BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Asimetri Informasi Pada umumnya manajer tidak memilki pengetahuan yang lebih tentang pasar saham dan tingkat bunga di masa datang, tetapi mereka lebih mengetahui kondisi dan prospek perusahaan. Jika seorang manajer mengetahui prospek perusahaan lebih baik dari investor maka akan muncul asymmetric information (Sartono, 2001:xxii). Asimetris informasi dapat terjadi di antara dua kondisi yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga sangat berpengaruh terhadap manajemen dan harga saham. Teori asimetrik ini sangat besar peranannya di dalam manajemen keuangan (Sartono, 2001: xxiii). Pada umumnya, manajer mengetahui bagaimana kondisi dan prospek perusahaan lebih baik dari pihak lainnya (investor dan debitor), hal ini akan memunculkan asimetri informasi. Ketidakseimbangan informasi terjadi antara pasar di satu pihak dan manajemen di lain pihak. Adanya publikasi laporan keuangan diharapkan oleh pihak perusahaan dapat mengurangi adanya asimetri informasi, dimana semua pihak dalam maupun pihak luar perusahaan memiliki informasi yang sama mengenai perusahaan. 12 2.1.2 Teori Sinyal Teori sinyal ini dikembangkan dalam literatur ekonomi dan keuangan yang menyatakan bahwa corporate insiders (para pekerja dan manajemen) pada umumnya mempunyai informasi yang lebih baik dari pada investor lain tentang kondisi perusahaan saat ini dan prospeknya di masa mendatang. Isyarat atau sinyal menurut Brigham dan Houston (2006:31) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Teori sinyal menjelaskan alasan bahwa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal (Thiono, 2006). Dorongan ini dilakukan karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar, dimana perusahaan lebih mengetahui mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dibandingkan pihak luar (investor dan kreditor). Perusahaan dapat meningkatkan nilai pesurahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri itu adalah dengan memberikan sinyal kepada pihak luar, yaitu dengan memberikan informasi keuangan perusahaan, sehingga diharapkan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa mendatang. Menurut Jogiyanto (2010:392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi 13 pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Untuk menjalankan perusahaan, manajer memerlukan pihak-pihak luar perusahaan seperti investor, kreditor, pemasok, hingga pelanggan, agar perusahaan dapat berkembang dengan baik sesuai keinginan bersama. Maka dari itu, perusahaan melakukan pemberian sinyal yang positif, agar pihak-pihak luar perusahaan tersebut yakin akan kinerja perusahaan dan nilai perusahaan menjadi meningkat (Husnan dan Pudjiastuti, 2003). Krisis subprime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat tahun 2008 merupakan salah satu kejadian yang memeberikan sinyal negatif bagi pasar modal internasional. Hal ini menyebabkan reaksi yang beragam dari para pelaku pasar, sehingga beberapa bursa saham global mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sinyal negatif yang diterima para investor mengakibatkan investor lebih memilih menjual saham untuk menghindari risiko. 2.1.3 Teori Pasar Efisien Pasar yang efisien adalah pasar yang dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Informasi 14 tersebut dapat meliputi semua informasi di masa lalu, maupun informasi saat ini, serta informasi yang bersifat sebagai pendapat/opini rasional yang beredar di pasar yang dapat mempengaruhi perubahan harga (Tandelilin, 2010:219). Menurut Husnan (2005:256), pasar efisien merupakan pasar yang harga-harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat suatu informasi baru tercermin pada harga sekuritas, maka semakin efisien pasar tersebut. Menurut Tandelilin (2010:220), ada beberapa kondisi yang harus terpenuhi untuk tercapainya pasar yang efisien, yaitu: 1) Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk memaksimalkan provit atau keuntungan dengan secara aktif berpartisipasi di pasar melalui cara menganalisis, menilai, dan melakukan perdagangan saham. 2) Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan cara yang murah dan mudah. 3) Informasi yang terjadi bersifat random. 4) Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga sekuritas akan berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnya akibat informasi tersebut. Untuk memudahkan penelitian tentang efisiensi pasar, Fama (1970), mengklasifikasikan bentuk pasar efisien ke dalam tiga efficient market hypothesis (EMH), sebagai berikut: 1) Efisiensi dalam Bentuk Lemah (weak form) 15 Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Informasi masa lalu tersebut tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. Dapat dikatakan bahwa investor tidak dapat memprediksi nilai pasar saham di masa mendatang dengan menggunakan data di masa lalu. 2) Efisien dalam Bentuk Setengah Kuat (semi strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat, jika harga pasar saham yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi historis ditambah dengan semua informasi yang dipublikasikan. Dalam pasar efisien bentuk setengah kuat, informasi harus terserap atau direspon dengan cepat oleh pasar. Pada kondisi ini investor berpikir dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan pengamatan secara seksama terhadap informasi publik yang tersedia di pasar. 3) Efisiensi dalam Bentuk Kuat (strong form) Pasar efisien dalam bentuk kuat berarti harga pasar saham yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi masa lalu ditambah semua informasi yang dipublikasikan dan juga informasi yang tidak dipublikasikan atau informasi privat. Pada pasar ini, investor tidak dapat memperoleh return tak normal, karena pasar efisien bentuk kuat merupakan bentuk pasar efissien paling ketat. Hal ini terkait dengan 16 pentingnya suatu harga pasar mencerminkan semua informasi baik publik maupun nonpublik. 2.1.4 Harga Saham Saham (sekuritas) merupakan surat berharga yang menunjukan hak pemodal (pihak yang memilki surat berharga) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya (Husnan, 2003:303). Sedangkan harga saham adalah harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal (Jogiyanto, 2009:167).Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan.Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasanbagi investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikankeuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagiperusahaan sehingga memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan danadari luar perusahaan. Harga saham menurut Jogiyanto (2009:168), dapat dibedakan menjadibeberapa jenis yaitu: 1) Harga Nominal Harga nominal merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten untukmenilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Harga nominal initercantum dalam lembar saham tersebut. 17 2) Harga Perdana Harga perdana merupakan harga sebelum harga tersebut dicatat dibursa efek. Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antaraemiten dan penjamin emisi. 3) Harga Pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu ke investoryang lain. Harga pasar terjadi setelah saham tersebut dicatat di bursa efek. 4) Harga Pembukaan Harga pembukaan adalah harga yang diminta penjual dari pembelipada saat jam bursa dibuka. 5) Harga Penutupan Harga penutupan merupakan harga yang diminta oleh penjual danpembeli saat akhir hari buka. 6) Harga Tertinggi Harga saham tidak hanya sekali atau dua kali dalam satu hari, tetapibisa berkali dan tidak terjadi pada harga saham yang lama. Dari hargahargayang terjadi tentu ada harga yang paling tinggi pada satu hari bursatersebut, harga itu disebut harga tertinggi. 7) Harga Terendah Harga terendah merupakan kebalikan dari harga tertinggi, yaituharga yang paling rendah pada satu hari bursa. 18 8) Harga Rata-rata Harga rata-rata merupakan rata-rata dari harga tertinggi dan terendah. Harga ini bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan, atau tahunan. Sebelum menginvestasikan dananya investor melakukan analisis terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Investor juga berkepentingan atas informasi yang berhubungan dengan kondisi atau kinerja keuangan perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dan ayang diinvestasikan tersebut mampu menghasilkan nilai tambah di masa mendatang dalam bentuk dividen atau capital gain. Menurut Eduardus Tandelilin (2007:183), dalam penilaian saham dikenal tiga jenis nilai, yaitu: 1) Nilai buku, merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). 2) Nilai pasar, merupakan nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh hargasaham tersebut di pasar. 3) Nilai intrinsik atau teoritis, merupakan nilai saham yang sebenarnya atauseharusnya terjadi. Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap detik harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor utama yang menyebabkan harga pasar saham berubah adalah karena dipengaruhi olehdua faktor yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal disebut juga faktor fundamental adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh manajemen 19 perusahaan, sedangkan faktor eksternal yangmerupakan faktor non fundamental biasanya dapat disebabkan oleh kondisi ekonomi seperti suku bunga, dan kebijakan pemerintah. Selanjutnya menurut Alwi (2003:87) dalam Hugida (2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham atau indeks harga saham. Faktorfaktortersebut dapat dimasukkan ke dalam faktor fundamental yang berasaldari lingkungan internal dan faktor kondisi ekonomi yang berasal dari lingkungan eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut antara lain yaitu: 1) Faktor Fundamental (Lingkungan Internal) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru,laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan utang. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of directorannouncements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organisasi. Pengumuman pengambil alihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset, dan penutupan usaha lainnya.Pengumuman ketenagakerjaan (labour 20 announcements), sepertinegoisasi baru, kontrak baru, pemogokan, dan lainnya.Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan labasebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earnings perShare (EPS) dan Dividend per Share (DPS), Price Earnings Ratio, NetProfit Margin, Return on Assets (ROA), dan lainnya. 2) Faktor Kondisi Ekonomi (Lingkungan Eksternal) Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan berbagai regulasi serta deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawanterhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaanterhadap manajernya. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan atau penundaan trading. Gejolak politik-ekonomi dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara. Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri. 2.1.5 Volatilitas Harga Saham Menurut Firmansyah (2006) dalam Hugida (2011), volatilitas merupakan pengukuran statistik fluktuasi dari harga saham selama periode tertentu. Ukuran dari fluktuasi harga ini menunjukan penurunan dan peningkatan harga saham dalam 21 periode yang singkat dan tidak mengukur tingkat harga, namun tidak mengukur derajat variasinya dari satu periode ke periode berikutnya. Volatilitas harga saham yang tinggi menunjukan karakteristik penawaran dan permintaan saham yang tidak biasa di pasar modal. Menurut Tim Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan Perekonomian Dunia (2011), secara umum, volatilitas di pasar keuangan mencerminkan tingkat risiko yang dihadapi investor, karena volatilitas menggambarkan fluktuasi pergerakan harga saham. Terdapat beberapa jenis volatilitas dalam pasar keuangan menurut Schwert dan Smith dalam Hugida (2011), yaitu: 1) Future Volatility Furute volatility merupakan volatilitas harga di masa yang akan datang yang hendak diketahui para investor, dimana volatilitas yang baik harus mampu menunjukan penyebaran harga di masa mendatang. Namun volatilitas di masa depan tidak dapat diprediksi. 2) Historical Volatility Historical volatility menggambarkan volatilitas harga saham di masa lalu, agar dapat memprediksi volatilitas di masa depan. Terdapat bermacammacam cara dalam menghitung volatilitas di masa lalu, namun sebagian besar metode bergantung pada pemilihan dua parameter, yaitu periode historis dimana volatilitas akan dihitung, dan interval waktu antara perubahan harga. 22 3) Forecast Volatility Volatilitas ini meramalkan volatilitas masa depan suatu kontrak, dimana peramalannya dilakukan dalam satu periode, tetapi biasanya mencakup periode yang identik dengan sisa opsi dari underlying contract. 4) Implied Volatility Implied volatility merupakan volatilitas yang harus dimasukkan ke dalam model teoritis pemberian harga untuk menghasilkan nilai yang identik dengan harga opsi di pasar. 5) Seasonal Volatility Volatilitas musiman ini merupakan volatilitas yang menunjukan suatu pergerakan naik turun harga saham sesuai sektor dalam musim atau periode tertentu. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham, Paetta et al. (2006) mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi empat kategori, antara lain: 1) Faktor Sektor Riil Faktor yang cukup menentukan volatilitas aset finansial adalah stabilitas ekonomi makro, termasuk pada aspek riil. Beberapa studi empiris menyebutkan bahwa volatilitas memilki keterkaitan yang erat dengan siklus bisnis dan ekonomi. Misalnya, volatilitas cenderung meningkat pada saat periode krisis dan cenderung menurun saat periode ekonomi tumbuh dengan pesat. 23 Faktor-faktor fundamental perusahaan juga dapat mempengaruhi volatilitas, selain itu ukuran perusahaan, rasio book-to-market, dan umur perusahaan juga dapat memberikan pengaruh terhadap volatilitas. 