Roulina Sihombing - USD Repository

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
GAMBARAN PELAYANAN INFORMASI OBAT OLEH APOTEKER
KEPADA PENGUNJUNG DI-25 APOTEK DI KOTA YOGYAKARTA
PERIODE JULI-SEPTEMBER 2004
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Roulina Sihombing
Nim :008114068
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu
Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa.
Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau
seumur hidupmu;
Seperti aku menyertai Musa, demikianlah aku akan menyertai Engkau;
Aku tidak akan membiarkan engkau
Dan tidak akan meninggalkan engkau.
Yosua 1: 3 dan 5
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Tuhan Yesus yang selalu menyertai setiap langkah dalam kehidupanku
Kedua orangtuaku yang luar biasa
Adik-adikku tersayang “Ronald” dan “Ruben”
Seseorang yang sudah Tuhan siapkan untukku “I love You”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih kepada Allah Bapa di Surga atas kasih
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
Gambaran Pelayanan Informasi Obat Oleh Apoteker Kepada Pengunjung di-25
Apotek Di kota Yogyakarta Periode Juli-September 2004.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S.Farm) di fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.Dalam penyusunan
skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
2. Aris Widayati, M.Si.,Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberi
masukan, saran, dorongan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
3. Drs.Sulasmono, Apt. yang telah memberikan banyak masukan, saran dan
perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. yang telah memberikan banyak masukan, saran dan
perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kedua orangtuaku yang selalu menguatkan dan mendukung dalam doa serta
kesabaran yang tiada habisnya.
6. Ronald dan Ruben yang selalu memberi keceriaan selama penulis menyusun
skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
7. Dewi, Martha, Diah, mbak Sari yang selalu mendukung dan sangat membantu
penulis dalam menyusun skripsi.
8. Vivi dan Ibeng atas kesediaannya membantu penulis mencari data di apotek.
9. May dan bang Sam yang sudah banyak membantu penulis dalam menyusun
skripsi
10. Pemimpin rohaniku di gereja Generasi Baru khususnya bang Sam, bang Eko,
Irma, bang Natar, bang Siswo, Okto, Lia, bang Hendro, May dan Ibeng yang
selalu mendukung dalam doa dan membuatku bertumbuh.
11. Keluarga Jesus Freaks tercinta, Ibeng, Ade “Dozen’, Dina, Diana, Irine, Anita,
Fitri, Grace, Ira, Lia, Lolly, Vonny, Wasti, Wei dan Yuyun yang telah
meninggalkan jejak yang baik dalam hidupku.
12. Keluarga History Maker tercinta yang turut mendoakan penulis.
13. Keluarga El Simchat Gili special Bang Eko, Mba Isti, Irma, Vivi, Merry, Merlyn,
Herry, Agus dan Ko Willy kalian akan selalu di hatiku.
14. Victory in Jesus spesial Bang Natar, Bang Siswo, Ce Lia, John, Robby, Ana,
K’Edi, Yanti dan Yuki yang selalu memberi semangat dan dukungan selama ini.
15. God Chicks center, May, Alana, Fera, Yose, K’Melly atas kehangatan dan kasih
sayang yang membuat penulis merasa berada di rumah sendiri, juga atas
dukungan saat ujian skripsi.
16. Jemaatku GBI Generasi Baru khususnya zona 2 yang telah mengajarkan banyak
hal kepada penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
17. Seluruh keluarga dan teman-teman terkasih yang selalu menjadi pembangkit
semangat bagi penulis
18. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang turut membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dalam
penyusunannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi sempurnanya
skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Yogyakarta,
Agustus 2007
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
Agustus 2007
Penulis
(Roulina Sihombing)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………...........................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………..ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………...iv
PRAKATA……………………………………………………………………......v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………...…………………..viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….....ix
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...xiii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...xiv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...xvi
INTISARI………………………………………………………………………xvi
ABSTRACT.........................................................................................................xvii
BAB I PENGANTAR…………………………………………………………….1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………1
1. Perumusan masalah………………………………………………………4
2. Keaslian penelitian..………………………………………………………4
3. Manfaat penelitian………………………………………………………..5
B. Tujuan Penelitian……………………………………………………………….5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA…………………………………………....7
A. Tinjauan Umum Tentang Apotek……………………………………………...7
B. Tinjauan Umum Tentang Apoteker…………………………………………….8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
C. Tinjauan Umum Tentang Informasi Obat……………………………………10
D. Tinjauan Umum Tentang Konsultasi obat…………….……………………...14
F. Keterangan Empiris…………………………………………………………...15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………..16
A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………………16
C. Definisi Operasional Penelitian………………………………………………16
D. Subjek Penelitian……………………………………………………………..16
E. Alat Pengumpulan Data………………………………………………………17
F. Jalannya Penelitian……………………………………………………………17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………22
A. Karakteristik Responden dan Apotek……………………................................22
1. Karakteristik responden…………………………………………………...22
a. Umur…………………………………………………………………...22
b. Jenis kelamin…………………………………………………………..23
c. Tingkat pendidikan…………………………………………………….24
d. Lama masa kerja di apotek…………………………………………….25
e. Pekerjaan lain………………………………………………………….27
f. Penghasilan perbulan…………………………………………………..28
2.Karakteristik apotek………………………………………………………..29
a. Jam buka dalam satu hari……………………………………………...29
b. Jam sibuk………………………………………………………………30
c. Jam konsultasi…………………………………………………………31
d. Jam pelaksanaan konsultasi……………………………………………32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
e. Lama pelaksanaan jam konsultasi……………………………………..33
B. Profil kehadiran responden di apotek.………………………………………..33
a. Jam kehadiran…………………………………………………………33
b. Lama waktu keberadaan di apotek……………………………………35
c. Frekuensi rata-rata kehadiran di apotek dalam seminggu……………..35
d. Alasan tidak bisa hadir di apotek……………………………………...36
e. Yang menggantikan apabila tidak bisa hadir di apotek………………..37
C. Profil responden dalam memberikan informasi obat………………….............38
1. Jenis pelayanan yang diberikan responden…………………………………38
2. Keterlibatan responden secara aktif dalam pelayanan resep obat…………..39
3. Keterlibatan responden dalam penyerahan obat……………………………40
4. Alasan responden tidak memberikan informasi obat pada saat menyerahkan
obat…………………………………………………………………………42
5. Jenis informasi yang diberikan responden………………………………….44
6. Sumber informasi obat yang tersedia di apotek…………………………….45
7. Upaya pribadi responden untuk meningkatkan kualitas informasi obat……45
D. Profil responden dalam memberikan pelayanan informasi obat pada jam
konsultasi…………………………………………………………………...47
1. Perlunya jam konsultasi di apotek………………………………………….47
2. Kehadiran responden pada jam konsultasi…………………………………48
3. Adakah manfaat membuka jam konsultasi………………………………...49
4. Responden memberikan pelayanan konsultasi obat diluar jam konsultasi....51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi antusiasme apoteker dalam memberikan
informasi obat………………………………………………………………51
1. Posisi apoteker di apotek berdasarkan status kepemilikan apotek………...51
2. keuntungan-keuntungan yang diperoleh pada saat memberikan informasi
obat..………………………………………………………………………..52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………..55
Kesimpulan………………………………………………………………………55
B. Saran…………………………………………………………………………..56
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..57
LAMPIRAN…………………………………………………………………….60
BIOGRAFI PENULIS........................................................................................70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Surat ijin dari BAPPEDA Kota Yogyakarta..………………………..60
Lampiran 2
Surat penelitian untuk responden Apoteker………………………….61
Lampiran 3
Angket penelitian untuk responden Apoteker……………………….62
Lampiran 4
Tabel data pengisian angket responden Apoteker……………..…….66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Halaman
Bagan I
Pengambilan sampel……………….…………………………… 21
Tabel I
Jam sibuk……….………………………………………………...31
Tabel II
Jam pelaksanaan konsultasi...…………………………………….32
Tabel III
Jam kehadiran responden PSA selam satu hari……………….....34
Tabel IV
Jam kehadiran responden bukan PSA selama satu hari………….34
Tabel V
Lama waktu keberadaan responden........................…...…………35
Tabel VI
Frekuensi
kehadiran
responden
PSA
dalam
satu
minggu.…………...........................................................................36
Tabel VII
Frekuensi
kehadiran
responden
PSA
dalam
satu
minggu.…………...........................................................................36
Tabel VIII
Alasan responden tidak bisa hadir ke apotek.……………………37
Tabel IX
Jenis pelayanan yang diberikan responden………....…................39
Tabel X
Alasan responden tidak memberikan informasi obat pada saat
menyerahkan obat kepada pasien ………………………………..43
Tabel XI
Informasi yang biasa diberikan kepada pasien pada waktu
responden menyerahkan obat………………………………….....44
Tabel XII
Sumber informasi yang tersedia di apotek……………………….45
Tabel XIII
Upaya pribadi responden untuk meningkatkan kualitas informasi
obat………………………...........................................................46
Tabel XIV
Kehadiran responden selama jam konsultasi………………..........49
Tabel XV
Manfaat jam konsultasi………………………………...…….......50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Tabel XVI Responden memberi pelayanan konsultasi obat diluar jam
konsultasi……………………......................................................51
Tabel XVII
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh pada saat memberikan
informasi obat……………….........................................................53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I
Umur…..……..………………………………………………… 23
Gambar II
Jenis kelamin……….…………………………………………….24
Gambar III
Tingkat pendidikan……………………………………………….25
Gambar IV
Lama masa kerja di apotek……………………………………….26
Gambar V
Pekerjaan lain…………………………………………………….28
Gambar VI
Tingkat penghasilan…………………………………...…………29
Gambar VII
Jam buka apotek……………………………………...…………..29
Gambar VIII Jam konsultasi…………………..………………………………..31
Gambar IX
Lama pelaksanaan jam konsultasi………..………………………33
Gambar X
Yang menggantikan apabila berhalangan hadir………....….........37
Gambar XI
Keterlibatan responden dalam pelayanan resep obat…………….39
Gambar XII
Keterlibatan responden dalam penyerahan obat kepada pasien
selama berada di apotek………………………………………….40
Tabel XIII
Apakah responden selalu memberikan informasi obat kepada
pasien atau tidak………………………………………………….41
Tabel XIV
Perlunya jam konsultasi………………………………………….47
Tabel XV
Adakah manfaat membuka jam konsultasi……………………….48
Tabel XVI
Kepemilikan sarana apotek………………………………...…….52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
INTISARI
Apoteker khususnya melakukan pelayanan di apotek sering dipandang
tidak lebih dari penjual obat saja, yang seolah-olah tidak memerlukan pendidikan
khusus. Pandangan masyarakat ini timbul karena kenyataannya pelayanan yang
mereka dapatkan di apotek ternyata tidak seperti yang diharapkan. Salah satu
kasus yang terjadi adalah ketiadaan pelayanan informasi obat di apotek karena
ketidakhadiran apoteker. Di samping itu pada umumnya apoteker sampai saat ini
terkesan belum sepenuhnya mempunyai kemauan untuk melayani pasien dan
melakukan konsultasi secara langsung (Suksmaningsih,2002). Mereka
menyerahkan begitu saja hampir semua urusan kepada asisten apoteker
Berdasarkan hal-hal di atas maka penting dilakukan penelitian gambaran
pelayanan informasi obat oleh apoteker kepada pengunjung di-25 apotek di Kota
Yogyakarta periode Juli-September 2004.
Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimental deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Sampel apoteker diambil secara tehnik non-random
quota sampling.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa 96% apoteker terlibat
aktif dalam pelayanan resep. 88% apoteker tidak terlibat secara aktif saat
penyerahan obat dan digantikan oleh asisten apoteker. 56% apoteker tidak
memberikan informasi obat dengan 16% alasan bahwa pembeli dianggap sudah
tau dari package insert/kemasan/brosur. Jumlah cakupan informasi obat yang
diberikan apoteker pada waktu menyerahkan obat lebih dari 3 cakupan informasi
obat. 88% apoteker melakukan lebih dari 3 cakupan upaya. 80% apoteker
beranggapan bahwa jam konsultasi perlu diadakan. 76% apoteker hadir pada jam
konsultasi. 64% apoteker menyatakan jam konsultasi ada manfaatnya. Selain
memberi informasi obat pada jam konsultasi, apoteker (100%) juga melayani
konsultasi obat diluar jam konsultasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi apoteker
dalam memberikan informasi obat salah satunya adalah karena apoteker
memperoleh keuntungan-keuntungan yaitu dapat meningkatkan kepuasan kerja
dan sebagai salah satu “professional” dalam team perawatan kesehatan (80%)
selain itu faktor lain adalah apoteker (56%) bukan merupakan pemilik sarana
apotek
Kata kunci : apoteker, pelayanan informasi obat dan konsultasi obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
ABSTRACT
A pharmacist, especially who works in a pharmacy is often considered as
no more than just a medicine seller who does not need a special education. This
perspective arises because the people who come to a pharmacy are not being
served as they expect to. One of the examples is the lack of the information about
medicine because of the absence of the pharmacist in the pharmacy. Besides, it
seems as until this time, a pharmacist does not have any willingness to serve the
patient and give a direct consultation. The pharmacist gives almost all tasks to the
assistant. Based on the above discussion, it is necessary to conduct research about
the description of Giving Information about medicine by Pharmacist to the Customers in
25 Pharmacies in Yogyakarta during July-September 2004
The kind of experiment that the writer uses is the non experimental
descriptive using the qualitative approach. The samples are taken using non
random quota sampling.
