PERTAMBAHAN TINGGI DAN JUMLAH DAUN ANAKAN JENGKOL

advertisement
PERTAMBAHAN TINGGI DAN JUMLAH DAUN ANAKAN
JENGKOL(Pithecolobium jiringa) PADA MEDIA CAMPURAN TOPSOIL
DAN PUPUK ORGANIK DI PERSEMAIAN POLITEKNIK PERTANIAN
NEGERI SAMARINDA
Oleh :
FIRDAUS
NIM. 130500015
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
PERTAMBAHAN TINGGI DAN JUMLAH DAUN ANAKAN
JENGKOL(Pithecolobium jiringa) PADA MEDIA CAMPURAN TOPSOIL
DAN PUPUK ORGANIK DI PERSEMAIAN POLITEKNIK PERTANIAN
NEGERI SAMARINDA
Oleh :
FIRDAUS
NIM. 130500015
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
PERTAMBAHAN TINGGI DAN JUMLAH DAUN ANAKAN
JENGKOL(Pithecolobium jiringa) PADA MEDIA CAMPURAN TOPSOIL
DAN PUPUK ORGANIK DI PERSEMAIAN POLITEKNIK PERTANIAN
NEGERI SAMARINDA
Oleh :
FIRDAUS
NIM. 130500015
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: Pertambahan
Nama
: Firdaus
NIM
: 130 500 015
Program Studi
: Pengelolaan Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Tinggi Dan Jumlah Daun
Anakan Jengkol (Pithecolobium Jiirnga) Pada
Media Campuran Top Soil Dan Pupuk
Organik Di Persemaian Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Ir.M.Fadjeri, MP
NIP.196108121988031003
Ir. Muhammad Nasir, MP
NIP. 196112201988031002
Ir. Emi Malaysia, MP
NIP. 196501011992032002
Meyetujui,
Mengesahan,
Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan
Ketua Jurusan Manajemen Petanian
Agustina Murniyati, S,Hut.MP
NIP. 197208031998022001
Lulus ujian
Ir. M. Masrudy. MP
NIP. 196008051988031003
ABSTRAK
FIRDAUS. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol
(Pithecolobium jiringa) Pada Media Campuran Top Soil Dan Pupuk Organik Di
Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. ( di bawah bimbingan M.
Fadjeri )
Penelitian ini dilatar belakangi oleh mahalnya harga jengkol dipasaran
serta semakin populernya masakan jengkol di Indonesia, baik itu berupa
sayuran, lauk maupun kudapan, tetapi informasi mengenai budidaya tanaman ini
masih kurang, membuat para petani hanya membudidayakannya secara
tradisional untuk itu perlu dicari tambahan mengenai pembudidayaan tanaman ini
salah satunya dengan cara memberikan pupuk organik dengan komposisi yang
berbeda pada anakan jengkol yang ditanam di polybag dengan media top soil
Tujuan dari penelitian n
i i adalah untuk mengetahui pertambahan
tinggi dan jumlah daun anakan jengkol (Pithecolobium jiringa ) dari biji
pada media top soil dengan komposisi pupuk organik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanaan di persemaian Politani Samarinda dimulai
dari tanggal 3 Maret 2016 sampai tanggal 23 April 2016 meliputi,
pengambilan data di lapangan, pengolahan dan penyusunan laporan
penelitian. Pengukuran tinggi menggunakan mistar dan untuk menghit ung
jumlah daun perminggunya dihitung secara manual. Penelitian ini
dirancang dengan empat macam perlakuan pada media sapih yaitu :
1.
2.
3.
4.
Top soil ( a0)
Top soil ditambah pupuk organik : 25% : 75% ( a1 )
Top soil ditambah pupuk organik : 75% : 25% ( a2 )
Top soil ditambah pupuk organik : 50% : 50% ( a3 )
Hasil penelitian pertambahan tinggi dan jumlah daun dapat diketahui
bahwa perlakuan :
1. a0 = 10,02 cm dan 5,3 lembar
2. a1 = 9,24 cm dan 7,3 lembar
3. a2 = 9,68 cm dan 6,5 lembar
4. a3 = 8,76 cm dan 7,0 lembar
Kata kunci : Anakan Jengkol , Pertambahan Tinggi dan Jumlah Daun.
RIWAYA HIDUP
Firdaus, lahir pada tanggal 19 Oktober 1993, di Kabupaten
Enrekang Provinsi Sulawesi selatan. Merupakan anak ke 7 dari
Sudan .
Memulai pendidikan dasar pada tahun 2000 di Sekolah
dan lulus pada tahun 2006.
Pada tahun yang sama melanjutkan ke sekolah Menengah Pertama Negeri 4
Mengkendek dan lulus pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan lagi Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 4 Mengkendek Tana Toraja dan lulus pada tahun
2012 .
Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2013 di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
pada Program Studi Pengelolaan Hutan , Jurusan Manajemen
Pertanian. Aktif dalam organisasi HIMA Manajemen Pertanian sebagai Anggota
periode 2014/2015. Pada bulan Maret sampai April 2016 mengikuti program PKL
( Praktik Kerja Lapang ) di PT. INHUTANI I Wilayah Tarakan Unit Manajemen
Pimping Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kabupaten Bulungan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Karya Ilmiah ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di areal
Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya (Amd)
Penulisan Karya ilmiiah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan ucapan
terimakasih setulus hati kepada :
1. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari segi
moril maupun materil kepada penulis.
2. Kepada Bapak Ir.M.Fadjeri, MP selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah
3. Kepada Ibu Agustina Murniyati,Shut, MP selaku Ketua Program Studi
Pengelolaan Hutan.
4. Kepada Ir. Muhammad Nasir, MP selaku Penguji I dan Ibu Ir. Emi Malaysia,
MP selaku Penguji II.
5. Kepada Teman-teman angkatan 2013 yang telah membantu sejak awal
sampai akhir penulisan
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Ilmiah ini masih
banyak terdapat kekurangan sehingga Penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk kesempurnaan Karya Ilmiah ini, harapan Penulis Karya Ilmiah ini
dapat bermamfaat bagi semua pihak. Amin
Penulis
Kampus Gunung Panjang, 2016
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3
A. Tinjauan Tentang Jengkol ( Pithecolobium jiringa )
3
B. Uraian Tentang Pupuk Organik
11
C. Pengaruh Unsur Iklim Terhadap Tanah Dan Tanaman
18
D. Uraian Tentang Tanah
19
E. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman....................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Alat dan Bahan
C. Prosedur Penelitian
D. Pengolahan Data
...... 27
27
27
28
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 33
A. Hasil
33
B. Pembahasan
35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 41
A. Kesimpulan
41
B. Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
42
LAMPIRAN
44
DAFTAR GAMBAR
Nomor
lampiran
Halaman
1. Data hasil pengukuran tinggi anakan jengkol top soil ...........................33
2. Data hasil pengukuran tinggi anakan jengkol Perbandingan
25 % : 75 %
..................... ........ 34
3. Data hasil pengukuran tinggi anakan jengkol Perbandingan
75 % : 25 % ................................................................................. ...... 34
4. Data hasil pengukuran tinggi anakan jengkol Perbandingan
50 % : 50 % ....................................................................................... 35
5. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol
........ 46
6. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol
dengan Perbandingan 25 % : 75 %
...... .... 46
7. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol
dengan Perbandingan 75 % : 25 %
. ...... 47
8. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol
dengan Perbandingan 50 % : 50 % ................................................... 47
9. Data hasil jumlah daun anakan jengkol top soil .................................. 48
10. Data hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan
25 % : 75 % ........................................................................................ 48
11. Data hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan
75 % : 25 % ....................................................................................... 49
12. Data hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan
50 % : 50 % ........................................................................................ 49
13. Histogram hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan
Top soil murni ..................................................................................... 50
14. Histogram hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan
25 % : 75 % ........................................................................................ 50
15. Histogram hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan
75 : 25 ............................................................................................... 51
16. Histogram hasil jumlah daun anakan jengkol perbandingan
50 % : 50 % ........................................................................................ 51
17. Pengi sian media semai ....................................................................... 52
18. Pengisian Polybag .............................................................................. 52
19. Pengisian polybag Dengan Komposisi Pupuk Organik ........................ 52
20. Bentuk Susunan Tanah Dalam Karung ............................................... 52
21. Melakukan Penyortiran Sebelum Membeli Biji Jengkol di
Pasar Segiri ....................................................................................... 52
22. Proses Perendaman Bii Jengkol ......................................................... 53
23. Proses Penyemaian Biji Jengkol Ke Dalam Karung ........................... 53
24. Tinggi bibit jengkol umur dua minggu mencapai 15 cm sampai
20 cm .................................................................................................. 53
25. Proses Pencabutan Bibit Jengkol Yang Di Sapih Kedalam
Polybag ............................................................................................... 54
26. Proses Pemotongan Akar Sebelum Di Sapih Ke Dalam
Polybag ............................................................................................... 54
27. Proses Penyapihan ke Polybag.......................................................... 54
28. Proses Pengukuran............................................................................. 55
29. Daun Di Serang Hama ....................................................................... 55
30. Proses Penyiraman ............................................................................. 55
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan
Jengkol dengan media Top Soil ....................................................... 33
2. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun
Anakan Jengkol Dengan Media Top soil Dan
Pupuk Organik ( 25% : 75% )
3.
34
Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun
Anakan Jengkol Dengan Media Top soil Dan
Pupuk Organik ( 75% : 25% )
34
4. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun
Anakan Jengkol Dengan Media Top soil Dan
Pupuk Organik ( 50% : 50% )
35
5. Rekapitulasi Pertambahan Tinggi Dan Jumlah
Daun Anakan Jengkol Dengan Media Top Soil
Dan Pupuk Organik
35
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman jengkol (Pithecolobium jiringa ) merupakan tanaman multiguna
hampir seluruh bagian tanaman ini bermanfaat, buahnya dapat dikonsumsi
sebagai sayuran maupun lauk serta cemilan. secara tradisional kulitnya bisa
memberi warna hitam pengganti sumba, seresah daun jengkol sangat baik
untuk pupuk organik setelah dibenamkan dalam tanah dan mengalami proses
pembusukan, cabang dan ranting sebagia kayu bakar dan batangnya dapat
dibuat sebagai bahan bangunan. Selain itu tanaman jengkol dapat juga di pakai
sebagai tanaman penghijauan ( Pitojo, 1992).
