Laporan diskusi interaktif tentang perubahan iklim untuk jurnalis

advertisement
Laporan
Diskusi Interaktif tentang Perubahan
Iklim untuk Jurnalis
Penyelenggara:
CIFOR & WWF Indonesia
2 Mei 2007
Hotel Borobudur, Jakarta
Panitia Penyelenggara
CIFOR:
Heru Santoso
Daniel Murdiyarso
Hety Herawati
Yani Saloh
Budhy Kristanty
Widya Prajanthi
WWF-Indonesia:
Ari Muhamad
Aulia Rahman
Laporan Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis
Disusun oleh: Hety Herawati
Diskusi interaktif ini merupakan kerjasama dari proyek Tropical Forests and Climate Change
Adaptation (TroFCCA) - CIFOR, dan proyek UNFCC Implementation – WWF Indonesia. Kedua
proyek didanai oleh Komisi Eropa (European Commission).
i
Daftar Isi
Pendahuluan ...............................................................
1
Presentasi:Perubahan Iklim dan Proses UNFCCC
(Daniel Murdiyarso,CIFOR) ................................................
3
Open Space .................................................................
5
Presentasi: Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor
Pembangunan di Indonesia - Upaya Adaptasi
(Rizaldi Boer, IPB dan Heru Santoso, CIFOR) ..........................
7
Diskusi Kelompok dengan Sistem Semi Market Place ..............
9
Diskusi tambahan: Kendala dalam Hal Ketersediaan Data,
Tulisan dan Liputan tentang Perubahan Iklim ......................
13
Refleksi
(Dino Patti Djalal, Staf khusus Presiden) ..............................
15
Kesimpulan dan Penutup ................................................
17
LAMPIRAN – LAMPIRAN
ii
1. Daftar peserta .......................................................
19
2. Agenda ................................................................
23
3. Presentasi 1: Perubahan iklim dan proses UNFCCC ............
25
4. Deklarasi Gubernur .................................................
45
5. Presentasi 2: Dampak perubahan iklim dan upaya adaptasi ..
49
6. Presentasi 3: Mencari strategi adaptasi terhadap perubahan
iklim di Indonesia dan hambatannya .............................
59
7. Kesimpulan ...........................................................
61
Pendahuluan
Acara Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis ini
merupakan kegiatan kerjasama antara CIFOR dan WWF-Indonesia. Acara ini
dilaksanakan di Hotel Borobudur, Jakarta pada tanggal 2 mei 2007 dan
dihadiri oleh sekitar 28 peserta dari media dan 8 dari non media. Daftar
peserta diskusi interaktif dapat dilihat pada lampiran 1.
Acara didalam diskusi interaktif ini dapat dikelompokan menjadi 5 kelompok
acara yaitu:
1. Pembukaan dan penjelasan mengenai susunan acara Diskusi Interaktif
2. Visulalisasi mengenai perubahan iklim
3. Presentasi
4. Kerja kelompok
5. Penutupan.
Pidato pembukaan disampaikan oleh Greg Clough (CIFOR) dan Fitrian
Ardiansyah (WWF) yang dilanjutkan dengan penjelasan mengenai susunan
acara hari itu oleh Heru Santoso.
Dalam acara Diskusi Interaktif ini terdapat 3 presentasi, yang terbagi dalam
dua sesi. Sesi pertama, Perubahan Iklim dan Proses UNFCCC, menjelaskan
perubahan iklim secara umum serta upaya masyarakat dunia dalam
mengatasi masalah perubahan iklim. Sesi ini mengetengahkan satu
presentasi berjudul “Perubahan Iklim dan Proses UNFCCC”, yang
disampaikan oleh Prof.Dr. Daniel Murdiyarso.
Sesi presentasi yang kedua, berjudul Dampak Perubahan Iklim terhadap
Sektor Pembangunan di Indonesia: Upaya Adaptasi, menjelaskan dampak
perubahan iklim pada beberapa sektor pembangunan di Indonesia dan
perlunya upaya adaptasi untuk mengurangi dampak tersebut. Pada sesi ini
disampaikan dua buah presentasi, dengan judul: “Dampak Perubahan Iklim
dan Upaya Adaptasi”, oleh Dr. Rizaldi Boer; dan “Mencari Strategi Adaptasi
terhadap Perubahan Iklim di Indonesia dan Hambatannya”, oleh Dr. Heru
Santoso.
Dalam acara visualisasi, 2 cuplikan film mengenai penyebab dan dampak
dari pemanasan global ditayangkan. Penayangan ini bertujuan untuk
memberikan pencerahan mengenai isu pemanasan global baik mengenai
penyebabnya maupun mengenai dampaknya.
Kerja kelompok dilaksanakan pertama-tama dengan melakukan “Open
Space” dimana peserta diskusi diberikan kesempatan untuk menuliskan
dalam kertas karton kecil mengenai topik yang menarik untuk didiskusikan.
Setelah itu dilanjutkan dengan semi “Market Place” dimana topik-topik
tersebut dikelompokan menjadi 6 kelompok topik diskusi yaitu:
1. Afforestasi dan reforestasi
2. Mengurangi emisi CO2 dari sektor energi
1
3.
4.
5.
6.
Adaptasi terhadap perubahan iklim
Peran sektor keuangan dan bisnis terhadap perubahan iklim
Dampak perubahan iklim
Pencegahan deforestasi
Diskusi kelompok dilaksanakan dalam 2 sesi. Sesi pertama dilaksanakan
dalam 30 menit, untuk mendiskusikan topik nomor 1, 2 dan 3. Setelah
diskusi selesai, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Sesi diskusi kelompok
kedua dilaksanakan dalam waktu sekitar 30 menit. Karena dalam sesi
pertama beberapa kelompok telah mendiskusikan sedikit-banyak topik
nomor 5 dan 6 juga, maka pada diskusi sesi kedua yang didiskusikan adalah
topik nomor 4 dan dilaksanakan secara plenary.
Acara penutupan diawali dengan refleksi mengenai perubahan iklim yang
disampaikan oleh Dr. Dino Pati Jalal (Staff khusus Presiden) dan kemudian
acara ditutup oleh Prof. Daniel Murdiyarso
Agenda lengkap acara Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk
Jurnalis dapat dilihat pada lampiran 2.
