Apa yang dimaksud dengan kesepakatan

advertisement
Ringkasan
Kebijakan 3 EFI
Apa yang dimaksud
dengan kesepakatan
kemitraan sukarela
– Pendekatan Uni Eropa
Fasilitas FLEGT UE
Upaya ini dibiayai oleh Uni Eropa
Kebijakan 3 EFI
2009
1
Pemerintah Finlandia mendukung pendekatan FLEGT Eropa untuk menghubungkan pasar internasional yang bekerja secara bertanggung jawab dengan perlindungan hutan di
seputar dunia. Kesepakatan Kemitraan Sukarela (VPA) bisa menyediakan mekanisme yang
baru dan inovatif untuk mendukung negara-negara yang ingin mengelola hutan dengan lebih baik, meningkatkan mata pencaharian masyarakat dan melindungi sumber daya alam.
VPA juga bisa memberikan dampak positif terhadap kapasitas negara-negara mitra untuk
menanggapi persyaratan pasar internasional yang terus berubah untuk kayu dan karbon.
Paavo Väyrynen
Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pembangunan, Finlandia
2
Kata
Pengantar
Pembalakan liar bisa berdampak menghancurkan terhadap sebagian
dari hutan paling berharga yang tersisa di dunia maupun warga
masyarakat yang tinggal di dalamnya serta bergantung pada sumber
dayanya. Efek lingkungan hidup ini mencakup penggundulan hutan,
hilangnya keanekaragaman hayati serta emisi gas rumah kaca.
Komisi Eropa telah menerbitkan Rencana Tindakan mengenai
Penegakan Hukum, Tata Kelola dan Perdagangan Sektor Kehutanan
(FLEGT) pada tahun 2003, yang menguraikan berbagai langkah
yang tersedia bagi Uni Eropa dan Negara-Negara Anggotanya untuk
menangani pembalakan liar di berbagai hutan yang ada di dunia.
Lingkup Rencana Tindakan tersebut dicakup dalam Ringkasan Kebijakan
2 EFI. Dokumen ini meyoroti secara terperinci salah satu dari langkahlangkah tersebut – Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT. Kesepakatan
kemitraan sukarela merupakan kesepakatan bilateral antara UE dan
negara-negara pengekspor kayu tropis, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan tata kelola kehutanan serta menjamin bahwa kayu yang
diimpor ke UE berasal dari sumber yang legal.
1 http://www.efi.int/files/attachments/publications/efi_policy_brief_2_in_net.pdf
3
David Young, Global Witness
Andreas Knoell
Penandaan dan pencatatan kayu gelondongan dengan cara yang
dapat diandalkan merupakan komponen yang vital pada sistem
pelacakan kayu dan modul yang disyaratkan pada jaminan legalitas
di negara-negara VPA FLEGT. Penandaan dengan menggunakan
cat dan/ atau palu penanda merupakan metode yang paling umum
digunakan dalam sektor kehutanan. Selain teknik ini, berbagai metode
penandaan yang baru-baru ini dikembangkan seperti label kode bar
dan label Identifikasi Frekuensi Radio (RFID) kini mulai digunakan
untuk mengidentifikasi kayu gelondongan dan untuk menjumlahkan
volume kayu dalam rantai pasokan nasional.
Inspektur dari Harwood Timber Sdn Bhd yang mengelola kayu gelondongan di pos pengecekan pada divisi
Bintulu, Sarawak; Malaysia. Pengecekan fisik merupakan bagian penting dari setiap sistem pelacakan kayu
untuk membuktikan bahwa spesifikasi kayu gelondongan (misalnya volume, panjang, spesies, diameter)
cocok dengan spesifikasi yang dicatat dalam pangkalan data pelacakan kayu. Lokasi pengambilan contoh,
metode dan intensitas pengecekan fisik akan bergantung pada tingkat risiko penyalahgambaran.
U
4
E terus mengembangkan kesepakatan
bilateral dengan negara-negara yang
mengekspor produk kayu ke UE, yang disebut
Kesepakatan Kemitraan Sukarela (VPA) FLEGT.
Karena ini adalah kesepakatan perdagangan,
UE melakukan perundingan atas nama semua
Negara Anggota Eropa secara bersama-sama.
