PERTAMBAHAN TINGGI DAN JUMLAH DAUN ANAKAN JENGKOL(Pithecolobium jiringa) PADA MEDIA CAMPURAN TOPSOIL DAN PUPUK ORGANIK DI PERSEMAIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : FIRDAUS NIM. 130500015 PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016 PERTAMBAHAN TINGGI DAN JUMLAH DAUN ANAKAN JENGKOL(Pithecolobium jiringa) PADA MEDIA CAMPURAN TOPSOIL DAN PUPUK ORGANIK DI PERSEMAIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : FIRDAUS NIM. 130500015 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016 PERTAMBAHAN TINGGI DAN JUMLAH DAUN ANAKAN JENGKOL(Pithecolobium jiringa) PADA MEDIA CAMPURAN TOPSOIL DAN PUPUK ORGANIK DI PERSEMAIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : FIRDAUS NIM. 130500015 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : Pertambahan Nama : Firdaus NIM : 130 500 015 Program Studi : Pengelolaan Hutan Jurusan : Manajemen Pertanian Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol (Pithecolobium Jiirnga) Pada Media Campuran Top Soil Dan Pupuk Organik Di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Ir.M.Fadjeri, MP NIP.196108121988031003 Ir. Muhammad Nasir, MP NIP. 196112201988031002 Ir. Emi Malaysia, MP NIP. 196501011992032002 Meyetujui, Mengesahan, Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan Ketua Jurusan Manajemen Petanian Agustina Murniyati, S,Hut.MP NIP. 197208031998022001 Lulus ujian Ir. M. Masrudy. MP NIP. 196008051988031003 ABSTRAK FIRDAUS. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol (Pithecolobium jiringa) Pada Media Campuran Top Soil Dan Pupuk Organik Di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. ( di bawah bimbingan M. Fadjeri ) Penelitian ini dilatar belakangi oleh mahalnya harga jengkol dipasaran serta semakin populernya masakan jengkol di Indonesia, baik itu berupa sayuran, lauk maupun kudapan, tetapi informasi mengenai budidaya tanaman ini masih kurang, membuat para petani hanya membudidayakannya secara tradisional untuk itu perlu dicari tambahan mengenai pembudidayaan tanaman ini salah satunya dengan cara memberikan pupuk organik dengan komposisi yang berbeda pada anakan jengkol yang ditanam di polybag dengan media top soil Tujuan dari penelitian n i i adalah untuk mengetahui pertambahan tinggi dan jumlah daun anakan jengkol (Pithecolobium jiringa ) dari biji pada media top soil dengan komposisi pupuk organik yang berbeda. Penelitian ini dilaksanaan di persemaian Politani Samarinda dimulai dari tanggal 3 Maret 2016 sampai tanggal 23 April 2016 meliputi, pengambilan data di lapangan, pengolahan dan penyusunan laporan penelitian. Pengukuran tinggi menggunakan mistar dan untuk menghit ung jumlah daun perminggunya dihitung secara manual. Penelitian ini dirancang dengan empat macam perlakuan pada media sapih yaitu : 1. 2. 3. 4. Top soil ( a0) Top soil ditambah pupuk organik : 25% : 75% ( a1 ) Top soil ditambah pupuk organik : 75% : 25% ( a2 ) Top soil ditambah pupuk organik : 50% : 50% ( a3 ) Hasil penelitian pertambahan tinggi dan jumlah daun dapat diketahui bahwa perlakuan : 1. a0 = 10,02 cm dan 5,3 lembar 2. a1 = 9,24 cm dan 7,3 lembar 3. a2 = 9,68 cm dan 6,5 lembar 4. a3 = 8,76 cm dan 7,0 lembar Kata kunci : Anakan Jengkol , Pertambahan Tinggi dan Jumlah Daun. RIWAYA HIDUP Firdaus, lahir pada tanggal 19 Oktober 1993, di Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi selatan. Merupakan anak ke 7 dari Sudan . Memulai pendidikan dasar pada tahun 2000 di Sekolah dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama melanjutkan ke sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Mengkendek dan lulus pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan lagi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 Mengkendek Tana Toraja dan lulus pada tahun 2012 . Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2013 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda pada Program Studi Pengelolaan Hutan , Jurusan Manajemen Pertanian. Aktif dalam organisasi HIMA Manajemen Pertanian sebagai Anggota periode 2014/2015. Pada bulan Maret sampai April 2016 mengikuti program PKL ( Praktik Kerja Lapang ) di PT. INHUTANI I Wilayah Tarakan Unit Manajemen Pimping Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kabupaten Bulungan. KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di areal Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya (Amd) Penulisan Karya ilmiiah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terimakasih setulus hati kepada : 1. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari segi moril maupun materil kepada penulis. 2. Kepada Bapak Ir.M.Fadjeri, MP selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah 3. Kepada Ibu Agustina Murniyati,Shut, MP selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan. 4. Kepada Ir. Muhammad Nasir, MP selaku Penguji I dan Ibu Ir. Emi Malaysia, MP selaku Penguji II. 5. Kepada Teman-teman angkatan 2013 yang telah membantu sejak awal sampai akhir penulisan Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan sehingga Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan Karya Ilmiah ini, harapan Penulis Karya Ilmiah ini dapat bermamfaat bagi semua pihak. Amin Penulis Kampus Gunung Panjang, 2016 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 A. Tinjauan Tentang Jengkol ( Pithecolobium jiringa ) 3 B. Uraian Tentang Pupuk Organik 11 C. Pengaruh Unsur Iklim Terhadap Tanah Dan Tanaman 18 D. Uraian Tentang Tanah 19 E. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman....................... 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Alat dan Bahan C. Prosedur Penelitian D. Pengolahan Data ...... 27 27 27 28 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 33 A. Hasil 33 B. Pembahasan 35 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 41 A. Kesimpulan 41 B. Saran 41 DAFTAR PUSTAKA 42 LAMPIRAN 44 DAFTAR GAMBAR Nomor lampiran Halaman 1. Data hasil pengukuran tinggi anakan jengkol top soil ...........................33 2. Data hasil pengukuran tinggi anakan jengkol Perbandingan 25 % : 75 % ..................... ........ 34 3. Data hasil pengukuran tinggi anakan jengkol Perbandingan 75 % : 25 % ................................................................................. ...... 34 4. Data hasil pengukuran tinggi anakan jengkol Perbandingan 50 % : 50 % ....................................................................................... 35 5. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol ........ 46 6. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol dengan Perbandingan 25 % : 75 % ...... .... 46 7. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol dengan Perbandingan 75 % : 25 % . ...... 47 8. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol dengan Perbandingan 50 % : 50 % ................................................... 47 9. Data hasil jumlah daun anakan jengkol top soil .................................. 48 10. Data hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan 25 % : 75 % ........................................................................................ 48 11. Data hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan 75 % : 25 % ....................................................................................... 49 12. Data hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan 50 % : 50 % ........................................................................................ 49 13. Histogram hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan Top soil murni ..................................................................................... 50 14. Histogram hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan 25 % : 75 % ........................................................................................ 50 15. Histogram hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan 75 : 25 ............................................................................................... 51 16. Histogram hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan 50 % : 50 % ........................................................................................ 51 17. Pengi sian media semai ....................................................................... 52 18. Pengisian Polybag .............................................................................. 52 19. Pengisian polybag Dengan Komposisi Pupuk Organik ........................ 52 20. Bentuk Susunan Tanah Dalam Karung ............................................... 52 21. Melakukan Penyortiran Sebelum Membeli Biji Jengkol di Pasar Segiri ....................................................................................... 52 22. Proses Perendaman Bii Jengkol ......................................................... 53 23. Proses Penyemaian Biji Jengkol Ke Dalam Karung ........................... 53 24. Tinggi bibit jengkol umur dua minggu mencapai 15 cm sampai 20 cm .................................................................................................. 