Laporan Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis Penyelenggara: CIFOR & WWF Indonesia 2 Mei 2007 Hotel Borobudur, Jakarta Panitia Penyelenggara CIFOR: Heru Santoso Daniel Murdiyarso Hety Herawati Yani Saloh Budhy Kristanty Widya Prajanthi WWF-Indonesia: Ari Muhamad Aulia Rahman Laporan Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis Disusun oleh: Hety Herawati Diskusi interaktif ini merupakan kerjasama dari proyek Tropical Forests and Climate Change Adaptation (TroFCCA) - CIFOR, dan proyek UNFCC Implementation – WWF Indonesia. Kedua proyek didanai oleh Komisi Eropa (European Commission). i Daftar Isi Pendahuluan ............................................................... 1 Presentasi:Perubahan Iklim dan Proses UNFCCC (Daniel Murdiyarso,CIFOR) ................................................ 3 Open Space ................................................................. 5 Presentasi: Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan di Indonesia - Upaya Adaptasi (Rizaldi Boer, IPB dan Heru Santoso, CIFOR) .......................... 7 Diskusi Kelompok dengan Sistem Semi Market Place .............. 9 Diskusi tambahan: Kendala dalam Hal Ketersediaan Data, Tulisan dan Liputan tentang Perubahan Iklim ...................... 13 Refleksi (Dino Patti Djalal, Staf khusus Presiden) .............................. 15 Kesimpulan dan Penutup ................................................ 17 LAMPIRAN – LAMPIRAN ii 1. Daftar peserta ....................................................... 19 2. Agenda ................................................................ 23 3. Presentasi 1: Perubahan iklim dan proses UNFCCC ............ 25 4. Deklarasi Gubernur ................................................. 45 5. Presentasi 2: Dampak perubahan iklim dan upaya adaptasi .. 49 6. Presentasi 3: Mencari strategi adaptasi terhadap perubahan iklim di Indonesia dan hambatannya ............................. 59 7. Kesimpulan ........................................................... 61 Pendahuluan Acara Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis ini merupakan kegiatan kerjasama antara CIFOR dan WWF-Indonesia. Acara ini dilaksanakan di Hotel Borobudur, Jakarta pada tanggal 2 mei 2007 dan dihadiri oleh sekitar 28 peserta dari media dan 8 dari non media. Daftar peserta diskusi interaktif dapat dilihat pada lampiran 1. Acara didalam diskusi interaktif ini dapat dikelompokan menjadi 5 kelompok acara yaitu: 1. Pembukaan dan penjelasan mengenai susunan acara Diskusi Interaktif 2. Visulalisasi mengenai perubahan iklim 3. Presentasi 4. Kerja kelompok 5. Penutupan. Pidato pembukaan disampaikan oleh Greg Clough (CIFOR) dan Fitrian Ardiansyah (WWF) yang dilanjutkan dengan penjelasan mengenai susunan acara hari itu oleh Heru Santoso. Dalam acara Diskusi Interaktif ini terdapat 3 presentasi, yang terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama, Perubahan Iklim dan Proses UNFCCC, menjelaskan perubahan iklim secara umum serta upaya masyarakat dunia dalam mengatasi masalah perubahan iklim. Sesi ini mengetengahkan satu presentasi berjudul “Perubahan Iklim dan Proses UNFCCC”, yang disampaikan oleh Prof.Dr. Daniel Murdiyarso. Sesi presentasi yang kedua, berjudul Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan di Indonesia: Upaya Adaptasi, menjelaskan dampak perubahan iklim pada beberapa sektor pembangunan di Indonesia dan perlunya upaya adaptasi untuk mengurangi dampak tersebut. Pada sesi ini disampaikan dua buah presentasi, dengan judul: “Dampak Perubahan Iklim dan Upaya Adaptasi”, oleh Dr. Rizaldi Boer; dan “Mencari Strategi Adaptasi terhadap Perubahan Iklim di Indonesia dan Hambatannya”, oleh Dr. Heru Santoso. Dalam acara visualisasi, 2 cuplikan film mengenai penyebab dan dampak dari pemanasan global ditayangkan. Penayangan ini bertujuan untuk memberikan pencerahan mengenai isu pemanasan global baik mengenai penyebabnya maupun mengenai dampaknya. Kerja kelompok dilaksanakan pertama-tama dengan melakukan “Open Space” dimana peserta diskusi diberikan kesempatan untuk menuliskan dalam kertas karton kecil mengenai topik yang menarik untuk didiskusikan. Setelah itu dilanjutkan dengan semi “Market Place” dimana topik-topik tersebut dikelompokan menjadi 6 kelompok topik diskusi yaitu: 1. Afforestasi dan reforestasi 2. Mengurangi emisi CO2 dari sektor energi 1 3. 4. 5. 6. Adaptasi terhadap perubahan iklim Peran sektor keuangan dan bisnis terhadap perubahan iklim Dampak perubahan iklim Pencegahan deforestasi Diskusi kelompok dilaksanakan dalam 2 sesi. Sesi pertama dilaksanakan dalam 30 menit, untuk mendiskusikan topik nomor 1, 2 dan 3. Setelah diskusi selesai, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Sesi diskusi kelompok kedua dilaksanakan dalam waktu sekitar 30 menit. Karena dalam sesi pertama beberapa kelompok telah mendiskusikan sedikit-banyak topik nomor 5 dan 6 juga, maka pada diskusi sesi kedua yang didiskusikan adalah topik nomor 4 dan dilaksanakan secara plenary. Acara penutupan diawali dengan refleksi mengenai perubahan iklim yang disampaikan oleh Dr. Dino Pati Jalal (Staff khusus Presiden) dan kemudian acara ditutup oleh Prof. Daniel Murdiyarso Agenda lengkap acara Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis dapat dilihat pada lampiran 2. 