Meskipun harga buah jengkol dipasaran semakin hari cenderung
meningkat serta konsumen yang bertambah tetapi pembudidayaan buah ini di
luar jawa masih belum banyak dilakukan. Kebanyakan pohon jengkol tumbuh
secara
liar
di
hutan-hutan
sekunder,
sehingga
buah
yang
dihasilkan
produktifitasnya hanya bergantung pada alam. Untuk memperoleh buah jengkol
yang baik serta produktipitasnya tinggi perlu adanya budidaya terhadap jengkol
tersebut .
Pengadaan bibit merupakan masalah utama dalam pembudidayaan
tanaman, untuk itu perlu diupayakan berbagai metode agar diperoleh anakan
jengkol yang baik pertumbuhannya.
Media tanaman merupakan faktor penentu dalam memproduksi bibit
tanaman mengingat pentingnya hal tersebut maka dilakukan penelitian
pertambahan tinggi anakan jengkol dan jumlah di persemaian politeknik
pertanian negeri samarinda selama dua bulan.
2
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertambahan
tinggi dan jumlah daun anakan jengkol pada media top soil dengan komposisi
pupuk organik berbeda.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan
informasi mengenai pengadaan bibit anakan jengkol kepada berbagai pihak yang
memerlukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Jengkol (Pithecolobium jiringa)
1.
Pengertian Tanaman Jengkol
Tanaman jengkol merupakan tanaman khas Indonesia. Aromanya
yang khas serta rasanya yang nagi sebagian orang adalah nikmat
menjadikan jengkol sebagai salah satu makanan populer. Secara geografis
tanaman jengkol tersebar luas tanaman tropis ini memiliki buah yang
sebenarnya adalah biji atau polong dari buah yang sebenarnya . Tiap polong
terdapat kurang lebih 5-7 buah . Pohon jengkol juga mmemiliki akar yang
dalam sehingga mampu menyerap air tanah
Tanaman tropis ini lebih baik di tanam pada tanah dataran rendah,
tanaman jengkol membutuhkan kadar penyinaran
yang tinggi sepanjang
hari maka dari itu jengkol harus setiap saat kenah sinar matahari selain itu
tanaman jengkol membutuhkan pasokan air yang tinggi juga diikuti dengan
kadar kelembapan yang cukup
Asal tanaman jengkol ini belum pasti asal usulnya, akan tetapi
tanaman ini sejak lama telah ditanam di Indonesia, dan wilayah-wilayah lain
di sebelah barat Indonesia seperti Tailan dan Malaysia.
Tanaman jengkol sendiri dapat tumbuh dengan sendirinya, namun
banyak petani-petani Indonesia terutama pada daerah pedesaan lahan yang
ditanami tidak terbatas hanya dihalaman ruma, pekarangan, tegalan bahkan
di lereng bukit dan sebagainya.
Selama ini budidaya tanaman jengkol dilaksanakan oleh para petani
dengan cara-cara yang sederhana. Tanaman jengkol memiliki banyak
kelebihan yaitu seperti mampu hidup dengan baik pada kondisi yang kurang
4
menguntungkan, dan hampir semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan
terutama dari buahnya.
Biji jengkol dapat dikomsumsi sewaktu masih menta maupun setelah
diolah dengan berbagai macam olahan. Dimana yang menarik untuk dikaji
adalah antara kemanfaatan yang bersifat positif sebagai sumber karbohidrat,
dan kerugian dari bau yang ditimbulkan
Menjadikan jengkol bahan pangan yang aman adalah tujuan utama.
Upaya
preventif
maupun
kuratif
teryata
telah
berhasil
menangkal
kemungkinan dampak negative jengkol. Kenyamanan tersebut memberikan
kemantapan bagi penggemar jengkol maupun perlindungan bagi yang
membutuhkan (Pitojo 1992)
2.
Klasifikasi Tanaman
Tanaman jengkol dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam
klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae ( Tumbuhan )
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Filium
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famil
: Fabaceae
Upafamili
: Mimosoideae
Genus
: Archidendron
Spesies
: Pithecolobium jiringa
5
3.
Penanaman Tanaman Jengkol
Menurut (Pitojo, 1992) pohon jengkol tidak terlalu rumit, tanaman
jenis ini memiliki nilai ekonomis tinggi, dan dapat menyuburkan tanah
(karena termasuk pupuk hijau) dan penyerap air hujan. Tanaman jengkol
sendiri tidak membutuhkan perawatan khusus seperti halnya tanaman kopi.
Cara menanam pohon jengkol sebaiknya pada saat musim hujan
telah tiba, sehingga tak perlu lagi menyiram bibit jeng kol tersebut. Dalam
satu hektar kebun bisa ditanami 20 batang pohon untuk membayangbayangi tanaman yang ada pada kebun tersebut.
Jengkol yang hendak ditanam sebaiknya yang telah membelah pada
bijinya. Karena jengkol tersebut akan lebih cepat mengeluarkan akar dan
tumbuh tunas yang baru. Setelah dipilih kualitas jengkol yang bagus,
kemudian buah jengkol tersebut ditanam ke dalam polybag yang telah diisi
tanah yang dicampur dengan tanah top soil dan pupuk organik. Jengkol
tersebut ditanam sedalam 2 cm dengan mata tunas buah jengkol berada di
bawah menancap tanah. Kondisi tanahnya juga haruslah lembab, agar
pertumbuhan bibit jengkol lebih cepat untuk menjaga kelembababn tersebut.
Jika disekitarnya terdapat pasokan air maka sebaiknya bibit jengkol tersebut
diletakkan di dekatnya. Setelah kurang lebih dari satu minggu
jengkol
tersebut akan mengeluarkan tunas pohon setinggi sekitar 1 cm dan sudah
dapat ditanam. Jarak antara pohon jengkol yang satu dengan yang lainnya
sekitar 6 meter x 6 meter. Penanaman juga harus memperhatikan cuaca.
6
4.
Pembibitan
Perbanyakan tanaman dengan biji merupakan cara yang paling cepat
untuk membiakkan tanaman menyerbuk sendiri seperti jengkol. Cara
tersebut
merupakan
satu-satunya
langkah
paling
mudah.
Kebaikan
perbanyakan tanaman jengkol dari biji adalah pengembangan tanaman
dapat dilaksanakan secara besar besaran, dan lama waktu yang relative
singkat. Kelemahan perbayakan dari biji, kemungkinan terjadi perubahan
penurunan sifat tanaman, sehingga tidak sama dengan induknya (Steqo,
2010).
5.
Proses Pertumbuhan Bibit
Mula-mula biji membengkak,sedikit demi sedikit kulit bijinya retak
membuka. Bagian atas yang terkena sinar matahari lama-lama berubah
warnanya menjadi hijau. Terbentuknya warna hujau
( klorofil ) tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor pembawaan,cahaya matahari,
oksigen, karbohidrat, kandungan nitrogen magnesium, unsur Mn, Cu, Zn,
teredianya air dalam temperatur .
Dua minggu kemudian,akar telah tumbuh memanjang ke bawah
disrtai dengan tumbuhnya bulu-bulu akar. Tunas mulai terembul dari belahan
keeping buah jengkol yang berasal dari lembaga. Tunas akan terus tumbuh
dan terbentuklah batang muda disertai daun baru . Proses pertumbuhan
berlanjut
,memerlukan
cukup
air,kelembapan
dan
cahaya,karena
pengaruhnya segeraterasa terhadap pertumbuhan bibit muda. Perawatan
seterusnya adalah penyiraman, serta pengendalian hama dan penyakit.
dapat ditangani dengan cara penyiraman,tiap hari,sesuai dosis anjuran yang
tertera pada masing- masing penelitian tersebut. (Pitojo, 1992)
7
6.
Hama Pohon Jengkol
Pohon jengkol akan bertahan hingga 35 tahun, bahkan bisa lebih.
Namun, menginjak usia sembilan tahun, pohon jengkol tersebut bisa terkena
serangan hama ulat jengkol. Ulat jengkol ini mirip seperti ulat pisang
berwarna kuning panjangnya sekitar 4 cm. Ulat tersebut menyerang batang
jengkol dengan melubangi batang tersebut, sehingga batang jengkol
tersebut akan menjadi rapuh. Jika pohon tersebut sudah terserang hama ulat
jengkol, hanya dalam waktu satu tahun, pohon jengkol tersebut bisa mati
karena batangnya keropos.
Dalam satu pohon jengkol bisa terdapat ratusan hama ulat jengkol.
Ulat tersebut mula-mulanya menyerang dari bawah pohon hingga akhirnya
merambat ke dahan bagian atas jengkol. Selain menyerang batang jengkol,
ulat tersebut juga menyerang buah jengkol. Untuk mengatasi hama ini,
petani memberikan pembasmi hama sejenis poradan, tapi ulat tersebut tidak
mati karena ulat itu terdapat di bagian dalam batang pohon. Jika sudah
demikian, petani tak bisa berbuat apa-apa dan tinggal menunggu pohon
tersebut mati. Namun, serangan hama ini tidak menyerang semua pohon
jengkol. Meskipun demikian Petani juga tidak bisa memperkirakan
bagaimana proses hama ulat jengkol itu berada di dalam batang tersebut
(Anonim, 2004).
7. Perawatan Jengkol
Perawatan pohon jengkol juga harus diperhatikan dari ancaman
hama yang dapat menyerang umum tanaman jengkol adalah ular dan tupai.
Selain itu terkadang
berakibat fatal bagi pohon jengkol tersebut. Selain itu semut rangrang yang
8
sering bersarang di pohon jengkol dapat merusak bunga dan bakal buah.
Jamur juga menjadi salah satu ancaman, selain munculnya cendawan dan
blendok. Tentunya harus dipikirkan cara menyingkirkan hama pengganggu
tersebut. Selain dengan peny iangan dan pembersihan dahan dan daun-daun
yang bisa digunakan untuk sarang. Semut, juga harus dilakukan
penyemprotan fungisida untuk membunuh jamur pengganggu (Anonim,
2004).
8.
Kontribusi Jengkol Dalam Menyuburkan Tanah dan mencegah Banjir
Tak hanya buahnya, selain disemur, lalapan, dan dibuat menjadi
keripik, ternyata pohon jengkol dapat menyuburkan tanah (karena termasuk
pupuk hijau) dan penyerap air hujan. Banyak kawasan permukiman dan
tegalan di Arab Saudi yang sekarang ditanami jengkol menjadi subur, berair,
dan selalu rimbun oleh dedaunan sepanjang masa. oleh karena itu, pantas
kalau sejak dulu, sejak zamannya nenek moyang Indonesia, terutama orang
Sunda, suka menanam banyak jenis tanaman ini karena memiliki fungsi
sebagai penyubur lahan pertanian (sebagai pupuk hijau), sebagai pelindung
dan sebagai pencegah banjir atau erosi.
