1 HUBUNGAN DEPRESI DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN HIV

advertisement
HUBUNGAN DEPRESI DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN HIV/AIDS
DI POLIKLINIK VCT RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
THE DESCRIPTION OF DEPRESSION AND LIFE QUALITY OF HIV/AIDS IN
VCT POLYCLINIC OF dr. ZAINOEL ABIDIN GENERAL HOSPITAL OF
BANDA ACEH
Cut Meurah Intan Mardika1; Devi Darliana2
1
2
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
email: [email protected]; [email protected]
ABSTRAK
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang merusak sel-sel dalam sistem imun tubuh
manusia, gejala awal yang muncul meliputi nyeri tenggorokan, demam, ruam, dan limfadenopati. Apabila
gejala ini tidak ditangani dalam 2-10 tahun setelah terinfeksi, jumlah CD4 dapat turun hingga < 300 sel/µl,
dan kondisi seperti infeksi ragi pada vagina atau mulut, sitomegalovirus, atau herpes simplex persisten
mengisyaratkan munculnya Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Kondisi ini menyebabkan
timbulnya depresi pada pasien HIV/AIDS yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap kualitas hidupnya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan depresi dengan kualitas hidup pasien HIV/AIDS di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2016. Jenis penelitian adalah deskriptif korelatif dengan
desain cross sectional study. Populasi pasien HIV/AIDS yang melakukan kontrol ulang di Poliklinik VCT
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Teknik pengambilan sampel non probability
sampling serta menggunakan metode consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Alat
pengumpulan data dilakukan dengan bentuk daftar pertanyaan berbentuk kuesioner yang diadopsi dari Beck
Depression Inventory (BDI) dan WHOQOLHIV-BREF. Analisa data dilakukan dengan univariat dan bivariat
(uji statistic Chi-square). Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara depresi dengan kualitas hidup
pasien HIV/AIDS di Poliklinik VCT Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh (P-value =
0,001). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu, ada hubungan antara depresi dengan kualitas hidup pasien
HIV/AIDS di Poliklinik VCT Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Saran bagi
perawat dan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh agar dapat memberikan penjelasan
kesehatan dan dukungan mental pada pasien HIV/AIDS sehingga dapat mengurangi depresi yang dirasakan
pasien
Kata Kunci : Depresi, kualitas hidup, pasien HIV/AIDS
ABSTRACT
Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a retrovirus that damage cells in the human body’s immune
system, the initial symptoms that appear are sore throat, fever, rash, and lymphadonephaty. If these
symptoms are not dealt within 2 – 10 years after infection, CD4 cell count can drop to < 300 cells/µl and
conditions such as yeast infections of vagina or mouth, cytomegalovirus, or persistent herpes simplex
signaled the advent of Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). This condition causes the onset of
depression in patients with HIV/AIDS that affect the patient’s perception on the quality of life. The purpose
of this study was to determine the relationship of depression and quality of life of patients with HIV/AIDS in
the dr. Zainoel Abidin General Hospital of Banda Aceh in 2016. This research used descriptive correlative
method with cross sectional study design. The population of the research was patients with HIV/AIDS who
did the reguler checkup in VCT Polyclinic of dr. Zainoel Abidin General Hospital of Banda Aceh. Sampling
techniques used were non-probability sampling and consecutive sampling technique with a sample size of 30
people. Data collection instrument used was a questionnaire adopted from the Beck Depression Inventory
(BDI) and WHOQOLHIV-BREF. Data were analyzed by using univariate and bivariate analysis (Chi-square
statistical test). The result showed that there was a relationship between depression and quality of life of
patients with HIV/AIDS in VCT (P-value = 0.001). It is can be concluded that there was a relationship
between depression and quality of life of patients with HIV/AIDS in VCT Polyclinic of dr. Zainoel Abidin
General Hospital of Banda Aceh. It is suggested that the nurses and the hospital provide health explanation
and mental support to patients with HIV/AIDS so as to reduce the depression felt by the patient.
