Volume 15, Oktober 2013 KARAKTERISASI SIKLOTRON ISSN 1411-1349 CATU DAYA KATODA SUMBER ION Saminto, Silakhuddin, Eko Priyono Pusat Teknologi dan Akselerator dan Proses Bahan, BATAN Jln. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb Yogyakarta 55281 email: [email protected] ABSTRAK KARAKTERISASI CATU DAYA KATODA SUMBER ION SIKLOTRON. Suatu perangkat catu daya katoda sumber ion siklotron telah dikarakterisasi. Perangkat tersebut terdiri modul kendali daya SCR tipe LPC 50HDA, transformator daya dan sistem penyearah. Karakterisasi catu daya meliputi pengukuran parameter hanyutan pemanasan alat, regulasi aliran masukan, regulasi beban, tegangan riak dan uji stabilitas. Hasil percobaan menunjukkan hanyutan pemanasan alat 0,50 %, regulasi aliran masukan 4,7 %, regulasi beban 45 % dan tegangan riak puncak ke puncak 3 V. Hasil uji stabilitas menunjukkan tegangan keluaran rata-rata 1695 V dan penyimpangan tegangan keluaran rata-rata 6,10 V atau 0,361%. Secara umum dapat dikatakan bahwa perangkat catu daya katoda siap digunakan untuk optimasi parameter operasi pada perangkat uji sumber ion. Kata kunci: catu daya katoda, perangkat sumber ion, siklotron ABSTRACT CARACTERIZATION OF CYCLOTRON ION SOURCE CATHODE POWER SUPPLY. A device of the cyclotron ion source cathode power supply has been characterized. The device consists of LPC 50HDA type SCR power control module, power transformer and rectifier system. Characterization includes of warm up drift parameter measurement, line regulation, load regulation, ripple voltage and stability test. Experimental result shows 0.50 % of warm up drift, 4.7 % of line regulation, 45 % of load regulation and 3V peak to peak of ripple voltage. Stability test result shows 1695 V of the average output voltage and 6.10 V or 0.361 % of the average output voltage deviation. Generally it can be said that the device of cathode power supply is ready for use in the experiments for optimization of the operating parameters at the ion source test device. Keywords: cathode power supply, ion source device, cyclotron PENDAHULUAN S uatu sumber ion jenis Penning Ionization Gauge (PIG) untuk pemercepat ion H- pada disain siklotron DECY 13 memerlukan sistem catu daya katoda. Pada sumber ion tersebut, molekulmolekul gas hidrogen diionisasi di dalam ruang sumber ion dan pada umumnya beroperasi pada tekanan gas antara 10-4 hingga 10-1 Torr [1]. Untuk mengionisasi ion-ion H- diperlukan catu daya katoda yang relatif tinggi. Berdasarkan desain awal yang telah dibuat, catu daya katoda ini memerlukan tegangan yang dapat di variasi mulai 0 V sampai 2500 Vdc dengan arus sampai 2,0 A [2]. Suatu perangkat catu daya katoda untuk sumber ion siklotron menggunakan kendali SCR sudah dibuat dan perlu dilakukan karakterisasi sebelum di implementasikan pada perangkat uji sumber ion. Dengan mempertimbangkan ketahanan operasi dan komponen yang tersedia dalam referensi produk, katalog, maka dipilih catu daya tipe pengendali daya berbasis thyristor (thyristorized power controller). Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 15, Oktober 2013: 78 - 83 Catu daya tersebut dapat diatur (variable) melalui perintah berupa tegangan 0-5 V atau potensiometer. Komponen catu daya terkendali thyristor terdiri, SCR terpasang terbalik parallel dan kontrol, trafo penaik tegangan, penyearah tegangan dan kapasitor sebagai tapis (filter) seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Pengendali daya berbasis thyristor. Karakterisasi catu daya katoda diperlukan untuk mengetahui kinerja catu daya katoda. Adapun ruang lingkup karakterisasi catu daya katoda ini meliputi, tegangan keluaran saat pemanasan alat (warm up drift), regulasi terhadap saluran jaringan masukan (line 78 Volume 15, Oktober 2013 regulation), regulasi terhadap beban keluaran (load regulation), tegangan keluaran kerut (ripple output) dan uji stabilitas. Dengan karakterisasi ini diharapkan dapat diketahui unjuk kerja catu daya katoda berbasis thyristor dan dapat membantu proses optimasi parameter operasi pada perangkat uji sumber ion. DASAR TEORI Silicon Control Rectifier (SCR) [3] SCR merupakan penyearah yang dapat diatur keluarannya. Simbol dari sebuah SCR ditampilkan pada Gambar 2. ISSN 1411-1349 untuk memperoleh kontrol gelombang penuh. Dalam hubungan ini, SCR pertama mengontrol tegangan positip bentuk gelombang sinus dan SCR yang lain mengontrol tegangan negatif. Kontrol arus dan percepatan dicapai dengan pemberian trigger dan penyalaan SCR pada waktu yang berbeda selama setengah siklus. Jika pulsa trigger diberikan awal pada setengah siklus, maka keluarannya tinggi. Jika pulsa trigger diberikan terlambat pada setengah siklus, maka hanya sebagian kecil dari bentuk gelombang yang dilewatkan dan mengakibatkan keluarannya kecil. Rangkaian Penyearah Jembatan [5] Prinsip penyearah tegangan gelombang penuh dengan penyearah jembatan ditampilkan pada Gambar 4. Gambar 2. Simbol SCR. Prinsip kerja SCR yaitu jika diberikan arus gate yang makin besar, maka tegangan breakover-nya (Vbo) menjadi turun. Tegangan ini merupakan tegangan minimum yang diperlukan untuk SCR menjadi ON. Agar SCR tetap ON, maka arus maju anoda ke katoda harus berada diatas arus holding-nya. Sekali dipicu, SCR tetap ON, sedang untuk membuat SCR OFF, maka arus anoda katoda diturunkan dibawah arus holding-nya. Pengendali Sudut Fase SCR (SCR Phase Angle Controller)[4] Pengendali sudut fase SCR adalah suatu teknik pengaturan pememicuan gate SCR untuk mengendalikan daya atau tegangan ke beban, misal, transformator, heater, dll. Prinsip kerja dari SCR phase angle control dijelaskan pada Gambar 3. Gambar 4. Penyearah jembatan dan bentuk gelombang keluaran dengan tapis kapasitor. Arah arus lewat D1 dan D2 melewati RL sebagaimana terlihat pada gambar penyearah gelombang penuh dengan sistem jembatan adalah sama, yaitu dari ujung atas RL menuju ground. Dengan demikian arus yang mengalir ke beban (iL) merupakan penjumlahan dari dua arus i1 dan i2 dengan paruh waktu masing-masing. Formulasi penyearah gelombang penuh adalah V avg = dengan π (1) Vavg : tegangan keluaran, Vm Gambar 3. Pengendali sudut fase SCR. 2Vm : tegangan masukan. Fungsi kapasitor pada rangkaian adalah untuk menekan ripple yang terjadi dari proses penyearahan gelombang AC. Setelah dipasang filter kapasitor maka output dari rangkaian penyearah gelombang penuh ini akan menjadi tegangan DC yang dapat diformulasikan sebagai Gambar 3 menunjukkan penggunaan dua SCR yang dihubungkan secara terbalik paralel (back to back) KARAKTERISASI CATU DAYA KATODA SUMBER ION SIKLOTRON Saminto,Silakhuddin, Eko Priyono 79 Volume 15, Oktober 2013 V dc = ISSN 1411-1349 2V max Untuk nilai tegangan dirumuskan sebagai Vripple = dengan π . ripple (2) yang ada I Load fC dapat (3) f : frekuensi listrik, hertz (Hz) C : kapasitor, farad (F) ILoad : arus beban, amper (A) Berdasarkan spesifikasi pengendali daya SCR tipe LPC-50HDA, SCR mampu memberikan tegangan dengan keluaran Vout: 0-220 Vac, Iout: 40 A kemampuan daya sekitar 8,8 kVA [6]. Sedang spesifikasi tranformator yang telah dibuat, Vin: 0-220 Vac, Vout: 0-2000 Vac, Iout: 2,0 A dengan kemampuan daya sekitar 4 kVA. Dari kedua spesifikasi menunjukkan bahwa pengendali daya SCR cukup aman untuk diintegrasikan dengan beban tranformator. Parameter Catu Daya Katoda [7] Hanyutan pemanasan (Warm up drift) TATA KERJA Rangkaian Catu Daya Katoda Sumber Ion Untuk melakukan pengukuran parameter operasi pada catu daya katoda diperlukan untai rangkaian dan tata letak alat ukur tegangan dan arus. Meter pengukur tegangan dan arus keluaran menggunakan DVM “Lutron”, sedang tegangan masukan diukur menggunakan DVM SANWA PC 5000. Skema pengukuran parameter operasi ditampilkan pada Gambar 5. Didefinisikan sebagai perubahan di dalam tegangan keluaran DC (Vout) dari 15 detik setelah di ON kan (V15S) sampai 30 menit setelah ON (V30M) untuk memenuhi agar catu daya mencapai kesetimbangan termal yang dinyatakan dalam prosen yaitu Warm UP drift = V15S − V30 M V30 M × 100 % . (4) Regulasi terhadap jaringan (Line regulation) Didefinisikan sebagai perubahan di dalam tegangan keluaran DC (Vout) dikarenakan variasi tegangan masukan dengan semua faktor lain dijaga konstan yang dinyatakan dalam prosentase dari tegangan keluaran nominal yaitu Line regulation = Gambar 5. Rangkaian dan tata letak alat ukur tegangan dan arus. V −V OUT NOM OUT MAX/MIN V OUT NOM × 100 % . (5) VOUT MAX/MIN = tegangan keluaran diukur pada VIN ± 10% Regulasi terhadap beban (Load regulation) Konstruksi Catu Daya Katoda Sumber Ion Konstruksi catu daya katoda sumber ion terdiri pengendali daya SCR dan sistem penyearah ditampilkan pada Gambar 6. Didefinisikan sebagai perubahan di dalam tegangan keluaran dc (Vout) disebabkan perubahan arus beban dengan semua faktor lain dijaga konstan, yang dinyatakan dalam prosentase dari tegangan keluaran nominal yaitu Load regulation = VOUT R = ∞ − VOUT RL VOUT R = ∞ × 100 % . (6) Load regulation diukur untuk tegangan masukan ac nominal tetapi masih batas jangkau operasi normal. a. Modul pengendali daya SCR tipe LPC-50HDA b. Penyearah tegangan dan beban Gambar 6. Pengendali daya SCR dan sistem penyearah tegangan. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 15, Oktober 2013: 78 - 83 Riak (Ripple) Didefinisikan sebagai komponen kotoran pada tegangan keluaran, dinyatakan sebagai tegangan puncak ke puncak (peak to peak) atau rms. Pengecekan tegangan ripple dilakukan dengan menggunakan osiloskop. 80 Volume 15, Oktober 2013 ISSN 1411-1349 Stabilitas alat Didefinisikan sebagai kestabilan tegangan keluaran dengan beban terpasang dalam waktu operasi beberapa jam nonstop. HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen-komponen dirakit menjadi perangkat catu daya katoda selanjutnya diuji coba dan dikarakterisasi dengan mengamati parameter yang diperlukan sebelum diimplementasikan pada perangkat uji sumber ion. Hasil Pengujian Warm up Drift Pengujian warm up drift meliputi pengukuran tegangan keluaran pada kondisi 15 detik setelah di ON kan dan 30 menit setelah di ON kan. Pengujian dilakukan pada kondisi tegangan listrik nominal (220 Vac). Data pengujian warm up drift ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Data