Pohon jengkol dapat menyerap air lebih banyak dibanding tumbuhan
lain. Dengan kata lain dengan ditanaminya pohon jengkol di lereng-lereng
gunung dan bukit di sekitar sumber mata air di Bogor, kemungkinan besar
terjadinya banjir akan sangat kecil, kata Direktur Hutan Pendidikan Gunung
Walat, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) (Anonim, 2004).
9
9.
Manfaat Jengkol Bagi Tubuh
a. Penderita Jantung Koroner
Jengkol terdiri dari berbagai vitamin, asam jengkolat, mineral,
dan serat yang tinggi. Jengkol memiliki khasiat diuretic yang dapat
membantu melancarkan pembuangan urine, dan hal ini sangat
menguntungkan bagi penderita penyakit jantung koroner.
b.
Melangsingkan Perut Buncit
Seratnya dapat melancarkan buang air besar, dan secara tidak
langsung dapat membantu melangsingkan perut yang buncit akibat sulit
BAB. Karena itu juga jengkol digunakan sebagai bahan cuci perut yang
ampuh selain apel.
c.
Manfaat Bagi Penderita Diabetes
Manfaat lainnya adalah mencegah penyakit diabetes/kencing
manis dikarenakan kandungan asam dan mineralnya. Namun asam
jengkolat yang terdapat di jengkol berupa kristal dan tidak mudah larut
oleh air. Karena itu saran dalam mengkonsumsi jengkol adalah jangan
berlebihan, karena ginjal bisa jadi tidak dapat menyaring asam tersebut
dalam jumlah yang banyak hingga akhirnya mengalami sulit berhenti
buang air kecil atau sering disebut anyang-anyangan atau kejengkolan
d.
Manfaat Kayu Jengkol
Cabang dan ranting tanaman jengkol banyak dimamfaatkan
sebagai kayu besar. Pohon jengkol dapat dimamfaatkan untuk bahan
pembuatan papan, perabot rumah tangga, antara lain balai-balai, dipan
atau rak piring di daera pedesaan dan sebagai tempat tidur karena kayu
jengkol dapat bertahan cukup tahan lama.
10
Arang kayunya dapat digunakan sebagai bahan bakar, dan
arang daun yang ditambah minyak kelapa berkhasiat untuk mengobati
sakit kulit, obat kudis dan obat eksim menurut (Anonim, 2004)
10. Efek Negatif Konsumsi Jengkol
Penyakit yang biasa ditimbulkan adalah penyakit yang disebut
kejengkolan alias susah buang air kecil dan terasa sakit sekali sewaktu
keluarnya, ada juga yang bilang penyakit ini anyang-anyangan. Hal ini
disebabkan karena kandungan asamnya, tetapi tidak semua yang
mengkonsumsinya lantas mengalami kejengkolan, menurut ahli kesehatan
tergantung kadar asam yang dikandung biji jengkol itu dan juga kadar asam
yang terdapat di tubuh kita dan faktor genetika dari kita mempengaruhi.
Tetapi kalau kita mengalami kejengkolan jangan khawatir obatnya adalah
banyak minum air putih dan soda. Kemudian yang paling umum dari akibat
memakan jengkol adalah penyakit mulut bau dan kencing kebo alias pesing.
Selain bau, jengkol dapat mengganggu kesehatan seseorang karena
konsumsi jengkol berlebihan meny ebabkan terjadinya penumpukan kristal di
saluran
urin,
yang
disebut
"jengkolan".
Ini
terjadi
karena
jengkol
mengandung asam jengkolat yang tinggi dan sukar larut di air pada pH yang
masam. Konsumsi berlebihan akan menyebabkan terbentuknya kristal dan
mengganggu urinasi. Risiko terkena jengkolan diketahui bervariasi pada
setiap orang, dan dipengaruhi secara genetik dan oleh lingkungan.
Penyebab bau buah Jengkol adalah asam-asam amino yang
terkandung di dalam biji jengkol. Asam amino itu didominasi oleh asam
amino yang mengandung unsur Sulfur (S). Ketika terdegradasi atau
terpecah-pecah menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan
11
menghasilkan berbagai komponen flavor yang sangat bau, karena pengaruh
sulfur tersebut. Salah satu gas yang terbentuk dengan unsur itu adalah gas
H2S yang terkenal sangat bau. Jengkol akan menyisakan zat yang disebut
asam jengkolat (jencolid acid) dalam sistem pencernaan yang dibuang ke
ginjal yang disebut jengkoleun atau jengkolan. Jengkolan terjadi saat asam
jengkolat yang memang sulit larut dalam air akhirnya mengendap dalam
ginjal, membentuk kristal padat hingga bisa berakibat sulit membuang air
seni. Jika pH darah kita netral, asam jengkolat aman -aman saja, tapi jika
cenderung asam (pH kurang dari 7), asam jengkolat membentuk kristal tak
larut.
Kandungan asam jengkolat pada biji jengkol bervariasi, tergantung
pada varietas dan umur biji jengkol. Jumlahnya antara 1
2 % dari berat biji
jengkol. Tetapi yang jelas asam jengkolat ini dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan. Penyebabknya adalah terbentuknya kristal asam jengkolat yang
akan dapat menyumbat saluran air seni. Jika kristal yang terbentuk tersebut
semakin banyak, maka kelama-lamaan dapat menimbulkan gangguan pada
saat mengeluarkan air seni. Bahkan jika terbentuknya infeksi yang dapat
menimbukan gangguan-gangguan lebih lanjut.
Asam jengkolat mempunyai struktur molekul yang menyerupai asam
amino sistein yang mengandung unsur sulfur, sehingga ikut berpartisipasi
dalam pembentukan bau. Molekul itu terdapat dalam bentuk bebas dan
sukar larut ke dalam air. Karena itu dalam jumlah tertentu asam jengkolat
dapat membentuk kristal (Pijoto, 1992).
12
B. Uraian Tentang Pupuk Organik
1.
Pengertian Pupuk Organik
Menurut (Rohendi, 2005) Pupuk organik di definisikan sebagai
pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari dari tanaman yang telah
melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan
mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah.
Teknologi
pupuk
organik
berkembang
pesat
selama
ini.
Perkembangan ini tak lepas dari dampak pemakaian pupuk kimia yang
menimbulkan berbagai masalah, mulai dari rusaknya ekosistem, hilangnya
kesuburan tanah, masalah kesehatan, sampai masalah ketergantungan
petani terhadap pupuk. Oleh karena itu, pemakaian pupuk organik kembali
digalakan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.
Ada berbagai jenis pupuk organik yang digunakan para petani di
lapangan. Secara umum pupuk organik dibedakan berdasarkan bentuk dan
bahan penyusunnya. Dilihat dari segi bentuk, terdapat pupuk organik cair
dan padat. Sedangkan dilihat dari bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau,
pupuk kandang dan pupuk kompos.
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi mahluk
hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, Pupuk organik dapat berbentuk
padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik dari pada
kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau,
pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas
tebu, dan sabut kelapa).
13
2. Manfaat Pupuk Organik
Manfaat Pupuk Organik menurut (Rachman, 2002) antara lain:
a.
Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara
tanaman yang lengkap ( N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam
jumlah tidak tertentu dan relatif kecil
b.
Bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah
menjadi ringan untuk diolah, dan mudah ditembus akar
c.
Bahan organik dapat mempermudah pengelolaan tanah-tanah yang
berat
d.
Bahan organik meningkatkan daya menahan air sehingga kemampuan
tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak . kelengasan air
tanah lebih terjaga
e.
Bahan organik memperbaiki kehidupan tanah ( baik hewan tingkat tinggi
ataupun tingkat rendah) menjadi lebih baik karena ketersedian makanan
yang terjaga
f.
Bahan organik dapat meningkatkan daya sangga terhadap goncangan
perubahan drastis sifat tanah.
Pada
umumnya,
pupuk
organik
digunakan
dengan
cara
menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan
kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman yang diberi
pupuk organik tersebut.
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar
lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami
degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan
14
karbon organik dalam tanah, yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh
produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%.
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi
pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi
pencemaran
lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.[8]
Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Selain itu,
peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah
serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan
mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah
untuk menjadi humus. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi
dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba
tersebut dalam penyediaan hara tanaman. (Sutanto, 1992)
3.
Jenis-Jenis Pupuk Organik
Menurut (Gaur, 1979) Pupuk organik mempunyai beragam jenis dan
varian. Jenis-jenis pupuk organik dibedakan dari bahan baku, metode
pembuatan dan wujudnya. Dari sisi bahan baku ada yang terbuat dari
kotoran hewan, hijauan atau campuran keduanya.
Teknologi pupuk organik berkembang pesat pada pelosok-pelosok
desa. Perkembangan ini tak lepas dari dampak pemakaian pupuk kimia yang
menimbulkan berbagai masalah, mulai dari rusaknya ekosistem, hilangnya
kesuburan tanah, masalah kesehatan, sampai masalah ketergantungan
petani terhadap pupuk. Oleh karena itu, pemakaian pupuk organik kembali
digalakan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Adapun jenis-jenis
pupuk organik tersebut yaitu :
15
a.
Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang terbuat dari komponen
daun tanaman hijau, jenis tanaman yang banyak dipakai sebagai pupuk
hijau adalah dari tanaman familia (Leguminoceae)
atau kacang-
kacangan dan rumput-rumputan, kenapa jenis ini mengandung bintil
akar
yang
berfungsi
mengikat
nitrogen
dari
udara,
sehingga
menyebabkan tanah menjadi subur .
b.
Pupuk Kompos
Pupuk Kompos adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan
organik yng mengalami pelapukan, kompos sendiri bisa dari jerami,
sekam, alang-alang, bubuk gergaji, dedaunan dan kotoran hewan ternak
juga terkadang termasuk kategori pupuk kompos setelah melalui proses
permentasi dengan dicampur beberapa bahan organik lain.
c.
Pupuk Kandang
Pupuk Kandang merupakan pupuk yang terbuat dari kotoran
ternak, bisa hewan ternak sapi, kambing, domba, atau kerbau. Pupuk
Kandang mengandung unsur S, Mn, Br dan lain-lain yang terkadang
tidak dimiliki oleh pupuk organik jenis lainnya. Pupuk kandang bisa
digunakan sebagai pupuk dasar dan merupakan pupuk yang sangat
diperlukan untuk kesuburan tanah.
d.
