(sig) untuk evaluasi sumberdaya lahan

advertisement
MAKALAH
KAJIAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
UNTUK EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN
Oleh :
Drs. Yagus Wijayanto, MA., PhD
NIP. 1966061419921001
FAKUTAS PERTANIAN
UNIVRSITAS JEMBER
2012
0
I.
PENDAHULUAN
Salah satu aplikasi Sistem Informasi Geografis yang banyak digunakan adalah dalam
kajian pemetaan dan analisis kesesuaian lahan. Oleh karena itu bidang aplikasi SIG untuk
analisis dan pemetaan lahan merupakan aplikasi yang bisa dianggap tertua. Dengan kondisi
tersebut maka berbagai pembahasan, diskusi, kajian dan penelitian penerapan Sistem
Informasi Geografis untuk analisis dan pemetaan kesesuaian lahan banyak dijumpai dalam
berbagai sumber pustaka. Dari berbagai pustaka tersebut nampak bahwa telah dan sedang
terdapat perkembangan mengenai teknik dan metode dalam analisis kesesuaian lahan, mulai
dari yang sederhana seperti dikemukakan oleh McHarg (1966) sampai dengan penerapan
Multicriteria Evaluation (Pereira dan Duckstein, 1993).
Perkembangan teknik dan metode analisis kesesuaian lahan tidak hanya terjadi pada
metode analisis kesesuaian lahan, tetapi juga pada teknik analisis yang digunakan. Salah satu
teknik analisis yang digunakan yang sering digunakan adalah Sistem Informasi Geografis
(SIG). Menurut ESRI (1999) SIG merupakan sekumpulan perangakt keras, perangkat lunak,
data dan manusia yang digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan datadata yang teracu secara geografis. Penggunaan SIG untuk anaisis kesesuaian lahan sangatlah
beralasan mengingat data-data karakteristik
dan kualitas lahan adalah data-data keruangan
(spatial) artinya data-data yang menempati ruang di permukaan bumi.
Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk analisis dan pemetaan kesesuaian lahan
telah banyak dijumpai, dan beragam tekanik analisis dalam SIG juga telah banyak digunakan.
Dari berbagai studi juga nampak bahwa pemilihan teknik analisis SIG yang digunakan
sangatlah tergantung pada beberapa faktor : (a) tujuan evauasi kesesuaian lahan; (b) daerah
yang dikaji; (c) keberadaan software dan harware serta (d) keberadaan data dan informasi
yang digunakan serta (e) kemampuan sumberdaya manusia di dalam menggunakan data dan
informasi untuk analisis kesesuaian lahan.
Teknik analisis yang digunakan dalam SIG sangat beragam dan pemilihan teknik
analisis yang digunakan akan sangat menentukan akurasi dari hasil analisis yang digunakan.
Oleh karena itu, pemiihan teknik analisis seharusnya memiliki pertimbangan yang matang
mengenai kelemahan dan keunggulan setiap teknik anaisis tersebut. Disamping itu, berbagai
isu yang berhubungan dengan pemilihan struktur data dalam SIG sangatlah penting. Struktur
data (raster atau vektor) merupakan cara merepresentasikan data keruangan dari fenomena
yang ada di permukaan bumi. Pemilihan struktur data haruskah mempertimbangkan
1
karakteristik dari fenomena /gejala yang dikaj, dan fenomena /gejala yang dikaji tersebut
merupakan atribut lahan, yakni karakteristik dan kualitas lahan.
II. TUJUAN
Artikel ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi, dan kemudian mengkaji
berbagai teknik analisis yang digunakan dalam SIG untuk analisis kesesuaian lahan. Artikel
ini diharapkan bermanfaat bagi pengguna SIG di dalam menemukan teknik-teknik analisis
yang sesuai dengan permasalahan analisis kesesuaian lahan yang dihadapi.