2 Presentasi: Perubahan Iklim dan Proses UNFCCC (Daniel Murdiyarso, CIFOR) Presentasi Prof. Daniel Murdiyarso adalah seperti yang terlihat dapat lampiran 3. Ringkasan diskusi pada waktu tanya-jawab: • Cina masuk ke dalam Non-Annex 1 dan tidak masuk ke G77 karena Cina mempunyai kepentingan sendiri dan berusaha untuk masuk ke Non-Annex 1 dan tidak masuk ke G77. • Data emisi yang dihasilkan tahun 1997 merupakan data dari 5 tahun sebelumnya. Emisi CO2 Indonesia adalah 800 juta ton (sepersepuluh dari emisi CO2 Amerika Serikat) dan emisi yang berasal dari land use change (alih guna lahan) adalah 600 juta ton. Dengan memasukan emisi dari alih guna lahan, pada saat ini Indonesia merupakan negara pada urutan ketiga yang mengeluarkan emisi CO2 terbanyak dengan jumlah sekitar 34 gigaton. • Sektor energi merupakan penyumbang emisi CO2 yang kecil. Indonesia masih dapat menggunakan energi fosil namun sebaiknya dipakai membangun kapasitas energi bersih. Indonesia tidak punya komitmen menurunkan emisi CO2 namun sebaiknya tidak berfoya-foya mengeluarkan emisi. • Sebagai negara Non-Annex 1, Indonesia bisa masuk grup G77 (negara berkembeng), OPEC, AOSIS ataupun bersuara sendiri sebagai negara berdaulat. • Suhu bertambah 7ºC akan terjadi dengan asumsi bahwa laju pertumbuhan industri dan penduduk pada masa yang akan datang sama dengan laju pertumbuhan pada saat ini. • G77 merupakan grup besar dan setiap anggotanya dapat mempunyai pendapat sendiri-sendiri. AOSIS (organisasi negara negara kepulauan kecil) merupakan contoh kelompok negara yang bagus, pendapatnya banyak yang masuk akal dan strateginya banyak yang efektif. Pada umumnya negosiator AOSIS adalah para pengacara (lawyers). • Sistem Carbon Capture and Storage (CCS) biasanya terdapat pada kegiatan pertambangan (mining) dimana emisi CO2 diinjeksikan kembali oleh suatu alat tertentu. Pihak yang dapat menginjeksikan kembali CO2 itu dapat memperoleh kredit yang dapat dijual. • Setelah 2012 akan dibuat komitmen kedua setelah Kyoto yang akan menentukan kembali jumlah komitmen, siapa saja yang akan berkomitmen, mekanisme nya dan lain-lain. 3 • Stern review menjelaskan bahwa perubahan iklim dapat dihitung secara ekonomi dan ekologi. Pada saat ini di dalam kabinet Indonesia tidak semua orang mengetahui isu perubahan iklim. Walaupun Indonesia tidak perlu mempunyai komitmen, melaksanakan kegiatan yang berwawasan iklim itu merupakan hal yang baik, sebagai contoh adalah menyadari bahwa persawahan irigasi dan pengelolaan sampah seperti di Bantar Gebang itu dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca berupa gas metana. Wartawan mempunyai peran yang besar dalam memberikan pengertian mengenai perubahan iklim terhadap anggota kabinet Indonesia dan masyarakat pada umumnya. • Di COP 13 yang akan dilaksanakan di Bali pada tanggal 3-14 Desembar 2007, akan dibahas 7 topik utama yaitu: adaptasi, mitigasi, pengurangan emisi dari deforestasi (RED), mekanisme keuangan, post 2012 Ad-hoc Working Group (AWG), alih teknologi dan pengembangan kapasitas. Pemerintah Indonesia telah menunjuk institusi yang memimpin masingmasing kelompok diskusi yang membahas topik-topik tersebut, sebagai contoh isu pengurangan emisi dari deforestasi dipimpin oleh Departemen Kehutanan dan diskusi kelompok mengenai isu adaptasi dipimpin oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Di COP setiap negara akan diminta pandangan umum mengenai topik-topik tersebut. • Dalam hubungannya dengan pengurangan emisi dari deforestasi (RED), 3 propinsi di Indonesia yaitu Papua, Papua Barat dan Nanggroe Aceh Darussalam telah menandatangani kesepakatan untuk melaksanakan RED, namun apakah kompensasi dan opportunity cost-nya memadai atau tidak masih belum jelas. Kesepakatan ke tiga propinsi tersebut dapat dilihat di lampiran 4. • Alokasi CDM melalui kegiatan afforestasi dan reforestasi adalah untuk penyerapan 30 juta ton karbon pertahun sedangkan emisi dari deforestasi atau penggundulan hutan dari negara berkembang adalah 1700 juta ton CO2 pertahun atau 60 kali lipat dari jumlah alokasi CDM. Oleh karena itu di COP 11 di Montreal yang lalu mulai difikirkan mengenai pengurangan emisi karbon dari deforestasi (RED) di negaranegara berkembang. 