Seperti yang ditunjukkan oleh nama tersebut,
kesepakatan ini bersifat sukarela bagi negaranegara pengekspor. Akan tetapi, begitu dimulai,
kesepakan tersebut akan bersifat mengikat secara
hukum terhadap kedua belah pihak, mewajibkan
mereka untuk hanya melakukan perdagangan
kayu yang legal. Berdasarkan kesepakatan ini,
negara-negara pengekspor mengembangkan
sistem untuk memverifikasi legalitas ekspor
kayu mereka ke UE. Komisi Eropa dan NegaraNegara Anggota UE menyediakan dukungan
untuk membantu mengimplementasikan sistem
tersebut.
Kesepakatan Kemitraan Sukarela terdiri dari
empat tahap:
3.Pengembangan, di mana para pihak
mengembangkan sistem seperti yang telah
disepakati serta mengevaluasi kredibilitasnya
1.Persiapan, di mana negara-negara
menjelajahi lingkup model Kemitraan ini dan
memperkirakan apakah kebutuhan sektor
kehutanan mereka akan terpenuhi
Apabila
suatu
kesepakatan
telah
diimplementasikan sepenuhnya, impor dari
negara mitra ke Uni Eropa tentu memerlukan
surat izin FLEGT. Impor dari negara mitra
tanpa surat izin akan dilarang. Perdagangan
produk kayu dari negara non-mitra tidak
akan terpengaruh. Untuk memastikan bahwa
kesepakatan tersebut ditegakkan, setiap Negara
2.Perundingan, di mana para mitra
menyepakati standar dan sistem jaminan,
dan di atasnya mereka akan mendasarkan
kesepakatan perdagangan kayu mereka
4.Pelaksanaan penuh, di mana sistem ini sudah
mulai berjalan dan hanya kayu legal berizin
yang dapat diekspor dari negara mitra ke
pasar Eropa.
“
Perundingan VPA di Ghana merupakan pengalaman belajar yang unik.
Saya mengaitkan perbedaan yang mencolok pada proses tersebut
dengan gabungan tiga faktor inovatif: perlunya mempertemukan
pemangku kepentingan sektor utama untuk mencapai satu maksud
yang sama dalam batas waktu yang telah ditetapkan; perlunya
menyejajarkan aspirasi tata pemerintahan nasional dengan
persyaratan pasar internasional; dan para pengamat internasional
yang antusias yang mampu mempengaruhi debat nasional setiap
saat. Tantangannya sekarang, antara lain, untuk membangun di atas
pengalaman yang dinamis ini, dan memanfaatkan pembelajaran
baru demi memberi informasi untuk inisiatif-inisiatif kebijakan masa
depan yang berkaitan dengan masyarakat, tata kelola sumber daya,
pasar dan penetapan standar internasional.
1 . P er s i a p a n
Dialog informal, penyediaan informasi mengenai
sasaran dan kebutuhan FLEGT, kajian tata kelola,
serta identifikasi pemangku
Interaksi multi-pihak (instansi-instansi
pemerintah, industri, LSM)
2 . P er u n d i n g a n
Perundingan bilateral formal, diakhiri dengan
tercapainya kesepakatan yang mengikat secara
hukum mengenai:
1. Definisi kayu legal
2. Sistem pelacakan kayu
3. Kepatuhan terhadap definisi legalitas dan
penerapan sistem pelacakan kayu
4. Penerbitan surat izin FLEGT
5. Pemantauan independen
Chris Beeko
Komisi Kehutanan Ghana, Ghana
Para mitra perundingan: UE dan pemerintah
negara tersebut.
Informasi dan dukungan melalui proses multipihak
3. Pengembangan
Implementasi dan penilaian independen terhadap
sistem penjamin legalitas yang disepakati dalam
VPA
Pemerintah mengimplementasikan dan didukung oleh para donor.
Pengamatan dan informasi dari para pemangku
kepentingan
4 . I m p l e m e n ta s i
Bekerjanya secara penuh sistem perizinan, penolakan impor kayu tak berizin ke UE
Anggota Eropa akan menyiapkan sistem untuk
menghentikan pengiriman yang dilarang.
Apa yang diupayakan untuk dicapai oleh VPA?
