[Pengaruh Lama Fermentasi Limbah Udang………………....….Muhammad Yunus] 1 PENGARUH LAMA FERMENTASI LIMBAH UDANG OLEH Lactobacillus acidophilus YANG DILANJUTKAN DENGAN Sacharomyces cereviseae TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN GLUKOSA THE EFFECT OF LONG FERMENTATION BY Lactobacillus acidophilus CONTINUED WITH Saccharomyces cereviseae ON SHRIMP WASTE ON CONTENT OF PROTEIN AND GLUCOSE Muhammad Yunus*, Handi Burhanudin**, Abun** Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 7 September sampai dengan 9 Oktober 2016 di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Non Ruminansia, dan Industri Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Tujuan penelitian adalah mendapatkan lama waktu fermentasi limbah udang oleh Lactobacilus acidophilus yang dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae terhadap kandungan protein dan glukosa tertinggi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri atas lima perlakuan dan empat kali ulangan sehingga terdapat 20 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah W1 (Limbah Udang Yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 1 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 5 hari), W2 (Limbah Udang Yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 2 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 4 hari ), W3 (Limbah Udang Yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 3 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 3 hari), W4 (Limbah Udang Yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 4 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 2 hari), W5 (Limbah Udang Yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 5 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 1 hari). Hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan lama fermentasi oleh Lactobacilus acidophilus dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae pada limbah udang menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap peningkatan kandungan protein dan glukosa produk. Disimpulkan bahwa lama fermentasi Lactobacilus acidophilus 5 hari dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae 1 hari menghasilkan kandungan protein dan glukosa produk tertinggi dengan nilai protein 44,23% dan glukosa 8,84%. Kata Kunci: fermentasi,limbah udang, Lactobacilus acidophilus, Saccharomyces cereviseae, protein, glukosa. [Pengaruh Lama Fermentasi Limbah Udang………………....….Muhammad Yunus] 2 ABSTRACT This research was conducted from 7 September to 9 th October 2016 in the Laboratory of Poultry Nutrition, Non Ruminant, and Feed Industry, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University. This study aims to determine long fermentation on shrimp waste by Lactobacillus acidophilus continued by Saccharomyces cereviseae to the highest protein and glucose content. The research used Completely Randomized Design consist of five treatments and four replicates that got by 20 unit of trial. The experimental are W1 (Shrimp waste fermented by Lactobacillus 1 day and continued with Saccharomyces 5 days), W2 (Shrimp waste fermented by Lactobacillus 2 days and continued with Saccharomyces 4 days), W3 (Shrimp waste fermented by Lactobacillus 3 days and continued with Saccharomyces 3 days), W4 (Shrimp waste fermented by Lactobacillus 4 days and continued with Saccharomyces 2 days), W5 (Shrimp waste fermented by Lactobacillus 5 days continued with Saccharomyces 1 day). The result of this research showed the treatment was significantly (P<0,05) on the increasing content of protein and glucose product. It was concluded that the long fermentation by Lactobacillus acidophilus 5 days continued with Saccharomyces cereviseae 1 day produce the highest content of protein and glucose product with the value protein 44,23% ang glucose 8,84%. th Keywords: fermentation, shrimp waste, Lactobacillus acidophilus, Saccahromyces cereviseae, protein, glucose. PENDAHULUAN Limbah udang mempunyai kandungan kitin yang berkisar antara 20 - 30 % dari berat kering limbah udang dan keberadaan kitin dalam limbah udang masih berikatan dengan unsur lain seperti protein, kalsium karbonat dan magnesium. Limbah udang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak namun karena dibatasi oleh adanya kitin yang mengikat protein dan mineral dalam limbah udang sehingga perlu