Key Words : Depression, Quality of Life, HIV/AIDS patients
1
PENDAHULUAN
Human Immunodeficiency Virus
(HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi
dan merusak sel-sel dalam sistem imun
tubuh. Acquired Immunodeficiency Syndrome
(AIDS) atau Sindrome kehilangan kekebalan
tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit
yang menyerang tubuh manusia sesudah
sistem kekebalan dirusak oleh HIV (Djoerban
& Djauzi, 2007, p.1803). Kehilangan
kekebalan tubuh mengakibatkan pasien AIDS
mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri,
jamur, parasit, dan virus tertentu yang
bersifat oportunistik (Djuanda, 2010, p.427).
Berdasarkan data dari United Nations
Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), jumlah
pasien HIV di dunia mengalami peningkatan
dari Juni 2014 yaitu 13.6 juta jiwa sampai
Juni 2015 yaitu mencapai 15.8 juta jiwa.
Pada tahun 2014 didapatkan 5 juta orang
pasien HIV di Asia dan Pasifik, dengan kasus
baru terinfeksi sebanyak 78% di China,
Indonesia, dan India (UNAIDS, 2015, p.1-3).
Berdasarkan laporan Ditjen PP dan PL
Kementrian Kesehatan RI 2014, jumlah
kasus HIV yang tercatat di Indonesia
sebanyak 22.869 orang dan jumlah kasus
AIDS sebanyak 1.876 orang. Jumlah ini
dapat saja terus meningkat sewaktu-waktu
(Kementrian Kesehatan RI, 2014, p.3).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Aceh, tahun 2014 jumlah pasien
HIV/AIDS sebanyak 85 orang, sedangkan
pada tahun 2015 mengalami penurunan dan
hanya berjumlah 79 orang. Namun data dari
Poliklinik VCT RSUDZA, pada tahun 2015
jumlah pasien HIV/AIDS yang menjalani
pengobatan setiap bulannya hanya berkisar
40 orang.
Penyakit HIV/AIDS ini telah
menimbulkan masalah yang cukup luas pada
individu yang terinfeksi yaitu masalah fisik,
sosial, dan emosional (Smeltzer & Bare,
2005). Masalah secara fisik terjadi akibat
penuruan daya tahan tubuh progresif yang
sangat rentan terutama terhadap penyakit
infeksi dan keganasan seperti TB paru,
pneumonia, sarcoma kaposi, limpoma,
hepatitis,
diare
kronik,
herpes
simpleks/zoster, dan infeksi kelamin.
Masalah sosial dan emosional juga sering
dihadapi sebagai dampak dari stigma
terhadap penyakit ini yang identik dengan
perilaku-perilaku tidak bermoral seperti seks
bebas, penyalahgunaan narkoba, dan seks
sesama jenis (homoseksual) sehingga pasien
dianggap pantas
untuk mendapatkan
hukuman dari perbuatannya tersebut.
Masalah fisik dan sosial ini menyebakan
timbulnya depresi pada pasien HIV/AIDS.
Depresi adalah salah satu masalah
kesehatan mental yang dilaporkan di antara
orang-orang dengan HIV/AIDS. Menurut
Hawari (2011) Depresi adalah suatu
kesedihan atau perasaan duka yang
berkepanjangan yang ditandai dengan
kemurungan, kesedihan mendalam dan
berkelanjutan
yang
berdampak
pada
hilangnya gairah hidup, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas, kepribadian
tetap utuh, dan perilaku dapat terganggu
tetapi dalam batas-batas normal.
Kualitas hidup adalah keadaan yang
dipersepsikan terhadap keadaan seseorang
sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang
dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan
dan niatnya. Kesehatan adalah kebutuhan
dasar dan modal utama untuk mencapai
kualitas hidup yang terbaik. Namun kondisi
umum pada Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) yaitu kelelahan baik secara fisik
ataupun psikologi, stres yang tinggi dan
berlangsung dalam jangka waktu lama yang
dapat memperburuk kondisi kesehatan dan
berefek pada kualitas hidupnya.
METODE
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah descriptive
correlative, dengan desain penelitian cross
sectional study melalui kuesioner. Penelitian
ini dilakukan pada Juni - Juli 2016 di Rumah
Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin
Banda Aceh. Metode pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non probability sampling dengan teknik
2
consecutive sampling. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien
HIV/AIDS yang melakukan kontrol ulang di
Poliklinik VCT Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Sampel
dalam penelitian ini merupakan bagian dari
populasi target yang akan diteliti secara
langsung yang berjumlah 30 orang
(Notoatmodjo, 2010).