Negara-negara penghasil kayu yang telah
bergabung dalam kemitraan FLEGT melihatnya
sebagai sarana untuk mengamankan dan
meningkatkan akses mereka ke pasar Eropa
serta mengangkat reputasi negara serta produk
kayu mereka. VPA juga dapat mendukung
program reformasi sektoral dan meningkatkan
pengumpulan pendapatan dari sektor kayu.
Dari sisi UE, kemitraan ini merupakan bagian
dari pengakuan yang eksplisit bahwa konsumen
Eropa menggunakan produk kayu dalam jumlah
yang cukup signifikan dari wilayah-wilayah di
mana terdapat tingkat ilegalitas yang tinggi
dan tata kelola sektor kehutanan yang buruk.
Ini berpotensi menyediakan pasar kayu ilegal
maupun laba bagi perusahaan-perusahaan yang
melakukan kegiatan ilegal. Dengan memastikan
bahwa impor kayu dari Negara Mitra FLEGT
dilakukan secara legal, UE dapat menciptakan
insentif ekonomi untuk meningkatkan tata
kelola kehutanan. Tujuannya bukan sekadar
mengurangi penggundulan hutan ilegal, tetapi
berupaya menangani kemiskinan dan mendorong
pembangunan, karena tata kelola kehutanan
dapat mengurangi konflik dan eksploitasi di
dalam kawasan hutan serta menciptakan iklim
Diawasi oleh Komite Pelaksanaan Gabungan.
Informasi dari para pemangku kepentingan
yang lebih baik untuk investasi jangka panjang
dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
Akan tetapi, kesepakatan, dan sistem
transparan yang mendukung surat izin legalitas
nasional, bukan merupakan solusi cepat untuk
sementara. Pada umumnya, kesepakatan ini
mungkin memerlukan beberapa tahun untuk
dirundingkan dan kemudian dilaksanakan.
Meskipun demikian, banyak pihak mengharapkan
bahwa mekanisme untuk menggabungkan
perdagangan dan bantuan ini berpotensi untuk
menjadi salah satu langkah signifikan untuk
melindungi hutan yang terancam punah serta
membina pengelolaan hutan yang legal dan
berkelanjutan di negara-negara mitra.
5
Jade Saunders, EFI
“
Dengan amendemen Lacey Act yang baru, ada perubahan lanskap bagi
perusahaan-perusahaan yang menjalankan bisnis dengan AS. Setiap
usaha yang ingin mematuhi Lacey, dan menghindari risiko penyitaan,
denda atau bahkan hukuman penjara, akan mencari sumber kayu
dengan benar-benar memperhatikan legalitasnya. Mekanisme yang
bermakna untuk membentuk dan memverifikasi legalitas, khususnya di
daerah-daerah yang berisiko tinggi, akan terbukti sangat penting untuk
membimbing pengambilan keputusan tentang sumber perolehan kayu
guna meminimalkan risiko. Sistem pemberian izin VPA yang kokoh
dapat menawarkan jenis alat yang persis seperti itu bagi perusahaanperusahaan di negara mitra maupun para pembeli mereka.”
Andrea Johnson
Badan Investigasi Lingkungan Hidup, Washington DC
Kayu gelondongan di pelabuhan Kribi, Kamerun, sedang
menunggu dikirim ke Douala untuk ekspor internasional.
Sistem Jaminan Legalitas (LAS)
Kredibilitas setiap VPA bergantung pada
pengembangan Sistem Jaminan Legalitas (LAS),
dengan alasan-alasan teknis yang diperinci dalam
kesepakatan tersebut. Sistem ini harus konsisten
dan logis serta dapat diandalkan, serta didasarkan
atas undang-undang dan lembaga negara mitra.
Fungsinya adalah untuk mengidentifikasi dan
memberikan surat izin bagi kayu yang dihasilkan
secara legal, dan memastikan bahwa hanya kayu
legal yang diekspor ke Uni Eropa.
Sistem yang efektif untuk memastikan legalitas
mencakup pengecekan operasi hutan serta
pengendalian pengangkutan dan pengolahan
kayu melalui beberapa pemilik yang berbeda,
mulai dari pemungutan sampai ke tahap ekspor.