2
Presentasi: Perubahan Iklim dan Proses UNFCCC
(Daniel Murdiyarso, CIFOR)
Presentasi Prof. Daniel Murdiyarso adalah seperti yang terlihat dapat
lampiran 3.
Ringkasan diskusi pada waktu tanya-jawab:
•
Cina masuk ke dalam Non-Annex 1 dan tidak masuk ke G77 karena Cina
mempunyai kepentingan sendiri dan berusaha untuk masuk ke Non-Annex
1 dan tidak masuk ke G77.
•
Data emisi yang dihasilkan tahun 1997 merupakan data dari 5 tahun
sebelumnya. Emisi CO2 Indonesia adalah 800 juta ton (sepersepuluh dari
emisi CO2 Amerika Serikat) dan emisi yang berasal dari land use change
(alih guna lahan) adalah 600 juta ton. Dengan memasukan emisi dari alih
guna lahan, pada saat ini Indonesia merupakan negara pada urutan
ketiga yang mengeluarkan emisi CO2 terbanyak dengan jumlah sekitar 34 gigaton.
•
Sektor energi merupakan penyumbang emisi CO2 yang kecil. Indonesia
masih dapat menggunakan energi fosil namun sebaiknya dipakai
membangun kapasitas energi bersih. Indonesia tidak punya komitmen
menurunkan emisi CO2 namun sebaiknya tidak berfoya-foya
mengeluarkan emisi.
•
Sebagai negara Non-Annex 1, Indonesia bisa masuk grup G77 (negara
berkembeng), OPEC, AOSIS ataupun bersuara sendiri sebagai negara
berdaulat.
•
Suhu bertambah 7ºC akan terjadi dengan asumsi bahwa laju
pertumbuhan industri dan penduduk pada masa yang akan datang sama
dengan laju pertumbuhan pada saat ini.
•
G77 merupakan grup besar dan setiap anggotanya dapat mempunyai
pendapat sendiri-sendiri. AOSIS (organisasi negara negara kepulauan
kecil) merupakan contoh kelompok negara yang bagus, pendapatnya
banyak yang masuk akal dan strateginya banyak yang efektif. Pada
umumnya negosiator AOSIS adalah para pengacara (lawyers).
•
Sistem Carbon Capture and Storage (CCS) biasanya terdapat pada
kegiatan pertambangan (mining) dimana emisi CO2 diinjeksikan kembali
oleh suatu alat tertentu. Pihak yang dapat menginjeksikan kembali CO2
itu dapat memperoleh kredit yang dapat dijual.
•
Setelah 2012 akan dibuat komitmen kedua setelah Kyoto yang akan
menentukan kembali jumlah komitmen, siapa saja yang akan
berkomitmen, mekanisme nya dan lain-lain.
3
•
Stern review menjelaskan bahwa perubahan iklim dapat dihitung secara
ekonomi dan ekologi. Pada saat ini di dalam kabinet Indonesia tidak
semua orang mengetahui isu perubahan iklim. Walaupun Indonesia tidak
perlu mempunyai komitmen, melaksanakan kegiatan yang berwawasan
iklim itu merupakan hal yang baik, sebagai contoh adalah menyadari
bahwa persawahan irigasi dan pengelolaan sampah seperti di Bantar
Gebang itu dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca berupa gas metana.
Wartawan mempunyai peran yang besar dalam memberikan pengertian
mengenai perubahan iklim terhadap anggota kabinet Indonesia dan
masyarakat pada umumnya.
•
Di COP 13 yang akan dilaksanakan di Bali pada tanggal 3-14 Desembar
2007, akan dibahas 7 topik utama yaitu: adaptasi, mitigasi, pengurangan
emisi dari deforestasi (RED), mekanisme keuangan, post 2012 Ad-hoc
Working Group (AWG), alih teknologi dan pengembangan kapasitas.
Pemerintah Indonesia telah menunjuk institusi yang memimpin masingmasing kelompok diskusi yang membahas topik-topik tersebut, sebagai
contoh isu pengurangan emisi dari deforestasi dipimpin oleh Departemen
Kehutanan dan diskusi kelompok mengenai isu adaptasi dipimpin oleh
Kementrian Lingkungan Hidup. Di COP setiap negara akan diminta
pandangan umum mengenai topik-topik tersebut.
•
Dalam hubungannya dengan pengurangan emisi dari deforestasi (RED), 3
propinsi di Indonesia yaitu Papua, Papua Barat dan Nanggroe Aceh
Darussalam telah menandatangani kesepakatan untuk melaksanakan RED,
namun apakah kompensasi dan opportunity cost-nya memadai atau tidak
masih belum jelas. Kesepakatan ke tiga propinsi tersebut dapat dilihat di
lampiran 4.
•
Alokasi CDM melalui kegiatan afforestasi dan reforestasi adalah untuk
penyerapan 30 juta ton karbon pertahun sedangkan emisi dari
deforestasi atau penggundulan hutan dari negara berkembang adalah
1700 juta ton CO2 pertahun atau 60 kali lipat dari jumlah alokasi CDM.
Oleh karena itu di COP 11 di Montreal yang lalu mulai difikirkan
mengenai pengurangan emisi karbon dari deforestasi (RED) di negaranegara berkembang.
4
Open Space
Pada sesi ini peserta diskusi diberi kesempatan untuk mengemukakan
mengenai topik yang menarik untuk didiskusikan dan menuliskannya di atas
kertas karton kecil. Topik-topik tersebut kemudian dikelompokkan menjadi
6 kelompok topik sebagai berikut:
1.
-
Afforestasi dan Reforestasi
Penghijauan di kota-kota besar
Penghijauan ibu kota
Reforestasi dan rehabilitasi lahan (Rifki Sungkar)
2. Mengurangi emisi CO2 dari sektor energi
- BBM, atur transportasi dan perumahan yang hemat dan cerdas energi
(Rieska Wulandari)
- Hindari produk-produk impor (saving energy) (Adianto P. Simamora)
- Efisiensi energi dan perubahan iklim (Harry Surjadi)
- Penghematan energy? Bagaimana? (Sarah Sayekti)
3. Adaptasi terhadap perubahan iklim
- Adaptasi perubahan iklim di level masyarakat: kesiapan komunitas adat,
pesisir, petani (Clara Rondonuwu)
- Adaptasi: pendanaan, capacity building, pendidikan (Depdiknas) (Brigitta
Isworo)
- Kemampuan dan posisi Indonesia dalam adaptasi dan mitigasi
menghadapi climate change termasuk secara ekonomi peran serta
Indonesia dalam carbon trading (Diah Tantri D.)
