Laporan Praktikum Elektronika Dasar I CATU DAYA DISUSUN OLEH : NAMA : ARINI QURRATA A’YUN NIM : H21114307 KELOMPOK : LIMA (V) ASISTEN : BAU IRFAN ALFAJRI LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUENTASI JURUSAN FISIKA FAKUTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pencatu daya (Power Supply) merupakan alat yang penting dalam elektronika yang berfungsi sebagai sumber tegangan listrik seperti baterai atau accu. Perannya sangat menentukan bagi bekerjanya alat alat elektronika lainnya seperti radio, tape recorder, pesawat TV, dll. Selain itu pencatu daya juga digunakan sebagai sumber tegangan dalam berbagai praktik yang berkaiatan dengan elektronika. Sebenarnya dalam melaksanakan suatu percobaan rangkaian elektronika bias saja sumber tegangannya digantikan oleh baterai atau accu. Namun hal ini kurang praktis dan tidak efisien, sebab pemakaian baterai atau acu sifatnya terbatas dan tidak tahan lama. Tegangan baterai semakin lama akan semakin melemah dan apabila habis maka harus diganti lagi atau diisi kembali. Sehingga mengeluarkan biaya yang lebih mahal. Untuk mmengatasi hal tersebut, salah satu alternative jalan keluarnya adalah dengan membuat suatu rangkaian sumber listrik arus searah (DC) yang dipakai secara terus menerus dan memiliki tegangan yang stabil. Untuk tujuan melaksanakan percobaan percobaan dan memenuhi kebutuhan akan tegangan masukan yang bervariasi kini dengan tersedianya berbagai macam komponen penstabil, maka dapat dirangkai catu daya yang dapat menghasilkan tegangan listrik arus sarah (DC) yang stabil dan tidak terpengaruh oleh perubahan tegangan input dan perubahan beban (Arifin, 2015). Perlu diketahui bahwa tegangan jala jala PLN pada umumnya tidak stabil dan secara tiba tiba dapat menurun cukup besar dibawah harga semestinya. Kondisi ini sangat tidak diharapkan karena dapat mempengaruhi kinerja dari suatu peralatan elektronika tertentu dan menyebabkan kerusakan pada alat elektronika apabila hal ini sering terjadi. Maka diperlukanlah catu daya yang dapat pula berfungsi sebagai penstabil dan penguabah arus. I.2 Ruang Lingkup Dalam praktikum kali ini dilakukan perakitan catu daya DC untuk gelombang penuh dengan menggunakan dua dioda rectifier dan setengah gelombang dengan menggunakan satu dioda rectifier.Dibuktikan pula rangkaian dioda yang memiliki outpu berupa setengah gelombang maupun gelumbang penuh. I.3 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini ialah : 1. Merancang dan membuat catu daya dengan keluaran yang bervariasi. 2. Memahami prinsip kerja berbagai macam catu daya. BAB II TINJAUN PUSTAKA Rangkaian catu daya berfungsi untuk menyeediakan arus dan tegangan tertentu sesuai dengan kebutuhan beban dari sumber daya listrik yang ada. Untuk catu daya DC, akan diperlukan suatu rangkaian yang dapat mengubah tegangan AC menjadi tegnagn DC (Istataqomawan). II.1 Sumber Tegangan dan Sumber Arus Dengan menggunakan konsep arus dan tegangan, maka dapat didefinisikan elemen rangkaian secara lebih spesifik. Anggaplah disepakati sebelumnya bahwa elemen rangkaian mengacu pada model matematika (Jr, 2005). II.1.1 Sumber Tegangan Bebas Gambar II.1 Simbol rangkaian pada sumber tegangan bebas Sebuah sumber tegangan bebas dikarakterisasi oleh sebuah tegangan terminal yang bebas dan tidak tergantung pada arus yang melewatinya. Jadi jika diberikan sebuah sumber tegangan bebas dan tecatat bahwa tegangan terminalnya 12 V, maka sebesar inilah akan diasumsikan besarnya tegangan tanpa peduli berapapun arus yang mengair melewati sumber tegangan ini. Sumber tegangan bebas merupakan sumber tegangan ideal serta tidak merepresentasikan