BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Pada penelitian ini

advertisement
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Paradigma
Pada penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis dengan
pendekatan kualitatif. Paradigma konstruktivis adalah pandangan bahwa bahasa
tidak hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan
dipisahkan dalam subjek sebagai penyampai pesan, tetapi kontruktivis
menganggap subyek sebagai faktor, sentral dalam kegiatan komunikasi serta
hubungan-hubungan sosialnya. Konstruktivis juga berpendapat bahwa semesta
secara epistemologi merupakan merupakan hasil konstruk sosial.1
Menurut Hidayat, paradigma konstruktivis beranggapan bahwa realitas
merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun demikian
kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik
yang dimulai relevan pelaku sosial.2
Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis dalam penelitian perilaku
hedonisme melalui media sosial Instagram sebagai bentuk ekspresi diri, karena
peneliti harus mengamati langsung dengan akun objek sebagai sumber informasi.
Sehingga dapat memudahkan peneliti untuk mengetahui makna dari hasil
konstruk secara mendalam.
1
Elvinaro Ardianto, Bambang Q-Anees, Filsafat ilmu komunikasi, bandung : sembiosa Rekatama
Media, 2009, hal 151
2
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2004, hal 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.2
Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode
deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik
populasi tertentu atau bidang tertentu secara factual dan cermat3.
Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran
atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap
objek yang diteliti4. Menurut Traves yang dikutip dalam buku “Pengantar Metode
Penelitian” penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat keadaan
yang sementaa, berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebabsebab dari suatu gejala tertentu.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk:
1. Mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukiskan gejala
yang ada
2. Mengidentifikasi masalah-masalah atau memeriksa kondisi dan praktekpraktek yang berlaku.
3. Membuat perbandingan dan evaluasi
4. Menentukkan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalahyang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
3
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002. Hal
47
4
Ronny Kuntoro, Metode Penelitian, Jakarta: Penerbit PPM. 2005. Hal 104
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, diharapkan dapat
menghasilkan data ekspresif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati5.
3.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode Semiotika Ferdinand De Saussure,
saussure digunakan dalam penelitian ini mengingat objek penelitiannya adalah
perilaku hedonisme sebagai bentuk ekspresi diri dan Saussure adalah pelopor
semiotika struktural yang mencetuskan semiotika linguistik tentang ekspresi diri.
Metode penelitian ini meliputi cara pandang dan prinsip berpikir mengenai
gejala yang diteliti, pendekatan yang digunakan, prosedur ilmiah yang ditempuh
termasuk cara mengumpulkan data, analisis data, serta penarikan kesimpulan.
Metode penelitian juga menjadi proses, prinsip dan prosedur bagaimana kita
memandang permasalahan dan mencari jawabannya.6
Analisis semiotika dengan pendekatan kualitatif digunakan karena sesuai
untuk meneliti perilaku hedonisme sebagai bentuk ekspresi diri.
Dalam penelitian ini, bagaimana perilaku hedonisme yang dilakukan oleh
Awkarin dalam postingan di akun Instagramnya yang menampilkan gambargambar atau unsur-unsur gaya hidup Awkarin. Dengan kata lain, dalam penelitian
5
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Hal 4.
6
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : Lkis.2007 hal 83
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ini peneliti ingin mengetahui hedonisme egoistis yang ada dalam gaya hidup
Awkarin.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Dalam penelitian ini adalah melalui pengamatan atau observasi audio
visual. Observasi audio visual merupakan teknik pengumpulan data yang
didapat dari media sosial Instagram yang akan diteliti.
Buford Junker dengan tepat memberikan gambaran tentang peranan
peneliti sebagai pengamat seperti berikut7:
a. Berperan Serta Secara Lengkap. Pengamatan dalam hal ini menjadi anggota
penuh dari kelompok yang diamatinya. Dengan demikian ia dapat
memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkannya, termasuk yang
dirahasiakan sekalipun.
b. Pemeranserta sebagai Pengamat. Peranan peneliti sebagai pengamat dalam
hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi melakukan fungsi
pengamatan.
c. Pengamat sebagai Pemeransertanya. Peranan pengamat secara terbuka
diketahui oleh umum bahkan mungkin ia atau mereka disponsori oleh para
subjek.