53 25. Proses Pencabutan Bibit Jengkol Yang Di Sapih Kedalam Polybag ............................................................................................... 54 26. Proses Pemotongan Akar Sebelum Di Sapih Ke Dalam Polybag ............................................................................................... 54 27. Proses Penyapihan ke Polybag.......................................................... 54 28. Proses Pengukuran............................................................................. 55 29. Daun Di Serang Hama ....................................................................... 55 30. Proses Penyiraman ............................................................................. 55 DAFTAR TABEL Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol dengan media Top Soil ....................................................... 33 2. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan Media Top soil Dan Pupuk Organik ( 25% : 75% ) 3. 34 Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan Media Top soil Dan Pupuk Organik ( 75% : 25% ) 34 4. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan Media Top soil Dan Pupuk Organik ( 50% : 50% ) 35 5. Rekapitulasi Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan Media Top Soil Dan Pupuk Organik 35 1 BAB I PENDAHULUAN Tanaman jengkol (Pithecolobium jiringa ) merupakan tanaman multiguna hampir seluruh bagian tanaman ini bermanfaat, buahnya dapat dikonsumsi sebagai sayuran maupun lauk serta cemilan. secara tradisional kulitnya bisa memberi warna hitam pengganti sumba, seresah daun jengkol sangat baik untuk pupuk organik setelah dibenamkan dalam tanah dan mengalami proses pembusukan, cabang dan ranting sebagia kayu bakar dan batangnya dapat dibuat sebagai bahan bangunan. Selain itu tanaman jengkol dapat juga di pakai sebagai tanaman penghijauan ( Pitojo, 1992). Meskipun harga buah jengkol dipasaran semakin hari cenderung meningkat serta konsumen yang bertambah tetapi pembudidayaan buah ini di luar jawa masih belum banyak dilakukan. Kebanyakan pohon jengkol tumbuh secara liar di hutan-hutan sekunder, sehingga buah yang dihasilkan produktifitasnya hanya bergantung pada alam. Untuk memperoleh buah jengkol yang baik serta produktipitasnya tinggi perlu adanya budidaya terhadap jengkol tersebut . Pengadaan bibit merupakan masalah utama dalam pembudidayaan tanaman, untuk itu perlu diupayakan berbagai metode agar diperoleh anakan jengkol yang baik pertumbuhannya. Media tanaman merupakan faktor penentu dalam memproduksi bibit tanaman mengingat pentingnya hal tersebut maka dilakukan penelitian pertambahan tinggi anakan jengkol dan jumlah di persemaian politeknik pertanian negeri samarinda selama dua bulan. 2 Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertambahan tinggi dan jumlah daun anakan jengkol pada media top soil dengan komposisi pupuk organik berbeda. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai pengadaan bibit anakan jengkol kepada berbagai pihak yang memerlukan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Jengkol (Pithecolobium jiringa) 1. Pengertian Tanaman Jengkol Tanaman jengkol merupakan tanaman khas Indonesia. Aromanya yang khas serta rasanya yang nagi sebagian orang adalah nikmat menjadikan jengkol sebagai salah satu makanan populer. Secara geografis tanaman jengkol tersebar luas tanaman tropis ini memiliki buah yang sebenarnya adalah biji atau polong dari buah yang sebenarnya . Tiap polong terdapat kurang lebih 5-7 buah . Pohon jengkol juga mmemiliki akar yang dalam sehingga mampu menyerap air tanah Tanaman tropis ini lebih baik di tanam pada tanah dataran rendah, tanaman jengkol membutuhkan kadar penyinaran yang tinggi sepanjang hari maka dari itu jengkol harus setiap saat kenah sinar matahari selain itu tanaman jengkol membutuhkan pasokan air yang tinggi juga diikuti dengan kadar kelembapan yang cukup Asal tanaman jengkol ini belum pasti asal usulnya, akan tetapi tanaman ini sejak lama telah ditanam di Indonesia, dan wilayah-wilayah lain di sebelah barat Indonesia seperti Tailan dan Malaysia. Tanaman jengkol sendiri dapat tumbuh dengan sendirinya, namun banyak petani-petani Indonesia terutama pada daerah pedesaan lahan yang ditanami tidak terbatas hanya dihalaman ruma, pekarangan, tegalan bahkan di lereng bukit dan sebagainya. Selama ini budidaya tanaman jengkol dilaksanakan oleh para petani dengan cara-cara yang sederhana. Tanaman jengkol memiliki banyak kelebihan yaitu seperti mampu hidup dengan baik pada kondisi yang kurang 4 menguntungkan, dan hampir semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan terutama dari buahnya. Biji jengkol dapat dikomsumsi sewaktu masih menta maupun setelah diolah dengan berbagai macam olahan. Dimana yang menarik untuk dikaji adalah antara kemanfaatan yang bersifat positif sebagai sumber karbohidrat, dan kerugian dari bau yang ditimbulkan Menjadikan jengkol bahan pangan yang aman adalah tujuan utama. Upaya preventif maupun kuratif teryata telah berhasil menangkal kemungkinan dampak negative jengkol. Kenyamanan tersebut memberikan kemantapan bagi penggemar jengkol maupun perlindungan bagi yang membutuhkan (Pitojo 1992) 2. Klasifikasi Tanaman Tanaman jengkol dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae ( Tumbuhan ) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Filium : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales Famil : Fabaceae Upafamili : Mimosoideae Genus : Archidendron Spesies : Pithecolobium jiringa 5 3. Penanaman Tanaman Jengkol Menurut (Pitojo, 1992) pohon jengkol tidak terlalu rumit, tanaman jenis ini memiliki nilai ekonomis tinggi, dan dapat menyuburkan tanah (karena termasuk pupuk hijau) dan penyerap air hujan. Tanaman jengkol sendiri tidak membutuhkan perawatan khusus seperti halnya tanaman kopi. Cara menanam pohon jengkol sebaiknya pada saat musim hujan telah tiba, sehingga tak perlu lagi menyiram bibit jeng kol tersebut. Dalam satu hektar kebun bisa ditanami 20 batang pohon untuk membayangbayangi tanaman yang ada pada kebun tersebut. Jengkol yang hendak ditanam sebaiknya yang telah membelah pada bijinya. Karena jengkol tersebut akan lebih cepat mengeluarkan akar dan tumbuh tunas yang baru. Setelah dipilih kualitas jengkol yang bagus, kemudian buah jengkol tersebut ditanam ke dalam polybag yang telah diisi tanah yang dicampur dengan tanah top soil dan pupuk organik. Jengkol tersebut ditanam sedalam 2 cm dengan mata tunas buah jengkol berada di bawah menancap tanah. Kondisi tanahnya juga haruslah lembab, agar pertumbuhan bibit jengkol lebih cepat untuk menjaga kelembababn tersebut. Jika disekitarnya terdapat pasokan air maka sebaiknya bibit jengkol tersebut diletakkan di dekatnya. Setelah kurang lebih dari satu minggu jengkol tersebut akan mengeluarkan tunas pohon setinggi sekitar 1 cm dan sudah dapat ditanam. Jarak antara pohon jengkol yang satu dengan yang lainnya sekitar 6 meter x 6 meter. Penanaman juga harus memperhatikan cuaca. 6 4. Pembibitan Perbanyakan tanaman dengan biji merupakan cara yang paling cepat untuk membiakkan tanaman menyerbuk sendiri seperti jengkol. Cara tersebut merupakan satu-satunya langkah paling mudah. Kebaikan perbanyakan tanaman jengkol dari biji adalah pengembangan tanaman dapat dilaksanakan secara besar besaran, dan lama waktu yang relative singkat. Kelemahan perbayakan dari biji, kemungkinan terjadi perubahan penurunan sifat tanaman, sehingga tidak sama dengan induknya (Steqo, 2010). 5. Proses Pertumbuhan Bibit Mula-mula biji membengkak,sedikit demi sedikit kulit bijinya retak membuka. Bagian atas yang terkena sinar matahari lama-lama berubah warnanya menjadi hijau. Terbentuknya warna hujau ( klorofil ) tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor pembawaan,cahaya matahari, oksigen, karbohidrat, kandungan nitrogen magnesium, unsur Mn, Cu, Zn, teredianya air dalam temperatur . Dua minggu kemudian,akar telah tumbuh memanjang ke bawah disrtai dengan tumbuhnya bulu-bulu akar. Tunas mulai terembul dari belahan keeping buah jengkol yang berasal dari lembaga. Tunas akan terus tumbuh dan terbentuklah batang muda disertai daun baru . Proses pertumbuhan berlanjut ,memerlukan cukup air,kelembapan dan cahaya,karena pengaruhnya segeraterasa terhadap pertumbuhan bibit muda. Perawatan seterusnya adalah penyiraman, serta pengendalian hama dan penyakit. dapat ditangani dengan cara penyiraman,tiap hari,sesuai dosis anjuran yang tertera pada masing- masing penelitian tersebut. (Pitojo, 1992) 7 6. Hama Pohon Jengkol Pohon jengkol akan bertahan hingga 35 tahun, bahkan bisa lebih. Namun, menginjak usia sembilan tahun, pohon jengkol tersebut bisa terkena serangan hama ulat jengkol. Ulat jengkol ini mirip seperti ulat pisang berwarna kuning panjangnya sekitar 4 cm. Ulat tersebut menyerang batang jengkol dengan melubangi batang tersebut, sehingga batang jengkol tersebut akan menjadi rapuh. Jika pohon tersebut sudah terserang hama ulat jengkol, hanya dalam waktu satu tahun, pohon jengkol tersebut bisa mati karena batangnya keropos. Dalam satu pohon jengkol bisa terdapat ratusan hama ulat jengkol. Ulat tersebut mula-mulanya menyerang dari bawah pohon hingga akhirnya merambat ke dahan bagian atas jengkol. Selain menyerang batang jengkol, ulat tersebut juga menyerang buah jengkol. Untuk mengatasi hama ini, petani memberikan pembasmi hama sejenis poradan, tapi ulat tersebut tidak mati karena ulat itu terdapat di bagian dalam batang pohon. Jika sudah demikian, petani tak bisa berbuat apa-apa dan tinggal menunggu pohon tersebut mati. Namun, serangan hama ini tidak menyerang semua pohon jengkol. Meskipun demikian Petani juga tidak bisa memperkirakan bagaimana proses hama ulat jengkol itu berada di dalam batang tersebut (Anonim, 2004). 