Based on the result of the experiment, it is found that 96% of the
pharmacist are actively involve in making the prescription medicine, while 88%
of them are not involved in directly serving the costumer and are replaced by their
assistant. 56% of them do not give any information about medicine, 16% reason
that the costumers are considered to already know the information from the
package insert. The amount of the information given by the pharmacist when they
give the medicine are more than 3 information.88% give more than 3 efforts to
increase their doing in giving the information. 76% of them are there during the
consultation hours. 64% of them state that there are some advantages of doing the
consultation. Beside, giving the information about medicine during the
information hours, the pharmacists (100%) also do the consultation out of the
consultation hours. One of the factors that influence the pharmacist in giving the
information about medicine is that they get some advantages, for examples, they
can increase their satisfaction in their work and also as a “professional” in their
team (80%). Another factor is that they are (56%) not the owners of the
pharmacies.
The keywords: pharmacist, the serving of the information about medicine and the
consultation about medicine.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar belakang
Apoteker khususnya yang melakukan pelayanan di apotek sering kali
dipandang tidak lebih dari penjual obat saja, yang seolah-olah tidak memerlukan
pendidikan khusus. Pandangan masyarakat ini timbul karena kenyataannya
pelayanan yang mereka dapatkan di apotek ternyata tidak seperti yang diharapkan.
Salah satu kasus yang terjadi adalah ketiadaan pelayanan informasi obat di apotek
karena ketidakhadiran apoteker. Hal ini menyebabkan tidak terjadi pelayanan
informasi obat dalam bentuk komunikasi, informasi, edukasi obat yang
merupakan salah satu fungsi pekerjaan kefarmasian yang ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan. Tentunya hal ini sangat merugikan konsumen
(masyarakat) karena tidak adanya jaminan terhadap ketepatan, keamanan, dan
kerasionalan obat yang diberikan (Suksmaningsih, 2002 ).
Di samping itu pada umumnya apoteker sampai saat ini terkesan belum
sepenuhnya mempunyai kemauan untuk melayani pasien dan melakukan
konsultasi dengan dokter secara langsung. Mereka menyerahkan begitu saja
hampir semua urusan kepada Asisten Apoteker. Apoteker sebenarnya menyadari
kewajiban untuk memberikan informasi berkaitan dengan penggunaan obat yang
diserahkan kepada pasien serta informasi penggunaan obat secara tepat, aman,
rasional atas permintaan masyarakat, namun mereka jarang melakukan kewajiban
tersebut. Pada umumnya kecenderungan tersebut tejadi karena mereka seolah-olah
tidak yakin akan kemampuan sendiri. Mereka bahkan kurang bersikap proaktif
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
untuk menambah kemampuannya dalam KIE (Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi), yang sebenarnya akan sangat bermanfaat dalam pelaksanaan
pengabdian profesinya untuk melayani masyarakat di apotek (Anonim, 2000).
Berdasarkan hasil wawancara Sudarwanto (1996) di 19 apotek di Pulau
Jawa terungkap bahwa sekitar 50% pengunjung belum pernah bertemu dengan
apotekernya dan hanya sekitar 5,3% profesi apoteker yang memberi informasi
obat kepada pengunjung yang membeli obat. Disisi lain kesadaran masyarakat
akan pentingnya informasi obat ternyata cukup tinggi, yakni 75% pengunjung
apotek aktif bertanya tentang obat yang dibelinya baik dengan resep dokter
maupun yang dibeli tanpa resep dokter Disini terlihat bahwa salah satu masalah
penting yang harus diperhatikan dan ditangani oleh apoteker adalah kesenjangan
dalam pelayanan informasi obat.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
922/MENKES/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin
Apotek pasal 15 (4) yang berisi apoteker wajib memberikan informasi yang
berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien serta
penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat. Hal ini
berarti apoteker harus ada ditempat ketika apotek buka untuk melakukan
kewajiban tersebut. Menurut Kepmenkes no.1332//MENKES/SK/X/2002 apabila
Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka
apotek, Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker Pendamping.
Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal-hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tertentu berhalangan melakukan tugasnya Apoteker Pengelola Apotek dapat
menunjuk Apoteker Pengganti.
Menurut Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta nomor: PO.00.02.VI.3.590 tanggal 1
Pebruari 1999 tentang perijinan dan pengelolaan apotek di Daerah Istimewa
Yogyakarta menjelaskan bahwa apoteker mencantumkan jam konsultasi dan
dengan memasang papan jam konsultasi, serta melaksanakan pelayanan
kefarmasian secara professional dan sebelum dikeluarkannya SK tersebut
mengadakan penyesuaian dalam waktu maksimal 3 tahun. Cara penyesuaian dapat
dilakukan sebagai berikut: tahun pertama: kehadiran apoteker setiap hari pada
jam-jam sibuk apotek, tahun kedua penentuan dan pelaksanaan jam konsultasi
pada jam sibuk apotek dengan memasang papan jam konsultasi, tahun ketiga
pelaksanaan dan pelayanan konsultasi di apotek secara kualitatif dan kuantitatif,
baik secara langsung ataupun tidak langsung (melalui brosur, leaflet dan lain-lain)
serta melaksanakan pelayanan kefarmasian secara professional (Anonim, 1999).
Meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan tersebut namun
kehadiran APA pada jam sibuk apotek belum berjalan sebagaimana mestinya.
Akibatnya, peran apoteker sebagai drug informer belum dapat dirasakan oleh
masyarakat banyak. Oleh sebab itu Kakanwil Depkes Propinsi DIY mengeluarkan
instruksi nomor PO.00.03.VIII.1.053 tanggal 5 Januari 2000 guna memperbaiki
kinerja apoteker di apotek dan juga mengembalikan profesionalisme apoteker di
apotek menjelang era pasar bebas di milinium ke tiga yang menyebutkan agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
apoteker meningkatkan kehadirannya di apotek pada jam buka apotek dan
memasang jam konsultasi (Anonim, 2000).
Berdasarkan hal-hal diatas maka penting dilakukan penelitian mengenai
gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker kepada pengunjung di-25
apotek di Kota Yogyakarta periode Juli-September 2004.
1. Rumusan masalah
Melihat latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut ini.
a
seperti apakah karakteristik apoteker dan apotek di Kota Yogyakarta?
b
seperti apakah profil kehadiran apoteker di apotek?
c
seperti apakah profil apoteker dalam memberikan informasi obat?
d
seperti apakah profil apoteker dalam memberikan informasi obat pada jam
konsultasi?
e
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi apoteker dalam memberikan
informasi obat?
2. Keaslian penelitian
Penelitian sebelumnya adalah: Animo Masyarakat Untuk Melakukan
Konsultasi Obat Kepada Apoteker Di Lima Apotek Kotamadya Yogyakarta
(Ciptaningrum, 2001) penelitian tersebut menitikberatkan pada animo masyarakat
untuk memperoleh informasi dan konsultasi mengenai obat dari apoteker
pengelola apotek. Penelitian lainnya berjudul Kredibilitas Profesi Apoteker di
Apotek Kotamadya Yogyakarta (Merita, 2003) menitikberatkan pada pengenalan,
kepercayaan dan keinginan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dari apoteker. Penelitian Erlan (2004) berjudul Persepsi Pasien Terhadap Peran
Apoteker Pengelola Apotek (APA) Sebagai Pemberi Informasi Obat Di Apotek
Kota Yogyakarta membahas tentang persepsi pasien terhadap APA sebagai
pemberi informasi obat di apotek.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu
ingin mengetahui gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker kepada
pengunjung di-25 apotek di Kota Yogyakarta periode Juli-September 2004.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Memberikan gambaran mengenai pelayanan informasi obat oleh apoteker
kepada pengunjung di-25 apotek di kota Yogyakarta periode JuliSeptember tahun 2004.
b. Manfaat praktis
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi
kinerja profesi apoteker di apotek dalam upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan informasi obat.
2. Bagi mahasiswa farmasi atau para calon apoteker yang tertarik
mengenai pelayanan perapotekan serta pelayanan farmasi klinik,
penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mempersiapkan diri
sebelum terjun ke masyarakat.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengetahui karakteristik apoteker dan apotek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. mengetahui profil kehadiran apoteker.
3. mengetahui profil apoteker dalam memberikan informasi obat.
4. mengetahui profil apoteker dalam memberikan informasi obat pada jam
konsultasi.
5. mengetahui
faktor-faktor
memberikan informasi obat
yang
mempengaruhi
apoteker
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Apotek
Peraturan pemerintah RI No. 25 tahun 1980 tentang perubahan atas
peraturan No.26 tahun 1965 Pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksudkan
dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat. Pasal 2 mengatur tugas dan
fungsi apotek adalah :
a. tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan.
b. sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, perubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat
c. sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat
yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
Permenkes No.26 tahun 1965 Pasal 3 menyebutkan bahwa apotek tidak
lagi sebagai badan usaha yang hanya dapat diusahakan oleh lembaga
pemerintahan atau perusahaan negara saja, namun ijin apotek diberikan pada
apoteker yang telah mengucapkan sumpah dan telah memperoleh izin kerja dari
menteri kesehatan.
Permenkes RI No.922/MENKES/PER/1993 pasal 10 menyebutkan yang
dimaksud dengan pengelolaan apotek adalah meliputi:
a. pembuatan, pengolahan, peracikan pengubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.
b. pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan
farmasi lainnya.
c. layanan informasi mengenai perbekalan farmasi.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Lebih lanjut dalam permenkes No. 922/MENKES/PER/1993 pasal 10
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan informasi adalah meliputi :
a. pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang
diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun
kepada masyarakat.
b. pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya
dan atau mutu obat, dan perbekalan farmasi lainnya.
B. Apoteker
Berdasarkan permenkes RI No.1332/MENKES/SK/X/1993 tentang
perubahan atas permenkes RI No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan
dan tata cara pemberian izin apotek pasal 1 menyebutkan bahwa apoteker adalah
Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya
pada jam buka apotek, apoteker pengelola apotek harus menunjuk apoteker
pendamping. Apabila apoteker pengelola apotek dan apoteker pendamping karena
hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, apoteker pengelola apotek
menunjuk apoteker pengganti. Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan
melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus menerus surat izin apoteker
atas nama apoteker bersangkutan dicabut (Anonim, 2002).
Permenkes
tersebut
juga
menyebutkan
bahwa
apoteker
wajib
memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan
kepada pasien dan penggunaan obat secara tepat, aman, rasional, atas permintaan
masyarakat (Anonim, 2002). Hal ini juga didukung oleh kode etik apoteker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Indonesia bab I pasal 7 yaitu seorang apoteker harus menjadi sumber informasi
sesuai dengan profesi bagi masyarakat dalam rangka pelayanan dan pendidikan
kesehatan, dan juga permenkes RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang
standart pelayanan kefarmasian di apotek bab III No. 1.2.5 menyebutkan bahwa
apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat kepada pasien
sekurang-kurangnya meliputi : cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi
(Anonim, 2004).
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992
tentang kesehatan pasal 53 menyebutkan bahwa:
1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk
memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan
tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan
keselamatan yang bersangkutan.
4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker
untuk memperoleh informasi obat, untuk itu apotek harus memiliki tempat untuk
mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi
dan ruangan tertutup untuk konsultasi bagi pasien yang dilengkapi dengan meja
dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. Apoteker ikut
membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur,
poster, penyuluhan dan lain-lainnya (Anonim 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 pasal 22 tentang
tenaga kesehatan menyebutkan bahwa:
1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melakukan tugasnya
berkewajiban untuk:
a. menghormati hak pasien;
b. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien;
c. memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan
yang akan dilakukan;
d. meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan;
e. membuat dan memelihara rekam medis;
2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut oleh Menteri.
Di kalangan masyarakat seorang clinical pharmacist yang bekerja di
community pharmacy, bukan saja partner yang berharga bagi dokter dalam
prakteknya (private practice) tetapi juga sangat bermanfaat sebagai seorang ahli
yang mampu untuk menasihati dan membimbing masyarakat sekitarnya dalam hal
pemakaian obat (Lembong, 1999).
Menurut Kode Etik Apoteker pasal 6 menyebutkan bahwa seorang
Apoteker/ Farmasis harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain dan pasal 7 menyebutkan bahwa seorang Apoteker/ Farmasis harus menjadi
sumber informasi sesuai dengan profesinya.
C. Informasi Obat
Informasi obat adalah keterangan hal ikhwal obat terutama yang dapat
mendukung tercapainya tujuan pengobatan/terapi berbentuk data terdokumentasi
yang bersifat objektif, diturunkan secara ilmiah yang menyangkut farmakologi,
toksikologi, beserta penggunaan obat dalam terapi ( Mulyono,1996).
Informasi obat dan informasi proses terapi yang objektif selalu
diperlukan dari waktu ke waktu dalam sistem pelayanan kesehatan baik oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kebijakan, pengelolaan pelayanan, pelaku pelayanan, atau bahkan oleh pasien dan
masyarakat pada umumnya. Sistem pelayanan informasi obat dan pengobatan
seharusnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan itu
sendiri (Suryawati, 1997). Salah satu wujud pelayanan kesehatan masyarakat
adalah pelayanan obat. Tujuan utamanya adalah agar masyarakat mendapatkan
obat bermutu baik, dengan informasi selengkap-lengkapnya (Sudarwanto, 1996).