HASIL
Data Demografi
Data yang diperoleh berdasarkan kuesioner
terhadap 30 responden adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi
Demografi Pasien HIV/AIDS
No
1
2
3
4
5
Data
Demografi
Usia:
Remaja Akhir
(17-25)
Dewasa Awal
(15-35)
Dewasa Akhir
(36-45)
Lansia Akhir
(56-65)
Jenis kelamin:
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan
terakhir:
Tidak sekolah
Dasar
Menengah
PT/Sederajat
Status
perkawinan:
BelumMenikah
Menikah
Janda/duda
Pekerjaan:
Data
Frekuensi Persentase
PNS
Swasta
IRT
Pengangguran
Petani
Total
1
15
3
10
1
30
3,3
50,0
10,0
33,3
3,3
100
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
distribusi data demografi pasien HIV/AIDS
paling banyak berada pada rentang usia
dewasa akhir 36 - 45 tahun sejumlah 17
orang (56,7%), jenis kelamin paling banyak
adalah laki-laki sejumlah 21 pasien (70%),
pendidikan terakhir paling banyak adalah
PT/Sederajat sejumlah 17 pasien (56,7%),
status pernikahan paling banyak adalah
menikah sejumlah 22 pasien (73,3%), dan
pekerjaan paling banyak adalah swasta
sejumlah 15 pasien (50%).
1
3,3
11
36,7
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat
Depresi Pasien HIV/AIDS di Poliklinik VCT
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin
17
56,7
No
1
3,3
1
2
3
21
9
70,0
30,0
2
4
7
17
6,7
13,3
23,3
56,7
5
22
3
16,7
73,3
10,0
Tingkat
Depresi
Ringan
Sedang
Berat
Total
Frekuensi
Persentase
3
9
18
30
10
30
60
100
Berdasarkan tabel 2 di atas,
menunjukkan bahwa sebanyak 18 orang
(60%) pasien HIV/AIDS mengalami depresi
berat.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup
Pasien HIV/AIDS di Poliklinik VCT Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh 2016
No
1
2
Kualitas
Hidup
Baik
Buruk
Frekuensi Persentase
11
19
36,7
63,3
3
Total
30
100
Berdasarkan tabel 3 di atas,
menunjukkan bahwa ada 19 orang (63,3%)
pasien HIV/AIDS mempersepsikan kualitas
hidupnya buruk.
Tabel 4. Hubungan Depresi dengan Kualitas
Hidup Pasien HIV/AIDS di Poliklinik VCT
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh 2016 (n=30)
Kualitas Hidup
Depresi
Ringan/
Sedang
Berat
Total
Baik
Total
Buruk
f
%
f
9
81,8
3
15,8 12
40,0
2
18,2 16 84,2 18
60,0
11
100
19
%
100
f
pvalue
%
0,001
30 100,0
Berdasarkan tabel 4 di atas,
menunjukkan bahwa dari 18 orang (60,0%)
pasien HIV/AIDS yang mengalami depresi
berat, 16 orang (84,2%) mempersepsikan
kualitas hidupnya buruk. Melalui uji statistik
dengan Chi - Square Test, didapatkan bahwa
nilai P-value = 0,001 (<0,05) sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti ada
hubungan antara depresi dengan kualitas
hidup pasien HIV/AIDS di Poliklinik VCT
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh 2016
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 18 orang (60,0%) pasien HIV/AIDS
yang mengalami depresi berat, 16 orang
(84,2%) mempersepsikan kualitas hidupnya
buruk. Melalui uji statistik dengan ChiSquare Test, didapatkan bahwa nilai P-value
= 0,001 (<0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti ada hubungan antara
depresi dengan kualitas hidup pasien
HIV/AIDS di Poliklinik VCT Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh 2016.
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan (Kusuma, 2011,
p.122) didapatkan hasil responden yang
depresi memiliki kualitas hidup buruk yakni
sebanyak 40 orang (86,3%), sedangkan
yang memiliki kualitas hidup baik hanya 16
orang (33,3%). Hal ini menunjukkan
responden yang depresi beresiko 10,35 kali
untuk memiliki kualitas hidup kurang baik
dibanding dengan responden yang tidak
depresi.