III. METODE KAJIAN
Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah kajian pustaka yang
berhubungan dengan penggunaan SIG untuk pemetaan dan analisis kesesuaian lahan. Oleh
karena itu tahap awal yang dilakukan adalah mengumpulkan berbagai sumber pustaka,
terutama jurnal yang berhubungan dengan aplikasi SIG untuk pemetaan dan analisis
kesesuaian lahan. Tahap selanjutnya adalah inventarisasi teknik dan mengkaji teknik-teknik
yang telah terinventarisis dan dibahas. Disamping itu inventarisasi dan kajian pustaka juga
dilakukan terhadap penggunaan struktur data (data raster dan vektor) untuk evaluasi
kesesuian lahan juga dilakukan dan kemudian hasil invetarisasi dikaji.
IV. HASIL KAJIAN
4.1 Struktur data dalam Sistem Informasi Geografis untuk Analisis Kesesuaian Lahan
Terdapat dua macam struktur data utama dalam SIG, yakni struktur data raster dan
vektor,
yang
memiliki
keunggulan
dan
kelemahan
masing-masing
di
dalam
merepresentasikan gejala/fenomena di permukaan bumi. Pemilihan struktur data ini menjadi
sangat penting dalam analisis dan pemetaan kesesuaian lahan, karena akan menentukan
akurasi dari faktor-faktor lahan yang digambarkan dengan Sistem Informasi Geografis dan
juga akan menentukan akurasi hasil analisis kesesuaian lahan. Akurasi hasil analisis
kesesuaian lahan sangatlah penting diperhatikan mengingat bahwa hasil analisis merupakan
informasi berharga bagi pengambil keputusan. Secara ringkas, kelebihan dan kelemahan
setipa struktur data tersebut disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 tersebut menunjukkan
bahwa raster dan vektor itu berbeda satu dengan yang lain. Setiap komponen persamaan dan
perbedaan itu setara artinya bahwa dalam pemiihan struktur data untuk analisis kesesuaian
2
lahan haruslah kesemua kelemahan dan keunggulan setiap struktur data tersebut
dipertimbangkan. Namun demikian, terdapat panduan umum di dalam memilih struktur data
yang digunakan. Panduan umum tersebut adalah bahwa struktur data vektor sangat baik di
dalam menggambarkan fenomena/gejala yang bersifat memiliki batas jelas/tegas, sedang
struktur data raster sangat handal untuk merepresentasikan gejaa/fenomena yang bersifat
gradua/tidak memiliki batas yang tegas di lapang. Pada data yang bersifat kontinyu, data
memiliki rentang yang lebar, Nilai data tidak menggambarkan tema atau kelas, namun
sebuah variable khusus. Sedang pada data diskrit data memiliki renatng sempit dan Data
disimpan ke daam sebuah kode yang menunjukkan kelas.
Tabel 1. Kelebihan dan Kelemahan Struktur data Raster dan Vektor (Sumber: Burrough,
1996)
Kelebihan Raster :


Kelebihan Vektor :
Mudah memperoleh data, terutama

Resolusi Tinggi;
dari citra;

Sangat
Mudah untuk melakukan operasi
untuk
menunjukkan
batas-batas;

tumpang tindih;

baik
Penyimpanan yang efisien untuk
Representasi
eksplisit
dari
kenampakan-kenampakan linear;
data yang padat dan heterogen
Kekurangan data Raster :
Kekurangan data Vektor :
•
Resolusi spasial harus ditentukan;
•
Membutuhkan tempat penyimpanan
•
Sangat
•
tidak
efisien
untuk
menggambarkan
data
yang
Pemrosesan
banyak
membutuhkan
dapat
waktu
membutuhkan
dalam
komputer;
Sangat tidak efisien untuk data yang
tersebar dan heterogen;
•
data
algoritma yang kompleks;
yang besar;
•
Manipulasi
padat dan heterogen
Berhubungan dengan kenampakankenampakan linear
3
Perbedaan antara karakteristik stuktur data raster dan vektor telah mendorong
berbagai penelitian untuk menggunakan dalam analisis kesesuaian lahan. Salah satu contoh
analisis kesesuaian lahan yang menggunakan struktur data raster telah dilakukan oleh Carr
dan Zwik (2005) dan telah menggunakan untuk analisis konflik penggunaan lahan pada masa
yang akan datang dengan menggunakan AHP. Analisis ni menggunakan struktur data raster
yang
memang sangat mudah untuk melakukan tumpang tindih berbagai data dengan
menggunakan teknik AHP (Analytical Hierarchical Process). Studi lain yang menggunakan
kombinasi vektor dan raster dilakukan oleh Abaid dan ElFalaki (2008) yang menggunakan
salah satu extention yakni Spatial Analyst untuk menentukan kesesuaian lahan pertanian.