diupayakan untuk mengolah limbah udang dahulu sebelum di jadikan sumber pakan ternak. Degradasi ikatan kitin dan protein serta mineral yang terkandung dalam limbah udang dapat dilakukan melalui proses fermentasi secara bertahap dengan menggunakan bantuan mikroba. Pengolahan limbah udang sebagai pakan dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologis. Pengolahan dengan cara biologis adalah pengolahan dengan cara memanfaatkan mikroorganisme, seperti bakteri, jamur dan ragi. Pemilihan mikroorganisme yang digunakan sangat menentukan produk yang dihasilkan. Mikroorganisme yang digunakan dalam bioproses limbah udang harus memiliki sifat proteolitik dan dapat menciptakan suasana asam agar kitin didegradasi menjadi protein dan mineral. Sifat Lactobacillus acidophilus mampu meningkatkan nilai cerna pada bahan terfermentasi karena dapat mendegradasi bahan yang sulit dicerna, sehingga dapat diserap oleh tubuh, misalnya protein diubah menjadi asam-asam Bakteri Lactobacillus acidophilus memiliki kemampuan menghasilkan enzim proteolitik di sekitar dinding sel, membran sitoplasma, atau didalam sel. Adanya enzim protease dan khitinase diharapkan dapat membantu memisahkan protein dengan khitin pada limbah udang. Enzim protease dapat digunakan untuk memisahkan nitrogen (N) pada ikatan kitin [Pengaruh Lama Fermentasi Limbah Udang………………....….Muhammad Yunus] 3 cangkang udang. Sedangkan Saccharomyces cereviseae adalah khamir yang dapat menghasilkan enzim khitinase, amilase, lipase, protease, dan enzim lain yang dapat membantu proses pencernaan zat-zat makanan dalam organ pencernaan. Khamir penghasil enzim ekstraseluler dan khamir ini telah digunakan dalam jangka waktu yang lama untuk proses fermentasi dan tidak menghasilkan produk samping berbahaya atau bahan lain yang bersifat toksik. Khamir ini memiliki kemampuan menghidrolisis pati menjadi glukosa. BAHAN DAN METODE (1) Bahan dan Peralatan Penelitian Substrat yang digunakan dalam penelitian adalah limbah udang berupa kepala dan kulit yang diperoleh dari Muara Angke, Jakarta. Inokulum yang digunakan untuk fermentasi limbah udang yaitu Lactobacillus acidophilus dan Saccharomyces cerevisiae. Bahan lain adalah aquadest, agar, sukrosa, NaCl, mineral-mineral, dan spirtus. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah neraca analitik digital, hammer mill, tabung stainless steel, rak fermentor, oven, autoclave, beaker glass, labu erlenmeyer, jarum ose, pembakar bunsen, cawan petri, sendok pengaduk, kertas lakmus, kapas dan alumunium foil, sendok pengaduk, dan pipet. (2) Prosedur Penelitian Pembuatan media NBA (Nutrient Broth Agar) dengan mendidihkan limbah udang 250 g ditambah aquades sebanyak 1000 ml lalu disaring dan diambil 500 ml kemudian ditambahkan 15 g sukrosa, 9 g NaCl, dan 7 g agar masukkan kedalam labu erlenmeyer untuk selanjutnya disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan 1 atm dan didinginkan dalam tabung reaksi masingmasing 3ml, ditutup kapas dan diletakkan dengan posisi miring. Media agar yang sudah jadi digunakan untuk perbanyakan bakteri. Pembuatan larutan mineral untuk perbanyakan dan pembuatan inokulum Lactobacillus acidophilus dengan mencampurkan CONH2 0,5% (b/v); NaCl 0,5% (b/v); KH2PO4 0,4% (b/v), MgCl 0,1% (b/v); dan aquadest sampai volume campuran 1000 ml (Abun, 2008). Setelah itu disterilkan dengan menggunakan autoclave suhu 121oC selama 15 menit dan tekanan 1 atm. Biakan murni Lactobacillus acidophilus digoreskan pada media agar miring secara aseptis dengan menggunakan jarum ose ke dalam tabung reaksi kemudian diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 45C (inokulum primer), selanjutnya dilakukan pengenceran 10 kali dengan menambahkan larutan mineral steril (inokulum sekunder). Pembuatan inokulum dengan mencampurkan limbah udang steril sebanyak 1 g dan 1 gram nutrient broth lalu ditambah larutan mineral sampai volume 90 ml. Selanjutnya tambahkan 10 ml biakan Bacillus licheniformis sehingga volume inokulum menjadi 100 ml, kemudian diinkubasikan pada suhu 45C selama 48. Menghitung jumlah koloni mikroba (minimal 1x109 CFU/ml) dari inokulum yang sudah jadi menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Koloni yang dihasilkan adalah 5,31x109 CFU/ml. Pembuatan media ETA (Ekstrak Toge Agar) dengan mendidihkan toge 250 gr ditambah aquades sebanyak 1000 ml lalu mengambil ekstrak toge berwarna bening kemudian tambahkan aquades sampai diperoleh larutan sebanyak 1000 ml masukkan [Pengaruh Lama Fermentasi Limbah Udang………………....