Menderita HIV/AIDS membuat
pasien stres
dan depresi
sehingga
menstimulasi
hypothalamus
untuk
melepaskan
neuropeptida
yang akan
mengaktivasi ANS (Autonomic Nerve
System) dan hypofise untuk mengeluarkan
kortikosteroid dan katekolamin yang
merupakan hormon-hormon yang bereaksi
terhadap kondisi stres. Peningkatan kadar
glukokortikoid akan mengganggu sistem
imunitas, yang menyebabkan CD4 pasien
semakin turun dan pasien semakin rentan
terkena infeksi dan perburukan kondisi
kesehatan (Gunawan & Sumadiono, 2007;
Robinson, 2003).
Selain
itu,
depresi
dapat
berkontribusi pada penurunan kesehatan fisik
dan mental yang menyebabkan seseorang
malas untuk melakukan aktivitas self care
harian secara rutin. Pada pasien HIV/AIDS,
ini dapat berpengaruh pada ketidakpatuhan
terhadap regimen terapi ARV. Ditambah lagi
dengan nafsu makan berkurang, kesulitan
tidur, dan kurangnya motivasi untuk
berolahraga. Hal ini dapat menyebabkan
kondisi fisik yang semakin menurun sehingga
memperberat penyakitnya (Holmes, Bilker,
Wang, Chapman, Gross, 2007, p.326). Li,
Lee, Thammawijaya, Jiraphongsa, & Borus
(2009, p.15) juga menemukan pada
penelitiannya bahwa perasaan depresi dapat
menyebabkan pasien HIV/AIDS sungkan
untuk
mencari
bantuan
pengobatan,
perawatan, dan informasi tentang penanganan
terhadap penyakitnya yang pada akhirnya
dapat memperburuk derajat kesehatannya.
4
Cichocki (2009, p.24) keadaan
depresi membuat pasien pesimis terhadap
masa depan, memandang dirinya tidak
berharga, cenderung mengurung diri dan
tidak ingin bergaul dengan orang lain, serta
mengganggap dirinya sebagai orang yang
dikutuk oleh Tuhan. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi secara keseluruhan pada
aspek-aspek dalam kualitas hidup pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh
Basavaraj, Navya & Rashmi (2010, p.77-78)
menyatakan bahwa pasien HIV/AIDS yang
berusia lebih dari 35 tahun, lebih mungkin
menderita depresi, kecemasan, kebingungan,
kelelahan dan insomnia. Charles, Jeyaseelan,
Pandian, Sam, Thenmozhi & Jeyaselaan
(2012, p.9) dalam penelitiannya juga
menemukan bahwa pasien HIV/AIDS
berstatus menikah lebih mungkin menderita
depresi disebabkan memiliki tanggungjawab
untuk mengurus anak-anak dan keluarga,
serta
memiliki
rasa
takut
untuk
mengungkapkan status kepada keluarga
karena kekhawatiran mereka kehilangan
lingkungan sosial dan dukungan ekonomi.
Kondisi ini memberikan dampak negatif
terhadap kualitas hidup mereka, baik
kesehatan mental, fungsi sosial, atau persepsi
kesehatan pada umumnya. Hal ini sesuai
dengan data demografi pada hasil penelitian
terdapat 56,7% pasien berada pada rentang
usia dewasa akhir yaitu 36 - 45 tahun, dan
73,3% berstatus menikah.
Hal lain yang menyebabkan depresi
pada pasien HIV/AIDS yaitu terkait
pemahaman yang berkembang di masyarakat
terhadap pasien yang membuat masyarakat
mengucilkan mereka. Kondisi ini membuat
pasien HIV/AIDS semakin menutup diri dari
kehidupan sosialnya, sehingga mereka
memiliki masalah sosial yang cukup serius
dan berdampak pada kualitas hidupnya. Hal
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Reis, Haas, Santos, Teles, Galvao, & Gir
(2011, p.879) yang menemukan bahwa
depresi dialami sekitar 22% - 45% oleh
pasien HIV/AIDS dengan penyebab faktorfaktor sosial dan psikologis, seperti kesulitan
dalam hubungan emosional dan seksual,
konflik perkawinan serta isolasi sosial.