secara tepat suatu divisi fisik yang rill, karena sumber ideal secaa teoritis dapat mengirimkan energi hingga jumlah yang tak terhingga dari terminal terminalnya. Kemunculan tanda plus pada bagian atas simbol sumber tegangan bebas tidak berarti bahwa terminal bagian atas secara numerik bernilai positif terhadap terminal bagian bawahnya. Sebaliknya hal ini berati bahwa terminal atas positif volt terhadap terminal bawahnya. Jika pada suatu saat bernilai negatif, terminal atas sesungguhnya negatif terhadap terminal bawah pada saat tersebut. Perhatikan sebuah tanda panah arus yang dilambangkan yang ditepatkan berdekatan dengan konduktor bagian atas dari sumber sebagaimana terlihat pada gambar (II.1.b). Arus masuk pada terminal dimana tanda positif diletakkan, sehingga kesepakatan tanda pasif terpenuhi dan sumber dengan demikian akan menyerap daya . Akan tetapi sebuah sumber merupakan divais yang dirancang untuk mengirimkan daya, bukanya menyerap daya. Sehingga dapat dipilih arah tanda panah arus seperti pada gambar (II.1.c), sehingga akan merepresentasikan daya yang dikirim oleh sumber. Gambar II.2 (a) Simbol sumber tegangan DC (b) Simbol Baterai (c) Simbul sumber tegangan AC Sebuah sumber tegangan bebas dengan tegangan terminal konstan seringkali diistilahkan dengan sumber tegangan DC bebas serta dapat direpresentasikan oleh simbol simbol yang diperlihatkan pada gambar (II.2). Perhatikanlah bahwa gambar tersebut ditampilkan struktur piring suatu batrai dimana piringan yang lebih panjang ditempatkan pada terminal positif: tanda plus dan minus kemudian menjadi notasi yang tidak diperlukan lagi, namun biasanya tanda ini tetap ditampilkan (Jr, 2005). II.1.2 Sumber Arus Bebas Gambar II.3 Simbol rangkaian untuk sumber arus independen Sumber ideal lainnya yang akan diperlukan adalah sumber arus bebas. Dimana arus yang melewati seluruh elemen sepenuhya bebas dan tak tergantung pada tegangan. Simbol pada arus bebas ditunjukkan pada gambar (II.3). Jika konstan maka dapat dikatakan sumber arus ini sebagai sumber arus DC konstan. Sumber arus bebas merupakan aproksimasi yang cukup baik untuk elemen fisik rillnya. Secara teori sumber arus in dapat mengirim daya yang tak berhingga dari terminal terminalnya karena sumber arus ini dapat menghasilkan arus berhingga yang sama besarnya untuk setiap nilai tegangan. Sumber arus bebas ini merupakan sumber arus yang baik bagi beberapa sumber praktis, khususnya dalam rangkaian elektronika (Jr, 2005). II.1.3 Sumber-Sumber Tak Bebas Dua buaha tipe sumber ideal yang dibahas sebelumnya dikatakan sebagai sumber ideal karena tidak dipengaruhioleh jalan apapun oleh aktivitas dari sisa elemen padda rangkaian tersebut. Hal ini sangat kontras dengan sumber ideal lainnya, yaitu sumber tak bebas atau terkendali. Dimana besarnya sumber dipengaruhi oleh tegangan atau arus yang muncul pada bagian yang lain dari sistem yang dianalisis. Sumber semacam ini muncul dari rangkaian elektronika seperti transistor, penguata operasiaonal, serta rangkaian terintegrasi (IC). Untuk membedakan sumber yang tak bebas dengan sumber bebas, diperkenalkanlah simbol berlian yang ditunjukkan pada gambar (II.4). Dimana pada gambar (II.4.a) dan (II.4.c), k merupakan konstanta pengali tanpa dimensi, sementara pada gambar (II.4.b) , g adalah faktor pengali dengan satuan A/V. Adapun pada gambar (II.4.d) , r adalah faktor pengali dengan satuanV/A. Arus terkendali terkendali dan tegangan harus didefinisikan dalam rangkaian. Gambar II.4 (a) Sumber arus terkendali arus (b) Sumber arus terkendali tegangan (c) Sumber tegangan terkendali tegangan (d) Sumber tegangan terkendali arus