Setelah perincian LAS disepakati dan
kesepakatan kemitraan ditandatangani, maka
6
akan ada suatu periode waktu yang disepakati
bagi negara mitra untuk mengimplementasikan
sistem yang diperlukan dan memastikan
bahwa sektor swasta mampu memenuhi
persyaratan-persyaratannya. Begitu sistem ini
diimplementasikan, hanya kayu berizin dari
negara tersebut yang akan diterima di perbatasan
UE, dan para eksportir kayu ilegal tidak akan bisa
lagi melakukan perdagangan dengan Uni Eropa.
LAS yang kokoh mempunyai lima unsur
utama:
1.Definisi yang jelas tentang kayu legal
2.Mekanisme untuk mengendalikan kayu pada
waktu beredar di negara mitra
3.Lembaga yang disetujui pemerintah untuk
memverifikasi bahwa undang-undang telah
dipatuhi dan sistem pengendalian diterapkan
dengan ketuntasan yang memadai
2 http://ec.europa.eu/development/policies/9interventionareas/environment/forest/flegt_briefing_notes_en.cfm
4.Pihak berwenang penerbit izin ekspor
5.Lembaga independen untuk memantau
bahwa seluruh sistem berfungsi dengan baik
Untuk bimbingan yang lebih terperinci mengenai
unsur-unsur dalam Sistem Jaminan Legalitas,
lihat Catatan Pengarahan FLEGT Komisi Eropa.2
Apa yang dimaksud dengan kayu legal?
Kesepakatan Kemitraan Sukarela mewajibkan
UE dan para mitranya untuk melakukan
perdagangan kayu legal saja. Untuk itu, setiap
pihak perlu mempunyai pemahaman yang jelas
tentang apa yang tersangkut dalam produksi
legal di negara mitra. Seperti disebutkan di
atas, definisi didasarkan atas undang-undang
dan peraturan negara mitra masing-masing.
Akan tetapi, Uni Eropa telah mewajibkan diri,
melalui Rencana Tindakan FLEGT dan sejumlah
David Young
Global Witness
Jade Saunders, EFI
“
Global Witness merintis Pemantauan Hutan Independen (IFM) karena percaya bahwa
keterlibatan masyarakat sipil yang diberi bentuk formal dalam proses pengawasan dan
keseimbangan (checks and balances) sangat penting bagi setiap sistem tata pemerintahan,
dan karena itu menyambut komitmen Eropa sebagai komponen utama dalam Sistem Jaminan
Legalitas FLEGT. Pemantau independen berperan untuk menyediakan pengawasan eksternal
terhadap semua komponen lain dalam sistem jaminan legalitas (LAS) dan dengan demikian
memberikan kredibilitas publik kepada sistem tersebut. Kekuatan dan kesehatan pemantauan
bergantung pada standar minimum kemandirian, akses ke informasi, serta kebebasan untuk
membuat laporan. Apabila hal-hal ini tidak ada, maka akan timbul risiko serius di mana IFM
akan menjadi simbol pertanggungjawaban – yang secara rutin menghasilkan laporan tetapi
secara rutin juga tidak mendapatkan cerita yang sesungguhnya – sehingga akan melemahkan
ikatan suatu negara dengan para warga negaranya sehingga mustahil bagi konsumen Eropa
untuk merasa yakin kepada produk yang diberikan izin berdasarkan sistem ini.
Kapal-kapal penangkap ikan yang terbuat dari batang pohon di
Kribi, Kamerun. Selain memberikan kontribusi kepada pendapatan
ekspor, hutan juga berperan penting dalam menyediakan makanan,
kayu bakar, bahan bangunan, kayu untuk ukiran dan tanaman obat.
kesepakatan internasional, untuk memegang
teguh pengelolaan hutan yang berkelanjutan,
sehingga negara-negara mitra didorong untuk
mempertimbangkan ketiga pilar keberlanjutan
sewaktu menetapkan standar nasional mereka.
Umumnya, hal-hal yang tercakup dalam undangundang meliputi perlindungan lingkungan
hidup, aturan penebangan, pembayaran biaya,
perdagangan kayu dan peraturan pengangkutan
serta hak-hak atas properti, termasuk hak
masyarakat yang bergantung pada hutan untuk
mata pencaharian mereka.
