresmikan pada tahun 2008. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bitung mulai beroperasi sejak tanggal 1 desember 2008 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia tanggal 22 Desember 2006 dan surat edaran Direktorat Jendral Pajak No. SE – 19/PJ/2007.
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung
Kantor pelayanan pjak pratama Bitung adalah urusan pelaksana Direktorat Jendral Pajak dibawah dan
bertanggung jawab langsung kepada kantor wilayah yang dipimpin oleh kepala Kanwil DJP Suluttenggo dan
Malut. Wilayah kerja KPP Pratama Bitung yaitu Kota Bitung, Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa
Utara.
Prosedur Penagihan Pajak berdasarkan Keputusan Direktorat Jendral Pajak No. KEP-14/PJ.6/1990
Prosedur penagihan pajak bumi dan bangunan berdasarkan Keputusan Direktorat Jendaral Pajak No.
KEP-14/PJ.6/1990 sebagai berikut.
1. Penerbitan Surat Teguran
Penerbitan surat teguran sebagai langkah awal dari tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan segera
setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran STP BB atau SK. Pembetulan/SK, keberatan/Putusan
Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
2. Penerbitan Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus
Surat peneribitan penagihan pajak seketika dan sekaligus diterbitkan tanpa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran STP PBB dan SK. Pembetulan/SK, Keberatan/Putusan Banding yanng menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah, apabila.
a. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
b. Penanggung pajak menghentikan atau secara nyata mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang
dilakukannya di Indonesia, ataupun memindahkan barang yang dimiliki atau dikuasainya.
c. Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan usahanya.
d. Badan usaha akan dibubarkan oleh negara.
e. Terjadi penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
108
Dalam hal terdapat penanggung pajak telah diterbitkan surat teguran, maka penagihan seketika dan sekaligus
dilakukan tanpa menunggu lewat tenggang waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak surat teguran diterbitkan. Surat
perintah penagihan seketika dan sekaligus diterbitkan sebelum peneribitan surat paksa. Oleh karena itu,
pengecualian jadwal waktu penagihan tersebut hanya berlaku sebelum diterbitkannya surat paksa, sedangkan
jadwal waktu penagihan surat paksa mengikuti jadwal waktu normal.
3. Penerbitan Surat Paksa.
Surat paksa diterbitkan segera setelah lewat (dua puluh satu) hari sejak diterbitkannya surat perintah penagihan
seketika dan sekaligus.
4. Pelaksanaan Sita
Penyitaan atas barang milik penanggung pajak dilaksanakan oleh juru sita pajak berdasarkan surat perintah
melaksankan penyitaan. Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24
jam sejak tanggal surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak.
5. Pengajuan/Permintaan Jadwal Waktu dan Tempat Pelelangan
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung sebagai penjual atas barang yang disita mengajukan permintaan
jadwal waktu dan tempat pelelangan kepada kantor lelang dengan menggunakan surat permintaan jadwal waktu
dan tempat pelelangan apabila utang pajak dan atau biaya penagihannya tidak dilunasi setelah dilaksanakan
penyitaan. Dalam jangka waktu antara pengajuan permintaan dan ditetapkannya jadwal waktu dan tempat
pelelangan, kepala kantor pelayanan PBB dapat memberitahukan kesempatan terakhir kepada wajib
pajak/penanggung pajak dan biaya penagihannya.
6. Pengumuman Lelang
Kepala Seksi Penerimaan dan Penagihan (P2) membuat konsep pengumuman lelang dan menerusknnya kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk selanjutnya diumumkan di surat kabar, kemudian mencatat tanggal
pemuatannya di dalam daftar pengawasan tindakan penagihan pajak bumi dan bangunan, setelah mendapat
kepastian jadwal waktu dan tempat pelelangan dari Kepala Kantor, pengumuman lelang dilaksaksanakan
sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari setelah penyitaan, sedangkan lelang dilaksanakan sekurangkurangnya 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang.
7. Pelaksanaan Penjualan Barang Sitaan Secara Lelang
Ketentuan pelaksanaan penjualan barang sitaan secara lelang mengacu pada Surat Edaran Bersama Direktur
Jenderal Pajak dan Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara No. SE-214/PJ/1990 Jo. SE-17/PN/1999
tanggal 25 agustus 1999 tentang lelang Eksekusi pajak. Pada dasarnya, tujuan utama lelang untuk melunasi
biaya penagihan pajak dan hutang pajak. Akan tetapi lelang tidak dilaksanakan atas :
a. Apabila penanggung pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihannya.
b. Berdasarkan keputusan pengadilan yang mengabulkan gugatan pihak ketiga atas kepemilikan barang yang
disita.
c. Berdasarkan putusan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP) yang mengabulkan gugatan penanggung
pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak.
d. Apabila objek sita yang akan di lelang musnah karena terbakar atau bencana alam.
e. Pelaksanaan penjualan barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang.
Jumlah Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Objek pajak bumi dan bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung yang meliputi wilayah kerja Kota
Bitung, Kabupaten Minahasa dan Minahasa Utara dapat dilihat dalam Tabel 2 - 4.
Tabel 2. Jumlah Objek Pajak Bumi dan Bangunan Di Kota Bitung Tahun 2009 – 2011
Tahun
2009
2010
2011
Jumlah
Objek Pajak
38.565
39.573
40.530
118.668
Sumber : KPP Pratama Bitung
Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah objek pajak bumi dan bangunan di Kota Bitung dari tahun
2009 – 2011 berbeda-beda dan mengalami peningkatan. Di tahun 2009 jumlah objek pajak di kota Bitung
adalah sebanyak 38.565. Sedangkan Pada tahun 2010 objek pajak bumi dan bangunan di Kota Bitung adalah
sebanyak 39.573. Dan pada tahun 2011 objek pajak bumi dan bangunan di Kota Bitung adalah sebanyak 40.530.
Jadi, jumlah keseluruhan objek pajak yang ada di Kota Bitung dari tahun 2009-2011 adalah sebanyak 118.668.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
109
Tabel 3. Jumlah Objek Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Minahasa Tahun 2009 – 2011
Tahun
2009
2010
2011
Jumlah
Objek Pajak
83.383
115.993
120.606
319.982
Sumber : KPP Pratama Bitung
Dari tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah objek pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Minahasa
dari tahun 2009 – 2011 juga berbeda-beda dan mengalami peningkatan. Di tahun 2009 jumlah objek pajak di
Kabupaten Minahasa adalah sebanyak 83.383. Sedangkan Pada tahun 2010 objek pajak bumi dan bangunan di
Kabupaten Minahasa adalah sebanyak 115.993. Dan pada tahun 2011 objek pajak bumi dan bangunan di
Kabupaten Minahasa adalah sebanyak 120.606. jadi, jumlah keseluruhan objek pajak yang ada di Kabupaten
Minahasa dari tahu 2009-2011 adalah sebanyak 319.982.
Tabel 4. Jumlah Objek Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2009 – 2011
Tahun
2009
2010
2011
Jumlah
Objek Pajak
59.225
60.693
60.753
180.671
Sumber : KPP Pratama Bitung
Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa jumlah objek pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Minahasa
Utara dari tahun 2009 – 2011 juga berbeda-beda dan mengalami peningkatan. Di tahun 2009 jumlah objek pajak
di Kabupaten Minahasa Utara adalah sebanyak 59.225. Sedangkan Pada tahun 2010 objek pajak bumi dan
bangunan di Kabupaten Minahasa Utara adalah sebanyak 60.693. Dan pada tahun 2011 objek pajak bumi dan
bangunan di Kabupaten Minahasa Utara adalah sebanyak 60.753. jadi, jumlah keseluruhan objek pajak yang ada
di Kabupaten Minahasa Utara dari tahun 2009-2011 adalah sebanyak 180.671.
Dilihat dari dari jumlah objek pajak, wilayah kabupaten Minahasa merupakan wilayah yang memiliki
objek pajak yang lebih banyak jika dibandingkan dengan Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa utara.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
110
Pelaksanaan sistem penagihan pajak bumi dan bangunan di KPP Pratama Bitung
Gambar 1. Pelaksanaan Sistem Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Bitung
Pencabutan
Sita
LUNAS
(6 bulan ) 7 hari
SP
PT
ST
P
21 hari
Surat
Himba
uan
Surat
Tegura
n
2x24 jam
SPMP/
Penyita
an
SP
Jatuh tempo
14 hari tidak lunas
Pengumuma
n Lelang
14 hari
Pelaksanaa
n Lelang
Sumber : KPP Pratama Bitung
Dasar penagihan pajak dan pelaksanaan sistem penagihan Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan setiap
tahun berjalan, dengan sistem yang diberlakukan sebagai berikut.
1. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
Pajak bumi dan bangunan jatuh tempo pada tanggal 30 september tahun berjalan, di bulan ini diterbitkannya
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Surat Tagihan Pajak (STP). Jangka waktu jatuh tempo
pembayaran adalah 6 (enam) bulan sejak tanggal diterbitkannya Surat Pemeberitahuan Pajak Terutang dan Surat
Tagihan Pajak oleh KPP Pratama Bitung. Selama kurun waktu (enam) bulan atau sekitar bulan maret tahun
berjalan wajib pajak belum membayar pajak yang ditetapkan sebagai tunggakan pajak maka dalam 7 hari atau 1
minggu seksi penagihan akan menerbitkan surat himbauan.
2. Surat Himbauan
Surat himbauan hanya akan diberikan kepada wajib pajak yang tercatat selama masa pembyaran pajaknya belum
pernah menunggak, hal ini dikarenakan sebagai bahan pertimbangan dari kantor pajak bahwa wajib pajak yang
bersangkutan mungkin tidak berniat untuk belum membayarkan tagihan pajaknya, hanya saja wajib pajak
berhalangan untuk membayar pajak karena ada alasan tertentu. Surat himbauan hanya berisi himbauan kepada
wajib pajak agar secepatnya melunasi tunggakan pajaknya. Karena itu tidak semua wajib pajak bumi dan
bangunan mendapatkan surat himbuan, bagi wajib pajak yang tagihan pajaknya sering menunggak atau yang
masi menunggak di tahun-tahun sebelumnya tidak perlu menerima surat ini karena kantor pajak akan
memberikan surat teguran. Surat himbuan ini merupakan surat yang dikeluarkan berdasarkan kebijakan internal
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung, oleh karena itu surat ini tidak berlandaskan undang-undang atau tidak
berdasar hukum.
3. Surat Teguran
Seksi penagihan akan mengeluarkan Surat Teguran apabila wajib pajak yang telah dikirimkan surat himbauan
tidak menghiraukan dan tidak segera membayar tunggakan pajaknya. Surat teguran berisi teguran secara keras
pada wajib pajak agar segera melunasi tunggakan pajaknya. Dalam surat teguran, wajib pajak akan deberikan
waktu selama 21 hari sejak diterbitkannya surat wajib pajak belum melunasi tunggakan pajaknya maka seksi
penagihan akan menerbitkan Surat Paksa.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
111
4. Surat Paksa
Seksi penagihan akan mengeluarkan surat paksa apabila sampai dengan jatuh tempo 21 hari wajib pajak tidak
mengindahkan surat teguran tersebut atau tidak secepatnya melunasi tunggakan pajaknya. Surat paksa
mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang berarti telah mempunyai hukum tetap,
serta jangka waktu yang diberikan kepada wajib pajak hanya 2x24 jam sejak surat paksa diterbitkan.
5. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan dan Surat Sita
Seksi penagihan akan melaksankan penyitaan, dan menerbitkan surat sita setelah 2x24 jam wajib pajak belum
juga melunasi tunggakan. Kedua surat ini bertujuan untuk menyampaikan kepada wajib pajak bahwa karena
tunggakan pajaknya maka kantor pajak akan mengadakan penyitaan. Surat perintah melaksanakan penyitaan
dan surat sita jatuh tempo 14 hari sejak surat diterbitkan.
Pencabutan sita akan dilakukan dengan menerbitkan surat pencabutan sita oleh seksi penagihan apabila dalam
14 hari itu wajib pajak sudah melunasi tunggakan pajaknya Sebaliknya, jika dalam waktu 14 hari sejak
diterbitknnya surat wajib pajak belum melunasi tunggakan pajaknya, maka dari pihak kantor pajak akan
diadakan pengumuman lelang atas barang-barang yang akan disita.
6. Pelelangan
Pihak pajak akan melaksanakan pelelangan atas barang sitaan karena pihak pajak mempunyai kekuasaan penuh
untuk melakukan pelelangan atas barang- barang sitaan dari wajib pajak yang ditidak membayar tunggakan
pajaknya setelah 14 hari pelelangan diumumkan.
Pembahasan
Setiap warga Negara pasti akan berurusan dengan yang namanya pajak. Pajak merupakan kewajiban
setiap warga Negara, namun setiap warga Negara ada yang sukar untuk membayar pajak sehingga akan
menimbulkan adanya utang pajak dalam hal ini adalah Pajak Bumi dan Bangunan. Utang pajak yang timbul atau
kurang dibayar atau tidak dibayarnya pajak pada tanggal jatuh tempo merupakan penyebab dilakukannya
tindakan penagihan pajak bumi dan bangunan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung harus melakukan
tindakan penagihan atas pajak yang tertunggak atau kurang dibayar atau tidak dibayar. Pelaksanaan penagihan
pajak bumi dan bangunan pada KPP Pratama Bitung didasarkan atas penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT) dan Surat Tagihan Pajak pada saat jatuh tempo.
Seksi penagihan akan mengirimkan surat himbauan apabila dalam kurun waktu 6 (enam) bulan sejak
diterbitkannya SPPT dan STP, wajib pajak belum membayar tunggakan pajaknya Surat himbauan ini hanya
ditujukan kepada wajib pajak tertentu atau wajib pajak yang belum pernah menunggak semasa tagihan pajak
sebelumnya. Namun bagi wajib pajak yang sering menunggak, akan langsung diberikan surat teguran dengan
cara dikirim langsung kepada penanggung pajak.
Seksi penagihan akan menerbitkan surat paksa atau pemberitahuan dari jurusita pajak, kemudian dibuat
BAP Surat paksa apabila saat jatuh tempo surat teguran yaitu 21 (dua puluh satu) hari sejak surat teguran
diterbitkan, wajib pajak belum juga membayar tunggakan pajaknya
Setelah 2x24 jam wajib pajak tidak mengiraukannya, maka seksi penagihan akan menerbitkan surat
perintah melaksanakan penyitaan (SPMP) dan surat sita. Surat sita jatuh tempo sejak 2x14 hari saejak
diterbitkan. Bila dalam waktu tersebut wajib pajak sudah melunasi tunggakan pajaknya maka dari pihak kantor
pajak akan melakukan pencabutan sita. Namun bila sebaliknya, dalam 14 (empat belas) hari wajib pajak belum
juga melunasi tunggakan pajaknya maka dari pihak kantor pajak akan melakukan pengumuman lelang. Untuk
barang yang bergerak, pengumuman lelang dilakukan sebanyak 1 kali sedangkan untuk barang yang tidak
bergerak, pengumuman lelang dilakukan sebanyak 2 kali.
Dilakukan pengumuman lelang dalam waktu 14 (empat belas) hari, wajib pajak belum membayar
tunggakan pajaknya maka pihak kantor pajak akan melaksanakan lelang. Pada KPP Pratama Bitung, sejauh ini
pelaksanaan sistem penagihan pajak bumi dan bangunan hanya sampai pada proses penyitaan karena saat kantor
pajak melakukan pengumuman lelang, kebanyakan dari wajib pajak telah melunasi tunggakan pajaknya.
Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan sistem penagihan pajak bumi dan bangunan di KPP Pratama
Bitung sudah baik namun masih ada sedikit kelemahan dalam menjalankan kegiatan penagihan pajak yaitu
kurang adanya sosialisasi dan kurangnya sanksi yang cukup berat dari KPP Pratama Bitung, sehingga
pelaksanaan sistem di KPP Pratama Bitung menjadi sedikit kurang baik.
Berdasarkan tindakan penagihan yang ada di KPP Pratama Bitung dapat dilihat tingkat penerimaan PBB
di KPP Bitung pada tahun 2009 – 2011 pada Tabel 5 di bawah ini.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
112
Tabel 5. Rekapitulasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bitung Tahun 2009-2011
Tahun
Target
Realisasi
Persentase
2009
Rp. 53.410.103.000
Rp. 60.260.165.000
112 %
2010
Rp. 54.441.879.512
Rp. 66.210.161.734
121 %
2011
Rp. 69.892.999.605
Rp. 72.829.102.077
104 %
Sumber : KPP Pratama Bitung
Tabel 5 menunjukan bahwa persentase angka penerimaan atas pajak bumi dan bangunan setiap tahunnya
mengalami naik turun. Pada tahun 2009-2011 penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kantor Pelayanan Pajak
Bitung mencapai target yaitu Pada tahun 2009 target penerimaan pajak sebesar Rp. 53.410.103.000 dan
terealisasi sebesar Rp. 60.260.165.000 sehingga persentasenya mencapai 112%, pada tahun 2010 target
penerimaan pajak sebesar Rp. 54.441.879.512 dan terealisasi sebesar Rp. 66.210.161.734 sehingga
persentasenya mencapai 121%, dan pada pada tahun 2011 target penerimaan pajak sebesar Rp. 69.892.999.605
dan terealisasi sebesar Rp. 72.829.102.077 sehingga persentasenya 104%. Di tahun 2009 - 2011 tersebut,
walaupun presentase angka mengalami naik turun terlihat bahwa Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung sudah
bisa mencapai target penerimaan karena pencapaiannya telah melebihi dari 100%.
Dapat terlihat bahwa Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung sangat serius dalam melaksanakan
penagihan pajak bumi dan bangunan yang terutang atau kurang dibayar. Hal ini dibuktikan dengan belum
pernah ada penerimaan PBB yang tidak mencapai target dalam tahun 2009 – 2011 dan belum pernah juga
dilakukannya pelelangan atas barang-barang wajib pajak yang disita. Proses penagihan pajak hanya sampai pada
proses penyitaan. Pada saat pihak KPP Pratama Bitung melakukan pengumuman lelang, para penanggung pajak
telah melunasi tunggakan pajaknya.
Hal yang terpenting dilakukannya penagihan pajak yaitu agar setiap penanggung pajak dapat membayar
dan melunasi utang pajak beserta dengan biaya-biaya penagihan pajak, sehingga penerimaan pajak dapat
mencapai target yang telah ditentukan dan dapat meningkat dari tahun ke tahun, namun tetap berpegang pada
undang-undang yang berlaku yang menjadi dasar dari penagihan pajak bumi dan bangunan yaitu UndangUndang No. 12 tahun 1994. Adapun Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-14/PJ.6/1990 yang menjadi
acuan dalam melakukan penagihan pajak bumi dan bangunan. Isi dalam UU No. 12 tahun 1994, dalam
Keputusan Direktorat Jenderal Pajak maka sistem penagihan pajak bumi dan bangunan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bitung dapat disimpulkan sudah baik walaupun terdapat sedikit kekurangan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut.
1. SPPT dan STP merupakan dasar dari penagihan pajak. Pelaksanaan penagihan PBB dimulai dari proses
penerbitan Surat Himbauan, Surat Teguran (21 hari), kemudian Surat Paksa (2 x 24 jam), kemudian Surat
Sita (14 hari), setelah itu Pengumuman Lelang (14 hari) hingga melaksanakan Pelelangan.
2. Tingkat penerimaan PBB di Kator Pelayanan Pajak Pratama Bitung pada tahun 2009 – 2011 telah mencapai
target yang telah ditentukan oleh pihak kantor, yang mana pada tahun 2009 mencapai 112 %, sedangkan
pada tahun 2010 mencapai 121 % dan pada tahun 2011 mencapai 104 %.