Sumber sumber tegangan bebas dan tak bebas merupakan elemen elemen aktif yaitu elemen yang dapat atau mampu mengirimkan daya kepada divais divais eksternal. Dan elemn pasif diartikan sebagai elemen yang hanya mampu menerima dan menyerap daya (Jr, 2005). II.2 Karakteristik Catu Daya Kualitas catu daya bergantung pada reguasi beban, regulasi jalur dan habatan keluaran. Maka beberapa karakteristik catu daya yang harus diketahui antara lain adalah (Malvino, 2004) : II.2.1 Regulasi Beban Regulasi beban menunjukkan penyerah bridge dengan kapasitor sebagai tapis masukannya. Dimana perubahan hambatan beban akan mengubah tegangan beban. Jika hambatan beban dikurangi maka akan diperoleh riak dan jatuh tegangan tambahan pada perkawatan transformator dan diode. Oleh karena itu penambahan arus beban akan selalu mengurangi teganagn beban (Malvino, 2004). Gambar II.5 Rangkaian catu daya regulasi beban Regulasi beban secara umum mengindikasikan bagaimana tegangan beban berubah saat arus beban berubah. Definisi untuk regulasi beban ialah (Malvino, 2004): Dimana nilai merupakan tegangan beban tanpa arus beban, dan nilai merupakan nilai tegangan beban dengan arus beban penuh. Dengan definisi ini maka terjadi saat arus beban nol, dan terjadi saat arus beban maksimum untuk perancangannya. Semakin kecil rergulasi beban maka akan semakin baik suatu catu daya. Sebagai contoh sebuah catu daya yang teratur dengan baik akan mempunyai regulasi beban kurang dari satu persen. Hal ini berarti bahwa tegangan beban hanya akan bervariasi kurang dari satu persen kisaran maksimum arus beban (Malvino, 2004). II.2.2 Regulasi Jalur Pada gambar (II.5) tegangan jalur masukan mempunyai nila nominal 120 V. tegangan sebenarnya yang dating bervariasi muai dari 105 sampai 125 Vrms, tergantung pada waktu, tempat dan factor lainnya. Karena tegangan sekunder secara langsung tergantung dari tegangan jalur, tegangan beban pada gambar (II.5) akan berubah saat tegangan jalur berubah. Cara lain dalam menentukan kualitas catu daya adalah dengan regulasi jalur, yang didefinisikan sebagai (Malvino, 2004) : Dimana merupakan tegangan beban dengan tegangan jalur tinggi sedangkan merupakan tegangan beban dengan tegangan jalur rendah. Seperti halnya pada regulasi beban, semakin kecil refulasi jalur maka semakin baiklah sebuah catu daya. II.2.3 Resistansi Keluaran Resistansi keluaran atau rangkaian Thevenin dalam catu daya menentukan regulasi bebas. Dimana jika catu daya mempunyai resistansi keluaran rendah maka regulasi keluarannya juga akan rendah. Dibawah ini merupakan salah satu cara menghitung resistansi keluaran dari sebuah catu daya (Malvino, 2004): Dimana nilai merupakan tegangan beban tanpa arus beban, beban dengan arus beban penuh dan tegangan merupaka arus beban penuh. Dapat dilihat, bahwa tegangan beban berkurang saat arus beban meningkat. Perubahan pada tegangan beban dibagi dengan perubahan arus akan sama dengan resistansi keluaran catu daya. Resistansi keluaran berhubungan dengan kemiringan grafik diatas. Dimana semakin horizontal grafiknya akan semakin rendah hambatan keluarannya. Gambar II.6 Grafik tegangan beban dan arus beban Pada gambar (II.6) arus beban maksimum terjadi saat resistansi beban minimum, oleh karena itu, pernyataan untuk regulasi beban dapat dikatakan pula seperti (Malvino, 2004): II.3 Rangkaian Dasar Pencatu Daya Konsep dasar rancangan catu daya dengan dua tahap regulasi terlihat pada gambar (II.7) (Istataqomawan). Gambar II.7 Diagram blok catu daya dua dengan tahap regulasi Regulator pensaklar berfungasi sebagai regulator awal untuk mengubah nilai jala jala yang telah disearahkan ke