Pupuk Seresah
Pupuk ini merupakan pupuk yang dibikin dari pemanfaatan
bahan organik yang tidak terpakai, atau limbah organik. seperti sampah
organik, dedaunan kering, jerami kering, bubuk gergaji, tebsan rumput,
tongkol jagung, buah-buahan busuk, dan lain-lain. Cara penggunaannya
16
pun cukup praktis, hanya dengan menjadi penutup permukaan tanah
disekitar tanaman dengan berfungsi sebagai penjaga kelembaban
tanah, penghemat air, pencegah erosi, dan penjaga tekstur tanah agar
tetap gembur dan subur
e.
Pupuk Cair Organik
Pupuk Organik Cair, bisa juga dikatakan PPC (Pupuk Pelengkap
Cair) biasanya dilakukan sebagai pupuk pelengkap dengan cara
menyemprotkan pupuk cair kedaun atau dikocorkan/disiramkan pada
permukaan tanah dekat tanaman. Pupuk ini bisa terbuat dari air kencing
ternak atau dari permentasi bahan-bahan organik seperti buah-buahan
busuk dan bahan pupuk organik lainnya
4.
Kebaikan Pupuk Organik
Menurut (Tawakkal, 2009) Pupuk organik sangat berpengaruh dan
menentukan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, yang pada akhirnya akan
menentukan tingkat kesuburan tanah, kesehatan tanah dan produktivitas
tanah. Oleh karena itu, banyak ahli biologi tanah yang menyebut pupuk
organik sebagai nyawa tanah. Tanah mineral dengan kandungan bahan
organik yang tinggi dipastikan mempunyai sifat fisik, sifat kimia, dan sifat
biologi tanah yang lebih baik. Kondisi tanah yang demikian optimal untuk
mendukung pertumbuhan tanaman yang baik dan produksi yang tinggi.
Sebaliknya bila kandungan bahan organik tanah sedikit, maka sifat fisik,
kimia dan biologi tanah juga kurang baik sehingga produktivitas rendah.
Berikut manfaat pupuk organik buat tanah antara lain :
17
a.
Memperbaiki Sifat Fisik Tanah
Fungsi ini antara lain dapat dilihat dalam perbaikan struktur tanah,
melalui pembentukan agreat yang lebih stabil, aerasi dan draenase
tanah yang baik. Masuknya air hujan ke dalam tanah dapat berlangsung
dengan baik, sehingga air yang terlepas berkurang yang pada gilirannya
juga akan mengurangi erosi. Pupuk organik tanah juga meningkatkan
kemampuan tanah menahan air, sehingga jumlah air yang tersedia bagi
tanaman juga meningkat. Dengan demikian tanaman yang ditanam
pada tanah yang cukup bahan organiknya akan memperoleh air cukup.
b.
Memperbaiki Sifat Kimia Tanah
Pupuk organik merupakan sumber unsur hara bagi pertumbuhan
tanaman. Bukan hanya unsur hara esensial makro dan mikro, tetapi juga
pada unsur hara lain yang diperlukan oleh tanaman untuk dapat tumbuk
dan berproduksi dengan baik.
c.
Memperbaiki Sifat Biologi Tanah
Peran pupuk organik dalam memperbaiki sifat biologi tanah dalam
proses meningkatkan kembali populasi mikroba tanah dan mikrobiota
tanah. Mikroba akan mengolah mengolah mineral tanah dan sisa residu
bahan kimia yang mengendap dalam tanah bertahun-tahun menjadi
sumber karbon, nutrisi dan sumber energi bagi kehidupan tanaman
untuk tumbuh lebih produktif lagi. Menjaga keseimbangan ekosistem
kehidupan di dalam tanah.
18
5.
Kandungan Dalam Pupuk Organik
Menurut Sarwono (1995) Didalam pupuk organik padat terdapat
unsur hara makro dan unsur hara mikro yaitu :
a. Unsur hara makro
1.
Kalium (K2O) yaitu salah satu dari beberapa unsur utama yang
diperlukan tanaman dan sangat mempengaruhi tingkat produksi
tanaman, kalium berperan membantu pembentukan protein dan
karbohidrat, meningkatkan resistensi terhadap penyakit dan kualitas
pertumbuhan tanaman
b. Unsur hara mikro
1.
Mangan (Mn) yaitu berperan dalam system enzim dan diperlukan
untuk sintesis klorofil, mangan sendiri berfungsi untuk pertumbuhan
urat-urat daun sehingga jika kekurangan mangan pertumbuhan
daun akan mengalami bercak-bercak akan tetapi tulang daun yang
paling kecil tetap berwarna hijau
2.
Tembaga ( Cu) yaitu unsur yang tidak berperan langsung dalam
proses pembentukan sel, klorofil, namun unsur ini sangat penting
dalam reproduksi
protein
maupun dalam metabolisme karbohidrat dan
19
C. Pengaruh Unsur Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman
Menurut (Kartasapuetra, 1986) unsur iklim besar sekali peranannya
terhadap tanah dan tanaman ,secara rinci unsur iklim tersebut dijelaskan
pengaruhnya terhadap tanah dan tanaman adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Pengaruh unsur iklim terhadap tanah dan tanaman.
NO
Unsur
TerhadapTanah
Terhadap Tanaman
Mendorong pemecahan zatMendorong pertumbuhan
zat/bahan bahan organis.
dan perkembangan ,
1. Suhu
Meningatkan pelarutan
mempercepat hilangnya
mineral dan zat-zat yang
air dan cenderung
mengandung Nitrogen
mengeringkannya.
Melambatkan pengeringan ,
Mendorong pertumbuhan ,
mendorong pemecahan
membatasi hilangnya air
bahan-bahan organis ,
bagi pertumbuhan,
2. Kelembaban
mendorong mikroorganisme,
memungkinkan mudahnya
mendorong pelarutantimbul penyakit..
pelarutan.
Mendorong terkikisnya tanah
Mempercepat hilangnya
yang terbuka , Mendorong
air dan cenderung
terjadinya pengeringan,
mengeringkannya ,
3. Angin
mendorong terjadinya
Membantu pengenaan
pengeringan.
tepung sari/pembuahan,
mendorong penyebaran
penyakit.
Menaikkan suhu permukaan,
Mengatur poto sintesis
Sinar mata
4.
mendorong terjadinya
dan mendorong terjadinya
hari
penguapan-penguapan
penguapan-penguapan.
Melakukan pengkikisan dan
Hakiki bagi persediaan air,
5. Hujan
pencucian , mendorong
memungkinkan timbulnya
penggumpalan tanah liat
kerugian fisik
Melakukan pengendapan ,
Memungkinkan timbulnya
6. Debu
memungkinkan tertutupnya
kerugian fisik.
pori-pori dalam tanah.
D. Uraian Tentang Tanah
1.
Fungsi Tanah Bagi Tanaman
Menurut (Hanafiah 2005) tanah adalah lapisan permukaan bumi
yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
perakaran penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan
air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang hara dan sumber
20
penyuplai hara atau nutrisi (meliputi: senyawa organik dan anorganik
sederhana dan unsur-unsur essensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe,
Mn, B, dan Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota
(organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya
secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan
biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industry
perkebunan.
2.
Fungsi Tanah
Menurut ( Handayanto dan Hairiah, 1994) Lima fungsi utama tanah
adalah sebagai berikut
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman.
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara.
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat -zat pemacu tumbuh,
hormon, vitamin, asam-asam organik, antibiotik, toksin anti hama, dan
enzim yang dapat meningkatkan ketersediaan hara) dan siklus hara
4. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat
langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan
sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena
merupakan hama dan penyakit tanama
5. Lokasi pembangunan berbagai infrastruktur, seperti bangunan rumah,
kantor, supermarket, jalan, terminal, stasiun dan bandara.
21
3.
Jenis-jenis Tanah
Menurut (Darmawijaya, 1990)
beberapa jenis tanah yang ada di
Indonessia :
1. Tanah andosol adalah tanah yang berasal dari abu gunung api.
Persebarannya terdapat di: Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera
dan Minahasa.
2. Tanah regosol adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material
gunung api. Terdapat di Bengkulu, pantai Barat Sumatra, Jawa, Bali dan
NTB.
3. Tanah kapur adalah tanah yang terjadi karena hasil pelapukan batuan
kapur dan sifatnya tidak subur. Terdapat di Jawa Tengah, Aceh, dan
Sulawesi Selatan.
4. Tanah litosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan keras yang belum
mengalami pelapukan secara sempurna.
5. Tanah argosol (tanah gambut) adalah tanah yang terbentuk dari sisasisa tumbuhan yang telah mengalami pembusukan. Jenis tanah ini
berwarna hitam sampai coklat. Terdapat di Kalimantan, Sumatra dan
Papua.
6. Tanah grumusol adalah tanah yang terbentuk dari material halus
berlempung. Terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Sulawesi
Selatan dan Nusa Tenggara.
7. Tanah latosol adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan
aluminium. Jens tanah ini sering disebut tanah merah yang banyak
dijumpai di daerah pegunungan. Tanahnya berwarna merah sampai
22
kuning. Terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung,
Kalimantan Tengah, Sumatra Barat.
4.
Dampak Degradasi Tanah
1.
Akibat proses erosi yang merupakan penyebab lahan tanah menjadi
tidak subur, karena lapisan top soil hilang.
2.
Produktivitas
pertanian
menurun
sehingga
pendapatan
petani
berkurang.
3.
Terjadi banjir.
4.
Menurunnya kemampuan lahan untuk menyerap air tanah.
5.
Terganggunya ekosistem makhluk hidup.
Definisi-Definisi Tanah
a. Definisi tanah menurut Berdasarkan Pendekatan Ahli Geologi.
Ahli geologi akhir abad 19 (XIX) mendefinisikan tanah sebagai lapisan
permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami
serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk
regolit yaitu lapisan partikel halus.
b. Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Pedologi
Menurut (Dokuchaev, 1990) seorang ahli pedologi mendefinisikan
tanah sebagai bahan padat (bahan mineral atau bahan organik) yang
terletak dipermukaan, yang telah dan sedang serta terus menerus
mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor:
a) bahan induk,
b) iklim,
c) organisme,
d) topografi, dan
23
e) waktu.
c. Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Edaphologi
Seorang ahli edaphologi dari Inggris bernama Dr. H. L. Jones
mendefiniskan tanah sebagai media tumbuh tanaman.
5.
Top Soil
Top soil adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun
dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Top soil dikenal sebagai
sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh
organisme dalam tanah, berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat
kehitaman dan tebalnya berkisar sekitar 30 cm.