3. Secara keseluruhan pelaksanaan sistem penagihan pajak bumi dan bangunan di KPP Pratama Bitung sudah
berjalan dengan baik untuk meningkatkan ketaatan dari penanggung pajak dan meningkatkan penerimaan
pajak, hal ini terlihat dari tahun 2009 hingga tahun 2011 bahwa penerimaan di KPP Pratama Bitung selalu
mencapai target yang telah ditentukan dan proses penagihan hanya sampai pada proses penyitaan, belum
adanya proses pelelangan.
4. Besarnya penerimaan pajak bumi dan bangunan sangat bergantung dari pelaksanaan penagihan pajak bumi
dan bangunan. Apabila Kantor Pelayanan Pajak melaksanankan penagihan pajak dengan baik dan tegas,
maka penerimaan pajak bumi dan bangunan akan bisa mencapai target yang telah ditentukan oleh pihak
kantor, namun sebaliknya Apabila Kantor Pelayanan Pajak belum melaksanankan penagihan pajak dengan
baik dan tegas, maka penerimaan pajak bumi dan bangunan tentu tidak akan bisa mencapai target yang telah
ditentukan oleh KPP Pratama Bitung tersebut.
Saran
Saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
113
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung disarankan harus meningkatkan kegiatan sosialisasi di setiap daerah
baik kepada wajib pajak yang telah terdaftar maupun belum terdaftar bahwa membayar pajak tepat waktu itu
sangat baik dan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
2. Sanksi denda yang diberikan kepada penanggung pajak yang sering menunggak sebaiknya ditingkatkan agar
dapat memberikan efek jera kepada setiap penanggung pajak yang sering menunggak.
3. KPP Pratama Bitung sebaiknya memberikan penghargaan lebih kepada petugas pajak yang menjalankan
tugas penagihannya dengan baik agar mereka lebih termotivasi untuk menjalankan tugas penagihan yang
diberikan oleh pimpinan kantor.
4. KPP Pratama Bitung juga disarankan memberikan satu penghargaan khusus setiap tahunnya kepada wajib
pajak yang selalu membayar pajak tepat waktu sehingga tidak akan adanya penunggakan.
DAFTAR PUSTAKA
Casavera. 2009. Perpajakan. Graha ilmu. Yogyakarta.
Gaol, Chr. Jimmy L. 2008. Sistem Imformasi manajemen : Pemahaman dan Aplikasi. Grasindo. Jakarta.
Kuncoro, Mudrajat. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta
Kurniawan, Dhani. 2006. Pengaruh Sosialisasi Pajak Bumi Dan Bangunan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di
Kabupaten Kudus. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Mardiasmo, 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. Andi. Yogyakarta.
Sangadji., Sopiah. 2010. Metode Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Andi. Yogyakarta.
Sari, Yulia Anggara. 2010. Analisis Efektifitas Dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan
Terhadap Pendapatan Daerah Di Kota Bandung. Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010
(173-185). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung
Sumarsan, Thomas. 2012. Perpajakan Indonesia : Pedoman Perpajakan Yang Lengkap Berdasarkan UndangUndang Terbaru. Edisi 2. Indeks: Jakarta.
Widyaningsih, Aristanti. 2011. Hukum Pajak Dan Perpajakan. Alfabeta. Bandung.
Republik Indonesia . Keputusan Direktorat Jendral Pajak No. KEP-14/PJ.6/1990. Jakarta.
________________ . Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum perpajakan. Jakarta.
________________ . Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Jakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
114
PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK PADA KPP BITUNG
Oleh:
Regina Laurensana Tuwaidan
Jullie J. Sondakh
Inggriani Elim
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan
salah satunya adalah pajak. Penerimaan pajak secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran
dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kepatuhan wajib
pajak orang pribadi terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25. Objek penelitian skripsi ini adalah kantor
pelayanan pajak pratama Bitung. Tugas dari Kantor pelayanan pajak Bitung adalah melaksanakan tugas pokok
Direktorat Jenderal Pajak dalam penerimaan negara. Penelitian ini menggunakan analisis stastistik regresi linier
sederhana serta menggunakan data sekunder yaitu surat setoran pajak yang masuk tepat waktu dan jumlah
penerimaan pajak penghasilan pasal 25 dikantor pelayanan pajak Bitung dari bulan januari 2009 sampai dengan
juli 2012. Hasil penelitian diketahui bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25. Hal ini disebabkan karena masih kurang adanya
kesadaran masyarakat di kota Bitung terhadap pentingya membayar pajak secara tepat waktu dan jumlah surat
setoran pajak (SSP) yang masuk tepat waktu terdapat laporan perhitungan pajaknya yang nihil.
Kata kunci : wajib pajak, penerimaan pajak, PPh.
ABSTRACT
State Revenue sources used to funance goverment ecpenditure and development one of which is taxes.
Tax revenues indirectly aimed at improving the welfare and prosperity of the community. Thus study aimed to
determine the influence of level of private taxpayer to the receipt of income tax article
. The duty of
Manado Primary Tax Office is to perform the basic tasks of Directorate General Of Taxation in Country’s
revenue. This study uses is the analytical method used is simple linier regression statical analysis and also use
the secondary data is the tax letter of incoming payment on time and the amount of income tax article
payer
which is registered in Bitung Primary Tax Office from january 2009 until july 2012. The research results reveals
that the level of complience of private taxpayer amount has no significant effect to the receipt of income tax
article
. This is because they lack the awareness of the public in the Bitung city the importance of paying on
time and the tax letter of incoming payment on time there are reports of naught calculation tax.
Keywords : taxpayers,tax revenue, income tax.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
115
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan
nasional salah satunya adalah pajak. Penerimaan pajak secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Adriani menyatakan pajak adalah iuran masyarakat kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
(Widyaningsih, 2011 : 2).
Pemungutan pajak memang bukan suatu pekerjaan yang mudah, disamping peran serta aktif dari aparat
pajak, juga dituntut kemauan dari para wajib pajak itu sendiri. Dimana pemungutan pajak di Indonesia mengacu
pada sistem self assessement. Sistem self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar
dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Sesuai dengan sistem self assessement, setiap wajib
pajak membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak (Casavera, 2009 : 3).
Kepatuhan pajak yang bersumber dari kesadaran masyarakat terhadap penunaian kewajiban membayar
pajak itu tentu bukan sesuatu yang berdiri sendiri. Berbagai persoalan perpajakan yang kerap muncul, baik yang
bersumber dari wajib pajak (masyarakat), fiskus sebagai aparatur pajak, maupun yang bersumber dari sistem
perpajakan itu sendiri. Kriteria wajib pajak dikatakan patuh, yakni tepat waktu dalam membayar pajak, tidak
mempunyai tunggakan pajak, dan pengisian SSP mendekati kebenaran, atau tidak melenceng jauh dari pada
semestinya .
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak di Bitung, disebabkan oleh karena tingkat
kepatuhan wajib pajak yang ada atau terdaftar pada KPP di Bitung masih rendah. Bisa dilihat bahwa jumlah
wajib pajak orang pribadi pada tahun 2009 sebesar 44.319 dan wajib pajak yang menyetor pajak atau mengisi
Surat Setoran Pajak (SSP) hanya sebesar 8.152 atau 18% dari wajib pajak yang menyetor pajaknya , pada tahun
2010 jumlah wajib pajak orang pribadi pada tahun 2010 sebesar 14.084 dan wajib pajak yang menyetor pajak
atau mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) hanya sebesar 11.201 atau 79% dari wajib pajak yang menyetor
pajaknya, dan pada tahun 2011 jumlah wajib pajak orang pribadi pada tahun 2011 sebesar 10.213 dan wajib
pajak yang menyetor pajak atau mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) sebesar 9.966 atau 97% dari wajib pajak
yang menyetor pajaknya, serta tahun 2012 jumlah wajib pajak orang pribadi pada tahun 2012 sebesar 6.355 dan
wajib pajak yang menyetor pajak atau mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) sebesar 5.322 atau 83% dari wajib
pajak yang menyetor pajaknya. Maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2009 wajib pajak yang membayar
pajak tidak lebih dari setengah atau hanya 18% dari wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak
Bitung dan pada tahun 2010 sebesar 79%, pada tahun 2011 sebesar 97%, dan sampai dengan tahun 2012
sebesar 83% wajib pajak yang membayar pajak sudah lebih dari setengah tetapi tidak mencapai jumlah wajib
pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Bitung. Sehingga tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi
di Kantor Pelayanan Pajak Bitung masih rendah.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi
terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Bitung.
TINJAUAN PUSTAKA
Pajak
Adriani menyatakan pajak adalah iuran masyarkat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayaranya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan ( Pudyatmoko,2009 : 3 ).
Syarat Pemungutan Pajak
Pembebanan pajak pada masyarakat tidaklah mudah. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan
membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang.
Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan (Sumarsan,
2012 : 7), yaitu :
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
116
1.
2.
3.
4.
Pemungutan pajak harus adil.
Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian.
Pemungutan pajak harus efisien.
Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Tarif Pajak
Struktur tarif yang berhubungan dengan pola presentase tarif pajak dikenal 4 ( empat) macam tarif, (Waluyo,
2011 : 18) adalah sebagai berikut :
1. Tarif Pajak Proposional/Sebanding.
Tarif pajak proposional yaitu tarif pajak yang berupa presentase tetap terhadap jumlah berapa pun yang menjadi
dasar pengenaan pajak.
2. Tarif Pajak Progresif.
Tarif pajak progresif yaitu tarif pajak yang prensentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi
dasar pengenaannya semakin besar.
3. Tarif Pajak Degresif.
Tarif pajak degresif adalah presentase tarif pajak yang semakin menurun apabila jumlah yang menjadi dasar
pengenaan pajak menjadi semakin besar.
4. Tarif Pajak Tetap.
Dalam tarif pajak tetap ini adalah tarif berupa jumlah yang tetap (sama besarnya) terhadap berapa pun jumlah
yang menjadi dasar pengenaan pajak. Oleh karena itu, besarnya pajak yang teruatang adalah tetap.
Surat Setoran Pajak (SSP)
UU No. 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan menyatakan bahwa Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau
penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke
kas negara melalui Kantor Pos dan Bank Persepsi (Sumarsan, 2012 : 53).
PPh Pasal 25
Pajak penghasilan pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang harus
dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak yang berjalan (Waluyo, 2011 : 305).
Angsuran pajak pasal 25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh
penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan
pajak penghasilan (Lubis, et al. 2010 : 144).
Kepatuhan Wajib Pajak
Sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia adalah self assessment maka wajib pajak harus
aktif memenuhi kewaiban perpajakannya mulai dari mendaftrakan diri, mengisi SPT dengan jujur, baik benar
sampai dengan melunasi pajak terutang (Rahman, 2010 : 23). Walaupun sudah tersedia ancaman hukuman
administratif maupun ancaman hukum pidana bagi wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.
Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Kepatuhan ada dua macam yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah
suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan
dalam undang-undang perpajakan. Misalnya ketentuan tentang batas waktu penyampaian SPT Tahunan.
Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substansi/hakekat memenuhi
semua ketentuan material perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal. Jadi wajib pajak
yang memenuhi kepatuhan material dalam mengisi SPT Tahunan Pajak Penghasilan, adalah wajib pajak yang
mengisi dengan jujur, baik dan benar SPT tersebut sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan
dan menyampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak sebelum batas waktu.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
117
Penelitian Terdahulu
Tabel.1 Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti/Tahun
Lainutu
(2013)
Judul
Tujuan
Pengaruh
jumlah wajib
pajak
PPh
Pasal
21
terhadap
penerimaan
PPh pasal 21
pada
KPP
Pratama
Manado
Pangemanan
(2013)
Hubungan
jumah dan
kepatuhan
wajib pajak
badan
dengan
penerimaan
PPh
KPP
Pratama
Manado
Untuk
menganalisis
pengaruh
jumlah wajib
pajak
PPh
pasal
21
orang
pribadi
terhadap
penerimaan
PPh
pasal
21.
Untuk
melihat
seberapa
kuat
hubungan
antara
jumlah dan
kepatuhan
wajib pajak
badan
dengan
penerimaan
PPh di KPP
Pratama
Manado
Metode
Penelitian
Analisis
Regresi
Linier
Sederhana
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Jumlah
wajib
pajak PPH pasal
21 Orang pribadi
berpengaruh
signifikan
terhadap
penerimaan PPh
Pasal 21
Peneliti
sebelumnya
menggunakan
pembahasan
tentang wajib
pajak
dan
penerimaan
pajak di KPP
Pratama
Objek
peneliti
sebelumnya
menggunakan
variabel terikat yauti
penerimaan
PPh
Pasal 21
Analisis
korelasi
berganda
Kepatuhan wajib
pajak
badan
dalam hal ini
pelaporasn SPT
Tahunan
tidak
mendukung
adanya variabel
tersebut dengan
alasan
kemungkinan
adanya pelaporan
yang
terlambat
dan tidak riil
Penelitian
sebelumnya
pembhasan
mengenai halhal
yang
berkaitan
dengan tingkat
kepatuhan dan
penerimaan
pajak
Peneliti sebelumnya
menggunakan
kepatuhan
wajib
pajak badan dan
objek tempat yang
berbeda.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan
masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Tingkat Kepatuhan wajib pajak orang pribadi berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PPh Pasal 25
orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Data adalah keterangan mengenai sesuatu yang diperoleh dalam suatu penelitian untuk menjelaskan,
menerangkan dan memecahkan masalah-masalah sesuai dengan konteks judul yang diambil dengan maksud
tujuan tersebut.
1. Penelitian Eksploratif (Eksploratory Research)
Penelitian eksploratif (eksploratory research) adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan atau dugaan yang sifatnya masih baru dan untuk memberikan arahan bagi penelitian selanjutnya.
2. Penelitian konklusif (Conclusive Research)
Penelitian konklusif (conclusive research) adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji atau membuktikan
sesuatu dan untuk membantu peneliti dalam memilih tindakan khusus selanjutnya. Penelitian konklusif dibagi
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu studi deskriptif (descriptive study) dan studi eksperimen (eksperimental study).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian konklusif dengan menggunakan studi
eksperimental, dimana penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengujian yang tepat dalam menarik
kesimpulan hubungan sebab akibat antar variabel.
Teknik Pengumpulan Data
1. Survey
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
118
Peneliti akan melakukan pengamatan langsung ke obyek penelitian untuk mendapatkan dan mencatat data yang
diperlukan, yaitu pada Kantor Pelayanan Pajak.
2. Interview
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara dengan pegawai-pegawai pemerintah yang bertugas di Kantor
Pelayanan Pajak yang dapat memberikan informasi untuk keperluan penelitian.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara menyalin laporan, data maupun catatan yang berkaitan dengan pelaporan SSP
masa yang masuk tepat waktu dan penerimaan pajak dan data-data lain yang diperlukan dalam penelitian ini.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis regresi liniear sederhana dengan
menggunakan program komputerisasi yaitu program SPSS 17 for Windows (Statistical Product and Service
Solution). Program ini digunakan untuk mencari pengaruh variabel independent, yaitu Tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi, dengan variabel dependent yaitu Penerimaan Pajak PPh Pasal 25. Persamaan umum
regresi liniear sederhana adalah sebagai berikut.
Y = a + bX
Dimana:
Y
= Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25
a
= Nilai konstanta
b
= Koefisien regresi
X
= Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Uji Asumsi Klasik
Pengujian Asumsi Klasik bertujuan untuk memperoleh model regresi yang menghasilkan estimator liniear tidak
bias yang terbaik (Best Linier Unbiased Estimator/ BLUE). Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu
sebagai berikut.
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas data yang digunakan untuk melakukan pengujian data observasi apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak. Ada cara yang biasa digunakan untuk menguji normalitas pada model regresi
yaitu dengan uji Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas dengan uji Kolmogorov Smirnov, konsep dasar dari uji
Kolmogorov Smirnorv adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan
distribusi normal baku.
2.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah terjadinya hubungan antara variabel independent digunakan untuk suatu tujuan yaitu
mengetahui ada tidaknya korelasi antar anggota serangkaian data yang diobservasi dan dianalisis menurut ruang
atau menurut waktu, cross section atau time series.
3.
Uji Heteroskedastisitas
Semua model dikatakan memiliki problem heteroskedastisitas berarti ada atau terdapat varian variabel dalam
model yang tidak sama. Gejala ini dapat pula diartikan bahwa dalam model terjadi ketidaksamaan varian dari
residual pada pengamatan model regresi tersebut.
Uji Regresi Linier Sederhana
1.
Uji t
Dilakukan unutk mengetahui pengaruh variabel independen secara individu (parsial) terhadap variabel
independen.
2.
Korelasi dan Determinasi
Korelasi adalah mengukur keeratan suatu hubungan, keeratan suatu hubungan ini dinyatakan dengan besaran
nilai korelasi (R) yang nilainya berada dalam rentang -1 sampai dengan 1 (Thrihendradi, 2009 : 197).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak di
KPP Pratama Bitung
Tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dilihat dari Jumlah Surat Setoran Pajak (SSP) masa yang
masuk tepat waktu dan penerimaan pajak di KPP Pratama Bitung dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012
masih rendah. Bisa dilihat dari tabel 1.2 dimana pada tahun 2009 wajib pajak yang terdaftar sebesar 44.319 dan
wajib pajak yang membayar pajak hanya 8.152 atau 18% wajib pajak yang membayar pajak. Dan pada tahun
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
119
2010 sampai dengan 2011 mengalami peningkatan dalam wajib pajak membayar pajaknya, jumlah wajib pajak
yang terdaftar 2010 sebesar 14.084 dan yang membayar pajaknya sebesar 11.201 atau 79% dari wajib pajak
membayar pajaknya dan pada tahun 2011 wajib pajak yang terdaftar membayar pajaknya mencapai 97% dilihat
dari wajib pajak yang membayar pajak sebesar 10.213 dan membayar pajak sebesar 9.996 tapi di tahun 2012
mengalami penurunan dari wajib pajak terdaftar sebesar 6.355 dan yang membayar pajaknya 5.322 atau 83%
wajib pajak yang membayar pajaknya. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak orang
pribadi di kantor pelayanan pajak pratama Bitung masih rendah.
Pembahasan
Analisis Statistik
1. Hasil uji Asumsi klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan guna mengetahui apakah nilai residu (perbedaaan yang ada) yang diteliti
memiliki distribusi normal atau tidak normal. Dengan menggunakan data yang sudah ada, penulis akan
melakukan uji normalitas dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov . Uji Kolmogorov Smirnov dengan
kaidah keputusan jika nilai sig lebih besar dari 0,05 (taraf kesalahan 5%), maka dapat dikatakan residual model
berdistribusi normal. Diambil keluaran yang ada nilai kolmogorov smirnov pada tabel Test of Normality sebagai
berikut :
Tabel 2. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Unstandardized Residual
df
.107
42
a
Sig.
.200 *
Shapiro-Wilk
Statistic
.898
df
42
Sig.
.011
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
(sumber : Hasil olah SPSS)
Hasil output di atas, dapat dilihat bahwa uji kolmogorov smirnov nilai sig sebesar 0,011 lebih besar dari
dari 0,05 didasarkan pada ketentuan, maka data berdistribusi normal
b. Uji Autokorelasi
Uji Durbin-Watson digunakan untuk melihat apakah terdapat autokorelasi atau tidak pada tabel output Model
Summary.