4 Open Space Pada sesi ini peserta diskusi diberi kesempatan untuk mengemukakan mengenai topik yang menarik untuk didiskusikan dan menuliskannya di atas kertas karton kecil. Topik-topik tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 6 kelompok topik sebagai berikut: 1. - Afforestasi dan Reforestasi Penghijauan di kota-kota besar Penghijauan ibu kota Reforestasi dan rehabilitasi lahan (Rifki Sungkar) 2. Mengurangi emisi CO2 dari sektor energi - BBM, atur transportasi dan perumahan yang hemat dan cerdas energi (Rieska Wulandari) - Hindari produk-produk impor (saving energy) (Adianto P. Simamora) - Efisiensi energi dan perubahan iklim (Harry Surjadi) - Penghematan energy? Bagaimana? (Sarah Sayekti) 3. Adaptasi terhadap perubahan iklim - Adaptasi perubahan iklim di level masyarakat: kesiapan komunitas adat, pesisir, petani (Clara Rondonuwu) - Adaptasi: pendanaan, capacity building, pendidikan (Depdiknas) (Brigitta Isworo) - Kemampuan dan posisi Indonesia dalam adaptasi dan mitigasi menghadapi climate change termasuk secara ekonomi peran serta Indonesia dalam carbon trading (Diah Tantri D.) 4. Peran sektor keuangan dan bisnis terhadap perubahan iklim - Kontribusi dunia bisnis/pabrik terhadap global warming (Ulisari Eslita) - Peran sektor keuangan untuk mengurangi dampak perubahan iklim (Drajat Kurniawan) - Kurangi emisi, capacity building, technology transfer - Penelitian mengenai ekonomi dan reduksi emisi (Ella Syafputri) 5. Dampak perubahan iklim - Bumi makin panas bencana mudah datang. Ikut mengkampanyekan cinta lingkungan hidup dan merubah perilaku sendiri (Hananto Satyo) - Suhu bumi makin panas (Okky P. Madasari) - Dampak perubahan iklim, apa yang harus dilakukan Indonesia (Fitrian) - Apa yang sudah dilakukan LSM & pemerintah untuk mengurangi dampak climate change (Pressi Mandari) - Parameter perubahan iklim susah dilihat - Efek perubahan iklim terhadap ancaman tenggelamnya pulau-pulau kecil terluar, kaitannya dengan batas kedaulatan negara (Wiko Rahardjo) 5 6. Pencegahan deforestasi - Deforestatsi, bagaimana memanfaatkan hutan tanpa menghasilkan CO2 yang besar - Pencegahan pembakaran hutan perlu kerjasama semua pihak - Perubahan iklim akibat deforestasi. Bagaimana mencegah deforestasi? 6 Presentasi: Dampak Perubahan Iklim terhadap Pembangunan di Indonesia - Upaya Adaptasi Sektor 1) Dampak Perubahan Iklim dan Upaya Adaptasi (Rizaldi Boer, Laboratorium Klimatologi, Geomet-FMIPA, IPB) Presentasi Dr. Rizaldi Boer dapat dilihat pada lampiran 5. 2) Mencari Strategi Adaptasi terhadap Perubahan Iklim di Indonesia dan Hambatannya (Heru Santoso, Koordinator Proyek TroFCCA untuk Asia Tenggara-CIFOR) Presentasi Dr. Heru Santoso dapat dilihat pada lampiran 6. Ringkasan diskusi pada waktu tanya-jawab (waktu untuk tanya-jawab untuk kedua presentasi tersebut disatukan): • Mengenai kegiatan asuransi untuk kegiatan pertanian dijelaskan bahwa kegiatan pertanian memiliki resiko yang tinggi sehingga jika akan dimasukan ke program asuransi, preminya akan tinggi dan petani tidak akan mampu untuk membayar premi tersebut. Cara lain untuk melakukannya adalah Pemerintah yang membayar premi atau dengan sistem asuransi untuk koperasi. Sistem/model asuransi yang paling tepat untuk kegiatan pertanian di Indonesia sampai masih belum diketahui. Program asuransi untuk kegiatan pertanian memerlukan peningkatan teknologi prakiraan cuaca sebagai contoh dengan menginformasikan prediksi perubahan iklim 2-3 bulan sebelumnya. • Pemberitaan mengenai perubahan iklim tidak perlu melihat 25-50 tahun ke depan tapi dapat dilihat dimasa sekarang seperti kekeringan yang disebabkan oleh El Niño. Sebagai contoh yang terjadi pada tahun 2003 kekeringan yang disebabkan oleh El Niño mengakibatkan petani prasejahtera di Indramayu pendapatannya turun 14 %. Contoh lain adalah kebakaran hutan dan longsor di Indonesia yang ada hubungannya dengan perubahan iklim. • Oleh karena perubahan iklim mempunyai dampak yang besar terhadap sektor pertanian, maka di sentra-sentra produksi perlu dilakukan kegiatan adaptasi seperti membuat jaringan irigasi baru. • Kegiatan adaptasi terhadap perubahan iklim pada saat ini cenderung dengan melakukan kegiatan Early Warning System (EWS). BMG merupakan institusi yang mempunyai kemampuan dan wewenang di bidang itu dan kegiatannya telah mengarah pada hal tersebut. 7 • EWS merupakan salah satu kegiatan pengelolaan bencana namun respon masyarakat terhadap EWS berbeda beda. Sebagai contoh adalah pada kasus banjir di Jakarta, walaupun sudah ada EWS, masyarakat baru bereaksi setelah banjir mulai menggenangi rumahnya. • Di sektor pertanian EWS ini akan sangat berguna, sebagai contoh jika diinformasikan bahwa musin akan berakhir cepat karena El Niño, petani yang biasanya menanam padi dapat mengganti dengan menanam kedelai walaupun faktor pendukung seperti ketersediaan benih masih perlu diperbaiki. • Adaptasi terhadap perubahan iklim sebaiknya digabungkan dengan rencana pengelolaan bencana (disaster management plan). Sekarang sudah ada Undang-Undang Bencana yang memungkinkan pencairan dana (stand by fund) untuk melaksanakan kegiatan antisipasi. Sebelumnya dana hanya dapat dikeluarkan jika bencana telah terjadi. 