nilai tegngan dimana regulator kedua (linear) dapat beroperasi, dalam rancangan ini 2 volt lebih besar ari tegangan output. Regulasi kedua adalah sebuah regulator linear yang dapat diatur sehingga dapat menentukan tegangan keluaran (Istataqomawan). Untuk lebih jelasnya sebelumnya arus diketahui terlebih dahulu mengenai regulator linear dan regulator pensaklar. II.3.1 Regultor Linier Regulator tegangan linear terdiri atas jaring jaring pembangkit teganga acuan, jaringan pengendali dan kompenen elektronika daya. Pembangkit tenaga acuan menyediakan tegangan acuan yang tidak terpengaruh perubahan tegangan masukan dan tidak terpengaruh perubahan suhu. Bagian kendali membentuk pola ikal tertutup yang terdiri dari jaringan umpan balik, penguat selisih, dan penguat kesalahan. Komponen elektronika daya berupa transistor bipolar atau FET melewatkan daya secara seri sehingga sering disebut sebagai komponen pelewat seri. Prinip kerja regulator linier ini diperlihatkan pada gambar berikut (Istataqimawan): Gambar II.8 Prinsip keja regulator linier Keluaran bagian terkendli mengemudikan konduktifitas komponen elektronika daya. Bila tegangan keluaran kurang dari yang seharusnya, pengendali akan meningkatkan konduktifitas kompenen elektronika daya sehingga tegangan keluaran naik. Sebaliknya jika tegangan keluaran terlalu tinggi pengendali akan mengurangi konduktifitas kompenen daya sehingga tegangan keluaran turun (Istataqomawan). II.3.2 Regulator Pensaklaran (Switching) Regulator pensaklaran pada dasarnya adalah rangkaian konventer DC ke DC yang dilengkapi dengan sistem umpan balik. Rangkaian konverter DC ke DC mengoperasikan transistor daya dalam ragam pensaklaran. Pengaturan tegangan keluaran pada regulator pensaklaran dilakukan dengan mengubah duty cicle (D) dari komponen saklar (Istataqomawan). Selain menggunakan rangkaian catu daya DC yang menggunakna regulator tersebut ctu daya DC juga dapat digambarkan dan dirangkai lebih sederhana, seperti pada gambar (II.9) (Rizzoni, 2009): Gambar II.9 Rangkaian catu daya DC II.5 Komponen Pada Catu Daya II.5.1 Komponen-Komponen Utama Catu Daya 1) Penurun Tegangan/ Trafo Tranformator adalah alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energy listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik lain melalui satu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Prinsip dasar suatu transformator yaitu induksi bersama antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Dalam bentuk yang sederhana transformator terdiri dari dua buah kumparan induksi yang secara listrik terpisah tetapi secara magnet dihubungkan dengan suatu part yang mempunyai relaktansi yang rendah. Kedua kumparan tersebut memiliki dua mutual induksi yang tinggi. Jika salah satu kumparan dihubungkan dengan menggunakan sumber tegangan bolak balik, maka fluks bolak balik timbul di dalam inti besi yang dihubungkan dengan kumparan lainnya akan menyebabkan ggl induksi dan berlaku hukum faraday. Dimana bila arus bolak balik mengalir pada induktor, maka akan menghasilkan gaya gerak listrik. Pada praktikim kali ini akan menggunakan pinsip kerja transformator step down atau transformator sebagai penurun tegangan (Arifin, 2015). 