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi
secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi
informasi, antara lain: dengan penyebarab lefleat/brosur, poster, penyuluhan dan
lain-lainnya (Anonim 2004).
Tujuan edukasi terhadap pasien adalah penyediaan informasi kesehatan
terutama yang menyangkut OTR (Obat Tanpa Resep). Informasi ini haruslah yang
tepat, dapat dimengerti, dan praktis. Tepat berarti ada dasar teorinya dan sesuai
dengan kebutuhan pemakai, dapat dimengerti berarti disampaikan dalam bahasa
sehari-hari dan diusahakan jangan menggunakan istilah medis sedangkan praktis
berarti singkat dan mudah dimengerti segera, jumlah informasi sesuai/spesifik
untuk pemakai. Tujuan edukasi pasien lainnya adalah untuk mengubah sikap atau
permasalahan kesehatan, sehingga mencapai pola hidup yang lebih baik dengan
usaha sendiri (Suhadi, 1997).
Apoteker wajib dan bertanggungjawab untuk memberikan informasi
obat baik dengan resep ataupun tanpa resep dokter dan apoteker harus
memberikan informasi mengenai resiko penggunaan obat tanpa pengawasan
dokter. Dalam hal ini apoteker perlu mengambil sikap yang lebih profesional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Apabila dalam penggunaan obat tanpa resep tidak segera meringankan penyakit,
apoteker dapat menyarankan penderita untuk segera periksa kepada dokter
(Anief, 1997).
Berdasarkan pada UU Kesehatan No.23 Th 1992 pasal 53 (2), tenaga
kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien. Dalam penjelasan pasal tersebut hak pasien
antara
lain
adalah
hak
mendapatkan
informasi
obat.
Permenkes
No.922/Menkes/Per/X/1993 Pasal 10 (c) menyebutkan bahwa pengelolaan apotek
meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi. Pasal 15 (2) Apoteker
wajib memberikan informasi :
a) yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien.
b) penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat.
UU perlindungan konsumen No.8 Th.1999 Bab III Pasal 4 meliputi :
a. hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa.
b. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau
jasa yang digunakan.
c. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
Kewajiban apoteker terhadap masyarakat :
(2) seorang apoteker dalam rangka pengabdian profesinya harus bersedia
menyumbang keahlian dan pengetahuannya.
(5) seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesi
bagi masyarakat dalam rangka pelayanan dan pendidikan kesehatan.
(Anonim, 1999a)
Berdasarkan inisiatif apoteker, jenis-jenis informasi obat terdiri dari :
1) informasi bersifat pasif, yaitu apoteker menjawab atau memberi respon
pada pertanyaan pasien,dokter dan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2) informasi bersifat aktif, hal ini dapat berlangsung dengan memberikan
ceramah kesehatan bagi masyarakat umum, menerbitkan bulletin dan surat
menyurat yang terseleksi.
3) informasi obat untuk aspek yang lebih luas, misalnya Review (penilaian)
pemakaian obat dan audit medis untuk memperbaiki kebiasaan peresepan
yang salah.
(Anonim, 1999a)
Berdasarkan jenisnya informasi obat dapat dibagi menjadi informasi
lisan dan informasi tertulis. informasi lisan adalah informasi yang diberikan secara
lisan kepada masyarakat pada saat proses penyerahan obat sedangkan informasi
tertulis adalah informasi yang diberikan secara tertulis pada etiket, leaflet atau
brosur. Dalam memberikan informasi obat kepada pasien/pemakai obat apoteker
dapat menggunakan bantuan dari berbagai buku atau referensi, atau yang lebih
canggih lagi yaitu dengan menggunakan internet. Kemampuan mencari informasi
dengan cepat mendukung kualitas pelayanan seorang apoteker terhadap
masyarakat /pasien (Arthur dan Christopher, 1982).
Sumber mengenai informasi obat dapat diambil dari formularium
(misalnya British National Formulary) atau dapat juga diambil dari AMA Drug
Evaluation, United State Pharmacopeia dan Drug Information Health
Professional. Sumber-sumber informasi tersebut dipilih dan didokumentasikan
secara rapi dan sistematis sebagai dasar pemberian pelayanan obat. Tercakup
didalamnya
informasi
mengenai
sifat-sifat
farmakologis,
farmakokinetik,
kewaspadaan, efek samping, serta kontraindikasi. Informasi tersebut mencakup
pula informasi yang relevan, misalnya alasan pemberian obat, tujuan pemberian
obat, bagaimana menyimpan, menggunakan dan hal-hal lain yang diperlukan pada
waktu menggunakan obat (Budiono, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
D. Konsultasi obat
Definisi konsultasi menurut kamus bahasa Indonesia adalah usaha untuk
meminta nasehat. Konsultasi adalah hubungan timbal balik antara dua orang
individu di mana yang seorang (konsultan) berusaha membantu yang lain (klien)
baik individual maupun masyarakat untuk mencapai pengertian mengenai dirinya
sendiri dalam hubungannya dengan masalah – masalah yang dihadapi pada saat
ini dan pada waktu yang akan datang (Wijaya, 1998). Dalam hal ini sebagai
konsultan adalah apoteker dan klien adalah masyarakat. Untuk dapat
menimbulkan hubungan yang baik hendaknya apoteker memulai proses konsultasi
dengan sebaik–baiknya sehingga tujuan utama untuk dapat mengembangkan
perannya sebagai drug informer dapat berjalan dengan baik.
Peran pemerintah dalam mendukung peran apoteker cukup besar, yaitu
dengan mengeluarkan peraturan yang diharapkan dapat lebih mendukung peran
apoteker. Langkah awal dari pengembangan peran apoteker adalah dengan adanya
peraturan jam konsultasi yang diatur dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah
Departemen
Kesehatan
Propinsi
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
nomor
:PO.00.02.VI.3.590 tanggal 1 Pebruari 1999 tentang perijinan dan pengelolaan
apotek di Daerah Istimewa Yogyakarta (Anonim, 1999b).
Meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan tersebut namun
kehadiran APA pada jam sibuk apotek belum berjalan sebagaimana mestinya oleh
sebab itu Kakanwil Depkes Propinsi DIY mengeluarkan instruksi nomor
PO.00.03.VIII.1.053 tanggal 5 Januari 2000 untuk lebih lagi mendukung peran
apoteker sebagai drug informer (Anonim, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
E. Keterangan empiris
Penggunaan obat yang tepat, aman dan efektif selain ditentukan oleh
kualitas obat itu sendiri, juga dipengaruhi oleh informasi yang diberikan dalam
penyerahan obat tersebut. Informasi obat diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan pasien dalam penggunaan obat tersebut. Oleh karena itu informasi obat
dan konsultasi yang diberikan profesi apoteker di apotek sangat dibutuhkan guna
mencapai tujuan tersebut.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai
pelayanan informasi obat oleh apoteker kepada pengunjung di-25 apotek di Kota
Yogyakarta periode Juli-September 2004.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental deskriptif
dengan pendekatan kualitatif karena dalam penelitian ini tidak dilakukan
pemberian perlakuan atau manipulasi terhadap subyek uji
B. Definisi Operasional Penelitian
1. Pelayanan informasi obat adalah pelayanan yang diberikan apoteker
kepada pasien berupa pemberian keterangan-keterangan mengenai obatobatan.
2. Apoteker adalah Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping dan
Apoteker Pengganti di apotek yang berada di Kota Yogyakarta.
3. Apotek adalah apotek yang berada di Kota Yogyakarta.
4. Kehadiran adalah keberadaan apoteker di apotek di Kota Yogyakarta.
5. Jam konsultasi adalah jam yang disediakan oleh apoteker untuk melakukan
konsultasi obat.
C. Subyek Penelitian
Adalah apoteker di apotek Kota Yogyakarta. Bahan penelitian adalah
data yang terkumpul dari pengisian kuisioner oleh subjek penelitian. Subyek
penelitian selanjutnya disebut responden.
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
D. Alat Pengumpulan Data
Berupa kuisioner. Prawitasari (1998) mendefinisikan kuisioner sebagai
kelompok atau urutan pertanyaan yang dibuat untuk memperoleh informasi dari
responden.
E. Jalannya Penelitian
1. Analisis situasi
Dilakukan dengan cara survey ke apotek-apotek. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui situasi subyek penelitian dan memastikan bahwa masalah-masalah
layak untuk diteliti dan penelitian dapat dilakukan.
2. Menentukan subyek penelitian
a
Populasi.
Adalah keseluruhan penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda,
tumbuhan, gejala atau peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995). Populasi pada
penelitian ini adalah Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping dan
Apoteker Pengganti di Kota Yogyakarta. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta diketahui bahwa jumlah apotek di Kota
Yogyakarta adalah sebanyak 107 apotek (periode Juli-September 2004). Diantara
107 apotek tersebut, sebanyak 103 apotek yang masih aktif dan terdapat 119
apoteker.
b Sampel.
Adalah sebagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya
dalam penelitian. Sampel apoteker diambil secara non-random quota sampling.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk
suatu penelitian dari populasi yang tersedia. Tidak ada batasan yang jelas apa
yang dimaksud dengan sampel yang besar atau yang kecil. Menurut Gay (1976),
cit Sevilla dkk, 1993 untuk penelitian yang bersifat deskriptif sampel yang
diperlukan adalah 10% dari populasi atau minimal 20% sampel untuk populasi
yang sangat kecil. Jumlah sampel yang akan terkumpul nantinya juga bergantung
pada faktor-faktor lain seperti biaya, fasilitas, waktu yang tersedia, dan juga
populasi yang ada atau kebersediaan untuk dijadikan sampel (Nasution, 2003).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan di Kota Yogyakarta sebanyak 103
apotek yang tersebar di 14 kecamatan. Selanjutnya apoteker dikelompokkan
berdasarkan kecamatan sehingga diperoleh jumlah apoteker tiap kecamatan, yaitu:
Kecamatan Gondokusuman 14 apoteker, Kecamatan Jetis 14 apoteker, Kecamatan
Tegalrejo 5 apoteker, Kecamatan Danurejan 8 apoteker, Kecamatan Pakualaman 5
apoteker, Kecamatan Gedongtengen 4 apoteker, Kecamatan Ngampilan 7
apoteker, Kecamatan Kraton 4 apoteker, Kecamatan Gondomanan 3 apoteker,
Kecamatan Wirobrajan 5 apoteker, Kecamatan Kecamatan Matrijeron 22
apoteker, Kecamatan Mergangsan 6 apoteker, Kecamatan Umbulharjo 13
apoteker dan Kecamatan Kotagede 9 apoteker. Sampel diambil 20 % dari masingmasing jumlah apoteker di setiap Kecamatan sehingga diperoleh sampel yaitu :
Kecamatan Gondokusuman 3 apoteker, Kecamatan Jetis 3 apoteker, Kecamatan
Tegalrejo 1 apoteker, Kecamatan Danurejan 1 apoteker, Kecamatan Pakualaman 1
apoteker, Kecamatan
Gedongtengen 1 apoteker, Kecamatan Ngampilan 1
apoteker, Kecamatan Kraton 1 apoteker, Kecamatan Gondomanan 1 apoteker,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Kecamatan Wirobrajan 2 apoteker, Kecamatan Matrijeron 4 apoteker, Kecamatan
Mergangsan 1 apoteker, Kecamatan Umbulharjo 3 apoteker dan Kecamatan
Kotagede 2 apoteker. Jumlah keseluruhan sampel adalah 25. Data pengambilan
sampel dapat dilihat pada bagan 1.
3. Membuat kuisioner
Dalam penelitian ini digunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data, di
dalamnya memuat sejumlah pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis oleh
responden dengan pertanyaan semi terbuka dan pertanyaan tertutup. Untuk
pertanyaan tertutup, dalam setiap item kuisioner disediakan sejumlah alternatif
jawaban yang dapat dipilih oleh responden, sedangkan untuk pertanyaan semi
terbuka, disamping alternatif jawaban juga disediakan tempat untuk memberikan
jawaban secara bebas, apabila menurut responden diantara alternatif jawaban yang
dapat dipilihnya tidak terdapat jawaban yang dianggap tepat.
Kuisioner perlu diuji validitasnya terlebih dahulu untuk mengetahui
kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap, yaitu sejauh mana
item-item pertanyaan dalam angket mencakup seluruh kawasan isi objek yang
hendak diukur (Azwar,2003).
Uji validitas isi kuisioner dilakukan berdasarkan analisis rasional atau
lewat professional judgment dimana estimasi validitas ini tidak melibatkan
perhitungan statistik apapun melainkan hanya analisis rasional oleh ahli.
Tahap pengujian isi kuisioner adalah sebagai berikut: tahap pertama,
pembuatan item-item pertanyaan. Tahap kedua, setelah pembuatan item-item
selesai, penulis meneruskan analisis rasional kepada P2TKP Fakultas Psikologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Universitas Sanata Dharma. Disini banyak mendapat saran dan perbaikan pada
item-item pertanyaan utamanya penyusunan kalimat isi kuisioner sehingga
diharapkan lebih mudah dipahami. Dan tahap ketiga melanjutkan analisis validitas
isi kuisioner kepada dosen pembimbing.