Topsoil ialah merujuk kepada lapisan paling atas kira-kira 5 cm
hingga 30 cm dari atas permukaan bumi. Topsoil terbentuk apabila batuan
berderai dan hancur melalui proses geologikal bumi atau dihabakan secara
berterusan dan bertukar menjadi serpihan-serpihan kecil yang kemudiannya
tertolak ke permukaan atas bumi. Dalam proses ini, bahan organik seperti
dedaunan, kayu mati dan sebagainya tercampur secara langsung ke
dalamnya secara alami. Dalam satu inci top soil di aras permukaan bumi
mengambil masa ribuan tahun untuk terbentuk. Oleh itu hutan belantara
yang belum terusik strukturnya mempunyai topsoil yang bermutu tinggi.
Topsoil boleh sahaja mengandungi benda mati, bahan-bahan
organik, mikroorganisma, dan cacing. Komponen ini membantu topsoil untuk
menyediakan nutrient tinggi kepada tumbuhan. Kualiti dan kuantiti topsoil
diukur dengan melihat kandungan organisma hidup seperti namatod,
serangga pengurai, fungi dan bakteria. Semua organisma hidup ini
24
berperanan besar terhadap kualiti topsoil. Penghasilan top soil bergantung
pada bahan yang terdapat disekelilingnya . ( Fadillah, 2009)
Topsoil digunakan untuk memberbaiki struktur tanah dengan
mencampurkan atau membubuh topsoil pada kawasan tanah yang
diusahakan bagi kepentingan pertanian. Topsoil juga dapat memperbaiki
pengudaran dalam tanah. Makluman bahawa kandungan topsoil yang utama
ialah tanah loam, kelodak (silt) dan pasir. Ini menunjukkan bahawa pasir
tersebut dapat memisahkan kepadatan topsoil seterusnya udara-udara
bebas bergerak di dalamnya. Pengudaraan yang baik membolehkan
tanaman tersebut tumbuh dengan sempurna.
Percampuran topsoil pada batas membolehkan batas berada dalam
keadaan lembab dan lambat kering. Serapan air pada topsoil sangat tinggi
kerana kandungan kompos didalamnya mampu mengekang air daripada
cepat kering. Topsoil juga digunakan sebagai tanah untuk menanam rumput
laman kerana struktur topsoil dan kandungan humus yang sangat tinggi.
Menanam
rumput
laman
dengannya
sangat
bertepatan
membantu
pertumbuhan rumput dengan cepat. Topsoil juga terkenal dalam membuat
lanskap taman di mana topsoil dibubuh di atas batas bagi menambah nutrisi
pada batas tersebut di samping dekorasi atas sebab keunikan pada tanah
topsoil itu sendiri.
Top Soil adalah lapisan tanah paling atas yang paling sering dan
paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada lapisan
ini
sebagian
besar
bahan
organik
terkumpul
dan
mengalami
pembusukan.Horison B disebut juga dengan zona penumpukan (illuvation
zone). Horison ini memiliki bahan organik yang lebih sedikit tetapi lebih
25
banyak mengandung unsur yang tercuci daripada horizon A.Horison C
adalah zona yang terdiri dari batuan terlapuk yang merupakan bagian dari
batuan induk. (Handayanto & Hairiah, 1995)
E. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman
Menurut Anonim (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman yaitu faktor internal dan faktor eksternal
a.
Faktor internal
Faktor
internal
atau
faktor
dalam
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang meliputi
1.
Genetik
Gen adalah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari
induk. Meskipun peranan gen sangat penting, faktor genetik bukan satusatunya faktor yang menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan,
karena juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Misalnya tanaman yang
mempunyai sifat unggul dalam pertumbuhan dan perkembangannya,
hanya akan tumbuh dengan cepat, lekas berbuah, dan berbuah lebat
jika ditanam di lahan subur.
2.
Hormon ( zat tumbuh )
Adalah suatu zat yang dalam jumlah sangat kecil tapi mampu
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hormon tersebut tidak ikut di
dalam proses metabolism, berbeda dengan unsur hara atau zat
makanan bagi tumbuhan adalah suatu zat yang mempengaruhi
pertumbuhan dan ikut / menjadi bagian /komponen produk yang
dihasilkan. Oleh sebab itulah hormon dapat berpengaruh walaupun
dalam jumlah yang sedikit. Secara alamiah setiap tumbuhan mempunyai
26
kandungan hormon dalam komposisi dan konsentrasi yang berbedabeda sesuai dengan karakter gen dari masing-masing jenis.
b.
Faktor eksternal
Faktor
eksternal
atau
faktor
luar
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang meliputi
1.
Nutrisi
Pada tumbuhan, nutrisi yang diperlukan berupa air dan zat -zat
hara yang terlarut didalamnya yang dirubah melalui proses fotosintesis
menjadi zat-zat makanan, nutrisi berperan penting dalam photosintes
yaitu mengangkut unsur hara ke bagian-bagian tanaman yang
memerlukan, dengan nutrisi dapat membantu memperkuat jaringan sel
dan merawat dinding sel serta berperan penting dalam proses
pertumbuhan daun dan batang.
2.
Lingkungan
Faktor lingkungan yang akan sangat berperan mempengarhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah suhu udara, cahaya
dan kelembapan, Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam
berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama
pertumbuhan
akan
merangsang
tanaman
untuk
berbunga
dan
menghasilkan benih. Kebanyakan speises tidak akan memasuki masa
reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum
mencapai tahapan yang matang untuk berbunga. Pertumbuhan suatu
tanaman yang diproduksi akan selalu dipengaruhi oleh faktor dalam
maupun faktor luar dari tanaman itu sendiri. Faktor dalam dari tanaman
27
itu adalah genetika dari tanaman tersebut yang terekspresikan melalui
pertumbuhan sehingga diperoleh hasil.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Persemaian
Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
2.
Waktu
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pada
tanggal 3 Maret 2016 sampai tanggal 23 April 2016, meliputi, pengambilan
data di lapangan, pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian
B. Alat Dan Bahan Penelitian
1.
Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan di lapangan meliputi:
a.
Parang untuk membersihkan tempat pengambilan tanah
b.
Cangkul untuk mengumpulkan tanah
c.
Skop untuk memasuhkan tanah ke dalam karung
d.
Mistar untuk mengukur tinggi anakan jengkol
e.
Alat tulis, untuk mencatat hasil pengukuran
f.
Kamera, untuk mendokomentasikan peristiwa penting dalam penelitian
g.
Baskom, untuk tempat perendaman biji jengkol sebelum di semai
h.
Ember, untuk mengukur perbandingan dengan menggunakan pupuk
organik dan top soil
i.
Kayu, untuk mencongkel semai jengkol yang digunakan dalam
penyapihan dan melubangi media sapih
j.
Gunting, untuk memotong akar sapihan jengkol dari karung ke polybag
28
2.
Bahan Penelitian
a.
Benih jengkol 100 biji
b.
Top soil 10 karung (
c.
Karung semai 10 buah dengan top soil 10 kg/ karung
d.
Polybag 80 buah ukuran 15 cm
e.
Pupuk organik 2 karung ( 4 kg ) dengan kandungan dedaunan
f.
air
C. Prosedur Penelitian
1.
Persiapan Benih Jengkol
Benih disiapkan dengan cara membeli buah jengkol dari pasar segiri
dari pedagang, selanjutnya diadakan penyortiran, untuk mendapat biji yang
layak semai dan selanjutnya buah jengkol yang sudah disortir direndam satu
malam dalam baskom yang ukuran sedang sebelum dilakukan penyemaian
dalam karung
2.
Persiapan Media Semai
Media semai yang digunakan adalah top soil yang diambil dari hutan
dibelakang HIMA dengan menggunakan cangkul
3.
Penyemaian Benih Jengkol
Sebelum menyemaikan benih jengkol ke dalam karung semai, tanah
top soil disiram agar tanah jadi lembab, fungsi penyiraman tanah untuk
membantu benih jengkol ketika muncul tunas agar lebih mudah akar masuk
kedalam tanah.
Benih jengkol yang sudah disiapkan disemaikan dalam karung semai
dengan cara membenamkan mata tunasnya ke dalam tanah, selanjutnya
dilakukan penyiraman secukupnya pagi dan sore sampai selama dua bulan
29
4.
Penyiapan Media Sapih
a. Polybag diisi dengan media tanah, media tanah top soil dikumpulkan,
selanjutnya dilakukan pengisian ke polybag dengan masing-masing
perlakuan untuk mengetahui tingkat pertambahan tinggi dan jumlah daun
anakan jengkol
b. Top soil
Top soil diambil dari hutan dibelakang HIMA dengan menggunakan
cangkul, top soil diambil dari bagian atas tanah, tanah tersebut memiliki
karakteristik yang baik terdiri dari campuran lempung, dedaunan, kayu
mati dan pasir dengan ke dalaman 25 cm
c. Persiapan pupuk organik
Setelah mengumpulkan tanah top soil dilakukan pencampuran pupuk
organik, pupuk organik dibeli di gunung kombeng, pupuk organik berasal
dari
daun-daun
tanaman
selanjutnya
diberi
perlakuan,
misal
perbandingan 25 % : 75 % yaitu 1:3 dimana tanah top soil satu ember
sedangkan pupuk organik tiga ember ukuran sedang.
5.
Penyapihan Bibit Jengkol
a. Seleksi Semai
Sebelum disapih diseleksi terlebih dahulu, menurut Setiayawan (1993)
cara seleksi semai yaitu : memilih batang batang yang tegak lurus keatas,
memilih batang yang sehat dan segar, memilih semai yang berdaun subur
mempunyai tinggi yang sesuai dengan umurnya, melihat penampakan
luarnya, seperti serangan hama dan penyakit, semai yang 80 batang di
seleksi sebanyak 40 untuk sebagai cadangan dan 40 batang lainnya
diberi perlakuan
30
b. Penyapihan
Semai jengkol yang telah berusia satu bulan yang berada dalam karung
semai disapih dalam polybag. Proses penyapihan semai jengkol dari
karung semai dilakukan pada sore hari, berikut cara proses penyapihan
dari karung semai ke polybag :
1. Sebelum
pencabutan
bibit
semai
terlebih
dahulu
melakukan
penyiraman untuk mempermudah dalam proses pencabutan anakan
untuk menghindari akar yang putus
2. Tanah di sekitar semai digali secara hati-hati dengan pencongkel/
alat pengungkit, kemudian tusukkan alat pencongkel/ alat pengungkit
ke bawah akar, selanjutnya secara perlahan semai dicabut sambil
dicongkel perlahan-lahan.