….Muhammad Yunus] 4 kedalam labu Erlenmeyer. Setelah itu, diambil 3 ml media ETA masukkan kedalam tabung reaksi tutup mulut tabung menggunakan kapas dan kassa steril lalu media dimiringkan untuk selanjutnya digunakan sebagai media perbanyakan khamir Saccharomyces cerevisiae. Pembuatan larutan mineral untuk perbanyakan dan pembuatan inokulum Saccharomyces cerevisiae dengan mencampurkan NH4NO3 0,5% (b/v); KCl 0,05% (b/v); MgSO4. 0,05% (b/v); FeSO4 0,01% (b/v); CuSO4 0,001% (b/v); dan aquadest sampai volume campuran 1000 ml, disterilkan dengan menggunakan autoclave suhu 121C selama 15 menit dan tekanan 1 atm. Biakan murni Saccharomyces cerevisiae digoreskan pada media agar miring secara aseptis, diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 35C (inokulum primer), selanjutnya dilakukan pengenceran 10 kali dengan menambahkan larutan mineral steril (inokulum sekunder). Pembuatan inokulum dengan mencampurkan limbah udang steril sebanyak 1 g dan 1 g ETA lalu ditambah larutan mineral sampai volume 90 ml. Selanjutnya tambahkan 10 ml biakan Saccharomyces cereviseae sehingga volume inokulum menjadi 100 ml, kemudian diinkubasikan pada suhu 35C selama 48 jam. Menghitung jumlah koloni mikroba (minimal 1x107 CFU/ml) dari inokulum yang sudah jadi menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Limbah udang disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121C selama 15 menit dan tekanan 1 atm. Tiriskan lalu hitung kandungan bahan kering substrat. Masukkan kedalam 20 buah tabung stainless steel (masing-masing sebanyak 100 g) dan ditambahkan aquadest dengan perbandingan padatan dan cairan 1:10 (substrat cair). Diinokulasikan dengan inokulum Lactobacillus acidophilus 3% (dari jumlah bahan kering substrat) kemudian diaduk sampai homogen. Tabung ditutup sehingga kondisi menjadi anaerob, masing-masing sampel diinkubasikan dalam rak fermentor dengan lama waktu fermentasi oleh Lactobacillus acidophilus disesuaikan dengan perlakuan, setelahnya dilakukan pengukuran pH dan penghitungan jumlah koloni mikroba dengan metode TPC. Selanjutnya limbah udang produk fermentasi Lactobacillus acidophilus diinokulasikan dengan inokulum Saccharomyces cereviseae dengan dosis 2% (dari jumlah bahan kering substrat), kemudian diaduk sampai homogen. Masing-masing sampel diinkubasikan kembali dalam rak fermentor sesuai perlakuan, setelahnya dilakukan kembali pengukuran pH dan penghitungan jumlah koloni mikroba dengan metode TPC. Selanjutnya mensterilisasi produk fermentasi dengan autoclave selama 15 menit pada suhu 121C dengan tekanan 1 atm untuk kemudian dianalisis kandungan protein dan glukosanya. (3) Peubah Yang Diamati Protein Pengukuran kandungan protein dilakukan dengan menggunakan pengukuran protein metode Lowry (Sudarmadji, dkk., 1984). Glukosa Pengukuran kandungan glukosa dilakukan dengan menggunakan pengukuran gula reduksi metode Luff Schoorl (Sudarmadji, dkk., 1984). (4) Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 4 kali sehingga didapat 20 unit percobaan. Perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: W1 = Limbah Udang Yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 1 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 5 hari [Pengaruh Lama Fermentasi Limbah Udang………………....….Muhammad Yunus] 5 W2 = Limbah Udang Yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 2 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 4 hari W3 = Limbah Udang Yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 3 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 3 hari W4 = Limbah Udang Yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 4 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 2 hari W5 = Limbah Udang Yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 5 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 1 hari Data yang diperoleh diuji menggunakan sidik ragam (Gaspersz, 1995) dengan model matematika sebagai berikut: Yij = µ + αi + eij Keterangan: Yij : Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j µ : Nilai tengah populasi αi : Pengaruh dari perlakuan ke-i eij : Galat percobaan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j i : Perlakuan ke-i (1, 2, 3, 4, 5) j : Ulangan ke-j (1, 2, 3, 4) HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis sidik ragam, dapat diketahui bahwa lama fermentasi dengan menggunakan Lactobacillus acidophilus dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae pada limbah udang nyata (P<0,05) meningkatkan kandungan protein dan glukosa produk. Perbedaan antar perlakuan dianalisis menggunakan uji Duncan yang hasilnya dicantumkan pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Duncan Pengaruh Lama Fermentasi oleh Lactobacillus acidophilus dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae pada Limbah Udang terhadap Kandungan Protein dan Glukosa Produk Perlakuan Rata-rata Kandungan Protein Rata-rata Kandungan Glukosa ………………………..………%.................................................... W5 44,23a 8,84a W4 45,26a 7,32b W3 40,58b 6,83c W2 39,32b 3,84d 37,49c 3,25e W1 Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P < 0,05). [Pengaruh Lama Fermentasi Limbah Udang………………....….Muhammad Yunus] 6 Pengaruh Lama Fermentasi oleh Lactobacillus acidophilus yang dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae pada Limbah Udang terhadap Kandungan Protein Produk Berdasarkan Tabel 1 hasil uji Duncan menunjukkan adanya perbedaan dari masing-masing perlakuan terhadap kandungan protein. W4 dan W5 berbeda nyata lebih tinggi (P < 0,05) jika dibandingkan dengan W1, W2, dan W3. Semakin lama waktu fermentasi oleh Lactobacilus acidophilus dan semakin singkat waktu fermentasi oleh Saccharomyces cereviseae pada fermentasi limbah udang menghasilkan rataan kandungan protein produk yang semakin tinggi akan tetapi pada W5 atau perlakuan ke5, kandungan protein Limbah udang yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 5 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 1 hari mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah bakteri Lactobacilus acidophilus pada hari ke-5 mengalami penurunan jumlah koloni menjadi (7,22 x 109 CFU/ml) sehingga kadar protein limbah udang berkurang, walaupun ada penurunan kadar protein pada perlakuan W5 akan tetapi secara statistik signifikansi antara W4 dan W5 tidak menunjukan perbedaan yang signifikan hal tersebut dapat ditunjukan pada Tabel 1. Meningkatnya kandungan protein pada W1 hingga W4 disebabkan karena kemampun bakteri Lactobacilus acidophilus dan Saccharomyces cereviseae dalam memproduksi enzim protease untuk mendegradasi limbah udang semakin banyak. Substrat limbah udang memiliki kandungan protein yang baik sehingga dapat memacu pertumbuhan Lactobacilus acidophilus secara optimal karena Lactobacilus acidophilus merupakan salah satu spesies bakteri yang mampu menghasilkan protease dalam jumlah yang relatif tinggi begitupun dengan bakteri Lactobacillus acidophilus memiliki kemampuan menghasilkan enzim proteolitik di sekitar dinding sel, membran sitoplasma, atau didalam sel. Adanya enzim protease dan khitinase dapat membantu memisahkan protein dengan khitin pada limbah udang (Ulfa, 2003). Lama fermentasi berkaitan dengan fase pertumbuhan mikroba yang terus berubah dari waktu ke waktu selama proses fermentasi berlangsung. Semakin lama waktu yang digunakan pada proses fermentasi mampu memberikan kesempatan pada mikroba untuk merombak komponen yang ada didalam substrat menjadi komponen yang lebih sederhana dan mudah dicerna. Hal ini sejalan dengan pendapat Aisjah (1995) bahwa waktu inkubasi yang lebih lama akan semakin banyak kesempatan mikroba untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga konsentrasi metabolik semakin tinggi sampai akhirnya menjadi terbatas yang kemudian dapat menyebabkan laju pertumbuhan menurun. Begitu pula sebaliknya, waktu inkubasi yang singkat mengakibatkan terbatasnya kesempatan mikroba untuk terus tumbuh dan berkembang biak sehingga jumlah komponen substrat yang dapat diubah menjadi massa sel juga sedikit. Perolehan protein yang semakin meningkat pada produk fermentasi limbah udang ini berasal dari 2 komponen protein. Menurut O’Brient, dkk., (1993), komponen protein pada cangkang artropoda terbagi menjadi 2 bagian yaitu protein yang terikat secara kovalen dengan kitin dan protein yang terikat non-kovalen. Pada fermentasi limbah udang yang dilakukan, protein yang terikat secara non kovalen atau fisik dapat dirombak dengan perlakuan fisik seperti pengecilan ukuran sedangkan protein yang terikat secara kovalen dapat dirombak dengan perlakuan biologis sehingga dapat meningkatkan kandungan protein hasil fermentasi. W1 yaitu limbah udang yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 1 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 5 hari memberikan hasil berupa nilai protein yang paling rendah, yang menunjukkan bahwa lama fermentasi 1 hari oleh [Pengaruh Lama Fermentasi Limbah Udang………………....