Tabel. 3. Uji Autokorelasi
b
M o d e l Su m m ar y
Dur binWa ts on
1.60 3a
Mod el
1
a. Pr e dictor s: ( Co nsta nt) , SPT
b. Depe nd ent V ar ia ble: PPh
(sumber : Hasil olah SPSS)
Suatu model dapat dinyatakan tidak terjadi gejala autokorelasi, jika probabilitas nilai Durbin-Watson lebih dari
0,05. Pada tabel 3. Model Summary di atas probabilitas nilai Durbin-Watson adalah 1,603, angka tersebut 1,603
0,05. Maka dapat dipastikan bahwa model tersebut tidak mengalami gejala autokorelasi.
c. Uji Heteroskedistisitas
Penelitian ini untuk menguji heteroskedastitas akan digunakan uji Glesyer. Pada tabel dibawah ini
merupakan hasil output Coefficient untuk menguji heteroskedastisitas.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
120
Tabel 4. Uji Heteroskedastisitas
Coefficents
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
(Constant)
B
.268
SSP
.012
Standardized
Coefficients
Std. Error
.569
.087
Beta
t
.021
.470
Sig.
.640
.142
.888
a. Dependent Variable: AR
(sumber : Hasil olah SPSS)
Suatu model dapat dikatakan tidak mengalami gejala heteroskedastisitas jika nilai probabilitas atau
signifikasi 0,05. Tabel 4. di atas menunjukan bahwa probabilitas atau taraf signifikasi memiliki nilai sebesar
0,888. Dengan menggunkan uji Glesyer , maka variabel independen memiliki tingkat signifikasi diatas 0,05
terhadap absolut residualnya sehingga dapat disimpulkan bahwa varians data penelitian tidak terjadi efek
heteroskedistisitas.
2.
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
a.
Uji t
Hasil uji pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap jumlah penerimaan pajak PPh
pasal 25 dapat dilihat pada tabel 5. di bawah ini.
Tabel 5. Uji t
a
Coe fficien ts
Model
1
(Cons tant)
SSP
Unstandardiz ed
Coef f icients
B
Std. Error
18.453
.859
.070
.131
Standardized
Coef f icients
Beta
.079
t
21.485
.538
Sig.
.000
.593
a. Dependent Variable: PPh
(Sumber : Hasil olah SPSS)
Hipotesis yang telah dirumuskan :
H0 0,Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi tidak berpengaruh signifikanterhadap Penerimaan Pajak
Pasal 25 Orang Pribadi di KPP Pratama Bitung.
Ha
0, Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak
Pasal 25 Orang Pribadi di KPP Pratama Bitung.
Dengan ketentuan pada uji t sebagai berikut :
1.
Berdasarkan perbandingan
dengan
a.
Jika
maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b.
Jika
, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Hasil output tabel 5. Coefficients di atas, nilai
yaitu variabel tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dilihat dari surat setoran pajak (SSP) yang masuk tepat waktu adalah sebesar 0,538 dan
yang
menggunakan degree of freedom (df) jumlah data -2-1 atau 42-1-2=40 maka hasil yang diperoleh sebesar 1,683
(dilihat pada lampiran) sehingga
atau 0,538 1,683 , maka H0 diterima dan Ha ditolak.
2.
Berdasarkan tingkat signifikasi
a.
Jika signifikasi/probabilitas 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. .
b.
Jika signifikasi/probabilitas 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Berdasarkan tingkat signifikasi maka variabel tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dilihat dari surat
setoran pajak (SSP) yang masuk tepat waktu sebesar 0,593. Sehingga nilai signifikasi 0,593 0,05 maka H0
diterima, Ha ditolak artinya tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi tidak berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan PPh pasal 25 orang pribadi di KPP Pratama Bitung. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis yang
menduga bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak
PPh pasal 25 di KPP Pratama Bitung adalah tidak terbukti.
a.
Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi (Uji R dan )
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
121
Untuk melihat besarnya koefisien korelasi dan determinasi, yaitu dengan melihat tabel 6 hasil output Model
Summary seperti terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 6. Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi
M o d el Su m m ary
Model
1
R
.079 a
R Square
.006
A djusted
R Square
-.015
Std. Error of
the Estimate
.47488
a. Predictors: (Constant), SSP
Koefisien korelasi (R) yaitu sebuah nilai untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel respon atau
variabel dependen dengan variabel predictor atau variabel independent (penjelas), hubungan ini dinyatakan
dengan besaran nilai korelasi (R) yang nilainya berada dalam rentang -1 sampai dengan 1. Angka koefisien R
yaitu 0,079 maka hubungan cukup kuat dan arah hubungan tersebut berkebalikan. Koefisien determinasi (R
Square) yaitu nilai yang digunakan untuk melihat sejauh mana model yang terbentuk dapat menjelaskan kondisi
sebenarnya. Angka R square yaitu 0,006 merupakan angka pengkuadratan dari koefisien korelasi atau ( 0.079 x
0.079 = 0.006). R square biasa disebut dengan koefisien determinasi angka tersebut berarti 0.06% penerimaan
PPh pasal 25 WPOP pada KPP di Bitung dpat dijelaskan oleh variabel tingkat kepatuhan WPOP, sedangkan
sisanya (100%-0.06% = 99,94%) disebabkan oleh faktor atau variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian ini.
Pembahasan Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Pajak adalah salah satu elemen penting untuk menyokong atau bahkan menyukseskan pembangunan di
setiap kota atau provinsi, dikarenakan peranan penting dari penerimaan pajak untuk setiap sektor pembangunan,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pajak selanjutnya bisa didapatkan dari setiap individu atau badan
usaha yang ada/beroperasi di suatu kota atau provinsi, yang mana nominal dari setiap orang atau
perusahaan/lembaga tersebut bisa sangat bervariasi. Penerimaan pajak tersebut akan bermanfaat untuk setiap
rencana pembangunan yang ada di setiap kota atau provinsi, mulai dari pembangunan fisik fasilitas umum
sampai dengan peningkatan pendidikan di daerah tersebut.
Sehubungan dengan peranan penting dari pajak untuk pembangunan suatu daerah, ada satu konsep khusus
yang mesti diperhatikan oleh pemerintah provinsi atau pemerintah daerah di setiap kota atau provinsi di
Indonesia, yaitu Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Hal ini menjadi penting karena di setiap kota atau
provinsi pasti terdapat banyak orang dengan pekerjaan yang berbeda-beda dan akan menyetorkan nominal pajak
yang tidak sama setiap bulan atau tahun. Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi selanjutnya mempengaruhi oleh
Penerimaan pajak. Secara khusus, hubungan penting di antara Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dengan
penerimaan pajak dari masyarakat yang ada di Kota Bitung.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hubungan antara Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dengan
penerimaan pajak tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil analisis uji parsial Orang Pribadi terhadap
penerimaan pajak pada KPP di Bitung dengan tingkat probabilitas adalah 0,593 itu berarti H 0 diterima artinya
tingkat kepatuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak. Hal ini disebabkan karena masih
kurang adanya kesadaran masyarakat di kota tersebut terhadap pentingnya membayar pajak secara tepat waktu
dan jumlah surat setoran pajak (SSP) yang masuk tepat waktu terdapat laporan perhitungan pajaknya yang nihil.
Tapi kewajiban untuk membayar lunas perhitungan atas jumlah pajak yang terhutang tetap dibayar oleh WPOP.
Hasil dari koefisien determinasi disesuaikan (R Square) sebesar 0,06 %. Dari hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa penerimaan PPh pasal 25 orang pribadi di KPP Bitung mempengaruhi variabel tingkat
kepatuhan wajib pajak orang pribadi sebesar 0.006 sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor atau
variabel lain di luar penelitian ini.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang diukur dengan jumlah surat setoran pajak (SSP) yang masuk tepat
waktu tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak.
2. Tingkat Kepatuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak hal ini disebabkan karena masih
kurangnya kesadaran masyarakat dikota tersebut terhadap pentingnya membayar pajak secara tepat waktu
dan jumlah surat setoran pajak (SSP) yang masuk tepat waktu terdapat laporan perhitungan pajaknya yang
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
122
nihil tetapi kewajiban untuk membayar lunas perhitungan atas jumlah pajak yang terhutang tetap dibayar
oleh wajib pajak orang pribadi (WPOP).
3. Penerimaan PPh pasal 25 orang pribadi di KPP Bitung mempengaruhi variabel tingkat kepatuhan wajib
pajak orang pribadi sebesar 0.006 sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor atau variabel lain di luar
penelitian ini.
Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan peneltian ini yaitu peningkatan mutu pelayanan aparat
pajak pada KPP Pratama Bitung yang berarti bahwa aparat pajak harus memudahkan wajib pajaknya untuk
dapat memenuhi kewajibannya. Misalnya meningkatkan sosialisasi dalam pembayaran pajak dengan
menggunakan teknologi sehingga wajib pajak lebih memahami dan mudah untuk menggunakan teknologi dalam
membayar pajak. Dan terhadap wajib pajak terdaftar tetapi tidak dimasukkan kembali agar dikenai sanksi denda
administrasi dan aparat lebih tegas dalam memberikan sanksi.
DAFTAR PUSTAKA
Casavera. 2009. Perpajakan. Graha ilmu. Yogyakarta.
Lainutu, Amina. 2013. Pengaruh Jumlah Wajib Pajak PPh Pasal 21 Terhadap Penerimaan PPh Pasal 21 Pada
KPP Pratama Manado. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Lubis, Ardiansyah.,Gustian, Djuanda. 2010. Review Pajak Orang Pribadi dan Orang Asing. Salemba Empat .
Jakarta.
Pangemanan, Rima Naomi. 2013. Hubungan Jumlah dan Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dengan Penerimaan
PPh KPP Pratama Manado. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Pudyatmoko, Sri Y. 2009. Pengantar Hukum Pajak. Andi. Yogyakarta.
Rahman, Abdul. 2010. Panduan Pelaksanaan Administrasi Perpajakan Untuk Karyawan, Pelaku Bisnis Dan
Perusahaan. Nuansa. Bandung.
Sumarsan, Thomas. 2012. Perpajakan Indonesia : Pedoman Perpajakan Yang Lengkap Berdasarkan UndangUndang Terbaru. Edisi 2. Indeks. Jakarta.
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta.
Widyaningsih, Aristanti. 2011. Hukum Pajak Dan Perpajakan. Alfabeta. Bandung.
Trihendradi, C. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 17. Andi.
Yogyakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
123
PERENCANAAN PENJUALAN UNTUK MENCAPAI LABA MINIMUM
CV. JAWA INDAH DENGAN MENGGUNAKAN BREAK EVENT POINT
Oleh :
Ignatiar Keyko Diana Mewoh
David P.E Saerang
Victorina Tirajoh
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi
email : [email protected]
ABSTRAK
Kenaikan harga kedelai di tahun 2013 mengerdilkan industri tahu-tempe untuk berproduksi, akibatnya
muncul seruan untuk mogok produksi ini dikarenakan perusahaan mengalami kerugian akibat dampak kenaikan
harga kedelai. Hal ini tentu sangat disesalkan karena mengingat tahu dan tempe merupakan makan khas negara
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah penjualan yang harus
dipertahankan,penjualan yang minimal harus dicapai perusahaan serta memprediksi akibat dari perubahan
elemen penentu break event point. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode
studi kasus pada CV. Jawa Indah yang terletak di desa Tumpaan I, Kabupaten Minahasa Selatan dan variabel
yang diteliti tidak dikenai suatu tindakan manipulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penjualan yang harus
dipertahankan oleh perusahaan adalah produk tahu dengan penjualan minimal Rp. 608.766.084 di tahun 2013
selain itu perubahan elemen penentu break even berpengaruh terhadap perencanaan laba yaitu bila harga jual
naik mengakibatkan break even point naik dan laba turun.
Kata kunci : break event point, perencanaan laba
ABSTRACT
Rise in soybean prices in 2013 dwarfed the industry for producing tofu, tempeh, consequently emerged a
call for strike is due to production losses due to the impact of rising soybean prices. This is very regrettable
because remember eating tofu and tempeh are typical of Indonesia. The purpose of this study was to determine
the amount of sales that must be maintained, at least have achieved sales companies as well as predict the effect
of changes in critical elements of break-even point. This type of research is descriptive quantitative case study
using the CV. Java Indah village of Tumpaan I, South Minahasa regency and the variables studied are not
subject to an act of manipulation. The results showed that the sales should be maintained by the company is
selling the product out with a minimum of Rp. 608.766.084 in the year 2013 than it changes the defining
element of planning the break-even effect on the profit when selling price rise resulted in the break-even point
and profit climbed down.
Keywords : break event point, profit planning
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
124
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan atau laba yang dapat di pergunakan
untuk kelangsungan hidup. Mendapatkan keuntungan atau laba dan besar kecilnya laba sering menjadi ukuran
kesuksesan suatu manajemen. Hal tersebut didukung oleh kemampuan manajemen di dalam melihat
kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang.
Manajemen dituntut untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian
tujuan perusahaan serta mempercepat perkembangan perusahaan. Manajemen memerlukan suatu perencanaan
untuk perusahaan dalam mencapai tujuannya tersebut. Ukuran yang sering dipakai untuk menilai sukses
tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah dari laba yang diperoleh perusahaan.
Analisis break even menyajikan informasi hubungan biaya, volume dan laba kepada manajemen.
Sehingga memudahkan dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi pencapaian laba perusahaan dimasa
yang akan datang. CV. Jawa Indah adalah perusahaan yang melakukan berbagai upaya ke arah peningkatan
volume penjualan dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian tahun 2013.
2. Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dicapai pada jumlah laba yang direncanakan CV.Jawa
Indah pada tahun 2013
3. Mengetahui akibat dari perubahan elemen penentu break even point terhadap perencanaan laba pada
CV.Jawa Indah tahun 2013
TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Manajeman
Akuntansi Manajemen atau Akuntansi Manajerial adalah sistem akuntansi yang berkaitan dengan
ketentuan dan penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu organisasi dan
untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan bisnis yang akan memungkinkan
manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan fungsi kontrol.
Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat bagi manajemen untuk
memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk
laporan biaya.
Perencanaan Laba
Perencanaan laba dapat didefinisikan sebagai himpunan langkah-langkah yang diambil oleh perusahaan
untuk mencapai tingkat keuntungan yang diinginkan.
Definisi dan Pengertian Break Event Point
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung
maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). Berikut adalah pengertian - pengertian Break Even Point
menurut para ahli.
1. Munawir (2002), menyatakan titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu
keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total
penghasilan = Total biaya).
2. Harahap (2004) Menyatakan Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami
laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat
ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan
sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. ( Zone,2009)
Manfaat dan Kegunaan Break Event Point
Analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat
produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
125
break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba,
sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.
Harahap (2004) menyatakan dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break even
point untuk mengetahui :
1. Hubungan antara penjualan biaya dan laba.
2. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.
3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan rugi.
4. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.
Jenis Biaya Berdasarkan Break Even Point (Titik Impas)
Hongren, et al (2008) menyatakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan,
dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan
melainkan dihubungkan dengan waktu (function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode
tertentu.
3. Semi Variabel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadangkadang disebut dengan semi fixed cost.
Dasar Asumsi Analisis Break Event Point
Analisis break even mempunyai beberapa asumsi yang tercermin dalam anggaran perusahaan masa yang
akan datang. Dasar asumsi yang mendasari analisis break even menurut Halim dan Supomo (2005:58) sebagai
berikut.
a. Harga jual per unit tidak berubah-ubah pada berbagai volume penjualan.
b. Perusahaan berproduksi pada jarak kapasitas yang secara relatif konstan.
c. Biaya dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap jumlahnya tidak berubah dalam
jarak kapasitas tertentu, sedangkan biaya variabel berubah secara proporsional dengan perubahan volume
kegiatan perusahaan.
d. Jumlah perubahan persedaiaan awal dan persediaan akhir tidak berarti.
e. Jika perusahaan menjual lebih dari satu macam produk, komposisi produk yang dijual dianggap tidak
berubah.
Perhitungan Break Event Point (BEP)
Break even point (BEP) dapat dihitung menggunakan metode persamaan dan metode marjin kontribusi.
Kedua metode tersebut memberikan hasil yang sama .
a.
Pendekatan Persamaan
Laba = Penjualan − (Biaya Variabel + Biaya Tetap)
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
(Garrison, 2006 : 334)
b.
Pendekatan Margin Kontribusi.
Total Biaya Tetap
Impas Rupiah =
1−
Total BV
Total harga jual
Total Biaya Tetap
Impas Rupiah =
Rasio Margin Kontribusi
Total Biaya Tetap
Impas Unit =
Harga Jual per Unit − Biaya Variabel per Unit
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
126
Penggolongan Biaya Atas Dasar Tingkah Laku
1.
Biaya Tetap
Carter dan Usry (2006:58) “Biaya tetap adalah sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis
meningkat atau menurun”. Jika dalam semua aktivitas bisnis menurun sampai ke titik nol, perusahaan akan
melikuidasi dan menghindari semua biaya
2.
Biaya Variabel
Carter dan Usry (2006:59) “Biaya variabel adalah sebagai biaya yang secara total meningkat secara proporsional
terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proposional terhadap penurunan dalam aktivitas”.
3.
Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya.
(Mulyadi,2012:469).Unsur biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk penyediaan jasa, sedangkan
unsur biaya variable merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume
kegiatan.
Analisis Biaya, Volume dan Laba
Analisis hubungan biaya, volume dan laba terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi laba dapat dibuat
dengan menggunakan persamaan biaya, volume dan laba sebagai berikut.
Total Penghasilan = Total Biaya Tetap + Total Biaya Variabel + Laba
Px = a + bx + c
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti/
Tahun
Eri / 2007
Khasanah/
2007
Judul
Tujuan
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
“Analisis
Cost,Volume,Pr
ofit sebagai Alat
Bantu
Perencanaan
Laba Pada
Perusahaan
Tempe Murni
Pedro
di
Yogyakarta”
“Untuk
mengetahui
pengaruh
perubahan
setiap elemen
penentu break
event point”
Deskriptif
kualitatif
Memiliki tujuan
yang sama salah
satunya
yaitu
untuk
mengetahui
pengaruh
perubahan
elemen
break
even
terhadap
perencanaan laba
perusahaan.
Metode sebelumnya
menggunakan metode
deskriptif
kualitatif
sedangkan
pada
penelitian
ini
menggunakan metode
deskriptif kuantitatif
“ Analisis Break
Even
untuk
Merencanakan
Laba pada PT.
Tambi
Wonosobo”
Membanding
kan perolehan
laba,bila
elemen BEP
berubah
Deskriptif
kuantitatif
Perubahan
laba
dihitung
menggunakan
analisis
tingkat
operating laverage
yaitu saat volume
penjualan
bertambah
5%
maka laba akan
meningkat sebesar
5,70%
yaitu sebesar Rp
9.476.136,00
sehingga
laba
menjadi Rp
175.724.136
Perubahan elemen
penentu
break
even berpengaruh
terhadap
perencanaan
Laba.
Analisis
data
menggunakan
rumus
break
even dan margin
of safety.
Penelitian sebelumnya
menggunakan
data
sekunder,
untuk
penelitian kali ini
adalah data primer
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus pada perusahaan. Metode pada penelitian ini
menggunakan pendekatan expost facto karena variabel yang diteliti tidak dikenai suatu tindakan, perlakuan atau
manipulasi, melainkan hanya meneliti dan mengungkapkan faktor-faktor yang diteliti berdasarkan keadaan yang
sudah ada (Kuncoro,2009:89).