7. Perawatan Jengkol Perawatan pohon jengkol juga harus diperhatikan dari ancaman hama yang dapat menyerang umum tanaman jengkol adalah ular dan tupai. Selain itu terkadang berakibat fatal bagi pohon jengkol tersebut. Selain itu semut rangrang yang 8 sering bersarang di pohon jengkol dapat merusak bunga dan bakal buah. Jamur juga menjadi salah satu ancaman, selain munculnya cendawan dan blendok. Tentunya harus dipikirkan cara menyingkirkan hama pengganggu tersebut. Selain dengan peny iangan dan pembersihan dahan dan daun-daun yang bisa digunakan untuk sarang. Semut, juga harus dilakukan penyemprotan fungisida untuk membunuh jamur pengganggu (Anonim, 2004). 8. Kontribusi Jengkol Dalam Menyuburkan Tanah dan mencegah Banjir Tak hanya buahnya, selain disemur, lalapan, dan dibuat menjadi keripik, ternyata pohon jengkol dapat menyuburkan tanah (karena termasuk pupuk hijau) dan penyerap air hujan. Banyak kawasan permukiman dan tegalan di Arab Saudi yang sekarang ditanami jengkol menjadi subur, berair, dan selalu rimbun oleh dedaunan sepanjang masa. oleh karena itu, pantas kalau sejak dulu, sejak zamannya nenek moyang Indonesia, terutama orang Sunda, suka menanam banyak jenis tanaman ini karena memiliki fungsi sebagai penyubur lahan pertanian (sebagai pupuk hijau), sebagai pelindung dan sebagai pencegah banjir atau erosi. Pohon jengkol dapat menyerap air lebih banyak dibanding tumbuhan lain. Dengan kata lain dengan ditanaminya pohon jengkol di lereng-lereng gunung dan bukit di sekitar sumber mata air di Bogor, kemungkinan besar terjadinya banjir akan sangat kecil, kata Direktur Hutan Pendidikan Gunung Walat, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) (Anonim, 2004). 9 9. Manfaat Jengkol Bagi Tubuh a. Penderita Jantung Koroner Jengkol terdiri dari berbagai vitamin, asam jengkolat, mineral, dan serat yang tinggi. Jengkol memiliki khasiat diuretic yang dapat membantu melancarkan pembuangan urine, dan hal ini sangat menguntungkan bagi penderita penyakit jantung koroner. b. Melangsingkan Perut Buncit Seratnya dapat melancarkan buang air besar, dan secara tidak langsung dapat membantu melangsingkan perut yang buncit akibat sulit BAB. Karena itu juga jengkol digunakan sebagai bahan cuci perut yang ampuh selain apel. c. Manfaat Bagi Penderita Diabetes Manfaat lainnya adalah mencegah penyakit diabetes/kencing manis dikarenakan kandungan asam dan mineralnya. Namun asam jengkolat yang terdapat di jengkol berupa kristal dan tidak mudah larut oleh air. Karena itu saran dalam mengkonsumsi jengkol adalah jangan berlebihan, karena ginjal bisa jadi tidak dapat menyaring asam tersebut dalam jumlah yang banyak hingga akhirnya mengalami sulit berhenti buang air kecil atau sering disebut anyang-anyangan atau kejengkolan d. Manfaat Kayu Jengkol Cabang dan ranting tanaman jengkol banyak dimamfaatkan sebagai kayu besar. Pohon jengkol dapat dimamfaatkan untuk bahan pembuatan papan, perabot rumah tangga, antara lain balai-balai, dipan atau rak piring di daera pedesaan dan sebagai tempat tidur karena kayu jengkol dapat bertahan cukup tahan lama. 10 Arang kayunya dapat digunakan sebagai bahan bakar, dan arang daun yang ditambah minyak kelapa berkhasiat untuk mengobati sakit kulit, obat kudis dan obat eksim menurut (Anonim, 2004) 10. Efek Negatif Konsumsi Jengkol Penyakit yang biasa ditimbulkan adalah penyakit yang disebut kejengkolan alias susah buang air kecil dan terasa sakit sekali sewaktu keluarnya, ada juga yang bilang penyakit ini anyang-anyangan. Hal ini disebabkan karena kandungan asamnya, tetapi tidak semua yang mengkonsumsinya lantas mengalami kejengkolan, menurut ahli kesehatan tergantung kadar asam yang dikandung biji jengkol itu dan juga kadar asam yang terdapat di tubuh kita dan faktor genetika dari kita mempengaruhi. Tetapi kalau kita mengalami kejengkolan jangan khawatir obatnya adalah banyak minum air putih dan soda. Kemudian yang paling umum dari akibat memakan jengkol adalah penyakit mulut bau dan kencing kebo alias pesing. Selain bau, jengkol dapat mengganggu kesehatan seseorang karena konsumsi jengkol berlebihan meny ebabkan terjadinya penumpukan kristal di saluran urin, yang disebut "jengkolan". Ini terjadi karena jengkol mengandung asam jengkolat yang tinggi dan sukar larut di air pada pH yang masam. Konsumsi berlebihan akan menyebabkan terbentuknya kristal dan mengganggu urinasi. Risiko terkena jengkolan diketahui bervariasi pada setiap orang, dan dipengaruhi secara genetik dan oleh lingkungan. Penyebab bau buah Jengkol adalah asam-asam amino yang terkandung di dalam biji jengkol. Asam amino itu didominasi oleh asam amino yang mengandung unsur Sulfur (S). Ketika terdegradasi atau terpecah-pecah menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan 11 menghasilkan berbagai komponen flavor yang sangat bau, karena pengaruh sulfur tersebut. Salah satu gas yang terbentuk dengan unsur itu adalah gas H2S yang terkenal sangat bau. Jengkol akan menyisakan zat yang disebut asam jengkolat (jencolid acid) dalam sistem pencernaan yang dibuang ke ginjal yang disebut jengkoleun atau jengkolan. Jengkolan terjadi saat asam jengkolat yang memang sulit larut dalam air akhirnya mengendap dalam ginjal, membentuk kristal padat hingga bisa berakibat sulit membuang air seni. Jika pH darah kita netral, asam jengkolat aman -aman saja, tapi jika cenderung asam (pH kurang dari 7), asam jengkolat membentuk kristal tak larut. Kandungan asam jengkolat pada biji jengkol bervariasi, tergantung pada varietas dan umur biji jengkol. Jumlahnya antara 1 2 % dari berat biji jengkol. Tetapi yang jelas asam jengkolat ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Penyebabknya adalah terbentuknya kristal asam jengkolat yang akan dapat menyumbat saluran air seni. Jika kristal yang terbentuk tersebut semakin banyak, maka kelama-lamaan dapat menimbulkan gangguan pada saat mengeluarkan air seni. Bahkan jika terbentuknya infeksi yang dapat menimbukan gangguan-gangguan lebih lanjut. Asam jengkolat mempunyai struktur molekul yang menyerupai asam amino sistein yang mengandung unsur sulfur, sehingga ikut berpartisipasi dalam pembentukan bau. Molekul itu terdapat dalam bentuk bebas dan sukar larut ke dalam air. Karena itu dalam jumlah tertentu asam jengkolat dapat membentuk kristal (Pijoto, 1992). 12 B. Uraian Tentang Pupuk Organik 1. Pengertian Pupuk Organik Menurut (Rohendi, 2005) Pupuk organik di definisikan sebagai pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari dari tanaman yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Teknologi pupuk organik berkembang pesat selama ini. Perkembangan ini tak lepas dari dampak pemakaian pupuk kimia yang menimbulkan berbagai masalah, mulai dari rusaknya ekosistem, hilangnya kesuburan tanah, masalah kesehatan, sampai masalah ketergantungan petani terhadap pupuk. Oleh karena itu, pemakaian pupuk organik kembali digalakan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Ada berbagai jenis pupuk organik yang digunakan para petani di lapangan. Secara umum pupuk organik dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan penyusunnya. Dilihat dari segi bentuk, terdapat pupuk organik cair dan padat. Sedangkan dilihat dari bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk kandang dan pupuk kompos. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi mahluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik dari pada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa). 13 2. Manfaat Pupuk Organik Manfaat Pupuk Organik menurut (Rachman, 2002) antara lain: a. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman yang lengkap ( N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tertentu dan relatif kecil b. Bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah, dan mudah ditembus akar c. Bahan organik dapat mempermudah pengelolaan tanah-tanah yang berat d. Bahan organik meningkatkan daya menahan air sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak . kelengasan air tanah lebih terjaga e. Bahan organik memperbaiki kehidupan tanah ( baik hewan tingkat tinggi ataupun tingkat rendah) menjadi lebih baik karena ketersedian makanan yang terjaga f. Bahan organik dapat meningkatkan daya sangga terhadap goncangan perubahan drastis sifat tanah. Pada umumnya, pupuk organik digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman yang diberi pupuk organik tersebut. Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan 14 karbon organik dalam tanah, yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.[8] Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. (Sutanto, 1992) 3. Jenis-Jenis Pupuk Organik Menurut (Gaur, 1979) Pupuk organik mempunyai beragam jenis dan varian. Jenis-jenis pupuk organik dibedakan dari bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya. Dari sisi bahan baku ada yang terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau campuran keduanya. Teknologi pupuk organik berkembang pesat pada pelosok-pelosok desa. Perkembangan ini tak lepas dari dampak pemakaian pupuk kimia yang menimbulkan berbagai masalah, mulai dari rusaknya ekosistem, hilangnya kesuburan tanah, masalah kesehatan, sampai masalah ketergantungan petani terhadap pupuk. Oleh karena itu, pemakaian pupuk organik kembali digalakan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Adapun jenis-jenis pupuk organik tersebut yaitu : 15 a. Pupuk Hijau Pupuk hijau adalah pupuk organik yang terbuat dari komponen daun tanaman hijau, jenis tanaman yang banyak dipakai sebagai pupuk hijau adalah dari tanaman familia (Leguminoceae) atau kacang- kacangan dan rumput-rumputan, kenapa jenis ini mengandung bintil akar yang berfungsi mengikat nitrogen dari udara, sehingga menyebabkan tanah menjadi subur . b. Pupuk Kompos Pupuk Kompos adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik yng mengalami pelapukan, kompos sendiri bisa dari jerami, sekam, alang-alang, bubuk gergaji, dedaunan dan kotoran hewan ternak juga terkadang termasuk kategori pupuk kompos setelah melalui proses permentasi dengan dicampur beberapa bahan organik lain. c. Pupuk Kandang Pupuk Kandang merupakan pupuk yang terbuat dari kotoran ternak, bisa hewan ternak sapi, kambing, domba, atau kerbau. Pupuk Kandang mengandung unsur S, Mn, Br dan lain-lain yang terkadang tidak dimiliki oleh pupuk organik jenis lainnya. Pupuk kandang bisa digunakan sebagai pupuk dasar dan merupakan pupuk yang sangat diperlukan untuk kesuburan tanah. d. Pupuk Seresah Pupuk ini merupakan pupuk yang dibikin dari pemanfaatan bahan organik yang tidak terpakai, atau limbah organik. seperti sampah organik, dedaunan kering, jerami kering, bubuk gergaji, tebsan rumput, tongkol jagung, buah-buahan busuk, dan lain-lain. Cara penggunaannya 16 pun cukup praktis, hanya dengan menjadi penutup permukaan tanah disekitar tanaman dengan berfungsi sebagai penjaga kelembaban tanah, penghemat air, pencegah erosi, dan penjaga tekstur tanah agar tetap gembur dan subur e. Pupuk Cair Organik Pupuk Organik Cair, bisa juga dikatakan PPC (Pupuk Pelengkap Cair) biasanya dilakukan sebagai pupuk pelengkap dengan cara menyemprotkan pupuk cair kedaun atau dikocorkan/disiramkan pada permukaan tanah dekat tanaman. Pupuk ini bisa terbuat dari air kencing ternak atau dari permentasi bahan-bahan organik seperti buah-buahan busuk dan bahan pupuk organik lainnya 4. Kebaikan Pupuk Organik Menurut (Tawakkal, 2009) Pupuk organik sangat berpengaruh dan menentukan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, yang pada akhirnya akan menentukan tingkat kesuburan tanah, kesehatan tanah dan produktivitas tanah. Oleh karena itu, banyak ahli biologi tanah yang menyebut pupuk organik sebagai nyawa tanah. Tanah mineral dengan kandungan bahan organik yang tinggi dipastikan mempunyai sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah yang lebih baik. Kondisi tanah yang demikian optimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik dan produksi yang tinggi. Sebaliknya bila kandungan bahan organik tanah sedikit, maka sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga kurang baik sehingga produktivitas rendah. Berikut manfaat pupuk organik buat tanah antara lain : 17 a. Memperbaiki Sifat Fisik Tanah Fungsi ini antara lain dapat dilihat dalam perbaikan struktur tanah, melalui pembentukan agreat yang lebih stabil, aerasi dan draenase tanah yang baik. Masuknya air hujan ke dalam tanah dapat berlangsung dengan baik, sehingga air yang terlepas berkurang yang pada gilirannya juga akan mengurangi erosi. Pupuk organik tanah juga meningkatkan kemampuan tanah menahan air, sehingga jumlah air yang tersedia bagi tanaman juga meningkat. Dengan demikian tanaman yang ditanam pada tanah yang cukup bahan organiknya akan memperoleh air cukup. b. Memperbaiki Sifat Kimia Tanah Pupuk organik merupakan sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Bukan hanya unsur hara esensial makro dan mikro, tetapi juga pada unsur hara lain yang diperlukan oleh tanaman untuk dapat tumbuk dan berproduksi dengan baik. c. Memperbaiki Sifat Biologi Tanah Peran pupuk organik dalam memperbaiki sifat biologi tanah dalam proses meningkatkan kembali populasi mikroba tanah dan mikrobiota tanah. Mikroba akan mengolah mengolah mineral tanah dan sisa residu bahan kimia yang mengendap dalam tanah bertahun-tahun menjadi sumber karbon, nutrisi dan sumber energi bagi kehidupan tanaman untuk tumbuh lebih produktif lagi. Menjaga keseimbangan ekosistem kehidupan di dalam tanah. 18 5. Kandungan Dalam Pupuk Organik Menurut Sarwono (1995) Didalam pupuk organik padat terdapat unsur hara makro dan unsur hara mikro yaitu : a. Unsur hara makro 1. Kalium (K2O) yaitu salah satu dari beberapa unsur utama yang diperlukan tanaman dan sangat mempengaruhi tingkat produksi tanaman, kalium berperan membantu pembentukan protein dan karbohidrat, meningkatkan resistensi terhadap penyakit dan kualitas pertumbuhan tanaman b. Unsur hara mikro 1. Mangan (Mn) yaitu berperan dalam system enzim dan diperlukan untuk sintesis klorofil, mangan sendiri berfungsi untuk pertumbuhan urat-urat daun sehingga jika kekurangan mangan pertumbuhan daun akan mengalami bercak-bercak akan tetapi tulang daun yang paling kecil tetap berwarna hijau 2. Tembaga ( Cu) yaitu unsur yang tidak berperan langsung dalam proses pembentukan sel, klorofil, namun unsur ini sangat penting dalam reproduksi protein maupun dalam metabolisme karbohidrat dan 19 C. Pengaruh Unsur Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman Menurut (Kartasapuetra, 1986) unsur iklim besar sekali peranannya terhadap tanah dan tanaman ,secara rinci unsur iklim tersebut dijelaskan pengaruhnya terhadap tanah dan tanaman adalah sebagai berikut : Tabel 1. Pengaruh unsur iklim terhadap tanah dan tanaman. NO Unsur TerhadapTanah Terhadap Tanaman Mendorong pemecahan zatMendorong pertumbuhan zat/bahan bahan organis. dan perkembangan , 1. Suhu Meningatkan pelarutan mempercepat hilangnya mineral dan zat-zat yang air dan cenderung mengandung Nitrogen mengeringkannya. Melambatkan pengeringan , Mendorong pertumbuhan , mendorong pemecahan membatasi hilangnya air bahan-bahan organis , bagi pertumbuhan, 2. Kelembaban mendorong mikroorganisme, memungkinkan mudahnya mendorong pelarutantimbul penyakit.. pelarutan. Mendorong terkikisnya tanah Mempercepat hilangnya yang terbuka , Mendorong air dan cenderung terjadinya pengeringan, mengeringkannya , 3. Angin mendorong terjadinya Membantu pengenaan pengeringan. tepung sari/pembuahan, mendorong penyebaran penyakit. Menaikkan suhu permukaan, Mengatur poto sintesis Sinar mata 4. mendorong terjadinya dan mendorong terjadinya hari penguapan-penguapan penguapan-penguapan. Melakukan pengkikisan dan Hakiki bagi persediaan air, 5. Hujan pencucian , mendorong memungkinkan timbulnya penggumpalan tanah liat kerugian fisik Melakukan pengendapan , Memungkinkan timbulnya 6. Debu memungkinkan tertutupnya kerugian fisik. pori-pori dalam tanah. D. Uraian Tentang Tanah 1. Fungsi Tanah Bagi Tanaman Menurut (Hanafiah 2005) tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang hara dan sumber 20 penyuplai hara atau nutrisi (meliputi: senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur essensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, dan Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industry perkebunan. 2. Fungsi Tanah Menurut ( Handayanto dan Hairiah, 1994) Lima fungsi utama tanah adalah sebagai berikut 1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. 2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara. 3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat -zat pemacu tumbuh, hormon, vitamin, asam-asam organik, antibiotik, toksin anti hama, dan enzim yang dapat meningkatkan ketersediaan hara) dan siklus hara 4. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama dan penyakit tanama 5. Lokasi pembangunan berbagai infrastruktur, seperti bangunan rumah, kantor, supermarket, jalan, terminal, stasiun dan bandara. 21 3. Jenis-jenis Tanah Menurut (Darmawijaya, 1990) beberapa jenis tanah yang ada di Indonessia : 1. Tanah andosol adalah tanah yang berasal dari abu gunung api. Persebarannya terdapat di: Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera dan Minahasa. 