2) Penyearah/Dioda Rectifier Fungsi rectifier dalam rangkaian catu daya adalah untuk mengubah tegangan AC yang berasal dari trafo step-down atau trafo adaptor menjadi tegangan listrik arus searah (DC). Pada umumnya tegangan yang dihasilkan pada rangkaian rectifier masih belum rata dan masih terdapat riple riple tegangan yang cukup besar. Sebagai rectifier dapat digunakan satu, dua atau empat komponen dioda (Arifin, 2015). a. Penyearah Setegah Gelombang Gambar II.10 Rangkaian penyerah setengah gelombang Untuk mendapatkan suatu tegangan DC yang baik dimana bentuk tegangan hasil penyearah adalah mendekati garis lurus maka tegangan keluaran dari suatu rangkaian penyearah sebaiknya ditambahkan kapasitor. Diamna arus dari keluaran rangkaian penyearah selain akan melewati beban jug akan mengisi kapasitor sehingga pada saat tegangan hasil penyearah mengalami penurunan maka kapasitor akan membuang muatannya kebeban dan tegangan beban akan tertahan sebelum mencapai nol (Oklilas, 2007). Gambar II.11 Rangkaian penyerah setengah gelombang dengan menambahkan kapasitor Hasil penyearah yang tidak ideal akan mengakibatkan adanya ripple, dimana ripple yang dihasilkan dapat ditentukan oleh persamaan berikut (Oklilas, 2007): ( ) Dimana nilai dalam hal ini dapat dicari dengan membagi tegangan keluaran dengan R beban. T merupakan priode tegangan ripple (sekon) dan C adalah nilai kapasitor (Farad) yang digunakan dalam rangkaian (Oklilas, 2007). b. Penyearah Gelobang Penuh Gambar II.12 Penyearah Gelombang Penuh Gambar II.13 Penyearah gelombang penuh menggunkan kapasitor 3) Penyaring/ Filter Penyaring atau filter adalah bagian dari catu daya yang disusun oleh kapasitor yang berfungsi meratakan tegangan listrik yang berasal dari rangkaian diode rectifier. Dalam prakteknya selain menggunakan kapasitor biasanya juga digunakan resistor yang berfungsi sebagai hambatan (Arifin, 2015). 4) Stabilizer/ Regulator Stabilizer atau regulator yang digunakan dalam rangkaian catu daya ini ialah berupa komponen IC. Dimana kemudian komponen ini akan berfungsi sebagai penstabil dan pengatur tegangan keluaran dari rangkaian catu daya. Khusus untuk percobaan ini akan digunakan IC 7809 yang menghasilkan tegangan keluaran sebesar 9 V dan IC 7805 yang menghasilkan tegangan keluaran sebesar 5 V (Arifin, 2015). II.5.2 Koomponen Pendukung Catu Daya Dalam pembuatan catu daya, selain menggunakan komponen utama juga diperlukan komponen lainnya yang berfungsi sebagai pendukung dari rangkaian catu daya, yang berfungsi dengan baik dan dapat memberikan penamplan yang menarik baik dari segi bentuk maupun estetikanya. Komponen pendukung tersebur ialah (Arfin, 2015) : - Sakelar - Sekering (fuze) - Lampu indikator - Voltmeter dan amperemeter - Jack and plug - Printed Circuit Board (PCB) atau papan rangkaian tercetak - Kabel atau sketer - Chasis BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 25 November 2015, hari Rabu pukul 14.00 – 15.15 WITA bertempat di Laboratorium Elektronika Fisika Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar. III.2 Alat dan Bahan III.2.1 Alat Beserta Fungsinya Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah: 1) Papan Breadboard Gambar III.1 Papan Breadboard Berfungsi sebagai tempat perakitan rangkaian dioda dan catu daya. 2) Kabel Jumper Gambar III.2 Kabel Jumper Kabel ini berfungsi untuk menghubungkan komponen dalam rangkaian pada papan Breadbord. 3) Multimeter Gambar III.3 Multimeter Berfungsi untuk mengukur tegangan keluaran dari catu daya. 4) Osiloskop Gambar III.4 Osiloskop Osiloskop berfungsi untuk menampilkan bentuk signal keluaran rangkaian dioda. III.2.2 Bahan Beserta Fungsinya Bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah: 1) Resistor Gambar III.5 Resistor Tetap Berfungsi sebagai pemberi hambatan/nilai resistansi pada rangkaian. 