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di CV Jawa Indah yang berlokasi di Desa Tumpaan Satu Kecamatan
Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan; Sulawesi Utara. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja karena
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
127
CV Jawa Indah bergerak di bidang manufaktur yaitu memproduksi dan memasarkan tahu sehingga cocok
sebagai tempat penelitian mengenai harga pokok produksi serta adanya kesediaan dari pemilik untuk
memberikan data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada Mei 2013-Juni
2013.
Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian kami kali ini yaitu.
1. Studi pendahuluan
2. Menentukan Permasalahan
3. Penelitian; Observasi,Wawancara dan Dokumentasi
4. Analisa data
5. Hasil dan Kesimpulan
Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka metode penelitian yang digunakan
sebagai berikut.
Jenis Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah.
1. Data Kualitatif terdiri dari.
1) Sejarah Perusahaan
2) Kegiatan Perusahaan
3) Tugas masing-masing bagian dalam perusahaan.
2. Data Kuantitatif yaitu laporan penjualan
Sumber Data
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah. Data Primer Data yang di peroleh langsung dari
perusahaan CV. Jawa Indah yaitu.
1) Sejarah Perusahaan
2) Kegiatan Usaha Perusahaan
3) Tugas masing-masing bagian dalam perusahaan
4) Laporan penjualan
Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu :
1. Wawancara : Peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan pihak yang terkait yaitu dengan
pemilik dan karyawan CV Jawa Indah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai perencanaan
laba pada CV Jawa Indah
2. Pengamatan (Observasi) secara langsung terhadap aktivitas produksi tahu. Penulis mengamati bagaimana
proses produksi CV Jawa Indah dan mengidentifikasi biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi.
3. Dokumentasi; Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan
pencatatan, pengumpulan bahan-bahan tertulis, yang mempunyai keterkaitan dengan permasalahan yang
tengah peneliti amati.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu.
1. Untuk menentukan besarnya tingkat penjualan dalam keadaan break even dengan rumus:
Total Biaya Tetap
Impas rupiah =
1
−
Total BV
Total harga jual
Atau
Total Biaya Tetap
Impas unit =
Harga Jual per Unit − Biaya Variabel per Unit
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
128
2.
Analisis Margin Pengaman (Margin of Safety)
MS =
SB
%MS =
SB
3.
Untuk membuat keputusan yang berhubungan dengan perubahan harga jual, biaya dan volume terhadap
laba perusahaan Contribution Margin = Penjualan − Biaya Variabel. Untuk mengetahui contribution margin
sebagai akibat perubahan setiap rupiah penjualan
CM
Rasio CM =
Penjualan
4.
Untuk menentukan penjualan minimal pada laba yang telah ditetapkan
Biaya tetap + Laba yang direncanakan
Penjualan Minimal
=
Rasio Contribution Margin
5.
Untuk memisahkan biaya tetap dan variable, pada biaya semi variable menggunakan metode kuadrat
terkecil
y=
a + bx
b=
2
2
nΣ× − (Σx)
a=
Σy − bΣx
n
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek penelitian kali ini adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang usaha tahu dan tempe
milik Bapak Iman, yang berlokasi di desa Tumpaan Satu, Kec. Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi
Utara.
Hasil Penelitian
Laba yang diinginkan dapat diperoleh jika manajer perusahaan dapat membuat perencanaan secara
terpadu atas semua aktivitas yang sedang maupun akan dilakukan dalam upaya mencapai laba yang diharapkan.
Dalam perencanaan maupun realisasinya manajer dapat memperbesar laba.
Laba merupakan tujuan utama dari perusahaan karena laba merupakan selisih antara pendapatan yang
diterima (dari hasil penjualan) dengan biaya yang dikeluarkan, maka perencanaan laba dipengaruhi oleh
perencanaan penjualan dan perencanaan biaya.
CV. Jawa Indah tidak mengklafikasikan biaya tetap dan biaya variabel. Oleh karena itu, penulis terlebih
dahulu mengklafikasikan biaya tetap dan biaya variabelnya. Berikut ini adalah tabel klafikasi biaya tetap dan
biaya variabel.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
129
Tabel 2. Klasifikasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel
a.
1.
2.
3.
a)
b)
c)
d)
e)
b.
1.
a)
b)
2.
a)
Jenis Biaya
Biaya Produksi
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya overhead pabrik
Bahan Penolong
Biaya Listrik
Biaya reparasi & pemeliharaan
BBM genset
Depresiasi
Biaya Non Produksi
Biaya administrasi & umum
Biaya Gaji
Biaya Telepon
Biaya Pemasaran
Biaya Pengiriman
Sifat Biaya
Biaya Variabel
Biaya Variabel
Biaya Variabel
Semi Variabel
Semi Variabel
Biaya Variabel
Biaya Tetap
Biaya Tetap
Biaya Tetap
Semi Variabel
Pembahasan
Rencana laporan laba dapat dihitung dengan menggunakan metode kontrubusi margin setelah data
anggaran penjualan diketahui.
Ratio Contribution Margin (RCM)
Rasio Contribution Margin (RCM) sangat penting dalam menentukan kebijakan bisnis, karena RCM
dapat menunjukan bagaimana contrubution margin akan dipengaruhi oleh total penjualan. Untuk mengetahui
RCM pada tahun 2011, maka dapat dihitung seperti berikut.
CM
RCM =
Penjualan
Rp. 592.270.902
RCM Total =
x 100% = 50%
Rp. 1.187.798.500
Tahun 2011 CV. Jawa Indah memiliki Ratio contribution margin sebesar 50%, ini berarti CV. Jawa Indah
merencanakan peingkatan penjualan pada tahun 2011 sebesar Rp. 1.187.798.500, selain itu manajemen dapat
menentukan contribution margin sebesar Rp. 592.270.902 dengan perolehan laba sebesar Rp. 342.225.123.
Ratio Contribution Margin (RCM) untuk tahun 2012 dapat dihitung sebagai berikut.
CM
RCM =
Penjualan
Rp. 1.462.882.793
RCM Total =
x 100% = 67%
Rp. 2.180.396.500
Tahun 2012 CV. Jawa Indah memperoleh Ratio Contribution Margin (RCM) 67% dengan rencana
peningkatan penjualan sebesar Rp. 2.180.396.500 dengan contribution margin yang direncanakan manajemen
adalah sebesar Rp. 1.462.882.793 dengan laba Rp. 1.109.821.293.
Ratio Contribution Margin (RCM) untuk tahun 2013 dapat dihitung sebagai berikut.
CM
RCM =
Penjualan
Rp. 1.055.368.460
RCM Total
=
x 100% = 57%
Rp. 1.859.287.500
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
130
Tahun 2013 Ratio Contribution Margin (RCM) yang diperoleh adalah sebesar 57% dengan total perencanaan
penjualan sebesar Rp. 1.859.287.500 dengan demikian manajemen dapat menentukan contribution margin
sebesar Rp. 1.055.368.460 dan perolehan laba Rp. 861.514.030.
Break Event Point (BEP)
a. Break Event Point (BEP) total tahun 2011 adalah.
Biaya Tetap
BEP =
RCM
Rp. 250.045.734
BEP Total=
= Rp. 500.091.468
50%
b. Break Event Point (BEP) total tahun 2012 adalah sebagai berikut.
Biaya Tetap
BEP =
RCM
Rp. 353.061.500
BEP Total=
= Rp. 526.957.462
67%
c.
Break Event Point (BEP) total tahun 2013 adalah sebagai berikut.
Biaya Tetap
BEP =
RCM
Rp. 193.854.430
BEP Total
=
= Rp. 340.095.491
57%
Break Event Point (BEP) menunjukan penjualan perusahaan yang tidak mengalami laba atau rugi. Pada
tahun 2011 BEP yang diperoleh CV. Jawa Indah adalah sebesar Rp. 500.091.468. Sedangkan perhitungan BEP
masing-masing produk yaitu untuk tahu sebesar Rp. 296.350.498 sedangkan tempe BEP nya yaitu sebesar Rp.
219.552.353. Analisis tersebut menunjukan bahwa lebih baik CV. Jawa Indah memperbanyak produksi tempe,
karena BEP tempe lebih sedikit dibandingkan dengan tahu.
Tahun 2012 BEP total yang diperoleh perusahaan adalah Rp. 526.957.462. Sedangkan untuk masingmasing produk, BEP yang dihitung yaitu untuk tahu BEP sebesar Rp. 308.228.293 dan untuk tempe BEP
sebesar Rp. 226.968.107. Analisis ini menunjukan bahwa lebih baik CV. Jawa Indah lebih banyak meproduksi
tempe karena BEP dari tempe lebih sedikit dibandingkan dengan tahu.
BEP yang diperoleh CV. Jawa Indah pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 340.095.491 dan untuk masingmasing produk BEP yang diperoleh yaitu untuk tahu sebesar Rp. 155.670.981 dan untuk tempe sebesar Rp.
207.071.777. Berdasarkan analisi BEP dari masing-masing produk, lebih baik CV. Jawa Indah memproduksi
lebih banyak tahu karena BEP tahu lebih sedikit dibandingkan BEP dari produk tempe.
Penentuan Penjualan Minimal
Menentukan target keuntungan atau profit margin adalah salah satu perencanaan yang harus dilakukan
suatu perusahaan. Hal yang sama juga harus dilakukan CV. Jawa Indah yaitu merencanakan keuntungan yang
harus dicapai dimasa depan. CV. Jawa Indah dalam usahanya ini,menargetkan profit margin sebesar 25%.
Dengan target keuntungan 25% di tahun 2011 dapat kita hitung seperti berikut.
Biaya Tetap + Laba yang direncankan
Penjualan Minimal
=
Rasio Contribution Margin (awal)
Penjualan Minimal
= X
250.045.734 + 25%
X
=
50%
50% x
= Rp. 250.045.734 + 25%
50%-25% x = Rp. 250.045.734
25% x
= Rp. 250.045.734
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
131
X
= Rp. 1.000.182.936
Keuntungan 25% ditahun 2011 dapat diperoleh dari penjualan, oleh karena itu perusahaan harus dapat
menjual dan memproduksi produk sebesar Rp. 1.000.182.936.
Tahun 2012 perusahaan menetapkan target keuntungan sebesar 20%, target keuntungan 20% dapat
dihitung seperti berikut ini.
Biaya Tetap + Laba yang direncankan
Penjualan Minimal
=
Rasio Contribution Margin (awal)
Penjualan Minimal
= X
Rp. 353.061.500 + 20%
X
=
67%
67% x
= Rp. 353.061.500 + 20%
67%-20% x = Rp. 353.061.500
47% x
= Rp. 353.061.500
X
= Rp. 751.194.680
Keuntungan 20% dapat diperoleh ditahun 2012 dari penjualan, oleh karena itu perusahaan harus dapat
menjual dan memproduksi produk sebesar Rp. 751.194.680.
Tahun 2013 perusahaan menetapkan target keuntungan sebesar 15% karena mengingat tahun 2013 harga
bahan baku tiba-tiba melonjak sangat drastis. Target keuntungan 15% dapat dihitung seperti berikut ini.
Biaya Tetap + Laba yang direncankan
Penjualan Minimal
=
Rasio Contribution Margin (awal)
Penjualan Minimal
= X
Rp. 193.854.430 + 15%
X
=
57%
57% x
= Rp. 193.854.430 + 15%
57%-15% x = Rp. 193.854.430
42% x
= Rp. 193.854.430
X
= Rp. 461.558.166
Keuntungan 15% dapat diperoleh ditahun 2013 dari penjualan, oleh karena itu perusahaan harus dapat
menjual dan memproduksi produk sebesar Rp. 461.558.166.
Proyeksi BEP Untuk tahun 2014
Gambar 1
Sales Cost
6
PROFIT
5
(BEP)
4
Total Cost
3
2
LOSS
Total
Sales/Revenue
Fixed Cost
1
Output Sales
0
500,000
1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.500.000
Skala 1:100.000.000
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
132
Dari hasil grafik di atas, CV. Jawa Indah akan memperoleh profit yang diinginkan apabila perusahaan
mampu menjual produk lebih dari 2.000.000 potong atau dengan perolehan laba minimal Rp. 300.000.000
selama tahun 2014 mendatang.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa penjualan produk yang harus dipertahankan oleh CV. Jawa
Indah adalah produk tahu. Hal ini dikarenakan produk tahu merupakan produk yang paling banyak memberikan
kontribusi dan perolehan laba yang besar pada perusahaan. Apabila perusahaan ingin memperoleh laba yang
sesuai dengan target, perusahaan harus memperoleh laba penjualan minimal Rp. 1.000.182.936 pada tahun
2011, Rp. 751.194.680 pada tahun 2012 dan Rp.461.558.166 pada tahun 2013. Apabila komposisi penjualan
produk berubah dari semula, maka komposisi contribution margin pun ikut berubah. Hal ini akan menyebabkan
BEP berubah total dan berdampak besar pada profit perusahaan
Saran
Saran penelitian ini adalah :
1. Apabila ingin merencanakan laba dengan menggunakan analisis break event point sebaiknya perusahaan
memisahkan biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel. Dan khusus untuk biaya semi variabel
perusahaan harus mengubahnya menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
2. Melihat perkembangan yang terjadi pada CV. Jawa Indah dalam melakukan produksi tahu serta dukungan
fasilitas yang ada, sebaiknya CV. Jawa Indah lebih meningkatkan produksinya dan melakukan gebrakan
baru, misalnya melakukan inovasi pada produk tahu dengan menambah satu jenis produk tahu yakni tahu
kuning mengingat produk tahu lah yang banyak diminati konsumen dan mengurangi produksi tempe.
3. Kemampuan yang dimiliki perusahaan dalam memproduksi produk cukup tinggi, hal ini menjadi nilai plus
perusahaan dan memungkinkan perusahaan untuk menaikan jumlah produksi dan memperluas distribusi
produk,mengingat lokasi tempat perusahaan berdiri merupakan lokasi yang memiliki jumlah penduduk yang
cukup besar apalagi sejauh ini perusahaan belum terlalu banyak pesaingnya
DAFTAR PUSTAKA
Carter, William. K., Usry, Milton F. 2006. Akuntansi Biaya. Edisi Ketigabelas. Buku Satu. Salemba Empat.
Jakarta.
Eri, Oktavianti W. 2007. Analisis Cost, Volume, Profit sebagai Alat Perencanaan Laba pada Perusahaan Tempe
Murni Pedro di Yogyakarta. Skripsi. Universitas Yogyakarta. Yogyakarta
Garrison, Ray. H., Noreen, Eric W. 2006. Akuntansi Manajerial. Edisi Kesebelas. Buku Satu. Salemba Empat.
Jakarta.
Halim, Abdul., Supomo, Bambang. 2005. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.
Harahap., Sofyan, Syafri. 2004. Analisis Krisis atas Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta
Horngren., Datar., Foster. 2008. Akuntansi Biaya : Penekanan Manajerial. Edisi Kesebelas. Buku Satu. Indeks.
Jakarta.
Khasanah, Tati Uswatun. 2007. Analisis Break Event Point. Skripsi. Universitas Yogyakarta. Yogyakarta
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Erlangga. Jakarta.
Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi kelima. Cetakan Kesebelas. Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Jogjakarta.
Zone,Franky.2009. Analisis Break Event Point. Blogspot. Jakarta
http://frenkymay.blogspot.com/2011/06/analisis-break-even-point.html . Juni 2011
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
133
PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN
ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJER PERHOTELAN
Oleh:
Merry Christy Pasla
Ventje Ilat
Sherly Pinatik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
email: [email protected]
ABSTRAK
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu perusahaan tergantung pada sistem informasi yang
digunakan. Salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen adalah informasi akuntansi manajemen.
Dengan menggunakan informasi akuntansi manajemen dalam pengambilan keputusan secara efektif,
mengurangi ketidakpastian dan mengurangi resiko dalam memilih alternatif.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya pengaruh informasi akuntansi manajemen dan partisipasi penyusunan anggaran terhadap
kinerja manajer perhotelan di Manado.Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Jenis
data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu data yang dikuantifikasikan dengan menggunakan skala likert
yang diperoleh dari respon tertulis dari manajer hotel yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran.Peneliti
juga menggunakan studi penelitian lapangan dengan melakukan peninjauan langsung pada objek
penelitian.Hasil penelitian variabel informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajer
perhotelan dan mempunyai hubungan yang positif. Hal ini berarti apabila informasi akuntansi manajemen
meningkat maka kinerja manajer perhotelan akan meningkat, dengan asumsi citeris paribus. menunjukkan
bahwa besarnya kontribusi atau sumbangan dari informasi akuntansi manajemen dan partisipasi penyusunan
anggaran terhadap variasi naik turunnya kinerja manajer pada perhotelan di Manado.
Kata kunci : informasi akuntansi manajemen, partisipasi penyusunan anggaran, kinerja manajer
ABSTRACT
Survival and growth of a company depends on information systems used. One of information required by
management is management accounting information. By using management accounting information for decision
making, effectively decrease uncertaintly and reduce risk in choosing alternative. This research purpose to know
how influential management accounting information and budget participation for hospitality manager
performance especially in Manado. The type of data, that is data in quantitative by using likert scale obtained
from hotel manager written response whom participating in budgeting. Research study with direct observation
to the object. The results show management accounting information variables are influential to the hospitality
manager performance and both of them have a positive relationship. This means that if that management
accounting information are increases, then hospitality manager performance are also increases. Based on cateris
paribus assumption, show that the impact of contribution or subscription from management accouting
information and budget participation the fluctuations of manager performance in Manado.
Keywords :management accounting information, budget participation for hospitality, manager performance
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
134
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini, kemajuan zaman dan pertumbuhan perekonomian yang cukup tinggi mengakibatkan
peningkatan taraf hidup rakyat dan juga persaingan dalam bisnis jasa. Banyak perubahan terjadi dalam
lingkungan bisnis seperti perubahan teknologi produksi, teknologi informasi, dan struktur organisasi. Dari sisi
perusahaan sendiri, dengan adanya tuntutan tersebut mengharuskan perusahaan untuk berorientasi pada fungsi
pelayanan yang semakin efektif, efisien, representatif dan respontif. Oleh karena itu, manajemen perusahaan
perlu menetapkan berbagai langkah dan kebijakan dengan lebih seksama agar setiap target yang telah ditetapkan
dapat dicapai dengan baik.
Perusahaan merupakan suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan
jasa bagi masyarakat dengan motif keuntungan. Dengan kata lain, tujuan utama perusahaan bisnis diarahakan
untuk mencapai keuntungan. Dalam kehidupan organisasi terdapat pemimpin yang menggerakkan dan mengatur
bawahannya serta sumber-sumber ke arah pencapaian tujuan, pemimpin harus mampu memainkan peranan yang
sangat penting serta menentukan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi. Pada umumnya keberhasilan atau
tidak suatu perusahaan tergantung pada faktor-faktor kepemimpinan.
Kompleksitas bidang usaha modern telah memperluas tanggung jawab pimpinan/manajemen. Manajemen
pada dasarnya merupakan proses pemanfaatan sumber daya-sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
tertentu dengan mengaplikasikan fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian. Para manajer harus dapat melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian dengan baik sehingga sasaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Informasi yang berupa
laporan kegiatan/operasional yang sesungguhnya sangat diperlukan untuk dijadikan alat evaluasi atas hasil
kegiatannya, baik untuk tiap-tiap unit maupun kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Dalam dunia bisnis, informasi merupakan alat yang penting bagi manajemen untuk membantu
menggerakkan dan mengembangkan kegiatan perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu
perusahaan tergantung pada sistem informasi yang digunakan. Salah satu informasi yang diperlukan oleh
manajemen adalah informasi akuntansi manajemen.(Mulyadi, 2002:16). Dengan menggunakan informasi
akuntansi manajemen dalam pengambilan keputusan secara efektif, mengurangi ketidakpastian dan mengurangi
risiko dalam memilih alternative. Dengan menggunakan informasi akuntansi manajemen ini, biasa di lakukan
pengendalian manajemen. Hal ini di sebabkan informasi akuntansi manajemen menekankan hubungan antara
informasi keuangan dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanannya.