8 Diskusi Kelompok dengan Sistem Semi Market Place Diskusi kelompok ini dilaksanakan dalam dua sesi. Sesi pertama dialokasikan untuk mendiskusikan topik nomor 1, 2 dan 3, kemudian sesi kedua diperuntukan untuk mendiskusikan topik 4, 5 dan 6. Pada sesi pertama perserta diskusi interaktif bebas bergabung dengan kelompok yang topiknya sesuai dengan ketertarikan mereka. Setiap kelompok diskusi diminta untuk mengidentifikasi: - Masalah yang ada - penyelesaian masalah yang mungkin dilakukan - peran wartawan yang dapat dilakukan Berikut adalah anggota dan hasil diskusi dari masing masing kelompok pada sesi diskusi kelompok pertama: 1. Afforestasi dan reforestasi Anggota: Rifki Sungkar, Budhi Kurniawan, Presi Mandiri, Fitrian Ardiansyah, Ella Syafputri Identifikasi masalah: - Ada 50 % hutan di Indonesia rusak (54 juta hektar) dan laju deforestasi 2,8 juta hektar/tahun - Laju rehabilitasi 300 ribu- 400 ribu hektar/tahun - Ruang terbuka hijau menyusut terus (Jakarta – 9 %) - Rate of survival dipertanyakan/ gagal - Sulit untuk menggunakan mekanisme CDM Keterkaitan dengan perubahan iklim: - Tumbuhan menyerap CO2 - Hutan rusak menyumbang pada emisi CO2 - Hutan membemtuk iklim mikro - Hutan punya fungsi lain sepeti fungsi hidrologis dan ekologis Penyelesaian: - Insetif bagi Pemda dan community yang melakukan rehabilitasi lahan - Kegiatan reforestasi perlu mempertimbangkan keuntungan bagi masyarakat - Perlu law enforcement untuk kegiatan illegal logging - Memanfaatkan mekanisme selain CDM - Memperbanyak taman, mengubah orientasi berfikir menjadi: taman adalah asset - Gerakan menanam pohon Peran Wartawan: - Menambah porsi berita - Menjadi watchdog proyek reforestasi 9 2. Mengurangi emisi CO2 dari sektor energi Anggota: Herwanto Prabowo, Erwin, Harry Surjadi, Ifrar, Oni. B, Mustolih Mus, Arie Muhamad Identifikasi masalah: - Dominasi penggunaan fosil fuel (sektor transportasi dan industri) - Efisiensi rendah (penggunaan kendaraan bermotor pribadi, industri, hotel, dll.) - Kebijakan yang tidak pro lingkungan - Kurangnya sosialisasi energi bersih dan renewable (terbarukan) - Program jangka panjang untuk energi tidak ada Penyelesaian masalah: - Meningkatkan kesadaran publik dan pemerintah mengenai: efisiensi energi, public transport/ manajemen transportasi - Mendesakkan isu lingkungan kepada (calon) penentu kebijakan Peran Wartawan: - Membaca - Menulis - Jaringan wartawan - Mendesak adanya kolom isu climate Ringkasan diskusi plenary: • Sebagai salah satu kegiatan adaptasi dapat dibuat sumur resapan air di setiap pemukiman dan perkantoran. • Perlu dibuat sistem transportasi yang terintegrasi. • Kebijakan industri kelihatannya didikte oleh industri mobil. Perlu dikembangkan moda transportasi masal. • Pengurangan emisi CO2 dapat juga dilaksanakan dengan mengijinkan pegawai untuk kerja di rumah, misalnya dua hari dalam seminggu. 3. Adaptasi terhadap perubahan iklim Anggota: Widia Lastiana, Brigitta Isworo, Rieska Wulandari, Dani, Dinda Jouhana, Aulia Rahman, Drajat Kurniawan Identifikasi climate change/ global warming: - Sea level rise - Drought - Pemutihan karang 10 - Longsor karena curah hujan naik Banjir Topan/ badai Penyakit yang disebabkan vektor hewan seperti malaria dan demam berdarah dengeu Jumlah kebakaran hutan naik Gagal panen Krisis air bersih Kemiskinan bertambah Permasalahan: - Awareness stakeholders (birokrat, corporate, publik/masyarakat, media) masih rendah - Policy pembangunan yang tidak ramah lingkungan - Kemampuan keuangan dan kapasitas yang tidak memadai - Lifestyle masyarakat yang tidak ramah lingkungan - Ketidak tersediaan data: where to get, who can be contacted, access to data, data source - Kurangnya koordinasi antar stakeholder Peran Wartawan: - Kampanye di masing-masing media - Sharing knowledge tentang: local wisdom untuk beradaptasi; cerita dari climate witness - Menggugat kebijakan publik yang tidak berwawasan adaptasi (sebagai watchdog) Ringkasan diskusi plenary: • Walaupun data mengenai perubahan iklim belum lengkap ada baiknya masyarakat mulai mengantisipasi kemungkinan perubahan iklim (precautionary actions). • Ada local wisdom (kearifan local) yang berhubungan dengan perubahan iklim yang dapat digali seperti di Peru. Kalau tidak ada dana untuk menangani perubahan iklim, dapat dikerjakan dengan cara gotongroyong. • Menulis mengenai perubahan iklim dapat tetap dilaksanakan walupun datanya tidak lengkap, namun cukup dari fakta-fakta di lapangan. Dengan demikian, banyak yang dapat ditulis dari setiap masalah lingkungan. 11 4. Peran sektor keuangan dan bisnis terhadap perubahan iklim Seperti yang terlihat pada hasil diskusi di atas, pada sesi diskusi kelompok yang pertama sebagian kelompok telah mediskusikan topik nomor 5 yaitu “Dampak perubahan iklim” dan topik nomor 6 yaitu “Pencegahan deforestasi”. Oleh karena itu pada sesi diskusi kelompok yang kedua diskusi hanya dilakukan untuk membahas topik nomor 4. Topik nomor 4 ini tidak didiskusikan dalam bentuk diskusi kelompok namun dalam plenary dan berikut adalah ringkasan diskusinya. Ringkasan diskusi: • Di negara lain sektor bisnis seperti bisnis pakaian dapat memberikan kontribusi terhadap pengurangan emisi dari pemakaian energi di hotelhotel, tempat-tempat pertemuan, perkantoran dan perumahan. Caranya adalah dengan mengadakan peragaan busana yang memamerkan baju tebal untuk musim dingin sehingga pemanasan ruangan di hotel, ruang pertemuan, kantor dan rumah cukup hingga suhu 15 ºC. Begitu pula pakaian yang tipis dan nyaman untuk daerah tropis/ panas sehingga pendinginan ruangan cukup hingga suhu 27ºC saja. • Langkah lain