3. Kemudian setelah melakukan pencabutan semai, akar dipotong
sebagian untuk menghindari kematian bibit dan mempermudah
beradaptasi dengan lingkungannya
4. Semai dipindahkan ke polybag dengan cara menusukkan pencongkel
( membuat lubang tanam sesuai panjang akar ) dan sedikit
digoyangkan ke kiri dan ke kanan ( agar lubangnya besar )
5. Masukkan akar semai pada lubang yang telah tersedia kemudian
ditutup dengan dengan tanah dan ditekan perlahan, selanjutnya
dilakukan penyiraman sampai media sapih jenuh
31
c. Pencampuran Top Soil Dan Pupuk Organik
1. Media sapih top soil (a0)
2. Media sapih dengan perbandingan top soil 25 % : 75 % pupuk organik
(a1), caranya dengan mencampur 1 ember top soil ditambah 3 ember
pupuk organik
3. Media sapih dengan perbandingan top soil 75 % : 25 % pupuk organik
(a2), caranya dengan mencampur 3 ember top soil ditambah 1 ember
pupuk organik
4. Media sapih dengan perbandingan top soil 50 % : 50 % pupuk organik
(a3), caranya dengan mencampur 1 ember top soil ditambah 1 ember
pupuk organik
d. Pengisian Polybag
1. Pengisian polybag dilakukan dengan cara membersihkan tanah top
soil dari akar, ranting serta kotoran yang ada pada tanah,
2. Pengisian polybag dilakukan dengan menggunakan tangan, serta
tanah dalam polybag harus padat
3. Selanjutnya pengisian polybag dilakukan dengan perbandingan
masing-masing komposisi
6.
Pemeliharaan Sapihan
Pemeliharaan
sapihan
jengkol
adalah
melakukan
penyiraman
sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore hari
7.
Prosedur Pengukuran Tinggi Dan Jumlah Daun
Semai yang sudah disapih ke polybag selanjutnya dilakukan
pengukuran dengan menggunakan mistar, proses pengukuran dilakukan
dengan memberikan tanda batas pada batang anakan setinggi 1 (satu) cm
32
dari permukaan tanah, sehingga jika melakukan
pengukuran
tidak
mengalami selisih, fungsi pemberian batas pada batang semai anakan
jengkol dari dasar tanah adalah untuk mempermudah proses pengukuran
selanjutnya, dan untuk menghitung jumlah daun dilakukan secara manual
satu persatu atau per polybag
8.
Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi penelitian dilakukan mulai dari pembelian biji jengkol ke
pasar segiri, perendaman biji, pengambilan media top soil,pengisian
polybag, pencampuran tanah top soil dengan pupuk organik, pemotongan
akar sapihan, serta proses pengukuran dan penyiraman
D. Pengolahan Data
Pengolahan data yang diambil di lapangan selama dua bulan dengan
menentukan pertambahan tinggi dan jumlah daun dari setiap perlakuan di
gunakan rumus sebagai berikut :
Tinggi akhir
tinggi awal
PT = Tak - Taw
Ket :
PT = Pertambahan Tinggi
Tak = Pertambahan Akhir
Taw = Tinggi Awal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil penelitian pengukuran tanaman jengkol (Pithecolobium jiringa)
di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, pertambahan tinggi dan
jumlah daun anakan jengkol pada
media top soil dengan komposisi pupuk
organik yang berbeda adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan
Media Top soil (a0)
Pengukuran tinggi
Jumlah Daun
No
(cm)
(lembar)
Pohon
T1
T8
D1
D8
1
12,1
23
10,9
6
14
8
2
19
30,5
11,5
4
8
4
3
12,7
26,2
13,5
6
12
6
4
19,7
36,5
16,8
8
17
9
5
17,9
36,2
18,3
10
20
10
6
13,4
18,1
4,7
8
10
2
7
17,1
22,5
5,4
8
11
3
8
13,4
15,6
2,2
6
8
2
9
19,5
27,7
8,2
10
16
6
10
17,5
26,2
8,7
8
16
8
162,3
262,5
100,2
74
127
53
16,23
26,25
10,02
7,4
12,7
5,3
Tabel 2. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan
Media Top soil Dan Pupuk Organik ( 25 %: 75 %) (a1)
Pengukuran tinggi
Jumlah Daun
No
(cm)
( lembar )
Pohon
T1
T8
D1
D8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
13
18,1
15
16,1
16,1
11,6
15,1
23
11,6
10,2
149,8
28,7
28,4
25,4
21,6
20,9
19,2
23
34,5
21,2
19,3
242,2
15,7
10,3
10,4
5,5
4,8
7,6
7,9
11,5
9,6
9,1
92,4
8
4
4
4
4
6
6
4
6
6
52
16
10
13
5
6
18
14
17
12
14
125
8
6
9
1
2
12
8
13
6
8
73
14,98
24,22
9,24
5,2
12,5
7,3
??
Tabel 3. Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan
Media Top soil Dan Pupuk Organik ( 75 % : 25 % ) (a2)
Pengukuran tinggi
Jumlah Daun
No
(cm)
( lembar )
Pohon
T1
T8
D1
D8
1
11
26
15
6
10
4
2
16,1
23,5
7,4
6
12
6
3
14,1
26
11,9
6
18
12
4
14,6
27,2
12,6
8
12
4
5
14,1
22
7,9
8
19
11
6
12,4
19,3
6,9
4
8
4
7
13,1
24,5
11,4
4
8
4
8
11,4
26,2
14,8
8
18
10
9
12,4
17,5
5,1
8
14
6
10
15,7
19,5
3,8
10
14
4
134,9
231,7
96,8
68
133
65
13,49
23,17
9,68
6,8
13,3
6,5
Tabel 4 . Pertambahan Tinggi Dan Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan
Media Top soil Dan Pupuk Organik ( 50 % : 50 % ) (a3)
Pengukuran tinggi
Jumlah Daun
No
(cm)
( lembar )
Pohon
T1
T8
D1
D8
1
12,3
22
9,7
6
14
8
2
12,3
25,2
12,9
4
22
18
3
13,7
24,2
10,5
8
12
4
4
15,7
29,5
13,8
4
12
8
5
12,4
20,2
7,8
6
8
2
6
12,5
15,2
2,7
4
14
10
7
13,7
21,8
8,1
4
8
4
8
12,6
17,9
5,3
4
8
4
9
10,6
20,5
9,9
6
12
6
10
10,3
17,2
6,9
6
12
6
126,1
213,7
87,6
52
122
70
12,61
21,37
8,76
5,2
12,2
7,0
Tabel 5. Rekapitulasi Pertambahan Tinggi Dan
Jumlah Daun Anakan Jengkol Dengan
Media Top Soil Dan Pupuk Organik
Pertambahan
No
Tinggi
Daun
Komposisi
(cm)
( lembar )
1
10,02
5,3
Top soil ( a0)
2
9,24
7,3
25% : 75% ( a1 )
3
9,68
6,5
75% : 25% ( a2 )
4
8,76
7,0
50% : 50% ( a3 )
??
B. Pembahasan
1.
Pertambahan Tinggi
Pertambahan tinggi anakan jengkol (Pithecolobium jiringa) dengan
media top soil dan komposisi pupuk organik yang berbeda, berdasarkan
hasil pene litian yang tertera pada tabel 5 diketahui bahwa pertambahan
tinggi yang tertinggi di peroleh pada media top soil yaitu 10,02 cm
sedangkan pertambahan tinggi yang terendah yaitu pada media top soil
dicampur pupuk organik dengan perbandingan 50 % : 50 % = 8,76 cm
Penggunaan media top soil dicampur pupuk organik dengan
perbandingan 75 % : 25 % pertambahan tingginya termasuk kedalam
peringkat ke 2 yaitu 9,68 cm sedangkan anakan jengkol yang ditanam pada
media top soil dicampur pupuk organik yang banyak menghasilkan
pertambahan tinggi peringkat ke 3 yaitu 9,24 cm
Menurut Fadillah ( 2009 ) top soil adalah tanah yang subur terbentuk
dari lapukan daun dan batang pohon di hutan. top soil dikenal sebagai sisasisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh organisme
dalam tanah, berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat kehitaman dan
tebalnya berkisar 30 cm
Adapun manfaat top soil jika dicampur dengan tanah menurut
Handayanto dan Hairiah ( 1995 ) adalah dapat memperbaiki struktur tanah
dan sirkulasi udara di dalam
tanah karena top soil memiliki banyak unsur
hara akibat tumpukan bahan organik.
Ditambahkan oleh Tawakkal ( 2009 ) bahwa fungsi pupuk organik
terhadap tanah adalah memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi tanah,
karena kandungan bahan organikya yang tinggi. Meskipun demikian
??
pencampuran media top soil dengan pupuk organik dengan komposisi 25 %
: 75 % justru pertambahan tingginya menjadi rendah peringkat ke tiga yaitu
9,24 cm, hal ini diduga media campuran kelebihan unsur hara dan
mengakibatkan pertambahan tingginya terhambat, untuk mendapatkan
pertambahan tinggi yang terbaik sebaiknya menggunakan media top soil
saja, kondisi ini diduga unsur hara yang diperlukan tanaman sesuai yang
dibutuhkan, sehingga cenderung memacu pertambahan tinggi
Penggunaan media top soil di campur pupupk organik dengan
komposisi 75 % : 25 %, menghasilkan pertambahan tinggi yang medium
atau peringkat dua yaitu 9,68 cm kondisi ini diduga menyebabkan
ketersedian unsur hara yang cukup bagi pertambahan tinggi.
Penggunaan media top soil campur pupuk organik dengan komposisi
50 % : 50 % menghasilkan pertambahan tinggi peringkat ke empat yaitu 8,76
cm kondisi ini diduga karena kandungan unsur hara kurang cukup untuk
memacuh pertambahan tinggi tanaman.
2.