7
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. 2007. Hal
176-177
http://digilib.mercubuana.ac.id/
d. Pengamat Penuh. Biasanya hal ini terjadi pada pengamatan sesuatu
eksperimen di laboratorium yang menggunakan kaca sepihak (one way
screen).
Pada pelaksanaan pengamatan, baik darisegi praktisnya maupun dari segi
pengamatnya sendiri, terdapat beberapa kelemahan, diantaranya8:
a. Pengamat terbatas dalam mengamati karena kedudukannya dalam
kelompok, hubungannya dengan anggota, dan yang semacamnya.
b. Pengamatan yang berperan serta sering sukar memisahkan diri walaupun
hanya sesaat untuk membuat catatan hasil pengamatannya.
c. Hasil pengamatan berupa sejumlah besar data sering sukar dan sangat
memakan waktu untuk menganalisisnya.
d. Dalam situasi pengamatan berperanserta, pengamat cenderung melakukan
pengamatan secara tidak sistematis.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder dilakukan melaui studi kepustakaan untuk mendapatkan
informasi dan literatur-literatur yang berhubungan dengan judul, dokumendokumen dari buku, internet, majalah, karya tulis, dan bentuk lainnya yang
memungkinkan melengkapi data-data dalam penulisan serta pengumpulan buktibukti dokumentasi.
8
Ibid, Hal 184-185
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. studi kepustakaan
peneliti banyak memperoleh data yang sangat berguna dan dapat
dijadikan sebagai bahan acuan, referensi, panduan dan sumber informasi
berkenaan dengan masalah dalam penelitian ini.
2. Dokumentasi
Dalam penelitian ini peneliti instrument pengumpulan data yang sering
digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data. Tujuannya untuk
mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data.
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik
analisis
data
merupakan
teknik
yang
digunakan
dalam
menganalisis dan mengintrepretasikan data yang ada. Semua data yang terkumpul
selanjutnya dianalisis secara kualitatif menggunakan analisis semiotika Ferdinand
De Saussure dalam proses analisis akan dipilih beberapa foto atau video yang
menggunakan berbagai tanda yang berkaitan dengan perilaku hedonisme melalui
media sosial Instagram sebagai bentuk ekspresi diri.
Setelah melakukan tahap penyeleksian terhadap gambar atau video yang
memuat
tanda-tanda
berkaitan
dengan
simbol
gaya
bahasa,
peneliti
mengkategorisasikan pesan yang diteliti kedalam kedua kategori sesuai yang
dilakukan Ferdinand De Saussure9
9
Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi kencana Prenada Media Grup, Jakarta :
2006. Hal 269
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Saussure merumuskan perorganisasian tanda kedalam dua golongan besar
tanda, yaitu :10
1. Signifier & Signified
Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan
sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah
“bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, penanda
adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar
dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental,
pemikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa
(Bertens, 2001:180). Tanda (petanda dan penanda) Saussure berpendapat
bahwa elemen dasar bahasa adalah tanda-tanda linguistik atau tanda-tanda
kebahasaan, yang biasa disebut juga “kata-kata”. Tanda menurut saussure
merupakan kesatuan dari penanda dan petanda. Walaupun penanda dan
petanda tampak sebagai entitas yang terpisah namun keduanya hanya ada
sebagai komponen dari tanda. Tandalah yang merupakan fakta dasar dari
bahasa. Artinya kedua hal dari tanda itu tidak dapat dipisahkan. Jika
pemisahan berlaku maka hanya akan menghancurkan “kata” tersebut.
Selanjutnya petanda tanda kebahasaan menurut Saussure bersifat arbitrer,
atau semena-mena. Artinya tidak ada hubungan alami dari petanda dan
penanda.
10
Hendra Jajang, Semiotika Dibalik Tanda dan Makna: Telaah Atas Pemikiran Ferdinand De
Saussure, jakarta : 2006 hal 80
http://digilib.mercubuana.ac.id/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download