adalah dengan memberikan informasi tambahan kepada masyarakat mengenai efek suatu produk yang diiklankan. Sebagai contoh sekarang cukup gencar iklan mengenai mobil SUV dengan mesin berukuran besar (bukan mobil hybrid). Kita perlu juga mengiklankan dampak mobil tersebut terhadap pemanasan global, misalnya dengan mengiklankan bahwa pemakaian mobil tersebut akan menyumbangkan pemanasan global sekitar 2ºC. • Di kantor dapat juga dilakukan penghematan kertas dengan memakai amplop untuk pemakaian internal secara berulang-ulang, memanfaatkan kertas fotocopy/ printing bekas dan mencetak bolak-balik. Kampanye dapat dimulai dalam skala yang kecil. Di perguruan tinggi, efisiensi ini dapat dilaksanakan dengan mencetak draft skripsi dengan kertas ukuran A5, tulisan dicetak satu spasi dan ukuran huruf yang lebih kecil. • Mendorong perusahaan untuk memanfaatkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan-kegiatan yang behubungan dengan lingkungan seperti pembuatan taman dan ruang terbuka hijau. 12 Diskusi Tambahan: Kendala dalam Hal Ketersediaan Data, Tulisan dan Liputan tentang Perubahan Iklim Diskusi tambahan dilaksanakan secara plenary untuk membahas kendala mengenai ketersedian data, tulisan dan berita yang berhubungan dengan perubahan iklim. Berikut adalah ringkasan dari hasil diskusi: • Institusi-institusi yang bergerak dalam kegiatan yang behubungan dengan perubahan iklim dianjurkan untuk menghasilkan tulisan mengenai perubahan iklim yang mudah dimengerti. • Pemuatan berita mengenai perubahan iklim dipengaruhi juga oleh ketertarikan editor terhadap masalah tersebut sehingga dianjurkan untuk mengadakan kegiatan diskusi interaktif serupa untuk kalangan para editor, dan menyampaikan tema persoalan ini di acara media gathering atau mengunjungi redakturnya untuk memberikan pencerahan tentang persoalan perubahan iklim. Media merupakan sarana yang sangat penting dalam menciptakan paradigma di masyarakat. • Penulis luar (bukan penulis dari media tersebut) dalam menulis mengenai suatu topik seperti perubahan iklim dianjurkan untuk membuat tulisan dalam bahasa yang bersifat umum (bahasa keseharian), yang popular dan sederhana. • Keberadaan data sebetulnya dapat digali melalui internet. Sebagai contoh untuk isu lingkungan dan sains dapat dilihat di alamat situs: www.eurekalert.org. Kemudian release dari berbagai ilmu pengetahuan dapat dilihat di situs “Jornal of Science” Amerika. Artikel komplitnya keluar satu minggu sebelum diterbitkan. Setelah mengambil informasi dari situs internet, wartawan dapat menemui tenaga ahli dalam bidang tersebut dan minta masukan. • Press release dari institusi-institusi yang berkaitan dengan perubahan iklim di luar negeri biasanya isinya global dan sulit untuk diterjemahkan ke dalam konteks Indonesia. Institusi-institusi atau NGO-NGO di Indonesia dianjurkan untuk membuat berita yang lebih berwawasan Indonesia. • WWF (Ari Muhamad) telah menyatakan kesediaannya untuk membiayai dan menyelenggarakan kegiatan lanjutan atau tambahan untuk wartawan jika wartawan masih memerlukan kegiatan lanjutan/ tambahan (workshop/ seminar) yang berhubungan dengan masalah perubahan iklim seperti mengenai energi atau deforestasi. 13 • 14 Brigitta Isworo menyampaikan topik untuk dibahas dalam pertemuan lanjutan, yaitu ”Mengurangi emisi CO2 dari sektor energi dengan merubah gaya hidup (lifestyle)”. Mengenai kampanye tentang pembangunan yang berkelanjutan seharusnya Pemerintah seperti Kementerian Negara Lingkungan Hidup juga dapat melakukannya. Refleksi (Dino Patti Djalal, Staff Khusus Presiden) Dalam refleksinya Dr. Dino Patti Djalal menyampaikan bahwa beliau sangat menghargai inisiatif untuk melaksanakan kegiatan diskusi interaktif ini. Pemanasan global (dan perubahan iklim) dapat dikatakan merupakan persoalan baru di Indonesia. Persoalan ini merupakan hal yang menarik dan semakin penting. Seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah UNFCCC COP 13 yang sebelumnya direncanakan di Thailand. Perubahan iklim ini dampaknya langsung berkaitan dengan kepentingan nasional, dan Indonesia sudah mulai menangani hal-hal yang berhubungan dengan masalah ini. Sebagai contoh pemerintah telah menangani masalah illegal logging (pembalakan liar) dan deforestasi. Hal-hal yang dapat kita lakukan dalam menghadapi ancaman perubahan iklim ini adalah dengan melaksanakan kegiatan peningkatan public awareness (kepedulian masyarakat) dan membuat kebijakan yang benar. Indonesia perlu memiliki kebijakan yang jelas dan tepat. Lebih baik memiliki lebih sedikit kebijakan tetapi dapat dilaksanakan di lapangan daripada membuat banyak kebijakan tetapi tidak dapat dijalankan. Pemerintah Indonesia berusaha untuk mengontrol emisi karbon dari negara kita. Pada saat ini kita berada di posisi nomor 4 yang emisi karbonnya terbanyak. Dan salah satu penyumbang emisi yang besar adalah adanya kebakaran hutan dan pembalakan liar. Tujuh puluh lima persen dari keseluruhan emisi Carbon ini berasal dari industri dan 25 % nya dari kebakaran hutan dan alih guna lahan, dan Indonesia adalah salah satu penyumbang