4. Penyebaran Kuisioner
Dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada apoteker di apotek.
Pengisian kuisioner oleh responden, beberapa didampingi oleh peneliti untuk
dapat menjelaskan kepada responden maksud dari kuisioner dan pertanyaanpertanyaan yang ada di dalamnya. kuisioner yang disebarkan sebanyak 25
kuisioner.
5. Kesulitan penelitian
Dalam penelitian ini kendala yang paling sering terjadi adalah peneliti
tidak dapat setiap saat bertemu dengan responden karena tidak setiap hari
responden berada di apotek. Penelitian dilakukan setiap hari disesuaikan dengan
kehadiran apoteker di apotek. Karena cakupan lokasi apotek yang sangat luas,
maka peneliti memerlukan waktu yang lama untuk pengambilan data.
6. Pengumpulan kuisioner
Pada tahap ini memerlukan waktu yang lama dikarenakan tidak setiap
responden dapat langsung menyerahkan kuisioner sehingga perlu diberi waktu.
Jumlah kuisioner yang dikembalikan sama dengan jumlah kuisioner yang
disebarkan, jumlah kuisioner adalah sebanyak 25 kuisioner.
7. Melakukan tabulasi data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tabulasi data dilakukan dengan cara melakukan perhitungan jawaban
kuisioner dari responden yang telah mengisinya, kemudian mengelompokkan
masing-masing jawaban tersebut dan menghitung persentasinya.
populasi apoteker di kota yogyakarta
119 apoteker
I.
A
14
B
9
C
14
D
4
E
5
F
3
G
8
H
5
I
5
J
22
K
4
L
6
M
7
N
13
II.
3
2
3
1
1
1
1
2
1
4
1
1
1
3
Bagan 1. Pengambilan sampel
Keterangan :
I. Jumlah apoteker dalam setiap kecamatan.
A : Kecamatan Gondokusuman.
B : Kecamatan Kotagede.
C : Kecamatan Jetis.
D : Kecamatan Kraton.
E : Kecamatan Tegalrejo.
F : Kecamatan Gondomanan.
G : Kecamatan Danurejan.
H: Kecamatan Wirobrajan.
I: Kecamatan Pakualaman.
J: Kecamatan Matrijeron.
K: Kecamatan Gedongtengen.
L: Kecamatan Mergangsan.
M: Kecamatan Ngampilan.
N: Kecamatan Umbulharjo
II. Sampel apoteker diambil minimal 20 % dari masing-masing jumlah
apoteker di setiap kecamatan secara non proporsional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden dan Apotek
Keputusan
Menkes
RI
No.1332/MENKES/SK/X/2002
tentang
Perubahan atas Permenkes No.922/MENKES/PER/X/1993, apoteker ada yang
disebut Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping dan Apoteker
Pengganti. Responden dalam penelitian ini 100% adalah Apoteker Pengelola
Apotek (APA).
1. Karakteristik responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah: umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, lama masa kerja, pekerjaan lain dan penghasilan
perbulan.
a. Umur
Umur berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk menghadapi
dan menyikapi masalah yang ada disekitarnya. Penelitian yang dilakukan Havard
Growth Study menunjukkan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan
inteligensia diawali pada umur remaja dan mencapai puncak pada umur 30 tahun.
Pada umur tersebut seseorang mampu berpikir hipotetik dan dapat menguji secara
sistematik berbagai penjelasan mengenai kejadian-kejadian tertentu dan dapat
memahami prinsip-prinsip abstrak yang berlaku (Azwar, 1995).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 8% responden yang
berumur kurang dari 25 tahun, 60% responden berumur antara 25 tahun sampai
dengan kurang dari 35 tahun, 8% responden berumur antara 35 tahun sampai
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dengan kurang dari 45 tahun, 16% responden berumur antara 45 tahun sampai
dengan kurang dari 55 tahun, 8% berumur lebih dari 55 tahun.
Umur sebagian responden (60%) berada pada umur produktif di mana
pada umur tersebut responden mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
inteligensia sehingga mampu berpikir kritis dalam menghadapi masalah yang
dialami responden sebagai drug informer dan responden diharapkan mampu
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengunjung apotek dengan
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya serta dapat membina hubungan
yang baik dengan rekan sejawat dan tenaga kesehatan lainnya.
kurang dari 25 thn
8%
8%
16%
25 sampai kurang dari
35 tahun
35 sampai kurang dari
45 tahun
8%
60%
45 sampai kurang dari
55 tahun
lebih dari 55 tahun
Gambar 1. Umur responden yang memberikan pelayanan informasi obat
di-25 apotek di Kota Yogyakarta
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 76% responden adalah
wanita dan 24% pria. Data tersebut dapat dilihat pada gambar 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
24%
76%
wanita
pria
Gambar 2. Jenis Kelamin responden yang memberikan pelayanan informasi
obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta
c. Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang lebih tinggi walaupun sifatnya tidak mutlak
diasumsikan dapat mempengaruhi inteligensi atau pola pikir seseorang mengenai
masalah kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas
juga wawasan atau pengetahuan yang dimilikinya bila dibandingkan dengan
tingkat pendidikan yang rendah. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
inteligensi berbanding lurus dengan tingkat pendidikan (Azwar, 2003a).
Di kalangan apoteker, selalu ada program peningkatan pengetahuan yang
dikenal dengan istilah pendidikan berkelanjutan. Badan kesehatan dunia
menyatakan peran farmasis dalam istilah 7 bintang (seven star pharmacist) salah
satunya adalah life-long learner yaitu farmasis harus senang belajar dan semangat
belajar harus selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk menjamin bahwa
keahlian dan keterampilannya selalu baru dalam melakukan praktek profesi.
Dalam pengelolaan apotek, apoteker selalu belajar sepanjang kariernya,
membantu memberikan pendidikan dan memberikan peluang untuk meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi
langsung dengan pasien (Anonim, 2004). Dalam hal ini membantu memberikan
pendidikan dapat juga berarti memberikan pengetahuan mengenai obat kepada
pasien sebatas informasi obat yang diperlukan seperti: cara pakai, dosis, efek
samping, aturan pakai, indikasi, kontraindikasi, interaksi obat, upaya-upaya
tambahan dalam rangka mempercepat penyembuhan, pilihan lain yang lebih
murah dan cara penyimpanan. Meningkatkan pengetahuan dapat membantu
meningkatkan pelayanan informasi obat kepada pengunjung apotek.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa persentasi tertinggi sebesar 84%
responden berpendidikan apoteker, kemudian secara berturut-turut adalah S2
Apoteker sebesar 12% dan S3 Apoteker sebesar 4%. Data tersebut dapat dilihat
pada gambar 3.
4%
12%
84%
Profesi apoteker
S2
S3
Gambar 3. Tingkat pendidikan responden yang memberikan pelayanan
informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta
d. Lama masa kerja di apotek
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentasi terbesar lama
masa kerja responden adalah antara 1 sampai dengan kurang dari 5 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
sebanyak 40%, kemudian secara berturut-turut 20% responden bekerja selama
lebih dari 15 tahun, selanjutnya responden bekerja antara 5 sampai dengan kurang
dari 10 tahun dan antara 10 sampai dengan kurang dari 15 tahun mempunyai
persentasi yang sama yaitu 16% dan urutan terakhir responden bekerja selama
kurang dari 1 tahun sebanyak 8%.
8%
20%
16%
40%
16%
<1 th
1-<5 th
5-<10 th
10-<15 th
>15 th
Gambar 4. Lama masa kerja responden yang memberikan pelayanan
informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta.
Responden yang aktif dalam melakukan pekerjaan kefarmasian dan hadir
setiap hari di apotek, kemungkinan semakin lama masa kerja responden maka
pelayanan kefarmasian akan semakin meningkat mutunya karena responden
semakin tahu jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien/penderita. Selain itu
semakin lama responden bekerja dalam melakukan pekerjaan kefarmasian juga
semakin banyak pengalaman yang dimilikinya dalam hal berinteraksi dan
berkomunikasi secara langsung terhadap masyarakat hal ini untuk memudahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
responden memberikan pelayanan informasi obat tetapi ini tidak berlaku bagi
responden yang tidak aktif dan tidak hadir setiap hari di apotek.
e. Pekerjaan lain
Responden yang bekerja rangkap di dua tempat dapat menyebabkan
terlalu lelah, berkurangnya tenaga, maupun konsentrasi sehingga kemungkinan
bisa terjadi kekeliruan-kekeliruan terutama dalam pelayanan obat dengan resep
dokter (Hartono, 2003). Apabila responden terlalu lelah dan berkurang tenaga
serta konsentrasinya berkurang kemungkinan bisa terjadi kekeliruan dalam
memberikan informasi obat.
Dari hasil penelitian didapat 52% responden tidak memiliki pekerjaan
lain sedangkan sisanya 48% memiliki pekerjaan lain. Pekerjaan lain tersebut
antara lain : Dosen (16%), Pegawai Negeri Sipil (20%), dan wiraswasta (12%).
Hal ini berarti 48% apoteker tersebut tidak dapat sepenuhnya berada di apotek
selama apotek buka dan memberikan pelayanan informasi obat karena apoteker
tersebut bekerja pada institusi lain, misalkan : apoteker yang juga bekerja sebagai
dosen atau pegawai negeri sipil. Ini tidak sesuai dengan standart prosedur
operasional farmasis di apotek yang menyebutkan bahwa farmasis dalam hal ini
apoteker harus mudah ditemui, menyediakan waktu, bisa berempati, menunjukkan
ketertarikan, perhatian, bersahabat, asertif dan mentaati prosedur yang berlaku
(ISFI, 2004).
Permenkes No. 1332/MENKES/X/2002 menyebutkan apabila APA
berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk
apoteker pendamping. Hal ini berarti apabila apoteker berhalangan hadir maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
apoteker harus menunjuk apoteker pendamping yang dapat menggantikannya
pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek sehingga tugas apoteker sebagai drug
informer tetap berjalan. Meskipun hampir separuh responden memiliki pekerjaan
lain diharapkan mereka bisa membagi waktu kerjanya sehingga tugas dan
tanggung jawab di apotek tidak terbengkalai atau tidak ditinggalkan.
Gambaran tentang pekerjaan responden selain sebagai apoteker di apotek
dapat dilihat pada gambar 5.
12%
tidak ada
20%
dosen
52%
pegawai negeri
sipil
wiraswasta
16%
Gambar 5. Pekerjaan lain responden yang memberikan pelayanan informasi
obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta
f. Penghasilan perbulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentasi penghasilan
tertinggi responden adalah lebih dari 1 juta sampai dengan kurang dari 2 juta yaitu
56%, kemudian lebih dari 2 juta rupiah.yaitu 36% dan terakhir 501 ribu sampai
dengan 1 juta rupiah yaitu 8%.
Dari persentasi penghasilan perbulan dapat terlihat bahwa penghasilan
walaupun bukan faktor mutlak, relatif berpengaruh dalam semangat kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
responden, serta dapat menentukan besarnya kesempatan yang didapat oleh
responden untuk mengembangkan dirinya serta memperoleh wawasan yang lebih
luas. Salah satu contoh dalam hal ini, misalnya: meneruskan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi hingga ilmu yang didapat dapat disumbangkan kepada
masyarakat, memanfaatkan media internet, membeli buku atau media massa
sehingga dapat mengetahui perkembangan kefarmasian di era globalisasi, semua
hal ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Apoteker yang penghasilannya
kurang, kemungkinan agak kesulitan untuk mendapatkan hal-hal tersebut.
0%
8%
36%
56%
< 500 ribu
501 ribu-1 juta
>1 juta-2 juta
>2 juta
Gambar 6. Tingkat penghasilan responden yang memberikan pelayanan
informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta.
2. Karakteristik apotek
a. Jam buka dalam satu hari
Setiap apotek memiliki jam buka apotek yang bervariasi tergantung
kebijakan dari tiap-tiap apotek. Data mengenai jam buka apotek dalam satu hari
dapat dilihat pada gambar 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dari hasil penelitian diketahui bahwa apotek buka selama 5–9 jam
memiliki persentasi yaitu 12% kemudian 76% apotek buka selama 10–14 jam, 8%
apotek buka selama 15–19 jam dan 4% apotek buka 24 jam.
8%
4%
12%
76%
(5-9) jam
(10-14) jam
(15-19)jam
24 jam
Gambar 7. Jam buka di-25 apotek di Kota Yogyakarta
Diharapkan pada jam buka apotek mutu pelayanan apotek berjalan
dengan baik dan semakin ditingkatkan setiap harinya. Apoteker juga diharapkan
dapat hadir pada setiap jam buka apotek tersebut untuk mengawasi dan
bertanggung jawab atas semua kegiatan manajemen dan kefarmasian yang
diselenggarakan di apotek dan apabila berhalangan hadir menunjuk apoteker
pendamping atau pengganti yang menggantikannya.
b. Jam sibuk.