4. Peran sektor keuangan dan bisnis terhadap perubahan iklim
- Kontribusi dunia bisnis/pabrik terhadap global warming (Ulisari Eslita)
- Peran sektor keuangan untuk mengurangi dampak perubahan iklim
(Drajat Kurniawan)
- Kurangi emisi, capacity building, technology transfer
- Penelitian mengenai ekonomi dan reduksi emisi (Ella Syafputri)
5. Dampak perubahan iklim
- Bumi makin panas bencana mudah datang. Ikut mengkampanyekan cinta
lingkungan hidup dan merubah perilaku sendiri (Hananto Satyo)
- Suhu bumi makin panas (Okky P. Madasari)
- Dampak perubahan iklim, apa yang harus dilakukan Indonesia (Fitrian)
- Apa yang sudah dilakukan LSM & pemerintah untuk mengurangi dampak
climate change (Pressi Mandari)
- Parameter perubahan iklim susah dilihat
- Efek perubahan iklim terhadap ancaman tenggelamnya pulau-pulau kecil
terluar, kaitannya dengan batas kedaulatan negara (Wiko Rahardjo)
5
6. Pencegahan deforestasi
- Deforestatsi, bagaimana memanfaatkan hutan tanpa menghasilkan CO2
yang besar
- Pencegahan pembakaran hutan perlu kerjasama semua pihak
- Perubahan iklim akibat deforestasi. Bagaimana mencegah deforestasi?
6
Presentasi: Dampak Perubahan Iklim terhadap
Pembangunan di Indonesia - Upaya Adaptasi
Sektor
1) Dampak Perubahan Iklim dan Upaya Adaptasi
(Rizaldi Boer, Laboratorium Klimatologi, Geomet-FMIPA, IPB)
Presentasi Dr. Rizaldi Boer dapat dilihat pada lampiran 5.
2) Mencari Strategi Adaptasi terhadap Perubahan Iklim di
Indonesia dan Hambatannya
(Heru Santoso, Koordinator Proyek TroFCCA untuk Asia Tenggara-CIFOR)
Presentasi Dr. Heru Santoso dapat dilihat pada lampiran 6.
Ringkasan diskusi pada waktu tanya-jawab (waktu untuk tanya-jawab
untuk kedua presentasi tersebut disatukan):
•
Mengenai kegiatan asuransi untuk kegiatan pertanian dijelaskan bahwa
kegiatan pertanian memiliki resiko yang tinggi sehingga jika akan
dimasukan ke program asuransi, preminya akan tinggi dan petani tidak
akan mampu untuk membayar premi tersebut. Cara lain untuk
melakukannya adalah Pemerintah yang membayar premi atau dengan
sistem asuransi untuk koperasi. Sistem/model asuransi yang paling tepat
untuk kegiatan pertanian di Indonesia sampai masih belum diketahui.
Program asuransi untuk kegiatan pertanian memerlukan peningkatan
teknologi prakiraan cuaca sebagai contoh dengan menginformasikan
prediksi perubahan iklim 2-3 bulan sebelumnya.
•
Pemberitaan mengenai perubahan iklim tidak perlu melihat 25-50 tahun
ke depan tapi dapat dilihat dimasa sekarang seperti kekeringan yang
disebabkan oleh El Niño. Sebagai contoh yang terjadi pada tahun 2003
kekeringan yang disebabkan oleh El Niño mengakibatkan petani
prasejahtera di Indramayu pendapatannya turun 14 %. Contoh lain
adalah kebakaran hutan dan longsor di Indonesia yang ada hubungannya
dengan perubahan iklim.
•
Oleh karena perubahan iklim mempunyai dampak yang besar terhadap
sektor pertanian, maka di sentra-sentra produksi perlu dilakukan
kegiatan adaptasi seperti membuat jaringan irigasi baru.
•
Kegiatan adaptasi terhadap perubahan iklim pada saat ini cenderung
dengan melakukan kegiatan Early Warning System (EWS). BMG
merupakan institusi yang mempunyai kemampuan dan wewenang di
bidang itu dan kegiatannya telah mengarah pada hal tersebut.
7
•
EWS merupakan salah satu kegiatan pengelolaan bencana namun respon
masyarakat terhadap EWS berbeda beda. Sebagai contoh adalah pada
kasus banjir di Jakarta, walaupun sudah ada EWS, masyarakat baru
bereaksi setelah banjir mulai menggenangi rumahnya.
•
Di sektor pertanian EWS ini akan sangat berguna, sebagai contoh jika
diinformasikan bahwa musin akan berakhir cepat karena El Niño, petani
yang biasanya menanam padi dapat mengganti dengan menanam kedelai
walaupun faktor pendukung seperti ketersediaan benih masih perlu
diperbaiki.
•
Adaptasi terhadap perubahan iklim sebaiknya digabungkan dengan
rencana pengelolaan bencana (disaster management plan). Sekarang
sudah ada Undang-Undang Bencana yang memungkinkan pencairan dana
(stand by fund) untuk melaksanakan kegiatan antisipasi. Sebelumnya
dana hanya dapat dikeluarkan jika bencana telah terjadi.