2) Kapasitor Gambar III.6 Kapasitor ELCO Befungsi filter/ penyaring ada rangkaian catu daya. 3) Dioda Silikon Gambar III.7 Dioda silikon Berfungsi sebagai penyearah arus AC menjadi arus DC. 4) LED Gambar III.8 LED LED berfungsi sebagai lampu indikator pada rangkaian catu daya. 5) Transformator Gambar III.9 Transformator step down Berfungsi untuk menurunkan tegangan masukan dari sumber untuk selanjutnya menjadi tegangan masukan pada rangkaian catu daya. 6) IC Gambar III.10 IC Berfungsi sebagai penstabil dan pengatur tegangan pada rangkaian catu daya. III.3 Prosedur Percobaan III.3.1 Rangkaian Dioda Gelombang Penuh Gambar III.11 Rangkaian dioda gelombang penuh 1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada percobaan ini, untuk resistor menggunakan resistor dengan resistansi sebesar 120 Ω. 2. Merangkai rangkaian sesuai dengan gambar skema rangkaian (III.11). 3. Menghubungkan input rangkaian yang telah jadi dengan sumber listrik sedangkan untuk output dihubungkan dengan osiloskop. 4. Mengamati gelombang keluaran yang dihasilkan rangkaian. III.3.2 Rangkaian Dioda Setengah Gelombang Gambar III.12 Rangkaian dioda setengah gelombang 1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada percobaan ini, untuk resistor menggunakan resistor dengan resistansi sebesar 120 Ω. 2. Merangkai rangkaian sesuai dengan gambar skema rangkaian (III.12). 3. Menghubungkan input rangkaian yang telah jadi dengan sumber listrik sedangkan untuk output dihubungkan dengan osiloskop. 4. Mengamati gelombang keluaran yang dihasilkan rangkaian. III.3.3 Rangkaian Catu Daya Gelombang Penuh Gambar III.13 Rangkaian catu daya gelombang penuh 1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada percobaan ini, nilai kapasitor satu pada rangkaian yaitu 2200 µF dan kapasitor dua yaitu 100 µF, jenis IC yang digunakan yaitu IC 7805 dengan tegangan keluaran 5 volt sedangkan resistor yang digunakan memiliki nilai resistansi 68 Ω. 2. Merangkai rangkaian sesuai dengan gambar skema rangkaian (III.13). 3. Setelah rangkaian selesai di rangkai, menghubungkan output rangkaian dengan multimeter dan mengukur besar tegangan keluaran pada rangkaian. 4. Mencatat data hasil yang didapatkan. III.3.4 Rangkaian Catu Daya Setengah Gelombang Gambar III.14 Rangkaian catu daya setengah gelombang 1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada percobaan ini, nilai kapasitor satu pada rangkaian yaitu 2200 µF dan kapasitor dua yaitu 100 µF, jenis IC yang digunakan yaitu IC 7809 dengan tegangan keluaran 9 volt sedangkan resistor yang digunakan memiliki nilai resistansi 68 Ω. 2. Merangkai rangkaian sesuai dengan gambar skema rangkaian (III.14). 3. Setelah rangkaian selesai di rangkai, menghubungkan output rangkaian dengan multimeter dan mengukur besar tegangan keluaran pada rangkaian. 4. Mencatat data hasil yang didapatkan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Tabel Hasil Pengamatan IV.1.1 Rangkaian Catu Daya 7805 NO. 1 (V) 4,8 IV.1.2 Rangkaian Catu Daya 7809 NO. 1 (V) 9 Keterangan : C1 = 2200 µF C2 =100 µF R = 68 Ω Transformator = 12 V IV.2 Gambar IV.2.1 Rangkaian Dioda Gelombang Penuh Gambar IV.1 Rangkaian Dioda Gelombang Penuh Gambar IV.2 Gelombang keluaran rangkaian dioda IV.2.2 Gambar Rangkaian Dioda Setengah Gelombang Gambar IV.3 Rangkaian dioda setengah gelombang Gambar IV.4 Gelombang keluaran rangkaian dioda IV.2.3 Gambar Rangkaian Catu Daya Gelombang Penuh Gambar IV.5 Rangkaian catu daya gelombang penuh IV.2.4 Gambar Rangkaian Catu Daya Gambar IV.6 Rangkaian catu daya setengah gelombang IV.3 Pembahasan Berdasakan teori yang ada gelombang keluaran pada rangkaian diode dapat bermacam macam dapat berupa keluaran gelombang penuh maupun setengah gelombang. Hal ini didasarkan dari banyaknya penggunaan diode pada rangkaian tersebut. Untuk keluaran berupa setengah gelombang dapat dirangkai rangkaian diode menggunakan satu buah diode saja