pengujian warm up drift. Tegangan listrik VOUT 15 detik setelah ON (V15S) VOUT 30 menit setelah ON (V30M) Arus beban, IL 220 Vac 2000 Vdc 1990 Vdc 1,0 A Selanjutnya dengan memasukkan data pengujian ke dalam persamaan 4, maka diperoleh nilai parameter warm up drift adalah 0,50%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa selama pemanasan (warm up drift) catudaya bekerja normal dengan tegangan keluaran stabil dan tidak berfluktuasi dengan ditandai prosentase warm up drift relatif kecil. Selanjutnya dengan memasukkan data pengujian ke dalam persamaan 5, maka diperoleh nilai parameter line regulation adalah 4,7%. Hasil Pengujian Load Regulation Pada pengujian ini kondisi tegangan listrik pada posisi 220 V dengan beban terpasang dan tanpa beban. Data pengujian load regulation ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Data pengujian parameter load regulation. Masukan sumber daya listrik Keluaran HV tanpa beban (RL = ∞) Keluaran HV dengan beban (RL = 238 Ω) 220 V ac 1500 V dc 820 V dc Selanjutnya dengan memasukkan data pengujian ke dalam persamaan 6, diperoleh nilai parameter load regulation adalah 45%. Prosentase load regulation tersebut cukup tinggi. Pada catu daya ini saat diberi beban terjadi drop tegangan yang besar dan hal ini tidak di harapkan terjadi. Untuk catu daya yang baik nilai load regulation harus sekecil mungkin. Oleh karena itu untuk memperkecil prosentase load regulation diperlukan sistem kendali kalang tertutup (close loop control system). Sistem tersebut akan bekerja mengendalikan tegangan keluaran sesuai setting demand. Hasil Pengukuran Tegangan Riak (Ripple) Hasil pengamatan ripple pada tegangan keluaran 1700 Vdc dengan arus beban 1,01 A ditampilkan pada Gambar 7. Hasil Pengujian Line Regulation Setelah semua bahan dan komponen dirangkai seperti pada Gambar 5, selanjutnya dihubung ke sumber daya listrik Vac (sebagai tegangan masukan nominal) dan tegangan keluaran catudaya di set tetap pada 1000 V dc. Pengujian parameter line regulation dilakukan dengan mengubah sumber daya listrik masukan ±10% dari tegangan nominal. Data pengujian ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Data pengujian parameter line regulation. Gambar 7. Bentuk tegangan ripple. Melalui pengamatan osiloskop diperoleh nilai tegangan ripple adalah 3 div kali 1 V/div = 3 VPP. Nilai tegangan ripple tersebut dapat diturunkan (diperkecil) dengan memperbesar nilai kapasitor tapis dan mengurangi arus beban. Masukan sumber daya listrik (V ac) Keluaran tegangan catudaya HV (V dc). Arus beban, IL 200 1430 (VOUT MIN) 0,712 A Hasil Uji Stabilitas Alat 220 1500 (VOUT NOM) 0,753 A 230 1535 (V OUT MAX) 0,782 A Pada uji ini tegangan keluaran diset 1700 V dengan arus beban 1,09 amper, selanjutnya alat dinyalakan selama 4 jam nonstop. Dikarenakan tidak KARAKTERISASI CATU DAYA KATODA SUMBER ION SIKLOTRON Saminto,Silakhuddin, Eko Priyono 81 Volume 15, Oktober 2013 ISSN 1411-1349 punya alat perekam tegangan, maka perekaman data dilakukan secara manual yaitu dengan mencatat secara periodik tiap lima belas menit. Hasil rekaman data tegangan keluaran terhadap waktu operasi ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Data uji tegangan keluaran catudaya. Waktu operasi (Menit) 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240 255 265 280 Tegangan output (Volt) 1710 1710 1700 1700 1700 1700 1700 1690 1690 1690 1690 1690 1690 