8
Diskusi Kelompok dengan Sistem Semi Market Place
Diskusi kelompok ini dilaksanakan dalam dua sesi. Sesi pertama dialokasikan
untuk mendiskusikan topik nomor 1, 2 dan 3, kemudian sesi kedua
diperuntukan untuk mendiskusikan topik 4, 5 dan 6. Pada sesi pertama
perserta diskusi interaktif bebas bergabung dengan kelompok yang topiknya
sesuai dengan ketertarikan mereka. Setiap kelompok diskusi diminta untuk
mengidentifikasi:
- Masalah yang ada
- penyelesaian masalah yang mungkin dilakukan
- peran wartawan yang dapat dilakukan
Berikut adalah anggota dan hasil diskusi dari masing masing kelompok pada
sesi diskusi kelompok pertama:
1. Afforestasi dan reforestasi
Anggota: Rifki Sungkar, Budhi Kurniawan, Presi Mandiri, Fitrian Ardiansyah,
Ella Syafputri
Identifikasi masalah:
- Ada 50 % hutan di Indonesia rusak (54 juta hektar) dan laju deforestasi
2,8 juta hektar/tahun
- Laju rehabilitasi 300 ribu- 400 ribu hektar/tahun
- Ruang terbuka hijau menyusut terus (Jakarta – 9 %)
- Rate of survival dipertanyakan/ gagal
- Sulit untuk menggunakan mekanisme CDM
Keterkaitan dengan perubahan iklim:
- Tumbuhan menyerap CO2
- Hutan rusak menyumbang pada emisi CO2
- Hutan membemtuk iklim mikro
- Hutan punya fungsi lain sepeti fungsi hidrologis dan ekologis
Penyelesaian:
- Insetif bagi Pemda dan community yang melakukan rehabilitasi lahan
- Kegiatan reforestasi perlu mempertimbangkan keuntungan bagi
masyarakat
- Perlu law enforcement untuk kegiatan illegal logging
- Memanfaatkan mekanisme selain CDM
- Memperbanyak taman, mengubah orientasi berfikir menjadi: taman
adalah asset
- Gerakan menanam pohon
Peran Wartawan:
- Menambah porsi berita
- Menjadi watchdog proyek reforestasi
9
2. Mengurangi emisi CO2 dari sektor energi
Anggota: Herwanto Prabowo, Erwin, Harry Surjadi, Ifrar, Oni. B, Mustolih
Mus, Arie Muhamad
Identifikasi masalah:
- Dominasi penggunaan fosil fuel (sektor transportasi dan industri)
- Efisiensi rendah (penggunaan kendaraan bermotor pribadi, industri, hotel,
dll.)
- Kebijakan yang tidak pro lingkungan
- Kurangnya sosialisasi energi bersih dan renewable (terbarukan)
- Program jangka panjang untuk energi tidak ada
Penyelesaian masalah:
- Meningkatkan kesadaran publik dan pemerintah mengenai: efisiensi
energi, public transport/ manajemen transportasi
- Mendesakkan isu lingkungan kepada (calon) penentu kebijakan
Peran Wartawan:
- Membaca
- Menulis
- Jaringan wartawan
- Mendesak adanya kolom isu climate
Ringkasan diskusi plenary:
•
Sebagai salah satu kegiatan adaptasi dapat dibuat sumur resapan air di
setiap pemukiman dan perkantoran.
•
Perlu dibuat sistem transportasi yang terintegrasi.
•
Kebijakan industri kelihatannya didikte oleh industri mobil. Perlu
dikembangkan moda transportasi masal.
•
Pengurangan emisi CO2 dapat juga dilaksanakan dengan mengijinkan
pegawai untuk kerja di rumah, misalnya dua hari dalam seminggu.
3. Adaptasi terhadap perubahan iklim
Anggota: Widia Lastiana, Brigitta Isworo, Rieska Wulandari, Dani, Dinda
Jouhana, Aulia Rahman, Drajat Kurniawan
Identifikasi climate change/ global warming:
- Sea level rise
- Drought
- Pemutihan karang
10
-
Longsor karena curah hujan naik
Banjir
Topan/ badai
Penyakit yang disebabkan vektor hewan seperti malaria dan demam
berdarah dengeu
Jumlah kebakaran hutan naik
Gagal panen
Krisis air bersih
Kemiskinan bertambah
Permasalahan:
- Awareness stakeholders (birokrat, corporate, publik/masyarakat, media)
masih rendah
- Policy pembangunan yang tidak ramah lingkungan
- Kemampuan keuangan dan kapasitas yang tidak memadai
- Lifestyle masyarakat yang tidak ramah lingkungan
- Ketidak tersediaan data: where to get, who can be contacted, access to
data, data source
- Kurangnya koordinasi antar stakeholder
Peran Wartawan:
- Kampanye di masing-masing media
- Sharing knowledge tentang: local wisdom untuk beradaptasi; cerita dari
climate witness
- Menggugat kebijakan publik yang tidak berwawasan adaptasi (sebagai
watchdog)
Ringkasan diskusi plenary:
•
Walaupun data mengenai perubahan iklim belum lengkap ada baiknya
masyarakat mulai mengantisipasi kemungkinan perubahan iklim
(precautionary actions).
•
Ada local wisdom (kearifan local) yang berhubungan dengan perubahan
iklim yang dapat digali seperti di Peru. Kalau tidak ada dana untuk
menangani perubahan iklim, dapat dikerjakan dengan cara gotongroyong.
•
Menulis mengenai perubahan iklim dapat tetap dilaksanakan walupun
datanya tidak lengkap, namun cukup dari fakta-fakta di lapangan.
Dengan demikian, banyak yang dapat ditulis dari setiap masalah
lingkungan.
11
4. Peran sektor keuangan dan bisnis terhadap perubahan iklim
Seperti yang terlihat pada hasil diskusi di atas, pada sesi diskusi kelompok
yang pertama sebagian kelompok telah mediskusikan topik nomor 5 yaitu
“Dampak perubahan iklim” dan topik nomor 6 yaitu “Pencegahan
deforestasi”. Oleh karena itu pada sesi diskusi kelompok yang kedua diskusi
hanya dilakukan untuk membahas topik nomor 4. Topik nomor 4 ini tidak
didiskusikan dalam bentuk diskusi kelompok namun dalam plenary dan
berikut adalah ringkasan diskusinya.
Ringkasan diskusi:
•
Di negara lain sektor bisnis seperti bisnis pakaian dapat memberikan
kontribusi terhadap pengurangan emisi dari pemakaian energi di hotelhotel, tempat-tempat pertemuan, perkantoran dan perumahan.
Caranya adalah dengan mengadakan peragaan busana yang memamerkan
baju tebal untuk musim dingin sehingga pemanasan ruangan di hotel,
ruang pertemuan, kantor dan rumah cukup hingga suhu 15 ºC. Begitu
pula pakaian yang tipis dan nyaman untuk daerah tropis/ panas sehingga
pendinginan ruangan cukup hingga suhu 27ºC saja.
•
Langkah lain adalah dengan memberikan informasi tambahan kepada
masyarakat mengenai efek suatu produk yang diiklankan. Sebagai
contoh sekarang cukup gencar iklan mengenai mobil SUV dengan mesin
berukuran besar (bukan mobil hybrid). Kita perlu juga mengiklankan
dampak mobil tersebut terhadap pemanasan global, misalnya dengan
mengiklankan bahwa pemakaian mobil tersebut akan menyumbangkan
pemanasan global sekitar 2ºC.