Pengembangan standar legalitas nasional
untuk kesepakatan FLEGT merupakan tanggung
jawab pemerintah di setiap negara mitra. Akan
tetapi, diakui bahwa kredibilitas kesepakatan,
serta kecocokan untuk pasar Eropa, menuntut
agar kesepakatan tersebut dirumuskan melalui
proses politik yang terbuka dan berjangkauan
luas. Berbagai proses ini merupakan pengakuan
akan fakta bahwa kegagalan merespek undangundang kehutanan dapat menyebabkan kerugian
bagi berbagai lembaga dan kelompok masyarakat
– pemerintah, sektor swasta, masyarakat luas serta
masyarakat lokal dan pribumi – dengan cara yang
berbeda-beda. Standar legalitas yang sah secara
politik perlu melibatkan konsultasi yang luas
dengan semua kelompok yang terkena dampak.
Selama proses penetapan standar legalitas,
kekurangan dalam kerangka hukum yang ada
mungkin akan terlihat – misalnya celah dalam
peraturan perundang-undangan atau prosedur
yang terlalu rumit. Karena itu, kesepakatan
ini mungkin bisa memperkirakan reformasi
terhadap kerangka hukum nasional dalam kasuskasus demikian.
Selain menjadi dasar bagi pemberian izin
ekspor FLEGT, standar legalitas nasional ini
bisa diterapkan oleh badan sertifikasi sebagai
salah satu unsur utama pengelolaan hutan yang
berkelanjutan di negara mitra.
Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa
kayu yang diekspor ke UE adalah kayu legal?
Untuk memastikan bahwa kayu yang diekspor
adalah kayu yang dihasilkan secara legal,
dibutuhkan sistem yang dapat memantau
pergerakan kayu dan produk dari saat panen
sampai ekspor. Banyak perusahaan di seluruh
dunia sudah mempunyai sistem demikian untuk
operasi terpisah yang mereka jalankan, tetapi
kesepakatan FLEGT mewajibkan negara-negara
mitra untuk mengembangkan sistem nasional
yang mencakup semua perusahaan domestik
dan internasional yang mengekspor kayu ke
UE. Di samping itu, beberapa negara memilih
untuk menerapkan sistem mereka dengan cara
7
Niina Verkerk, EFI
Mengecek pekerjaan pencatatan di sebuah pabrik, di Indonesia.
8
yang lebih luas, misalnya dengan memastikan
kepatuhan kepada hukum dalam perusahaanperusahaan yang melakukan ekspor ke pasar lain,
atau juga mencakup produksi untuk pasar dalam
negeri. Sistem-sistem ini dimaksudkan untuk
memastikan bahwa hak penggunaan sudah ada
dan pengolahan dilakukan sesuai dengan undangundang nasional. Selain ini, sistem tersebut
harus memastikan bahwa kayu ilegal tidak akan
mendapatkan izin sebagai kayu legal belakangan
dalam proses produksi. Ini dilakukan dengan
memastikan bahwa jumlah kayu yang berizin
untuk ekspor tidak lebih dari jumlah kayu yang
dipungut secara legal – dengan mengukur dan
mencocokkan volume kayu pada sejumlah titik di
seluruh rantai pasokan setiap perusahaan maupun
di seluruh proses produksi kayu nasional.
“
Diskusi multi-pihak nasional yang menghasilkan standar legalitas kayu dan
sistem verifikasi merupakan peluang pertama yang dimiliki beberapa pemangku
kepentingan hutan Indonesia untuk memahami beberapa dari banyak undangundang yang kompleks yang berlaku bagi hutan di sini. Proses ini telah
memberdayakan masyarakat sipil untuk benar-benar terlibat dalam perancangan
definisi legalitas yang dapat dipercaya sebaliknya daripada hanya merasa didikte
oleh pemerintah dan bisnis besar.