Melalui hasil penelitian diketahui
adanya hubungan depresi dengan kualitas
hidup pasien HIV/AIDS di Poliklinik VCT
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh. Peneliti mendapatkan
hasil responden yang mengalami depresi
berat sebanyak 18 orang (60,0%), dengan 16
orang (84,2%) mempersepsikan kualitas
hidupnya buruk.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara depresi dengan kualitas hidup pasien
HIV/AIDS di Poliklinik VCT Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
Adapun saran dari penulis bagi perawat
di Poliklinik VCT Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
adalah agar dapat memberikan dukungan
mental kepada pasien sehingga depresi pasien
dapat berkurang dan mempersepsikan
kualitas hidupnya menjadi lebih baik dan
produktif.
Serta saran penulis selanjutnya bagi
peneliti selanjutnya adalah diharapakan dapat
menyempurnakan penelitian ini dengan
cakupan wilayah yang lebih luas dan jumlah
responden lebih dari 30 orang serta
menggunakan metode yang berbeda.
REFERENSI
Basavaraj, K. H., Navya, M. A., & Rashmi,
R. (2010). Quality of Life in
HIV/AIDS. Indian Journal of
Sexually Transmitted Diseases and
AIDS, 31 (2), 75-80. Doi:
10.4103/0253-7184.74971.
Charles, B., Jeyaseelan, L., Pandian, A. K.,
Sam, A. E., Thenmozhi, M., &
Jayaseelan, V. (2012). Association
Between Stigma, Depression and
Quality Of Life Of People Living with
HIV/AIDS (PLHA) In South India.
5
Volume 12:11. doi: 10.1186/14712458-12-463.
Cichoki, M. (2009). Dealing with HIV &
Depression when Sadness Takes
Over. Diunduh pada tanggal 19 Juli
2016 dari http://aids.about.com
Djuanda, A. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Djoerban, Z., & Djauzi, S. (2007). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Gunawan, B., & Sumadiono, J. (2007). Stres
& Sistem Imun Tubuh: Suatu
Pendekatan
Psikoneuroimunologi.
Cermin Dunia Kedokteran. No. 154.
13-16. Di unduh pada tanggal 19 Juli
2016 dari http://www.aidsinfonet.org
Hawari, H. (2011). Manajemen Stres, Cemas,
dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI.
Holmes, W. C., Bilker, W. B., Wang, H.,
Chapman, J., & Gross, R. (2007).
HIV/AIDS Specific Quality Of Life
And Adherence To Antiretroviral
Therapy Over Time. Journal Of
Acquir
Immune
Deficiency
Syndrome. 46 (3), 323-328.
Li, L., Lee, S. J., Thammawijaya, P.,
Jiraphongsa, C., Borus, M. J. R.
(2009). Stigma, Social Support, and
Depression Among People Living
With HIV In Thailand. AIDS Care.
Diunduh pada tanggal 19 Juli 2016
dari http://www/informaworld.com
Notoatmodjo,
S.
(2010).
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Reis, R. K., Haas, V. J., Santos, C. B. D.,
Teles, S. A., Galvao, M. T. G., &
Gir, E. (2011). Symptoms Of
Depression and Quality Of Life Of
People Living with HIV/AIDS. 19 (4),
874-881.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2005). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC
UNAIDS. (2015). Global Statistik. Diakses
05
Februari
2016
dari
http://www.unaids.org/sites/default/fi
les/media_asset/20150901_FactSheet
_2015_en.pdf
Kemenkes RI. (2014). Statistik Kasus
HIV/AIDS di Indonesia. Tersedia
pada:
http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf
[Diakses tanggal 05 Februari 2016].
Kusuma, H. (2011). Hubungan Antara
Depresi dan Dukungan Keluarga
dengan Kualitas Hidup Pasien
HIV/AIDS
yang
Menjalani
Perawatan
di
RSUPN
Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Tesis FIK
UI. Diambil tanggal 8 Februari 2016
dari http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/
6
Download