Informasi akuntansi manajemen sangat diperlukan oleh manajemen untuk menilai kinerja bawahannya.
Untuk menilai kinerja manajer diperlakukan sistem evaluasi kinerja manajer. Penyediaan anggaran bagi manajer
berarti mereka harus bekerja untuk mencapai sasaran anggarannya, karena disinilah kinerja diuji. Seorang
manajer yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan lebih termotivasi untuk mencapai sasaran
anggaran sehingga kinerjanya akan lebih baik bila di bandingkan dengan manajer yang tidak berpartisipasi
dalam penganggaran.
Dalam penilaian kinerja, manajer puncak memerlukan suatu alat yang disebut: Sistem Evaluasi Kinerja
Manajemen (Managerial Performance Evaluation System). System penilaian kinerja manajer yang tepat,
tergantung kepada tujuan penilaian itu sendiri. Di dalam dalam merancang system penilaian kinerja ini, manajer
puncak biasanya mempunyai beberapa alternative.
Berkaitan dengan masalah perencanaan ini, sangat terkait dengan masalah anggaran perusahaan, karena
dari anggaran inilah dapat dilihat apa yang ingin di capai oleh perusahaan di masa depan. Dengan tersedianya
anggaran bagi seorang manajer, berarti seorang manajer siap bekerja untuk mencapai sasaran anggaran. Manajer
bekerja dengan cara mengefektifkan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya. Dalam perencanaan dan
pengendalian kegiatan usaha, pimpinan perusahaan tidak lagi hanya mengandalkan pada kemampuan diri
sendiri namun memerlukan partisipasi para manajer untuk menyusun rencana dan mengawasi kegiatan secara
formal. Hotel dapat dikatakan salah satu sarana pendukung dalam program pemerintah yang memusatkan
perhatian pada perkembangan dunia pariwisata dan akan mendatangkan pendapatan bagi kota Manado tentunya
dan juga bagi hotel-hotel tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh informasi akuntansi manajemen dan
partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajer perhotelan di Manado.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
135
TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi manajemen
Kusnadi (2002:8), menyatakan bahwa Akuntansi manajemen adalah suatu seni atau ketrampilan
mengolah berbagai kejadian atau transaksi keuangan yang dapat diukur dengan uang menjadi berbagai laporan
yang dibutuhkan oleh pihak manajemen yang akan digunakan untuk merencanakan, mengorganisir,
melaksanakan dan mengawasi berbagai aktivitas yang ada dalam organisasi bisnis dengan tujuan menghasilkan
laba serta membantu manajemen dalam mengambil berbagai keputusan bisnis. Hansen dan Mowen (2004:5),
menjelaskan tidak dapat di pungkiri begitu pentingnya informasi bagi manajemen yang pada tugasnya selalu di
perhadapkan pada masalah entitas ekonomi perusahaan. Informasi merupakan alat yang di gunakan manajemen
sebagai input perencanaan, pengendalian, serta proses pengambilan keputusan agar sumber-sumber ekonomi
atau kegiatan perusahaan yang di kuasai dapat di alokasikan dan di transformasikan secara efektif. Hansen dan
Mowen (2004:7), menjelaskan proses manajemen (management process) didefinisikan sebagai aktifitas-aktifitas
: perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Kamaruddin (2005:2) mengungkapkan akuntansi
manajemen merupakan penerapan teknik-teknik dan konsep yang tepat dalam pengolahan data ekonomi
historical dan dapat diproyeksikan dari suatusatuan usaha untuk membantu manajemen dalam penyusunan
rencana untuk tujuan-tujuan ekonomi yang rasional dan dalam membuat keputusan-keputusan rasional dengan
suatu pandangan kearah pencapaian tujuan tersebut. Sunarto (2003:8-9),menyatakan apabila seorang manajer
tidak menguasai akuntansi bahasa bisnis, maka manajer tersebut tidak dapat berpikir secara bisnis. Seorang
manajer puncak yang tidak tahu tentang peranakuntansi ini akan dapat mempengaruhi keadaan perusahaan.
Untuk itu diperlukan suatu tolok ukur kinerja yang menggunakan informasi akuntansi sehingga tujuan strategis
perusahaan dapat tercapai.
Informasi
Mulyadi (2002 : 9),menerapkan bahwa “informasi merupakan fakta, data, pengamatan, persepsi atau
sesuatu yang lain yang menambah pengetahuan”. Informasi diperlukan oleh manusia untuk mengurangi
ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Pengertian informasi menurut Burch dan Berunnitski yang di
kutip oleh Mulyadi (2002 : 23), menjelaskan bahwa data yang telah ditetapkan dalam konteks yang lebih berarti
dan berguna dikomunikasikan kepada penerima untuk digunakan dalam pembuatan keputusan. Informasi yang
digunakan dalam pengambilan keputusan harus relefan dan berhubungan dengan maksud dan tujuan yang akan
dicapai. Informasi merupakan hasil akhir suatu keluaran suatu sistem informasi dan setiap organisasi/perusahaan
bisnis memerlukan sistem informasi dalam pengambilan keputusan (perencanaan) manajemen. Sistem informasi
akuntansi sebagai salah satu subsistem perusahaan harus dapa berintegrasi dengan subsistem lainnya, sehingga
sasaran dari sistem informasi akuntansi tercapai dan tujuan dari perusahaan yang tercapai.
Sistem informasi
Romney dan Steinbard (2004:2) mengemukakan definisi sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih
komponen-komponen yang saling berhubungan yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Bodnar dan
Hopwood (2003:2) menjelaskan sistem informasi adalah mengarah pada pengguna teknologi komputer di dalam
organisasi, untuk menyajikan informasi kepada pemakai.Sistem informasi menurut Mukhtar (2002:3) dapat
diartikan sebagai suatu pengoperasian peralatan untuk mengumpulkan, menginput, memproses, menyimpan,
mengatur, mengontrol, dan melaporkan informasi untuk mencapai tujuan perusahaan.Sistem Informasi
Akuntansi menurut Bodnar dan. Hopwood (2003:27) adalah sistem informasi akuntansi sebagai sistem berbasis
komputer yang dirancang untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi. Namun demikian kita
menggunakan istilah sistem informasi akuntansi secara lebih luas yaitu mencakup input pemrosesan transaksi,
menggunakan teknologi informasi dan pengembangan sistem informasi.
Mukhtar (2002:3),menjelaskan untuk mengubah data menjadi informasi diperlukan tahap-tahap dimana
tahapan ini harus dilalui oleh setiap data yang masuk. Tahap-tahap tersebut adalah input data, proses data,
penyimpanan data dan output informasi.Mukhtar (2002:4), mengemukakan agar suatu informasi bisa berguna
haruslah memiliki karakteristik berikut ini :
1. Reliable (dapat dipercaya). Informasi ini haruslah bebas dari kesalahan dan haruslah akurat dalam
mempresentasikan suatu kejadian atau kegiatan dari suatu organisasi.
2. Relevan (cocok atau sesuai). Informasi yang relevan harus memberikan arti kepada pembuat keputusan.
Informasi ini bisa mengurangi ketidakpastian dan bisa meningkatkan nilai dari suatu keputusan.
3. Timely (tepat waktu). Informasi yang disajikan tepat waktu pada suatu saat dibutuhkan dan bisa
mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
136
4. Complete (lengkap). Informasi yang disajikan termasuk di dalamnya sama data yang relevan dan tidak
mengabaikan kepentingan yang diharapkan oleh pembuat keputusan.
5. Understandable (dimengerti). Informasi yang disajikan hendaknya dalam bentuk yang mudah dimengerti
oleh pembuat keputusan.
Kinerja
Mulyadi (2002:16), mendefinisikan kinerja manajemen adalah suatu proses kombinasi yang terus
menerus di lakukan dalam kerangka kerja sama antara seorang karyawan dan aturan langsung yang melibatkan
penerapan pengharapan dan pengertian tentang fungsi kerja karyawan. Penilaian kinerja adalah penilaian secara
periodic efektifitas organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standard dan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada dasarnya organisasi di jalankan oleh manusia, oleh karena itu maka
penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang
mereka jalani dalam organisasi. Beberapa alasan mengapa perlu mengevaluasi kinerja. Yaitu, penilaian
memberikan informasi tentang dapat di lakukannya promosi dan penetapan gaji, penilaian memberikan satu
peluang bagi manajer dan karyawan untuk meninjau perilaku yang berhubungan dengan kerjabawahannya,
memungkinkan atasan dengan bawahan bersama-sama mengembangkan suatu rencana untuk memperbaiki
kemerosotan apa saja yang mungkin sudah digali oleh penilaian dan mendorong hal-hal baik yang sudah
dilakukan bawahannya. Sadeli (2004 : 65), menjelaskan faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain faktor
kemampuan dan faktor motivasi. Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ)
dan kemampuan realita (pendidikan). Karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahlihannya.
Kerangka Konseptual
Informasi akuntansi manajemen dan partisipasi dalam penganggaran saling berhubungan dengan kinerja
manajer. Salah satu tujuan informasi akuntansi manajemen adalah untuk pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan yang telah ditetapkan ini dituangkan dalam bentuk anggaran, karena anggaran disusun dengan
partisipasi manajer, sudah tentu datanya dari informasi akuntansi manajer. Dengan adanya partisipasi manajer
dalam penganggaran serta di dukung oleh informasi akuntansi manajemen yang baik, maka dapat diyakini
bahwa akan terjadi efektivitas dalam penganggaran tersebut. Terjadinya efektivitas anggaran diharapkanakan
mampu meningkatkan kinerja manajer tersebut. Hal ini bisa dilihat dalam kerangka konseptual pada gambar1
berikut ini
Gambar1.KerangkaKonseptual
Informasi Akuntansi
Manajemen (X1)
Partisipasi Penyusunan
Anggaran (X2)
Kinerja
Manajer (Y)
Keterangan :
X1 dan X2 merupakan varibel yang mempengaruhi atau independent yakni Informasi Akuntansi Manjemen dan
Partisipasi Penyusunan Anggaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi varibel Y yakni Kinerja
Manajer.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
137
Penelitian Terdahulu
Tabel.1 Penelitian Terdahulu
Nama
peneliti/
tahun
Kiagus
(2004)
Judul
Metode
penelitian
Hasil penelitian
Persamaan
Perbedaan
Pengaruh
informasi
akuntansi
manajemen
terhadap
kinerja
manajer
produksi
Menggunakan
metode analisis
regresi berganda
Hasil
penelitian
menunjukkan
informasi
akuntansi
manajemen,
partisipasi manajer dalam
penganggaran
dan
efektifitas
penganggaran
berpengaruh
positif
terhadap kinerja manajer
Penelitian
ini
menggunakan
variabel
informasi
akuntansi
manajemen dan
variabel kinerja
manajer
Peneliti
sebelumnya tidak
meneliti variabel
partisipasi
manajer
dalam
pengganggaran,
objek penelitian
berbeda
sebelumnya
menggunakan
perusahaan
manufaktur
sedangkan
sekarang
perhotelan
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian yang mencakup :
1. Data kualitatif merupakan data yang disajikan secara deskriptif atau yang diperoleh dari rekaman,
pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis berbentuk uraian. Data kualitatif berbentuk uraian yang
menggambarkan keadaan suatu objek. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa gambaran umum mengenai
hotel-hotel yang menjadi objek penelitian. Misalnya kapan berdirinya hotel, berapa departemen dan manajer
di hotel tersebut serta lokasi hotel tersebut.
2. Data kuantitatif merupakan data yang disajikan dalam bentuk angka-angka dan tabel yang diperoleh dari
penjumlahan atau pengukuran. Data kuantitatif digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
dikuantifikasikan dengan menggunakan skala likert yang di peroleh dari respon tertulis (kuesioner) dari
manajer hotel di Kota Manado yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu:
1. Data primer adalah data yang diperolehlangsungdarisumbernyadengan survey lapangan,
diamatidandicatatolehpenelitidenganmenggunakansemuametodepengumpulan data original.Sumber data
yang digunakandalampenelitianiniadalah data primer. Data primer yang dibutuhkanmerupakan data yang
diperolehlangsungdaripararespondenmanajer hotel diManado yang berpartisipasidalampenyusunananggaran
yang telahmengisikuesioner.
2. Data sekunder adalah data penelitian secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
Metode penelitian lapangan (field research method). Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan peninjauan
langsung pada objek penelitian dengan cara :
1. Observasi
Observasi yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap situasi dan kondisi perusahaan.
2. Kuesioner
Kuesioner yaitu pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan secara tertulis guna menunjang
wawancara untuk mendapatkan data yang akurat. Membuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
pokok pembahasan
3. Wawancara
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
138
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dan diperoleh dengan mengadakan tanya
jawab langsung dengan bagian-bagian yang berkepentingan dan terlibat langsungdengan masalah yang dibuat
dalam penelitian ini.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua hotel bintang tiga sampai bintang lima yang ada di Manado
dan sekitarnya kurang lebih berjumlah 10. Sintesa Peninsula Hotel, Aryaduta Hotel, Novotel Hotel, Gran Puri
Hotel, Aston City Hotel, Swisbeell Maleosan Hotel, Quality Hotel, Sahid Kawanua Hotel, Sahid Manado Hotel,
Formosa Hotel.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan
mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan populasi yang sebenarnya. Suatu sampel yang baik akan
dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang populasi tersebut. Namun untuk memudahkan penelitian
maka penulis mengambil 4 hotel berbintang 3-5 sebagai sampel yang terdapat didalam yang menjadi responden
dalam penelitian ini adalah semua manajer yang merupakan pimpinan dari tiap departemen yang ada di hotel
berbintang yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dengan pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan
(Judgement Sampling), sebagai berikut.
1. Hotel Berbintang 3-5 diManado
2. MendudukijabatansebagaiManajerDepartemenselama paling rendah 2 tahun
3. Terlibatdalampenyusunananggaran
Metode Analisis
Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, yang adalah
suatu metode statistik umum yang digunakan untuk meneliti hubungan antara sebuah variabel independen
dengan beberapa variabel dependen. Dan pemrosesan data menggunakan program komputer SPSS versi 20.0.
Dengan menggunakan rumus :
Y = a + β1X1 + β2X2 + e
Dimana,
Y
: Kinerja Manajer Perhotelan
a
: Konstanta yang menyatakan bahwa jka tidak ada variabel informasi akuntansi manajemen dan
partisipasi penyusunan anggaran maka skor kinerja manajer akan sebesar a satuan.
b1
: Koefisien yang menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan skor pada informasi akuntansi
manajemen akan mempengaruhi skor kinerja manajer sebesar b1satuan skor.
X1
: Informasi Akuntansi Manajemen
b2
: Koefisien yang menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan skor pada partisipasi penyusuanan
anggaran akan mempengaruhi skor kinerja manajer sebesar b2 satuan skor (Sulaiman, 2004).
X2
: Partisipasi Penyusunan Anggaran
e
: error
Teknik Analisis
Adapun langkah – langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisa data adalah sebagai berikut :
1. Menentukan variabel mana yang merupakan variabel independen (X) dan mana yang merupakan variabel
dependen (Y).
2. Melakukan pengujian validitas dan reabilitas data. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data
yang digunakan dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
3. Melakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk memperoleh model regresi
yang menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik (Best Linier Unbias Estimator / BLUE
4. Menentukan besarnya koefisien determinasi (R Square/R2). Besarnya koefisien determinasi adalah 0 sampai
1. Semakin mendekati 0 (nol) besarnya koefisien determinasi (R2) suatu persamaan regresi, semakin kecil
hubungan semua variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya semakin mendekati 1 (satu)
besarnya koefisien determinasi (R2) suatu persamaan regresi, semakin besar hubungan semua variabel
independen terhadap variabel dependen.
5. Menentukan uji simultan (uji F). Uji simultan (uji F) ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel
independen secara bersama – sama (simultan) terhadap variabel dependen. Adapun langkah – langkah dalam
melakukan uj F adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan hipotesis.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
139
2)
3)
4)
1.
2.
5)
6.
1)
2)
3)
4)
1.
2.
5)
7.
Menentukan nilai kritis atau Ftabel
Menentukan Fhitung.
Mengambil keputusan, dengan langkah sebagai berikut :
Membandingkan F hitungdengan F tabel. Jika F hitung> F table makahipotesis 3 diterima.
Berdasarkantingkatsignifikansi/probabilitas, jikatingkatsignifikansi/probabilitas< 0,05makahipotesis 3
diterima.
Hasilanalisauji F. Kesimpulandiperolehberdasarkanlangkahsebelumnya, yaitupengambilankeputusan.
Melakukan uji parsial (uji t), yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen secara
individual (parsial) terhadap variabel dependen. Adapun langkah – langkah dalam melakukan uji t adalah
sebagai berikut :
Merumuskan hipotesis.
Menentukan nilai kritis atau ttabel dengan menggunakan degree of freedom (df) dengan jumlah data dikurangi
2 (n -2) dan tingkat signifikansi yang digunakan adalah 95 %.
Menentukan thitung.
Mengambil keputusan dengan langkah sebagai berikut :
Membandingkan thitung dengan ttabel. Jika thitung > ttabelmaka hipotesis 3 diterima.
Berdasarkantingkatsignifikansi/probabilitas, jikatingkatsignifikansi/probabilitas> 0,05makahipotesis 3
diterima.
HasilanalisaUji t. Kesimpulandiperolehberdasarkanlangkahsebelumnyayaitupengambilankeputusan.
Melakukan interpretasi model regresi linier berganda dimana akan diperoleh persamaan regresi :
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Analisis Regresi Linear Berganda
Koefisien untuk persamaan regresi dari data yang ditelitiadalahsebagaiberikut :
Y = a+ β1X1 + β2X2+ e
Y = 1,565 + 0,706 X1 + 0,315X2
Tabel 2. KoefisienRegresiCoefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized T
Sig.
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error Beta
1.565
1.682
.930 .360
(Constant)
INFORMASI
.706
.131
.662
5.403 .000
AKUNTANSI
1
PARTISIPASI
PENYUSUNAN .315
.128
.301
2.453 .020
ANGGARAN
a. Dependent Variable: KINERJA
Persamaan diatas menunjukkan pengaruh yang bersifat positif atau searah artinya apabila X mengalami
peningkatan maka Y mengalami peningkatan, sebaliknya apabila X mengalami penurunan maka Y juga
mengalami penurunan.
Pengaruhvariabel informasi akuntansi manajemen (X1) terhadap kinerja manajer perhotelan (Y) adalah
sebesar koefisien regresi 0,706 dengan thitung > ttabel (5,403>2,048) pada tingkat α = 0,05. Sedangkan besarnya
pengaruh variable partisipasi penyusuan anggaran (X2) terhadap kinerja manajer perhotelan (Y) adalah sebesar
koefisien regresi 0,315 dengan thitung > ttabel (2,453> 2,048) pada tingkat α = 0,05.