Bila Indonesia ingin mengatasi penggundulan hutan, maka beberapa
pertanyaan sulit yang berkaitan dengan politik dan ekonomi harus benar-benar
bisa dipahami–konversi pertanian, hak atas tanah – dan penanganan pembalakan
liar serta perdagangan kayu ilegal termasuk salah satu di antaranya. Pelaksanaan
sistem perizinan yang saksama, termasuk pengauditan independen, transparansi,
dan pemantauan masyarakat sipil, tentu merupakan satu langkah yang jujur
untuk mencapainya. Bila suatu VPA yang dapat dipercaya bisa berlanjut, kita akan
merasakan bahwa memang ada peluang untuk masa depan yang berkelanjutan
bagi hutan Indonesia.
Mardi Minangsari
Telapak, Indonesia
Selain menghasilkan kayu, beberapa mitra juga
mengimpor kayu dari negara-negara tetangga,
dan mengolahnya sebelum mengekspor produk
akhir ke Uni Eropa. Dalam kasus ini, sistem
pengendalian harus mampu memastikan bahwa
kayu dari sumber luar juga diimpor secara legal.
Bagaimana kita dapat merasa yakin
bahwa sistem yang mendukung
VPA benar-benar berfungsi?
Supaya konsumen Eropa yakin bahwa mereka
tidak membeli kayu ilegal, dan agar negara mitra
yakin bahwa peraturan sektor kehutanan mereka
efektif, maka setiap VPA mencakup komitmen
untuk melakukan pengauditan reguler terhadap
kepatuhan kepada hukum. Pengauditan dapat
dilakukan oleh pemerintah negara mitra atau
oleh organisasi yang dipilih. Siapapun yang
melakukan pengecekan kepatuhan ini, harus
jelas tercantum dalam Kesepakatan kapan dan
bagaimana pengecekan akan dilakukan dan
tindakan apa saja yang perlu diambil apabila ada
masalah yang teridentifikasi.
Agar integritas mendapat jaminan yang pasti,
sebuah organisasi independen juga harus diberi
tanggung jawab untuk memeriksa seluruh
sistem pengendali, termasuk pengecekan
verifikasi secara reguler, dan harus ada cara
untuk memperingatkan badan pengatur apabila
terdapat kesalahan sistemik atau spesifik dalam
sistem perizinan.
Apabila sistem yang kokoh sudah siap untuk
mengidentifikasi dan memeriksa kayu legal,
ekspor dapat diberikan surat izin.
Andy White
Inisiatif Hak dan Sumber Daya
Komitmen Eropa
Selain mengurangi permintaannya akan kayu
yang kemungkinan ilegal, Komisi Eropa dan
Negara Anggota mendukung negara-negara mitra
untuk melakukan investasi dalam sistem yang
dibutuhkan untuk mengelola sektor kehutanan
mereka dengan cara yang medatangkan
manfaat di negara mereka, dan, dalam hal
pengurangan emisi gas pemanasan global akibat
penggundulan hutan, medatangkan manfaat
bagi seluruh dunia. Untuk jangka waktu yang
lebih panjang, diharapkan bahwa meningkatnya
pengumpulan pendapatan di negara-negara
mitra akan menutup biaya-biaya yang ada.
Komisi Eropa juga mewakili Negara-Negara
Eropa, sambil bekerja sama dengan negara
pengekspor, dalam memantau – bersama
Niina Verkerk, EFI
“
Diskusi baru-baru ini mengenai investasi di kawasan hutan tropis telah bergeser jauh dan tibatiba ke masalah pembayaran untuk mengurangi emisi dari penggundulan hutan dan degradasi
(REDD). Di sini ada kesempatan yang besar, tetapi juga risiko yang tinggi, dan kita harus
bergerak maju secara hati-hati, dengan memanfaatkan pelajaran yang telah kita dapatkan dari
upaya selama 50 tahun yang dibuat oleh negara-negara maju untuk meningkatkan konservasi
hutan di negara berkembang.
Kemitraan Sukarela FLEGT mempunyai beberapa ciri penting yang perlu dikaji dengan
cermat pada waktu kita memikirkan tentang sumber pendanaan baru dan orientasi baru untuk
pengembangan hutan: proses penetapan standar nasional berjangkauan luas yang menjawab
pertanyaan-pertanyaan kritis tentang hak atas tanah dan sumber daya, dialog multi-pihak untuk
memberi saran dan memandu kebijakan pemerintah, pengauditan independen dan transparan
terhadap semua pendanaan dan keputusan pemerintah, serta pemanfaatan insentif keuangan
untuk menggerakkan pengungkapan informasi serta mendukung kemajuan yang meyakinkan
pada waktunya.