•
Di kantor dapat juga dilakukan penghematan kertas dengan memakai
amplop untuk pemakaian internal secara berulang-ulang, memanfaatkan
kertas fotocopy/ printing bekas dan mencetak bolak-balik. Kampanye
dapat dimulai dalam skala yang kecil. Di perguruan tinggi, efisiensi ini
dapat dilaksanakan dengan mencetak draft skripsi dengan kertas ukuran
A5, tulisan dicetak satu spasi dan ukuran huruf yang lebih kecil.
•
Mendorong perusahaan untuk memanfaatkan dana Corporate Social
Responsibility (CSR) untuk kegiatan-kegiatan yang behubungan dengan
lingkungan seperti pembuatan taman dan ruang terbuka hijau.
12
Diskusi Tambahan: Kendala dalam Hal Ketersediaan Data,
Tulisan dan Liputan tentang Perubahan Iklim
Diskusi tambahan dilaksanakan secara plenary untuk membahas kendala
mengenai ketersedian data, tulisan dan berita yang berhubungan dengan
perubahan iklim.
Berikut adalah ringkasan dari hasil diskusi:
•
Institusi-institusi yang bergerak dalam kegiatan yang behubungan dengan
perubahan iklim dianjurkan untuk menghasilkan tulisan mengenai
perubahan iklim yang mudah dimengerti.
•
Pemuatan berita mengenai perubahan iklim dipengaruhi juga oleh
ketertarikan editor terhadap masalah tersebut sehingga dianjurkan
untuk mengadakan kegiatan diskusi interaktif serupa untuk kalangan
para editor, dan menyampaikan tema persoalan ini di acara media
gathering atau mengunjungi redakturnya untuk memberikan pencerahan
tentang persoalan perubahan iklim. Media merupakan sarana yang sangat
penting dalam menciptakan paradigma di masyarakat.
•
Penulis luar (bukan penulis dari media tersebut) dalam menulis
mengenai suatu topik seperti perubahan iklim dianjurkan untuk
membuat tulisan dalam bahasa yang bersifat umum (bahasa keseharian),
yang popular dan sederhana.
•
Keberadaan data sebetulnya dapat digali melalui internet. Sebagai
contoh untuk isu lingkungan dan sains dapat dilihat di alamat situs:
www.eurekalert.org. Kemudian release dari berbagai ilmu pengetahuan
dapat dilihat di situs “Jornal of Science” Amerika. Artikel komplitnya
keluar satu minggu sebelum diterbitkan. Setelah mengambil informasi
dari situs internet, wartawan dapat menemui tenaga ahli dalam bidang
tersebut dan minta masukan.
•
Press release dari institusi-institusi yang berkaitan dengan perubahan
iklim di luar negeri biasanya isinya global dan sulit untuk diterjemahkan
ke dalam konteks Indonesia. Institusi-institusi atau NGO-NGO di
Indonesia dianjurkan untuk membuat berita yang lebih berwawasan
Indonesia.
•
WWF (Ari Muhamad) telah menyatakan kesediaannya untuk membiayai
dan menyelenggarakan kegiatan lanjutan atau tambahan untuk
wartawan jika wartawan masih memerlukan kegiatan lanjutan/
tambahan (workshop/ seminar) yang berhubungan dengan masalah
perubahan iklim seperti mengenai energi atau deforestasi.
13
•
14
Brigitta Isworo menyampaikan topik untuk dibahas dalam pertemuan
lanjutan, yaitu ”Mengurangi emisi CO2 dari sektor energi dengan
merubah gaya hidup (lifestyle)”. Mengenai kampanye tentang
pembangunan yang berkelanjutan seharusnya Pemerintah seperti
Kementerian Negara Lingkungan Hidup juga dapat melakukannya.
Refleksi
(Dino Patti Djalal, Staff Khusus Presiden)
Dalam refleksinya Dr. Dino Patti Djalal menyampaikan bahwa beliau sangat
menghargai inisiatif untuk melaksanakan kegiatan diskusi interaktif ini.
Pemanasan global (dan perubahan iklim) dapat dikatakan merupakan
persoalan baru di Indonesia. Persoalan ini merupakan hal yang menarik dan
semakin penting. Seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia akan
menjadi tuan rumah UNFCCC COP 13 yang sebelumnya direncanakan di
Thailand.
Perubahan iklim ini dampaknya langsung berkaitan dengan kepentingan
nasional, dan Indonesia sudah mulai menangani hal-hal yang berhubungan
dengan masalah ini. Sebagai contoh pemerintah telah menangani masalah
illegal logging (pembalakan liar) dan deforestasi.
Hal-hal yang dapat kita lakukan dalam menghadapi ancaman perubahan
iklim ini adalah dengan melaksanakan kegiatan peningkatan public
awareness (kepedulian masyarakat) dan membuat kebijakan yang benar.
Indonesia perlu memiliki kebijakan yang jelas dan tepat. Lebih baik memiliki
lebih sedikit kebijakan tetapi dapat dilaksanakan di lapangan daripada
membuat banyak kebijakan tetapi tidak dapat dijalankan.
Pemerintah Indonesia berusaha untuk mengontrol emisi karbon dari negara
kita. Pada saat ini kita berada di posisi nomor 4 yang emisi karbonnya
terbanyak. Dan salah satu penyumbang emisi yang besar adalah adanya
kebakaran hutan dan pembalakan liar. Tujuh puluh lima persen dari
keseluruhan emisi Carbon ini berasal dari industri dan 25 % nya dari
kebakaran hutan dan alih guna lahan, dan Indonesia adalah salah satu
penyumbang emisi yang besar. Oleh karena itu pembalakan liar perlu terus
ditangani, laju deforestasi perlu diturunkan dan kegiatan reforestasi perlu di
tingkatkan.
Walaupun pemerintah punya konsep yang jelas, ternyata untuk menjalankan
konsep sampai pada tingkat bawah masih sulit. Wartawan punya peran
strategis dalam mendorong percepatan pelaksaan konsep karena wartawan
dapat memacunya kapan saja dan pada tingkat manapun, dan dapat
meningkatkan kepedulian masyarakat.