Hipotesis parsial(Uji t)Pengujian
T-test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independent secara individual
(parsial) terhadap variabel dependen. Hasil uji ini dapat dilihat pada tabel Coefficientª .Nilai dari uji t-test dapat
dilihat dari p-value (pada kolom Sig) pada masing-masing variabel independen, jika p-value lebih kecil dari
level of significant yang ditentukan, atau t-hitung (pada kolom t) lebih besar dari t-tabel
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
140
Tabel 3. KoefisienRegresiCoefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
B
(Constant)
1
INFORMASI
AKUNTANSI
PARTISIPASI
MANAJER
Std. Error
1.565
1.682
.706
.131
.315
.128
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Beta
.930
.360
.662
5.403
.000
.301
2.453
.020
a. Dependent Variable: KINERJA
Analisis tabel Coefficientª untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen adalah sebagai berikut:
1. Variabel Informasi Akuntansi memiliki nilai p-value 0,00< 0,05 dan t-hitung 5,403< t-tabel 2,042 artinya
HO1 diterima dan Ha1 ditolak. Atau Informasi Akuntasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan pada manajer perhotelan.
2. Variabel Stress Kerja memiliki nilai p-value 0,000 < 0,05dan t-hitung 2,453> t-tabel 2,042 artinya HO2
ditolak dan Ha2 diterima,. Atau Informasi Akuntansi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan pada manajer perhotelan.
Pembahasan
Hasil analisis data dapat persamaan regresi linear berganda untuk menjelaskan pengaruh informasi
akuntansi manajemen dan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajer perhotelan adalah Y =
1,565 + 0,706 X1 + 0,315 X2. variable informasi akuntansi manajemen (X1) berpengaruh terhadap kinerja
manajer perhotelan (Y) dan mempunyai hubungan yang positif. Hal ini berarti apabila informasi akuntansi
manajemen meningkat maka kinerja manajer perhotelan akan meningkat, dengan asumsi citeris paribus. Hal ini
sesuai dengan penelitian dari Andi (2006). Dengan demikian, Semakin banyak informasi akuntansi manajemen
yang digunakan maka akan semakin tinggi kinerja manajer perhotelan di Manado.
Variable partisipasi penyusunan anggaran (X2)memiliki pengaruh terhadap kinerja manajer perhotelan
(Y) Hal ini berarti apabila variable partisipasi penyusunan anggaran meningkat maka kinerja manajer perhotelan
akan meningkat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa partisipasi manajer dalam penganggaran akan
membantu manajer perhotelan dalam meningkatkan kinerjanya.
Secara bersama-sama informasi akuntansi manajemen dan partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh
signifikan terhadap kinerja manajer perhotelan. Hal ini dibuktikan dengan uji F dimana diperoleh nilai F hitung>
Ftabel (67,369> 3,32).
Besarnya kontribusi atau sumbangan dari informasi akuntansi manajemen dan partisipasi penyusunan
anggaran terhadap variasi naik turunnya kinerja manajer pada perhotelan di Manado adalah sebesar koefisien
determinasi R2 = 0,852 atau 85,2%. Sedangkan sisanya sebesar 14,8 %dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar
penelitian ini.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh informasi akuntansi manajemen dan
partisipasi penyusuan anggaran, maka dapat disimpulkan bahwa informasi akuntansi manajemen dan partisipasi
penyusunan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajer perhotelan. Besarnya kontribusi atau
sumbangan dari informasi akuntansi manajemen dan partisipasi penyusunan anggaran terhadap variasi naik
turunnya kinerja manajer pada perhotelan.
Saran
Perhotelan di Manado masih perlu melakukan mengembangan lebih jauh tentang karakteristik informasi
akuntansi , manajemen dalam penganggaran terhadap kinerja sehingga dapat diterapkan secara lebih baik dalam
perusahaan demi kemajuan perusahaan dikemudian hari.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
141
DAFTAR PUSTAKA
Bodnar,George. H., Hopwood, William S. 2003.Accounting Information System. Buku Satu.PT. Indeks.Jakarta.
Hansen, R.,Mowen,M.2004.Akuntansi Manajemen.Erlangga.Jakarta
Kamaruddin, Ahmad.2005. Akuntansi Manajemen: Dasar-Dasar Konsep Biaya dan Pengambilan Keputusan.
Edisi Revisi 4.PT Raja Grafindo.Jakarta.
Kiagus, Andi. 2004. Pengaruh Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajer Produksi. Jurnal
Ilmiah Berkala Enam Bulanan.Jurnal ISSN 1410 – 1831 Volume 9 No. 2. Juli 2004. Universitas Lampung.
Lampung
Kusnadi. 2002. Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediete) : Prinsip, Prosedur dan Metode. Universitas
Brawijaya. Malang.
Mukhtar, Ali Masjono. 2002.Audit Sistem Informasi.Rineka Cipta.Jakarta.
Mulyadi. 2002.Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Edisi 3.Salemba Empat.Jakarta.
Romney, Marshall B.,Steinbart, Paul John.2004.Accounting Information System. Buku Satu. Salemba
Empat.Jakarta.
Sadeli, Lili M., Siswanto. Bedjo., 2004. Akuntansi Manajemen. PT. Bumi Aksara. Jakarta
Sunarto . 2003.Akuntansi Manajemen. BPFE. Yogyakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
142
ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN INTERN KAS PADA DINAS PERBUHUNGAN KOTA
MANADO
Oleh :
Demmi P.R.D Buchari
Ventje Ilat
Inggriani Elim
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
email : [email protected]
ABSTRAK
Pesatnya teknologi mempengaruhi perkembangan pada setiap perusahaan maupun lembaga, baik swasta
dan pemerintah. Khususnya dalam pemerintahan terciptanya akuntabilitas kinerja keuangan merupakan hal
mutlak diwujudkan oleh seorang kepaladaerah. Hal tersebut tersirat dalam UU nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, UU nomor 01 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Penelitian ini dilakukan di Dinas
Perhubungan Kota Manado dan membahas pengawasan intern kas. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui
bagaimana Pengawasan Intern Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran, dan Apakah Pengawasan Intern Prosedur
Penerimaan dan Pengeluaran Kas yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Manado telah berjalan efektif.
Menggunakan metode analisis data deskriptif dengan cara memahami prosedur penerimaan dan pengeluaran kas
yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Kota Manado. Menggunakan sumber data sekunder Dinas Perhubungan
Kota Manado. Hasil dari penelitian ini menunjukkan Dinas Perhubungan Kota Manado telah menjalankan
Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran kas dengan baik yang sesuai dengan PP No.24 Tahun 2005 dan
Permendagri No. 13 Tahun 2006 yaitu mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan, dan juga penggunaan
dokumen-dokumen dan fungsi otorisasiyang sudah dijalankan sebagaimana mestinya.
Kata kunci : analisis, efektivitas, pengawasan
ABSTRACT
Advancing technology can affect the development of each company or institution, whether private or
government. In particular the creation of accountability in government financial performance is an absolute case
created by a local chief. Is implicit in the case law (Law) number 17 of 2003 on State Finances, Law number 01
of 2004 on the National Treasury. The research was conducted at the Office of Manado City Relations and
discuss the internal control of cash. The purpose of the studywas to determine how the internal
controlproceduresrevenues and expenditures and internal control procedures and whether the cash receipts and
disbursements made manado city transportation agencies are effective. the analysis method used is the method
of analysis of historical data in a way to understand the procedure and the production of cash receipt obtained
from the Office of Manado City relationship. use secondary data sources Relations Office of Manado City.
Results from this study indicate Relations Office of Manado City has run acceptance procedure and production
cash good fit with PP # 24 in 2005 and No. Permendagri. 13th 2006 that is about Government Accounting
Standards, and use of the documents and functions are duly authorized.
Keywords : analysis, effectiveness, monitoring
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
143
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemerintah yang besar selalu berhadapan dengan kendala-kendala yang berhubungan dengan pengawasan
harta bendanya, khususnya masalah kas, dimana sebagian besar transaksi yang dilakukan perusahaan / lembaga
selalu melibatkan kas. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang terjadi pada masa sekarang yang
memungkinkan masalah penyalahgunaan kas, dengan demikian perusahaan harus lebih aktif dalam melakukan
pengawasan kas (Harianto 2010:1).
Mewujudkan akuntabilitas dan tranparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan tidak semudah
membalikan telapak tangan, diperlukan suatu upaya intensif yang dilakukan secara berkesinambungan. Tahun
2008 Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP). Perancangan PP tersebut diprakarsai oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) sebagai pelaksanaan dari pasal 58 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara. SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya
efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dengan adanya PPSPIP maka setiap menteri/pimpinan lembaga, gubernur, bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada SPIP sebagaimana disebutkan dalam pasal 2
ayat (1), dan sekaligus bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern di
lingkungan masing-masing.
Pengawasan dapat diartikan sebagai alat untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas instansi
pemerintahan yang sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya. Salah satu cara untuk
melaksanakan pengawasan adalah dengan menyusun sistem pengawasan internal kas yang memadai dan
tentunya dapat dipertanggungjawabkan pelaksanaannya dalam mengamankan harta suatu instansi pemerintahan,
meningkatkan efisiensi dan mendorong karyawan untuk selalu mematuhi kebijakan-kebijakan yang ditetapkan
oleh manajemen sehingga kecurangan dan penyalahgunaan kas dapat diminimalisasi atau bahkan dapat
dihindari. Dengan kata lain pengawasan internal kas yang baik didalam instansi perusahaan dapat menunjang
keberhasilan setiap keputusan dan peraturan yang telah ditetapkan serta dapat mendukung keberhasilan operasi
suatu instansi pemerintahan (Harianto 2010:2).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana Pengawasan Intern Prosedur Penerimaan dan Pegeluaran Kas Dinas
Perhubungan Kota Manado
2. Apakah Pengawasan Intern Prsedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas yang dilakukan Dinas Pehubungan
Kota Manado telah berjalan efektif
TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi pemerintahan (governmental accounting) banyak yang menyatakan merupakan terminologi
lama. Pada perkembangannya bergeser ke istilah akuntamsi sektor publik. Istilah baru ini didasarkan pada
pelebaran wilayah kajian dari akuntansi nirlaba, di mana akuntansi pemerintahan merupakan mekanisme
akuntansi memproses transaksi keuangan yang berkaitan dengan pengelolaan negara baik tingkat pusat maupun
tingkat daerah. Sementara akuntansi sektor publik meluas pada semua entitas yang bertujuan untuk
kesejahteraan masyarakat, misalnya yayasan sosial, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan proyek-proyek
kerjasama sektor publik dan swasta (Mursyidi,2009).
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, “akuntansi keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerag yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut ( Halim, dkk, (2010:10).
Perbandingan Organisasi Pemerintah dengan Perusahaan
Perbedaan akuntansi pemerintahan dengan kondisi akuntansi komersial harus dimulai dengan pemahaman
atas karakteristik organisasi pemerintahan. Beberapa karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pendirian, pembentukan dan kegiatan organisasi pemerintahan bukan dengan tujuan atau bermotif mengejar
keuntungan semata-mata.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
144
2. Organisasi pemerintah demiliki secara kolektif oleh rakyat. Dengan demikian, tidak terdapat saham untuk
dimiliki secara pribadi yang dapat diperjualbelikan atau dipertukarkan.
3. Pihak-pihak yang memberikan sumber keuangan kepada organisasi pemerintahan tidak harus menerima
imbalan langsung atau proporsional, baik berupa barang, uang, atau jasa.
4. Anggota atau masyarakat, sadar atau tidak, kadang- kadang dipaksa menyetorkan uang atau jasa kepada
pemerintah dimana pemerintah akan menggunakan setoran tersebut untuk kepentingan bersama masyarakat.
Sistem Akuntansi Pemerintahan
Pembaharuan manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini, ditandai dengan pcrubahan yang
sangat mendasar, mulai dari sistem penganggarannya, perbendaharaan sampai kepada pertanggungjawaban
laporan keuangannya. Sebelum bergulirnya otonomi daerah, pertanggungjawaban laporan keuangan daerah
yang harus disiapkan oleh Pemerintah Daerah hanya herupa Laporan Perhitungan Anggaran dan Nota
Perhitungan dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan laporan tersebut adalah MAKUDA (Manual
Administrasi Keuangan Daerah) yang diberlakukan sejak tahun 1981.
Ciri Khas dan Tujuan Akuntansi Pemerintahan
Nordiawan, dkk (2007:7:8) menjelaskan dengan beragam karakteristik organisasi pemerintahan,
akuntansi pemerintahan berkembang dengan ciri-ciri kas sebagai berikut.
1. Investasi pada aset yang tidak menghasilkan pendapatan, pada umumnya pemerintah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat memerlukan investasi yang besar pada aset yang tidak menghasilkan
pendapatan, seperti jalan, jembatan, dan bangunan publik lainnya.
2. Tidak ada pengungkapan laba, tujuan pemerintah adalah memberikan pelayan kepada masyarakat, bukan
pencapaian laba. Dalam sektor pemerintahan, tidak terdapat hubungan langsung antara pembayaran pajak
oleh masyarakat dengan jasa yang diterima masyarakat. Dengan demikian tidak akan terdapat laporan laba
rugi yang mengungkapkan pencapaian sebuah laba.
3. Tidak ada pengungkapan kepemilikan, pemerintah tidak mempunyai kekayaan sendiri sebagaimana
perusahaan, dan pemerintah tidak dimiliki oleh individu atau golongan. Dengan demikian, tidak akan
terdapat pernyataan atau pengungkapan yang menunjukkan kepemilikan suatu pihak seperti halnya
ditunjukkan oleh bagian modal sebuah neraca perusahaan.
4. Penggunaan akuntansi dana, dengan segala karakteristik yang melekat pada organisasinya, akuntansi lebih
memandang pemerintah sebagai kesatuan dengan tujuan dan misi tertentu, tidak sebagai sebuah entitas
organisasi yang mempunyai kepemilikan. Hal ini memberikan implikasi pada penggunaan persamaan
akuntansi yang tidak lagi menggunakan modal pemilik melainkan saldo dana.
Pengertian Efektivitas
Pengertian efektivitas menurut Schemerhon (1986: 35) dalam Danfar (2009) adalah sebagai berikut.
“Efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau
seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif”.
Pengawasan Intern
Sanyoto (2007:259) menyatakan suatu pengawasan intern yang baik dalam perusahaan akan memberikan
keuntungan yang sangat berati bagi perusahaan itu sendiri, sebagai berikut ini.
1. Dapat memperkecil kesalahan-kesalahan dalam penyajian data akuntansi, sehingga akan menghasilkan
laporan yang benar.
2. Melindungi atau membatasi kemungkinan terjadi kecurangan dan penggelapan-penggelapan.
3. Kegiatan oeganisasi akan dapat dilakukan dengan efisiensi.
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan.
5. Tidak memerlukan detail audit dalam bentuk pengujian subtantif atas bahan bukti atau data perusahaan yang
cukup besar oleh akuntan publik.
Tujuan Pengawasan Intern
Definisi dan tujuan pengendalian intern, pengendalian intern merupakan tindakan pengendalian dan
pengamanan bersifat internal perusahaan. Pengendalian intern lemah dan tidak tepat dapat menimbulkan
masalah serius. Informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi mungkin sekali tidak dapat diandalkan, tidak
lengkap, dan mungkin tidak tepat waktu dan sumber daya perusahaan mungkin tidak bermanfaat secara efektif
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
145
dan menjadi rentan terhadap kemungkinan rusak atau hilang. Manajemen perlu memperhatikan memadainya
tindakan-tindakan pengendalian dan pengamatan yang membentuk pengendalian intern.
Prinsip Dasar Pegawasan Intern
Sanyoto (2007:256) mengungkapkan ada beberapa asumsi dasar yang perlu dipahami mengenai
pengendalian intern bagi suatu perusahaan sebagai berikut.
1. Sistem pengendalian intern merupakan manajemen responsibility. Bahwa sesungguhnya yang paling
berkepentingan terhadap sistem pengendalian intern suatu perusahaan adalah manajemen (lebih tegasnya lagi
adalah top manajemen/direksi), karena dengan system pengendalian intern yang baik itulah top manajemen
dapat mengharapkan kebijakannya dipatuhi, aktiva atau harta perusahaan dilindungi, dan penyelenggaraan
pencatatan berjalan baik.
2. Top manajemen bertanggung jawab menyusun system pengendalian intern tentu saja dilaksanakan oleh para
stafnya. Dalam penyusunan team yang akan ditugaskan untuk merancang system pengendalian intern, harus
dipilih anggotanya dari para ahli/kompeten, termasuk yang berkaitan dengan teknologi informasi.
3. Sistem pengendalian intern seharusnya bersifat generic, mendasar, dan dapat diterapkan pada tiap
perusahaan pada umumnya.
4. Sifat dasar pengendalian intern adalah reasonable assurance, artinya tingkat rancangan yang kita desain
adalah yang paling optimal. System pengendalian yang paling baik ialah bukan yang paling maksimal,
apalagi harus dipertimbangkan keseimbangan cost benefit-nya.
5. Sistem pengendalian intern mempunyai keterbatasan-keterbatasan atau constraints, misalnya adalah sebaikbaiknya control tetapi kalau para pegawai yang melaksanakannya tidak cakap, atau kolusi maka tujuan
pengendalian itu mungkin tidak tercapai.
6. Sistem pengendalian intern harus selalu dan terus menerus dievaluasi, diperbaiki, disesuaikan dengan
perkembangan kondisi dan teknologi.
Kas
Kas adalah komponen aktiva yang paling aktif dan sangat mempengaruhi setiap transaksi yang terjadi.
Hal ini dikarenakan setiap transaksi memerlukan suatu dasar pengukuran yaitu kas. Bahkan walaupun perkiraan
kas tidak langsung terlibat dalam transaksi tersebut besarnya nilai transaksi tetap diukur dengan kas. Kas adalah
aktiva yang tidak produktif. Oleh karena itu kas harus dijaga supaya jumlah kas tidak terlalu besar sehingga
tidak ada kas yang menganggur. Disamping itu kas merupaka suatu aktiva yang paling mudah diselewengkan
dan digunakan dengan tidak semestinya oleh karyawan karena kas merupakan aktiva yang paling bernilai
dibandingkan dengan aktiva lainnya serta paling muda dipindahtangankan (IAI 2002:207).
Prosedur Penerimaan kas
Dalam kaitannya dengan pendapatan daerah sebagaimana telah berjalan terdapat beberapa ketentuan tambahan
yang perlu mendapat perhatian sebagai berikut.
a. Penyetoran uang ke rekening kas umum daerah dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit dari
bank yang bertindak sebagai rekening kas umum daerah.
b. Bendahara penerimaan tidak diperbolehkan membuka rekening atas nama pribadi pada bank atau giro pos
dengan tujuan pelaksanaan APBD dan tidak diperbolehkan menyuimpan uang, cek atau surat berharga lebih
dari 1 hari kerja.
c. Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah, dilakukan dengan cara :
1. Disetor oleh pihak ketiga melalui bendahara penerimaan atau bendahara penerimaan pembantu.
2. Disetor langung oleh pihak ketiga ke bank pada rekening kas umum daerah.
3. Disetor pleh pihak ketiga melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan kantor pos.
d. Dokumen yang digunakan didalam prosedur dan penata usaha pajak daerah dan retribusi daerah sebagai
berikut.
1. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah)
2. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKR-Daerah)
3. Surat Tanda Setoran (STS)
4. Surat tanda bkti pembayaran
5. Bukti penerimaan lainnya yang sah
6. Nota kredit
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
146
e. Benda berharga seperti karcis retribusi sebagai tanda bukti pembayaran oleh pihak ketiga kepada bendahara
penerimaan diterbitkan dan disahkan oleh pejabat pengelolaan keuangan daerah (Darise 2008:168).