2) Faktor Sektor Keuangan Faktor sektor keuangan seperti volume perdagangan juga dapat mempengaruhi volatilitas harga saham. Pada sektor finansial dengan adanya perkembangan berbagai produk investasi yang dapat meningkatkan likuiditas juga dapat mempengaruhi volatilitas harga saham. Perilaku investor yang cenderung mengikuti tren juga turut mempengaruhi volatilitas. 3) Kejadian Luar Biasa Adanya peristiwa luar biasa seperti naiknya harga minyak bumi, terjadinya bencana alam luar biasa, gejolak politik, dan turunnya peringkat utang sektor otimotif yang pernah terjadi mempengaruhi volatilitas harga saham di pasar modal. 4) Kebijakan Moneter Kebijakan moneter yang berdampak langsung maupun tidak langsung juga dapat mempengaruhi volatilitas harga saham, seperti penetapan tingkat suku bunga jangka pendek, terjadinya inflasi, dan nilai tukar mata uang asing. 24 Menurut Sukamulja (2011) dalam Tim Studi Volatilitas Pasar Modal dan Perekonomian Dunia (2011), volatilitas harga saham di pasar modal Indonesia dapat ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1) Adanya kesalahan penentuan harga yang disebabkan oleh investor yang tidak memperoleh informasi yang memadai; 2) Tindakan investor yang berlebihan terhadap adanya suatu informasi; 3) Investor yang bertransaksi dengan motif spekulasi; 4) Investor domestik yang cenderung mengikuti pola transaksi investor asing; 5) Trading noise seperti rekomendasi analis, rumor,dan hari libur bursa; 6) Ketersediaan data dan aksesibilitasdata; 7) Faktor-faktor ekonomi dan non-ekonomi dari luar Indonesia. 2.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian biasanya disusun dengan menggunakan kalimat tanya (Sugiyono, 2013:93). Berdasarkan rumusan masalah serta penelitian-penelitian terdahulu, maka didapat hipotesis sebagai berikut: 2.2.1 Perbandingan antara Volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan Sebelum dan Setelah Krisis Subprime Mortgage Periode 2005-2011 Menurut Firmansyah (2006) dalamHugida (2011), volatilitas merupakan pengukuran statistik fluktuasi dari harga saham selama periode tertentu. Ukuran dari 25 fluktuasi harga ini menunjukan penurunan dan peningkatan harga saham dalam periode yang singkat dan tidak mengukur tingkat harga, namun tidak mengukur derajat variasinya dari satu periode ke periode berikutnya.Sebelum mengambil langkah untuk melakukan investasi ataupun melakukan transaksi jual beli saham, penting bagi investor mengatahui informasi mengenai fluktuasi harga saham yang sedang terjadi di pasar modal. Agar pengambilan keputusan yang akan dilakukan tidak menimbulkan risiko yang besar bagi investor. Maka dari itu mengetahui volatilitas harga saham di pasar modal sangat penting bagi investor (Namita et al, 2012).Adanya krisis yang diakibatkan oleh subprime mortgage di Amerika Serikat menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat volatilitas harga saham, tak terkecuali di Indonesia. Dampak dari adanya krisis ini tercermin pada volatilitas IHSG, yang merupaka salah satu tolak ukur bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Hasil penelitian Kenani et al. (2013), yang meneliti tentang dampak krisis keuangan global dalam hubungan pasar modal Cina dan Indonesia, menunjukan bahwa krisis keuangan global tahun 2008 mempengaruhi pergerakan harga saham di Indonesia, pengaruhnya sebelum terjadi krisis lebih kecil daripada setelah terjadi krisis.Hasil penelitian Herwany dan Febrian (2013), dalam penelitiannya mengenai harga saham global saat krisis keuangan global, menunjukan bahwa volatilitas indeks harga saham di Indonesia mengalami kenaikan saat terjadi krisis keuangan global. Dari hasil penelitian yang dilakukan Ruslim (2011), membuktikan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode Tahun 2004 sampai dengan 15 26 September 2011 terjadi peningkatan yang tajam dari tahun 2006 hingga tahun 2007, kemudian kembali merosot tajam ke tahun 2008. Pertengahan tahun 2009 mulai meningkat kembali hingga ke tahun 2010, namun cenderung menurun kembali di tahun 2011. Gambar 1.1 Indeks Harga Saham Gabungan dari periode tahun 2004 sampai dengan 15 September 2011 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 IHSG Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2008 Dari gambar 1.1 dapat dilihat bahwa Indeks Harga Saham Gabungan selama periode 2004-2011 mengalami volatilitas yang tinggi pada satu tahun sebelum dan sesudah terjadinya krisis keuangan global (subprime mortgage). Namun peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan lebih terlihat pada tahun setelah terjadinya krisis keuangan global (Ruslim, 2011). Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dipaparkan, maka hipotesis yang diajukan adalah: H1:Volatilitas indeks harga saham gabungan (IHSG) sebelum krisis cenderung rendah dibandingkan dengan volatilitas IHSG setelahkrisis. 27