Studi yang dilakukan oleh Basnet, et al. (2000) menggunakan struktur data vektor dan
raster untuk analisis kesesuaian lahan untuk menentukan lokasi pembuangan sampah hewan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan struktur data vektor lebih dapat
memberikan gambaran mengenai derajad kesesuaian lahan (rendah, sedang dan tinggi),
sedang dengan menggunakan struktur data vektor hanya bisa dibedakan antara lahan yang
sesuai dengan lahan yang tidak sesuai.
Dari berbagai studi yang sudah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
dalam menggunakan SIG untuk analisis kesesuaian lahan terdapat dua jenis model, yakni
model yang berbasisi data vektor dan model yang berbasis data raster. Hasil analisis pustaka
juga menunjukkan bahwa tidak ada batas yang tegas antara kedua jenis model data tersebut,
dan semakin memperkuat pernyataan bahwa kedua model/struktur data tersebut dapat
digunakan secara sendiri-sendiri atau secara bersamaan melalui proses perubahan raster ke
vektor (vectorization) dan dari vektor ke raster (rasterization). Dalam hubungannya dengan
penggunaan vektor dan raster, nampak jelas bahwa jika data lahan yang digunakan bersifat
kontinyu (curah hujan, ketinggian, kelerengan, sifat tanah, curah hujan) hampir semua
pustaka menggunakan data raster, sedang representasi data yang bersifat tegas (sebagai
contoh vegetasi dan penggunaan lahan) vektorlah yang digunakan.
Malczewski (2004) mengemukakan bahwa mode data raster merupakan mode data
yang lebih banyak disukai dalam aplikasi kesesuaian lahan, hal ini disebabkan oleh karena
data raster bersifat “area-oriented”, yang berarti bahwa isi dari area lebih penting dari batas
dari area sehingga berbagai teknik anaisis raster dapat dilakukan dengan mudah. Lebih lanjut
Malczewski (2004) mengemukakan bahwa jika dalam aplikasi kesesuaian lahan dengan
menggunakan SIG terdapat dua jenis data, maka sebaiknya data data yang menggunakan
4
representasi vektor dapat terlebih dahulu ke dalam model data raster, dan banyak perangkat
lunak SIG yang dapat melakukan perubahan dari model data raster ke vektor dan sebaliknya.
4.2 Teknik Analisis dalam Sistem Informasi Geografis untuk Analisis Kesesuaian Lahan
Pada artikel ini yang dimaksud dengan teknik analisis adalah teknik analisis
spasial (spatial analysis). Definisi dari analysis spasial adalah sebuah koleksi dari teknik dan
model that secara explisit menggunakan menggunakan acuan keruangan dari setiap kasus
data (Goodchild dan Haining dalam http://www.geog.ucsb.edu/~good/papers/387.pdf.).
Analisis spasial merupakan inti dari GIS karena analisis spasial termasuk semua transformasi,
manipulasi dan metode yang dapat diterapkan dalam merubah data menjadi informasi. Dari
definisi dan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis spasial merupakan
kumpulan dari teknik dan metode yang digunakan untuk merubah data menjadi informasi
sehingga informasi tersebut berguna bagi pengguna. Sistematika penyajian teknik analisis
yang digunakan disusun menurut empat kelompok teknik analisis.
4.2.1
Teknik Analisis Spasial Satu Layer
Teknik anaisis spasial satu layer merupakan teknik yang sering digunakan
dalam analisis kesesuaian lahan. Teknik ini meliputi buffering, klasifikasi, statistik layer, dan
reklasifikasi. Teknik ini diterapkan untuk merubah data pada satu layer menjadi informasi.