Indonesia kelihatannya mempunyai budaya fatalistis dimana baru tergerak
untuk melakukan sesuatu jika sudah ada korban jiwa seperti yang terjadi
pada kasus tsunami.
Persoalan perubahan iklim merupakan persoalan yang perlu ditangani secara
serius namun persoalan ini tidak mudah dimengerti oleh orang awam.
Sebagai contoh jika di informasikan bahwa pada tahun 2100 suhu akan
meningkat 1,4 - 5,6ºC banyak orang akan berfikir bahwa hal itu tidak terlalu
penting karena pada waktunya mereka sudah meninggal dan tidak akan
15
terkena dampaknya. Namun demikian kita tetap harus berusaha untuk
mengingatkan tentang pentingnya melakukan antisipasi terhadap
kemungkinan perubahan iklim.
Politisi biasanya hanya berfikir dalam jangka pendek. Selain itu mereka akan
menangani masalah perubahan iklim dengan mempertimbangkan
keuntungannya bagi mereka. Oleh karena itu kita perlu meyakinkan politisi
mengenai pentingnya masalah perubahan iklim. Caranya adalah dengan
memberikan pencerahan ke partai-partai politik di DPR.
Selain itu kerjasama dengan negara-negara yang banyak memiliki hutan
tropis seperti Brazil, Conggo, PNG dan Malasyia juga sangat penting.
Kita perlu membangun teknologi energi bersih. Nampaknya selama ini kita
tidak menganggarkan dana untuk kegiatan penelitiandan pengembangan
untuk kegiatan ini. Batubara merupakan sumber energi yang tidak bersih,
dan kita tidak tahu apakan teknologi pemanfaatan batubara yang lebih
bersih akan cepat kita kuasai atau tidak. Beberapa contoh sumber energi
yang bersih adalah pembangkit listrik tenaga angin dan surya. Kita tidak
tahu berapa lama kita dapat beralih dari pemakai energi bahan bakar fosil
menjadi pemakai energi bersih. Pada saat ini banyak industri seperti Industri
mobil (Ford, Honda, dll) yang telah mengembangkan teknologi yang lebih
bersih seperti dengan memproduksi mobil hybrid.
16
Kesimpulan dan Penutup
Dalam sesi ini Bapak Daniel Murdiyarso menyampaikan kesimpulan dari
kegiatan diskusi interaktif dan menutup acara diskusi interaktif tentang
perubahan iklim untuk jurnalis. Kesimpulan dari acara ini dapat dilihat pada
lampiran 7.
17
Lampiran 1
Daftar Peserta Diskusi Interaktif tentang
Perubahan Iklim untuk Jurnalis
CIFOR - WWF Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis
2 Mei 2007, Hotel Borobudur, Jakarta
No.
NAME
TITLE
INSTITUTION
ADDRESS
TEL
FAX
EMAIL
WEBSITE
MEDIA
1
Cininta Analen
Reporter
Jurnal Nasional
PT. Media Nusa Pradana, Jl.
Pemuda No. 34, Jakarta
JIJI Press Jakarta Bureau, Wisma
Kyoei Prince # 2104, Jl. Jend.
Sudirman Kav. 3, Jakarta 10220
021 4706233 ext 424 021 47862481
[email protected]
www.jurnalnasional.com
2
Rieska Wulandari
Reporter
JIJI Press (Japanese News
Agency)
021 572 3309
021 572 3311
[email protected]
www.jiji.com
3
Presi Mandiri
Journalist
Agence France-Presse (AFP)
17th Flr, Deutsche Bank Bldg, 80
Jalan Imam Bonjol, Jakarta
021 31936082,
3107443
021 3809188
[email protected]
4
Dinda Jouhana
Reporter
Los Angeles Times
LA Times Jakarta Bureau, Deutsche 021 3983 1508
Bank Building, 13# Flr 1301 E, Jalan
Imam Bonjol 80, Jakarta
021 3983 1507
[email protected]
5
Hananto Satyo
Journalist
Hager International GmbH
021 9300 9794
021 7720 1065
[email protected]
6
Angela H.
Wahyuningsih
Senior Editor
Femina magazine
021 5209366
[email protected]
7
Bayu Wardhana
Administrator
Wikimu
021 5260790
[email protected]
8
Sarah Sayekti
NRC Handelsblad
021 7867315
[email protected]
9
Ulisari Eslita
Assistant
Correspondent
Reporter
Globe Asia Magazine
021 5745671
[email protected]
10
Alois Wisnuhardana
Journalist
Tabloid Rumah
021 5323759
[email protected]
11
Agustinus (Jojo) Eko
Rahardjo
Journalist
CVC Network Ltd
Jl. Palmerah Selatan No. 12 Lt.2,
021 5483008
Jakarta 10270
Jl. RP Soeroso No. 24, 3rd Floor
021 3900039
Gedung Istana Kana, Jakarta 10330
021 3905610
[email protected]
12
Adianto P. Simamora Journalist
The Jakarta Post
Jalan Palmerah Selatan 15, Jakarta
10270
021 5350050
[email protected]
13
14
Adi Seno
Ella Syafputri
Sinar Harapan
LKBN Antara
Journalist
Journalist
021 5266666
PT. Gaya Favorit Press, Jl. HR
Rasuna Said Kav. 32-33, Jakarta
12910
PT. Puspa Intimedia Internusa,
021 5260758, 0817
RIFA Building 4th Flr, Jl. Dr. Satrio 128615
Blok C4 Kav 6-7, Kuningan, Jakarta
12950
Jl. Kemang Timur Dalam F14A,
Jakarta 12370
Aston hotel Sudirman, Tower A 2nd
Flr., Jl. Garnisun Dalam no. 8, Karet
Semanggi, Jakarta 12930
021 71793464,
08129231580
021 5745686, 0816
3111 714
021 5300476
Wisma ANTARA Lt 19-20, Jl Medan (021) 3459173,
3802383, 3812043,
Merdeka Selatan No. 17, Jakarta
3814268, 3522178
10110
(021) 3840907,
3865577, 3522178
[email protected]
[email protected]
19
CIFOR - WWF Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis
2 Mei 2007, Hotel Borobudur, Jakarta
No.