Supaya efektif dan serius, upaya internasional untuk memberi perhatian kepada adaptasi
dan peringanan perubahan iklim harus mengambil langkah-langkah yang serupa, menjadikan
klarifikasi serta pengamanan hak-hak atas properti sebagai prioritas utama, dan memperluas
diskusi di meja perundingan agar mencakup semua pemangku kepentingan terkait.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia
telah memberikan tanggapan terhadap
para konsumen yang semakin sensitif
di Eropa, AS dan Jepang dengan ikut
serta dalam program sukarela untuk
membuktikan asal-usul yang sah
dari kayu-kayu mereka. Menetapkan
sebuah sistem untuk membuktikan
Asal-Usul Sah yang telah Diverifikasi
dipandang sebagai langkah pertama
untuk mendapatkan sertifikasi di
pabrik-pabrik yang mendukung
metode-metode yang sudah maju di
Indonesia.
dengan negara mitra – fase Pengembangan
dan Implementasi Penuh kesepakatan tersebut.
Melalui pemantauan bersama ini, setiap konflik
dapat diatasi dan, apabila perlu, kesepakatan
tersebut dapat diakhiri oleh salah satu pihak
apabila kesepakatan itu dirasakan tidak
memenuhi harapan mereka.
Walaupun berada di luar lingkup kesepakatan
bilateral, seperti disebutkan di atas, Komisi
Eropa juga berharap agar negara mitra dapat
menggunakan sistem jaminan mereka untuk
memastikan bahwa ekspor ke negara lain di luar
Eropa bersifat legal; dan agar para pembeli kayu
di luar Uni Eropa dapat membeli kayu berizin
FLEGT, merasa yakin bahwa mereka tidak
melakukan perdagangan kayu ilegal.
Pengakuan kayu berizin FLEGT di pasar Eropa
Untuk menghasilkan dampak yang paling
besar, Rencana Tindakan FLEGT menggunakan
pendekatan yang luas, dengan memasukkan
berbagai inisiatif untuk mempertemukan
berbagai kebijakan perdagangan yang berada di
bawah kendali UE, dan pembelian yang dilakukan
secara bertanggung jawab oleh pemerintah
dan importir kayu di Negara Anggota. Karena
VPA bersifat bilateral dan sukarela, pada bulan
Oktober 2008 Komisi Eropa mengusulkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
di seluruh Eropa yang akan mewajibkan para
operator yang memasukkan produk kayu di
pasar UE untuk menyiapkan sistem yang dapat
memastikan bahwa kayu mereka berasal dari
sumber yang legal. Usul tersebut secara tegas
9
Niina Verkerk, EFI
Industri mebel di Indonesia didominasi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Industri tersebut mempekerjakan antara 250.000 hingga 500.000 orang, tetapi
ASMINDO (Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Tangan Indonesia) melaporkan
jumlah yang jauh lebih tinggi karena praktek sub-kontrak kepada industri-industri
yang bersifat informal sudah umum dilakukan.
10
mengakui produk berizin FLEGT dari negara
mitra sebagai bukti legalitas. Langkah demikian
akan mencakup berbagai ragam produk termasuk
perabot dan kertas, yang dibuat dari kayu impor
di negara-negara di luar Uni Eropa.
Selain langkah-langkah yang dambil di
Eropa, setiap pemerintah Negara Anggota
kini dianjurkan untuk membeli kertas, kayu
konstruksi, perabot kantor dan hasil hutan lain
yang legal dan berkelanjutan. Ada juga upaya
untuk menyadarkan perusahaan-perusahaan
di UE tentang mengenai jawab mereka untuk
membeli kayu legal dan berkelanjutan, serta
membantu mereka mengembangkan alat untuk
melakukannya dengan mudah.