Teknik-teknik ini umumnya diterapkan untuk struktur data vektor. Teknik klasifikasi dan
reklasifikasi merupakan teknik yang nampaknya paling sering digunakan hampir pada semua
peneitian tentang kesesuaian lahan, yang dapat ditemukan pada berbagai sumber (Dengiz,
2013; Teknik-teknik analisis spasial yang sering digunakan untuk raster satu layer meliputi:
network anaysis, surface modelling, filtering, dan interpolasi spasial. Teknik interpolasi data,
hujan dari stasiun curah hujan nampaknya juga telah digunakan untuk studi kesesuaian lahan
tanaman jagung di Madura yang telah dilakukan oleh Muhsoni (2010).
5
4.2.2. Teknik Analisis Spasial Multi Layer
Teknik analisis ini melibatkan lebih dari satu layer yakni menggabungkan dua atu
lebih layer untuk menghasilkan layer baru sebagai hasil kombinasi dari layer-layer yang
digabungkan tersebut. Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai teknik analisis : intersect,
union, clip, merge dan dissolve. Teknik-teknik ini umunya disebut sebagai teknik tumpang
tindih (overlay) yang merupakan teknik yang paling sering digunakan pada vektor untuk
berbagai aplikasi. Sedang pada raster teknik analisis spasial multi ayer yakni aljabar
matematik (mathematic algebra) dimana dengan menggunakan teknik ini kita melakukan
operasi matematik sederhana pada berbagai layer untuk menghasilkan layer baru melalui
proses penambahan, perkalian, pembagian dan pengurangan. Teknik pemberian skor dan
pembobotan yang sering digunakan untuk analisis kesesuaian lahan termasuk pada kategori
ini.
4.2.2
Perkembangan Teknik Analisis Spasial
Salah satu perkembangan teknik analisis kesesuaian lahan yang sekarang sedang
mendapatkan perhatian adalah MCDA (Multicriteria Decision Analysis). Sebutan lain untuk
teknik adalah AHP (Analytical Hierarchical Process). Jika MCDA ini diintegrasikan
dengan SIG maka teknik analisisnya disebut sebagai Spatial Multi-Criteria Decision.
Menurut Samanta, et al (2011) spatial multi-criteria decision (SMCD) diartikan sebagai
“Spatial multi-criteria decision-making approach is a process where geographical
data is combined and transformed into a decision. It involves input data, the decision
maker‟s preference and manipulation of both information using specified decision rules. In
this spatial multi-criteria decision-making approach, the input data is geographical data”.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa kombinasi data-data geografis digunakan untuk
membuat keputusan, sedang cara untuk mendapatkan keputusan melalui proses: input data,
preferensi pembuat keputusan, dan manipuasi dari data geografis dan preferensi pembuat
keputusan dengan menggunakan atuarn-aturan keputusan. Karena keputusan-keputusan
dalam Spatial Muti-Criteria Decision berbeda dengan MCDA, maka data keruangan lah
yang digunakan dalam SMCD. Hasil anaisis dari studi yang dilakukan oleh Samanta, et al
(2011) dapat ditunjukkan pada Gambar 1 berikut.
Studi lain yang menggunakan integrasi antara teknik Analytical Hierarchical Process
(AHP) dengan SIG dapat ditemukan pada studi yang dilakukan oleh Joshua, et al (2013)
6
dalam studi analisis kesesuaian lahan untuk perencanaan pertanian di Negria. Alasan
penggunaan integrasi antara AHP dengan SIG adalah adanya kenyataan bahwa penentuan
lokasi yang paling baik untuk pertanian ditentukan oleh interaksi kompleks dari berbagai
faktor, bukan hanya persyaratan-persyaratan teknis, tetapi juga pertimbangan-pertimbangan
sosial, budaya, fisik dan lingkungan. Dengan menggunakan model standard untuk
meakukan seleksi lokasi pertanian berdasarkan pada interaksi berbagai faktor tersebut
akanlah sulit dilakukan. Oleh karena itu, metode AHP dilakukan, dan dengan integrasinya
dengan SIG maka proses penentuan lokasi akan dapat dilakukan dengan lebih efisien. Salah
satu alasan utama pada penelitian Joshua, et al (2013) yang menggunakan kombinasi
metode AHP dan SIG adalah karena keterbatasan data-data yang ada pada daerah yang
diteliti. Adapun metodologi yang digunakan dalam peneitian yang dilakukan oleh Joshua, et
al (2013) ini dapat diihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hasil analisis AHP dan GIS yang diakukan oleh Samanta, et al (2011)
7
Gambar 3. Prosedur Analisis Kesesuaia lahan pada penelitian Joshua (2013)
Hasil kajian mengenai perkembangan methodologi untuk analisis kesesuaian lahan
nampak bahwa dalam hal penerapan metode AHP faktor penting yang harus diperhatikan
adalah dalam pemberian bobot dan skor untuk analisis AHP. Alasan utama adalah bahwa
bobot dan skor yang diberikan akan sangat menentukan hasil analisis AHP yang terintegrasi
dengan SIG. Pemberian bobot dan skor dalam anlaisis AHP umumnya dilakukan dengan
quesioner yang diberikan pada pakar (expert) yang memiliki pengalaman mengenai daerah
yang dikaji.