Adalah jam dimana frekuensi pengunjung apotek relatif lebih banyak
daripada jam lainnya dan biasanya pelayanan kefarmasian lebih ditingkatkan pada
jam-jam ini. Menurut SK Kanwil Depkes Profinsi DIY No.PO.00.02.VI.3.590
tentang Perizinan dan Pengelolaan Apotek mengharuskan kehadiran apoteker
setiap hari pada jam-jam sibuk apotek. Dari hasil penelitian frekuensi dan jumlah
pasien yang datang ke apotek relatif lebih banyak terjadi pada jam 18.00-21.00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Aktivitas bekerja sebagian besar orang dilakukan pada pagi sampai sore
hari sehingga kebanyakan orang membeli obat dari sore sampai malam hari
setelah melakukan aktivitas bekerja. Selain itu juga dari hasil pengamatan,
sebagian besar dokter melakukan praktek dokter antara jam 17.00-19.00 sehingga
umumnya, setelah berobat pasien langsung membeli obat di apotek sehingga pada
jam sibuk apotek ini pelayanan kefarmasian harus ditingkatkan dan kehadiran
seorang apoteker sangat diperlukan untuk mengawasi jalannya pelayanan
kefarmasian, dalam hal ini khususnya memberikan informasi obat kepada
pengunjung apotek ataupun yang ingin berkonsultasi kepada apoteker.
Tabel I. Jam sibuk di-25 apotek di Kota Yogyakarta
No
Jam sibuk
Jumlah
1
2
3
4
Dari jam 09.00-12.00
Dari jam12.00-16.00
Dari jam 16.00-18.00
Dari jam 18.00-21.00
Total
3
5
2
15
25
Prosentase(%)
n = 25
12
20
8
60
100
c. Jam konsultasi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa 22 apotek (88%) membuka jam
konsultasi sedangkan 3 apotek (12%) tidak membuka jam konsultasi. Alasan yang
dikemukakan mengapa apotek tersebut tidak membuka jam konsultasi adalah
tidak tersedianya tempat untuk berkonsultasi dan minat konsumen untuk
berkonsultasi masih rendah (4%), jam kedatangan apoteker ke apotek tidak
menentu sehingga konsultasi dapat dilakukan setiap saat pada jam kedatangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
apoteker di apotek (4%) dan tanpa harus membuka jam konsultasi pasien dapat
berkonsultasi kepada apoteker setiap saat (4%).
12%
88%
ya
tidak
Gambar 8. Adanya jam konsultasi di-25 apotek di Kota Yogyakarta
d. Jam pelaksanaan konsultasi.
Dari 22 apotek yang membuka jam konsultasi, umumnya dilakukan pada
jam tertentu saat apotek buka. Data mengenai jam konsultasi apotek dapat dilihat
pada tabel II.
Tabel II. Jam pelaksanaan konsultasi oleh apoteker di-25 apotek
di Kota Yogyakarta.
No
Jam konsultasi
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
18.00-20.00
17.00-19.00
18.30-21.00
12.00-14.00
13.00-15.00
19.00-21.00
19.00-22.00
09.00-10.00
17.00-21.00
10.00-12.00
08.00-13.00
Selama jam buka apotek
dan Apoteker ada
Total
2
2
2
1
1
4
1
1
3
1
1
3
Persentase(%)
n = 22
8
8
8
4
4
16
4
4
12
4
4
12
22
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
e. Lama pelaksanaan jam konsultasi
Pelaksanaan jam konsultasi (48%) dilakukan selama 2 jam sesuai dengan
surat
Kakanwil
Depkes
Propinsi
DIY
mengeluarkan
instruksi
nomor
PO.00.03.VIII.1.053 tanggal 5 Januari 2000. Data lama pelaksanaan jam
konsultasi dapat dilihat pada Gambar 9.
4%
44%
48%
4%
satu jam
tiga jam
dua jam
lebih dari tiga jam
Gambar 9. Lama pelaksanaan jam konsultasi oleh responden di-25 apotek
di-Kota Yogyakarta.
B. Profil Kehadiran Responden di Apotek
a. Jam kehadiran
Seharusnya sepanjang jam buka apotek, harus ada apoteker di apotek
sebab apotek bukan hanya sekedar tempat jual beli obat, melainkan tempat
melakukan pelayanan kefarmasian dalam hal ini khususnya pelayanan informasi
obat dan yang harus melakukan dan bertanggung jawab atas pelayanan di apotek
adalah apoteker tersebut.
Jam kehadiran apoteker di apotek terbagi atas dua bagian, yaitu jam
kehadiran apoteker dengan status apoteker sebagai PSA dan jam kehadiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
apoteker dengan status apoteker bukan PSA. Data jam kehadiran apoteker sebagai
PSA dan bukan PSA dapat dilihat pada tabel III dan IV.
Tabel III. Jam kehadiran responden PSA selama satu hari di-25 apotek di
Kota Yogyakarta
No
1
2
3
4
5
6
Jam kehadiran apoteker
dalam satu hari (wib)
Antara jam 08.00-15.00
Antara jam 09.00-13.00
Antara jam 15.00-22.00
Antara jam 17.00-21.00
Hadir selama jam buka
apotek
Hadir tidak terjadwal.
Total
Jumlah
1
1
2
4
2
Prosentase (%)
N = 25
4
4
8
16
8
1
11
4
44
Tabel IV. Jam kehadiran responden bukan PSA selama satu hari di-25
apotek di Kota Yogyakarta
No
1
2
3
4
5
6
Jam kehadiran apoteker
dalam satu hari (wib)
Antara jam 08.00-15.00
Antara jam 09.00-13.00
Antara jam 15.00-22.00
Antara jam 17.00-21.00
Hadir selama jam buka
apotek
Hadir tidak terjadwal.
Total
Jumlah
2
2
2
5
1
Prosentase (%)
N = 25
8
8
8
20
4
2
14
8
56
Sesuai dengan SK Kanwil Provinsi DIY No.PO.00.03.VIII.1.053 tentang
Jam Konsultasi pasal 1 menyebutkan agar apoteker meningkatkan kehadirannya di
apotek pada jam buka apotek, tetapi dari hasil penelitian didapat hanya 12%
responden PSA dan Bukan PSA yang hadir pada jam buka apotek sedangkan
pasien datang ke apotek pada jam-jam yang tidak tentu selama jam buka apotek
sehingga apabila pasien datang serta membutuhkan informasi obat pada jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tertentu tersebut apoteker tidak ada di apotek. Hal ini tidak berlaku apabila dalam
satu apotek terdapat apoteker pendamping dimana apabila salah satu apoteker
tidak dapat hadir apoteker yang lain menggantikannya.
b. Lama waktu keberadaan di apotek.
Berdasarkan data penelitian dapat dilihat bahwa persentasi terbesar lama
waktu keberadaan apoteker di apotek adalah 5-7 jam sebesar 40% jika dikaitkan
dengan jam buka apotek (gambar 7) 88% diatas 10 jam maka kemungkinan bahwa
sebagian besar aktivitas pelayanan apotek dilakukan oleh asisten apoteker dan
petugas apotek lainnya atau bisa juga dilakukan oleh apoteker pendamping atau
pengganti.
Tabel V. Lama waktu keberadaan responden di-25 apotek
di Kota Yogyakarta.
No
Lama waktu keberadaan
Jumlah
Prosentase(%)
APA
n = 25
1
Kurang dari 2 jam
0
0
2
2-4 jam
8
32
3
5-7 jam
10
40
4
Selama jam buka apotek
3
12
5
Lainnya
4
16
Total
25
100
Keterangan :
Lainnya : 7-9 jam dan 10 jam dengan persentasi sama yaitu 8%.
c. Frekuensi rata-rata kehadiran di apotek dalam seminggu
Apotek-apotek dalam penelitian ini memiliki jam buka apotek yang
sama dalam satu minggu, yaitu buka dari Senin sampai Sabtu mulai dari pagi
sampai malam hari dan minggu buka dari sore hari sampai malam hari dengan jam
buka yang bervariasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Frekuensi kehadiran responden ke apotek dalam seminggu terbagi atas
dua bagian, yaitu frekuensi kehadiran responden PSA dan Frekuensi kehadiran
responden bukan PSA. Diharapkan apoteker dapat hadir setiap hari pada jam buka
apotek untuk dapat melakukan pelayanan farmasi khususnya pelayanan informasi
obat. Frekuensi rata-rata kehadiran apoteker dalam satu minggu dapat dilihat pada
tabel VI dan tabel VII.
Tabel VI. Frekuensi kehadiran responden PSA dalam seminggu
No
1
2
3
Frekuensi kehadiran
responden (dalam
seminggu)
1-3 kali
4-6 kali
Setiap hari
Total
Jumlah
Prosentase(%)
N = 25
1
4
6
11
4
16
24
44
Tabel VII. Frekuensi kehadiran responden bukan PSA dalam seminggu
No
1
2
3
Frekuensi kehadiran
responden (dalam
seminggu)
1-3 kali
4-6 kali
Setiap hari
Total
Jumlah
Prosentase(%)
N = 25
3
3
8
14
12
12
32
56
d. Alasan responden apabila tidak bisa hadir ke apotek
Dari hasil penelitian didapat beragam alasan dari responden mengapa
tidak bisa hadir ke apotek. Alasan yang paling banyak dikemukakan adalah sakit,
kemudian alasan selanjutnya adalah tugas atau pekerjaan yang tidak bisa
diwakilkan misalnya mengajar di suatu universitas, rapat pekerjaan atau seminar
tertentu, undangan-undangan penting, kemudian urusan keluarga, alasan lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dinas keluar kota, keperluan lain dan capek. Hal ini apabila dihubungkan dengan
kehadiran Apoteker di apotek ada yang 1-3 kali seminggu, 4-6 kali seminggu dan
setiap hari berarti apabila Apoteker tidak bisa hadir di apotek kemungkinan terjadi
alasan-alasan seperti yang dikemukakan di atas. Data tersebut dapat dilihat pada
tabel VIII.
Tabel VIII. Alasan responden apabila tidak bisa hadir ke apotek
No
1
2
3
4
5
6
Alasan responden tidak
bisa hadir ke apotek
Sakit
Tugas atau pekerjaan yang
tidak bisa diwakilkan
Urusan keluarga
Keperluan lain
Dinas keluar kota
Capek
Jumlah
10
9
Prosentase(%)
N = 25
40
36
4
3
2
1
16
12
8
4
e. Yang menggantikan responden apabila berhalangan hadir di apotek.
25%
75%
asisten apoteker
lainnya
Gambar 10. Yang menggantikan apabila berhalangan hadir
Keterangan :
lainnya : pemilik apotek dan apoteker selalu mengusahakan hadir di
apotek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Peraturan Menteri Kesehatan No.922 Tahun 1993 pasal 22 menyebutkan
bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, Apoteker dapat dibantu oleh
asisten apoteker. Asisten apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek
dibawah pengawasan apoteker, sehingga keberadaan asisten apoteker di apotek
bukan untuk menggantikan apoteker melainkan untuk membantu apoteker dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian. Dari hasil penelitian didapat bahwa 75%
responden memiliki asisten apoteker yang menggantikannya apabila tidak dapat
hadir di apotek. Hal ini tidak sesuai dengan Permenkes No.922 tahun 1993 pasal
22 yang menyebutkan apabila asisten apoteker membantu apoteker berarti
apoteker tersebut berada ditempat untuk dibantu bukan untuk digantikan. Dari
75% responden menyatakan bahwa tugas asisten apoteker terbatas pada pelayanan
resep, penyerahan obat dan konsultasi sederhana serta dipantau atau
berkomunikasi bila ada masalah yang sulit diselesaikan oleh asisten apoteker
sedangkan 25% responden apabila berhalangan hadir yang menggantikannya
adalah pemilik apotek padahal menurut Kepmenkes no.1332/Menkes/SK/X/2002
pasal 1 menyebutkan bahwa Surat Izin Apotek diberikan oleh menteri kepada
Apoteker
atau
Apoteker
bekerjasama
dengan
pemilik
sarana
untuk
menyelenggarakan apotek. Selain itu juga juga responden yang mengusahakan
untuk selalu hadir pada jam buka apotek.
C. Profil responden dalam memberikan pelayanan informasi obat
1. Jenis pelayanan yang diberikan responden.
Berdasarkan penelitian, pelayanan yang paling banyak diberikan oleh
responden pada saat bertugas adalah membantu memilihkan obat (100%), sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
sumber informasi obat dan melayani resep dokter dengan prosentase yang sama
sebesar 84%, membantu menegakkan diagnosis untuk penyakit ringan sebesar
76% dan lainnya yaitu : menemui sales-sales, order obat dan membuat laporanlaporan sebesar 16%. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui peran
dan kewajibannya sebagai drug informer di dalam masyarakat.
Gambaran mengenai pelayanan yang diberikan responden pada saat
bertugas di apotek dapat dilihat pada tabel IX.
Tabel IX. Jenis pelayanan yang diberikan responden di-25 apotek
di Kota Yogyakarta
No
1
2
Jenis pelayanan
Jumlah Prosentase(%)
n = 25
21
84
19
76
Melayani resep dokter
Membantu menegakkan diagnostik
untuk penyakit ringan
3
Membantu memilihkan obat
25
100
4
Sumber informasi
21
84
5
Lainnya
4
16
keterangan :
Lainnya : Menemui sales-sales, order obat, dan membuat laporan.
2. Keterlibatan responden secara aktif dalam pelayanan resep obat.
Peran nyata apoteker sebagai drug informer dapat terlihat melalui
keterlibatan apoteker secara aktif dalam pelayanan resep dan penyerahan obat
kepada pasien. Keterlibatan apoteker dalam pelayanan resep pasien dapat dilihat
pada Gambar 11.