NAME
TITLE
INSTITUTION
15
Fenny Budiman
Journalist
Agro Indonesia
16
17
Brigitta Isworo
Budhi Kurniawan
Senior Journalist
Reporter
KOMPAS
KBR 68H
18
Widia Lastiana
Reporter
BRAGA-PILI magazine
19
20
Journalist
Kontributor
Dow Jones
SatuDunia.net
21
22
Fawziah Selamat
Diah Tantri
Dwiandani
Drajat Kurniawan
Rifki Sungkar
Journalist
Journalist
Stabilitas Magazine
Griya Asri magazine
23
24
25
26
27
Clara Rondonuwu
Iyus Kusriadi
Nanda
Okky P. Madasari
Harry Surjadi
Journalist
Journalist
Journalist
Journalist
28
Mustolih Mus
Media Indonesia
WOM magazine
Inview magazine
Jurnas
Society of Indonesian
Environmental Journalist
Tabloid Realita (Grup Media
Nusantara Citra/MNC)
ADDRESS
TEL
FAX
Jl. Asem Baris Raya No. 52, Blok
021 8313645
II/14, Tebet, Jakarta Selatan 12830
021 8313773
EMAIL
WEBSITE
[email protected]
[email protected]
[email protected]
Jl.Utan Kayu No. 68H, Jakarta
13120
Tumenggung Wiradireja, Cimahpar,
Bogor
Jakarta Bureau
[email protected]
0815 9149848
[email protected]
[email protected]
Jl. Gudang Peluru, Tebet, Jakarta
Selatan
[email protected]
[email protected]
[email protected]
www.inviewmagazine.com
0818 02779034
Pesona Depok
0815 8020307
[email protected]
NON MEDIA
29
Dino Patti Djalal
30
Dr. Rizaldi Boer
31
Tiza Mafira
32
33
Agus Puyi
D.E Nugroho
34
Caroline Copper
35
Oni B.
36
Herwanto Prabowo
20
Presidential
Spokeperson
Presidential Palace, Bina Graha
Building 2nd Floor, Jl. Veteran No.
16 Jakarta 10110
Jl. Raya Pajajaran Bogor, Indonesia 0811117660, 313709
Office of the Special Staff of the
President for International
Affairs
Head of Laboratory of IPB
Climatology
Presidential Staff
Office of the Special Staff of the
President for International
Affairs
Humas
MenLH
HIMPASCA
University of
Indonesia HLUL
Communication
UNDP
Manager
In charge for BPPT
BPPT
Bulletin
Gedung BPPT 20th Flr, Jl. MH
Thamrin No. 8, Jakarta 10340
[email protected]
In charge for BPPT
Bulletin
Gedung BPPT 20th Flr, Jl. MH
Thamrin No. 8, Jakarta 10341
[email protected]
BPPT
Presidential Palace, Bina Graha
Building 2nd Floor, Jl. Veteran No.
16 Jakarta 10110
021 384 5001 ext
099/590
08568700075
[email protected]
021 231 4142
[email protected]
[email protected]
www.presidensby.info
CIFOR - WWF Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis
2 Mei 2007, Hotel Borobudur, Jakarta
No.
NAME
TITLE
INSTITUTION
ADDRESS
TEL
FAX
EMAIL
Kantor Taman A9, Unit A-1, Jl.
Mega Kuningan Lot8-9/A9,
Kawasan Mega Kuningan, Jakarta
12950
Kantor Taman A9, Unit A-1, Jl.
Mega Kuningan Lot8-9/A9,
Kawasan Mega Kuningan, Jakarta
12951
Kantor Taman A9, Unit A-1, Jl.
Mega Kuningan Lot8-9/A9,
Kawasan Mega Kuningan, Jakarta
12952
021 5761070
021 5761080
22 5761070
22 5761080
23 5761070
23 5761080
[email protected]
Kantor Taman A9, Unit A-1, Jl.
Mega Kuningan Lot8-9/A9,
Kawasan Mega Kuningan, Jakarta
12952
Kantor Taman A9, Unit A-1, Jl.
Mega Kuningan Lot8-9/A9,
Kawasan Mega Kuningan, Jakarta
12953
23 5761070
23 5761080
[email protected]
24 5761070
24 5761080
[email protected]
0251-622622
0251-622100
[email protected]
0251-622622
0251-622100
[email protected]
0251-622622
0251-622100
[email protected]
0251-622622
0251-622100
[email protected]
0251-622622
0251-622100
[email protected]
0251-622622
0251-622100
[email protected]
0251-622622
0251-622100
[email protected]
WEBSITE
WWF
37
Fitrian Ardiansyah
38
Ifrar
39
Arie Muhammad
40
Verena Puspawardani
41
Aulia Rahman
Program Director for
Climate Change &
Energy
WWF
WWF
Koordinator Nasional WWF
UNFCCCC
Implementation
Climate & Energy
Programme
WWF
Project Officer, The
UNFCCC
Implementation
Project
WWF
CIFOR
[email protected]
CIFOR
42
Daniel Murdiyarso
Scientist, ENV
43
Heru Santoso
44
Hety Herawati
SEA TroFCCA
CIFOR
Coordinator, ENV
Research Officer, ENV CIFOR
45
Greg Clough
46
Yani Saloh
47
Budhy Kristanty
48
Widya Prajanthi
Communication
Specialist
Public awareness
officer
Information service
assistant
Communication
asistant
CIFOR
CIFOR
CIFOR
CIFOR
Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang
Barang Bogor
Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang
Barang Bogor
Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang
Barang Bogor
Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang
Barang Bogor
Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang
Barang Bogor
Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang
Barang Bogor
Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang
Barang Bogor
21
Lampiran 2
Agenda Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim
untuk Jurnalis
Susunan Acara
Diskusi Interaktif tentang Perubahan Iklim untuk Jurnalis
Jakarta, 2 Mei 2007
Ambon & Ceram Room, 19th Floor Hotel Borobudur, Jakarta Pusat
09.00 – 10.00
Registrasi dan rehat kopi
10.00 – 10.30
Pembukaan: Greg Clough, CIFOR
Penjelasan rangkaian acara: Dr. Heru Santoso, CIFOR
10.30 – 10.40
Visualisasi: Dampak Pemanasan Global (CIFOR-WWF)
10.40 – 11.25
(45’)
Presentasi: Perubahan iklim dan Proses UNFCCC (Dr. Daniel
Murdiyarso, CIFOR) dilanjutkan dengan diskusi