1690 1690 1690 1690 1690 Dari data uji tegangan keluaran catudaya dapat dihitung tegangan keluaran rata-rata ( VOUT ) = 1695 V dan nilai penyimpangan (deviasi) tegangan keluaran rata-rata (∆ VOUT )= 6,10 V atau 0,361%. Dari Tabel 4 dapat dibuat kurva untuk mengetahui tingkat stabilitas keluaran catu daya seperti ditunjukkan pada Gambar 8. Berdasarkan data hasil uji Tabel 4 dan kurva pada Gambar 8 menunjukkan bahwa selama pengujian tersebut tegangan keluaran mulai stabil pada menit ke 135 sampai selesai. Salah satu faktor ketidak stabilan adalah kondisi beban yang tidak stabil. Pada uji ini menggunakan beban lampu bolam 220 V/100 W diseri 12 kali dan diparalel dua baris. Beban lampu semakin lama makin panas yang membuat hambatan (R) lampu berubah sehingga membuat tegangan keluaran berfluktuasi (tidak stabil). Selain itu faktor ketelitian alat ukur yang digunakan. Meter pengukur tegangan hanya dapat membedakan perubahan tegangan terkecil 10 V sehingga untuk perubahan nilai dibawah 10 V tidak direspon. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai penyimpangan tegangan keluaran rata-rata (∆ VOUT ) cukup kecil yaitu 6.10 V atau 0.361 % sehingga catu daya ini dapat dikategorikan cukup stabil. Namun demikian untuk mengetahui keandalan catudaya ini perlu uji stabilitas untuk waktu yang lebih lama dan arus beban lebih dimaksimalkan. KESIMPULAN Telah dapat dibuat dan dikarakterisasi perangkat catu daya katoda sumber ion meliputi pengukuran parameter warm up drift, line regulation, load regulation, tegangan ripple dan uji stabilitas alat. Dari hasil pengukuran parameter diperoleh, warm up drift 0,50%, line regulation 4,7%, load regulation 45% dan tegangan ripple 3 Vpp. Hasil uji stabilitas operasi selama 4 jam diperoleh tegangan keluaran 1690 V sampai 1700 V sehingga dihasilkan tegangan keluaran rata-rata ( VOUT )= 1695 V dengan penyimpangan tegangan keluaran rata-rata (∆ VOUT ) = 6,10 V atau 0.361 %. DAFTAR PUSTAKA [1] ROVEY J.L., Design Parameter Investigation of a Cold Catode Penning Ion Source for General Laboratory Applications, Journal of Plasma Science and Technology, 17(3). DOI, 2008. [2] SILAKHUDDIN dkk., Penentuan Parameter Komponen Perangkat Uji Sumber Ion Siklotron, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya, ISSN 1411-1349, Vol 14, PTAPB-BATAN, 2012. [3] HAMONANGAN, ASWAN, “Thyristor-SCR, TRIAC dan DIAC”, 2009, www.electroniclab.com [4] SCR POWER CONTROL, WATLOW Electric Manufacturing Company, USA 1995, www.watlow.com/downloads/en/brochures/winscr 0210.pdf Gambar 8. Kurva tegangan keluaran catu daya. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 15, Oktober 2013: 78 - 83 [5] BASIC ELECTRONICS TUTORIALS by Wayne Storr, 2013, www.electronics-tutorials.ws 82 Volume 15, Oktober 2013 [6] SSR INTELLIGENT PHASE ANGLE CONTROL, HB CONTROL, 221 Weaver Street, Fall River, http://www.hbcontrols.com [7] PETUNJUK PRAKTIKUM ELEKTRONIKA NUKLIR, Jurusan Teknik Nuklir, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1997. ISSN 1411-1349 TANYA JAWAB Irianto − Apakah keuntungan/kelebihan kendali catudaya menggunakan SCR dibanding menggunakan jenis variac? Saminto − Dimensi catudaya menggunakan SCR lebih kecil, ringan dan kompak − Mempunyai kemampuan arus keluaran besar − Mudah diperoleh dipasaran dan mudah di dalam pembuatannya. KARAKTERISASI CATU DAYA KATODA SUMBER ION SIKLOTRON Saminto,Silakhuddin, Eko Priyono 83