emisi yang besar. Oleh karena itu pembalakan liar perlu terus ditangani, laju deforestasi perlu diturunkan dan kegiatan reforestasi perlu di tingkatkan. Walaupun pemerintah punya konsep yang jelas, ternyata untuk menjalankan konsep sampai pada tingkat bawah masih sulit. Wartawan punya peran strategis dalam mendorong percepatan pelaksaan konsep karena wartawan dapat memacunya kapan saja dan pada tingkat manapun, dan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat. Indonesia kelihatannya mempunyai budaya fatalistis dimana baru tergerak untuk melakukan sesuatu jika sudah ada korban jiwa seperti yang terjadi pada kasus tsunami. Persoalan perubahan iklim merupakan persoalan yang perlu ditangani secara serius namun persoalan ini tidak mudah dimengerti oleh orang awam. Sebagai contoh jika di informasikan bahwa pada tahun 2100 suhu akan meningkat 1,4 - 5,6ºC banyak orang akan berfikir bahwa hal itu tidak terlalu penting karena pada waktunya mereka sudah meninggal dan tidak akan 15 terkena dampaknya. Namun demikian kita tetap harus berusaha untuk mengingatkan tentang pentingnya melakukan antisipasi terhadap kemungkinan perubahan iklim. Politisi biasanya hanya berfikir dalam jangka pendek. Selain itu mereka akan menangani masalah perubahan iklim dengan mempertimbangkan keuntungannya bagi mereka. Oleh karena itu kita perlu meyakinkan politisi mengenai pentingnya masalah perubahan iklim. Caranya adalah dengan memberikan pencerahan ke partai-partai politik di DPR. Selain itu kerjasama dengan negara-negara yang banyak memiliki hutan tropis seperti Brazil, Conggo, PNG dan Malasyia juga sangat penting. Kita perlu membangun teknologi energi bersih. Nampaknya selama ini kita tidak menganggarkan dana untuk kegiatan penelitiandan pengembangan untuk kegiatan ini. Batubara merupakan sumber energi yang tidak bersih, dan kita tidak tahu apakan teknologi pemanfaatan batubara yang lebih bersih akan cepat kita kuasai atau tidak. Beberapa contoh sumber energi yang bersih adalah pembangkit listrik tenaga angin dan surya. Kita tidak tahu berapa lama kita dapat beralih dari pemakai energi bahan bakar fosil menjadi pemakai energi bersih. Pada saat ini banyak industri seperti Industri mobil (Ford, Honda, dll) yang telah mengembangkan teknologi yang lebih bersih seperti dengan memproduksi mobil hybrid. 16 Kesimpulan dan Penutup Dalam sesi ini Bapak Daniel Murdiyarso menyampaikan kesimpulan dari kegiatan diskusi interaktif dan menutup acara diskusi interaktif tentang perubahan iklim untuk jurnalis. Kesimpulan dari acara ini dapat dilihat pada lampiran 7. 17 Lampiran 1 Daftar Peserta Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis CIFOR - WWF Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis 2 Mei 2007, Hotel Borobudur, Jakarta No. NAME TITLE INSTITUTION ADDRESS TEL FAX EMAIL WEBSITE MEDIA 1 Cininta Analen Reporter Jurnal Nasional PT. Media Nusa Pradana, Jl. Pemuda No. 34, Jakarta JIJI Press Jakarta Bureau, Wisma Kyoei Prince # 2104, Jl. Jend. Sudirman Kav. 3, Jakarta 10220 021 4706233 ext 424 021 47862481 [email protected] www.jurnalnasional.com 2 Rieska Wulandari Reporter JIJI Press (Japanese News Agency) 021 572 3309 021 572 3311 [email protected] www.jiji.com 3 Presi Mandiri Journalist Agence France-Presse (AFP) 17th Flr, Deutsche Bank Bldg, 80 Jalan Imam Bonjol, Jakarta 021 31936082, 3107443 021 3809188 [email protected] 4 Dinda Jouhana Reporter Los Angeles Times LA Times Jakarta Bureau, Deutsche 021 3983 1508 Bank Building, 13# Flr 1301 E, Jalan Imam Bonjol 80, Jakarta 021 3983 1507 [email protected] 5 Hananto Satyo Journalist Hager International GmbH 021 9300 9794 021 7720 1065 [email protected] 6 Angela H. Wahyuningsih Senior Editor Femina magazine 021 5209366 [email protected] 7 Bayu Wardhana Administrator Wikimu 021 5260790 [email protected] 8 Sarah Sayekti NRC Handelsblad 021 7867315 [email protected] 9 Ulisari Eslita Assistant Correspondent Reporter Globe Asia Magazine 021 5745671 [email protected] 10 Alois Wisnuhardana Journalist Tabloid Rumah 021 5323759 [email protected] 11 Agustinus (Jojo) Eko Rahardjo Journalist CVC Network Ltd Jl. Palmerah Selatan No. 12 Lt.2, 021 5483008 Jakarta 10270 Jl. RP Soeroso No. 24, 3rd Floor 021 3900039 Gedung Istana Kana, Jakarta 10330 021 3905610 [email protected] 12 Adianto P. Simamora Journalist The Jakarta Post Jalan Palmerah Selatan 15, Jakarta 10270 021 5350050 [email protected] 13 14 Adi Seno Ella Syafputri Sinar Harapan LKBN Antara Journalist Journalist 021 5266666 PT. Gaya Favorit Press, Jl. HR Rasuna Said Kav. 32-33, Jakarta 12910 PT. Puspa Intimedia Internusa, 021 5260758, 0817 RIFA Building 4th Flr, Jl. Dr. Satrio 128615 Blok C4 Kav 6-7, Kuningan, Jakarta 12950 Jl. Kemang Timur Dalam F14A, Jakarta 12370 Aston hotel Sudirman, Tower A 2nd Flr., Jl. Garnisun Dalam no. 8, Karet Semanggi, Jakarta 12930 021 71793464, 08129231580 021 5745686, 0816 3111 714 021 5300476 Wisma ANTARA Lt 19-20, Jl Medan (021) 3459173, 3802383, 3812043, Merdeka Selatan No. 17, Jakarta 3814268, 3522178 10110 (021) 3840907, 3865577, 3522178 [email