Moderator: Brigitta Isworo, Kompas
11.25 – 11.40
(15’)
Visualisasi:
Dampak Pemanasan Global (WWF)
How does electricity and car affect climate change? (CIFOR-WWF)
11.40 – 12.00
Open Space:
Pengarahan, Dr. Heru Santoso, CIFOR dan Ari Muhamad, WWF
Indonesia
Market Place dan pemilihan topik
Makan siang
12.00 – 13.00
13.00 – 13.45
(45’)
13.45 – 15.00
15.00 – 15.15
15.15 – 16.00
16.30 – 17:00
Presentasi: Dampak perubahan iklim terhadap sektor pembangunan
di Indonesia: Upaya adaptasi (Dr. Rizaldi Boer, Geomet FMIPA-IPB dan
Dr. Heru Santoso, CIFOR)
Moderator: Harry Surjadi, SIEJ
Market Place: (Diskusi kelompok sesuai topik yang dipilih)
Pemahaman terhadap masalah Perubahan Iklim
Peran wartawan terhadap masalah ini
Rehat Kopi
Plenary:
Presentasi hasil diskusi dari masing-masing kelompok
Peran yang bisa diambil oleh wartawan untuk meningkatkan
kesadaran publik dan pembuat kebijakan terhadap isu ini
Refleksi: Dr. Dino Patti Djalal, Staff Khusus Presiden (invited)
Kesimpulan dan Penutup: Dr. Daniel Murdiyarso, CIFOR
23
Informasi singkat mengenai narasumber dan moderator:
24
Dr. Dino Patti Djalal, Staff Khusus Presiden untuk Hubungan Luar Negeri
Prof. Dr. Daniel Murdiyarso, Peneliti Senior CIFOR dan Guru Besar
Atmospheric Science di IPB (Mantan Deputi Menteri lingkungan Hidup dan
kepala negosiasi UNFCCC; Mantan National Focal Point untuk UNFCCC;
Convening Lead Author, IPCC 3rd Assessment Report, IPCC Special Report
on LULUCF, Review Editor IPCC 4th Assessment Report)
Dr. Rizaldi Boer, Geomet FMIPA-IPB, Sekretaris perhimpunan
Agrometeorologi (tbc)
Dr. Heru Santoso, Koordinator Asia Tropical Forest and Climate Change
Project, CIFOR
Ari Muhamad, Koordinator Nasional UNFCCC Implementation Climate &
Energy Programme, WWF Indonesia
Moderator: Harry Surjadi, Executive Director, The Society of Indonesian
Environmental Journalist dan Brigitta Isworo (wartawan senior kompas)
Lampiran 3
Presentasi: Perubahan Iklim dan Proses UNFCCC
(Daniel Murdiyarso, CIFOR)
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
Lampiran 4
Deklarasi Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Papua dan Papua Barat mengenai
Perubahan Iklim
45
46
47
48
Lampiran 5
Presentasi: Dampak Perubahan Iklim dan
Upaya Adaptasi
(Rizaldi Boer, Laboratorium Klimatologi, Geomet-FMIPA, IPB)
49
50
51
52
53
54
55
56
57
Lampiran 6
Presentasi: Mencari Strategi Adaptasi terhadap
Perubahan Iklim di Indonesia dan Hambatannya
(Heru Santoso, Koordinator TroFCCA untuk Asia Tenggara-CIFOR)
59
60
Lampiran 7
Kesimpulan Diskusi Interaktif tentang
Perubahan Iklim untuk Jurnalis
Kesimpulan
Diskusi Interaktif Jurnalis
Menjadi Komunikator yang Efektif tentang Isu Perubahan Iklim
Pada tanggal 2 Mei 2007, WWF dan CIFOR menyelenggarakan Diskusi Interaktif untuk
para Jurnalis. Diikuti oleh 40 jurnalis diskusi diawali dengan visualisasi video tentang
Perubahan Iklim Global, dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi. Selanjutnya para
peserta juga berkesempatan mendiskusikan beberapa topik pilihan mereka sendiri dalam
kelompok kecil.
Tujuan Diskusi adalah:
• Mempersiapkan diri dalam mencermati isu-isu aktual dalam perubahan iklim
berkaitan dengan persiapan dan pelaksanaan COP13-UNFCCC di Bali;
• Mengkritisi berbagai kebijakan publik yang tidak sejalan dengan upaya global dan
nasional untuk mengatasi dampak perubahan iklim, serta kemacetan birokrasi yang
menghambat pelaksanaan kebijakan tersebut;
• Membantu upaya peningkatan pemahaman masyarakat dalam persoalan perubahan
iklim melalui pemberitaan informasi yang benar dan tepat.
Beberapa isu (energi, adaptasi, mitigasi, deforestasi, dunia bisnis dan keuangan)
diangkat dalam diskusi kelompok dan dipresentasikan dalam pleno. Peserta menyadari
bahwa:
• Masyarakat dan pengambil kebijakan memerlukan informasi yang baik dan benar agar
mereka dapat terlibat dan berpartisipasi secara tepat;
• Perubahan iklim bukanlah masalah lingkungan semata, tetapi juga masalah sosial dan
ekonomi, bahkan keamanan dalam tataran lokal, nasional dan global;
• Dalam hal ini Jurnalis memiliki kesempatan yang luas untuk mengangkat berita,
artikel dan analisis yang terkait perubahan iklim dan dampaknya;
• COP13 di Bali merupakan kesempatan yang baik untuk mulai meningkatkan kesadaran
masyarakat dan pengambil kebijakan.
Hambatan:
• Kesulitan memperoleh informasi dan data yang mutakhir dan yang akurat serta nara
sumber yang handal;
• Pengambilan keputusan dan skala prioritas dalam pemuatan berita dengan Editor
media masing-masing.
Para Jurnalis juga menyadari bahwa mereka dapat melakukan tindakan praktis dan
konkrit sesuai dengan profesi mereka dengan cara:
• Tidak mendorong pemuatan iklan produk yang tidak ramah lingkungan dalam media
yang dikelola;
• Mengkampanyekan gaya hidup yang ramah lingkungan melalui korporasi;
• Berlaku kritis tentang Corporate Social Responsibility (CSR) dalam praktek;
• Mempraktekkan reduce, re-use, recyle dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
61
Download