Metode lain yang jugamendapatkan perhatian dalam aplikasi evauasi kesesuaian lahan
adalah metode fuzzy set. Aplikasi ini tergolong berjumah sedikit bila dibandingkan dengan
aplikasi dengan proseur standart penggunaan SIG maupun AHP. Salah satu contoh studi yang
telah menggunakan Fuzzy set untuk aplikasi evauasi kesesuaian lahan telah diakukan oleh
Barimoh, et al (2004). Aplikasi uzzy set theory hampir mirip dengan tujuan pnggunaan data
raster GIS yakni bahwa variabilitas fenomena di permukaan bumi tidaklah mengikuti batas
yang tegas. Dalam studinya Braimoh, et al (2013) indeks kesesuaian lahan dihitung pada
setiap titik dengan menggunakan model Impor Semantic (SI model) pada setiap titik, dan
kemudian dilakukan interpolasi nilai indeks tersebut untuk seluruh daerah yang dikaji. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan teknik Fuzzy set dan kombinasi dengan
teknik interpolasi telah memberikan hasil yang akurat dengan membandingkan dengan hasil
tanaman jagung, terbukti dengan nilai korelasi sebesar 0, 87. Salah satu pertimbangan penting
8
dalam menggunakan Fuzzy set untuk kajian kesesuaian lahan adalah bahwa teknik ini sangat
baik diterapkan pada lokasi dengan perbedaan nilai yang tidak besar (subtle).
Pada kondisi dimana terdapat perbedaan yang mencolok mengenai nilai yang diobservasi
maka tidak ini tidak dapat memberikan hasil yang akurat. Hasil penelitian dari penelitian
yang dilakukan oleh Braimoh, et al (2013) dapat disajikan pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Hasil analisis evaluasi lahan dari penggunaan Fuzzy Set dan teknik interpolasi
yang dilakukan oleh Braimoh, et al. (2013).
Studi lain penggunaan teknik Fuzzy set juga telah dilakukan oleh Ramli dan Baja
(2005) yang menggunakan analisis Fuzzy dalam Sistem Informasi Geografis yang
memberikan nilai MF (Membership Function) untuk kesesuain lahan. Hasil penelitian
menunjukkan sebaran kesesuaian lahan untuk tanaman cengkeh yang diwujudkan dengan
indeks, seperti disajikan pada Gambar 4 berikut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramli
dan Baja (2005) ini menunjukkan bahwa SIG memberikan fleksibilitas dalam analisis evauasi
kesesuaian lahan dan mampu dijadikan sebagai sarana basis data, karena kemampuannya di
dalam analisis dalam jumlah besar, baik data sifat fisik, sosial dan ekonomi untuk
menentukan kesesuaian tanaman cengkeh.
9
Gambar 4. Hasil Kesesuaian Lahan Tanaman Cengkeh dengan menggunakan teknik Fuzzy
pada studi yang dilakukan oleh Ramli dan Baja (2005)
V. KESIMPULAN
Hasil kajian penggunaan Sistem Informasi Geografis untuk evauasi kesesuaian ahan
menunjukkan bahwa teknik anaisis spasial yang terdapat dalam SIG telah memberikan
kontribusi yang besar dalam analisis evaluasi kesesuaian lahan. Penggunaan SIG ini telah
memungkinkan anaisis evauasi lahan dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien
mengingat beberapa faktor berikut :
a) Kemampuan analisis keruangan (spatial analysis) yang ada dalam SIG telah
memberikan kesempatan pada pengguna SIG untuk melakukan pemasukan, analisis
dan
penyajian
hasil
anaisis
kesesuain
lahan.