Proses terakhir dalam suatu rangkaian pelayanan resep pasien adalah
proses penyerahan obat dan pada saat penyerahan obat tersebut disertai dengan
pemberian informasi obat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 96%
responden menyatakan secara aktif terlibat dalam pelayanan resep pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
sedangkan 4% menyatakan tidak selalu dan kadang pelayanan resep pasien
dilakukan oleh asisten apoteker.
4%
96%
terlibat aktif
tidak terlibat aktif
Gambar 11. keterlibatan responden dalam pelayanan resep obat di-25 apotek
di Kota Yogyakarta
3. Keterlibatan responden dalam penyerahan obat
Pada saat pasien membeli obat baik dengan resep dokter maupun tanpa
resep dokter, proses akhir dari pembelian obat tersebut adalah penyerahan obat.
Pada saat proses penyerahan obat ini apoteker dapat memberikan informasi obat
kepada pasien. Gambaran mengenai keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat
kepada pasien selama berada di apotek dapat dilihat pada gambar 12.
12%
88%
terlibat aktif
tidak terlibat aktif
Gambar 12. Keterlibatan responden dalam penyerahan obat kepada pasien
selama berada di apotek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa hanya 12% responden selalu
terlibat aktif dalam proses penyerahan obat sedangkan 88% responden tidak selalu
terlibat dalam penyerahan obat kepada pasien dan dari hasil pengamatan selama
penelitian berlangsung, dijumpai bahwa yang menyerahkan obat kepada pasien
khususnya menyerahkan obat tanpa resep adalah asisten apoteker, padahal dalam
proses penyerahan obat kepada pasien, obat diberikan dan disertai dengan
pemberian informasi obat. Apabila dibandingkan dengan keterlibatan responden
secara aktif dalam pelayanan resep obat sebanyak 96% (gambar 11) berarti ada
sekitar 84% responden yang setelah melayani resep tidak menyerahkan obat,
selain itu hanya 12% responden yang selalu menyerahan obat kepada pasien baik
dengan resep dokter atau tidak.
Pada saat penyerahan obat harus disertai dengan pemberian informasi
obat, tetapi ada responden yang pada saat menyerahkan obat tidak memberikan
informasi obat yaitu sebesar 44% sedangkan apoteker yang memberikan informasi
obat pada saat menyerahkan obat sebesar 56%. Pemberian informasi obat kepada
pasien pada saat penyerahan obat sangat penting khususnya pada obat dengan
resep dokter untuk menghindari penggunasalahan obat tetapi apabila dilihat
sebanyak 44 % apoteker yang tidak memberikan informasi obat kepada pasien
Data ini dapat dilihat pada gambar 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
44%
56%
tidak
ya
Gambar 13. Apakah responden selalu memberikan informasi obat kepada
pasien atau tidak
4. Alasan responden tidak memberikan informasi obat pada saat
menyerahkan obat
Berdasarkan hasil penelitian diketahui persentasi terbesar alasan
responden tidak memberikan informasi obat adalah 12% pembeli dianggap sudah
tahu dari package insert/kemasan/brosur, 12% tidak sempat karena banyaknya
pembeli, 8% pembeli yang tidak aktif bertanya dan sisanya 12% dengan perincian
8% pembeli tergesa-gesa dan tidak mau diterangkan, dan 4% responden
beranggapan bahwa asisten apoteker dipandang sudah mengetahui dan
berpengalaman sehingga memberi informasi obat pada saat penyerahan obat
adalah asisten apoteker. Menurut undang-undang RI No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan menyebutkan bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan
termasuk
pengendalian
mutu
sediaan
farmasi,
pengamanan
pengadaan,
penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan
obat tradisional. Asisten apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di bawah
pengawasan apoteker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Dari 44% responden tidak selalu memberikan informasi obat kepada
pasien terutama pada pada pasien yang membeli obat tanpa resep memiliki
beberapa alasan mengapa tidak selalu memberikan informasi obat. Alasan-alasan
tersebut dapat dilihat pada tabel X.
Tabel X. Alasan responden tidak memberi informasi obat pada saat
menyerahkan obat kepada pasien
No
Alasan mengapa tidak
Jumlah
Persentase(%)
memberikan informasi obat
n = 25
1
Tidak sempat karena banyaknya
3
12
pembeli
2
Kurangnya pengetahuan yang
0
0
dimiliki
3
Pembeli dianggap sudah tahu dari
3
12
package insert/kemasan/brosur
4
Pembeli yang kurang aktif bertanya
2
8
5
Lainnya
3
12
Total
11
44
Keterangan :
Lainnya : 8 % Pembeli tergesa-gesa dan tidak mau diterangkan
4 % Apoteker beranggapan asisten apoteker dipandang
sudah mengetahui dan berpengalaman sehingga
memberi informasi obat pada saat penyerahan obat
adalah asisten apoteker.
Berdasarkan hasil tersebut berarti pembelian obat tanpa resep di apotek
tidak semuanya mendapatkan pelayanan informasi obat di apotek dari responden
oleh karena itu diharapkan responden tetap memperhatikan kebutuhan informasi
obat dari konsumen obat tanpa resep dimana pengobatannya tidak mendapat
pengawasan dokter sehingga perlu adanya informasi obat yang aman dan efektif
sehingga terhindar dari penggunasalahan obat. ini berarti responden diharapkan
tetap terlibat secara aktif pada saat penyerahan obat walaupun ada asisten
apoteker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
5. Jenis informasi obat yang diberikan responden
Jenis-jenis
informasi
yang
diberikan
responden
pada
waktu
menyerahkan obat dapat dilihat pada tabel XI.
Tabel XI. informasi yang biasa diberikan pada pasien pada waktu responden
menyerahkan obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jenis informasi
Jumlah
Persentase(%)
n = 25
8
8
20
4
20
8
8
4
4
A, B, D
2
A, D, E
2
A, B, D, E
5
A, D, E, F
1
A, B, C, D, E
5
A, B, C, D, F
2
A, B, C, D, E, F
2
A, B, D dan cara penyimpanan
1
A, B, C, D, E dan cara
1
penyimpanan
10
A, C, E, F dan pilihan lain yang
2
8
mungkin lebih murah
11
A, B,D E, F dan optimasi upaya1
4
upaya tambahan dalam rangka
mempercepat penyembuhan
12
A, B, C, D, E, F dan interaksi
1
4
dengan makanan/minuman /obat
Total
25
100
Keterangan:
A : cara pakai
B : dosis
C : efek samping
D : aturan pakai
E : indikasi
F : kontraindikasi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis informasi yang
diberikan responden pada waktu menyerahkan obat terdiri dari lebih dari 3
cakupan informasi obat. Hal ini sangat baik karena semakin banyak informasi
obat yang diberikan responden Apoteker maka kebutuhan pasien akan informasi
obat akan terpenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
6. Sumber informasi obat yang tersedia di apotek
Salah satu bekal kesiapan responden di apotek dalam pemberian
informasi obat diperlukan tersedianya koleksi buku-buku pedoman pengobatan
dan informasi obat untuk menunjang dalam pengetahuan tentang informasi obat.
Tabel XII. Sumber informasi yang tersedia di apotek di-25 apotek di
Kota Yogyakarta
No
Sumber informasi obat
Jumlah
Persentase(%)
yang tersedia di apotek
n = 25
1
Farmakope Indonesia ed.IV
20
80
2
IONI
9
36
3
DOEN
8
32
4
ISO
21
84
5
MIMS
18
72
6
Textbook farmakoterapi and
10
40
klinis
7
Lainnya
6
24
Total
92
368
Keterangan :
Lainnya : Brosur/leaflet/majalah medika, Buku tentang obat, BNF,
Data klinik farmakologi, OWA, ESO
Resep-resep yang harus dilayani di apotek, selain berisi obat-obat
generik dapat juga berisi obat-obat dengan nama dagang atau bahkan campuran
keduanya.
Buku-buku
seperti
ISO
(Informasi
Spesialite
Obat),
IONI
(Informatorium Obat Nasional Indonesia), DOEN (Daftar Obat Essensial
Nasional) dan buku lainnya dapat menunjang dalam pemberian informasi obat.
Sumber informasi obat yang tersedia di apotek dapat dilihat pada tabel XII.
7. Upaya pribadi responden untuk meningkatkan kualitas informasi obat di25 apotek di Kota Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Dalam
memenuhi
pelayanan
kefarmasian
khususnya
pelayanan
informasi obat mulai dari filosofi sampai teknis operasional perlu beberapa upaya
yaitu penguatan ilmu, kerja sama dengan berbagai pihak, dan berdialog dengan
pasien.
Data mengenai upaya-upaya pribadi yang dilakukan apoteker dalam
meningkatkan kualitas pelayanan informasi obat dapat dilihat pada tabel XIII.
Tabel XIII. Upaya pribadi responden untuk meningkatkan kualitas
informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta.
No
Upaya-upaya yang dilakukan
Jumlah Presentase(%)
apoteker
n =25
1
A
1
4
2
E
1
4
3
D, E
1
4
4
A, B, C
1
4
5
A, D, E
1
4
6
C, D, F
1
4
7
A, C, D, E
1
4
8
A, B, C, E
1
4
9
B, C, D, E
4
16
10
A, B, C, D, E
3
12
11
A, B, C, E, F
1
4
12
A, C, D, E, F
1
4
13
A, B, C, D, E, F
6
24
14
A, B, C, D, E, F dan berdialog
1
4
dengan dokter
15
A, B, C, D, E, F dan searching
1
4
internet
Total
25
100
Keterangan :
A : menguasai disiplin ilmu farmasi
B : mempelajari ilmu-ilmu yang terkait dengan pelayanan informasi obat
C : mempelajari managemen dan komunikasi dalam memberikan
pelayanan informasi obat
D : bertukar pikiran dengan kolega apoteker
E : berdialog dengan pasien
F : continuing education
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Untuk mengetahui gambaran pelayanan informasi obat oleh responden
kepada masyarakat dapat dilihat dari upaya-upaya yang dilakukan oleh responden
dalam meningkatkan pelayanan informasi obat. Apabila dilihat dari hasil
penelitian diketahui bahwa persentasi terbesar (24%) responden melakukan upaya
lebih dari 3 upaya pribadi yaitu menguasai disiplin ilmu farmasi, mempelajari
ilmu-ilmu yang terkait dengan pelayanan informasi obat, mempelajari manajemen
dan komunikasi dalam memberikan pelayanan informasi obat, bertukar pikiran
dengan kolega apoteker apabila menemui kesulitan berkenaan dengan informasi
obat, berdialog dengan pasien, serta continuing education.
D. Profil pelayanan informasi pada jam konsultasi
Informasi obat tidak hanya diberikan pada saat pelayanan resep dokter
atau pada saat menyerahkan obat saja tetapi pelayanan informasi obat juga dapat
diberikan pada jam konsultasi. Jam konsultasi merupakan jam khusus yang
disediakan apoteker untuk memberikan konsultasi obat kepada masyarakat.
1. Perlunya jam konsultasi di apotek
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui
bahwa
80%
responden
menganggap bahwa jam konsultasi perlu diadakan sedangkan 20% responden
menganggap jam konsultasi tidak perlu diadakan. Dari 20% responden
menyatakan bahwa jam konsultasi tidak perlu diadakan beralasan bahwa
konsultasi dapat dilakukan kapan saja pasien mau tanpa harus diadakan jam
konsultasi.
Berhasilnya suatu terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan
pemilihan obat yang tepat, tetapi juga oleh kepatuhan (compliance) pasien untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
mengikuti terapi yang telah di tentukan. Kurangnya komunikasi dan informasi
obat antara apoteker dengan pasien dapat menyebabkan pasien tidak patuh dalam
mengikuti terapi yang ditentukan. Hal ini dapat membuat pasien melakukan self –
regulation terhadap terapi obat yang diterimanya. Berdasarkan hal-hal di atas
maka adanya jam khusus untuk melakukan konsultasi sangat diperlukan.
20%
80%
ya
tidak
Gambar 14. Perlunya jam konsultasi
2. Kehadiran responden pada jam konsultasi
Dari 88% apotek yang membuka jam layanan konsultasi obat, 76%
responden selalu ada selama jam konsultasi dan 12% responden tidak selalu hadir
pada jam konsultasi.
Alasan yang dikemukakan responden (12%) mengapa tidak hadir pada
jam konsultasi adalah karena jadwal kehadiran responden tidak menentu serta
pasien tidak berminat untuk konsultasi obat. Oleh karena itu responden harus
memiliki jadwal kehadiran yang tetap di apotek khususnya jam konsultasi apotek
untuk mensosialisasikan jam konsultasi apotek kepada pasien. Apabila kehadiran
apoteker tidak tetap di apotek bagaimana pasien bisa berkonsultasi walaupun ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
papan pengumuman jam konsultasi yang ditempel di apotek. Pasien tidak
berminat untuk melakukan konsultasi salah satunya mungkin karena apoteker
tidak hadir di apotek pada jam konsultasi sehingga pasien mengganggap bahwa
berkonsultasi obat itu tidak penting dan minat untuk barkonsultasi tidak ada.