Pertambahan Jumlah Daun
Pertambahan jumlah daun anakan anakan jengkol dengan media top
soil dan komposisi pupuk organik yang berbeda . Berdasarkan hasil
penelitian yang tertera pada tabel 5 diketahui bahwa pertambahan jumlah
daun yang tertinggi diperoleh pada media top soil di campur pupuk organik
dengan perbandingan 25 %: 75 % yaitu 7,3 lembar, sedangkan pertambahan
jumlah daun yang terendah yaitu pada media top soil saja yaitu 5,3 lembar
Penggunaan media top soil di campur pupuk organik dengan
perbandingan 50 % : 50 %, pertambahan jumlah daun termasuk kedalam
peringkat ke dua yaitu 7 lembar sedangkan anakan jengkol yang di tanam
??
pada media top soil saja menghasilkan pertambahan jumlah daun peringkat
ke empat yaitu 5,3 lembar
Menurut Rohendi ( 2005 ) pupuk organik adalah pupuk yang
tersusun dari materi
pelapukan sisa-sisa
tanaman dan
mahluk hidup,
dengan menggunakan pupuk organik daya serap tanaman terhadap unsur
hara juga meningkat, karena pupuk organik mampu menjaga kelembapan
tanah sehingga pelarutan unsur hara dalam tanah berjalan dengan baik.
Manfaat pupuk organik menurut Rachman ( 2005 ) jika pupuk
organik di campur dengan media top soil dapat memperbaiki struktur tanah,
menyebabkan tanah menjadi ringan dan mudah ditembus oleh akar
tanaman, karena pupuk organik dapat meningkatkan daya sangga terhadap
goncangan perubahan drastis sifat tanah.
Menurut Sutanto ( 1995 ) bahwa potensi pupuk organik dapat
membantu
pertambahan jumlah daun bagi
tanaman, dengan demikian
dapat di ketahui pada komposisi 25 % : 75 %, pertambahan jumlah daun
lebih tinggi dari komposisi yang lain yaitu 7,3 lembar kondisi ini diduga unsur
hara yang diperlukan tanaman sesuai yang di but uhkan sehingga cenderung
memacu pertambahan jumlah daun.
Penggunaan media top soil di campur pupuk organik dengan
komposisi 50 % : 50 %
menghasilkan pertambahan jumlah daun yang
medium atau peringkat ke dua yaitu 7,0 lembar, kondisi ini diduga
menyebabkan ketersedian unsur hara bagi pertambahan jumlah daun cukup.
Penggunaan media top soil saja tanpa campuran pupuk organik
menghasilkan pertambahan jumlah daun peringkat ke empat yaitu 5,3
??
lembar, kondisi ini diduga karena kandungan bahan organik yang ada pada
top soil kurang cukup memacuh pertambahan jumlah daun.
Penggunaan media top soil di campur pupupk organik dengan
komposisi 75 % : 25 %, menghasilkan pertambahan jumlah daun yang
rendah, peringkat ke tiga yaitu 6,5 lembar kondisi ini diduga menyebabkan
ketersedian unsur hara yang cukup bagi pertambahan jumlah daun
Menurut Anonim (2013) pertumbuhan tinggi dan pertambahan
jumlah daun dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal yang dimana faktor internal meliputi faktor genetik, serta hormon
sedangkan faktor eksternal atau faktor luar yaitu nutrisi dan lingkunggan.
Pertumbuhan tinggi dan pertambahan jumlah daun sangat dipengruhi
oleh faktor genetik yang diturunkan dari induknya, meskipun demikian gen
dari induknya tidak akan selamanya sama dengan pertumbuhan induknya
karena faktor lahan, cuaca, lingkungan dan tempat penanaman.
Pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh hormon, suatu zat yang
dalam jumlah sangat kecil tapi mampu mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, hormon dapat berpengaruh walaupun dalam jumlah yang sedikit
diduga dengan hormon yang cukup maka pertumbuhan tanaman akan lebih
subur.
Menurut Kimball (1993) pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh
faktor luar yaitu nutrisi dan lingkungan, pada tumbuhan nutrisi yang
diperlukan berupa air dan zat-zat hara yang terlarut di dalamnya yang
dirubah melalui proses fotosintesis menjadi zat-zat makanan diduga nutrisi
berperan penting dalam fotosintesis mengangkut unsur hara ke bagian-
??
bagian tanaman yang memerlukan serta diduga membantu memperkuat
jaringan sel dan membantu proses pertumbuhan daun dan batang
Meskipun
mempengaruhi
demikian
faktor
lingkungan
pertumbuhan
dan
perkembangan
sangat
berperan
tanaman
seperti
suhu,cahaya dan kelembapan, diduga dengan kondisi lingkungan yang
sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk tumbuh
dengan cepat, Pertumbuhan suatu tanaman yang diproduksi akan selalu
dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar dari tanaman itu sendiri.
Faktor dalam dari tanaman itu adalah genetika dari tanaman tersebut
??
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Pertambahan tinggi anakan jengkol (Pithecolobium jiringa) yang tertinggi
diperoleh pada media top soil yaitu 10,02 cm
2.
Pertambahan jumlah daun anakan jengkol (Pithecolobium jiringa ) yang
tertinggi diperoleh pada media top soil dengan perbandingan 25 % dan 75 %
pupuk organik yaitu 7,3 lembar
3.
Dengan menggunakan pupuk organik yang banyak akan memacuh
pertambahan jumlah daun lebih tinggi dari yang hanya menggunakan media
top soil saja, meskipun demikian penggunaan pupuk organik tidak dapat
memacuh pertumbuhan tinggi semai
4.
Penyapihan dari karung ke polybag harus memotong sebagian akar bibit
jengkol untuk menghindari tanaman mati ketika sudah disapih ke dalam
polybag
B. Saran
Jika ingin membudidayakan dan
memperbanyak bibit tanaman jengkol
(Pithecolobium jiringa ) sebaiknya menggunakan :
a.
Media top soil saja tanpa pupuk organik untuk mendapatkan pertambahan
tinggi yaitu 10, 02 cm
b.
Sedangkan
jika
untuk
pertambahan
jumlah
daun
menggunakan
perbandingan 25 % tanah top soil : 75 % pupuk organik yaitu 7,3 lembar
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2004) . Budi Daya Tanaman Jengkol Serta Kandungannya.
http://www.psychologymania.com/2013/08/kandungan-jengkol.html
Anonim, ( 2009 ). http://teknologibenih.blogspot.co.id/2009/08/pengujian-dayakecambah-adalah.html
Anonim, (2010). Faktor yang mempengaruhi perkecambahan.
http://www.ebiologi.com/2016/03/faktor-yang -mempengaruhiperkecambahan.html
Anonim, (2013). Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman.
http://www.ebiologi.com/2016/03/faktor-yang -mempengaruhipertumbuhan.html
Darmawijaya, (1990). Defenisi Tanah Di Indonesia. Universitas Indonesia (UIPress) . Jakarta . http://definisimu.blogspot.co.id/2012/08/definisitanah.html
Dokuchaev, (1990).Defenisi-Defenisi tentang pengertian dan manfaat Tanah.
http://definisimu.blogspot.co.id/2012/08/definisi-tanah.html
Fadilla, (2009). Tanah Topsoil. http://repository.unand.ac.id/5866/
Handayanto & Hairiah, (1994). Biologi tanah. Karangkajen. Yogyakarta.
Pencipta Pustaka Adipura
Hanafiah, (2005). Fungsi Tanah Bagi Tanaman. Bogor . Pencipta Kanasius.
Haryanto A.G dkk, Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah (Jakarta:
EGC, 1999)
Kartasapuetra (1986). Pengaruh Unsur Iklim Terhadap Tanah Dan Tanaman.
http://farizkustiawann.blogspot.co.id/2012/12/pengaruh-iklim-dancuaca-dalam.html
Kimball, (1996). Faktor Yang Mempengaruhi Pertambahan Tinggi Dan
Perkecambahan
Pitojo,S. (1993). Budi Daya Tanaman Jengkol Dan Pemanfaatannya.
Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Rachman, (2002). Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan
Berkelanjutan. Jakarta. Penerbit Kanisius. (website :
www.kanasiusmedia.com)
43
Rohendi , (2005). Manfaat Pupuk Organik Pada Pertanian.
http://www.informasipertanian.com/2013/04/manfaat-pupukorganik.html.
Setiayawan, (1993). Teknik Seleksi Bibit. Kanisius Yogyakarta
Sarwono.H, (1995). Ilmu Tanah. Penertbit Akademika Pressindo, Jakarta
Sutanto,R. (1995). Potensi Bahan Pupuk Organik. Deresan, Kanisius.
Yogyakarta.
Supriyanto. Mamfaat Tanaman Jengkol Bagi Lingkungan Sekitar. http://ancoerancoeran.blogspot.co.id/2013/04/khasiat-manfaat-dan-efek -negatifjengkol.html
Steqo, (2010). Perbanyakan Tanaman Dari Biji.
http://andre4088.blogspot.co.id/2012/02/perbanyakan-dengan-biji.htm
Schoeder, (1972). Fungsi Tanah Bagi Tanaman
Zain. (1996). Pemamfaatan dan Sumber Daya Alam.
http://adeintannurani.blogspot.co.id/2011/07/pemanfaatan-danpengelolaan-sumber-daya.html
??
Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol Top Soil
No
Pohon
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-Rata
( )
Pengukuran
1
2
12,1
13,9
19
19,3
12,7
12,9
19,7
19,9
17,9
18,5
13,4
14,1
17,1
17,6
13,4
13,9
19,5
19,8
17,5
17,9
162,3 167,8
16,23 16,78
3
4
14,3 14,9
19,9 20,5
13,1 13,5
20,2 20,8
18,8 19,2
14,7 15,2
18,1 18,3
14,1 14,5
20,2 20,9
18,1 18,8
171,5 176,6
17,15 17,66
5
6
7
8
15,8
17,9
20,1
23
20,7
24,9
30,2
30,5
15,2
17,2
23,9
26,2
23,9
28,5
33,9
36,5
21,5
32,9
34,2
36,2
15,2
17,3
17,5
18,1
18,9
19,9
21,3
22,5
14,8
15,2
15,4
15,6
22,4
23,4
25,9
27,7
19,5
22,9
23,1
26,2
187,9 220,1 245,5 262,5
18,79 22,01 24,55 26,25
132
185
134,7
203,4
199,2
125,5
153,7
116,9
179,8
164
16,50
23,13
16,84
25,43
24,90
15,69
19,21
14,61
22,48
20,50
Lampiran 2. Data hasil pengukuran tinggi anakan jengkol Perbandingan 25 % : 75 %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-Rata
( )
Pengukuran
No
Pohon
1
2
3
13
14,9
22,2
18,1
20,5
21,1
15
16,2
16,5
16,1
16,9
17,3
16,1
18,5
18,9
11,6
13,3
14,7
15,1
16,9
17,1
23
24,5
25,1
11,6
12,3
12,5
10,2
11,5
13,1
149,8 165,5 178,5
14,98 16,55 17,85
4
5
6
7
8
23,5 23,9
25,3
26,4
28,7
23,2 24,5
26,1
27,2
28,4
16,9 17,8
19,9
22,3
25,4
18,8 19,4
19,8
20,2
21,6
19,1 19,5
20,1
20,5
20,9
15,9 17,8
18,9
19
19,2
17,8 18,9
20,1
20,9
23
25,9 27,2
29,9
31,9
34,5
13
14,2
17,2
19,5
21,2
14,9 16,3
17,9
18,5
19,3
189 19,95 215,2 226,4 242,2
18,9 19,95 21,52 22,64 24,22
177,9
189,1
150
150,1
153,6
130,4
149,8
222
121,5
121,7
22,24
23,64
18,75
18,76
19,20
16,30
18,73
27,75
15,19
15,21
??