Kemampuan
analisis
telah
memungkinkan analisis kesesuaian lahan dapat dilakukan dalam SIG;
b) Kemampuan dalam meyimpan jumlah data yang besar nampaknya juga merupakan
alasan untuk menjadikan SIG sebagai alat untuk penyimapanan (storage) data-data
kesesuaian lahan.
c) SIG dapat diintegrasikan dengan teknik lain, seperti interpolasi, permodelan dan citra
penginderaan jauh (remote sensing) yang juga memberikan kesempatan pada
pengguna untuk melakukan simulasi kesesuaian lahan.
10
d) Hasil kajian pustaka yang dilakukan pada peneitian ini juga menunjukkan bahwa
model data raster dan vektor digunakan secara bersama-sama atau secara sendirisendiri. Karakteristik data nampaknya telah menentukan pemilihan struktur data raster
atau vektor yang digunakan dalam anaisis kesesuaian lahan, dan perubahan model
data dari satu model ke model yang lain juga memungkinkan dapat dilakukan dalam
SIG.
DAFTAR PUSTAKA
Basnet, B.B. dan Apan, and Raine, S.R. 2000. Selecting Site Suitable for Animal Waste
Application using a Vector GIS dalam Book of Abstracts – SEAg 2000 Growing
Links, 2-5 April 2000, Adelaide
Braimoh, A.K., Vleg, P.L.G., Stein, A. 2004. Land Eveluation for Maize Based on Fuzzy Set
and Interpolation, dalam Environmental Management Vol. 33, No. 2, pp. 226–238
Burroughs, P.P. & McDonnel, R.A. 1998, Principles of GIS, Oxford University Press, pp.
299.
Carr, M.H. and Zwick, P. 2005. Using GIS suitability analysis to identify potential future
land use conflicts in North Central Florida dalam Journal of Conservation Planning
Vol 1 (2005) 58—73
DENGİZ, O. 2013. Land suitability assessment for rice cultivation based on GIS modeling
dalam Turk J Agric For(2013) 37: 326-334
Hala M. Ibrahim Ebaid and Assia A. El Falaky.2008. Assessment of Soil Suitability for
Agriculture Using GIS Spatial Analyst Model Technique dalam The 3rd International
Conference on Water Resources and Arid Environments (2008) and the 1st Arab
Water Forum
Goodchild, M.F and Haining, R.P GIS AND SPATIAL DATA ANALYSIS: CONVERGING
PERSPECTIVES dalam http://www.geog.ucsb.edu/~good/papers/387.pdf. Diakses
Tanggal 12 Nopember 2013
JOSHUA, Kunda, J, ANYANWU, Nneoma C, AHMED, Jajere, A. 2013. Land Suitability
Analysis for Agricultural Planning Using GIS and Multi Criteria dalam International
Journal of Applied Research and Studies (iJARS), Volume 2, Issue 10 (Oct - 2013)
Decision Analysis Approach in Greater Karu Urban Area, Nasarawa State-Nigeria
Malczewski, J. 2004. GIS-based land-use suitability analysis: a critical overview dalam
Progress in Planning 62 (2004) 3–65.
McHarg, I.L., 1969. Design With Nature, Wiley, New York.
11
Muhsoni, F.F. 2010. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung di Madura dengan
Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam Embryo,
7(1):45-52.
Pereira, J.M.C., Duckstein, L., 1993. A multiple criteria decision-making approach to GISbased land suitability evaluation. Dalam International Journal of Geographical
Information Systems 7 (5), 407–424.
Ramli, M dan Baja, S. 2005. Aplikasi Fuzzy Set Berbasis Sistem Informasi Geografis dalam
Evaluasi Kesesuaian lahan dalam Informatika Pertanian Volume 14, 2005:771-788
Samanta, Babita Pal dan Dili, Pala, K. 2011. Land Suitability Analysis for Rice Cultivation
Based on Multi-Criteria Decision Approach through GIS dalam Int. J Sci. Emerging
Tech., Vol-2 No. 1 October, 2011
12
Download