protected] [email protected] 19 CIFOR - WWF Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis 2 Mei 2007, Hotel Borobudur, Jakarta No. NAME TITLE INSTITUTION 15 Fenny Budiman Journalist Agro Indonesia 16 17 Brigitta Isworo Budhi Kurniawan Senior Journalist Reporter KOMPAS KBR 68H 18 Widia Lastiana Reporter BRAGA-PILI magazine 19 20 Journalist Kontributor Dow Jones SatuDunia.net 21 22 Fawziah Selamat Diah Tantri Dwiandani Drajat Kurniawan Rifki Sungkar Journalist Journalist Stabilitas Magazine Griya Asri magazine 23 24 25 26 27 Clara Rondonuwu Iyus Kusriadi Nanda Okky P. Madasari Harry Surjadi Journalist Journalist Journalist Journalist 28 Mustolih Mus Media Indonesia WOM magazine Inview magazine Jurnas Society of Indonesian Environmental Journalist Tabloid Realita (Grup Media Nusantara Citra/MNC) ADDRESS TEL FAX Jl. Asem Baris Raya No. 52, Blok 021 8313645 II/14, Tebet, Jakarta Selatan 12830 021 8313773 EMAIL WEBSITE [email protected] [email protected] [email protected] Jl.Utan Kayu No. 68H, Jakarta 13120 Tumenggung Wiradireja, Cimahpar, Bogor Jakarta Bureau [email protected] 0815 9149848 [email protected] [email protected] Jl. Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan [email protected] [email protected] [email protected] www.inviewmagazine.com 0818 02779034 Pesona Depok 0815 8020307 [email protected] NON MEDIA 29 Dino Patti Djalal 30 Dr. Rizaldi Boer 31 Tiza Mafira 32 33 Agus Puyi D.E Nugroho 34 Caroline Copper 35 Oni B. 36 Herwanto Prabowo 20 Presidential Spokeperson Presidential Palace, Bina Graha Building 2nd Floor, Jl. Veteran No. 16 Jakarta 10110 Jl. Raya Pajajaran Bogor, Indonesia 0811117660, 313709 Office of the Special Staff of the President for International Affairs Head of Laboratory of IPB Climatology Presidential Staff Office of the Special Staff of the President for International Affairs Humas MenLH HIMPASCA University of Indonesia HLUL Communication UNDP Manager In charge for BPPT BPPT Bulletin Gedung BPPT 20th Flr, Jl. MH Thamrin No. 8, Jakarta 10340 [email protected] In charge for BPPT Bulletin Gedung BPPT 20th Flr, Jl. MH Thamrin No. 8, Jakarta 10341 [email protected] BPPT Presidential Palace, Bina Graha Building 2nd Floor, Jl. Veteran No. 16 Jakarta 10110 021 384 5001 ext 099/590 08568700075 [email protected] 021 231 4142 [email protected] [email protected] www.presidensby.info CIFOR - WWF Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis 2 Mei 2007, Hotel Borobudur, Jakarta No. NAME TITLE INSTITUTION ADDRESS TEL FAX EMAIL Kantor Taman A9, Unit A-1, Jl. Mega Kuningan Lot8-9/A9, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta 12950 Kantor Taman A9, Unit A-1, Jl. Mega Kuningan Lot8-9/A9, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta 12951 Kantor Taman A9, Unit A-1, Jl. Mega Kuningan Lot8-9/A9, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta 12952 021 5761070 021 5761080 22 5761070 22 5761080 23 5761070 23 5761080 [email protected] Kantor Taman A9, Unit A-1, Jl. Mega Kuningan Lot8-9/A9, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta 12952 Kantor Taman A9, Unit A-1, Jl. Mega Kuningan Lot8-9/A9, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta 12953 23 5761070 23 5761080 [email protected] 24 5761070 24 5761080 [email protected] 0251-622622 0251-622100 [email protected] 0251-622622 0251-622100 [email protected] 0251-622622 0251-622100 [email protected] 0251-622622 0251-622100 [email protected] 0251-622622 0251-622100 [email protected] 0251-622622 0251-622100 [email protected] 0251-622622 0251-622100 [email protected] WEBSITE WWF 37 Fitrian Ardiansyah 38 Ifrar 39 Arie Muhammad 40 Verena Puspawardani 41 Aulia Rahman Program Director for Climate Change & Energy WWF WWF Koordinator Nasional WWF UNFCCCC Implementation Climate & Energy Programme WWF Project Officer, The UNFCCC Implementation Project WWF CIFOR [email protected] CIFOR 42 Daniel Murdiyarso Scientist, ENV 43 Heru Santoso 44 Hety Herawati SEA TroFCCA CIFOR Coordinator, ENV Research Officer, ENV CIFOR 45 Greg Clough 46 Yani Saloh 47 Budhy Kristanty 48 Widya Prajanthi Communication Specialist Public awareness officer Information service assistant Communication asistant CIFOR CIFOR CIFOR CIFOR Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang Bogor Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang Bogor Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang Bogor Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang Bogor Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang Bogor Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang Bogor Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang Bogor 21 Lampiran 2 Agenda Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis Susunan Acara Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis Jakarta, 2 Mei 2007 Ambon & Ceram Room, 19th Floor Hotel Borobudur, Jakarta Pusat 09.00 – 10.00 Registrasi dan rehat kopi 10.00 – 10.30 Pembukaan: Greg Clough, CIFOR Penjelasan rangkaian acara: Dr. Heru Santoso, CIFOR 10.30 – 10.40 Visualisasi: Dampak Pemanasan Global (CIFOR-WWF) 10.40 – 11.25 (45’) Presentasi: Perubahan iklim dan Proses UNFCCC (Dr. Daniel Murdiyarso, CIFOR) dilanjutkan dengan diskusi Moderator: Brigitta Isworo, Kompas 11.25 – 11.40 (15’) Visualisasi: Dampak Pemanasan Global (WWF) How does electricity and car affect climate change? (CIFOR-WWF) 11.40 – 12.00 Open Space: Pengarahan, Dr. Heru Santoso, CIFOR dan Ari Muhamad, WWF Indonesia Market Place dan pemilihan topik Makan siang 12.00 – 13.00 13.00 – 13.45 (45’) 13.45 – 15.00 15.00 – 15.15 15.15 – 16.00 16.30 – 17:00 Presentasi: Dampak perubahan iklim terhadap sektor pembangunan di Indonesia: Upaya adaptasi (Dr. Rizaldi Boer, Geomet FMIPA-IPB dan Dr. Heru Santoso, CIFOR) Moderator: Harry Surjadi, SIEJ Market Place: (Diskusi kelompok sesuai topik yang dipilih) Pemahaman terhadap masalah Perubahan Iklim Peran wartawan terhadap masalah ini Rehat Kopi Plenary: Presentasi hasil diskusi dari masing-masing kelompok Peran yang bisa diambil oleh wartawan untuk meningkatkan kesadaran publik dan pembuat kebijakan terhadap isu ini Refleksi: Dr. Dino Patti Djalal, Staff Khusus Presiden (invited) Kesimpulan dan Penutup: Dr. Daniel Murdiyarso, CIFOR 23 Informasi singkat mengenai narasumber dan moderator: 24 Dr. Dino Patti Djalal, Staff Khusus Presiden untuk Hubungan Luar Negeri Prof. Dr. Daniel Murdiyarso, Peneliti Senior CIFOR dan Guru Besar Atmospheric Science di IPB (Mantan Deputi Menteri lingkungan Hidup dan kepala negosiasi UNFCCC; Mantan National Focal Point untuk UNFCCC; Convening Lead Author, IPCC 3rd Assessment Report, IPCC Special Report on LULUCF, Review Editor IPCC 4th Assessment Report) Dr. Rizaldi Boer, Geomet FMIPA-IPB, Sekretaris perhimpunan Agrometeorologi (tbc) Dr. Heru Santoso, Koordinator Asia Tropical Forest and Climate Change Project, CIFOR Ari Muhamad, Koordinator Nasional UNFCCC Implementation Climate & Energy Programme, WWF Indonesia Moderator: Harry Surjadi, Executive Director, The Society of Indonesian Environmental Journalist dan Brigitta Isworo (wartawan senior kompas) Lampiran 3 Presentasi: Perubahan Iklim dan Proses UNFCCC (Daniel Murdiyarso, CIFOR) 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 Lampiran 4 Deklarasi Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Papua dan Papua Barat mengenai Perubahan Iklim 45 46 47 48 Lampiran 5 Presentasi: Dampak Perubahan Iklim dan Upaya Adaptasi (Rizaldi Boer, Laboratorium Klimatologi, Geomet-FMIPA, IPB) 49 50 51 52 53 54 55 56 57 Lampiran 6 Presentasi: Mencari Strategi Adaptasi terhadap Perubahan Iklim di Indonesia dan Hambatannya (Heru Santoso, Koordinator TroFCCA untuk Asia Tenggara-CIFOR) 59 60 Lampiran 7 Kesimpulan Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis Kesimpulan Diskusi Interaktif Jurnalis Menjadi Komunikator yang Efektif tentang Isu Perubahan Iklim Pada tanggal 2 Mei 2007, WWF dan CIFOR menyelenggarakan Diskusi Interaktif untuk para Jurnalis. Diikuti oleh 40 jurnalis diskusi diawali dengan visualisasi video tentang Perubahan Iklim Global, dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi. Selanjutnya para peserta juga berkesempatan mendiskusikan beberapa topik pilihan mereka sendiri dalam kelompok kecil. Tujuan Diskusi adalah: • Mempersiapkan diri dalam mencermati isu-isu aktual dalam perubahan iklim berkaitan dengan persiapan dan pelaksanaan COP13-UNFCCC di Bali; • Mengkritisi berbagai kebijakan publik yang tidak sejalan dengan upaya global dan nasional untuk mengatasi dampak perubahan iklim, serta kemacetan birokrasi yang menghambat pelaksanaan kebijakan tersebut; • Membantu upaya peningkatan pemahaman masyarakat dalam persoalan perubahan iklim melalui pemberitaan informasi yang benar dan tepat. Beberapa isu (energi, adaptasi, mitigasi, deforestasi, dunia bisnis dan keuangan) diangkat dalam diskusi kelompok dan dipresentasikan dalam pleno. Peserta menyadari bahwa: • Masyarakat dan pengambil kebijakan memerlukan informasi yang baik dan benar agar mereka dapat terlibat dan berpartisipasi secara tepat; • Perubahan iklim bukanlah masalah lingkungan semata, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi, bahkan keamanan dalam tataran lokal, nasional dan global; • Dalam hal ini Jurnalis memiliki kesempatan yang luas untuk mengangkat berita, artikel dan analisis yang terkait perubahan iklim dan dampaknya; • COP13 di Bali merupakan kesempatan yang baik untuk mulai meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengambil kebijakan. Hambatan: • Kesulitan memperoleh informasi dan data yang mutakhir dan yang akurat serta nara sumber yang handal; • Pengambilan keputusan dan skala prioritas dalam pemuatan berita dengan Editor media masing-masing. Para Jurnalis juga menyadari bahwa mereka dapat melakukan tindakan praktis dan konkrit sesuai dengan profesi mereka dengan cara: • Tidak mendorong pemuatan iklan produk yang tidak ramah lingkungan dalam media yang dikelola; • Mengkampanyekan gaya hidup yang ramah lingkungan melalui korporasi; • Berlaku kritis tentang Corporate Social Responsibility (CSR) dalam praktek; • Mempraktekkan reduce, re-use, recyle dalam perilaku kehidupan sehari-hari. 61