“
Apabila sertifikasi sukarela yang dapat diandalkan belum merupakan arus
utama di suatu negara, maka pemberian izin wajib FLEGT merupakan
alternatif untuk menjamin bahwa hanya kayu legal yang masuk dan
keluar dari Malaysia untuk memasok pasar Eropa. Aspirasi di pihak
kedua pemerintah untuk mengadakan VPA secara efisien patut dipuji
dan akan dipandang secara positif oleh kelompok-kelompok lingkungan
hidup dengan ketentuan bahwa masalah-masalah yang diidentifikasi
selama evaluasi teknis independen tersebut diberi perhatian atau diakui
sebagai persyaratan untuk penandatanganan. Untuk memastikan bahwa
pemberian izin tersebut dapat diandalkan, pemerintah Malaysia perlu
bersikap terbuka untuk melibatkan para para pemangku kepentingan yang
terinformasi dari berbagai kelompok lingkungan hidup dan sosial ke dalam
proses VPA dan seharusnya tidak membatasi keterlibatan mereka pada
sesi konsultasi atau pengarahan saja tetapi sebaliknya perlu mengundang
kelompok yang terlibat untuk bergabung dengan komite teknis terkait dan
menjadi anggota Badan Pelaporan atau Komite Pelaksanaan Gabungan.
Ivy Wong Abdullah
WWF-Malaysia
Mengingat bahwa VPA mewajibkan para
mitra untuk hanya melakukan perdagangan kayu
berizin, Komisi Eropa juga telah berjanji untuk
mendorong pengakuan akan kayu berizin FLEGT
di antara para importir Eropa. Diharapkan bahwa
ini akan menjamin bahwa kalangan usaha
dan konsumen mengerti bahwa, bila mereka
tidak ingin membeli kayu ilegal, mereka harus
membayar biaya riil untuk menghasilkan kayu
secara legal, ketimbang hanya mencari kayu
dengan harga yang paling murah, yang dapat
menimbulkan risiko dikorbankannya kepeduliankepedulian sosial dan lingkungan hidup.
Setiap langkah ini mungkin tidak akan
mampu mengurangi akses pasar Eropa ke kayu
ilegal secara signifikan. Tetapi secara kolektif,
semua ini membentuk suatu paket berupa
langkah-langkah yang konsisten dan logis yang
seyogianya akan memantapkan dampaknya
masing-masing, serta berpotensi untuk
mengurangi insentif ekonomi untuk melakukan
penggundulan hutan dan penebangan serta
perdagangan ilegal, membantu meningkatkan
tata kelola yang baik dalam sektor kehutanan dan
pada akhirnya membantu membuat pengelolaan
hutan menjadi peluang investasi yang lebih
menarik bagi negara dan orang-perorangan.
Para penulis: Fasilitas FLEGT UE
Penulis untuk korespondensi: Jade Saunders ([email protected]) | Para redaktur seri: Risto Päivinen, Ilpo Tikkanen dan Minna Korhonen
ISBN: 978-952-5453-44-7
© European Forest Institute 2009
Foto sampul: Niina Verkerk
Pernyataan disclaimer: Publikasi ini dibuat dengan bantuan Uni Eropa. Isi publikasi ini semata-mata merupakan
tanggung jawab para penulis dan sama sekali tidak dapat dianggap mencerminkan pandangan Uni Eropa.
Ringkasan
Kebijakan
EFI
Informasi berbasis sains yang tidak memihak dan yang relevan
dengan kebijakan mutlak perlu untuk pengambilan-keputusan
yang sehat. Ringkasan Kebijakan EFI mengangkat berbagai
masalah serta tantangan kebijakan mengenai hutan yang ada
saat ini dan memberikan garis besar mengenai pilihan-pilihan
tindakan untuk mengatasinya dengan bantuan riset.
Torikatu 34, FIN-80100 Joensuu, Finland
Tel. +358 10 773 4300, Fax. +358 10 773 4377
www.efi.int
Institut Hutan Eropa (European Forest Institute) merupakan jaringan riset hutan terkemuka
di Eropa. Ia adalah organisasi internasional yang didirikan oleh Negara-Negara Eropa untuk
melakukan dan mengadvokasi riset hutan, serta meningkatkan jaringan riset hutan melintasi
seluruh Eropa. Ia diakui sebagai titik kontak untuk informasi yang relevan dengan kebijakan
dan tidak memihak mengenai hutan dan kehutanan.
Download