….Muhammad Yunus] 7 Lactobacilus acidophilus belum optimal untuk memecah senyawa komplek menjadi sederhana pada limbah udang meskipun dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae selama 5 hari. Hal tersebut dapat diartikan bahwa fermentasi yang dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae selama 5 hari tidak optimal dalam meningkatkan protein produk fermentasi limbah udang yang disebabkan karena Saccharomyces cereviseae merupakan khamir yang dapat tumbuh dengan optimal pada substrat yang mengandung gula yang tinggi dan aktivitas primernya adalah merombak gula menjadi etanol sehingga substrat limbah udang kurang cocok untuk menunjang kemampuan khamir Saccharomyces cereviseae dalam memproduksi enzim yang dihasilkan untuk merombak senyawa kompleks pada limbah udang. Peningkatan kandungan protein selain karena aktvitas enzim yang dihasilkan oleh mikroba juga disebabkan oleh penambahan protein sel tunggal (PST) yang berasal dari N substrat menjadi N mikroba (Lactobacilus acidophilus dan Saccharomyces cereviseae). Hal ini dapat dilihat dari banyaknya populasi mikroba (lampiran 6) pada perlakuan W4 yang lebih tinggi dari perlakuan yang lain yaitu (7,77 x 109 CFU/ml). Didukung oleh Sjofjan, dkk., (2001) bahwa perkembangan biomasa inokulum menyebabkan peningkatan kandungan protein substrat. Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim proteolitik di sekitar dinding sel, membran sitoplasma, atau di dalam sel (Thomas dkk, 1987), selain itu bakteri asam laktat (BAL) mampu meningkatkan nilai cerna pada makanan fermentasi karena dapat melakukan pemotongan pada bahan makanan yang sulit dicerna sehingga dapat langsung diserap oleh tubuh, misalnya protein diubah menjadi asamasam amino (Guerra et al., 2006) Pengaruh Lama Fermentasi oleh Lactobacillus acidophilus yang dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae pada Limbah Udang terhadap Kandungan Protein Produk Berdasarkan hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kandungan glukosa perlakuan W5 berbeda nyata lebih tinggi dari perlakuan W1, W2, W3 dan W4. Kandungan glukosa pada perlakuan W1,W2,W3 satu sama lain berbeda nyata (P<0,05). Tetapi pada perlakuan W4 dan W5 satu sama lain tidak berbeda nyata (P<0,05). Sama halnya seperti pada protein bahwa semakin lama waktu fermentasi oleh Lactobacilus acidophilus dilanjutkan dengan semakin singkatnya fermentasi oleh Saccharomyces cereviseae pada fermentasi limbah udang menghasilkan rataan kandungan glukosa yang semakin meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lactobacilus acidophilus mampu memproduksi enzim kitinase yang lebih optimal daripada Sacharomyces cereviseae untuk mendegradasi kitin menjadi glukosa yang ditunjukkan dengan hasil perolehan glukosa yang paling tinggi pada perlakuan W5. Peningkatan glukosa ini erat kaitannya dengan peranan mikroba yang mampu mendegradasi komponen karbohidrat dalam limbah udang menjadi glukosa melalui proses fermentasi. Enzim yang berperan dalam perombakan tersebut adalah enzim kitinase yang dapat dihasilkan oleh Lactobacilus acidophilus dan Sacharomyces cereviseae akan tetapi produksi enzim kitinase dari bakteri lebih baik jika dibandingkan kitinase dari khamir karena kemudahannya berkembang biak dalam waktu yang relatif singkat sehingga produksi enzim yang dihasilkan untuk merombak substratpun akan semakin banyak. [Pengaruh Lama Fermentasi Limbah Udang………………....