Lampiran 3. Data Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol Perbandingan 75 % : 25 %
No
Pohon
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RataRata ( )
Pengukuran
1
2
3
4
5
6
11
12,3
13,3
17,1
19,1
24,2
16,1
16,5
17,1
17,8
18,9
20,1
14,1
15,3
15,8
16,9
18,7
21,6
14,6
15,8
16,1
16,9
19,1
22,9
14,1
15,2
15,7
16,1
18,2
18,9
12,4
13
13,1
13,5
15,2
16,5
13,1
13,5
13,9
14,1
17,3
21,2
11,4
12,2
12,9
13,5
15,2
19,5
12,4
13,7
14,2
14,9
15,5
17,1
15,7
15,9
16,1
16,5
16,9
17,8
134,9 143,4 148,2 157,3 174,1 199,8
13,49 14,34 14,82 15,73 17,41 19,98
7
25,1
21,9
23,9
24,2
21,1
17,1
22,2
24,9
17,3
18,3
216
21,6
8
26
23,5
26
27,2
22
19,3
24,5
26,2
17,5
19,5
231,7
23,17
148,1
151,9
152,3
156,8
141,3
120,1
139,8
135,8
122,6
136,7
18,51
18,99
19,04
19,60
17,66
15,01
17,48
16,98
15,33
17,09
Lampiran 4. Data Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol Perbandingan 50 % : 50 %
No
Pohon
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RataRata ( )
Pengukuran
1
2
3
4
5
6
7
8
12,3 13,9
14,1 14,4
16,4
17,8
19,9
22
12,3 14,2
16,2 16,9
17,2
19,9
22,9
25,2
13,7
14
15,1 15,7
16,2
17,1
19,2
24,2
15,7 16,2
18,2 19,9
25,8
26,2
27,5
29,5
12,4 13,7
14,1 14,5
15,6
17,9
19,5
20,2
12,5 13,5
13,7 14,1
14,6
14,9
15
15,2
13,7 15,5
15,9 16,5
17,5
18,2
19,9
21,8
12,6 13,9
14,2 14,9
15,1
15,4
15,6
17,9
10,6
11
11,9 12,5
13,5
15,7
18,9
20,5
10,3 11,8
13,8 14,5
14,9
15,2
16,1
17,2
126,1 137,7 147,2 153,9 166,8 178,3 194,5 213,7
12,61 13,77 14,72 15,39 16,68 17,83 19,45 21,37
119,5
144,8
135,2
179
127,9
113,5
139
119,6
114,6
113,8
14,94
18,10
16,90
22,38
15,99
14,19
17,38
14,95
14,33
14,23
??
Diagram Distribusi Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol
(Pithecolobium jiringa) Top soil
30
25
20
15
10
5
0
16,23
16,78
17,15
17,66 18,79
22,01
Rata-rata Pengukuran Tinggii
24,55
26,25
Gambar 1. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol Top Soil
Diagram Distribusi Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol
(Pithecolobium jiringa) Perbandingan 25 %: 75 %
30
25
20
15
10
5
0
14,98
16,55
17,85
18,9
19,95 21,52
Rata-rata Pengukuran Tinggii
22,64
24,22
Gambar 2. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol 25 % : 75 %
??
Diagram Distribusi Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol
(Pithecolobium jiringa) Perbandingan 75 % : 25 %
30
25
20
15
10
5
0
13,49
14,34
14,82 15,73 17,41 19,98
Rata-rata Pengukuran Tinggii
21,6
23,17
Gambar 3. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol 75 % : 25 %
Diagram Distribusi Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol
(Pithecolobium jiringa) Perbandingan 50 % : 50 %
30
25
20
15
10
5
0
12,61
13,77
14,72 15,39 16,68 17,83
Rata-rata Pengukuran Tinggii
19,45
21,37
Gambar 4. Histogram Hasil Pengukuran Tinggi Anakan Jengkol 50 % : 50 %
??
Lampiran 5. Data Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Top Soil
Jumlah Daun
No Pohon
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
6
8
12
12
4
8
8
8
8
6
6
6
8
8
8
10 10
10
10
10 14 14
16
20
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
6
6
6
8
8
10 12 12
16
16
8
8
8
8
8
74 86 88 102 106
7,4 8,6 8,8 10,2 10,6
6
7
8
82
12
12
14
60
8
8
8
64
8
10
12
91
12
14
17
134
20
20
20
64
8
8
10
64
8
8
10
58
8
8
8
18
14
16 114
80
10
14
16
112 116 127
11,2 11,6 12,7
RataRata ( )
10,25
7,50
8,00
11,38
16,75
8,00
8,00
7,25
14,25
10,00
Lampiran 6. Data Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Perbandingan 25 % :75%
No
Pohon
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-Rata
( )
Jumlah Daun
1
8
4
4
4
4
6
6
4
6
6
52
5,2
2
8
4
4
4
4
8
12
8
8
8
68
6,8
3
4
5
8
8
12
4
8
6
4
4
4
6
4
4
4
4
5
8
10 10
10 12 12
8
8
8
8
8
8
8
8
8
68 74 77
6,8 7,4 7,7
6
12
8
8
4
5
12
12
12
8
10
91
9,1
7
16
8
10
4
6
14
12
14
10
12
106
10,6
8
16
10
13
5
6
18
14
17
12
14
125
12,5
88
52
51
35
38
86
90
79
68
74
11,00
6,50
6,38
4,38
4,75
10,75
11,25
9,88
8,50
9,25
??
Lampiran 7. Data Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Perbandingan 75% : 25%
Jumlah Daun
Rata-Rata
No Pohon
)
1
2
3
4
5
6
7
8
1
6
8
8
2
6
8
8
3
6
8
8
4
8
8
8
5
8
4
6
4
7
6
6
14
10
66
8
8
10
10
12
70
8,75
10
10
14
16
18
90
11,25
8
12
12
12
12
80
10
12
16
16
16
16
19
107
13,38
4
4
4
6
6
6
8
42
5,25
4
4
4
4
6
8
8
8
46
5,75
8
8
8
8
12
12
13
14
18
93
11,63
9
8
8
10
12
12
12
12
14
88
11
10
10
68
10 10
12
12
12
13
14
93
11,63
70 80
94
100 109 121 133
6,8
7
9,4
10
8
8
11
12
8,25
13
Lampiran 8. Data hasil jumlah daun anakan jengkol Perbandingan 50% : 50%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-Rata
( )
Jumlah Daun
No Pohon
1
6
4
8
4
6
4
4
4
6
6
52
5,2
2
6
8
8
4
6
4
4
4
6
6
56
5,6
3
4
8
8
12 14
8
9
6
6
6
6
4
4
4
4
4
4
6
8
6
6
64 69
6,4 6,9
5
8
14
10
6
6
6
6
4
8
6
74
7,4
6
10
18
12
6
8
10
6
5
10
8
93
9,3
7
12
18
12
8
8
10
6
6
10
8
98
9,8
8
14
22
12
12
8
14
8
8
12
12
122
12,2
72
110
79
52
54
56
42
39
66
58
9,00
13,75
9,88
6,50
6,75
7,00
5,25
4,88
8,25
7,25
??
Diagram Distribusi Pertambahan Jumlah Daun Anakan
Jengkol (Pithecolobium jiringa) Top soil
14
12
10
8
6
4
2
0
7,4
8,6
8,8
10,2
10,6
11,2
Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun
11,6
12,7
'AwdA? ?? Histogram Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Perbandingan Top Soil
Diagram Distribusi Pertambahan Jumlah Daun Anakan
Jengkol (Pithecolobium jiringa) 25 % : 75 %
14
12
10
8
6
4
2
0
5,2
6,8
6,8
7,4
7,7
9,1
10,6
Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun
12,5
Gambar 6. Histogram Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Perbandingan
25 % : 75 %
??
Diagram Distribusi Pertambahan Jumlah Daun Anakan
Jengkol (Pithecolobium jiringa) 75 % : 25 %
14
12
10
8
6
4
2
0
6,8
7
8
9,4
10
10,9
12,1
Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun
13,3
Gambar 7. Histogram Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Perbandingan
75% : 25 %
Diagram Distribusi Pertambahan Jumlah Daun Anakan
Jengkol (Pithecolobium jiringa) 50 % : 50 %
14
12
10
8
6
4
2
0
5,2
5,6
6,4
6,9
7,4
9,3
9,8
12,2
Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun
Gambar 8. Histogram Hasil Jumlah Daun Anakan Jengkol Perbandingan
50 % : 50 %
??
Gambar 9 . Pengisian media semai
Gambar 10 . Pengisian polybag
Gambar 11. Pengisian polybag
dengan komposisi pupuk
organik
Gambar 12. Pengisian polybag
dengan komposisi pupuk
organik
Gambar 13. Bentuk susunan karung
Gambar 14. Biji jengkol sebelum dibeli
dipasar segiri
??
Gambar 15. Proses perendaman biji
jengkol
Gambar 17. Proses semai biji jengkol
kedalam karung
Gambar 19. Tinggi bibit jengkol umur dua
minggu mencapai 15
sampai 20 cm
Gambar 16. Proses perendaman
biji jengkol kedalam
karung
Gambar 18. Proses semai biji jengkol
kedalam karung
Gambar 20. Tinggi bibit jengkol umur
dua minggu mencapai 15
sampai 20 cm
??
Gambar 21. Proses pencabutan bibit
jengkol dari karung ke poly
bag
Gambar 22. Pemotongan akar
Gambar 24. Proses penyapihan
kedalam polybag
Gambar 21. Proses pemotongan akar
Gambar 23. Pemotongan akar
Gambar 25. Proses penyapihan
kedalam polybag
??
Gambar 26. Proses pengukuran
Gambar 28. Daun yang diserang hama
Gambar 30. Penyiraman
Gambar 27. Proses pengukuran
Gambar 29. Daun yang diserang hama
Gambar 31. Penyiraman
Download