Prosedur Pengeluaran Kas
Dasar hukum pelaksanaan anggaran pada SKPD sebagai pengguna anggaran adalah DPA SKPD yang
btelah disetujui oleh sekertaris daerah dan disahkan pejabat pengelolaan daerah. Persetujuan sekertaris daerah
ditandai dengan penandatanganan pada lembar pertama DPA SKPD sedang lembar berikutnya ditandatangani
oleh pejabat pengelolaan keuangan daerah. Sebagai langkah pertama dari kegiatan pengekuaran uang dari kas
umum daerah atas beban APBD berdasarkan surat penyediaan dana (SPD) atau dokumen lain yang
dipersamakan dgn SPD. Berdasarkan SPD yang diterima, bendahara pengeluaran /pejabat pelaksana teknis
kegiatan (PPTK) mengajukan SPP kepada pengguna anggaran/kuasa penggua anggaran melalui pejabat penata
usaha keuangan (PPK) SKPD.
Dokumen SPP dinyatakan lengkap dan sah, kemudian pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
menerbitkan SPM. Di lain pihak apabila dokumen SPP tidak lengkap atau tidak sah, pengguna anggaran/kuasa
menolak menerbitkan SPM. Penyiapan SPM dilakukan oleh PPK SKPD, penandatanganan dilakukan oleh
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
SPM yang telah diterbitkan oleh pengguna/kuasa pengguna anggaran diajukan kepada pejabat
pengelolaan keuangan daerah untuk penerbitan SP2D.
Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebelum menerbitkan SP2D berkewajiban untuk :
a. Meneliti kelengkapan surat perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna anggaran.
b. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBD yang tercantum dalam perintah pembayaran
c. Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan
d. Memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran daerah dengan menerbitkan SP2D atas SPM yang
diterima pengguna anggaran paling lama 2 hari kerja sejak SPM diterima (Darise 2008:169).
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama
Peniliti/
Tahun
Judul
tujuan
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
persamaan
perbedaan
Harinto/
2010
Analisis
pengawasan
internal kas
pada Fakultas
Ekonomi
Universitas
Sumatera
Utara
Meningkatkan efisiensi
dan mendorong karyawan
untuk selalu mematuhi
kebijakan-kebijakan yang
telah ditetapkan oleh
manajemen
sehingga
kecurangan
dan
penyalahgunaan kas dapat
diminimalisasi
atau
bahkam dapat dihindari.
Deskriptif
eksploratif
Sistem pengawasan
dapat
dikatakan
efektif
peneliti
sebelumnya
menggunakan
penelitian
terhadap
faktor
yang sama yaitu
pengawasan
internal
perusahaan
Penelitian
sebelumnya
dilakukan
pada Fakultas
Ekonomi
di
Sumatera
Utara
Hartati/
2009
Analisis
pengendalian
intern piutang
usaha
pada
PT.SFI
Medan
Menjelaskan
suatu
rencana organisasi dan
metode
bisnis
yang
digunakan meningkatkan
efektivitas dan efisiensi,
menjaga
aset,
memberikan
informasi
yang akurat, mendorong
dipatuhinya
kebijakan
manajemen
telah
ditetapkan
Deskriptif
Salah satu cara
dilakukuan dalam
mengantisipasi
kecurangan
Peneliti
sebelumnya
menggunakan
faktor yang sama
yaitu
mengenai
pengendalian
intern
Peneliti
sebelumnya
melakukan
penelitian
mengenai
meningkatkan
eketfivitas dan
efisiensi
perusahaan.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
147
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh dan
menganalisis data yang ada. Penelitian deskriptif meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap individu,
organisasi, keadaan, ataupun prosedur. Data deskriptif pada umumnya dikumpulkan melali daftar pertanyaan
dalam survei, wawancara ataupun observasi(Kuncoro 2009:12).
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Perhubungan Kota Manado yang beralamat di jalan Cereme. Dan waktu
penelitian dimulai dari bulan Februari 2013.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan tahapan penelitian sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.
2. Merumuskan permasalahan yang jelas dan menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
3. Mengumpulkan informasi mengenai gambaran umum perusahaan dan data mengenai analisis efektifivitas
pengawasan intern kas pada dinas perhubungan kota manado.
4. Menganalisis efektivitas pengawasan intern kas pada dinas perhubungan.
5. Membuat kesimpulan dan saran bagi dinas perhubungan.
Metode Penelitian
Salah satu kegiatan dalam penelitian ini adalah merumuskan teknik pengumpulan data sesuai dengan
masalah yang diteliti. Agar diperoleh data dan keterangan yang lengkap maka harus menggunakan teknik
pengumpulan data yang tepat. Untuk itu teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan,
metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kesesuaian antara teori yang digunakan dengan
keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti. Dalam studi lapangan ini penelitian digunakan dengan 3 cara,
yaitu :
1. Wawancara langsung, yaitu dengan percakapan langsung serta tanya jawab dengan pihak Dinas Perhubungan
pada bagian keuangan.
2. Studi dokumentasi, dilakukan dengan melakukan penelurusan terhadap dokumen-dokumen yang mendukung
penelitian.
3. Pengamatan / observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan dan kunjungan.
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Sistem pengawasan internal kas di Dinas Perhubungan Kota Manado dijelaskan dalam penjelasan
tersebut. Dijelaskan langkah awal dari bendahara pengeluaran membuat surat permintaan pembayaran dibawa
ke pejabat keuangan SKPD untuk diverifikasi kemudian diserahkan kepada PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan) untuk diteliti dan diperiksa kemudian ditandatagani. Kemudian bendahara pengeluaran membuat surat
perintah membayar untuk diteliti kembali kelengkapan persyaratan berkas setelah dinilai lengkap diajukan
kepada kepala dinas untuk ditandatangani. Bendahara pengeluaran membuat dokumen pelengkap atau bukti
surat setoran pajak (SSP, daftar bayar), langsung diajukan ke pejabat pelaksana teknis kegiatan (PPTK) untuk
ditandatangani kemudian diajukan lagi ke kepala dinas untuk ditandatangani berkas lengkap diajukan lagi ke
kepala bagian keuangan pemerintah kota, untuk menerbitkan surat pencairan dana ke bendahara, kemudian
berkas tersebut langsung dikirim ke Bank Sulut, untuk pencairan dana.
Dasarnya semua pembayaran yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Manado hanya untuk
pembayaran kas yang telah diotorisasi sebelumnya. Dalam proses pembuatan surat permintaan pencairan dana
(SP2D) yang akan diserahkan pada bendaraha umum, bendahara harus membuat terlebih dahulu beberapa
dokumen seperti surat perintah pembayaran (SPP), surat perintah membayar (SPM) dan beberapa dokumen
pendukung.
Pembayaran yang berhubungan dengan pihak ketiga atau suatu pekerjaan yang merupakan hasil dari suatu
pelelangan, pembayaran atau pencairannya berdasarkan persentasi hasil dari suatu pekerjaan tersebut, hasil
pekerjaan ini pun dapat ditentukan presentasinya adalah berdasarkan penilaian oleh tim yang dibentuk atau
ditugaskan oleh Kepala Dinas.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
148
Sistem Pengawasan Internal Kas di Dinas Perhubungan Kota Manado
Hery ( 2013 : 159 ) menyatakan pengawasan internal adalah seperangkat kebijakan dan proses untuk
melindungi aset atau kekayaan dari segala bentuktindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi
akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum / undangundang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan
perusahaan. Ketentuan yang dimaksud dalam pengertian tersebut meliputi peraturan dibidang perpajakan, pasar
modal, hukum bisnis, undang-undang anti korupsi, dan terlebih khusus ketentuan dalam kepemerintahan.
Aspek perencanaan dan pengawasan internal terhadap kas harus mendapat perhatian yang serius oleh
instansi, hal ini dapat dilihat dari sifat-sifat kas dimana setiap pengawasan internal terhadap kas yang harus
diciptakan untuk melindungi keamanan dan meningkatkan efektifitas dan efesiensi pengguna manajemen.
Prosedur Penerimaan Kas Dinas Perhubungan Kota Manado
Prosedur penerimaan kas dalam instansi pemerintahan perlu dirancang sedemikian rupa sehingga
kemungkinan tidak tercatat atau tidak diterimanya kas yang seharusnya diterima dapat diminimalkan. Prosedur
penerimaan kas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Terdapat pemisahan tugas antara yang menyimpan, menerima dan yang mencatat penerimaan kas.
b. Setiap penerimaan kas langsung disetor kepada bank bagaimana adanya.
Dinas Perhubungan Kota Manado Bendahara Penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap
seluruh penerimaan dan penyetoran yang menjadi tanggungjawabnya. Ini sudah sesuai dengan Permendagri
13/2006 pasal 187 - 189 mengatur tata cara pelaksanaan penerimaan daerah yang dikelola oleh Bendahara
Penerimaan. Penerimaan Kas pada Dinas Perhubungan Kota Manado bersumber dari Peraturan Daerah
(Perda) Meliputi :
a) Retribusi Tepi Jalan Umum (TJU)
b) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB)
c) Retribusi Jasa Ketata Usahaan (TU)
d) Retribusi Terminal Bulanan
e) Retribusi Parkir
f) Retribusi Ijin
g) Retribusi Karcis.
Bendahara Penerimaan bertanggungjawab pada Kepala SKPD atas pengelolaan uang yang menjadi tugasnya
secara administratif, namun secara fungsional Bendahara Penerimaan SKPD bertanggung jawab pada PPKD.
Prosedur penerimaan kas yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Manado menurut penulis sudah cukup
memadai, hal ini ditandai karena :
1) Adanya tanggungjawab pengelolaan dan pengawasan kas
2) Semua surat-surat masuk dibukukan dengan pengawasan yang cukup
3) Dibuatnya catatan oleh yang membukukan surat tentang uang yang diterima dari siapa, jumlahnya, dan untuk
siapa
4) Setiap penerimaan menggunakan bukti-bukti penerimaan
5) Bukti setoran kas dicocokkan dengan buku kas dan lembaran buku bank
6) Pengunaan bukti-bukti yang telah dirancang dengan baik, dimana bukti-bukti tersebut berguna untuk
membuktikan terjadinya transaksi atau penerimaan kas yang telah dirancang sedemikian rupa.
7) Penyimpanan bukti-bukti pendukung dalam tempat yang rapi dan berurutan.
Prosedur Pengeluaran Kas Dinas Perhubungan Kota Manado
Setiap pengeluaran yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Manado harus mendapatkan
persetujuan dari pejabat yang berwenang. Prosedur pengeluaran kas pada Dinas Perhubungan Kota Manado
yang meliputi serangkaian proses baik manual maupun terkomputerisasi mulai dari pencatatan, penggolongan,
peringkasan, transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban.
Adapun prosedur pengeluaran kas secara rinci yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan Kota Manado
adalah sebagai berikut :
1) Menerima berkas tagihan pembayaran
2) Melampirkan dokumen pendukung pengeluaran uang
3) Membuat bukti pengeluaran kas dan mencetaknya
4) Memaraf/ meminta tanda tangan pengesahan persetujuan pembayaran di bukti pengeluaran kas
5) Meminta pengesahan pejabat yang berhak menyetujui pembayaran di bukti pengeluaran kas
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
149
6) Mencatatkan segala jenis transaksi pegeluaran kedalam buku kas/buku laporan
7) Melaporkan segala jenis pengeluaran Dinas Perhubungan Kota Manado kepada Kepala Dinas Perhubungan
Kota Manado setiap bulannya
8) Jika terdapat dana yang tidak sempat digunakan berdasarkan program kerja satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) pada tahun berjalan maka dana tersebut tetap berada di APBD induk(Pemkot Manado).
Prosedur pengeluaran kas pada Dinas Perhubungan Kota Manado berdasarkan penjelasan diatas
diterapkan dengan baik. Penerapan pengeluaran kas telah dilakukan secara sistematis, dimulai dari bendahara
kemudian diotorisasi oleh SKPD salah satunya Kepala Dinas Perhubungan Kota Manado selaku penggunaan
anggaran. Pada Dinas Perhubungan kota Manado terdapat berbagai pengeluaran kas seperti :
a) Belanja Kesejahteraan Pegawai :
Gaji dan Pendapatan Lain yang Sah
b) Belanja Operasional Kantor :
- ATK
- Peralatan Kantor
c) Belanja Pembangunan :
- Dilaksanakan berdasarkan rencana strategis dan rencana kerja SKPD
d) Belanja pemeliharaan :
- pemeliharaan perabot/ inventaris
- pemeliharaan kendaraan operasional
- Pemeliharaan investasi dan peralatan/perabot penunjang
- pemeliharaan gedung, Instalasi air dan listrik
e) Belanja perjalanan
- Melaksanakan perjalanan dinas luar
DAFTAR PUSTAKA
Danfar .2009. Definisi/Pengertian efektivitas .DF. Bandung.
http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/Diakses Mey, 17, 2013
Darise, Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. PT.Indeks. Jakarta.
Halim Abdul., Yanuar., I Wayan. 2010. Sistem Akuntansi Sektor Publik. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Harianto. 2010. Analisis Pengawasan Internal Kas Pada Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Hartati, Dian. 2009. Analisis Penendalian Intern Piutang Usaha Pada PT.SFI Medan. Skripsi.Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Hery. 2013. Akuntansi Dasar 1 & 2. PT Gramedia Widiarsarana Indonesia. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Mursyidi.2009. Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. PT Refika Aditama.Bandung.
Nordiawan., Putra., Rahmawati. 2007. Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat. Jakarta.
Republik Indonesia, PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang . “Sistem Pengendalian Intern Pemerintah”. Jakarta.
-----------------------, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang . “Perbendaharaan Negara”. Jakarta.
Sanyoto. 2007. Audit Sistem Informasi + Pendekatan CobIT. Edisi Revisi.Mitra Wacana Media. Jakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
150
PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK
PRODUKSI PADA PT. SARIMELATI KENCANA (PIZZA HUT MANADO TOWN SQUARE)
Oleh :
Stephany Ch. Pelleng
Herman Karamoy
Victorina Tirajoh
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
email : [email protected]
ABSTRAK
Saat ini setiap perusahaan harus memiliki cara yang tepat dan efisien untuk menentukan harga pokok
produksi. Semakin baik perusahaan menghitungnya, akan semakin baik pula untuk bersaing di pasar karena
metode atau sistem yang tepat akan membuat biaya rendah dan meningkatkan laba. Activity Based Costing /
ABC merupakan sistem perhitungan harga pokok produksi yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas dalam
perusahaan dengan pemicu biaya yang lebih banyak sehingga hasilnya lebih akurat. Metode ini diharapkan
dapat diterapkan pada PT. Sarimelati Kencana yang saat ini masih menggunakan Sistem Tradisional untuk
perhitungan harga pokok produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui harga pokok produksi
menggunakan ABC sistem. Terdapat data kualitatif dan kuantitaif dalam penlitian ini, dimana data kualitatif
untuk profil perusahaan dan data kuantitatif untuk biaya produksi. Penelitian deskriptif ini menunjukkan hasil
perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC dengan kondisi overcost pada pizza hut personal dan
undercost pada pizza hut regular dan pizza hut large.
Kata Kunci : Harga Pokok Produksi, Sistem Tradisional, Activity Based Costing
ABSTRACT
Nowadays, every company has to have a right and efficient way to know their own pricing process. The
better the company count it, the better it would be to compete in the market because the right method or system
will decrease the cost and increase the profit. Activity Based Costing System is a method of calculating the cost
of goods manufactured based on activities in a company using more cost driver, so it can calculate more
accurate. This method is expected to be applied to the PT. Sarimelati Kencana who still using the traditional
system for calculating the cost of goods manufactured. This research has a purpose to know the cost of goods
manufactured in the company using activity based costing system. There are qualitative and quantitative data on
this project. Qualitative data for company profile and quantitative data for production costs. This is descriptive
research and the result shows that the pricing process using ABC method give overcost condition for pizza hut
personal and undercost condition for pizza hut regular and large.
Keywords : Cost of Goods Manufactured, Traditional System, Activity Based Costing
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
151
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suatu perusahaan mempunyai tujuan menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan
serta dapat meningkatkan profitabilitas dari waktu ke waktu. Semakin derasnya arus teknologi dan informasi
menuntut setiap perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut dalam
persaingan global. Pemanfaatan teknologi mengakibatkan biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan
menjadi besar sehingga berdampak pada harga pokok produksi yang tinggi.
Perhitungan Harga Pokok Produksi merupakan semua biaya produksi yang digunakan untuk memproses
suatu bahan baku hingga menjadi barang jadi dalam suatu periode waktu tertentu. Ketidaktepatan dalam
perhitungan Harga Pokok Produksi membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena Harga Pokok
Produksi berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi
pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan.
Oleh karena itu, muncul metode baru dalam perhitungan Harga Pokok Produksi yang dikenal dengan nama
Activity-Based Costing (ABC) System.
Activity-Based Costing System merupakan suatu metode akuntansi biaya yang memberikan informasi
yang berguna bagi controller atau manajer mengenai kontribusi laba dari setiap pelanggan sehingga pada
akhirnya perusahaan menghasilkan laba (Sumarsan, 2012). Activity-Based Costing System juga dapat
memberikan alokasi Biaya Overhead Pabrik yang lebih akurat dan relevan. Pada metode ini, seluruh Biaya
Tidak Langsung dikelompokkan sesuai dengan aktivitas masing-masing, kemudian masing-masing kelompok
biaya (Cost Pool) tersebut dihubungkan dengan masing-masing aktivitas dan dialokasikan berdasar aktivitasnya
masing-masing. Dasar alokasi yang digunakan adalah jumlah aktivitas dalam setiap Cost Pool tersebut. Metode
ini menggunakan jenis pemicu biaya yang lebih banyak sehingga dapat mengukur sumber daya yang digunakan
oleh produk secara lebih akurat.
PT. Sarimelati Kencana (Pizza Hut) adalah sebuah perusahaan waralaba multinasional yang khusunya
menyajikan pizza dan beberapa menu tambahan lainnya. Proses produksi menggunakan berbagai macam mesin
sehingga menyerap biaya yang banyak serta memerlukan ketepatan dan kecermatan dalam menghitung dan
membebankannya sesuai dengan jumlah yang telah dikonsumsi oleh aktivitas pembuatan produk. Perhitungan
biaya produksi sangat penting karena berkaitan dengan penentuan Harga Pokok Produksi suatu produk dan
penentuan harga jual produk dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Selain itu, Sistem Tradisional dapat
menimbulkan distorsi biaya. Distorsi tersebut dalam bentuk pembebanan biaya yang terlalu tinggi (cost
overstate atau cost overrun) untuk produk bervolume banyak dan pembebanan biaya yang terlalu rendah untuk
(cost understate atau cost underrun) untuk produk yang bervolume sedikit.
Konsep Activity Based Costing (ABC) merupakan alternatif solusi yang ditempuh oleh perusahaan
untuk mendapatkan informasi akuntansi yang relevan dalam keragaman kondisi dan sistem ABC ini menurut
harapan, dapat diterapkan pada PT. Sarimelati Kencana, tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi
manajemen perusahaan. Manajemen memerlukan informasi untuk memungkinkan mereka melakukan
pengelolahan terhadap berbagai aktivitas dalam menghasilkan cost object. Oleh karena itu manajemen harus
mampu mengelola sumber daya dengan melakukan perancangan kembali sistem akuntansi manajemen yang
mampu mencerminkan sumber daya dalam aktivitas produk/ jasa.
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mencoba menerapkan perhitungan harga pokok produksi pizzadan untuk
menganalisis perbandingan besarnya harga pokok produksi dengan menggunakan metode akuntansi biaya
tradisional dan Activity Based Costing System pada PT. Sarimelati Kencana (Pizza Hut Mantos).
TINJAUAN PUSTAKA
Harga Pokok Produksi
Hongren et al. (2009) menyebutkan harga pokok produksi (cost of goods manufactured) adalah biaya
barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan.
Elemen biaya sebagai pembentuk harga pokok produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik.