Tabel IV. Kehadiran responden selama jam konsultasi di-25 apotek di Kota
Yogyakarta
No
1
2
Apakah responden selalu
ada selama jam konsultasi
Ya
Tidak
Total
Jumlah
19
3
22
Persentase(%)
n = 25
76
12
88
3. Adakah manfaat membuka jam konsultasi
Pelaksanaan jam konsultasi sebenarnya sudah disosialisasikan oleh
apoteker melalui tulisan “Jam Konsultasi” yang dipajang di apotek. Berdasarkan
hasil penelitian, 76% responden menganggap pelaksanaan jam konsultasi ada
manfaatnya sedangkan 24% responden menganggap pelaksanaan jam konsultasi
tidak ada manfaatnya.
24%
76%
ya
tidak
Gambar 15. Adakah manfaat membuka jam konsultasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Berdasarkan hasil penelitian diketahui persentasi terbesar dari manfaat
dibukanya jam konsultasi adalah 64% untuk meningkatkan peran apoteker dalam
komunikasi dan edukasi serta pelayanan kepada masyarakat kemudian selanjutnya
secara berturut-turut meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong
dirinya guna mengatasi masalah kesehatan dan untuk meningkatkan pengobatan
sendiri dengan memilihkan obat secara tepat, aman dan rasional dengan
persentase sama yaitu 52% dan terakhir 28% untuk mendapatkan obat lebih murah
tanpa masyarakat harus datang ke dokter.
Manfaat membuka jam konsultasi bagi masyarakat menurut responden
dapat dilihat pada tabel XV di bawah ini.
Tabel XV. Manfaat jam konsultasi di-25 apotek di Kota Yogyakarta
No
Manfaat jam konsultasi
Jumlah
1
Meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam menolong
dirinya guna mengatasi masalah
kesehatan
Meningkatkan pengobatan sendiri
dengan memilihkan obat secara
tepat, aman, dan rasional
Untuk mendapatkan obat yang
lebih murah tanpa masyarakat
harus datang ke dokter
Untuk meningkatkan peran
apoteker dalam komunikasi dan
edukasi serta pelayanan kepada
masyarakat
13
Persentase(%)
n = 25
52
13
52
7
28
16
64
2
3
4
Dilihat dari hasil penelitian, membuka jam konsutasi sangat bermanfaat
baik bagi apoteker maupun bagi masyarakat. membuka jam konsultasi dapat
meningkatkan peran apoteker dalam komunikasi dan edukasi serta pelayanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
kepada masyarakat hal ini khususnya meningkatkan pelayanan informasi obat.
sedang bagi masyarakat dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong dirinya
guna mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan pengobatan sendiri dengan
memilih obat secara tepat, aman dan rasional dengan kata lain pengetahuan
masyarakat tentang informasi obat semakin meningkat.
4. Responden memberi pelayanan konsultasi obat di luar jam konsultasi
Pemberian informasi obat kepada pasien selain diberikan pada jam
konsultasi dapat juga diberikan kepada pengunjung apotek di luar jam konsultasi.
Data mengenai apoteker yang memberikan konsultasi obat di luar jam konsultasi
dapat dilihat pada tabel XVI.
Tabel XVI. Responden memberi pelayanan konsultasi obat diluar jam
konsultasi
No
1
2
Melayani diluar jam
konsultasi
Ya
Tidak
Total
Jumlah
25
0
25
Persentase(%)
n = 25
100
0
100
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa semua responden melayani
konsultasi diluar jam konsultasi. Ini berarti responden mengerti kewajiban dalam
memberikan pelayanan informasi obat.
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi apoteker dalam memberikan
informasi obat
1. Posisi apoteker di apotek berdasarkan Status Kepemilikan Apotek
Status apoteker yang sebagian besar bukan Pemilik Sarana Apoteker
kemungkinan mempengaruhi kehadiran apoteker di apotek. Kurangnya persentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
kehadiran apotek di apotek bisa mempengaruhi kurangnya pemberian informasi
obat, kurangnya pemanfaatan jam konsultasidan pelayanan resep serta pekerjaan
kefarmasian lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 56% responden bukan
pemilik sarana dan 44% adalah merupakan pemilik sarana. Data ini dapat dilihat
pada gambar 16.
44%
56%
APA bukan PSA
APA sekaligus PSA
Gambar 16. Kepemilikan sarana apotek di-25 apotek di Kota Yogyakarta
Tidak semua apotek adalah milik apoteker dan memang apoteker adalah
profesi yang mudah untuk mendapatkan keuntungan (benefit oriented). Hal inilah
yang seringkali dimanfaatkan sedemikian rupa oleh PSA khususnya non apoteker
untuk memperoleh keuntungan tanpa memperdulikan etika profesi apoteker. PSA
seringkali berpikir mengenai bisnis dan tidak mengerti apakah apoteker sudah
menjalankan profesinya dengan baik atau tidak. Hal ini terjadi karena PSA
khususnya non apoteker belum begitu mengerti tentang kode etik Apoteker.
Apoteker yang juga adalah PSA tidak hanya berpikir bagaimana cara memperoleh
keuntungan tapi juga seharusnya mengerti mengenai etika kefarmasian selain itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
juga lebih leluasa dalam menjalankan tugasnya di apotek tanpa diawasi oleh PSA
(benefit oriented).
2. Keuntungan-keuntungan
yang
diperoleh
pada
saat
memberikan
informasi obat
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh apoteker pada saat memberikan
informasi obat dapat mempengaruhi antusiasme apoteker untuk memberikan
informasi obat kepada pasien. Data tersebut dapat dilihat pada tabel XVII.
Tabel XVII. Keuntungan dalam memberikan pelayanan informasi obat
No
1
2
3
4
5
Keuntungan bagi apoteker dalam
Jumlah Persentase(%)
memberikan informasi obat kepada
n = 25
pasien
Sebagai bahan untuk legal protection
3
12
bila dikemudian hari terjadi klaim
atas obat yang diberikan pada pasien
Sebagai salah satu “Professional”
20
80
dalam team perawatan kesehatan
Meningkatkan kepuasan kerja
20
80
Menjadi mitra pasien dalam
24
54
pengobatan sendiri
Tambahan service untuk menarik
12
48
konsumen dan meningkatkan daya
saing dan meningkatkan omset
Pada saat pasien datang ke apotek dan melakukan konsultasi dengan
apoteker, ada kepuasan tersendiri apabila pasien pulang dan puas terhadap
informasi yang diberikan apoteker. Berdasarkan hasil penelitian 80% responden
menyatakan bahwa memberi pelayanan konsultasi dapat meningkatkan kepuasan
kerja. Keuntungan lainnya adalah pada saat melakukan konsultasi obat apoteker
juga dapat bekerjasama dengan dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya
sehingga membentuk suatu team, di mana di dalam team ini apoteker dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan pelayanan
kefarmasian khususnya pelayanan informasi obat. Kemudian keuntungan
selanjutnya adalah pada saat apoteker memberikan pelayanan informasi obat,
apoteker dapat menjadi mitra pasien dalam pengobatan sendiri khususnya dalam
memilihkan obat yang aman, tepat dan rasional. Dari hasil penelitian 54%
apoteker menjadi mitra pasien dalam pengobatan sendiri. Apabila pasien puas dan
mengerti dengan konsultasi yang diberikan oleh apotek, pasien akan cenderung
untuk kembali ke apotek yang sama apabila lain kali membutuhkan obat. Dari
hasil penelitian 48% responden menyatakan bahwa konsultasi dapat menjadi
tambahan service untuk menarik konsumen dan meningkatkan daya saing dan
dapat meningkatkan omzet. Keuntungan terakhir sebesar 12% responden
menyatakan bahwa pelayanan konsultasi sebagai bahan untuk legal protection
atau perlindungan legal bagi farmasis dari ketidakpuasan informasi dan apabila
dikemudian hari terjadi klaim atas obat yang diberikan oleh pasien.
Keuntungan-keuntungan diatas dapat meningkatkan semangat apoteker
dalam memberikan informasi obat, tetapi keuntungan-keuntungan tersebut hanya
dapat diperoleh apabila apoteker menjalankan peranannya sebagai farmasi
khususnya memberikan informasi obat kepada pasien secara baik dan aktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari data karakteristik apoteker diperoleh hasil bahwa sebagian besar apoteker
(76%) adalah wanita dengan umur antara 25-35 tahun (60%) dengan tingkat
pendidikan apoteker (84%), memiliki lama masa kerja 1-5 tahun (40%), tidak
memiliki pekerjaan lain selain APA (52%) dan berpenghasilan 1-2 juta (56%).
Dari data karakteristik apotek diperoleh data bahwa jam buka apotek(76%)
umumnya adalah 10-14 jam dengan jam sibuk (60%) antara jam 18.00-21.00
dan 88% apotek membuka jam konsultasi
2. Dari data penelitian diperoleh hasil bahwa profil kehadiran apoteker sebagai
PSA dan bukan PSA adalah sama yaitu setiap hari antara jam 17.00-21.00
alasan tidak bisa hadir di apotek adalah sakit 40% dan digantikan oleh asisten
apoteker (75%).
3. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa gambaran pelayanan informasi
obat oleh apoteker adalah 96% apoteker terlibat aktif dalam pelayanan resep.
88 % apoteker tidak terlibat secara aktif saat penyerahan obat dan digantikan
oleh asisten apoteker. 56% apoteker tidak memberikan informasi obat dengan
16%
alasan
bahwa
pembeli
dianggap
sudah
tau
dari
package
insert/kemasan/brosur. 88% apoteker melakukan lebih dari 3 cakupan upaya.
4. Gambaran pelayanan informasi obat oleh apoteker pada jam konsultasi adalah
80 % apoteker beranggapan bahwa jam konsultasi perlu diadakan. 76%
apoteker hadir pada jam konsultasi. 64% apoteker menyatakan jam konsultasi
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
ada manfaatnya yaitu untuk meningkatkan peran apoteker untuk komunikasi
dan edukasi serta pelayanan pada masyarakat. Selain memberi informasi obat
pada jam konsultasi, apoteker (100%) juga melayani konsultasi obat diluar
jam konsultasi.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi apoteker dalam memberikan informasi obat
salah satunya adalah status kepemilikan apotek dan faktor lain, yaitu: apoteker
mendapatkan keuntungan-keuntungan pada saat memberikan informasi obat
kepada pasien, yaitu dapat meningkatkan kepuasan kerja dan sebagai salah
satu “professional” dalam team perawatan kesehatan (80%).
B. saran
1. Apoteker harus selalu hadir di apotek untuk dapat memberikan informasi obat
kepada pasien bila perlu apotek tidak buka bila tidak ada apoteker (no
pharmacist no service).
2. Apoteker ikut terlibat aktif di apotek dalam hal ini pada saat menerima resep,
penyerahan obat dan pada jam konsultasi untuk memberikan informasi obat
3. Bahwa di apotek tidak hanya ada pelayanan informasi obat saja tetapi juga ada
pharmaceutical care yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien antara lain aktif dalam pelayanan resep, konseling, promosi dan
edukasi serta pelayanan residensial.
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai gambaran pelayanan informasi
obat oleh apoteker di kota- kota lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1995, Manajemen Farmasi, Universitas Gajah Mada Press,
Yogyakarta.
Anief, M., 1997, Apa yang perlu diketahui tentang obat, Universitas Gajah Mada
Press, Yogyakarta.
Anonim, 1980, Peraturan Pemerintah Nomor : 25 Tahun 1980 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 Tentang
Apotek, Jakarta.
Anonim, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan No.347/MENKES/SK/VII/1990
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI,
Jakarta.
Anonim, 1992, Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1992 tentang Konsumen,
Jakarta.
Anonim, 1993a, Undang-Undang RI No.23 Tahun 1993 tentang Kesehatan,
Jakarta.
Anonim, 1993b, Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/SK/X/1993
tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI,
Jakarta.
Anonim, 1999a, Undang-Undang RI No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Jakarta.
Anonim, 1999b, Surat Keputusan Kanwil DepKes Propinsi DIY
No.PO.00.02.VI.3.590 tentang Perijinan dan Pengelolaan Apotek,
Yogyakarta.
Anonim, 2000, Surat Keputusan Kanwil DepKes Propinsi
No.PO.00.03.VIII.1.053 tentang Jam Konsultasi, Yogyakarta.
DIY
Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002
tentang Perubahan Atas Peraturan MenKes No.922/MENKES/Per/X/1993
tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Jakarta.
Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/X/2004
tentang Standart Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Jakarta.
Arthur, S. W., and Christopher, S.C., 1982, Principles Of Drug Information
Service, 9, 55-57, Hamilton Press, Illinois.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Azwar,s., 2003a, Penyusunan Skala Psikologi, 6-7, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Azwar,s., 2003b, Reliabilitas Dan Validitas, 45-46, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Budiono, 1999, Manfaat Pelayanan Informasi Obat Di Apotek, Medika, XXV, 10,
616.
Ciptaningrum,T.S., 2001, Animo Masyarakat Untuk Melakukan Konsultasi Obat
Kepada Apoteker Pengelola Apotek Di Lima Apotek Kotamadya
Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Erlan, M., 2004, Persepsi Pasien Terhadap Peran Apoteker Pengelola
Apotek(APA) Sebagai Pemberi Informasi Obat Di Apotek Kota
Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
ISFI, 2000, Draft Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, Badan Pimpinan
Pusat Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia,
Lembong, E., 1999, Geliat Industri Farmasi Di Indonesia Menuju Era
Globalisasi, Ed.1, Pustaka Sinar HArapan, Jakarta, 116-118, 148-149.