….Muhammad Yunus] 8 Perolehan glukosa tertinggi dengan perlakuan lama fermentasi Lactobacilus acidophilus yang panjang dan dilanjutkan dengan semakin singkatnya lama fermentasi Sacharomyces cereviseae menggambarkan bahwa fermentasi yang diawali oleh Lactobacilus acidophilus dengan waktu fermentasi yang panjang memberi kesempatan besar bagi Lactobacilus acidophilus untuk menghasilkan enzim kitinase yang dapat memutus ikatan kitin dan senyawa kitin menjadi glukosamin yang ditunjukkan dengan meningkatknya kandungan glukosa produk. Pertumbuhan Saccharomyces cereviseae yang optimal ditunjukkan dari perlakuan W5 yaitu limbah udang yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 5 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 1 hari. (semakin singkatnya waktu fermentasi Saccharomyces cereviseae). Hal tersebut menggambarkan tersedianya glukosa yang cukup hasil perombakan oleh Lactobacilus acidophilus dalam limbah udang yang digunakan untuk pertumbuhan Saccharomyces cereviseae dan dengan waktu fermentasi yang singkat sanggup untuk menunjang kehidupan Saccharomyces cereviseae yang ditunjukkan dari banyaknya populasi Saccharomyces cereviseae pada perlakuan W5 yang lebih tinggi dari perlakuan yang lain yaitu (5,07x107 CFU/ml). Perlakuan W5 limbah udang yang difermentasi oleh Lactobacillus acidophilus 5 hari dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae 1 hari menghasilkan rataan kandungan glukosa tertinggi sebesar 8,84% yang menggambarkan keadaan optimal bagi Lactobacilus acidophilus untuk mendegradasi kitin menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu glukosa kemudian dilanjutkan dengan fermentasi Saccharomyces cereviseae yang singkat sehingga semakin sedikit glukosa yang digunakan sebagai nutrisi untuk pertumbuhan Saccharomyces cereviseae tetapi sanggup untuk menunjang pertumbuhannya yang ditunjukkan dengan jumlah populasi mikroba yang tinggi pula. Perolehan glukosa yang tinggi pada W5 juga menggambarkan bahwa limbah udang produk fermentasi selain dapat menyediakan protein yang cukup dalam pakan juga dapat menyediakan glukosa yang merupakan senyawa dasar dan mempunyai nilai manfaat sebagai bahan dasar energi untuk ternak unggas. KESIMPULAN Semakin lama waktu fermentasi oleh Lactobacilus acidophilus dan dilanjutkan dengan semakin singkatnya lama fermentasi oleh Saccharomyces cereviseae menghasilkan rataan kandungan protein dan glukosa produk yang semakin meningkat dimana kandungan protein dan glukosa produk tertinggi diperoleh dari perlakuan lama fermentasi Lactobacilus acidophilus lima hari yang dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae satu hari dengan nilai 44,23% dan 8,84%. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing utama Ir. Handi Burhanudin, MSi., dan kepada dosen pembimbing anggota Dr. Ir. Abun, MP., yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, saran, serta bimbingan dalam penulisan dan penyelesaian penyusunan artikel ilmiah ini. Kepada Kang Yaman dan Pak Jondri, Ssi., sebagai teknisi Laboratorium Nutrisi Unggas, Non Ruminansia, dan Industri Makanan Ternak yang telah banyak membantu selama penelitian. [Pengaruh Lama Fermentasi Limbah Udang………………....….Muhammad Yunus] 9 DAFTAR PUSTAKA Abun. 2008. Biokonversi Limbah Udang Windu (Pnaeusmonodon) oleh Bacillus Licheniformis dan Aspergillus niger Serta Implementasinya Terhadap Performan Broiler. Disertasi, Universitas Padjadjaran, Bandung Ahmad, R.Z. 2007. Aktivitas Enzim Kitinase dan Protease pada Cendawan Nematofagus (Duddingtonia flagrans dan Saccharomyces cerevisiae). Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor. Aisjah, T. 1995. Biokonversi Limbah Umbi Singkong menjadi Bahan Pakan Sumber Protein oleh Jamur Rhizophus serta pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ayam Pedaging. Disertasi. Universitas Padjadjaran. Bandung. Anshori, R. 1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Axelsson, L. 1998. Lactic acid bacteria: classi cation and physiology. Dalam: Salminen, S. Dan von Wright, A. (ed.). Lactic Acid Bacteria: Microbology and Functional Aspects, Hal. 1-72. Marcel Dekker Inc. New York. Foster, B., dan Webber, J.M. 1960. Isolation of Chitin. Advances in Carbohydrate Chemistry Vol. 15: hal. 371-393 Gascon, S., Lampen J.O. 1968. Purification of the internal invertase of yeast. J Biol Chem. 243(7):1567-72 Gaspersz, V. 1995. Teknis Analisis dalam Penelitian Percobaan Jilid 1. Bandung. 6264; 123-131 Mirzah, 1990. Pengaruh Tingkat Penggunaan Tepung Limbah Udang yang Diolah Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging. Tesis Pasca Sarjana Universitas Padjajaran. Ulfa, U. 2003. Penggunaan Campuran Dedak Padi dan Limbah Udang Terfermentasi pada Puyuh Petelur (Cortunix-cortunix japonica). Skripsi. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.