2. Tanah regosol adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Terdapat di Bengkulu, pantai Barat Sumatra, Jawa, Bali dan NTB. 3. Tanah kapur adalah tanah yang terjadi karena hasil pelapukan batuan kapur dan sifatnya tidak subur. Terdapat di Jawa Tengah, Aceh, dan Sulawesi Selatan. 4. Tanah litosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan keras yang belum mengalami pelapukan secara sempurna. 5. Tanah argosol (tanah gambut) adalah tanah yang terbentuk dari sisasisa tumbuhan yang telah mengalami pembusukan. Jenis tanah ini berwarna hitam sampai coklat. Terdapat di Kalimantan, Sumatra dan Papua. 6. Tanah grumusol adalah tanah yang terbentuk dari material halus berlempung. Terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara. 7. Tanah latosol adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Jens tanah ini sering disebut tanah merah yang banyak dijumpai di daerah pegunungan. Tanahnya berwarna merah sampai 22 kuning. Terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Kalimantan Tengah, Sumatra Barat. 4. Dampak Degradasi Tanah 1. Akibat proses erosi yang merupakan penyebab lahan tanah menjadi tidak subur, karena lapisan top soil hilang. 2. Produktivitas pertanian menurun sehingga pendapatan petani berkurang. 3. Terjadi banjir. 4. Menurunnya kemampuan lahan untuk menyerap air tanah. 5. Terganggunya ekosistem makhluk hidup. Definisi-Definisi Tanah a. Definisi tanah menurut Berdasarkan Pendekatan Ahli Geologi. Ahli geologi akhir abad 19 (XIX) mendefinisikan tanah sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit yaitu lapisan partikel halus. b. Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Pedologi Menurut (Dokuchaev, 1990) seorang ahli pedologi mendefinisikan tanah sebagai bahan padat (bahan mineral atau bahan organik) yang terletak dipermukaan, yang telah dan sedang serta terus menerus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: a) bahan induk, b) iklim, c) organisme, d) topografi, dan 23 e) waktu. c. Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Edaphologi Seorang ahli edaphologi dari Inggris bernama Dr. H. L. Jones mendefiniskan tanah sebagai media tumbuh tanaman. 5. Top Soil Top soil adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Top soil dikenal sebagai sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam tanah, berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat kehitaman dan tebalnya berkisar sekitar 30 cm. Topsoil ialah merujuk kepada lapisan paling atas kira-kira 5 cm hingga 30 cm dari atas permukaan bumi. Topsoil terbentuk apabila batuan berderai dan hancur melalui proses geologikal bumi atau dihabakan secara berterusan dan bertukar menjadi serpihan-serpihan kecil yang kemudiannya tertolak ke permukaan atas bumi. Dalam proses ini, bahan organik seperti dedaunan, kayu mati dan sebagainya tercampur secara langsung ke dalamnya secara alami. Dalam satu inci top soil di aras permukaan bumi mengambil masa ribuan tahun untuk terbentuk. Oleh itu hutan belantara yang belum terusik strukturnya mempunyai topsoil yang bermutu tinggi. Topsoil boleh sahaja mengandungi benda mati, bahan-bahan organik, mikroorganisma, dan cacing. Komponen ini membantu topsoil untuk menyediakan nutrient tinggi kepada tumbuhan. Kualiti dan kuantiti topsoil diukur dengan melihat kandungan organisma hidup seperti namatod, serangga pengurai, fungi dan bakteria. Semua organisma hidup ini 24 berperanan besar terhadap kualiti topsoil. Penghasilan top soil bergantung pada bahan yang terdapat disekelilingnya . ( Fadillah, 2009) Topsoil digunakan untuk memberbaiki struktur tanah dengan mencampurkan atau membubuh topsoil pada kawasan tanah yang diusahakan bagi kepentingan pertanian. Topsoil juga dapat memperbaiki pengudaran dalam tanah. Makluman bahawa kandungan topsoil yang utama ialah tanah loam, kelodak (silt) dan pasir. Ini menunjukkan bahawa pasir tersebut dapat memisahkan kepadatan topsoil seterusnya udara-udara bebas bergerak di dalamnya. Pengudaraan yang baik membolehkan tanaman tersebut tumbuh dengan sempurna. Percampuran topsoil pada batas membolehkan batas berada dalam keadaan lembab dan lambat kering. Serapan air pada topsoil sangat tinggi kerana kandungan kompos didalamnya mampu mengekang air daripada cepat kering. Topsoil juga digunakan sebagai tanah untuk menanam rumput laman kerana struktur topsoil dan kandungan humus yang sangat tinggi. Menanam rumput laman dengannya sangat bertepatan membantu pertumbuhan rumput dengan cepat. Topsoil juga terkenal dalam membuat lanskap taman di mana topsoil dibubuh di atas batas bagi menambah nutrisi pada batas tersebut di samping dekorasi atas sebab keunikan pada tanah topsoil itu sendiri. Top Soil adalah lapisan tanah paling atas yang paling sering dan paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada lapisan ini sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan.Horison B disebut juga dengan zona penumpukan (illuvation zone). Horison ini memiliki bahan organik yang lebih sedikit tetapi lebih 25 banyak mengandung unsur yang tercuci daripada horizon A.Horison C adalah zona yang terdiri dari batuan terlapuk yang merupakan bagian dari batuan induk. (Handayanto & Hairiah, 1995) E. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Menurut Anonim (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu faktor internal dan faktor eksternal a. Faktor internal Faktor internal atau faktor dalam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang meliputi 1. Genetik Gen adalah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk. Meskipun peranan gen sangat penting, faktor genetik bukan satusatunya faktor yang menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan, karena juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Misalnya tanaman yang mempunyai sifat unggul dalam pertumbuhan dan perkembangannya, hanya akan tumbuh dengan cepat, lekas berbuah, dan berbuah lebat jika ditanam di lahan subur. 2. Hormon ( zat tumbuh ) Adalah suatu zat yang dalam jumlah sangat kecil tapi mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hormon tersebut tidak ikut di dalam proses metabolism, berbeda dengan unsur hara atau zat makanan bagi tumbuhan adalah suatu zat yang mempengaruhi pertumbuhan dan ikut / menjadi bagian /komponen produk yang dihasilkan. Oleh sebab itulah hormon dapat berpengaruh walaupun dalam jumlah yang sedikit. Secara alamiah setiap tumbuhan mempunyai 26 kandungan hormon dalam komposisi dan konsentrasi yang berbedabeda sesuai dengan karakter gen dari masing-masing jenis. b. Faktor eksternal Faktor eksternal atau faktor luar merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang meliputi 1. Nutrisi Pada tumbuhan, nutrisi yang diperlukan berupa air dan zat -zat hara yang terlarut didalamnya yang dirubah melalui proses fotosintesis menjadi zat-zat makanan, nutrisi berperan penting dalam photosintes yaitu mengangkut unsur hara ke bagian-bagian tanaman yang memerlukan, dengan nutrisi dapat membantu memperkuat jaringan sel dan merawat dinding sel serta berperan penting dalam proses pertumbuhan daun dan batang. 2. Lingkungan Faktor lingkungan yang akan sangat berperan mempengarhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah suhu udara, cahaya dan kelembapan, Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan speises tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga. Pertumbuhan suatu tanaman yang diproduksi akan selalu dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar dari tanaman itu sendiri. Faktor dalam dari tanaman 27 itu adalah genetika dari tanaman tersebut yang terekspresikan melalui pertumbuhan sehingga diperoleh hasil. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 2. Waktu Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pada tanggal 3 Maret 2016 sampai tanggal 23 April 2016, meliputi, pengambilan data di lapangan, pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian B. Alat Dan Bahan Penelitian 1. Alat Penelitian Alat penelitian yang digunakan di lapangan meliputi: a. Parang untuk membersihkan tempat pengambilan tanah b. Cangkul untuk mengumpulkan tanah c. Skop untuk memasuhkan tanah ke dalam karung d. Mistar untuk mengukur tinggi anakan jengkol e. Alat tulis, untuk mencatat hasil pengukuran f. Kamera, untuk mendokomentasikan peristiwa penting dalam penelitian g. Baskom, untuk tempat perendaman biji jengkol sebelum di semai h. Ember, untuk mengukur perbandingan dengan menggunakan pupuk organik dan top soil i. Kayu, untuk mencongkel semai jengkol yang digunakan dalam penyapihan dan melubangi media sapih j. Gunting, untuk memotong akar sapihan jengkol dari karung ke polybag 28 2. Bahan Penelitian a. Benih jengkol 100 biji b. Top soil 10 karung ( c. Karung semai 10 buah dengan top soil 10 kg/ karung d. Polybag 80 buah ukuran 15 cm e. Pupuk organik 2 karung ( 4 kg ) dengan kandungan dedaunan f. air C. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Benih Jengkol Benih disiapkan dengan cara membeli buah jengkol dari pasar segiri dari pedagang, selanjutnya diadakan penyortiran, untuk mendapat biji yang layak semai dan selanjutnya buah jengkol yang sudah disortir direndam satu malam dalam baskom yang ukuran sedang sebelum dilakukan penyemaian dalam karung 2. Persiapan Media Semai Media semai yang digunakan adalah top soil yang diambil dari hutan dibelakang HIMA dengan menggunakan cangkul 3. Penyemaian Benih Jengkol Sebelum menyemaikan benih jengkol ke dalam karung semai, tanah top soil disiram agar tanah jadi lembab, fungsi penyiraman tanah untuk membantu benih jengkol ketika muncul tunas agar lebih mudah akar masuk kedalam tanah. Benih jengkol yang sudah disiapkan disemaikan dalam karung semai dengan cara membenamkan mata tunasnya ke dalam tanah, selanjutnya dilakukan penyiraman secukupnya pagi dan sore sampai selama dua bulan 29 4. Penyiapan Media Sapih a. Polybag diisi dengan media tanah, media tanah top soil dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengisian ke polybag dengan masing-masing perlakuan untuk mengetahui tingkat pertambahan tinggi dan jumlah daun anakan jengkol b. Top soil Top soil diambil dari hutan dibelakang HIMA dengan menggunakan cangkul, top soil diambil dari bagian atas tanah, tanah tersebut memiliki karakteristik yang baik terdiri dari campuran lempung, dedaunan, kayu mati dan pasir dengan ke dalaman 25 cm c. Persiapan pupuk organik Setelah mengumpulkan tanah top soil dilakukan pencampuran pupuk organik, pupuk organik dibeli di gunung kombeng, pupuk organik berasal dari daun-daun tanaman selanjutnya diberi perlakuan, misal perbandingan 25 % : 75 % yaitu 1:3 dimana tanah top soil satu ember sedangkan pupuk organik tiga ember ukuran sedang. 5. Penyapihan Bibit Jengkol a. Seleksi Semai Sebelum disapih diseleksi terlebih dahulu, menurut Setiayawan (1993) cara seleksi semai yaitu : memilih batang batang yang tegak lurus keatas, memilih batang yang sehat dan segar, memilih semai yang berdaun subur mempunyai tinggi yang sesuai dengan umurnya, melihat penampakan luarnya, seperti serangan hama dan penyakit, semai yang 80 batang di seleksi sebanyak 40 untuk sebagai cadangan dan 40 batang lainnya diberi perlakuan 30 b. Penyapihan Semai jengkol yang telah berusia satu bulan yang berada dalam karung semai disapih dalam polybag. Proses penyapihan semai jengkol dari karung semai dilakukan pada sore hari, berikut cara proses penyapihan dari karung semai ke polybag : 1. Sebelum pencabutan bibit semai terlebih dahulu melakukan penyiraman untuk mempermudah dalam proses pencabutan anakan untuk menghindari akar yang putus 2. Tanah di sekitar semai digali secara hati-hati dengan pencongkel/ alat pengungkit, kemudian tusukkan alat pencongkel/ alat pengungkit ke bawah akar, selanjutnya secara perlahan semai dicabut sambil dicongkel perlahan-lahan. 3. Kemudian setelah melakukan pencabutan semai, akar dipotong sebagian untuk menghindari kematian bibit dan mempermudah beradaptasi dengan lingkungannya 4. Semai dipindahkan ke polybag dengan cara menusukkan pencongkel ( membuat lubang tanam sesuai panjang akar ) dan sedikit digoyangkan ke kiri dan ke kanan ( agar lubangnya besar ) 5. Masukkan akar semai pada lubang yang telah tersedia kemudian ditutup dengan dengan tanah dan ditekan perlahan, selanjutnya dilakukan penyiraman sampai media sapih jenuh 31 c. Pencampuran Top Soil Dan Pupuk Organik 1. Media sapih top soil (a0) 2. Media sapih dengan perbandingan top soil 25 % : 75 % pupuk organik (a1), caranya dengan mencampur 1 ember top soil ditambah 3 ember pupuk organik 3. Media sapih dengan perbandingan top soil 75 % : 25 % pupuk organik (a2), caranya dengan mencampur 3 ember top soil ditambah 1 ember pupuk organik 4. Media sapih dengan perbandingan top soil 50 % : 50 % pupuk organik (a3), caranya dengan mencampur 1 ember top soil ditambah 1 ember pupuk organik d. Pengisian Polybag 1. Pengisian polybag dilakukan dengan cara membersihkan tanah top soil dari akar, ranting serta kotoran yang ada pada tanah, 2. Pengisian polybag dilakukan dengan menggunakan tangan, serta tanah dalam polybag harus padat 3. Selanjutnya pengisian polybag dilakukan dengan perbandingan masing-masing komposisi 6. Pemeliharaan Sapihan Pemeliharaan sapihan jengkol adalah melakukan penyiraman sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore hari 7. Prosedur Pengukuran Tinggi Dan Jumlah Daun Semai yang sudah disapih ke polybag selanjutnya dilakukan pengukuran dengan menggunakan mistar, proses pengukuran dilakukan dengan memberikan tanda batas pada batang anakan setinggi 1 (satu) cm 32 dari permukaan tanah, sehingga jika melakukan pengukuran tidak mengalami selisih, fungsi pemberian batas pada batang semai anakan jengkol dari dasar tanah adalah untuk mempermudah proses pengukuran selanjutnya, dan untuk menghitung jumlah daun dilakukan secara manual satu persatu atau per polybag 8. Dokumentasi Penelitian Dokumentasi penelitian dilakukan mulai dari pembelian biji jengkol ke pasar segiri, perendaman biji, pengambilan media top soil,pengisian polybag, pencampuran tanah top soil dengan pupuk organik, pemotongan akar sapihan, serta proses pengukuran dan penyiraman D. Pengolahan Data Pengolahan data yang diambil di lapangan selama dua bulan dengan menentukan pertambahan tinggi dan jumlah daun dari setiap perlakuan di gunakan rumus sebagai berikut : Tinggi akhir tinggi awal PT = Tak - Taw Ket : PT = Pertambahan Tinggi Tak = Pertambahan Akhir Taw = Tinggi Awal BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dari hasil penelitian pengukuran tanaman jengkol (Pithecolobium jiringa) di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, pertambahan tinggi dan jumlah daun anakan jengkol pada media top soil dengan komposisi pupuk organik yang berbeda adalah sebagai berikut : Tabel 1. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan Media Top soil (a0) Pengukuran tinggi Jumlah Daun No (cm) (lembar) Pohon T1 T8 D1 D8 1 12,1 23 10,9 6 14 8 2 19 30,5 11,5 4 8 4 3 12,7 26,2 13,5 6 12 6 4 19,7 36,5 16,8 8 17 9 5 17,9 36,2 18,3 10 20 10 6 13,4 18,1 4,7 8 10 2 7 17,1 22,5 5,4 8 11 3 8 13,4 15,6 2,2 6 8 2 9 19,5 27,7 8,2 10 16 6 10 17,5 26,2 8,7 8 16 8 162,3 262,5 100,2 74 127 53 16,23 26,25 10,02 7,4 12,7 5,3 Tabel 2. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan Media Top soil Dan Pupuk Organik ( 25 %: 75 %) (a1) Pengukuran tinggi Jumlah Daun No (cm) ( lembar ) Pohon T1 T8 D1 D8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 13 18,1 15 16,1 16,1 11,6 15,1 23 11,6 10,2 149,8 28,7 28,4 25,4 21,6 20,9 19,2 23 34,5 21,2 19,3 242,2 15,7 10,3 10,4 5,5 4,8 7,6 7,9 11,5 9,6 9,1 92,4 8 4 4 4 4 6 6 4 6 6 52 16 10 13 5 6 18 14 17 12 14 125 8 6 9 1 2 12 8 13 6 8 73 14,98 24,22 9,24 5,2 12,5 7,3 ?? Tabel 3. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan Media Top soil Dan Pupuk Organik ( 75 % : 25 % ) (a2) Pengukuran tinggi Jumlah Daun No (cm) ( lembar ) Pohon T1 T8 D1 D8 1 11 26 15 6 10 4 2 16,1 23,5 7,4 6 12 6 3 14,1 26 11,9 6 18 12 4 14,6 27,2 12,6 8 12 4 5 14,1 22 7,9 8 19 11 6 12,4 19,3 6,9 4 8 4 7 13,1 24,5 11,4 4 8 4 8 11,4 26,2 14,8 8 18 10 9 12,4 17,5 5,1 8 14 6 10 15,7 19,5 3,8 10 14 4 134,9 231,7 96,8 68 133 65 13,49 23,17 9,68 6,8 13,3 6,5 Tabel 4 . Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan Media Top soil Dan Pupuk Organik ( 50 % : 50 % ) (a3) Pengukuran tinggi Jumlah Daun No (cm) ( lembar ) Pohon T1 T8 D1 D8 1 12,3 22 9,7 6 14 8 2 12,3 25,2 12,9 4 22 18 3 13,7 24,2 10,5 8 12 4 4 15,7 29,5 13,8 4 12 8 5 12,4 20,2 7,8 6 8 2 6 12,5 15,2 2,7 4 14 10 7 13,7 21,8 8,1 4 8 4 8 12,6 17,9 5,3 4 8 4 9 10,6 20,5 9,9 6 12 6 10 10,3 17,2 6,9 6 12 6 126,1 213,7 87,6 52 122 70 12,61 21,37 8,76 5,2 12,2 7,0 Tabel 5. Rekapitulasi Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan Media Top Soil Dan Pupuk Organik Pertambahan No Tinggi Daun Komposisi (cm) ( lembar ) 1 10,02 5,3 Top soil ( a0) 2 9,24 7,3 25% : 75% ( a1 ) 3 9,68 6,5 75% : 25% ( a2 ) 4 8,76 7,0 50% : 50% ( a3 ) ?? B. Pembahasan 1. Pertambahan Tinggi Pertambahan tinggi anakan jengkol (Pithecolobium jiringa) dengan media top soil dan komposisi pupuk organik yang berbeda, berdasarkan hasil pene litian yang tertera pada tabel 5 diketahui bahwa pertambahan tinggi yang tertinggi di peroleh pada media top soil yaitu 10,02 cm sedangkan pertambahan tinggi yang terendah yaitu pada media top soil dicampur pupuk organik dengan perbandingan 50 % : 50 % = 8,76 cm Penggunaan media top soil dicampur pupuk organik dengan perbandingan 75 % : 25 % pertambahan tingginya termasuk kedalam peringkat ke 2 yaitu 9,68 cm sedangkan anakan jengkol yang ditanam pada media top soil dicampur pupuk organik yang banyak menghasilkan pertambahan tinggi peringkat ke 3 yaitu 9,24 cm Menurut Fadillah ( 2009 ) top soil adalah tanah yang subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan. top soil dikenal sebagai sisasisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam tanah, berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat kehitaman dan tebalnya berkisar 30 cm Adapun manfaat top soil jika dicampur dengan tanah menurut Handayanto dan Hairiah ( 1995 ) adalah dapat memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara di dalam tanah karena top soil memiliki banyak unsur hara akibat tumpukan bahan organik. Ditambahkan oleh Tawakkal ( 2009 ) bahwa fungsi pupuk organik terhadap tanah adalah memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi tanah, karena kandungan bahan organikya yang tinggi. Meskipun demikian ?? pencampuran media top soil dengan pupuk organik dengan komposisi 25 % : 75 % justru pertambahan tingginya menjadi rendah peringkat ke tiga yaitu 9,24 cm, hal ini diduga media campuran kelebihan unsur hara dan mengakibatkan pertambahan tingginya terhambat, untuk mendapatkan pertambahan tinggi yang terbaik sebaiknya menggunakan media top soil saja, kondisi ini diduga unsur hara yang diperlukan tanaman sesuai yang dibutuhkan, sehingga cenderung memacu pertambahan tinggi Penggunaan media top soil di campur pupupk organik dengan komposisi 75 % : 25 %, menghasilkan pertambahan tinggi yang medium atau peringkat dua yaitu 9,68 cm kondisi ini diduga menyebabkan ketersedian unsur hara yang cukup bagi pertambahan tinggi. Penggunaan media top soil campur pupuk organik dengan komposisi 50 % : 50 % menghasilkan pertambahan tinggi peringkat ke empat yaitu 8,76 cm kondisi ini diduga karena kandungan unsur hara kurang cukup untuk memacuh pertambahan tinggi tanaman. 2. Pertambahan Jumlah Daun Pertambahan jumlah daun anakan anakan jengkol dengan media top soil dan komposisi pupuk organik yang berbeda . Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada tabel 5 diketahui bahwa pertambahan jumlah daun yang tertinggi diperoleh pada media top soil di campur pupuk organik dengan perbandingan 25 %: 75 % yaitu 7,3 lembar, sedangkan pertambahan jumlah daun yang terendah yaitu pada media top soil saja yaitu 5,3 lembar Penggunaan media top soil di campur pupuk organik dengan perbandingan 50 % : 50 %, pertambahan jumlah daun termasuk kedalam peringkat ke dua yaitu 7 lembar sedangkan anakan jengkol yang di tanam ?? pada media top soil saja menghasilkan pertambahan jumlah daun peringkat ke empat yaitu 5,3 lembar Menurut Rohendi ( 2005 ) pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi pelapukan sisa-sisa tanaman dan mahluk hidup, dengan menggunakan pupuk organik daya serap tanaman terhadap unsur hara juga meningkat, karena pupuk organik mampu menjaga kelembapan tanah sehingga pelarutan unsur hara dalam tanah berjalan dengan baik. Manfaat pupuk organik menurut Rachman ( 2005 ) jika pupuk organik di campur dengan media top soil dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan dan mudah ditembus oleh akar tanaman, karena pupuk organik dapat meningkatkan daya sangga terhadap goncangan perubahan drastis sifat tanah. Menurut Sutanto ( 1995 ) bahwa potensi pupuk organik dapat membantu pertambahan jumlah daun bagi tanaman, dengan demikian dapat di ketahui pada komposisi 25 % : 75 %, pertambahan jumlah daun lebih tinggi dari komposisi yang lain yaitu 7,3 lembar kondisi ini diduga unsur hara yang diperlukan tanaman sesuai yang di but uhkan sehingga cenderung memacu pertambahan jumlah daun. Penggunaan media top soil di campur pupuk organik dengan komposisi 50 % : 50 % menghasilkan pertambahan jumlah daun yang medium atau peringkat ke dua yaitu 7,0 lembar, kondisi ini diduga menyebabkan ketersedian unsur hara bagi pertambahan jumlah daun cukup. Penggunaan media top soil saja tanpa campuran pupuk organik menghasilkan pertambahan jumlah daun peringkat ke empat yaitu 5,3 ?? lembar, kondisi ini diduga karena kandungan bahan organik yang ada pada top soil kurang cukup memacuh pertambahan jumlah daun. Penggunaan media top soil di campur pupupk organik dengan komposisi 75 % : 25 %, menghasilkan pertambahan jumlah daun yang rendah, peringkat ke tiga yaitu 6,5 lembar kondisi ini diduga menyebabkan ketersedian unsur hara yang cukup bagi pertambahan jumlah daun Menurut Anonim (2013) pertumbuhan tinggi dan pertambahan jumlah daun dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang dimana faktor internal meliputi faktor genetik, serta hormon sedangkan faktor eksternal atau faktor luar yaitu nutrisi dan lingkunggan. Pertumbuhan tinggi dan pertambahan jumlah daun sangat dipengruhi oleh faktor genetik yang diturunkan dari induknya, meskipun demikian gen dari induknya tidak akan selamanya sama dengan pertumbuhan induknya karena faktor lahan, cuaca, lingkungan dan tempat penanaman. Pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh hormon, suatu zat yang dalam jumlah sangat kecil tapi mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman, hormon dapat berpengaruh walaupun dalam jumlah yang sedikit diduga dengan hormon yang cukup maka pertumbuhan tanaman akan lebih subur. Menurut Kimball (1993) pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh faktor luar yaitu nutrisi dan lingkungan, pada tumbuhan nutrisi yang diperlukan berupa air dan zat-zat hara yang terlarut di dalamnya yang dirubah melalui proses fotosintesis menjadi zat-zat makanan diduga nutrisi berperan penting dalam fotosintesis mengangkut unsur hara ke bagian- ?? bagian tanaman yang memerlukan serta diduga membantu memperkuat jaringan sel dan membantu proses pertumbuhan daun dan batang Meskipun mempengaruhi demikian faktor lingkungan pertumbuhan dan perkembangan sangat berperan tanaman seperti suhu,cahaya dan kelembapan, diduga dengan kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk tumbuh dengan cepat, Pertumbuhan suatu tanaman yang diproduksi akan selalu dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar dari tanaman itu sendiri. Faktor dalam dari tanaman itu adalah genetika dari tanaman tersebut ?? BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pertambahan tinggi anakan jengkol (Pithecolobium jiringa) yang tertinggi diperoleh pada media top soil yaitu 10,02 cm 2. Pertambahan jumlah daun anakan jengkol (Pithecolobium jiringa ) yang tertinggi diperoleh pada media top soil dengan perbandingan 25 % dan 75 % pupuk organik yaitu 7,3 lembar 3. Dengan menggunakan pupuk organik yang banyak akan memacuh pertambahan jumlah daun lebih tinggi dari yang hanya menggunakan media top soil saja, meskipun demikian penggunaan pupuk organik tidak dapat memacuh pertumbuhan tinggi semai 4. Penyapihan dari karung ke polybag harus memotong sebagian akar bibit jengkol untuk menghindari tanaman mati ketika sudah disapih ke dalam polybag B. Saran Jika ingin membudidayakan dan memperbanyak bibit tanaman jengkol (Pithecolobium jiringa ) sebaiknya menggunakan : a. Media top soil saja tanpa pupuk organik untuk mendapatkan pertambahan tinggi yaitu 10, 02 cm b. Sedangkan jika untuk pertambahan jumlah daun menggunakan perbandingan 25 % tanah top soil : 75 % pupuk organik yaitu 7,3 lembar DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2004) . Budi Daya Tanaman Jengkol Serta Kandungannya. http://www.psychologymania.com/2013/08/kandungan-jengkol.html Anonim, ( 2009 ). http://teknologibenih.blogspot.co.id/2009/08/pengujian-dayakecambah-adalah.html Anonim, (2010). Faktor yang mempengaruhi perkecambahan. http://www.ebiologi.com/2016/03/faktor-yang -mempengaruhiperkecambahan.html Anonim, (2013). Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. http://www.ebiologi.com/2016/03/faktor-yang -mempengaruhipertumbuhan.html Darmawijaya, (1990). Defenisi Tanah Di Indonesia. Universitas Indonesia (UIPress) . Jakarta . http://definisimu.blogspot.co.id/2012/08/definisitanah.html Dokuchaev, (1990).Defenisi-Defenisi tentang pengertian dan manfaat Tanah. http://definisimu.blogspot.co.id/2012/08/definisi-tanah.html Fadilla, (2009). Tanah Topsoil. http://repository.unand.ac.id/5866/ Handayanto & Hairiah, (1994). Biologi tanah. Karangkajen. Yogyakarta. Pencipta Pustaka Adipura Hanafiah, (2005). Fungsi Tanah Bagi Tanaman. Bogor . Pencipta Kanasius. Haryanto A.G dkk, Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah (Jakarta: EGC, 1999) Kartasapuetra (1986). Pengaruh Unsur Iklim Terhadap Tanah Dan Tanaman. http://farizkustiawann.blogspot.co.id/2012/12/pengaruh-iklim-dancuaca-dalam.html Kimball, (1996). Faktor Yang Mempengaruhi Pertambahan Tinggi Dan Perkecambahan Pitojo,S. (1993). Budi Daya Tanaman Jengkol Dan Pemanfaatannya. Yogyakarta. Penerbit Kanisius. Rachman, (2002). Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta. Penerbit Kanisius. (website : www.kanasiusmedia.com) 43 Rohendi , (2005). Manfaat Pupuk Organik Pada Pertanian. http://www.informasipertanian.com/2013/04/manfaat-pupukorganik.html. Setiayawan, (1993). Teknik Seleksi Bibit. Kanisius Yogyakarta Sarwono.H, (1995). Ilmu Tanah. Penertbit Akademika Pressindo, Jakarta Sutanto,R. (1995). Potensi Bahan Pupuk Organik. Deresan, Kanisius. Yogyakarta. Supriyanto. Mamfaat Tanaman Jengkol Bagi Lingkungan Sekitar. http://ancoerancoeran.blogspot.co.id/2013/04/khasiat-manfaat-dan-efek -negatifjengkol.html Steqo, (2010). Perbanyakan Tanaman Dari Biji. http://andre4088.blogspot.co.id/2012/02/perbanyakan-dengan-biji.htm Schoeder, (1972). Fungsi Tanah Bagi Tanaman Zain. (1996). Pemamfaatan dan Sumber Daya Alam. http://adeintannurani.blogspot.co.id/2011/07/pemanfaatan-danpengelolaan-sumber-daya.html ?? Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol Top Soil No Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-Rata ( ) Pengukuran 1 2 12,1 13,9 19 19,3 12,7 12,9 19,7 19,9 17,9 18,5 13,4 14,1 17,1 17,6 13,4 13,9 19,5 19,8 17,5 17,9 162,3 167,8 16,23 16,78 3 4 14,3 14,9 19,9 20,5 13,1 13,5 20,2 20,8 18,8 19,2 14,7 15,2 18,1 18,3 14,1 14,5 20,2 20,9 18,1 18,8 171,5 176,6 17,15 17,66 5 6 7 8 15,8 17,9 20,1 23 20,7 24,9 30,2 30,5 15,2 17,2 23,9 26,2 23,9 28,5 33,9 36,5 21,5 32,9 34,2 36,2 15,2 17,3 17,5 18,1 18,9 19,9 21,3 22,5 14,8 15,2 15,4 15,6 22,4 23,4 25,9 27,7 19,5 22,9 23,1 26,2 187,9 220,1 245,5 262,5 18,79 22,01 24,55 26,25 132 185 134,7 203,4 199,2 125,5 153,7 116,9 179,8 164 16,50 23,13 16,84 25,43 24,90 15,69 19,21 14,61 22,48 20,50 Lampiran 2. Data hasil pengukuran tinggi anakan jengkol Perbandingan 25 % : 75 % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-Rata ( ) Pengukuran No Pohon 1 2 3 13 14,9 22,2 18,1 20,5 21,1 15 16,2 16,5 16,1 16,9 17,3 16,1 18,5 18,9 11,6 13,3 14,7 15,1 16,9 17,1 23 24,5 25,1 11,6 12,3 12,5 10,2 11,5 13,1 149,8 165,5 178,5 14,98 16,55 17,85 4 5 6 7 8 23,5 23,9 25,3 26,4 28,7 23,2 24,5 26,1 27,2 28,4 16,9 17,8 19,9 22,3 25,4 18,8 19,4 19,8 20,2 21,6 19,1 19,5 20,1 20,5 20,9 15,9 17,8 18,9 19 19,2 17,8 18,9 20,1 20,9 23 25,9 27,2 29,9 31,9 34,5 13 14,2 17,2 19,5 21,2 14,9 16,3 17,9 18,5 19,3 189 19,95 215,2 226,4 242,2 18,9 19,95 21,52 22,64 24,22 177,9 189,1 150 150,1 153,6 130,4 149,8 222 121,5 121,7 22,24 23,64 18,75 18,76 19,20 16,30 18,73 27,75 15,19 15,21 ?? Lampiran 3. Data Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol Perbandingan 75 % : 25 % No Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RataRata ( ) Pengukuran 1 2 3 4 5 6 11 12,3 13,3 17,1 19,1 24,2 16,1 16,5 17,1 17,8 18,9 20,1 14,1 15,3 15,8 16,9 18,7 21,6 14,6 15,8 16,1 16,9 19,1 22,9 14,1 15,2 15,7 16,1 18,2 18,9 12,4 13 13,1 13,5 15,2 16,5 13,1 13,5 13,9 14,1 17,3 21,2 11,4 12,2 12,9 13,5 15,2 19,5 12,4 13,7 14,2 14,9 15,5 17,1 15,7 15,9 16,1 16,5 16,9 17,8 134,9 143,4 148,2 157,3 174,1 199,8 13,49 14,34 14,82 15,73 17,41 19,98 7 25,1 21,9 23,9 24,2 21,1 17,1 22,2 24,9 17,3 18,3 216 21,6 8 26 23,5 26 27,2 22 19,3 24,5 26,2 17,5 19,5 231,7 23,17 148,1 151,9 152,3 156,8 141,3 120,1 139,8 135,8 122,6 136,7 18,51 18,99 19,04 19,60 17,66 15,01 17,48 16,98 15,33 17,09 Lampiran 4. Data Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol Perbandingan 50 % : 50 % No Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RataRata ( ) Pengukuran 1 2 3 4 5 6 7 8 12,3 13,9 14,1 14,4 16,4 17,8 19,9 22 12,3 14,2 16,2 16,9 17,2 19,9 22,9 25,2 13,7 14 15,1 15,7 16,2 17,1 19,2 24,2 15,7 16,2 18,2 19,9 25,8 26,2 27,5 29,5 12,4 13,7 14,1 14,5 15,6 17,9 19,5 20,2 12,5 13,5 13,7 14,1 14,6 14,9 15 15,2 13,7 15,5 15,9 16,5 17,5 18,2 19,9 21,8 12,6 13,9 14,2 14,9 15,1 15,4 15,6 17,9 10,6 11 11,9 12,5 13,5 15,7 18,9 20,5 10,3 11,8 13,8 14,5 14,9 15,2 16,1 17,2 126,1 137,7 147,2 153,9 166,8 178,3 194,5 213,7 12,61 13,77 14,72 15,39 16,68 17,83 19,45 21,37 119,5 144,8 135,2 179 127,9 113,5 139 119,6 114,6 113,8 14,94 18,10 16,90 22,38 15,99 14,19 17,38 14,95 14,33 14,23 ?? Diagram Distribusi Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol (Pithecolobium jiringa) Top soil 30 25 20 15 10 5 0 16,23 16,78 17,15 17,66 18,79 22,01 Rata-rata Pengukuran Tinggii 24,55 26,25 Gambar 1. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol Top Soil Diagram Distribusi Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol (Pithecolobium jiringa) Perbandingan 25 %: 75 % 30 25 20 15 10 5 0 14,98 16,55 17,85 18,9 19,95 21,52 Rata-rata Pengukuran Tinggii 22,64 24,22 Gambar 2. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol 25 % : 75 % ?? Diagram Distribusi Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol (Pithecolobium jiringa) Perbandingan 75 % : 25 % 30 25 20 15 10 5 0 13,49 14,34 14,82 15,73 17,41 19,98 Rata-rata Pengukuran Tinggii 21,6 23,17 Gambar 3. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol 75 % : 25 % Diagram Distribusi Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol (Pithecolobium jiringa) Perbandingan 50 % : 50 % 30 25 20 15 10 5 0 12,61 13,77 14,72 15,39 16,68 17,83 Rata-rata Pengukuran Tinggii 19,45 21,37 Gambar 4. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol 50 % : 50 % ?? Lampiran 5. Data Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Top Soil Jumlah Daun No Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 6 8 12 12 4 8 8 8 8 6 6 6 8 8 8 10 10 10 10 10 14 14 16 20 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 6 6 6 8 8 10 12 12 16 16 8 8 8 8 8 74 86 88 102 106 7,4 8,6 8,8 10,2 10,6 6 7 8 82 12 12 14 60 8 8 8 64 8 10 12 91 12 14 17 134 20 20 20 64 8 8 10 64 8 8 10 58 8 8 8 18 14 16 114 80 10 14 16 112 116 127 11,2 11,6 12,7 RataRata ( ) 10,25 7,50 8,00 11,38 16,75 8,00 8,00 7,25 14,25 10,00 Lampiran 6. Data Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Perbandingan 25 % :75% No Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-Rata ( ) Jumlah Daun 1 8 4 4 4 4 6 6 4 6 6 52 5,2 2 8 4 4 4 4 8 12 8 8 8 68 6,8 3 4 5 8 8 12 4 8 6 4 4 4 6 4 4 4 4 5 8 10 10 10 12 12 8 8 8 8 8 8 8 8 8 68 74 77 6,8 7,4 7,7 6 12 8 8 4 5 12 12 12 8 10 91 9,1 7 16 8 10 4 6 14 12 14 10 12 106 10,6 8 16 10 13 5 6 18 14 17 12 14 125 12,5 88 52 51 35 38 86 90 79 68 74 11,00 6,50 6,38 4,38 4,75 10,75 11,25 9,88 8,50 9,25 ?? Lampiran 7. Data Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Perbandingan 75% : 25% Jumlah Daun Rata-Rata No Pohon ) 1 2 3 4 5 6 7 8 1 6 8 8 2 6 8 8 3 6 8 8 4 8 8 8 5 8 4 6 4 7 6 6 14 10 66 8 8 10 10 12 70 8,75 10 10 14 16 18 90 11,25 8 12 12 12 12 80 10 12 16 16 16 16 19 107 13,38 4 4 4 6 6 6 8 42 5,25 4 4 4 4 6 8 8 8 46 5,75 8 8 8 8 12 12 13 14 18 93 11,63 9 8 8 10 12 12 12 12 14 88 11 10 10 68 10 10 12 12 12 13 14 93 11,63 70 80 94 100 109 121 133 6,8 7 9,4 10 8 8 11 12 8,25 13 Lampiran 8. Data hasil jumlah daun anakan jengkol Perbandingan 50% : 50% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-Rata ( ) Jumlah Daun No Pohon 1 6 4 8 4 6 4 4 4 6 6 52 5,2 2 6 8 8 4 6 4 4 4 6 6 56 5,6 3 4 8 8 12 14 8 9 6 6 6 6 4 4 4 4 4 4 6 8 6 6 64 69 6,4 6,9 5 8 14 10 6 6 6 6 4 8 6 74 7,4 6 10 18 12 6 8 10 6 5 10 8 93 9,3 7 12 18 12 8 8 10 6 6 10 8 98 9,8 8 14 22 12 12 8 14 8 8 12 12 122 12,2 72 110 79 52 54 56 42 39 66 58 9,00 13,75 9,88 6,50 6,75 7,00 5,25 4,88 8,25 7,25 ?? Diagram Distribusi Pertambahan Jumlah Daun Anakan Jengkol (Pithecolobium jiringa) Top soil 14 12 10 8 6 4 2 0 7,4 8,6 8,8 10,2 10,6 11,2 Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun 11,6 12,7 'AwdA? ?? Histogram Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Perbandingan Top Soil Diagram Distribusi Pertambahan Jumlah Daun Anakan Jengkol (Pithecolobium jiringa) 25 % : 75 % 14 12 10 8 6 4 2 0 5,2 6,8 6,8 7,4 7,7 9,1 10,6 Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun 12,5 Gambar 6. Histogram Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Perbandingan 25 % : 75 % ?? Diagram Distribusi Pertambahan Jumlah Daun Anakan Jengkol (Pithecolobium jiringa) 75 % : 25 % 14 12 10 8 6 4 2 0 6,8 7 8 9,4 10 10,9 12,1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun 13,3 Gambar 7. Histogram Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Perbandingan 75% : 25 % Diagram Distribusi Pertambahan Jumlah Daun Anakan Jengkol (Pithecolobium jiringa) 50 % : 50 % 14 12 10 8 6 4 2 0 5,2 5,6 6,4 6,9 7,4 9,3 9,8 12,2 Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun Gambar 8. Histogram Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Perbandingan 50 % : 50 % ?? Gambar 9 . Pengisian media semai Gambar 10 . Pengisian polybag Gambar 11. Pengisian polybag dengan komposisi pupuk organik Gambar 12. Pengisian polybag dengan komposisi pupuk organik Gambar 13. Bentuk susunan karung Gambar 14. Biji jengkol sebelum dibeli dipasar segiri ?? Gambar 15. Proses perendaman biji jengkol Gambar 17. Proses semai biji jengkol kedalam karung Gambar 19. Tinggi bibit jengkol umur dua minggu mencapai 15 sampai 20 cm Gambar 16. Proses perendaman biji jengkol kedalam karung Gambar 18. Proses semai biji jengkol kedalam karung Gambar 20. Tinggi bibit jengkol umur dua minggu mencapai 15 sampai 20 cm ?? Gambar 21. Proses pencabutan bibit jengkol dari karung ke poly bag Gambar 22. Pemotongan akar Gambar 24. Proses penyapihan kedalam polybag Gambar 21. Proses pemotongan akar Gambar 23. Pemotongan akar Gambar 25. Proses penyapihan kedalam polybag ?? Gambar 26. Proses pengukuran Gambar 28. Daun yang diserang hama Gambar 30. Penyiraman Gambar 27. Proses pengukuran Gambar 29. Daun yang diserang hama Gambar 31. Penyiraman