Merita Y., 2004, Kredibilitas Apoteker Di Apotek Kotamadya Yogyakarta,
Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Nawawi, H., 1995, Metode Penelitian Skripsi Survei, edisi VII, Gadjah Mada
University Press Jogjakarta, 148-151
Praktiknya A.W., 2001, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, 13, PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.
Santoso,B., 1995, Efek Samping Obat, Ed.2, 2-11, Pusat Study Farmakologi
Klinik Dan Kebijakan Obat, UGM, Yogyakarta.
Sevilla, C.G., Ochave, J. A., Punsala,P. G., Pegala,B. P., And Uriatre,1993, An
Introduction To Research Methode, 162-163, Diterjemahkan Oleh
Alimuddin Tuwu, UI, Press Jakarta.
Sudarwanto, B., 1996,Tantangan Profesi Apoteker Masa Depan, Medika no.XXII,
829.
Suhadi, R., 1997, Konsep Pengobatan Sendiri, Reader Kuliah, Fakultas Farmasi,
USD, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Sukmaningsih, I., 2002,Menjalin Hubungan Sinergis Antara Dokter Dan Farmasis
Demi Tercapainya Pelayanan Kesehatan Yang Rasional Kepada Pasien,
Diskusi Panel Program Profesi Apoteker 30 November 2002, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yoyakarta.
Suryawati, S., 1997, Peran Farmasi Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Di
Rumah Sakit, Medika XXIII, 1, 60-61.
Tan, H. T. dan Raharja, k., 1986, Obat-Obat Penting, 45-55, PT. Kimia Farma,
Jakarta.
Wijaya, Y., 1998, Mengenal obat tanpa resep, Widya Dharma, edisi khusus Juni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Kepada Yth,
Bpk/Ibu Apoteker pengelola Apotek
Di tempat
Dengan Hormat,
Dalam rangka menyelesaikan studi S-1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Antusiasme Profesi
Apoteker Di Apotek Kotamadya Yogyakarta Untuk Memberikan Informasi Obat Kepada
Pengunjung Apotek.”
Sehubungan dengan itu, saya mohon kerelaan Bpk/Ibu Apoteker Pengelola
Apotek untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi daftar pertanyaan yang bersama
ini saya lampirkan. Dalam menjawab mohon disesuaikan dengan hati nurani Bpk/Ibu,
karena yang saya butuhkan adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan yang
Bpk/Ibu alami dan rasakan. Jawaban Bpk/Ibu/Saudara tidak akan dinilai benar atau salah.
Segala informasi yang Bpk/Ibu berikan tidak akan disalahgunakan dan akan dijaga
kerahasiaannya demi kepentingan ilmiah.
Atas bantuan dan kerjasama yang Bpk/Ibu berikan, saya ucapkan terima kasih
Hormat saya,
Roulina Sihombing
NIM : 008114068
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Antusiasme Apoteker Untuk Memberikan Pelayanan Informasi Obat
Kepada pengunjung di-25 Apotek di Kota Yogyakarta
Petunjuk
: Sudilah Bpk / Ibu menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini
sesuai pendapat dan kondisi Bapak / Ibu yang sesungguhnya, dengan cara :
• Melingkari jawaban untuk pertanyaan tertutup
• Menuliskan jawaban untuk pertanyaan terbuka
1. Umur Bapak/ Ibu/ Saudara
: ……….thn
2. Jenis kelamin
: L/P
3. Pendidikan Terakhir
:
a. Profesi Apoteker
b. S-2
c. S-3
4. Lama Bekerja (di apotek ini)
: ……….thn
5. Pekerjaan lain, selain APA di apotek ini adalah :
…………………………………………………………………………………..
6. Penghasilan perbulan sebagai apoteker di apotek ini :
a. < 500 ribu rupiah
b. 501 ribu sampai < 1 juta rupiah
c. ≥1 juta satu sampai < 2 juta rupiah
d. ≥ 2 juta
7. Apakah anda juga sebagai Pemegang Saham Apotek/PSA (100%/CV) di apotek
ini :
a. Ya
b. Tidak
8. Dalam satu hari kerja, berapa jam apotek yang anda kelola melakukan usahausaha pelayanan obat kepada pasien/ konsumen obat ( jam buka apotek ) ?
a. (5-9) jam
b. (10-14) jam
c. (15-19) jam
d. 24 jam
9. Pada jam berapa pasien paling banyak membeli obat baik dengan atau tanpa
resep dokter ( jam-jam sibuk apotek )?
a. jam 09.00-12.00
b. jam 12.00-16.00
c. jam 16.00-18.00
d. jam 18.00-21.00
e. lainnya…………………………………………………………
10. Apakah apotek anda memiliki / memasang papan jam konsultasi ?
a. Tidak
b. Ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
11. Mengapa apotek anda tidak memiliki / memasang papan jam konsultasi ?
a. Tidak memberikan keuntungan finansial
b. Tidak tersedianya tempat untuk berkonsultasi
c. Tidak tersedianya waktu untuk berkonsultasi
d. Lainnya, sebutkan……………………………………………….
12. Pada jam berapa anda menyediakan jam konsutasi setiap hari?
jam…………sampai dengan jam……………………
13. Berapa jam yang anda sediakan pada jam konsultasi ?
a. 1 jam
b. 2 jam
c. 3 jam
d. > 3 jam
14. Pada jam berapa anda berada di apotek ?
a. Antara jam 09.00 ― 13.00
b. Antara jam 13.00 ― 17.00
c. Antara jam 17.00 ― 21.00
d. Lainnya, yaitu ………………………………………………..
15. Dalam satu hari selama jam buka apotek, berapa jam anda berada di apotek ?
a. Kurang dari 2 jam
b. 2 ― 4 jam
c. 5 ― 7 jam
d. Selama jam buka apotek
e. Lainnya, yaitu…………………………………………………
16. Berapa kali rata-rata dalam seminggu anda berada di apotek ?
a 1-3 kali
b 4-6 kali
c setiap hari
17. Seandainya anda terpaksa tidak dapat hadir di apotek apa saja yang biasanya
menjadi halangan anda ?
………………………………………………………………………………….
18. Siapa yang menggantikan anda jika anda berhalangan hadir?
…………………………………………………………..
19. Jika anda sedang bertugas di apotek, pelayanan apa yang anda berikan pada
konsumen? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Melayani resep dokter
b. Membantu menegaskan diagnosis untuk penyakit ringan
c. Membantu memilihkan obat
d. Sumber informasi
e. Lainnya, yaitu…………………………………………………….
20. Selama anda sedang bertugas di apotek, apakah anda selalu ikut terlibat aktif
dalam pelayanan resep pasien ?
a. Tidak
b. Ya
21. Apakah anda yang selalu menyerahkan obat tersebut kepada pasien?
a. Ya, saya yang selalu menyerahkan obat kepada pasien
b. Tidak, kadang yang menyerahkan obat asisten apoteker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
22. Apakah anda selalu memberikan informasi kepada pasien pada waktu anda
menyerahkan obat?
a. Ya
b. Tidak
23. Alasan apa saja yang menyebabkan anda tidak memberikan informasi kepada
pasien saat anda menyerahkan obat ?
a Tidak sempat karena banyaknya pembeli
b. Kurangnya pengetahuan yang anda miliki
c. Pembeli dianggap sudah tahu dari package insert/ kemasan / brosur
d. Pembeli yang kurang aktif bertanya
24. Informasi apa saja yang biasa anda berikan kepada pasien pada waktu anda
menyerahkan obat? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Cara pakai
b. Dosis
c. Efek samping
d. Aturan pakai
e. Indikasi
f. Kontraindikasi
g. Lainnya, sebutkan…………………………………………………...
25. Sumber informasi obat apa yang sekarang tersedia di apotek anda ?
( jawaban boleh lebih dari satu )
a. Farmakope Indonesia
b. IONI
c. DOEN
d. ISO
e. MIMS
f. Textbook farmakoterapi dan klinis
g. Drug Information Handbook
h. Lainnya, sebutkan…………………………………………………..
26. Bagaimana upaya pribadi anda untuk meningkatan pelayanan informasi obat
di apotek anda secara optimal (saat ini)…
b. Menguasai disiplin ilmu farmasi
c. Mempelajari ilmu-ilmu yang terkait dengan pelayanan informasi obat
d. Mempelajari managemen dan komunikasi dalam memberikan
pelayanan informasi obat
e. Bertukar pikiran dengan kolega Apoteker
f. Berdialog dengan pasien
g. Continuing Education
h. Lainnya, sebutkan…………………………………………………
27. Menurut anda apakah perlu membuka / memasang jam konsultasi ?
a. Ya
b. Tidak
28. Apakah anda selalu hadir pada jam-jam konsultasi yang telah ditentukan ?
a. Ya
b. Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
29. Alasan apa yang menyebabkan anda tidak hadir pada layanan jam konsultasi:
a. Pasien tidak berminat untuk layanan konsultasi obat
b. Tidak ada waktu untuk melakukan layanan jam konsultasi
c. Seluruh informasi yang dibutuhkan pasien telah diperoleh dari dokter
yang memeriksanya
d. Lainnya, yaitu…………………………………………………..
30. Menurut anda apakah ada manfaatnya memasang papan jam konsultasi?
a. Ya
b. Tidak
31. Jika ya, apakah manfaat dari membuka layanan/memasang papan layanan jam
konsultasi bagi masyarakat ? ( jawaban boleh lebih dari satu)
a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya guna
mengatasi masalah kesehatan
b. Untuk meningkatkan pengobatan sendiri dengan memilihkan obat
secara tepat, aman dan rasional
c. Untuk mendapatkan obat lebih murah tanpa masyarakat harus datang
ke Dokter
d. Untuk meningkatkan peran apoteker dalam komunikasi, informasi dan
edukasi serta pelayanan kepada masyarakat
32. Apakah anda melayani konsultasi diluar jam konsultasi ?
a. Ya
b. Tidak
33. Menurut anda, apakah keuntungan bagi apoteker apabila pasien berkonsultasi
obat kepada profesi apoteker ?
a. Sebagai bahan untuk legal protection bila dikemudian hari terjadi
klaim atas obat yang diberikan pada pasien
b. Sebagai salah satu “professional dalam team perawatan kesehatan
c. Meningkatkan kepuasan kerja
d. Menjadi mitra pasien dalam pengobatan sendiri
e. Tambahan service untuk menarik konsumen dan meningkatkan daya
saing dan meningkatkan omzet
f. Tidak ada keuntungannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel Hasil Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Kode
responden
Apt 01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
a
v
v
b
1
c
2
d
e
a
b
v
a
3
b
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
b
v
v
v
v
v
v
v
v
v
4
c
v
5
d
e
a
v
v
b
v
v
v
v
d
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
d
v
v
v
c
v
v
v
v
v
v
b
v
v
v
v
v
a
v
v
v
v
7
b
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
a
v
v
v
v
v
v
v
6
c
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
a
v
v
v
v
v
c
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kode
responden
Apt 01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
12
13
14
15
16
17
18
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
19
20
21
22
23
24
25
8
a
v
b
c
d
a
v
v
b
9
c
10
d
e
a
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
12
e
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
11
c d
v
v
v
v
b
v
v
v
v
a
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
b
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
a
18.00-20.00
17.00-19.00
19.00-21.00
09.00-10.00
13.00-15.00
18.00-20.00
17.00-21.00
10.00-12.00
19.00-22.00
17.00-20.00
selama jam
buka apotek
18.30-21.00
12.00-14.00
17.00-20.00
selama jam
buka apotek
17.00-21.00
18.30-21.00
selama jam
buka apotek
17.00-20.00
08.00-13.00
17.00-21.00
17.00-19.00
19.00-21.00
19.00-21.00
13
b c
v
v
d
a
14
b c
v
v
v
v
v
v
d
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Kode
responden
Apt 01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
a
b
15
c d
v
v
e
v
v
a
16
b c
v
v
a
v
17
c d
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
b
v
v
v
v
v
v
a
v
v
v
v
v
v
v
21
b
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
a
v
v
v
v
v
v
e
v
v
v
v
v
20
d
v
v
v
v
v
v
v
v
v
19
c
v
v
v
v
v
v
b
v
v
v
v
v
v
v
v
v
a
v
v
v
v
v
d
v
v
v
v
v
v
c
v
v
v
v
v
b
v
v
v
v
a
v
v
v
v
18
e
v
v
v
v
b
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Kode
responden
Apt 01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
22
a
v
23
b
v
a
v
v
v
v
b
24
c
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
a
v
v
v
b
v
c
25
v
d
v
v
v
v
v
v
e
f
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
b
v
v
v
v
v
v
v
c
v
v
v
v
v
v
v
v
a
v
v
v
v
v
v
v
d
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
26
d
v
v
e
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
a
v
b
c
v
v
v
v
v
f
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
27
d
e
v
v
v
f
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
28
b
a
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
b
v
v
v
v
v
v
v
v
a
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Kode
responden
Apt 01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
29
a
v
v
b
30
c
d
a
v
v
v
v
31
b
a
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
d
v
v
v
v
v
32
c
v
v
v
v
v
v
b
v
v
v
a
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
33
b
a
v
v
b
v
v
v
v
v
v
c
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
d
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
e
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
f
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Download