dana untuk keluaran gelombang penuh dapat dihasilkan dari rangkaian dua buah diode. Pada percobaan ini dapat dilihat gelombang keluaran pada rangkaian dioda untuk gelombang penuh dan setengah gelombang menggunakan osiloskop. Dimana untuk setengah gelombang menggunakan satu buah dioda rectifier pada rangkaiannya sehingga antara satu puncak gelombang keluaran dengan puncak keluaran lainnya memiliki jarak setengah panjang gelombang. Sedangkan untuk rangkaian dioda gelombang penuh, gelombang keluaran yang dihasilkan tidak memiliki jarak antar puncak gelombangnya hal ini dikarenakan dalam rangkaian menggunakan dua buah dioda. Catu daya merupakan alat yang berfungsi sebagai sumber tegangan dengan nilai tegangan keluarannya dapat diatur. Prinsip kerja dari catu daya DC adalah mengubah arus AC menjadi DC dengan menggunkana rangkaian diode baik diode setegah gelombang maupun diode gelombang penuh, yang sebelumnya besar tegangannya sudah diturunkan terlebih dahulu oleh trafo step down. Selanjutnya arus akan difilter oleh capasitor dan msuk IC disinilah tegangan yang ada dapat diubah sesuai dengan tegangan yang diinginkan. Selanjutnya akan difillter lagi di capasitor sebelum tegangan keluar dari rangkaian. Berdasarkan teori yang ada besarnya keluaran dari sebuah catu daya itu dipengaruhi oleh penggunaan jenis IC yang digunakan, sebagai contoh apabila rangkaian ini menggunkan IC jenis 7809 maka sesuai teori seharusnya keluaran dari rangkaian adalah 9 volt dan apabila jenis IC yang digunakan adalah IC 7805 maka sesuai teori seharusnya tegangan keluaraan dari rangkaian ini adalah 5 volt. Pada percobaan perakitan catu daya menggunakan rangkaian dioda setengah gelombang dan gelombang penuh. Untuk rangkaian catu daya yang menggunakan dioda gelombang penuh IC yang digunakan yaitu IC 7805. Dalam teori ini IC 7805 memiliki tegangan keluaran sebesar 5 V, dalam praktikum juga terukur tegangan keluaran rangkaian sebesar 4,8 V hal ini masih didalam batas kewajaran karena nilai ini masih termasuk nilai toleransi dari alat, sehingga dapat disimpulkan bahwa praktikum yang dilakukan sesuai dengan teori yang ada. Untuk rangkaian catu daya yang menggunakan rangkaian dioda setengah gelombang menggunakan IC jenis 7809 dengan tegangan keluaran (sesuai teori) sebesar 9 V. Sesuai dengan teori dimana pada praktikum tegangan keluaran rangkaian terukur sebesar 9 V. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum kali ini yaitu: 1. Dapat dirangkai rangkaian catu daya dengan berbegai variasi tegangan keluaran, pada praktikum ini menggunakan IC 7805 dan IC 7809 sehingga tegangan keluarannya yaitu 5 V dan 9 V. 2. Prinsip kerja catu daya secara umum yaitu dengan menurunkan tegangan sumber terlebih dahulu dengan menggunakan transformator step down kemudian menyearahkan arus sumber yang sebelumnya merupakan arus AC menjadi arus DC menggunkan rangkaian dioda, selanjutnya tegangan akan difilter/disaring oleh kapasitor 1 yang selanjutnya dialirkan ke IC yang berfungsi sebagai reglator. DAFTAR PUSTAKA Arifin. 2015. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 1. Makassar : UNHAS. Istataqomawan, Zuli, Darajat, Agung Warsito, ‘Catu Daya Tegangan DC Variabel dengan Dua Tahap Regulasi (Switching dan Linier)’, Teknik Elektro Universitas Diponegoro, Semarang,hh 1-8. Jr,William H Hayt, dkk. 2005. Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga. Malvino. 2004. Prinsip Prinsip Elektronika. Jakarta : Salemba Teknik. Oklilas, Ahmad Fadil. 2007. Elektronika dasar. Palembang : Universitas Sriwijaya. Rizzoni, Giorgio. 2009. Fundamental of Electrical Engineering. New York : McGraw-Hill Higer Education.