Sistem Tradisional
Hansen dan Mowen (2008) menyatakan sistem tradisional adalah sistem akuntansi biaya yang
mengasumsikan bahwa semua diklasifikasikan sebagai tetap atau variabel berkaitan dengan perubahan unit atau
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
152
volume produk yang diproduksi. Sistem tradisional ini hanya membebankan biaya pada produk sebesar biaya
produksinya, sehingga biaya pemasaran serta administrasi dan umum tidak diperhitungkan ke dalam kos
produk, namun diperlakukan sebagai biaya usaha dan dikurangkan langsung dari laba bruto untuk menghitung
laba bersih usaha. Dalam sistem tradisional biaya produknya terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik.
Cooper dan Kaplan (2008) menyebutkan sistem tradisional yang tidak banyak menggunakan pemicu
biaya (Cost Driver) dalam membebankan Biaya Overhead Pabrik memudahkan dalam melakukan perhitungan
harga pokok produksi sehingga hal itu memudahkan auditor untuk melakukan audit. Namun Supriyono (2007)
mengemukakan bahwa sistem tradisional memiliki kelemahan, antara lain penawaran sulit dijelaskan karena
terjadi distorsi biaya, harga jual terlalu besar dibandingkan pesaing karena produk yang bervolume banyak
dibebani biaya per unit yang terlalu besar,dan meskipun labanya nampak tinggi sebenarnya bisa saja rugi.
Activity Based Costing
Hongren (2009) menyatakan Activity Based Costing sebagai suatu sistem pemdekatan perhitungan biaya
yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan. Activity-Based Costing System
merupakan perhitungan biaya yang menekankan pada aktivitas-aktivitas yang menggunakan jenis pemicu biaya
lebih banyak sehingga dapat mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih akurat dan dapat
membantu pihak manajemen dalam meningkatkan mutu pengambilan keputusan perusahaan. Activity-Based
Costing System tidak hanya difokuskan dalam perhitungan kos produk secara akurat, namun dimanfaatkan untuk
mengendalikan biaya melalui penyediaan informasi tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya.
Blocher et al. (2009) menyatakan Activity-Based Costing (ABC) adalah pendekatan penentuan biaya produk
yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena
aktivitas.Garrison et al. (2006) menyebutkan bahwa Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas / Activity Based
Costing (ABC) adalah metode perhitungan biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya
bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan
juga biaya ‘tetap’.
Mulyadi (2007) mengemukakan dua falsafah utama dalam Activity-Based Costing System yaitu biaya
ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas sehingga aktivitas-aktivitas tersebut, dapat dikelola oleh
personel perusahaan sehingga dapat mempengaruhi biaya.
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu mengenai Penentuan Harga Pokok Produksi dengan ABC Sistem
Nama
Peneliti/
Tahun
Martusa dan
Adie / 2011
Judul
Tujuan
Peranan
Activity
Based
Costing
System
Dalam
Perhitungan
Harga
Pokok
Produksi
Kain Yang
Sebenarnya
Untuk
Penetapan
Harga Jual
pada
PT.
Panca Mitra
Sandang
Indah
1.
Untuk
mengetahui
apakah
perusahaansudah
mengelompokkan
biaya
dengan tepat.
2.
Untuk
mengetahui
apakah perusahaan sudah
membebankan biaya dan
melakukan
perhitungan
harga
pokok
produk
dengan tepat.
.3
Untuk
mengetahui
apakah Activity Based
Costing
System
akan
menghasilkan perhitungan
harga pokok dan harga jual
yang
berbeda
dengan
perhitungan yang dilakukan
sebelumnya.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
Metode
Penelitian
Deskriptif
Analitis
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Menunjukkan
bahwa PT. Panca
Mitra
Sandang
Indah
hanya
mengelompokkan
biaya menjadi dua
biaya, yaitu biaya
bahan baku dan
biaya non bahan
baku,serta
menjalankan sistem
pembebanan biaya
yang masih sangat
sederhana,
dan
penerapan Activity
Based
Costing
System
menghasilkan
perhitungan harga
pokok produk dan
harga jual yang
berbeda.
Sama
–sama
membandingkan
penentuan harga
pokok produksi
dengan
penerapan
Activity Based
Costing System
maupun tanpa
penerapan ABC
sistem.
Penelitian
Martusa dan Adie
ini
juga
menghitung harga
jual
yang
dihasilkan,
sedangkan dalam
penelitian kali ini,
peneliti
hanya
membandingkan
perhitungan harga
pokok produksi
sebelum
dan
sesudah
menggunakan
metode
ABC,
tanpa menghitung
harga jualnya.
153
Akbar / 2011
Analisis
Penerapan
Metode
Activity
Based
Costing
System
dalam
Penentuan
Harga
Pokok
Kamar
Hotel pada
Hotel
Coklat
Makassar
1. Untuk memperoleh
informasi yang akurat
melalui pendekatan metode
Activity Based Costing
System dalam menghitung
harga pokok kamar hotel.
2.
Untuk
mengetahui
perbandingan
besarnya
harga pokok kamar hotel,
dengan
menggunakan
metode tradisional dan
metode Activity Based
Costing System.
Analisis
Deskriptif
Kuantitatif
Penerapan Activity
Based
Costing
System
dalam
perhitungan harga
pokok kamar hotel
menghasilkan harga
pokok
yang
berbeda
namun
lebih akurat karena
biaya-biaya
dibebankan
berdasarkan
aktivitasnya.
Keduanya samasama
membandingkan
bagaimana
harga
pokok
produksi
sebelum
dan
sesudah
menerapkan
Activity Based
Costing System
Penelitian Akbar
menggunakan
objek penelitian
berupa
hotel
dalam
menentukan harga
pokok
kamar
hotel, sedangkan
peneliti
melakukan
penelitian
pada
perusahaan yang
mempoduksi
makanan berupa
pizza,
Sumber : Berbagai sumber yang diolah
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh dan
menganalisis data yang ada. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan fakta yang saat ini berlaku.
Di dalamnya terdapat upaya-upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisikondisi yang sekarang ini terjadi (Pabundu, 2006).
Jenis dan Sumber Data
Data kualitatif adalah data yang berupa huruf, gambar, diagram dan lain sebagainya (bukan angka) yang
menjabarkan sesuatu atau kata-kata. Dalam hal ini data yang diperlukan adalah data tentang sejarah PT.
Sarimelati Kencana (Pizza Hut Manado Town Square) dan perkembangan perusahaan, lokasi perusahaan,
struktur organisasi, sistem produksi, dan lain sebagainya. Dan data kuantitatif adalah data yang berupa angkaangka atau data yang dapat dihitung dengan satuan hitung. Data yang digunakan juga dalam penelitian ini adaah
sebagai berikut.
1. Data produksi PT. Sarimelati Kencana (Pizza Hut Manado Town Square) tahun 2012.
2. Data pemakaian bahan baku PT. Sarimelati Kencana (Pizza Hut Manado Town Square) tahun 2012.
3. Data Biaya Tenaga Kerja Langsung PT. Sarimelati Kencana (Pizza Hut Manado Town Suare) tahun 2012
4. Data biaya pada PT. Sarimelati Kencana (Pizza Hut Manado Town Square) tahun 2012.
5. Data mengenai jumlah karyawan, jumlah jam kerja, jumlah KWH (untuk pemakaian tenaga listrik), jumlah
jam inspeksi, dan luas area pabrik yang digunakan untuk proses produksi.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menghitung Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing
System adalah sebagai berikut.
1. Mendokumentasikan tarif dalam perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional.
2. Menghitung Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing System dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Tahap pertama
Tahap pertama menentukan harga pokok berdasar aktivitas adalah menelusuri biaya dari sumber daya
ke aktivitas yang mengkonsumsinya. Tahap ini terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut.
a) Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas ke dalam empat level aktivitas.
b) Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas.
c) Menentukan Cost Driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas.
d) Penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogeny (Homogeneous Cost Pool).
e) Penentuan tarif kelompok (Pool Rate). (Supriyono, 2007)
b. Tahap kedua
Membebankan tarif kelompok berdasarkan Cost Driver yang digunakan untuk menghitung Biaya
Overhead Pabrik yang dibebankan. Biaya untuk setiap kelompok Biaya Overhead Pabrik dilacak ke
berbagai jenis produk.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
154
3.
Menyusun perhitungan Harga Pokok Produksi menurut Activity-Based Costing System.
4.
Membandingkan hasil perhitungan Harga Pokok Produksi yang dihitung berdasarkan Sistem
Tradisional dengan Harga Pokok Produksi yang dihitung berdasarkan metode Activity-Based Costing System
kemudian menghitung selisihnya.
5.
Menganalisis sistem yang lebih tepat dalam penentuan Harga Pokok Produksi di PT. Sarimelati
Kencana (Pizza Hut Manado Town Square).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan sistem tradisional pada PT. Sarimelati
Kencana tahun 2012 tersaji dalam tabel 2.
Tabel 2. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional PT.Sarimelati Kencana Tahun
2012
Pizza Hut Personal
Biaya Total (Rp)
469.953.072
533.743.560
1.003.696.632
Pizza Hut Medium
Elemen Biaya
Biaya Total (Rp)
Biaya Utama
2.349.765.360
Biaya Overhead Pabrik = Rp14.535,5 x 44.280
643.631.940
Jumlah
2.993.397.300
Pizza Hut Large
Elemen Biaya
Biaya Total (Rp)
Biaya Utama
1.879.812.288
Biaya Overhead Pabrik = Rp14.535,5 x 27.720
402.924.060
Jumlah
2.282.736.348
Elemen Biaya
Biaya Utama
Biaya Overhead Pabrik = Rp14.535,5 x 36.720
Jumlah
Jumlah Unit
36.720
36.720
Biaya per Unit (Rp)
12.798,2
14.535,5
27.333,7
Jumlah Unit
44.280
44.280
Biaya per Unit (Rp)
53.066
14.535,5
67.601,5
Jumlah Unit
27.720
27.720
Biaya per Unit (Rp)
67.814,2
14.535,5
82.349,7
Sumber: Data hasil olahan
Berdasarkan hasil perhitungan Harga Pokok Produksi Pizza Hut pada PT. Sarimelati Kencana tahun
2012 dengan menggunakan sistem tradisional diperoleh harga pokok produksi untuk jenis Pizza Hut Personal
adalah Rp 27.333,7 , untuk Pizza Hut Medium Rp 67.601,5 dan untuk Pizza Hut Large adalah Rp 82.349,7.
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik dengan Activity-Based Costing System dapat dilihat pada Tabel 3
sebagai berikut.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
155
Tabel 3. Pembebanan BOP dengan Activity Based Costing System PT. Sarimelati Kencana tahun 2012
Level
aktivitas
Cost
Driver
Pizza Hut
Personal
Proses pembebanan
4.874,23 x 36.720
4.874,23 x 44.280
4.874,23 x 27.720
14.204,31 x 2. 232
KWH
14.204,31 x 11.160
14.204,31 x 8.928
154.708,49 x 449
Jam
154.708,49 x 2.231
inspeksi
154.708,49 x 1.784
106.800 x 40
Unit
106.800 x 200
Produk
106.800 x 160
Total BOP
Batch
Fasilitas
PizzaHut
Large
Jumlah (Rp)
178.981.725,6
Unit
produk
Unit
Pizza Hut
Reguler
529.926.285,6
215.830.904,4
135.113.655,6
31.704.019,92
158.520.099,6
317.040.199,2
126.816.079,7
69.464.112,01
690.618.699,4
345.154.641,2
275.999.946,2
4.272.000
21.360.000
284.421.857,5
42.720.000
17.088.000
555.017.681,5
740.865.645,2
1.580.305.184
Sumber : Data hasil olahan
Berdasarkan pembebanan biaya overhead pabrik yang telah dilakukan di atas, maka perhitungan harga
pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing System pada PT. Sarimelati Kencana
tahun 2012 dapat disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity Based Costing System pada PT. Sarimelati
Kencana tahun 2012
Keterangan
Pizza Hut Personal
Pizza Hut Reguler
Pizza Hut Large
Biaya Bahan Baku
309.014.856
1.545.074.280
1.236.059.424
Biaya TKL
160.938.216
804.691.080
643.752.864
BOP (pembulatan)
284.421.858
740.865.645
555.017.682
HPP
754.374.930
3.090.631.005
2.434.829.970
36.720
44.280
27.720
20.543,9
69.797,4
87.836,5
Unit Produk
HPP per unit (pembulatan)
Sumber : Data hasil olahan
Hasil perhitungan Harga Pokok Produksi per unit pada PT. Sarimelati Kencana tahun 2012 menggunakan
Activity Based Costing System diperoleh hasil harga pokok produksi untuk pizza hut personal adalah sebesar Rp
20.543,9, untuk pizza hut regular sebesar Rp 69.797,4 dan untuk pizza hut large adalah sebesar Rp 87.836,5.
Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System dapat
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System
pada PT. Sarimelati Kencana tahun 2012
Jenis Produk
Pizza Hut Personal
Sistem tradisional
27.333,7
Sistem ABC
20.543,9
Selisih
6.789,8
Nilai kondisi
Overcost
Pizza Hut Reguler
Pizza Hut Large
67.601,5
82.349,7
69.797,4
87.836,5
-2.195,9
-5.486,8
Undercost
Undercost
Sumber :Data hasil olahan
Pembahasan
PT. Sarimelati Kencana selama ini menggunakan Sistem Tradisional dalam menentukan Harga Pokok
Produksi. Dalam menentukan tarif tersebut PT. Sarimelati Kencana mempunyai beberapa pertimbangan yaitu
segmen pasar atau daya beli konsumen. Perhitungan Harga Pokok Produksi PT. Sarimelati Kencana adalah
dengan cara menjumlahkan semua biaya tetap dan biaya variabel.Sistem Tradisional menggunakan jumlah unit
yang diproduksi sebagai dasar dalam perhitungan Harga Pokok Produksi. Dengan Sistem Tradisional diperoleh
hasil perhitungan Harga Pokok Produksi per unit pada tahun 2012 diperoleh hasil Harga Pokok Produksi untuk
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
156
Pizza Hut Personal adalah sebesar Rp 27.333,7, Pizza Hut Regular sebesar Rp 67.601,5 dan untuk Pizza Hut
Large sebesar Rp 82.349, 7.
Penentuan Harga Pokok Produksi berdasar Activity-Based Costing System terdiri dari dua tahap yaitu
prosedur tahap pertama dan prosedur
tahap kedua. Activity-Based Costing System menggunakan Cost Driver
yang lebih banyak, oleh karena itu Activity-Based Costing System mampu menentukan hasil yang lebih akurat
dan tidak menimbulkan distorsi biaya. Selain itu Activity-Based Costing System dapat meningkatkan mutu
pengambilan keputusan sehingga dapat membantu pihak manajemen memperbaiki perencanaan
strategisnya. Dilihat dari hasil perhitungan Harga Pokok Produksi yang menunjukkan hasil yang lebih besar dari
Sistem Tradisional adalah pizza hut regular sebesar Rp 69.797,4 dan pizza hut large sebesar Rp 87.836,5.
Activity-Based Costing System merupakan sistem akuntansi biaya yang menyediakan informasi secara akurat
sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk penetapan harga jual produk.
Berdasarkan kajian teori dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa secara
keseluruhan Activity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih besar kecuali pada pizza hut personal.
Perbedaan yang terjadi antara Harga Pokok Produksi berdasar Sistem Tradisional dan Activity-Based Costing
System disebabkan karena pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk. Pada Sistem
Tradisional Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu Cost Driver saja
yaitu jumlah unit produksi. Akibatnya terjadi distorsi pada pembebanan Biaya Overhead Pabrik. Pada ActivityBased Costing System Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada beberapa Cost
Driver sehingga Activity- Based Costing System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap produk secara
tepat berdasar konsumsi masing-masing aktivitas.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis di PT. Sarimelati Kencana
(Pizza Hut Mantos), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PT. Sarimelati Kencana (Pizza Hut Mantos) dengan menggunakan
metode Activity-Based Costing System memperoleh hasil perhitungan untuk pizza hut personal adalah
sebesar Rp 20.543,9, untuk pizza hut regular sebesar Rp 69.797,4 dan untuk pizza hut large adalah sebesar
Rp 87.836,5.
2. Perbandingan Harga Pokok Produksi pada PT. Sarimelati Kencana dengan menggunakan Sistem Tradisional
dan Activity- Based Costing System adalah sebagai berikut:
a. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing System memberikan hasil yang
lebih mahal dari Sistem Tradisional pada pizza hut regular dan pizza hut large, sedangkan pizza hut
personal memberikan hasil yang jauh lebih murah.
b. Perbedaan yang terjadi antara Harga Pokok Produksi dengan menggunakan Sistem Tradisional dengan
Activity-Based Costing System disebabkan karena pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada masingmasing produk. Pada Sistem Tradisional biaya pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu
Cost Driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan Biaya Overhead Pabrik. Pada
metode Activity-Based Costing System, Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk dibebankan
pada banyak Cost Driver, sehingga Activity-Based Costing System mampu mengalokasikan biaya
aktivitas ke setiap jenis produk secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka terdapat beberapa saran yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan, saran tersebut antara lain.
1. Harga Pokok Produksi pada PT. Sarimelati Kencana (Pizza Hut Mantos) dengan Activity Based-Costing
System menampakkan hasil yang relatif lebih besar daripada Harga Pokok Produksi dengan Sistem
Tradisional, namun sebaiknya PT. Sarimelati Kencana (Pizza Hut Mantos) mengevaluasi kembali sistem
pembebanan biayanya dalam menentukan Harga Pokok Produksi karena Harga Pokok Produksi akan
mempengaruhi posisi produk di pasar.
2. PT. Sarimelati Kencana (Pizza Hut Mantos) masih dapat menggunakan Sistem Tradisional jika Harga Pokok
Produksinya tidak melebihi harga dari perusahaan lain, sehingga dapat bersaing dengan harga di pasaran. PT.
Sarimelati Kencana (Pizza Hut Mantos) yang telah menghasilkan produk yang bervariasi dapat mengadopsi
Activity- Based Costing System, tetapi harus benar-benar dapat membantu pihak manajemen dalam
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
157
mengambil keputusan karena penetapan Activity- Based Costing System membutuhkan biaya yang cukup
besar.
3. Pihak manajemen sebaiknya mulai mempertimbangkan perhitungan Harga Pokok Produksi dengan
menggunakan Activity Based-Costing System dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang
lain seperti harga pesaing dan kemampuan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edward J., Chen, Kung H., Lin, Thomas W. 2009. Manajemen Biaya dengan Tekanan Stratejik.
Salemba Empat. Jakarta.
Kaplan, R. S., Cooper. R. 2008. Cost and Effect. President and Fellows of Harvad College. United States of
America.
Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., Brewer, Peter C. 2006. Akuntansi Manajerial. Jilid 1. Salemba Empat.
Jakarta.
Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M. 2008. Manajemen Biaya. Salemba Empat. Jakarta.
Hongren, Charles T., Datar, Srikant M., Foster, George. 2009. Akuntansi Biaya Pendekatan Manajerial. Jilid 1.
Erlangga. Jakarta.
Pabundu, Moh. Tika. 2006. Metodologi Riset Bisnis. Bumi Aksara. Jakarta.
Mulyadi. 2007. Activity-Based Cost System. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
_______ 2007. Akuntansi Biaya. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Supriyono. 2007. Akuntansi Manajemen I: Konsep Dasar Akuntansi Manajemen Dan Proses Perencanaan.
BPFE. Yogyakarta.
Sumarsan, Thomas. 2012. Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi dan Pengukuran Kinerja. Indeks.
Jakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
158
Download